JUST FOR SEEKER 1
Hanya
untuk para penjelajah sejati bukan untuk yang hanya asal / ikut
percaya (terpaksa ?) karena sebagai arus kesadaran abadi sebagaimana
juga lainnya setiap kita bertanggung jawab atas diri sendiri dalam peran
eksistensial, universal dan transendental pada perjalanan bersama
ini. (dengan selaras melayakan peniscayaan kesedemikianannya tidak
sekedar percaya / terpaksa menerima kepastian permainan keabadian
ini) Kesemua ini hanyalah referensi yang tetap harus diteliti, diuji
dan direvisi sesuai dengan faktitas keberadaan diri. & realitas
kenyataan yang sesungguhnya terjadi. Sekedar dimaksudkan sebagai
sharing masukan bagi pemberdayaan dan tidak untuk memperdayakan Semoga
ini tidak menjadi/dijadikan belenggu penjerat & bumerang penyesat
bagi diri sendiri dan lainnya .
Untuk
kemudian dalam kewajaran pembumian sebagaimana grihasta lainnya (orang
awam bukan/ tidak harus? samana/ pertapa .. maaf, tidak ingin
menyesatkan para bhikkhu yang memang harus disiplin ketat dalam samana
dhamma : pariyati patipati pativedha, brahmacari selibat & samma
ajiva pindapata. ... mohon ini tidak disikapi sebagai kritik
eksternal karena sesungguhnya kami sebagaimana para umat justru sangat
mengapresiasi kesadaran & ketulusan pengorbanan sejati demi ladang
kebajikan, pelestari tradisi & realisasi Saddhamma bagi semua walau
kami yakin para pabajita tidak mengharapkan apalagi memanfaatkan
pernyataan / pengakuan itu demi kemurnian evolusi pribadi & harmoni
dimensi tersebut ... susah juga ngomong jujur namun santun) orientasi
kesadaran tetap dilakukan untuk bukan hanya mentransendensi level
keariyaan (tisikha pembebasan, pencapaian minimal pengamanan samsarik
berikutnya) namun juga mensiagakan & berjaga dengan pemberdayaan
talenta kecakapan (skill sekarang & bakat mendatang) yang berdampak
pada pemantapan kemapanan kehidupan/ penghidupan eksistensial (dalam
kemandirian & untuk kebersamaan) dalam kewajaran pembumian
sebagaimana lainnya (namun tetap menjaga keselarasan dengan Saddhamma ..
tentu saja).
Sesungguhnya
etika kosmik ini seharusnyalah bersifat universal bisa dijalankan oleh
setiap pribadi di segala dimensi dengan segala keterbatasan &
pembatasannya masing-masing (walau hasilnya memang tidak seeffektif jika
berada di wilayah yang relatif lebih kondusif).
| Dimensi | Tanazul Genesis KeIlahian ↓ | Taraqi Eksodus Pemurnian ↑ | Simultan progress Triade | |
Transendental | ESENSI MURNI ? ! . | Transendental | ajatam | abhutam | Panna (theravada?) |
Universal | akatam | asankhatam | |||
Eksistensial | Asekha ? | Nibbana | |||
Universal | ENERGI ILAHI nama brahma | Transendental | Anagami | suddhavasa | Samadhi (vajrayana ?) |
Universal | Anenja | arupavacara | |||
Eksistensial | Vehapala > | rupavacara | |||
Eksistensial | MATERI ALAMI rupa kamavacara | Transendental | Mara/Kal, ... | triloka | Sila (mahayana?) |
Universal | Yama , Saka, ... | svargaloka | |||
Eksistensial | asura? < Bhumadeva | apayaloka |
No | Level | (peningkatan kefahaman Dhamma : pengetahuan ,penmpuhan, penembusan) | Sila revised (pakati + pannati : varita & carita) | (Samatha Pemantapan keberimbangan + Vipassana pemurnian Kebijaksanaan | Dhamma Vihara (Kelayakan terniscayakan) | Prior Input | Final Output |
1 | Elementary | Suta maya paññā (intelek) | Pancasila | Diba Vihara (surga ?) | Padaparama dihetuka | Neyya tihettuka | |
2 | Intermediate | Cintā maya paññā (intuisi) | Atthasila | Jhana (lokiya & lokuttara) | Brahma Vihara (Ilahi?) | Vehapala (rupa + arupa?) | Gotrabu Anuloma |
3 | Advance | Bhāvanā maya paññā (insight) | Samanasila | Magga & Phala (irreversible ?) | Ariya Vihara (murni?) | Sekha | Asekha ? |
INNER TALK : LANJUT ?
ya.. jangan dimasukkan . dikira orang gila beneran... padahal memang "gila" juga , hehehe.
pakai font warna malah ribet .... susah lihat jejak travel idea inspirasi (dihitamkan, ah)
jelas...
tinggal copas (luru data, hehehe... siapa tahu ada hikmah di antara
limbah katarsis subconscious untuk dijadikan trigger lanjut )
Walau
memang tidak begitu sempurna tampaknya nomor 1 & 2 dsb sudah okelah
(sudah setor ke posting terakhir, hehehe)... tinggal 3, 4, 5 stuck
lagi. Dianggap selesai saja atau lanjut. capek juga ,,,, rehat lagi,
ah.
