Jumat, 26 Februari 2021

DATA LAMA


LAMPIRAN  
KUTIPAN SKETSA BUKU :
MAHADHARMA 
Asumsi Analisis dan Solusi Hipotesis Paradigma Spitualitas Universal 
Public Offset  
JUDUL : DAFTAR ISI =
PRAKATA = 
Pendahuluan : 
Konsideran permasalahan : → ketidak-pastian eksistensial ; 
Solusi Pemecahan  : ® universalitas kebenaran  
Pengajuan & Pengakuan :  Pengajuan → alternatif  paradigma  Pengakuan → criteria  ketepatan 
Pengharapan :  Kemanfaatan → Pencari Kebenaran,Penempuh Kehidupan,Pemerhati keabadian,Pengamat Kenyataan  
Pensikapan → Sikap terbuka dan sekaligus terjaga ini seharusnya senantiasa anda jalani dalam segala hal ; 
Pengertian ® kebenaran itu karena hidayah Tuhan ; kesalahan yang berasal dari  diri pribadi penulis sendiri . 
BAB I =  REFERENSI = 
Pengertian Prolog
Hipotesis Paradigma dhamma dipathera ;  asumsi pensikapan : terbuka & terjaga 
1) GNOSIS :  Keakuratan paradigma (W) : 
prolog : KeIlahian ? 
1. Hipotesis keBeradaan Tuhan :  Konsep Wujud :® GENESIS = fase  keberadaan (w) : Dhyana Dharma – Dharma Dhyana 
2. Hipotesis  KeTauhidan Tuhan : Konsep Kuasa : ® MANDALA = tataran keberadaan (k) : Tanazul Makrokosmos – Taraqqi Mikrokosmos 
3. Hipotesis  Kebijakan  Tuhan :  Konsep Kasih : ® SAMSARA = keberadaan diri (ks) : Spiritualitas Keabadian – Eksistensialitas Kehidupan 
Epilog : Keyakinan ? ketepatan > kebenaran ;Kaidah Hipotesis x Akidah Dogmatis;ilmul - ‘ainul - haqqul yaqin 
2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) : 
prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan) 
1) Khilafiyah Theologi : kemustahilan membatasi Tuhan ? → kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat (keIlahian ; keberadaaan; ketentuan) 
2) Problema Theodice : kemustahilan membela Tuhan?® kebijakan metanoia diantara faham pandangan (fanatisme/mistisme ; atheisme/vitalisme ; agnostisme /heuretisme) 
3) Masalah Theosofi: kemustahilan mencintai Tuhan  ?®kebijakan apologia diantara ragam kenyataan (kegaiban Tuhan ; penderitaan/kezaliman ; ananiyah/nafsiyah) epilog : keimanan ?ketentuan awal > kepastian final → aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian 
3) EXODUS = kesadaran penempuhan (Ks):  
prolog: anjing dan serigala (pengetahuan ,pembicaraan ® aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian ) 
1) TOTALITAS  = mencakup keseluruhan (W) → Hanya ada satu kebenaran yang sama : keseimbangan pandangan (ekstrem) & keberimbangan penempuhan (dualisme?
)2) PRAGMATISME = membawa kemanfaatan (Ks) → Transformasi pemberdayaan simultan (input realisasi keabadian 3 ; asset refleksi kehidupan 3) 
3) KONSISTENSI = bersifat mantap (K) → Berkelanjutan : ketuntasan transformatif & kelanjutan aktualisasi  
epilog : anjing &sufi (mengatasi : ketidak-mengertian; ketidak-perdulian ; ketidak-berdayaan) 
Epilog = Kemantapan Penempuhan : sholat & shobar  
II. REALISASI  = Penempuhan 
Prolog : kesadaran realisasi → evolusi spiritualitas (transformasi sufisme & yogisme) 
1) ADHIKARI :  kelayakan moralitas (kasih) 
prolog : kisah : orang baik  ® Aktualisasi autentik > Harmonisasi estetis > Manipulasi hipokrit ® Hakekat & Manfaat : 
1) Kebenaran Integritas (w) = kejujuran : pemuda & gembala.  ® kemurnian   (ikhsan kemahabahan & ikhlash peribadahan) 
2) Kecerahan Moralitas (ks) = pertaubatan : alim & arif  ® kebajikan  ( Pemberdayaan Individual + keperdulian universal ) 
3) Ketepatan Globalitas (k) = dilemma : Yudhistira  ® kebijakan  ( prioritas kemanfaatan + faktitas keterbatasan ) 
epilog : kisah :  karani ®Bina nafsa : takholi ,tahalli , tajalli  ® Metode & Kaidah :  
2) DISTANSI = kesiagaan  transformatif (kuasa) 
prolog : Psikosomasi Esoteris ® harmonisasi holistik, aktualisasi integral , integrasi reseptif 
1) UMMI →keaslian adhikari (ks) :  muhasabah  pertobatan ; mujahadah perbaikan ; muroqobah pendekatan 
2) SATI → kearifan nivritti (w) :  reseptivitas penyadaran ; aktualitas pengarahan ; integritas pemantapan  
3) YOGI →kekuatan distansi  (k) : keswadikaan eksternal ; keberdayaan internal ; keperkasaaan universal 
epilog : antenna karunia ® reseptivitas, sugestivitas,  
 3) MEDITASI  = kerahnian Immanensi  (wujud)\  
 prolog : Hakekat Meditasi  (Jung Individuasi ® Immanensi/transendensi ? : illuminasi >revilasi - inspirasi) 
1) kemantapan  dasar (w) : literature meditasi  (pengertian  – referensi (wuwei/zazen;alpha beta)  – keragaman meditasi) 
2) kehandalan utama   (k) :  realisasi immanensi (pemantapan (kematian/kegaiban) – penembusan - pencapaian ) 
3) kemantapan lanjut (ks) :  kesadaran transenden (ghurur/jadzab – sakti/rahni – universalitas/eksistensialitas) 
epilog : Kembali membumi (kemantapan pencerahan →kedewasaan Robbaniyah) 
Epilog = Kewajaran Eksistensi → Aktualisasi totalitas : harmoni ; refleksi ; sinergi ; 
III. REVITALISASI = Pembumian 
Prolog : Sufi Pembumi →Menyadari tanggung jawab eksistensialitas & universalitas 
1) PERSPEKTIF  = kecerahan pandangan 
prolog : ketepatan pandangan ® kearifan mensikapi : Amati – Alami – Atasi 
1) kecerahan Mahadharma (w) : Sanatana dharma – Bhinneka  Dharma (satu Agama Dharma ?) 
2) kepastian Transformasi (ks) :  pemberdayaan keabadian – pemberdayaan kehidupan (Dunia & Akherat) 
3) kebijakan Aktualiser  (k) : transformasi Individual – Transformasi universal (Reformasi + Globalisasi) 
epilog : kecerahan komitmen ® kebaikan menjalani 
2) INTEGRITAS =  kemantapan untuk keabadian (kasih) 
prolog : kesiapan melintasi keabadian ® berkah Input keabadian ( swadika – talenta – visekha ) 
1) Visekha kemuliaan : kesimpatikan adhikari Mahatma Robbani 
2) Talenta kecakapan :  keberdayaan distansi Swadika Talenta 
3) Swadika kerahnian  : keterpaduan meditasi Anubodha Pativedha 
epilog : Input keabadian ( swadika – talenta – visekha ) → ketuntasan & pelanjutan 
3) AKTUALITAS  = kehandalan dalam kehidupan (kuasa) 
prolog : keahlian mengatasi kehidupan ® sukses Asset kehidupan ( persada – karisma – bahagia ) 
1) Aktualisasi  (k)  : Global (belajar – bekerja) ;social (  keluarga – masyarakat) ; Aktual (pribadi; properti) 
2) Harmonisasi (ks) : interaksi sesama (pravritti; andragogi) ;faktitas semesta (natural ; theosofi) ; Harmoni Pribadi 
3) Integrasi (w) manajemen keterbatasan  : Reset keseluruhan ; Ready keseluruhan ; Relax keseluruhan 
epilog : Asset kehidupan ( persada – karisma – bahagia ) → kesuksesan & pelanjutan 
Epilog : kholifatullooh ® Menghargai kehidupan manusiawi & duniawi  pembumian spiritualitas universal = pemberdayaan 
1) Dhamma Bhumi (w) = kesadaran eksistensial 
2) Dhamma Dutta (ks) = komitmen 
3) Dhamma Niyama  (k)  = faktitas kenyataan 
 (PENUTUP : 
Ulasan :  QUO VADIS ?  
Pandangan : kesimpulan: Robbani ( x bahagia ; mandala ;  ahamkara) ; 
Tanggapan : opini terhadap Asumsi hipotesis dan solusi dianektis  
Syukur & Terima kasih → Syukur : Alhamdulillaah ~ Hanya karena Dia ® 
Terima kasih  : bantuan & panduan + staff penerbitan  & percetakan & pemasaran 
Pengharapan : ® Kemanfaatan : referensi panduan , literature wawasan , bacaan hiburan, wacana perenungan 
 ® Ma’af :  Saran perbaikan dan masukan pelengkapan  
PUSTAKA :

 

Judul =

Teguh Kiyatno, dkk

MAHADHARMA

Asumsi Analisis dan Solusi Hipotesis

Paradigma

Spitualitas Universal

Public Offset

2006

 

Daftar Isi =

DAFTAR ISI =

ü  JUDUL :

ü  DAFTAR ISI =

ü  PRAKATA =

Pendahuluan :

·           Konsideran permasalahan : → ketidak-pastian eksistensial

·           Solusi Pemecahan  : ® universalitas kebenaran 

Pengajuan & Pengakuan :

·           Pengajuan → alternatif  paradigma

·           Pengakuan → criteria  ketepatan

Pengharapan :

·           Kemanfaatan → Pencari Kebenaran,Penempuh Kehidupan,Pemerhati keabadian,Pengamat Kenyataan

·           Pensikapan → Sikap terbuka dan sekaligus terjaga ini seharusnya senantiasa anda jalani dalam segala hal ;

·           Pengertian ® kebenaran itu karena hidayah Tuhan ; kesalahan yang berasal dari  diri pribadi penulis sendiri .

BAB I =  REFERENSI = Pengertian

Prolog = Hipotesis Paradigma dhamma dipathera ;  asumsi pensikapan : terbuka & terjaga

1) GNOSIS :  Keakuratan paradigma (W) :

prolog : KeIlahian ?

·          Cara penerimaan 7 (3 + 2 + 2 ) ;

·          perspektif  insaniah  4 (3 + 1);

·          konsideran asumsi 3 ;

·          formulasi konsep 3 

1. Hipotesis keBeradaan Tuhan : 

Konsep Wujud :

® GENESIS = fase  keberadaan (w) : Dhyana Dharma – Dharma Dhyana

2. Hipotesis  KeTauhidan Tuhan :

Konsep Kuasa :

 ® MANDALA = tataran keberadaan (k) : Tanazul Makrokosmos – Taraqqi Mikrokosmos

3. Hipotesis  Kebijakan  Tuhan : 

Konsep Kasih :

® SAMSARA = keberadaan diri (ks) : Spiritualitas Keabadian – Eksistensialitas Kehidupan

Epilog : Keyakinan ?

ketepatan > kebenaran ;

Kaidah Hipotesis x Akidah Dogmatis;

ilmul - ‘ainul - haqqul yaqin

2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) :

prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan)

1) Khilafiyah Theologi : kemustahilan membatasi Tuhan ?

→ kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat

(keIlahian ; keberadaaan; ketentuan)   

2)  Problema Theodice : kemustahilan membela Tuhan?

® kebijakan metanoia diantara faham pandangan

(fanatisme/mistisme ; atheisme/vitalisme ; agnostisme /heuretisme)

3) Masalah Theosofi: kemustahilan mencintai Tuhan  ?

®kebijakan apologia diantara ragam kenyataan

(kegaiban Tuhan ; penderitaan/kezaliman ; ananiyah/nafsiyah)

epilog : keimanan ?

ketentuan awal > kepastian final

→ aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian

3) EXODUS = kesadaran penempuhan (Ks):

prolog: anjing dan serigala (pengetahuan ,pembicaraan ® aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian )

1) TOTALITAS  = mencakup keseluruhan (W)

→ Hanya ada satu kebenaran yang sama : keseimbangan pandangan (ekstrem) & keberimbangan penempuhan (dualisme?)

2) PRAGMATISME = membawa kemanfaatan (Ks)

→ Transformasi pemberdayaan simultan (input realisasi keabadian 3 ; asset refleksi kehidupan 3)

3) KONSISTENSI = bersifat mantap (K)

→ Berkelanjutan : ketuntasan transformatif & kelanjutan aktualisasi

epilog : anjing &sufi (mengatasi : ketidak-mengertian; ketidak-perdulian ; ketidak-berdayaan)

Epilog = Kemantapan Penempuhan : sholat & shobar 

ü  II. REALISASI  = Penempuhan

Prolog : kesadaran realisasi → evolusi spiritualitas (transformasi sufisme & yogisme)

1) ADHIKARI :  kelayakan moralitas (kasih)

prolog : kisah : orang baik

 ® Aktualisasi autentik > Harmonisasi estetis > Manipulasi hipokrit

® Hakekat & Manfaat :

1) Kebenaran Integritas (w) = kejujuran : pemuda & gembala.

 ® kemurnian   (ikhsan kemahabahan & ikhlash peribadahan)

2) Kecerahan Moralitas (ks) = pertaubatan : alim & arif

® kebajikan  ( Pemberdayaan Individual + keperdulian universal )

3) Ketepatan Globalitas (k) = dilemma : Yudhistira

 ® kebijakan  ( prioritas kemanfaatan + faktitas keterbatasan )

epilog : kisah :  karani ®Bina nafsa : takholi ,tahalli , tajalli  ® Metode & Kaidah : 

2) DISTANSI = kesiagaan  transformatif (kuasa)

prolog : Psikosomasi Esoteris ® harmonisasi holistik, aktualisasi integral , integrasi reseptif

1) UMMI →keaslian adhikari (ks) :

muhasabah  pertobatan ; mujahadah perbaikan ; muroqobah pendekatan

2) SATI → kearifan nivritti (w) :

reseptivitas penyadaran ; aktualitas pengarahan ; integritas pemantapan 

3) YOGI →kekuatan distansi  (k) :

keswadikaan eksternal ; keberdayaan internal ; keperkasaaan universal

3) epilog : antenna karunia ® reseptivitas, sugestivitas,

3) MEDITASI  = kerahnian Immanensi  (wujud)

prolog : Hakekat Meditasi  (Jung Individuasi ® Immanensi/transendensi ? : illuminasi >revilasi - inspirasi)

1) kemantapan  dasar (w) : literature meditasi

(pengertian  – referensi (wuwei/zazen;alpha beta)  – keragaman meditasi)

2) kehandalan utama   (k) :

realisasi immanensi (pemantapan (kematian/kegaiban) – penembusan - pencapaian )

3) kemantapan lanjut (ks) : 

kesadaran transenden (ghurur/jadzab – sakti/rahni – universalitas/eksistensialitas)

epilog : Kembali membumi (kemantapan pencerahan →kedewasaan Robbaniyah)

Epilog = Kewajaran Eksistensi → Aktualisasi totalitas : harmoni ; refleksi ; sinergi ;

ü  III. REVITALISASI = Pembumian

Prolog : Sufi Pembumi →Menyadari tanggung jawab eksistensialitas & universalitas

1) PERSPEKTIF  = kecerahan pandangan

prolog : ketepatan pandangan

® kearifan mensikapi : Amati – Alami – Atasi

1) kecerahan Mahadharma (w) :

Sanatana dharma – Bhinneka  Dharma

(satu Agama Dharma ?)

2) kepastian Transformasi (ks) : 

pemberdayaan keabadian – pemberdayaan kehidupan

(Dunia & Akherat)

3) kebijakan Aktualiser  (k) :

transformasi Individual – Transformasi universal

(Reformasi + Globalisasi)

epilog : kecerahan komitmen ® kebaikan menjalani

2) INTEGRITAS =  kemantapan untuk keabadian (kasih)

prolog : kesiapan melintasi keabadian

® berkah Input keabadian ( swadika – talenta – visekha )

1) Visekha kemuliaan : kesimpatikan adhikari Mahatma Robbani

2) Talenta kecakapan :  keberdayaan distansi Swadika Talenta

3) Swadika kerahnian  : keterpaduan meditasi Anubodha Pativedha

epilog : Input keabadian ( swadika – talenta – visekha )

→ ketuntasan & pelanjutan

3) AKTUALITAS  = kehandalan dalam kehidupan (kuasa)

prolog : keahlian mengatasi kehidupan

 ® sukses Asset kehidupan ( persada – karisma – bahagia )

1) Aktualisasi  (k)  :

Global (belajar – bekerja) ;

social (  keluarga – masyarakat) ;

Aktual (pribadi; properti)

2) Harmonisasi (ks) :

interaksi sesama (pravritti; andragogi) ;

faktitas semesta (natural ; theosofi) ;

Harmoni Pribadi

3) Integrasi (w) manajemen keterbatasan  :

Reset keseluruhan ;

Ready keseluruhan ;

Relax keseluruhan

epilog : Asset kehidupan ( persada – karisma – bahagia )

→ kesuksesan & pelanjutan

Epilog : kholifatullooh

® Menghargai kehidupan manusiawi & duniawi 

ü  PENUTUP :
Ulasan :  QUO VADIS ?
Pandangan : kesimpulan: Robbani ( x bahagia ; mandala ;  ahamkara) ;
Tanggapan : opini terhadap Asumsi hipotesis dan solusi dianektis 

Syukur & Terima kasih

→ Syukur : Alhamdulillaah ~ Hanya karena Dia

® Terima kasih  : bantuan & panduan + staff penerbitan  & percetakan & pemasaran

Pengharapan :

® Kemanfaatan : referensi panduan , literature wawasan , bacaan hiburan, wacana perenungan

® Ma’af :  Saran perbaikan dan masukan pelengkapan 

ü  PUSTAKA :

Dasar =Khusus =

ü  BIODATA :

PRAKATA =

Pendahuluan :

·          Asumsi  permasalahan : → ketidak-pastian eksistensial

® Hidup untuk mati ? : kehanyutan hidup menuju kematian Ich

pada saat manusia manusia  menyadari  keakuan dirinya dia mulai menjadi tidak pasti ( )

                Di sini dan pada saat ini kita hidup bagaikan musafir yang terdampar dan harus menghadapi segala kompleksitas eksistensial kehidupan.  Rutinitas dan vitalitas kehidupan menghanyutkan totalitas diri kita dalam ketidak mengertian dan ketidak perdulian tentang hakekat dan tujuan hidup kita yang hakiki. Kita begitu terserap ke dalam romantika kehidupan eksistensial ini hingga tiba saat kematian menyadarkan kita dari sandiwara  permainan kehidupan ini. Hidup untuk mati – begitu sederhanakah arti kehadiran kita di dunia ini ?

Hidup yang tidak dimengerti adalah hidup yang tidak layak dijalani (socrates)

® Atta Dipathera : kecenderungan subyektif ego

Situasi dan kondisi dalam fenomena kehidupan ini sering menghanyutkan kita untuk mengindentifikasikan hidup tidak dalam proporsi realitas yang  utuh namun hanya  berdasarkan  penilaian emosionalitas batin  ego kita terhadapnya. Sebagaimana fokus yang senantiasa mengarah pada pusat lensa demikianlah batin kita secara otomatis menjadi terkondisi untuh reaktif dalam memandang kehidupan ini. Kita akan selalu menandaskan citra hidup hanya  dalam batas reaksi dan penilaian  tertentu.  Like or dislike – suka atau tidak suka - demikianlah sifat kecenderungan alamiah dari batin ego kita ini. Apabila ego kita menerimanya secara negatif – dikarenakan kenyataan yang terjadi  dan kita hadapi tidaklah sesuai dengan  keinginan kita – maka timbullah kekesalan  dan kita  cenderung untuk menyatakan hidup ini adalah musibah yang penuh dengan duka-cita yang seharusnya tidak  diterima.Dan sebaliknya jika kenyataan yang terjadi atau hasil yang tercapai sesuai dengan harapan kita  maka timbullah kesenangan dan hidup tampak sebagai anugerah karena suka-cita yang mampu didapat tersebut. Kebodohan dan ketamakan membuat kita senantiasa mendambakan ‘kebahagiaan tanpa penderitaan’ yang absurd dalam kehidupan ini karena kehidupan seperti dua sisi mata uang logam yang senantiasa berubah.  Jika menginginkan sisi yang satu kita juga harus siap dan  bisa menerima sisi yang lain juga – karena memang demikianlah dualitas   dan dinamika dari kehidupan.

® Loka Dipathera : Pengaturan obyektif superego

Dalam ketidak mengertian kita kemudian juga menerima beraneka pandangan moralitas (estetika sosial) dan sejumlah ajaran spiritualitas [adhyatma dharma] kemudian hadir mewarnai  kehidupan  batin kita. Dimana kemudian kita mulai mengarahkan dan menyesuaikan cara hidup yang benar dan tepat berdasarkan pandangan awam dan umum tersebut. Tetapi kemudian ternyata mekanisme kehidupan sering tidak sesederhana itu.

·          Solusi Pemecahan  : ® universalitas kebenaran 

Dan kamu akan mengenal kebenaran dan kebenaran itu akan membebaskanmu

Apakah kebenaran itu ?

Kebenaran itu dari Tuhanmu dan jangan kau meragukannya

® Dhamma Dipathera : adakah  kebenaran absolut ?

Dan kamu akan mengenal kebenaran dan kebenaran itu akan membebaskanmu

Seiring dengan pertumbuhan kesadaran akan kebebasan eksistensialitas diri  yang semakin dewasa secara subyektif dan individual, dengan segala keterbatasan yang ada  manusia menjalani eksistensialitas diri dalam mengisi makna bagi kehidupannya yang relatif singkat tersebut. Dengan hak kewenangan yang lebih besar namun juga dengan pertimbangan  Haq kebenaran yang lebih luas ,manusia sering dihadapkan pada sekian banyak problematika kehidupan untuk diatasi dan terkadang dengan begitu banyak pilihan dilematis yang harus ditentukan dalam  menjaga keseimbangan dan membawa keberimbangan eksistensialitas dirinya dalam kehidupan ini. Suatu keberadaan sulit  yang sering menimbulkan konflik internal dalam dirinya sendiri. Pada saat itulah sejumlah manusia kembali  mulai mempertanyakan apa makna yang tersirat dari kehidupan yang dijalaninya dan bagaimana cara melampauinya.. Adakah Realitas Kebenaran sejati  tersembunyi dan tidak dimengerti yang berada dibalik segala fenomena keberadaan dan peristiwa kehidupan ini ?  Suatu kebenaran Mutlak yang menjadi sumber dan tujuan bagi seluruh keberadaan dan sekaligus jalan dan arah bagi perjalanan kehidupan kita .

Hidup sejati :

Untuk menjalani kehidupan secara sehat dan tepat kita perlu memiliki dan meyakini pandangan yang benar - pandangan yang sesuai dengan realitas kebenaran yang sesungguhnya.. – yang mungkin saja ternyata tidak sesuai dengan keinginan ego kita atau boleh jadi ternyata berbeda dengan keyakinan ide yang kita anggap benar. Hidup dengan kebenaran pandangan  yang realistis dan obyektif –walaupun bagaimana juga- adalah lebih sehat untuk diyakini dan lebih tepat untuk dijalani daripada sekedar mengikuti dorongan keinginan yang romantis dan subyektif  yang walaupun mungkin menghanyutkan dan mengasyikkan ego kita namun akan mengakibatkan terhalang dan terhambatnya proses pendewasaan dan pencerahan diri kita.Oleh karena itu demi ekstase keswadikaan dan harmoni kebersamaan haruslah kita menjalankan seluruh aspek kehidupan ini dengan mendasarkan dan bersandarkan pada kebenaran realitas tersebut. Hidup secara benar menjadikan kita benar-benar hidup. Hidup dalam kesejatian - tanpa kepalsuan, tiada kesemuan dan sesuai dengan kenyataan serta  serasi dengan kebenaran yang sesungguhnya..

Kebenaran  hakiki :

Kebenaran Realitas - Sanatana Dharma, Alithea, Al Haqq, Sunatullaah , Shighotullaah ataupun apapun juga peristilahan yang anda gunakan bagi Kebenaran Mutlak yang merupakan induk dari seluruh kebenaran - sesungguhnya sudah demikian nyatanya tergelar di hadapan kita semua. Realitas kebenaran yang menjadi penegak bagi terjadinya fenomena kenyataan yang ada tersebut mungkin saja tampak jelas di permukaan namun bisa juga tersembunyi dibalik segala fenomena kenyataaan yang tampak. Kebenaran Tersurat dan Tersirat -  yang menjadi sumber  dan tujuan bagi seluruh keberadaan dan  setiap peristiwa dalam kehidupan ;Kebenaran Realitas yang bersifat universal  dan transenden ini begitu luas –– dimana kesempurnaannya begitu sulit dijangkau oleh keterbatasan pemahaman kita Sehingga walaupun  sesungguhnya Dharma tersebut  tercakup global - utuh dan menyeluruh – namun demikian karena ketidak mampuan  dalam memahami dan mensikapi realita  keseluruhan tersebut  kita cenderung  untuk memandangnya begitu spasial ,terpecah-pecah  dan  subyektif  yang kemudian  menyebabkan   munculnya berbagai pandangan ekstrem pada setiap kutub dualitas dari dialektika kebenaran yang satu tersebut.Hal yang sama terjadi juga pada saat kita memandang masalah Spiritualitas. Walaupun sesungguhnya mereka memandang Kebenaran yang Satu dan Sama tersebut namun sering menampakkan perbedaan yang tampak begitu mendasar dari filosofi dan realisasinya di permukaan yang kemudian tidak jarang menimbulkan pertikaian . Setiap ajaran menganggap pandangannya saja sebagai yang paling benar sementara yang lainnya salah dan sesat  dengan tanpa memberikan kesempatan kepada fihak lain untuk mengutarakan pandangannya yang mungkin saja lebih benar atau setidak-tidaknya juga benar jika Kebenaran tersebut dilihat  dari sudut pandang yang berbeda. Demikianlah setiap  mozaik ajaran  cenderung untuk menampakkan  ekslusivitas yang ekstrem dan bersikap fanatis terhadap pandangan  ajarannya sendiri .Sehingga dari satu MahaDharma  Spiritualitas Kehidupan yang sama tersebut lahirlah banyak sudut pandang filosofis , sekian  banyak faham dan metode penempuhan  mistisme ,sekian banyak agama dengan sekian banyak pula sekte aliran di dalamnya. Seringkali terjadi pertikaian di antara faham tersebut.  Sungguh mengherankan namun demikianlah kenyataan terjadi.

Orang buta  :

 

Apakah kebenaran itu ?

fabel gajah : Sebuah kisah klasik tentang :  gajah dan enam orang buta

                Alkisah, ada 6 (enam) orang buta saling bertemu. Seorang di antara mereka memberitahu pada teman-temannya bahwa di kebun binatang ada seekor hewan baru yang disebut gajah.Mereka semua sama sekali belum mengetahui hewan tersebut. Akhirnya mereka sepakat ke kebun binatang itu untuk mengetahui bagaimanakah sesungguhnya gajah tersebut.

                Singkat cerita, ke-enam orang buta tersebut  telah tiba di kebun binatang tempat gajah itu berada. .Mereka kemudian mendekati gajah  tersebut dan berusaha ‘melihat’nya dengan menyentuhkan jari tangan mereka pada gajah tersebut dan merasakannya.

Seorang buta  yang pertama memegang bagian … nya dan diapun menyimpulkan

Seorang buta yang yang kedua memegang bagian … nya dan diapun menyimpulkan

Seorang buta yang yang ketiga  memegang bagian … nya dan diapun menyimpulkan

Seorang butayang yang keempat  memegang bagian … nya dan diapun menyimpulkan

Seorang butayang yang kelima  memegang bagian … nya dan diapun menyimpulkan

Seorang butayang yang keenam  memegang bagian … nya dan diapun menyimpulkan

Kemudian ke enam buta tersebutpun berkumpul

Demikianlah gambaran kita dalam memandang kebenaran dari kehidupan kita selama ini. Kita sebenarnya  bagaikan orang buta yang hanya meraba-raba mencari kepastian dalam kegelapan dan merasa begitu yakin dengan anggapan tertentu  untuk kemudian memastikan bahwa inilah kebenaran yang sesungguhnya. Kita mudah tergoda untuk segera meyakini kepada anggapan yang ingin kita percayai  .Sehingga terkadang tidak semua yang kita yakini itu merupakan suatu kebenaran yang sesungguhnya atau walaupun jika ternyata itu merupakan suatu kebenaran juga, tidak seluruh kebenaran yang kita yakini tersebut merupakan kebenaran yang seutuhnya. Kesalahan bukan pada Kebenaran tersebut tetapi dari keterbatasan dan ketidak-sempurnaan kita

Dalam kehidupan ini kita akan banyak menjumpai aneka macam pandangan hidup yang dipergunakan orang sebagai pedoman dalam melandaskan dan membenarkan tindakannya walaupun terkadang sering diantara mereka bertentangan satu sama lain.  mereka semua menyatakan acuan dari tindakan yang mereka lakukan  tersebut adalah “kebenaran” yang harus diterima bukan saja bagi diri mereka sendiri namun juga untuk orang lain . Istilah Kebenaran sering dipergunakan bagi orang bukan saja untuk membenarkan setiap prilaku dalam tindakannya namun lebih jauh lagi untuk mengidentifikasikan bagi diri pribadi sebagai pemilik,pewaris dan penguasa dari kebenaran tersebut walau apapun juga tindakan yang dilakukannya. Setiap sistem cenderung bersikap ekstrem dalam memberikan batasan relatif dalam menentukan kriteria bagi ‘kebenaran absolut ‘ tersebut untuk bisa dipergunakannya sebagai identitas penentu bagi autoritas kewenangan yang memperbolehkan mereka menganggap sebagai pemilik dan sekaligus penguasa bagi kebenaran tersebut serta membenarkan diri mereka sendiri untuk menindak sistem yang berbeda dengan mereka ketimbang sebagai realitas ketentuan bagi  tindakan yang seharusnya ditegakkan bagi diri mereka sendiri dengan juga tetap menjaga harmonisasi kebersamaan dengan sistem lainnya. 