25 desember 2020
Merry Christmas 2020 & Happy New Year 2021
mungkin
memang urutannya keliru ... malah anti-climax jadi hambar nerusin
(teralienasi karena sudah di puncak harus turun lagi ?). Tapi nggak-lah
... Integritas pemurnian Buddha mungkin sudah cukup dituntaskan (cuma
referensi bukan realisasi, lho .. jangan lupa ... penyakit lama: jadzab
terobsesi, enggan membumi lagi ? ) , sekarang saatnya juga vitalitas
pembumian Shiva juga dilakukan untuk keberimbangannya (bukan hanya
karena cuma padaparama dihetuka apalagi di luar sasana namun grihasta
juga, sih). Repot juga jadi nggak bebas seperti dulu lagi imaginasinya
... harus selaras dengan sinkronisasi Saddhamma jadinya. Apa gagasan
& bahasan yang pas untuk sisanya ? Dipikir nanti saja ... sambil
buka referensi lama & cari inspirasi baru lagi. Sementara belum bisa
share dulu entah nanti. Cara aman ya kita jalani saja yang sudah ada
sesuai kecakapan, kemapanan & kewajaran yang biasa dilakukan namun
dengan kesadaran & kearhatan ( sudah mencapai level tsb ? gampang
banget (cuma sangkaan / ngomongnya atau memang nyatanya ,
hehehe.) However, honestly & sincerely .. Be resposbile , humble
& true ... Jadilah pemandu kehidupan yang baik bagi diri anda
sendiri. Yang lain (makhluk, peristiwa, dsb) hanyalah/ adalah ? media
darimana kebenaran menggunakannya untuk menempa keberdayaan/
keterpedayan kita (via bantuan/ gangguan dsb ) Itu mungkin kata terakhir
yang bisa diutarakan sebelum kita lupa diri.
with great power comes great responsibility
dengan kekuatan yang besar datanglah tanggung jawab yang besar
Well,
ini akan jadi menarik juga untuk kembali membumi sebagaimana sebelumnya
menghadapi kompleksitas kenyataan hidup bersama lainnya dalam wisdom
kewajaran eksternal dengan gnosis kesadaran internal tersebut. Setelah
mendaki bersama Buddha ini saatnya bagaimana menari bersama Shiva.
geser sini lebih oke
https://www.youtube.com/watch?v=GPINIZmQDwI&list=PLZZa2J4-qv-aM88r-if7XF-e_wTulQPzb&index=23
No,
terma 'falling to the bottomless pit' ( menjatuhkan diri ke
lubang/jurang tak berdasar ... guyonan Sadhguru) ini jangan payah
diterima wantah , kita akan menuruni lembah kewajaran dengan kesadaran
.. itu maksud beliau tampaknya. (kepekaan daya tanggap intuitif tidak
sekedar keahlian daya tangkap intelektual). Untuk kemudian sebagaimana
grihasta lainnya (orang awam bukan/ tidak harus? samana/ pertapa ..
maaf, tidak ingin menyesatkan para bhikkhu yang memang harus disiplin
ketat dalam samana dhamma : pariyati patipati pativedha, brahmacari
selibat & samma ajiva pindapata. ... mohon ini tidak disikapi
sebagai kritik eksternal karena sesungguhnya kami sebagaimana para umat
justru sangat mengapresiasi kesadaran & ketulusan pengorbanan sejati
demi ladang kebajikan, pelestari tradisi & realisasi Saddhamma bagi
semua walau kami yakin para pabajita tidak mengharapkan apalagi
memanfaatkan pernyataan / pengakuan itu demi kemurnian evolusi pribadi
& harmoni dimensi tersebut ... susah juga ngomong jujur namun
santun) dalam kewajaran pembumiannya , orientasi kesadaran tetap
dilakukan untuk bukan hanya mentransendensi level keariyaan (tisikha
pembebasan, pencapaian minimal pengamanan samsarik berikutnya) namun
juga mensiagakan & berjaga dengan pemberdayaan talenta kecakapan
(skill sekarang & bakat mendatang) yang berdampak pada pemantapan
kemapanan kehidupan/ penghidupan eksistensial (dalam kemandirian &
untuk kebersamaan) dalam kewajaran pembumian sebagaimana lainnya (namun
tetap menjaga keselarasan dengan Saddhamma .. tentu saja). Sesungguhnya
etika kosmik ini seharusnyalah bersifat universal bisa dijalankan oleh
setiap pribadi di segala dimensi dengan segala keterbatasan &
pembatasannya masing-masing (walau hasilnya memang tidak seeffektif jika
berada di wilayah yang relatif lebih kondusif). Jika menyimpang dengan
saddha/ iman anda sebaiknya dibuang atau diabaikan saja ... "Kembali ke
Jalan yang Benar" istilah agamanya begitu, hehehe. (Atau baikan nggak
usah diteruskan membacanya saja ... daripada ribet & risky untuk
semua nantinya). Well, posting ini memang spesial untuk para truth
seeker bukan true seeker apalagi faith believer. Ini memang perlu ekstra
kecerdasan, kedewasaan dan kebijaksanaan untuk difahami dan disikapi
sebagai sharing idea gnosis philosophy/ cara wisdom psychology belaka
bukan dogma untuk diyakini apalagi harus dijalani. .... ingat : being
mad of Khalil Gibran (ini adalah sadarnya "kegilaan" esoteris untuk
mengatasi "wajarnya" kegilaan eksoteris kita selama ini)
dari : http://teguhqi.blogspot.com/2020/04/quo-vadis.html?m=0
I say that madness is the first step towards unselfishness.
Be mad, Meesha. Be mad and tell us what is behind the veil of ”sanity,”
The purpose of life is to bring us closer to those secrets, and madness is the only means.
Be mad, and remain a mad brother to your mad brother.
"Aku berkata bahwa kegilaan adalah langkah pertama menuju sikap tidak mementingkan diri sendiri.
Jadilah gila, Misha. Jadi gilalah kau dan katakan padaku apa yang ada di balik selubung "kesehatan jiwa".
Tujuan hidup ini ialah membawa kita lebih dekat kepada segala rahasia itu,dan kegilaan itu adalah satu-satunya jalan.
Jadilah gila, dan tetaplah menjadi seorang saudara yang gila bagi saudaramu yang gila
penggalan sepucuk surat dari Pujangga Libanon Khalil Gibran kepada sahabatnya, Mikhail Naimy.
Ulasan :(sadar terjaga namun wajar bersama )
Namun
sebelumnya sambil kami merevisi dulu direct link ( di-recheck ada yang
salah video & timestamp-nya ? ... kalau salah ketik dimaklumi,ya ?
.. kacamata sudah plus 4, lho. Sudah tua renta plus pikun juga ....
walau sering nggak tepat namun tetap bonek bondo/modal nekat, hehehe ).
Sambil buka data lama & cari idea baru. (nggak tahu kapan bisa
selesainya posting ini ... ikut arus saja : jika macet rehat ... gitu
aja koq repot). Coba simak link video yang baru berikut yang mungkin
walau tampak agak beda dengan perspektif cara pandang sebelumnya namun
hakekatnya sama. Jika sebelumnya gaya Buddha (penalaran logis yang
terstruktur menuju kearifan dalam evolusi pemurnian kesucian pribadi),
saat ini gaya Shiva (kesadaran murni yang adaptif untuk harmoni menerima
& menjalani dimensi bersama ). Perspektif Induktif & Deduktif
untuk Realitas & Fenomena yang sama.
BE WISE : bijaksanalah
https://www.youtube.com/playlist?list=PLZZa2J4-qv-ZvsV83eVEiRBtw2dLvbu91
Intro Chanting favorit :
Prajna Paramita Hrdaya Sutra (Mahayana)
https://www.youtube.com/watch?v=FVCbuXrDa40&list=PLZZa2J4-qv-ZvsV83eVEiRBtw2dLvbu91&index=1
Kasunyatan Transendental
https://www.youtube.com/watch?v=ZwMiBlU9Yxo&list=PLZZa2J4-qv-ZvsV83eVEiRBtw2dLvbu91&index=6
Kesemestaan Universal
https://www.youtube.com/watch?v=jHRjJygTkPA&list=PLZZa2J4-qv-ZvsV83eVEiRBtw2dLvbu91&index=2
Keberadaan Eksistensial
sementara ini dulu ... jaga kondisi (sampai lupa belum revisi): just link 1 & 2 + data idea ?
Wah,
tampaknya akan jadi banyak link video (quotes, gnosis, wisdom) plus
uraian data idea untuk ini nantinya dikarenakan begitu kompleksnya
bahasan ini. (jadi repot & makin ribet ? nggak, ah ... ini justru
ada hikmahnya. Well, bahasan akan lebih realistis & semakin
komprehensif untuk hidup total ... tidak sekedar benar namun juga bajik
dan bijak sesuai dengan mementingkan kebenaran dengan ketepatan semesta
universal akan kenyataan membumi yang dihadapi ; tidak sekedar hanya
membenarkan dan menepatkan kepentingan pribadi individual akan obsesi
internal 'ukhrowi' apalagi ambisi eksternal duniawi.
Tentang prakata kecakapan intelgensi sudah kami utarakan pada posting sebelumnya.
Prakata Dharma Sekha http://kalamadharma.blogspot.com/2018/11/blog-post.html
Sekedar
gambaran saja kecakapan intelgensi manusia sesungguhnya sangatlah luas
tidaklah sederhana sebagaimana yang umumnya kita gunakan selama ini.