® Kebenaran Ilahiyah : cara penerimaaan  ?

Kebenaran itu dari Tuhanmu dan jangan kau meragukannya

Tuhan adalah landasan mutlak keimanan spiritualitas. Sebagai Dzat Yang keberadaan, Ketunggalan, Kemutlakan dan Kesempurnaan-Nya harus diyakini kebenarannya. Hanya karena Dia kita ada dalam kehidupan ini dan Hanya dalam DharmaNya keselamatan, kebebasan , kebahagiaan dan keabadian kita berada. Tuhan yang Maha Esa yang dipuja dalam setiap risalah spiritualitas , yang dipuji 

Keyakinan ini mungkin kita peroleh  melalui cara pendekatan dan peyang berbeda , antara lain :

Pendekatan umum :

1. penalaran filosofis = kesimpulan

Walaupun mempunyai keterbatasan dalam mengkajinya, intelek (rasio) - yang merupakan sebagian dari intelgensia kecerdasan- dapat juga membawa kita menuju keyakinan positif tentang keilahian . Dengan analisis dialektika dan estetika kita menyadari perlu bahkan harus adanya Tuhan dalam semesta ini. Kemudian melalui argumen apologia(hujah/dalil pembenaran keyakinan)dan sikap metanoia(pengarahan rasio menuju keimanan) kita berusaha untuk mempertahankan keyakinan tersebut. Dengan cara demikian kita sudah dapat menempatkan akal kita pada posisinya yang tepat yaitu sebagai pendukung bagi keimanan dan penguat untuk ketaqwaan kita  dan bukan sebaliknya justru malah  menentang  kebenaran dan bahkan menyangkal keilahian .

2 .keyakinan dogmatis = kepatuhan

Walaupun memiliki kesederhanaan dalam menerimanya, namun haruslah diakui sebagian besar dari kita meyakini masalah keilahian ini dikarenakan kita sejak kecil memang sudah dibentuk dan dikondisikan untuk mempercayainya secara dogmatis melalui doktrin agama yang kita anut. Hendaklah hal ini tidak disikapi sebagai  perolehan yang naif ;  bahkan sebaliknya justru kita harus mensyukurinya dikarenakan karunia keimanan tersebut sudah dapat kita terima semenjak usia dini sehingga kita segera dapat menjalani kehidupan ini dalam pedoman ketaqwaan yang sudah lebih dahulu terarah dibandingkan orang lain yang mungkin dibesarkan dalam lingkungan yang tidak kondusif untuk itu .

3. penempuhan mistis =

Walaupun masalah keIlahian dan juga keagamaan seharusnya dihayati secara sadar dan tulus serta dijalani secara benar dan tepat berdasarkan 

Perbandingan pendekatan autentik =

Filsafat : Kami tidak menggunakan paradigma filosofis

Agama : Kami tidak menggunakan paradigma dogmatis

Mistik :Kami tidak menggunakan paradigma mistis

Pendekatan lain :

Terdapat 2 :

4. penyesuaian  estetis =

Walaupun memerlukan kesungguhan perjuangan dan terutama karunia ‘keberuntungan’ untuk mencapainya,seorang penem

Kami tidak menggunakan paradigma estetis 

5. kepentingan hegemonis   =

Walaupun memerlukan kesungguhan perjuangan dan terutama karunia ‘keberuntungan’ untuk mencapainya,seorang penem

Kami tidak menggunakan paradigma politis

Pendekatan baru :

Terdapat 2 :

6. penempuhan humanistis =

Walaupun memerlukan kesungguhan perjuangan dan terutama karunia ‘keberuntungan’ untuk mencapainya,seorang penem ® kebebasan

Kami tidak menggunakan paradigma humanistis

7. penempuhan dianektis =

Walaupun memerlukan kesungguhan perjuangan dan terutama karunia ‘keberuntungan’ untuk mencapainya,seorang penempuh yang tulus  dalam mencari dan menyelami realitas kebenaran dalam samodera kehidupan ini mungkin saja – jika Tuhan menghendaki – akan mampu mengalami transformasi psikologis bahkan spiritual yang membawanya kepada kesadaran intuitif  kepada keilahian dan juga kearifan dalam kebenaran dan kebijakan hidup. Hal mana yang kemudian akan  segera menghapus keraguan yang terkadang mungkin sempat mengusik benaknya dan bahkan selanjutnya akan semakin mempertegas keyakinan  terhadap keilahian dan Dharma kebenaranNya yang senantiasa dipertahankan dalam perjalanan kehidupan ini. Melalui proses individuasi yang intensif para penempuh mengalami realisasi diri  -  melampaui individualitas dirinya yang picik dan licik dan untuk selanjutnya memasuki tahapan universal secara sadar dan tulus dalam  mengkuduskan kehidupannya dalam Dharma kebenaran Ilahi..

Kami tidak menggunakan paradigma filosofis ® ketepatan

Dipathera : Dhamma dipatera > atta dipathera / loka dipathera.

Pengajuan & Pengakuan :

·          Pengajuan → hipotesis : paradigma alternatif

®Perlunya pandangan absolut

                   Agaknya kita memang memerlukan suatu kejelasan perspektif dari pandangan filosofis yang komprehensif dan multidimensional untuk dijadikan standar pedoman dalam mensikapi keserbanekaan mozaik kebenaran  yang ada  beserta  metode realisasi yang operasional   dan praktis untuk dijadikan panduan dalam menjalani spiritualitas dalam kompleksitas kehidupan aktual kita. Katakanlah hanya sebagai estetika standar yang integral dan universal  bagi para penempuh spiritualitas dengan segala perbedaan latar belakang agama dan  kepercayaannya agar dapat menjalani kaidah spiritualitas yang sesungguhnya dengan tanpa mengubah atau mencabut seseorang dari latar belakang pandangannya  semula dikarenakan memang risalah tersebut bukan ditujukan untuk membentuk faham baru atau bahkan menentang faham lama yang justru akan mengacaukan dan menyesatkan namun bahkan justru sebaliknya semakin meningkatkan perspektif spiritualitas yang dianut serta menunjang pelaksanaan religiusitas keyakinannya masing-masing. Katakanlah ini hanya sebagai suatu metodologi terobosan semacam yoga- scientific religion atau religious science – yang bukan merupakan agama dan tidak juga menentang agama. Sains yang luwes untuk dijalani secara benar namun  tanpa dogma yang harus diyakini secara tegas. Sehingga bisa diterima oleh siapapun juga baik bagi setiap  penganut agama, mistisi ,filosof  bahkan seorang berpandangan  atheis atau skeptis sekalipun yang hanya ingin sekedar mengerti ataupun yang kemudian merasa perlu untuk menempuh dan membuktikan sendiri kebenarannya. 

                Secara ideal paradigma tersebut haruslah

Kriteria ideal paradigma :

1. Kebenaran Mutlak yang sesuai dengan kenyataan sesungguhnya ; tidak sekedar 

2. Memungkinkan penempuhan yang berkelanjutan tidak sekedar

3. Mencakup pemberdayaan  keseluruhan secara detail tidak sekedar global

Spiritualitas adalah  suatu aktualisasi tindakan  yang menyeluruh bukan sekedar transformasi pengertian  saja ; dimana didalamnya perlu diperhatikan keseimbangan dan keberimbangan dalam pelaksanaannya. Walaupun memang kita seharusnya polos untuk selalu bersifat spontan dan autentik dalam mengaktualisasikan spiritualitas dalam kehidupan nyata  namun sebaiknya juga perlu sadar untuk tetap menjaga sikap  harmonis dan simpatik  dalam berinteraksi secara estetik dan bijak dengan lingkungan keberadaan kita. Karena kesadaran akan proporsionalitas bagi  ketepatan beraktualisasi suatu saat mungkin saja kita dapat menjadi tampak  inkonsisten namun seharusnya kita tetap berusaha  menjaga agar selalu konsisten pada kebenaran realitas . Disamping itu spiritualitas seharusnya juga memperhatikan totalitas holistik keberadaan alamiah dengan tidak terlalu ekstrem menekankan  satu aspek polaritas bagian diri dan menyangkal bagian lainnya. Dalam penempuhan spiritualitas sangat diperlukan keberadaan  harmonisasi diri yang utuh.  Spiritualitas yang dewasa dan sejati harusnya bisa mencakup dan bahkan melampaui segala ekstrem ; dan bukan malah membentuk ekstrem baru sehingga keberadaannya sangat  bermanfaat dalam membantu kita  untuk  memahami dan mengatasi  masalah dan bukan sebaliknya malah menambah masalah baru yang lebih parah .Transformasi spiritualitas hendaknya juga  dilakukan dengan memperhatikan kompleksitas keberadaan manusiawi kita sebagai pembumi; sehingga tidak semua konsepsi ajaran aranyaka dharma (pengetahuan dari hutan - kebijaksanaan pertapa)merupakan sanatana dharma(kebenaran realitas) yang bisa secara langsung dan mudah  diterapkan bagi semua orang , terutama para praktisi awam yang juga harus menghadapi  kompleksitas eksistensial karena keberadaannya. Hakekat Paramatha ( Ajaran kebenaran sejati )jika memang perlu disampaikan seharusnya juga dibahas secara utuh dan menyeluruh hingga jelas terfahami  ; karena jika tidak pasti lah akan terjadi kesalah mengertian pemahaman akan maksud  yang sesungguhnya dari sistem ajaran tersebut. Si penempuh yang walaupun mungkin sangat tulus namun karena ketidak- mengertian tersebut  malah dapat salah arah dan berakibat fatal bagi penyesuaian kehidupan pembumian ,pertumbuhan kedewasaan dan bahkan kemungkinan pencerahannya .

                Mengingat luasnya kajian tersebut idealnya karya tersebut haruslah dituliskan oleh

Perlunya Kriteria ideal penulis :

1. Tuhan sendiri

2. Penyeru /Pemandu Pilihan : Rahni Ilahi ® Para Nabi yang terevilasi , para Suci yang terilluminasi

3. Kelayakan : Karani kathani ® yogi/sufi  ‘first hand’ , filsuf / fuqoha  ‘authoritas’ , hukama   

Sampai sejauh ini

sejumlah Peneliti Kebenaran – seperti : Ibn Arabi, Osho,Khrisna Murti, Anand Khrisna, George Gurjieff , Vernon Howard, dan masih banyak lagi para mistisi timur dan filsuf barat - menyadari kenyataan tersebut .dan kemudian mereka secara spontan dan autentik tampaknya berusaha menjabarkan mozaik kebenaran-kebenaran yang tersebar tersebut dalam perspektifnya yang tepat. mereka mengulas banyak hal, seperti: Kajian  literatur  mistik kuno,bahasan kitab suci dan ajaran agama-agama besar, pandangan terhadap filsafat dan psikologi  kontemporer serta pengamatan terhadap kehidupan aktual  nyata. Pandangan – pandangan tersebut sedikit-banyak membawa kejelasan dan pencerahan kesadaran baru atas hakekat sesungguhnya dari Realitas Kebenaran. Namun sangat disayangkan  tampaknya mereka melupakan satu permasalahan paling mendasar dan menyasar  yang sesungguhnya justru paling penting untuk dipaparkan kepada pemerhati spiritualitas awam seperti kita  yaitu dengan tidak memberikan  semacam wawasan panduan praktis yang sistematis dan  menyeluruh mengenai  sistem filosofi dan metode realisasi yang benar dan  jelas sebagai kesimpulan akhir dari segala pembahasan aneka aliran spiritualitas tersebut .Sebagian besar tulisan dan ceramah mereka masih berputar-putar pada kajian tentang  pembenaran visi  dan misi dari setiap ajaran /pandangan yang ada  tetapi hampir tidak diajukan intisari kebenaran global yang terdapat di dalam keseluruhan pembahasannya  ataupun hanya sekedar memaparkan ulasan kritis tentang sistem kehidupan kontemporer dewasa ini namun nyaris tanpa pengajuan solusi yang bisa kita jadikan acuan dalam pembumian kehidupan kita secara nyata.

                   Dikarenakan para pakar peneliti kebenaran yang sangat kompeten dan kita andalkan  dalam permasalahan spiritualitas sama sekali tidak merangkumnya , maka dengan segala keterbatasan pengertian yang ada penulis memberanikan diri mengajukan karya ini ke hadapan pembaca. Katakanlah ini hanya rintisan pembuka dari seorang awam agar di kemudian hari bermunculan buku-buku risalah pemandu yang lebih berkualitas dan semakin sempurna oleh para pakar yang lebih layak untuk hal ini.    

·          Pengakuan → penulis bukanlah orang tepat yang layak mengungkapkan masalah spiritualitas kepada umum.

Pengakuan realitas =

Bukan kriteria ideal penulis :

1.Tuhan

2. Pilihan : Rahni Ilahi ® Para Nabi yang terevilasi , para Suci yang terilluminasi

3. Kelayakan : Karani kathani ®

® Orang awam yang menempuh  dan ingin ,sharing’ feedback  

Sesungguhnya penulis bukanlah orang tepat yang layak mengungkapkan masalah spiritualitas kepada umum. Dikarenakan untuk menyampaikan masalah tersebut harusnya hanyalah pribadi tak tercela yang bisa diteladani prilaku kehidupannya dan dalam penempuhan spiritualitasnya telah mampu mencapai Pencerahan sempurna – setidaknya sudah memperoleh hasil kemajuan  spiritualitas yang cukup tinggi . Sedangkan Penulis hanyalah  seorang pencari  yang cuma memiliki sedikit pengetahuan  intelektual olahan mengenai spiritualitas  yang dasar pengertiannya  diperoleh dari sekian literatur dan informasi yang diberikan oleh orang lain sedangkan pengalaman dan keberadaan penulis yang  sesungguhnya hampir tanpa mampu menjalani penempuhannya sehingga sama sekali tidak memenuhi persyaratan tersebut . Sama sekali bukanlah ‘prestasi’ yang membanggakan maupun  ‘prestise’ yang mengesankan bagi seorang penulis masalah spiritualitas. Dan ini bukanlah basa-basi dari suatu kerendahan hati namun memang  merupakan kenyataan  sesungguhnya yang tidak akan penulis tutupi kebenarannya. Tak ada gunanya menipu diri sendiri maupun orang lain dengan menyatakan dan menganggap diri  sendiri sebagai kebalikannya. Terkadang kejujuran dan keterbukaan memang diperlukan bukan saja demi kebaikan orang lain namun terutama juga demi kelegaan diri untuk kemudian mampu lebih lancar membahas permasalahan yang akan diutarakan.dikarenakan tiada lagi  beban maupun  kedok penutup kebohongan untuk selalu terus disembunyikan. Bukankah Tuhan Yang Maha mengetahui baik yang tampak dan tersembunyi  selalu mengawasi kita ?  sehingga dusta walaupun mungkin dapat membawa kita dalam  suatu kemuliaan semu dihadapan manusia namun sungguh sama sekali tidak sebanding dengan kenistaan kita  dihadiratNya.

Oleh karena itu sebelumnya izinkan kami menyatakan kejujuran ini kepada anda bahwa penulis ini sesungguhnya  tidaklah lebih baik dari anda sebagai pembaca; bahkan kemungkinan besar justru malah  sebaliknya. Mengingat pengetahuan dan pembicaraan sesungguhnya sama sekali tidaklah selalu  menunjukkan keberadaan sebenarnya . Sehingga dalam pembahasan nanti bisa diibaratkan bagaikan  seseorang yang menunjukkan jari kedepan orang lain dalam berbicara  dimana walaupun satu jari telunjuk tersebut mengarah kepada pembaca namun sesungguhnya empat jari mengarah kepada si penulis sendiri. Maksudnya penulislah yang sebenarnya lebih memerlukan kebenaran tersebut daripada pembaca.. Jadi tak perlu tersinggung dan merasa tidak nyaman karena merasa ‘ digurui’  oleh orang yang memang sebenarnya tidak pantas. Kebenaran tetaplah suatu  Kebenaran walaupun orang hina yang menyatakan ; ketidak-benaran tetaplah ketidak-benaran walaupun seorang raja yang mengatakan.jadi  Simaklah kebenaran yang ditunjukkan dan bukan jari si penunjuk tersebut.- demikian kata orang bijak yang seharusnya kita camkan bersama dengan tanpa maksud sedikitpun dari penulis untuk membela diri . Kebenaran adalah kebenaran ; dan kebenaran sesungguhnya  merupakan suatu kenyataan ilahiah yang bebas sama sekali dan  tidaklah bisa dimanipulasikan  sebagai pembenaran identitas ataupun autoritas  pemilikan bagi  suatu pribadi atau pandangan dari suatu sistem tertentu saja  walaupun setinggi atau serendah apapun kita mengidentifikasikan anggapan atas diri dan golongan  kita sendiri.Dan sesungguhnya buku ini terutama  memang ditujukan sekedar untuk media katarsis dan resume analisis dari pencarian kebenaran selama sekian tahun yang perlu tersusun  bagi  penulis sendiri walaupun tidak menutup kemungkinan jika kemudian sejumlah  informasi yang diberikan  bisa juga dijadikan sebagai referensi pelengkap bagi pengetahuan maupun penenpuhan yang anda lakukan.  Daripada menjadi ‘api dalam sekam’ yang meresahkan diri sendiri adalah  lebih baik untuk mengungkapkannya kepada sesama karena walaupun mungkin hal ini  terasa begitu memalukan namun demikian seperti lilin yang membakar dirinya sendiri penulis masih dapat berharap bahwa  nyala kecilnya sedikit banyak akan mampu memberikan terang bagi para pencari kebenaran yang memerlukannya. Demikianlah  akhir kebimbangan dan awal pengungkapan dari literatur ini.

Kemudian dengan menepis rasa malu dan ragu, kami akhirnya mulai menuliskannya. Dan bagaikan hanya menabur mimpi, penulis tidak perduli apakah kemudian akan ada penerbit yang bersedia menyebar-luaskan karya yang mungkin tidak cukup ‘marketable’ untuk dijual dikarenakan autoritas dan identitas keberadaan penulis yang ‘kurang-meyakinkan’; dan jika ternyata kemudian ada penerbit yang bersedia mencetak dan memasarkannya penulis juga tidak perduli apakah kemudian buku ini kemudian  cukup menarik untuk dibeli dan dibaca oleh para pencari kebenaran yang memerlukannya ; dan jika seandainya saja buku ini kemudian tidak disambut dengan baik sekalipun penulis akan siap menerimanya. Yang jelas penyelesaian tugas  ini harus segera tergenapi karena mungkin hanya  karya kecil ini satu-satunya persembahan sederhana yang bisa penulis berikan pada kehidupan ini kepada Tuhan dan bagi  dunia, khususnya anda sebagai pemerhati masalah spiritualitas.

Bukan  Kriteria ideal paradigma :

1. Kebenaran Mutlak yang sesuai dengan kenyataan sesungguhnya ; tidak sekedar  

2. Memungkinkan penempuhan yang berkelanjutan tidak sekedar

3. Mencakup pemberdayaan  keseluruhan secara detail tidak sekedar global

® Pandangan hipotesis 

                   Segala bahasan dan ulasan dari buku ini sesungguhnya bukanlah rhetorika penulis yang ditujukan untuk  memanipulasi anda agar  langsung menerima dan membenarkan  segala wacana yang dipaparkan. Bahkan penulis justru mengharuskan kepada para pembaca untuk senantiasa kritis mengkaji literatur ini dengan kecerdasan nalar dan kejernihan nurani agar senantiasa terjaga dari kesesatan dikarenakan walaupun sesungguhnya penulis senantiasa mengharapkan perlindungan Tuhan agar diberikan keahlian dan kearifan dalam memilah dan memilih kebenaran dari kesesatan yang mungkin disengaja ataupun mungkin tidak disengaja dan untuk itu melalui usaha semaksimal mungkin dalam merangkum permasalahan spiritualitas selama sekian tahun ini; penulis tetap berkeyakinan karya ini masih jauh dari kesempurnaan dan bahkan tidak menutup kemungkinan banyak terdapat kekurangan bahkan bisa jadi kekeliruan yang terdapat didalamnya dikarenakan keterbatasan penulis dalam menganalisis suatu permasalahan. Singkat kata, buku ini hanyalah karya sederhana seorang anak manusia yang memiliki keterbatasan untuk disikapi secara jeli dalam mengkajinya.. Dan untuk menjaga kemungkinan dari penyesatan yang mungkin saja secara tidak disadari akan terjadi maka buku ini dilengkapi juga dengan Kuis dianektisi  pada akhir pembahasan untuk  diisi sesuai dengan pandangan anda sendiri. Anda boleh mengisi apapun juga sesuai dengan keyakinan ataupun keinginan anda sendiri – walaupun itu mungkin saja  berbeda sama sekali dengan  sejumlah pandangan yang dipaparkan penulis. Kuis – yang merupakan penerapan dari Sistem majeutice dari  seorang filsuf  terkemuka bernama  socrates ini – dimaksudkan  agar anda bisa menentukan cara memandang dan menjalani kehidupan ini. Kebenaran harus lahir secara otentik berdasarkan kesadaran anda sendiri . Dikarenakan tanggung jawab eksistensialitas seorang pribadi dibebankan pada pundak dirinya sendiri maka sudah selayaknya kebebasan menentukan keputusan bagi perjalanan kehidupannya sepenuhnya juga  berada di tangannya sendiri .Keberadaan buku ini bisa dikatakan hanyalah sebagai bidan yang mencoba membantu anda untuk menghadirkan kesadaran tersebut ke permukaan agar kemudian anda bisa menentukan kepastian bagaimana anda selanjutnya mensikapi dan menjalani kehidupan anda sendiri. Uraian dalam pembahasannya tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi pilihan anda dalam menentukan keputusan jawaban namun hanya sebagai perspektif pelengkap dalam memperluas wawasan anda akan adanya sekian banyak sudut pandang dalam memahami setiap aspek kehidupan yang sama  dari  kebenaran yang satu tersebut. Oleh karena itu kuis tersebut bisa juga  digunakan  baik sebagai batu ujian pemantapan bagi para penganut dari sistem tertentu maupun penentuan sikap hidup bagi para penempuh ataupun sekedar referensi wawasan bagi para pembaca biasa. Kebenaran Mutlak hanyalah milik Tuhan dan hanya pada kuis ini anda diberi privacy kebebasan untuk menafsirkannya sendiri secara autentik dan subyektif  dimana tidak satupun jawaban yang bisa dikatakan benar atau salah – jadi segalanya terserah anda dan seluruhnya tergantung Dia.

Pengharapan :

·          Kemanfaatan → sesama Pencari Kebenaran,Penempuh Kehidupan,Pemerhati keabadian,Pengamat Kenyataan

Dengan segala keterbatasannya kami berharap akan sangat bermanfaat sebagai referensi panduan maupun sekedar literature wawasan bagi para pembaca yang mungkin terpilah dalam 4 (empat) kelompok berikut :

(1) Pencari Kebenaran :

Walaupun pada hakekatnya setiap kita adalah pencari kebenaran ; namun yang kami maksudkan disini adalah

sesungguhnya target pertama dan terutama dari maksud dan tujuan penulisan buku ini adalah .sebagai referensi pustaka bagi mereka. Para truth seeker,dharma sekha , pembelajar dan pemberdaya diri,

(2) Penempuh Kehidupan, :

Kita semua

(3)Pemerhati keabadian, :

Tidak semua manusia

 (4) Pengamat Kenyataan :

Dalam eksistensialitas kita

·          PensikapanSikap terbuka dan sekaligus terjaga ini seharusnya senantiasa anda jalani dalam segala hal ;

Untuk kesekian kalinya penulis berharap ,hendaklah sebagai pembaca sekaligus penempuh anda tetap senantiasa terbuka dan terjaga dalam memahami dan mensikapi permasalahan. Terbuka dalam pengertian reseptif dalam memahami suatu  dialektika bahasan suatu permasalahan  ; namun sekaligus juga bersikap terjaga untuk tidak harus menerimanya mentah-mentah sebagai pandangan yang benar dimana kemudian anda tidak harus menyetujuinya sebagai pandangan yang anda ambil.

Sikap terbuka dan sekaligus terjaga ini seharusnya senantiasa anda jalani dalam segala hal ; termasuk di dalam mengkaji literatur ini. Walaupun sesungguhnya penulis senantiasa mengharapkan perlindungan pada Tuhan agar Dia senantiasa memberikan petunjuk supaya kami mampu untuk senantiasa menyatakan hanya kebenaran saja  dan berusaha semaksimal mungkin untuk menyusunnya  dalam kejelasan pada seluruh bahasan di lieratur ini ; namun penulis tetaplah mengakui dan merasakan tidak seluruhnya dari risalah pandangan ini merupakan kebenaran yang harus diyakini . Karya ini - sebagaimana mungkin juga  karya manusiawi lainnya - masih memiliki banyak kekurangan untuk diisi, kekeliruan untuk diperbaiki , dan keterbatasan untuk disempurnakan. Oleh karena itu tetap sangat  diperlukan kedewasaan dari pembaca sendiri dalam mensikapi dan menerima ulasan sehingga mampu memilih dan memilah  sesuai dengan kemanfaatan yang diperlukan.

·          Pengertian ®kebenaran hanyalah  karena Tuhan; kesalahan yang berasal dari  diri pribadi penulis sendiri .

Seandainya ulasan yang terungkap sungguh merupakan  kebenaran ; maka kebenaran itu hanya karena hidayah Tuhan semata dikarenakan Dialah sesungguhnya sumber dari segala kebenaran yang ada sehingga  tiada hak bagi penulis untuk menyatakan kebenaran ini dikarenakan upaya diri sendiri. Namun jika dalam pengungkapan terdapat kekurangan dan kekeliruan atau bahkan mungkin penyesatan ; sesungguhnya kelalaian tersebut  disebabkan karena keterbatasan manusiawi penulis sendiri yang tak tersadari ; dan dengan  tetap selalu  mensucikan Tuhan Yang Maha Benar  dari segala kesalahan ulasan pembahasan  pada buku  ini.-adalah  haq  bagi kami untuk mengakui kekeliruan  tersebut sebagai kesalahan yang berasal dari  diri pribadi penulis sendiri . Semoga Tuhan mengampuni dan pembaca bisa memaklumi.

   Terakhir ; Selamat Membaca .


 

BAB I = 

REFERENSI = Pengertian

Prolog =  Hipotesis Paradigma :

Referensi  ini kami jadikan dasar awal dalam pengkajian paradigma Dhamma dipathera (pendekatan kebenaran absolut) ini.  Dhamma dipathera tidak sekedar pembenaran loka dipathera saja ataupun atta dipathera belaka. Kami berharap wawasan paradigma yang tersaji cukup akurat untuk memuaskan akal agar kemudian kita merasa perlu untuk bersegera menempuh realisasi tindakan pemberdayaan diri dan sekaligus pembuktian bagi hipotesa yang dipaparkan. Pantha-Rei , biarkan segalanya mengalir apa adanya sebagaimana harusnya.

                Langkah awal haruslah dimulai. Untuk dapat melangkah dengan benar kita memerlukan pandangan yang relatif benar juga. Osho menyatakan walaupun tetap perlu dilakukan namun sesungguhnya langkah awal cenderung sebagai sesuatu kekeliruan. Dikarenakan kebenaran sesungguhnya melingkup secara nyata pada kita . Dia tidak dimana-mana. Pengetahuan yang terserap dalam bentuk informasi dan bukan realisasi memang kurang memadai dan terkadang justru malah menghambat keberhasilan suatu penempuhan dikarenakan senantiasa ada kecenderungan dari kita untuk merasa cukup sekedar mengerti saja untuk kemudian merasa tidak perlu menjalaninya, ataupun sering juga terjadi interferensi kesalah-fahaman dalam menafsirkan dikarenakan perbedaan dan kesenjangan dengan apersepsi pengetahuan sebelumnya, ataupun keterlalu-melekatan pada pandangan tersebut justru akan menghambat realisasi pengembangan kebijaksanaan dan peningkatan kesadaran yang mungkin dapat dicapai ; atau bisa juga terjadi adanya penyesatan dan keterpedayaan  yang tidak selalu disengaja sebagai manipulasi kelicikan pemapar demi kepentingan pribadinya sendiri  namun juga bisa suatu kekeliruan informasi karena keterbatasan pengetahuan walaupun dia memiliki maksud tulus untuk memberdayakan .

Osho mungkin benar namun demikian kami juga berpandangan. GIGO (garbage in,Garbage Out). Jika yang masuk sampah, keluarnyapun cenderung sampah). Tetap diperlukan kejelasan dan ketepatan pengertian bagi kita semua untuk dapat menghayati kebenaran tersebut. Pandangan yang benar adalah separuh langkah tindakan yang benar.. Namun demikian memang sangat perlu kewaspadaan bagi kita semua dalam  menyimak dan mensikapi referensi pandangan awal ini. Sikap terbuka dan terjaga haruslah tetap menjadi senjata anda dalam mengkaji setiap hipotesis bahasan pada buku ini. 

asumsi pensikapan : terbuka & terjaga

Sikap terbuka dan terjaga adalah perpaduan sikap yang tampak saling bertentangan satu sama lain namun sesungguhnya sikap ilmiah ini saling melengkapi satu sama lain.

Jika anda terlalu terjaga anda akan cenderung untuk tidak mempercayai wacana apapun juga dan tidak memperdulikan dampak penolakan tersebut  untuk kemudian  secara spontan langsung menolak suatu pandangan tertentu.  Anda akan terhindar dari keterpedayaan yang akan merugikan anda dan sekaligus terhalangi juga dari keberdayaan yang akan berguna bagi anda. Sikap selalu terjaga mungkin memang sikap yang  paling aman namun juga paling stagnan. Jika system 100 % aman kemungkinan besar system tersebut tidaklah berjalan. Bagaikan katak didalam tempurung sikap terjaga bisa diibaratkan sebagai tempurung yang menutup segala masukan 

Sebaliknya Jika anda terlalu terbuka anda akan percaya begitu saja akan kami. Sikap ini mungkin sangat riskan  .