Terma kami mungkin agak berbeda dengan pandangan pakar (Henry Bergson?),
intuisi tidak sama dengan instink … intuisi meng”esa” merendahkan hati
menyatu dalam keseluruhan dan menemukan pentingnya kebenaran sedangkan
instink meng”aku” memisah dari keseluruhan meninggikan diri demi mencari
pembenaran kepentingan… sementara itu intelek walau berusaha mencari
kebenaran (pembenaran?) namun dia memisahkan diri … walau memang sangat
berguna bagi kepentingan pragmatis eksistensialitas kita namun kadang
bahkan sering kurang memadai untuk menumbuh-kembangkan spiritualitas
diri.(para filsuf perenealis pasti menyadari ini dan praktisi meditator
pasti mengakuinya juga). Well, maaf … jika Lao Tse ada mengatakan :”Jika
kamu hanya pintar, kamu sesungguhnya masih bodoh.” Ini bukan
pernyataan yang mencela kita yang terbiasa dan sering konyol berbangga
dengan kemampuan intelektualitas yang dimiliki/dicapai namun ini adalah
kenyataan yang seharusnya kita akui. Ada 3 tiga kelemahan intelek
fikiran terutama untuk penempuhan spiritulitas yang akhirnya kami sadari
hingga saat ini. Fikiran hanya lihai mengulas namun kurang bijak dalam
memecah masalah. Fikiran cenderung berfokus spasial tidak menjangkau
global. Fikiran terkadang juga memperdaya diri dikarenakan kebiasaannya
yang cenderung mengamati dengan meninggi dari menara pengamat maka dia
cenderung untuk menghakimi tidak sekedar memahami yang diamati
(kewajaran arogansi alamiah para intelektual?). Orientasi berfikir yang
konsentratif dalam pengamatan fenomena juga bertentangan dengan
penghayatan Realitas kemurnian meditasi (Perengkuhan Realitas bukan
Dualitas Pemisahan ?). Sejujurnya,saya iri (bukan dengki) pada mereka
yang bersahaja namun justru malah diterimaNya.
Seorang
Mistisi Senior pernah menyatakan kepada saya atas keluhan senantiasa
gagalnya saya ber-“meditasi” (tepatnya mencapai keberadaan meditative),
beliau berkata : “karena kamu terlalu pintar.” Jawaban ini mengagetkan
saya. Ini memang bukan celaan dari beliau (karena Saddhamma memang tidak
membolehkan perendahan atas lainnya… untuk tidak menjatuhkan levelnya
sendiri dalam ahamkara kesombongan dan melanggar kaidah kasih universal
untuk senantiasa menghargai, menerima dan mengasihi segalanya) namun
juga jangan ge-er 'gede rasa' dan secara konyol menganggap ini sebagai
pujian atas diri sendiri (dalam penempuhan bukan hanya keahlian daya
tangkap yang perlu ditingkatkan namun kepekaan daya tanggap juga perlu
dikembangkan termasuk atas ‘sindiran’ halus yang terpaksa harus
dilakukan atas kenyataan impersonal obyektif yang ada x keberadaan
personal subyektif lainnya). Secara tersirat beliau menceritakan para
Bhakta /Sadhaka yang sederhana pemikirannya justru malahan lebih mampu
bahkan sangat cepat ‘masuk’ karena kepolosan dan ketulusannya daripada
para orang yang (merasa/tampaknya) terlalu pintar. Dengan tanpa
menafikan pentingnya referensi intelektual untuk ‘pemuasan akal’
/’kesiapan diri’ agar mantap dalam kepercayaan dan keberdayaan
perjalanan untuk kemudian bersegera dalam penempuhan keberdayaan secara
autentik, meditasi sebagaimana elemen spiritualitas lainnya sesungguhnya
sangatlah murni …tidak mengharuskan (tepatnya mungkin secara impersonal
: tidak memperdulikan atau bahkan tidak menginginkan) anggapan
“ke-sudah-sempurna-an” ide dari ego (mana … kesombongan subyek atas
pemahaman intelektual referensi) dan harapan “ke-ingin-sempurna-an” ego
atas ide (tanha… perolehan obyek capaian instan sesuai keinginan).
Segala sesuatu akan sesuai sebagaimana aslinya dan segala sesuatu tetap
ada waktunya. Setinggi apapun anggapan kelayakan dan sebesar apapun
keinginan kita … tinggalkan dulu selama sessi itu (tidak penting malah
justru menghambat, membebani dan menghalangi). Jalani saja segalanya
secara sadar dan sikapi secara wajar .. apapun itu. Segalanya akan
terakumulasi, tersinkronisasi dan terrealisasi pada saatnya. Puluhan
tahun yang lalu ketika saya singgah belajar di perpustakaan Vihara
Mendut seorang Bhikkhu menasehati : Jalani saja semuanya (maksud beliau :
tisikkha secara murni) jika samadhi sudah kokoh segalanya akan datang
dengan sendirinya.
(Nostalgia
Seeker Tempo Doeloe .... ribet, bro.. tidak seperti sekarang. Dulu
sering dicurigai dari lingkungan awal dikira murtad dan ketika di
komunitas tujuan malah disangka mau jihad... capek, dech. Cari data
lebih repot lagi... blusukan dulu, masuk komunitas, serap data kemudian
sebagaimana datangnya perginya juga harus baik-baik juga. Sekarang via
internet sudah berlimpah. Sayang sudah usia senja ... akomodasi mata ,
intelgensi otak dsb sudah semakin surut menurun walau data berkelimpahan
namun hanya sedikit yang bisa sempat dibaca )
Well
… lega juga ... saya sudah jujur mengakui kami hanyalah pemerhati yang
belum berlevel meditator tihetuka handal ... dihetuka padaparama istilah
'teknis'-nya ... mentok di wawasan & stagnan ke level tataran
kelanjutannya, namun semoga sharing pengalaman dan refleksi pengetahuan
ini cukup berguna.
Tambahan bagi sesama Padaparama lainnya:
Taoist
mengungkapkan saran intuitif yang terdengar agak paradox: “berfikirlah
dengan hatimu karena otakmu sesungguhnya hanya menara pengamat.” Dari
Esoteric Psychology Osho ( source link-nya sekarang ‘zonk’ ?) menyatakan
ketika seorang bertanya kepada rahib Zen Buddhism darimana anda
berfikir ? dia akan meletakkan tangannya di pusar perutnya… jawaban
insight yang mungkin terdengar ‘gila’ atas 3 dantien sentra kesadaran
manusia. Jangan marah namun tersenyumlah ini hanyalah candaan kosmik
atas kekonyolan kita selama ini yang tidak berkembang dan kurang
berimbang.
plus dari : http://teguhqi.blogspot.com/2020/07/ewuh.html
Dari
sketsa ulasan di atas kami berharap anda cukup tanggap mengapa avijja
kebodohan (+pembodohan) drama kosmik samsara yang menyekap dan menjebak
ini tetap mampu (masih perlu?) eksis terjadi di advaita mandala samsarik
ini. (sehingga kami tidak 'ewuh' untuk tetap bisa bukan hanya menjaga
etika harmonisasi holistic eksternal ke permukaan namun juga demi tetap
terjaganya kami di kedalaman).. Menjadikan diri berlevel mulia adalah
bajik dan bijak tetapi menyatakan diri berlabel mulia (directly dengan
rasionalisasi peninggian ego/ide membela diri atau indirectly dengan
irasionalisasi perendahan ego/ide mencela lainnya) berbahaya dan justru
bisa menjatuhkan bukan hanya diri sendiri (dampak pasti) namun bisa
juga lainnya (effek plus) kelanjutan beban karmik.
Well,
untuk menjadi pandai, pintar dan cerdas relative lebih mudah namun
menjadi benar, bajik dan bijak sungguh sangat susah. Tidak cukup
kelihaian sikap intelek namun perlu kemurnian sifat intuitif (tanggap
paradox tersirat x bebal ... "pekok" tidak peka).
Walau
sulit dijelaskan namun secara sederhana demikian gambarannya. Dasar
utama (sekali-kali pakai kaidah religi, ya?) adalah Istafti qolbaka –
tanya hatimu > akalmu (qolb berputar kemana ? sebagai nurani yang
memang murni meng-"esa" dalam mengarah kebenaran atau naluri secara
lihai meng-"aku" untuk mencari pembenaran ... samma sati vs miccha sati?
) agar segera sadar tahu diri/malu/sila tidak asal ‘gede rasa’ &
‘tebar pesona’. Plus kaidah ...Merendahlah maka kau akan ditinggikan,
meninggi akan direndahkan (ini laku kontekstual tidak sekedar ilmu
konseptual, bro). Awas kepekaan diri untuk selalu tanggap paradoks yang
tersirat tidak sekedar yang terungkap/ terlihat … menyatakan “aku adalah
orang yang rendah hati (?)” walau semula kenyataannya mungkin demikian
namun pernyataan ini justru menunjukkan dia sesungguhnya tinggi hati
karena secara tersirat meninggikan dirinya bagi kebaikannya sendiri.
Jalani kebajikan dngan kebijakan demi kebenaran itu sebagai kewajaran
kosmik … jangan hebohkan itu sebagai kemuliaan figure. Main ketanggapan
rasa tidak akal-akalan apalagi asal-asalan untuk menjadi seeker, bro.
Wah, buka kartu turf ilmu batin, nih. /Wei Wu Wei - 3 dantien ?/
Tanpa
kerendahan hati (istilah Sufism :tawadhu) sulit bagi kita memberdaya
diri dan justru akan mudah terpedaya diri (istilah Sufism : Ghurur)
bahkan malah bisa memperdaya lainnya (bonus kredit hutang tanggungan
baru, bro.). Senjata (tepatnya sayap penjelajah untuk mencari / mencuri
hikmah ) truth seeker sesungguhnya ‘hanya’ tiga sifat mendasar (idealnya
integritas 'teku' asli di kedalaman tidak sekedar 'laku' semu moralitas
ke permukaan ... pencari atau pencuri hikmah ?): kejujuran, ketulusan
dan kerendahan hati untuk memandang/mengerti yang samar/tersirat secara
tepat
Alam
bergema … jika kita secara individual tidak jujur kepada diri sendiri
dan lainnya bagaimana mungkin kosmik universal akan jujur terbuka
membukakan gerbang ilmu bagi kita (kelicikan sesungguhnya menipu diri
sendiri tidak selalu orang lain dan tentunya tidak mungkin kosmik ini).
Demikian juga ketulusan berbagi/ kasih meng-esa yang mejadikan diri
layak sebagai media universal dan kerendahan hati yang wajar untuk
ditinggikan level kelayakan penerimaannya. … Ini bukan kepamrihan untuk
diharapkan instant/identik (dambaan pengharapan apalagi jika hanya
sekedar kemasan pencitraan malah menghambat / menghalangi bagi pencari
hikmah/ berkah kebenaran truth seeker bahkan ini akan menjadi labirin
parallel yang justru akan menyekap / menjebak bahkan bagi penempuh/
penembus benar True Seeker sekalipun). Ini keniscayaan pasti yang wajar
/layak mengikuti (kaidah desain kosmik memang demikian… terlepas dari
kemungkinan termanipulasi eksploitatif pacaya lainnya … walau tidak
diminta mekanisme Impersonalnya akan tetap memberi sesuai akumulasi/
aktualisasi/ akselerasi/ aksentuasi hetu/ laku “pelaku”nya ). Metode
truth Seeker 'pencari kebenaran' memang kami akui masih kalah level
dengan Dhamma Sikkha True Seeker 'pencari yang benar' Ariya dalam
menempuh/menembus Realitas dengan saddha panna viriya … sebagai
kewajaran, dengan kesadaran & dalam kehampaan diri anatta ? ...
apalagi pelayakan parami 10 x 3 layer Boddhisatta ... wah, belum berani
nekat, bro walau kami tahu itu cara cerdas & taktis dalam akselerasi
pemurnian media impersonal.)