Kisah keterjagaan & keterbukaan :

Ali b Abi Tholib :

® terbuka untuk siaga menghadapi dalam segala kemungkinan yang mungkin terjadi.;

‘kalama sutta’ :

® : selama belum ada realita yang membuktikan kebenarannya ; segalanya barulah hipotesa.

terjaga untuk hanya menerima kebenaran melalui penempuhan dan

Edward S Bono mengutarakan suatu kata tanggapan “Po” sebagai alternatif jawaban spontan “ya” atau “tidak”. Segala hiPOthesis (pandangan ) adalah Possible (mungkin). Mungkin Ya , mungkin juga tidak. Bisa “Ya” jika memang benar adanya; bisa “Tidak” jika memang tidak demikian nyatanya. Sikap PO ini tidak menuntut anda untuk segera mempercayai ataupun menyangkal segala sesuatu sebelum nyata kebenarannya. Tetap terjaga karena selama belum ada realita yang membuktikan kebenarannya; segalanya barulah hipotesa.namun juga terbuka untuk tetap senantiasa bersiaga menghadapi dalam segala kemungkinan yang mungkin terjadi.dengan mempersiapkan keberdayaan diri yang diperlukan.  Segalanya ada waktunya. Kebenaran tetap akan terjadi walaupun kita tidak meyakininya, kenyataan tetap akan terjadi walaupun kita tidak menginginkannya. Pandangan perlu dibuktikan keabsahannya. Kesejatian perlu diberdayakan untuk kesiagaannya. Kehidupan perlu diusahakan untuk kesuksesannya. Pilihan perlu ditentukan untuk kepastiannya. Tindakan perlu dilakukan untuk pemenuhannya,

 1) GNOSIS :  Keakuratan paradigma (W) :

prolog : KeIlahian ?

Kehidupan yang sejati seharusnya menyandarkan pada Kebenaran Absolut yang nyata bukan sekedar pembenaran keinginan subyektif ego (atta dipathera) semata ataupun keyakinan relatif pandangan superego (loka dipathera) belaka. Oleh karenanya diperlukan Premis Pandangan yang benar (setidak-tidaknya tepat) untuk memahami realitas kebenaran abadi dan fenomena kenyataan sebagai dasar acuan kita dalam mensikapi dan menjalani  hidup ini.

                Berbicara tentang Kebenaran dan keMutlakan membawa kita pada pandangan tentang KeIlahian yang dimuliakan dalam risalah religiusitas agama tradisional dan spiritualitas mistik esoteris serta dalam sejumlah pandangan filsafat dan estetika yang sebagian besar memandangnya dipandang sebagai Sumber Mutlak kebenaran dalam dogma,wacana maupun hipotesa  theologinya masing-masing..

KeIlahian dalam Agama + Mistik  & Filsafat + Ethika  =

Mediteran :  Yahudi – Kristen – Islam :  Ibrahim ,Musa , Daud , Yesus dan Muhammad & Mistisme Kabala , Esena dan Sufisme

India ‘Hindustan” sebagai negeri mistis dan filsuf timur melahirkan kultur religi hinduisme yang beragam , termasuk juga Buddhisme, & Sikh . Mistisme Yoga .  Cina  Taoisme. Babilonia Zoroaster . Mesir Ikhnaton.

Perenialist , Theosofist 

konsideran asumsi 3 ;

Sebelumnya kita simak dulu sejumlah sikap pandang manusia mengenai permasalahan keTuhanan ini beserta dialektika pensikapan

(1) mempercayai  atau  mengingkari  KeIlahian?  ® Konsep Menerima : 

Konsep  Mengingkari  :

Sejumlah filsuf  empiris , rasionalist >  vitalist , atheist,

Konsep  Mempercayai :

Sejumlah filsuf  religius > positivist agnosis,

® Konsep Menerima : 

Prinsip terbuka untuk mempercayai kemungkinan adanya ‘keMutlakan’ / keIlahian.

Atheisme adalah kemustahilan ontologis . Atheisme adalah tempurung Osho. Mulhad 

(2) Menerima KeIlahian secara familiar atau absolut? ® Konsep Tauhid =

Umumnya terdapat 2 (dua) sudut pandang dasar dalam mensikapi keTuhanan , yaitu secara familiar dan absolut

Konsep familiar : Sudut pandang yang familiar memandang Tuhan; keberadaanNya secara pasti dapat dipersonifikasikan secara akrab dan juga kehendakNya secara positif  dapat diidentifikasikan. walaupun pada prakteknya Pandangan yang terlalu familiar tentang keTuhanan tepat dikarenakan memungkinkan adanya hubungan antara makhluk dengan  Tuhan yang berpribadi dan mudah difahami. Sayangnya, seringkali cara pengenalan Tuhan dipersonifikasikan secara naif sesuai dengan anggapan dan kepentingan pandangan tersebut yang terkadang menyebabkan idea keTuhanan dan kebenaranNya malah  menjadi ‘rentan’ terhadap aneka kekacauan identifikasi yang membataskan sesuai dengan anggapan keyakinan dan atau bahkan sekedar keinginan kita sendiri. Sehingga Tuhan menjadi  terrendahkan secara kasar karena ke”terbatas’annya tersebut dan seakan justru menimbulkan kesan hanya memanipulasi kekudusan idea keTuhanan dan keluhuran idea Dharma demi kepentingannya sendiri.

Konsep Absolut ;

Sejumlah besar filsuf cenderung untuk lebih memandang Tuhan dalam aspek transendentalNya. Karl Jaspers,sebagai contoh, menyatakan kepercayaan (Faith) adalah transendensi.  Ketidak percayaan transendental keTuhanan akan membawa kita kepada nihilisasi,demonologi dan deifikasi.

1. nihilisme  : menganggap segala sesuatu {termasuk Tuhan } nihil .

2. demonologi :

3. deifikasi :

Namun demikian Jaspers juga menyatakan chiffers ; semacam   : inspirasi (keilhaman) , revilasi (pewahyuan) , illuminasi.(pencerahan)

Sudut pandang yang absolut memandang Tuhan begitu sempurna untuk dapat difahami, sehingga segala pengenalan yang pasti dan positif tentang Tuhan sesungguhnya adalah mustahil. ignoramus,ignorabimus (kita tidak mengenalNya,dan tidak mungkin akan mengenalNya]- demikian kata seorang  filsuf bernama Dubois. Pandangan ini kemudian tumbuh dan berkembang menjadi aliran agnostisme. Mengakui keberadaan Tuhan (yang Absolut) namun meragukan keabsahan agama dengan Tuhan yang didogmakan sangat familiar. Pandangan  yang terlalu absolut tentang keTuhanan walaupun pada hakekatnya tampak  benar dikarenakan dalam hal esensiNya memang Tuhan bebas dari penyerupaan dengan wujud makhluk. Namun hal ini menyebabkan hubungan kita dengan Tuhan sebagai Landasan dan Tujuan bagi spiritualitas justru menjadi terlalu absurd. Tuhan menjadi begitu jauh diluar jangkauan pengertian sehingga tidak memungkinkan sama sekali adanya hubungan diantara keduanya. Tuhan yang terlalu dipandang transenden absolut malah  menjadi ‘asing- tak dikenal’. Sehingga Tuhan menjadi tersingkirkan secara ‘halus’ justru karena kesempurnaanNya. Pandangan ini begitu ironis seakan malah disalih tafsirkan memiliki  maksud tersirat untuk  menyangkal  mampu dan perlunya hubungan antara   manusia dengan Tuhannya.

® Konsep Tauhid =

Jika kau memandangnya tanzih semata kau membatasi Tuhan.

Jika kau memandangnya tasbih belaka kau menetapkan Dia

Namun jika kau menyatakanNya tanzih dan tasybih;

kau berada di jalan Tauhid yang benar

Sufi Ibn Arabi  memandang  KeIlahian Tuhan secara Esa - utuh dalam keseluruhan. Tuhan dipandang sekaligus sebagai Dzat Mutlak yang kekudusanNya tak tercapai oleh apapun/siapapun juga (transenden/tanzih) namun keluhuranNya meliputi segala sesuatu (immanen/ tasybih) sehingga walaupun pada dasarnya Kekudusan dan kesempurnaan Tuhan secara intelektual tak terfahami (agnosis)dengan keberadaan yang mungkin terlalu agung untuk kemudian tak diPribadikan(impersonal) dan mandiri (independent) namun  kemulian IlahiahNya sering  disikapi sebagai figur yang berpribadi(personal) dan Dharma kehendakNya dapat difahami(gnosis)  sehingga  memungkinkan terjadinya hubungan antara makhluk dengan Tuhan sesuai dengan ketentuanNya (dependent).

Prinsip Tauhid ini tampak bisa menjembatani  2 (dua) ekstrem cara memandang keIlahian Tuhan.® Konsep Tauhid = Prinsip tengah untuk mempercayai kemungkinan 

(3) Menerima keIlahian secara Tauhid sebatas pengertian atau peribadahan?®Konsep Ehipasiko: Prinsip penempuhan dianektis

 Mahatma Buddha tampaknya lebih menitik beratkan spiritualitas dalam penempuhannya daripada sekedar membicarakan dan memperbincangkan teorinya saja sehingga kemudian dia tidak ingin berspekulasi dan terjebak dalam rimba perselisihan pendapat konseptual  yang tidak begitu perlu  ketika seseorang menanyakanNya tentang hakekat Tuhan . Dia hanya meletakkan telunjuk di bibirnya.sebagai ‘jawaban’.  Mungkin karena ini masalah keTuhanan hampir tak pernah disebut-sebut dalam ajaran Buddhisme ; sikap ini kemudian sering disalah tafsirkan sebagai penegasan bahwa ajaran Buddhisme menyangkal adanya Tuhan. Padahal sesungguhnya dengan sikap tersebut Buddha mengisyaratkan jawaban bahwa Tuhan yang Maha Esa itu ada namun Dia terlalu sempurna untuk digambarkan dengan kata-kata..

Dalam kitab suci Uddana 8.3 Parinibbana (3) Buddha bersabda :

O,bhikkhu ; ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak

Jika seandainya saja tidak ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut  maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran penjelmaan ,pembentukan , dan pemunculan  dari sebab yang lalu.

Tetapi karena ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak  menjelma, tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut maka ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu itu.

Ini secara tidak langsung mungkin menunjukkan dua hal sekaligus ,yaitu : kesaksian akan adanya keilahian yang diistilahkan sebagai ‘yang tak terbatas” dan yang kedua penjelasan bahwa nibbana   pencerahan sebagai puncak pencapaian spiritualitas Buddhisme hanya mungkin terjadi karena adanya ‘Yang tak terbatas’ tersebut. Hal ini akan kita bahas lebih lanjut pada masalah pencerahan spiritual 

Prinsip penempuhan dianektis melalui hipotesa sementara pengertian dialektis

1) Bagi Atheist :

2) Bagi Mu’min yang Familiar :

3) Bagi Mu’min yang Absolut :

·          perspektif  insaniah  4 (3 + 1);

perspektif  insaniah  4 (3 + 1);

Jendela Pengamatan Manusiawi : Jnana – Bhakta - Karma  

+ Turiya : ® : Metafisik ;  Spiritual ; Robbaniah

manusia memberikan bingkai persepsi keIlahian dengan menghayati Tuhan sebagai kebenaran dalam pengertian intelektualnya yang kemudian direalisasikannya dalam jalan pengetahuan (jnana yoga); sebagai keindahan dalam pengertian emosional yang kemudian direalisasikannya dalam jalan kebaktian (bhakta yoga) ; sebagai kebaikan dalam pengertian aksional yang kemudian direalisasikannya dalam jalan perbuatan (karma yoga).

Osho menambahkan jendela pendekatan intuitif mistik sebagai jendela keempat (Turiya) untuk merealisasikan keIlahian tersebut melalui kesadaran langsung    

formulasi konsep 3 

·          konsideran asumsi 3 ;

(keberadaan; kenyataan ; kebenaran ); ® KeIlahian dalam wujud,kuasa dan kasih .

Dengan tanpa maksud sedikitpun untuk mencabut anda dari kepercayaan dogmatis ataupun  bahkan pandangan atheistik  yang telah anda yakini sekalipun, berikut ini akan kami paparkan gnosis dasar spiritualitas esoterik mengenai keTuhanan,Keabadian dan kehidupan melalui pendekatan filosofis. Pandangan ini kami ajukan bukan hanya untuk menjaga netralitas dan obyektivitas pembahasan dari  keberfihakan pada suatu ajaran atau faham tertentu ataupun hanya berdasarkan kecenderungan perkembangan pandangan filosofis dewasa ini. namun juga dikarenakan adanya sejumlah  keidentikkan  kedalamaman perspektif esoteris  yang terdapat pada sekian banyak ajaran religi dan mistik tradisional yang tampak  berbeda pada eksoteris di permukaannya.

Trilogi KeIlahian : Wujud keberadaan;  Fakta kenyataan ; Nilai kebenaran

® Realitas KeIlahian dalam Wujud, Kuasa dan Kasih.

® Trilogi KeIlahian : Wujud keberadaan;  Fakta kenyataan ; Nilai kebenaran

Dhamma dipathera haruslah selaras

® Realitas KeIlahian dalam Wujud, Kuasa dan Kasih.

1) Kaidah Wujud =  Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk ) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa  ada, bisa  juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan , segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada.

2)Kaidah Kuasa = Tuhan adalah Dzat Mutlak yang keluhuran ilahiyah laten deitasNya melingkupi segala sesuatu (immanent) namun kekudusan Dzat MutlakNya tak terjangkau oleh apapun atau siapun juga (transcendent) ® monotheistic x pantheistic,

3)Kaidah Kasih =  Tuhan adalah Hakekat yang merupakan pangkal dan akhir segala yang ada. Segalanya berada dalam kuasa kehendakNya

Dalam ketentuan kuasaNya ; Tuhan mengarahkan segalanya  dengan dhamma kenyataan. Segala nya berada dalam PengaturanNya

Dalam kehendak kasihNya ; Tuhan mengarahkan segalanya dalam Dharma kebenaran ; Segalanya berada dalam PemeliharaanNya

1. Hipotesis keBeradaan Tuhan (w) : 

Kaidah Wujud :Tuhan (kholik) sebagai wajibul wujud ; (makhluk ) adalah mumkimul wujud

®Tanpa Tuhan , segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada.

Premis Dasar

1. Hipotesis keBeradaan Tuhan : 

Kaidah Wujud :

Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk ) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa  ada, bisa  juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan , segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada.

Tuhan adalah Wujud Mutlak (al wujud al muthlaq) Wujud yang keperiadaanNya wajib ada – karena jika tidak ada maka segala perwujudan lain (makhluk) yang hanya bersifat relatif dan mungkin (al wujud al mumkinat) tak mungkin ada juga. Tanpa apapun,Dia bisa ada maujud ; namun Tanpa Dia tiada sesuatupun yang maujud. Dia adalah  Hakekat yang merupakan pangkal dan akhir segala yang ada.

® GENESIS = fase  keberadaan (w) : Dhyana Dharma – Dharma Dhyana

Dhyana Dharma Keberadaan :

Fase 1 :  Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purwaning Dumadi  ( Dhyana ® Swadika ! )

Fase 2 : fase peng’ada’an. KeEsaan karena Tuhan. sangkaning Dumadi  ( Dharma ® Kehendak Ilahi )

Fase 3 : fase keberadaan  Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi  ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )

Dharma Dhyana Keberadaan :

Fase 3 : fase keberadaan  Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi  ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )

Fase 4 : fase peniadaan. Keesaan kembali ke Tuhan. paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )

Fase 5 : fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )

® GENESIS = fase  keberadaan (w) : Dhyana Dharma – Dharma Dhyana

Sangkan Paraning Dumadi

Dhyana Dharma Keberadaan :

Dharma Dhyana Keberadaan :

Fase 1 :  Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purwaning Dumadi  ( Dhyana ® Swadika ! )

Nun ~ Hanya keberadaan Tuhan yang berada dalam Dhyana. tiada apapun jua selain Dia

Nun – Hanyalah Tuhan Keberadaan Absolut . Esa Tanpa siapapun – Swadika dalam Dhyana

Sejumlah filsuf Mistik memandangnya sebagai ketentuan Azali Transendental Tuhan dengan tanpa apapun dan siapapun jua. KeEsaan hanya Tuhan.

Fase 2 : fase peng’ada’an. KeEsaan karena Tuhan. sangkaning Dumadi  ( Dharma ® Kehendak Ilahi )

Kun – Hanyalah karena Keberadaan Absolut . Semesta keberadaan  terjadi dari ketiadaan  karena kehendakNya  – Dharma Mandala

Kun ~ Hanya karenaNya, segala yang tiada menjadi ada

Karena kasihNya ; Tuhan menghadirkan segalanya . Dimensi ruang dan semesta terwujud, dan Dimensi waktu dan zaman bergerak.

Sejumlah Filsuf Scientist memandangnya sebagai ‘big bang’ emanasi darii suatu keberadaan agung yang memancarkan kemajemukan esensi nya menjadi beraneka ragam keberadaan dalam mandala yang bersesuaian  dengan

Sejumlah Religi Mediteran memandangnya sebagai kreasi penciptaan sang Kholik atas setiap makhlukNya melalui proses bertahap dan berkelanjutan 

Sejumlah Mistisi Pantheist memandangnya sebagai tanazul perpisahan dirinya dengan TuhanNya. Karena kesadaran keakuan dia membedakan keberadannya dalam keEsaan bersama Tuhannya. Dengan semakin kuatnya fantasi keakuan dan semakin liarnya sensasi kemauan yang mengikutinya dia semakin menjauh dari hadirat keEsaan TuhanNya dalam ilusi mandala  keberadaan sebagai figur keberadaan yang semakin individualis. Tanazul Perpisahan ini menimbulkan kehampaan dan kerinduan untuk Taraqqi kemanunggalan kembali.   

Awal penciptaan dunia ini adalah kecintaan Tuhan terhadap diriNya dan dalam diriNya. Melalui cintaNya Dia ingin dikenal dan IlmuNya ingin Dia manifestasikan. Demikian pandangan Ibn Arabi dan juga sejumlah aliran mistik theosofis.Cinta merupakan sebab daripada penciptaan (tajalli = manifestasi diri yang satu dalam bentuk-bentukNya yang tak terbatas).

Fase 3 : fase keberadaan  Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi  ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )

Aum – Hanyalah Esa Keberadaan Absolut. Segalanya berada dalam  Laten Deitas mandala DharmaNya –  Strata Mandala

Aum ~ Keberadaan terwujud dalam jagad Qodim Mandala keberadaan sejak masa Azali Mandala Keabadian.

Dalam kuasaNya ; Tuhan mengarahkan segalanya  dengan dhamma kenyataan.

Dalam kasihNya ; Tuhan mengarahkan segalanya dalam Dharma kebenaran ;

Pandangan monistik : Aum-sarvam khalv idam Brahman Esa; demikianlah segalanya berada dalam Brahman

Saat ini dan disini kita berada dalam fase 3.

Fase 4 : fase peniadaan. Keesaan kembali ke Tuhan. paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )

Kun – Hanyalah Esa Keberadaan Absolut. Segalanya kembali ke hadiratNya – Dharma Mandala

Kun ~ Hanya karenaNya, segala yang ada kembali tiada. 

Karena kuasa Nya ; Tuhan mensirnakan segalanya. Dimensi ruang dan semesta musnah, dan Dimensi waktu dan zaman berhenti.

Sejumlah Religi dan Mistisi memandangnya sebagai Pralaya (kiamat) sebagai pemusnahan sebagian dimensi dan meneruskannya dengan penghisaban , sejumlah mistisi bahkan menyatakan sebagai Maha Pralaya sebagai pemusnahan seluruh dimensi mandala keberadaan. sebagai peleburan total .  

Sejumlah Filsuf Religi dan Mistisi memperkirakan kedatangannya secara negatif dikarenakan keingkaran makhluk telah  merajalela hingga mencapai puncaknya yang mengakibatkan ketidak harmonisan mandala keberadaan tersebut; sebagian lagi memperkirakan kedatangannya secara positif  dikarenakan terjadinya Pencerahan spiritual secara universal yang mengakibatkan transformasi kemurnian mandala .

Fase 5 :  Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )

Nun – Hanyalah Esa Keberadaan Absolut. Esa tanpa siapapun Swadika dalam Dhyana

Nun ~ dalam kehampaan , tiada apapun jua . Hanya Tuhan yang berada dalam Dhyana.

Sejumlah filsuf  mistik memandangnya sebagai ketetapan Abadi Transendental Tuhan dengan tanpa apapun dan siapaun jua . KeEsaan hanya Tuhan.

2. Hipotesis  KeTauhidan Tuhan (k):

Konsep Kuasa :Tuhan adalah Dzat Mutlak (immanent+transcendent) ® monotheistic x pantheistic,

2. Hipotesis  KeTauhidan Tuhan :

Konsep Kuasa :

Tuhan adalah Dzat Mutlak yang keluhuran ilahiyah laten deitasNya melingkupi segala sesuatu (immanent) namun kekudusan Dzat MutlakNya tak terjangkau oleh apapun atau siapun juga (transcendent) ® monotheistic x pantheistic,

® MANDALA = tataran keberadaan (k) : Tanazul Makrokosmos – Taraqqi Mikrokosmos

Tanazul  Makrokosmos = Dimensi paralel semesta

1) Advaita = mandala transcendent keIlahiyahan (Kasih – Kuasa ) :

Dhyana : ‘mandala’ KeEsaan Mutlak (Dzat) ® “tiada” keberadaan selain Dia. (DIA)

1. Indefinit – Dzat Mutlak Tuhan yang tiada dapat terjangkau dan sebaiknya tetap menjadi misteri yang perlu dan wajib dimuliakan kekudusanNya.

Dharma : ‘mandala’ keEsaan Mutlak yang merealisasikan kenyataan dhamma dan kebenaran dharma ® “sirna” keberadaan selain Dia (ESA)

2. Infinitum – ‘hijab’ kekudusan Kuasa Tuhan yang tidak dapat terjangkau namun seharusnya dihayati (KUN) ® kenyataan  hanya karenaTuhan

3. Infinitum – ‘hijab’  keluhuran Kasih Tuhan yang  tidak dapat terjangkau namun seharusnya dihayati (KUN) ® kebenaran  hanya karena Tuhan

2) Universe = mandala immanent  kesemestaan  keabadian (AUM) :

Dimensi Tanazul Terjangkau oleh Taraqqi dalam  Wuwei Kesadaran Universal : Esa (ekstase)

1. Dimensi Nirvanik  : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan hakekat ketiadaan diri (kefanaan diri & kebaqoan Tuhan) : annata

2. Dimensi Kosmik: Wilayah kesadaran realisasi autentik akan hakekat kosmik

3. Dimensi  Spiritual  : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan hakekat spiritual

Dimensi Tanazul yang terjangkau oleh Taraqqi dengan Zazen Kesadaran Individual : Ego (metode)

4. Dimensi Mental  : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan keberadaan mental keakuan (budhasetra,dll)

5. Dimensi Astral  : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan keberadaan astral  kemauan (devata,dll)

6. Dimensi Eterik : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan keberadaan sukma eteris (siluman,dll)

7. Dimensi Fisik : Wilayah kesadaran keberadaan eksistensial figur ‘mental’  berfisik (manusia,dll)

Taraqqi Mikrokosmos  = Dimensi paralel pribadi

1) Universe = mandala immanent  kesemestaan  keabadian (AUM) :

1. Dimensi Fisik : Wilayah kesadaran keberadaan eksistensial figur ‘mental’  berfisik (manusia,dll)

Dimensi Tanazul yang terjangkau oleh Taraqqi dengan Zazen Kesadaran Individual : Ego (metode)

2. Dimensi Eterik : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan keberadaan sukma eteris (siluman,dll)

3. Dimensi Astral  : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan keberadaan astral  kemauan (devata,dll)

4. Dimensi Mental  : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan keberadaan mental keakuan (budhasetra,dll)

Dimensi Tanazul Terjangkau oleh Taraqqi dalam  Wuwei Kesadaran Universal : Esa (ekstase)

5. Dimensi  Spiritual  : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan hakekat spiritual

6. Dimensi Kosmik: Wilayah kesadaran realisasi autentik akan hakekat kosmik

7. Dimensi Nirvanik: Wilayah kesadaran realisasi autentik akan hakekat ketiadaan diri (kefanaan diri & kebaqoan Tuhan) : annata

2) Advaita = mandala transcendent keIlahiyahan (Kasih – Kuasa ) :

Dharma : ‘mandala’ keEsaan Mutlak yang merealisasikan kenyataan dhamma dan kebenaran dharma ® “sirna” keberadaan selain Dia (ESA)

1. Infinitum – ‘hijab’  keluhuran Kasih Tuhan yang  tidak dapat terjangkau namun seharusnya dihayati (KUN) ® kebenaran  hanya karena Tuhan

2. Infinitum – ‘hijab’ kekudusan Kuasa Tuhan yang tidak dapat terjangkau namun seharusnya dihayati (KUN) ® kenyataan  hanya karenaTuhan

Dhyana : ‘mandala’ KeEsaan Mutlak (Dzat) ® “tiada” keberadaan selain Dia. (DIA)

3. Indefinit – Dzat Mutlak Tuhan yang tiada dapat terjangkau dan sebaiknya tetap menjadi misteri yang perlu dan wajib dimuliakan kekudusanNya.

3. Hipotesis  Kebijakan  Tuhan (ks):

3. Hipotesis  Kebijakan  Tuhan : 

Konsep Kasih : ketentuan kuasa Sunatullooh Nya ; kehendak kasih ShibghotulloohNya

Tuhan adalah Hakekat yang merupakan Sumber awal dan Tujuan akhir pengarahan samsara segala keberadaan yang ada

Dalam ketentuan kuasaNya ; Tuhan mengarahkan segalanya  dengan dhamma kenyataan. Segala nya berada dalam PengaturanNya

Dalam kehendak kasihNya ; Tuhan mengarahkan segalanya dalam Dharma kebenaran ; Segalanya berada dalam PemeliharaanNya

Tuhan melingkup Immanensi keberadaan yang diwujudkanNya dengan kaidah trinitas : wujud , kuasa dan Kasih

Tiada keberadan  tanpa immanensi laten Deitas immanensi Tuhan

Tiada kekuasaan  tanpa immanensi  kaidah Kuasa Tuhan

Tiada kebenaran tanpa immanensi  kaidah Kasih

Dalam immanensi keberadaan tersebut ditetapkan kaidah Sunnatullaah sebagai keberadaan  yang mengatur segala perwujudan

Dalam immanensi keberadaan tersebut ditetapkan kaidah Shibghotullooh sebagai keberadaan  yang mengatur segala perwujudan

Hakekat Setiap Mandala beserta Setiap MakhlukNya  berada dalam pancaran laten Deitas perwujudan kekuasaan dan pengawasanNya.

Dalam Immanensi keberadaan  tersebut ditetapkan kaidah Sunnatullaah kuasa Tuhan seagai kekuatan  yang mengatur segala perwujudan

Hakekat Setiap Mandala beserta Setiap MakhlukNya  berada dalam laten Deitas kekuasaan dan pengawasanNya.

Dalam Immanensi keberadaan tersebut ditetapkan kaidah Shibghatullah kasih Tuhan sebagai kebaikan

Hakekat Setiap Mandala beserta Setiap MakhlukNya  berada dalam laten Deitas kekuasaan dan pengawasanNya.

Karena kasih Nya Tuhan dipandang secara estetis sebagai personal dan merealisasikan sebagai bhakta secara moralitas

Karena kuasaNya  Tuhan dipandang secara empiris sebagai impersonal dan merealisasikannya d

Karena wujudNya  Tuhan dipandang secara filosofis sebagai immanensial

KeEsaan immanensi

Dualisme Kuasa dan Kasih yang mengatur immanensi keberadaan 

Trinitas Wujud , Kuasa dan Kasih

®SAMSARA=keberadaan diri (ks):Spiritualitas Keabadian– Eksistensialitas Kehidupan

® SAMSARA = keberadaan diri (ks) : Spiritualitas Keabadian – Eksistensialitas Kehidupan

Kita adalah makhluk spiritual yang menjalani kehidupan kemanusiaan (Deepak Chopra )

1) anugerah Samsara keRobbanian Pribadi pada Spiritualitas Keabadian– Eksistensialitas Kehidupan

Sadari kenyataan Pribadi sebagai satuan individual makhluk universal ilahiyah yang berperan dalam suatu keberadaan eksistensial tertentu. Samsara kehidupan merupakan segala problematika yang sedang dihadapi dan dijalani  oleh diri sebagai basis keberadaan eksistensial saat ini.

2) amanah Pemberdayaan keRobbanian diri pada Spiritualitas Keabadian– Eksistensialitas Kehidupan

= kehidupan merupakan amanah Tuhan untuk kita pergunakan dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya dalam memberdayakan keseluruhan  diri dalam perjalanan keabadiannya.

3) Ekstase keabadian  adalah kebijakan memberdayakan diri  x kejahilan memperdayakan diri ; mensikapi kuasaNya dan menjalani kasih kehendakNya

Amor Dei,amor Fati.

Epilog : Keyakinan ? ®

kaidah pemuasan akal hipotesis awal  untuk diterima sebagai dasar pengertian x akidah dogmatis untuk langsung diyakini sebagai kebenaran yang sesungguhnya.( (Ilmul Yaqin, ‘ainul  Yaqin, haqqul yaqin).

·          Pandangan diatas hanyalah merupakan kaidah hipotesis untuk diterima sebagai dasar pengertian  bukan akidah dogmatis untuk langsung diyakini .

·          Keyakinan hanyalah pada kebenaran yang sesungguhnya. Tidak sekedar melalui pengertian keilmuan (Ilmul Yaqin) , ataupun hanya pada input lanjut penempuhan ( ‘ainul  Yaqin) namun harus pada aspek akhir pencerahan keseluruhan (haqqul yaqin).

·          Kami memandang hipotesis ini lebih sebagai ketepatan daripada kebenaran. Suatu langkah bijak

Secara mistis Sekedar pemuasan akal

2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) :

prolog : kearifan ? (kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan)

kemantapan menerima hipotesis sementara sebagai acuan dasar ® kecerahan akurasi  paradigma hipotesis

Hakekat =  Vs atheistic : Vs absolutis :

Genesis  = Vs jaqad qodim :. Vs zaman azali : 

Mandala  = Vs Pantheisme ; Vs Empirisme

Samsara = vs Sekulerisme ; Vs Liberalisme

® kecerahan  paradigma hipotesis vs penyangkalan dan peluriusan

HAKEKAT =

Vs Pandangan atheistic : Tidak ada Realitas Tuhan yang ada hanyalah  fenomena keberadaan.

® Fenomena keberadaan hanyalah mumkimul wujud yang hanya mungkin ada atau malahan tiada karena adanya di-adakan oleh  wajibul Wujud yaitu Realitas Tuhan.

Vs Pandamgan absolutis : Realitas Tuhan adalah begitu absolut dan transenden sehingga mustahil kita dapat mengenal dan berhubungan denganNya.

® Walaupun kekudusanNya memang

GENESIS = tentang  keberadaan (rimba pendapat)

Vs Pandangan jaqad qodim : alam semesta sudah ada dan qodim sejak dulu hingga nanti..

® dimensi ruang, seluruh mandala (hingga alam semesta pada dimensi fisik) baru ada setelah fase genesis / tanazul. Tuhan telah ada dalam keEsaan DhyanaNya sebelum  mewujudkan nya.

® dimensi ruang mungkin saj a akan mengalami pralaya (kemusnahan alam semesta pada dimensi fisik) dan bahkan mahapralaya (pemusnahan total seluruh mandala semesta ) jika Tuhan menghendaki.  Tuhan tetap ada dalam keEsaan DhyanaNya walau semesta mandala telah dimusnahkanNya.

Vs Pandangan zaman azali :  Waktu melaju sejak zaman azali dulu dan terus bergerak dalam keabadian.

® dimensi waktu baru ditentukan Dengan roda zaman menyertainya bergerak pada fase genesis bersamaan dengan keberadaan mandala. Sebelumnya hanya ada keMutlakan yang Esa yang sehingga keberadan selainNya adalah sebagai tiada ditentukan adanya.

® dimensi waktu akan ditentukan berhenti pada fase (maha)pralaya karena kemudian hanya ada keMutlakan yang Esa yang sehingga keberadan selainNya adalah sebagai tiada ditentukan adanya.   

MANDALA = dalam keberadaan 

Vs Pantheisme ;

Vs Empirisme

SAMSARA =

1) kenyataan diri  sebagai pribadi yang sedang menjalani kehidupan dan mungkin juga menghadapi  keabadian

2) keharusan bersikap untuk segera bertindak (tidak memilih juga merupakan pilihan yaitu mengabaikan suatu kemungkinan yang bisa saja akan terjadi)

3) kebijakan menempuh keseluruhan ® kesegeraan aktualisasi pemberdayaan kehidupan dan keabadian secara harmonis dan berkelanjutan dalam mencapai akses keabadian (swadika, talenta, visekha) dan asset kehidupan (persada, karisma, bahagia)

1) Khilafiyah Theologi :

Hakekat Theologi sebagai Ilmu tentang Tuhan ® usaha pendekatan dengan segala  keterbatasan intelektual Keberadaan dan kesempurnaan Tuhan .

prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan)

kemantapan menerima hipotesis sementara sebagai acuan dasar

1) Khilafiyah Theologi : kemustahilan membatasi Tuhan ?

Tuhan dalam ajaran religiusitas agama tradisional dan spiritualitas mistik esoteris serta dalam sejumlah pandangan filsafat dan estetika dipandang sebagai sumber kebenaran dalam dogma,wacana maupun hipotesa  theologinya masing-masing.

Hakekat Theologi =

Istilah Theologi sebagai Ilmu tentang Tuhan sesungguhnya bukanlah terma yang tepat untuk digunakan dikarenakan adalah mustahil bagi kita untuk melogikakan masalah keIlahian. Walaupun dalam batas tertentu Keberadaan dan kesempurnaan Tuhan bukanlah hal yang absurd dan irrasional untuk difahami dan diterima namun sesungguhnya pengertian Keilahian secara utuh adalah  bersifat trans-rasional - melampaui  jangkauan pemikiran dan pemahaman kita - ; sehingga tidak memungkinkan bagi kita membatasinya dalam lingkup  penalaran intelektual kita. Theologi haruslah kita sadari hanyalah merupakan suatu usaha pendekatan dengan segala  keterbatasan intelektual yang kita miliki untuk memberikan kejelasan perspektif tentang keIlahian  dan permasalahan spiritualitas yang berkaitan dengannya dalam  kehidupan ini.

Bhinneka tunggal ika,tan hana dharma mangrwa

 - walau berbeda tetap satu,tiada kebenaran yang mendua (mpu tantular-sutasoma)

Ada begitu banyak pandangan theologis yang tumbuh berkembang  di dunia ini ; baik yang secara populer tersebar-luas di masyarakat maupun yang secara esoteris terrahasiakan dan hanya diketahui oleh kalangan tertentu saja..Pada hakekatnya  setiap ajaran spiritualitas tersebut hanya mempercayai, dan mengagungkan satu Tuhan yang sama.dan mereka juga memuliakan dan melaksanakan Dharma Kebenaran IlahiahNya . Namun dikarenakan mereka memandang dari sudut pandang yang berbeda maka sekilas tampak adanya perbedaan yang terkadang cukup mendasar  pada akidah keyakinan dan dalam merealisasikan ibadah kebaktian dan amaliah kecintaan kepada Dia itu. Tetapi hendaknya perbedaan ini tidak perlu terlalu diperselisihkan karena sesungguhnya pada hakekatnya mereka berasal dari sumber yang sama. Seperti  seberkas cahaya putih yang mengenai sebuah prisma yang kemudian membiaskannya dalam spektrum cahaya yang berwarna-warni.- Demikianlah  Kebenaran absolut tersebut diterima. Walaupun Perbedaan yang mendasar hanyalah sebatas di permukaan dan bukan dalam kedalamannya.

→ kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat (keIlahian ; keberadaaan; ketentuan)   

bagai spektrum cahaya yang terbiaskan  prisma seberkas cahaya putih Kebenaran absolut ® Hendaknya perbedaan tersebut dipandang sebagai suatu kewajaran yang niscaya terjadi di permukaan x kedalaman.

1.KeIlahian(TUHAN)=pembatasan nama, berfihak/ milik; Dilihat?®dihayati; Leburan?®jumbuhan

2.Keberadaan (DHARMA): ketentuan Kenyataan Sunnatullaah ;  Kebenaran ketentuan Shibgatullaah :

3.Ketentuan(Takdir: kebebasan>keterikatan ® ketentuan ikhtiar ) ; Hisab ( langsung ;  rebirth ® kesiapan saat ini)

→ kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat

Ibarat lautan , Spiritualitas (MahaDharma) sering ditafsirkan sebagai riak ombak bagi setiap sistem ajaran spiritualitas ( agama ,mistik ,). Aneka perbedaan pandangan  di permukaan yang ada dari lautan kebenaran dan kenyataan yang sama tersebut seringkali menjadi permasalahan bagi para penganut sistem dalam memandang faham lain yang ‘berbeda ’ untuk kemudian terkadang timbul perselisihan dan pertengkaran, penghujatan hingga peperangan yang sesungguhnya tidak perlu diantara mereka. Suatu hal yang sesungguhnya sangat bertentangan dengan landasan dasar dari setiap sistem ajaran tersebut yang sesungguhnya ditujukan untuk membawa kedamaian dan kesejahteraan di muka bumi ini dan bukan menebar kebencian dan pengrusakan apapun alasan dan tujuannya. Semesta kenyataan dan kebenaran yang tercipta adalah semesta kemajemukan ; dan dalam kemajemukan tersebut pastilah ada perbedaan perspektif dalam memandangnya. Hendaknya perbedaan tersebut dipandang sebagai suatu kewajaran yang niscaya terjadi

(keIlahian ; keberadaaan; ketentuan)   

KeIlahian :

1. Tentang = KeIlahian ® TUHAN

pembatasan nama sebutan Tuhan : Varnatmak – Dunyatmak → transendental Dunyatmak (Asmaul Husna / Ismul Azham  : ta’zim)

keberfihakan dan kepemilikan Tuhan :  Tuhan bukan milik kita. Kitalah milik Tuhan ;  Tuhan tidak selalu berfihak pada kita dan sudah seharusnya

berfihak padaNya

Absolut Transendent ( Wujud) ® immanent : Impersonal ( kuasa) & Personal (kasih)

Dilihat ? bisa dihayati keberadaannya sesuai dengan maqom keberadaan makhlukNya; Leburan? tidak mungkin karena Tunggal-tanTunggal (wujud dzat MutlakNya kudus transcendent tidak immanent ; kuasa-kasih laten deitasNya  immanent universal tidak sekedar individual ). Tuhan melingkup makhlukNya tetapi tidak sebaliknya  Hanya batin yang reseptiflah yang berpeluang besar mampu menghayati keberadaanNya.

2. Tentang  Keberadaan DHARMA

Kenyataan ketentuan Sunnatullaah :

Kebenaran ketentuan Shibgatullaah : kebenaran ( spiritualitas religius / estetika budaya )

3. Tentang  Ketentuan :

TAKDIR : Keterikatan : keterbatasan ; tanggung jawab Kebebasan :

HISAB  : langsung ;  rebirth

2) Problema Theodice:

Istilah Theodice sebagai membela Tuhan ®usaha pembenaran  keyakinan pandangan spiritualitas Robbaniah (Dharma berkeTuhanan).

+dakwah?Cara umum(indoktrinasi dogmatis,argumentasi,persuasi,); cara lain (intimidasi/ provokasi/ manipulasi); cara baru (realisasi)

®Spiritualitas&religiusitas adalah hal yang luhur dan adalah tidak selayaknya (Niat &cara®Kedewasaan )

2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) :

prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan)

kemantapan menerima hipotesis sementara sebagai acuan dasar

2)  Problema Theodice : kemustahilan membela Tuhan?

Istilah Theodice sesungguhnya juga bukanlah merupakan istilah yang tepat. Theodice – berdasarkan etimologi kata – berarti membela keberadaan Tuhan dan juga Dharma kebenaranNya..Suatu pengertian yang terdengar agung yang mana akan membuat kita merasa terpanggil untuk  segera  menjalankannya . Namun sebelumnya marilah kita kaji dahulu kebenaran dan ketepatan pandangan ini. Begitu lemahkah Tuhan dan DharmaNya sehingga kita perlu dan harus  membelanya dengan segala tindakan radikal  seperti Dharma Yudha , Jihad Fi Sabilillah , Apologetika Salib dan sebagainya ?

Sesungguhnya Tuhan dan DharmaNya tidaklah begitu lemah sehingga sangat memerlukan segala bantuan kekuatan kita. Tuhan tetaplah menjadi  Tuhan Penguasa Mutlak yang Nyata dan KehendakNya merupakan Dharma Kebenaran yang tetap berlaku di seluruh alam semesta ini walaupun jika seluruh makhluk menyangkal kebenaran  dan tidak mengakui kenyataan tersebut.  Sebenarnya bukanlah kita yang membela Tuhan tetapi Tuhanlah yang membela kita dan bukanlah kita yang menjaga Dharma tetapi Dharmalah yang menjaga kita. Hanya karena karuniaNya kita dilimpahi dengan hidayah keimanan dan  kemudian Dia menunjukkan kepada kita Jalan Dharma sesuai dengan agama dan kepercayaan kita masing-masing  yang seharusnya kita tempuh agar kita senantiasa terjaga dan berdaya dalam kehidupan ini. Seandainya Dia menghendaki seluruh makhluk di alam semesta ini menjadi beriman semuanya pastilah dapat diwujudkannya segera dengan tanpa perlu mengharapkan bantuan kita untuk itu. Kesempurnaan dan KeperkasaanNya sebenarnya sama sekali tidak memerlukan keterbatasan bantuan dan pertolongan kita.

                Namun demikian sebagai orang yang beriman adalah tidak salah dan justru sebaliknya kita memang seharusnya membela keimanan kita kepadaNya secara benar dan tepat. Theodice sesungguhnya merupakan usaha pembenaran  keyakinan kita akan pandangan spiritualitas Robbaniah (Dharma berkeTuhanan). Dalam Kehidupan senantiasa banyak terjadi perubahan yang terkadang berimbas kepada keimanan kita terhadap keIlahian Tuhan dan Dharma kebenaran Nya.  Kadar keimanan kita sering kali berfluktuasi naik-turun . Disitu Theodice berperanan dalam mempertahankan dan meningkatkan kadar keimanan agar kita senantiasa mampu berintegritas dengan spiritualitas dan beraktualisasi dalam kehidupan sehari-hari. Singkatnya agar  dengan senantiasa  ita tetap mantap berdiri dalam keseimbangan dan lancar melangkah dalam keberimbangan pada titian kehidupan ini.

Pengertian Theodice kemudian berkembang lebih meluas sebagai usaha penjelasan dan penyebaran suatu keyakinan dari sistem ajaran  tersebut kepada khalayak ramai yang mana kemudian sering diikuti konflik yang bersifat internal inter-sistem maupun external antar-sistem spiritualitas. Setiap firqoh aliran menganggap pandangannya sendiri yang benar dan menghujat aliran lain sebagai kesesatan yang harus dibungkam. Setiap firqoh aliran menganggap tindakannya sendiri yang benar dan menghujat aliran lain sebagai kesesatan yang harus dihancurkan. Setiap firqoh aliran menganggap keberadan umatnya sendiri yang benar dan menghujat aliran lain sebagai kesesatan yang harus dimusnahkan. 

(ragam apologetika : dogmatis,argumentasi,persuasi,realisasi

Ada banyak cara yang mungkin ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut .

1. Indoktrinasi dogma = Sacra scriptura verbum Dei -

Indoktrinasi merupakan cara theodice dengan menggunakan dan memanfaatkan kewenangan dari legitimasi dan autoritas yang dimiliki. Ini adalah cara paling mudah diantara cara yang lain. namun sekaligus cara yang paling naif. Mungkin inilah sebabnya penghayatan awal . Umumnya para cendekiawan religi melakukan penyebaran keyakinannya dengan argumentasi melalui  rasionalisasi pembenaran terhadap ajaran yang dianut. Mereka menggunakan hujjah autoritas kitab sucinya sebagai dasar kebenaran. 

2.  Argumentasi  =manusia berasal dari kata manas

Argumentasi merupakan cara theodice dengan menggunakan dan memanfaatkan kemampuan serta kelihaian rasional akal fikiran .   Para filosof religius  membela pandangan keyakinannya melalui  dialektika rasionalitas.

3. Persuasi = Persuasi merupakan cara theodice dengan memanfaatkan kemampuan interaksi em Pribadi simpatik Keteladanan  karisma Lebih effektif

4. Realisasi = Ehipasiko merupakan Kalama sutta No fact,no truth,no faith Pembuktian Penempuhan Paling effektif Sesunnguhnya terdapat cara lain untuk me

Manipulasi :  memanfaatkan kebodohan , menyebabkan kenyamanan 

Provokasi : memaksakan , Ketidaknyamanan dalam penekanan dan ketidak

Namun demikian Spiritualitas adalah hal yang luhur dan adalah tidak selayaknya

Niat dan cara ; Kedewasaan – keberlanjutan –

® kebijakan metanoia diantara faham pandangan (fanatisme; skeptisme ; vitalisme)

Kemantapan menerima pandangan lain secar arif :

1.kearifan terhadap : fanatisme/mistisme :

=Fanatisme Agama: (1) .kondisi  historis ajaran; (2.) proses perkembangan rohaniah (Syariat.;Thariqat ; Haqeqat ; Ma’rifat) ; (3). persepsi dan manipulasi terhadap ajaran;

= Alienasi  Mistik = (1)idealisme  (2)reaksi terhadap dunia (3)pencerapan metafisik spiritualitas

2.kearifan terhadap : Skeptisme / vitalisme :

= Skeptisme (Manas  Rasionalisme;Empirisme – Positivisme) : (1)keengganan naluriah vitalisme (2) reaksi terhadap kekasaran  fanatisme (3) pengamatan empiris /pemahaman positivis

=Vitalisme hedonis (1.) kepolosan kodrati alamiah (2)pengaruh lingkungan pembentuk (3)potensi kesadaran ilahiah kundalini

Kemantapan mensikapi Realisasi : M.Peck ® 

® kebijakan metanoia diantara faham pandangan

1. kearifan terhadap : fanatisme/mistisme :

1. Fanatisme  Agama :

Hidup memerlukan tatanan  Militansi – Manipulasi  < diniah religi – taqlid mistik Tatanan

Manusia memerlukan kepastian dalam keyakinanyan sehingga Sikap fanatis sebenarnya dalam batas-batas tertentu memang haruslah dimiliki oleh seorang penganut untuk memperkuat kadar keimananannya sehingga semakin memantapkan dia dalam menjalankan amal kebajikan dan menegakkan kebenaran sesuai dengan keyakinannya tersebut . Namun seringkali fanatisme tersebut berkembang menjadi trium falisme

Walaupun sesungguhnya sikap fanatis terhadap suatu pandangan justru akan menghalangi peluang pemberdayaan diri untuk mencapai yang lebih luas dikarenakan sifat ketertutupan dan keangkuhannya. Sikap fanatisme memang merupakan hak yang diperbolehkan namun seharusnya juga ditegakkan secara haq yaitu sesuai dengan kebenaran. Hendaklah sikap fanatis tersebut dibarengi dengan kearifan untuk senantiasa dewasa memahami bahwa orang lainpun berhak meyakini akidah keimanan yang berbeda dan menjalani amal ibadah yang sesuai dengan fahamnya tersebut. Sikap fanatisme yang sehat hendaklah dibarengi  dengan sifat toleran dan sikap moderat dalam mengaktualisasikannya. Kebenaran milik Tuhan dan b

Prinsip lakum dienukum dan lama amakalana  Dalam

Maksudnya - walaupun mungkin terdengar naif  dan liar– anda mungkin boleh saja mengklaim faham yang anda anut sebagai yang terhebat (tentu saja anda sebagai penganutnya juga akan tampak sebagai yang terhebat)dan juga memuji amalan yang anda lakukan sebagai yang termulia (semoga saja anda benar-benar menjalankannya dengan segenap kemurnian bukan kepalsuan) atau bahkan menganggap aliran anda sebagai yang paling mulia  ( semoga saja demikianlah kenyataannya tidak sekedar anggapan anda)

(1)kondisi  historis ajaran : Tidak semua agama maupun faham spiritualitas hadir dalam lingkungan kondusif yang langsung seketika  menerima kehadiran dan pandangannya untuk kemudian segera menunjang keberadaan dan perkembangannya. Sebagaimana , potensi  yang akan muncul.  Tradisi  peradaban Yunani  dan kebudayaan India dengan kebebasan berfikir dan berpendapat . Islam lahir dalam lingkungan masyarakat jahiliah  . Kristen  hadir dalam lingkungan masyarakat yang fasik

(2)persepsi dan manipulasi terhadap ajaran

(3)proses perkembangan rohaniah Syariat.;Thariqat ; Haqeqat ; Ma’rifat

2. Alienasi  Mistik  =

mistisme

alienasi asketisme

(1)idealisme

(2)reaksi terhadap dunia

(3)pencerapan metafisik spiritualitas

2. kearifan terhadap : atheisme/vitalisme :

Hidup memang memerlukan vitalitas kegairahan. .Vitalisme – Hedonisme  <moralitas & keilahian> Naluri

sikap vitalis sesungguhnya merupakan sifat alamiah setiap makhluk hidup. Dengan naluri tersebut kita hadir eksis dalam kehidupan ini.

manusia walaupun memang memiliki potensi untuk menjadi baik dan maju memberdayakan diri menuju kemuliaaannya namun cenderung menjadi liar terperdayakan oleh egonya sendiri.

(1) kepolosan kodrati alamiah

(2) pengaruh lingkungan pembentuk

(3) potensi kesadaran ilahiah kundalini

M.Peck

3. kearifan terhadap : skeptisme /empirisme :

Skeptisme =

Manas  Rasionalisme ;  Empirisme – Positivisme  = Atheisme - Agnostisme  pemikiran sikap skeptis

(1)keengganan naluriah vitalisme

Vitalisme kebebasan  atheisme

(2)reaksi terhadap kekasaran  fanatisme

Sikap trium falisme (merasa dan terlalu membanggakan d pertikaian  kesal agnostisme

(3) pengamatan empiris /pemahaman positivis

comte : positivist meditasi intuitif >argumen intelek (ehipasiko)

Theodice ® Kesadaran Robbani

3) Masalah Theosofi:

Istilah Theosofi berarti mencintai Tuhan ® kerancuan

3) Masalah Theosofi: kemustahilan mencintai Tuhan  ?

Istilah Theosofi sesungguhnya juga bukanlah merupakan istilah yang tepat. Theosofi – berdasarkan – berdasarkan etimologi kata – berarti mencintai Tuhan . Tuhan mewujudkan keberadaan makhlukNya 

Sesungguhnya Tuhan dan DharmaNya tidaklah begitu lemah sehingga sangat memerlukan segala bantuan kekuatan kita. Tuhan tetaplah menjadi  Tuhan  Penguasa Mutlak yang Nyata dan KehendakNya merupakan Dharma Kebenaran yang tetap berlaku di seluruh alam semesta ini walaupun jika seluruh makhluk menyangkal kebenaran  dan tidak mengakui kenyataan tersebut. 

®kebijakan apologia diantara ragam kenyataan

1. Bagaimana kita bisa mencintai Dzat yang tidak tampak ?

2. Bagaimana kita bisa mencintai Dzat yang membiarkan adanya penderitaan dan kezaliman ?

3. faktitas ananiyah/nafsiyah : keterbatasan alamiah  individualitas :

®kebijakan apologia diantara ragam kenyataan

1. kegaiban Tuhan ;

keterbatasan alamiah  individualitas :

Bagaimana kita bisa mencintai Dzat yang tidak tampak ?

Karena kesempurnaan wajahNya dan keterbatasan indra dia tidak terjangkau. Dalam realisasi keberadaan mandala yang lebih dalam Cahaya keberadaanNya akan semakin jelas. Kecenderungan ananiyah keakuan semakin menghalangi dan kecenderungan nafsiyah kemauan semakin memalingkan diri kita dari pengenal ini.

Kegaiban adalah kebijakan Tuhan

2. penderitaan/kezaliman ;

Tentang  faktitas alamiah : penderitaan  :

Bagaimana kita bisa mencintai Dzat yang membiarkan adanya penderitaan dalam kehidupan ?

Kehilangan ;   Religiusitas

Penderitaan adalah kebijakan Tuhan

tentang fenomena  insaniah : kezaliman

Bagaimana kita bisa mencintai Dzat yang membiarkan adanya penderitaan dalam kehidupan ?

Kezaliman adalah kebijakan Tuhan

3. ananiyah/nafsiyah :

keterbatasan alamiah  individualitas :

Bagaimana kita bisa mencintai Dzat yang tidak tampak ?

Karena keakuam

epilog : keimanan ?

Kemantapan persepsi : ketentuan awal > kepastian final  → aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian

epilog : keimanan ?

Kemantapn menerima pandangan lain secar arif  Walaupun demikian diperlukan Kemantapn menerima pandangan lain secar arif

ketentuan awal > kepastian final  → aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian

3) EXODUS = kesadaran penempuhan (Ks):

prolog: anjing dan serigala

prolog: anjing dan serigala

Spiritualitas tidak hanya untuk dibicarakan atau diketahui saja namun terutama harus dilaksanakan.

/ Baca dulu keseluruhan buku ini ® tentukan keputusan mandiri /

1.pengetahuan :® batas intelektual; & 2. pembicaraan :® batas kebahasaan ;

3. aktualisasi penempuhan (mazhab menjadi : kegairahan holistic)  & 4. realisasi pembuktian : hipotesa (mazhab pembukti : keberanian heuretik)

Langkah Penempuhan : kathani – karani – rahni : (Pariyati, Patipathi–Pativedha) ; Penyimak,Truth Seeker,Satguru Pemandu, Sekha  penyeru.(x layak ® perlu)

prolog: anjing dan serigala

Fabel : anjing dan serigala® pembahasan pengetahuan ataupun pembicaraan ® aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian

Fabel : anjing dan serigala ®  pembahasan pengetahuan ataupun pembicaraan ® aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian

(pengetahuan ,pembicaraan ® aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian )

Siagakan ekstasis transformasi pemberdayaan diri tidak hanya untuk kesejahteraan dalam peran kehidupan saat ini tetapi terutama bagi keberlanjutan untuk penempuhan keabadian seterusnya.

tidak sekedar pembahasan pengetahuan ataupun pembicaraan ® aktualisasi penempuhan (keberanian heuretik&kegairahan holistic) & realisasi pembuktian  : baca dulu hipotesa

Spiritualitas bukanlah sesuatu yang hanya cukup dibicarakan tetapi  yang utama haruslah dijalankan

Pengkajian dan pembicaraan tentang spiritualitas mungkin memang sangat mengasyikkan kesenangan emosional dan mungkin juga akan melambungkan kebanggaan intelektual akan tingkat  pemahaman spiriualitas kita .  Namun demikian  hendaklah kita sadari Tingkat Spiritualitas tidaklah  ditentukan dengan seberapa jauh kita mampu memahami dan seberapa lihainya kita  dalam  mengungkapkannya dan tidak juga dari  seberapa tinggi penghormatan atau ‘kedudukan steruktural’ yang diberikan orang lain kepada kita maupun dari anggapan terhadap diri kita sendiri tetapi sesunnguhnya ditentukan oleh seberapa dalam kita menghayati dan menyelami ,seberapa tekun kita menjalani dan melandaskan kehidupan kita padanya. Keimanan terhadap keberadaan,ketauhidan dan kesempurnaan Tuhan tidaklah hanya cukup untuk dikatakan tetapi juga haruslah diyakini dan dijalani dalam kehidupan sehari-hari.

Singkat kata,walaupun pengetahuan  dan pembicaraan mengenai spiritualitas itu secara esensial diperlukan ; prioritas pelaksanaannya tetaplah  haruslah diutamakan. Spiritualitas tidak hanya untuk dibicarakan atau diketahui saja namun terutama harus dilaksanakan.

Premis Hipotesis

ketepatan > kebenaran pandangan : Totalitas ; Utilitas ; Kontinuitas

Kriteria Paradigma :

Deepak chopra :

1) TOTALITAS  = mencakup keseluruhan (W):

asumsi 1: Kesadaran sesungguhnya hanya ada satu Kebenaran yang dipandang secara berbeda dan menerima kebhinekaan  tersebut sebagai kewajaran untuk dapat diterima dan disikapi secara arif .

® Hanya ada satu kebenaran yang sama®maqom pencapaian; basic paradigma; sudut pandang yang berbeda ; 

® keseimbangan pandangan (ekstrem) & keberimbangan penempuhan (dualisme?)

1) TOTALITAS  = mencakup keseluruhan (W)

→ Hanya ada satu kebenaran yang sama : keseimbangan pandangan (ekstrem) & keberimbangan penempuhan (dualisme?)

1) asumsi 1: Kesadaran sesungguhnya hanya ada satu Kebenaran yang dipandang secara berbeda dan menerima kebhinekaan  tersebut sebagai kewajaran untuk dapat diterima dan disikapi secara arif .

-  maqom pencapaian yang berlainan ; 

-  basic paradigma yang digunakan.

-  sudut pandang yang berbeda ; 

2) PRAGMATISME = membawa kemanfaatan (Ks)

asumsi 2 :  orientasi penempuhan adalah transformasi pemberdayaan diri secara simultan individual dan universal dalam kehidupan dan keabadian secara berimbang & menyeluruh (Pragmatisme )

®  kebermanfaatan tujuan® kegairahan tindakan ; Kejelasan tujuan ®ketepatan langkah;

→ Transformasi pemberdayaan simultan ( Realitas : wujud – kuasa – kasih ® input realisasi keabadian 3: swadika – talenta – visekha® asset refleksi kehidupan 3 : regista – persada regista – karisma bahagia  )

2) PRAGMATISME = membawa kemanfaatan (Ks)

→ Transformasi pemberdayaan simultan (input realisasi keabadian 3 ; asset refleksi kehidupan 3)

2)  asumsi 2 :  orientasi penempuhan adalah transformasi pemberdayaan diri secara simultan individual dan universal dalam kehidupan dan keabadian. (Kejelasan tujuan pencapaian →  ketepatan langkah pengusahaannya ); kebermanfaatan tujuan ® kegairahan tindakan) Pragmatisme = da

- kata kunci  : memberdaya kan diri x memperdayakan diri

- kata kunci : individual & universal (sholih – muslih )

- kata kunci : kehidupan & keabadian (swadika Mahatma,talenta legenda,visekha ;  persada regista, karisma legenda, bahagia )  ~ Realitas : wujud – kuasa – kasih

Immanesi keabadian : swadika – talenta – visekha

Refleksi kehidupan : regista – persada regista – karisma bahagia 

® Input Keabadian :

swadika : 7 kemantapan mandala keberadaan =

talenta legenda: 7 intelgensia kecerdasan = EQ, IQ, PQ + ESQ ,

visekha : 7 garansi keberadaan lanjut = kelayakan mandala hisab bardo. → aktualisasi moralitas religius & integritas

®Asset Kehidupan :

bahagia berdaya : kebahagiaan ilahiyah dan keberdayaan alamiyah →

persada regista : kecukupan finansial dan kemapanan eksistensial →

karisma legenda: kerukunan simpatik dan kenyamanan holistik →

- kata kunci : berimbang & menyeluruh

3) KONSISTENSI = bersifat mantap (K)

asumsi3: menerima dan menjalani aktuliasasi hipotesa untuk merealisasikan ketuntasan transformatif realisasi maqom final kebenaran utama secara bertahap dan berkelanjutan secara tepat dan benar.

→ Berkelanjutan : ketuntasan & kelanjutan aktualisasi  (kriteria hipotesa :  ketepatan & kebijakan ; kriteria realisasai : kebenaran akhir (maqom final x ); kriteria kelanjutan : kebijakan

3) KONSISTENSI = bersifat mantap (K)

→ Berkelanjutan : ketuntasan transformatif & kelanjutan aktualisasi

3)  asumsi 3 :  menerima dan menjalani aktulisasi hipotesa untuk merealisasikan kebenaran untuk diyakini selanjutnya.