Namun
demikian sebagai puthujjana padaparama di luar sasana cara itu-pun
sejujurnya tidaklah mudah dilakukan walau tampak sederhana dikatakan …
kami tetap harus sportif (suceng) kami menerima apapun juga kelayakannya
(kuantitas & kualitas amal/laku + resik murni wadah batinnya…
apalagi jika level memang belum berkembang memadai atau sadar arus batin
memang menyimpang dari jalur yang seharusnya). Dengan keterbatasan
kualitas etika realisasi tersebut mirroring kami lakukan mengkaji hikmah
ilmiah dengan semacam logika inferensi prediktif yang lebih mendalam
/tidak dengan merendahkan obyek ide namun justru dengan merendahkan
subyek ego untuk mampu reseptif tanggap merengkuhnya walau memang sangat
terbatas sesuai dengan keterbatasan diri dan pembatasan yang ada ).
Memang bukan analogi intelek biasa bagi paradigma baru tidak lagi
dangkal seperti semula. Susah/ribet penjelasannya, ya. (nanti direvisi
lagi atau ... lupakan saja).
Juga ada banyak sekali tersebar di komentar Vlog Buddhism, etc.
well,
ini saja sebagai acuan pembuka (eneagram intelgensi 9 + 1) sinkron
dengan orientasi kesadaran awal ... puluhan tahun lalu karena belum tahu
inti kasunyatan yang seharusnya juga selaras dengan kemurnian
Intelgensi Intelgensia Transenden Universal sehingga bebas berimaginasi
untuk memuaskan sensasi kemauan & fantasi keakuan (walau tidak
semuanya ). Yap, coba inferensikan lagi. (buat tabel triadenya dulu)
plus data referensinya (walau ini ilmu baru toh sejumlah orang sudah
share data pemicunya juga ).
No | Level | Dimensi | Tantien pusat | Tantien hati | Tantien otak | Z |
1 | Elementary | 3 tataran intelek | 1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/, | 2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/, | 3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/; | 123 |
2 | Intermediate | 3 wawasan intuisi | 6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/; | 5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/, | 4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/, | 654 |
3 | Advance | 3 penembusan insight | 7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah | 8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/, | 9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/) | 789 |
Wilayah | 1 | 2 | 3 | |
Transendental | Nibbana ‘sentra’ ? | Belum diketahui ? 7 | Tidak diketahui ? 8 | Tanpa diketahui ? 9 |
Nibbana ‘sigma’? | Belum mengakui ? 4 | Tidak mengakui ? 5 | Tanpa mengakui ? 6 | |
Nibbana ‘zenka’ ? | Arahata 1 | Pacceka 2 | Sambuddha 3 | |
Universal | Brahma Murni (Suddhavasa) | Anagami 7 (aviha Atappa) | Anagami 8 (Sudassa Sudassi) | Anagami 9(Akanittha) |
Brahma Stabil (Uppekkha ) | jhana 4 (Vehapphala) | Asaññasatta 5 (rupa > nama) | Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 ) | |
Brahma mobile (nama & rupa) | Jhana 1 (Maha Brahma) | Jhana 2 (Abhassara) | Jhana 3 (Subhakinha) | |
Eksistensial | Trimurti LokaDewa | Vishnu 7 (Tusita) | Brahma 8 (Nimmãnarati) | Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti) |
Astral Surgawi | Yakha (Cãtummahãrãjika) 4 | Saka (Tãvatimsa) 5 | Yama (Yãma)6 | |
Materi Eteris | Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan tiracchãnayoni) + flora & abiotik ? / 1 | Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya) 2 | Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3 |
| Kewajaran Pembumian (deduktif pengetahuan) dengan kecakapan spiritual ? SHIVA Vitalitas interaktif menari dengan kehidupan nyata | Kesadaran Nekhama (induktif penempuhan) demi kearhatan spiritual? BUDDHA Integritas autentik menuju peniscayaan kesejatian murni |
![]() | ![]() | |
| https://www.youtube.com/watch?v=jHRjJygTkPA&list=PLZZa2J4-qv-ZvsV83eVEiRBtw2dLvbu91&index=2&t=5m&35s | https://www.youtube.com/watch?v=MiGKxvXhI8Q&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=32&t=32m57s |
| kearifan internal untuk kebaikan eksternal (Walau memang) anda tidak bisa melakukan apa yang anda inginkan apapun (dengan seenaknya) tetapi anda bisa hidup (tetap bahagia) seperti yang anda inginkan – /3m12s/ aksi haruslah sesuai dengan yang dituntut situasi /4m41s/ berlatih hidup dalam satsang untuk hadapi kenyataan hidup /5m21s/ Memahami aksi yang diperlukan Semua yang anda lakukan adalah aksi tindakan /5m35s/ Apakah anda melakukannya dengan sadar consciously (aksi tindakan berkesadaran ) atau melakukannya secara kompulsif (secara bodoh seakan jebakan nyata ) adalah pilihan / 5m41s/ Lakukanlah aksi dengan sadar maka hidup akan indah /6m10s/ Hidup bukan jebakan pintu keluarnya selalu ada terbuka lebar tidak untuk dihindari /6m17s/ Apapun yang anda fikirkan, rasakan & lakukan adalah aksi anda /7m11s/ Menentukan aksi sesuai cara hidup Jika anda menetapkan cara diri anda, maka apapun yang anda lakukan hanya tergantung dari situasinya. Tergantung dari situasi apa yang ada, sesuai dengan itu kita bereaksi /8m3s/ Aksi sesuai dengan situasi tuntutan dan tawaran (namun) cara hidup (tetaplah) milik anda /8m30s/ Jika anda telah memutuskan cara hidup , hiduplah secara itu , lakukan aksi sebagaimana diperlukan /8m39s/ | Pengetahuan & Penempuhan Dhamma Pengetahuan Dhamma tidak lah identik /jaminan pasti akan praktek penempuhan nyata pribadi/prilaku seseorang /19s / Kesulitan belajar Buddha Dhamma karena pembandingan dengan system lain & proses pencapaian nyata / 11m/ Pembelajaran Dhamma bertahap tidak sekaligus & sesuai kemampuan penerima /14m11s/ Kebajikan memberi (x meminta) karena cinta kasih persahabatan kehidupan universal & respek penghormatan /16m13s/ Memberi bukan pilihan tetapi keniscayaan dalam kehidupan /19m9s/bahkan kewajiban moral Dhamma untuk berbagi /21m49s/Pengendalian diri untuk tidak berprilaku buruk mengacau /22m49s/ Kebaikan walau memang berdampak baik juga namun tanpa perlu kepamrihan harapan /25m31s/apalagi bebas dari kemalangan ? Tetapi /26m45s /.. jarang dengar dhamma /30m57s/ Melengkapi inner strength kesadaran Menjalani Dhamma saja tidak cukup harus ada pengetahuan kebijaksanan /32m57s/ agar tidak sombong /36m9s/ benci kesal /37m/ /41m51s /melengkapi inner strengrth kekuatan mental di dalam untuk hindari jebakan kesombongan, kebencian /44m57s/ kesadaran mendeteksi fikiran buruk yang muncul Keterlatihan sikap nekhama (melepas) /45m27s/ dengan kesadaran juga berlatih nekhama melepaskan (tdk harus sebagai bhikkhu) /45m56s/ melepaskan dalam memberi dengan kesadaran tanpa perangkap harapan untuk mendapatkan yang lebih banyak ( bukan hakekat memberi 46m24s) /48m35s/ menjaga sila supaya kotoran batin internal berkurang /49m40s/ latihan melepaskan keinginan /51 m/ tanpa kemampuan sikap melepaskan kita akan menderita karena hal tsb adalah kenyataan alamiah /52m2s/ nekhama sebagai latihan yang tidak bisa dipilih … keniscayaan yang harus dilatih. Keniscayaan melepaskan adalah keniscayaan tetapi sikap untuk melepaskan harus dilatih. Untuk tidak menderita hingga akhir hidup. /52m39s/ kebajikan melepaskan membuat orang bahagia karena tidak bertentangan dengan hokum universal ini |
hipotesa teoritis 3 (tiga) fase (Mandala.
Well, ini hipotesa teoritis dari 3 (tiga) fase (Mandala Tiada Samsara - Mandala dengan Samsara - Mandala Tanpa Samsara).
1.Mandala Tiada Samsara, ( Fase hanya Dhyana > Dhamma )
2. Mandala Dengan Samsara, (Fase dalam Dhamma < Dhyana )
2.1. Awal : Mandala Pra Samsara
Transendental : keterjagaan esensi / zen ? Nibbana
Universal : keterlelapan energi / nama Brahma : arupa & rupa ,
Eksistensial : kebermimpian etheric / rupa Kamavacara : dunia - surga & apaya
2.2.. Kini : Samsara Pra Pralaya
Dunia : sd pralaya Svarga : sd pralaya (paska dunia ) - Apaya : sd pralaya ( lokantarika ?) - Brahma : sd pralaya ( abhasara etc
2.3. Nanti : Samsara Paska Pralaya (versi Buddhism ? )
Lokantarika : residu rupa paska terkena pralaya : dunia - apaya - svarga - hingga rupa brahma Jhana 1 sd 3
Brahmanda : restan nama tidak terkena pralaya : Sudhavasa + Anenja /& Rupa Brahma : Jhana 4 - 3 - 2 ( abhasara )
Lokuttrara : bebas dari samsara & pralayanya : Asekha nibbana ( eksistensial ? + universal & transendental-nya)
What's next ?
- Siklus fase ke 2 Mandala Dalam Samsara berlanjut lagi (Kisah kasih nama rupa Brahmanda Lokantarika bersemi kembali sebagaimana biasanya ? ... kecuali lokuttara & suddhavasa harusnya plus vehapala yang masih mantap & anenja yang masih terlelap juga ..... Asaññasatta ?)
- atau haruskah ada fase 3 (kemusnahan total karena kekacauan keseluruhan & kebinasaan Dia Sentra Yang Esa )
3. Mandala Tanpa Samsara (Fase tanpa Dhamma - tiada Dhyana )
RADHA SOAMI/OKE/EBOOK/2015.727.Mysticism---The-Spiritual-Path-Vol-ii-1940.pdf | 2018-08-12 21:10 | 24524425 | |
RADHA SOAMI/OKE/EBOOK/2015.128478.Mysticism-The-Spiritual-Path-Vol-i.pdf | 2018-08-12 21:09 | 3770569 | |
2018-08-12 21:10 | 6822733 | ||
2018-08-12 21:10 | 3179696 | ||
2018-10-12 22:35 | 24303924 |
PIYA TAN OKE/SUTTA/SD/4.15-Cula-Kamma-Vibhanga-S-m135-piya.pdf | 2020-04-22 22:27 | 492482 | |
PIYA TAN OKE/SUTTA/SD/4.15-Cula-Kamma-Vibhanga-S-m135-piya1.pdf | 2020-04-22 23:18 | 512939 | |
PIYA TAN OKE/SUTTA/SD/4.16-Maha-Kamma-Vibhanga-S-m136-piya.pdf | 2020-04-22 22:27 | 605851 | |
PIYA TAN OKE/SUTTA/SD/4.16-Maha-Kamma-Vibhanga-S-m136-piya1.pdf | 2020-04-22 23:18 | 606406 |
Fokuskan saja realisasi pada pelayakan Ariya .... Nibbana atau Samsara terserah Niyama Dhamma. Di wilayah manapun dalam peran apapun pada situasi dan kondisi apapun juga seorang Ariya tetap akan mampu bermain apik tidak hanya secara cerdas tetap swadika dalam keterarahan namun juga tetap dengan cantik tanpa mengacaukan segalanya. (Ibaratnya CR7 atau Lionel Messi yang walau sesungguhnya bisa mengatasi bermain bola di klas liga dunia namun jika hanya tampil di turnamen kampung .... pasti akan lebih menguasai tentunya). Pencerahan adalah utama ... pembebasan 'hanyalah' bonusnya saja. Obsesi internal sebagaimana ambisi eksternal adalah tanha yang tersamar sebagaimana juga avijja lainnya (Ashin Tejaniya : jangan remehkan asava defilement karena ketika peremehan dilakukan anda sesungguhnya terlecehkan sendiri karena dijatuhkan dengan kesombongan anda ... awas spiritual materialism Chogyam Trungpa)
ART BLOG OKE/ARTICLES/ALL/KILESHA | 2020-04-07 16:36 | ||
2019-01-21 19:45 | 77844 | ||
2019-01-21 19:45 | 467964 | ||
2019-01-20 15:13 | 67867 | ||
2019-01-20 15:13 | 258326 |
Name | Last modified | Size |
28-Mar-2020 22:14 | - | |
28-Mar-2020 22:14 | - | |
28-Mar-2020 21:04 | 9.9M |
ART BLOG OKE/ARTICLES/ALL/EGO | 2020-04-07 16:36 | ||
2019-01-20 08:50 | 20194 | ||
2019-01-20 08:51 | 139603 | ||
2019-01-20 09:10 | 24767 | ||
2019-01-20 09:11 | 129718 |
CHOGYAM TRUNGPA/EBOOKS | 2020-04-11 07:51 | ||
2017-05-03 23:17 | 8197145 |
https://www.youtube.com/watch?v=3bVWGkbiMg4&list=PLZZa2J4-qv-ZvsV83eVEiRBtw2dLvbu91&index=7&t=3m37s | https://www.youtube.com/watch?v=C317MtQgOe0&list=PLZZa2J4-qv-ZvsV83eVEiRBtw2dLvbu91&index=8&t=5m28s | ||
![]() | ![]() | ||
Evolusi avatara spiritual ? Mystic being paska dasavathara Kalki ? | Balance keseimbangan hidup total ? just be - one in ONE |
Tantien | Pusat | Hati | Rasio |
10 ? | Kalki (destroyer?) | Zorba (artistics) | Zenka? (holistics) |
Ethical | Rama 7 (peaceful) | Khrisna 8 (lovely) | Buddha 9 (meditative) |
Emotional | Parasurama 6 (warrior !) | Vamana 5 (insani) | Narasimha 4 (hewani) |
Physical | Matsya 1 (ikan air) | Koorma 2 (amfibi kura2) | Varaha 3 (celeng darat) |
TAMPAKNYA MEMANG SUDAH CUKUP
(memang cuma itu bisanya ... maklum cuma padaparama dihetuka)
So,
inilah waktu kami untuk berhenti & melepas
Que sera sera. Pantha Rei.
Apapun yang terjadi terjadilah. Biarkan semua mengalir apa adanya.
Gitu aja koq repot ...
nggak usah "meng-ada-ada" ("meng-ada" saja sudah susah)
dianggap selesai ya .... posting & sharing
silakan lengkapi sendiri
(buang - revisi atau ... terserah )
PRO LOG