- kriteria hipotesa :  ketepatan & kebijakan

- kriteria realisasai : kebenaran akhir (maqonm final x

- kriteria kelanjutan : kebijakan

epilog : anjing &sufi (mengatasi : ketidak-mengertian; ketidak-perdulian ; ketidak-berdayaan)

Fabel anjing & sufi

Vs penghalang : ketidak-mengertian (kebodohan,kesalahan); ketidak-perdulian (kemalasan, kemaksiatan ) ; ketidak- -mantapan diri (kebosanan,kekesalan: kecemasan irrasionalitas,Kekuasaan eksternal); ketidak-berdayaan (kerepotan,keterbatasan)

epilog : anjing &sufi

Fabel anjing & sufi

® (mengatasi : ketidak-mengertian; ketidak-perdulian ; ketidak-berdayaan)

® Penghalang : kebodohan , kemalasan;  kebosanan, kecemasan ;  kekuasaan (irrasionalitas : internal/external)

ketepatan > kebenaran pandangan

Penempuhan :  kathani-karani-rahni : Penyimak, Truth Seeker, Satguru Pemandu, Sekha  penyeru , (x layak ® perlu)

Epilog = Komitmen Penempuhan :

Komitmen Penempuhan : Pemanfaatan dan pembuktian kebermaknaan / keberdayaan kehidupan

Epilog = Kemantapan Penempuhan : sholat & shobar 

Epilog : ketepatan > kebenaran ; keberimbangan & keseimbangan ; keseluruhan 

 

BAB  II.

REALISASI  = Penempuhan

Prolog :

kesadaran realisasi → evolusi spiritualitas (transformasi sufisme & yogisme)

evolusi sadr spiritual X biologis tansadar (individual>kolektif) ;

Wujud Realisasi Immanent Meditasi; Kuasa Distansi Intensif  Distansi ; Kasih Refleksi Authentik Adhikari

Prolog : kesadaran realisasi → evolusi spiritualitas (transformasi sufisme & yogisme)

evolusi sadr spiritual X biologis tansadar (individual>kolektif) ;

 ® moralitas kundalini (yogisme) : kesadaran diri, transformasi nafsani (sufisme)

Wujud : Meditasi (Wujud : realisasi penempuhan ;   Kasih : kebhaktian  ;  Kuasa : kehandalan )

Kuasa : Distansi Intensif (Wujud : Sati Videha  ; Kuasa : Yogi Tapasa ;  Kasih : kecerahan moralitas  )

Kasih : Refleksi Autentik  (Wujud : kebenaran integritas  Kasih : kecerahan moralitas  Kuasa : ketepatan globalitas)

1) ADHIKARI :  kelayakan moralitas (kasih)

prolog : kisah : orang baik ® Hakekat, Manfaat

prolog : kisah : orang baik ® kelayakan moralitas  kisah ibrohim b adham ‘wadah belum bersih’

Hakekat : Aktualisasi autentik > Harmonisasi estetis > Manipulasi hipokrit;Hakekat.

moralitas spiritual vs estetika cultural = x arogansi publik ; defisiensi nafsi ; manipulasi publik

manfaat = transformasi swadika , aktualisasi  visekha , harmonisasi bersama,

prolog : kisah : orang baik kelayakan moralitas ® kisah ibrohim b adham ‘wadah belum bersih’

® Hakekat & Manfaat :

Hakekat .: ® Aktualisasi autentik > Harmonisasi estetis > Manipulasi hipokrit

(moralitas spiritual vs estetika cultural ); x arogansi publik ; defisiensi nafsi ; manipulasi publik

manfaat = transformasi swadika , aktualisasi  visekha , harmonisasi bersama,

1) Kebenaran Integritas (w) = kejujuran : pemuda & gembala.

Kisah kejujuran : pemuda & gembala.

Brahma Cariya:   Hidup dalam Tuhan adalah hidup dalam kebenaran > selibat

® kebenaran :keikhsanan ma’rifatullaah+ ketakziman mahabatullah® keikhlashan ibadah muroqobatullah)

1) Kebenaran Integritas (w) = kejujuran : pemuda & gembala.

dan akan tiba saatnya dan sekarang suah tiba penyembah akan

kisah kejujuran : pemuda – anak gembala

Sebuah kisah tentang kejujujuran

Dikisahkan pada masa yang lalu hiduplah seorang pemuda – sebut saja si Fulan. Si Fulan sangat dikenal sebagai pemuda sombong yang suka berdusta dan membual. Disamping itu dia memiliki banyak sifat yang tidak baik ,seperti melacur,berjudi,menipu dan sebagainya.

Penggembala

landasan keimanan: Ikhsan Robbaniyah (ma’rifatullaah + mahabatullah® muroqobatullah) / Dharma Brahma Cariya® Hidup dalam Tuhan adalah hidup dalam kebenaran > selibat

landasan kearifan :  Shobar Robbaniyah  /  kedhamma  . Brahma Vihara ® sifat KeIlahian /kemuliaan theosofi agape lmetta bhavana

® kemurnian   (ikhsan kemahabahan & ikhlash peribadahan)

: keikhlasan :  kebenaran landasan amaliah : cara amaliyah(politisasi, harmonisasi, defisiensi,aktualisasai lillaah billah filalaah)/ visuddhi nishkarama

2) Kecerahan Moralitas (ks) = pertaubatan : alim & arif

kisah pertaubatan : raja vs orang filsuf moralis  & arif robbani

Brahma Vihara : Mencintai kebenaran Tuhan

® kebajikan : Uswah sholih Pemberdayaan Individual +  Qudwah mushlih keperdulian universal

2) Kecerahan Moralitas (ks) = pertaubatan : alim & arif

Berakhlaqlah dengan akhlaq (yang diridhoi) Allooh ® Kasih

kisah pertaubatan : raja vs orang filsuf moralis  & arif robbani

Sebuah kisah tentang pertaubatan

Dikisahkan pada masa yang lalu raja zalim menghadapkan dua tawanan perang

Kecerahan Moralitas =

Pemberdayaan Individual = swadika, talenta, persada, visekha (akhlaqul karimah, amilush sholihah)

Pemberdayaan Universal = swadika, talenta, persada, visekha (akhlaqul karimah, amilush sholihah)

® keteladanan : sholih & mushlih

moralitas dasar : samma 8 Buddhisme

1. Kebhaktian dan keshalihan =KebhaktianManembah :

2. Keterarahan dan kesahajaan =samma 8 - prasojoSampajana Thaharah

3.Kesatriaan dan kesantunan =asthaiya - sila ; danaKesatriaanKesantunan

4. Keberdayaan dan kebahagiaan =keberdayaan & kebahagiaan : svadhaya - santouch          

( Pemberdayaan Individual + keperdulian universal ® keteladanan : sholih & mushlih )

® keteladanan : sholih & mushlih

Pemberdayaan Individual = swadika, talenta, persada, visekha (akhlaqul karimah, amilush sholihah)

® kebajikan  ( Pemberdayaan Individual + keperdulian universal )

3) Ketepatan Globalitas (k) = dilemma : Yudhistira

kisah dilemma : dusta Yudhisthira di Kurusetra

Brahma Satiya : Memperhatikan ketentuan Tuhan 

® kebijakan  ( prioritas kemanfaatan + faktitas keadaan + proporsionalitas ketepatan)

3) Ketepatan Globalitas (k) = dilemma : Yudhistira

kisah dilemma : dusta Yudhisthira di Kurusetra

Sebuah kisah tentang pertaubatan

Dikisahkan pada masa yang lalu raja zalim menghadapkan dua tawanan perang

 ® kebijakan  ( prioritas kemanfaatan + faktitas keterbatasan )

mengatakan kebenaran membanggakan diri,mencela usaha,mengungkap rahasia,pertimbangan lain menyuarakan kebenaran - dengan kelembutan, ketepatan,ketulusan,keteladanan

Keterbatasan internal : sumber daya (waktu & daya)

Keterbatasan External : dimensi ruang & waktu

® kebijaksanaan : proporsional  :  ketepatan sasaran  ( satya sila - metta dana ):ketepatan tindakan

metta dana : sifat kasih naif, beri bantuan-dana,jala,dana

epilog : kisah :  karani ®Bina nafsa

Bina nafsa : Integritas Transformasi Membina Moralitas karakter = authentik reseptif ;

® pembiasaan watak : Metode (takholi ,tahalli , tajalli  ) & Kaidah (satu mantap,yang lain menyusul): 

epilog : kisah :  karani ®Bina nafsa : takholi ,tahalli , tajalli  ® Metode & Kaidah : 

Integritas Karakter Membina Moralitas : watak – pembiasaan

® Transformasi karakter = authentik reseptif ; takhali-tahali, keberanian [xgentar,berani,satria]

2) DISTANSI = kesiagaan  transformatif (kuasa)

prolog : Psikosomasi Esoteris

Psikologi Esoterik : Totalitas dimensi paralel Diri :, duniawi peran/kesejatian diri (jiwa x fikiran xtubuh)

® Harmonisasi diri : Ummi ® integrasi reseptif

® Integritas diri : Sati ® aktualisasi harmonis

® Transformasi diri : Yogi ®

prolog : Psikosomasi Esoteris ® harmonisasi holistik, aktualisasi integral , integrasi reseptif

kemantapan power ®  kearifan integritas transformasi neurotisme & kekuatan totalitas psikosomasi diri

Asumsi ® psikomasi holistic ; Solusi →  Psikologi Esoterik

Totalitas Diri : dimensi paralel , duniawi peran/kesejatian diri,jiwaxfikiran,fikiranxtubuh ® Integritas diri harmonisasi energi

Transformasi Diri : Neurotisme

1) UMMI → keaslian adhikari (ks) :

® keaslian adhikari (ks) :  Ummi : ketulusan x kecerdasan 

1. muhasabah  pertobatan : tawaddhu’

2 .mujahadah perbaikan : Nasuha

3. muroqobah pendekatan : Ibadah

1) UMMI →keaslian adhikari (ks) :

kemantapan adhikari (ks) :  kesucian & kebaikan  ®kehandalan Transformasi kekuatan diri Distansi Santhara Yogi Tapasa:

= peningkatan kecakapan swadika semesta (laku-tapasya - santhara)dari  ketergantungan-kemekekatan-keberdayaan+Kesiapan:perubahan kesadaran,lapisan jiwa holistik

= Ummi : ketulusan x kecerdasan 

muhasabah  pertobatan ; mujahadah perbaikan ; muroqobah pendekatan

- muhasabah  pertobatan ;

- mujahadah perbaikan ;

- muroqobah pendekatan

2) SATI → kearifan nivritti (w) :

® kemantapan nivritti (w) : Sati Videha ®  kearifan  penyadaran &  kebaikan pengarahan

1. Resertivitas harmonisasi = penyadaran diri  mensikapi /menanggapi (Reseptif x raeaktif)

2. Asertivitas aktualisasai = pengarahan diri bertindak (proaktif terarah x impulsive neurotik )

3. Integritas  : pemantapan diri 

2) SATI → kearifan nivritti (w) :

kemantapan nivritti (w) : Sati Videha ®  kearifan  penyadaran &  kebaikan pengarahan

reseptivitas penyadaran ; aktualitas pengarahan ; integritas pemantapan 

kemantapan Refleksi  kearifan nivritti holistic Sati Videha :

integritas penyadaran universal nivritti dan aktualisasi  pengarahan holistic diri. :+ penyadaran lapisan-harmonisasi energi-kesadaran kekinian-aktualisasi tindakan

integritas penyadaran universal nivritti dan aktualisasi  pengarahan holistic diri. :+ penyadaran lapisan-harmonisasi energi-kesadaran kekinian-aktualisasi tindakan

Dalam menjalani disiplin spiritual hendaklah senantiasa diperhatikan totalitas psikomasi diri.

Prinsip holistik tersebut  perlu dijaga agar tidak hanyut oleh arus alienasi diri yang mungkin saja akan terjadi.

Disiplin Integral :pencerahan (nivritti holistik : nivritti holistik melampaui dan mengatasi diri x nihilisasi ‘absurd’/pravritti ‘semu’)

orang yang kehilangan ego akan

Nivritti  holistik adalah sistem disiplin esoteris yang digunakan para penempuh untuk dapat melampaui tingkat kesadaran individualitas dirinya sendiri(ego) yang sempit menuju tahap kesadaran universalitas diri (Esa) yang lebih luas.. Melalui metode ini seorang penmpuh akan mampu mensikapi dan menjalani kehidupan dengan kesadaran yang lebih obyektif,realistis dan teraktualisasi sesuai dengan Reallitas kenyataaan  yang sesungguhnya dan tidak lagi berada dalam tingkat pemahaman yang subyektif,romantis dan terdefisiensi oleh keinginan dan kepentingan egonya  belaka. .

Pada bab ini kami membatasi  Nivritti dalam kerangka pemahaman positif sebagai usaha universalisasi perluasan kesadaran dengan tetap memperhatikan keseimbangan holistik diri Nivritti positif kami kira lebih mudah dan lebih tepat untuk dijalankan daripada nivritti negatif. Lagipula  dengan cara ini penempuh spiritualitas akan terlindungi dari resiko nihilisasi diri yanmg ekstrem dan bahkan deifikasi diri yang  absurd yang mungkin akan dialami para penempuh

Sati vivekha ditujukan untuk mengembangkan integritas penyadaran dan aktualitas pengarahan diri. Dengan demikian akan timbul kondisi mental  yang reseptif  dan tidak terlalu reaktif dalam mengamati dan mensikapi knyataan.  Disertai aktualisasi  moralitas diri yang terjaga dari kepicikan dan kelicikan ego dan senantiasa berada dalam kesadaran dan ketulusan.

Kearifan: pravritti/nivritti; konsep(anatta shandha-atman vivekha-fana al baqa)

pengembangan kesadaran Holistik Nivriti: (sati sampajjana - vivekha vairaga)

-  Resertivitas harmonisasi = penyadaran diri  mensikapi /menanggapi ® (harmonisasi kesadaran) (Reseptif x raeaktif) : netralisasi , vs irassionalisasi

- Asertivitas aktualisasai = pengarahan diri bertindak ® aktualisasi tindakan (proaktif terarah x impulsive neurotik ) : refleksi meditataif , sholat daim

+ Integritas  : pemantapan diri 

- reseptivitas penyadaran ; 

- aktualitas pengarahan ; 

- integritas pemantapan 

3) YOGI →kekuatan distansi  (k) : Yogi Tapasa/Yogi Muzahid

® kehandalan distansi  (k) :Yogi Tapasa ® keuletan swadika eksternal & kekuatan keberdayaan internal

1. keswadikaaan eksternal : ketidak melekatan, ketidak bergantungan , ketidak kecanduan :

2. keperkasaan universal :  mengatasi ketidak berdayaan : 

3. kewasesaan integral  : keawasan. Kewaspadaan :

3) YOGI →kekuatan distansi  (k) :

kehandalan distansi  (k) :Yogi Tapasa ® keuletan swadika eksternal & kekuatan keberdayaan internal

keswadikaan eksternal ; keberdayaan internal ; keperkasaaan universal

kehandalan Transformasi kekuatan diri Distansi Santhara Yogi Tapasa:

=  peningkatan kecakapan swadika semesta (laku-tapasya - santhara)dari  ketergantungan-kemekekatan-keberdayaan+Kesiapan:perubahan kesadaran,lapisan jiwa holistik

=  peningkatan kecakapan swadika semesta (laku-tapasya - santhara)dari  ketergantungan-kemekekatan-keberdayaan+Kesiapan:perubahan kesadaran,lapisan jiwa holistic

Distansi Yogi Tapasa : mengsawdikakan diri dari ketergantungan/kemelekatan eksternal dan memperkasakan universalitas diri. 

Yogi vairaga ditujukan untuk meningkatkan vitalitas kemantapan dan kehandalan diri. Dengan melalui disiplin distansi yang berimbang bukan sistem asketis diharapkan diri mampu mengurangi tingkat ketergantungan dan kemelekatan dan kecanduan pada obyek eksternal tertentu.

Yogi tapasya

Sufi muzahid

peningkatan kecakapan swadika semesta (laku - tapasya - santhara)

Kesiapan:perubahan kesadaran~fisik;olah rasa,lapisan jiwa ;olah tapa,raga  holistik

- keswadikaaan eksternal : ketidak melekatan, ketidak bergantungan , ketidak kecanduan :

- keperkasaan universal :  mengatasi ketidak berdayaan : 

+ kewasesaan integral  : keawasan. Kewaspadaan :

- keswadikaaan eksternal : ketidak melekatan, ketidak bergantungan , ketidak kecanduan :

- keperkasaan universal :  mengatasi ketidak berdayaan : 

+ kewasesaan integral  : keawasan. Kewaspadaan :

- keswadikaan eksternal ;

- keberdayaan internal ;

- keperkasaaan universal

epilog : antenna karunia

® kesucian ummi : ® sepon reseptif cahaya keIlahian

® kearifan sati : ® sakshin

® kekuatan yogi : ® siaga voltage

epilog : antenna karunia ® reseptivitas, sugestivitas,

Katarsis autentik neurotisme ; Disiplin meditative  neurotisme kemanusiaan  -hipokrisi kebersamaan ® dynamics catharsis  -individu autentik;  visuddhi authentic wadah bersih    murni batin

3) MEDITASI  = kerahnian Immanensi  (wujud)

prolog : Hakekat Meditasi 

Kisah meditator

Hakekat Meditasi :  sebagai  metasains mistisme religi

® bertentangankah dengan sains dan agama ?

® Jung Individuasi ® Immanensi / transendensi ? : illuminasi >revilasi – inspirasi

1. Pengetahuan Esoterik tentang kematian dan kegaiban

kematian : pandangan ® mensikapi kematian secara realistis & menguasainya dalam meditasi

kegaiban :wilayah,makhluk,kuasa gaib®mensikapi kegaiban secara realistis & mengatasinya pada meditasi

2. Pengertian Esoterik tentang kaidah  dan metode meditasi :

kondisi meditatif : sabai-alpha

Aneka metode : asana.obyek (wuwei & zazen )

prolog : Hakekat Meditasi  (Jung Individuasi ® Immanensi/transendensi ? : illuminasi >revilasi - inspirasi)

Kisah meditator

Menmahami meditasi : metasains- mistisme religi ;

Pandangan seputar meditasi : bertentangankah dengan sains dan agama  ;

Kematian & Kegaiban :

Pandangan tentang kematian : dari sains , budaya , agama : mistik :

Pengalaman seputar kematian : kisah lazarus  - mati suri - penyelaman meditative)

mensikapi kematian : -secara realistis -terhadap kematia)

kegaiban : 

Makhluk gaib :- malaikat dan dewa :

Kuasa gaib :  Mu’jijat dan kesaktian ::

Menjalani meditasi : pengertian ; referensi literarur ; kesadaran meditative ;

Menjalani meditasi -metode: asana.obyek; kondisi meditatif :sabai,alpha, Orientasi Meditasi menembus kesejatian>mencapai keilahian

 

1) kemantapan  dasar (w) : Referensi Meditasi

Ragam Bhavana : Anubodha & Pativedha (lokiya bhavana & turiya bhavana )

Aneka Lokiya Bhavana : kemantapan metafisik ; -MAGISME : -YOGISME :-TAOISME

® Pelatihan : kontemplasi & visualisasi ; konsentrasi & integrasi.

- penguatan : Hatha Taois ; Prana Reiki

- percobaan : kepekaan intuitif  ; experiment osho

Aneka Turiya Bhavana : BUDDHISME ; MISTISME ;

® peracutan : proyeksi racut ;  meditasi bardo

- penguasaan : jhana vasi samatha / panna nana Vipassana ; 

- pelintasan : 7 dimensi Osho ; Radha Soami

Dalam penempuhan  & pencapaian = vs ghurur (arogansi spiritual); jadzab (fikiran obsesif)

Lokiya Bhavana : kemantapan metafisik ; -MAGISME : -YOGISME :-TAOISME

- Pemantapan : kontemplasi & visualisasi ; konsentrasi & integrasi.

- Penguatan : Hatha Taois ; Prana Reiki ;  iddhipada ; experiment osho

Turiya Bhavana : jhana,racut (keterbukaan x kepercayaan ® anubodha x keterjagaan ® blocking alpha )

- Penguasaan : Penyadaran jhana vasi samatha / panna nana Vipassana ;experiment osho ,  penguasaan  proyeksi racut ; meditasi bardo

Dalam pencapaian : & penempuhan  :GHURUR kedewasaan  pencerahan  & JADZAB penyadaran  totalitas diri

ghurur : arogansi spiritual,

kebanggaan merasa sudah berada pada maqom tinggi walau sesungguhnya masih rendah . Sesungguhnya jika maqom memang sudah tinggi sifat merendah pasti akan semakin intensif. Pada puncaknya justru sikap kerendahan hati yang sadar dan tulus secara autentik haqqul yaqin akan terwujud dengan sendirinya.

Contoh : Obhasa dianggap Union Mystica ;

jadzab :  fikiran obsesif

Orang yang menjalani spiritualitas sering digambarkan sebagai orang yang sangat serius dan tegang dengan sistem energi yang begitu ketat dikarenakan desakan  ketegangan oleh obsesi terhadap  pencapaian spiritualitasnya, tekanan kewajiban disiplin yang harus dijalankannya . Menjadi penyendiri dan seakan tak perduli dengan keberadaan lingkungan sekittarnya. Begitu keras dan sinis caranya mensikapi segala fenomena kenyataan dunia ini. Begitu gelap dan kelam nyaris tanpa kecerahan dan keceiaan yang terpancar dari dirinya. Kenyataan yang sungguh ironis jika kita kaitkan dengan hakekat spiritualitas yang seharusnya justru membebaskan kita dari kegelapan dan membawa kita dalam kebenaran sehingga akan membawa kita dalam keselamatan dan kebahagiaan. Saya pernah mengalaminya dan tidak akan menyangkal bahwa kejadian tersebut cenderung akan  dialami oleh para pemula yang begitu antusias dan terobsesi pada spiritualitas yang ditempuhnya. 

® Prinsip Kebenaran pencerahan & :Pencerahan spiritual dan kedewasaan psikologis

- wuwei & zazen : WUWEI integrative & ZAZEN utilitarian ® Keseimbangan integritas dan keberimbangan aktualitas

- wuwei & zazen :  Keseimbangan integritas dan keberimbangan aktualitas

WUWEI integrative : passive

Khrisnamurti tanpa metode hanya totalitas kesadaran pasrah menerima keberadaan  

ZAZEN utilitarian  : active

Typical aktualisasi pembumian perlu konsentrasi utilitarian

Realisasi diusahakan zazen methode hingga akhirnya tiba saat wuwei utilitarian.

Hanya Zazen ? mandeg immanensi sebatas individual  ; Hanya Wuwei ? hanya satori kilasan pencerahan

3) kemantapan lanjut (ks):  kesadaran transenden

®  Analisis pencapaian : perbedaan & kesesatan

pensikapan : kesaktian metafisik ( to product  / by product : macam ® sikap ): vs magisme  ; kerahnian spiritual (puncak immanensi; realisasi transendensi ?) vs monisme pantheistic; vs ladunni avatara

® Analisis Kebijakan Spiritualitas Religius = Agama (Syariat-Thariqat-Haqeqat-Ma’rifat ) = Hindu & Buddha; Tao & Zoroaster; Yahudi :& Kristen :& Islam ;  Mistisme (Sufisme & Yogisme) +  Filosofis

Pasca Pencapaian :

- perbedaan & kesesatan : analisa pencapaian (kesaktian & keilahian) & pensikapan 

- perbedaan & kesesatan : analisa pencapaian (kesaktian & keilahian) & pensikapan 

kesaktian metafisik :

Kesaktian metafisik macam : sikap :

Kesaktian tidaklah menunjukkan ketinggian spiritualitas .

Kesaktian to product  : dituju ; dilalui dengan : kekuatan sendiri atau bantuan makhluk eteris / astral.

Kesaktian by product : keniscayaan realisasi meditasi penembusan dimensi ; distansi  penempaan bahkan kemurnian adhikari moralitas.

Pemanfaatan dan penghindaran :

Pemanfaatan karena kepicikan ; karena kefasikan perampok ; karena kelicikan perampok

Penghindaran karena kemurnian, kelanjutan

Pemanfaatan

kerahnian spiritual :

Batas akhir realisasi  pencapaian adalah  pada puncak immanensi ; mungkinkah realisasi transendensi  dengan persatuan keilahian ?

Mungkin ini bukan kebenaran tetapi saya tetap konsisten dengan pandangan semula sehingga adalah ketepatan

Nihilsme Buddha ?

Transendensi mistik ?

Jika saya membenarkan itu semua, maka saya juga membenarkan :

1)rasionalisasi pembunuhan

Kenapa harus dibunuh  

2) rasionalisasi pendustaan

3) rasionalisasi pembatasan transendensi Tuhan hanya dan kedudukan Tuhan ternyata bisa setara 

4) rasionalisasi perayaan

5)

Dengan catatan jika yang dimaksud Tuhan adalah Dzat Mutlak yang tidak hanya immanen pertingkatan mandala atau per indiividu samsara (monisme pantheistics) namun juga transenden (monotheistic robbaniyah) maka kriteria ideal nya bagi persatuan  adalah kesetaraan dengan wujud, kuasa dan kasih Tuhan. Suatu hal yang mustahil karena ; namun jika diartikan sebagai suatu ke

1. Kasih : realisasi kebenaran kasih ® berakhlaq dengan (akhlaq yang dirihoi) Allaah (walau sulit namun dapat); jika keberdayaan panna ladunni sungguh paripurna tanpa cela kesalahan maupun noda kelalaian selama hidupnya . Tidak sekedar dimaafkan atau dibenarkan saja, (figur ideal para perintis Nabiyullaah : )

2. Kuasa : realisasi kekuatan kuasa ® kuasa metafisik immanent dari realisasi spiritual (walau nyaris mungkin tapi mustahil); jika keberdayaan karomah nana sungguh paripurna tanpa kelemahan penuh kekuasaan . Tidak sekedar dimaafkan , (figur ideal para perintis Nabiyullaah : )

3. Wujud : realisasi kesatuan wujud ® diri mewujud sebagai Tuhan ( mustahil dan tidak mungkin ) ® Keilahiahan satguru ?

Dengan kriteria ideal tersebut cukup gilakah kita untuk menyamakan diri dengan Tuhan ?

Dengan catatan

Dengan kriteria ideal tersebut cukup gilakah kita untuk menyamakan diri dengan Tuhan ?

kisah tragis-ulasan , hakekat pencerahan

Kebijakan pensikapan atas Pencerahan =

Kejatuhan Al Halaj :

Tajalli Tuhan atas gunung adalah kesirnaan

Al Halaj sesungguhnya adalah seorang spiritualis religius yang baik. Dan mungkin karena keautentikan peribadahan dan penempuhannya,Kebenaran tampaknya menganggap layak untuk mengaruniainya kesempatan pengalaman ekstasis.

Dalam ekstasis peniadaan kefanaan keakuan dirinya,kebaqoan yang Esa melingkupnya dalam lautan ekstasis. Pengalaman ekstasis  yang dahsyat itu menjawab tuntas kerinduan spiritualnya ;  Dia  merasakan kesatuannya dengan yang dicintai, Al Haq, Tuhan. Yang kemudian diungkapkannya sebagai “annal haq” (akulah kebenaran).

Sejumlah Sufi Pantheistik dan  para Yogi monistik memandang pencapaian maqom kebaqoan aku setelah kefanaan aku ini sebagai maqom yang paling tinggi, namun tepatkah pandangan dan pernyataan annal haq tersebut ? Se

1.  bukan pandangan benar  karena jika memang ada Tajali peleburan Tuhan pada makhlukNya maka seharusnya tidak hanya kesadaran namun seluruh keberadaan makhluk tersebut pastilah sirna bagaikan hancurnya gunung karena tajali Tuhan padanya  

2.        bukan ungkapan yang tepat karena sesungguhnya Laten deitas keilahiahan Tuhanlah yang  melingkup makhluknya; bukan sebaliknya. Cahaya Tuhan mungkin hanya mampu . Namun secara keseluruhan

3.        bukan ungkapan yang bijak karena kalupun itu dibenarkan juga sebagai hysteria union-mystica yang terjadi pada realisasi ekstasis saja 

Tampaknya pandangan Al Halaj kemudian menganggap ;  di hukum mati.   

Kebijakan Buddha :

“Yang mencapainya akan diam ; yang berbicara sesungguhnya tidak memahami apa-apa”.

Buddha tidak menjawab sejumlah pertanyaan yang diajukan kepdanya tentang pencerahan kebuddhaan , “siapakah yang mencapai nibbana ?”.

Tidak menjawab adalah jawaban yang tepat. Karena seandainya dia menjawab , “aku”  maka itu adalah jawaban salah. Dia berdusta karena dalam nibbana pencerahan  kesadaran ‘aku’ sesungguhnya sudah tidak ada lagi.). Dan seandainya dia menjawab : “ bukan aku” – dia pun  menyangkal pencerahan kebuddhaannya sendiri.  Hanya dengan keannata-an “tanpa aku” lah  dia mencapai pencerahan  Zazen Kesadaran aku sudah terlampaui sebelumya bahkan sejak terlampauinya kristalisasi ego pada dimensi kesadran individual.  Dalam wuwei keesaan pada dimensi universal tidak ada lagi ‘aku’.  Dalam keesaan,keakuan dipandang sebagai ‘anatta’ (keakuan yang semu dan tanpa inti) :Annata adalah pendekatan rasionalitas kebahasaan negatif dalam sudut pandang keimmanentan mandala. Dan Buddha terlalu bijak untuk tetap bersikap autentik dengan tidak jatuh pada ‘keakua’an yang semu tersebut.

Realitas Kenyataan adalah hal yang pelik untuk dijabarkan dan demikian juga Nibbana Pencerahan adalah hal yang sulit untuk dijelaskan . “Yang telah mencapainya akan diam; yang berbicara sesungguhnya tidak memahami apa-apa”. Kebenaran Realitas sesungguhnya bersifat trans-rasional bahkan transcendental sehingga segala formulasi konsep pandangan apalagi  rhetorika kebahasaan yang digunakan sebagai media pengungkapan tidaklah cukup mampu untuk merengkuh kejelasan seluruh kebenaran yang hanya bisa dihayati dan dicapai melalui penempuhan realisasi yang autentik hingga mencapai puncaknya ini.  Karena begitu rumitnya permasalahan ini untuk difahami lingkungan awam, adalah bisa dimaklumi jika kemudian dia secara bijak  membentuk koloni kebhiksuan sebagai wahana pembabaran Dharmanya. Dalam koloni yang terbatas dan terpandu itulah ma’rifat kebenaran, hakekat kenyataan dan tarekat penempuhan Dharma dibabarkan. Sedangkan untuk kaum awam dia hanya menyampaikan ‘syari’at’ praktis demi harmonisasi kebersamaan dan transformasi kesiapan diri untuk Panna kebijaksanaan berikutnya melalui pemantapan awal Sila moralitas  dan  pelatihan dasar Samadhi Secara keseluruhan adakah makhluk  yang setara dengan Tuhan ?

Kebijakan pensikapan atas Pembumian =

® Analisis Kebijakan Spiritualitas Religius :

Syariat sebagai landasan eksoterk Agama ;  

Mistisme India :

1. Hindu :

2. Buddha :

Faham Harmonium dualitas :

1. Tao :

2. Zoroaster : api ?

Religi Mediteran :

1.Yahudi : Musa (ikhnaton – Mesir)

2. Kristen : Isa ( Yogi India ? tradisi mistik Esena yang kemungkinan berkaitan dengan tradisi mistik Israel Caballa ? )

3. Islam : Muhammad (revilasi pewahyuan -) / illuminasi (mi’raj)

® Analisis Kebijakan Spiritualitas Mistisme  :

1. Sufisme :

2. Yogisme :

® Analisis Kebijakan Spiritualitas Filosofis :

Kebijakan

Ketepatan :

epilog : kemantapan pencerahan →kedewasaan Robbaniyah.

Mensikapi meditasi = kelanjutan moralitas yang transrasional; Perlunya realisasi jika hasil akhir bisa kita fahami ; ketepatan robbaniyah (holistic religius – integral pembumi) dalam kewajaran dan kesadaran

Mensikapi realisasi ®

+ kelanjutan moralitas yang transrasional

dan menjalani meditasi ®

Perlukah realisasi jika hasil akhir bisa kita fahami ?

1. pada hakekatnya meditasi bermakna luas

2. realisasi memungkinkan ekstensi yang lebih tinggi (pencerahan melampaui samsara ; surga yang lebih tinggi)

3. realisasi memungkinkan tingkat kecerdasan/kebijaksanaan lebih tinggi (panna/ laduni) : pemurniaan batin dari akar karmaik

4. realisasi memungkinkan kesiagaan sakaratul maut (

5. realisasi memungkin kebaikan tersirat dalam penempuhannya

- kebijakan & ketepatan : kebijakan (kebebasan ?)  ® ketepatan (holistic religius – integral pembumi)

- kebijakan & ketepatan : kebijakan (kebebasan ?)  ® ketepatan (holistic religius – integral pembumi)

mensikapi ekstasis = mensikapi hasil meditasi

Epilog = Kewajaran Eksistensi

→ Aktualisasi totalitas : harmoni ; refleksi ; sinergi =

Realisasi hanyalah awal bukan akhir; pribadi robbani,‘uebermensch’ spiritual

dhamma dutta faber mundi viator mundi rahmat dan berkah yang memberdayakan dan membahagiakan 

Vs Jung individuasi ? Vs Osho : celebrasi permainan x rakit moralitas ; Vs Pearls : keneurotisme autentik ?

Vs  ‘Nietzche” uebermensch’

epilog : Kembali membumi (kemantapan pencerahan →kedewasaan Robbaniyah)

Epilog = solusi kedewasaan pembumian vs ‘uebermensch’ Nietzche

® Realisasi pencerahan Individuasi yang dilanjutkan hingga Realisasi pencerahan immanensi hanyalah awal bukan akhir penempuhan. Input dari Ekstasis bukanlah suatu perayaan yang membebaskan kesadaran diri dari rakit estetika moralitas adhikari pada kaidah kasih dari system metode spiritualitas dan religiusitas namun justru memantapkannya menjadi sangat berkualitas dalam panna kebijaksanaan robbaniyah yang sangat cerah sebagai keniscayaan luapan kasih ilahiyah yang terserap selama realisasi ekstasis tersebut. Akhir dari realisasi adalah terbentuknya pribadi robbani, ‘uebermensch’ spiritual yang tidak secara naïf menafikan atau mematikan Tuhan karena arogansi kebodohan akan pemahamannya ~ tetapi  justru secara arif menyandarkan keterbatasan dirinya dalam kesempurnaan Tuhan karena pencerahan kesadaran realitasnya; yang tidak mengumbar keliaran nafsnya dalam vitalitas neurotik wild wisdom dengan  menggunakan kebuasan rasionalisasi pembenaran logika kekuatan ~ tetapi  justru mengaktualisasikan secara holistik integritas kebaikan Dharma kasih dengan menggunakan metalogika kebenaran transrasional panna kebijaksanaan Robbaniyah.. Realisasi pencerahan adalah perkembangan kedewasaan berkelanjutan bagi keberadaannya sebagai dhamma dutta yang secara arif berintegritas dan secara baik mengaktualitaskan keterkaitan dan Keperdulian pemberdayaan individualitas dirinya dan juga lingkungan universalnya sebagai faber mundi (‘pencipta dunia’) walau tanpa kepamrihan dan tiada kemelekatan. sebagai viator mundi (‘penziarah dunia’). Sehingga keberadaannya tidak menjadikannya laknat dan musibah yang memperdayakan dan membahayakan bagi kehidupan individualnya sendiri maupun lingkungan universalnya; tetapi menjadi rahmat dan berkah yang memberdayakan dan membahagiakan  bagi semesta  kehidupan karena kebaikannya

holistic Dharma yang membawa rahmat bagi aktualisasi pembumian seluruh alam sebagai walau  dan tiada kemelekatan.

Vs Jung : kedewasaan adalah jika seorang telah tuntas menjalani individuasi ?

Vs Osho : setelah pencerahan kehidupan adalah celebrasi permainan ; rakit moralitas tidak diperlukan lagi  karena kesadaran sudah mencukupi ?

® Kehidupan menjadi celebrasi kasih ~ sebagai keniscayaan dari pencerahan immanensi.: refleksi pemuliaan dharma ~ ; moralitas lebih berkualitas karena kesadaran robbaniyah ®

Vs Pearls : kedewasaan adalah suatu sikap autentik ?

® Tidak hanya autentik tetapi holistic . Bukan refleksi yang naïf dan liar tetapi refleksi yang arif dan baik karena senantiasa berintegritas pada Dharma tidak sekedar vitalitas neurotik nafs.

Vs  ‘Nietzche ; jadilah ” uebermensch’ dalam vitalitas wild wisdom yang menggunakan logika kekuatan , menjadi Tuhan yang telah mati ?

® Jadilah uebermensch spiritual  yang tidak mengingkari keIlahiyahan ; memfanakan diri dan membaqokan Tuhan dan mengaktualisasikan integritas fine wisdom.

dalatheisme : realisasi kebenaran > keilahian.

 

BAB III.

REVITALISASI = Pembumian

Prolog : Sufi Pembumi

kisah seeker yang ditolak sufi pertapa dan belajar ke sufi  pembumi

® Sufi Pembumi : Menyadari tanggung jawab eksistensialitas & universalitas

Prolog : Sufi Pembumi →Menyadari tanggung jawab eksistensialitas & universalitas

(MEMBUMIKAN DHARMA ) : kisah seeker yang ditolak sufi pertapa dan belajar ke sufi  pembumi

Wujud : Eksistensialitas

Kuasa : Kehandalan Aktualisasi

Kasih : Harmonisasi

 

1) PERSPEKTIF  = kecerahan pandangan

prolog : ketepatan pandangan ® kearifan mensikapi : Amati – Alami – Atasi

ketepatan  pandangan =  Totalitas holistic x ekstrem  dualisme ; sanatana dharma x aranyaka dharma

kearifan tindakan: amati ® alami ® atasi (kesadaran Dhamma Bhumi ; Dhamma Sekha & Dhamma Dutta) 

1) kecerahan Mahadharma (w) : Sanatana dharma – Bhinneka  Dharma

satu sanatana Dharma pada  bhineka dharma ® Satu Agama baru ? tidak perlu (kronologis agama)

2) kepastian Transformasi (ks) :  pemberdayaan keabadian – pemberdayaan kehidupan  

pemberdayaan individualitas ® pemisahan Dunia & Akherat ? total gestalt (atsar simultan)

3) kebijakan Aktualiser (k) : transformasi Individual – Transformasi universal

pemberdayaan universalitas ® tentang Reformasi + Globalisasi  : transformasi (lingkungan kondusif )

epilog : kecerahan komitmen ® kebaikan menjalani : Dhamma Bhumi, Dhamma Sekha ; Dhamma Dutta

pembumian spiritualitas universal = pemberdayaan keabadian & kehidupan (individual-universal)

1) PERSPEKTIF  = kecerahan pandangan

prolog : ketepatan pandangan

® kearifan mensikapi : Amati – Alami – Atasi

1) kecerahan Mahadharma (w) :

Sanatana dharma – Bhinneka  Dharma

(satu Agama Dharma ?)

2) kepastian Transformasi (ks) : 

pemberdayaan keabadian – pemberdayaan kehidupan

(Dunia & Akherat)

3) kebijakan Aktualiser  (k) :

transformasi Individual – Transformasi universal

(Reformasi + Globalisasi)

epilog : kecerahan komitmen ® kebaikan menjalani : Dhamma Bhumi, Dhamma Sekha; Dhamma Dutta

MENSIKAPI dan MENGATASI KEBENARAN =

Prolog : Aktualisasi Eksistensial

Harmonisasi Kehidupan :

dualisme kehidupan yin-yang

1. diantara dualisme =

timur dan barat : timur dan barat tak akan pernah bersatu ?

pria dan wanita : jiwa spiritualis harus feminim ?

tua dan muda : spiritualitas hanya untuk orang tua ?

duniawi dan akherat

2; kewajaran pembumian :

Kehidupan duniawi dengan segala kompleksitas permasalahannya  tidak tepat untuk menjalani  Spiritualitas  justru karena itu .

aranyaka bukan sanatana dharma® spiritualitas aktualiser yang berimbasng dan seimbang

spiritualitas tidak hanya ditujukan bagi keselamatan akherat tetapi juga membawa kesejahteraan bagi a

viator mundi dan fabr mundi dunia bukanlah ilusi dan tidaklah kotor : dunia bukanlah ilusi dan tidaklah kotor - politik spirituaslisasi politik x polisisasi spiritual

aktualiser =

muzzamil,berbenah,affirmasi

istiqomah,muhasabah

Universalitas Spiritual    :  kesadaran peran dan

Problematika Kehidupan  :  kebutuhan vital

Tujuan dalam kehidupan =

Apaun tujuan kita spiritualitas harus menjadi landasannya

1. kebahagiaan  tujuan klise hedonis dan alamiah karena memnguntungkan kepentingan diri

2. kesuksesan

3 keberadaan

Memahami kebutuhan = Uang

1. kebutuhan dasar : kehidupan & kesehatan

2. kebutuhan emosi : kenyamanan & kesenangan / afeksi & respek

3. kebutuhan  : kecukupan & kemapanan

4. kebutuhan   : aktualisasi eksistensial & internalisasi spiritual

DHAMMA SEKHA  :  karani ® aktualisasi keseimbangan penempuhan

DHAMMA DUTTA  :  Rahni ® aktualisasi keberimbangan pencerahan

Epilog : kewajaran pembumian

Epilog : mengalir bersama

1) Mahadharma (w) :

2) Aktualiser (ks) :

3) Transformasi  (k) :

ketepatan > kebenaran pandangan

Epilog : kholifatullooh ® Menghargai kehidupan manusiawi & duniawi 

Kholifatullooh :

® Menghargai kehidupan manusiawi & duniawi 

Epilog : kholifatullooh

® Menghargai kehidupan manusiawi & duniawi 

 
PENUTUP :
Kesimpulan ( QUO VADIS ? ) ® pandangan & tanggapan
Pandangan : kesimpulan ®  Robbani ( x sensasi bahagia ; taraqqi mandala ; fantasi ahamkara) ;
Tanggapan : opini terhadap Asumsi hipotesis dan solusi dianektis (Wujud; Kuasa; Kasih) 

Pandangan & Tanggapan :

1. diperlukan pandangan yang benar dan tepat untuk memahami

2. diperlukan realisasi penempuhan untuk membuktikan kebenaran dan sekaligus mengaktualisasikan

3. diperlukan keberimbangan

4. diperlukan kebijakan untuk

5. diperlukan 

Pandangan : kesimpulan: Robbani ( x bahagia ; mandala ;  ahamkara) ;
Tanggapan : opini terhadap Asumsi hipotesis dan solusi dianektis 

Syukur & Terima kasih :

Syukur : Alhamdulillaah ~ Hanya karena Dia

Terima kasih  : bantuan & panduan + staff penerbitan  & percetakan & pemasaran

→ Syukur : Alhamdulillaah ~ Hanya karena Dia

® Terima kasih  : bantuan & panduan + staff penerbitan  & percetakan & pemasaran

Pengharapan :

Kemanfaatan : referensi panduan , literature wawasan , bacaan hiburan, wacana perenungan

Ma’af ; 

Saran perbaikan dan masukan pelengkapan 

® Kemanfaatan : referensi panduan , literature wawasan , bacaan hiburan, wacana perenungan

® Ma’af :  Saran perbaikan dan masukan pelengkapan 

Pustaka

Biodata

 

 

 

MEDITASI

1. RACUT :

Menggeser dimensi kesadaran diri dari tubuh fisik ke tubuh subtil ( sukma eteris ).

PROYEKSI ASTRAL SCOTT ROGO

Gnosis Buddhisme : Kesadaran bersifat universal ( x individual ) sehingga dapat saja melakukan pemindahan kesadaran diri ke suatu obyek/suyet & proyeksikan kesadaran diri ke suatu tempat/waktu.

: kesedian melibatkan diri ® atasi kecemasan alamiah (avidya sosial awam : mati,gila,terasingkan)   ® baca literatur pemandu ® penunjang program =-  diet vegetaris ( Keller ),dll

Proyeksi eteris =

pelatihan awal :

® pernafasan Yoga :

: standar pranayama ® penguatan badan & supplier energi kesadaran untuk PLB

: berdiri ® pernafasan diafragma sempurna

: berjinjit ® pernafasan  segitiga dalam tiga gerakan ( - jinjit - )

: bersila ® penahanan pernafasan ( penyebaran  prana ke tubuh )

: telentang ® pernafasan kebatinan ( + visualisasi osmosis prana pada tubuh )

: (+)  pernafasan silang : lubang hidung kanan/kiri bergantian 

Pelaksanaan :

(1) ® Relaksasi  ( Haraday ) =

POP ( pengenduran otot progresi ) untuk mengurangi ketegangan fisik dan kecemasan batin

pengenduran fisik :  telentang ( miring kanan x kiri ) > duduk ( hipnose otomatis x insrtuktif protokoler )® tegang dan kendurkan kelompok otot tubuh secara bertahap ( pernafasan berirama , interval waktu , rasakan kenyaman  pelepasan ketegangan  )

pengenduran mental : pasifkan fikiran

®1.1.  detak jantung ( Muldon ):

: fokuskan perhatian pada jantung ( rasakan denyut jantung  ®kehendak kuat agar denyut jantung menjadi teratur kecepatan ® turunkan denyut jantung  secara bertahap capai kondisi alpha untuk PLB )

®1.2.  intensitas getaran ( Monroe ):

: setelah relaksasi® telentang ® masuki keadaan hipnagogik(batas tidur – terjaga ) Kondisi A = terjaga  (=pertahankan satu obyek kesadaran tunggal  sebagai indikasi )

Kondisi B = keadaan hipnagogik (  obyek telah beralih pada obyek lain ® sati pasif

Kondisi C = Keadaan mendalam ( tiada kesadran fisik & kontak indrawi )

Kondisi D = getaran ( = rasakan dan kuasai secara pasif dengan tetap relax mengamati )

=> intensifkan dan tingkatkan getaran

: visualisasi PLB secara bertahap

®1.3. tersebar ? : Visualisasi :

Kubus Necker + Kembangkan keahlian imajinasi kreatif penciptaan image mental & pertahankan visualisasi fikiran  sadar dalam  mengkondisikan batin bawah sadar eteris untuk PLB

: Brent = visualisasi terkontrol ~ skenario tahapan ( hypnotism sugestible )

: Muldoon = bayangan  cermin eteris diri

: Lancelin =  pengarahan tujuan  lokasi tertentu

: Hermetics = visualisasi fikiran kuat akan mewujud dalam dimensi fisik secara nyata ( minimal akan berpengaruh pada kondisi si pelakunya ) ® terkaan batin bebas pada sesuatu di balik tabir  

konsentrasikan pada satu titik ½ meter di atas kepala  dimana terdapat tali yang menarik tubuh eteris ke luar tubuh fisik melalui kepala ;

®1.4 . tertidur ? ; Kontrol Mimpi Jelas :

: reseptif dan apresiate  terhadap pesan mimpi dan memanfaatkan mimpi /tidur sebagai media kontrol keadaan hipnagogik  ( Program mimpi terbang untuk keluar tubuh / PLB ).

Pertahankan kesadaran diri hiongga tidur dan bermimpi ® kesadaran dan pengamatan mimpi kemudian Fokuskan pada program mimpi jelas untuk maksud PLB ( kehendak pasif > aktif  )  

Proyeksi Mental =

1. pengeluaran tubuh eteris :

® proyeksi kehendak dinamis ( Lancelin ) =

Kemauan sadar yang sangat kuat mensugesti batin bawah sadar menyebabkan  PLB secara spontan.

: fokuskan fikiran/kesadaran pada seluruh tubuh  ® Rasakan ( > khayalkan ) keberadaan  tubuh astral.

: fokuskan segenap energi pada kening/pusar  ® Kehendak kuat (> inginkan ) agar tubuh astral keluar dari tubuh fisik .( : Rasakan  keberadaan tubuh astral di luar badan fisik )     

2. pengamatan zarah eteris :

: Green = pengembangan proyeksi kesadaran eteris ke luar tubuh fisik  ( Swain ® PLB dalam keadaaan tetap terjaga secara bertahap : pengamatan jarak jauh x perkiraan ;  )  

3. pemunculan zarah eteris :( bilokasi )

 

BUDDHA

Perintis :Siddharta ‘Buddha’ Gautama

PEMAHAMAN KESADARAN =

Prinsip Ehipassiko = Saddha > Iman  [ kepercayaan  karena pembuktian] 

:pariyati(pelajari)®patipati(praktek)®pativeda(realisasi)

KAIDAH BUDDHISME =

~ Kesadaran akan hukum paticca samupada ® kontak bijak ( Let It Be )

Mental noting : Satipatthana

( berkesadaran penuh : Sati Sampajjana )

Zazen Batin : Eka Bhisamaya ( samahito + parisudha ® kamaniya)

~ Kesadaran akan Catur Ariya Satyani ® Jalan Spiritual =

(1) Sila : Kemurnian Sila dan kebajikan berprilaku

(2) Samadhi : ketekunan meditasi dan

(3) Panna : kebijaksanaan paramatha sacca ( kebenaran mutlak )

SAMATHA BHAVANA

® :  40 obyek meditasi ~ carita ( perwatakan) dan fungsi (penggunaan)

Rupa-Jhana = kegairahan sensasi

(1)Jhana1=vitakha,vicara,piti,sukha,ekagat((2) Jhana 2 = piti,sukha,ekagata

(3) Jhana 3 = sukha,ekagata

(4) Jhana 4 = ekagata

® Abhinna : Iddhi kesaktian ( dengan obyek : kasina) ,

Arupa-Jhana = keheningan nuansa

(1) Arupa Jhana 1 = pengheningan keadaan ruang tanpa batas

(2) Arupa Jhana 2 = pengheningan keadaan kesadaran tanpa batas

(3) Arupa Jhana 3 = pengheningan keadaan kosong ( sang habis )

(4) Arupa Jhana 4 = pengheningan keadaan tanpa pencerapan

® santa vihara : penghidupan yang penuh kebahagiaan

KEAHLIAN = JHANA-VASI

VIPASSANA BHAVANA

® :  4 objek meditasi ~ carita (perwatakan)

KESIAPAN =

( 1 ) Sila visuddhi : Kesucian sila

( 2 ) Citta visuddhi : Kesucian fikiran ( minim : Jhana 1 )

PROSES =

( 3 ) ditthi visuddhi : Kesucian pandangan ( pembedaan : nama – rupa)

( 4 ) kankhavitarano visuddhi : Kesucian keraguan ( hubungan kausalitas)

( 5 ) magga amagga : tilakkhana universal & 10 kilesa

( 6 ) patipadana : sankharupekkha keseimbangan batin terhadap obyek ®anuloma  ( penyesuaian jalan tengah  x ekstrim)

PENCERAHAN =

(7)Patipada:Pencerahan-lokuttara(Gotrabu ®Magga®Phala:sotapana,sakadagami,anagami,arahat ) ® pacchavekha peninjauan kembali.

 

RADHA – SOAMI

Satguru : Swami Ji ; Baba Jaimal – Sawan Singh – Sardar Bahadur – Charam Singh ; Gurinder

Kaidah Sant Mat :

- Moralitas untuk harmonisasi nurani yang menenangkan jiwa.

- Diet Vegetaris untuk menunjang kelancaran bermeditasi.

- Gurbhakti untuk ‘total surrender’ ,Seva ( pelayanan) dan pemurnian ego.

- Nambhakti untuk media konsentrasi dan ‘visa’ meditatif

Proses Meditasi =

Simran ( Dzikir 5 nama suci penguasa 5 wilayah rohani ) pada tisratil sambil Dhyan ( kontemplasi wujud astral Satguru ) ® : Bhajan < menyimak Shabda >

Vs mekanisme anti-kundalini fikiran ( ke bawah & ke luar ® ke dalam& ke atas )  ® pada tataran : Pinda / material creation/ melalui 6 chakra bawah                                         

(1) pusat akar ®muladhara chakra : Kilyang

( 2 ) pusat seks  ®indri chakra : Onkar

( 3) pusat pusar ®nabhi chakra : Hiryang

(4) pusat jantung ®hrida chakra : Sohang

(5)pusat tenggorokan ®kanth chakra : Shiriyang

(6)pusat dua mata ®Dodal Kanwal = pineal

® : Level : Yogi Puran

Menjelajahi Wilayah Rohaniah

Pada tisratil : terdengar suara binda/jhinga (gemuruh/sepur) & tampak wujud guntur,

( 1 ) Sahansdal Kanwal : Niranjan desh  ® bell & cronch

Nama sufisme : Maqam I Allah

Terdengar 10 suara : lautan,guntur,

Tampak juga : langit,matahari,bintang

~ Chidakash : surga/neraka

~ sahansdal kanwal : Jyoti Niranjan

~ kolam Tirbeni

3 bagian :

~ jhongran dep

~ shyan

~ sett sunn

® Level : Sikh ( Siswa Sejati )

( 2 ) Trikuti Murakashi : Brahm loka  ® sound of Onkar

Nama sufisme :  Maqam I Allah Hu ( Wilayah asal : fikiran )

Terdengar  suara : Onkar dalam guntur

Tampak wujud : sunnya , gunung (Mer,Sumer,Kailash)

® Level : Yogishwar

( 3 ) Daswan Dwar : Par Brahm ® King Ri  (Spiritual  lute)

Nama sufisme :  Alam I Lahut

Terdengar  suara : Onkar dalam guntur

Tampak wujud : sunnya , gunung (Mer,Sumer,Kailash)

( 4 ) Banwar Gupha : Sohang ® Bansri ( flute )

Nama sufisme :  Alam I Hahut

Terdengar  suara : Kingri

Tampak wujud : sunnya , gunung (Mer,Sumer,Kailash)

( 5 ) Satta Loka : Sat Purush  ® Bin ( big pipe )

 Nama sufisme :  Maqam I Haqq  ( Rumah Sejati : Jiwa )

Terdengar  suara : Bin ( Big Pipe)

Tampak wujud : Sach Kkand ( Sat Nam ) di Alakh Lok ® Agam Lokh ® Anami Lokh  

® Level : Param Sant ® Satguru

 

OSHO

PANDANGAN =

Evolusi tansadar bersifat kolektif , sedangkan evolusi sadar bersifat individual.

: Hiduplah secara Total = hidup religius meditatif   dalam Tao = kenyamanan dari ketegangan )

MEDITASI CHAOTIC =

Dalam bermeditasi diperlukan kemurnian fikir , kealamian tubuh

1. Chaotic breathing :  10 ‘

     ® kacaukan sistem masif neurotik diri untuk membebaskan emosi yang tertekan/mengendap

:penafasan dalam & cepat ( tubuh kelimpahan oksigen ® alive/vitale : alamiah hewani )

    = fisik terasa tidak lagi terasa sebagai materi tetapi seperti sistem energi yang meluap.

2. Catharsis : 10 ‘

 ®theraphy pelepasan seluruh limbah emosi yang tertekan /mengendap secara bebas .

:pembersihan : menjerit,menangis ; tertawa,melompat ; menari , dll ( terserah )

   = tubuh fisik terasa ringan alamiah  dan batin fikiran murni dari segala limbah mental.

3. Sound : HOO : 10 ‘

    ® menghantam sentra sex / chakra vitale agar kemudian terjadi proses kundalini energi.

    : teriakan- teriakan  HOO  sekeras mungkin terarah ke sentra sex untuk menaikkan energi.    

    = terjadi proses aliran energi kundalini di dalam dan menuju ke atas.(exhausted)

4. Jump : Meditasi :

     ® memasuki alam meditasi dengan seluruh totalitas kesadaran diri tanpa konflik ( wuwei )

     : menjadi pengamat yang mantap (sakshin upeksha) atas apapun juga yang dihadapi.

     = secara bertahap terjadi pertumbuhan spiritualitas melalui pengalaman batiniah langsung.

TRANSENDENSI 7 TUBUH =

= consciousness ( kesadaran ) ®witnessing (pengamatan)®awareness(kemurnian)®enlightment

Desireless = just the absence of desiring  x the opposite ( passive x active )

meditasi bersifat passive ( total surrender)® x kehilangan awareness

manusia memiliki 7 dimensi paralel keberadaan yang saling terpadu dan berkait.

jika bermeditasi mulailah dari tubuh pertama paling luar  ( jangan fikirkan ‘pengetahuan tingkat tinggi’ agar tidak mengganggu kelancaran dan kesejatian transformasi diri )

atasi ketegangan yang timbul karena adanya ketidak-nyamanan dalam transformasi(kesenjangan antara kenyataan dan keinginan).® ® Pintu dimensi kesadaran  pada setiap tubuh berikutnya akan terbuka otomatis jika tiada ketegangan didalam badan tersebut ( kenyamanan holistik)

Jadilah : sakshin upeksha ( kesadaran pengamat yang indifferent ® equilibirium ; tanpa konflik  karena membedakan kutub polaritas yang ada sehingga tidak terjadi perpecahan diri ) = mentransendensi polaritas ( kenyamanan batin  dari ketegangan alamiah eksistensial  dengan tidak perlu melekat/menolak  polaritas yang ada ) 

metode = melekat ®melepas ( langkah permulaan akan menjadi rintangan perkembangan lebih lanjut jika terlalu dilekati )   

(*) HORIZONTAL (MASIH  INSANIAH ) = DARI LUAR KE DALAM =

1. FISIK

terbatasi  ruang dan waktu

PRAMEDITASI =

rasakanlah keberadaan fisik dari  dalam (tidak sekedar dari luar ) : kayanupasana.

MEDITASI =

polaritas : breathing ( incoming  x outcoming )

vision : khayalan  mimpi fisiologis

transend : sadari setiap saat rasa dari dalam [ holistik ]

penyesuaian : hidup dalam kekinian ; ketika bertindak disadari ( actor ~ action ) ; seks ®ekspresi positif cinta kasih ( x pelepasan ketegangan)

2. ETERIK

transparan & antigravitasi  ( sukma 13 hari pasca kematian );  terbatasi waktu tetapi ruang tidak

PRAMEDITASI =

sadarilah keberadaan dan pergerakan dari  dalam (tidak sekedar dari luar ) : sati kayanupasana.

MEDITASI =

polaritas : influence ( attractive /love/well-being  x  repulsive/hatred/diseased )

vision?mantra,parfum(jakfaron/misik;hio/dupa,dll) , warna (biru eterik ,dll)

vision : tetap sadar terjaga dengan sarana mantra ( ®tidak efek hipnotis/tertidur )

transend : sukma plb ,sugestible hipnotik & zarah kundalini ( kenali vitalitas mekanisme nya dari dalam )

penyesuaian : cinta kasih murni (sikap fikiran dalam diri terhadap seluruh kosmik bukan sekedar hubungan antar personal  X pemenuhan hasrat nafsu sex/ego ) dengan  tanpa harapan/tuntutan

3. ASTRAL

tidak terbatasi  ruang dan waktu lampau

PRAMEDITASI =

sadarilah keberadaan dan pergerakan dari  dalam (tidak sekedar dari luar ) : sati kayanupasana.

MEDITASI =

polaritas:magnetisme(powerful/confident/bravery – powerless/inconfident/coward )

vision :  jangan pastikan dulu prakonsepsi keabadian diri ( realisasi : truth pativedha >proyeksi : faith anubodha )

transend : ungkapkan keberadaaan di dalamnya ( totalitas kehendak )

penyesuaian : gudang timbunan pengharapan /hasrat keinginan yang begitu menimbulkan ketegangan ( kewaspadaaan meditator ? )® terima saja hasrat tersebut sebagaimana adanya (akan timbul ketenangan // berhasrat tanhasrat ? neurotis )

4. MENTAL

rumah terakhir fikiran ( tidak terbatasi  ruang dan waktu lampau dan mendatang )

PRAMEDITASI =

sadarilah keberadaan dan pergerakan dari  dalam (tidak sekedar dari luar ) : sati kayanupasana.

MEDITASI =

polaritas : thought ( incoming – outcoming )

vision : waspadai proyeksi ciptaan mental ® jangan harapkan/identifikasikan apapun

transend : lampaui seluruh proses mental ( awas ! schizoprenia : fikiran tidak dalam keadaan harmoni – secara simultan bekerja terpecah ke 2 arah yang berlawanan : berdiri di luar & melihat ke dalam/ ke atas  ® Mulailah dari lapisan terluar setinggi apapun ‘ pengetahuan ‘ anda )

penyesuaian :konflik pemikiran yang saling posesif menguasai keseluruhan ®kekalutan

sadari saja fikiran hanyalah klise proyeksi timbunan ingatan fisik dan terimalah kealamiahan hal tersebut tanpa persetujuan/penyangkalan yang memang tidak perlu  ® jangan identifikasikan diri dengan fikiran/buah fikiran tertentu (bebaskan badan mental dari kekacauan)

(*) VERTIKAL  (MULAI ILAHIAH  ) = DARI BAWAH  KE ATAS =

ke Chakra ajna ( Tuhan ) ; sirshasan ®arus energi berubah ( ketidak-nyamanan fikiran yang terbiasa antikundalini )

5. SPIRITUAL

keabadian yang tidak terbatasi  ruang dan waktu

PRAMEDITASI =

sadari kematian dan kehidupan hanyalah fenomena luar bukan realitas inherent pada keabadian diri.

MEDITASI =

polaritas : Life itself = Prana ( life – dead )

vision : tiada dualitas ( cermin perbedaan tanpa kelainan ) ® refleksi bayangan dari ralitas saja.

dalam kesendirian total bebas dari segala bentuk mentalitas ® jangan identifikasikan diri sebagai apa/siapapun juga

transend : kesadaran monad (atom tanpa jendela-Leibniz) / kesadaran Ego

penyesuaian : atasi kebodohan diri dengan Atma Gyana ( pengenalan diri ; Dengan tidak mengenal dirinya tiada guna orang mengenal apapun ?) ® Mengetahui ( secara langsung : pasti  ) X pengetahuan ( pengertian pinjaman : sangsi )

6. KOSMIK

kosmik

PRAMEDITASI =

ego drop ® no ego ( become one with all )

MEDITASI =

polaritas universal  : kosmik ( srishti /creation – pralaya/destruction )

Realitas ‘diri’ : Avatar Vishnu untuk siapa Brahma menciptakan  dan shiva menghancurkan.

vision : realitas otentik tanpa cermin ( fikiran universal Brahman ) ® samadhi sabeej ( + benih )

transend :4- 5  : ego®non ego

koan Zen ‘ansa dalam botol’ (gerbang tanpa gerbang ) ® jangan identifikasikan diri sebagai kristalisasi ego ; sadari saja (tanpa metode; karena setiap metode memperkuat ego ) / x satori

penyesuaian : individualitas dalam universalitas kosmik ® berhentilah menjadi individu pribadi (Kita adalah samudra keESAan /oceanic feeling/ x kristalisasi  individualitas keakuan = keberadaan sebagai insan kosmik ) Tuhan = (tan)individualitas keberadaan kosmik

7. NIRVANA

sunna

PRAMEDITASI =

Hakekat diri : ketiadaan ( negativisme Buddha ) karena keberadaan adalah Brahman ( Shankara)

vision : pusat keberadaan murni ( tanpa positif/negatif ) ® samadhi nirbeej ( x benih )

MEDITASI =

polaritas universal : Truth ( being – not being )

transend : melompat dalam keheningan ( pencerahan sejati ! sudah ada sebelum adanya ciptaan  ,masih ada walau setelah pralaya ®saya tidak tahu (Buddha); karena tidak ada simbolisasi tepatnya)

penyesuaian : tegangan antara keberadaan – ketanberadaan ( untuk fahami keseluruhan : jadikanlah kehampaan sebagai satu-satunya keseluruhan )® hilangnya keberadaan ke dalam tankeberadaan  [ Brahman : keberadaan + ketanberadaan = keseluruhan   > Tuhan : keberadaan ]

®  = Setelah itu ? ADWAIT ( Oneness )

 

BARDO =

Bardo thos grol chen mo :

Buku panduan untuk  mencapai kebebasan abadi lewat pemahaman tentang kematian

The Tibetan Book of the Dead : Padma Sambhava ( abad VIII ) ® Karma Lingpa  abad  ( XIV )

Mahavira  : pencerahan masih mungkin terjadi hingga pada saat kematian

Tibetan : ‘ menghadapi kematian adalah suatu keahlian untuk disiagakan dan dibiasakan ’

Persiapan :

latihan meditasi racut ( PLB )  pada saat hidup ® meditasi bardo untuk saat ajal.

® Hadapi dan jalani  kematian dengan penuh kesadaran & kasih ( + : munajat Robbani )

Proses :

Usahakan pencerahan dengan menyatu pada cahaya kesadaran murni Ilahiah Semesta.

1. Chikkhai Bardo : ( saat kematian )= Astral

langsung bermeditasi  : simak ikuti cahaya murni kebenaran yang bersih dan jernih .

gagal ? cahaya dengan sosok figur mistisi (Satguru,Buddha ,Nabi,dll).

gagal ? jatuh ke Chonyid Bardo

2. Chonyid Bardo : (alam kausalitas ) = Etheric

sadari akan kematian diri dan perjalanan arwahmu ( awas ! ilusi proyeksi fikiran )

hari 1 : perhatikan cahaya biru kesadaran murni diri x cahaya putih ketidak-tahuan karmik

hari 2 : perhatikan cahaya putih bersih  kebijakan sejati x cahaya kelabu kebodohan samsara

hari 3 : perhatikan cahaya kuning  bersih keseimbangan diri x cahaya biru kotor kesombongan

hari 4 : perhatikan cahaya merah bersih kasih x cahaya merah kotor keterikatan

hari 5 : perhatikan cahaya hijau cerah kesempurnaan abadi x cahaya hijau kotor kepicikan

hari 6 : perhatikan cahaya 4 warna cerah pencerahan x cahaya 4 warna buram keresahan

hari 7 – 13: Awas dualitas fikiran ( cahaya kotor : coklat , putih,kuning,merah,hijau,aneka warna )

hari 14  : hari terakhir ( Atasi rasa bersalah/ketakutan/keraguan yang muncul karena fikiran yang terkondisi karma )

gagal ? jatuh ke Sidpa Bardo

3. Sidpa Bardo :( alam kelahiran kembali )= Etheric

Pertahankan kesadaran dari godaan rebirth( semuas hanya ilusi fikiran belaka )

walau sudah semakin sulit teruslah bermeditasilah kembali agar tetap mampu  menyatu dengan cahaya murni kebenaran Ilahiah. ( Kenang ajaran Satguru )

® vs wujud/suara mencekam refleksi penyesalan atas kesalahan masa hidup.

® vs ilusi pengadilan / surga – neraka

Berada di alam Sidpa Bardo ,emosi batin begitu intens terasakan ® lampaui ilusi fikiran yang membuatmu terjebak dalam penderitaan yang sesungguhnya tidak perlu itu.( terus meditasi)

® masuki samsara ? perhatikan cahaya yang paling cerah dari keIlahian yang Maha Penyayang dan masuki meditasi ( putih cerah – alam dewa; kuning cerah – keluarga saleh ) X perhatikan cahaya buram (putih–dewa/malaikat;hijau-kuasa sakti;kuning-intelektual;biru-hewani; merah-arwah gentayangan ;abu2/hitam – alam terrendah)

® kelahiran kembali ( jika bayangan sudah terlihat kala bercermin/berjalan berarti sudah gagal di alam sidpa bardo ).

Berdo”a dan tetap tenang ; jangan tergoda ilusi sex ® pilih rahim yang sesuai( menunjang evolusi spiritualitas diri pada kehidupan mendatang ) :

Simbol Vision   : tempat ibadah ( keluarga saleh/alam dewa)/ bangunan megah ( prospek peningkatan kesadaran).   X : gua/lubang besar berkabut tebal ( hewani )/ gurun luas/rimba gelap ( kehidupan tanpa arti)/ hutan berapi (magis)/ danau & angsa ( kaya tetapi tidak spiritual),dlsb

 

 

UPDATE PARAMA DHAMMA

Desain Kosmik “Mandala Advaita “ bagi dagelan “nama-rupa”

Esensi Murni > Energi Ilahi > Materi Alami
kebajikan harus dengan kebijakan

Kebijaksanaan harus dalam keberimbangan

Keberimbangan harus dalam keselarasan

Walau memang ada kebahagiaan & penderitaan ,Tidak ada yang harus dilekati – Tidak ada yang perlu dibenci  

Walau memang ada keunggulan & kerendahan ,Tidak ada yang harus dipuja – Tidak ada yang perlu dicela  

Tanpa obsesi tiada ambisisi

In Reality – Be Realistics – To Realize 

 

Kesadaran

Kecakapan

Kelayakan

 

Esensi Murni

Ariya

Sekha

Zenka

Swadika

Energi Ilahi

 

Genia

 

Talenta

Materi Fisik

 

 

 

Visekha

Mandala Advaita : Desain Kosmik
Pandangan Sikap Batin In Reality 

Formula Swadika

Pandangan Sikap Batin In Reality 

Mahatma

Pandangan Sikap Batin In Reality 

 

ANEKA RENUNGAN

Parama dharma bagi  swadika advaita

Dharma (tdk) sederhana bagi mandala (tak) sempurna

Keutamaan > kebuddhaan

Taqwa ,< metta < anatta

Ketauhidan dalam keanattaan

Abhidhamma =

Hayati tandiri ke anattaan atas segala entity keberadaan

Sadari ke aniccaan atas segala process keberadaan

Fahami ilusi ke dukkhaan atas segala entitas keberadaan

 

Kesadaran melampaui = mandala advaita

Nibbana 1

Samsara  31

 

Mengarahkan batin kesadaran  > mengerahkan fikiran

Transformasi diri

Kebijaksanaan

Keharmonisan

Kebahagiaan

Keberdayaan

 

Menyadari keakuan diri semu dengan mengamati aku, diriku, milikku sebagai dia.

Just Flow in relaxed mind without excessive energy

 

Jalaludin Rumi : tentang hikmah (Dilema Faqir) =

Janganlah kamu berlaku zalim dengan tidak memberi kepada orang yang berhak menerimanya. namun janganlah kamu berlaku zalim dengan memberi kepada orang yang belum layak menerimanya.

 


 

ZAZEN CANON  :  REALITAS  TINDAKAN  ®  FOREVER AKTUALISER ~ ETERNAL UNIVERSIAD

 

Tindakan Aktual untuk segera merealisasikan Keberadaan Diri demi keberlanjutan dari Evolusi Spiritual Deitas Kosmik diri dalam Samsara Keabadian dan menunjang kehandalan diri sebagai Aktualiser dalam Kehidupan ini dan Eskatologi keberadaan Diri berikutnya . 

Realisasi Tindakan– tidak sekedar Imaginasi Gambaran belaka – adalah sangat mutlak diperlukan untuk memperoleh hasil yang nyata dan feed-back perbaikan dan penyempurnaan dari suatu wawasan pandangan.

Keterarahan penempuhan dalam kebijaksanaan pandangan.

Orientasi hidup adalah pemberdayaan. Mantap dalam kesederhanaan,  Handal dalam keberdayaan dan  Lancar dalam kebijaksanaan.

Plus = Ada keridhoan dalam ketaatan. Ada kemurkaan dalam kemaksiatan

Prakata : Perlu kebenaran paradigma pandangan , kejelasan tujuan pencapaian, kepastian realitas tindakan dan ketepatan langkah strategis

Manual ini ditujukan sebagai panduan praktis untuk memberdayakan  diri dalam menempuh universalitas keabadian dan kompleksitas kehidupan . Walaupun dikemas dalam wacana yang ringkas dan singkat namun lengkap dan cukup memadai untuk dipergunakan sebagai canon utama diri.

File Ke 1 = INTEGRITAS UNIVERSIAD

® 1. Vitale Zazen = Kesadaran Gnosis  Eternal

2.  Ekstase Swadika : Transendensi Keberadaan

3.  Talenta Semesta  : Transformasi Kehandalan

§  File Ke 2 = AKTUALISER UNIVERSIAD

4. Swadika Semesta : Kemantapan Universe Holistik

5. Karakter Personal : Kelancaran Flexible Autentik

§  File Ke 3 = AKTUALISER EKSISTENSI

6. Regista Persada : Rutinitas Kemantapan Pelancaran

7. Legenda Semesta : Vitalitas Kehandalan Penempaan

File Ke 4 = INTEGRITAS EKSISTENSI

® 8. Finale Zazen = Kesadaran Wisdom Forever

  9. Reset Universiad : Kesabaian Akhir

10. Ready Aktualiser : Kesiagaan Mulai

1) REFLEKSI MEDITATIF  =  Mental Global  paradigma dipathera :

Aware vitale in  INTEGRITAS UNIVERSIAD

 Vitale Zazen = Kesadaran Gnosis  Eternal Kemantapan Faith Gnosis(Integritas Universiad) ® Kegairahan Truth Exodus

Aware gnosis – focus exodus – wuwei action – zazen vitale sesuai mahadharma dalam kesadaran alpha beta

resitasi paritta  Ritual Mental  ditujukan untuk penghayatan kebenaran dan bersegera memberdayakan universiade aktualiser diri secara tepat dan pasti.

refleksi empiris Aktual Global ditujukan untuk penyadaran kenyataan  dan terus melanjutkan aktualisasi universiade diri secara bijak dan luwes.

1)       Aware of Gnosis Wisdom in  Faith Truth  =  Ketepatan paradigma Gnosis Realitas – kebijakan Wisdom Spektrum

MANTAP EXODUS = Realitas Keabaduan = ESA ( Mandala Genesis – Robbani ) Fenomena Kehidupan = aku (Dimensi Samsara – Pribadi )

HANDAL EMPIRE = Keterjagaan Labirin Avidya = Keswadikaan Ekstase Dharma =

 Gnosis Wisdom : kemantapan & keakuratan menghayati paradigma heuritis bagi Integritas Kesadaran  (Akidah Gnosis / Kaidah Wisdom)

- Faith Integritas : Kebenaran Gnosis Keabadian  ® Ketepatan Hibrah Kehidupan (Menghayati paradigma heuritis / Mensikapi pengamatan empiris)

Aktualisasi holistik yang inklusif tidak exclusive (sbg Dharma Sekha; dlm Sangha Ariya ) x 

 - Truth Eksistensi : Kejelasan avidya Kebodohan  ® Keluwesan Kiprah  kenyataan (ketelitian penyadaran situasional / kecerdasan pengatasan keadaan)

Harmonisasi simpatik tanpa terexploitasi atau memanipulasi (thd Etika Publik ; utk Diniah Agama; ) x pengkhianat keberadaan

REFLEKSI MEDITATIF = Dijalankan setiap saat ® ketersediaan waktu. Faith Truth

®   Aware Universalitas : Gnosis Realitas       = Visualisasi Pengamatan Kenyataan Laten Deitas “ESA”

®   Zazen  Integritas  : Wisdom Spektrum      = Konsentrasi Pengarahan Kesadaran Figur Kosmik “ aku”

2)       Vitale of  Exodus Empire  in  :  Kesegeraan  & kelanjutan aktualisasi tindakan Komitmen pemberdayaan (Target Exodus / Qonaah Lanjut)

§  Focus Exodus to Evolusi Pribadi : Transformasi Gnosis untuk Akses Eternal zarah Universiad

Akses Universiad : Transformasi Keberadaan Universiad (Akses Keabadian ) ®  Ekstase Swadika, talenta semesta , visekha samsara

Orientasi Tujuan : Akses Eternal Swadika Visekha ® Asset Forever Persada Regista

(a) Transformasi Evolutif  Keabadian = Akses Swadika +  Hisab Visekha

Akses Swadika = Transformasi Evolutif Kualitas Esensi Sejati

1. Basic Eternal  Keswadikaan Arhad Jagad ® Super Figur

2. Input Forever Ketalentaan Arhad Jagad ® Smart Flair  

Hisab Visekha = Transformasi Harmonis Moralitas Esensi

1. Basic Kemahatmaan Arhad Jagad ®Wahidah  Nibbana

2. Input Keamaliahan Arhad Jagad ® Waridah  Surgawi

(b) Aktualisasi Effektif Kehidupan = Block Regista + Asset Persada 

Asset Persada = Kesuksesan pencukupan kekayaan Astaiya 

1. Basic Profesi = Kehandalan ekonomi produktif

2. Asset Pensiun = Kemantapan deposit benefit

Block Regista = Kesuksesan pencukupan kejayaan Regista

1. Citra Positif = Keluwesan Simpatik Harmonis

2. Squad Bushido = Kekuasaan Guardian Imperium

§  Wuwei Action in Regista Semesta: Aktualisasi Kehandalan untuk Asset  Forever Figur Eksistensial

- Focus Aktualiser : Aktualisasi Kehandalan  Eksistensial (Asset Kehidupan) ®Eksist Persada, karisma regista, legenda semesta

Integritas mantap Evolusi Pribadi®Aktualitas handal Regista Semesta

§  Zazen Vitale = Exodus Gnosis

® DISIPLIN INTENSIF = Evolusi Pribadi

Integritas : Deitas Kosmik

Eternal Forever = Semadi Esensi – Centre Figure

Swadika Semesta = Sati Videha – Yogi Tapasa

Vitalitas : Exodus Universiad

Geniard Bushido = Genius Versus – Global Comrad

Maestro Cruiser  = Master Expert – Tantra Wasesa

Rutinitas : Kasual Eksistensi

Reset Universiad = Sentra Agenda – Primus Exodus

Ready Aktualiser = Matrik Kosmik – Estate Figure

® REFLEKSI UNIVERSE = Regista Semesta

Integritas : Figure Kosmik

Holistik Universe = Aktual Wasesa – Mental  Dewasa

Autentik Flexible = Swadika Robbani – Gestalt Bushido

Rutinitas : Aktual Eksistensi

Regista Publik = Senzei Publik – Patria Sangha

Bushido Estate = Steady Family – Aktual Estate

Vitalitas : Vitale Universiad

Reputasi Kosmik = Spectre Cruiser –Geniard Maestro

Hegemoni Publik = Bushido Regista – Leisure Swadika

§  Final Vitale of  Total Zazen = Mantap Exodus – Handal Empire

4. Zazen Finale : Kemantapan Qanaah Output  ® Kegairahan Revisi Lanjut

Fungsi =Qanaah Kesuksesan  ® Revisi Kelanjutan .

Kesuksesan Asset Kosmik  = Penerimaan feedback tindakan

Spektrum Exodus  = Evolusi Pribadi + Regista Semesta

§  Evolusi Pribadi : Tahap Perluasan Eternal itas Deitas Kosmik

§  Regista Semesta : Level Kemapanan Eksistensial Figure Publik

Ekstasis Wisdom = Syukur Sukses + Qanaah lanjut

Kelanjutan Fokus Exodus = Perevisian kelanjutan tindakan

Orientasi Tujuan = Gnosis Exodus + Kosmik Publik

§  Gnosis Exodus : Kebenaran Prinsip Ariya

§  Kosmik Publik : Kehebatan Potensi Figur

Realisasi Tindakan = Revisi Lanjut + Sukses Proyek

2) DISIPLIN INTENSIF =  Pengasahan refleksi intensif  Tapasa Videha :

® Refleksi intensif Sati videha ditujukan untuk mengembangkan integritas penyadaran universal nivritti dan dalam aktualisasi  pengarahan holistic diri.

® Distansi effektif Yogi Tapasa ditujukan untuk mengsawdikakan diri dari ketergantungan/kemelekatan eksternal dan memperkasakan universalitas diri. Refleksi  Sati Videha : Keswadikaan penyadaran Holistik Nivriti:

- Resertivitas harmonisasi = penyadaran diri  mensikapi (Reseptif x raeaktif) : visuddhi authentik

- Asertivitas aktualisasai = pengarahan diri  bertindak (terarah x neurotik ) :

 Sati Videha ( Kearifan diri : Nivritti Holistik )

Sati Videha = pengembangan kesadaran

1. Nivritti Holistik (sati sampajjana - vivekha vairaga)

2. Reseptif :Penyadaran diri : reseptif x reaktif  (harmonisasi kesadaran)

3. Asertif :Pengarahan diri  : proaktif  x mekanis- impulsif  (aktualisasi tindakan)

4. Holistik = Pelatihan tindakan meditatif Pembiasaan sikap muhasabah -penyadaran lapisan -harmonisasi energi -kesadaran kekinian -aktualisasi tindakan

Distansi Yogi Tapasa : Keperkasaan pengasahan swadika semesta

- KeSwadikaan diri  = tanpa kemelekatan eksternal  Keswadikaan Kosmik Figure ® Kesemestaan

- KeSemestaan diri  = mampu independent universe

Yogi Tapasa = peningkatan ketahanan

1. Kuanta Universiad = mengatasi ketergantungan /kemelekatan kelemahan meningkatkan keberdayaan / keperkasaan menjalani kesadaran  kehandalan.

2. Keswadikaan  : kemantapan diri : menjalani kesadaran

3. Kesemestaan : kehandalan diri :  mengatasi kelemahan

4.Integral = keberdayaan Holistik

3) MEDITASI EKSTASIS = transendensi intensif  avatara bhavana   Deitas Kosmik

® Meditasi ekstasis Semadi esensi untuk memantapkan pencerahan batin murni rahni ilahi dan menswadikakan pencapaian arhad jagad deitas esensi diri.

® Integrasi effektif Centre figure untuk menswadikakan patensi kosmik figure diri dan mengembangkan kewasesaan kuasa universal brahma sentra diri .:

Ekstasis Semadi esensi : Keswadikaan penyadaran Holistik Nivriti:

1. I’tikaf Robbani = sujud kudus

2. Jarah Jagad : proyeksi astral

3. Arhad esensi : ekstasis pencerahan

4. Buddha Gnosis = kebijaksanaan

- Dhyana Vihara  = Transendensi :  Ritual Gnosis Dhyana Bhakta ® Mental Exodus Dhyana Anatta (+ jarah jagad)

Ritual Gnosis = Dhyana Bhakta (Ritual  Shalat – Dzikir – Munajat Robbani )

Mental Exodus = Dhyana Anatta ( Batin Murni – mantram – Centrum Swadika )

- Semadi Esensi = Realisasi :  Pencerahan Spiritual Rahni Ilahi ®Kemantapan Arhad Jagad (+ Buddha prajna)  Pencerahan kesejatian esensi

Rahni Ilahi = Pativedha ( Keheningan – Pencerahan – Keilahiahan )

Arhad Jagad = Iddhipada ( 

Integral Centre Figure   : Keperkasaan pengasahan swadika semesta

Centre Figure : Penguasaan kesaktian kosmik

1. Swadika Mantram = raja yoga

2. Kuasa Jagad : forsa magis

3. Figur Kosmik : super figur

4. Kosmik Figure = maha yoga

- Centre Figure  = Realisasi : kewasesaan universal Prima Zenka® Kehandalan SuperFigur (Raja Yoga) (Penguasaan Kesaktian : Super Figur )

- Brahma Sentra  = Transformasi : kuasa jagad  ® Forsa magis ( Maha Yoga) (Kekuatan daya : Swadika Universe )

4) DISIPLIN INTENSIF =  penyerapan  kewasesaan talenta aktual

VITALITAS – UNIVERSIAD Dari Kesediaan Waktu Global

® Vitalitas Sekha Universe untuk mengembangkan talenta kecerdasan intelgensia universal diri dan dalam menyerap data formula  wisdom exodus diri.

® Aktivitas Prima ditujukan untuk memberdayakan kecakapan skill  aktualiser diri dan  mengeffektifkan kewasesaan flair universiad diri.

1) GENIUS VERSUS = Intelgensia Quasar Memory Diri .

MEDITASI = Radar Pakar / Gelar Wedar Realisasi Pencapaian Kecerdasan Disket diri.

REFLEKSI = Sekha Talenta / Input Formula Apersepsi Memorial

2) GLOBAL COMRAD  = Rhetorics Interaktif  

MEDITASI = Jerat Pikat /  Realisasi Pencapaian Kepesonaan Profil  diri.

REFLEKSI = Pragma Wacana / Ritual Formal  Integritas Kehandalan Universe aktual diri

3) TANTRA WASESA = Gimnastics Figure Kosmik Diri .

MEDITASI = Super Figur / Flair Zahir Realisasi Pencapaian Kewasesaan Figure diri.

REFLEKSI = Senam Nature / Fight Athlet  Integritas Kehandalan Universe aktual diri

4) MASTER EXPERT  = Tehnokratics  Aktual Tehnis Diri.

MEDITASI = Knowledge / Science Realisasi Pencapaian Kewasesaan Kosmik Figure diri.

REFLEKSI = Operational / Modifikasi Integritas Kehandalan Universe aktual diri

Sekha Universe :  penjarahan kewasesaan aktual

Keluasan ilmu : Idea Talenta Genius Versus (Penyerapan Kelihaian : Smart Input )

- Riset Semesta = Kecerdasan universal ( serapan pengertian  ;  terapan penempaan )

Riset semesta = Keahlian

1. Osmose Intelgensi =kecerdasan

2. Serapan :pustaka sorcer

3. Terapan :latihan

4. Formulasi = formula

- Edisi Formula = Keakuratan tutorial  (formulasi  tutorial  ;  strategi  kebijaksanaan)

Edisi formula =Formulasi

1. Prive Secret :Confidential

2. Squad Disket :Loyalitas

3. Massa Offset :Royalties

4. OtherChattering

Prima Integral  : Penguasaan kewasesaan aktual

- Master Expert = Kemantapan  Geniard Maestro ®Kehandalan Regista Bushido.

Serap talenta = Genius Versus Kehandalan Intelgensi

1. Prima Geniard = Genia dasar

2. Vedha Formula : Edisi

3. Krida Maestro : Skill

4. Genia Regista = Flair

- Tantra Wasesa  = Kemantapan Hakei  Cruiser  ® Kehandalan Konfu Spectre

Flair swadika  Tantra Wasesa Kemantapan Universiad

1. Tempa Figure = prima

2. Macho Raider : flair

3. Hakei Combat : fight

4. Flair Master = forma

5) KARAKTER PERSONAL = Keharmonisan Refleksi  Pribadi Semesta :

Kemantapan Autentik Flexible Zenka Visekha =  Citra Pribadi : Elite Regista : Hisab Robbani =

® Refleksi autentik Mahatma Robbani ditujukan untuk memantapkan integritas pribadi semesta dan mensiagakan garansi waridah robbani keabadian .

® Flexible estetik Regista Bushido ditujukan untuk mengesankan interaksi simpatik diri dan mengembangkan kecakapan wisdom guardian publik.

Mahatma Robbani  : Kemantapan Karakteristik Integral Holistik pada keabadian 

- Zenka Visekha  : Kesadaran Gnosis → Akhlaq Dharma (Adhikari : kesatrian sifat Ariya Adhyatma , keagungan sikap Metta Mahatama) :

- Hisab Robbani : Kefahaman Diniah → Ibadah Islami (Amaliah: kekhusyuan  peribadahan Robbaniyah , kelimpahan amaliyah muttaqien ):

Regista Bushido :  keluwesan Personalisasi Flexible Simpatik Guardian pada kehidupan

- Chitra Simpatik = Keluwesan Profil → Simpati Pribadi ( perfomance Gentle Figure, interaksi  Master Affair )

- Publik Guardian = Kebijakan  social → Karisma Regista (Excelence  custom wisdom,  rhetorika actual formal  )

6) STABLE VITALE = Kesiagaan  effektif  aktualiser universiad:

MENTAL GLOBAL =Refleksi effektif Mental : kesabaian (Gentle Master) + kecerahan (Affair Publik)

® Kecerahan mental dewasa agar diri dengan sabai  mensikapi  stress secara mantap dan dengan lihai menghadapinya secara handal .

® Ketegaran actual wasesa  agar diri  dengan tegar  mengatasi azhab tanpa fatal dan mampu mengatasinya secara fresh bugar.

kecerahan Figure Publik : Kedewasaan mental integritas untuk tetap sabai dan mampu cerah 

Mental Dewasa

Kesabaian samsara :               Dalam Dalam keadaan berduka :Dalam tekanan dicela :Dalam kondisi cemas : Dalam situasi kalut :

kecerahan persona : Sineas Untuk refleksi karismatikSelalu  tenang : Selalu  nyaman : Selalu  mantap : Selalu  handal :

- Kesabaian samsara Gestalt Figure : tetap sabai  dalam  keadaan stressing ketika  berduka : dicela : cemas : kalut :

- Kelihaian persona Maestro Sineas : mampu cerah  Untuk refleksi karismatik Selalu  tenang : nyaman : mantap : handal

Ketegaran Deitas Kosmik : Kewasesaan actual universiad untuk tiada fatal dan mampu bugar  

Aktual Wasesa :

HANDLE  SEMESTA =Kewasesaan aktual Handle pralaya Aktual :  ketegaran (Alive Stable ) + kebugaran (Prima Vitale)

Ketegaran pralaya : terhadap nyeri : terhadap sakit :terhadap fatal :terhadap cacat : Stable

Kebugaran legenda :Kondisi alamiah diri untuk vitalitas universiad Senantiasa relax : Senantiasa total : Senantias fokus : Senantiasa zazen :

- Ketegaran pralaya (Alive stable):. tiada fatal terhadap : nyeri, sakit , fatal , cacat :

- Kebugaran legenda (Prima Vitale) : mampu bugar untuk : relax :total :fokus :zazen :

7) LEGENDA REGISTA  : Aktualisasi Effektif Kehandalan :

®Vitalitas penempaan legenda Universiad untuk memberdayakan kemampuan secara optimal dan memperoleh kesuksesan pencapaian  universal .

®Rutinitas kecakapan regista eksistensi untuk mengusahakan kecakapan handal regista dan mengembangkan kemapanan actual persada eksistensial.

Vitalitas kehandalan Universiad : Vitale kosmik & Empire Publik

Legenda Semesta ®Kehandalan Aktualiser = Kosmik Universe & Publik Imperium

Spectre Cruiser =

§  Geniard Maestro :

§  Regista Bushido :

Leisure Swadika =

- Vitale Kosmik : Dominasi Keunggulan Spectre Cruiser+Reputasi Kehandalan  Geniard Maestro

Kosmik : kehebatan (Zenka Cruiser) + kecakapan (Flair Geniard)

Empire :  kehandalan (Aider Bushido) + kemantapan (Elite Regista)

1. ZENKA RIDER = :Vitalitas Macho Universiad  dari spectre cruiser (Kemantapan Deitas Bunker & Kehandalan Kosmik Vitale)

Deitas Bunker : Kearhadan Spectre

Datuk Semesta = Dharma Wisdom :Master Kosmik :

Jarah Mandala = Ninja Vitale : Zenka Nomade :

Kosmik Vitale : Kehebatan Cruiser

Macho Cruiser =Fight Martial :Champ Athlete :

Rider Fortune =Scout jelajah :Lucky treasure :

2. SMART FLAIR = : Vitalitas Genia Reputasi dari Geniard Maestro (Kepakaran Genius Expert & Kelihaian Comrad Global)

Genius Expert : Kecerdasan Genius Expert (pakar):

Smart Geniard = master genius : expert kosmik :

Flair Maestro = Sineas presenter: Kreasi impresario :

Comrad Global : Reputasi Kehandalan (lihai)

Aktual Worker = Reserve fielder : Service profesi :

Expert Comrad = Lobbiest merchant : Partner pemandu :

- Empire Publik : Hegemoni Kemantapan  Bushido Regista + Relaksasi Kenyamanan  Leisure Swadika

3. AIDER REICH: Reich Imperium bushido : Master Empire Kecakapan Master Empire & Kemapanan Respek Publik

Reich Imperium = Pandu Vihara :  Chief warior :

Squad Sindikat = Triad Syncorp : Prima Galamar :

ELITE MASSA : Guardian regista : Respek Publik :               

Elite Guardian =  Intelectual Tehnokrat : Elite publik :

Massa Prestise =  Bushido Patriarch : Guard people :

4. Leisure Swadika : Kenyamanan Relax Leisure ® Kelancaran Riset Swadika

MEDITASI = Reset Swadika  Realisasi Pencapaian Kewasesaan Kosmik Figure diri.

REFLEKSI = Relax Leisure Integritas Kehandalan Universe aktual diri

Rutinitas kemantapan Eksistensi :  Guardian Publik & Familiar Estate

Publik  : kelancaran (Senzei Birokrat ) + kematangan (Social Patriarch)

Estate   : kecakapan (Living Familiar)  + kemapanan (Wealth Harmonia)

- Guardian Publik  : Kelancaran Dinas Profesional Senzei Publik + Kematangan Elite Patriarch Patria Sangha

1. Senzei Publik = Kelancaran Dinas Profesional Kecakapan Genius Excellent® Kelihaian Master Guardian

Genius Excellent : Kecakapan profesional

Instruktur Guidance = Instruktur pembelajaran :Guidance pengarahan :

Aktualiser  Mastery =Aktualitas kegiatan :Mastery keahlian :

Master Guardian : Kelihaian birokrat

Eksekutif Managemen =Eksekutif sistem : Managemen figure :

Birokrat Rhetorika =Birokrat urusan : Rhetorika humas :

2. Patria Sangha : Kematangan Elite Patriarch keluwesan Social Interaktif ® Kepakaran Master Protagonis

Social Interaktif : keluwesan pergaulan

Affair Custom : Affair warga : Custom tatanan :

Bhakti Sineas : Bhakti warga : Sineas massa :

Master Protagonis : Kepakaran sistem

Takmir Publik : Takmir custom : Majlis publik :

Sangha Expert : Expert comrad : Sangha senzei :

- Familiar Estate   : Kemapanan keluarga Steady Family  + kemapanan grhasta Aktual Estate

3. Steady Family : Kemapanan dalam keluarga

Kecakapan simpatik Familiar  ® Kemapanan logistik Harmonia

Kecakapan ( Living Familiar ) : Kerukunan Grihasti

Familiar Intimate : Familiar figure : Romance intimate :

Logistik Guidance : Living logistik : Leisure Guidance :

Kemapanan ( Wealth Harmonia) : Kecukupan Fasilitas

Subsisten invest : Deposit estate :  benefit invest :

Patriarch figure : Simpatik figure : Guardian patriarch :

4. Aktual Estate =  Kemantapan Kasual Estate ® Kehandalan Aktual Worker

Kasual Estate :

Aktual Worker :

8) PERSADA PERFOMA   : Integritas Effektif  Kesuksesan & Kemantapan

® Kebiasaan reset universiade ditujukan untuk mengakses input progress pemberdayaan dan menyiapkan manuver lanjut aktualisasi berikut .

® Kesiagaan ready aktualiser ditujukan untuk menghandalkan kekuatan forever  serta memantapkan kesiapan  manuver aktualisasi  harian 

8. Finale  Zazen  Integritas Kesadaran

Output = Akses Eternal  + Input Persada

§  Kondisi Negatif :

§  Situasi Positif    :

Lanjut = Revisi + Exodus

Reset Universiad : sentra agenda & primus exodus

Penerapan Talenta Swadika Kehandalan & Perolehan Persada Regista Kosmik

Sentra Agenda = Daily Input + Tugas Fokus

§  Talenta Semesta : Pemantapan Kehandalan Forever ( Aktualiser Eksistensi )

§  Visekha Swadika : Pemantapan Keberadaan Eternal ( Integritas Universiad )

Primus Exodus = Akses Eternal + Prima Forever

- Sentra Agenda = Registrasi Journal Regista (Input Universiade: Daily Asset; Tugas Aktualiser : Tugas Fokus )

Input Universiade : Input  masukan : Daily Journal :

Tugas Aktualiser : Tugas garapan : Fokus manuver

- Primus Exodus  = Relaksasi Eternal Forever (Akses Eternal : Arhad Jagad + Akses exodus ; Prima Forever : Fresh figure + Super Figur )

Akses Eternal : Arhad Jagad : Input exodus :

Prima Forever : Fresh figure : Super Figur :

Ready Aktualiser : master raider & Estate Figure

10. Ready Aktualiser

Kesiagaan

Master Raider =

Prima Figure :

Zazen Aktual :

Estate Figure =

- Master Raider  = Pemantapan Kehandalan Aktualiser (Prima Forever : kemantapan eternal patensi ;  Zazen Scanner : kehandalan manuver strategi )

Prima Forever :

Zazen Scanner :

- Estate Figure  = Pemantapan Kesiagaan Eksistensial  (Benah Estate : ketemataan estate eksistensi ;  Siaga Figure : kemantapan figure aktualiser )

Benah estate :

Kopen figure :

 

Penutup : Perlu ketegasan paradigma pandangan, keqonaahan input kenyataan, kesabaran input penempuhan,dan kelanjutan revisi langkah strategis

Kearifan Global untuk dewasa menerima Keberadaan Diri demi keberlanjutan dari Evolusi Spiritual Deitas Kosmik diri dalam Samsara Keabadian dan menunjang kehandalan diri sebagai Aktualiser dalam Kehidupan ini dan Eskatologi keberadaan Diri berikutnya . 

Kearifan Global – tidak sekedar Imaginasi Gambaran belaka – adalah sangat mutlak diperlukan untuk memperoleh hasil yang nyata dan feed-back perbaikan dan penyempurnaan dari suatu wawasan pandangan.

·         MEDITASI REFLEKTIF =

Dijalankan setiap saat ® ketersediaan waktu.

®   Zazen  Integritas  : Wisdom Spektrum

      = Konsentrasi Pengarahan Kesadaran Figur Kosmik “ aku”

®   Aware Universalitas : Gnosis Realitas

      = Visualisasi Pengamatan Kenyataan Laten Deitas “ESA”

 


 

LAMPIRAN  KUTIPAN SKETSA BUKU :MAHADHARMA Asumsi Analisis dan Solusi Hipotesis Paradigma Spitualitas Universal Public Offset

JUDUL : DAFTAR ISI =PRAKATA =

Pendahuluan :  

Konsideran permasalahan : → ketidak-pastian eksistensial ;

Solusi Pemecahan  : ® universalitas kebenaran 

Pengajuan & Pengakuan :  Pengajuan → alternatif  paradigma  Pengakuan → criteria  ketepatan

Pengharapan :  Kemanfaatan → Pencari Kebenaran,Penempuh Kehidupan,Pemerhati keabadian,Pengamat Kenyataan

Pensikapan → Sikap terbuka dan sekaligus terjaga ini seharusnya senantiasa anda jalani dalam segala hal ;

Pengertian ® kebenaran itu karena hidayah Tuhan ; kesalahan yang berasal dari  diri pribadi penulis sendiri .

BAB I =  REFERENSI = Pengertian

Prolog = Hipotesis Paradigma dhamma dipathera ;  asumsi pensikapan : terbuka & terjaga

1) GNOSIS :  Keakuratan paradigma (W) :

prolog : KeIlahian ?

1. Hipotesis keBeradaan Tuhan :  Konsep Wujud :® GENESIS = fase  keberadaan (w) : Dhyana Dharma – Dharma Dhyana

2. Hipotesis  KeTauhidan Tuhan : Konsep Kuasa : ® MANDALA = tataran keberadaan (k) : Tanazul Makrokosmos – Taraqqi Mikrokosmos

3. Hipotesis  Kebijakan  Tuhan :  Konsep Kasih : ® SAMSARA = keberadaan diri (ks) : Spiritualitas Keabadian – Eksistensialitas Kehidupan

Epilog : Keyakinan ? ketepatan > kebenaran ;Kaidah Hipotesis x Akidah Dogmatis;ilmul - ‘ainul - haqqul yaqin

2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) :

prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan)

1) Khilafiyah Theologi : kemustahilan membatasi Tuhan ? → kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat (keIlahian ; keberadaaan; ketentuan)   

2) Problema Theodice : kemustahilan membela Tuhan?® kebijakan metanoia diantara faham pandangan (fanatisme/mistisme ; atheisme/vitalisme ; agnostisme /heuretisme)

3) Masalah Theosofi: kemustahilan mencintai Tuhan  ?®kebijakan apologia diantara ragam kenyataan (kegaiban Tuhan ; penderitaan/kezaliman ; ananiyah/nafsiyah)

epilog : keimanan ?ketentuan awal > kepastian final → aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian

3) EXODUS = kesadaran penempuhan (Ks):

prolog: anjing dan serigala (pengetahuan ,pembicaraan ® aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian )

1) TOTALITAS  = mencakup keseluruhan (W) → Hanya ada satu kebenaran yang sama : keseimbangan pandangan (ekstrem) & keberimbangan penempuhan (dualisme?)

2) PRAGMATISME = membawa kemanfaatan (Ks) → Transformasi pemberdayaan simultan (input realisasi keabadian 3 ; asset refleksi kehidupan 3)

3) KONSISTENSI = bersifat mantap (K) → Berkelanjutan : ketuntasan transformatif & kelanjutan aktualisasi

epilog : anjing &sufi (mengatasi : ketidak-mengertian; ketidak-perdulian ; ketidak-berdayaan)

Epilog = Kemantapan Penempuhan : sholat & shobar 

II. REALISASI  = Penempuhan

Prolog : kesadaran realisasi → evolusi spiritualitas (transformasi sufisme & yogisme)

1) ADHIKARI :  kelayakan moralitas (kasih)

prolog : kisah : orang baik  ® Aktualisasi autentik > Harmonisasi estetis > Manipulasi hipokrit ® Hakekat & Manfaat :

1) Kebenaran Integritas (w) = kejujuran : pemuda & gembala.  ® kemurnian   (ikhsan kemahabahan & ikhlash peribadahan)

2) Kecerahan Moralitas (ks) = pertaubatan : alim & arif  ® kebajikan  ( Pemberdayaan Individual + keperdulian universal )

3) Ketepatan Globalitas (k) = dilemma : Yudhistira  ® kebijakan  ( prioritas kemanfaatan + faktitas keterbatasan )

epilog : kisah :  karani ®Bina nafsa : takholi ,tahalli , tajalli  ® Metode & Kaidah : 

2) DISTANSI = kesiagaan  transformatif (kuasa)

prolog : Psikosomasi Esoteris ® harmonisasi holistik, aktualisasi integral , integrasi reseptif

1) UMMI →keaslian adhikari (ks) :  muhasabah  pertobatan ; mujahadah perbaikan ; muroqobah pendekatan

2) SATI → kearifan nivritti (w) :  reseptivitas penyadaran ; aktualitas pengarahan ; integritas pemantapan 

3) YOGI →kekuatan distansi  (k) : keswadikaan eksternal ; keberdayaan internal ; keperkasaaan universal

3) epilog : antenna karunia ® reseptivitas, sugestivitas,

3) MEDITASI  = kerahnian Immanensi  (wujud)

prolog : Hakekat Meditasi  (Jung Individuasi ® Immanensi/transendensi ? : illuminasi >revilasi - inspirasi)

1) kemantapan  dasar (w) : literature meditasi  (pengertian  – referensi (wuwei/zazen;alpha beta)  – keragaman meditasi)

2) kehandalan utama   (k) :  realisasi immanensi (pemantapan (kematian/kegaiban) – penembusan - pencapaian )

3) kemantapan lanjut (ks) :  kesadaran transenden (ghurur/jadzab – sakti/rahni – universalitas/eksistensialitas)

epilog : Kembali membumi (kemantapan pencerahan →kedewasaan Robbaniyah)

Epilog = Kewajaran Eksistensi → Aktualisasi totalitas : harmoni ; refleksi ; sinergi ;

III. REVITALISASI = Pembumian

Prolog : Sufi Pembumi →Menyadari tanggung jawab eksistensialitas & universalitas

1) PERSPEKTIF  = kecerahan pandangan

prolog : ketepatan pandangan ® kearifan mensikapi : Amati – Alami – Atasi

1) kecerahan Mahadharma (w) : Sanatana dharma – Bhinneka  Dharma (satu Agama Dharma ?)

2) kepastian Transformasi (ks) :  pemberdayaan keabadian – pemberdayaan kehidupan (Dunia & Akherat)

3) kebijakan Aktualiser  (k) : transformasi Individual – Transformasi universal (Reformasi + Globalisasi)

epilog : kecerahan komitmen ® kebaikan menjalani

2) INTEGRITAS =  kemantapan untuk keabadian (kasih)

prolog : kesiapan melintasi keabadian ® berkah Input keabadian ( swadika – talenta – visekha )

1) Visekha kemuliaan : kesimpatikan adhikari Mahatma Robbani

2) Talenta kecakapan :  keberdayaan distansi Swadika Talenta

3) Swadika kerahnian  : keterpaduan meditasi Anubodha Pativedha

epilog : Input keabadian ( swadika – talenta – visekha ) → ketuntasan & pelanjutan

3) AKTUALITAS  = kehandalan dalam kehidupan (kuasa)

prolog : keahlian mengatasi kehidupan ® sukses Asset kehidupan ( persada – karisma – bahagia )

1) Aktualisasi  (k)  : Global (belajar – bekerja) ;social (  keluarga – masyarakat) ; Aktual (pribadi; properti)

2) Harmonisasi (ks) : interaksi sesama (pravritti; andragogi) ;faktitas semesta (natural ; theosofi) ; Harmoni Pribadi

3) Integrasi (w) manajemen keterbatasan  : Reset keseluruhan ; Ready keseluruhan ; Relax keseluruhan

epilog : Asset kehidupan ( persada – karisma – bahagia ) → kesuksesan & pelanjutan

Epilog : kholifatullooh ® Menghargai kehidupan manusiawi & duniawi  pembumian spiritualitas universal = pemberdayaan

1) Dhamma Bhumi (w) = kesadaran eksistensial

2) Dhamma Dutta (ks) = komitmen

3) Dhamma Niyama  (k)  = faktitas kenyataan

 (PENUTUP :Ulasan :  QUO VADIS ? Pandangan : kesimpulan: Robbani ( x bahagia ; mandala ;  ahamkara) ; Tanggapan : opini terhadap Asumsi hipotesis dan solusi dianektis 

Syukur & Terima kasih → Syukur : Alhamdulillaah ~ Hanya karena Dia ®

Terima kasih  : bantuan & panduan + staff penerbitan  & percetakan & pemasaran

Pengharapan : ® Kemanfaatan : referensi panduan , literature wawasan , bacaan hiburan, wacana perenungan ® Ma’af :  Saran perbaikan dan masukan pelengkapan 

PUSTAKA :

KUTIPAN PASADA

Paguyuban Sangha Dharma (Pasadha) Gemawang – Nadi

Mahadharma (Ehipasiko : Kalama Dharma)

Prolog :  Landasan  paradigma.

1.        Kesiagaan > kelengahan : kebijakan penentuan

2.        Kepastian > keyakinan : kebenaran pandangan

3.        Keluwesan > keketatan : ketepatan pembumian

menghadapi segala kemungkinan dalam kompleksitas keberadaan awal diri.

Monolog : Kehandalan menjelajahi pemberdayaan.

·          Kemantapan dalam anatta x tersekap identifikasi ego

·          Kenyamanan dalam dukkha x terlekat manipulasi ide

·          Kelancaran dalam anicca x terjebak dinamika aum

Ekspansi Aktualiser Satya Ariya =

Dalam Tuhan segalanya ada. Kuasa Dharma harus difahami kenyataannya   

1.        Konsistensi Ketabahan    : kecerahan Vitalitas positif  (amor dei, amor fati ) - asertivitas  (shabar ) – positivitas (syukur)   Kegairahan > keengganan : Usaha dalam karunia  (positif – shabar – syukur )

2.        Aktualisasi Kecakapan     : kegairahan memberdaya smart geniard – flair maestro – reich bushido

3.        Eksistensi Kemapanan     : keluwesan memberdaya profesi public – patria social – steady family

Refleksi Eksistensi Brahma Vihara =

Dalam Tuhan segalanya sama. Kasih Energi harus dijalani keberdayaannya 

1.        Satya kerobbanian : Bersahaja > takabur : Metta dalam upekkha ( kasih – dewasa – seimbang )  satya – ariya – metta

2.        Ariya keperwiraan : Sila Prilaku Kepribadian                   : berpribadi ariya  ( iffah – amanah – istiqomah )

3.        Metta kemandalaan Dana Harmoni Kebersamaan            : berprilaku mulia ( karuna – mudita – dewasa )

Meditasi Universiad  Dharma Sekha =

Dalam Tuhan segalanya bisa. Wujud Esensi harus disadari kesejatiannya 

1.        Swadika > labil : prima dalam swadika ( atasi ilusi keberadaan diri )

2.        Mandala           : atasi ilusi penembusan wilayah

3.        Advaita            : atasi ilusi pencapaian maqomat

Epilog :

Keterarahan melanjutkan segala keberadaan.

·          Kenyamanan menempuh pencerahan : nglampahi tanpo ngetoke

·          Kemantapan menembus pencerahan : mantep tanpo anggep

·          Kelancaran melampaui pencerahan : genah tetep nglumrah

Epilog : Orientasi pragmatis berpandangan ini ( jika hanya di dunia ini – jika ada akherat – jika samsara nyata )

1.        Akumulasi Swadika Talenta keberdayaan Arhad Universiad

2.        Akumulasi Persada Regista kemantapan Figure Aktualiser

3.        Akumulasi Karisma Visekha keterjagaan Nafsi Eksistensial

PLUS = Meditasi adalah keniscayaan x kewajiban Ketika diri kembali sejati ( keberadaan dalam keanataan yang intens : reseptif  - integrated ) air tanpa buih di lautan

KUTIPAN DHARMA ISLAMIAH

MAHADHARMA KALAMA SANGHA

Kalama Dharma sebetulnya sesuai jika seseorang lahir dari keturunan moderat, hidup dalam lingkungan demokratis dan kita telah berada dalam kedewasaan psikologis. Namun akan sulit diterapkan jika and Dharma ini tidak menyarankan anda untuk berkhianat pada keberadaan anda semula. Walau memang selalu akan ada celah pada akidah keagamaan, norma kenegaraan tidak perlu murtad. (Pergolakan eksistensial yang tidak perlu, k

Dalam kebenaran perlu kebijakan untuk menjaga keterahan kesadaran dan ketulusan Kepicikan bukanlah kemuliaan identifikasi Kelicikan bukanlah kemegahan intelgensi

KEBIJAKAN DHARMA ISLAMIAH

Dilemma muslim =Tak perlu murtad atau jihad.  Perlu fleksibilitas untuk mensikapi, men

Ad. 1. Menerima keterbatasan (kelemahan, kesalahan, kepalsuan)

Selalu menyadari bahwa senantiasa ada tujuan kosmik dari faktitas kehadiran diri (kelayakan bhava, pengharapan tanha , penuntasan karma, ketersediaan media, pembelajaran nafsi, pemberdayaan esensi).

keterjagaan dari keterpedayaan mensikapi pandangan salah dari Kelemahan/ kepalsuan (?) agama =

keterjagaan dari keterpedayaan pandangan salah

Palsunya Realitas

Kacaunya Paradigma Risalah

Kearifan tuhan , kebaikan nabi

Rusaknya Dampak Komunitas

Historis = personal

Scientifik =

Kanonik =

1. kebenaran memahami kenyataan akan kelemahan

2. kedewasaan mensikapi kebenaran atas kepalsuan

3. Menjalani kebijakan demi kebajikan

Ad. 2. Memberdaya keberadaan Melayakan

1. kebenaran memahami kenyataan akan kelemahan

2. kedewasaan mensikapi kebenaran atas kepalsuan

3. Menjalani kebijakan demi kebajikan

Ad. 3. Mengatasi Pembatasan

Selalu ada tujuan kosmik dari kehadiran anda kewaspadaaan terus memberdaya terhadap pandangan salah

1. kebenaran memahami kenyataan akan kelemahan

2. kedewasaan mensikapi kebenaran atas kepalsuan

3. Menjalani kebijakan demi kebajikan

 


 

ALPHA BETA
KESADARAN REALITAS =

® Kesadaran Mahatma Robbani.

 

No

 

TATARAN

 

ILAHIAH

 

MANDALA

 

PRIBADI

1

PURWA

Dhyana

Anicca

Anatta

2

SANGKAN

Dharma

Adwaita ®

Adwaita ®

3

GUMELAR

Mandala

Semesta

Samsara

4

PARAN

Dharma

® Adwaita

® Adwaita

5

PURNA

Dhyana

Anicca

Anatta

penjelasan =

1)       purwaning Dumadi  ( Dhyana ® Swadika ! ) =

Nun – Hanyalah Tuhan Keberadaan Absolut : Tanpa siapapun Dia ada  – Swadika dalam Dhyana

2)       sangkaning Dumadi  ( Dharma ® Kehendak Ilahi )

 Kun – Hanyalah karena Keberadaan Absolut  Semesta keberadaan  terjadi dari ketiadaan  karena kehendakNya  – Dharma Mandala

3)       gumelaring Dumadi  ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )

Aum – Hanyalah Esa Keberadaan Absolut Segalanya berada dalam  Laten Deitas mandala DharmaNya –  Strata Mandala

4)       paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )

Nun – Hanyalah Esa Keberadaan Absolut Segalanya kembali ke hadiratNya – Dharma Mandala

5)       purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )

Nun – Hanyalah Esa Keberadaan Absolut Dia ada tanpa siapapun Swadika dalam Dhyana

KESADARAN EKSTASIS =

® Pengarahan penghayatan Kesadaran dalam triguna kehidupan :

1.        Transendensi ® Zarah Universiad Aktualisasi b

2.        Aktualisasi  ® Figur Eksistensial Aktualisasi b

3.        Relaksasi ® Batin Integritas Aktualisasi

1. TRANSENDENSI (alpha 10 )

Transendensi adalah kesadaran pemberdayaan diri dengan meningkatkan kualitas keswadikaan HOLISTIK  dalam

No

TARGET

TUJUAN

1

ARHAD JAGAD

® Mencapai Adwaita

2

PRIMA ZENKA

® Mengatasi Samsara

3

SUPER FIGUR

® Memperkasa Universiad

4

SIGMA GENIA

® Memberdaya Aktualiser

5

SAKSI ILUSI

® Menjalani  Sandhya

PENJELASAN :

§  Rahni Ilahi : Transendensi Eternal

§  Prima Zenka : Kemampuan Spectre Universe hingga tingkat tinggi

§  Super Figur : Kemampuan Cruiser holistik perifer pada tingkat rendah

§  Sigma Genia : Kemampuan Geniard Maestro

§  Saksi Ilusi : Kemampuan Regista Bushido

1) TRANSENDENSI = ARHAD JAGAD

Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi  ANUBODHA = Meditasi Intuitif  ® Realisasi meditatif ® Refleksi Meditatif

1. SAMADHI SKANDHA =

Keberadaan dalam kesadaran

1. 1. FISIK ® ETERIK :

 (*) BETHA 17  = ® vs neurotisme eksistensi insani

(*) ALPHA 10  =  ® vs mekanisme vitalitas karani

TURIYA =  ® vs polaritas 1 : Breathing

OBHASA = ® vs polaritas 2 : Influence

(-) BARDO  - Arwah ? Keberadaan dalam kesadaran

1.2. ETERIK ® KAUSAL :

 (*) ASTRAL =  vs polaritas 3 : Magnetisme

(*) KARMAIK = vs kepemilikan amaliah

(*) TATTWIK  =  vs kemelekatan

(*) MENTAL =  vs polaritas 3 : Thinking

(-) BRAHM – Onkar ? Keberadaan

2. KARUNIA EKSTASE =

Keberadaan dalam kesadaran

2. 1. KAUSAL  ® KOSMIK :

 (*) SUNNA = ® vs neurotisme eksistensi insani

MONADE =  ® vs polaritas 5 : Life - Dead

KOSMIK = ® vs polaritas 6 : Ego – Non Ego

(-) BUDDHA ® Keberadaan dalam kesadaran

2.2. KOSMIK ® TAUHID:

 (*) PANNA =  ®

(*) NIRVANA =   ® vs polaritas 7 : Being – Non Being Negativisme Pencerahan

(*) ADWAITA =  ® vs polaritas :  Obyektivisme KeTauhidan

(*) SATYA =  vs

3. SWADIKA ROBBANI =

Keberadaan dalam kesadaran

3. 1. TAUHID ®AKTUAL :

 (*) ESA – Universe = ® Kesadaran Billah : Keberadaan dari ketiadaan karena Tuhan

AGAPE =  ® Kesadaran Nirvana Kasunyatan

(* ) AKU – Individu = ® Kesadaran Fillah : Keberadaan dari keilusian di dalam Tuhan

METTA = ® Kesadaran Samsara Kasamestan

(*)  EGO – Holistik = ® Kesadaran Lillah : Keberadaan dari kepalsuan menuju Tuhan

2) TRANSENDENSI = PRIMA ZENKA

Realisasi pemantapan Holistik disela penembusan kesadaran intuitif diri.; sehingga evolusi peningkatan kesadaran diri berjalan lancar dan alamiah . 1. METTA =® Kesadaran Samsara Kasamestan

(*)  EGO – Holistik =® Kesadaran Lillah : Keberadaan dari kepalsuan menuju Tuhan

3) TRANSENDENSI = SUPER FIGUR

Realisasi pemantapan Holistik setelah penembusan kesadaran intuitif diri.; sehingga evolusi peningkatan kesadaran diri berjalan lancar dan alamiah .

4) TRANSENDENSI = SIGMA GENIA

Realisasi pemantapan Holistik disela penembusan kesadaran intuitif diri.; sehingga evolusi peningkatan kesadaran diri berjalan lancar dan alamiah .

Pemantapan Holistik disela penembusan kesadaran intuitif diri.

5) TRANSENDENSI = SAKSI ILUSI

Realisasi pemantapan Holistik disela penembusan kesadaran intuitif diri.; sehingga evolusi peningkatan kesadaran diri berjalan lancar dan alamiah .

 

2. AKTUALISASI( betha 10 )

Transendensi adalah kesadaran pemberdayaan diri dengan meningkatkan kualitas keswadikaan HOLISTIK  dalam

No

TARGET

TUJUAN

1

KESWADIKAAN

® APPAMADA

2

KEPERSADAAN

® ASTAIYA

3

KEBERSAMAAN

® SILADANA

4

KESEMESTAAN

® DANASILA

5

KEMANDALAAN

® WAICHARA

1) AKTUALISASI = APPAMADA

Aktualisasi  Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi  ANUBODHA =

2) AKTUALISASI = ASTAIYA

Aktualisasi  Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi  ANUBODHA =

3) AKTUALISASI = SILADANA

Aktualisasi  Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi  ANUBODHA =

4) AKTUALISASI = DANASILA

Aktualisasi  Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi  ANUBODHA =

5) AKTUALISASI = WAICHARA

Aktualisasi  Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi  ANUBODHA =

 

3. RELAKSASI(delta 2 )

Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi  ANUBODHA = Meditasi Intuitif  ® Realisasi meditatif ® Refleksi Meditatif

No

TARGET

TUJUAN

1

KEMANTAPAN

Betha 17 ® Alpha 10

2

KEMANDALAAN

Alpha 10 ® Theta 5

3

KEADWAITAAN

Theta 5 ® Delta 2 ® Theta 5

4

KESEMESTAAN

Theta 5 ® Alpha 10

5

KEMANDALAAN

Alpha 10 ® Betha 17

1) RELAKSASI = KEMANTAPAN

Transendensi  Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi  ANUBODHA =

2) RELAKSASI = KEMANTAPAN

Transendensi  Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi  ANUBODHA =

3) RELAKSASI = KEMANTAPAN

Transendensi  Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi  ANUBODHA =

4) RELAKSASI = KEMANTAPAN

Transendensi  Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi  ANUBODHA =

5) RELAKSASI = KEMANTAPAN

Transendensi  Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi  ANUBODHA =

 

EPILOG

KEMAPANAN REALITAS =

® penerimaan :

No

 

TRANSENDENSI

AKTUALISASI

RELAKSASI

1

tauhid

Arhad Jagad 1

Appamada 1

Adwaita 3

2

mantap

Saksi Ilusi 5

Waichara 5

Handal 5

3

handal

Super Figur 3

Persada 2

Mantap 1

4

sukses

Sigma Genia 4

Bersama 3

Mandala 2

5

unggul

Prima Zenka 2

Semesta 4

Semesta 4

penjelasan =

§  ketauhidan zarah arhad :

Transendensi : Arhad Jagad 1

Aktualisasi : Appamada 1

Relaksasi : Adwaita 3

§  kemantapan sikap batin :

Transendensi : Saksi Ilusi 5

Aktualisasi : Waichara 5

Relaksasi : Handal 5

§  kehandalan figur kosmik :

Transendensi : Super Figur 3

Aktualisasi : Persada 2

Relaksasi : Mantap 1

§  kesuksesan

Transendensi : Sigma Genia 4

Aktualisasi : Bersama 3

Relaksasi : Mandala 2

§  keunggulan

Transendensi : Prima Zenka 2

Aktualisasi : Semesta 4

Relaksasi : Semesta 4

KEMAPANAN EKSTASIS =

® Pengarahan penghayatan Kesadaran dalam triguna kehidupan :

1.        Pribadi  ® Sekha Keduniawian

2.        Mandala ® Vedha Kesemestaan

3.        Ilahiah ® Moksa KeRobbanian

Reset ALPHA = wuwei ( Tanpa aku – Hanya Esa) Not self – just One  : penghayatan kehampaan murni kesejatian diri

Relax THETA = fresh ( Damai aku – Dalam Esa) Just peace – in One : penyamanan keberadaan

Ready BETHA = zazen (Siaga aku – Untuk Esa) Self into One : pemantapan keterarahandiri 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar