Senin, 22 Maret 2021

Penambahan BLOG 12 : TOTAL SHARE atau https://justforseeker.blogspot.com/ : 09-03-2021 sd 22-03-2021

Penambahan BLOG 12 : TOTAL SHARE atau https://justforseeker.blogspot.com/ : 09-03-2021 sd 22-03-2021 


AWAL BLOG 
Well, sudah hampir 2 (dua) minggu vacum. Tiada guna sakau, kacau & galau diikuti. Karya nyata harus terus tercipta ...bukan karena keinginan mencari perhatian ataupun pengakuan juga perolehan. Well,berpacu dan melaju dengan waktu ... Sungguh tidak akan pernah ada waktu yang sempurna untuk segalanya .... jika tidak ada waktu luang yang tersedia maka luangkan waktu yang ada tersisa. Jika tidak ada mood untuk bersegera maka ciptakanlah dia .... biarkan kebenaran menemukan caranya sendiri untuk mengarahkan diri dengan ideanya .  
 So, Quo Vadis ... what's next ?
1. Lanjutkan yang sudah ada (selesaikan atau minimal lengkapkan) Just for Seeker 
2.Tuntaskan atau tepatnya pantaskan garapan aktualisasi harmonis kedinasan, kemasyarakatan & kehidupan via media ini  
3. Lengkapkan share walau apa adanya atau bahkan seadanya (Archive.org, Google Drive, Office Forms, Vlog youtube, posting Blog, resume etc).
Semoga keberkahan niatan terlengkapi & melengkapi selanjutnya.    

LINK in Bookmarks Menu or Bookmarks Toolbar
ACCOUNT
4  dari Akun : teguh.qi@gmail.com  
 2 Akun : maxwellseeker@gmail.com  
 2 Akun :  dhammasikkha1@gmail.com    
 
 1 Akun : teguh.qi@gmail.com 
 1 Akun : maxwellseeker@gmail.com    
 1 Akun :  dhammasikkha1@gmail.com    
 
PROLOG


just logo
Be Realistics to Realize the Real 
Bersikap realistis untuk merealisasi yang real 

kutipan : http://teguhqi.blogspot.com/2020/11/just-seeker.html
Sebelumnya terima kasih mengapresiasi fasilitas yang diberikan internet (blogger, youtube, google, Archive,org, dll) atas ketersediaan media katarsis pribadi terutama di masa galau corona saat ini. Dan para reader pembaca yang tetap setia, rahasia dan penuh kearifan/kebaikan  mengikuti sharing "kutu loncat' ini (dengan tanpa memberi komentar apalagi gangguan apapun juga walau kami baca ulang wacananya bukan hanya tidak jelas namun memang sakau, kacau dan galau , hehehe ) ... dst dsb dll. (anggap ... sudah selesai ... gitu aja koq repot. Hidup sudah sulit malah dibikin ribet )   

OKAY ...

Sadhguru Yasudev Quotes : 
Whatever you have – your skills, your love, your joy, your ingenuity, your ability to do things – please show it now. Do not try to save it for another lifetime.
Apa pun yang Anda miliki - keterampilan Anda, cinta Anda, kegembiraan Anda, kecerdikan Anda, kemampuan Anda untuk melakukan sesuatu - tolong tunjukkan sekarang. Jangan mencoba menyimpannya untuk kehidupan mendatang.
 
Okey, Sadhguru Yasudev, tak akan kami simpan juga untuk diri kami sendiri wawasan kosmik Parama Dhamma dalam Mandala Advaita ini dengan Formula Swadika bagi keberlanjutan kehidupan saat ini dan juga bagi kesiagaan nanti … apapun yang terjadi terjadilah. Lagipula walau agak controversial bahkan mungkin akan jadi sensitive nantinya… toh niatan kami sesungguhnya hanyalah mengajukan kemungkinan saja tanpa memaksakan ini sebagai kepercayaan yang harus diterima sebagai keyakinan dogmatis / fanatic yang membuta. Ini hanyalah thesis pada antithesis pandangan anda semula untuk mengembangkan synthesis kebijaksanaan baru kita berikutnya. Sungguh tidak ada yang harus dilekati (bahkan jikapun pandangan ini ternyata tidak hanya sesuai dengan asumsi anda bahkan memang demikian realitas kebenarannya pada segala fenomena keberadaan)  dan juga tidak ada yang perlu dibenci atau ditolak (bahkan termasuk pandangan lain yang mungkin tidak hanya Dhammadipatheyya namun juga sekedar lokadipatheyya ataupun bahkan hanyalah attadipatheyya … karena setiap paradigma memiliki kebenaran dan juga “pembenaran”nya masing-masing walau tidak harus diterima dengan persetujuan namun tetap harus juga dihargai keberadaannya). Dalam mandala ini hikmah kebenaran yang sesungguhnya tinggi  bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau  mungkin tidak harus sama) diberikan tidak hanya bagi  pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma /termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa piti ?/ ; Wilayah kamavacara:  Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?, Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal segalanya berada dan melengkapi posisi  keseluruhan desain ini dengan indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya … ini mungkin makna tersirat nasehat Dhamma Desana Bhante Pannavaro untuk diperhatikan dalam penempuhan/penembusan spiritualitas yang berimbang bukan hanya holistic pada keseluruhan namun juga harmonis untuk keswadikaan diri.
 
PROLOG 
2020 = awal  (galau corona ?)
PSBB Covid-19 masih diberlakukan, etc  aaa 
Well, sudah hampir 1 tahun Pandemi Global Corona berlangsung (pertengahan maret 2020 awal blog 7 & vlog 3 kami ) . Well, just joke  ...  Gusti mboten sare (Tuhan memang tidak tidur) namun haruskah kami juga menanggung beban karma kolektif  selama ini , bang Ahok ( terpenjara 1 tahun 8 bulan 15 hari )?  No, hanya bercanda walau memang tidak lucu (bahkan mengesalkan ?) .... ada hikmah yang lebih utama yang seharusnya kita fahami dan sadari dibalik musibah ini demi kebaikan berpribadi & perbaikan kebersamaan.  
Well, mungkin memang perlu sketsa paradigma baru jika kami (terpaksa atau sukarela jika tidak dengan sukacita sebagaimana hendaknya niatan harus murni demi peniscayaan kelayakannya atau pelayakan keniscayaannya ... istilah tepatnya?) perlu melanjutkan kembali kejujuran berpribadi & ketulusan berbagi demi kebaikan & perbaikan bersama sebagai bukan hanya sebagai sesama manusia di kehidupan duniawi saat ini namun sebagai zenka pengembara di keabadian mandala advaita keilahian ini. Intinya nanti kita perlu menyadari dan menghayati diri tidak lagi sekedar sebagai figur eksistensial dengan segala atribut peran & tanggung jawab keberadaan zahiriah yang disandang namun juga sebagai zarah universal batiniah & media impersonal yang kesemua itu perlu keselarasan / keterarahan dengan kaidah kesunyataan mandala ini.      
JUST SONG
Transkrip  Song: Duaa (Jo Bheji Thi Duaa- Arijit Singh.) 
Covers : (Sanam Puri - Vocals) (Samar Puri - Guitars) (Venky S - Guitar) (Keshav Dhanraj - Cajon) 
Original Source : Duaa (Acoustic) | Sanam ft. Sanah Moidutty : https://www.youtube.com/watch?v=GGErfAmSK9I 

Kise Poochun, Hai Aisa Kyun 
Pada siapa harus ku tanyakan, mengapa jadi begini
Bezubaan Sa… Yeh Jahaan Hai… 
Seluruh dunia membisu
Khushi Ke Pal, Kahaan Dhoondoon
Kemana harus ku cari momen kebahagiaan
Benishaan Sa… Waqt Bhi Yahaan Hai…
Bahkan sang waktu pun tidak meninggalkan jejak disini
Jaane Kitne, Labon Pe Gile Hain…
Ada begitu banyak keluhan di bibirku
Zindagi Se, Kayi Faasle Hain…
ada jarak yg membentang jauh dari kehidupan
Paseejte Hai Sapne Kyun Aankhon Mein
Mengapa impian-impian meleleh di dalam mataku
Lakeere Jab Chhoote Inn Haathon Se Yun Bewajah…
mengapa garis takdir terhapus dari tanganku tanpa alasan
Jo Bheji Thi Dua, Woh Jaake Aasmaan
Doa yg telah kupanjatkan, mencapai langit
Se Yun Takra Gayi, Ke Aa Gayi, Hai Laut Ke Sadaa…
Kemudian bertabrakan dengannya (langit) dan memantul kembali tanpa jawaban
(doa-doaku tak didengar dan suaraku kembali padaku)
Jo Bheji Thi Dua, Woh Jaake Aasmaan
Doa yg telah kupanjatkan, mencapai langit
Se Yun Takra Gayi, Ke Aa Gayi, Hai Laut Ke Sadaa…
Kemudian bertabrakan dengannya (langit) dan memantul kembali tanpa jawaban
(doa-doaku tak didengar dan suaraku kembali padaku)
Saanson Ne Kahaan Rukh Mod Liya
nafasku berbelok menuju arah yg tak menentu
Koi Raah Nazar Mein Na Aaye
ku tak dapat melihat satupun jalan
Dhadkan Ne Kaha Dil Chhod Diya
detak jantung telah meninggalkan jantungnya
Kahaan Chhode In Jismon Ne Saaye
Namun bayangan-bayangan itu tak pernah meninggalkan raga
Yahi Baar Baar Sochta Hoon Tanha Main Yahaan…
Sendiri, aku memikirkan hal ini lagi dan lagi
Mere Saath Saath Chal Raha Hai Yaadon Ka Dhuaan…
kabut kenangan berjalan bersamaku
Jo Bheji Thi Dua, Woh Jaake Aasmaan
Doa yg telah kupanjatkan, mencapai langit
Se Yun Takra Gayi, Ke Aa Gayi, Hai Laut Ke Sadaa…
Kemudian bertabrakan dengannya (langit) dan memantul kembali tanpa jawaban
(doa-doaku tak didengar dan suaraku kembali padaku)
Jo Bheji Thi Dua, Woh Jaake Aasmaan
Doa yg telah kupanjatkan, mencapai langit
Se Yun Takra Gayi, Ke Aa Gayi, Hai Laut Ke Sadaa…
Kemudian bertabrakan dengannya (langit) dan memantul kembali tanpa jawaban
(doa-doaku tak didengar dan suaraku kembali padaku)

just  image
Bukan karena sudah lelah untuk berfikiran positif & selalu optimis untuk tetap berdoa/berharap & berusaha menghadapi + melampaui keadaan dan juga tanpa maksud attraktif & provokatif (baper & caper ?) jika mengawali dengan tayangan yang sedikit agak heboh (malah lebai terkesan pekok ... kebodohan atau pembodohan?)
Ada  video (Bapak Hermanuhadi) yang agak aneh bahkan daripada video (Sadhguru Yasudev) referensi lalu. dan juga video (Bhante Santacitto). Ini jangan dipelintir dan disalah-tafsirkan .... Bukannya tidak prihatin berempati pada kegalauan pandemi ataupun sekedar menghibur diri saja apalagi mengharapkan keparahan situasi kondisi saat ini, namun rasanya memang ada blessing in disguise (anugerah tersamar : hikmah positif  yang tersirat dari hibrah negatif yang tersurat) bagi kita saat ini. Banyak sekali referensi informatif  & inspiratif  kita dapatkan pada saat ini via internet & medsos ....tidaklah selalu buruk (semacam hoaks merekayasa opini publik dengan membenarkan kebanggan pengakuan atau membenarkan kepentingan tertentu) namun banyak juga yang baik (semisal banyaknya tayangan dhamma desana ataupun zoom ilmiah tentang spiritualitas saat ini) . Tampaknya ini cukup berguna juga sebagai rehat bagi rutinitas / vitalitas kehidupan yang terkadang atau bahkan sering sakau dalam ketamakan & kacau dengan kemarahan yang menghanyutkan dan menenggelamkan keberadaan kita selama ini. Kita gunakan ini sebagai forum hikmah ilmiah demi pemberdayaan kita semua tidak sebagai majlis ghibah fitnah bagi keterpedayaan diri & lainnya. Ini mungkin saat yang tepat (tepatnya mungkin lebih tepat .... karena bukankah setiap saat adalah saat yang tepat ?) bukan hanya untuk introspeksi akan keberadaan eksistensialitas namun juga transformasi pemberdayaan spiritualitas selanjutnya (semoga segalanya menjadi baik dan semakin baik adanya).  Jangan memperburuk keadaan eksternal (lebih tepatnya mungkin memperparah keberadaan internal). Terkadang kami meragukan sikap batin kami sendiri dalam men-share dan mempertanyakan apakah ini refleksi sikap kasih peduli atau antipati asava byapada atau mungkin hanya mana kesemuan pembanggaan ego/pembenaran ide belaka (jadi lemes & males, deh) Namun bukankah segala sesuatu tengah melayakkan kebebasannya masing-masing bukan sekedar sesuai awal asal sebelumnya namun terutama menuju potensi evolutif keberadaan diri berikutnya .... benar atau salah, baik atau buruk .... biarkan kaidah kosmik Saddhamma yang meniscayakan kelayakannya ? Well, intinya ini adalah permukaan yang berbeda dari coin kebenaran yang sama dari Be realistics to realize the Real yaitu untuk senantiasa assertif, adaptif dan antisipatif ..... bersiaga, bersedia dan berjaga dari segala kemungkinan yang ada (bukan hanya atas kemungkinan perolehan positif  terbaik yang mungkin diharapkan untuk didapatkan namun juga jika kemungkinan negatif terburuk yang walau tidak diinginkan bisa jadi justru yang memang lebih layak untuk menjadi kenyataan). 


Sekedar tambahan : 
video (Bapak Hermanuhadi)  : Kehendak Tuhan ? Hukum alam ? warning peringatan 4'53''
banyak juga analisis hikmah di balik hibrah, bro.... walaupun terdengar seperti Theodice pembenaran kehendak Tuhan / Hukum Alam namun cukup bahkan sangat positif warning (peringatan/ pengingatan) ini untuk disikapi demi kebaikan & perbaikan kita selanjutnya.
video (Sadhguru Yasudev)  Pasupathi Shiva ? kesetaraan hidup ? bat kelelawar ? 2'56''
Tentang Pashupati Shiva (pecinta/pemberkah) segala bentuk kehidupan sudah pernah dikutip di posting sebelumnya (just for seeker awal). Dalam nada ekspresi bercanda Sadhguru Yasudev (sekuat kelelawar menghadapi corona ?) kami merasakan ada pesan tersirat yang disampaikan (walau tampak guyonan) tentang peningkatan keberdayaan herd immunity ketimbang sekedar upaya pembasmian virus (bentuk primordial awal spesies kehidupan yang juga cerdas dalam bertahan & mempertahankan kehidupan sebagaimana kita manusia, kelelawar, dsb). 
Batman .... inget film ~ kelelawar abhidhamma ?
Kelelawar ? sejujurnya kami tidak tahu keilmiahan data kekuatan nocturnal ini terhadap virus tsb. Kita sering menggunakan alam kehidupan di bumi kenyataan sebagai media bagi hikmah kebenaran disamping observasi ilmiah tentu saja ... well, lewat kelelawar alam mengajarkan dibalik ketidak-awasan indra penglihatannya makhluk malam  ini memberdayakan kepekaan pendengaran mendeteksi pantulan gelombang suaranya sehingga mampu terbang menjelajah tanpa menabrak lainnya. (Cara ini mengajarkan kita juga, lho ... bahwa dalam keterbatasan & pembatasan yang ada kita juga mampu menghadapi & melampaui masalah yang ada. Misalnya dalam hal spiritualitas dikarenakan sebagian besar dari kita mungkin memang lemah dalam melayakkan penempuhan apalagi penembusan, pencapaian & pencerahan namun kita berusaha memahami dalam level batas pengetahuan tertentu yang memang dibutuhkan dan mampu dilakukan.... antara lain dengan sinkronisasi paradoks via inferensi analogis dari kekasaran permukaan menuju pemurnian kedalaman, dsb). So, jika memang ada data kami atau info yang salah semoga kita tetap waspada untuk kemudian kembali segera sadar terjaga , menjaga & berjaga. 
14 hari ? see vibrasi energi nirodha sammapatti 7 hari (@*>2 Asekha ? ) vs metta pashupathi shiva (next avatara homo novus 10?)  ?
video (Bhante Santacitto) : 
So, tetaplah positif walau dalam situasi kondisi negatif sekalipun. Addukkha dalam dukkha ... amoha swadika (terjaga, berjaga, menjaga) > hanya akan bahagia jika mendapat positif  > langsung menderita jika menerima negatif ?

Sesungguhnya
Ada perbedaan besar antara mengasihi & mengasihani diri sendiri 
(Universalisasi diri demi transendensi media impersonal bagi eksistensi figure personal) 

Likrat Shabat 
just  image

Rabbi Jack Riemer (adapted from Likrat Shabbat)
-Rabbi Jack Riemer (diadaptasi dari Likrat Shabbat)

We cannot merely pray to You, O God, to end war; For we know that You have made the world in a way That man must find his own path to peace Within himself and with his neighbor. 
Kami tidak bisa hanya berdoa kepada-Mu, ya Tuhan, untuk mengakhiri perang; Karena kami tahu bahwa Engkau telah menciptakan dunia dengan cara tertentu Bahwa seseorang itu harus menemukan jalannya sendiri menuju perdamaian Di dalam dirinya dan dengan tetangga sekitarnya.
We cannot merely pray to You, O God, to end starvation; For you have already given us the resources With which to feed the entire world If we would only use them wisely.
Kami tidak bisa hanya berdoa kepada-Mu, ya Tuhan, untuk mengakhiri kelaparan; Karena Engkau telah memberi kami sumber daya Yang dengannya (kami) memberi makan seluruh dunia Jika kami menggunakannya dengan bijak.
We cannot merely pray to You, O God, to root out prejudice, For You have already given us eyes With which to see the good in all men  If we would only use them rightly.
Kami tidak bisa hanya berdoa kepadaMu, ya Tuhan, untuk membasmi prasangka, Karena Engkau telah memberi kami mata Yang dengannya (kami) melihat kebaikan pada semua manusia Jika kami menggunakannya dengan benar.
We cannot merely pray to You, O God, to end despair, For You have already given us the power To clear away slums and to give hope If we would only use our power justly.
Kami tidak bisa hanya berdoa kepadaMu, ya Tuhan, untuk mengakhiri keputusasaan, Karena Engkau telah memberi kami kekuatan Untuk membersihkan permukiman kumuh dan memberi harapan Jika kami menggunakan kekuatan kami dengan adil.
We cannot merely pray to You, O God, to end disease, For you have already given us great minds with which to search out cures and healing, If we would only use them constructively.
Kami tidak bisa hanya berdoa kepadaMu, ya Tuhan, untuk mengakhiri penyakit, Karena Engkau telah memberi kami pikiran-pikiran hebat yang dengannya (kami) mencari obat dan penyembuhan,Jika kami menggunakan mereka secara konstruktif.
Therefore we pray to You instead, O God,  
For strength, determination, and willpower, 
To do instead of just to pray, 
To become instead of merely to wish.
Oleh karena itu kami berdoa kepadaMu sebagai gantinya, ya Tuhan,  
Untuk kekuatan, tekad, dan kemauan, 
Melakukan, bukan hanya berdoa, 
Menjadi bukan sekadar berharap. 
For Your sake and for ours, speedily and soon, 
That our land and world may be safe, And that our lives may be blessed.
Demi kebaikan Enkau dan bagi  kami, dengan cepat dan segera, 
Agar tanah dan dunia kami ini  aman, Dan semoga hidup kami diberkati.
May the words that we pray, and the deeds that we do. 
Be acceptable before You, O Lord, Our Rock and Our Redeemer.”
Semoga kata-kata yang kami doakan, dan amalan yang kami lakukan. 
Diterima di hadapanMu, ya Tuhan, Batu Karang Kami dan Penebus Kami. ”

Do'a yang dewasa ?  Ketika hal buruk terjadi pada orang baik
Link Book Harold Kuschner : Theodice seorang Rabbi atas deritanya 



Setelah  Prakata Agenda  ,  Just Quotes   Wawasan Esoteris  & Gnosis for Seeker sebelum ini 

Dari : Just Quotes ( https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/just-share.html )
Blog Just Share dibuat sebenarnya bukan sekedar kami perlu blog baru yang lebih fresh ataupun hanya untuk nyelamur/ ngabur untuk posting yang lebih mendasar & menyasar namun agak sungkan/ riskan untuk diutarakan ke khalayak awam kebanyakan .... well, katakanlah ini khusus bagi para seeker yang cukup dewasa, cerdas & bijaksana dalam mencerna tanpa naif menyela apalagi liar mencela untuk paradigma pandangan yang baru & beda.  Jika tidak demikian maka sesungguhnya bukan hanya menyusahkan kita (pada saat ini) namun juga dirinya sendiri bahkan lainnya juga kelak. Ini mungkin (dipandang) tidak berguna atau bahaya? bagi lainnya (untuk tujuan pembenaran kepentingan keakuan & kemauan walau mungkin dalam keterpedayaan diri sendiri bahkan malah memperdayakan lainnya juga?) namun bisa jadi akan bukan hanya memang berguna namun juga tidak perlu tercela bagi para seeker (dalam niatan pemberdayaan kesejatian jikapun belum dalam tataran realisasi evolutif pencapaian minimal dalam wawasan orientasi berpandangan) untuk saling berbagi. 

MONOLOG 

We have something called as Sanathana Dharma. Sanathan means eternal, timeless. Dharma does not mean religion; Dharma means law. So they were talking about eternal laws which govern life and how we can be in tune with it. Right now, whether you’ve been to school or not, whether you’re a great scientist or not, still right now you’re complying by all the physical laws on this planet. Yes or no? Otherwise you couldn’t sit here and exist. So similarly there are other kinds of laws which are not physical in nature which govern the life process within you. So they identified these things and they said, ‘These are the laws which govern one’s life.’ But over a period of time, every enthusiastic person that came from generation to generation went on adding their own stuff according to the necessity of the day or according to the necessity of the vested interest of the day, in so many ways it’s happened, all kinds and people added many things. But essentially your sanathan dharma is just this. Sanathan Dharma identifies a human being cannot rest, do what you want, you… he cannot rest because he longs to be something more than what he is right now. You cannot stop it. You teach him any kind of philosophy, you cannot stop it. Whoever he is, he wants to be little more than who he is right now. If that little more happens, he will seek little more and little more.
Kami memiliki sesuatu yang disebut Sanathana Dharma. Sanathan berarti kekal, abadi. Dharma tidak berarti agama; Dharma artinya hukum. Jadi mereka berbicara tentang hukum kekal yang mengatur kehidupan dan bagaimana kita bisa selaras dengannya. Saat ini, apakah Anda pernah bersekolah atau tidak, apakah Anda seorang ilmuwan hebat atau bukan, saat ini Anda masih mematuhi semua hukum fisika di planet ini. Ya atau tidak? Jika tidak, Anda tidak bisa duduk di sini dan hidup. Begitu pula ada jenis hukum lain yang tidak bersifat fisik yang mengatur proses kehidupan di dalam diri Anda. Jadi mereka mengidentifikasi hal-hal ini dan mereka berkata, 'Ini adalah hukum yang mengatur kehidupan seseorang.' Tetapi dalam kurun waktu tertentu, setiap orang yang antusias yang datang dari generasi ke generasi terus menambahkan barang-barang mereka sendiri sesuai dengan kebutuhan hari atau sesuai dengan kebutuhan kepentingan hari ini, dalam banyak hal hal itu terjadi, segala macam dan orang menambahkan banyak hal. Tetapi pada dasarnya sanathana dharma Anda hanya ini. Sanathana Dharma mengidentifikasi bahwa manusia tidak dapat beristirahat, lakukan apa yang Anda inginkan, Anda ... dia tidak dapat beristirahat karena dia ingin menjadi sesuatu yang lebih dari dirinya sekarang. Anda tidak bisa menghentikannya. Anda mengajarinya filosofi apa pun, Anda tidak dapat menghentikannya. Siapapun dia, dia ingin menjadi lebih dari siapa dia sekarang. Jika itu sedikit lagi terjadi, dia akan mencari semakin lama semakin lebih .
So if you look at it, every human being unconsciously is longing to expand in a limitless way. So every human being unconsciously is looking for a boundless nature or a limitless possibility or in other words, every human being knowingly or unknowingly has an allergy for boundaries. When you threaten his existence, his instinct of self-preservation will bow… will build walls of you know, protection for himself. The same walls of protection, when there is no external threat, immediately he experiences it as walls of self-imprisonment. So they recognized this and said every human being is longing… limitless. So first thing that you must do, the moment a child becomes reasonably conscious, - the first thing that you must put into a child’s mind is, your life is about mukti, about liberation. Everything else is secondary because the only thing that you’re truly longing for is to expand in a limitless way. There is something within you which can’t stand boundaries. 
Jadi jika dilihat, setiap manusia secara tidak sadar ingin berkembang dalam suatu cara yang tidak terbatas. Jadi setiap manusia secara tidak sadar mencari sifat alami yang tidak terbatas atau kemungkinan yang tidak terbatas atau dengan kata lain, setiap manusia secara sadar atau tidak sadar memiliki alergi terhadap pembatasan. Ketika Anda mengancam keberadaannya, instingnya untuk mempertahankan diri akan tunduk ... akan membangun tembok sebagaimana anda ketahui (untuk) melindungi dirinya sendiri. Dinding perlindungan yang sama, ketika tidak ada ancaman eksternal, dia segera mengalaminya/mensikapinya  sebagai tembok pemenjaraan diri. Jadi mereka mengenali ini dan berkata bahwa setiap manusia merindukan… ketidak-terbatasan. Jadi, hal pertama yang harus Anda lakukan, pada saat seorang anak secara nalar menjadi sadar  - hal pertama yang harus Anda masukkan ke dalam pikiran seorang anak tersebut adalah, Kehidupan Anda adalah tentang mukti, tentang pembebasan. Segala sesuatu yang lain bersifat sekunder karena satu-satunya hal yang Anda benar-benar rindukan adalah berkembang dengan cara yang tiada batas. Ada sesuatu di dalam diri Anda yang tidak tahan akan keterbatasan.
So for this what are things you should do to head in that direction; they set up simple rules. If you do this, this and this, you will naturally move in this direction. You can’t call this a religion, okay? Because this is a place where you’ve been given the freedom - you can make up your own god (?!). 
Jadi untuk ini hal-hal apa yang harus Anda lakukan adalah untuk menuju ke arah itu; mereka membuat aturan sederhana. Jika Anda melakukan ini, ini dan ini, Anda secara alami akan bergerak ke arah ini. Anda tidak bisa menyebut ini agama, oke? Karena ini adalah tempat di mana Anda telah diberi kebebasan - Anda bisa menjadi tuhan Anda sendiri. (?!). 

Use : Googlre Translate (English - Indonesia) https://translate.google.com/

Then ?

Transkrip  Awaken Samadhi Trailer (Uniion Mystics )
AWAKEN SAMADHI TRAILER
(Original Source - Copy Right) https://www.youtube.com/watch?v=dqGdWoW-GT8

If you hold this feeling of “I” long enough and strongly enough the false “I”will vanish, leaving only the unbroken awareness of the real immanent “I” or consciousness itself ~ Sri Ramana Maharshi.
"Jika Anda memegang perasaan 'aku'  ini cukup lama dan cukup kuat, maka 'aku' yang semu akan lenyap, hanya menyisakan kesadaran tak terputus yang nyata, keberadaan imanen 'aku', atau kesadaran itu sendiri." ~ Sri Ramana Maharshi
Samadhi is an ancient Sanskrit word which means Union. It is the union of individual persona, the egoic self with something greater, something unfathomable to the mind. Samadhi is a surrendering, a humbling of Individual mind to the Universal mind. The purpose of Meditation, Yoga, Prayer, Chantings and all Spiritual practices is one and that is Samadhi. In the language of Christian mystics it is humbling oneself before God. Samadhi is realized through what Buddha called the middle way or what in Taoism is called the balance of ying and yang. In the yogic traditions it is called the marriage of Shiva and Shakti.
Samadhi adalah kata Sansekerta kuno yang berarti Persatuan. Ini adalah penyatuan persona individu, diri egois dengan sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang tak terduga bagi pikiran. Samadhi adalah penyerahan, merendahkan pikiran Individu ke pikiran Universal. Tujuan dari Meditasi, Yoga, Doa, Nyanyian dan semua praktik Spiritual adalah satu dan itu adalah Samadhi. Dalam bahasa mistik Kristen, itu berarti merendahkan diri di hadapan Tuhan. Samadhi diwujudkan melalui apa yang disebut Buddha sebagai jalan tengah atau yang dalam Taoisme disebut keseimbangan ying dan yang. Dalam tradisi yoga, ini disebut perkawinan Siwa dan Shakti. 
When Samadhi is perfect, it is wisdom of the great ultimate reality. An understanding of the relationship between form and emptiness, relative and absolute, its a coming into one's true nature. Samadhi begins with a leap in to the unknown.
Ketika Samadhi sempurna, itu adalah kebijaksanaan dari realitas tertinggi yang agung. Pemahaman tentang hubungan antara bentuk dan kekosongan, relatif dan absolut, yang masuk ke dalam sifat sejati seseorang. Samadhi dimulai dengan lompatan ke hal yang tidak diketahui.
In order to realize Samadhi, one must turn consciousness away from all known objects, from all external phenomena, conditioned thoughts and sensations towards consciousness itself. Towards the inner source, the heart of  essence of one's being.
Untuk mewujudkan Samadhi, seseorang harus mengalihkan kesadaran dari semua objek yang diketahui, dari semua fenomena eksternal, pikiran dan sensasi terkondisi menuju kesadaran itu sendiri. Menuju sumber batin, inti dari keberadaan seseorang.
The source of all existence is not a thing or object that one can see like in these physical world we do. It is perfect emptiness or stillness itself. It is the emptiness which is the source of all things.
Sumber dari semua keberadaan bukanlah hal atau objek yang dapat dilihat seseorang seperti di dunia fisik yang kita lakukan ini. Itu adalah keheningan atau keheningan sempurna itu sendiri. Kekosongan itulah yang menjadi sumber segala sesuatu.
This union cannot be understood with the limited individual mind. It is only directly realized when the mind becomes still. There is no Self that awakens. There is just ‘you' that awakens. What you are awakening from is the illusion of the separate self from the dream of the limited ‘you'. The World that now you think you are living in is actually ‘you'. It is your higher self or the selfless self. Annata.... No Self.
Persatuan ini tidak dapat dipahami dengan pikiran individu yang terbatas. Itu hanya disadari secara langsung ketika pikiran menjadi tenang. Tidak ada Diri yang terbangun. Hanya ada 'kamu' yang terbangun. Dari mana Anda terbangun adalah ilusi dari diri yang terpisah dari impian 'Anda' yang terbatas. Dunia yang sekarang Anda pikir Anda tinggali sebenarnya adalah 'Anda'. Itu adalah diri Anda yang lebih tinggi atau diri yang tanpa diri/tidak mementingkan diri sendiri. Tanpa aku ... Tiada diri
Samadhi is so simple that when you are told that what is it and how to realize it, your mind will always miss it because the mind is what needs to be stopped before it is realized. It is not a ‘happening' at all. It is the surrendering of the individual mind to the higher mind or big mind..
Samadhi begitu sederhana sehingga ketika Anda diberitahu bahwa apa itu dan bagaimana merealisasikannya, pikiran Anda akan selalu merindukannya karena pikiran adalah apa yang perlu dihentikan sebelum disadari. Ini sama sekali bukan 'terjadi'. Ini adalah penyerahan pikiran individu ke pikiran yang lebih tinggi atau fikiran besar.
The most important teaching of Samadhi is perhaps found in this phrase:- “Be Still & get Know”.
Pengajaran paling singkat dari Samadhi mungkin dapat ditemukan dalam frase ini: "Diamlah dalam keheningan dan ketahuilah Hal tersebut."
Silence is the language of God. All else is poor translation. - Rumi
(Keheningan adalah bahasa Ilahi. Semua hal lainnya hanyalah 'terjemahan' belaka yang tidak memadai. – Rumi)
How can we use words and images to convey stillness? How can we convey silence by making noise? Rather than talking about Samadhi as an intellectual concept. this film is a radical call to INACTION. A call to stillness. A call to meditation and inner silence. A call to STOP.
Bagaimana kita dapat menggunakan kata atau gambar untuk menjangkau keheningan ? Bagaimana kita dapat menyampaikan keheningan dengan membuat kebisingan ? Film ini ditujukan sebagai suatu panggilan radikal untuk "tanpa-aksi". Suatu panggilan untuk menuju keheningan. suatu panggilan untuk meditasi dan keheningan di kedalaman. Suatu panggilan untuk Berhenti
Stop everything that is driven by the pathological egoic mind. Be still and know.
Hentikanlah segala sesuatu yang dibawa oleh fikiran diri yang sakit. Berdiamlah dan Ketahui
No one can tell you what will emerge from the stillness. It is a call to act from the spiritual heart.
Tidak ada yang bisa memberitahu Anda apa yang akan muncul dari keheningan. Ini adalah panggilan untuk bertindak dari jantung spiritual.
Samadhi is not some mystical 'altered' state of being. It is simply one's natural state of presence, of consciousness unmediated by thought, unmediated by an egoic identity.
Samadhi bukanlah sejumlah tahap perubahan keberadaan yang bersifat mistis. Ini hanyalah keberadaan alamiah kehadiran seseorang. yang kesadarannya tidak terpisahkan oleh fikiran, tidak terpisahkan oleh identitas suatu diri pribadi.
Most of humanity is in an altered state all the time... A state of egoic identification with form and thought. When one is in a state of natural presence and non-resistance, Prana flows more freely through the inner world. This pranic stream which is prior to the nervous system, prior to the senses and thinking,becomes a new interface with reality. Literally a new level of consciousness or new way of being in the world.
Sebagian besar umat manusia dalam keberadaan yang terpisahkan sepanjang waktu … Suatu keberadaan beridentifikasi diri dengan bentuk dan pikiran. Ketika seseorang dalam keadaan kehadiran alamiah dan tanpa tekanan, Prana mengalir lebih bebas melalui dunia batin. Aliran prana ini yang sebelumnya menuju ke sistem saraf. sebelumnya menuju indrawi dan fikiran, menjadi antarmuka baru dengan kenyataan, Secara harfiah suatu tingkat kesadaran yang baru atau cara baru keberadaan di dunia.
It is through the ancient teachings of Samadhi, the humanity will begin to understand the common source of all the religions and to come into alignment once again with the spiral of life …. Great Spirit, Dhamma, or the Tao.
Ini melalui pengajaran Samadhi kuno bahwa umat manusia akan mulai memahami sumber umum dari semua agama dan untuk datang ke dalam keselarasan sekali lagi dengan spiral kehidupan Roh Agung, Dhamma, atau Tao.
Samadhi is the 'gateless gate’ and ‘pathless path' and it is the identification with the self structure which separates our Inner and Outer worlds.
Samadhi adalah 'gerbang tanpa gerbang' dan 'jalan tanpa jalan' dan itu adalah identifikasi dengan struktur diri yang memisahkan dunia Batin dan Luar kita.

dari quotes reupload sadhguru berikutnya (23-01-2021 ?)
just  image

EPILOG 
Video Chant : Gaiea Sanskrit _ Madalasa Upadesha

Lullaby Song of  Madalasa Upadesha from The Mārkaṇḍeya Purāṇa … 
Kidung Nina Bobo Ratu Madalasa kepada puteranya (Rshi Markandeya) 

Verse 1
śuddhosi buddhosi niraɱjano’si //saɱsāramāyā parivarjito’si// saɱsārasvapnaɱ tyaja mohanidrāɱ// maɱdālasollapamuvāca putram|
Madalasa says to her crying son:// “You are pure, Enlightened, and spotless. //Leave the illusion of the world // and wake up from this deep slumber of delusion”
Madalasa berkata kepada putranya yang menangis: //“Anda murni, Tercerahkan, dan tidak bernoda.// Tinggalkan ilusi dunia dan //bangun dari tidur nyenyak delusi ini "
Verse 2
śuddho’si re tāta na te’sti nāma // kṛtaɱ hi tatkalpanayādhunaiva|//paccātmakaɱ dehaɱ idaɱ na te’sti //naivāsya tvaɱ rodiṣi kasya heto||
“My Child, you are Ever Pure! You do not have a name. //A name is only an imaginary superimposition on you.//This body made of five elements is not you nor do you belong to it.//This being so, what can be a reason for your crying ?”
“Anakku, kamu Selalu Murni! Anda tidak punya nama.// Nama hanyalah lekatan khayal  yang dikenakan pada Anda. // Tubuh yang terbuat dari lima elemen ini bukanlah Anda dan bukan pula milik Anda. // Karena itu, apa yang menjadi alasan Anda menangis? "
Verse 3
na vai bhavān roditi vikṣvajanmā //śabdoyamāyādhya mahīśa sūnūm|//vikalpayamāno vividhairguṇaiste //guṇāśca bhautāḥ sakalendiyeṣu||
“The essence of the universe does not cry in reality. // All is a Maya of words, oh Prince! Please understand this. //The various qualities you seem to have are are just your imaginations, //They belong to the elements that make the senses (and have nothing to do with you).”
“Esensi alam semesta tidak menangis dalam Realitas kenyataan. // Semuanya adalah kata-kata Maya, oh Pangeran! Mohon mengerti ini. // Berbagai kualitas yang tampaknya Anda miliki hanyalah imajinasi Anda, // Mereka termasuk dalam elemen yang membuat indra (dan tidak ada hubungannya dengan Anda). ”
Verse 4
bhūtani bhūtaiḥ paridurbalāni // vṛddhiɱ samāyāti yatheha puɱsaḥ| // annāmbupānādibhireva tasmāt //na testi vṛddhir na ca testi hāniḥ||
“The Elements [that make this body] grow with accumulation of more elements, or//Reduce in size if some elements are taken away //This is what is seen in a body’s growing in size or becoming lean depending upon the consumption of food, water etc. //YOU do not have growth or decay.”
“Unsur-unsur [yang membuat tubuh ini] tumbuh dengan akumulasi lebih banyak unsur,//  atau Kurangi ukurannya jika beberapa elemen diambil  // Inilah yang terlihat pada tubuh yang membesar atau menjadi kurus bergantung pada konsumsi makanan, air, dll.//  KAMU tidak memiliki pertumbuhan atau kerusakan. "
Verse 5
tvam kamchuke shiryamane nijosmin // tasmin dehe mudhatam ma vrajethah| //shubhashubhauh karmabhirdehametat //mridadibhih kamchukaste pinaddhah||
“You are in the body which is like a jacket that gets worn out day by day. // Do not have the wrong notion that you are the body. //This body is like a jacket that you are tied to, // For the fructification of the good and bad Karmas.”
“Anda berada di dalam tubuh yang seperti jaket yang semakin hari semakin aus. // Jangan salah paham bahwa Anda adalah tubuh. // Tubuh ini seperti jaket yang diikat, // Untuk fruktifikasi dari karma baik dan buruk. "
Verse 6
tāteti kiɱcit tanayeti kiɱcit // aɱbeti kiɱciddhayiteti kiɱcit| // mameti kiɱcit na mameti kiɱcit //tvam bhūtasaɱghaɱ bahu ma nayethāḥ||
“Some may refer to you are Father and some others may refer to you a Son or //Some may refer to you as Mother and some one else may refer to you as Wife. // Some say “You are Mine” and some others say “You are Not Mine” // These are all references to this “Combination of Physical Elements”, Do not identify with them.”
“Beberapa mungkin menyebut Anda adalah Ayah dan beberapa lainnya mungkin merujuk Anda sebagai Putra atau // Beberapa orang mungkin menyebut Anda sebagai Ibu dan beberapa orang lain mungkin menyebut Anda sebagai Istri.//  Beberapa orang mengatakan "Kamu adalah milikku" dan beberapa lainnya mengatakan "Kamu bukan milikku"//  Ini semua adalah referensi ke "Kombinasi Elemen Fisik", Jangan identifikasi dengannya. "
Verse 7
sukhani duhkhopashamaya bhogan //sukhaya janati vimudhachetah| // tanyeva duhkhani punah sukhani //janati viddhanavimudhachetah||
“The ‘deluded’ look at objects of enjoyment,  // As giving happiness, by removing the unhappiness. // The ‘wise’ clearly see that the same object // Which gives happiness now will become a source of unhappiness.”
“Pandangan yang 'tertipu' pada objek kenikmatan, // Seperti memberi kebahagiaan, dengan menghilangkan ketidakbahagiaan. // Orang 'bijak' dengan jelas melihat objek yang sama // Yang memberi kebahagiaan sekarang akan menjadi sumber ketidakbahagiaan. "
Verse 8
yānaɱ cittau tatra gataśca deho // dehopi cānyaḥ puruṣo niviṣṭhaḥ| // mamatvamuroyā na yatha tathāsmin // deheti mātraɱ bata mūḍharauṣa|
“The vehicle that moves on the ground is different from the person in it //  Similarly this body is also different from the person who is inside! // The owner of the body is different from the body. // Ah how foolish it is to think I am the body!”
“Kendaraan yang bergerak di tanah berbeda dengan orang di dalamnya // Demikian pula tubuh ini juga berbeda dengan orang yang ada di dalam! // Pemilik tubuh berbeda dengan tubuh. // Ah betapa bodohnya menganggap aku adalah tubuh! "

just  image
Sanskrit : śuddhosi buddhosi niraɱjano’si //saɱsāramāyā parivarjito’si// saɱsārasvapnaɱ tyaja mohanidrāɱ// 
English : “You are pure, Enlightened, and spotless. //Leave the illusion of the world // and wake up from this deep slumber of delusion”//
Indonesian :“Anda murni, Tercerahkan, dan tidak bernoda.// Tinggalkan ilusi dunia dan //bangun dari tidur nyenyak delusi ini "
S (Sk) : Maɱdālasollapamuvāca putram|
E (Eng) : Madalasa says to her crying son://
I (Ina) : Madalasa berkata kepada putranya yang menangis:


Then ?
Sekilas sebagai seeker, kita memahami alur gnosis mystic di atas. Paska Bahasan Gnosis Anatta Saddhamma Buddhisme pada blog sebelumnya, berikut kita menggunakan referensi Sanatana Dhamma Mystics sebagai pijakan referensi awalnya. Secara filosofis & psikologis sebagai kebijaksanaan Orientasi Universal dengan tanpa menafikan akan aktualisasi/ harmonisasi eksistensial dalam keberadaan personal,(walau kami bisa saja tidak benar,(malah salah atau disalahkan ?)- namun kami tetap konsisten dengan kaidah theosofi panentheistik daripada kesadaran kaidah pandangan theologi monistik pantheisme tersebut ataupun kewajaran theodice akidah risalah monotheistik umumnya sebagai sikap yang tepat agar tetap senantiasa true, humble & responsible baik dalam pengetahuan maupun penempuhan sebagai jalan tengah yang menyeluruh untuk tidak jatuh dalam identifikasi (imaginasi?) ataupun eksploitasi (manipulasi?) yang bisa jadi akan menggoyahkan keseimbangan dan mengacaukan keberimbangan dalam keseluruhannya. 
(cukup tanggap atau perlu bahasan lanjut berikutnya? .... ada transenden Hyang Mutlak > //baca: yang lebih besar/Maha agung atau tidak sekedar/ hanya sebatas // laten deitas immanenNya).... Aktualisasi meng-Esa tanpa keakuan bukan defisiensi meng-aku dengan ke-Esaan (B-love > D-love, Maslow ?).

Sebelumnya walau secara marathon & serabutan kami sudah menyampaikan sejumlah referensi inferensial dalam aneka posting Just for Seeker ( Hanya /khusus/ untuk para pencari ). Semoga jika Tuhan Hyang Transenden & tentu saja juga Maha immanen di segala wilayah para guardian mandala advaitaNya  mengizinkan ini benar-benar bisa menjadi yang terakhir (triade final untuk : thesis - anthithesis - synthesis) yang mampu kami bagi dalam keterbatasan pengetahuan penjelajahan kami sebagai seeker pencari selama ini dalam kapasitas yang memang kami akui kurang bonafide (certified & qualified) maklum hanya padaparama dihetuka ... walau sejujurnya sudah capek namun habis-habisan sekalian saja penuntasannya. 

Well, kami sudah menyatakan berulang kali ini hanya sharing idea bukanlah kebenaran mutlak yang harus dipercaya begitu saja ... perlu keterjagaan & kewaspadaan untuk memahami & mensikapinya dan menjadikan ini sebagai antithesis dari thesis pandangan kita semula bagi sinthesis pandangan kita yang lebih baru & maju hendaknya. Perlu mengulangi kutipan lagi ? 
TENTANG PANDANGAN : 
KONSIDERAN IDEA PANDANGAN  : kebenaran, kebijakan, kebajikan

Perlu kebijakan dalam berpandangan  
Belajar spiritualitas secara mendalam dan meluas memang sangat mengasyikan namun perlu kedewasaan dan keberimbangan agar bukan hanya tidak melengahkan/mengacaukan aktualisasi tanggung jawab eksistensial kehidupan kita namun juga agar dalam penempuhan spiritualitas keabadian tidak justru malah kontraproduktif (istilah kontroversi kami 'ter-alienasi', jadzab ?- 'ngedan ngelmu'?').  Suatu kondisi dimana kita tidak lagi samvega tergugah dalam penempuhan namun justru merasa galau dikarenakan ada gap antara realitas target ideal aneka kaidah spiritualitas / akidah religiusitas tertentu dengan segala faktisitas kompleks keberadaan kita yang memang terbatas dan terbatasi situasi dan kondisi  yang ada dan nyata.  Oleh karena itu ... sambil terus meng-upload aneka referensi files spiritualitas yang kami rasa perlu untuk dishare (juga aneka files kehidupan lainnya) dan menyelesaikan posting Quo Vadis (yang sudah terlanjur dipublish) ; kami merasa perlu mengajukan juga paradigma alternatif pribadi tentang konsep Parama Dharma, desain Mandala Advaita dan Formula Swadika yang senantiasa terupdate terus menerus sesuai dengan aneka macam referensi masukan dan refleksi renungan dalam setiap perjalanan kehidupan dan penjelajahan keabadian ini.  Perlu sikap benar, sehat dan tepat bagi kita untuk memandang permasalahan secara berimbang dengan harmonis & holistik agar tidak ambisius tenggelam dalam arus kehidupan namun juga tidak obsesif terhanyutkan banyak konsep pandangan yang ada dengan segala tuntunan (tuntutan?) idealitas kesempurnaannya.
Konsideran mistisi sufisme & ahli hikmah 
Meminjam istilah Mistisi Ibn Araby ('biar hati ini menjadi makam bagi rahasia-rahasia')., mungkin akan menjadi nyaman juga bagi diri sendiri dan keseluruhan jika kemudian kami senantiasa menundanya dan menguburnya kembali dan berkata dalam hati biarkan logika pemikiran ini tetap tersimpan aman di tempatnya karena memang tidak harus, perlu dan patut untuk diungkapkan ke permukaan. 
Jalaludin Rumi : tentang hikmah (Dilema Faqir) = Janganlah kamu berlaku zalim dengan tidak memberi kepada orang yang berhak menerimanya. namun janganlah kamu berlaku fasik dengan memberi kepada orang yang belum layak menerimanya. 
Seorang ahli hikmah (mungkin Ali b Abu Thalib ra) ada menyatakan : bicaralah hanya ketika anda memang perlu bicara namun janganlah bicara jika hanya ingin bicara .... mungkin ini dimaksudkan agar hanya kebenaran, kebajikan dan kebijakan yang terungkapkan dengan kesadaran holistik, ketulusan harmonis dan kepolosan autentik bukan sekedar estetika hipocricy kepantasan , apalagi kepicikan yang kasar (reaktif paranoid neurotik)  dan kelicikan yang lihai (manipulatif, provokatif , intimidatif). Cahaya (esensi murni) tampaknya memang seharusnya meniscayakan pelayakannya sebagaimana cahaya secara alami dan murni yang (maaf) bukan 'hanya' berguna memberdayakan untuk terpancarkan ke permukaan namun terutama demi pemurnian/kemurnian di kedalaman. Terlalu 'rendah' dan justru akan me'rendah'kan saja jika internal drive kewajaran peniscayaan ternodai eksternal motive kepamrihan pemantasan apalagi pengharapan demi sekedar kebanggaan pengakuan dan atau pembenaran kepentingan belaka. .....(walau mungkin ini bisa juga rambatan keakuan yang lain untuk kesemuan pengharapan perfectionist atau jangan jangan karena kekikiran tidak ingin interaksi berbagi ... entahlah ... yang jelas mood untuk spontan meng-inferensi data dan mengekspresikan idea masih macet saat ini ).

Kutipan lain : 
Berikut referensi yang cukup menyegarkan & mencerahkan yang kami dapatkan dalam browsing penjelajahan antara lain dari Vlog ELA (eling lan awas) sebagai pengantar kajian final kita . Well, terima kasih Bapak Hans YF La Kahija karena kesediaan untuk saling berbagi demi kebaikan sesama & perbaikan bersama.   
Video : Tao : Kebijaksanaan dalam keberimbangan  
 
sesungguhnya tak ada yang salah dengan segalanya, kitalah yang salah memahaminya secara holistik & mensikapinya secara harmonis 

Sikap universal kesemestaan Lao Tsu  diantara panna simsapa kesunyataan Buddha dan Etika Eksistensial Confucius. 
Video : Zen : Kasunyatan dalam keberadaan   
 
Fahami kebenaran universal segala sesuatu apa adanya .... ada kesunyataan transendental dalam keberadaan immanential, ada keberadaan esensial dalam kesunyataan empirikal. 

Konsideran input lain
Dari : Gnosis for Seeker (https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/just-share_21.html)
Perlu kebenaran dalam berpandangan    

Hampir lupa kutipan terakhir ini penting untuk bahasan theologi, theosofi & theodice KeIlahian Transenden Impersonal untuk data lama kami 
Hanya bermodalkan sedikit referensi intelektual pengetahuan & inferensi imaginatif  kemungkinan kami jujur saja bukanlah 'otoritas' yang layak untuk membabarkan realitas ini.  Namun demikian sekedar share... okelah ... walaupun memang kurang bonafide memadai (dari sisi qualified & certified) kami akan berbagi semampu yang bisa dilakukan.See :slogan pacceka  
Amor Dei, Amor Fati  
(Jika cinta Tuhan cintailah juga GarisNya.)  
Dhammo have rakkhati dhammacarim 
(Dharma kebenaran akan melindungi para penempuhNya ) 
Gate Gate Paragate Parasamgate .... Bodhi Svaha 
(lampaui delusi apaya, sensasi surga, fantasi brahma ... murni terjaga, berjaga dan menjaga)  
Appamadena Sampadetha 
(berjuanglah untuk tidak lengah sebagai/selayak/selaras ariya)  

BE RESPONSIBLE  bertanggung jawablah 
BE HUMBLE (dalam) kerendah-hatian 
BE TRUE  (untuk menjadi) sejati

Sikap Batin Dasar : Be Realistics to Realize the Real 
Menjadi spiritual (kemurnian autentik) tidak sekedar mengemas kesalehan estetik religius
 Untuk waspada (kaidah keutamaan > konsep kebenaran > trick kelihaian ) 
Demi konsistensi & kontinuitas 'ovada paccceka? maka Kaidah etika  keutamaan tidak sebatas klaim konsep kebenaran apalagi sekedar trick kelihaian pembenaran 'sacred monistics' perlu ditekankan & ditegaskan. Ini dimaksudkan sama sekali bukan untuk menyinggung/ menyangkal kepercayaan normatif religius kita selama ini namun justru demi mendukung bahkan meningkatkan keberdayaan autentik spiritual kita selanjutnya. In short , agar senantiasa terjaga dalam kebenaran evolutif , menjaga kebersamaan semuanya & berjaga dari segala kemungkinan ...... bukannya terjatuh dalam semunya keterpedayaan, naifnya ketersesatan apalagi liarnya pengrusakan bukan hanya diri sendiri namun bahkan juga lainnya. 
Sacred Monistics ? self term untuk istilah pembenaran anggapan hanya dengan imaginasi / identifikasi bahwa karena telah berpandangan, beranggapan, berkelakuan bahkan pernah mencapai 'pencerahan' / "penyatuan' seseorang merasa sudah berhak merasa suci dan boleh melakukan apapun juga (termasuk kebejatan, kekejaman dsb) terhadap dirinya sendiri maupun orang lain, lingkungan sekitar, dsb. 
perlu akal sehat, hati nurani & jiwa suci dalam spiritualitas demi kebenaran, kebajikan & kebijakan bukan hanya demi evolusi pribadi kebaikan/perbaikan diri sendiri saja tetapi juga  harmoni dimensi kebersamaan & kesemestaan dengan lainnya disamping ... tentu saja ... agape alithea dalam keselarasan Saddhamma di mandala advaita ini.


Be True : x  imaginative
vs kesemuan : kesombongan berpandangan / beranggapan ( identifikatif ?)
mencela itu tercela./mencela itu tercela bukan hanya untuk yang tidak selayaknya dicela bahkan juga jikapun dianggap layak untuk itu awas kesombongan, jaga keseimbangan demi kebijaksanaan akan Kesunyataan holistik /. Adalah keyakinan semu (atta dipatheyya/loka dipatheyya?) yang menyatakan/menghalalkan bahwa kita akan dianggap / dipandang mulia ego kita jika bisa berbangga diri apalagi jika menista lainnya ? 
Sesungguhnya tidak perlu mengkambing-hitamkan setan, mara  & derivatnya (dajjal, lucifer, kafir, etc), karena sejujurnya kenaifan & keliaran ego kita sudah cukup parah & payah untuk merusak diri sendiri dan alam semesta ini tanpa perlu godaan atau cobaan siapapun juga. Well, jika mereka yang "tercela" tersebut memiliki integritas etika yang lebih baik & maju mereka pastilah akan berprihatin dengan kenaifan berpandangan ini ... sebaliknya jika moralitas norma mereka tidak cukup baik mereka tentulah akan tertawa karena kejatuhan bersama akan keliaran prilaku ini..
Kutipan :
Well, dunia kehidupan ini sesungguhnya mampu mencukupi  semuanya  dengan kelimpahan, kedamaian & kebahagiaan namun tidak akan mampu untuk memenuhi keserakahan, kesombongan dan kesewenangan seorang manusia sekalipun. 
Orang lain (lebih luas makhluk lain) adalah (sebagaimana) diri kita sendiri yang kebetulan saja saat ini menjalankan peran yang berbeda.
Dsb Dst Dll  
Kutipan : Keraguan Ehipasiko? 
Well, just ... Sapere aude (Horace/Kant?) Be wise .. dare to know ... Bijaksanalah untuk berani (menjelajah meng-eksplorasi) untuk mengetahui / menerima (kebenaran pastinya). Tentu saja ini dilakukan tidak dengan asal-asalan apalagi hanya akal-akalan demi tujuan identifikatif (membanggakan keakuan) saja apalagi manipulatif (membenarkan kemauan) belaka... well, sebagaimana konsistensi kaidah kosmik di awal  mutlak diperlukan pemberdayaan internal akal sehat, hati nurani dan jiwa suci untuk mencari, menempuh dan menembus  kebenaran.  Perlu integritas kesungguhan autentik individual yang personal immanen untuk memahami totalitas keseluruhan holistik universal yang Impersonal Transenden ... sebagai zenka laten deitas putera keabadian untuk menyadari kembali Sentra sejati KeIlahian dengan sigma mandala Kaidah alamiah Saddhamma yang sesungguhnya berlaku nyata walau tanpa perlu pengakuan namun mutlak perlu penempuhan yang selaras denganNya.  Ketuklah maka pintu akan dibukakan - demikian kutipan kata Alkitab Kristiani yang pernah kami baca. Itu adalah pintu kebenaran yang sama bagi semua ... pintu tanazul yang menjatuhkan kebodohan/ kepalsuan kita dalam kesemuan, kenaifan dan keliaran permainan samsarik dan sekaligus gerbang taraqi yang mengarahkan kesadaran/ kemurnian kita kembali ke rumah sejati (minimal senantiasa mengingatkan kita akan hakekat segalanya yang murni dalam kesejatianNya dan karenanya dengan kemurnian yang relatif identik sebagai makhluk spiritual apapun label keberadaan & level keberdayaan pada saat lampau, kini & mendatang kita menyelaraskan cara pandang, laku penempuhan dan pelayakan keberdayaannya dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada.).  Jika zarah /wadah ? memang telah masak & layak segalanya tentunya akan terjadi sebagaimana yang seharusnya terjadi dalam kesedemikianan yang multi dimensional ini ... bukan hanya pada keberadaan eksistensial namun juga kesemestaan universal bahkan hingga  kesunyataan transendental.

Be Humble : x identificative 
vs kenaifan : terjaga untuk terus memberdaya & tidak mudah terpedaya (magga phala & ritual ibadah ?)
Untuk menjadi ahli & suci memang mutlak diperlukan kearifan & kebaikan .... namun tidak jaminan setelah level keahlian & kesucian tercapai bisa dipastikan kearifan & kebaikan akan mengikuti. 
Selama berada dalam kondisi meditative okelah (karena toh dengan tidak melakukan kebodohan/kesalahan/keburukan kepada lainnya sudah termasuk kebaikan) namun apakah bisa dipastikan setelah itu kebijaksanaan & ketawaddhuan terus berlanjut dan tidak justru berubah dengan takabur kesombongan & pembenaran standar ganda kepentingan karena sudah merasa berlabelkan suci tsb (ingat : Ovada patimokha di bulan magha atau khosyiun - daaimun .... kelestarian meditative pada 3 saat sebelum, ketika & setelah meditasi/realisasi/)
kutipan : 
Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan  sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya).
Namun demikian karena ketidak-mengertian seseorang cenderung menganggap sedangkal apapun sesungguhnya level pencapaian dirinya (baik itu karena realisasi, referensi bahkan sekedar identifikasi ataupun imaginasi sekalipun) melabelkan dirinya sendiri sebagai yang tertinggi mengungguli lainnya untuk diakui segala keberadaannya & dituruti setiap keinginannya ..... sehingga tidak hanya stagnan untuk berkembang dalam keberdayaan namun bahkan jatuh terjebak &  tersekap dalam keterpedayaan  yang berkelanjutan (apalagi jika bukan hanya kebodohan internal namun juga pembodohan eksternal dilakukan .... payah & parah). 
Inilah sebabnya kami lebih suka istilah sederhana kedewasaan pencerahan ketimbang perayaan kebebasan (karena lebih : true, humble & responsible untuk tetap terjaga , menjaga & berjaga dari segala kemungkinan ... Kebenaran adalah Jalan Kita semua tetapi bukan Milik kita, Diri Kita dan Label Kita ... Anatta ? .. Well, hanya Sang Kebenaran (baca: Hyang Esa ... Tuhan Transenden dalam triade Wujud, Kuasa & KasihNya atas laten deitas keIlahianNya di segala mandala immanenNya yang nyata, mulia dan benar dalam kesempurnaanNya) yang benar. Sedangkan kita dalam keterbatasan & pembatasan yang ada memang sering bodoh, bisa saja salah, dan bahkan mungkin jatuh  namun tetap perlu segera bangkit kembali menempuh jalan benar itu dengan benar dalam niat, cara,& arah tujuannya ...  terjaga untuk evolusi eksistensial , menjaga bagi harmoni universal & berjaga demi sinergi transendental
See :  apa itu kebenaran  Bhante Pannavarro. 
Perlu kebajikan dalam berpandangan  
Lim, kalau kamu bertanya dan mencari kebenaran, kebenaran itu persis seperti panasnya lampu minyak yang barusan kamu rasakan. Ada namun tidak terlihat, terasa namun tak dapat digenggam, mengelilingimu dengan cahayanya namun tak dapat kamu miliki, semua orang merasakan hal yang sama, melihat pancaran lampu tersebut, namun saat ingin dimiliki atau disentuh dia tak tersentuh, namun dapat dilihat dan dirasakan, itulah kebenaran. 
Kebenaran itu universal Lim, milik penciptanya dan segenap dunia ini, namun saat kebenaran ingin dimiliki oleh satu orang saja atau satu kelompok saja, dia akan langsung menghilang tak berbekas, karena kebenaran itu untuk disadari, dijalani bukan untuk dimiliki oleh makhluk yang Annica ( Tidak kekal) ini, makhluk yang Lobha ( Serakah) ini, makhluk yang penuh Irsia ( Iri hati) ini, makhluk yang penuh dengan Moha ( Kebodohan) ini dan bukan pula punya makhluk yang penuh dengan Dosa (Kebencian) ini. Disaat sebuah kebenaran sudah di klaim oleh orang lain atau hanya milik sebagian kelompok saja, maka kebenaran tersebut akan berubah menjadi pembenaran, menurut dirinya sendiri, menurut maunya sendiri, menurut nafsunya sendiri. 
Jadi Lim anakku, berjalanlah diatas kebenaran, lakukanlah yang benar benar, namun jangan sekali kali muncul keinginan untuk memiliki kebenaran yang universal tersebut, karena kebenaran itu universal tidak dapat dimiliki oleh siapapun kecuali Sang Pencipta kebenaran itu sendiri. 
semoga dapat dipahami dan semoga semua makhluk berbahagia lepas dari penderitaan selamanya, Sadhu sadhu sadhu...
 
Be Responsible :  x exploitative
vs keliaran manipulatif : senantiasa terjaga, menjaga & berjaga dari segala kemungkinan( tidak hanya mengandalkan/mengharapkan/membebankan ... maaf 'hanya' ... rahmat pengampunan/ penebusan dosa & kemungkinan ahosi karma/ penghalalan 'kiriya' sacred monistik )
Walau memang ada kemungkinan pertolongan eksternal maupun keberuntungan Mahakammavibhanga internal dsb namun demikian demi kebenaran, kebajikan & kebijakan , janganlah melakukan kebodohan internal & pembodohan eksternal apapun juga kepada siapapun saja .... Bahkan kalaupun itu memang kebenaran tersebut ternyata memang demikian kenyataannya namun sikap keutamaan adalah tetap lebih perwira, terjaga dan berdaya dalam segala hal ... bolehlah bertaruh akan 'keajaiban' namun bersiagalah menerima jika yang tak diperkirakan justru yang terjadi. (Be Wise, guys). Latihan aktualisasi murni untuk mampu melampaui faktisitas samsarik tidak sekedar defisiensi perolehan apalagi manipulasi transaksional belaka ?.




Pengetahuan barulah awal untuk melayakkan keniscayaannya
 
KONSIDERAN IDEA PANDANGAN  : Pengetahuan, Penempuhan, Pencerahan
So, ini Hanya untuk para penjelajah sejati bukan untuk yang hanya asal / ikut percaya (terpaksa ?) karena sebagai arus kesadaran abadi sebagaimana juga lainnya setiap kita bertanggung jawab atas diri sendiri dalam peran eksistensial, universal dan transendental pada perjalanan bersama ini. (dengan selaras melayakan peniscayaan kesedemikianannya tidak sekedar percaya / terpaksa menerima kepastian permainan keabadian ini)  Kesemua ini hanyalah referensi yang tetap harus diteliti, diuji dan direvisi sesuai dengan  faktitas keberadaan  diri. & realitas kenyataan yang sesungguhnya terjadi. Sekedar  dimaksudkan sebagai sharing masukan bagi pemberdayaan dan tidak untuk memperdayakan  Semoga ini tidak menjadi/dijadikan belenggu penjerat & bumerang penyesat bagi diri sendiri dan lainnya .dsb.Sesungguhnya etika kosmik ini seharusnyalah bersifat universal bisa dijalankan oleh setiap pribadi di segala dimensi dengan segala keterbatasan & pembatasannya masing-masing (walau hasilnya memang tidak seeffektif jika berada di wilayah yang relatif lebih kondusif).  Jika menyimpang dengan saddha/ iman anda sebaiknya dibuang atau diabaikan saja ... "Kembali ke Jalan yang Benar" istilah agamanya begitu, hehehe. (Atau baikan nggak usah diteruskan membacanya saja ... daripada ribet & risky untuk semua nantinya). Well, posting ini memang spesial untuk para truth seeker bukan true seeker apalagi faith believer. Ini memang perlu ekstra kecerdasan, kedewasaan dan kebijaksanaan untuk difahami dan disikapi sebagai sharing idea gnosis philosophy/ cara wisdom psychology belaka bukan dogma untuk diyakini apalagi harus dijalani. 
Itu cuma inferensi intelektual, bro .... jangan dipercaya begitu saja (saya yang berpendapat saja masih terbuka, menerima dan merevisi lagi jika nanti ternyata masih ada kesalahan, kekurangan bahkan ketersesatannya). Dalam permainan ini sesungguhnya kepercayaan Saddha Ehipasiko memang berguna namun aktualisasi & realisasi penempuhan/ penembusan/pencerahan realisasi adalah indikator utamanya. Itulah sebabnya rakit Dhamma harus secara arif & ahli digunakan untuk pengarungan tidak untuk naif & liar dipamerkan/ dilekati (aktualisasi & realisasi x identifikasi & eksploitasi) Well, Dhamma bukanlah ular berbisa simbol identifikasi/arogansi & sarana eksploitasi/ intimidasi bagi kebodohan internal diri sendiri & untuk pembodohan eksternal lainnya. (Waspadalah bukan hanya kemungkinan brain-washed dari logical / ethical fallacy sebagai pseudo /lokiya dhamma dalam pengetahuan/ penempuhan namun mungkin juga miccha ditti 62 brahmajala sutta dalam labirin penembusan/ pencapaian ).
Ini sama sekali tidak dimaksud untuk menggenapi mitos ( semisal agama Shiva Buddha - Sabdo Palon? di atas). Bagi kami bukan hanya kebodohan internal namun bahkan pembodohan eksternal untuk membuatkan belenggu baru bagi semua. Namun jika kemudian ada yang ingin meng-klaim, menggunakan atau memanfaatkannya biarlah itu menjadi beban tanggung jawab karmic atas effek kosmik yang dilakukannya (kesesatan & penyesatan > kecerahan & pencerahan ?). Well, bagi kami biarlah Realitas Kenyataan itu tetap utuh dalam kesempurnaannya ... tidak usah memecahkannya dalam aneka kepingan pandangan walau kita faham/ sadar dalam memilah memang ada Kebenaran yang memurnikan dan ada juga Kepalsuan yang menjatuhkan namun kebijaksanaan atas keberimbangan perlu dijaga untuk tidak menjerumuskan diri ke dalam mana kesombongan pembandingan untuk ekstrem konseptual tertentu bahkan walau itu sesungguhnya memang untuk mementingkan kebenaran tidak sekedar untuk membenarkan kepentingan. (Dalam sutta nipata Buddha bahkan lebih halus & santun menyatakan bahwa sesungguhnya tidak (perlu) ada (klaim konsep) kebenaran tunggal .... yang ada hanyalah fakta permasalahan dan cara mengamati, mengalami & mengatasinya saja.... Dukkha vs JMB 8.) Link there is no truth Bhante Punnaji.   
Lagipula sebenar apapun idea pandangan belumlah berarti jika saja tanpa penempuhan autentik,hingga memang terbukti dalam realisasi penembusan & pencerahan selanjutnya. Konsep ini justru malah akan menyekap/ menjebak semuanya jika hanya menjadi fanatisme kepercayaan belaka apalagi jika diikuti dengan radikalisme pemaksaan ... payah & parah. Dhamma harus dilayakkan dengan pemberdayaan. Itulah sebabnya Buddha walaupun authentically sudah menempuh, menembus dan memahaminya sendiri tetap menegaskan prinsip ehipasiko pembuktian sendiri ketimbang hanyalah peyakinan fanatisme percaya membuta bukan hanya karena secara pragmatisme begitu dangkal (hanya sebatas intelektual bahkan emosional ?) & kurang berguna bagi progress kualitas spiritual authentic savakaNya namun karena memang cukup berat dan tidak mudah merealisasi pencerahan yang mutlak harus ditempuh dengan perwira secara mandiri tidak membebani / menggantungkan pengharapan dari lainnya saja ... kualitas sejati Ariya. So,Beliau telah bersikap bijak membabarkan paradigma saddhamma pemberdayaan yang tidak hanya berguna dalam membantu dan memandu namun juga tidak membelenggu & menipu diriNya dan juga SavakaNya.  
By the way, bagaimana jika faham tsb ternyata bukan keberdayaan & pencerahan namun keterpedayaan & penyesatan? besar tanggungan karmik yang layak diterima ke semuanya. So, jangan naif/liar untuk bodoh (picik, licik dan kasar) dengan melakukan kebodohan internal apalagi pembodohan eksternal sebenar apapun anggapan anda ... apalagi jika kemudian ternyata itu adalah ketersesatan dan lebih parah lagi jika memang hanya penyesatan untuk kebanggaan pengakuan dan kepentingan kekuasaan saja. Well, selain beban karmik sendiri tambahkan juga perkalian follower / subscriber dengan jangka waktu pakai hingga kedaluarsa untuk bonus beban karmiknya, bro/sis. (kalkulasi matematis amal/dosa jariyah berjamaah versi kami ?). So, jangan korbankan diri anda dan juga (apalagi) lainnya dengan kekonyolan yang tidak perlu & tak bermutu dalam derita penyesalan yang memang mutlak perwira perlu ditanggung tidak hanya seumur masa kehidupan namun bisa jadi akan sepanjang kalpa keabadian. Walau memang senantiasa ada celah pencerahan/penyesatan di setiap dimensi alam kehidupan samsarik untuk perbaikan/ penjatuhan evolutif , namun sebagaimana Buddha katakan diperlukan ekstra kebijaksanaan (alobha/adosa/amoha), ketangguhan (sila/samadhi/panna) dan 'keberuntungan'  (berakhirnya kammasaka buruk & berbuahnya kammasaka baik, positifnya kammavipaka baru atas pacaya pemicu eksternal : misalnya sikap batin simpatik mudita bagi petta paradattupajivika atas limpahan kebaikan patidana untuknya dsb) bagi yang sudah menjadikan alam apaya seakan rumah tinggal baginya (pengumbaran kecenderungan MLD moha- lobha- dosa yang kuat di tempat yang 'tepat' ?)  
Walaupun mungkin memang ada, diadakan atau diada-adakan bagi kebenaran untuk personally bebas memilih jalan yang sesuai dan 'pembenaran' kepentingan untuk memaksakan keinginan externally (?) , mungkin sebaiknya (walau plus minus dampak memang tetap ada untuk diterima atas segala konsekuensi pilihan) tetaplah sebagaimana kita semula (?) karena disamping kita memang tetap harus menjalani tanggung jawab atas kamavipaka di saat ini adalah bijak juga menghindari disharmoni eksistensial yang tidak perlu … apakah kita muslim, Kristen, hindu, Buddha, dsb termasuk yang  menyadari dirinya agnostic ataupun maaf ….bahkan atheist sekalipun akan keilahian personal yang umumnya(?) dianut /yang ini .. disini secara politis/ ideologis (?)  masih repot atau memang direpotkan, bro/sis ? /.  Well, sebenarnya selama kita masih sadar untuk bisa menjaga dan membawa diri dalam etika kebersamaan & kesemestaan untuk saling empati,, harmoni dan sinergi seharusnya tidak menjadi masalah apalagi dipermasalahkan (?). Ada keberagaman dalam keindahan pelangi dimana masing-masing warnanya walau mungkin boleh naif untuk tidak harus menyetujui satu sama lain akan keseragaman dengannya namun tetaplah harus arif untuk senantiasa saling menghargai perbedaan keberadaannya masing-masing. Ini bukan sekedar Kearifan Buddha atau Shiva yang memandang aneka keragaman delusi pelangi berkonsep para bhava samsarik sehingga adalah tidak bijak untuk mencabut seseorang dari akar habitatnya semula walaupun/apalagi dengan cara yang sesungguhnya sangat kontra-produktif  (pembenaran standar ganda pseudo dhamma atau bahkan pemaksaan addhama : pembenaran arogansi identifikatif & eksploitasi, manipulative/ intimidatif/ agressif  dst). Well, untuk kesekian kalinya (kami tekankan) Spiritualitas yang dewasa adalah just leveling not for labeling ….memastikan  keberdayaan tidak sekedar meyakinkan kepercayaan, melayakkan pencapaian dengan penempuhan & penembusan tidak sekedar melagakkan pencitraan dengan penganggapan & pengakuan, mengandalkan tanggung jawab meniscayakan kesejatian tidak sekedar bermanja mengharapkan 'keajaiban' belaka, dsb.

KONSIDERAN IDEA PANDANGAN  : Thesis -  Anthithesis - Synthesis  
Sungguh, bahkan untuk semua masukan postingan termasuk pandangan pribadi tidak ada niatan sama sekali dari kami selain untuk sekedar berbagi ... segala keputusan untuk menggunakan, mengabaikan dan menolak sebagian/sepenuhnya adalah  hak dan  sekaligus dampak tanggung jawab kita masing-masing…. Sekedar membabar idea yang murni tanpa niatan pembentukan opini yang lihai. Dalam filsafat metode ini disebut (semoga tidak salah) ’majeutike’ yang digunakan Socrates bagaikan seorang bidan dalam memicu dan memacu seseorang untuk melahirkan kebenaran paradigma pandangannya sendiri … ini adalah thesis pandangan dalam Triade Dialektika Hegel untuk antithesis pandangan anda sebelumnya bagi synthesis kebijaksanaan baru anda nantinya yang akan menumbuh-kembangkan gestalt keterpaduan wawasan dalam menempuh pemberdayaan untuk tataran kelayakan pencapaian berikutnya. Setiap orang berhak untuk tumbuh berkembang secara alamiah dan ilmiah dalam keberadaan awalnya dulu tanpa perlu dipaksa dengan formula yang walau benar namun kurang tepat demi keberlanjutannya. Kebijakan perlu kebajikan demikian pula sebaliknya. Levelling lebih diutamakan daripada sekedar labelling.... walau memang harus diakui akan lebih kondusif dan reseptif jika berada dalam environment komunitas yang tepat.
Thesis -  Anthithesis - Synthesis
Disamping juga Thesis Data lama yang perlu direvisi sesuai dengan keselarasan dengan Antithesis wawasan esoteris gnosis wisdom Saddhamma secara benar, bajik & bijak sebagaimana paradigma Just For Seeker sebelumnya untuk Synthesis Kebijaksanaan Gnosis Wisdom Exodus yang lebih baru & maju berikutnya.

MONOLOG 

 MONOLOG


BARU KONSEP  .... PRIORITAS WALAU POSTING FINAL PALING BERAT  (PERLU KETERJAGAAN & KEWASPADAAN SEMUANYA ..SEMOGA JIKA TIDAK CUKUP CERAH & MENCERAHKAN .... JANGAN SAMPAI SESAT & MENYESATKAN )  
Jujur saja ..... Semula memang ada niatan kami yang tidak benar, bijak & bajik dalam kemurnian  (kelihaian memanfaatkan mekanisme kaidah sistem kosmik demi kepentingan pribadi ?), namun karena bisa jadi akan menjadi bumerang bukan hanya diri sendiri namun juga lainnya ... Demi kecintaan kepada kebenaran direvisi saja, ah (mengabaikan apalagi membenci percuma, guys  ... toh walaupun suka atau tidak kita tetap harus rela menerima keniscayaannya. Sikap apatis apalagi negatif malah justru memperburuk bukan hanya effek kosmik namun juga dampak karmik pengumbaran kepalsuan kita untuk semu, naif & liar akan realitas kebenaran sejati yang tersirat pada fenomena kenyataan yang tersurat dalam keberadaan, kesemestaan dan kesunyataan ini. So, bukan hanya sekedar karena keinginan lokuttara ataupun keengganan lokantarika (karena di mandala imanen manapun juga kapanpun juga sebagai figur apapun saja Cahaya TransendenNya tetap senantiasa  melingkupi segalanya dalam Wujud, Kuasa & KasihNya yang Tulus Murni menanti semuanya kembali sejati ) Namun,sungkan / riskan juga jika terus menerus tidak setia mengkhianati kepercayaanNya walau sadar memang keberdayaan belum layak untuk menjadi sebagaimana harusnya. (Bukan karena daya intensitas cahayaNya sesungguhnya namun terutama dikarenakan kualitas indria laten deitasNya yang memang tetap akan signifikan berbeda pada setiap level dimensiNya ....Well, yang lebih baik akan berpotensi mendapat & semakin berkembang lebih baik ... tentu saja demikian adanya).
Curhat selesai , langsung to the point. 
jangan dibuka & dibaca  dulu untuk alur bahasan kami nanti ... tidak selesai, masih kacau, belum revisi 
(kami sendiri saja yang dulu bikin sketsa saja masih  bingung untuk mencernanya kembali apalagi anda)
Hidden Documents (hide file) : Ini juga ada di atas sebetulnya.... rencana semula sih : just private for next figure, hehehe ...
Dengan adanya input baru , data lama masih harus direvisi lagi untuk sinkronisasi paradigma kelanjutan yang lebih benar, bajik & bijak .
(trial error ... typical seeker, guys). ... istilah judi petaruh, main selon ... puputan sekalian, habis-habisan ... tanpa sisa ? 
sejujurnya ... malu & ragu tampil kacau apa adanya.  Konsep tampaknya juga sama .... parah & payah. 

Tinggal mengandalkan intelgensi sederhana katarsis instink & inferensi intelektual karena refleksi intuitif  belum bisa apalagi realisasi insight .  
Ini saja kita mulai .... tetapi nanti, ah (posting lalu belum rampung).
rehat aja ... atau di'draft' dulu .... satu-satu nggarapnya.

JUST INNER TALK  (Skala Prioritas  : Minggu, 07022021)
No ... ini saja diutamakan. Dari 7 Posting ini memang paling utama ....
posting 1 Prakata Agenda sudah selesai  ....  CAPEK KELAMAAN ...... DIANGGAP SELESAI SAJA
posting 2 Just Quote sudah selesai  ....   INI JUGA DIANGGAP SELESAI SAJA ..... LANJUT
posting 3 Gnosis for Seekers ....  BELUM REVISI .... KRONOLOGI URUTAN POSTING KEBALIK DENGAN WAWASAN ESOTERIS
(hanya kompilasi Posting Gnosis Wisdom sebelumnya ... bisa ditunda)
posting 4 Wawasan Esoteris  .... BELUM SELESAI ....  REHAT  DULU KRONOLOGI URUTAN POSTING KEBALIK DENGAN GNOSIS FOR SEEKERS 
(hanya Referensi Posting Gnosis Wisdom sebelumnya ... bisa ditunda)
posting 5 Tataran Evolutif ..... BARU KONSEP  .... POSTING FINAL PALING BERAT 
(posting ini harusnya terakhir tetapi didahulukan saja .... To the point Deduktif  saja daripada Induktif  bertele-tele kebanyakan curhat pesan sponsor, hehehe )  
posting 6 Archives for Download  ....  hanya tampungan informasi & file download IDM all link (Archive RAR) 
posting 7 Links for Browsing .... hanya anjuran informasi & link redirect browsing untuk penjelajahan lanjut.

Stuck (macet ) lagi ? 
Tuman/ kebiasaan ... picu & pacu pakai lagu lagi aja ... Kemaki, guys. (padahal nyanyi & mainin alat musik nggak bisa ...) 
Apa, ya ? Ini aja ... kelihatannya pas.
 
NB: Lagu Amazing Grace mengisahkan kesungguhan pertobatan seseorang untuk kembali ke Jalan Tuhan setelah ketersesatannya. 
Walau singkat, Jeff menyanyikannya sangat impresif.  
 (Untuk menjaga universalitas posting kami ini.... lyric terjemahan lagu gospel himne Kristiani Amazing Grace - John Newton ini dipotong di akhir sedikit, ya ?)

Amazing Grace - John Newton
(Karunia yang Menakjubkan - John Newton) 

VERSE 1 
Amazing Grace, how sweet the sound, 
Karunia menakjubkan, betapa indahnya suara itu terdengar
That saved a wretch like me....
Yang menyelamatkan orang celaka (malang/buruk)  sepertiku
I once was lost but now am found,
Aku dahulu pernah tersesat (hilang arah) tetapi sekarang aku ditemukan kembali
I was blind, but now, I see.
Aku dulu buta tetapi sekarang  aku (dapat) melihat

VERSE 2
T'was Grace that taught my heart to fear.
Ini adalah Karunia yang mengajarkan hatiku untuk takut 
And Grace, my fears relieved.
dan Karunia (yang mana) ketakutanku menjadi terbebaskan
How precious did that Grace appear...
betapa berharganya Karunia itu tampaknya
the hour I first believed.
saat ini (jam ini?) seketika aku langsung (pertama kali) segera mempercayaiNya

Kutipan : Sekedar mengingatkan kesejatian diri & menghargai  keberadaan saat ini kita semua ....
“We are not human beings having a spiritual experience. We are spiritual beings having a human experience.”― Pierre Teilhard de Chardin
literal : Kita bukan manusia yang memiliki pengalaman spiritual. Kita makhluk spiritual yang memiliki pengalaman manusia .

Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya.
Sebagai seorang manusia rasional positivist umumnya kita intelectually menggunakan filsafat untuk mengamati fenomena objektif di luar & psikologi untuk mengamati fenomena subjektif di dalam. Semula kami mengira hanya diperlukan 'parama dhamma' 4 (kearifan, keuletan, keahlian & kebaikan) untuk menghadapi kehidupan ini secara pragmatis namun akhirnya bersamaan dengan waktu & trial error kami menyadari kebijaksanaan perifer tepian permukaan itu ternyata tidak cukup ada kebijaksanaan mendalam lagi yang menjadi dasar untuk itu ... kesucian. Bukan karena pemurnian itu dimaksudkan sebagai faktor pengkondisi saja bagi keberkahan dan kesuksesan sejati namun tampaknya justru itu sentra dari keberadaan, kesunyataan dan kesedemikianan yang terniscayakan terjadi dan karenanya perlu peniscayaan untuk merealisasi.... terlepas apapun anggapan/pandangan diri kita semula (keharusan duniawi, kejatuhan surgawi, keterlupaan panentheistik, keterlelapan samsarik , dsb)   Realisasi spiritualitas tampaknya memang perlu keautentikan (minimal dalam wawasan walau belum dalam tataran).
Dari : Wawasan Esoteris  ( https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/arsip.html )
Berikut kajian kami terhadap 3 masalah krusial esoteris berdasarkan referensi Buddhisme & Mysticisme 
1. Mandala Advaita = Desain Kosmik
2. Niyama Dhamma = Kaidah Kosmik 
3. Kamma Vibhanga = Kaidah Ethika 

Dari : Gnosis for Seeker (https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/just-share_21.html)
Berikut alternatif  Formula Swadika untuk Parama Dharma dalam Mandala Advaita. (katarsis analisa inferensi) sebagai sharing  masukan bagi anda untuk membuat risalah panduan anda sendiri dengan tetap menerima, menghargai dan menjalani harmonisasi/aktualisasi/transendensi pedoman bersama yang ada dalam faktisitas atribut peran keberadaan eksistensial kita.  5 (lima) faktor bagi perjalanan hidup di semua dimensi keabadian (Realisasi kesadaran, kecakapan, kemapanan, kearhatan? & kewajaran sebagai transformasi ekuivalen paradigma semula kearifan, keahlian, keuletan, kebaikan dan kesucian . 

 


1. orientasi kesadaran  

2. transendensi kearhatan  

3. transformasi kecakapan  

4. aktualisasi kemapanan 

5. harmonisasi kewajaran


 

 

 


Dari : Prakata Agenda  (https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/prakata.html)
Secara filosofis & psikologis sebagai kebijaksanaan Orientasi Universal dengan tanpa menafikan akan aktualisasi/ harmonisasi eksistensial dalam keberadaan personal,(walau kami bisa saja tidak benar,(malah salah atau disalahkan ?)- namun kami tetap konsisten dengan kaidah theosofi panentheistik daripada kesadaran kaidah pandangan theologi monistik pantheisme tersebut ataupun kewajaran theodice akidah risalah monotheistik umumnya sebagai sikap yang tepat agar tetap senantiasa true, humble & responsible baik dalam pengetahuan maupun penempuhan sebagai jalan tengah yang menyeluruh untuk tidak jatuh dalam identifikasi (imaginasi?) ataupun eksploitasi (manipulasi?) yang bisa jadi akan menggoyahkan keseimbangan dan mengacaukan keberimbangan dalam keseluruhannya. (cukup tanggap atau perlu bahasan lanjut berikutnya? .... ada transenden Hyang Mutlak > //baca: yang lebih besar/Maha agung atau tidak sekedar/ hanya sebatas // laten deitas immanenNya).... Aktualisasi meng-Esa tanpa keakuan bukan defisiensi meng-aku dengan ke-Esaan (B-love > D-love - A. Maslow ?) 


PRAKATA 

Maaf sebelumnya (terutama bagi reader non seeker yang cuma numpang/ sekedar sedang lewat) jangan salah tafsir apalagi memelintir forum hikmah ilmiah ini sebagai majlis ghibah fitnah ... walau paradigmanya semula memang amburadul sesungguhnya tidaklah provokatif. Well, walau mungkin agak gila-gilaan kami berusaha untuk tidak gila beneran, lho .. tetap terjaga, menjaga & berjaga untuk senantiasa sadar akan dampak karmik dari effek kosmik berikutnya. Walau memang bisa saja tergelincir atau ( semoga saja tidak) digelincirkan. hehehe. 

Kutipan : belum cek asal comot  
So, tetap realistis tidak opurtunis (karena walau samsara ini delusif namun tidak terlalu chaotik ... Niyama Dhamma yang Impersonal Transenden cukup kokoh menyangga permainan "abadi" nama rupa di samsara ini ... perlu keselarasan, keberimbangan dan kebijaksanaan untuk tidak perlu melakukan penyimpangan, pelanggaran bahkan penyesatan yang akan menjadi bumerang kelak ... kemurnian diutamakan tidak sekedar "kelihaian" ). … ingatlah tidak hanya ucapan yang diungkapkan dan tindakan yang dilakukan bahkan konten perasaan dan fikiran kita akan berdampak juga pada keberlanjutan diri kita nantinya apalagi jika harus ditambahi dengan beban tambahan karena penderitaan dan penyesatan atas lainnya… keburukan dan kebaikan walau tidak selalu instan ataupun identik potentially akan berbalik juga ke sumbernya siapapun kita (orang biasa atau tokoh terkemuka , tidak hanya manusia namun juga semuanya termasuk brahma, mara, dewata, asura apapun identifikasi yang kita anggapkan bagi diri sendiri atau pengakuan yang kita harapkan dari lainnya). ..... Kebodohan, kesalahan dan keburukan harus secara perwira perlu ditanggung secara mandiri (/bersama?) demi/bagi keadilan, keasihan dan kearifan mandala ke-Esa-an ini. (demi tanggung jawab tersebut jangan harapkan pengampunan kosmik, penghangusan karmik bahkan ... maaf .... "kemahiran (dengan kepalsuan/kelihaian/keculasan bukan kebenaran/kebijakan/kebajikan seharusnya) ? " internal yoniso manasikara / sati sampajjana demi kasih universal untuk tidak menyusahkan/ menyesatkan lainnya).  Sedangkan kebijakan, kebenaran dan kebajikan tetaplah sucikan kembali transenden impersonal dalam anatta diri bukan hanya karena sekedar anicca namun juga untuk melampaui dukkha dalam keselarasan atas kesedemikianan yang wajar dalam peniscayaan .
kebenaran bersikap, kebijakan berpribadi dan kebajikan berprilaku tetaplah berguna (bahkan kalaupun saja semisal jika kehidupan ini ternyata hanyalah vitalitas kebebasan semu & liar belaka /ahetuka ?/ sehingga sama sekali tidak ada dampak karmik secara metafisik atas effek kosmik yang berlangsung /tiada pelayakan tihetuka bagi pemurnian untuk penembusan/ pencapaian / pencerahan, minimal perolehan deposito 'liburan' surgawi (?) ... itupun tetap berdampak positif dalam kebersamaan sosiologis di sekitarnya (kenyamanan kepercayaan, kebahagiaan, dsb) minimal secara psikologis (tiada penyesalan karena tidak bertindak buruk, tanpa kekecewaan karena mampu berprilaku baik sehingga tanpa perlu kerisauan/kecemasan lagi ketika masih hidup bahkan jikapun harus melepaskannya kala meninggal dunia .... walau belum ideal berlevel  ariya,,mampu tihetuka bhavana, mulia layak surga, mantap secara duniawi, dsb  ; Jika memang tiada dusta buat apa berduka ... walau memang tentu saja harus tetap perwira bersedia bertanggung-jawab untuk menerima apapun juga konsekuensi kemungkinan kompleksitas dampak karmik dari effek kosmik yang dilakukan tindakan / ucapan, fikiran/perasaan dsb ? Fair perwira diterima ... bukan hanya atas kebenaran, kebajikan dan kebijakan namun juga kebodohan, kesalahan dan keburukan bahkan juga kepalsuan, kebejatan dan kekejaman yang telah kita lakukan selama samsara ini. ). Segala hibrah kenyataan memang perlu terjadi sebagaimana hikmah kebenaran yang seharusnya terjadi ... walau tidak selalu identik apalagi instan (dikarenakan 'kebetulan / digariskan' ?  memang ada kompleksitas banyak faktor yang bermain di sana) . Tidak ada yang salah dengan fenomena eksternal bagi diri dengan realitas internal yang memang sudah senantiasa berusaha, terbiasa apalagi memang sudah terniscaya untuk selalu swadika terjaga tanpa perlu noda asava (miccha ditthi, mana, tanha & avijja vipalasa lainnya) untuk senantiasa jernih mengamati (yoniso manasikara?), dengan tegar menjalani (sati sampajjana?) dan bijaksana untuk mengatasinya (appamadena sampadetha?). Well, Realitas tilakhana Kebenaran yang nyata dalam setiap fenomena kenyataan yang tergelar memang seharusnya terjadi sebagaimana kelayakan keniscayaannya walau itu mungkin saja tidak sesuai dengan keinginan/ harapan / sangkaan kita semula. 
Jadi  turun level agak romantis lagi, nih .... ingat refleksi pribadi "Kun Saidan" (Berbahagialah - Anisah May dari Tasauf Modern Hamka ) ... Just loving the Love. Cintailah Cinta (Sumber Sejatinya bukan sekedar Media Obyeknya). Cintailah Tuhan (baca: Kebenaran) sebagaimana kehendakNya bukan hanya sekedar untuk mengumbar kepentingan ego yang selfish. Karena apapun yang diberikanNya (sekalipun seburuk atau seberat apapun itu tampaknya di permukaan) adalah tetap yang terbaik bagi kita ... karena itu demi kebaikan pemberdayaan kita bukan untuk memperdayakan kita. Atau dalam Mistik Theosofi dikatakan Tuhan menjadikan ini semua dengan cinta oleh karenanya dengan cintalah hendaknya kita menempuhnya untuk memahami dan mencintai kebenaran itu sebagaimana adanya..
3 dantien = akal - hati - pusat (tidak ada yang salah dari semuanya jika selaras terpadu ?)
Wah, agak melantur tampaknya bahasan kearifan samsarik & curhat pribadi ini. Semoga para Neyya (terutama para pabajita) tetap mampu waspada terjaga dan tidak hanyut terbawa arus idea ini. Para Mistisi (Tantrik Osho, Taoism ?) kadang terjebak dan tersekap dalam labirin sex - cinta - kasih ini. Sex atau birahi (kama) bersifat nafsu sensual, cinta (sneha) bersifat personal , sedangkan kasih (metta) bersifat kosmik impersonal. Ini kami ungkapkan bukan hanya karena kami memandang tetap perlunya pembabaran Saddhamma yang walau memang ditempuh secara eksistensial hendaknya juga melampaui universal untuk menjangkau transendental demi transformasi pencerahan spiritual yang dijalani. Alasan lain adalah dikarenakan kami memandang living kosmik ini utuh dalam keseluruhan (katakanlah semacam organisma besar) maka perlu perimbangan kemurnian nirvanik yang arif/kuat mengatasi kecenderungan alami samsarik yang 'naif/liar' untuk membuatnya cukup 'sehat/ tepat' agar tetap mantap bertahan dan lancar berjalan. Jikapun tidak memungkinkannya dalam keterjagaan pencerahan total keseluruhannya minimal tidak membuatnya jatuh terpuruk dalam kehancuran. Meminjam istilah Sadhguru Yasudev (?), Karma samsarik sesungguhnya tidak hanya berdampak sebatas pada pribadi eksistensial pemerannya saja namun juga bereffek pada wadah arena semesta universal yang menampungnya. Atau menganalogikan dalam Mistik Hinduism (day & night of Brahman ) seandainya samsara ini hanya Ke-Esa-an yang terlelap bermimpi, maka jika beliau terjaga semoga senantiasa lebih segar karena kecerahan tidur tanpa "mimpi buruk"nya ....mungkin perumpamaan itu bisa menjadi pemicu baru mengapa transendensi eksistensial evolusi pribadi perlu dijalankan dan transendensi universal harmoni dimensi perlu diusahakan ... 
(sekedar tambahan terma filsafat theosofist ini : eros - filia - agape ? cinta sensual - altruisme kemanusiaan - kasih keIlahian )
So, Be Selfless (not  selfish ? )
 
I say that madness is the first step towards unselfishness. 
Be mad, Meesha. Be mad and tell us what is behind the veil of ”sanity,” 
The purpose of life is to bring us closer to those secrets, and madness is the only means. 
Be mad, and remain a mad brother to your mad brother. 
"Aku berkata bahwa kegilaan adalah langkah pertama menuju sikap tidak mementingkan diri sendiri.
Jadilah gila, Misha. Jadi gilalah kau dan katakan padaku apa yang ada di balik selubung "kesehatan jiwa".
Tujuan hidup ini ialah membawa kita lebih dekat kepada segala rahasia itu,dan kegilaan itu adalah satu-satunya jalan.
 Jadilah gila, dan tetaplah menjadi seorang saudara yang gila bagi saudaramu yang gila
penggalan sepucuk surat dari Pujangga Libanon Khalil Gibran kepada sahabatnya, Mikhail Naimy.
Ulasan  :sadar terjaga namun wajar bersama ... ini adalah sadarnya "kegilaan" esoteris untuk mengatasi "wajarnya" kegilaan eksoteris kita selama ini.

kutipan lain : Kewajaran Membumi dalam kesadaran Saddhamma :
Link video ? 

Kewajaran Pembumian (deduktif  pengetahuan) dengan kecakapan spiritual ? SHIVA Vitalitas interaktif menari dengan kehidupan nyata
ini aja yang agak lucu , hehehe  ... agak guyon.
bukan black humour, bro .... ini tidak untuk mentertawakan diri orang lain (peremehan ide & pelecehan ego lainnya  = pelaziman kezaliman ?  ..... kebodohan / kewajaran yang tentu saja bersama effek kosmik & dampak karmiknya dengan realitas keabadian yang berpotensi untuk layak diterima keniscayaannya..);  
ini untuk mentertawakan kekonyolan diri kita sendiri dalam drama internal universal dalam vitalitas fenomena kehidupan eksistensial  

Kesadaran Nekhama  (induktif  penempuhan)  demi kearhatan spiritual? BUDDHA  Integritas autentik menuju peniscayaan kesejatian murni
Ini perlu serius lagi, bro/sis ....

https://www.youtube.com/watch?v=MiGKxvXhI8Q&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=32&t=19s  
Kearifan Shiva Buddha ? 
intinya sama dengan kesadaran dalam kewajaran (cara pasti tetapi aksi luwes) integritas di kedalaman namun vitalitas di permukaan  
Wei Wu Wei = Just consciously action x being compulsive actor
Kutipan lain : 
Well … lega juga ... saya sudah jujur mengakui kami hanyalah pemerhati yang belum berlevel meditator tihetuka handal ... dihetuka padaparama istilah 'teknis'-nya ... mentok di wawasan & stagnan ke level tataran kelanjutannya, namun semoga sharing pengalaman dan refleksi pengetahuan ini cukup berguna.   
Tambahan bagi sesama Padaparama lainnya: 
Taoist mengungkapkan saran intuitif yang terdengar agak paradox: “berfikirlah dengan hatimu karena otakmu sesungguhnya hanya menara pengamat.”  Dari Esoteric Psychology Osho ( source link-nya sekarang ‘zonk’ ?) menyatakan ketika seorang bertanya kepada rahib Zen Buddhism darimana anda berfikir ? dia akan meletakkan tangannya di pusar perutnya… jawaban insight yang mungkin terdengar ‘gila’ atas 3 dantien sentra kesadaran manusia. Jangan marah namun tersenyumlah ini hanyalah candaan kosmik atas kekonyolan kita selama ini yang tidak berkembang dan kurang berimbang. 
  
INNER TALK : (tidak usah dibaca)
REHAT DULU .... SUDAH CAPEK .... BELUM RECHECK 
WAH KOK MAKIN BANYAK ... RENCANANYA SIH RINGKES SINGKAT SAJA
PADAHAL BELUM SEMUA .. BISA BERAT LEMOT NANTI. POSTING INI 
DIARSIP DULU SAJA DARIPADA ADA DATA YANG HILANG SEPERTI JUST FOR SEEKER DULU
WELL, MASIH RINGAN EDIT  & SAVE FILE POSTINGNYA ... PAKAI INI DULU SAJA. 
KALAU NGGAK KUAT MAIN KEROYOKAN ..... GOTONG ROYONG BAGI TUGAS LAGI  DI SELURUH BLOG KITA 

Well, kelamaan .... langsung saja 
JUST FOR SEEKER 3 : 
Triade Hegel : ???
Thesis : BE REALISTICS  (wawasan yang benar)
Antithesis : TO REALIZE  (tindakan yang tepat)
Synthesis  : THE REAL (capaian yang nyata)

Be Realistics to Realize the Real 
Be realistics to realize the Real. (Bersikaplah benar untuk senantiasa realistis dalam merealisasikan segala yang real nyata secara tepat dan sehat) Kita hanya berhak mendapatkan apa yang kita berikan .... entah itu kebaikan ataupun keburukan. Segala niatan, tindakan dan capaian tidak akan percuma walau dampak mungkin tidak selalu instan kemasakannya dan mungkin tidak juga identik kelayakannya. Namun demikian kebijaksanaan untuk senantasa mengupayakan keterarahan dan keberdayaan dalam menghadapi segala kemungkinan yang ada secara pasti bahkan mungkin bisa ada perlu selalu dilakukan dengan tanpa perlu merendahkan adanya karunia keberuntungan akan kepercayaan dan pengharapan untuk segala kemungkinan yang bisa saja ada terjadi.


Thesis : BE REALISTICS  (Wawasan yang tepat)
a
Disamping juga Thesis Data lama yang perlu direvisi sesuai dengan keselarasan dengan Antithesis wawasan esoteris gnosis wisdom Saddhamma secara benar, bajik & bijak sebagaimana paradigma Just For Seeker sebelumnya untuk Synthesis Kebijaksanaan Gnosis Wisdom Exodus yang lebih baru & maju berikutnya.
BAB I =  REFERENSI =
Prolog = Hipotesis Paradigma dhamma dipathera ;  asumsi pensikapan : terbuka & terjaga 
1) GNOSIS :  Keakuratan paradigma (W) : 
prolog : KeIlahian ? 
1. Hipotesis keBeradaan Tuhan :  Konsep Wujud :® GENESIS = fase  keberadaan (w) : Dhyana Dharma – Dharma Dhyana 
2. Hipotesis  KeTauhidan Tuhan : Konsep Kuasa : ® MANDALA = tataran keberadaan (k) : Tanazul Makrokosmos – Taraqqi Mikrokosmos 
3. Hipotesis  Kebijakan  Tuhan :  Konsep Kasih : ® SAMSARA = keberadaan diri (ks) : Spiritualitas Keabadian – Eksistensialitas Kehidupan 
Epilog : Keyakinan ? ketepatan > kebenaran ;Kaidah Hipotesis x Akidah Dogmatis;ilmul - ‘ainul - haqqul yaqin 
2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) : 
prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan) 
1) Khilafiyah Theologi : kemustahilan membatasi Tuhan ? → kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat (keIlahian ; keberadaaan; ketentuan) 
2) Problema Theodice : kemustahilan membela Tuhan?® kebijakan metanoia diantara faham pandangan (fanatisme/mistisme ; atheisme/vitalisme ; agnostisme /heuretisme) 
3) Masalah Theosofi: kemustahilan mencintai Tuhan  ?®kebijakan apologia diantara ragam kenyataan (kegaiban Tuhan ; penderitaan/kezaliman ; ananiyah/nafsiyah) epilog : keimanan ?ketentuan awal > kepastian final → aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian 
3) EXODUS = kesadaran penempuhan (Ks):  
prolog: anjing dan serigala (pengetahuan ,pembicaraan ® aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian ) 
1) TOTALITAS = mencakup keseluruhan (W) → Hanya ada satu kebenaran yang sama: keseimbangan pandangan (ekstrem) & keberimbangan penempuhan (dualisme?)
2) PRAGMATISME = membawa kemanfaatan (Ks) → Transformasi pemberdayaan simultan (input realisasi keabadian 3 ; asset refleksi kehidupan 3) 
3) KONSISTENSI = bersifat mantap (K) → Berkelanjutan : ketuntasan transformatif & kelanjutan aktualisasi  
epilog : anjing &sufi (mengatasi : ketidak-mengertian; ketidak-perdulian ; ketidak-berdayaan) 
Epilog = Kemantapan Penempuhan : sholat & shobar  
II. REALISASI  = Penempuhan 
Prolog : kesadaran realisasi → evolusi spiritualitas (transformasi sufisme & yogisme) 
1) ADHIKARI :  kelayakan moralitas (kasih) 
prolog : kisah : orang baik  ® Aktualisasi autentik > Harmonisasi estetis > Manipulasi hipokrit ® Hakekat & Manfaat : 
1) Kebenaran Integritas (w) = kejujuran : pemuda & gembala.  ® kemurnian   (ikhsan kemahabahan & ikhlash peribadahan) 
2) Kecerahan Moralitas (ks) = pertaubatan : alim & arif  ® kebajikan  ( Pemberdayaan Individual + keperdulian universal ) 
3) Ketepatan Globalitas (k) = dilemma : Yudhistira  ® kebijakan  ( prioritas kemanfaatan + faktitas keterbatasan ) 
epilog : kisah :  karani ®Bina nafsa : takholi ,tahalli , tajalli  ® Metode & Kaidah :  
2) DISTANSI = kesiagaan  transformatif (kuasa) 
prolog : Psikosomasi Esoteris ® harmonisasi holistik, aktualisasi integral , integrasi reseptif 
1) UMMI →keaslian adhikari (ks) :  muhasabah  pertobatan ; mujahadah perbaikan ; muroqobah pendekatan 
2) SATI → kearifan nivritti (w) :  reseptivitas penyadaran ; aktualitas pengarahan ; integritas pemantapan  
3) YOGI →kekuatan distansi  (k) : keswadikaan eksternal ; keberdayaan internal ; keperkasaaan universal 
epilog : antenna karunia ® reseptivitas, sugestivitas,  
 3) MEDITASI  kerahnian Immanensi  (wujud)\  
 prolog : Hakekat Meditasi  (Jung Individuasi ® Immanensi/transendensi ? : illuminasi >revilasi - inspirasi) 
1) kemantapan  dasar (w) : literature meditasi  (pengertian  – referensi (wuwei/zazen;alpha beta)  – keragaman meditasi) 
2) kehandalan utama   (k) :  realisasi immanensi (pemantapan (kematian/kegaiban) – penembusan - pencapaian ) 
3) kemantapan lanjut (ks) :  kesadaran transenden (ghurur/jadzab – sakti/rahni – universalitas/eksistensialitas) 
epilog : Kembali membumi (kemantapan pencerahan →kedewasaan Robbaniyah) 
Epilog = Kewajaran Eksistensi → Aktualisasi totalitas : harmoni ; refleksi ; sinergi ; 
III. REVITALISASI = Pembumian 
Prolog : Sufi Pembumi →Menyadari tanggung jawab eksistensialitas & universalitas 
1) PERSPEKTIF  kecerahan pandangan 
prolog : ketepatan pandangan ® kearifan mensikapi : Amati – Alami – Atasi 
1) kecerahan Mahadharma (w) : Sanatana dharma – Bhinneka  Dharma (satu Agama Dharma ?) 
2) kepastian Transformasi (ks) :  pemberdayaan keabadian – pemberdayaan kehidupan (Dunia & Akherat) 
3) kebijakan Aktualiser  (k) : transformasi Individual – Transformasi universal (Reformasi + Globalisasi) 
epilog : kecerahan komitmen ® kebaikan menjalani 
2) INTEGRITAS =  kemantapan untuk keabadian (kasih) 
prolog : kesiapan melintasi keabadian ® berkah Input keabadian ( swadika – talenta – visekha ) 
1) Visekha kemuliaan : kesimpatikan adhikari Mahatma Robbani 
2) Talenta kecakapan :  keberdayaan distansi Swadika Talenta 
3) Swadika kerahnian  : keterpaduan meditasi Anubodha Pativedha 
epilog : Input keabadian ( swadika – talenta – visekha ) → ketuntasan & pelanjutan 
3) AKTUALITAS  kehandalan dalam kehidupan (kuasa) 
prolog : keahlian mengatasi kehidupan ® sukses Asset kehidupan ( persada – karisma – bahagia ) 
1) Aktualisasi  (k)  : Global (belajar – bekerja) ;social (  keluarga – masyarakat) ; Aktual (pribadi; properti) 
2) Harmonisasi (ks) : interaksi sesama (pravritti; andragogi) ;faktitas semesta (natural ; theosofi) ; Harmoni Pribadi 
3) Integrasi (w) manajemen keterbatasan  : Reset keseluruhan ; Ready keseluruhan ; Relax keseluruhan 
epilog : Asset kehidupan ( persada – karisma – bahagia ) → kesuksesan & pelanjutan 
Epilog : kholifatullooh ® Menghargai kehidupan manusiawi & duniawi  pembumian spiritualitas universal = pemberdayaan 
1) Dhamma Bhumi (w) = kesadaran eksistensial 
2) Dhamma Dutta (ks) = komitmen 
3) Dhamma Niyama  (k)  = faktitas kenyataan


a

 


Thesis : BE REALISTICS  (Wawasan yang tepat)
a
Disamping juga Thesis Data lama yang perlu direvisi sesuai dengan keselarasan dengan Antithesis wawasan esoteris gnosis wisdom Saddhamma secara benar, bajik & bijak sebagaimana paradigma Just For Seeker sebelumnya untuk Synthesis Kebijaksanaan Gnosis Wisdom Exodus yang lebih baru & maju berikutnya.
BAB I =  REFERENSI =
Prolog = Hipotesis Paradigma dhamma dipathera ;  asumsi pensikapan : terbuka & terjaga 
1) GNOSIS :  Keakuratan paradigma (W) : 
prolog : KeIlahian ? 
1. Hipotesis keBeradaan Tuhan :  Konsep Wujud :® GENESIS = fase  keberadaan (w) : Dhyana Dharma – Dharma Dhyana 
2. Hipotesis  KeTauhidan Tuhan : Konsep Kuasa : ® MANDALA = tataran keberadaan (k) : Tanazul Makrokosmos – Taraqqi Mikrokosmos 
3. Hipotesis  Kebijakan  Tuhan :  Konsep Kasih : ® SAMSARA = keberadaan diri (ks) : Spiritualitas Keabadian – Eksistensialitas Kehidupan 
Epilog : Keyakinan ? ketepatan > kebenaran ;Kaidah Hipotesis x Akidah Dogmatis;ilmul - ‘ainul - haqqul yaqin 
2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) : 
prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan) 
1) Khilafiyah Theologi : kemustahilan membatasi Tuhan ? → kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat (keIlahian ; keberadaaan; ketentuan) 
2) Problema Theodice : kemustahilan membela Tuhan?® kebijakan metanoia diantara faham pandangan (fanatisme/mistisme ; atheisme/vitalisme ; agnostisme /heuretisme) 
3) Masalah Theosofi: kemustahilan mencintai Tuhan  ?®kebijakan apologia diantara ragam kenyataan (kegaiban Tuhan ; penderitaan/kezaliman ; ananiyah/nafsiyah) epilog : keimanan ?ketentuan awal > kepastian final → aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian 
3) EXODUS = kesadaran penempuhan (Ks):  
prolog: anjing dan serigala (pengetahuan ,pembicaraan ® aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian ) 
1) TOTALITAS = mencakup keseluruhan (W) → Hanya ada satu kebenaran yang sama: keseimbangan pandangan (ekstrem) & keberimbangan penempuhan (dualisme?)
2) PRAGMATISME = membawa kemanfaatan (Ks) → Transformasi pemberdayaan simultan (input realisasi keabadian 3 ; asset refleksi kehidupan 3) 
3) KONSISTENSI = bersifat mantap (K) → Berkelanjutan : ketuntasan transformatif & kelanjutan aktualisasi  
epilog : anjing &sufi (mengatasi : ketidak-mengertian; ketidak-perdulian ; ketidak-berdayaan) 
Epilog = Kemantapan Penempuhan : sholat & shobar  
II. REALISASI  = Penempuhan 
Prolog : kesadaran realisasi → evolusi spiritualitas (transformasi sufisme & yogisme) 
1) ADHIKARI :  kelayakan moralitas (kasih) 
prolog : kisah : orang baik  ® Aktualisasi autentik > Harmonisasi estetis > Manipulasi hipokrit ® Hakekat & Manfaat : 
1) Kebenaran Integritas (w) = kejujuran : pemuda & gembala.  ® kemurnian   (ikhsan kemahabahan & ikhlash peribadahan) 
2) Kecerahan Moralitas (ks) = pertaubatan : alim & arif  ® kebajikan  ( Pemberdayaan Individual + keperdulian universal ) 
3) Ketepatan Globalitas (k) = dilemma : Yudhistira  ® kebijakan  ( prioritas kemanfaatan + faktitas keterbatasan ) 
epilog : kisah :  karani ®Bina nafsa : takholi ,tahalli , tajalli  ® Metode & Kaidah :  
2) DISTANSI = kesiagaan  transformatif (kuasa) 
prolog : Psikosomasi Esoteris ® harmonisasi holistik, aktualisasi integral , integrasi reseptif 
1) UMMI →keaslian adhikari (ks) :  muhasabah  pertobatan ; mujahadah perbaikan ; muroqobah pendekatan 
2) SATI → kearifan nivritti (w) :  reseptivitas penyadaran ; aktualitas pengarahan ; integritas pemantapan  
3) YOGI →kekuatan distansi  (k) : keswadikaan eksternal ; keberdayaan internal ; keperkasaaan universal 
epilog : antenna karunia ® reseptivitas, sugestivitas,  
 3) MEDITASI  kerahnian Immanensi  (wujud)\  
 prolog : Hakekat Meditasi  (Jung Individuasi ® Immanensi/transendensi ? : illuminasi >revilasi - inspirasi) 
1) kemantapan  dasar (w) : literature meditasi  (pengertian  – referensi (wuwei/zazen;alpha beta)  – keragaman meditasi) 
2) kehandalan utama   (k) :  realisasi immanensi (pemantapan (kematian/kegaiban) – penembusan - pencapaian ) 
3) kemantapan lanjut (ks) :  kesadaran transenden (ghurur/jadzab – sakti/rahni – universalitas/eksistensialitas) 
epilog : Kembali membumi (kemantapan pencerahan →kedewasaan Robbaniyah) 
Epilog = Kewajaran Eksistensi → Aktualisasi totalitas : harmoni ; refleksi ; sinergi ; 
III. REVITALISASI = Pembumian 
Prolog : Sufi Pembumi →Menyadari tanggung jawab eksistensialitas & universalitas 
1) PERSPEKTIF  kecerahan pandangan 
prolog : ketepatan pandangan ® kearifan mensikapi : Amati – Alami – Atasi 
1) kecerahan Mahadharma (w) : Sanatana dharma – Bhinneka  Dharma (satu Agama Dharma ?) 
2) kepastian Transformasi (ks) :  pemberdayaan keabadian – pemberdayaan kehidupan (Dunia & Akherat) 
3) kebijakan Aktualiser  (k) : transformasi Individual – Transformasi universal (Reformasi + Globalisasi) 
epilog : kecerahan komitmen ® kebaikan menjalani 
2) INTEGRITAS =  kemantapan untuk keabadian (kasih) 
prolog : kesiapan melintasi keabadian ® berkah Input keabadian ( swadika – talenta – visekha ) 
1) Visekha kemuliaan : kesimpatikan adhikari Mahatma Robbani 
2) Talenta kecakapan :  keberdayaan distansi Swadika Talenta 
3) Swadika kerahnian  : keterpaduan meditasi Anubodha Pativedha 
epilog : Input keabadian ( swadika – talenta – visekha ) → ketuntasan & pelanjutan 
3) AKTUALITAS  kehandalan dalam kehidupan (kuasa) 
prolog : keahlian mengatasi kehidupan ® sukses Asset kehidupan ( persada – karisma – bahagia ) 
1) Aktualisasi  (k)  : Global (belajar – bekerja) ;social (  keluarga – masyarakat) ; Aktual (pribadi; properti) 
2) Harmonisasi (ks) : interaksi sesama (pravritti; andragogi) ;faktitas semesta (natural ; theosofi) ; Harmoni Pribadi 
3) Integrasi (w) manajemen keterbatasan  : Reset keseluruhan ; Ready keseluruhan ; Relax keseluruhan 
epilog : Asset kehidupan ( persada – karisma – bahagia ) → kesuksesan & pelanjutan 
Epilog : kholifatullooh ® Menghargai kehidupan manusiawi & duniawi  pembumian spiritualitas universal = pemberdayaan 
1) Dhamma Bhumi (w) = kesadaran eksistensial 
2) Dhamma Dutta (ks) = komitmen 
3) Dhamma Niyama  (k)  = faktitas kenyataan


a
a

TENTANG PANDANGAN :

 Dari : Gnosis for Seeker (https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/just-share_21.html)

Langkah awal haruslah dimulai. Untuk dapat melangkah dengan benar kita memerlukan pandangan yang relatif benar juga. Osho menyatakan walaupun tetap perlu dilakukan namun sesungguhnya langkah awal cenderung sebagai sesuatu kekeliruan. Dikarenakan kebenaran sesungguhnya melingkup secara nyata pada kita . Dia tidak dimana-mana. Pengetahuan yang terserap dalam bentuk informasi dan bukan realisasi memang kurang memadai dan terkadang justru malah menghambat keberhasilan suatu penempuhan dikarenakan senantiasa ada kecenderungan dari kita untuk merasa cukup sekedar mengerti saja untuk kemudian merasa tidak perlu menjalaninya, ataupun sering juga terjadi interferensi kesalah-fahaman dalam menafsirkan dikarenakan perbedaan dan kesenjangan dengan apersepsi pengetahuan sebelumnya, ataupun keterlalu-melekatan pada pandangan tersebut justru akan menghambat realisasi pengembangan kebijaksanaan dan peningkatan kesadaran yang mungkin dapat dicapai ; atau bisa juga terjadi adanya penyesatan dan keterpedayaan yang tidak selalu disengaja sebagai manipulasi kelicikan pemapar demi kepentingan pribadinya sendiri namun juga bisa suatu kekeliruan informasi karena keterbatasan pengetahuan walaupun dia memiliki maksud tulus untuk memberdayakan . 

Osho mungkin benar namun demikian kami juga berpandangan. GIGO (garbage in,Garbage Out). Jika yang masuk sampah, keluarnyapun cenderung sampah). Tetap diperlukan kejelasan dan ketepatan pengertian bagi kita semua untuk dapat menghayati kebenaran tersebut. Pandangan yang benar adalah separuh langkah tindakan yang benar.. Namun demikian memang sangat perlu kewaspadaan bagi kita semua dalam menyimak dan mensikapi referensi pandangan awal ini. Sikap terbuka dan terjaga haruslah tetap menjadi senjata anda dalam mengkaji setiap hipotesis bahasan pada buku ini (BLOG 17012021 OK/PLUS/TQ/GNOSIS PUBLIK.pdf p.6)
dari : http://dhammaseeker.blogspot.com/2020/04/dialog.html
Be realistics to realize the Real. (Bersikaplah benar untuk senantiasa realistis dalam merealisasikan segala yang real nyata secara tepat dan sehat) Kita hanya berhak mendapatkan apa yang kita berikan .... entah itu kebaikan ataupun keburukan. Segala niatan, tindakan dan capaian tidak akan percuma walau dampak mungkin tidak selalu instan kemasakannya dan mungkin tidak juga identik kelayakannya. Namun demikian kebijaksanaan untuk senantasa mengupayakan keterarahan dan keberdayaan dalam menghadapi segala kemungkinan yang ada secara pa 

 DATA LAMA
LAMPIRAN
KUTIPAN SKETSA BUKU :
MAHADHARMA
Asumsi Analisis dan Solusi Hipotesis Paradigma Spitualitas Universal
Public Offset
JUDUL : DAFTAR ISI =
PRAKATA =
Pendahuluan :
Konsideran permasalahan : → ketidak-pastian eksistensial ;
Solusi Pemecahan : ® universalitas kebenaran
Pengajuan & Pengakuan : Pengajuan → alternatif paradigma Pengakuan → criteria ketepatan
Pengharapan : Kemanfaatan → Pencari Kebenaran,Penempuh Kehidupan,Pemerhati keabadian,Pengamat Kenyataan
Pensikapan → Sikap terbuka dan sekaligus terjaga ini seharusnya senantiasa anda jalani dalam segala hal ;
Pengertian ® kebenaran itu karena hidayah Tuhan ; kesalahan yang berasal dari diri pribadi penulis sendiri .
BAB I = REFERENSI =
Pengertian Prolog =
Hipotesis Paradigma dhamma dipathera ; asumsi pensikapan : terbuka & terjaga
1) GNOSIS : Keakuratan paradigma (W) :
prolog : KeIlahian ?
1. Hipotesis keBeradaan Tuhan : Konsep Wujud :® GENESIS = fase keberadaan (w) : Dhyana Dharma – Dharma Dhyana
2. Hipotesis KeTauhidan Tuhan : Konsep Kuasa : ® MANDALA = tataran keberadaan (k) : Tanazul Makrokosmos – Taraqqi Mikrokosmos
3. Hipotesis Kebijakan Tuhan : Konsep Kasih : ® SAMSARA = keberadaan diri (ks) : Spiritualitas Keabadian – Eksistensialitas Kehidupan
Epilog : Keyakinan ? ketepatan > kebenaran ;Kaidah Hipotesis x Akidah Dogmatis;ilmul - ‘ainul - haqqul yaqin
2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) :
prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan)
1) Khilafiyah Theologi : kemustahilan membatasi Tuhan ? → kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat (keIlahian ; keberadaaan; ketentuan)
2) Problema Theodice : kemustahilan membela Tuhan?® kebijakan metanoia diantara faham pandangan (fanatisme/mistisme ; atheisme/vitalisme ; agnostisme /heuretisme)
3) Masalah Theosofi: kemustahilan mencintai Tuhan ?®kebijakan apologia diantara ragam kenyataan (kegaiban Tuhan ; penderitaan/kezaliman ; ananiyah/nafsiyah) epilog : keimanan ?ketentuan awal > kepastian final → aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian
3) EXODUS = kesadaran penempuhan (Ks):
prolog: anjing dan serigala (pengetahuan ,pembicaraan ® aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian )
1) TOTALITAS = mencakup keseluruhan (W) → Hanya ada satu kebenaran yang sama : keseimbangan pandangan (ekstrem) & keberimbangan penempuhan (dualisme?
)2) PRAGMATISME = membawa kemanfaatan (Ks) → Transformasi pemberdayaan simultan (input realisasi keabadian 3 ; asset refleksi kehidupan 3)
3) KONSISTENSI = bersifat mantap (K) → Berkelanjutan : ketuntasan transformatif & kelanjutan aktualisasi
epilog : anjing &sufi (mengatasi : ketidak-mengertian; ketidak-perdulian ; ketidak-berdayaan)
Epilog = Kemantapan Penempuhan : sholat & shobar
II. REALISASI = Penempuhan
Prolog : kesadaran realisasi → evolusi spiritualitas (transformasi sufisme & yogisme)
1) ADHIKARI : kelayakan moralitas (kasih)
prolog : kisah : orang baik ® Aktualisasi autentik > Harmonisasi estetis > Manipulasi hipokrit ® Hakekat & Manfaat :
1) Kebenaran Integritas (w) = kejujuran : pemuda & gembala. ® kemurnian (ikhsan kemahabahan & ikhlash peribadahan)
2) Kecerahan Moralitas (ks) = pertaubatan : alim & arif ® kebajikan ( Pemberdayaan Individual + keperdulian universal )
3) Ketepatan Globalitas (k) = dilemma : Yudhistira ® kebijakan ( prioritas kemanfaatan + faktitas keterbatasan )
epilog : kisah : karani ®Bina nafsa : takholi ,tahalli , tajalli ® Metode & Kaidah :
2) DISTANSI = kesiagaan transformatif (kuasa)
prolog : Psikosomasi Esoteris ® harmonisasi holistik, aktualisasi integral , integrasi reseptif
1) UMMI →keaslian adhikari (ks) : muhasabah pertobatan ; mujahadah perbaikan ; muroqobah pendekatan
2) SATI → kearifan nivritti (w) : reseptivitas penyadaran ; aktualitas pengarahan ; integritas pemantapan
3) YOGI →kekuatan distansi (k) : keswadikaan eksternal ; keberdayaan internal ; keperkasaaan universal
epilog : antenna karunia ® reseptivitas, sugestivitas,
3) MEDITASI = kerahnian Immanensi (wujud)\
prolog : Hakekat Meditasi (Jung Individuasi ® Immanensi/transendensi ? : illuminasi >revilasi - inspirasi)
1) kemantapan dasar (w) : literature meditasi (pengertian – referensi (wuwei/zazen;alpha beta) – keragaman meditasi)
2) kehandalan utama (k) : realisasi immanensi (pemantapan (kematian/kegaiban) – penembusan - pencapaian )
3) kemantapan lanjut (ks) : kesadaran transenden (ghurur/jadzab – sakti/rahni – universalitas/eksistensialitas)
epilog : Kembali membumi (kemantapan pencerahan →kedewasaan Robbaniyah)
Epilog = Kewajaran Eksistensi → Aktualisasi totalitas : harmoni ; refleksi ; sinergi ;
III. REVITALISASI = Pembumian
Prolog : Sufi Pembumi →Menyadari tanggung jawab eksistensialitas & universalitas
1) PERSPEKTIF = kecerahan pandangan
prolog : ketepatan pandangan ® kearifan mensikapi : Amati – Alami – Atasi
1) kecerahan Mahadharma (w) : Sanatana dharma – Bhinneka Dharma (satu Agama Dharma ?)
2) kepastian Transformasi (ks) : pemberdayaan keabadian – pemberdayaan kehidupan (Dunia & Akherat)
3) kebijakan Aktualiser (k) : transformasi Individual – Transformasi universal (Reformasi + Globalisasi)
epilog : kecerahan komitmen ® kebaikan menjalani
2) INTEGRITAS = kemantapan untuk keabadian (kasih)
prolog : kesiapan melintasi keabadian ® berkah Input keabadian ( swadika – talenta – visekha )
1) Visekha kemuliaan : kesimpatikan adhikari Mahatma Robbani
2) Talenta kecakapan : keberdayaan distansi Swadika Talenta
3) Swadika kerahnian : keterpaduan meditasi Anubodha Pativedha
epilog : Input keabadian ( swadika – talenta – visekha ) → ketuntasan & pelanjutan
3) AKTUALITAS = kehandalan dalam kehidupan (kuasa)
prolog : keahlian mengatasi kehidupan ® sukses Asset kehidupan ( persada – karisma – bahagia )
1) Aktualisasi (k) : Global (belajar – bekerja) ;social ( keluarga – masyarakat) ; Aktual (pribadi; properti)
2) Harmonisasi (ks) : interaksi sesama (pravritti; andragogi) ;faktitas semesta (natural ; theosofi) ; Harmoni Pribadi
3) Integrasi (w) manajemen keterbatasan : Reset keseluruhan ; Ready keseluruhan ; Relax keseluruhan
epilog : Asset kehidupan ( persada – karisma – bahagia ) → kesuksesan & pelanjutan
Epilog : kholifatullooh ® Menghargai kehidupan manusiawi & duniawi pembumian spiritualitas universal = pemberdayaan
1) Dhamma Bhumi (w) = kesadaran eksistensial
2) Dhamma Dutta (ks) = komitmen
3) Dhamma Niyama (k) = faktitas kenyataan
(PENUTUP : Ulasan : QUO VADIS ?  Pandangan : kesimpulan: Robbani ( x bahagia ; mandala ; ahamkara) ;
Tanggapan : opini terhadap Asumsi hipotesis dan solusi dianektis
Syukur & Terima kasih → Syukur : Alhamdulillaah ~ Hanya karena Dia ®
Terima kasih : bantuan & panduan + staff penerbitan & percetakan & pemasaran
Pengharapan : ® Kemanfaatan : referensi panduan , literature wawasan , bacaan hiburan, wacana perenungan ® Ma’af : Saran perbaikan dan masukan pelengkapan PUSTAKA Judul =Teguh Kiyatno, dkkMAHADHARMA Asumsi Analisis dan Solusi Hipotesis  Paradigma  Spitualitas Universal  Public Offset 2006 Daftar Isi =
DAFTAR ISI =
ü JUDUL :
ü DAFTAR ISI =
ü PRAKATA = 

Pendahuluan :
· Konsideran permasalahan : → ketidak-pastian eksistensial 

· Solusi Pemecahan : ® universalitas kebenaran
Pengajuan & Pengakuan :
· Pengajuan → alternatif paradigma
· Pengakuan → criteria ketepatan
Pengharapan :
· Kemanfaatan → Pencari Kebenaran,Penempuh Kehidupan,Pemerhati keabadian,Pengamat Kenyataan
· Pensikapan → Sikap terbuka dan sekaligus terjaga ini seharusnya senantiasa anda jalani dalam segala hal ;
· Pengertian ® kebenaran itu karena hidayah Tuhan ; kesalahan yang berasal dari diri pribadi penulis sendiri .
BAB I = REFERENSI = Pengertian
Prolog = Hipotesis Paradigma dhamma dipathera ; asumsi pensikapan : terbuka & terjaga
1) GNOSIS : Keakuratan paradigma (W) :
prolog : KeIlahian ?
· Cara penerimaan 7 (3 + 2 + 2 ) ;
· perspektif insaniah 4 (3 + 1);
· konsideran asumsi 3 ;
· formulasi konsep 3
1. Hipotesis keBeradaan Tuhan :
Konsep Wujud : ® GENESIS = fase keberadaan (w) : Dhyana Dharma – Dharma Dhyana

2. Hipotesis KeTauhidan Tuhan :

Konsep Kuasa :

® MANDALA = tataran keberadaan (k) : Tanazul Makrokosmos – Taraqqi Mikrokosmos

3. Hipotesis Kebijakan Tuhan :

Konsep Kasih :

® SAMSARA = keberadaan diri (ks) : Spiritualitas Keabadian – Eksistensialitas Kehidupan

Epilog : Keyakinan ?

ketepatan > kebenaran ;

Kaidah Hipotesis x Akidah Dogmatis;

ilmul - ‘ainul - haqqul yaqin

2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) :

prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan)

1) Khilafiyah Theologi : kemustahilan membatasi Tuhan ?

→ kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat

(keIlahian ; keberadaaan; ketentuan)

2) Problema Theodice : kemustahilan membela Tuhan?

® kebijakan metanoia diantara faham pandangan

(fanatisme/mistisme ; atheisme/vitalisme ; agnostisme /heuretisme)

3) Masalah Theosofi: kemustahilan mencintai Tuhan ?

®kebijakan apologia diantara ragam kenyataan

(kegaiban Tuhan ; penderitaan/kezaliman ; ananiyah/nafsiyah)

epilog : keimanan ?

ketentuan awal > kepastian final

→ aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian
3) EXODUS = kesadaran penempuhan (Ks):
prolog: anjing dan serigala (pengetahuan ,pembicaraan ® aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian )

1) TOTALITAS = mencakup keseluruhan (W)

→ Hanya ada satu kebenaran yang sama : keseimbangan pandangan (ekstrem) & keberimbangan penempuhan (dualisme?)

2) PRAGMATISME = membawa kemanfaatan (Ks)

→ Transformasi pemberdayaan simultan (input realisasi keabadian 3 ; asset refleksi kehidupan 3)
3) KONSISTENSI = bersifat mantap (K)
→ Berkelanjutan : ketuntasan transformatif & kelanjutan aktualisasi

epilog : anjing &sufi (mengatasi : ketidak-mengertian; ketidak-perdulian ; ketidak-berdayaan)

Epilog = Kemantapan Penempuhan : sholat & shobar
ü II. REALISASI = Penempuhan

Prolog : kesadaran realisasi → evolusi spiritualitas (transformasi sufisme & yogisme)

1) ADHIKARI : kelayakan moralitas (kasih)

prolog : kisah : orang baik

® Aktualisasi autentik > Harmonisasi estetis > Manipulasi hipokrit

® Hakekat & Manfaat :

1) Kebenaran Integritas (w) = kejujuran : pemuda & gembala.

® kemurnian (ikhsan kemahabahan & ikhlash peribadahan)

2) Kecerahan Moralitas (ks) = pertaubatan : alim & arif

® kebajikan ( Pemberdayaan Individual + keperdulian universal )

3) Ketepatan Globalitas (k) = dilemma : Yudhistira

® kebijakan ( prioritas kemanfaatan + faktitas keterbatasan )

epilog : kisah : karani ®Bina nafsa : takholi ,tahalli , tajalli ® Metode & Kaidah :

2) DISTANSI = kesiagaan transformatif (kuasa)

prolog : Psikosomasi Esoteris ® harmonisasi holistik, aktualisasi integral , integrasi reseptif

1) UMMI →keaslian adhikari (ks) :

muhasabah pertobatan ; mujahadah perbaikan ; muroqobah pendekatan

2) SATI → kearifan nivritti (w) :

reseptivitas penyadaran ; aktualitas pengarahan ; integritas pemantapan

3) YOGI →kekuatan distansi (k) :

keswadikaan eksternal ; keberdayaan internal ; keperkasaaan universal

3) epilog : antenna karunia ® reseptivitas, sugestivitas,
3) MEDITASI = kerahnian Immanensi (wujud)

prolog : Hakekat Meditasi (Jung Individuasi ® Immanensi/transendensi ? : illuminasi >revilasi - inspirasi)

1) kemantapan dasar (w) : literature meditasi

(pengertian – referensi (wuwei/zazen;alpha beta) – keragaman meditasi)

2) kehandalan utama (k) :

realisasi immanensi (pemantapan (kematian/kegaiban) – penembusan - pencapaian )

3) kemantapan lanjut (ks) :

kesadaran transenden (ghurur/jadzab – sakti/rahni – universalitas/eksistensialitas)

epilog : Kembali membumi (kemantapan pencerahan →kedewasaan Robbaniyah)

Epilog = Kewajaran Eksistensi → Aktualisasi totalitas : harmoni ; refleksi ; sinergi ;

ü III. REVITALISASI = Pembumian

Prolog : Sufi Pembumi →Menyadari tanggung jawab eksistensialitas & universalitas
1) PERSPEKTIF = kecerahan pandangan

prolog : ketepatan pandangan

® kearifan mensikapi : Amati – Alami – Atasi

1) kecerahan Mahadharma (w) :

Sanatana dharma – Bhinneka Dharma

(satu Agama Dharma ?)

2) kepastian Transformasi (ks) :

pemberdayaan keabadian – pemberdayaan kehidupan

(Dunia & Akherat)

3) kebijakan Aktualiser (k) :

transformasi Individual – Transformasi universal

(Reformasi + Globalisasi)

epilog : kecerahan komitmen ® kebaikan menjalani

2) INTEGRITAS = kemantapan untuk keabadian (kasih)

prolog : kesiapan melintasi keabadian

® berkah Input keabadian ( swadika – talenta – visekha )

1) Visekha kemuliaan : kesimpatikan adhikari Mahatma Robbani

2) Talenta kecakapan : keberdayaan distansi Swadika Talenta

3) Swadika kerahnian : keterpaduan meditasi Anubodha Pativedha

epilog : Input keabadian ( swadika – talenta – visekha )

→ ketuntasan & pelanjutan

3) AKTUALITAS = kehandalan dalam kehidupan (kuasa)

prolog : keahlian mengatasi kehidupan

® sukses Asset kehidupan ( persada – karisma – bahagia )

1) Aktualisasi (k) :

Global (belajar – bekerja) ;

social ( keluarga – masyarakat) ;

Aktual (pribadi; properti)

2) Harmonisasi (ks) :

interaksi sesama (pravritti; andragogi) ;

faktitas semesta (natural ; theosofi) ;

Harmoni Pribadi

3) Integrasi (w) manajemen keterbatasan :

Reset keseluruhan ;

Ready keseluruhan ;

Relax keseluruhan

epilog : Asset kehidupan ( persada – karisma – bahagia )

→ kesuksesan & pelanjutan

Epilog : kholifatullooh

® Menghargai kehidupan manusiawi & duniawi
ü PENUTUP :
Ulasan : QUO VADIS ?
Pandangan : kesimpulan: Robbani ( x bahagia ; mandala ; ahamkara) ;
Tanggapan : opini terhadap Asumsi hipotesis dan solusi dianektis
Syukur & Terima kasih
→ Syukur : Alhamdulillaah ~ Hanya karena Dia
® Terima kasih : bantuan & panduan + staff penerbitan & percetakan & pemasaran

Pengharapan :

® Kemanfaatan : referensi panduan , literature wawasan , bacaan hiburan, wacana perenungan

® Ma’af : Saran perbaikan dan masukan pelengkapan

ü PUSTAKA :

Dasar =Khusus =

ü BIODATA :

PRAKATA =

Pendahuluan :

· Asumsi permasalahan : → ketidak-pastian eksistensial

® Hidup untuk mati ? : kehanyutan hidup menuju kematian Ich

pada saat manusia manusia menyadari keakuan dirinya dia mulai menjadi tidak pasti ( )

Di sini dan pada saat ini kita hidup bagaikan musafir yang terdampar dan harus menghadapi segala kompleksitas eksistensial kehidupan. Rutinitas dan vitalitas kehidupan menghanyutkan totalitas diri kita dalam ketidak mengertian dan ketidak perdulian tentang hakekat dan tujuan hidup kita yang hakiki. Kita begitu terserap ke dalam romantika kehidupan eksistensial ini hingga tiba saat kematian menyadarkan kita dari sandiwara permainan kehidupan ini. Hidup untuk mati – begitu sederhanakah arti kehadiran kita di dunia ini ?

Hidup yang tidak dimengerti adalah hidup yang tidak layak dijalani (socrates)

® Atta Dipathera : kecenderungan subyektif ego

Situasi dan kondisi dalam fenomena kehidupan ini sering menghanyutkan kita untuk mengindentifikasikan hidup tidak dalam proporsi realitas yang utuh namun hanya berdasarkan penilaian emosionalitas batin ego kita terhadapnya. Sebagaimana fokus yang senantiasa mengarah pada pusat lensa demikianlah batin kita secara otomatis menjadi terkondisi untuh reaktif dalam memandang kehidupan ini. Kita akan selalu menandaskan citra hidup hanya dalam batas reaksi dan penilaian tertentu. Like or dislike – suka atau tidak suka - demikianlah sifat kecenderungan alamiah dari batin ego kita ini. Apabila ego kita menerimanya secara negatif – dikarenakan kenyataan yang terjadi dan kita hadapi tidaklah sesuai dengan keinginan kita – maka timbullah kekesalan dan kita cenderung untuk menyatakan hidup ini adalah musibah yang penuh dengan duka-cita yang seharusnya tidak diterima.Dan sebaliknya jika kenyataan yang terjadi atau hasil yang tercapai sesuai dengan harapan kita maka timbullah kesenangan dan hidup tampak sebagai anugerah karena suka-cita yang mampu didapat tersebut. Kebodohan dan ketamakan membuat kita senantiasa mendambakan ‘kebahagiaan tanpa penderitaan’ yang absurd dalam kehidupan ini karena kehidupan seperti dua sisi mata uang logam yang senantiasa berubah. Jika menginginkan sisi yang satu kita juga harus siap dan bisa menerima sisi yang lain juga – karena memang demikianlah dualitas dan dinamika dari kehidupan.

® Loka Dipathera : Pengaturan obyektif superego

Dalam ketidak mengertian kita kemudian juga menerima beraneka pandangan moralitas (estetika sosial) dan sejumlah ajaran spiritualitas [adhyatma dharma] kemudian hadir mewarnai kehidupan batin kita. Dimana kemudian kita mulai mengarahkan dan menyesuaikan cara hidup yang benar dan tepat berdasarkan pandangan awam dan umum tersebut. Tetapi kemudian ternyata mekanisme kehidupan sering tidak sesederhana itu.

· Solusi Pemecahan : ® universalitas kebenaran

Dan kamu akan mengenal kebenaran dan kebenaran itu akan membebaskanmu

Apakah kebenaran itu ?

Kebenaran itu dari Tuhanmu dan jangan kau meragukannya

® Dhamma Dipathera : adakah kebenaran absolut ?

Dan kamu akan mengenal kebenaran dan kebenaran itu akan membebaskanmu

Seiring dengan pertumbuhan kesadaran akan kebebasan eksistensialitas diri yang semakin dewasa secara subyektif dan individual, dengan segala keterbatasan yang ada manusia menjalani eksistensialitas diri dalam mengisi makna bagi kehidupannya yang relatif singkat tersebut. Dengan hak kewenangan yang lebih besar namun juga dengan pertimbangan Haq kebenaran yang lebih luas ,manusia sering dihadapkan pada sekian banyak problematika kehidupan untuk diatasi dan terkadang dengan begitu banyak pilihan dilematis yang harus ditentukan dalam menjaga keseimbangan dan membawa keberimbangan eksistensialitas dirinya dalam kehidupan ini. Suatu keberadaan sulit yang sering menimbulkan konflik internal dalam dirinya sendiri. Pada saat itulah sejumlah manusia kembali mulai mempertanyakan apa makna yang tersirat dari kehidupan yang dijalaninya dan bagaimana cara melampauinya.. Adakah Realitas Kebenaran sejati tersembunyi dan tidak dimengerti yang berada dibalik segala fenomena keberadaan dan peristiwa kehidupan ini ? Suatu kebenaran Mutlak yang menjadi sumber dan tujuan bagi seluruh keberadaan dan sekaligus jalan dan arah bagi perjalanan kehidupan kita .

Hidup sejati :

Untuk menjalani kehidupan secara sehat dan tepat kita perlu memiliki dan meyakini pandangan yang benar - pandangan yang sesuai dengan realitas kebenaran yang sesungguhnya.. – yang mungkin saja ternyata tidak sesuai dengan keinginan ego kita atau boleh jadi ternyata berbeda dengan keyakinan ide yang kita anggap benar. Hidup dengan kebenaran pandangan yang realistis dan obyektif –walaupun bagaimana juga- adalah lebih sehat untuk diyakini dan lebih tepat untuk dijalani daripada sekedar mengikuti dorongan keinginan yang romantis dan subyektif yang walaupun mungkin menghanyutkan dan mengasyikkan ego kita namun akan mengakibatkan terhalang dan terhambatnya proses pendewasaan dan pencerahan diri kita.Oleh karena itu demi ekstase keswadikaan dan harmoni kebersamaan haruslah kita menjalankan seluruh aspek kehidupan ini dengan mendasarkan dan bersandarkan pada kebenaran realitas tersebut. Hidup secara benar menjadikan kita benar-benar hidup. Hidup dalam kesejatian - tanpa kepalsuan, tiada kesemuan dan sesuai dengan kenyataan serta serasi dengan kebenaran yang sesungguhnya..

Kebenaran hakiki :

Kebenaran Realitas - Sanatana Dharma, Alithea, Al Haqq, Sunatullaah , Shighotullaah ataupun apapun juga peristilahan yang anda gunakan bagi Kebenaran Mutlak yang merupakan induk dari seluruh kebenaran - sesungguhnya sudah demikian nyatanya tergelar di hadapan kita semua. Realitas kebenaran yang menjadi penegak bagi terjadinya fenomena kenyataan yang ada tersebut mungkin saja tampak jelas di permukaan namun bisa juga tersembunyi dibalik segala fenomena kenyataaan yang tampak. Kebenaran Tersurat dan Tersirat - yang menjadi sumber dan tujuan bagi seluruh keberadaan dan setiap peristiwa dalam kehidupan ;Kebenaran Realitas yang bersifat universal dan transenden ini begitu luas –– dimana kesempurnaannya begitu sulit dijangkau oleh keterbatasan pemahaman kita Sehingga walaupun sesungguhnya Dharma tersebut tercakup global - utuh dan menyeluruh – namun demikian karena ketidak mampuan dalam memahami dan mensikapi realita keseluruhan tersebut kita cenderung untuk memandangnya begitu spasial ,terpecah-pecah dan subyektif yang kemudian menyebabkan munculnya berbagai pandangan ekstrem pada setiap kutub dualitas dari dialektika kebenaran yang satu tersebut.Hal yang sama terjadi juga pada saat kita memandang masalah Spiritualitas. Walaupun sesungguhnya mereka memandang Kebenaran yang Satu dan Sama tersebut namun sering menampakkan perbedaan yang tampak begitu mendasar dari filosofi dan realisasinya di permukaan yang kemudian tidak jarang menimbulkan pertikaian . Setiap ajaran menganggap pandangannya saja sebagai yang paling benar sementara yang lainnya salah dan sesat dengan tanpa memberikan kesempatan kepada fihak lain untuk mengutarakan pandangannya yang mungkin saja lebih benar atau setidak-tidaknya juga benar jika Kebenaran tersebut dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Demikianlah setiap mozaik ajaran cenderung untuk menampakkan ekslusivitas yang ekstrem dan bersikap fanatis terhadap pandangan ajarannya sendiri .Sehingga dari satu MahaDharma Spiritualitas Kehidupan yang sama tersebut lahirlah banyak sudut pandang filosofis , sekian banyak faham dan metode penempuhan mistisme ,sekian banyak agama dengan sekian banyak pula sekte aliran di dalamnya. Seringkali terjadi pertikaian di antara faham tersebut. Sungguh mengherankan namun demikianlah kenyataan terjadi.

Orang buta :



Apakah kebenaran itu ?

fabel gajah : Sebuah kisah klasik tentang : gajah dan enam orang buta

Alkisah, ada 6 (enam) orang buta saling bertemu. Seorang di antara mereka memberitahu pada teman-temannya bahwa di kebun binatang ada seekor hewan baru yang disebut gajah.Mereka semua sama sekali belum mengetahui hewan tersebut. Akhirnya mereka sepakat ke kebun binatang itu untuk mengetahui bagaimanakah sesungguhnya gajah tersebut.

Singkat cerita, ke-enam orang buta tersebut telah tiba di kebun binatang tempat gajah itu berada. .Mereka kemudian mendekati gajah tersebut dan berusaha ‘melihat’nya dengan menyentuhkan jari tangan mereka pada gajah tersebut dan merasakannya.

Seorang buta yang pertama memegang bagian … nya dan diapun menyimpulkan

Seorang buta yang yang kedua memegang bagian … nya dan diapun menyimpulkan

Seorang buta yang yang ketiga memegang bagian … nya dan diapun menyimpulkan

Seorang butayang yang keempat memegang bagian … nya dan diapun menyimpulkan

Seorang butayang yang kelima memegang bagian … nya dan diapun menyimpulkan

Seorang butayang yang keenam memegang bagian … nya dan diapun menyimpulkan

Kemudian ke enam buta tersebutpun berkumpul

Demikianlah gambaran kita dalam memandang kebenaran dari kehidupan kita selama ini. Kita sebenarnya bagaikan orang buta yang hanya meraba-raba mencari kepastian dalam kegelapan dan merasa begitu yakin dengan anggapan tertentu untuk kemudian memastikan bahwa inilah kebenaran yang sesungguhnya. Kita mudah tergoda untuk segera meyakini kepada anggapan yang ingin kita percayai .Sehingga terkadang tidak semua yang kita yakini itu merupakan suatu kebenaran yang sesungguhnya atau walaupun jika ternyata itu merupakan suatu kebenaran juga, tidak seluruh kebenaran yang kita yakini tersebut merupakan kebenaran yang seutuhnya. Kesalahan bukan pada Kebenaran tersebut tetapi dari keterbatasan dan ketidak-sempurnaan kita

Dalam kehidupan ini kita akan banyak menjumpai aneka macam pandangan hidup yang dipergunakan orang sebagai pedoman dalam melandaskan dan membenarkan tindakannya walaupun terkadang sering diantara mereka bertentangan satu sama lain. mereka semua menyatakan acuan dari tindakan yang mereka lakukan tersebut adalah “kebenaran” yang harus diterima bukan saja bagi diri mereka sendiri namun juga untuk orang lain . Istilah Kebenaran sering dipergunakan bagi orang bukan saja untuk membenarkan setiap prilaku dalam tindakannya namun lebih jauh lagi untuk mengidentifikasikan bagi diri pribadi sebagai pemilik,pewaris dan penguasa dari kebenaran tersebut walau apapun juga tindakan yang dilakukannya. Setiap sistem cenderung bersikap ekstrem dalam memberikan batasan relatif dalam menentukan kriteria bagi ‘kebenaran absolut ‘ tersebut untuk bisa dipergunakannya sebagai identitas penentu bagi autoritas kewenangan yang memperbolehkan mereka menganggap sebagai pemilik dan sekaligus penguasa bagi kebenaran tersebut serta membenarkan diri mereka sendiri untuk menindak sistem yang berbeda dengan mereka ketimbang sebagai realitas ketentuan bagi tindakan yang seharusnya ditegakkan bagi diri mereka sendiri dengan juga tetap menjaga harmonisasi kebersamaan dengan sistem lainnya.

® Kebenaran Ilahiyah : cara penerimaaan ?

Kebenaran itu dari Tuhanmu dan jangan kau meragukannya

Tuhan adalah landasan mutlak keimanan spiritualitas. Sebagai Dzat Yang keberadaan, Ketunggalan, Kemutlakan dan Kesempurnaan-Nya harus diyakini kebenarannya. Hanya karena Dia kita ada dalam kehidupan ini dan Hanya dalam DharmaNya keselamatan, kebebasan , kebahagiaan dan keabadian kita berada. Tuhan yang Maha Esa yang dipuja dalam setiap risalah spiritualitas , yang dipuji

Keyakinan ini mungkin kita peroleh melalui cara pendekatan dan peyang berbeda , antara lain :

Pendekatan umum :

1. penalaran filosofis = kesimpulan

Walaupun mempunyai keterbatasan dalam mengkajinya, intelek (rasio) - yang merupakan sebagian dari intelgensia kecerdasan- dapat juga membawa kita menuju keyakinan positif tentang keilahian . Dengan analisis dialektika dan estetika kita menyadari perlu bahkan harus adanya Tuhan dalam semesta ini. Kemudian melalui argumen apologia(hujah/dalil pembenaran keyakinan)dan sikap metanoia(pengarahan rasio menuju keimanan) kita berusaha untuk mempertahankan keyakinan tersebut. Dengan cara demikian kita sudah dapat menempatkan akal kita pada posisinya yang tepat yaitu sebagai pendukung bagi keimanan dan penguat untuk ketaqwaan kita dan bukan sebaliknya justru malah menentang kebenaran dan bahkan menyangkal keilahian .

2 .keyakinan dogmatis = kepatuhan

Walaupun memiliki kesederhanaan dalam menerimanya, namun haruslah diakui sebagian besar dari kita meyakini masalah keilahian ini dikarenakan kita sejak kecil memang sudah dibentuk dan dikondisikan untuk mempercayainya secara dogmatis melalui doktrin agama yang kita anut. Hendaklah hal ini tidak disikapi sebagai perolehan yang naif ; bahkan sebaliknya justru kita harus mensyukurinya dikarenakan karunia keimanan tersebut sudah dapat kita terima semenjak usia dini sehingga kita segera dapat menjalani kehidupan ini dalam pedoman ketaqwaan yang sudah lebih dahulu terarah dibandingkan orang lain yang mungkin dibesarkan dalam lingkungan yang tidak kondusif untuk itu .

3. penempuhan mistis =

Walaupun masalah keIlahian dan juga keagamaan seharusnya dihayati secara sadar dan tulus serta dijalani secara benar dan tepat berdasarkan

Perbandingan pendekatan autentik =

Filsafat : Kami tidak menggunakan paradigma filosofis

Agama : Kami tidak menggunakan paradigma dogmatis

Mistik :Kami tidak menggunakan paradigma mistis

Pendekatan lain :

Terdapat 2 :

4. penyesuaian estetis =

Walaupun memerlukan kesungguhan perjuangan dan terutama karunia ‘keberuntungan’ untuk mencapainya,seorang penem

Kami tidak menggunakan paradigma estetis

5. kepentingan hegemonis =

Walaupun memerlukan kesungguhan perjuangan dan terutama karunia ‘keberuntungan’ untuk mencapainya,seorang penem

Kami tidak menggunakan paradigma politis

Pendekatan baru :

Terdapat 2 :

6. penempuhan humanistis =

Walaupun memerlukan kesungguhan perjuangan dan terutama karunia ‘keberuntungan’ untuk mencapainya,seorang penem ® kebebasan

Kami tidak menggunakan paradigma humanistis

7. penempuhan dianektis =

Walaupun memerlukan kesungguhan perjuangan dan terutama karunia ‘keberuntungan’ untuk mencapainya,seorang penempuh yang tulus dalam mencari dan menyelami realitas kebenaran dalam samodera kehidupan ini mungkin saja – jika Tuhan menghendaki – akan mampu mengalami transformasi psikologis bahkan spiritual yang membawanya kepada kesadaran intuitif kepada keilahian dan juga kearifan dalam kebenaran dan kebijakan hidup. Hal mana yang kemudian akan segera menghapus keraguan yang terkadang mungkin sempat mengusik benaknya dan bahkan selanjutnya akan semakin mempertegas keyakinan terhadap keilahian dan Dharma kebenaranNya yang senantiasa dipertahankan dalam perjalanan kehidupan ini. Melalui proses individuasi yang intensif para penempuh mengalami realisasi diri - melampaui individualitas dirinya yang picik dan licik dan untuk selanjutnya memasuki tahapan universal secara sadar dan tulus dalam mengkuduskan kehidupannya dalam Dharma kebenaran Ilahi..

Kami tidak menggunakan paradigma filosofis ® ketepatan

Dipathera : Dhamma dipatera > atta dipathera / loka dipathera.

Pengajuan & Pengakuan :

· Pengajuan → hipotesis : paradigma alternatif

®Perlunya pandangan absolut

Agaknya kita memang memerlukan suatu kejelasan perspektif dari pandangan filosofis yang komprehensif dan multidimensional untuk dijadikan standar pedoman dalam mensikapi keserbanekaan mozaik kebenaran yang ada beserta metode realisasi yang operasional dan praktis untuk dijadikan panduan dalam menjalani spiritualitas dalam kompleksitas kehidupan aktual kita. Katakanlah hanya sebagai estetika standar yang integral dan universal bagi para penempuh spiritualitas dengan segala perbedaan latar belakang agama dan kepercayaannya agar dapat menjalani kaidah spiritualitas yang sesungguhnya dengan tanpa mengubah atau mencabut seseorang dari latar belakang pandangannya semula dikarenakan memang risalah tersebut bukan ditujukan untuk membentuk faham baru atau bahkan menentang faham lama yang justru akan mengacaukan dan menyesatkan namun bahkan justru sebaliknya semakin meningkatkan perspektif spiritualitas yang dianut serta menunjang pelaksanaan religiusitas keyakinannya masing-masing. Katakanlah ini hanya sebagai suatu metodologi terobosan semacam yoga- scientific religion atau religious science – yang bukan merupakan agama dan tidak juga menentang agama. Sains yang luwes untuk dijalani secara benar namun tanpa dogma yang harus diyakini secara tegas. Sehingga bisa diterima oleh siapapun juga baik bagi setiap penganut agama, mistisi ,filosof bahkan seorang berpandangan atheis atau skeptis sekalipun yang hanya ingin sekedar mengerti ataupun yang kemudian merasa perlu untuk menempuh dan membuktikan sendiri kebenarannya.

Secara ideal paradigma tersebut haruslah

Kriteria ideal paradigma :

1. Kebenaran Mutlak yang sesuai dengan kenyataan sesungguhnya ; tidak sekedar

2. Memungkinkan penempuhan yang berkelanjutan tidak sekedar

3. Mencakup pemberdayaan keseluruhan secara detail tidak sekedar global

Spiritualitas adalah suatu aktualisasi tindakan yang menyeluruh bukan sekedar transformasi pengertian saja ; dimana didalamnya perlu diperhatikan keseimbangan dan keberimbangan dalam pelaksanaannya. Walaupun memang kita seharusnya polos untuk selalu bersifat spontan dan autentik dalam mengaktualisasikan spiritualitas dalam kehidupan nyata namun sebaiknya juga perlu sadar untuk tetap menjaga sikap harmonis dan simpatik dalam berinteraksi secara estetik dan bijak dengan lingkungan keberadaan kita. Karena kesadaran akan proporsionalitas bagi ketepatan beraktualisasi suatu saat mungkin saja kita dapat menjadi tampak inkonsisten namun seharusnya kita tetap berusaha menjaga agar selalu konsisten pada kebenaran realitas . Disamping itu spiritualitas seharusnya juga memperhatikan totalitas holistik keberadaan alamiah dengan tidak terlalu ekstrem menekankan satu aspek polaritas bagian diri dan menyangkal bagian lainnya. Dalam penempuhan spiritualitas sangat diperlukan keberadaan harmonisasi diri yang utuh. Spiritualitas yang dewasa dan sejati harusnya bisa mencakup dan bahkan melampaui segala ekstrem ; dan bukan malah membentuk ekstrem baru sehingga keberadaannya sangat bermanfaat dalam membantu kita untuk memahami dan mengatasi masalah dan bukan sebaliknya malah menambah masalah baru yang lebih parah .Transformasi spiritualitas hendaknya juga dilakukan dengan memperhatikan kompleksitas keberadaan manusiawi kita sebagai pembumi; sehingga tidak semua konsepsi ajaran aranyaka dharma (pengetahuan dari hutan - kebijaksanaan pertapa)merupakan sanatana dharma(kebenaran realitas) yang bisa secara langsung dan mudah diterapkan bagi semua orang , terutama para praktisi awam yang juga harus menghadapi kompleksitas eksistensial karena keberadaannya. Hakekat Paramatha ( Ajaran kebenaran sejati )jika memang perlu disampaikan seharusnya juga dibahas secara utuh dan menyeluruh hingga jelas terfahami ; karena jika tidak pasti lah akan terjadi kesalah mengertian pemahaman akan maksud yang sesungguhnya dari sistem ajaran tersebut. Si penempuh yang walaupun mungkin sangat tulus namun karena ketidak- mengertian tersebut malah dapat salah arah dan berakibat fatal bagi penyesuaian kehidupan pembumian ,pertumbuhan kedewasaan dan bahkan kemungkinan pencerahannya .

Mengingat luasnya kajian tersebut idealnya karya tersebut haruslah dituliskan oleh

Perlunya Kriteria ideal penulis :

1. Tuhan sendiri

2. Penyeru /Pemandu Pilihan : Rahni Ilahi ® Para Nabi yang terevilasi , para Suci yang terilluminasi

3. Kelayakan : Karani kathani ® yogi/sufi ‘first hand’ , filsuf / fuqoha ‘authoritas’ , hukama

Sampai sejauh ini

sejumlah Peneliti Kebenaran – seperti : Ibn Arabi, Osho,Khrisna Murti, Anand Khrisna, George Gurjieff , Vernon Howard, dan masih banyak lagi para mistisi timur dan filsuf barat - menyadari kenyataan tersebut .dan kemudian mereka secara spontan dan autentik tampaknya berusaha menjabarkan mozaik kebenaran-kebenaran yang tersebar tersebut dalam perspektifnya yang tepat. mereka mengulas banyak hal, seperti: Kajian literatur mistik kuno,bahasan kitab suci dan ajaran agama-agama besar, pandangan terhadap filsafat dan psikologi kontemporer serta pengamatan terhadap kehidupan aktual nyata. Pandangan – pandangan tersebut sedikit-banyak membawa kejelasan dan pencerahan kesadaran baru atas hakekat sesungguhnya dari Realitas Kebenaran. Namun sangat disayangkan tampaknya mereka melupakan satu permasalahan paling mendasar dan menyasar yang sesungguhnya justru paling penting untuk dipaparkan kepada pemerhati spiritualitas awam seperti kita yaitu dengan tidak memberikan semacam wawasan panduan praktis yang sistematis dan menyeluruh mengenai sistem filosofi dan metode realisasi yang benar dan jelas sebagai kesimpulan akhir dari segala pembahasan aneka aliran spiritualitas tersebut .Sebagian besar tulisan dan ceramah mereka masih berputar-putar pada kajian tentang pembenaran visi dan misi dari setiap ajaran /pandangan yang ada tetapi hampir tidak diajukan intisari kebenaran global yang terdapat di dalam keseluruhan pembahasannya ataupun hanya sekedar memaparkan ulasan kritis tentang sistem kehidupan kontemporer dewasa ini namun nyaris tanpa pengajuan solusi yang bisa kita jadikan acuan dalam pembumian kehidupan kita secara nyata.

Dikarenakan para pakar peneliti kebenaran yang sangat kompeten dan kita andalkan dalam permasalahan spiritualitas sama sekali tidak merangkumnya , maka dengan segala keterbatasan pengertian yang ada penulis memberanikan diri mengajukan karya ini ke hadapan pembaca. Katakanlah ini hanya rintisan pembuka dari seorang awam agar di kemudian hari bermunculan buku-buku risalah pemandu yang lebih berkualitas dan semakin sempurna oleh para pakar yang lebih layak untuk hal ini.

· Pengakuan → penulis bukanlah orang tepat yang layak mengungkapkan masalah spiritualitas kepada umum.

Pengakuan realitas =

Bukan kriteria ideal penulis :

1.Tuhan

2. Pilihan : Rahni Ilahi ® Para Nabi yang terevilasi , para Suci yang terilluminasi

3. Kelayakan : Karani kathani ®

® Orang awam yang menempuh dan ingin ,sharing’ feedback

Sesungguhnya penulis bukanlah orang tepat yang layak mengungkapkan masalah spiritualitas kepada umum. Dikarenakan untuk menyampaikan masalah tersebut harusnya hanyalah pribadi tak tercela yang bisa diteladani prilaku kehidupannya dan dalam penempuhan spiritualitasnya telah mampu mencapai Pencerahan sempurna – setidaknya sudah memperoleh hasil kemajuan spiritualitas yang cukup tinggi . Sedangkan Penulis hanyalah seorang pencari yang cuma memiliki sedikit pengetahuan intelektual olahan mengenai spiritualitas yang dasar pengertiannya diperoleh dari sekian literatur dan informasi yang diberikan oleh orang lain sedangkan pengalaman dan keberadaan penulis yang sesungguhnya hampir tanpa mampu menjalani penempuhannya sehingga sama sekali tidak memenuhi persyaratan tersebut . Sama sekali bukanlah ‘prestasi’ yang membanggakan maupun ‘prestise’ yang mengesankan bagi seorang penulis masalah spiritualitas. Dan ini bukanlah basa-basi dari suatu kerendahan hati namun memang merupakan kenyataan sesungguhnya yang tidak akan penulis tutupi kebenarannya. Tak ada gunanya menipu diri sendiri maupun orang lain dengan menyatakan dan menganggap diri sendiri sebagai kebalikannya. Terkadang kejujuran dan keterbukaan memang diperlukan bukan saja demi kebaikan orang lain namun terutama juga demi kelegaan diri untuk kemudian mampu lebih lancar membahas permasalahan yang akan diutarakan.dikarenakan tiada lagi beban maupun kedok penutup kebohongan untuk selalu terus disembunyikan. Bukankah Tuhan Yang Maha mengetahui baik yang tampak dan tersembunyi selalu mengawasi kita ? sehingga dusta walaupun mungkin dapat membawa kita dalam suatu kemuliaan semu dihadapan manusia namun sungguh sama sekali tidak sebanding dengan kenistaan kita dihadiratNya.

Oleh karena itu sebelumnya izinkan kami menyatakan kejujuran ini kepada anda bahwa penulis ini sesungguhnya tidaklah lebih baik dari anda sebagai pembaca; bahkan kemungkinan besar justru malah sebaliknya. Mengingat pengetahuan dan pembicaraan sesungguhnya sama sekali tidaklah selalu menunjukkan keberadaan sebenarnya . Sehingga dalam pembahasan nanti bisa diibaratkan bagaikan seseorang yang menunjukkan jari kedepan orang lain dalam berbicara dimana walaupun satu jari telunjuk tersebut mengarah kepada pembaca namun sesungguhnya empat jari mengarah kepada si penulis sendiri. Maksudnya penulislah yang sebenarnya lebih memerlukan kebenaran tersebut daripada pembaca.. Jadi tak perlu tersinggung dan merasa tidak nyaman karena merasa ‘ digurui’ oleh orang yang memang sebenarnya tidak pantas. Kebenaran tetaplah suatu Kebenaran walaupun orang hina yang menyatakan ; ketidak-benaran tetaplah ketidak-benaran walaupun seorang raja yang mengatakan.jadi Simaklah kebenaran yang ditunjukkan dan bukan jari si penunjuk tersebut.- demikian kata orang bijak yang seharusnya kita camkan bersama dengan tanpa maksud sedikitpun dari penulis untuk membela diri . Kebenaran adalah kebenaran ; dan kebenaran sesungguhnya merupakan suatu kenyataan ilahiah yang bebas sama sekali dan tidaklah bisa dimanipulasikan sebagai pembenaran identitas ataupun autoritas pemilikan bagi suatu pribadi atau pandangan dari suatu sistem tertentu saja walaupun setinggi atau serendah apapun kita mengidentifikasikan anggapan atas diri dan golongan kita sendiri.Dan sesungguhnya buku ini terutama memang ditujukan sekedar untuk media katarsis dan resume analisis dari pencarian kebenaran selama sekian tahun yang perlu tersusun bagi penulis sendiri walaupun tidak menutup kemungkinan jika kemudian sejumlah informasi yang diberikan bisa juga dijadikan sebagai referensi pelengkap bagi pengetahuan maupun penenpuhan yang anda lakukan. Daripada menjadi ‘api dalam sekam’ yang meresahkan diri sendiri adalah lebih baik untuk mengungkapkannya kepada sesama karena walaupun mungkin hal ini terasa begitu memalukan namun demikian seperti lilin yang membakar dirinya sendiri penulis masih dapat berharap bahwa nyala kecilnya sedikit banyak akan mampu memberikan terang bagi para pencari kebenaran yang memerlukannya. Demikianlah akhir kebimbangan dan awal pengungkapan dari literatur ini.

Kemudian dengan menepis rasa malu dan ragu, kami akhirnya mulai menuliskannya. Dan bagaikan hanya menabur mimpi, penulis tidak perduli apakah kemudian akan ada penerbit yang bersedia menyebar-luaskan karya yang mungkin tidak cukup ‘marketable’ untuk dijual dikarenakan autoritas dan identitas keberadaan penulis yang ‘kurang-meyakinkan’; dan jika ternyata kemudian ada penerbit yang bersedia mencetak dan memasarkannya penulis juga tidak perduli apakah kemudian buku ini kemudian cukup menarik untuk dibeli dan dibaca oleh para pencari kebenaran yang memerlukannya ; dan jika seandainya saja buku ini kemudian tidak disambut dengan baik sekalipun penulis akan siap menerimanya. Yang jelas penyelesaian tugas ini harus segera tergenapi karena mungkin hanya karya kecil ini satu-satunya persembahan sederhana yang bisa penulis berikan pada kehidupan ini kepada Tuhan dan bagi dunia, khususnya anda sebagai pemerhati masalah spiritualitas.

Bukan Kriteria ideal paradigma :

1. Kebenaran Mutlak yang sesuai dengan kenyataan sesungguhnya ; tidak sekedar

2. Memungkinkan penempuhan yang berkelanjutan tidak sekedar

3. Mencakup pemberdayaan keseluruhan secara detail tidak sekedar global

® Pandangan hipotesis

Segala bahasan dan ulasan dari buku ini sesungguhnya bukanlah rhetorika penulis yang ditujukan untuk memanipulasi anda agar langsung menerima dan membenarkan segala wacana yang dipaparkan. Bahkan penulis justru mengharuskan kepada para pembaca untuk senantiasa kritis mengkaji literatur ini dengan kecerdasan nalar dan kejernihan nurani agar senantiasa terjaga dari kesesatan dikarenakan walaupun sesungguhnya penulis senantiasa mengharapkan perlindungan Tuhan agar diberikan keahlian dan kearifan dalam memilah dan memilih kebenaran dari kesesatan yang mungkin disengaja ataupun mungkin tidak disengaja dan untuk itu melalui usaha semaksimal mungkin dalam merangkum permasalahan spiritualitas selama sekian tahun ini; penulis tetap berkeyakinan karya ini masih jauh dari kesempurnaan dan bahkan tidak menutup kemungkinan banyak terdapat kekurangan bahkan bisa jadi kekeliruan yang terdapat didalamnya dikarenakan keterbatasan penulis dalam menganalisis suatu permasalahan. Singkat kata, buku ini hanyalah karya sederhana seorang anak manusia yang memiliki keterbatasan untuk disikapi secara jeli dalam mengkajinya.. Dan untuk menjaga kemungkinan dari penyesatan yang mungkin saja secara tidak disadari akan terjadi maka buku ini dilengkapi juga dengan Kuis dianektisi pada akhir pembahasan untuk diisi sesuai dengan pandangan anda sendiri. Anda boleh mengisi apapun juga sesuai dengan keyakinan ataupun keinginan anda sendiri – walaupun itu mungkin saja berbeda sama sekali dengan sejumlah pandangan yang dipaparkan penulis. Kuis – yang merupakan penerapan dari Sistem majeutice dari seorang filsuf terkemuka bernama socrates ini – dimaksudkan agar anda bisa menentukan cara memandang dan menjalani kehidupan ini. Kebenaran harus lahir secara otentik berdasarkan kesadaran anda sendiri . Dikarenakan tanggung jawab eksistensialitas seorang pribadi dibebankan pada pundak dirinya sendiri maka sudah selayaknya kebebasan menentukan keputusan bagi perjalanan kehidupannya sepenuhnya juga berada di tangannya sendiri .Keberadaan buku ini bisa dikatakan hanyalah sebagai bidan yang mencoba membantu anda untuk menghadirkan kesadaran tersebut ke permukaan agar kemudian anda bisa menentukan kepastian bagaimana anda selanjutnya mensikapi dan menjalani kehidupan anda sendiri. Uraian dalam pembahasannya tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi pilihan anda dalam menentukan keputusan jawaban namun hanya sebagai perspektif pelengkap dalam memperluas wawasan anda akan adanya sekian banyak sudut pandang dalam memahami setiap aspek kehidupan yang sama dari kebenaran yang satu tersebut. Oleh karena itu kuis tersebut bisa juga digunakan baik sebagai batu ujian pemantapan bagi para penganut dari sistem tertentu maupun penentuan sikap hidup bagi para penempuh ataupun sekedar referensi wawasan bagi para pembaca biasa. Kebenaran Mutlak hanyalah milik Tuhan dan hanya pada kuis ini anda diberi privacy kebebasan untuk menafsirkannya sendiri secara autentik dan subyektif dimana tidak satupun jawaban yang bisa dikatakan benar atau salah – jadi segalanya terserah anda dan seluruhnya tergantung Dia.

Pengharapan :
· Kemanfaatan → sesama Pencari Kebenaran,Penempuh Kehidupan,Pemerhati keabadian,Pengamat Kenyataan

Dengan segala keterbatasannya kami berharap akan sangat bermanfaat sebagai referensi panduan maupun sekedar literature wawasan bagi para pembaca yang mungkin terpilah dalam 4 (empat) kelompok berikut :
(1) Pencari Kebenaran :
Walaupun pada hakekatnya setiap kita adalah pencari kebenaran ; namun yang kami maksudkan disini adalah
sesungguhnya target pertama dan terutama dari maksud dan tujuan penulisan buku ini adalah .sebagai referensi pustaka bagi mereka. Para truth seeker,dharma sekha , pembelajar dan pemberdaya diri,
(2) Penempuh Kehidupan, :
Kita semua
(3)Pemerhati keabadian, :
Tidak semua manusia
(4) Pengamat Kenyataan :
Dalam eksistensialitas kita
· Pensikapan → Sikap terbuka dan sekaligus terjaga ini seharusnya senantiasa anda jalani dalam segala hal ;

Untuk kesekian kalinya penulis berharap ,hendaklah sebagai pembaca sekaligus penempuh anda tetap senantiasa terbuka dan terjaga dalam memahami dan mensikapi permasalahan. Terbuka dalam pengertian reseptif dalam memahami suatu dialektika bahasan suatu permasalahan ; namun sekaligus juga bersikap terjaga untuk tidak harus menerimanya mentah-mentah sebagai pandangan yang benar dimana kemudian anda tidak harus menyetujuinya sebagai pandangan yang anda ambil.

Sikap terbuka dan sekaligus terjaga ini seharusnya senantiasa anda jalani dalam segala hal ; termasuk di dalam mengkaji literatur ini. Walaupun sesungguhnya penulis senantiasa mengharapkan perlindungan pada Tuhan agar Dia senantiasa memberikan petunjuk supaya kami mampu untuk senantiasa menyatakan hanya kebenaran saja dan berusaha semaksimal mungkin untuk menyusunnya dalam kejelasan pada seluruh bahasan di lieratur ini ; namun penulis tetaplah mengakui dan merasakan tidak seluruhnya dari risalah pandangan ini merupakan kebenaran yang harus diyakini . Karya ini - sebagaimana mungkin juga karya manusiawi lainnya - masih memiliki banyak kekurangan untuk diisi, kekeliruan untuk diperbaiki , dan keterbatasan untuk disempurnakan. Oleh karena itu tetap sangat diperlukan kedewasaan dari pembaca sendiri dalam mensikapi dan menerima ulasan sehingga mampu memilih dan memilah sesuai dengan kemanfaatan yang diperlukan.
· Pengertian ®kebenaran hanyalah karena Tuhan; kesalahan yang berasal dari diri pribadi penulis sendiri .

Seandainya ulasan yang terungkap sungguh merupakan kebenaran ; maka kebenaran itu hanya karena hidayah Tuhan semata dikarenakan Dialah sesungguhnya sumber dari segala kebenaran yang ada sehingga tiada hak bagi penulis untuk menyatakan kebenaran ini dikarenakan upaya diri sendiri. Namun jika dalam pengungkapan terdapat kekurangan dan kekeliruan atau bahkan mungkin penyesatan ; sesungguhnya kelalaian tersebut disebabkan karena keterbatasan manusiawi penulis sendiri yang tak tersadari ; dan dengan tetap selalu mensucikan Tuhan Yang Maha Benar dari segala kesalahan ulasan pembahasan pada buku ini.-adalah haq bagi kami untuk mengakui kekeliruan tersebut sebagai kesalahan yang berasal dari diri pribadi penulis sendiri . Semoga Tuhan mengampuni dan pembaca bisa memaklumi.

Terakhir ; Selamat Membaca .





BAB I =

REFERENSI = Pengertian

Prolog = Hipotesis Paradigma :
Referensi ini kami jadikan dasar awal dalam pengkajian paradigma Dhamma dipathera (pendekatan kebenaran absolut) ini. Dhamma dipathera tidak sekedar pembenaran loka dipathera saja ataupun atta dipathera belaka. Kami berharap wawasan paradigma yang tersaji cukup akurat untuk memuaskan akal agar kemudian kita merasa perlu untuk bersegera menempuh realisasi tindakan pemberdayaan diri dan sekaligus pembuktian bagi hipotesa yang dipaparkan. Pantha-Rei , biarkan segalanya mengalir apa adanya sebagaimana harusnya.

Langkah awal haruslah dimulai. Untuk dapat melangkah dengan benar kita memerlukan pandangan yang relatif benar juga. Osho menyatakan walaupun tetap perlu dilakukan namun sesungguhnya langkah awal cenderung sebagai sesuatu kekeliruan. Dikarenakan kebenaran sesungguhnya melingkup secara nyata pada kita . Dia tidak dimana-mana. Pengetahuan yang terserap dalam bentuk informasi dan bukan realisasi memang kurang memadai dan terkadang justru malah menghambat keberhasilan suatu penempuhan dikarenakan senantiasa ada kecenderungan dari kita untuk merasa cukup sekedar mengerti saja untuk kemudian merasa tidak perlu menjalaninya, ataupun sering juga terjadi interferensi kesalah-fahaman dalam menafsirkan dikarenakan perbedaan dan kesenjangan dengan apersepsi pengetahuan sebelumnya, ataupun keterlalu-melekatan pada pandangan tersebut justru akan menghambat realisasi pengembangan kebijaksanaan dan peningkatan kesadaran yang mungkin dapat dicapai ; atau bisa juga terjadi adanya penyesatan dan keterpedayaan yang tidak selalu disengaja sebagai manipulasi kelicikan pemapar demi kepentingan pribadinya sendiri namun juga bisa suatu kekeliruan informasi karena keterbatasan pengetahuan walaupun dia memiliki maksud tulus untuk memberdayakan .

Osho mungkin benar namun demikian kami juga berpandangan. GIGO (garbage in,Garbage Out). Jika yang masuk sampah, keluarnyapun cenderung sampah). Tetap diperlukan kejelasan dan ketepatan pengertian bagi kita semua untuk dapat menghayati kebenaran tersebut. Pandangan yang benar adalah separuh langkah tindakan yang benar.. Namun demikian memang sangat perlu kewaspadaan bagi kita semua dalam menyimak dan mensikapi referensi pandangan awal ini. Sikap terbuka dan terjaga haruslah tetap menjadi senjata anda dalam mengkaji setiap hipotesis bahasan pada buku ini.

asumsi pensikapan : terbuka & terjaga

Sikap terbuka dan terjaga adalah perpaduan sikap yang tampak saling bertentangan satu sama lain namun sesungguhnya sikap ilmiah ini saling melengkapi satu sama lain.

Jika anda terlalu terjaga anda akan cenderung untuk tidak mempercayai wacana apapun juga dan tidak memperdulikan dampak penolakan tersebut untuk kemudian secara spontan langsung menolak suatu pandangan tertentu. Anda akan terhindar dari keterpedayaan yang akan merugikan anda dan sekaligus terhalangi juga dari keberdayaan yang akan berguna bagi anda. Sikap selalu terjaga mungkin memang sikap yang paling aman namun juga paling stagnan. Jika system 100 % aman kemungkinan besar system tersebut tidaklah berjalan. Bagaikan katak didalam tempurung sikap terjaga bisa diibaratkan sebagai tempurung yang menutup segala masukan

Sebaliknya Jika anda terlalu terbuka anda akan percaya begitu saja akan kami. Sikap ini mungkin sangat riskan .

Kisah keterjagaan & keterbukaan :

Ali b Abi Tholib :

® terbuka untuk siaga menghadapi dalam segala kemungkinan yang mungkin terjadi.;

‘kalama sutta’ :

® : selama belum ada realita yang membuktikan kebenarannya ; segalanya barulah hipotesa.

terjaga untuk hanya menerima kebenaran melalui penempuhan dan

Edward S Bono mengutarakan suatu kata tanggapan “Po” sebagai alternatif jawaban spontan “ya” atau “tidak”. Segala hiPOthesis (pandangan ) adalah Possible (mungkin). Mungkin Ya , mungkin juga tidak. Bisa “Ya” jika memang benar adanya; bisa “Tidak” jika memang tidak demikian nyatanya. Sikap PO ini tidak menuntut anda untuk segera mempercayai ataupun menyangkal segala sesuatu sebelum nyata kebenarannya. Tetap terjaga karena selama belum ada realita yang membuktikan kebenarannya; segalanya barulah hipotesa.namun juga terbuka untuk tetap senantiasa bersiaga menghadapi dalam segala kemungkinan yang mungkin terjadi.dengan mempersiapkan keberdayaan diri yang diperlukan. Segalanya ada waktunya. Kebenaran tetap akan terjadi walaupun kita tidak meyakininya, kenyataan tetap akan terjadi walaupun kita tidak menginginkannya. Pandangan perlu dibuktikan keabsahannya. Kesejatian perlu diberdayakan untuk kesiagaannya. Kehidupan perlu diusahakan untuk kesuksesannya. Pilihan perlu ditentukan untuk kepastiannya. Tindakan perlu dilakukan untuk pemenuhannya,

1) GNOSIS : Keakuratan paradigma (W) :

prolog : KeIlahian ?

Kehidupan yang sejati seharusnya menyandarkan pada Kebenaran Absolut yang nyata bukan sekedar pembenaran keinginan subyektif ego (atta dipathera) semata ataupun keyakinan relatif pandangan superego (loka dipathera) belaka. Oleh karenanya diperlukan Premis Pandangan yang benar (setidak-tidaknya tepat) untuk memahami realitas kebenaran abadi dan fenomena kenyataan sebagai dasar acuan kita dalam mensikapi dan menjalani hidup ini.
Berbicara tentang Kebenaran dan keMutlakan membawa kita pada pandangan tentang KeIlahian yang dimuliakan dalam risalah religiusitas agama tradisional dan spiritualitas mistik esoteris serta dalam sejumlah pandangan filsafat dan estetika yang sebagian besar memandangnya dipandang sebagai Sumber Mutlak kebenaran dalam dogma,wacana maupun hipotesa theologinya masing-masing..

KeIlahian dalam Agama + Mistik & Filsafat + Ethika =

Mediteran : Yahudi – Kristen – Islam : Ibrahim ,Musa , Daud , Yesus dan Muhammad & Mistisme Kabala , Esena dan Sufisme

India ‘Hindustan” sebagai negeri mistis dan filsuf timur melahirkan kultur religi hinduisme yang beragam , termasuk juga Buddhisme, & Sikh . Mistisme Yoga . Cina Taoisme. Babilonia Zoroaster . Mesir Ikhnaton.

Perenialist , Theosofist

konsideran asumsi 3 ;

Sebelumnya kita simak dulu sejumlah sikap pandang manusia mengenai permasalahan keTuhanan ini beserta dialektika pensikapan

(1) mempercayai atau mengingkari KeIlahian? ® Konsep Menerima :

Konsep Mengingkari :

Sejumlah filsuf empiris , rasionalist > vitalist , atheist,

Konsep Mempercayai :

Sejumlah filsuf religius > positivist agnosis,

® Konsep Menerima :

Prinsip terbuka untuk mempercayai kemungkinan adanya ‘keMutlakan’ / keIlahian.

Atheisme adalah kemustahilan ontologis . Atheisme adalah tempurung Osho. Mulhad
(2) Menerima KeIlahian secara familiar atau absolut? ® Konsep Tauhid =

Umumnya terdapat 2 (dua) sudut pandang dasar dalam mensikapi keTuhanan , yaitu secara familiar dan absolut

Konsep familiar : Sudut pandang yang familiar memandang Tuhan; keberadaanNya secara pasti dapat dipersonifikasikan secara akrab dan juga kehendakNya secara positif dapat diidentifikasikan. walaupun pada prakteknya Pandangan yang terlalu familiar tentang keTuhanan tepat dikarenakan memungkinkan adanya hubungan antara makhluk dengan Tuhan yang berpribadi dan mudah difahami. Sayangnya, seringkali cara pengenalan Tuhan dipersonifikasikan secara naif sesuai dengan anggapan dan kepentingan pandangan tersebut yang terkadang menyebabkan idea keTuhanan dan kebenaranNya malah menjadi ‘rentan’ terhadap aneka kekacauan identifikasi yang membataskan sesuai dengan anggapan keyakinan dan atau bahkan sekedar keinginan kita sendiri. Sehingga Tuhan menjadi terrendahkan secara kasar karena ke”terbatas’annya tersebut dan seakan justru menimbulkan kesan hanya memanipulasi kekudusan idea keTuhanan dan keluhuran idea Dharma demi kepentingannya sendiri.

Konsep Absolut ;

Sejumlah besar filsuf cenderung untuk lebih memandang Tuhan dalam aspek transendentalNya. Karl Jaspers,sebagai contoh, menyatakan kepercayaan (Faith) adalah transendensi. Ketidak percayaan transendental keTuhanan akan membawa kita kepada nihilisasi,demonologi dan deifikasi.

1. nihilisme : menganggap segala sesuatu {termasuk Tuhan } nihil .

2. demonologi :

3. deifikasi :

Namun demikian Jaspers juga menyatakan chiffers ; semacam : inspirasi (keilhaman) , revilasi (pewahyuan) , illuminasi.(pencerahan)

Sudut pandang yang absolut memandang Tuhan begitu sempurna untuk dapat difahami, sehingga segala pengenalan yang pasti dan positif tentang Tuhan sesungguhnya adalah mustahil. ignoramus,ignorabimus (kita tidak mengenalNya,dan tidak mungkin akan mengenalNya]- demikian kata seorang filsuf bernama Dubois. Pandangan ini kemudian tumbuh dan berkembang menjadi aliran agnostisme. Mengakui keberadaan Tuhan (yang Absolut) namun meragukan keabsahan agama dengan Tuhan yang didogmakan sangat familiar. Pandangan yang terlalu absolut tentang keTuhanan walaupun pada hakekatnya tampak benar dikarenakan dalam hal esensiNya memang Tuhan bebas dari penyerupaan dengan wujud makhluk. Namun hal ini menyebabkan hubungan kita dengan Tuhan sebagai Landasan dan Tujuan bagi spiritualitas justru menjadi terlalu absurd. Tuhan menjadi begitu jauh diluar jangkauan pengertian sehingga tidak memungkinkan sama sekali adanya hubungan diantara keduanya. Tuhan yang terlalu dipandang transenden absolut malah menjadi ‘asing- tak dikenal’. Sehingga Tuhan menjadi tersingkirkan secara ‘halus’ justru karena kesempurnaanNya. Pandangan ini begitu ironis seakan malah disalih tafsirkan memiliki maksud tersirat untuk menyangkal mampu dan perlunya hubungan antara manusia dengan Tuhannya.
® Konsep Tauhid =

Jika kau memandangnya tanzih semata kau membatasi Tuhan.

Jika kau memandangnya tasbih belaka kau menetapkan Dia

Namun jika kau menyatakanNya tanzih dan tasybih;

kau berada di jalan Tauhid yang benar

Sufi Ibn Arabi memandang KeIlahian Tuhan secara Esa - utuh dalam keseluruhan. Tuhan dipandang sekaligus sebagai Dzat Mutlak yang kekudusanNya tak tercapai oleh apapun/siapapun juga (transenden/tanzih) namun keluhuranNya meliputi segala sesuatu (immanen/ tasybih) sehingga walaupun pada dasarnya Kekudusan dan kesempurnaan Tuhan secara intelektual tak terfahami (agnosis)dengan keberadaan yang mungkin terlalu agung untuk kemudian tak diPribadikan(impersonal) dan mandiri (independent) namun kemulian IlahiahNya sering disikapi sebagai figur yang berpribadi(personal) dan Dharma kehendakNya dapat difahami(gnosis) sehingga memungkinkan terjadinya hubungan antara makhluk dengan Tuhan sesuai dengan ketentuanNya (dependent).

Prinsip Tauhid ini tampak bisa menjembatani 2 (dua) ekstrem cara memandang keIlahian Tuhan.® Konsep Tauhid = Prinsip tengah untuk mempercayai kemungkinan

(3) Menerima keIlahian secara Tauhid sebatas pengertian atau peribadahan?®Konsep Ehipasiko: Prinsip penempuhan dianektis

Mahatma Buddha tampaknya lebih menitik beratkan spiritualitas dalam penempuhannya daripada sekedar membicarakan dan memperbincangkan teorinya saja sehingga kemudian dia tidak ingin berspekulasi dan terjebak dalam rimba perselisihan pendapat konseptual yang tidak begitu perlu ketika seseorang menanyakanNya tentang hakekat Tuhan . Dia hanya meletakkan telunjuk di bibirnya.sebagai ‘jawaban’. Mungkin karena ini masalah keTuhanan hampir tak pernah disebut-sebut dalam ajaran Buddhisme ; sikap ini kemudian sering disalah tafsirkan sebagai penegasan bahwa ajaran Buddhisme menyangkal adanya Tuhan. Padahal sesungguhnya dengan sikap tersebut Buddha mengisyaratkan jawaban bahwa Tuhan yang Maha Esa itu ada namun Dia terlalu sempurna untuk digambarkan dengan kata-kata..

Dalam kitab suci Uddana 8.3 Parinibbana (3) Buddha bersabda :

O,bhikkhu ; ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak

Jika seandainya saja tidak ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran penjelmaan ,pembentukan , dan pemunculan dari sebab yang lalu.

Tetapi karena ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma, tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut maka ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu itu.

Ini secara tidak langsung mungkin menunjukkan dua hal sekaligus ,yaitu : kesaksian akan adanya keilahian yang diistilahkan sebagai ‘yang tak terbatas” dan yang kedua penjelasan bahwa nibbana pencerahan sebagai puncak pencapaian spiritualitas Buddhisme hanya mungkin terjadi karena adanya ‘Yang tak terbatas’ tersebut. Hal ini akan kita bahas lebih lanjut pada masalah pencerahan spiritual

Prinsip penempuhan dianektis melalui hipotesa sementara pengertian dialektis

1) Bagi Atheist :

2) Bagi Mu’min yang Familiar :

3) Bagi Mu’min yang Absolut :

· perspektif insaniah 4 (3 + 1);

perspektif insaniah 4 (3 + 1);

Jendela Pengamatan Manusiawi : Jnana – Bhakta - Karma

+ Turiya : ® : Metafisik ; Spiritual ; Robbaniah
manusia memberikan bingkai persepsi keIlahian dengan menghayati Tuhan sebagai kebenaran dalam pengertian intelektualnya yang kemudian direalisasikannya dalam jalan pengetahuan (jnana yoga); sebagai keindahan dalam pengertian emosional yang kemudian direalisasikannya dalam jalan kebaktian (bhakta yoga) ; sebagai kebaikan dalam pengertian aksional yang kemudian direalisasikannya dalam jalan perbuatan (karma yoga).

Osho menambahkan jendela pendekatan intuitif mistik sebagai jendela keempat (Turiya) untuk merealisasikan keIlahian tersebut melalui kesadaran langsung

formulasi konsep 3

· konsideran asumsi 3 ;
(keberadaan; kenyataan ; kebenaran ); ® KeIlahian dalam wujud,kuasa dan kasih .

Dengan tanpa maksud sedikitpun untuk mencabut anda dari kepercayaan dogmatis ataupun bahkan pandangan atheistik yang telah anda yakini sekalipun, berikut ini akan kami paparkan gnosis dasar spiritualitas esoterik mengenai keTuhanan,Keabadian dan kehidupan melalui pendekatan filosofis. Pandangan ini kami ajukan bukan hanya untuk menjaga netralitas dan obyektivitas pembahasan dari keberfihakan pada suatu ajaran atau faham tertentu ataupun hanya berdasarkan kecenderungan perkembangan pandangan filosofis dewasa ini. namun juga dikarenakan adanya sejumlah keidentikkan kedalamaman perspektif esoteris yang terdapat pada sekian banyak ajaran religi dan mistik tradisional yang tampak berbeda pada eksoteris di permukaannya.
Trilogi KeIlahian : Wujud keberadaan; Fakta kenyataan ; Nilai kebenaran

® Realitas KeIlahian dalam Wujud, Kuasa dan Kasih.

® Trilogi KeIlahian : Wujud keberadaan; Fakta kenyataan ; Nilai kebenaran

Dhamma dipathera haruslah selaras

® Realitas KeIlahian dalam Wujud, Kuasa dan Kasih.

1) Kaidah Wujud = Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk ) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan , segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada.

2)Kaidah Kuasa = Tuhan adalah Dzat Mutlak yang keluhuran ilahiyah laten deitasNya melingkupi segala sesuatu (immanent) namun kekudusan Dzat MutlakNya tak terjangkau oleh apapun atau siapun juga (transcendent) ® monotheistic x pantheistic,

3)Kaidah Kasih = Tuhan adalah Hakekat yang merupakan pangkal dan akhir segala yang ada. Segalanya berada dalam kuasa kehendakNya

Dalam ketentuan kuasaNya ; Tuhan mengarahkan segalanya dengan dhamma kenyataan. Segala nya berada dalam PengaturanNya

Dalam kehendak kasihNya ; Tuhan mengarahkan segalanya dalam Dharma kebenaran ; Segalanya berada dalam PemeliharaanNya

1. Hipotesis keBeradaan Tuhan (w) :


Kaidah Wujud :Tuhan (kholik) sebagai wajibul wujud ; (makhluk ) adalah mumkimul wujud

®Tanpa Tuhan , segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada.

Premis Dasar

1. Hipotesis keBeradaan Tuhan :

Kaidah Wujud :

Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk ) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan , segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada.

Tuhan adalah Wujud Mutlak (al wujud al muthlaq) Wujud yang keperiadaanNya wajib ada – karena jika tidak ada maka segala perwujudan lain (makhluk) yang hanya bersifat relatif dan mungkin (al wujud al mumkinat) tak mungkin ada juga. Tanpa apapun,Dia bisa ada maujud ; namun Tanpa Dia tiada sesuatupun yang maujud. Dia adalah Hakekat yang merupakan pangkal dan akhir segala yang ada.

® GENESIS = fase keberadaan (w) : Dhyana Dharma – Dharma Dhyana


Dhyana Dharma Keberadaan :
Fase 1 : Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purwaning Dumadi ( Dhyana ® Swadika ! )

Fase 2 : fase peng’ada’an. KeEsaan karena Tuhan. sangkaning Dumadi ( Dharma ® Kehendak Ilahi )

Fase 3 : fase keberadaan Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )

Dharma Dhyana Keberadaan :

Fase 3 : fase keberadaan Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )

Fase 4 : fase peniadaan. Keesaan kembali ke Tuhan. paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )

Fase 5 : fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )

® GENESIS = fase keberadaan (w) : Dhyana Dharma – Dharma Dhyana

Sangkan Paraning Dumadi

Dhyana Dharma Keberadaan :

Dharma Dhyana Keberadaan :
Fase 1 : Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purwaning Dumadi ( Dhyana ® Swadika ! )

Nun ~ Hanya keberadaan Tuhan yang berada dalam Dhyana. tiada apapun jua selain Dia

Nun – Hanyalah Tuhan Keberadaan Absolut . Esa Tanpa siapapun – Swadika dalam Dhyana

Sejumlah filsuf Mistik memandangnya sebagai ketentuan Azali Transendental Tuhan dengan tanpa apapun dan siapapun jua. KeEsaan hanya Tuhan.

Fase 2 : fase peng’ada’an. KeEsaan karena Tuhan. sangkaning Dumadi ( Dharma ® Kehendak Ilahi )

Kun – Hanyalah karena Keberadaan Absolut . Semesta keberadaan terjadi dari ketiadaan karena kehendakNya – Dharma Mandala

Kun ~ Hanya karenaNya, segala yang tiada menjadi ada

Karena kasihNya ; Tuhan menghadirkan segalanya . Dimensi ruang dan semesta terwujud, dan Dimensi waktu dan zaman bergerak.

Sejumlah Filsuf Scientist memandangnya sebagai ‘big bang’ emanasi darii suatu keberadaan agung yang memancarkan kemajemukan esensi nya menjadi beraneka ragam keberadaan dalam mandala yang bersesuaian dengan

Sejumlah Religi Mediteran memandangnya sebagai kreasi penciptaan sang Kholik atas setiap makhlukNya melalui proses bertahap dan berkelanjutan

Sejumlah Mistisi Pantheist memandangnya sebagai tanazul perpisahan dirinya dengan TuhanNya. Karena kesadaran keakuan dia membedakan keberadannya dalam keEsaan bersama Tuhannya. Dengan semakin kuatnya fantasi keakuan dan semakin liarnya sensasi kemauan yang mengikutinya dia semakin menjauh dari hadirat keEsaan TuhanNya dalam ilusi mandala keberadaan sebagai figur keberadaan yang semakin individualis. Tanazul Perpisahan ini menimbulkan kehampaan dan kerinduan untuk Taraqqi kemanunggalan kembali.

Awal penciptaan dunia ini adalah kecintaan Tuhan terhadap diriNya dan dalam diriNya. Melalui cintaNya Dia ingin dikenal dan IlmuNya ingin Dia manifestasikan. Demikian pandangan Ibn Arabi dan juga sejumlah aliran mistik theosofis.Cinta merupakan sebab daripada penciptaan (tajalli = manifestasi diri yang satu dalam bentuk-bentukNya yang tak terbatas).

Fase 3 : fase keberadaan Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )

Aum – Hanyalah Esa Keberadaan Absolut. Segalanya berada dalam Laten Deitas mandala DharmaNya – Strata Mandala

Aum ~ Keberadaan terwujud dalam jagad Qodim Mandala keberadaan sejak masa Azali Mandala Keabadian.

Dalam kuasaNya ; Tuhan mengarahkan segalanya dengan dhamma kenyataan.

Dalam kasihNya ; Tuhan mengarahkan segalanya dalam Dharma kebenaran ;

Pandangan monistik : Aum-sarvam khalv idam Brahman Esa; demikianlah segalanya berada dalam Brahman

Saat ini dan disini kita berada dalam fase 3.

Fase 4 : fase peniadaan. Keesaan kembali ke Tuhan. paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )

Kun – Hanyalah Esa Keberadaan Absolut. Segalanya kembali ke hadiratNya – Dharma Mandala

Kun ~ Hanya karenaNya, segala yang ada kembali tiada.

Karena kuasa Nya ; Tuhan mensirnakan segalanya. Dimensi ruang dan semesta musnah, dan Dimensi waktu dan zaman berhenti.

Sejumlah Religi dan Mistisi memandangnya sebagai Pralaya (kiamat) sebagai pemusnahan sebagian dimensi dan meneruskannya dengan penghisaban , sejumlah mistisi bahkan menyatakan sebagai Maha Pralaya sebagai pemusnahan seluruh dimensi mandala keberadaan. sebagai peleburan total .

Sejumlah Filsuf Religi dan Mistisi memperkirakan kedatangannya secara negatif dikarenakan keingkaran makhluk telah merajalela hingga mencapai puncaknya yang mengakibatkan ketidak harmonisan mandala keberadaan tersebut; sebagian lagi memperkirakan kedatangannya secara positif dikarenakan terjadinya Pencerahan spiritual secara universal yang mengakibatkan transformasi kemurnian mandala .

Fase 5 : Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )

Nun – Hanyalah Esa Keberadaan Absolut. Esa tanpa siapapun – Swadika dalam Dhyana

Nun ~ dalam kehampaan , tiada apapun jua . Hanya Tuhan yang berada dalam Dhyana.

Sejumlah filsuf mistik memandangnya sebagai ketetapan Abadi Transendental Tuhan dengan tanpa apapun dan siapaun jua . KeEsaan hanya Tuhan.

2. Hipotesis KeTauhidan Tuhan (k):


Konsep Kuasa :Tuhan adalah Dzat Mutlak (immanent+transcendent) ® monotheistic x pantheistic,

2. Hipotesis KeTauhidan Tuhan :

Konsep Kuasa :

Tuhan adalah Dzat Mutlak yang keluhuran ilahiyah laten deitasNya melingkupi segala sesuatu (immanent) namun kekudusan Dzat MutlakNya tak terjangkau oleh apapun atau siapun juga (transcendent) ® monotheistic x pantheistic,

® MANDALA = tataran keberadaan (k) : Tanazul Makrokosmos – Taraqqi Mikrokosmos

Tanazul Makrokosmos = Dimensi paralel semesta

1) Advaita = mandala transcendent keIlahiyahan (Kasih – Kuasa ) :

Dhyana : ‘mandala’ KeEsaan Mutlak (Dzat) ® “tiada” keberadaan selain Dia. (DIA)

1. Indefinit – Dzat Mutlak Tuhan yang tiada dapat terjangkau dan sebaiknya tetap menjadi misteri yang perlu dan wajib dimuliakan kekudusanNya.

Dharma : ‘mandala’ keEsaan Mutlak yang merealisasikan kenyataan dhamma dan kebenaran dharma ® “sirna” keberadaan selain Dia (ESA)

2. Infinitum – ‘hijab’ kekudusan Kuasa Tuhan yang tidak dapat terjangkau namun seharusnya dihayati (KUN) ® kenyataan hanya karenaTuhan

3. Infinitum – ‘hijab’ keluhuran Kasih Tuhan yang tidak dapat terjangkau namun seharusnya dihayati (KUN) ® kebenaran hanya karena Tuhan

2) Universe = mandala immanent kesemestaan keabadian (AUM) :

Dimensi Tanazul Terjangkau oleh Taraqqi dalam Wuwei Kesadaran Universal : Esa (ekstase)

1. Dimensi Nirvanik : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan hakekat ketiadaan diri (kefanaan diri & kebaqoan Tuhan) : annata

2. Dimensi Kosmik: Wilayah kesadaran realisasi autentik akan hakekat kosmik

3. Dimensi Spiritual : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan hakekat spiritual

Dimensi Tanazul yang terjangkau oleh Taraqqi dengan Zazen Kesadaran Individual : Ego (metode)

4. Dimensi Mental : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan keberadaan mental keakuan (budhasetra,dll)

5. Dimensi Astral : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan keberadaan astral kemauan (devata,dll)

6. Dimensi Eterik : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan keberadaan sukma eteris (siluman,dll)

7. Dimensi Fisik : Wilayah kesadaran keberadaan eksistensial figur ‘mental’ berfisik (manusia,dll)

Taraqqi Mikrokosmos = Dimensi paralel pribadi

1) Universe = mandala immanent kesemestaan keabadian (AUM) :

1. Dimensi Fisik : Wilayah kesadaran keberadaan eksistensial figur ‘mental’ berfisik (manusia,dll)

Dimensi Tanazul yang terjangkau oleh Taraqqi dengan Zazen Kesadaran Individual : Ego (metode)

2. Dimensi Eterik : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan keberadaan sukma eteris (siluman,dll)

3. Dimensi Astral : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan keberadaan astral kemauan (devata,dll)

4. Dimensi Mental : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan keberadaan mental keakuan (budhasetra,dll)

Dimensi Tanazul Terjangkau oleh Taraqqi dalam Wuwei Kesadaran Universal : Esa (ekstase)

5. Dimensi Spiritual : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan hakekat spiritual

6. Dimensi Kosmik: Wilayah kesadaran realisasi autentik akan hakekat kosmik

7. Dimensi Nirvanik: Wilayah kesadaran realisasi autentik akan hakekat ketiadaan diri (kefanaan diri & kebaqoan Tuhan) : annata

2) Advaita = mandala transcendent keIlahiyahan (Kasih – Kuasa ) :

Dharma : ‘mandala’ keEsaan Mutlak yang merealisasikan kenyataan dhamma dan kebenaran dharma ® “sirna” keberadaan selain Dia (ESA)

1. Infinitum – ‘hijab’ keluhuran Kasih Tuhan yang tidak dapat terjangkau namun seharusnya dihayati (KUN) ® kebenaran hanya karena Tuhan

2. Infinitum – ‘hijab’ kekudusan Kuasa Tuhan yang tidak dapat terjangkau namun seharusnya dihayati (KUN) ® kenyataan hanya karenaTuhan

Dhyana : ‘mandala’ KeEsaan Mutlak (Dzat) ® “tiada” keberadaan selain Dia. (DIA)

3. Indefinit – Dzat Mutlak Tuhan yang tiada dapat terjangkau dan sebaiknya tetap menjadi misteri yang perlu dan wajib dimuliakan kekudusanNya.

3. Hipotesis Kebijakan Tuhan (ks):

3. Hipotesis Kebijakan Tuhan :

Konsep Kasih : ketentuan kuasa Sunatullooh Nya ; kehendak kasih ShibghotulloohNya

Tuhan adalah Hakekat yang merupakan Sumber awal dan Tujuan akhir pengarahan samsara segala keberadaan yang ada

Dalam ketentuan kuasaNya ; Tuhan mengarahkan segalanya dengan dhamma kenyataan. Segala nya berada dalam PengaturanNya

Dalam kehendak kasihNya ; Tuhan mengarahkan segalanya dalam Dharma kebenaran ; Segalanya berada dalam PemeliharaanNya

Tuhan melingkup Immanensi keberadaan yang diwujudkanNya dengan kaidah trinitas : wujud , kuasa dan Kasih

Tiada keberadan tanpa immanensi laten Deitas immanensi Tuhan

Tiada kekuasaan tanpa immanensi kaidah Kuasa Tuhan

Tiada kebenaran tanpa immanensi kaidah Kasih

Dalam immanensi keberadaan tersebut ditetapkan kaidah Sunnatullaah sebagai keberadaan yang mengatur segala perwujudan

Dalam immanensi keberadaan tersebut ditetapkan kaidah Shibghotullooh sebagai keberadaan yang mengatur segala perwujudan

Hakekat Setiap Mandala beserta Setiap MakhlukNya berada dalam pancaran laten Deitas perwujudan kekuasaan dan pengawasanNya.

Dalam Immanensi keberadaan tersebut ditetapkan kaidah Sunnatullaah kuasa Tuhan seagai kekuatan yang mengatur segala perwujudan

Hakekat Setiap Mandala beserta Setiap MakhlukNya berada dalam laten Deitas kekuasaan dan pengawasanNya.

Dalam Immanensi keberadaan tersebut ditetapkan kaidah Shibghatullah kasih Tuhan sebagai kebaikan

Hakekat Setiap Mandala beserta Setiap MakhlukNya berada dalam laten Deitas kekuasaan dan pengawasanNya.

Karena kasih Nya Tuhan dipandang secara estetis sebagai personal dan merealisasikan sebagai bhakta secara moralitas

Karena kuasaNya Tuhan dipandang secara empiris sebagai impersonal dan merealisasikannya d

Karena wujudNya Tuhan dipandang secara filosofis sebagai immanensial

KeEsaan immanensi

Dualisme Kuasa dan Kasih yang mengatur immanensi keberadaan

Trinitas Wujud , Kuasa dan Kasih

®SAMSARA=keberadaan diri (ks):Spiritualitas Keabadian– Eksistensialitas Kehidupan

® SAMSARA = keberadaan diri (ks) : Spiritualitas Keabadian – Eksistensialitas Kehidupan

Kita adalah makhluk spiritual yang menjalani kehidupan kemanusiaan (Deepak Chopra )

1) anugerah Samsara keRobbanian Pribadi pada Spiritualitas Keabadian– Eksistensialitas Kehidupan

Sadari kenyataan Pribadi sebagai satuan individual makhluk universal ilahiyah yang berperan dalam suatu keberadaan eksistensial tertentu. Samsara kehidupan merupakan segala problematika yang sedang dihadapi dan dijalani oleh diri sebagai basis keberadaan eksistensial saat ini.

2) amanah Pemberdayaan keRobbanian diri pada Spiritualitas Keabadian– Eksistensialitas Kehidupan

= kehidupan merupakan amanah Tuhan untuk kita pergunakan dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya dalam memberdayakan keseluruhan diri dalam perjalanan keabadiannya.

3) Ekstase keabadian adalah kebijakan memberdayakan diri x kejahilan memperdayakan diri ; mensikapi kuasaNya dan menjalani kasih kehendakNya

Amor Dei,amor Fati.

Epilog : Keyakinan ? ®

kaidah pemuasan akal hipotesis awal untuk diterima sebagai dasar pengertian x akidah dogmatis untuk langsung diyakini sebagai kebenaran yang sesungguhnya.( (Ilmul Yaqin, ‘ainul Yaqin, haqqul yaqin).

· Pandangan diatas hanyalah merupakan kaidah hipotesis untuk diterima sebagai dasar pengertian bukan akidah dogmatis untuk langsung diyakini .

· Keyakinan hanyalah pada kebenaran yang sesungguhnya. Tidak sekedar melalui pengertian keilmuan (Ilmul Yaqin) , ataupun hanya pada input lanjut penempuhan ( ‘ainul Yaqin) namun harus pada aspek akhir pencerahan keseluruhan (haqqul yaqin).

· Kami memandang hipotesis ini lebih sebagai ketepatan daripada kebenaran. Suatu langkah bijak

Secara mistis Sekedar pemuasan akal

2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) :

prolog : kearifan ? (kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan)


kemantapan menerima hipotesis sementara sebagai acuan dasar ® kecerahan akurasi paradigma hipotesis

Hakekat = Vs atheistic : Vs absolutis :

Genesis = Vs jaqad qodim :. Vs zaman azali :

Mandala = Vs Pantheisme ; Vs Empirisme

Samsara = vs Sekulerisme ; Vs Liberalisme

® kecerahan paradigma hipotesis vs penyangkalan dan peluriusan

HAKEKAT =

Vs Pandangan atheistic : Tidak ada Realitas Tuhan yang ada hanyalah fenomena keberadaan.

® Fenomena keberadaan hanyalah mumkimul wujud yang hanya mungkin ada atau malahan tiada karena adanya di-adakan oleh wajibul Wujud yaitu Realitas Tuhan.

Vs Pandamgan absolutis : Realitas Tuhan adalah begitu absolut dan transenden sehingga mustahil kita dapat mengenal dan berhubungan denganNya.

® Walaupun kekudusanNya memang

GENESIS = tentang keberadaan (rimba pendapat)

Vs Pandangan jaqad qodim : alam semesta sudah ada dan qodim sejak dulu hingga nanti..

® dimensi ruang, seluruh mandala (hingga alam semesta pada dimensi fisik) baru ada setelah fase genesis / tanazul. Tuhan telah ada dalam keEsaan DhyanaNya sebelum mewujudkan nya.

® dimensi ruang mungkin saj a akan mengalami pralaya (kemusnahan alam semesta pada dimensi fisik) dan bahkan mahapralaya (pemusnahan total seluruh mandala semesta ) jika Tuhan menghendaki. Tuhan tetap ada dalam keEsaan DhyanaNya walau semesta mandala telah dimusnahkanNya.

Vs Pandangan zaman azali : Waktu melaju sejak zaman azali dulu dan terus bergerak dalam keabadian.

® dimensi waktu baru ditentukan Dengan roda zaman menyertainya bergerak pada fase genesis bersamaan dengan keberadaan mandala. Sebelumnya hanya ada keMutlakan yang Esa yang sehingga keberadan selainNya adalah sebagai tiada ditentukan adanya.

® dimensi waktu akan ditentukan berhenti pada fase (maha)pralaya karena kemudian hanya ada keMutlakan yang Esa yang sehingga keberadan selainNya adalah sebagai tiada ditentukan adanya.

MANDALA = dalam keberadaan

Vs Pantheisme ;

Vs Empirisme

SAMSARA =

1) kenyataan diri sebagai pribadi yang sedang menjalani kehidupan dan mungkin juga menghadapi keabadian

2) keharusan bersikap untuk segera bertindak (tidak memilih juga merupakan pilihan yaitu mengabaikan suatu kemungkinan yang bisa saja akan terjadi)

3) kebijakan menempuh keseluruhan ® kesegeraan aktualisasi pemberdayaan kehidupan dan keabadian secara harmonis dan berkelanjutan dalam mencapai akses keabadian (swadika, talenta, visekha) dan asset kehidupan (persada, karisma, bahagia)

1) Khilafiyah Theologi :


Hakekat Theologi sebagai Ilmu tentang Tuhan ® usaha pendekatan dengan segala keterbatasan intelektual Keberadaan dan kesempurnaan Tuhan .

prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan)

kemantapan menerima hipotesis sementara sebagai acuan dasar

1) Khilafiyah Theologi : kemustahilan membatasi Tuhan ?
Tuhan dalam ajaran religiusitas agama tradisional dan spiritualitas mistik esoteris serta dalam sejumlah pandangan filsafat dan estetika dipandang sebagai sumber kebenaran dalam dogma,wacana maupun hipotesa theologinya masing-masing.
Hakekat Theologi =

Istilah Theologi sebagai Ilmu tentang Tuhan sesungguhnya bukanlah terma yang tepat untuk digunakan dikarenakan adalah mustahil bagi kita untuk melogikakan masalah keIlahian. Walaupun dalam batas tertentu Keberadaan dan kesempurnaan Tuhan bukanlah hal yang absurd dan irrasional untuk difahami dan diterima namun sesungguhnya pengertian Keilahian secara utuh adalah bersifat trans-rasional - melampaui jangkauan pemikiran dan pemahaman kita - ; sehingga tidak memungkinkan bagi kita membatasinya dalam lingkup penalaran intelektual kita. Theologi haruslah kita sadari hanyalah merupakan suatu usaha pendekatan dengan segala keterbatasan intelektual yang kita miliki untuk memberikan kejelasan perspektif tentang keIlahian dan permasalahan spiritualitas yang berkaitan dengannya dalam kehidupan ini.

Bhinneka tunggal ika,tan hana dharma mangrwa

- walau berbeda tetap satu,tiada kebenaran yang mendua (mpu tantular-sutasoma)

Ada begitu banyak pandangan theologis yang tumbuh berkembang di dunia ini ; baik yang secara populer tersebar-luas di masyarakat maupun yang secara esoteris terrahasiakan dan hanya diketahui oleh kalangan tertentu saja..Pada hakekatnya setiap ajaran spiritualitas tersebut hanya mempercayai, dan mengagungkan satu Tuhan yang sama.dan mereka juga memuliakan dan melaksanakan Dharma Kebenaran IlahiahNya . Namun dikarenakan mereka memandang dari sudut pandang yang berbeda maka sekilas tampak adanya perbedaan yang terkadang cukup mendasar pada akidah keyakinan dan dalam merealisasikan ibadah kebaktian dan amaliah kecintaan kepada Dia itu. Tetapi hendaknya perbedaan ini tidak perlu terlalu diperselisihkan karena sesungguhnya pada hakekatnya mereka berasal dari sumber yang sama. Seperti seberkas cahaya putih yang mengenai sebuah prisma yang kemudian membiaskannya dalam spektrum cahaya yang berwarna-warni.- Demikianlah Kebenaran absolut tersebut diterima. Walaupun Perbedaan yang mendasar hanyalah sebatas di permukaan dan bukan dalam kedalamannya.

→ kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat (keIlahian ; keberadaaan; ketentuan)


bagai spektrum cahaya yang terbiaskan prisma seberkas cahaya putih Kebenaran absolut ® Hendaknya perbedaan tersebut dipandang sebagai suatu kewajaran yang niscaya terjadi di permukaan x kedalaman.

1.KeIlahian(TUHAN)=pembatasan nama, berfihak/ milik; Dilihat?®dihayati; Leburan?®jumbuhan

2.Keberadaan (DHARMA): ketentuan Kenyataan Sunnatullaah ; Kebenaran ketentuan Shibgatullaah :

3.Ketentuan(Takdir: kebebasan>keterikatan ® ketentuan ikhtiar ) ; Hisab ( langsung ; rebirth ® kesiapan saat ini)

→ kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat

Ibarat lautan , Spiritualitas (MahaDharma) sering ditafsirkan sebagai riak ombak bagi setiap sistem ajaran spiritualitas ( agama ,mistik ,). Aneka perbedaan pandangan di permukaan yang ada dari lautan kebenaran dan kenyataan yang sama tersebut seringkali menjadi permasalahan bagi para penganut sistem dalam memandang faham lain yang ‘berbeda ’ untuk kemudian terkadang timbul perselisihan dan pertengkaran, penghujatan hingga peperangan yang sesungguhnya tidak perlu diantara mereka. Suatu hal yang sesungguhnya sangat bertentangan dengan landasan dasar dari setiap sistem ajaran tersebut yang sesungguhnya ditujukan untuk membawa kedamaian dan kesejahteraan di muka bumi ini dan bukan menebar kebencian dan pengrusakan apapun alasan dan tujuannya. Semesta kenyataan dan kebenaran yang tercipta adalah semesta kemajemukan ; dan dalam kemajemukan tersebut pastilah ada perbedaan perspektif dalam memandangnya. Hendaknya perbedaan tersebut dipandang sebagai suatu kewajaran yang niscaya terjadi

(keIlahian ; keberadaaan; ketentuan)

KeIlahian :

1. Tentang = KeIlahian ® TUHAN

pembatasan nama sebutan Tuhan : Varnatmak – Dunyatmak → transendental Dunyatmak (Asmaul Husna / Ismul Azham : ta’zim)

keberfihakan dan kepemilikan Tuhan : Tuhan bukan milik kita. Kitalah milik Tuhan ; Tuhan tidak selalu berfihak pada kita dan sudah seharusnya

berfihak padaNya

Absolut Transendent ( Wujud) ® immanent : Impersonal ( kuasa) & Personal (kasih)

Dilihat ? bisa dihayati keberadaannya sesuai dengan maqom keberadaan makhlukNya; Leburan? tidak mungkin karena Tunggal-tanTunggal (wujud dzat MutlakNya kudus transcendent tidak immanent ; kuasa-kasih laten deitasNya immanent universal tidak sekedar individual ). Tuhan melingkup makhlukNya tetapi tidak sebaliknya Hanya batin yang reseptiflah yang berpeluang besar mampu menghayati keberadaanNya.

2. Tentang Keberadaan DHARMA

Kenyataan ketentuan Sunnatullaah :

Kebenaran ketentuan Shibgatullaah : kebenaran ( spiritualitas religius / estetika budaya )

3. Tentang Ketentuan :

TAKDIR : Keterikatan : keterbatasan ; tanggung jawab Kebebasan :

HISAB : langsung ; rebirth

2) Problema Theodice:


Istilah Theodice sebagai membela Tuhan ®usaha pembenaran keyakinan pandangan spiritualitas Robbaniah (Dharma berkeTuhanan).

+dakwah?Cara umum(indoktrinasi dogmatis,argumentasi,persuasi,); cara lain (intimidasi/ provokasi/ manipulasi); cara baru (realisasi)

®Spiritualitas&religiusitas adalah hal yang luhur dan adalah tidak selayaknya (Niat &cara®Kedewasaan )

2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) :

prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan)

kemantapan menerima hipotesis sementara sebagai acuan dasar

2) Problema Theodice : kemustahilan membela Tuhan?

Istilah Theodice sesungguhnya juga bukanlah merupakan istilah yang tepat. Theodice – berdasarkan etimologi kata – berarti membela keberadaan Tuhan dan juga Dharma kebenaranNya..Suatu pengertian yang terdengar agung yang mana akan membuat kita merasa terpanggil untuk segera menjalankannya . Namun sebelumnya marilah kita kaji dahulu kebenaran dan ketepatan pandangan ini. Begitu lemahkah Tuhan dan DharmaNya sehingga kita perlu dan harus membelanya dengan segala tindakan radikal seperti Dharma Yudha , Jihad Fi Sabilillah , Apologetika Salib dan sebagainya ?

Sesungguhnya Tuhan dan DharmaNya tidaklah begitu lemah sehingga sangat memerlukan segala bantuan kekuatan kita. Tuhan tetaplah menjadi Tuhan Penguasa Mutlak yang Nyata dan KehendakNya merupakan Dharma Kebenaran yang tetap berlaku di seluruh alam semesta ini walaupun jika seluruh makhluk menyangkal kebenaran dan tidak mengakui kenyataan tersebut. Sebenarnya bukanlah kita yang membela Tuhan tetapi Tuhanlah yang membela kita dan bukanlah kita yang menjaga Dharma tetapi Dharmalah yang menjaga kita. Hanya karena karuniaNya kita dilimpahi dengan hidayah keimanan dan kemudian Dia menunjukkan kepada kita Jalan Dharma sesuai dengan agama dan kepercayaan kita masing-masing yang seharusnya kita tempuh agar kita senantiasa terjaga dan berdaya dalam kehidupan ini. Seandainya Dia menghendaki seluruh makhluk di alam semesta ini menjadi beriman semuanya pastilah dapat diwujudkannya segera dengan tanpa perlu mengharapkan bantuan kita untuk itu. Kesempurnaan dan KeperkasaanNya sebenarnya sama sekali tidak memerlukan keterbatasan bantuan dan pertolongan kita.

Namun demikian sebagai orang yang beriman adalah tidak salah dan justru sebaliknya kita memang seharusnya membela keimanan kita kepadaNya secara benar dan tepat. Theodice sesungguhnya merupakan usaha pembenaran keyakinan kita akan pandangan spiritualitas Robbaniah (Dharma berkeTuhanan). Dalam Kehidupan senantiasa banyak terjadi perubahan yang terkadang berimbas kepada keimanan kita terhadap keIlahian Tuhan dan Dharma kebenaran Nya. Kadar keimanan kita sering kali berfluktuasi naik-turun . Disitu Theodice berperanan dalam mempertahankan dan meningkatkan kadar keimanan agar kita senantiasa mampu berintegritas dengan spiritualitas dan beraktualisasi dalam kehidupan sehari-hari. Singkatnya agar dengan senantiasa ita tetap mantap berdiri dalam keseimbangan dan lancar melangkah dalam keberimbangan pada titian kehidupan ini.

Pengertian Theodice kemudian berkembang lebih meluas sebagai usaha penjelasan dan penyebaran suatu keyakinan dari sistem ajaran tersebut kepada khalayak ramai yang mana kemudian sering diikuti konflik yang bersifat internal inter-sistem maupun external antar-sistem spiritualitas. Setiap firqoh aliran menganggap pandangannya sendiri yang benar dan menghujat aliran lain sebagai kesesatan yang harus dibungkam. Setiap firqoh aliran menganggap tindakannya sendiri yang benar dan menghujat aliran lain sebagai kesesatan yang harus dihancurkan. Setiap firqoh aliran menganggap keberadan umatnya sendiri yang benar dan menghujat aliran lain sebagai kesesatan yang harus dimusnahkan.

(ragam apologetika : dogmatis,argumentasi,persuasi,realisasi

Ada banyak cara yang mungkin ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut .

1. Indoktrinasi dogma = Sacra scriptura verbum Dei -

Indoktrinasi merupakan cara theodice dengan menggunakan dan memanfaatkan kewenangan dari legitimasi dan autoritas yang dimiliki. Ini adalah cara paling mudah diantara cara yang lain. namun sekaligus cara yang paling naif. Mungkin inilah sebabnya penghayatan awal . Umumnya para cendekiawan religi melakukan penyebaran keyakinannya dengan argumentasi melalui rasionalisasi pembenaran terhadap ajaran yang dianut. Mereka menggunakan hujjah autoritas kitab sucinya sebagai dasar kebenaran.

2. Argumentasi =manusia berasal dari kata manas

Argumentasi merupakan cara theodice dengan menggunakan dan memanfaatkan kemampuan serta kelihaian rasional akal fikiran . Para filosof religius membela pandangan keyakinannya melalui dialektika rasionalitas.

3. Persuasi = Persuasi merupakan cara theodice dengan memanfaatkan kemampuan interaksi em Pribadi simpatik Keteladanan karisma Lebih effektif

4. Realisasi = Ehipasiko merupakan Kalama sutta No fact,no truth,no faith Pembuktian Penempuhan Paling effektif Sesunnguhnya terdapat cara lain untuk me

Manipulasi : memanfaatkan kebodohan , menyebabkan kenyamanan

Provokasi : memaksakan , Ketidaknyamanan dalam penekanan dan ketidak

Namun demikian Spiritualitas adalah hal yang luhur dan adalah tidak selayaknya

Niat dan cara ; Kedewasaan – keberlanjutan –

® kebijakan metanoia diantara faham pandangan (fanatisme; skeptisme ; vitalisme)


Kemantapan menerima pandangan lain secar arif :

1.kearifan terhadap : fanatisme/mistisme :

=Fanatisme Agama: (1) .kondisi historis ajaran; (2.) proses perkembangan rohaniah (Syariat.;Thariqat ; Haqeqat ; Ma’rifat) ; (3). persepsi dan manipulasi terhadap ajaran;

= Alienasi Mistik = (1)idealisme (2)reaksi terhadap dunia (3)pencerapan metafisik spiritualitas

2.kearifan terhadap : Skeptisme / vitalisme :

= Skeptisme (Manas Rasionalisme;Empirisme – Positivisme) : (1)keengganan naluriah vitalisme (2) reaksi terhadap kekasaran fanatisme (3) pengamatan empiris /pemahaman positivis

=Vitalisme hedonis (1.) kepolosan kodrati alamiah (2)pengaruh lingkungan pembentuk (3)potensi kesadaran ilahiah kundalini

Kemantapan mensikapi Realisasi : M.Peck ®

® kebijakan metanoia diantara faham pandangan

1. kearifan terhadap : fanatisme/mistisme :

1. Fanatisme Agama :

Hidup memerlukan tatanan Militansi – Manipulasi < diniah religi – taqlid mistik Tatanan

Manusia memerlukan kepastian dalam keyakinanyan sehingga Sikap fanatis sebenarnya dalam batas-batas tertentu memang haruslah dimiliki oleh seorang penganut untuk memperkuat kadar keimananannya sehingga semakin memantapkan dia dalam menjalankan amal kebajikan dan menegakkan kebenaran sesuai dengan keyakinannya tersebut . Namun seringkali fanatisme tersebut berkembang menjadi trium falisme

Walaupun sesungguhnya sikap fanatis terhadap suatu pandangan justru akan menghalangi peluang pemberdayaan diri untuk mencapai yang lebih luas dikarenakan sifat ketertutupan dan keangkuhannya. Sikap fanatisme memang merupakan hak yang diperbolehkan namun seharusnya juga ditegakkan secara haq yaitu sesuai dengan kebenaran. Hendaklah sikap fanatis tersebut dibarengi dengan kearifan untuk senantiasa dewasa memahami bahwa orang lainpun berhak meyakini akidah keimanan yang berbeda dan menjalani amal ibadah yang sesuai dengan fahamnya tersebut. Sikap fanatisme yang sehat hendaklah dibarengi dengan sifat toleran dan sikap moderat dalam mengaktualisasikannya. Kebenaran milik Tuhan dan b

Prinsip lakum dienukum dan lama amakalana Dalam

Maksudnya - walaupun mungkin terdengar naif dan liar– anda mungkin boleh saja mengklaim faham yang anda anut sebagai yang terhebat (tentu saja anda sebagai penganutnya juga akan tampak sebagai yang terhebat)dan juga memuji amalan yang anda lakukan sebagai yang termulia (semoga saja anda benar-benar menjalankannya dengan segenap kemurnian bukan kepalsuan) atau bahkan menganggap aliran anda sebagai yang paling mulia ( semoga saja demikianlah kenyataannya tidak sekedar anggapan anda)

(1)kondisi historis ajaran : Tidak semua agama maupun faham spiritualitas hadir dalam lingkungan kondusif yang langsung seketika menerima kehadiran dan pandangannya untuk kemudian segera menunjang keberadaan dan perkembangannya. Sebagaimana , potensi yang akan muncul. Tradisi peradaban Yunani dan kebudayaan India dengan kebebasan berfikir dan berpendapat . Islam lahir dalam lingkungan masyarakat jahiliah . Kristen hadir dalam lingkungan masyarakat yang fasik

(2)persepsi dan manipulasi terhadap ajaran

(3)proses perkembangan rohaniah Syariat.;Thariqat ; Haqeqat ; Ma’rifat

2. Alienasi Mistik =

mistisme

alienasi asketisme

(1)idealisme

(2)reaksi terhadap dunia

(3)pencerapan metafisik spiritualitas

2. kearifan terhadap : atheisme/vitalisme :

Hidup memang memerlukan vitalitas kegairahan. .Vitalisme – Hedonisme <moralitas & keilahian> Naluri

sikap vitalis sesungguhnya merupakan sifat alamiah setiap makhluk hidup. Dengan naluri tersebut kita hadir eksis dalam kehidupan ini.

manusia walaupun memang memiliki potensi untuk menjadi baik dan maju memberdayakan diri menuju kemuliaaannya namun cenderung menjadi liar terperdayakan oleh egonya sendiri.

(1) kepolosan kodrati alamiah

(2) pengaruh lingkungan pembentuk

(3) potensi kesadaran ilahiah kundalini

M.Peck

3. kearifan terhadap : skeptisme /empirisme :

Skeptisme =

Manas Rasionalisme ; Empirisme – Positivisme = Atheisme - Agnostisme pemikiran sikap skeptis

(1)keengganan naluriah vitalisme

Vitalisme kebebasan atheisme

(2)reaksi terhadap kekasaran fanatisme

Sikap trium falisme (merasa dan terlalu membanggakan d pertikaian kesal agnostisme

(3) pengamatan empiris /pemahaman positivis

comte : positivist meditasi intuitif >argumen intelek (ehipasiko)

Theodice ® Kesadaran Robbani

3) Masalah Theosofi:


Istilah Theosofi berarti mencintai Tuhan ® kerancuan

3) Masalah Theosofi: kemustahilan mencintai Tuhan ?

Istilah Theosofi sesungguhnya juga bukanlah merupakan istilah yang tepat. Theosofi – berdasarkan – berdasarkan etimologi kata – berarti mencintai Tuhan . Tuhan mewujudkan keberadaan makhlukNya

Sesungguhnya Tuhan dan DharmaNya tidaklah begitu lemah sehingga sangat memerlukan segala bantuan kekuatan kita. Tuhan tetaplah menjadi Tuhan Penguasa Mutlak yang Nyata dan KehendakNya merupakan Dharma Kebenaran yang tetap berlaku di seluruh alam semesta ini walaupun jika seluruh makhluk menyangkal kebenaran dan tidak mengakui kenyataan tersebut.

®kebijakan apologia diantara ragam kenyataan


1. Bagaimana kita bisa mencintai Dzat yang tidak tampak ?

2. Bagaimana kita bisa mencintai Dzat yang membiarkan adanya penderitaan dan kezaliman ?

3. faktitas ananiyah/nafsiyah : keterbatasan alamiah individualitas :

®kebijakan apologia diantara ragam kenyataan

1. kegaiban Tuhan ;

keterbatasan alamiah individualitas :

Bagaimana kita bisa mencintai Dzat yang tidak tampak ?

Karena kesempurnaan wajahNya dan keterbatasan indra dia tidak terjangkau. Dalam realisasi keberadaan mandala yang lebih dalam Cahaya keberadaanNya akan semakin jelas. Kecenderungan ananiyah keakuan semakin menghalangi dan kecenderungan nafsiyah kemauan semakin memalingkan diri kita dari pengenal ini.

Kegaiban adalah kebijakan Tuhan

2. penderitaan/kezaliman ;

Tentang faktitas alamiah : penderitaan :

Bagaimana kita bisa mencintai Dzat yang membiarkan adanya penderitaan dalam kehidupan ?

Kehilangan ; Religiusitas

Penderitaan adalah kebijakan Tuhan

tentang fenomena insaniah : kezaliman

Bagaimana kita bisa mencintai Dzat yang membiarkan adanya penderitaan dalam kehidupan ?

Kezaliman adalah kebijakan Tuhan

3. ananiyah/nafsiyah :

keterbatasan alamiah individualitas :

Bagaimana kita bisa mencintai Dzat yang tidak tampak ?

Karena keakuam

epilog : keimanan ?


Kemantapan persepsi : ketentuan awal > kepastian final → aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian

epilog : keimanan ?
Kemantapn menerima pandangan lain secar arif Walaupun demikian diperlukan Kemantapn menerima pandangan lain secar arif

ketentuan awal > kepastian final → aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian
3) EXODUS = kesadaran penempuhan (Ks):
prolog: anjing dan serigala

prolog: anjing dan serigala

Spiritualitas tidak hanya untuk dibicarakan atau diketahui saja namun terutama harus dilaksanakan.

/ Baca dulu keseluruhan buku ini ® tentukan keputusan mandiri /
1.pengetahuan :® batas intelektual; & 2. pembicaraan :® batas kebahasaan ;
3. aktualisasi penempuhan (mazhab menjadi : kegairahan holistic) & 4. realisasi pembuktian : hipotesa (mazhab pembukti : keberanian heuretik)
Langkah Penempuhan : kathani – karani – rahni : (Pariyati, Patipathi–Pativedha) ; Penyimak,Truth Seeker,Satguru Pemandu, Sekha penyeru.(x layak ® perlu)
prolog: anjing dan serigala
Fabel : anjing dan serigala® pembahasan pengetahuan ataupun pembicaraan ® aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian
Fabel : anjing dan serigala ® pembahasan pengetahuan ataupun pembicaraan ® aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian
(pengetahuan ,pembicaraan ® aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian )
Siagakan ekstasis transformasi pemberdayaan diri tidak hanya untuk kesejahteraan dalam peran kehidupan saat ini tetapi terutama bagi keberlanjutan untuk penempuhan keabadian seterusnya.
tidak sekedar pembahasan pengetahuan ataupun pembicaraan ® aktualisasi penempuhan (keberanian heuretik&kegairahan holistic) & realisasi pembuktian : baca dulu hipotesa

Spiritualitas bukanlah sesuatu yang hanya cukup dibicarakan tetapi yang utama haruslah dijalankan

Pengkajian dan pembicaraan tentang spiritualitas mungkin memang sangat mengasyikkan kesenangan emosional dan mungkin juga akan melambungkan kebanggaan intelektual akan tingkat pemahaman spiriualitas kita . Namun demikian hendaklah kita sadari Tingkat Spiritualitas tidaklah ditentukan dengan seberapa jauh kita mampu memahami dan seberapa lihainya kita dalam mengungkapkannya dan tidak juga dari seberapa tinggi penghormatan atau ‘kedudukan steruktural’ yang diberikan orang lain kepada kita maupun dari anggapan terhadap diri kita sendiri tetapi sesunnguhnya ditentukan oleh seberapa dalam kita menghayati dan menyelami ,seberapa tekun kita menjalani dan melandaskan kehidupan kita padanya. Keimanan terhadap keberadaan,ketauhidan dan kesempurnaan Tuhan tidaklah hanya cukup untuk dikatakan tetapi juga haruslah diyakini dan dijalani dalam kehidupan sehari-hari.

Singkat kata,walaupun pengetahuan dan pembicaraan mengenai spiritualitas itu secara esensial diperlukan ; prioritas pelaksanaannya tetaplah haruslah diutamakan. Spiritualitas tidak hanya untuk dibicarakan atau diketahui saja namun terutama harus dilaksanakan.

Premis Hipotesis


ketepatan > kebenaran pandangan : Totalitas ; Utilitas ; Kontinuitas

Kriteria Paradigma :

Deepak chopra :

1) TOTALITAS = mencakup keseluruhan (W):


asumsi 1: Kesadaran sesungguhnya hanya ada satu Kebenaran yang dipandang secara berbeda dan menerima kebhinekaan tersebut sebagai kewajaran untuk dapat diterima dan disikapi secara arif .

® Hanya ada satu kebenaran yang sama®maqom pencapaian; basic paradigma; sudut pandang yang berbeda ;

® keseimbangan pandangan (ekstrem) & keberimbangan penempuhan (dualisme?)

1) TOTALITAS = mencakup keseluruhan (W)

→ Hanya ada satu kebenaran yang sama : keseimbangan pandangan (ekstrem) & keberimbangan penempuhan (dualisme?)

1) asumsi 1: Kesadaran sesungguhnya hanya ada satu Kebenaran yang dipandang secara berbeda dan menerima kebhinekaan tersebut sebagai kewajaran untuk dapat diterima dan disikapi secara arif .

- maqom pencapaian yang berlainan ;

- basic paradigma yang digunakan.

- sudut pandang yang berbeda ;

2) PRAGMATISME = membawa kemanfaatan (Ks)


asumsi 2 : orientasi penempuhan adalah transformasi pemberdayaan diri secara simultan individual dan universal dalam kehidupan dan keabadian secara berimbang & menyeluruh (Pragmatisme )

® kebermanfaatan tujuan® kegairahan tindakan ; Kejelasan tujuan ®ketepatan langkah;

→ Transformasi pemberdayaan simultan ( Realitas : wujud – kuasa – kasih ® input realisasi keabadian 3: swadika – talenta – visekha® asset refleksi kehidupan 3 : regista – persada regista – karisma bahagia )

2) PRAGMATISME = membawa kemanfaatan (Ks)

→ Transformasi pemberdayaan simultan (input realisasi keabadian 3 ; asset refleksi kehidupan 3)

2) asumsi 2 : orientasi penempuhan adalah transformasi pemberdayaan diri secara simultan individual dan universal dalam kehidupan dan keabadian. (Kejelasan tujuan pencapaian → ketepatan langkah pengusahaannya ); kebermanfaatan tujuan ® kegairahan tindakan) Pragmatisme = da

- kata kunci : memberdaya kan diri x memperdayakan diri

- kata kunci : individual & universal (sholih – muslih )

- kata kunci : kehidupan & keabadian (swadika Mahatma,talenta legenda,visekha ; persada regista, karisma legenda, bahagia ) ~ Realitas : wujud – kuasa – kasih

Immanesi keabadian : swadika – talenta – visekha

Refleksi kehidupan : regista – persada regista – karisma bahagia

® Input Keabadian :

swadika : 7 kemantapan mandala keberadaan =

talenta legenda: 7 intelgensia kecerdasan = EQ, IQ, PQ + ESQ ,

visekha : 7 garansi keberadaan lanjut = kelayakan mandala hisab bardo. → aktualisasi moralitas religius & integritas

®Asset Kehidupan :

bahagia berdaya : kebahagiaan ilahiyah dan keberdayaan alamiyah →

persada regista : kecukupan finansial dan kemapanan eksistensial →

karisma legenda: kerukunan simpatik dan kenyamanan holistik →

- kata kunci : berimbang & menyeluruh
3) KONSISTENSI = bersifat mantap (K)

asumsi3: menerima dan menjalani aktuliasasi hipotesa untuk merealisasikan ketuntasan transformatif realisasi maqom final kebenaran utama secara bertahap dan berkelanjutan secara tepat dan benar.
→ Berkelanjutan : ketuntasan & kelanjutan aktualisasi (kriteria hipotesa : ketepatan & kebijakan ; kriteria realisasai : kebenaran akhir (maqom final x ); kriteria kelanjutan : kebijakan
3) KONSISTENSI = bersifat mantap (K)
→ Berkelanjutan : ketuntasan transformatif & kelanjutan aktualisasi

3) asumsi 3 : menerima dan menjalani aktulisasi hipotesa untuk merealisasikan kebenaran untuk diyakini selanjutnya.

- kriteria hipotesa : ketepatan & kebijakan

- kriteria realisasai : kebenaran akhir (maqonm final x

- kriteria kelanjutan : kebijakan

epilog : anjing &sufi (mengatasi : ketidak-mengertian; ketidak-perdulian ; ketidak-berdayaan)

Fabel anjing & sufi
Vs penghalang : ketidak-mengertian (kebodohan,kesalahan); ketidak-perdulian (kemalasan, kemaksiatan ) ; ketidak- -mantapan diri (kebosanan,kekesalan: kecemasan irrasionalitas,Kekuasaan eksternal); ketidak-berdayaan (kerepotan,keterbatasan)

epilog : anjing &sufi
Fabel anjing & sufi
® (mengatasi : ketidak-mengertian; ketidak-perdulian ; ketidak-berdayaan)
® Penghalang : kebodohan , kemalasan; kebosanan, kecemasan ; kekuasaan (irrasionalitas : internal/external)

ketepatan > kebenaran pandangan

Penempuhan : kathani-karani-rahni : Penyimak, Truth Seeker, Satguru Pemandu, Sekha penyeru , (x layak ® perlu)

Epilog = Komitmen Penempuhan :


Komitmen Penempuhan : Pemanfaatan dan pembuktian kebermaknaan / keberdayaan kehidupan

Epilog = Kemantapan Penempuhan : sholat & shobar

Epilog : ketepatan > kebenaran ; keberimbangan & keseimbangan ; keseluruhan


BAB II.
REALISASI = Penempuhan

Prolog :


kesadaran realisasi → evolusi spiritualitas (transformasi sufisme & yogisme)

evolusi sadr spiritual X biologis tansadar (individual>kolektif) ;

Wujud Realisasi Immanent Meditasi; Kuasa Distansi Intensif Distansi ; Kasih Refleksi Authentik Adhikari

Prolog : kesadaran realisasi → evolusi spiritualitas (transformasi sufisme & yogisme)

evolusi sadr spiritual X biologis tansadar (individual>kolektif) ;

® moralitas kundalini (yogisme) : kesadaran diri, transformasi nafsani (sufisme)

Wujud : Meditasi (Wujud : realisasi penempuhan ; Kasih : kebhaktian ; Kuasa : kehandalan )

Kuasa : Distansi Intensif (Wujud : Sati Videha ; Kuasa : Yogi Tapasa ; Kasih : kecerahan moralitas )

Kasih : Refleksi Autentik (Wujud : kebenaran integritas Kasih : kecerahan moralitas Kuasa : ketepatan globalitas)

1) ADHIKARI : kelayakan moralitas (kasih)

prolog : kisah : orang baik ® Hakekat, Manfaat


prolog : kisah : orang baik ® kelayakan moralitas kisah ibrohim b adham ‘wadah belum bersih’

Hakekat : Aktualisasi autentik > Harmonisasi estetis > Manipulasi hipokrit;Hakekat.

moralitas spiritual vs estetika cultural = x arogansi publik ; defisiensi nafsi ; manipulasi publik

manfaat = transformasi swadika , aktualisasi visekha , harmonisasi bersama,

prolog : kisah : orang baik kelayakan moralitas ® kisah ibrohim b adham ‘wadah belum bersih’

® Hakekat & Manfaat :

Hakekat .: ® Aktualisasi autentik > Harmonisasi estetis > Manipulasi hipokrit

(moralitas spiritual vs estetika cultural ); x arogansi publik ; defisiensi nafsi ; manipulasi publik

manfaat = transformasi swadika , aktualisasi visekha , harmonisasi bersama,

1) Kebenaran Integritas (w) = kejujuran : pemuda & gembala.


Kisah kejujuran : pemuda & gembala.

Brahma Cariya: Hidup dalam Tuhan adalah hidup dalam kebenaran > selibat

® kebenaran :keikhsanan ma’rifatullaah+ ketakziman mahabatullah® keikhlashan ibadah muroqobatullah)

1) Kebenaran Integritas (w) = kejujuran : pemuda & gembala.

dan akan tiba saatnya dan sekarang suah tiba penyembah akan

kisah kejujuran : pemuda – anak gembala

Sebuah kisah tentang kejujujuran

Dikisahkan pada masa yang lalu hiduplah seorang pemuda – sebut saja si Fulan. Si Fulan sangat dikenal sebagai pemuda sombong yang suka berdusta dan membual. Disamping itu dia memiliki banyak sifat yang tidak baik ,seperti melacur,berjudi,menipu dan sebagainya.

Penggembala

landasan keimanan: Ikhsan Robbaniyah (ma’rifatullaah + mahabatullah® muroqobatullah) / Dharma Brahma Cariya® Hidup dalam Tuhan adalah hidup dalam kebenaran > selibat

landasan kearifan : Shobar Robbaniyah / kedhamma . Brahma Vihara ® sifat KeIlahian /kemuliaan theosofi agape lmetta bhavana

® kemurnian (ikhsan kemahabahan & ikhlash peribadahan)

: keikhlasan : kebenaran landasan amaliah : cara amaliyah(politisasi, harmonisasi, defisiensi,aktualisasai lillaah billah filalaah)/ visuddhi nishkarama

2) Kecerahan Moralitas (ks) = pertaubatan : alim & arif


kisah pertaubatan : raja vs orang filsuf moralis & arif robbani

Brahma Vihara : Mencintai kebenaran Tuhan

® kebajikan : Uswah sholih Pemberdayaan Individual + Qudwah mushlih keperdulian universal

2) Kecerahan Moralitas (ks) = pertaubatan : alim & arif

Berakhlaqlah dengan akhlaq (yang diridhoi) Allooh ® Kasih

kisah pertaubatan : raja vs orang filsuf moralis & arif robbani

Sebuah kisah tentang pertaubatan

Dikisahkan pada masa yang lalu raja zalim menghadapkan dua tawanan perang

Kecerahan Moralitas =

Pemberdayaan Individual = swadika, talenta, persada, visekha (akhlaqul karimah, amilush sholihah)

Pemberdayaan Universal = swadika, talenta, persada, visekha (akhlaqul karimah, amilush sholihah)

® keteladanan : sholih & mushlih

moralitas dasar : samma 8 Buddhisme

1. Kebhaktian dan keshalihan =KebhaktianManembah :

2. Keterarahan dan kesahajaan =samma 8 - prasojoSampajana Thaharah

3.Kesatriaan dan kesantunan =asthaiya - sila ; danaKesatriaanKesantunan

4. Keberdayaan dan kebahagiaan =keberdayaan & kebahagiaan : svadhaya - santouch

( Pemberdayaan Individual + keperdulian universal ® keteladanan : sholih & mushlih )

® keteladanan : sholih & mushlih

Pemberdayaan Individual = swadika, talenta, persada, visekha (akhlaqul karimah, amilush sholihah)

® kebajikan ( Pemberdayaan Individual + keperdulian universal )

3) Ketepatan Globalitas (k) = dilemma : Yudhistira


kisah dilemma : dusta Yudhisthira di Kurusetra

Brahma Satiya : Memperhatikan ketentuan Tuhan

® kebijakan ( prioritas kemanfaatan + faktitas keadaan + proporsionalitas ketepatan)

3) Ketepatan Globalitas (k) = dilemma : Yudhistira

kisah dilemma : dusta Yudhisthira di Kurusetra

Sebuah kisah tentang pertaubatan

Dikisahkan pada masa yang lalu raja zalim menghadapkan dua tawanan perang

® kebijakan ( prioritas kemanfaatan + faktitas keterbatasan )

mengatakan kebenaran membanggakan diri,mencela usaha,mengungkap rahasia,pertimbangan lain menyuarakan kebenaran - dengan kelembutan, ketepatan,ketulusan,keteladanan

Keterbatasan internal : sumber daya (waktu & daya)

Keterbatasan External : dimensi ruang & waktu

® kebijaksanaan : proporsional : ketepatan sasaran ( satya sila - metta dana ):ketepatan tindakan

metta dana : sifat kasih naif, beri bantuan-dana,jala,dana

epilog : kisah : karani ®Bina nafsa


Bina nafsa : Integritas Transformasi Membina Moralitas karakter = authentik reseptif ;

® pembiasaan watak : Metode (takholi ,tahalli , tajalli ) & Kaidah (satu mantap,yang lain menyusul):

epilog : kisah : karani ®Bina nafsa : takholi ,tahalli , tajalli ® Metode & Kaidah :

Integritas Karakter Membina Moralitas : watak – pembiasaan

® Transformasi karakter = authentik reseptif ; takhali-tahali, keberanian [xgentar,berani,satria]

2) DISTANSI = kesiagaan transformatif (kuasa)

prolog : Psikosomasi Esoteris


Psikologi Esoterik : Totalitas dimensi paralel Diri :, duniawi peran/kesejatian diri (jiwa x fikiran xtubuh)

® Harmonisasi diri : Ummi ® integrasi reseptif

® Integritas diri : Sati ® aktualisasi harmonis

® Transformasi diri : Yogi ®

prolog : Psikosomasi Esoteris ® harmonisasi holistik, aktualisasi integral , integrasi reseptif

kemantapan power ® kearifan integritas transformasi neurotisme & kekuatan totalitas psikosomasi diri

Asumsi ® psikomasi holistic ; Solusi → Psikologi Esoterik

Totalitas Diri : dimensi paralel , duniawi peran/kesejatian diri,jiwaxfikiran,fikiranxtubuh ® Integritas diri harmonisasi energi

Transformasi Diri : Neurotisme

1) UMMI → keaslian adhikari (ks) :


® keaslian adhikari (ks) : Ummi : ketulusan x kecerdasan

1. muhasabah pertobatan : tawaddhu’

2 .mujahadah perbaikan : Nasuha

3. muroqobah pendekatan : Ibadah

1) UMMI →keaslian adhikari (ks) :

kemantapan adhikari (ks) : kesucian & kebaikan ®kehandalan Transformasi kekuatan diri Distansi Santhara Yogi Tapasa:

= peningkatan kecakapan swadika semesta (laku-tapasya - santhara)dari ketergantungan-kemekekatan-keberdayaan+Kesiapan:perubahan kesadaran,lapisan jiwa holistik

= Ummi : ketulusan x kecerdasan

muhasabah pertobatan ; mujahadah perbaikan ; muroqobah pendekatan

- muhasabah pertobatan ;

- mujahadah perbaikan ;

- muroqobah pendekatan

2) SATI → kearifan nivritti (w) :


® kemantapan nivritti (w) : Sati Videha ® kearifan penyadaran & kebaikan pengarahan

1. Resertivitas harmonisasi = penyadaran diri mensikapi /menanggapi (Reseptif x raeaktif)

2. Asertivitas aktualisasai = pengarahan diri bertindak (proaktif terarah x impulsive neurotik )

3. Integritas : pemantapan diri

2) SATI → kearifan nivritti (w) :

kemantapan nivritti (w) : Sati Videha ® kearifan penyadaran & kebaikan pengarahan

reseptivitas penyadaran ; aktualitas pengarahan ; integritas pemantapan

kemantapan Refleksi kearifan nivritti holistic Sati Videha :

integritas penyadaran universal nivritti dan aktualisasi pengarahan holistic diri. :+ penyadaran lapisan-harmonisasi energi-kesadaran kekinian-aktualisasi tindakan

integritas penyadaran universal nivritti dan aktualisasi pengarahan holistic diri. :+ penyadaran lapisan-harmonisasi energi-kesadaran kekinian-aktualisasi tindakan

Dalam menjalani disiplin spiritual hendaklah senantiasa diperhatikan totalitas psikomasi diri.

Prinsip holistik tersebut perlu dijaga agar tidak hanyut oleh arus alienasi diri yang mungkin saja akan terjadi.

Disiplin Integral :pencerahan (nivritti holistik : nivritti holistik melampaui dan mengatasi diri x nihilisasi ‘absurd’/pravritti ‘semu’)

orang yang kehilangan ego akan

Nivritti holistik adalah sistem disiplin esoteris yang digunakan para penempuh untuk dapat melampaui tingkat kesadaran individualitas dirinya sendiri(ego) yang sempit menuju tahap kesadaran universalitas diri (Esa) yang lebih luas.. Melalui metode ini seorang penmpuh akan mampu mensikapi dan menjalani kehidupan dengan kesadaran yang lebih obyektif,realistis dan teraktualisasi sesuai dengan Reallitas kenyataaan yang sesungguhnya dan tidak lagi berada dalam tingkat pemahaman yang subyektif,romantis dan terdefisiensi oleh keinginan dan kepentingan egonya belaka. .

Pada bab ini kami membatasi Nivritti dalam kerangka pemahaman positif sebagai usaha universalisasi perluasan kesadaran dengan tetap memperhatikan keseimbangan holistik diri Nivritti positif kami kira lebih mudah dan lebih tepat untuk dijalankan daripada nivritti negatif. Lagipula dengan cara ini penempuh spiritualitas akan terlindungi dari resiko nihilisasi diri yanmg ekstrem dan bahkan deifikasi diri yang absurd yang mungkin akan dialami para penempuh

Sati vivekha ditujukan untuk mengembangkan integritas penyadaran dan aktualitas pengarahan diri. Dengan demikian akan timbul kondisi mental yang reseptif dan tidak terlalu reaktif dalam mengamati dan mensikapi knyataan. Disertai aktualisasi moralitas diri yang terjaga dari kepicikan dan kelicikan ego dan senantiasa berada dalam kesadaran dan ketulusan.

Kearifan: pravritti/nivritti; konsep(anatta shandha-atman vivekha-fana al baqa)

pengembangan kesadaran Holistik Nivriti: (sati sampajjana - vivekha vairaga)

- Resertivitas harmonisasi = penyadaran diri mensikapi /menanggapi ® (harmonisasi kesadaran) (Reseptif x raeaktif) : netralisasi , vs irassionalisasi

- Asertivitas aktualisasai = pengarahan diri bertindak ® aktualisasi tindakan (proaktif terarah x impulsive neurotik ) : refleksi meditataif , sholat daim

+ Integritas : pemantapan diri

- reseptivitas penyadaran ;

- aktualitas pengarahan ;

- integritas pemantapan

3) YOGI →kekuatan distansi (k) : Yogi Tapasa/Yogi Muzahid


® kehandalan distansi (k) :Yogi Tapasa ® keuletan swadika eksternal & kekuatan keberdayaan internal

1. keswadikaaan eksternal : ketidak melekatan, ketidak bergantungan , ketidak kecanduan :

2. keperkasaan universal : mengatasi ketidak berdayaan :

3. kewasesaan integral : keawasan. Kewaspadaan :

3) YOGI →kekuatan distansi (k) :

kehandalan distansi (k) :Yogi Tapasa ® keuletan swadika eksternal & kekuatan keberdayaan internal

keswadikaan eksternal ; keberdayaan internal ; keperkasaaan universal

kehandalan Transformasi kekuatan diri Distansi Santhara Yogi Tapasa:

= peningkatan kecakapan swadika semesta (laku-tapasya - santhara)dari ketergantungan-kemekekatan-keberdayaan+Kesiapan:perubahan kesadaran,lapisan jiwa holistik

= peningkatan kecakapan swadika semesta (laku-tapasya - santhara)dari ketergantungan-kemekekatan-keberdayaan+Kesiapan:perubahan kesadaran,lapisan jiwa holistic

Distansi Yogi Tapasa : mengsawdikakan diri dari ketergantungan/kemelekatan eksternal dan memperkasakan universalitas diri.

Yogi vairaga ditujukan untuk meningkatkan vitalitas kemantapan dan kehandalan diri. Dengan melalui disiplin distansi yang berimbang bukan sistem asketis diharapkan diri mampu mengurangi tingkat ketergantungan dan kemelekatan dan kecanduan pada obyek eksternal tertentu.

Yogi tapasya

Sufi muzahid

peningkatan kecakapan swadika semesta (laku - tapasya - santhara)

Kesiapan:perubahan kesadaran~fisik;olah rasa,lapisan jiwa ;olah tapa,raga holistik

- keswadikaaan eksternal : ketidak melekatan, ketidak bergantungan , ketidak kecanduan :

- keperkasaan universal : mengatasi ketidak berdayaan :

+ kewasesaan integral : keawasan. Kewaspadaan :

- keswadikaaan eksternal : ketidak melekatan, ketidak bergantungan , ketidak kecanduan :

- keperkasaan universal : mengatasi ketidak berdayaan :

+ kewasesaan integral : keawasan. Kewaspadaan :

- keswadikaan eksternal ;

- keberdayaan internal ;

- keperkasaaan universal

epilog : antenna karunia


® kesucian ummi : ® sepon reseptif cahaya keIlahian

® kearifan sati : ® sakshin

® kekuatan yogi : ® siaga voltage

epilog : antenna karunia ® reseptivitas, sugestivitas,

Katarsis autentik neurotisme ; Disiplin meditative neurotisme kemanusiaan -hipokrisi kebersamaan ® dynamics catharsis -individu autentik; visuddhi authentic wadah bersih murni batin
3) MEDITASI = kerahnian Immanensi (wujud)

prolog : Hakekat Meditasi

Kisah meditator

Hakekat Meditasi : sebagai metasains mistisme religi

® bertentangankah dengan sains dan agama ?

® Jung Individuasi ® Immanensi / transendensi ? : illuminasi >revilasi – inspirasi

1. Pengetahuan Esoterik tentang kematian dan kegaiban

kematian : pandangan ® mensikapi kematian secara realistis & menguasainya dalam meditasi

kegaiban :wilayah,makhluk,kuasa gaib®mensikapi kegaiban secara realistis & mengatasinya pada meditasi

2. Pengertian Esoterik tentang kaidah dan metode meditasi :

kondisi meditatif : sabai-alpha

Aneka metode : asana.obyek (wuwei & zazen )

prolog : Hakekat Meditasi (Jung Individuasi ® Immanensi/transendensi ? : illuminasi >revilasi - inspirasi)

Kisah meditator

Menmahami meditasi : metasains- mistisme religi ;

Pandangan seputar meditasi : bertentangankah dengan sains dan agama ;

Kematian & Kegaiban :

Pandangan tentang kematian : dari sains , budaya , agama : mistik :

Pengalaman seputar kematian : kisah lazarus - mati suri - penyelaman meditative)

mensikapi kematian : -secara realistis -terhadap kematia)

kegaiban :

Makhluk gaib :- malaikat dan dewa :

Kuasa gaib : Mu’jijat dan kesaktian ::

Menjalani meditasi : pengertian ; referensi literarur ; kesadaran meditative ;

Menjalani meditasi -metode: asana.obyek; kondisi meditatif :sabai,alpha, Orientasi Meditasi menembus kesejatian>mencapai keilahian



1) kemantapan dasar (w) : Referensi Meditasi


Ragam Bhavana : Anubodha & Pativedha (lokiya bhavana & turiya bhavana )

Aneka Lokiya Bhavana : kemantapan metafisik ; -MAGISME : -YOGISME :-TAOISME

® Pelatihan : kontemplasi & visualisasi ; konsentrasi & integrasi.

- penguatan : Hatha Taois ; Prana Reiki

- percobaan : kepekaan intuitif ; experiment osho

Aneka Turiya Bhavana : BUDDHISME ; MISTISME ;

® peracutan : proyeksi racut ; meditasi bardo

- penguasaan : jhana vasi samatha / panna nana Vipassana ;

- pelintasan : 7 dimensi Osho ; Radha Soami

Dalam penempuhan & pencapaian = vs ghurur (arogansi spiritual); jadzab (fikiran obsesif)

Lokiya Bhavana : kemantapan metafisik ; -MAGISME : -YOGISME :-TAOISME

- Pemantapan : kontemplasi & visualisasi ; konsentrasi & integrasi.

- Penguatan : Hatha Taois ; Prana Reiki ; iddhipada ; experiment osho

Turiya Bhavana : jhana,racut (keterbukaan x kepercayaan ® anubodha x keterjagaan ® blocking alpha )

- Penguasaan : Penyadaran jhana vasi samatha / panna nana Vipassana ;experiment osho , penguasaan proyeksi racut ; meditasi bardo

Dalam pencapaian : & penempuhan :GHURUR kedewasaan pencerahan & JADZAB penyadaran totalitas diri

ghurur : arogansi spiritual,

kebanggaan merasa sudah berada pada maqom tinggi walau sesungguhnya masih rendah . Sesungguhnya jika maqom memang sudah tinggi sifat merendah pasti akan semakin intensif. Pada puncaknya justru sikap kerendahan hati yang sadar dan tulus secara autentik haqqul yaqin akan terwujud dengan sendirinya.

Contoh : Obhasa dianggap Union Mystica ;

jadzab : fikiran obsesif

Orang yang menjalani spiritualitas sering digambarkan sebagai orang yang sangat serius dan tegang dengan sistem energi yang begitu ketat dikarenakan desakan ketegangan oleh obsesi terhadap pencapaian spiritualitasnya, tekanan kewajiban disiplin yang harus dijalankannya . Menjadi penyendiri dan seakan tak perduli dengan keberadaan lingkungan sekittarnya. Begitu keras dan sinis caranya mensikapi segala fenomena kenyataan dunia ini. Begitu gelap dan kelam nyaris tanpa kecerahan dan keceiaan yang terpancar dari dirinya. Kenyataan yang sungguh ironis jika kita kaitkan dengan hakekat spiritualitas yang seharusnya justru membebaskan kita dari kegelapan dan membawa kita dalam kebenaran sehingga akan membawa kita dalam keselamatan dan kebahagiaan. Saya pernah mengalaminya dan tidak akan menyangkal bahwa kejadian tersebut cenderung akan dialami oleh para pemula yang begitu antusias dan terobsesi pada spiritualitas yang ditempuhnya.

® Prinsip Kebenaran pencerahan & :Pencerahan spiritual dan kedewasaan psikologis

- wuwei & zazen : WUWEI integrative & ZAZEN utilitarian ® Keseimbangan integritas dan keberimbangan aktualitas

- wuwei & zazen : Keseimbangan integritas dan keberimbangan aktualitas

WUWEI integrative : passive

Khrisnamurti tanpa metode hanya totalitas kesadaran pasrah menerima keberadaan

ZAZEN utilitarian : active

Typical aktualisasi pembumian perlu konsentrasi utilitarian

Realisasi diusahakan zazen methode hingga akhirnya tiba saat wuwei utilitarian.

Hanya Zazen ? mandeg immanensi sebatas individual ; Hanya Wuwei ? hanya satori kilasan pencerahan

3) kemantapan lanjut (ks): kesadaran transenden


® Analisis pencapaian : perbedaan & kesesatan

pensikapan : kesaktian metafisik ( to product / by product : macam ® sikap ): vs magisme ; kerahnian spiritual (puncak immanensi; realisasi transendensi ?) vs monisme pantheistic; vs ladunni avatara

® Analisis Kebijakan Spiritualitas Religius = Agama (Syariat-Thariqat-Haqeqat-Ma’rifat ) = Hindu & Buddha; Tao & Zoroaster; Yahudi :& Kristen :& Islam ; Mistisme (Sufisme & Yogisme) + Filosofis

Pasca Pencapaian :

- perbedaan & kesesatan : analisa pencapaian (kesaktian & keilahian) & pensikapan

- perbedaan & kesesatan : analisa pencapaian (kesaktian & keilahian) & pensikapan

kesaktian metafisik :

Kesaktian metafisik macam : sikap :

Kesaktian tidaklah menunjukkan ketinggian spiritualitas .

Kesaktian to product : dituju ; dilalui dengan : kekuatan sendiri atau bantuan makhluk eteris / astral.

Kesaktian by product : keniscayaan realisasi meditasi penembusan dimensi ; distansi penempaan bahkan kemurnian adhikari moralitas.

Pemanfaatan dan penghindaran :

Pemanfaatan karena kepicikan ; karena kefasikan perampok ; karena kelicikan perampok

Penghindaran karena kemurnian, kelanjutan

Pemanfaatan

kerahnian spiritual :

Batas akhir realisasi pencapaian adalah pada puncak immanensi ; mungkinkah realisasi transendensi dengan persatuan keilahian ?

Mungkin ini bukan kebenaran tetapi saya tetap konsisten dengan pandangan semula sehingga adalah ketepatan

Nihilsme Buddha ?

Transendensi mistik ?

Jika saya membenarkan itu semua, maka saya juga membenarkan :

1)rasionalisasi pembunuhan

Kenapa harus dibunuh

2) rasionalisasi pendustaan

3) rasionalisasi pembatasan transendensi Tuhan hanya dan kedudukan Tuhan ternyata bisa setara

4) rasionalisasi perayaan

5)

Dengan catatan jika yang dimaksud Tuhan adalah Dzat Mutlak yang tidak hanya immanen pertingkatan mandala atau per indiividu samsara (monisme pantheistics) namun juga transenden (monotheistic robbaniyah) maka kriteria ideal nya bagi persatuan adalah kesetaraan dengan wujud, kuasa dan kasih Tuhan. Suatu hal yang mustahil karena ; namun jika diartikan sebagai suatu ke

1. Kasih : realisasi kebenaran kasih ® berakhlaq dengan (akhlaq yang dirihoi) Allaah (walau sulit namun dapat); jika keberdayaan panna ladunni sungguh paripurna tanpa cela kesalahan maupun noda kelalaian selama hidupnya . Tidak sekedar dimaafkan atau dibenarkan saja, (figur ideal para perintis Nabiyullaah : )

2. Kuasa : realisasi kekuatan kuasa ® kuasa metafisik immanent dari realisasi spiritual (walau nyaris mungkin tapi mustahil); jika keberdayaan karomah nana sungguh paripurna tanpa kelemahan penuh kekuasaan . Tidak sekedar dimaafkan , (figur ideal para perintis Nabiyullaah : )

3. Wujud : realisasi kesatuan wujud ® diri mewujud sebagai Tuhan ( mustahil dan tidak mungkin ) ® Keilahiahan satguru ?

Dengan kriteria ideal tersebut cukup gilakah kita untuk menyamakan diri dengan Tuhan ?

Dengan catatan

Dengan kriteria ideal tersebut cukup gilakah kita untuk menyamakan diri dengan Tuhan ?

kisah tragis-ulasan , hakekat pencerahan

Kebijakan pensikapan atas Pencerahan =

Kejatuhan Al Halaj :

Tajalli Tuhan atas gunung adalah kesirnaan

Al Halaj sesungguhnya adalah seorang spiritualis religius yang baik. Dan mungkin karena keautentikan peribadahan dan penempuhannya,Kebenaran tampaknya menganggap layak untuk mengaruniainya kesempatan pengalaman ekstasis.

Dalam ekstasis peniadaan kefanaan keakuan dirinya,kebaqoan yang Esa melingkupnya dalam lautan ekstasis. Pengalaman ekstasis yang dahsyat itu menjawab tuntas kerinduan spiritualnya ; Dia merasakan kesatuannya dengan yang dicintai, Al Haq, Tuhan. Yang kemudian diungkapkannya sebagai “annal haq” (akulah kebenaran).

Sejumlah Sufi Pantheistik dan para Yogi monistik memandang pencapaian maqom kebaqoan aku setelah kefanaan aku ini sebagai maqom yang paling tinggi, namun tepatkah pandangan dan pernyataan annal haq tersebut ? Se

1. bukan pandangan benar karena jika memang ada Tajali peleburan Tuhan pada makhlukNya maka seharusnya tidak hanya kesadaran namun seluruh keberadaan makhluk tersebut pastilah sirna bagaikan hancurnya gunung karena tajali Tuhan padanya

2. bukan ungkapan yang tepat karena sesungguhnya Laten deitas keilahiahan Tuhanlah yang melingkup makhluknya; bukan sebaliknya. Cahaya Tuhan mungkin hanya mampu . Namun secara keseluruhan

3. bukan ungkapan yang bijak karena kalupun itu dibenarkan juga sebagai hysteria union-mystica yang terjadi pada realisasi ekstasis saja

Tampaknya pandangan Al Halaj kemudian menganggap ; di hukum mati.

Kebijakan Buddha :

“Yang mencapainya akan diam ; yang berbicara sesungguhnya tidak memahami apa-apa”.

Buddha tidak menjawab sejumlah pertanyaan yang diajukan kepdanya tentang pencerahan kebuddhaan , “siapakah yang mencapai nibbana ?”.

Tidak menjawab adalah jawaban yang tepat. Karena seandainya dia menjawab , “aku” maka itu adalah jawaban salah. Dia berdusta karena dalam nibbana pencerahan kesadaran ‘aku’ sesungguhnya sudah tidak ada lagi.). Dan seandainya dia menjawab : “ bukan aku” – dia pun menyangkal pencerahan kebuddhaannya sendiri. Hanya dengan keannata-an “tanpa aku” lah dia mencapai pencerahan Zazen Kesadaran aku sudah terlampaui sebelumya bahkan sejak terlampauinya kristalisasi ego pada dimensi kesadran individual. Dalam wuwei keesaan pada dimensi universal tidak ada lagi ‘aku’. Dalam keesaan,keakuan dipandang sebagai ‘anatta’ (keakuan yang semu dan tanpa inti) :Annata adalah pendekatan rasionalitas kebahasaan negatif dalam sudut pandang keimmanentan mandala. Dan Buddha terlalu bijak untuk tetap bersikap autentik dengan tidak jatuh pada ‘keakua’an yang semu tersebut.

Realitas Kenyataan adalah hal yang pelik untuk dijabarkan dan demikian juga Nibbana Pencerahan adalah hal yang sulit untuk dijelaskan . “Yang telah mencapainya akan diam; yang berbicara sesungguhnya tidak memahami apa-apa”. Kebenaran Realitas sesungguhnya bersifat trans-rasional bahkan transcendental sehingga segala formulasi konsep pandangan apalagi rhetorika kebahasaan yang digunakan sebagai media pengungkapan tidaklah cukup mampu untuk merengkuh kejelasan seluruh kebenaran yang hanya bisa dihayati dan dicapai melalui penempuhan realisasi yang autentik hingga mencapai puncaknya ini. Karena begitu rumitnya permasalahan ini untuk difahami lingkungan awam, adalah bisa dimaklumi jika kemudian dia secara bijak membentuk koloni kebhiksuan sebagai wahana pembabaran Dharmanya. Dalam koloni yang terbatas dan terpandu itulah ma’rifat kebenaran, hakekat kenyataan dan tarekat penempuhan Dharma dibabarkan. Sedangkan untuk kaum awam dia hanya menyampaikan ‘syari’at’ praktis demi harmonisasi kebersamaan dan transformasi kesiapan diri untuk Panna kebijaksanaan berikutnya melalui pemantapan awal Sila moralitas dan pelatihan dasar Samadhi Secara keseluruhan adakah makhluk yang setara dengan Tuhan ?

Kebijakan pensikapan atas Pembumian =

® Analisis Kebijakan Spiritualitas Religius :

Syariat sebagai landasan eksoterk Agama ;

Mistisme India :

1. Hindu :

2. Buddha :

Faham Harmonium dualitas :

1. Tao :

2. Zoroaster : api ?

Religi Mediteran :

1.Yahudi : Musa (ikhnaton – Mesir)

2. Kristen : Isa ( Yogi India ? tradisi mistik Esena yang kemungkinan berkaitan dengan tradisi mistik Israel Caballa ? )

3. Islam : Muhammad (revilasi pewahyuan -) / illuminasi (mi’raj)

® Analisis Kebijakan Spiritualitas Mistisme :

1. Sufisme :

2. Yogisme :

® Analisis Kebijakan Spiritualitas Filosofis :

Kebijakan

Ketepatan :

epilog : kemantapan pencerahan →kedewasaan Robbaniyah.


Mensikapi meditasi = kelanjutan moralitas yang transrasional; Perlunya realisasi jika hasil akhir bisa kita fahami ; ketepatan robbaniyah (holistic religius – integral pembumi) dalam kewajaran dan kesadaran

Mensikapi realisasi ®

+ kelanjutan moralitas yang transrasional

dan menjalani meditasi ®

Perlukah realisasi jika hasil akhir bisa kita fahami ?

1. pada hakekatnya meditasi bermakna luas

2. realisasi memungkinkan ekstensi yang lebih tinggi (pencerahan melampaui samsara ; surga yang lebih tinggi)

3. realisasi memungkinkan tingkat kecerdasan/kebijaksanaan lebih tinggi (panna/ laduni) : pemurniaan batin dari akar karmaik

4. realisasi memungkinkan kesiagaan sakaratul maut (

5. realisasi memungkin kebaikan tersirat dalam penempuhannya

- kebijakan & ketepatan : kebijakan (kebebasan ?) ® ketepatan (holistic religius – integral pembumi)

- kebijakan & ketepatan : kebijakan (kebebasan ?) ® ketepatan (holistic religius – integral pembumi)

mensikapi ekstasis = mensikapi hasil meditasi

Epilog = Kewajaran Eksistensi


→ Aktualisasi totalitas : harmoni ; refleksi ; sinergi =

Realisasi hanyalah awal bukan akhir; pribadi robbani,‘uebermensch’ spiritual

dhamma dutta faber mundi viator mundi rahmat dan berkah yang memberdayakan dan membahagiakan

Vs Jung individuasi ? Vs Osho : celebrasi permainan x rakit moralitas ; Vs Pearls : keneurotisme autentik ?

Vs ‘Nietzche” uebermensch’

epilog : Kembali membumi (kemantapan pencerahan →kedewasaan Robbaniyah)

Epilog = solusi kedewasaan pembumian vs ‘uebermensch’ Nietzche

® Realisasi pencerahan Individuasi yang dilanjutkan hingga Realisasi pencerahan immanensi hanyalah awal bukan akhir penempuhan. Input dari Ekstasis bukanlah suatu perayaan yang membebaskan kesadaran diri dari rakit estetika moralitas adhikari pada kaidah kasih dari system metode spiritualitas dan religiusitas namun justru memantapkannya menjadi sangat berkualitas dalam panna kebijaksanaan robbaniyah yang sangat cerah sebagai keniscayaan luapan kasih ilahiyah yang terserap selama realisasi ekstasis tersebut. Akhir dari realisasi adalah terbentuknya pribadi robbani, ‘uebermensch’ spiritual yang tidak secara naïf menafikan atau mematikan Tuhan karena arogansi kebodohan akan pemahamannya ~ tetapi justru secara arif menyandarkan keterbatasan dirinya dalam kesempurnaan Tuhan karena pencerahan kesadaran realitasnya; yang tidak mengumbar keliaran nafsnya dalam vitalitas neurotik wild wisdom dengan menggunakan kebuasan rasionalisasi pembenaran logika kekuatan ~ tetapi justru mengaktualisasikan secara holistik integritas kebaikan Dharma kasih dengan menggunakan metalogika kebenaran transrasional panna kebijaksanaan Robbaniyah.. Realisasi pencerahan adalah perkembangan kedewasaan berkelanjutan bagi keberadaannya sebagai dhamma dutta yang secara arif berintegritas dan secara baik mengaktualitaskan keterkaitan dan Keperdulian pemberdayaan individualitas dirinya dan juga lingkungan universalnya sebagai faber mundi (‘pencipta dunia’) walau tanpa kepamrihan dan tiada kemelekatan. sebagai viator mundi (‘penziarah dunia’). Sehingga keberadaannya tidak menjadikannya laknat dan musibah yang memperdayakan dan membahayakan bagi kehidupan individualnya sendiri maupun lingkungan universalnya; tetapi menjadi rahmat dan berkah yang memberdayakan dan membahagiakan bagi semesta kehidupan karena kebaikannya

holistic Dharma yang membawa rahmat bagi aktualisasi pembumian seluruh alam sebagai walau dan tiada kemelekatan.

Vs Jung : kedewasaan adalah jika seorang telah tuntas menjalani individuasi ?

Vs Osho : setelah pencerahan kehidupan adalah celebrasi permainan ; rakit moralitas tidak diperlukan lagi karena kesadaran sudah mencukupi ?

® Kehidupan menjadi celebrasi kasih ~ sebagai keniscayaan dari pencerahan immanensi.: refleksi pemuliaan dharma ~ ; moralitas lebih berkualitas karena kesadaran robbaniyah ®

Vs Pearls : kedewasaan adalah suatu sikap autentik ?

® Tidak hanya autentik tetapi holistic . Bukan refleksi yang naïf dan liar tetapi refleksi yang arif dan baik karena senantiasa berintegritas pada Dharma tidak sekedar vitalitas neurotik nafs.

Vs ‘Nietzche ; jadilah ” uebermensch’ dalam vitalitas wild wisdom yang menggunakan logika kekuatan , menjadi Tuhan yang telah mati ?

® Jadilah uebermensch spiritual yang tidak mengingkari keIlahiyahan ; memfanakan diri dan membaqokan Tuhan dan mengaktualisasikan integritas fine wisdom.

dalatheisme : realisasi kebenaran > keilahian.




BAB III.

REVITALISASI = Pembumian

Prolog : Sufi Pembumi


kisah seeker yang ditolak sufi pertapa dan belajar ke sufi pembumi

® Sufi Pembumi : Menyadari tanggung jawab eksistensialitas & universalitas

Prolog : Sufi Pembumi →Menyadari tanggung jawab eksistensialitas & universalitas

(MEMBUMIKAN DHARMA ) : kisah seeker yang ditolak sufi pertapa dan belajar ke sufi pembumi

Wujud : Eksistensialitas

Kuasa : Kehandalan Aktualisasi

Kasih : Harmonisasi

1) PERSPEKTIF = kecerahan pandangan


prolog : ketepatan pandangan ® kearifan mensikapi : Amati – Alami – Atasi

ketepatan pandangan = Totalitas holistic x ekstrem dualisme ; sanatana dharma x aranyaka dharma

kearifan tindakan: amati ® alami ® atasi (kesadaran Dhamma Bhumi ; Dhamma Sekha & Dhamma Dutta)

1) kecerahan Mahadharma (w) : Sanatana dharma – Bhinneka Dharma

satu sanatana Dharma pada bhineka dharma ® Satu Agama baru ? tidak perlu (kronologis agama)

2) kepastian Transformasi (ks) : pemberdayaan keabadian – pemberdayaan kehidupan

pemberdayaan individualitas ® pemisahan Dunia & Akherat ? total gestalt (atsar simultan)

3) kebijakan Aktualiser (k) : transformasi Individual – Transformasi universal

pemberdayaan universalitas ® tentang Reformasi + Globalisasi : transformasi (lingkungan kondusif )

epilog : kecerahan komitmen ® kebaikan menjalani : Dhamma Bhumi, Dhamma Sekha ; Dhamma Dutta

pembumian spiritualitas universal = pemberdayaan keabadian & kehidupan (individual-universal)
1) PERSPEKTIF = kecerahan pandangan

prolog : ketepatan pandangan

® kearifan mensikapi : Amati – Alami – Atasi

1) kecerahan Mahadharma (w) :

Sanatana dharma – Bhinneka Dharma

(satu Agama Dharma ?)

2) kepastian Transformasi (ks) :

pemberdayaan keabadian – pemberdayaan kehidupan

(Dunia & Akherat)

3) kebijakan Aktualiser (k) :

transformasi Individual – Transformasi universal

(Reformasi + Globalisasi)

epilog : kecerahan komitmen ® kebaikan menjalani : Dhamma Bhumi, Dhamma Sekha; Dhamma Dutta

MENSIKAPI dan MENGATASI KEBENARAN =

Prolog : Aktualisasi Eksistensial

Harmonisasi Kehidupan :

dualisme kehidupan yin-yang

1. diantara dualisme =

timur dan barat : timur dan barat tak akan pernah bersatu ?

pria dan wanita : jiwa spiritualis harus feminim ?

tua dan muda : spiritualitas hanya untuk orang tua ?

duniawi dan akherat

2; kewajaran pembumian :

Kehidupan duniawi dengan segala kompleksitas permasalahannya tidak tepat untuk menjalani Spiritualitas justru karena itu .

aranyaka bukan sanatana dharma® spiritualitas aktualiser yang berimbasng dan seimbang

spiritualitas tidak hanya ditujukan bagi keselamatan akherat tetapi juga membawa kesejahteraan bagi a

viator mundi dan fabr mundi dunia bukanlah ilusi dan tidaklah kotor : dunia bukanlah ilusi dan tidaklah kotor - politik spirituaslisasi politik x polisisasi spiritual

aktualiser =

muzzamil,berbenah,affirmasi

istiqomah,muhasabah

Universalitas Spiritual : kesadaran peran dan

Problematika Kehidupan : kebutuhan vital

Tujuan dalam kehidupan =

Apaun tujuan kita spiritualitas harus menjadi landasannya

1. kebahagiaan tujuan klise hedonis dan alamiah karena memnguntungkan kepentingan diri

2. kesuksesan

3 keberadaan

Memahami kebutuhan = Uang

1. kebutuhan dasar : kehidupan & kesehatan

2. kebutuhan emosi : kenyamanan & kesenangan / afeksi & respek

3. kebutuhan : kecukupan & kemapanan

4. kebutuhan : aktualisasi eksistensial & internalisasi spiritual

DHAMMA SEKHA : karani ® aktualisasi keseimbangan penempuhan

DHAMMA DUTTA : Rahni ® aktualisasi keberimbangan pencerahan

Epilog : kewajaran pembumian

Epilog : mengalir bersama

1) Mahadharma (w) :

2) Aktualiser (ks) :

3) Transformasi (k) :

ketepatan > kebenaran pandangan

Epilog : kholifatullooh ® Menghargai kehidupan manusiawi & duniawi


Kholifatullooh :

® Menghargai kehidupan manusiawi & duniawi

Epilog : kholifatullooh

® Menghargai kehidupan manusiawi & duniawi


PENUTUP :
Kesimpulan ( QUO VADIS ? ) ® pandangan & tanggapan

Pandangan : kesimpulan ® Robbani ( x sensasi bahagia ; taraqqi mandala ; fantasi ahamkara) ;
Tanggapan : opini terhadap Asumsi hipotesis dan solusi dianektis (Wujud; Kuasa; Kasih)

Pandangan & Tanggapan :

1. diperlukan pandangan yang benar dan tepat untuk memahami

2. diperlukan realisasi penempuhan untuk membuktikan kebenaran dan sekaligus mengaktualisasikan

3. diperlukan keberimbangan

4. diperlukan kebijakan untuk

5. diperlukan
Pandangan : kesimpulan: Robbani ( x bahagia ; mandala ; ahamkara) ;
Tanggapan : opini terhadap Asumsi hipotesis dan solusi dianektis
Syukur & Terima kasih :

Syukur : Alhamdulillaah ~ Hanya karena Dia
Terima kasih : bantuan & panduan + staff penerbitan & percetakan & pemasaran
→ Syukur : Alhamdulillaah ~ Hanya karena Dia
® Terima kasih : bantuan & panduan + staff penerbitan & percetakan & pemasaran

Pengharapan :


Kemanfaatan : referensi panduan , literature wawasan , bacaan hiburan, wacana perenungan

Ma’af ;

Saran perbaikan dan masukan pelengkapan

® Kemanfaatan : referensi panduan , literature wawasan , bacaan hiburan, wacana perenungan

® Ma’af : Saran perbaikan dan masukan pelengkapan

Pustaka

Biodata







MEDITASI


1. RACUT :

Menggeser dimensi kesadaran diri dari tubuh fisik ke tubuh subtil ( sukma eteris ).

PROYEKSI ASTRAL SCOTT ROGO

Gnosis Buddhisme : Kesadaran bersifat universal ( x individual ) sehingga dapat saja melakukan pemindahan kesadaran diri ke suatu obyek/suyet & proyeksikan kesadaran diri ke suatu tempat/waktu.

: kesedian melibatkan diri ® atasi kecemasan alamiah (avidya sosial awam : mati,gila,terasingkan) ® baca literatur pemandu ® penunjang program =- diet vegetaris ( Keller ),dll

Proyeksi eteris =

pelatihan awal :

® pernafasan Yoga :

: standar pranayama ® penguatan badan & supplier energi kesadaran untuk PLB

: berdiri ® pernafasan diafragma sempurna

: berjinjit ® pernafasan segitiga dalam tiga gerakan ( - jinjit - )

: bersila ® penahanan pernafasan ( penyebaran prana ke tubuh )

: telentang ® pernafasan kebatinan ( + visualisasi osmosis prana pada tubuh )

: (+) pernafasan silang : lubang hidung kanan/kiri bergantian

Pelaksanaan :

(1) ® Relaksasi ( Haraday ) =

POP ( pengenduran otot progresi ) untuk mengurangi ketegangan fisik dan kecemasan batin

pengenduran fisik : telentang ( miring kanan x kiri ) > duduk ( hipnose otomatis x insrtuktif protokoler )® tegang dan kendurkan kelompok otot tubuh secara bertahap ( pernafasan berirama , interval waktu , rasakan kenyaman pelepasan ketegangan )

pengenduran mental : pasifkan fikiran

®1.1. detak jantung ( Muldon ):

: fokuskan perhatian pada jantung ( rasakan denyut jantung ®kehendak kuat agar denyut jantung menjadi teratur kecepatan ® turunkan denyut jantung secara bertahap capai kondisi alpha untuk PLB )

®1.2. intensitas getaran ( Monroe ):

: setelah relaksasi® telentang ® masuki keadaan hipnagogik(batas tidur – terjaga ) Kondisi A = terjaga (=pertahankan satu obyek kesadaran tunggal sebagai indikasi )

Kondisi B = keadaan hipnagogik ( obyek telah beralih pada obyek lain ® sati pasif

Kondisi C = Keadaan mendalam ( tiada kesadran fisik & kontak indrawi )

Kondisi D = getaran ( = rasakan dan kuasai secara pasif dengan tetap relax mengamati )

=> intensifkan dan tingkatkan getaran

: visualisasi PLB secara bertahap

®1.3. tersebar ? : Visualisasi :

Kubus Necker + Kembangkan keahlian imajinasi kreatif penciptaan image mental & pertahankan visualisasi fikiran sadar dalam mengkondisikan batin bawah sadar eteris untuk PLB

: Brent = visualisasi terkontrol ~ skenario tahapan ( hypnotism sugestible )

: Muldoon = bayangan cermin eteris diri

: Lancelin = pengarahan tujuan lokasi tertentu

: Hermetics = visualisasi fikiran kuat akan mewujud dalam dimensi fisik secara nyata ( minimal akan berpengaruh pada kondisi si pelakunya ) ® terkaan batin bebas pada sesuatu di balik tabir

konsentrasikan pada satu titik ½ meter di atas kepala dimana terdapat tali yang menarik tubuh eteris ke luar tubuh fisik melalui kepala ;

®1.4 . tertidur ? ; Kontrol Mimpi Jelas :

: reseptif dan apresiate terhadap pesan mimpi dan memanfaatkan mimpi /tidur sebagai media kontrol keadaan hipnagogik ( Program mimpi terbang untuk keluar tubuh / PLB ).

Pertahankan kesadaran diri hiongga tidur dan bermimpi ® kesadaran dan pengamatan mimpi kemudian Fokuskan pada program mimpi jelas untuk maksud PLB ( kehendak pasif > aktif )

Proyeksi Mental =

1. pengeluaran tubuh eteris :

® proyeksi kehendak dinamis ( Lancelin ) =

Kemauan sadar yang sangat kuat mensugesti batin bawah sadar menyebabkan PLB secara spontan.

: fokuskan fikiran/kesadaran pada seluruh tubuh ® Rasakan ( > khayalkan ) keberadaan tubuh astral.

: fokuskan segenap energi pada kening/pusar ® Kehendak kuat (> inginkan ) agar tubuh astral keluar dari tubuh fisik .( : Rasakan keberadaan tubuh astral di luar badan fisik )

2. pengamatan zarah eteris :

: Green = pengembangan proyeksi kesadaran eteris ke luar tubuh fisik ( Swain ® PLB dalam keadaaan tetap terjaga secara bertahap : pengamatan jarak jauh x perkiraan ; )

3. pemunculan zarah eteris :( bilokasi )




BUDDHA

Perintis :Siddharta ‘Buddha’ Gautama

PEMAHAMAN KESADARAN =

Prinsip Ehipassiko = Saddha > Iman [ kepercayaan karena pembuktian]

:pariyati(pelajari)®patipati(praktek)®pativeda(realisasi)

KAIDAH BUDDHISME =

~ Kesadaran akan hukum paticca samupada ® kontak bijak ( Let It Be )

Mental noting : Satipatthana

( berkesadaran penuh : Sati Sampajjana )

Zazen Batin : Eka Bhisamaya ( samahito + parisudha ® kamaniya)

~ Kesadaran akan Catur Ariya Satyani ® Jalan Spiritual =

(1) Sila : Kemurnian Sila dan kebajikan berprilaku

(2) Samadhi : ketekunan meditasi dan

(3) Panna : kebijaksanaan paramatha sacca ( kebenaran mutlak )

SAMATHA BHAVANA

® : 40 obyek meditasi ~ carita ( perwatakan) dan fungsi (penggunaan)

Rupa-Jhana = kegairahan sensasi

(1)Jhana1=vitakha,vicara,piti,sukha,ekagat((2) Jhana 2 = piti,sukha,ekagata

(3) Jhana 3 = sukha,ekagata

(4) Jhana 4 = ekagata

® Abhinna : Iddhi kesaktian ( dengan obyek : kasina) ,

Arupa-Jhana = keheningan nuansa

(1) Arupa Jhana 1 = pengheningan keadaan ruang tanpa batas

(2) Arupa Jhana 2 = pengheningan keadaan kesadaran tanpa batas

(3) Arupa Jhana 3 = pengheningan keadaan kosong ( sang habis )

(4) Arupa Jhana 4 = pengheningan keadaan tanpa pencerapan

® santa vihara : penghidupan yang penuh kebahagiaan

KEAHLIAN = JHANA-VASI

VIPASSANA BHAVANA

® : 4 objek meditasi ~ carita (perwatakan)

KESIAPAN =

( 1 ) Sila visuddhi : Kesucian sila

( 2 ) Citta visuddhi : Kesucian fikiran ( minim : Jhana 1 )

PROSES =

( 3 ) ditthi visuddhi : Kesucian pandangan ( pembedaan : nama – rupa)

( 4 ) kankhavitarano visuddhi : Kesucian keraguan ( hubungan kausalitas)

( 5 ) magga amagga : tilakkhana universal & 10 kilesa

( 6 ) patipadana : sankharupekkha keseimbangan batin terhadap obyek ®anuloma ( penyesuaian jalan tengah x ekstrim)

PENCERAHAN =

(7)Patipada:Pencerahan-lokuttara(Gotrabu ®Magga®Phala:sotapana,sakadagami,anagami,arahat ) ® pacchavekha peninjauan kembali.




RADHA – SOAMI

Satguru : Swami Ji ; Baba Jaimal – Sawan Singh – Sardar Bahadur – Charam Singh ; Gurinder

Kaidah Sant Mat :

- Moralitas untuk harmonisasi nurani yang menenangkan jiwa.

- Diet Vegetaris untuk menunjang kelancaran bermeditasi.

- Gurbhakti untuk ‘total surrender’ ,Seva ( pelayanan) dan pemurnian ego.

- Nambhakti untuk media konsentrasi dan ‘visa’ meditatif
Proses Meditasi =

Simran ( Dzikir 5 nama suci penguasa 5 wilayah rohani ) pada tisratil sambil Dhyan ( kontemplasi wujud astral Satguru ) ® : Bhajan < menyimak Shabda >

Vs mekanisme anti-kundalini fikiran ( ke bawah & ke luar ® ke dalam& ke atas ) ® pada tataran : Pinda / material creation/ melalui 6 chakra bawah

(1) pusat akar ®muladhara chakra : Kilyang

( 2 ) pusat seks ®indri chakra : Onkar

( 3) pusat pusar ®nabhi chakra : Hiryang

(4) pusat jantung ®hrida chakra : Sohang

(5)pusat tenggorokan ®kanth chakra : Shiriyang

(6)pusat dua mata ®Dodal Kanwal = pineal

® : Level : Yogi Puran

Menjelajahi Wilayah Rohaniah

Pada tisratil : terdengar suara binda/jhinga (gemuruh/sepur) & tampak wujud guntur,

( 1 ) Sahansdal Kanwal : Niranjan desh ® bell & cronch

Nama sufisme : Maqam I Allah

Terdengar 10 suara : lautan,guntur,

Tampak juga : langit,matahari,bintang

~ Chidakash : surga/neraka

~ sahansdal kanwal : Jyoti Niranjan

~ kolam Tirbeni

3 bagian :

~ jhongran dep

~ shyan

~ sett sunn

® Level : Sikh ( Siswa Sejati )

( 2 ) Trikuti Murakashi : Brahm loka ® sound of Onkar

Nama sufisme : Maqam I Allah Hu ( Wilayah asal : fikiran )

Terdengar suara : Onkar dalam guntur

Tampak wujud : sunnya , gunung (Mer,Sumer,Kailash)

® Level : Yogishwar

( 3 ) Daswan Dwar : Par Brahm ® King Ri (Spiritual lute)

Nama sufisme : Alam I Lahut

Terdengar suara : Onkar dalam guntur

Tampak wujud : sunnya , gunung (Mer,Sumer,Kailash)

( 4 ) Banwar Gupha : Sohang ® Bansri ( flute )

Nama sufisme : Alam I Hahut

Terdengar suara : Kingri

Tampak wujud : sunnya , gunung (Mer,Sumer,Kailash)

( 5 ) Satta Loka : Sat Purush ® Bin ( big pipe )

Nama sufisme : Maqam I Haqq ( Rumah Sejati : Jiwa )

Terdengar suara : Bin ( Big Pipe)
Tampak wujud : Sach Kkand ( Sat Nam ) di Alakh Lok ® Agam Lokh ® Anami Lokh

® Level : Param Sant ® Satguru




OSHO

PANDANGAN =

Evolusi tansadar bersifat kolektif , sedangkan evolusi sadar bersifat individual.

: Hiduplah secara Total = hidup religius meditatif dalam Tao = kenyamanan dari ketegangan )

MEDITASI CHAOTIC =

Dalam bermeditasi diperlukan kemurnian fikir , kealamian tubuh

1. Chaotic breathing : 10 ‘

® kacaukan sistem masif neurotik diri untuk membebaskan emosi yang tertekan/mengendap

:penafasan dalam & cepat ( tubuh kelimpahan oksigen ® alive/vitale : alamiah hewani )

= fisik terasa tidak lagi terasa sebagai materi tetapi seperti sistem energi yang meluap.

2. Catharsis : 10 ‘

®theraphy pelepasan seluruh limbah emosi yang tertekan /mengendap secara bebas .

:pembersihan : menjerit,menangis ; tertawa,melompat ; menari , dll ( terserah )

= tubuh fisik terasa ringan alamiah dan batin fikiran murni dari segala limbah mental.

3. Sound : HOO : 10 ‘

® menghantam sentra sex / chakra vitale agar kemudian terjadi proses kundalini energi.

: teriakan- teriakan HOO sekeras mungkin terarah ke sentra sex untuk menaikkan energi.

= terjadi proses aliran energi kundalini di dalam dan menuju ke atas.(exhausted)

4. Jump : Meditasi :

® memasuki alam meditasi dengan seluruh totalitas kesadaran diri tanpa konflik ( wuwei )

: menjadi pengamat yang mantap (sakshin upeksha) atas apapun juga yang dihadapi.

= secara bertahap terjadi pertumbuhan spiritualitas melalui pengalaman batiniah langsung.
TRANSENDENSI 7 TUBUH =

= consciousness ( kesadaran ) ®witnessing (pengamatan)®awareness(kemurnian)®enlightment

Desireless = just the absence of desiring x the opposite ( passive x active )

meditasi bersifat passive ( total surrender)® x kehilangan awareness

manusia memiliki 7 dimensi paralel keberadaan yang saling terpadu dan berkait.

jika bermeditasi mulailah dari tubuh pertama paling luar ( jangan fikirkan ‘pengetahuan tingkat tinggi’ agar tidak mengganggu kelancaran dan kesejatian transformasi diri )

atasi ketegangan yang timbul karena adanya ketidak-nyamanan dalam transformasi(kesenjangan antara kenyataan dan keinginan).® ® Pintu dimensi kesadaran pada setiap tubuh berikutnya akan terbuka otomatis jika tiada ketegangan didalam badan tersebut ( kenyamanan holistik)

Jadilah : sakshin upeksha ( kesadaran pengamat yang indifferent ® equilibirium ; tanpa konflik karena membedakan kutub polaritas yang ada sehingga tidak terjadi perpecahan diri ) = mentransendensi polaritas ( kenyamanan batin dari ketegangan alamiah eksistensial dengan tidak perlu melekat/menolak polaritas yang ada )

metode = melekat ®melepas ( langkah permulaan akan menjadi rintangan perkembangan lebih lanjut jika terlalu dilekati )

(*) HORIZONTAL (MASIH INSANIAH ) = DARI LUAR KE DALAM =

1. FISIK

terbatasi ruang dan waktu

PRAMEDITASI =

rasakanlah keberadaan fisik dari dalam (tidak sekedar dari luar ) : kayanupasana.

MEDITASI =

polaritas : breathing ( incoming x outcoming )

vision : khayalan mimpi fisiologis

transend : sadari setiap saat rasa dari dalam [ holistik ]

penyesuaian : hidup dalam kekinian ; ketika bertindak disadari ( actor ~ action ) ; seks ®ekspresi positif cinta kasih ( x pelepasan ketegangan)

2. ETERIK

transparan & antigravitasi ( sukma 13 hari pasca kematian ); terbatasi waktu tetapi ruang tidak

PRAMEDITASI =

sadarilah keberadaan dan pergerakan dari dalam (tidak sekedar dari luar ) : sati kayanupasana.

MEDITASI =

polaritas : influence ( attractive /love/well-being x repulsive/hatred/diseased )

vision?mantra,parfum(jakfaron/misik;hio/dupa,dll) , warna (biru eterik ,dll)

vision : tetap sadar terjaga dengan sarana mantra ( ®tidak efek hipnotis/tertidur )

transend : sukma plb ,sugestible hipnotik & zarah kundalini ( kenali vitalitas mekanisme nya dari dalam )

penyesuaian : cinta kasih murni (sikap fikiran dalam diri terhadap seluruh kosmik bukan sekedar hubungan antar personal X pemenuhan hasrat nafsu sex/ego ) dengan tanpa harapan/tuntutan

3. ASTRAL

tidak terbatasi ruang dan waktu lampau

PRAMEDITASI =

sadarilah keberadaan dan pergerakan dari dalam (tidak sekedar dari luar ) : sati kayanupasana.

MEDITASI =

polaritas:magnetisme(powerful/confident/bravery – powerless/inconfident/coward )

vision : jangan pastikan dulu prakonsepsi keabadian diri ( realisasi : truth pativedha >proyeksi : faith anubodha )

transend : ungkapkan keberadaaan di dalamnya ( totalitas kehendak )

penyesuaian : gudang timbunan pengharapan /hasrat keinginan yang begitu menimbulkan ketegangan ( kewaspadaaan meditator ? )® terima saja hasrat tersebut sebagaimana adanya (akan timbul ketenangan // berhasrat tanhasrat ? neurotis )

4. MENTAL

rumah terakhir fikiran ( tidak terbatasi ruang dan waktu lampau dan mendatang )

PRAMEDITASI =

sadarilah keberadaan dan pergerakan dari dalam (tidak sekedar dari luar ) : sati kayanupasana.

MEDITASI =

polaritas : thought ( incoming – outcoming )

vision : waspadai proyeksi ciptaan mental ® jangan harapkan/identifikasikan apapun

transend : lampaui seluruh proses mental ( awas ! schizoprenia : fikiran tidak dalam keadaan harmoni – secara simultan bekerja terpecah ke 2 arah yang berlawanan : berdiri di luar & melihat ke dalam/ ke atas ® Mulailah dari lapisan terluar setinggi apapun ‘ pengetahuan ‘ anda )

penyesuaian :konflik pemikiran yang saling posesif menguasai keseluruhan ®kekalutan

sadari saja fikiran hanyalah klise proyeksi timbunan ingatan fisik dan terimalah kealamiahan hal tersebut tanpa persetujuan/penyangkalan yang memang tidak perlu ® jangan identifikasikan diri dengan fikiran/buah fikiran tertentu (bebaskan badan mental dari kekacauan)

(*) VERTIKAL (MULAI ILAHIAH ) = DARI BAWAH KE ATAS =

ke Chakra ajna ( Tuhan ) ; sirshasan ®arus energi berubah ( ketidak-nyamanan fikiran yang terbiasa antikundalini )

5. SPIRITUAL

keabadian yang tidak terbatasi ruang dan waktu

PRAMEDITASI =

sadari kematian dan kehidupan hanyalah fenomena luar bukan realitas inherent pada keabadian diri.

MEDITASI =

polaritas : Life itself = Prana ( life – dead )

vision : tiada dualitas ( cermin perbedaan tanpa kelainan ) ® refleksi bayangan dari ralitas saja.

dalam kesendirian total bebas dari segala bentuk mentalitas ® jangan identifikasikan diri sebagai apa/siapapun juga

transend : kesadaran monad (atom tanpa jendela-Leibniz) / kesadaran Ego

penyesuaian : atasi kebodohan diri dengan Atma Gyana ( pengenalan diri ; Dengan tidak mengenal dirinya tiada guna orang mengenal apapun ?) ® Mengetahui ( secara langsung : pasti ) X pengetahuan ( pengertian pinjaman : sangsi )

6. KOSMIK

kosmik

PRAMEDITASI =

ego drop ® no ego ( become one with all )

MEDITASI =

polaritas universal : kosmik ( srishti /creation – pralaya/destruction )

Realitas ‘diri’ : Avatar Vishnu untuk siapa Brahma menciptakan dan shiva menghancurkan.

vision : realitas otentik tanpa cermin ( fikiran universal Brahman ) ® samadhi sabeej ( + benih )

transend :4- 5 : ego®non ego

koan Zen ‘ansa dalam botol’ (gerbang tanpa gerbang ) ® jangan identifikasikan diri sebagai kristalisasi ego ; sadari saja (tanpa metode; karena setiap metode memperkuat ego ) / x satori

penyesuaian : individualitas dalam universalitas kosmik ® berhentilah menjadi individu pribadi (Kita adalah samudra keESAan /oceanic feeling/ x kristalisasi individualitas keakuan = keberadaan sebagai insan kosmik ) Tuhan = (tan)individualitas keberadaan kosmik

7. NIRVANA

sunna

PRAMEDITASI =

Hakekat diri : ketiadaan ( negativisme Buddha ) karena keberadaan adalah Brahman ( Shankara)

vision : pusat keberadaan murni ( tanpa positif/negatif ) ® samadhi nirbeej ( x benih )

MEDITASI =

polaritas universal : Truth ( being – not being )

transend : melompat dalam keheningan ( pencerahan sejati ! sudah ada sebelum adanya ciptaan ,masih ada walau setelah pralaya ®saya tidak tahu (Buddha); karena tidak ada simbolisasi tepatnya)

penyesuaian : tegangan antara keberadaan – ketanberadaan ( untuk fahami keseluruhan : jadikanlah kehampaan sebagai satu-satunya keseluruhan )® hilangnya keberadaan ke dalam tankeberadaan [ Brahman : keberadaan + ketanberadaan = keseluruhan > Tuhan : keberadaan ]

® = Setelah itu ? ADWAIT ( Oneness )



BARDO =
Bardo thos grol chen mo :

Buku panduan untuk mencapai kebebasan abadi lewat pemahaman tentang kematian

The Tibetan Book of the Dead : Padma Sambhava ( abad VIII ) ® Karma Lingpa abad ( XIV )

Mahavira : pencerahan masih mungkin terjadi hingga pada saat kematian

Tibetan : ‘ menghadapi kematian adalah suatu keahlian untuk disiagakan dan dibiasakan ’

Persiapan :

latihan meditasi racut ( PLB ) pada saat hidup ® meditasi bardo untuk saat ajal.

® Hadapi dan jalani kematian dengan penuh kesadaran & kasih ( + : munajat Robbani )

Proses :

Usahakan pencerahan dengan menyatu pada cahaya kesadaran murni Ilahiah Semesta.

1. Chikkhai Bardo : ( saat kematian )= Astral

langsung bermeditasi : simak ikuti cahaya murni kebenaran yang bersih dan jernih .

gagal ? cahaya dengan sosok figur mistisi (Satguru,Buddha ,Nabi,dll).

gagal ? jatuh ke Chonyid Bardo

2. Chonyid Bardo : (alam kausalitas ) = Etheric

sadari akan kematian diri dan perjalanan arwahmu ( awas ! ilusi proyeksi fikiran )

hari 1 : perhatikan cahaya biru kesadaran murni diri x cahaya putih ketidak-tahuan karmik

hari 2 : perhatikan cahaya putih bersih kebijakan sejati x cahaya kelabu kebodohan samsara

hari 3 : perhatikan cahaya kuning bersih keseimbangan diri x cahaya biru kotor kesombongan

hari 4 : perhatikan cahaya merah bersih kasih x cahaya merah kotor keterikatan

hari 5 : perhatikan cahaya hijau cerah kesempurnaan abadi x cahaya hijau kotor kepicikan

hari 6 : perhatikan cahaya 4 warna cerah pencerahan x cahaya 4 warna buram keresahan

hari 7 – 13: Awas dualitas fikiran ( cahaya kotor : coklat , putih,kuning,merah,hijau,aneka warna )

hari 14 : hari terakhir ( Atasi rasa bersalah/ketakutan/keraguan yang muncul karena fikiran yang terkondisi karma )

gagal ? jatuh ke Sidpa Bardo

3. Sidpa Bardo :( alam kelahiran kembali )= Etheric

Pertahankan kesadaran dari godaan rebirth( semuas hanya ilusi fikiran belaka )

walau sudah semakin sulit teruslah bermeditasilah kembali agar tetap mampu menyatu dengan cahaya murni kebenaran Ilahiah. ( Kenang ajaran Satguru )

® vs wujud/suara mencekam refleksi penyesalan atas kesalahan masa hidup.

® vs ilusi pengadilan / surga – neraka

Berada di alam Sidpa Bardo ,emosi batin begitu intens terasakan ® lampaui ilusi fikiran yang membuatmu terjebak dalam penderitaan yang sesungguhnya tidak perlu itu.( terus meditasi)

® masuki samsara ? perhatikan cahaya yang paling cerah dari keIlahian yang Maha Penyayang dan masuki meditasi ( putih cerah – alam dewa; kuning cerah – keluarga saleh ) X perhatikan cahaya buram (putih–dewa/malaikat;hijau-kuasa sakti;kuning-intelektual;biru-hewani; merah-arwah gentayangan ;abu2/hitam – alam terrendah)

® kelahiran kembali ( jika bayangan sudah terlihat kala bercermin/berjalan berarti sudah gagal di alam sidpa bardo ).

Berdo”a dan tetap tenang ; jangan tergoda ilusi sex ® pilih rahim yang sesuai( menunjang evolusi spiritualitas diri pada kehidupan mendatang ) :

Simbol Vision : tempat ibadah ( keluarga saleh/alam dewa)/ bangunan megah ( prospek peningkatan kesadaran). X : gua/lubang besar berkabut tebal ( hewani )/ gurun luas/rimba gelap ( kehidupan tanpa arti)/ hutan berapi (magis)/ danau & angsa ( kaya tetapi tidak spiritual),dlsb





UPDATE PARAMA DHAMMA

Desain Kosmik “Mandala Advaita “ bagi dagelan “nama-rupa”

Esensi Murni > Energi Ilahi > Materi Alami
kebajikan harus dengan kebijakan

Kebijaksanaan harus dalam keberimbangan

Keberimbangan harus dalam keselarasan

Walau memang ada kebahagiaan & penderitaan ,Tidak ada yang harus dilekati – Tidak ada yang perlu dibenci

Walau memang ada keunggulan & kerendahan ,Tidak ada yang harus dipuja – Tidak ada yang perlu dicela

Tanpa obsesi tiada ambisisi

In Reality – Be Realistics – To Realize




Kesadaran

Kecakapan

Kelayakan




Esensi Murni

Ariya

Sekha

Zenka

Swadika


Energi Ilahi



Genia



Talenta


Materi Fisik







Visekha


Mandala Advaita : Desain Kosmik
Pandangan Sikap Batin In Reality

Formula Swadika

Pandangan Sikap Batin In Reality

Mahatma

Pandangan Sikap Batin In Reality



ANEKA RENUNGAN

Parama dharma bagi swadika advaita

Dharma (tdk) sederhana bagi mandala (tak) sempurna

Keutamaan > kebuddhaan

Taqwa ,< metta < anatta

Ketauhidan dalam keanattaan

Abhidhamma =

Hayati tandiri ke anattaan atas segala entity keberadaan

Sadari ke aniccaan atas segala process keberadaan

Fahami ilusi ke dukkhaan atas segala entitas keberadaan



Kesadaran melampaui = mandala advaita

Nibbana 1

Samsara 31



Mengarahkan batin kesadaran > mengerahkan fikiran

Transformasi diri

Kebijaksanaan

Keharmonisan

Kebahagiaan

Keberdayaan



Menyadari keakuan diri semu dengan mengamati aku, diriku, milikku sebagai dia.

Just Flow in relaxed mind without excessive energy



Jalaludin Rumi : tentang hikmah (Dilema Faqir) =

Janganlah kamu berlaku zalim dengan tidak memberi kepada orang yang berhak menerimanya. namun janganlah kamu berlaku zalim dengan memberi kepada orang yang belum layak menerimanya.






ZAZEN CANON : REALITAS TINDAKAN ® FOREVER AKTUALISER ~ ETERNAL UNIVERSIAD



Tindakan Aktual untuk segera merealisasikan Keberadaan Diri demi keberlanjutan dari Evolusi Spiritual Deitas Kosmik diri dalam Samsara Keabadian dan menunjang kehandalan diri sebagai Aktualiser dalam Kehidupan ini dan Eskatologi keberadaan Diri berikutnya .

Realisasi Tindakan– tidak sekedar Imaginasi Gambaran belaka – adalah sangat mutlak diperlukan untuk memperoleh hasil yang nyata dan feed-back perbaikan dan penyempurnaan dari suatu wawasan pandangan.

Keterarahan penempuhan dalam kebijaksanaan pandangan.

Orientasi hidup adalah pemberdayaan. Mantap dalam kesederhanaan, Handal dalam keberdayaan dan Lancar dalam kebijaksanaan.

Plus = Ada keridhoan dalam ketaatan. Ada kemurkaan dalam kemaksiatan

Prakata : Perlu kebenaran paradigma pandangan , kejelasan tujuan pencapaian, kepastian realitas tindakan dan ketepatan langkah strategis

Manual ini ditujukan sebagai panduan praktis untuk memberdayakan diri dalam menempuh universalitas keabadian dan kompleksitas kehidupan . Walaupun dikemas dalam wacana yang ringkas dan singkat namun lengkap dan cukup memadai untuk dipergunakan sebagai canon utama diri.

File Ke 1 = INTEGRITAS UNIVERSIAD

® 1. Vitale Zazen = Kesadaran Gnosis Eternal

2. Ekstase Swadika : Transendensi Keberadaan

3. Talenta Semesta : Transformasi Kehandalan

§ File Ke 2 = AKTUALISER UNIVERSIAD

4. Swadika Semesta : Kemantapan Universe Holistik

5. Karakter Personal : Kelancaran Flexible Autentik

§ File Ke 3 = AKTUALISER EKSISTENSI

6. Regista Persada : Rutinitas Kemantapan Pelancaran

7. Legenda Semesta : Vitalitas Kehandalan Penempaan

File Ke 4 = INTEGRITAS EKSISTENSI

® 8. Finale Zazen = Kesadaran Wisdom Forever

9. Reset Universiad : Kesabaian Akhir

10. Ready Aktualiser : Kesiagaan Mulai

1) REFLEKSI MEDITATIF = Mental Global paradigma dipathera :

Aware vitale in INTEGRITAS UNIVERSIAD

Vitale Zazen = Kesadaran Gnosis Eternal Kemantapan Faith Gnosis(Integritas Universiad) ® Kegairahan Truth Exodus

Aware gnosis – focus exodus – wuwei action – zazen vitale sesuai mahadharma dalam kesadaran alpha beta

resitasi paritta Ritual Mental ditujukan untuk penghayatan kebenaran dan bersegera memberdayakan universiade aktualiser diri secara tepat dan pasti.

refleksi empiris Aktual Global ditujukan untuk penyadaran kenyataan dan terus melanjutkan aktualisasi universiade diri secara bijak dan luwes.

1) Aware of Gnosis Wisdom in Faith Truth = Ketepatan paradigma Gnosis Realitas – kebijakan Wisdom Spektrum

MANTAP EXODUS = Realitas Keabaduan = ESA ( Mandala Genesis – Robbani ) Fenomena Kehidupan = aku (Dimensi Samsara – Pribadi )

HANDAL EMPIRE = Keterjagaan Labirin Avidya = Keswadikaan Ekstase Dharma =

Gnosis Wisdom : kemantapan & keakuratan menghayati paradigma heuritis bagi Integritas Kesadaran (Akidah Gnosis / Kaidah Wisdom)

- Faith Integritas : Kebenaran Gnosis Keabadian ® Ketepatan Hibrah Kehidupan (Menghayati paradigma heuritis / Mensikapi pengamatan empiris)

Aktualisasi holistik yang inklusif tidak exclusive (sbg Dharma Sekha; dlm Sangha Ariya ) x

- Truth Eksistensi : Kejelasan avidya Kebodohan ® Keluwesan Kiprah kenyataan (ketelitian penyadaran situasional / kecerdasan pengatasan keadaan)

Harmonisasi simpatik tanpa terexploitasi atau memanipulasi (thd Etika Publik ; utk Diniah Agama; ) x pengkhianat keberadaan

REFLEKSI MEDITATIF = Dijalankan setiap saat ® ketersediaan waktu. Faith Truth

® Aware Universalitas : Gnosis Realitas = Visualisasi Pengamatan Kenyataan Laten Deitas “ESA”

® Zazen Integritas : Wisdom Spektrum = Konsentrasi Pengarahan Kesadaran Figur Kosmik “ aku”

2) Vitale of Exodus Empire in : Kesegeraan & kelanjutan aktualisasi tindakan Komitmen pemberdayaan (Target Exodus / Qonaah Lanjut)

§ Focus Exodus to Evolusi Pribadi : Transformasi Gnosis untuk Akses Eternal zarah Universiad

Akses Universiad : Transformasi Keberadaan Universiad (Akses Keabadian ) ® Ekstase Swadika, talenta semesta , visekha samsara
Orientasi Tujuan : Akses Eternal Swadika Visekha ® Asset Forever Persada Regista

(a) Transformasi Evolutif Keabadian = Akses Swadika + Hisab Visekha

Akses Swadika = Transformasi Evolutif Kualitas Esensi Sejati

1. Basic Eternal Keswadikaan Arhad Jagad ® Super Figur

2. Input Forever Ketalentaan Arhad Jagad ® Smart Flair

Hisab Visekha = Transformasi Harmonis Moralitas Esensi

1. Basic Kemahatmaan Arhad Jagad ®Wahidah Nibbana

2. Input Keamaliahan Arhad Jagad ® Waridah Surgawi

(b) Aktualisasi Effektif Kehidupan = Block Regista + Asset Persada

Asset Persada = Kesuksesan pencukupan kekayaan Astaiya

1. Basic Profesi = Kehandalan ekonomi produktif

2. Asset Pensiun = Kemantapan deposit benefit

Block Regista = Kesuksesan pencukupan kejayaan Regista

1. Citra Positif = Keluwesan Simpatik Harmonis

2. Squad Bushido = Kekuasaan Guardian Imperium

§ Wuwei Action in Regista Semesta: Aktualisasi Kehandalan untuk Asset Forever Figur Eksistensial

- Focus Aktualiser : Aktualisasi Kehandalan Eksistensial (Asset Kehidupan) ®Eksist Persada, karisma regista, legenda semesta

Integritas mantap Evolusi Pribadi®Aktualitas handal Regista Semesta

§ Zazen Vitale = Exodus Gnosis

® DISIPLIN INTENSIF = Evolusi Pribadi

Integritas : Deitas Kosmik

Eternal Forever = Semadi Esensi – Centre Figure

Swadika Semesta = Sati Videha – Yogi Tapasa

Vitalitas : Exodus Universiad

Geniard Bushido = Genius Versus – Global Comrad

Maestro Cruiser = Master Expert – Tantra Wasesa

Rutinitas : Kasual Eksistensi

Reset Universiad = Sentra Agenda – Primus Exodus

Ready Aktualiser = Matrik Kosmik – Estate Figure

® REFLEKSI UNIVERSE = Regista Semesta

Integritas : Figure Kosmik

Holistik Universe = Aktual Wasesa – Mental Dewasa

Autentik Flexible = Swadika Robbani – Gestalt Bushido

Rutinitas : Aktual Eksistensi

Regista Publik = Senzei Publik – Patria Sangha

Bushido Estate = Steady Family – Aktual Estate

Vitalitas : Vitale Universiad

Reputasi Kosmik = Spectre Cruiser –Geniard Maestro

Hegemoni Publik = Bushido Regista – Leisure Swadika

§ Final Vitale of Total Zazen = Mantap Exodus – Handal Empire
4. Zazen Finale : Kemantapan Qanaah Output ® Kegairahan Revisi Lanjut

Fungsi =Qanaah Kesuksesan ® Revisi Kelanjutan .

Kesuksesan Asset Kosmik = Penerimaan feedback tindakan

Spektrum Exodus = Evolusi Pribadi + Regista Semesta

§ Evolusi Pribadi : Tahap Perluasan Eternal itas Deitas Kosmik

§ Regista Semesta : Level Kemapanan Eksistensial Figure Publik

Ekstasis Wisdom = Syukur Sukses + Qanaah lanjut

Kelanjutan Fokus Exodus = Perevisian kelanjutan tindakan

Orientasi Tujuan = Gnosis Exodus + Kosmik Publik

§ Gnosis Exodus : Kebenaran Prinsip Ariya

§ Kosmik Publik : Kehebatan Potensi Figur

Realisasi Tindakan = Revisi Lanjut + Sukses Proyek

2) DISIPLIN INTENSIF = Pengasahan refleksi intensif Tapasa Videha :

® Refleksi intensif Sati videha ditujukan untuk mengembangkan integritas penyadaran universal nivritti dan dalam aktualisasi pengarahan holistic diri.

® Distansi effektif Yogi Tapasa ditujukan untuk mengsawdikakan diri dari ketergantungan/kemelekatan eksternal dan memperkasakan universalitas diri. Refleksi Sati Videha : Keswadikaan penyadaran Holistik Nivriti:

- Resertivitas harmonisasi = penyadaran diri mensikapi (Reseptif x raeaktif) : visuddhi authentik

- Asertivitas aktualisasai = pengarahan diri bertindak (terarah x neurotik ) :

Sati Videha ( Kearifan diri : Nivritti Holistik )

Sati Videha = pengembangan kesadaran

1. Nivritti Holistik (sati sampajjana - vivekha vairaga)

2. Reseptif :Penyadaran diri : reseptif x reaktif (harmonisasi kesadaran)

3. Asertif :Pengarahan diri : proaktif x mekanis- impulsif (aktualisasi tindakan)

4. Holistik = Pelatihan tindakan meditatif Pembiasaan sikap muhasabah -penyadaran lapisan -harmonisasi energi -kesadaran kekinian -aktualisasi tindakan

Distansi Yogi Tapasa : Keperkasaan pengasahan swadika semesta

- KeSwadikaan diri = tanpa kemelekatan eksternal Keswadikaan Kosmik Figure ® Kesemestaan

- KeSemestaan diri = mampu independent universe

Yogi Tapasa = peningkatan ketahanan

1. Kuanta Universiad = mengatasi ketergantungan /kemelekatan kelemahan meningkatkan keberdayaan / keperkasaan menjalani kesadaran kehandalan.

2. Keswadikaan : kemantapan diri : menjalani kesadaran

3. Kesemestaan : kehandalan diri : mengatasi kelemahan

4.Integral = keberdayaan Holistik

3) MEDITASI EKSTASIS = transendensi intensif avatara bhavana Deitas Kosmik

® Meditasi ekstasis Semadi esensi untuk memantapkan pencerahan batin murni rahni ilahi dan menswadikakan pencapaian arhad jagad deitas esensi diri.

® Integrasi effektif Centre figure untuk menswadikakan patensi kosmik figure diri dan mengembangkan kewasesaan kuasa universal brahma sentra diri .:

Ekstasis Semadi esensi : Keswadikaan penyadaran Holistik Nivriti:

1. I’tikaf Robbani = sujud kudus

2. Jarah Jagad : proyeksi astral

3. Arhad esensi : ekstasis pencerahan

4. Buddha Gnosis = kebijaksanaan

- Dhyana Vihara = Transendensi : Ritual Gnosis Dhyana Bhakta ® Mental Exodus Dhyana Anatta (+ jarah jagad)

Ritual Gnosis = Dhyana Bhakta (Ritual Shalat – Dzikir – Munajat Robbani )

Mental Exodus = Dhyana Anatta ( Batin Murni – mantram – Centrum Swadika )

- Semadi Esensi = Realisasi : Pencerahan Spiritual Rahni Ilahi ®Kemantapan Arhad Jagad (+ Buddha prajna) Pencerahan kesejatian esensi

Rahni Ilahi = Pativedha ( Keheningan – Pencerahan – Keilahiahan )

Arhad Jagad = Iddhipada (

Integral Centre Figure : Keperkasaan pengasahan swadika semesta

Centre Figure : Penguasaan kesaktian kosmik

1. Swadika Mantram = raja yoga

2. Kuasa Jagad : forsa magis

3. Figur Kosmik : super figur

4. Kosmik Figure = maha yoga

- Centre Figure = Realisasi : kewasesaan universal Prima Zenka® Kehandalan SuperFigur (Raja Yoga) (Penguasaan Kesaktian : Super Figur )

- Brahma Sentra = Transformasi : kuasa jagad ® Forsa magis ( Maha Yoga) (Kekuatan daya : Swadika Universe )
4) DISIPLIN INTENSIF = penyerapan kewasesaan talenta aktual

VITALITAS – UNIVERSIAD Dari Kesediaan Waktu Global

® Vitalitas Sekha Universe untuk mengembangkan talenta kecerdasan intelgensia universal diri dan dalam menyerap data formula wisdom exodus diri.

® Aktivitas Prima ditujukan untuk memberdayakan kecakapan skill aktualiser diri dan mengeffektifkan kewasesaan flair universiad diri.

1) GENIUS VERSUS = Intelgensia Quasar Memory Diri .

MEDITASI = Radar Pakar / Gelar Wedar Realisasi Pencapaian Kecerdasan Disket diri.

REFLEKSI = Sekha Talenta / Input Formula Apersepsi Memorial

2) GLOBAL COMRAD = Rhetorics Interaktif

MEDITASI = Jerat Pikat / Realisasi Pencapaian Kepesonaan Profil diri.

REFLEKSI = Pragma Wacana / Ritual Formal Integritas Kehandalan Universe aktual diri

3) TANTRA WASESA = Gimnastics Figure Kosmik Diri .

MEDITASI = Super Figur / Flair Zahir Realisasi Pencapaian Kewasesaan Figure diri.

REFLEKSI = Senam Nature / Fight Athlet Integritas Kehandalan Universe aktual diri

4) MASTER EXPERT = Tehnokratics Aktual Tehnis Diri.

MEDITASI = Knowledge / Science Realisasi Pencapaian Kewasesaan Kosmik Figure diri.

REFLEKSI = Operational / Modifikasi Integritas Kehandalan Universe aktual diri

Sekha Universe : penjarahan kewasesaan aktual

Keluasan ilmu : Idea Talenta Genius Versus (Penyerapan Kelihaian : Smart Input )

- Riset Semesta = Kecerdasan universal ( serapan pengertian ; terapan penempaan )

Riset semesta = Keahlian

1. Osmose Intelgensi =kecerdasan

2. Serapan :pustaka sorcer

3. Terapan :latihan

4. Formulasi = formula

- Edisi Formula = Keakuratan tutorial (formulasi tutorial ; strategi kebijaksanaan)

Edisi formula =Formulasi

1. Prive Secret :Confidential

2. Squad Disket :Loyalitas

3. Massa Offset :Royalties

4. OtherChattering

Prima Integral : Penguasaan kewasesaan aktual

- Master Expert = Kemantapan Geniard Maestro ®Kehandalan Regista Bushido.

Serap talenta = Genius Versus Kehandalan Intelgensi

1. Prima Geniard = Genia dasar

2. Vedha Formula : Edisi

3. Krida Maestro : Skill

4. Genia Regista = Flair

- Tantra Wasesa = Kemantapan Hakei Cruiser ® Kehandalan Konfu Spectre

Flair swadika Tantra Wasesa Kemantapan Universiad

1. Tempa Figure = prima

2. Macho Raider : flair

3. Hakei Combat : fight

4. Flair Master = forma
5) KARAKTER PERSONAL = Keharmonisan Refleksi Pribadi Semesta :
Kemantapan Autentik Flexible Zenka Visekha = Citra Pribadi : Elite Regista : Hisab Robbani =

® Refleksi autentik Mahatma Robbani ditujukan untuk memantapkan integritas pribadi semesta dan mensiagakan garansi waridah robbani keabadian .

® Flexible estetik Regista Bushido ditujukan untuk mengesankan interaksi simpatik diri dan mengembangkan kecakapan wisdom guardian publik.

Mahatma Robbani : Kemantapan Karakteristik Integral Holistik pada keabadian

- Zenka Visekha : Kesadaran Gnosis → Akhlaq Dharma (Adhikari : kesatrian sifat Ariya Adhyatma , keagungan sikap Metta Mahatama) :

- Hisab Robbani : Kefahaman Diniah → Ibadah Islami (Amaliah: kekhusyuan peribadahan Robbaniyah , kelimpahan amaliyah muttaqien ):

Regista Bushido : keluwesan Personalisasi Flexible Simpatik Guardian pada kehidupan

- Chitra Simpatik = Keluwesan Profil → Simpati Pribadi ( perfomance Gentle Figure, interaksi Master Affair )

- Publik Guardian = Kebijakan social → Karisma Regista (Excelence custom wisdom, rhetorika actual formal )

6) STABLE VITALE = Kesiagaan effektif aktualiser universiad:

MENTAL GLOBAL =Refleksi effektif Mental : kesabaian (Gentle Master) + kecerahan (Affair Publik)

® Kecerahan mental dewasa agar diri dengan sabai mensikapi stress secara mantap dan dengan lihai menghadapinya secara handal .

® Ketegaran actual wasesa agar diri dengan tegar mengatasi azhab tanpa fatal dan mampu mengatasinya secara fresh bugar.

kecerahan Figure Publik : Kedewasaan mental integritas untuk tetap sabai dan mampu cerah

Mental Dewasa

Kesabaian samsara : Dalam Dalam keadaan berduka :Dalam tekanan dicela :Dalam kondisi cemas : Dalam situasi kalut :

kecerahan persona : Sineas Untuk refleksi karismatikSelalu tenang : Selalu nyaman : Selalu mantap : Selalu handal :

- Kesabaian samsara Gestalt Figure : tetap sabai dalam keadaan stressing ketika berduka : dicela : cemas : kalut :

- Kelihaian persona Maestro Sineas : mampu cerah Untuk refleksi karismatik Selalu tenang : nyaman : mantap : handal

Ketegaran Deitas Kosmik : Kewasesaan actual universiad untuk tiada fatal dan mampu bugar

Aktual Wasesa :

HANDLE SEMESTA =Kewasesaan aktual Handle pralaya Aktual : ketegaran (Alive Stable ) + kebugaran (Prima Vitale)

Ketegaran pralaya : terhadap nyeri : terhadap sakit :terhadap fatal :terhadap cacat : Stable

Kebugaran legenda :Kondisi alamiah diri untuk vitalitas universiad Senantiasa relax : Senantiasa total : Senantias fokus : Senantiasa zazen :

- Ketegaran pralaya (Alive stable):. tiada fatal terhadap : nyeri, sakit , fatal , cacat :

- Kebugaran legenda (Prima Vitale) : mampu bugar untuk : relax :total :fokus :zazen :

7) LEGENDA REGISTA : Aktualisasi Effektif Kehandalan :

®Vitalitas penempaan legenda Universiad untuk memberdayakan kemampuan secara optimal dan memperoleh kesuksesan pencapaian universal .

®Rutinitas kecakapan regista eksistensi untuk mengusahakan kecakapan handal regista dan mengembangkan kemapanan actual persada eksistensial.

Vitalitas kehandalan Universiad : Vitale kosmik & Empire Publik
Legenda Semesta ®Kehandalan Aktualiser = Kosmik Universe & Publik Imperium

Spectre Cruiser =

§ Geniard Maestro :

§ Regista Bushido :

Leisure Swadika =

- Vitale Kosmik : Dominasi Keunggulan Spectre Cruiser+Reputasi Kehandalan Geniard Maestro

Kosmik : kehebatan (Zenka Cruiser) + kecakapan (Flair Geniard)

Empire : kehandalan (Aider Bushido) + kemantapan (Elite Regista)

1. ZENKA RIDER = :Vitalitas Macho Universiad dari spectre cruiser (Kemantapan Deitas Bunker & Kehandalan Kosmik Vitale)

Deitas Bunker : Kearhadan Spectre

Datuk Semesta = Dharma Wisdom :Master Kosmik :

Jarah Mandala = Ninja Vitale : Zenka Nomade :

Kosmik Vitale : Kehebatan Cruiser

Macho Cruiser =Fight Martial :Champ Athlete :

Rider Fortune =Scout jelajah :Lucky treasure :

2. SMART FLAIR = : Vitalitas Genia Reputasi dari Geniard Maestro (Kepakaran Genius Expert & Kelihaian Comrad Global)

Genius Expert : Kecerdasan Genius Expert (pakar):

Smart Geniard = master genius : expert kosmik :

Flair Maestro = Sineas presenter: Kreasi impresario :

Comrad Global : Reputasi Kehandalan (lihai)

Aktual Worker = Reserve fielder : Service profesi :

Expert Comrad = Lobbiest merchant : Partner pemandu :

- Empire Publik : Hegemoni Kemantapan Bushido Regista + Relaksasi Kenyamanan Leisure Swadika

3. AIDER REICH: Reich Imperium bushido : Master Empire Kecakapan Master Empire & Kemapanan Respek Publik

Reich Imperium = Pandu Vihara : Chief warior :

Squad Sindikat = Triad Syncorp : Prima Galamar :

ELITE MASSA : Guardian regista : Respek Publik :

Elite Guardian = Intelectual Tehnokrat : Elite publik :

Massa Prestise = Bushido Patriarch : Guard people :

4. Leisure Swadika : Kenyamanan Relax Leisure ® Kelancaran Riset Swadika

MEDITASI = Reset Swadika Realisasi Pencapaian Kewasesaan Kosmik Figure diri.

REFLEKSI = Relax Leisure Integritas Kehandalan Universe aktual diri

Rutinitas kemantapan Eksistensi : Guardian Publik & Familiar Estate

Publik : kelancaran (Senzei Birokrat ) + kematangan (Social Patriarch)

Estate : kecakapan (Living Familiar) + kemapanan (Wealth Harmonia)

- Guardian Publik : Kelancaran Dinas Profesional Senzei Publik + Kematangan Elite Patriarch Patria Sangha

1. Senzei Publik = Kelancaran Dinas Profesional Kecakapan Genius Excellent® Kelihaian Master Guardian

Genius Excellent : Kecakapan profesional

Instruktur Guidance = Instruktur pembelajaran :Guidance pengarahan :

Aktualiser Mastery =Aktualitas kegiatan :Mastery keahlian :

Master Guardian : Kelihaian birokrat

Eksekutif Managemen =Eksekutif sistem : Managemen figure :

Birokrat Rhetorika =Birokrat urusan : Rhetorika humas :

2. Patria Sangha : Kematangan Elite Patriarch keluwesan Social Interaktif ® Kepakaran Master Protagonis

Social Interaktif : keluwesan pergaulan

Affair Custom : Affair warga : Custom tatanan :

Bhakti Sineas : Bhakti warga : Sineas massa :

Master Protagonis : Kepakaran sistem

Takmir Publik : Takmir custom : Majlis publik :

Sangha Expert : Expert comrad : Sangha senzei :

- Familiar Estate : Kemapanan keluarga Steady Family + kemapanan grhasta Aktual Estate

3. Steady Family : Kemapanan dalam keluarga

Kecakapan simpatik Familiar ® Kemapanan logistik Harmonia
Kecakapan ( Living Familiar ) : Kerukunan Grihasti

Familiar Intimate : Familiar figure : Romance intimate :

Logistik Guidance : Living logistik : Leisure Guidance :

Kemapanan ( Wealth Harmonia) : Kecukupan Fasilitas

Subsisten invest : Deposit estate : benefit invest :

Patriarch figure : Simpatik figure : Guardian patriarch :

4. Aktual Estate = Kemantapan Kasual Estate ® Kehandalan Aktual Worker

Kasual Estate :

Aktual Worker :

8) PERSADA PERFOMA : Integritas Effektif Kesuksesan & Kemantapan

® Kebiasaan reset universiade ditujukan untuk mengakses input progress pemberdayaan dan menyiapkan manuver lanjut aktualisasi berikut .

® Kesiagaan ready aktualiser ditujukan untuk menghandalkan kekuatan forever serta memantapkan kesiapan manuver aktualisasi harian
8. Finale Zazen Integritas Kesadaran

Output = Akses Eternal + Input Persada
§ Kondisi Negatif :
§ Situasi Positif :
Lanjut = Revisi + Exodus
Reset Universiad : sentra agenda & primus exodus
Penerapan Talenta Swadika Kehandalan & Perolehan Persada Regista Kosmik
Sentra Agenda = Daily Input + Tugas Fokus
§ Talenta Semesta : Pemantapan Kehandalan Forever ( Aktualiser Eksistensi )
§ Visekha Swadika : Pemantapan Keberadaan Eternal ( Integritas Universiad )
Primus Exodus = Akses Eternal + Prima Forever
- Sentra Agenda = Registrasi Journal Regista (Input Universiade: Daily Asset; Tugas Aktualiser : Tugas Fokus )
Input Universiade : Input masukan : Daily Journal :
Tugas Aktualiser : Tugas garapan : Fokus manuver
- Primus Exodus = Relaksasi Eternal Forever (Akses Eternal : Arhad Jagad + Akses exodus ; Prima Forever : Fresh figure + Super Figur )
Akses Eternal : Arhad Jagad : Input exodus :
Prima Forever : Fresh figure : Super Figur :
Ready Aktualiser : master raider & Estate Figure
10. Ready Aktualiser
Kesiagaan
Master Raider =
Prima Figure :
Zazen Aktual :
Estate Figure =
- Master Raider = Pemantapan Kehandalan Aktualiser (Prima Forever : kemantapan eternal patensi ; Zazen Scanner : kehandalan manuver strategi )
Prima Forever :
Zazen Scanner :
- Estate Figure = Pemantapan Kesiagaan Eksistensial (Benah Estate : ketemataan estate eksistensi ; Siaga Figure : kemantapan figure aktualiser )
Benah estate :
Kopen figure :
Penutup : Perlu ketegasan paradigma pandangan, keqonaahan input kenyataan, kesabaran input penempuhan,dan kelanjutan revisi langkah strategis
Kearifan Global untuk dewasa menerima Keberadaan Diri demi keberlanjutan dari Evolusi Spiritual Deitas Kosmik diri dalam Samsara Keabadian dan menunjang kehandalan diri sebagai Aktualiser dalam Kehidupan ini dan Eskatologi keberadaan Diri berikutnya .
Kearifan Global – tidak sekedar Imaginasi Gambaran belaka – adalah sangat mutlak diperlukan untuk memperoleh hasil yang nyata dan feed-back perbaikan dan penyempurnaan dari suatu wawasan pandangan.
· MEDITASI REFLEKTIF =
Dijalankan setiap saat ® ketersediaan waktu.
® Zazen Integritas : Wisdom Spektrum = Konsentrasi Pengarahan Kesadaran Figur Kosmik “ aku”
® Aware Universalitas : Gnosis Realitas  = Visualisasi Pengamatan Kenyataan Laten Deitas “ESA”








KUTIPAN PASADA 

Paguyuban Sangha Dharma (Pasadha) Gemawang – Nadi

Mahadharma (Ehipasiko : Kalama Dharma)

Prolog : Landasan paradigma.

1. Kesiagaan > kelengahan : kebijakan penentuan

2. Kepastian > keyakinan : kebenaran pandangan

3. Keluwesan > keketatan : ketepatan pembumian

menghadapi segala kemungkinan dalam kompleksitas keberadaan awal diri.

Monolog : Kehandalan menjelajahi pemberdayaan.

· Kemantapan dalam anatta x tersekap identifikasi ego

· Kenyamanan dalam dukkha x terlekat manipulasi ide

· Kelancaran dalam anicca x terjebak dinamika aum

Ekspansi Aktualiser Satya Ariya =

Dalam Tuhan segalanya ada. Kuasa Dharma harus difahami kenyataannya

1. Konsistensi Ketabahan : kecerahan Vitalitas positif (amor dei, amor fati ) - asertivitas (shabar ) – positivitas (syukur) Kegairahan > keengganan : Usaha dalam karunia (positif – shabar – syukur )

2. Aktualisasi Kecakapan : kegairahan memberdaya smart geniard – flair maestro – reich bushido

3. Eksistensi Kemapanan : keluwesan memberdaya profesi public – patria social – steady family

Refleksi Eksistensi Brahma Vihara =

Dalam Tuhan segalanya sama. Kasih Energi harus dijalani keberdayaannya

1. Satya kerobbanian : Bersahaja > takabur : Metta dalam upekkha ( kasih – dewasa – seimbang ) satya – ariya – metta

2. Ariya keperwiraan : Sila Prilaku Kepribadian : berpribadi ariya ( iffah – amanah – istiqomah )

3. Metta kemandalaan Dana Harmoni Kebersamaan : berprilaku mulia ( karuna – mudita – dewasa )

Meditasi Universiad Dharma Sekha =

Dalam Tuhan segalanya bisa. Wujud Esensi harus disadari kesejatiannya

1. Swadika > labil : prima dalam swadika ( atasi ilusi keberadaan diri )

2. Mandala : atasi ilusi penembusan wilayah

3. Advaita : atasi ilusi pencapaian maqomat

Epilog :

Keterarahan melanjutkan segala keberadaan.

· Kenyamanan menempuh pencerahan : nglampahi tanpo ngetoke

· Kemantapan menembus pencerahan : mantep tanpo anggep

· Kelancaran melampaui pencerahan : genah tetep nglumrah

Epilog : Orientasi pragmatis berpandangan ini ( jika hanya di dunia ini – jika ada akherat – jika samsara nyata )

1. Akumulasi Swadika Talenta keberdayaan Arhad Universiad

2. Akumulasi Persada Regista kemantapan Figure Aktualiser

3. Akumulasi Karisma Visekha keterjagaan Nafsi Eksistensial

PLUS = Meditasi adalah keniscayaan x kewajiban Ketika diri kembali sejati ( keberadaan dalam keanataan yang intens : reseptif - integrated ) air tanpa buih di lautan

KUTIPAN DHARMA ISLAMIAH

MAHADHARMA KALAMA SANGHA

Kalama Dharma sebetulnya sesuai jika seseorang lahir dari keturunan moderat, hidup dalam lingkungan demokratis dan kita telah berada dalam kedewasaan psikologis. Namun akan sulit diterapkan jika and Dharma ini tidak menyarankan anda untuk berkhianat pada keberadaan anda semula. Walau memang selalu akan ada celah pada akidah keagamaan, norma kenegaraan tidak perlu murtad. (Pergolakan eksistensial yang tidak perlu, k

Dalam kebenaran perlu kebijakan untuk menjaga keterahan kesadaran dan ketulusan Kepicikan bukanlah kemuliaan identifikasi Kelicikan bukanlah kemegahan intelgensi

KEBIJAKAN DHARMA ISLAMIAH

Dilemma muslim =Tak perlu murtad atau jihad. Perlu fleksibilitas untuk mensikapi, men

Ad. 1. Menerima keterbatasan (kelemahan, kesalahan, kepalsuan)

Selalu menyadari bahwa senantiasa ada tujuan kosmik dari faktitas kehadiran diri (kelayakan bhava, pengharapan tanha , penuntasan karma, ketersediaan media, pembelajaran nafsi, pemberdayaan esensi).

keterjagaan dari keterpedayaan mensikapi pandangan salah dari Kelemahan/ kepalsuan (?) agama =

keterjagaan dari keterpedayaan pandangan salah

Palsunya Realitas

Kacaunya Paradigma Risalah

Kearifan tuhan , kebaikan nabi

Rusaknya Dampak Komunitas

Historis = personal

Scientifik =

Kanonik =

1. kebenaran memahami kenyataan akan kelemahan

2. kedewasaan mensikapi kebenaran atas kepalsuan

3. Menjalani kebijakan demi kebajikan

Ad. 2. Memberdaya keberadaan Melayakan

1. kebenaran memahami kenyataan akan kelemahan

2. kedewasaan mensikapi kebenaran atas kepalsuan

3. Menjalani kebijakan demi kebajikan

Ad. 3. Mengatasi Pembatasan

Selalu ada tujuan kosmik dari kehadiran anda kewaspadaaan terus memberdaya terhadap pandangan salah

1. kebenaran memahami kenyataan akan kelemahan

2. kedewasaan mensikapi kebenaran atas kepalsuan

3. Menjalani kebijakan demi kebajikan





ALPHA BETA
KESADARAN REALITAS =

® Kesadaran Mahatma Robbani.


No


TATARAN


ILAHIAH

MANDALA

PRIBADI

1
PURWA
Dhyana
Anicca
Anatta

2
SANGKAN
Dharma
Adwaita ®
Adwaita ®

3
GUMELAR
Mandala
Semesta
Samsara

4
PARAN
Dharma
® Adwaita
® Adwaita

5
PURNA
Dhyana
Anicca
Anatta

penjelasan =
1) purwaning Dumadi ( Dhyana ® Swadika ! ) =
Nun – Hanyalah Tuhan Keberadaan Absolut : Tanpa siapapun Dia ada – Swadika dalam Dhyana

2) sangkaning Dumadi ( Dharma ® Kehendak Ilahi )

Kun – Hanyalah karena Keberadaan Absolut Semesta keberadaan terjadi dari ketiadaan karena kehendakNya – Dharma Mandala

3) gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )

Aum – Hanyalah Esa Keberadaan Absolut Segalanya berada dalam Laten Deitas mandala DharmaNya – Strata Mandala

4) paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )

Nun – Hanyalah Esa Keberadaan Absolut Segalanya kembali ke hadiratNya – Dharma Mandala

5) purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )

Nun – Hanyalah Esa Keberadaan Absolut Dia ada tanpa siapapun – Swadika dalam Dhyana
KESADARAN EKSTASIS =

® Pengarahan penghayatan Kesadaran dalam triguna kehidupan :

1. Transendensi ® Zarah Universiad Aktualisasi b

2. Aktualisasi ® Figur Eksistensial Aktualisasi b

3. Relaksasi ® Batin Integritas Aktualisasi
1. TRANSENDENSI (alpha 10 )
Transendensi adalah kesadaran pemberdayaan diri dengan meningkatkan kualitas keswadikaan HOLISTIK dalam


No

TARGET

TUJUAN


1

ARHAD JAGAD

® Mencapai Adwaita


2

PRIMA ZENKA

® Mengatasi Samsara


3

SUPER FIGUR

® Memperkasa Universiad


4

SIGMA GENIA

® Memberdaya Aktualiser


5

SAKSI ILUSI

® Menjalani Sandhya


PENJELASAN :

§ Rahni Ilahi : Transendensi Eternal

§ Prima Zenka : Kemampuan Spectre Universe hingga tingkat tinggi

§ Super Figur : Kemampuan Cruiser holistik perifer pada tingkat rendah

§ Sigma Genia : Kemampuan Geniard Maestro

§ Saksi Ilusi : Kemampuan Regista Bushido
1) TRANSENDENSI = ARHAD JAGAD

Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA = Meditasi Intuitif ® Realisasi meditatif ® Refleksi Meditatif

1. SAMADHI SKANDHA =

Keberadaan dalam kesadaran

1. 1. FISIK ® ETERIK :

(*) BETHA 17 = ® vs neurotisme eksistensi insani

(*) ALPHA 10 = ® vs mekanisme vitalitas karani

TURIYA = ® vs polaritas 1 : Breathing

OBHASA = ® vs polaritas 2 : Influence

(-) BARDO - Arwah ? Keberadaan dalam kesadaran

1.2. ETERIK ® KAUSAL :

(*) ASTRAL = vs polaritas 3 : Magnetisme

(*) KARMAIK = vs kepemilikan amaliah

(*) TATTWIK = vs kemelekatan

(*) MENTAL = vs polaritas 3 : Thinking

(-) BRAHM – Onkar ? Keberadaan

2. KARUNIA EKSTASE =

Keberadaan dalam kesadaran

2. 1. KAUSAL ® KOSMIK :

(*) SUNNA = ® vs neurotisme eksistensi insani

MONADE = ® vs polaritas 5 : Life - Dead

KOSMIK = ® vs polaritas 6 : Ego – Non Ego

(-) BUDDHA ® Keberadaan dalam kesadaran

2.2. KOSMIK ® TAUHID:

(*) PANNA = ®

(*) NIRVANA = ® vs polaritas 7 : Being – Non Being Negativisme Pencerahan

(*) ADWAITA = ® vs polaritas : Obyektivisme KeTauhidan

(*) SATYA = vs

3. SWADIKA ROBBANI =

Keberadaan dalam kesadaran

3. 1. TAUHID ®AKTUAL :

(*) ESA – Universe = ® Kesadaran Billah : Keberadaan dari ketiadaan karena Tuhan

AGAPE = ® Kesadaran Nirvana Kasunyatan

(* ) AKU – Individu = ® Kesadaran Fillah : Keberadaan dari keilusian di dalam Tuhan

METTA = ® Kesadaran Samsara Kasamestan

(*) EGO – Holistik = ® Kesadaran Lillah : Keberadaan dari kepalsuan menuju Tuhan

2) TRANSENDENSI = PRIMA ZENKA

Realisasi pemantapan Holistik disela penembusan kesadaran intuitif diri.; sehingga evolusi peningkatan kesadaran diri berjalan lancar dan alamiah . 1. METTA =® Kesadaran Samsara Kasamestan

(*) EGO – Holistik =® Kesadaran Lillah : Keberadaan dari kepalsuan menuju Tuhan

3) TRANSENDENSI = SUPER FIGUR

Realisasi pemantapan Holistik setelah penembusan kesadaran intuitif diri.; sehingga evolusi peningkatan kesadaran diri berjalan lancar dan alamiah .

4) TRANSENDENSI = SIGMA GENIA

Realisasi pemantapan Holistik disela penembusan kesadaran intuitif diri.; sehingga evolusi peningkatan kesadaran diri berjalan lancar dan alamiah .

Pemantapan Holistik disela penembusan kesadaran intuitif diri.

5) TRANSENDENSI = SAKSI ILUSI

Realisasi pemantapan Holistik disela penembusan kesadaran intuitif diri.; sehingga evolusi peningkatan kesadaran diri berjalan lancar dan alamiah .

2. AKTUALISASI( betha 10 )
Transendensi adalah kesadaran pemberdayaan diri dengan meningkatkan kualitas keswadikaan HOLISTIK dalam


No

TARGET

TUJUAN


1

KESWADIKAAN

® APPAMADA


2

KEPERSADAAN

® ASTAIYA


3

KEBERSAMAAN

® SILADANA


4 KESEMESTAAN ® DANASILA
5 KEMANDALAAN
® WAICHARA
1) AKTUALISASI = APPAMADA
Aktualisasi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
2) AKTUALISASI = ASTAIYA
Aktualisasi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
3) AKTUALISASI = SILADANA
Aktualisasi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
4) AKTUALISASI = DANASILA
Aktualisasi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
5) AKTUALISASI = WAICHARA
Aktualisasi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
3. RELAKSASI(delta 2 )
Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA = Meditasi Intuitif ® Realisasi meditatif ® Refleksi Meditatif
No TARGET TUJUAN
1 KEMANTAPAN
Betha 17 ® Alpha 10
2 KEMANDALAAN
Alpha 10 ® Theta 5
3 KEADWAITAAN
Theta 5 ® Delta 2 ® Theta 5
4 KESEMESTAAN
Theta 5 ® Alpha 10
5 KEMANDALAAN
Alpha 10 ® Betha 17
1) RELAKSASI = KEMANTAPAN
Transendensi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
2) RELAKSASI = KEMANTAPAN
Transendensi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
3) RELAKSASI = KEMANTAPAN
Transendensi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
4) RELAKSASI = KEMANTAPAN
Transendensi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
5) RELAKSASI = KEMANTAPAN
Transendensi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =

EPILOG
KEMAPANAN REALITAS =
® penerimaan :
No
TRANSENDENSI
AKTUALISASI
RELAKSASI
1
tauhid
Arhad Jagad 1
Appamada 1
Adwaita 3
2
mantap
Saksi Ilusi 5
Waichara 5
Handal 5
3
handal
Super Figur 3
Persada 2
Mantap 1
4
sukses
Sigma Genia 4
Bersama 3
Mandala 2
5
unggul
Prima Zenka 2
Semesta 4
Semesta 4
penjelasan =
§ ketauhidan zarah arhad :
Transendensi : Arhad Jagad 1
Aktualisasi : Appamada 1
Relaksasi : Adwaita 3
§ kemantapan sikap batin :
Transendensi : Saksi Ilusi 5
Aktualisasi : Waichara 5
Relaksasi : Handal 5
§ kehandalan figur kosmik :
Transendensi : Super Figur 3
Aktualisasi : Persada 2
Relaksasi : Mantap 1
§ kesuksesan
Transendensi : Sigma Genia 4
Aktualisasi : Bersama 3
Relaksasi : Mandala 2
§ keunggulan
Transendensi : Prima Zenka 2
Aktualisasi : Semesta 4
Relaksasi : Semesta 4
KEMAPANAN EKSTASIS =
® Pengarahan penghayatan Kesadaran dalam triguna kehidupan :
1. Pribadi ® Sekha Keduniawian
2. Mandala ® Vedha Kesemestaan
3. Ilahiah ® Moksa KeRobbanian
Reset ALPHA = wuwei ( Tanpa aku – Hanya Esa) Not self – just One : penghayatan kehampaan murni kesejatian diri
Relax THETA = fresh ( Damai aku – Dalam Esa) Just peace – in One : penyamanan keberadaan Ready BETHA = zazen (Siaga aku – Untuk Esa) Self into One : pemantapan keterarahandiri

Antithesis : TO REALIZE  (tindakan yang tepat) 
JUST FOR SEEKER 1 : 
Berikut alternatif  Formula Swadika untuk Parama Dharma dalam Mandala Advaita. (katarsis analisa inferensi) sebagai sharing  masukan bagi anda untuk membuat risalah panduan anda sendiri dengan tetap menerima, menghargai dan menjalani harmonisasi/aktualisasi/transendensi pedoman bersama yang ada dalam faktisitas atribut peran keberadaan eksistensial kita.  5 (lima) faktor bagi perjalanan hidup di semua dimensi keabadian (Realisasi kesadaran, kecakapan, kemapanan, kearhatan? & kewajaran sebagai transformasi ekuivalen paradigma semula kearifan, keahlian, keuletan, kebaikan dan kesucian . 
wah .... gambar kiblat papat limo pancernya (4 arah + 1 pusat = 5) koq jelek begini  amatiran.. asal bikin (rugi waktu & energi bikin logo..sebodo amat, biarin aja)  (hehehe .... dianggep cakeplah) 
(LOGO)
1. orientasi kesadaran  
2. transendensi kearhatan  
3. transformasi kecakapan  
4. aktualisasi kemapanan 
5. harmonisasi kewajaran
Hipotesis Pengetahuan – Eksperimen penempuhan – Konklusi  pencapaian (terbukti atau direvisi ? )
DARI : GNOSIS FOR SEEKERS
Just logo

MUSICS

 QUOTES

 


 


 

Okey, Sadhguru Yasudev, tak akan kami simpan juga untuk diri kami sendiri wawasan kosmik Parama Dhamma dalam Mandala Advaita ini dengan Formula Swadika bagi keberlanjutan kehidupan saat ini dan juga bagi kesiagaan nanti … apapun yang terjadi terjadilah. Lagipula walau agak controversial bahkan mungkin akan jadi sensitive nantinya… toh niatan kami sesungguhnya hanyalah mengajukan kemungkinan saja tanpa memaksakan ini sebagai kepercayaan yang harus diterima sebagai keyakinan dogmatis / fanatic yang membuta. Ini hanyalah thesis pada antithesis pandangan anda semula untuk mengembangkan synthesis kebijaksanaan baru kita berikutnya. Sungguh tidak ada yang harus dilekati (bahkan jikapun pandangan ini ternyata tidak hanya sesuai dengan asumsi anda bahkan memang demikian realitas kebenarannya pada segala fenomena keberadaan)  dan juga tidak ada yang perlu dibenci atau ditolak (bahkan termasuk pandangan lain yang mungkin tidak hanya Dhammadipatheyya namun juga sekedar lokadipatheyya ataupun bahkan hanyalah attadipatheyya … karena setiap paradigma memiliki kebenaran dan juga “pembenaran”nya masing-masing walau tidak harus diterima dengan persetujuan namun tetap harus juga dihargai keberadaannya). Dalam mandala ini hikmah kebenaran yang sesungguhnya tinggi  bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau  mungkin tidak harus sama) diberikan tidak hanya bagi  pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma /termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa piti ?/ ; Wilayah kamavacara:  Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?, Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal segalanya berada dan melengkapi posisi  keseluruhan desain ini dengan indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya … ini mungkin makna tersirat nasehat Dhamma Desana Bhante Pannavaro untuk diperhatikan dalam penempuhan/penembusan spiritualitas yang berimbang bukan hanya holistic pada keseluruhan namun juga harmonis untuk keswadikaan diri.
Sungguh, bahkan untuk semua masukan postingan termasuk pandangan pribadi tidak ada niatan sama sekali dari kami selain untuk sekedar berbagi ... segala keputusan untuk menggunakan, mengabaikan dan menolak sebagian/sepenuhnya adalah  hak dan  sekaligus dampak tanggung jawab kita masing-masing…. Sekedar membabar idea yang murni tanpa niatan pembentukan opini yang lihai. Dalam filsafat metode ini disebut (semoga tidak salah) ’majeutike’ yang digunakan Socrates bagaikan seorang bidan dalam memicu dan memacu seseorang untuk melahirkan kebenaran paradigma pandangannya sendiri … ini adalah thesis pandangan dalam Triade Dialektika Hegel untuk antithesis pandangan anda sebelumnya bagi synthesis kebijaksanaan baru anda nantinya yang akan menumbuh-kembangkan gestalt keterpaduan wawasan dalam menempuh pemberdayaan untuk tataran kelayakan pencapaian berikutnya. Setiap orang berhak untuk tumbuh berkembang secara alamiah dan ilmiah dalam keberadaan awalnya dulu tanpa perlu dipaksa dengan formula yang walau benar namun kurang tepat demi keberlanjutannya. Kebijakan perlu kebajikan demikian pula sebaliknya. Levelling lebih diutamakan daripada sekedar labelling.... walau memang harus diakui akan lebih kondusif dan reseptif jika berada dalam environment komunitas yang tepat.
Itu cuma inferensi intelektual, bro .... jangan dipercaya begitu saja (saya yang berpendapat saja masih terbuka, menerima dan merevisi lagi jika nanti ternyata masih ada kesalahan, kekurangan bahkan ketersesatannya). Dalam permainan ini sesungguhnya kepercayaan Saddha Ehipasiko memang berguna namun aktualisasi & realisasi penempuhan/ penembusan/pencerahan realisasi adalah indikator utamanya. Itulah sebabnya rakit Dhamma harus secara arif & ahli digunakan untuk pengarungan tidak untuk naif & liar dipamerkan/ dilekati (aktualisasi & realisasi x identifikasi & eksploitasi) Well, Dhamma bukanlah ular berbisa simbol identifikasi/arogansi & sarana eksploitasi/ intimidasi bagi kebodohan internal diri sendiri & untuk pembodohan eksternal lainnya. (Waspadalah bukan hanya kemungkinan brain-washed dari logical / ethical fallacy sebagai pseudo /lokiya dhamma dalam pengetahuan/ penempuhan namun mungkin juga miccha ditti 62 brahmajala sutta dalam labirin penembusan/ pencapaian ).
Berikut hanya  curhat pribadi .. bisa dilewati  Atau mungkin ... walaupun  banyak input data lama ditegaskan & data baru diberikan, namun tampaknya struktur paradigma sudah kacau menyimpang dari rencana semula (sejak 10102020 ?) . Perlu publish posting baru yang lebih fresh & direct ... Pedoman Praktis Panduan Pribadi (inget nostalgia P4 zaman orba dulu ? ) Parama Dharma diri hingga kini yang belum pasti (apalagi terbukti , dijalani saja belum ... cuma teori doang, bro/sis)  dan karenanya senantiasa perlu revisi terus menerus. Yaa, minimal 5 faktor bagi perjalanan hidup di semua dimensi keabadian (Realisasi kesadaran, kecakapan, kemapanan, kearhatan? & kewajaran sebagai transformasi ekuivalen paradigma semula kearifan, keahlian, keuletan, kebaikan dan kesucian ) .... Well, dicoba jika tidak tuntas lagi seperti biasanya direhat lagi atau dianggap selesai saja dan lanjutkan sendiri saja, ya ? Just for Cruiser ( not for Believer )... Hanya untuk (masukan pemberdayaan) para penjelajah bukan untuk dipercaya  orang yang hanya asal percaya (begitu saja).
Sebelumnya terima kasih mengapresiasi fasilitas yang diberikan internet (blogger, youtube, google, Archive,org, dll) atas ketersediaan media katarsis pribadi terutama di masa galau corona saat ini. Dan para reader pembaca yang tetap setia, rahasia dan penuh kearifan/kebaikan  mengikuti sharing "kutu loncat' ini (dengan tanpa memberi komentar apalagi gangguan apapun juga walau kami baca ulang wacananya bukan hanya tidak jelas namun memang sakau, kacau dan galau , hehehe ) 
... dst dsb dll. (anggap ... sudah selesai ... gitu aja koq repot. Hidup sudah sulit malah dibikin ribet ) 

Langsung 
Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini. 
INNER QUEST > OUTER ORDER  
ketersadaran internal > (baca : bukan hanya/tidak sekedar) keterpaksaan eksternal 
Who ? Siapa ... Kita (bertanggung jawab atas diri kita sendiri ) 
Where ? Dimana .. Disini (dan juga di/ke sana, tentu saja ) 
When ? Kapan ... Sekarang (dan juga nanti , gitu lho ) 
Plus = 
What ? Apa ... apa yang harusnya kita lakukan ? 
Why ? Mengapa ... mengapa kita perlu melakukan ? 
How ? Bagaimana ...  Bagaimana kita seharusnya melakukan ? 
(Ini saja dialektika paradigmanya ... thesis masalah faktual, antithesis pragmatisme kemanfaatan & sintesis option solusi )  
Sikap gesture tangan India ini menjadi sangat popular terutama pada saat pandemi global Covid-19 saat ini dimana jangankan untuk negatif tranyakan untuk positif keakraban kontak fisik berjabat tangan apalagi cipika-cipiki saja terbatasi dengan kebijakan distansi sosial untuk kebajikan saling menjaga dan terjaga (bukan hanya untuk diri sendiri namun juga demi orang lain dan lingkungan sekitar kita … Sedaka Sutta ?).  Namaste (bagi kami) artinya : " saya menghormati/menghargai yang ada di dalam anda"maksudnya : esensi kemurnian nirvanik, energi keilahian batiniah, materi kealamian zahiriah.
Ingat, tanpa menafikan peran kebersamaan universal manusiawi kita sebagai faber mundi (pemberdaya peradaban) di bumi, pada dasarnya kita hanyalah viator mundi (pengembara yang singgah bukan penghuni tetap) dalam kehidupan duniawi kita saat ini dengan casing peran persona dagelan nama-rupa samsarik untuk keberlanjutan kehidupan berikutnya lagi. Jagalah keberkahan di bumi dan bawalah keberkahan untuk saat nanti. Sebagaimana tuning frekuensi gelombang arus kesadaran, tanpa menafikan akumulasi karmik sebelumnya konsistensi sikap, tindakan dan capaian diri saat ini akan berdampak pada konsekuensi yang akan diterima nanti demikian seterusnya. 
Tentang KeIlahian  (Tuhan : Tao - Dhamma )
Tuhan bukan bemper kebodohan/kemanjaan diri, media katarsis psikologis /transaksi pencitraan   dan kloset pembenaran pemfasikan/ kezaliman kepada lainnnya).  
Perlu kebijaksanaan universal. keperwiraan eksistensial, dan  keberdayaan transendental dalam spiritualitas
Tauhid sufism Ibn Araby  : tanzih -tasbih (transenden/imanen) Jika kau memandangnya tanzih semata kau membatasi Tuhan. Jika kau memandangnya tasbih belaka kau menetapkan Dia Namun jika kau menyatakanNya tanzih dan tasybih; kau berada di jalan Tauhid yang benar Sufi Ibn Arabi  memandang  KeIlahian Tuhan secara Esa - utuh dalam keseluruhan. Tuhan dipandang sekaligus sebagai Dzat Mutlak yang kekudusanNya tak tercapai oleh apapun/siapapun juga (transenden/tanzih) namun keluhuranNya meliputi segala sesuatu (immanen/ tasybih) sehingga walaupun pada dasarnya Kekudusan dan kesempurnaan Tuhan secara intelektual tak terfahami (agnosis)dengan keberadaan yang mungkin terlalu agung untuk kemudian tak diPribadikan(impersonal) dan mandiri (independent) namun  kemulian IlahiahNya sering  disikapi sebagai figur yang berpribadi(personal) dan Dharma kehendakNya dapat difahami(gnosis)  sehingga  memungkinkan terjadinya hubungan antara makhluk dengan Tuhan sesuai dengan ketentuanNya (dependent).Tanpa Tuhan, tidak ada segalanya. Karena Tuhan, bisa ada segalanya. (wajibul & mumkimul Wujud )
Tao adalah Tao - jikakau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao 
Dalam kitab suci Uddana 8.3 Parinibbana (3) Buddha bersabda : O,bhikkhu ; ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak Jika seandainya saja tidak ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut  maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran penjelmaan ,pembentukan , dan pemunculan  dari sebab yang lalu. Tetapi karena ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak  menjelma, tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut maka ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu itu. Ini secara tidak langsung mungkin menunjukkan dua hal sekaligus ,yaitu : kesaksian akan adanya keilahian yang diistilahkan sebagai ‘yang tak terbatas” dan yang kedua penjelasan bahwa nibbana   pencerahan sebagai puncak pencapaian spiritualitas Buddhisme hanya mungkin terjadi karena adanya ‘Yang tak terbatas’ tersebut.

MONOLOG
Berikut alternatif  Formula Swadika untuk Parama Dharma dalam Mandala Advaita. (katarsis analisa inferensi) sebagai sharing  masukan bagi anda untuk membuat risalah panduan anda sendiri dengan tetap menerima, menghargai dan menjalani harmonisasi/aktualisasi/transendensi pedoman bersama yang ada dalam faktisitas atribut peran keberadaan eksistensial kita.  5 (lima) faktor bagi perjalanan hidup di semua dimensi keabadian (Realisasi kesadaran, kecakapan, kemapanan, kearhatan? & kewajaran sebagai transformasi ekuivalen paradigma semula kearifan, keahlian, keuletan, kebaikan dan kesucian . 
wah .... gambar kiblat papat limo pancernya (4 arah + 1 pusat = 5) koq jelek begini  amatiran.. asal bikin (rugi waktu & energi bikin logo..sebodo amat, biarin aja)  (hehehe .... dianggep cakeplah)   

(LOGO)
1. orientasi kesadaran  
2. transendensi kearhatan  
3. transformasi kecakapan  
4. aktualisasi kemapanan 
5. harmonisasi kewajaran
Hipotesis Pengetahuan – Eksperimen penempuhan – Konklusi  pencapaian (terbukti atau direvisi ? )
  
1.  Orientasi Kesadaran 
Berorientasi dalam paradigma pandangan yang benar adalah langkah awal untuk sinkronisasi, aktualisasi & realisasi  
Perlu sikap benar, sehat dan tepat bagi kita untuk memandang permasalahan secara berimbang dengan harmonis & holistik agar tidak ambisius tenggelam dalam arus kehidupan namun juga tidak obsesif terhanyutkan banyak konsep pandangan yang ada dengan segala tuntunan (tuntutan?) idealitas kesempurnaannya. 
Be realistics to realize the Real. (Bersikaplah benar untuk senantiasa realistis dalam merealisasikan segala yang real nyata secara tepat dan sehat) Kita hanya berhak mendapatkan apa yang kita berikan .... entah itu kebaikan ataupun keburukan. Segala niatan, tindakan dan capaian tidak akan percuma walau dampak mungkin tidak selalu instan kemasakannya dan mungkin tidak juga identik kelayakannya. Namun demikian kebijaksanaan untuk senantasa mengupayakan keterarahan dan keberdayaan dalam menghadapi segala kemungkinan yang ada secara pasti bahkan mungkin bisa ada perlu selalu dilakukan dengan tanpa perlu merendahkan adanya karunia keberuntungan akan kepercayaan dan pengharapan untuk segala kemungkinan yang bisa saja ada terjadi. 
spiritualitas sehat (benar, bijak & bajik) : kemurnian pemberdayaan via : Orientasi holistik - Realisasi autentik - Aktualisasi sinergik (x kelihaian pemanfaatan autorisasi - demi kepentingan klaim identifikasi - apalagi untuk eksploitasi memperdayakan

 Tabel 10 level Kesadaran Gnosis  

 

Dimensi

Tanazul Genesis KeIlahian 

Taraqi  Eksodus Pemurnian 

 Simultan progress Triade

Transendental

ESENSI MURNI

? ! . 

Transendental

 ajatam

abhutam

Panna

(theravada?)

Universal

akatam

asankhatam

Eksistensial

Asekha ?

Nibbana

Universal

ENERGI ILAHI nama brahma 

Transendental

Anagami

suddhavasa

Samadhi

(vajrayana ?)

Universal

Anenja

arupavacara

Eksistensial

Vehapala >Abhasara

rupavacara

Eksistensial

MATERI ALAMI rupa kamavacara

Transendental

Mara/Kal, ...

triloka

Sila 

(mahayana?)

Universal

Yama , Saka, ...

svargaloka

Eksistensial

asura? < Bhumadeva   

apayaloka

(10 ? transendental 3 + universal 3 + eksistensial 3 = 9 ?  9 dimensi mandala di atas + 1 for Indefinitely Infinitum ( Realitas Aktual Transenden > Fenomena Formal Immanen dari personal laten deitas  ) for humbling in progress to mystery. 

Dr. Ali Shariati melambangkan 1 adalah Hyang Esa, 0 adalah makhlukNya.  Meminjam istilah beliau ; berikut adalah paradigma kerobbanian yang menjadi orientasi awal bagi ketawaddhuan yang juga akan kembali menjadi  realisasi akhir bagi kecerdasan manusia. (*) = 1 tetap bernilai walau 0 tidak ada. 0 tidak bernilai jika 1 tidak ada. Maksudnya = Tuhan tetap ada walaupun makhluk ada ataupun tidak ada. Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan, segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada.  Dia adalah  Hakekat yang merupakan penyebab dan kembali segala yang ada (baca: diadakan untuk mengada jadi tidak perlu terlalu meng-ada ada). (*) = 1 dibagi 0 tak terhingga ; 0 dibagi 1 tak berharga. Maksudnya = Pribadi yang berkarakter kuat dan cerdas adalah pribadi dengan kekuatan dan kecerdasan yang tumbuh berkembang karena ketawadhuan bukan dengan ketakaburan. 0 dibagi 1 tetaplah 0 – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri dengan ketakaburan. (Lemah dan rapuh karena sesungguhnya :Tiada daya upaya tanpa izinNya.)  Namun … 1 dibagi 0 adalah tak terhingga – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri karena ketawaddhuan. (Senantiasa tumbuh dan berkembang dalam keridhoan dan petunjukNya). (*) = 1 di depan 0 jauh bernilai dibanding 0 di depan 1 . Maksudnya = Jadilah pribadi 10; Pribadi yang mengedepankan Tuhannya diatas segalanya (termasuk dirinya sendiri). 0 didepan 1 dibelakang hanyalah bernilai 1 (satu) – ini gambaran pribadi yang mengedepankan selainNya pada kehidupan. Amaliah menjadi tak sempurna karena syirik, pribadi tidak konsisten karena terombang-ambing kepentingan duniawi/ kebanggaan berpribadi. Bahkan jika pada akhirnya yang satu (1) itu menjadi hilang, maka seluruh kehidupan kita tinggal 0 (baca: nol besar).

Keraguan Ehipasiko? 
Well, meminjam dialektika fragmenta apologetika Verkuyl  untuk rasionalisasi pembenaran ide & irasionalisasi  pembenaran ego Agnostisme ? 
- Dubois :   Ignoramus et ignorabimus : kita tidak mengenalNya dan kita tidak akan mengenalNya  
Namun kita tetap harus mengenalNya minimal menerimaNya sebagai Sentra SegalaNya karena bagaimana mungkin mengacuhkanNya jika kita berada dalam mandala permainan keabadianNya (triade lama : Wujud, Kuasa, Kasih ?).   
- Lessing : .Bapa, berilah aku hal mencari kebenaran karena atas kebenaran itu hanya Kau saja yang berwenang (Duplik, 1778)  
So ... Why not ? jadi tempuhlah pencarian kebenaran tersebut demi pembuktian & pengertian untuk memahaminya bukan untuk memilikinya.  Memang, perlu kerendahan-hati untuk kembali menuju/ mengarah ke  Hyang Maha Tinggi dalam pembatasan ketidak sempurnaan agar tidak stagnan untuk terus berkembang dalam kebermaknaan pengertian untuk mencapai  kebijaksanaan.
Well, just ... Sapere aude (Horace / Kant?) Be wise .. dare to know ... Bijaksanalah untuk berani (menjelajah meng-eksplorasi) untuk mengetahui / menerima (kebenaran pastinya). Tentu saja ini dilakukan tidak dengan asal-asalan apalagi hanya akal-akalan demi tujuan identifikatif (membanggakan keakuan) saja apalagi manipulatif (membenarkan kemauan) belaka... well, sebagaimana konsistensi kaidah kosmik di awal  mutlak diperlukan pemberdayaan internal akal sehat, hati nurani dan jiwa suci untuk mencari, menempuh dan menembus  kebenaran.  Perlu integritas kesungguhan autentik individual yang personal immanen untuk memahami totalitas keseluruhan holistik universal yang Impersonal Transenden ... sebagai zenka laten deitas putera keabadian untuk menyadari kembali Sentra sejati KeIlahian dengan sigma mandala Kaidah alamiah Saddhamma yang sesungguhnya berlaku nyata walau tanpa perlu pengakuan namun mutlak perlu penempuhan yang selaras denganNya.  Ketuklah maka pintu akan dibukakan - demikian kutipan kata Alkitab Kristiani yang pernah kami baca. Itu adalah pintu kebenaran yang sama bagi semua ... pintu tanazul yang menjatuhkan kebodohan/ kepalsuan kita dalam kesemuan, kenaifan dan keliaran permainan samsarik dan sekaligus gerbang taraqi yang mengarahkan kesadaran/ kemurnian kita kembali ke rumah sejati (minimal senantiasa mengingatkan kita akan hakekat segalanya yang murni dalam kesejatianNya dan karenanya dengan kemurnian yang relatif identik sebagai makhluk spiritual apapun label keberadaan & level keberdayaan pada saat lampau, kini & mendatang kita menyelaraskan cara pandang, laku penempuhan dan pelayakan keberdayaannya dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada.).  Jika zarah /wadah ? memang telah masak & layak segalanya tentunya akan terjadi sebagaimana yang seharusnya terjadi dalam kesedemikianan yang multi dimensional ini ... bukan hanya pada keberadaan eksistensial namun juga kesemestaan universal bahkan hingga  kesunyataan transendental.
kutipan posting akhir Dhamma Sekha : http://kalamadharma.blogspot.com/
Intinya begitu berharganya kehidupan sebagai manusia (tanpa menafikan sebagaimana juga lainnya), bro. Dengan tidak terlalu mengumbar kebebasan menurutkan kecenderungan nafsu (wille zur macht .. keinginan akan kekuasaan?) dan justru mengarahkan diri dengan kebijaksanaan maka akan ada kebajikan bagi semuanya (kedewasaan berpribadi dan dampak potensi kewasesaan yang akan mengikutinya). Segalanya akan dan seharusnya menjadi lebih baik dan semakin baik.  Jadi tolonglah jika tidak mencerahkan janganlah menyusahkan apalagi menyesatkan dan menghancurkan. Sungguh anda (tepatnya: kita) tidak tahu dengan siapa sesungguhnya kita senantiasa berhadapan .... hidup ini tidak sekedar interaksi antar figur personal namun ini permainan kompleks media impersonal dimana segalanya jeli terawasi, akurat terkalkulasi dan potentially akan berdampak .... sebagaimana gema suara, apa yang kita lakukan akan kembali juga kepada arus kesadaran kita ... baik ataupun buruk, saat ini ataupun nanti , di sini ataupun di sana dalam peran/sikon apapun kemudian ... (dampak metafisis, sociologis & psikologis ?). Bagaikan sigma kuanta cahaya pelangi yang saling melengkapi dalam keberagamannya walau dalam label dan level berbeda namun tetap dipandang setara dalam Kasih Universal ... ada kesedemikianan Dhamma yang walau Impersonal tidak menuntut pengakuan namun secara Transenden kaidahnya berlaku di setiap wilayah immanenNya secara homeostatis, interconnected, equilibirium.  Be Truth Lover whoever & wherever we are ...(Jadilah pecinta kebenaran siapapun dan dimanapun kita)  karena itu adalah keniscayaan nyata yang (memang?) harus kita terima . 

Apapun yang terjadi, mencintai kebenaran adalah kemutlakan (bukan pilihan …  karena jikapun tiada keselarasan dalam menyesuaikannya sebagaimana harusnya maka dengan keterpaksaan  toh kita akan tetap menerima keniscayaan akan dampak karmic & effek kosmik nya juga .... jadi 'sami mawon' / sama saja ).  Hidup dalam kebenaran seharusnyalah hidup dengan kebenaran juga. 

Keselarasan dalam Saddhamma .... Inilah cara untuk menjalani kebenaran itu dengan tanpa syarat apapun   Well, bukan hanya "sekedar' demi membawa level evolusi pribadi yang lebih baik (eksistensial), menjaga harmoni dimensi  yang semakin kondusif (universal) namun karena memang demikianlah amanah keselarasan yang ditetapkan untuk dijalani (transendental).... sinkronisasi peniscayaan berkah yang memang seharusnya dilakukan atas keniscayaan berkah yang sudah digariskan pada keberadaan, dalam kesemestaan oleh dari kesunyataan Impersonal Transenden ini. 

Perlu kebijaksanaan Saddhama demi addukha (amoha, alobha, adosa) yang semakin intensif levelnya dalam kedewasaan eksistensial, untuk kesemestaan universal, hingga pencerahan transendental .....Untuk kesekian kalinya : Be realistics to Realize the Real 

Apakah kebenaran itu ?
Link : data apa itu kebenaran 

- Comte : Be positivist of positive knowledge (?)  
Tentu saja , kebijaksanaan spiritual berkembang secara bertahap sesuai dengan  keterbatasan & pembatasan yang ada.. 

kutipan : posting Dhammaseeker  GHOSTWINDOWS 7  
Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya).
  
Well, untuk kesekian kalinya (kami tekankan) Spiritualitas yang dewasa adalah just leveling (to reach) not for labeling (to claim) ….memastikan keberdayaan tidak sekedar meyakinkan kepercayaan, melayakkan pencapaian dengan penempuhan & penembusan tidak sekedar melagakkan pencitraan dengan penganggapan & pengakuan, mengandalkan tanggung jawab meniscayakan kesejatian tidak sekedar bermanja mengharapkan 'keajaiban' belaka, dsb. 
Link video : Dhammadipateyya (Paradigma Berpandangan : Dhamma-Oriented ) Bhante Pannavaro 

2. Transendensi Kearhatan 
Merealisasi kelayakan level swadika Ariya (> hisab layak visekha ?)  dalam progress alternative teparinama penempuhan "kontemporer" bagi pacekka (atau mungkin juga Buddha Savaka ?)  Realisasi keAriyaan ? Walau secara paccekka harusnya urut proses  catur asrama Hinduisme  (brahmacari - grahasta - vanaphrasta & sannyasa bhikkhu)., ini sulit jika ditempatkan di nomor 4 harus ke nomor 2 karena orientasi kesadaran sudah paten di nomor 1.  Oke.  Untuk level Swadika & Visekha ( kalau tidak bisa nibbana, suddhavasa minimal brahma , surga atau kembali jadi manusia.  Kalau tidak bisa arahat minimal sekha , neyya tihetuka ,  bahusutta sapurisa . Jika tidak bisa ... sikapi & jalani segalanya secara ariya walau level belum ariya untuk layak terbiasa sebagai ariya nantinya .
See : posting Sita hasitupada =  
Sita Hasituppāda  /Tersenyum seperti Buddha  = Kesadaran sakshin tandiri keterjagaan nirvanik dalam dagelan internal nama rupa diri dalam keterlelapan drama samsarik  (ini guyonan sastra semoga tidak diterima wantah )

(Smile like a Buddha ... not as a Buddha ? )  Be Realistics to Realize the Real  
Tersenyumlah seperti Buddha walau itu memang masih 'fake' (semu) dan tidak 'real'(nyata). Ini bukan dimaksudkan untuk 'memotivasi' diri bagi kesombongan pencitraan diri dengan melagakkan seakan pencapaian keniscayaan telah terjadi hanya dengan cara itu. Ini dimaksudkan untuk mengarahkan diri untuk kebijaksanaan penyadaran diri dengan melayakkan peniscayaan keniscayaan yang secara murni dan alami seharusnya terjadi. Senyum kearifan Ariya yang melampaui sikap positif apalagi negatif. Bagi Dia yang sudah terjaga itu ekspresi authentik  Bagi kita yang belum terjaga itu exercise holistic 

Tersenyum seperti Buddha  karena terfahami secara intelektual simsapa kebenaran spiritual ; Kecakapan Pandangan benar akan mengarahkan fikiran benar (kesadaran notion batin) ; Kecakapan fikiran benar akan mengarahkan tindakan bajik (ketulusan dana sila etc) ; Kecakapan tindakan bajik akan mengarahkan asset mulia (kemurnian punna kusala ) ; Dhamma indah pada awalnya dengan terlampauinya tataran eksistensial diri (harmoni dunia - terhindar apaya - terlayakkan surga = Dibba Vihara ) 

Tersenyum mengarah Buddha  karena tercapai secara meditatif acinteya hakekat kenyataan spiritual ; Paska asset mulia terus lanjutkan Adhi-Sila (alobha -adosa - amoha : tihetuka) ; Paska Adhi-Sila terus lanjutkan Adhi-Citta (Samma Samadhi : Jhana Brahma ) ; Paska Adhi-Citta terus lanjutkan Adhi-Panna (Samma Vipasana: Gotrabu Nana?) ; Dhamma indah pada pertengahannya dengan terlampauinya tataran universal diri (harmoni batin - terlampaui moksa - terlayakkan magga  = Dhamma Vihara ) 

Tersenyum sebagaimana Buddha karena terbukti secara insight advaita desain labirin permainan spiritual ; Dengan masaknya Adhi-Panna layaklah Realisasi Keterjagaan (nibbana: pemurnian magga/phala  ) ; Dalam Realisasi Keterjagaan layaklah Realisasi Kebijaksanaan (panna: sabbanutta/ patisambhida?) ; Dalam Realisasi Kebijaksanaan layaklah Realisasi Ketercerahan (kiriya: kusala  non karmik?) Dhamma indah pada akhirnya dengan terlampauinya tataran transendental diri  (harmoni - terbuka nibbana - terlampaui samsara  = Ariya Vihara ) 

Dhamma akan melindungi siapapun yang menempuhnya dengan benar, tepat dan sehat. Teruslah memperjalankan 'diri' demi semakin terjaganya orientasi, kualifikasi & realisasi Jalani saja proses penempuhannya secara murni tanpa perlu ambisi/obsesi yang menghalangi. 
Layakkan diri sebagaimana kaidah Niyama Dhamma meniscayakan pelayakannya secara alami. Terima, kasihi dan lampaui segala episode penempaan diri sebagaimana ariya nantinya. Layakkan diri sebagai Ariya ... maka jikapun nibbana pembebasan belum (mampu/perlu?) tercapai , maka keterjagaan, kebijaksanaan dan ketercerahan akan membawa keswadikaan, keberdayaan, dan kebahagiaan dimanapun wilayah, bagaimanapun suasana dan apapun peran zenka keabadian yang dijalani .... Pada hakekatnya, Samsara hanyalah ilusi mimpi dari Nibbana bagi semuanya. 
Note :  
Wacana di atas itu bahasa sastra, bro/sis. Jangan diterima wantah. (payah, deh?). Memang ada tehnik terobosan meditasi smile dari Bhante Vimalaramsi yang menggunakan metta bhavana sebagai alternative anapanasati umumnya. Smile digunakan untuk mengembangkan metta, ketenangan dalam kearifan batin, relax tidak tegang terobsesi mengharap hasil instan, etc. "Senyum kiriya" yang autentik & holistic tentu saja jika itu murni & alami sebagai asekha. 
Well, sekedar gambaran tambahan. Buddha factor (keberadan Buddha) yang sabbanutta atas pelayakan metode atas kemasakan indriya para savakaNya memang krusial. Sesungguhnya tidak hanya 40 kammathana yang dibabarkan. Saat ini memang ada banyak metode selain peta baku spiritualitas Buddhisme Realisasi penempuhan JMB 8 untuk pencapaian kualitas arahat 10 yang digunakan bagi para samana  selain  versi Myanmar,(Pa Auk Sayadaw, Mahasi Sayadaw ,etc ) ada juga metode terobosan lainnya yang kreatif kontemporer demi proses pelayakan umat dengan  tetap tidak meninggalkan pakem ajaran semisal metode bertahap Ariya Magga mendiang bhante Punnaji , metode TWIM bhante vimalarmsi bahkan locally ada juga dari Bhante Gunasiri, MMD Hudoyo belum lagi dari Tibetan Vajrayana / Mahayana / Zen  bahkan yang dianggap kontroversial semacam Dhammakaya dlsb. (Lihat dan nilai  uji sendiri referensi upload kami ). Apapun itu semua hendaklah dihargai sebagai upaya samvega spiritualitas para Neyya Buddhism dalam merealisasikan ajaran ... walau mungkin beda di permukaan namun semoga di kedalaman akan mecapai level pencerahan yang sama / setara juga (tentu saja jika dasar pengetahuan, penempuhan dan penembusannya benar, tepat dan sehat dalam kemurniannya ). Sebagai padaparama dihetuka di luar sasana kami ungkapkan ini dengan tanpa maksud intervensi "mengompori" keharmonisan sasana dengan mana pembenaran kesombongan untuk membela/meninggikan yang satu apalagi dengan mencela/merendahkan lainnya.    

Konsideran dilematika plus minus romantisme monastik intensif  Sambuddha & realisme holistik swadharma pacceka : 
Sejujurnya kami merasa tidak nyaman mengutarakan ini. Well, ada etika kosmik seeker (walau tidak formal tertulis namun secara aktual perlu dijalani sebagai truth seeker apalagi  true seeker .... praktek latihan katanu kataveddi < pubbakari ?) yang tidak boleh dilanggar yaitu amanah untuk tidak sekalipun berkhianat bukan hanya atas keberadaan eksistensialitas dirinya namun atas kepercayaan nara sumber referensi/ media guru realisasinya. Namun demikian demi keberdayaan yang lebih sejati kami merasa perlu jujur untuk mengutarakan pandangan kami (walau mungkin saja tidak sepenuhnya benar & bisa mencerahkan sebagaimana yang kami harapkan namun bisa jadi sebaliknya salah & justru menyesatkan walau sesungguhnya tidak kami maksudkan). Semoga kami cukup mampu berjaga untuk senantiasa tetap terjaga agar bisa menjaga bukan hanya diri sendiri namun juga lainnya.   
Kami memahami kebijakan Buddha untuk bersegera secara intensif meniscayakan pencerahan keterjagaan Savaka beliau sejak dini yang juga diterima kultur budaya spiritual eksistensial pada saat itu dalam ordo monastik sangha (sebagai pembabar/pelestari Dhamma & ladang kebajikan yang subur dikarenakan pelayakan kemurniannya). Maaf, bukan ingin mengacau tradisi Saddhama yang memang tetap harus ada sebelum masa sunnakalpa tiba ; berikut alternatif  pencerahan yang mungkin bisa dijadikan pertimbangan terutama bagi para saddhaka penempuh spiritual yang berada di luar sasana saat ini (atau bahkan umat Buddha sebelum menjadi bhikkhu ?). Spiritualitas adalah aktualisasi untuk mengatasi/melampaui bukan untuk menjauhi/membenci (walau tidak  untuk melekati/menguasai juga, lho). Ini dimaksudkan untuk menjaga bukan sekedar kuantitas statistik populasi namun kualitas autentik 'prestasi' bagi tetap "lebih?" lestarinya Dhamma yang masih memungkinkan terjadinya pencerahan bukan saja di setiap zaman namun juga seharusnya bisa juga di setiap alam kehidupan 31 nanti jika juga dibabarkan/teringatkan untuk dilaksanakan dalam keselerasan sesuai dengan keterbatasan dan pembatasan yang ada (just joke, termasuk alam apaya petta /asura/niraya/tirachana nanti ....  kami tunggu lho). 
1. samana :  terlampauinya social catur asrama Hinduisme (brahmacari - grahasta - vanaphrasta & sannyasa bhikkhu).
Brahmacari perlu dilakukan memadai sedini mungkin (pemahaman pariyatti komprehensif , kecakapan patipatti yang terarah ke pativedha disamping kecerdasan taktis pengetahuan & ketrampilan kehidupan/penghidupan dan juga kebijaksanaan mensikapi/menjalani kompleksitas interaksi dalam kebersamaan/ kesemestaan yang senantiasa seimbang/berimbang dalam keselarasan/keterarahan dengan Saddhamma). Well, sebagian besar manusia bukan hanya memboroskan waktu & energi namun sering justru merusak amanah/peluang pemberdayaannya dalam keterpedayaan dirinya bahkan pemerdayaan lainnya. Sebagaimana dimensi samsarik lainnya (apaya, surga bahkan alam Brahma sekalipun) , dunia manusia ini hanyalah terminal transit bagi evolusi spiritualitas diri berikutnya.
Perlu grhasta dalam jumlah yang seharusnya jauh lebih besar bukan hanya untuk mandiri dan sukarela menyangga/ menjamin kehidupan eksistensial diri, keluarga dan para bhikkhu namun juga demi pengembangan spiritualitas sendiri & bersama dan pelestarian Dhamma.
Menjadi samana (pertapa) ? aktualisasi atas kesadaran, dengan kecakapan dan dalam kewajaran  (paska kesungguhan realisasi/aspirasi anagami arahata /ingat : celaan konstruktif  rekan bhikkhu atas 'jaminan 'selera rendah'  surgawi  Nanda Thera / > jaminan kemapanan / pensiun dini ? atau backing donasi kapiya / > kebutuhan umat /kontribusi profesi ?/ > keinginan sendiri (obsesi internal atau ambisi eksternal ?/ > keadaan fase/ usia  / untuk cittakhana husnul khotimah  pra maut / ?) . 
2. selibat  : terlampauinya arketipe seksual anima/animus kosmik (replika suddhavasa ? anagami ) 
Adalah Brahma Sahampati yang tanggap karena pencapaiannya sebagai anagami akan level kemurnian dimana bukan hanya delusi gender samsarik namun juga tidak terlekatinya lagi 5 samyojana 10 permainan samsarik sehingga beliau memohon pembabaran Dhamma dari Samma Sambuddha Gautama, bhikkhu aritha. Itulah sebabnya selibat menjadi satu sendi pokok vinaya monastik bagi para penempuh untuk mampu melampuinya ... tidak lagi tertarik bukan sekedar tidak ingin tertarik birahi. Bukan hanya lobha kamaraga keterlekatan indrawi kamavacara namun juga dosa byapada membenci apapun/ siapapun juga paska realisasi terjaganya diri atas sakkaya-ditthi (delusi akan keakuan), vicikicha (keraguan atas Saddhamma Buddhism karena bukti pencapaian tidak sekedar kepercayaan semata), silabataparamasa (kesadaran kosmik akan kepercumaan kemasan ritual dalam transaksi personal untuk pembebasan > pemantasan? ) yang jelas terbuktikan realisasi magga-phala sotapana dan tegas ditingkatkan sakadagami ... Tinggal 5 samyojana lagi bagi anagami mencapai arahata untuk dilampaui (moha : ruparaga, aruparaga, manna, uddhacca dan avijja) dengan pancamjjhana kusala  & 5 indriya (saddha, viriya, sati, samadhi & panna) dipandang cukup untuk mengatasinya ?
Suddhavasa adalah alam antara paling aman/ pasti? untuk realisasi Nibbana bahkan jika dibandingkan alam dimensi samsarik lainnya (manussa >, surga,> apaya bahkan rupa brahma > arupa brahma ?). Walau di alam manapun upaya Saddhamma tetap perlu dilakukan bukan hanya demi ketertiban dimensi tersebut namun demi evolusi spiritual berikut. (tentu saja sesuai dengan keterbatasan & pembatasannya masing-masing ).    
3. pindapata :  terlampauinya defieiensi ekonomi mandiri & santuti ( dakhina bagi visuddhi arahata  nirodha samapatti ? )
Ada korelasi kosmik yang berkaitan dengan kualitas persembahan dalam desain kaidah kosmik ini .... perlakuan baik/ buruk tidak sekedar berkaitan dengan tindakan semata namun juga kualitas spiritual pemberi dan penerima. Walau tiada maksud memperbandingkan, kebaikan kepada yang suci/baik akan membawa manfaat anugerah besar demikian juga keburukan kepadaNya akan mengakibatkan mudarat musibah berat dibandingkan kepada yang biasa, buruk dst. Level aktual bukan sekedar label formal
semoga para Bhante dengan metta karuna melayakkan kesucian/kebaikan diri sebagai ladang subur penerima kebajikan demi umat dan para umat memberikan dana / menyangga dengan sukacitta tidak sekedar demi pamrih duniawi, pahala surgawi ataupun bahkan demi parami pengkondisi namun dengan kewajaran meng-esa & kesadaran anatta ( Taoism weiwuwei = action without actor / acting ?.... just process )
Konsideran di atas semoga tidak di salah-artikan sebagai upaya tersirat "Mara?" (mengumpat/ menghujat 'setan' eksternal typical agama ketimbang cara Saddhamma untuk memandang internal ke dalam lebih dulu ? ... masalah kita adalah asava internal bukan dunia eksternal, lho) untuk menghambat perkembangan Buddha Sasana apalagi  mempercepat kemusnahan Buddhisme Gotama (Sunnakalpa ?). No, Buddhisme sesungguhnya warisan spiritualitas tertinggi yang "(seharusnya tidak hanya?)" bisa dicapai oleh umat manusia di dunia ini untuk mampu terjaga dari mimpi samsara (bahasa duniawinya : kebanggaan/ keunggulan manusia di seluruh alam samsara .... di bawah alam antara sudhavasa anagami, tentu saja). Tampaknya prediksi inferential Buddha tentang Sunnakalpa tidaklah bersifat 'fixed' kuantitatif matematis (5000 tahun untuk masa Buddha sasana Gotama ?) namun lebih bersifat kualitatif ( kefahaman, kesadaran, kecakapan, kewajaran, kelayakan dalam merealisasi ajaran yang tersurat & tersirat ... "daun" simsapa Tipitaka Komplet  & "akar" acinteya bunga Udumbara Saddhamma) ... tanpa menafikan faktor internal (stock kualitas manusia 4 yang tersisa 2 : neyya padaparama , keberadaan Buddha sebagai factor Guru pemandu akurat, etc ) serta  faktor eksternal lainnya ( kemerosotan minat spiritualitas sejati Saddhamma, kecenderungan siklus kejatuhan ajaran : Saddhamma > mistik > lokiya > pseudo > addhamma ,dst).       

Menganalisis sakral kritik  :  
Ini masalah sulit karena berkaitan dengan sakralisasi tradisi ajaran ..... walau penting menentukan namun risih atau riskan diutarakan.
1. irreversible magga phala asekha ? 
See : tabel mandala transendental  (eksistensial nibbana < universal < transendental ) 
Celah keterjagaan adalah celah keterlelapan juga jika arahnya berlainan ( tanazul - taraqqi) : sebagaimana gunung keterjagaan yang didaki demikianlah juga jurang keterlelapan bisa menjatuhkan. Keterjagaan Nirvanik nantinya akan terrealisasi jika kemelekatan akan keterlelapan samsarik terlepaskan (via taraqqi proses kelayakan peniscayaan) sebagaimana keterlelapan samsarik dahulunya terjadi  (tanazul azaliah : avijja - mana - tanha dst). misalnya panna menjadi avijja,  anatta menjadi mana , metta karuna menjadi tanha sneha , etc.  Keabadian terus berlangsung hingga saat ini sejak keazalian yang tidak diketahui lagi bukan hanya awalnya namun juga akhirnya  menunjukkan bahwa desain ini bukan hanya dinamis (tdk statis / permanen) namun juga tertata suci transenden (eksistensial < universal < transendental) tidak hanya liar immanen .
tentang : Mistake of Mystics = Spiritual Materialism ? /see : Chogyam Trungpa - posting blog lalu/
Konsistensi  keberlanjutan Keterjagaan bukan sekedar telah pernah "merealisasi" Pembebasan  (kebebasan perayaan untuk terlelap lagi bahkan kesewenangan samsarik?   ) .......   Levelling forever not jut labelling. 
Lagipula banyak mistisi yang terjebak mengidentifikasikan lereng pencapaiannya sebagai 'puncak' pencerahan untuk dilegitimasikan  (pengakuan publik ) walau bisa jadi bukanlah Magga Phala namun 'hanya' pencapaian Jhana lokiya bahkan ternyata hanya  bhavanga atau bahkan halusinasi reflektif keinginan diri semata ?.
Well, tetaplah merendah walau dalam ketinggian dan jangan meninggikan jika masih rendah .... Anatta bukan atta, tetap wajar meng-esa bukan heboh meng-aku. (Itu urusan impersonal pribadi diri dengan Realitas kosmik .... atau konsultasikan dengan guru spiritualnya sendiri jika punya).  Diluaran perlunya kita baik dan tidak mengacau .... masalah sudah berlevel suci atau apapun itu tak perlu diekspose ke publik  ... orang lain tidak butuh bahkan bisa jadi malah justru risih/ kesal karena kekonyolan  ego atau kekurang-pantasan etika sosial bertenggang-rasa tsb ? (atau ingat ... tanggap akan paradoks intuitif : menyatakan rendah hati sesungguhnya  justru menunjukkan ketinggian hati yang tersirat demikian juga dengan pengakuan 'kemuliaan'  diri lainnya )
Dikarenakan begitu dalam/halusnya Saddhamma, Buddha Gautama sesungguhnya tampak lebih memilih untuk hanya menjadi paccekka walau tahu Dhamma yang ditembusnya bukan hanya tidak tercela namun bahkan sangat berguna. Namun karena saran ?/ permohonan ( x perintah) semesta yang diwakili Brahma Sahampati maka Beliau mengamati/  menyadari kemungkinan tercerahkannya juga lainnya sehingga kemudian bersedia membabarkanNya demi pencerahan dan kesejahteraan semua makhluk sebagai realisasi adhitthana Bodhisatta semula  . Well, tiada niatan menegakan ego pengakuan apalagi mengibarkan bendera kepentingan bagi dirinya sendiri & pengikutn/pendukungnya.   Hanya demi  aktualisasi welas asih Sammasambuddha tanpa defisiensi pengakuan / kepentingan apapun ( Apa artinya/gunanya kesemuan & keliaran samsarik yang memperdayakan dilakukan demi kejatuhan dibandingkan keberdayaan pencerahan & kebebasan nirvanik  yang telah dicapai untuk dijaga ?) 
Ah ... ini aja cara awam truth seeker padaparama luar sasana untuk mempermudah wawasan pemahaman/tataran kesadaran True Seeker Neyya Buddha Savaka : Dialog empati dengan Buddha Rupang. .       .............................................................
2. pemujaan keIlahian Buddha ? ( See : Internal critics Bhante Punnaji & Bhante Pannavarro di atas )
posting lalu :   Ariya Buddha sebagai personal god ?  
Hakekat KeIlahian: Level KeIlahian ?(advaita  transenden dvaita  immanen: Buddha ?- Brahma – Dewata – Asura -Atta ?) 
Moksha mysticism sant mat  Dimensi Ilahiah : Alakh Niranjan- Brahm - Par Brahm - sohang- sat purush (Anenja Brahma ?)
Buddhism : Brahmajala sutta , kasus Brahma Baka , etc. 
Buddha terjaga akan keakuan samsarik bahkan jikapun beliau lebih berhak menjadi cakkavati atas seluruh samsara ini (bukan hanya dunia karena bukan hanya jhana 1 & 2 bahkan jhana 8 atau 9 ? sudah beliau realisasi juga, Brahma Baka)  daripada lainnya (kualifikasi Brahma sd imaginasi atta).So, kami  berani bertaruh (ketahuan mantan penjudi juga, ya?) Dia tidak akan terjebak untuk tersekap dalam permainan samsarik lagi .....Beliau bukan hanya telah mantap mencapai nibbana keterjagaan transendensi eksistensialNya namun juga kebijaksanaan menyadari dimensi transendensi Dhamma Universal  & kesaksian dimensi transendensi transendental ajatan abhutan dalam transendensiNya) ... anatta bebas dari keakuan internal  apalagi dari  pengakuan eksternal.
Magga phala tidak irreversible karena bagaimana mungkin ada keterlelapan samsara jika puncak awalnya adalah keterjagaan Nibbana ( yang kemudian  telah dicapai dalam keterjagaan kembali ?) 
Bahkan okelah ... jikapun kemudian beliau jatuh juga (karena misidentifikasi, "pseudo" aktualisasi" etc ? ), jangan lakukan kebodohan ketidak-pantasan  dengan pembodohan mengharapkan/ mengusahakan kejatuhan yang terjaga untuk kembali tertidur nyenyak bermimpi indah & megah agar bisa di-eksploitasi ?! = pembodohan karena kebodohan eksternal atau kebodohan karena pembodohan internal ? ..... untuk semakin menjatuhkan /saling menyesatkan  terhadap saddhamma ? ) ... tegakah/sukakah  menjadikan Sang Ariya menjadi (maaf ... dalam kesetaraan mandala Ke-Esa-an sesungguhnya tidak layak ada perbandingan / peninggian yang satu & perendahan lainnya ) berlevel asura, dewata atau bahkan Brahma sekalipun ? (Walau sesungguhnya kebalikannya yang lebih mungkin terjadi karena bukan Buddha yang terjatuh namun .... maaf ... justru savakaNya. )  
Tuhan bukanlah bemper kebodohan/kemanjaan diri, media katarsis psikologis /transaksi pencitraan dan kloset pembenaran pemfasikan/ kezaliman kepada lainnya 
Perlu kebijaksanaan universal, keperwiraan eksistensial, dan  keberdayaan transendental dalam spiritualitas.
Demi saddha kebhaktian untuk aktualisasi paedagogis kerendahan-hati universal / harmonisasi andragogis kepantasan eksistensial diri  ..okelah ..Jadikan Buddharupang sebagai media perenungan kualitas keluhuran Buddha untuk diteladani & direalisasi (bukan sebagai mezbah berhala identifikasi kemuliaan  pencitraan eksternal belaka apalagi demi eksploitasi harapan pembenaran kepentingan saja ). 
3. pacceka di sunnakalpa ?
Dhammaniyama sutta  : ada atau tidak ada Buddha , Dhamma tetap ada 
Thus, Pencerahan tetap memungkinkan bagi siapa saja & kapan saja. ... maaf .... sesungguhnya bukan hanya "monopoli istimewa" Samma Sambudha dan para Ariya SavakaNya saja (plus Buddhist & Buddhism ?)  walau tentu saja untuk merealisasikannya tetap dengan penempuhan / penembusan / Pencapaian ke-Ariya-an dengan  keselarasan , keterarahan dan keniscayaan pemurnian kesejatian atas Saddhamma yang sama bagi semua ( KM4 , JMB 8 , etc ?).  
Tampak provokatif seakan pelaziman kezaliman : claiming wilayah personal ? Don't be childish of being Buddhist. (jangan konyol kekanakan untuk naif apalagi liar sebagai Buddhist)  Lihat senyum agung kearifan & welas asih Buddharupang ... Walau memang memuliakan yang memang mulia adalah kepantasan yang perlu untuk sadar dan tulus dilakukan (demi kebaikan si pelaku sendiri sebetulnya), namun Transendensi sejati (eksistensial, universal, transendental) seharusnyalah tetap mantap berimbang bebas dari keakuan internal apalagi demi pengakuan eksternal . Tanpa niatan memperbandingkan demi tetap menjaga kebaikan sendiri/ bersama agar tetap mennghargai kesetaraan dalam keberagaman, sesungguhnyalah kemurnian tetaplah kemurnian walau dicela - demikian pula ... maaf ...kepalsuan tetap kepalsuan walau dipuja. Kenyataan diutamakan bukan pernyataan. Aktualisasi tindakan tidak sekedar 'pemilikan'? pandangan. Realisasi autentik kelayakan tidak sekedar anggapan kemasan pelagakan . DLL. DST. DSB. Untuk kesekian kalinya .....  just for levelling (to reach) not only? labelling (to claim).  
Tentang Anatta : (kutipan komentar Vlog Bahiya, lagi)
Dari tilakhana, anatta adalah factor krusial pembeda yang membuat Ariya Dhamma ini bukan hanya melingkupi (bisa mencapai) namun juga mengungguli (bisa melampaui) lainnya (lokiya : asura dewata/ anenja brahma ?). Faktor Anicca dalam batas tertentu memang bisa difahami dan dilalui lokiya dhamma (norma duniawi – etika surgawi .. awas /ditthi + tanha/ dan sangat liarnya sensasi kemauan yang bisa menjerumuskan ke Lokantarika paska pralaya 2 ?) , factor dukkha pada level tertentu juga masih bisa disadari dan dicapai anenja dhamma ( unio mystica – pantheistics … awas /mana + avijja/ plus masih naifnya fantasi keakuan dimensi Abhassara untuk menyeret kembali dalam perangkap samsara paska pralaya 4 ? ) namun annata adalah factor penentu yang memungkinkan lokuttara dhamma ini mampu mengaktualisasi kemurnian penempuhan (> defisiensi kepamrihan & pencitraan) secara konsisten meniscayakan ‘peniscayaan/ keniscayaan’ dalam kelayakan realisasi pencerahan transeden (keterjagaan dari keterlelapan mimpi/ delusi samsara ini – keterbebasan ‘esensi murni’ ke-Buddha-an dari cangkang delusi ‘pancupadana khanda’ tanpa kebodohan identifikasi dan eksploitasi pembodohan dari keterpedayaan/ ketersesatan/ keterperangkapan intra-drama pengembaraan semu samsara ini kembali (singgah/pulang) ke ‘rumah sejati’ Nibbana.
Dalam mandala advaita kasunyatan abadi ini sebagaimana samma-panna nibbana yang perlu disadari dan ditembus daya sentrifugal kebijaksanaanNya demikian pula tanha-avijja samsara tampaknya juga perlu difahami dan dilampaui daya sentripetal kecenderungannya. So, sebagaimana harmoni musik peregangan senar kecapi walau viriya (saddha/samvega?) memang diperlukan untuk mensegerakan dan konsisten dalam penempuhan namun tampaknya perlu juga panna kebijaksanaan untuk menjaga keberimbangannya dalam kewajaran harmonisasi eksistensial maupun kesadaran transendensi spiritualnya. 
Singkat kata, Buddhism seharusnyalah tetap selaras dengan/sebagai Saddhamma yang berlaku dan berhasil ditembus Buddha hingga level Kebijaksanaan Eksistensial Transenden Nibbana ( < Kesemestaan Universal Transenden < Kesempurnaan Transendental Transenden ).  Ini pencapaian dimensi samsarik tertinggi 'pribadi' yang (jujur saja) mampu difahami/ diterima sampai sejauh ini dan memang tampak logis & sangat etis mengungguli lainnya.  ( At last, undangan/ tantangan saddha ehipasiko untuk pembuktian  kebenarannya ?)    
Berikut adalah tabel alternative teparinama penempuhan "kontemporer" bagi pacekka (atau mungkin juga Buddha Savaka ?)

No

Level

Saddha  

(peningkatan kefahaman Dhamma : pengetahuan ,penmpuhan, penembusan)

Sila  revised

(pakati + pannati : varita & carita)

Samadhi

(Samatha Pemantapan keberimbangan + Vipassana pemurnian

Kebijaksanaan

Panna

Dhamma Vihara

(Kelayakan terniscayakan)

Prior Input

Final Output

1

Elementary

Suta maya paññā (intelek)

Pancasila

Appana & Khanika

Diba Vihara (surga ?)

Padaparama dihetuka

Neyya tihettuka

2

Intermediate

Cintā maya paññā (intuisi)

Atthasila

Jhana (lokiya & lokuttara)

Brahma Vihara   (Ilahi?)

Vehapala  (rupa + arupa?)

Gotrabu Anuloma

3

Advance

Bhāvanā maya paññā (insight)

Samanasila

Magga & Phala   (irreversible ?)

Ariya Vihara (murni?)

Sekha

Asekha ?

Mengenai cara penempuhan sudah banyak referensi yang diberikan bagi realisasi ini. Para Seeker bisa menanyakan langsung pada para Bhante atau Guru spiritual /Pemandu Meditasi yang bukan hanya lebih berkompeten namun juga sesungguhnya ini wilayah mereka yang sudah sepantasnya bagi kita yang di luar sasana untuk tahu diri, tahu malu dan tahu sila untuk tidak 'tranyakan' melanggar bukan hanya area kewenangan mereka namun juga wilayah kesemestaan bersama yang beragam ini. Walau sebagai seeker kita telah memahami akan proses saddha KM4/ JMB 8 dalam triade sila-samadhi-panna untuk dijalani,.  semisal : chart Pa Auk Sayadaw, etc (juga : Ajahn Chah, Bhante Punnaji, Bhante Vimalaramsi, dsb) 

Well, Salut kepada Buddha yang menempatkan synthesis keswadikaan di atas thesis kebahagiaan untuk pencerahan kebebasanNya dari antithesis dukkha  kesemuan  "penderitaan".
 Link video : Arogya parama labha (kesehatan adalah keuntungan utama)  Pencerahan Magandiya Sutta Bhante Pannavaro  

3.  Transformasi Kecakapan 
Merealisasi talenta keberdayaan  Kecakapan Intelgensi , dst  
Intelgensia kecerdasan tidaklah sebatas fitrah naluri ego belaka namun juga nurani ke-Esa-an  ... tidak sekedar instink, ataupun sebatas intelek belaka (cogito ergo sum, Rene Descartes ? ) namun membentang luas dan dalam (intuisi, insight, etc). Sejumlah manusia (tanpa menafikan para ariya & anariya di dimensi lainnya : asura, dewata, brahma, dsb ) walau dalam keterbatasan & pembatasannya sebagai mikrokosmos bagian dari Living Makrokosmos yang tidak sekedar eksistensial namun juga universal bahkan transendental mampu bukan hanya mengalami namun juga menguasai bahkan melampaui level ini . 

Berikut Table intelgensia kecakapan Z (Eneagram 9 + 1= 10 ?) untuk dikembangkan

No

Level

Dimensi

Tantien pusat

Tantien hati

Tantien otak

Z

1

Elementary

3 tataran intelek

1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/,

2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/,

3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/;

123

2

Intermediate

3 wawasan intuisi

6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/;

5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/,

4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/,

654

3

Advance

3 penembusan insight

7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah

8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/,

9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/)

789

 
dalam pemberdayaannya (kesadaran, kecakapan, kemapanan dan ketaqwaan), sejumlah manusia mungkin saja mampu berkembang mendahului lainnya bukan hanya secara intelek (yang popular didewakan saat ini), namun juga intuisi (sayang sudah agak diabaikan sekarang) dan insight (sudah langka dan terlupakan?). 9 kecerdasan mungkin tercapai ( 3 tataran intelek =1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/, 2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/, 3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/; 3 wawasan intuisi = 4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/, 5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/, 6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/; 3 penembusan insight = 7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah/, 8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/, 9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/) namun demikian jika tidak dibarengi dengan orientasi kesadaran 10 maka itu semua tanpa makna. Realisasi Kecerdasan tingkat 10 (baca: sepuluh) atau orientasi kesadaran 10 (baca: satu-nol) ini mungkin yang dimaksudkan sebagai insan kamil, homo novus (New Man) atau apapun istilahnya – suatu pencapaian kesempurnaan manusia dalam keterbatasannya. Namun sebagaimana proses pemberdayaan dan orientasi ketawaddhuan sebelumnya inipun harus dianggap hanya sebagai proses berkelanjutan bukan maqom penghentian. Inilah perbedaan yang mendasar antara kesejatian pencerahan bijak seorang panentheist, keimanan sejati para monotheist atau bisa jadi pencarian murni kaum heretis dengan kesemuan ‘pencerahan’ pantheist, ‘wawasan’ agnostic, maupun ‘pandangan’ atheist. Keberkahan dan pemberkahan hanyalah dari, oleh, untuk dan kembali kepadaNya. Realisasi kebenaran bukan identifikasi pembenaran. Dalam keikhlasan bukan dengan kepamrihan. Senantiasa memberdaya diri secara berkelanjutan dalam JalanNya (sesuai fitrah yang ditentukanNya) dan tidak terperdaya setinggi apapun perolehan yang dicapainya (menurut anggapan kerdil terhadap diri sendiri maupun pengakuan semu dari orang lain

4.  Aktualisasi Kemapanan 
Aktualisasi memastikan persada kesiagaan dalam membumi untuk  mandiri , dengan santuti dan  mampu berbagi. 

5.  Harmonisasi Kewajaran 
Harmonisasi kebersahajaan dalam membumi bersama lainnya. dengan empati, dalam harmoni dan tetap sinergi. 

Untuk 2 yang terakhir (kemapanan & kewajaran)  adalah memang mengupayakan mapannya keberadaan dan menerimanya dengan wajarnya pemantasan  atas kelayakan realisasi pemberdayaan 3 yang awal (kesadaran , kearhatan, kecakapan) dalam dimensi manapun sebagai pribadi apapun siapapun kita sekarang atau kelak nantinya.   
Setiap dimensi samsarik memiliki faktor persyaratan karmik & kehandalan kosmik (untuk mengalami & mengatasinya) 
Problematika Eksistensial : 
Sketsa Paradigma -  Parama Dhamma :  
Ethika pacceka (di segala level/label

atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini 

 

Wilayah

1

2

3

Transendental

Nibbana ‘sentra’ ?

Belum diketahui ? 7

Tidak diketahui ? 8

Tanpa diketahui ? 9

 

Nibbana ‘sigma’?

Belum mengakui ? 4

Tidak mengakui ? 5

Tanpa mengakui ? 6

 

Nibbana ‘zenka’ ?

Arahata 1

Pacceka 2

Sambuddha 3

Universal

Brahma Murni  (Suddhavasa)

Anagami 7 (aviha Atappa)

Anagami 8 (Sudassa Sudassi)

Anagami  9(Akanittha)

 

Brahma Stabil (Uppekkha )

jhana 4 (Vehapphala)

Asaññasatta 5 (rupa > nama)

Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )

 

Brahma mobile (nama & rupa)

Jhana 1 (Maha Brahma)

Jhana 2 (Abhassara)

Jhana 3 (Subhakinha)

Eksistensial

Trimurti LokaDewa

Vishnu 7 (Tusita)

Brahma 8 (Nimmãnarati)

Shiva 9 (Mara?  Paranimmita vasavatti)

 

Astral Surgawi

Yakha  (Cãtummahãrãjika) 4

Saka  (Tãvatimsa) 5

Yama (Yãma)6 

 

Materi Eteris

Dunia fisik(mediocre’ manussa  &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) 
+ flora & abiotik ? / 1
Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)
2
Eteris Astral apaya Asura  (petta & /eks?/  Deva ) 
3
tampaknya pada kolom universal Uppekha Brahma yang relatif stabil (maksudnya tidak mobile / fragile tidak begitu labil sehingga lolos sementara tidak terkena dari siklus rupa pralaya samsarik dimensi 'materi' : dunia 1 + apaya 4 & juga surga deva kamavacara 6  & Rupa Brahma 3 dibawahnya sebagai rupa lokantarika di antara Brahmanda & lokuttara nantinya sebelum siklus berikutnya) perlu digeser posisi antara anenja 5 & asannasata 6 ... bukan hanya dikarenakan life span (masa hidup) namun juga dari ketangguhan samadhi mereka dalam labirin kosmik paralel penembusan saddhamma. Asaññasatta tersekap (terjatuh) dalam rupa sedangkan anenja 'hanya' terjebak (terlelap) dalam nama. Direvisi resumenya?. Atau bisa juga Brahma Vehappala 4 digeser ke tengah jadi nomor 5 karena keseimbangannya sebagai nama atas rupa (BUKAN KESOMBONGAN, KESERAKAHAN & KEBENCIAN, LHO) dibandingkan  Asaññasatta 4 yang menolak nama batin bahkan malahan menjadi melekat pada rupa materi bahkan mungkin juga justru nomor 6 mengungguli anenja yang terlelap dalam nama dan acuh dengan rupa pada level anariya (?) walau memang memiliki masa hidup (life span) yang lebih lama dibandingkan para Brahma lainnya (bahkan termasuk Ariya anagami suddhavasa di  level atasnya) berdasarkan kalkulasi matematis Gnosis Buddhisme. Direvisi lagi resumenya ?
apaya asura ? hehehe, tampaknya itu rahasia kosmik, guys. Vishnu mungkin tidak suka namun tampaknya tidak bagi Shiva yang arif, Brahma dan Saka memang ahli & baik namun  naif  untuk hal ini. Dalam permainan samsarik ini keberadaan guardian "penyeimbang" bagi keberlangsungan kesemuan, kenaifan & keliaran hingga perlunya serial recycling daur ulang pralaya   perbaikan kerusakan paska kekacauan dimensi tampaknya memang perlu ada. Tanpa maksud  mencela & membela, dalam diri setiap kita para zenka  pengembara keabadian tampaknya memang masih  ada 'drive' ariya dan asura di dalamnya. Dalam dimensi kamavacara tampaknya asura, yama & mara  memang guardian utama untuk permainan samsarik di level bawah, tengah & atas. Ini sebetulnya bahasan paling menarik namun sayangnya akan sangat sensitif  tampaknya  (sungkan, ah) referensi acuan?  intinya tetaplah autentik & holistik (tidak identifikatif apalagi manipulatif)  3b) semoga tanggap demi empati, harmoni, sinergi. kebersamaan semua. 

Kewajaran Membumi dalam kesadaran Saddhamma :
I say that madness is the first step towards unselfishness. 
Be mad, Meesha. Be mad and tell us what is behind the veil of ”sanity,” 
The purpose of life is to bring us closer to those secrets, and madness is the only means. 
Be mad, and remain a mad brother to your mad brother. 
"Aku berkata bahwa kegilaan adalah langkah pertama menuju sikap tidak mementingkan diri sendiri.
Jadilah gila, Misha. Jadi gilalah kau dan katakan padaku apa yang ada di balik selubung "kesehatan jiwa".
Tujuan hidup ini ialah membawa kita lebih dekat kepada segala rahasia itu,dan kegilaan itu adalah satu-satunya jalan.
 Jadilah gila, dan tetaplah menjadi seorang saudara yang gila bagi saudaramu yang gila
penggalan sepucuk surat dari Pujangga Libanon Khalil Gibran kepada sahabatnya, Mikhail Naimy.
Ulasan  :(sadar terjaga namun wajar bersama )  (ini adalah sadarnya "kegilaan" esoteris untuk mengatasi "wajarnya" kegilaan eksoteris kita selama ini)

Link video 
Well, ini akan jadi menarik juga untuk kembali membumi sebagaimana sebelumnya menghadapi kompleksitas kenyataan hidup bersama lainnya dalam wisdom kewajaran eksternal dengan gnosis kesadaran internal tersebut. Setelah mendaki bersama Buddha ini saatnya bagaimana menari bersama Shiva. 
No, terma 'falling to the bottomless pit' ( menjatuhkan diri ke lubang/jurang tak berdasar ... guyonan Sadhguru) ini jangan payah diterima wantah , kita akan menuruni lembah kewajaran dengan kesadaran .. itu maksud beliau tampaknya. (kepekaan daya tanggap intuitif tidak sekedar keahlian daya tangkap intelektual). 

 

Kewajaran Pembumian 
(deduktif  pengetahuan)
dengan kecakapan spiritual ?
SHIVA
Vitalitas interaktif menari dengan kehidupan nyata
Kesadaran Nekhama  
(induktif  penempuhan) 
demi kearhatan spiritual? 
BUDDHA 
Integritas autentik menuju peniscayaan kesejatian murni

 

https://www.youtube.com/watch?v=jHRjJygTkPA&list=PLZZa2J4-qv-ZvsV83eVEiRBtw2dLvbu91&index=2&t=5m&35s

https://www.youtube.com/watch?v=MiGKxvXhI8Q&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=32&t=32m57s 

 

kearifan internal untuk kebaikan eksternal  (Walau memang) anda tidak bisa melakukan apa yang anda inginkan apapun (dengan seenaknya) tetapi anda bisa hidup (tetap bahagia) seperti yang anda inginkan – /3m12s/  aksi haruslah sesuai dengan yang dituntut situasi  /4m41s/ berlatih hidup dalam satsang untuk hadapi kenyataan hidup /5m21s/

Memahami aksi yang diperlukan Semua yang anda lakukan adalah aksi tindakan /5m35s/ Apakah anda melakukannya dengan sadar consciously (aksi tindakan berkesadaran ) atau melakukannya secara kompulsif (secara bodoh seakan jebakan nyata ) adalah pilihan / 5m41s/ Lakukanlah aksi dengan sadar maka hidup akan indah /6m10s/ Hidup bukan jebakan pintu keluarnya selalu ada  terbuka lebar  tidak untuk dihindari  /6m17s/ Apapun yang anda fikirkan, rasakan & lakukan adalah aksi anda /7m11s/  

Menentukan aksi sesuai cara hidup Jika anda menetapkan cara diri anda, maka apapun yang anda lakukan hanya tergantung dari situasinya. Tergantung dari situasi apa yang ada, sesuai dengan itu kita bereaksi     /8m3s/ Aksi sesuai dengan situasi tuntutan dan tawaran (namun) cara hidup (tetaplah) milik anda  /8m30s/ Jika anda telah memutuskan cara hidup , hiduplah secara itu , lakukan aksi sebagaimana diperlukan /8m39s/

Pengetahuan & Penempuhan Dhamma Pengetahuan Dhamma tidak lah identik /jaminan pasti akan praktek penempuhan nyata pribadi/prilaku seseorang   /19s / Kesulitan belajar Buddha Dhamma karena pembandingan dengan system lain & proses pencapaian nyata  / 11m/ Pembelajaran Dhamma bertahap tidak sekaligus & sesuai kemampuan penerima  /14m11s/ Kebajikan memberi (x meminta)  karena cinta kasih persahabatan kehidupan  universal  & respek penghormatan /16m13s/ Memberi bukan pilihan tetapi keniscayaan dalam kehidupan /19m9s/bahkan kewajiban moral Dhamma  untuk berbagi /21m49s/Pengendalian diri untuk tidak berprilaku buruk mengacau /22m49s/  Kebaikan walau memang berdampak baik juga namun tanpa perlu kepamrihan harapan /25m31s/apalagi bebas dari kemalangan ? Tetapi /26m45s /.. jarang dengar dhamma /30m57s/

 Melengkapi inner strength kesadaran  Menjalani Dhamma saja tidak cukup harus ada pengetahuan kebijaksanan  /32m57s/ agar tidak sombong /36m9s/ benci kesal /37m/ /41m51s /melengkapi  inner strengrth kekuatan mental di dalam untuk hindari jebakan kesombongan, kebencian /44m57s/ kesadaran mendeteksi fikiran buruk yang muncul 

Keterlatihan sikap nekhama (melepas)  /45m27s/ dengan kesadaran juga berlatih nekhama melepaskan  (tdk harus sebagai bhikkhu) /45m56s/ melepaskan dalam memberi dengan kesadaran tanpa perangkap harapan untuk mendapatkan yang lebih banyak ( bukan hakekat  memberi 46m24s) /48m35s/ menjaga  sila supaya kotoran batin internal berkurang  /49m40s/ latihan  melepaskan keinginan /51 m/ tanpa kemampuan sikap melepaskan kita akan menderita  karena hal tsb adalah kenyataan alamiah /52m2s/ nekhama sebagai latihan yang tidak bisa dipilih … keniscayaan yang harus dilatih. Keniscayaan melepaskan adalah keniscayaan tetapi sikap untuk melepaskan harus dilatih. Untuk tidak menderita hingga akhir hidup. /52m39s/ kebajikan melepaskan membuat orang bahagia karena tidak bertentangan dengan hukum universal ini

Kearifan Shiva Buddha ? intinya sama dengan kesadaran dalam kewajaran (cara pasti tetapi aksi luwes) integritas di kedalaman namun vitalitas di permukaan .walau tetap tampak dalam kewajaran di permukaan namun senantiasa menjaga kesadaran di kedalaman untuk. memberdaya kecakapan, kemapanan & kearhatan (dimanapun ,kapanpun dan sebagai apapun peran keberadaannya)... progressive in progressing. Jika saja proses pemberdayaan ini memang berjalan sehat dan tepat tampaknya kemurnian & kesejatian akan berpotensi segera terealisasi nyata.
Wei Wu Wei = Just consciously action x being compulsive actor

EPILOG

Demikianlah, orientasi kesadaran tetap dilakukan untuk bukan hanya mentransendensi level keariyaan (tisikha pembebasan, pencapaian minimal pengamanan samsarik berikutnya) namun juga mensiagakan & berjaga dengan pemberdayaan talenta kecakapan (skill sekarang & bakat mendatang) yang berdampak pada pemantapan kemapanan kehidupan/ penghidupan eksistensial (dalam kemandirian & untuk kebersamaan) dalam kewajaran pembumian sebagaimana lainnya (namun tetap menjaga keselarasan dengan Saddhamma .. tentu saja). Sesungguhnya etika kosmik ini seharusnyalah bersifat universal bisa dijalankan oleh setiap pribadi di segala dimensi dengan segala keterbatasan & pembatasannya masing-masing (walau hasilnya memang tidak seeffektif jika berada di wilayah yang relatif lebih kondusif).
jadi ...ini adalah  transformasi  mengarahkan diri  dengan kesadaran Saddhama dalam  kebenaran, kebajikan dan kebijakan ... sama sekali bukan revolusi (mungkin tepatnya : repolusi = pencemaran kembali?) dengan kebodohan, kesalahan dan keburukan. Sudah saatnya spesies manusia tumbuh berkembang dewasa tidak selamanya menjadi kanak-kanak dengan usia keberadaannya yang telah lama menghuni, membebani & menyusahkan planet bumi yang sudah semakin tua ini dengan berpandangan semu , berpribadi naif dan berprilaku liar. 
Be selfless as it really be  (to be one in One not one of  the ONE ?) .. Sungguh ini bukan hanya masalah 'selfish' evolusi pribadi eksistensial semata namun juga berkaitan dengan dampak harmoni dimensi universal  bagi keseluruhan bahkan hingga effek transendental. Tak perlu lagi recycling daur ulang serial pralaya (dunia - surga - rupa brahma) bagi samsara ini berlangsung berulang-ulang yang bukan karena rejuvenasi perbaikan kerusakan alamiah materi penampungnya  namun karena batiniah zenka penghuninya. .


KUTIPAN : 
Tersenyum dengan kesucian  Buddha dan atau Menari dalam kearifan Shiva 
Aneh juga, setiap kali kami ingin meninggalkan unit ini (agar segera dapat melanjutkan ke unit selanjutnya demi men-segerakan ketuntasan posting .... jujur saja, capek juga, bro/sis ) senantiasa berbalik ke sini lagi. Well, tampaknya memang masih ada yang perlu digenapi untuk keberimbangannya. Tampaknya kami perlu juga mengutarakan dimensi yang relatif lebih kompleks lagi ketimbang Buddhisme yang walau intelectually relatif  tidak mudah difahami & dijalani dalam pengetahuan, penempuhan & penembusannya namun intuitively relatif lebih jelas arah laju desain perkembangannya demi sukacita melampaui samsara untuk mencapai lokuttara sebagai suatu evolusi pribadi bagi kesadaran para True Seeker. .... relatif logis scientifik untuk milestone penempuhannya. Tampaknya kami perlu melengkapinya juga (walau dengan keterbatasan akan kebijaksanaan yang ada) agar tetap mampu juga menerima dengan sukarela kearifan menerima samsara yang juga dapat menjatuhkan dalam lokantarika sebagai harmoni dimensi bagi para Truth Seeker.
Pesan Kesucian Buddha : Demi Evolusi Pribadi ... jauhi kejahatan namun dengan tanpa membencinyaJalani kebajikan namun dengan tanpa melekatinya dan Sucikan fikiran namun dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya .
Pesan Kearifan Shiva : Bagi Harmoni Dimensi...dengan tanpa membencinya Jauhi kejahatan, dengan tanpa melekatinya jalani kebajikan dan dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya  sucikan fikiran. 
 Tampak hanya seperti rhetorika filosofis yang sama vocabulary-nya hanya beda stressing-nya saja ? 
hiking of holy mountain or falling of bottomless pit ?
(mendaki gunung menuju kesucian  Buddha atau menjatuhkan diri dalam kearifan lubang tak berdasar  Shiva?) 
Just joke, 
jika saja semuanya memang harus kembali ke nibbana apa artinya permainan alami akan keterlelapan samsara bagi mandala ini ?  
jika saja semuanya hanya perlu mengembara di samsara apa artinya kerinduan azali akan keterjagaan nibbana bagi mandala ini ? 
Semoga guyonan ini tidak dianggap memanjakan kenaifan /keliaran kita untuk memperdayakan amanah kebebasan spiritual yang diberikan apalagi untuk mementahkan samvega ketergugahan/kemendesakan spiritualitas bagi semuanya karena tanpa kepastian transformasi kebenaran, kebajikan dan kebijakan yang sejati bukan hanya evolusi pribadi namun juga harmoni dimensi hampir tidak akan mungkin terjadi .... walaupun memang tiada guna menyesali kegagalan yang terjadi agar tetap  perwira bertanggung jawab, senantiasa bijaksana memperbaiki dan semakin berdaya menyempurnakan evolusi diri dengan menjaga juga harmoni dimensi.
Well,... jika tidak berkenan .... sebaiknya anda tak perlu meneruskan membaca ini ...
Sadhguru Yasudev : 
Welcome to Mahashivaratri 2020 
Selamat datang ke Mahashivaratri 2020
Living death is not a morbid idea 
Kematian dalam kehidupan bukanlah gagasan mengerikan 
It is a reality
Ini adalah kenyataan.
We are all living death.
Kita semua adalah kematian yang hidup.
We can say we are living or we can say we are dying and it’s not different.
Kita dapat mengatakan kita sedang hidup atau kita dapat mengatakan kita sedang mati (dan) itu bukanlah hal yang berbeda.
They’re just two different words for the same process.
Mereka hanyalah dua kata yang berbeda untuk proses yang sama
Death is not an event that happens once.
Kematian bukanlah suatu peristiwa yang terjadi satu kali.
Death is happening. It’s a process.
Kematian adalah kejadian. Dia adalah suatu proses.
One day it will be complete.
Suatu hari ini akan terlengkapi.
the most beautiful thing about life is
nobody fails, 
everybody shall pass .
(hal paling indah tentang kehidupan adalah 
tak seorangpun gagal, 
/namun demikian/ setiap orang hendaklah melaluinya /bertahan & berjuang hingga berhasil .?/ )
sumbernya : ? screenshot Magical Moments at Mahashivratri 2020 @ Isha Yoga Center
ts = speech 18s sd 1m5s

Well, penerimaan keterbatasan diri ini tidak dimaksudkan sebagai logical/illogical fallacy cari aman untuk rasionalisasi peninggian ide & irasionalisasi pembenaran ego bagi dalih kemalasan / pengalihan namun ini memang cara aman untuk menjaga kewaspadaan dari keterpedayaan. Membangun keseimbangan & keberimbangan dengan kebijaksanaan bukan hanya untuk tetap realistis dalam membumi namun juga  untuk tetap merealisasi transformasi diri. 
Mencapai Nibbana Lokuttara dalam kesucian Ariya atau menjadi Sakshin bagi siklus samasarik lokantarika ?
Just Note :
Etimologi self term Swadika ? svatantra mahardika ~ kemandirian ? Zenka = Zen + ka ~ jiwa abadi ? etc.
Truth Owning or Truth Seeking ?
Leissing  ? apologetika - verkuyl : agnostisme Dubois ; ignoramus et  ignorabimus vs Verbum Dei manet in aeternum / anna 'inda zhoni abdii ? 
keberuntungan "Markandeya?" - Hinduism Zaechner : saksi siklus peleburan/pelahiran kosmik semesta (< mandala ? inferensi-kan)
idea idak dibahas bisa keluar / kacau jalur (tidak koheren )

tanpa menafikan peran kebersamaan universal manusiawi kita sebagai faber mundi (pemberdaya peradaban) di bumi, pada dasarnya kita hanyalah viator mundi (pengembara yang singgah bukan penghuni tetap) dalam kehidupan duniawi kita saat ini dengan casing peran persona dagelan nama-rupa samsarik untuk keberlanjutan kehidupan berikutnya lagi. Jagalah keberkahan di bumi dan bawalah keberkahan untuk saat nanti. Sebagaimana tuning frekuensi gelombang arus kesadaran, tanpa menafikan akumulasi karmik sebelumnya konsistensi sikap, tindakan dan capaian diri saat ini akan berdampak pada konsekuensi yang akan diterima nanti demikian seterusnya. 
Jika anda inginkan surga di sana layakkan juga surga di sini dengan kearifan menjaga kebersamaan dan kebaikan untuk sesama dengan memastikan keberdayaan tindakan nyata bukan sekedar idea anggapan dan keyakinan belaka. Walau secara labeling pandangan mungkin saja masih nanti (paska pralaya dunia?) namun dalam leveling kenyataan bisa jadi seketika (tanpa alam antara?).
Jika anda dambakan kemanunggalan Ilahiah (transendensi moksa individualitas universal nama batiniah ke wilayah rohani tinggi hingga Anenja Brahma tidak sebatas dematerialisasi murca rupa zahiriah ke dimensi eteris peta, asura Bhumadeva atau astral Kamadeva 6 ?) layakkan diri sebagai media Brahma Vihara (sebagai media ilahi … tidak sekedar lihai bertransaksi mendapat untuk tersekap atau ikhlash memberi untuk menerima kembali namun murni mengasihi sebagaimana harusnya harmoni kasih universal yang berlaku disadari dan ketulusan untuk berbagi secara wajar memang perlu dijalani) sehingga kualifikasi adhikari tihetuka yang dewasa terjaga dan (dikarenakan senantiasa ada korelasi kosmik antara kesadaran, kecakapan dan kelayakan yang tumbuh berkembang secara simultan/progressif) kewasesaan batiniah juga akan berkembang (orientasi , refleksi + distansi & meditasi) dari akar penempuhan hingga puncak penembusannya (asalkan tetap terjaga dari godaan kemegahan yang menyekap sensasi kemauan, cobaan kemampuan yang menjebak fantasi keakuan dan labirin parallel yang memandekan, membingungkan atau bahkan menjatuhkan).  
Jika anda harapkan nibbana nanti layakkan juga nibbana saat ini dengan keterjagaan memandang tilakhana kesemestaan dengan kewaspadaan tanpa keterlelapan  dan keberdayaan simultan progressif menyelaraskan diri dengan kewajaran pemurnian adhi sila (moralitas berprilaku zahiriah dan integritas berpribadi batiniah), memberdayakan diri dengan kemantapan adhi citta bhavana dan semakin men-terjagakan diri dengan kematangan penembusan adhi panna sehingga memadailah kualitas Ariya Puggala ... bukan hanya terlayakkan 'sertifikat kosmik' atas pencapaian magga phala nibbana (irreversible?) namun juga 'kualitas kosmik' yang memang dipandang layak oleh Advaita Dhamma Niyama untuk tidak lagi perlu (karena sudah terlalu mampu) 'ndagel' bermimpi di permainan samsara ini.

Intinya, tak perlu ada pembandingan apalagi kesombongan, kemelekatan apalagi keserakahan dan kekesalan apalagi permusuhan dalam permainan keabadian ini. Bahkan dengan pemahaman kebijaksanaan, kecakapan keberdayaan dan kesediaan kebahagiaan tersebut berikanlah respek kepada segala media eksistensial yang memerankan aneka lakon yang diperlukan, kaidah universal yang menentukan manual dampak skenario yang menjadi acuan aturan bermainnya & esensi transendental yang menyaksikan pagelaran agung keabadian ini. Desain mandala ini sudah 'sempurna' tertata .... so, terimalah segalanya apa adanya agar kita dapat mengasihi sebagaimana harusnya sehingga kita mampu melampauinya dengan bijaksana. Tanamlah apa yang ingin anda tuai nantinya, layakkan apa yang akan anda capai nantinya dan niscayakan apa yang keniscayaan seharusnya terjadi nantinya. Kita (tak perduli siapapun kita inginkan untuk diidentifikasikan oleh diri /lainnya, etc ) sesungguhnya tidak akan dapat (sehingga tidak perlu) memanipulasi label semulia apapun itu tampaknya apalagi jika hanya sekedar untuk mengeksploitasi. Kita hanya perlu merealisasikan level apa yang seharusnya terniscayakan dalam kesedemikianan yang ada dengan apa adanya baik secara eksistensial, universal apalagi transendental.  Thus, be realistics to realize the real.

Well, harusnya sudah cukup selesai logika akal mengikuti kata hati .... Repot juga menuntaskan frame work posting ini jika arus batin selalu spontan menyusahkan diri (agar posting tetap logically terstruktur sesuai triade paradigma semula). Apa kerangka berfikir harus disesuaikan lagi ? Mbuh ... lah, hehehe.  

Sial, masih stuck (macet) juga.  Tampaknya memang masih ada yang kurang …. Walau mungkin inferensi tersebut bisa jadi adalah informasi baru dari sebagian besar anda namun tampaknya tetap masih bisa difahami idea kebenaran dan alur arah kelanjutannya bagi para seeker berdasarkan referensi autentik dan kajian holistic dari posting blog kami selama ini.  Apa mungkin akhir posting quo vadis (akan kemana kita ) ini ?
Kehidupan adalah episode Drama kosmik keabadian yang perlu kebijaksanaan agar senantiasa sadar terjaga dengan segala kemungkinan yang ada, mengembangkan keberdayaan kecakapan dan meningkatkan kebijaksanaan untuk setiap situasi dan kondisi yang terjadi ....segala kebajikan murni dijalani dan kelayakan wajar diterima sebagaimana adanya ….
Setiap keakuan/kesombongan akan menjatuhkan, ketagihan/ ketamakan akan menjerat dan kekesalan/ kezaliman akan menghancurkan (walau mungkin bisa berakibat pada lainnya namun pastilah mengenai dirinya sendiri saat itu dan dampak karmik selanjutnya ) demikian pula sebaliknya.
Menerima, mengasihi dan melampaui segalanya tanpa perlu lobha dan dosa (karena memang tiada yang perlu terlalu dilekati apalagi harus dibenci dalam 'dagelan' internal universal ini), tanpa perlu kesombongan dan kedengkian (karena walau berbeda dalam labeling /leveling keberadaannya segalanya berpadu setara bersama untuk melengkapi keragaman posisi pada mandala keabadian living kosmik yang sama), tanpa perlu avijja pembodohan diri dan asava pembodohan lainnya (karena akan senantiasa ada dampak impersonal transenden dari segala kecerobohan individual /pelanggaran universal yang personal imanen ) dalam kelanjutan permainan keabadian ini....bahkan jikapun akhirnya nanti ada kemungkinan mahapralaya total (seluruh mandala ini sirna karena sunyata keterjagaan atau bahkan niskala kebinasaan sentra yang meliputi segalanya).

Well, mahapralaya total sigma (tidah hanya zenka bahkan sentra?) mandala ini … tampaknya memang ini yang belum diulas selama ini (sengaja ditutupi ? NO, sejujurnya kita semua memang tidak tahu setidaknya masih ragu). Ini memang sering kita hindari bukan saja karena tidak sepadan dengan urgensi prioritas keutamaan pragmatisme keberdayaaan penempuhan namun juga mungkin hanyalah memboroskan waktu & energy kehidupan kita dalam spekulasi rimba pendapat.  Namun, tampaknya kami sudah  membawa anda terlalu jauh tenggelam hingga bukan hanya ke kedalaman bahkan hingga ke dasar kemungkinan yang mungkin ‘baru’ bahkan mungkin terdengar paling ‘gila’ selama ini. Adalah tanggung jawab kami juga untuk posting terakhir ini (?) mengembalikan kita semua ke permukaan kehidupan nyata dan kembali dalam kewajaran (walau mungkin dengan perspektif paradigma kesadaran yang lebih baru & maju). Dan untuk itu kami terpaksa perlu juga mengungkapkan pandangan inferensi filosofis yang mungkin terdengar paling ‘gila’ tentang hipotesis realitas keabadian di 3 (tiga) fase untuk itu (Mandala Tiada Samsara, Mandala dengan Samsara,& Mandala Tanpa Samsara). Ini tidak ditujukan untuk sekedar pemuasan akal mengetahui  kebenaran namun terutama penguatan diri untuk menjalani kebenaran itu dengan tanpa syarat apapun …. Apapun yang terjadi, mencintai kebenaran adalah kemutlakan (bukan pilihan …  karena jikapun tiada keselarasan dalam menyesuaikannya sebagaimana harusnya maka dengan keterpaksaan  toh kita akan tetap menerima keniscayaan akan dampak karmic & effek kosmik nya). Tidak perduli apakah nanti akan  ada kemanunggalan dalam pencerahan ataupun kemusnahan untuk keseluruhan, tetaplah konsisten dalam transformasi spiritualitas yang harmonis autentik & sinergis atas kesemestaan baik eksistensial (diri pribadi), universal (alam kehidupan bersama) dan transcendental (sentra keberadaan segalanya).

Ini sama sekali tidak dimaksud untuk menggenapi mitos ( semisal agama Shiva Buddha - Sabdo Palon? di atas). Bagi kami bukan hanya kebodohan internal namun bahkan pembodohan eksternal untuk membuatkan belenggu baru bagi semua. Namun jika kemudian ada yang ingin meng-klaim, menggunakan atau memanfaatkannya biarlah itu menjadi beban tanggung jawab karmic atas effek kosmik yang dilakukannya (kesesatan & penyesatan > kecerahan & pencerahan ?). Well, bagi kami biarlah Realitas Kenyataan itu tetap utuh dalam kesempurnaannya ... tidak usah memecahkannya dalam aneka kepingan pandangan walau kita faham/ sadar dalam memilah memang ada Kebenaran yang memurnikan dan ada juga Kepalsuan yang menjatuhkan namun kebijaksanaan atas keberimbangan perlu dijaga untuk tidak menjerumuskan diri ke dalam mana kesombongan pembandingan untuk ekstrem konseptual tertentu bahkan walau itu sesungguhnya memang untuk mementingkan kebenaran tidak sekedar untuk membenarkan kepentingan. (Dalam sutta nipata Buddha bahkan lebih halus & santun menyatakan bahwa sesungguhnya tidak (perlu) ada (klaim konsep) kebenaran tunggal .... yang ada hanyalah fakta permasalahan dan cara mengamati, mengalami & mengatasinya saja.... Dukkha vs JMB 8.) Link there is no truth Bhante Punnaji.  

Lagipula sebenar apapun idea pandangan belumlah berarti jika saja tanpa penempuhan autentik,hingga memang terbukti dalam realisasi penembusan & pencerahan selanjutnya. Konsep ini justru malah akan menyekap/ menjebak semuanya jika hanya menjadi fanatisme kepercayaan belaka apalagi jika diikuti dengan radikalisme pemaksaan ... payah & parah. Dhamma harus dilayakkan dengan pemberdayaan. Itulah sebabnya Buddha walaupun authentically sudah menempuh, menembus dan memahaminya sendiri tetap menegaskan prinsip ehipasiko pembuktian sendiri ketimbang hanyalah peyakinan fanatisme percaya membuta bukan hanya karena secara pragmatisme begitu dangkal (hanya sebatas intelektual bahkan emosional ?) & kurang berguna bagi progress kualitas spiritual authentic savakaNya namun karena memang cukup berat dan tidak mudah merealisasi pencerahan yang mutlak harus ditempuh dengan perwira secara mandiri tidak membebani / menggantungkan pengharapan dari lainnya saja ... kualitas sejati Ariya. So,Beliau telah bersikap bijak membabarkan paradigma saddhamma pemberdayaan yang tidak hanya berguna dalam membantu dan memandu namun juga tidak membelenggu & menipu diriNya dan juga SavakaNya. 

By the way, bagaimana jika faham tsb ternyata bukan keberdayaan & pencerahan namun keterpedayaan & penyesatan? besar tanggungan karmik yang layak diterima ke semuanya. So, jangan naif/liar untuk bodoh (picik, licik dan kasar) dengan melakukan kebodohan internal apalagi pembodohan eksternal sebenar apapun anggapan anda ... apalagi jika kemudian ternyata itu adalah ketersesatan dan lebih parah lagi jika memang hanya penyesatan untuk kebanggaan pengakuan dan kepentingan kekuasaan saja. Well, selain beban karmik sendiri tambahkan juga perkalian follower / subscriber dengan jangka waktu pakai hingga kedaluarsa untuk bonus beban karmiknya, bro/sis. (kalkulasi matematis amal/dosa jariyah berjamaah versi kami ?). So, jangan korbankan diri anda dan juga (apalagi) lainnya dengan kekonyolan yang tidak perlu & tak bermutu dalam derita penyesalan yang memang mutlak perwira perlu ditanggung tidak hanya seumur masa kehidupan namun bisa jadi akan sepanjang kalpa keabadian. Walau memang senantiasa ada celah pencerahan/penyesatan di setiap dimensi alam kehidupan samsarik untuk perbaikan/ penjatuhan evolutif , namun sebagaimana Buddha katakan diperlukan ekstra kebijaksanaan (alobha/adosa/amoha), ketangguhan (sila/samadhi/panna) dan 'keberuntungan'  (berakhirnya kammasaka buruk & berbuahnya kammasaka baik, positifnya kammavipaka baru atas pacaya pemicu eksternal : misalnya sikap batin simpatik mudita bagi petta paradattupajivika atas limpahan kebaikan patidana untuknya dsb) bagi yang sudah menjadikan alam apaya seakan rumah tinggal baginya (pengumbaran kecenderungan MLD moha- lobha- dosa yang kuat di tempat yang 'tepat' ?)   

Walaupun mungkin memang ada, diadakan atau diada-adakan bagi kebenaran untuk personally bebas memilih jalan yang sesuai dan 'pembenaran' kepentingan untuk memaksakan keinginan externally (?) , mungkin sebaiknya (walau plus minus dampak memang tetap ada untuk diterima atas segala konsekuensi pilihan) tetaplah sebagaimana kita semula (?) karena disamping kita memang tetap harus menjalani tanggung jawab atas kamavipaka di saat ini adalah bijak juga menghindari disharmoni eksistensial yang tidak perlu … apakah kita muslim, Kristen, hindu, Buddha, dsb termasuk yang  menyadari dirinya agnostic ataupun maaf ….bahkan atheist sekalipun akan keilahian personal yang umumnya(?) dianut /yang ini .. disini secara politis/ ideologis (?)  masih repot atau memang direpotkan, bro/sis ? /.  Well, sebenarnya selama kita masih sadar untuk bisa menjaga dan membawa diri dalam etika kebersamaan & kesemestaan untuk saling empati,, harmoni dan sinergi seharusnya tidak menjadi masalah apalagi dipermasalahkan (?). Ada keberagaman dalam keindahan pelangi dimana masing-masing warnanya walau mungkin boleh naif untuk tidak harus menyetujui satu sama lain akan keseragaman dengannya namun tetaplah harus arif untuk senantiasa saling menghargai perbedaan keberadaannya masing-masing. Ini bukan sekedar Kearifan Buddha atau Shiva yang memandang aneka keragaman delusi pelangi berkonsep para bhava samsarik sehingga adalah tidak bijak untuk mencabut seseorang dari akar habitatnya semula walaupun/apalagi dengan cara yang sesungguhnya sangat kontra-produktif  (pembenaran standar ganda pseudo dhamma atau bahkan pemaksaan addhama : pembenaran arogansi identifikatif & eksploitasi, manipulative/ intimidatif/ agressif  dst). Well, untuk kesekian kalinya (kami tekankan) Spiritualitas yang dewasa adalah just leveling not for labeling ….memastikan  keberdayaan tidak sekedar meyakinkan kepercayaan, melayakkan pencapaian dengan penempuhan & penembusan tidak sekedar melagakkan pencitraan dengan penganggapan & pengakuan, mengandalkan tanggung jawab meniscayakan kesejatian tidak sekedar bermanja mengharapkan 'keajaiban' belaka, dsb.  

Selain sesumgguhnya memang tanpa perlu lobha  kemelekatan & dosa kebencian pada apapun/ siapapun juga .. yang perlu dihindari lagi adalah adalah moha kebodohan beraku pembandingan diri mana kesombongan atas kesetaraan segalanya.

dari posting Dhamma Seeker GHOSTWINDOWS 7
Cobalah untuk tidak merendahkan sesuatu demi meninggikan lainnya (ide atau bahkan ego diri) Untuk beranjak dari eksistensial menjadi transcendental kita harus bersikap universal. (Universalisasi diri sesungguhnya kunci gerbang pertama dan utama spiritualitas transenden)  

Fahamilah trick rasionalisasi pembenaran / irrasionalitas perendahan yang walau terkadang diakui sebagai kecakapan yang mengagumkan dan menguntungkan bagi sebagian besar kita dalam komunitas kebersamaan namun sesungguhnya dalam pandangan Saddhamma – Dhamma Sejati itu adalah upaya pembodohan yang sangat parah bahkan kebodohan yang amat payah … ingatlah tidak hanya ucapan yang diungkapkan dan tindakan yang dilakukan bahkan konten perasaan dan fikiran kita akan berdampak juga pada keberlanjutan diri kita nantinya apalagi jika harus ditambahi dengan beban tambahan karena penderitaan dan penyesatan atas lainnya… keburukan dan kebaikan walau tidak selalu instan ataupun identik potentially akan berbalik juga ke sumbernya siapapun kita (orang biasa atau tokoh terkemuka , tidak hanya manusia namun juga semuanya termasuk brahma, mara, dewata, asura apapun identifikasi yang kita anggapkan bagi diri sendiri atau pengakuan yang kita harapkan dari lainnya). Dalam posting Sita Hasitupada … apakah anda mengira Buddha Gautama tersenyum karena dia bangga akan telah tercapainya kebebasan pencerahannya dan memandang rendah mereka yang masih belum terjaga bahkan lelap bermimpi dalam keterbatasan panna kebijaksanaannya? Kami memandangnya tidak demikian… Dia tidak mungkin transendental mencapai nibbana jika masih ada naifnya keakuan untuk berbangga menyombongkan diri atas lainnya apalagi karena merasa bahagia atas derita makhluk lain yang belum terjaga (malah level eksistensial tidak universal?). Itu adalah senyum murni kearifan sakshin (istilah mistik “penyaksi”?) atas kesedemikianan Realitas Dhamma atas  fenomena dhamma yang internal/eksternal – individual/universal – eksistensial/transcendental. Dalam Prajna Paramita Hrdaya Sutra (Mahayana ?) Buddha Avalokitesvara memandang segalanya walau memang beda namun setara tanpa perlu memperbandingkan dualitas pembeda (amala – avimala … suci – tidak suci). Desain advaita memang sedemikian adanya tanpa perlu mana kesombongan identifikasi semu pengakuan diri apalagi autorisasi untuk memanipulasi lainnya sehingga .universalisasi kasih eksistensialitas ‘diri’ para Ariya itu kiriya non karmik .. murni apa adanya sebagai aktualisasi kewajaran (karena memang keterjagaannya) tidak lagi sekedar pelayakan kesadaran (karena perlu keterarahannya) apalagi deficiency pencitraan (karena demi kepamrihannya),

Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya).

So, sebagaimana wadah yang kosong, resik dan terbuka yang memungkinkan terisi lebih penuh, murni dan terjaga bukan hanya perendahan keakuan untuk melayakkan peningkatan reseptivitas diri namun tampaknya perlu penghampaan keakuan untuk lebih melayakkan penyelaman/ pencerahan yang lebih dalam lagi.
Spiritualitas yang dewasa mutlak memerlukan kelayakan dengan pemastian kehandalan bukan sekedar pelagakan meyakinkan kecitraan belaka. Pencapaian keberdayaan untuk menghadapi segala kemungkinan tidak sekedar menggantungkan pengharapan kepercayaan yang bisa saja semu adanya... kemelekatan fanatis atas dogma justru akan bisa kontraproduktif sebagaimana pelekatan naif lainnya.

Fokuskan saja realisasi pada pelayakan Ariya .... Nibbana atau Samsara terserah Niyama Dhamma. Di wilayah manapun dalam peran apapun pada situasi dan kondisi apapun juga seorang Ariya tetap akan mampu bermain apik tidak hanya secara cerdas tetap swadika dalam keterarahan namun juga tetap dengan cantik tanpa mengacaukan segalanya. (Ibaratnya CR7 atau Lionel Messi yang walau sesungguhnya bisa mengatasi bermain bola di klas liga dunia namun jika hanya tampil di turnamen kampung .... pasti akan lebih menguasai tentunya). Pencerahan adalah utama ... pembebasan 'hanyalah' bonusnya saja. Obsesi internal sebagaimana ambisi eksternal adalah tanha yang tersamar sebagaimana juga avijja lainnya (Ashin Tejaniya : jangan remehkan asava defilement karena ketika peremehan dilakukan anda sesungguhnya terlecehkan sendiri karena dijatuhkan dengan kesombongan anda ... awas spiritual materialism Chogyam Trungpa).

rasanya agak melantur (nggak nyambung ) kutipannya ?. Oke langsung saja  
hipotesa teoritis  3 (tiga) fase (Mandala.  
Well, ini hipotesa teoritis dari 3 (tiga) fase (Mandala Tiada Samsara - Mandala dengan Samsara - Mandala Tanpa Samsara).  
1.Mandala Tiada Samsara, ( Fase hanya Dhyana > Dhamma ) 
Transenden = Transendental - Universal  - Eksistensial  (Esa - yang ada hanya Dia Sentra Yang Esa ) 
2. Mandala Dengan Samsara, (Fase  dalam Dhamma < Dhyana )
Transenden = Transendental , Universal  , Eksistensial  (Segalanya ada  karena Dia  Sentra Yang Esa) 
Tanazul Genesis = emanasi , kreasi , ekspansi ? 
2.1. Awal : Mandala Pra Samsara  
Transendental : keterjagaan esensi / zen ? Nibbana 
Universal  : keterlelapan energi / nama  Brahma : arupa & rupa , 
Eksistensial  : kebermimpian etheric / rupa Kamavacara : dunia - surga & apaya  
2.2.. Kini : Samsara Pra Pralaya  
Dunia :  sd pralaya  Svarga : sd pralaya (paska dunia ) - Apaya :  sd pralaya ( lokantarika ?) -  Brahma : sd pralaya ( abhasara etc  Nibbana : sd advaita ? 
2.3. Nanti : Samsara Paska Pralaya (versi Buddhism ? ) 
Lokantarika : residu rupa paska terkena pralaya : dunia - apaya - svarga - hingga rupa brahma Jhana 1 sd 3 
Brahmanda : restan nama tidak terkena pralaya : Sudhavasa + Anenja /& Rupa Brahma : Jhana 4 - 3 - 2 ( abhasara )  
Lokuttrara : bebas dari samsara & pralayanya : Asekha nibbana ( eksistensial ? + universal & transendental-nya)  
What's next ? 
- Siklus fase ke 2 Mandala Dalam Samsara berlanjut lagi (Kisah kasih nama rupa Brahmanda Lokantarika bersemi kembali sebagaimana biasanya ? ... kecuali lokuttara & suddhavasa harusnya plus vehapala yang masih mantap & anenja yang masih terlelap juga ..... 
Asaññasatta ?)  
- atau... kembali ke fase 1 (kemanunggalan azali karena pencerahan keseluruhan/& keterjagaan Dia Sentra Yang Esa) 
- atau haruskah ada fase 3 (kemusnahan total karena kekacauan keseluruhan & kebinasaan Dia  Sentra Yang Esa ) 
3. Mandala Tanpa Samsara  (Fase  tanpa Dhamma - tiada Dhyana )  
tiada  Eksistensial - Universal  -  Transendental    (Segalanya tiada  tanpa Dia Sentra Yang Esa )  
Adakah Sentra dengan sigma & zenka lain ? Maha Sentra Utama ? dst dsb dll 
idea tidak lagi dibahas bisa keluar jalur ? 
Spekulasi Rimba Pendapat tak perlu karena hanya memboroskan energi, perdebatan tak perlu  & sama sekali bukan upaya yang perlu untuk bersegera dalam penempuhan keberdayaan aktual   ? Samsara pribadi (eksistensial ) saja belum diketahui awalnya dan akhirnya (kejujuran nirvanik Buddha ), apalagi samsara semesta (universal) terlebih lagi transendental .
 

Kompleks juga masalah ini ... Maaf, Neyya Buddhist & Dalai Lama jika kami juga harus adil juga untuk jujur (entah benar atau salah) walau mungkin sebagaimana sistem lainnya tetap ada kekurang global/gestalt bagi semua (Emang swalayan supermarket ?).
(vs mitos 'agama' Budhi (Siwa Buddha) Sabdo Palon ?) 
Ini ruwet, bro/sis .... Lintas Agama/ Mistik/Dharma, etc untuk memadukan puzzle mozaik kinerja desain sistem mandala ke-Esa-an ini. Bagaimana dan darimana kami mulai, ya ?
Kami tidak suka bergantung kepercayaan atas mitos eksternal (satrio piningit, agama buddhi sabdo palon, etc) walau membenarkan mutlak diperlukan pemberdayaan internal akal sehat, hati nurani dan jiwa suci untuk mencari, menempuh dan menembus  kebenaran. Ini bukanlah sekedar hanya karena keinginan romantis tusita untuk 'berbahagia' bebas dari penderitaan (asekha untuk nibbana) ataupun  advaita peleburan brahma keilahian universal (akatam asankhatam) universal namun terutama kerinduan abadi realistis shiva akan kesejatian azali (ajatam abhutan). Lihat triade-nya paralel berimbang meningkat ke atas, ke bawahnya dst.
Maaf agak menyimpang tanpa niatan mencela/membela atau menyesatkan/mengacaukan , seandainya saja Samma SamBuddha berasal dari Mara / Shiva mungkin akan beda ketimbang dari Tusita/ Vishnu. Shiva & Vishnu sebagaimana Brahma adalah Mahadeva Triloka Kamavacara dalam versi Purana Hinduisme. Shiva Nataraja adalah pasuphati /pecinta kehidupan/ yang realistis mengasihi segalanya bukan hanya yang baik (dewata) namun juga menerima yang kurang baik? (asura). Agak berbeda dengan Vishnu Narayana yang lebih romantis lebih mencintai kebajikan saja dan cenderung tidak menyukai (walau berusaha menerima tetapi tidak membenci) keburukan. (swadika > nibbida ?) Kisah avatara Vishnu x Shivan versi Hindu. Keberimbangan Shiva diperlukan  mengungguli Brahma, Vishnu untuk menjangkau kasunyatan yang lebih sempurna.  ETC, ETC. ETC. dengan inferensi hipotetis terjadilah triade pergeseran paradigma : vishnu - brahma - shiva; abhasara - subakinha - vehapala, nibbana - asankhata - ajatan/abhutam. Kaidah paticca samupada ? panna phassa > tanha vedana.
Kalau ... okelah mengalah ... anggap saja yang dimitoskan itu ada. Agama Buddhi sesungguhnya bukanlah label agama namun sistem etika kosmik yang seharusnya mencakup dan melindungi keseluruhan dalam keberimbangan .... maaf bukan hanya agama lama Buddha atau Hindu (Well, sebagaimana agama yang sudah dewasa faham permainan impersonal samsarik tentunya tidak berkeberatan ... just levelling not labelling ... semoga Paramatha Dhamma & Sanatana Dhamma tidak menjadi pseudo dhamma apalagi addhamma) . Namun Dharma yang seharusnya mencakup dan melindungi keseluruhan dalam keberimbangan (termasuk agama Islam, Kristen, Kepercayaan bahkan ... maaf termasuk atheisme/agnostisme ?) . Realitas menampung fenomena apapun maka realistis juga jika tidak perlu kesombongan, kebencian dan kelekatan , dan lebih realistis lagi jika kesetaraan, welas asih dan nekhama dilakukan kemudian semakin (paling) realistis jika dilakukan dengan kemurnian tanpa keakuan, dalam keesaan dengan kewajaran karena memang demikianlah kesedemikianan itu tergelar untuk diselaraskan .
Itu cuma inferensi intelektual, bro .... jangan dipercaya begitu saja (saya yang berpendapat saja masih terbuka, menerima dan merevisi lagi jika nanti ternyata masih ada kesalahan, kekurangan bahkan ketersesatannya). Dalam permainan ini sesungguhnya kepercayaan Saddha Ehipasiko memang berguna namun aktualisasi & realisasi penempuhan/ penembusan/pencerahan realisasi adalah indikator utamanya. Itulah sebabnya rakit Dhamma harus secara arif & ahli digunakan untuk pengarungan tidak untuk naif & liar dipamerkan/ dilekati (aktualisasi & realisasi x identifikasi & eksploitasi) 
Tunggu Eyang Sabdo Palon atau Buddha Mara-Shiva? kelamaan atau mungkin saja memang hanya dongeng impian. Lagipula bisa jadi yang datang bukan hanya picik mengaku namun justru licik menyesatkan.( gaya Ariya tetapi cara asura?) Dengan meditasi kedalaman ? sama saja kalaupun level sudah bisa juga harus lebih waspada karena di dalam bahaya penyesatan justru lebih besar ... refleksi keinginan diri bukan realitas kenyataan sejati ?). Lagipula dasar spiritualitas yang utama adalah aktualisasi keperwiraan kemandirian untuk bijak tidak defisien mengidentifikasi apalagi mengeksploitasi. Guru memang diperlukan untuk memandu namun Jalan harus ditempuh sendiri & mandiri. Transformasi spiritual arus kesadaran diri adalah tanggung-jawab pribadi tidak mungkin dibebankan kepada lainnya. Bantuan dan panduan eksternal (intervensi sementara pengalihan/ penundaan ?) mungkin saja bisa dilakukan namun penempuhan dan penembusan mutlak urusan individual.  Tuhan ? Walaupun yang Mutlak memang ada (jika Sentra Sejati yang transenden tidak ada bagaimana mungkin sigma dimensi mandala  semesta tergelar dengan aneka zenka keberadaan di dalamnya) namun dalam mandala samsara immanen ini banyak petta, asura, yakha, dewata, brahma bahkan nafs ego yang  mengidentifikasi diri berkompetisi, berinteraksi ,bertransaksi saling mengeksploitasi / mengaktualisasi diri.  So, diterima, dijalani saja apa yang ada (tanpa harus heboh dan aneh-aneh ... wajar seperti semula biasanya). Terus mengembara di mandala ke-esa-an ini sebagaimana lainnya namun dengan kesadaran akan permainan keabadian ini. Apapun yang terjadi memang layak diterima dan diperbaiki lagi. (konon ... masih 20 fase bigbang 114 yang tersisa bagi spiritual sadhana berdasarkan kalkulasi fantastis mistisi yoga ? ) Bandingkan juga dengan kosmologi Buddhist, dsb.
t=12m44s
baru nemu dengan sub ina (sampai kacau balau daring seeker sebelumnya, bro). 
Plus info 84 ini kemudian digunakan sebagai asana yoga & konon huruf sanskrit 84 juga (lupa referensinya dulu)
Pusing juga cari acuan referensi …. Lupa bacanya di halaman berapa ? mungkin yang dihighlight kuning
Radha Soami  untuk bahasan  Mystics Yoga 84 Chakra https://archive.org/download/radhasoami/RADHA%20SOAMI.rar

RADHA SOAMI/OKE/EBOOK/2015.727.Mysticism---The-Spiritual-Path-Vol-ii-1940.pdf


2018-08-12 21:10

24524425

RADHA SOAMI/OKE/EBOOK/2015.128478.Mysticism-The-Spiritual-Path-Vol-i.pdf


2018-08-12 21:09

3770569

RADHA SOAMI/OKE/EBOOK/Harmony-Of-All-Religions.pdf


2018-08-12 21:10

6822733

RADHA SOAMI/OKE/EBOOK/pathofthemasters.pdf


2018-08-12 21:10

3179696

RADHA SOAMI/OKE/EBOOK/sar_bachan.pdf


2018-10-12 22:35

24303924

baru nemu dengan sub ina (sampai kacau balau daring seeker sebelumnya, bro). 
Plus info 84 ini kemudian digunakan sebagai asana yoga & konon huruf sanskrit 84 juga (lupa referensinya dulu) 
Note : tentang Mystics 
Radha Soami adalah system mystics bhakti yang berkembang di India dan tersebar ke sejumlah negara di dunia (termasuk di Indonesia). Dengan disiplin ketat vegetarian (berat, bro ..kami hanya kuat 7 bulan sehingga harus tahu diri untuk tidak inisiasi) dan tentu saja sebagaimana spiritualitas saddhamma lainnya mengharuskan astaiya kemandirian & keperwiraan , etika cinta kasih universal, Gurbhakti (Kebaktian kepada Satguru) dan meditasi intensif, pemurnian kesejatian demi pencerahan kedalaman (yang juga automatically berdampak pada refleksi kebenaran, kebijakan & kebajikan yang murni di permukaan kehidupan sehari-hari) khas system mistik umumnya ... mirip thariqat Sufisme Islam (ini juga nggak kuat, bro ... banyak amalan suluknya juga, sih ... hehehw, dasar malesan & angin-anginan, ya?), Yogisme Hindu, Mystic Kristiani ,(jujur saja hanya baca referensi belum pernah praktek)  dsb. System mistics ini secara historis seakan tampak berakar sejarah dari aliran nystic Sikhisme India (neither Hindu nor Muslim ? ) pada saat itu.  Well, secara pribadi kami berhutang budi & berterima kasih kepada Satsang Sant Mat Radha Soami karena kemurahan hati untuk berbagi referensi literatur esoteris semasa menjadi seeker penjelajah dahulu.  Sejumlah referensi global tentang system mystics ini juga telah kami upload sebelumnya.   
Sedangkan, Sadhguru Yasudev adalah mystisi populer  India modern saat ini. Sejumlah referensi literatur karya Bhakta Adiyogi Shiva ini juga telah kami upload sebelumnya.  Bahkan sejumlah video beliau juga kami jadikan referensi pengimbang & pendamping pada sejumlah bahasan posting kami (terutama pada akhir-akhir ini).
Lagipula ini makalah berat (kulak perkoro .... cari masalah?) .... walau sebenarnya idea & arah jalannya bisa tetap 'cool' namun kami rasa akan banyak apriori/kontroversi di apersepsi seeker sebelumnya walau sesungguhnya ini sama sekali tidak berkaitan dengan itu (Mara penggoda, vitalitas Tantra , Shiva Penghancur, avatara Vishnu, Siwa Buddha Nusantara, Mistisi Osho, Sadhguru Yasudev ? dst). Ini memang harusnya tetap tersimpan di kedalaman ... tidak malah membuat kacau (cerah?) permainan samsarik yang terus perlu berlangsung di  permukaan ....(maaf, bukannya karena tidak inginkan seluruh putera keabadian murni singgah/ kembali ? ke rumah sejati keazalian dalam pengembaraan samsariknya. Hehehe...Tuhan dan tampaknya juga Shiva & Buddha faham faktor kelayakan & proses peniscayaan untuk vitalitas kecakapan dalam melalui bahkan integritas kesadaran untuk melampaui ini )   
Sebenarnya ini juga sedang mengkompilasi puzzle mozaik yang sudah ada tersedia (memahami, menguji, dst) untuk tataran penempuhan tidak sekedar wawasan pengetahuan selagi Buddha Sasana  dan ajaran Dharma masih ada .... Orientasi etika kosmik Swadika Paccekka untuk semuanya (tentu saja realisasi, kualifikasi sesuai dengan keterbatasan & pembatasan yang ada sesuai kondisi/dimensi keberadaannya .... bahkan kalaupun berada di Sunnakalpa ataupun apaya lokantarika atau bahkan lokuttara sekalipun .... dalam Dhamma walau memang tetap mengusahakan yang terbaik untuk dicapai namun jikapun ternyata hasilnya belum sesuai seharusnya dimanapun, siapapun dan apapun juga tidak akan menjadi masalah baginya) . Ini bisa anda tentang / buang , revisi / kembangkan & lanjutkan jika tidak sampai tuntas (terutama : scholar /meditator Buddhism & Hinduism ... harusnya ini wilayah mereka bukan kami yang berlabel di luar sasana walau Saddhamma yang transenden Impersonal sesungguhnya tidak bisa, tidak boleh bahkan tidak mungkin diklaim secara personal .. aktualisasi/realisasi x identifikasi/eksploitasi) demi kebenaran, kebijakan dan kebajikan bagi semuanya. Projek idealis ? sama sekali tidak karena untuk inilah amanah keberadaan / kehidupan diberikan kepada kita .... tidak sekedar hanyut 'ndagel' dalam peranan eksistensial kehidupan ini belaka namun demi transformasi spiritual berikutnya bagi semuanya termasuk (terutama?) diri sendiri yang juga membawa kebaikan dan perbaikan pada saat ini tentu saja.  Perlu show ? jangan naif & liar kekanak-kanakan pekok & heboh ... (well, sejujurnya kami justru kagum kepada mereka yang walau dalam kesendirian/kerahasiaan?/ tanpa harapkan kepamrihan apapun termasuk juga pengakuan kecitraan apalagi pengaruh kekuasaan dengan sadar, cakap dan wajar mendedikasikan kehidupannya dalam kebermaknaan pada kesemestaan yang tentu saja karena tanpa jerat noda kepamrihan pengharapan malah akan murni kembali ke dirinya pada saatnya). 
Fenomena Universal : 
Untuk kesekian kalinya, saya harus mengakui salut kepada Samana Siddharta bukan 'hanya' karena atas pencerahan keterbebasan diriNya dalam perangkap permainan samsarik sebagai Samma Sambuddha ,namun terutama itu terjadi melalui pembuktian autentik experiential meditative Dhammadipateyya secara gradually global induktive (tidak hanya sintesa hipotesis kajian global deduktif filosofis lokadipateyya  atau eksploitasi manipulatif persangkaan attadipateyya) sehingga terbabar rahasia esoteris samsarik kaidah nidana paticca samupada 12 yang menjadi puzzle mozaik living kosmik ini plus metode taktis JMB 8 Kebenaran Ariya 4 untuk mengatasinya. Konon itu dijalaninya via penempuhan parami 10 x 3 layer anatta untuk aktualisasi/akselerasi pelayakan laku Boddhisatta selama 4 asankheyya 100 ribu kappa kehidupannya paska masa Buddha Dipankara sebagai pertapa Sumedha. 
Blog Ratana Kumara di : https://archive.org/download/artblogoke/ART%20BLOG%20OKE.rar upload kami dulu.
Agak aneh juga mengapa Sentra Sejati yang harusnya senantiasa 'murni' sebagaimana awalnya membiaskan keberagaman mandala zenka yang tampak menjadi semakin 'keruh' & kompleks variasinya.... ternyata avijja/avidya (ignorance/ kebodohan , ketidak-tahuan) adalah awal dari permainan samsarik untuk kemudian juga mana keakuan, ditthi pandangan, vipalasa kesesatan, tanha keinginan, papanca kecenderungan, upadana keterlekatan, keterjebakan kammacitta, ketersekapan faktisitas eksistensial dsb. Keterlelapan Samsara yang harus dilampaui untuk  mencapai Keterjagaan  Nibbana  (> Mistik panentheistik : kerinduan kembali Mukta Ilahiah ? > Agama monotheistik : kesenangan indrawi abadi surga ?)
Just kidding, bagaimana dengan Shiva ? Shiva tampaknya juga faham akan idealisme romantis Vishnu 'sahabat / saudara' terkasihNya (?) namun sebagai 'Mara' (?) yang harus juga menjaga keberlangsungan vitalitas samsarik (terutama yogavacara saptarishi) maka Beliau tetap akan menarikan 112 chakra eksistensial  walau tetap mengakui (karena tidak mungkin mengabaikan) 2 chakra universal transendental di atasnya. Desain mandala ke-Esaan walau tampaknya memang tidak lagi statis sebagai kemanunggalan dalam keselarasan namun demikian senantiasa Impersonal tetap berlaku mutlak selamanya (walau tanpa perlu mengidentifikasi apalagi untuk dieksploitasi siapa saja?) bahkan sekalipun dalam tetap perlu berlangsungnya kedinamisan keberagaman dimana tanha /vritti ? (free will of falling & rising.... kebebasan spiritual untuk jatuh karena tetap acuh, naif & liar atau untuk naik dengan mantap, nyaman& lancar ) tampaknya memang tetap 'dibutuhkan' ('diizinkan'?) keberadaannya untuk tetap terus berlangsung/terjadinya kekonyolan drama permainan personal pada mandala ke-Esa-an ini. Ada kemiripan Sankhata Dhamma penempuhan antara Mistik esoterik Asthanga Yoga Patanjali & Saddhamma holistik Jalan Mulia Berunsur 8 ?
Vighyan Bhairav Tanttra 112 metode mungkin sudah dibahas oleh Osho lupa juga referensinya 
Osho untuk bahasan Vighyan Bhairav Tantra
Sebagaimana Khalil Gibran di dunia sastra ataupun Friedrich Nietzsche pada ranah filsafat, Osho memang mistisi yang kontroversial ... mantan akademisi filsafat (professor university Jabalpur India?) yang kemudian melanglang-buana ke seantero wilayah dunia ini memang sering dipandang negatif dari sisi eksternal figurnya yang eksentrik.... hidup mewah, rebellious, sex guru, dsb (termasuk misteri kematiannya). Namun demikian sebagai seeker yang sekedar hanya terbatas mempelajari alur fikiran dan cara pandang beliau kami harus mengakui keluasan (referensi spiritual religius) dan keunikan (refleksi paradox intuitif) pandangan mistisi genius era modern yang mengklaim pencerahan dirinya pada usia dini (21 th?) ini. Dia seringkali memandang coin kebenaran dari sisi yang berlainan dari pandangan umum (kontroversi bagi lainnya namun bagi kami justru melengkapi mozaik keseluruhan yang memungkinkan pembentangan perspektif paradigma yang lebih luas). Kami sudah reupload karya Osho di blog sebelumnya. Beberapa buku dan ideanya juga ada yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia ... selain buku meditasi Orange Book dari blog Osho berbahasa Indonesia, ada lagi yang sudah pernah diterbitkan (Psikologi Esoterik), dsb.    
Osho melakukan banyak eksperimentasi metodologi dalam karya hidupnya, antara lain pengenalan sistem meditasi dinamik (tantien pusat?) sebagai alternatif kontemporer untuk metodologi tradisional pernafasan anapanasati Buddhist (tantien rasio ?) ataupun pelafalan zikir/simran/mantram para Bhakta (tantien hati ?).  Anand Khrisna puluhan tahun yang lalu di ashram secara cerdas & taktis tampaknya juga pernah mengaplikasikan metode tsb (dengan pranayama bhastrika/kalapabhati nafas cepat/kuat untuk katarsis psikologis dalam program healing stress control management).   
Lanjut ...
So, ambil jalan tengah, Buddha Savaka .... Jauhi kejahatan namun dengan tanpa membencinya, Jalani kebajikan namun dengan tanpa melekatinya dan Sucikan fikiran namun dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya (Dhammapada : 183). Itulah paradigma (yang walau tampak terdengar "sederhana" namun sesungguhnya sangat sempurna / bijaksana ) wejangan para Buddha untuk bukan hanya melalui namun juga melampaui samsara menuju Nibbana yang direalisasikan dalam keterarahan /keselarasan simultan triade pemurnian Sila - Samadhi - Panna.
Sekedar kutipan komentar Vlog : Bahiya 
Ke-Buddha-an adalah potensi nirvanik dari esensi murni segala level spiritualitas keberadaan samsarik yang harus menempuh faktisitas penempuhannya masing-masing . Nibbana adalah keterjagaan dan samsara adalah keterlelapan. Buddha sesungguhnya adalah Dia (semoga juga kita semua akan demikian) yang sudah bangun terjaga dari mimpi tidur samsariknya. Semua bhava samsara sesungguhnya (disadari atau tidak) adalah pengarung Dharma keBuddhaan di samudera samsara walaupun dalam label eksistensial bukan penganut ‘agama’ Buddha. So, (maaf) jangan terdelusi statistic kuantitas populasi Buddhist di permukaan
Buddhisme yang dibabarkan Buddha Gotama adalah segenggam permata kebijaksanaan simsapa yang karena jangkauan pemberdayaannya sangat luas (tidak hanya untuk pendewasaan pribadi, keharmonisan duniawi, perolehan surgawi, pencapaian brahma, kemampuan abhinna namun bahkan terutama pemurnian bagi keterbebasan dari samsara ini) relative bukan hanya tidak lebih mudah difahami namun juga akan cukup susah untuk dijalani bagi semua bhava samsara yang masih terlelap dalam mimpi keakuan, terseret dalam banjir kemauan, tersekap dalam kesemuan , terjebak dalam kenaifan, dsb… sedangkan demi kelayakan penempuhan (terutama untuk ‘uncommon wisdom’ pembebasan) sejumlah kode etik kosmik kemurnian yang tidak selalu ‘popular’ dengan kecenderungan pembenaran samsarik kepentingan ego mutlak memang perlu dijalankan pelayakannya, antara lain kedewasaan menerima, mensikapi dan melayakkan diri atas kaidah karma ( > pembenaran manipulatif kepercayaan harapan/anggapan akidah pengampunan/ pelimpahan) , kemurnian aktualisasi holistik (> defisiensi kepamrihan/ pencitraan) , refleksi kasih murni tiada batas tanpa eksploitasi standar ganda, menjaga harmoni keseluruhan sebagaimana yang Beliau niscayakan tanpa noda (identifikasi pembanggaan kesombongan diri), tiada cela (eksploitasi pembenaran kepentingan diri) tetap bermain ‘cantik’ (harmonisasi transenden pada wilayah immanent … walau memiliki Dasabala keunggulan adiduniawi tetap bijak dan murni terjaga tidak memanipulasi tataran samsara duniawi dibawahNya …. karena walau samsara 'hanyalah' fenomena bayangan kenyataan semu dari Realitas kebenaran Nibbana namun adalah tetap tidak etis bagi yang telah terjaga melanggar ‘aturan main’ wilayah mimpinya . Samsara dalam advaita mandala ini tampaknya memang perlu ‘ada’ bukan hanya sekedar menampung aneka kehebohan pagelaran chaotik drama delusive bagi keterlayakan level episode berikutnya namun juga demi tetap berlangsungnya keberagaman pada kasunyatan abadi ini?) dalam masa pembabaran Dhamma paska pencerahan hingga parinibbana kewafatanNya (laporan ‘pandangan mata batin Ariya’ proses adiduniawi non-empiris parinibbana Beliau oleh Arahata Anurudha kepada Sekha Ananda atas validitas konsistensi keniscayaan Magga Phala Samma-SambuddhaNya). 
Kaidah Kosmik:  dari posting blog & komentar vlog  sebelumnya :
Hidup ini tidak sekedar interaksi antar figur personal namun ini permainan kompleks media impersonal dimana segalanya jeli terawasi, akurat terkalkulasi dan potentially akan berdampak .... sebagaimana gema suara, apa yang kita lakukan akan kembali juga kepada arus kesadaran kita ... baik ataupun buruk, saat ini ataupun nanti , di sini ataupun di sana dalam peran/sikon apapun kemudian ... (dampak metafisis, sociologis & psikologis ?). Bagaikan sigma kuanta cahaya pelangi yang saling melengkapi dalam keberagamannya walau dalam label dan level berbeda namun tetap dipandang setara dalam Kasih Universal ... ada kesedemikianan Dhamma yang walau Impersonal tidak menuntut pengakuan namun secara Transenden kaidahnya berlaku di setiap wilayah immanenNya secara homeostatis, interconnected, equilibirium.
So, tetap realistis tidak opurtunis (karena walau samsara ini delusif namun tidak terlalu chaotik ... Niyama Dhamma yang Impersonal Transenden cukup kokoh menyangga permainan "abadi" nama rupa di samsara ini ... perlu keselarasan, keberimbangan dan kebijaksanaan untuk tidak perlu melakukan penyimpangan, pelanggaran bahkan penyesatan yang akan menjadi bumerang kelak ... kemurnian diutamakan tidak sekedar "kelihaian" ). … ingatlah tidak hanya ucapan yang diungkapkan dan tindakan yang dilakukan bahkan konten perasaan dan fikiran kita akan berdampak juga pada keberlanjutan diri kita nantinya apalagi jika harus ditambahi dengan beban tambahan karena penderitaan dan penyesatan atas lainnya… keburukan dan kebaikan walau tidak selalu instan ataupun identik potentially akan berbalik juga ke sumbernya siapapun kita (orang biasa atau tokoh terkemuka , tidak hanya manusia namun juga semuanya termasuk brahma, mara, dewata, asura apapun identifikasi yang kita anggapkan bagi diri sendiri atau pengakuan yang kita harapkan dari lainnya). ..... Kebodohan, kesalahan dan keburukan harus secara perwira perlu ditanggung secara mandiri (/bersama?) demi/bagi keadilan, keasihan dan kearifan mandala ke-Esa-an ini. (demi tanggung jawab tersebut jangan harapkan pengampunan kosmik, penghangusan karmik bahkan ... maaf .... "kemahiran (dengan kepalsuan/kelihaian/keculasan bukan kebenaran/kebijakan/kebajikan seharusnya) ? " internal yoniso manasikara / sati sampajjana demi kasih universal untuk tidak menyusahkan/ menyesatkan lainnya).  Sedangkan kebijakan, kebenaran dan kebajikan tetaplah sucikan kembali transenden impersonal dalam anatta diri bukan hanya karena sekedar anicca namun juga untuk melampaui dukkha dalam keselarasan atas kesedemikianan yang wajar dalam peniscayaan .
Kutipan lain = 
Ini sama sekali tidak dimaksud untuk menggenapi mitos ( semisal agama Shiva Buddha - Sabdo Palon? di atas). Bagi kami bukan hanya kebodohan internal namun bahkan pembodohan eksternal untuk membuatkan belenggu baru bagi semua. Namun jika kemudian ada yang ingin meng-klaim, menggunakan atau memanfaatkannya biarlah itu menjadi beban tanggung jawab karmic atas effek kosmik yang dilakukannya (kesesatan & penyesatan > kecerahan & pencerahan ?). Well, bagi kami biarlah Realitas Kenyataan itu tetap utuh dalam kesempurnaannya ... tidak usah memecahkannya dalam aneka kepingan pandangan walau kita faham/ sadar dalam memilah memang ada Kebenaran yang memurnikan dan ada juga Kepalsuan yang menjatuhkan namun kebijaksanaan atas keberimbangan perlu dijaga untuk tidak menjerumuskan diri ke dalam mana kesombongan pembandingan untuk ekstrem konseptual tertentu bahkan walau itu sesungguhnya memang untuk mementingkan kebenaran tidak sekedar untuk membenarkan kepentingan. (Dalam sutta nipata Buddha bahkan lebih halus & santun menyatakan bahwa sesungguhnya tidak (perlu) ada (klaim konsep) kebenaran tunggal .... yang ada hanyalah fakta permasalahan dan cara mengamati, mengalami & mengatasinya saja.... Dukkha vs JMB 8.) Link there is no truth Bhante Punnaji di atas.
Lagipula sebenar apapun idea pandangan belumlah berarti jika saja tanpa penempuhan autentik,hingga memang terbukti dalam realisasi penembusan & pencerahan selanjutnya. Konsep ini justru malah akan menyekap/ menjebak semuanya jika hanya menjadi fanatisme kepercayaan belaka apalagi jika diikuti dengan radikalisme pemaksaan ... payah & parah. Dhamma harus dilayakkan dengan pemberdayaan. Itulah sebabnya Buddha walaupun authentically sudah menempuh, menembus dan memahaminya sendiri tetap menegaskan prinsip ehipasiko pembuktian sendiri ketimbang hanyalah peyakinan fanatisme percaya membuta bukan hanya karena secara pragmatisme begitu dangkal (hanya sebatas intelektual bahkan emosional ?) & kurang berguna bagi progress kualitas spiritual authentic savakaNya namun karena memang cukup berat dan tidak mudah merealisasi pencerahan yang mutlak harus ditempuh dengan perwira secara mandiri tidak membebani / menggantungkan pengharapan dari lainnya saja ... kualitas sejati Ariya. So,Beliau telah bersikap bijak membabarkan paradigma saddhamma pemberdayaan yang tidak hanya berguna dalam membantu dan memandu namun juga tidak memperdayakan membelenggu & menipu diriNya dan juga SavakaNya. 
By the way, bagaimana jika faham tsb ternyata bukan keberdayaan & pencerahan namun keterpedayaan & penyesatan? besar tanggungan karmik yang layak diterima ke semuanya. So, jangan naif/liar untuk bodoh (picik, licik dan kasar) dengan melakukan kebodohan internal apalagi pembodohan eksternal sebenar apapun anggapan anda ... apalagi jika kemudian ternyata itu adalah ketersesatan dan lebih parah lagi jika memang hanya penyesatan untuk kebanggaan pengakuan dan kepentingan kekuasaan saja. Well, selain beban karmik sendiri tambahkan juga perkalian follower / subscriber dengan jangka waktu pakai hingga kedaluarsa untuk bonus beban karmiknya, bro/sis. (kalkulasi matematis amal/dosa jariyah berjamaah versi kami ?). So, jangan korbankan diri anda dan juga (apalagi) lainnya dengan kekonyolan yang tidak perlu & tak bermutu dalam derita penyesalan yang memang mutlak perwira perlu ditanggung tidak hanya seumur masa kehidupan namun bisa jadi akan sepanjang kalpa keabadian. Walau memang senantiasa ada celah pencerahan/penyesatan di setiap dimensi alam kehidupan samsarik untuk perbaikan/ penjatuhan evolutif , namun sebagaimana Buddha katakan diperlukan ekstra kebijaksanaan (alobha/adosa/amoha), ketangguhan (sila/samadhi/panna) dan 'keberuntungan'  (berakhirnya kammasaka buruk & berbuahnya kammasaka baik, positifnya kammavipaka baru atas pacaya pemicu eksternal : misalnya sikap batin simpatik mudita bagi petta paradattupajivika atas limpahan kebaikan patidana untuknya dsb) bagi yang sudah menjadikan alam apaya seakan rumah tinggal yang layak baginya (pengumbaran kecenderungan MLD moha- lobha- dosa yang kuat di tempat yang 'tepat' ?)  
Walaupun mungkin memang ada, diadakan atau diada-adakan bagi kebenaran untuk personally bebas memilih jalan yang sesuai dan 'pembenaran' kepentingan untuk memaksakan keinginan externally (?) , mungkin sebaiknya (walau plus minus dampak memang tetap ada untuk diterima atas segala konsekuensi pilihan) tetaplah sebagaimana kita semula (?) karena disamping kita memang tetap harus menjalani tanggung jawab atas kamavipaka di saat ini adalah bijak juga menghindari disharmoni eksistensial yang tidak perlu … apakah kita muslim, Kristen, hindu, Buddha, dsb termasuk yang  menyadari dirinya agnostic ataupun maaf ….bahkan atheist sekalipun akan keilahian personal yang umumnya(?) dianut /yang ini .. disini secara politis/ ideologis (?)  masih repot atau memang direpotkan, bro/sis ? /.  Well, sebenarnya selama kita masih sadar untuk bisa menjaga dan membawa diri dalam etika kebersamaan & kesemestaan untuk saling empati,, harmoni dan sinergi seharusnya tidak menjadi masalah apalagi dipermasalahkan (?). Ada keberagaman dalam keindahan pelangi dimana masing-masing warnanya walau mungkin boleh naif untuk tidak harus menyetujui satu sama lain akan keseragaman dengannya namun tetaplah harus arif untuk senantiasa saling menghargai perbedaan keberadaannya masing-masing. Ini bukan sekedar Kearifan Buddha atau Shiva yang memandang aneka keragaman delusi pelangi berkonsep para bhava samsarik sehingga adalah tidak bijak untuk mencabut seseorang dari akar habitatnya semula walaupun/apalagi dengan cara yang sesungguhnya sangat kontra-produktif (pembenaran standar ganda pseudo dhamma atau bahkan pemaksaan addhama : pembenaran arogansi identifikatif & eksploitasi, manipulative/ intimidatif/ agressif dst). Well, untuk kesekian kalinya (kami tekankan) Spiritualitas yang dewasa adalah just leveling (to reach) not for labeling (to claim) ….memastikan  keberdayaan tidak sekedar meyakinkan kepercayaan, melayakkan pencapaian dengan penempuhan & penembusan tidak sekedar melagakkan pencitraan dengan penganggapan & pengakuan, mengandalkan tanggung jawab meniscayakan kesejatian tidak sekedar bermanja mengharapkan 'keajaiban' belaka, dsb.  

Be Realistcs to Realize the Real  .....Untuk kesekian kalinya, apapun yang terjadi, mencintai kebenaran adalah kemutlakan (bukan pilihan …  karena jikapun tiada keselarasan dalam menyesuaikannya sebagaimana harusnya maka dengan keterpaksaan  toh kita akan tetap menerima keniscayaan akan dampak karmic & effek kosmik nya). Tidak perduli apakah nanti akan ada kemanunggalan dalam pencerahan ataupun kemusnahan untuk keseluruhan, tetaplah konsisten dalam transformasi spiritualitas yang harmonis autentik & sinergis atas kesemestaan baik eksistensial (diri pribadi), universal (alam kehidupan bersama) dan transcendental (sentra keberadaan segalanya).

Disamping kemantapan eksistensial dalam peran duniawi saat ini (citra persona biasa saja, smart skill bisa juga, asset hidup cukup) ; jangan lupa (ini justru yang utama)  siagakan untuk kelanjutan perjalanan kehidupan nantinya (level swadika keariyaan , bakat talenta kecakapan & hisab visekha kelayakan ). Sedangkan,  untuk kenyamanan keseluruhannya : berempati (pada dasarnya semuanya sama saja ... laten deitas dari Sentra sejati yang sama hanya beda label & level pada dimensi mandala pada saat ini . Well, orang lain / makhluk lain adalah sebagaimana diri kita sendiri namun saat ini berada dalam peran yang berbeda .... walau respek dalam metta atas casing 'dagelan' nama rupa masing-masing memang tetap perlu diperhatikan sesuai skenario kehidupan yang berlangsung ... tidak anggep 'arogan" & norak tranyakan ), menjaga harmoni dan bersinergi dalam kebersamaan & kesemestaan ini. 
 
Finally , 
Tiga Pesan Abadi keheningan kosmik yang diungkapkan para Buddha : Jauhi kejahatan, jalani kebajikan, sucikan fikiran  
Link Data: www.tiny.cc/dhammapada-183Bro Billy Tan (p. 12 - 20)

Jauhi kejahatan namun dengan tanpa membencinya, Jalani kebajikan namun dengan tanpa melekatinya dan Sucikan fikiran namun dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya (Dhammapada : 183). Itulah paradigma (yang walau tampak terdengar "sederhana" namun sesungguhnya sangat sempurna / bijaksana ) wejangan para Buddha untuk bukan hanya melalui namun juga melampaui samsara menuju Nibbana yang direalisasikan dalam keterarahan /keselarasan simultan triade pemurnian Sila - Samadhi - Panna.

Jadilah media kebaikan yang murni x media keburukan yang kacau bagi diri sendiri, makhluk lain dan living cosmic ini baik transendental, universal, eksistensial . senantiasa terjaga sebagai media impersonal akan figur personal samsariknya sehingga memungkinkannya untuk bukan hanya berjaga dari keterpedayaaan bahkan semakin memberdaya diri namun juga mampu menjaga untuk tidak hanya memperdaya lainnya namun justru memberdaya lainnya..... tetap orientasi berpandangan, berpribadi, berprilaku ariya apapun peran, dimanapun dimensi dan kapanpun situasi kondisinya. Menerima tanpa perlu kebencian, mengasihi tanpa perlu pelekatan , melampaui tanpa perlu merendahkan. So, jika keniscayaan pembebasan/ pencerahan/ pemberdayaan belum mampu tercapai, keselarasan tertib kosmik yang holistik, harmonis dan sinergik akan kebenaran, kebajikan dan kebijakan masih terjaga .... bagi diri sendiri, makhluk lain dan living cosmic ini.

Sebagaimana dimensi samsarik lainnya ( apaya, surga bahkan alam Brahma sekalipun) , dunia ini hanyalah terminal transit bagi evolusi spiritualitas diri berikutnya.  Peluang kesempatan / tanggung jawab sebagai manusia dsb dalam membawa keberkahan diri dan lainnya ... tidak sekedar berlibur, terhibur dan dikubur sebagai manusia untuk hanya kembali calon mayit/ demit ?  
link demit ? ini apa, ya ? oh,  ini link video juga 
jadi, inget kata  Buddha & para Suci lainnya 
kelaziman ( kebodohan atau kewajaran?) kita cenderung menjadikan apaya menjadi rumah tinggal  berikutnya 
(walau sesungguhnya bukan itu sangkaan pandangan & harapan keinginannya ... ironis atau tragis ?) 
Well, jika tiada faktor non-operative mahakammavibhanga ... walau tidak dimaksudkan sekalipun by product kelayakan pemurnian sila bukan hanya bisa lampaui apaya (alobha x petta, adosa x neraka, amoha x tirachana  ... asura ?) namun juga layakan investasi deposito kebajikan untuk digunakan liburan sementara kapling dimensi surgawi jika diperlukan (just refreshing penyegaran atau malah recraving pengumbaran ?) ; yang lebih penting jika mampu pencapaian meditatif bisa bereffek pada peningkatan intelgensi kecakapan yang lebih baik apalagi ditunjang panna kebijaksanan yang berkembang . Okelah .
Piya Tan untuk bahasan Mahakammavibhanga sutta

PIYA TAN OKE/SUTTA/SD/4.15-Cula-Kamma-Vibhanga-S-m135-piya.pdf


2020-04-22 22:27

492482

PIYA TAN OKE/SUTTA/SD/4.15-Cula-Kamma-Vibhanga-S-m135-piya1.pdf


2020-04-22 23:18

512939

PIYA TAN OKE/SUTTA/SD/4.16-Maha-Kamma-Vibhanga-S-m136-piya.pdf


2020-04-22 22:27

605851

PIYA TAN OKE/SUTTA/SD/4.16-Maha-Kamma-Vibhanga-S-m136-piya1.pdf


2020-04-22 23:18

606406

Well, The Greatest evil is Ignorance Kejahatan terbesar adalah Avidya ketidak-tahuan  (see: video sadhguru Yasudev di awal)
jadilah berkah yang mencerahkan/ memberdayakan bukan limbah yang menyusahkan/memperdayakan di/ke manapun kita berada bukan hanya bagi diri sendiri namun juga makhluk lain di setiap living cosmic ini.  
So,  pastikan keberdayaan Saddhamma bukan hanya yakinkan kepercayaan belaka! penempuhan nyata tidak sekedar pengetahuan belaka. Saddhamma adalah aktualisasi autentik pemastian sesuai kaidah Realitas bukan sekedar harapan persangkaan keyakinan saja (Real realized>identifikatif & manipulatif ?).  Bijaksanalah untuk senantiasa bersiaga dengan segala kemungkinan sejati yang /akan/ ada (kualitas transendensi ariya > mahakammavibhanga 4 > ekspektasi asura ? ) minimal bersiaplah menerima, menghadapi dan melampauinya (realisasi level swadika, kualifikasi genia talenta & hisab visekha)  ! (See = siklus samsarik gnosis fase 3 mandala di atas : sungkan & riskan bilang sebetulnya .... BTW sekarang tanggap ya mengapa & bagaimana dalam gnosis buddhisme siklus pralaya samsarik terjadi bukan hanya pada dunia, apaya namun juga surga bahkan hingga rupa brahma jhana 3 see: 'guardian' yll ) So, spiritualitas memang mutlak mengharuskan kemurnian bukan sekedar kelihaian (terkadang segala kenekatan penempuhan, kehebatan pencapaian & kehebohan perolehan sering menjadi labirin jebakan penjerat/penjebak/penjatuh yang sangat ampuh bagi yang belum terjaga & tidak waspada apalagi jika caranya bertentangan dengan Saddhamma ... bumerang, guys). Cari quote video Mahadeva Shiva yang menyayangkan motif Asura karena memujaNya demi transaksi hadiah kekuatan/kemuliaan bukan demi pensucian kesejatian yang seharusnya lebih berguna demi transformasi diri. (memberatkan keakuan & mengumbar kemauan ... kebodohan internal dengan pembodohan eksternal ?) Shiva memang fair mengesankan kesemuanya dan tidak mengenaskan, bukan typical personal god laten deitas yang naif & liar untuk dieksploitasi karena harapkan pengakuan/ pemujaan apalagi persaingan & kebencian /kesalah-fahaman Asura yang fatal dalam persangkaan & pandangannya dalam ke-Ilahi-an?) .... bagi pemurnian autentik kesejatian harusnya bukan demi transaksi kepamrihan pencitraan  yang semu, nsif & liar yang merugikan perkembangan pencapaian spiritualitas semuanya. Har har Mahadev seri berapa, ya ? (lupa tayangan TV dulu). Jika saja memang benar level Shiva Mahadeva Hinduisme setara dengan Mara Buddhisme inilah keunggulanNya senantiasa terjaga & waspada tidak butuh pengakuan walau memang belum menyadari keanattaan realitas diri sebagaimana Buddha Tusita (avatara ke 9 Vishnu ?) yang mencapai pencerahan Nirvanik.. 

FORMULA SWADIKA
Peniscayaan potensi/patensi keberdayaan di/ke segala dimensi 
orientasi, kualifikasi, realisasi
Bertahan dalam kebenaran , kebijakan, kehidupan
Senantiasa terjaga , menjaga, berjaga
Sinkronisasi transendental , universal , eksistensial
 Nyanyian Sansekerta Bahasa Divine Wejangan Maha-Yogi Rsi Markandeya
 AS /IF Manusia Dunia etc
Universiad keabadian : peningkatan level Swadika, pelimpahan  bakat Talenta, pengamanan Hisab Visekha
Aktualiser kehidupan : ketahanan stable vitale , kecakapan genius versus , kemapanan estate empire 
Integrated kesiagaan : alpha meditatif - betha reflekting - theta refreshe
welcome to the earth
Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya.
Ingat, tanpa menafikan peran kebersamaan universal manusiawi kita sebagai faber mundi (pemberdaya peradaban) di bumi, pada dasarnya kita hanyalah viator mundi (pengembara yang singgah bukan penghuni tetap) dalam kehidupan duniawi kita saat ini dengan casing peran persona dagelan nama-rupa samsarik untuk keberlanjutan kehidupan berikutnya lagi. Jagalah keberkahan di bumi dan bawalah keberkahan untuk saat nanti. Sebagaimana tuning frekuensi gelombang arus kesadaran, tanpa menafikan akumulasi karmik sebelumnya konsistensi sikap, tindakan dan capaian diri saat ini akan berdampak pada konsekuensi yang akan diterima nanti demikian seterusnya.
Buddha menyatakan kehidupan ini tidak pasti namun kematian ini pasti namun sayangnya kita manusia sebagian besar tak tercerahkan dan menjadikan alam apaya seakan rumah baginya (semakin terjebak dalam keterlelapan mimpi chaotik samsara bukan nibbana keterjagaan sebagai ariya sebagaimana seharusnya) dikarenakan notion pandangan, frekuensi kecenderungan dan konsekuensi tindakannya. Keberadaan sebagai manusia di mayapada dunia ini memang tidaklah seindah surga Devata kamavacara atau semulia jhana moksha para Brahma, namun demikian walaupun tidaklah sekondusif wilayah antara suddhavasa tetapi keberadaan mediocre ini justru bisa menjadi effektif bagi pertumbuhan dan perkembangan spiritualitasnya jika cukup reseptif menghayati, menjalani dan melampauinya secara benar, sehat dan tepat … tidak hanyut dalam arus eksistensi namun tidak juga teralienasi.. 

AS /IF Petta apaya etc
Walau ini dianggap ‘wajar’ bagi lokiya dhamma namun termasuk apaya bagi saddhama (walau tampak ironis namun tidak menutup kemungkinan dikarenakan akumulasi kelayakan kamacitta sebagaimana kemelekatan akan memory figure bhava, obsesi ditthi dan tanha pengharapan status symbol berada di dimensi eteris ditengah ekspansi dewa label jatuhan asura & ekstensi dewa level rendahan yakkha ini)  
Case : pettavathu

surga ytcrash
AS /IF Surga Kamadeva etc
Walau ini sangat didambakan bagi lokiya dhamma (walau tanpa perlu alam antara ?) namun (tanpa merendahkan) tidak bagi saddhama ? (walau tidak menutup kemungkinan dikarenakan akumulasi kelayakan kamacitta 'hanya' bisa berada di dimensi astral ini )
Case : jaminan nanda & bhikkhu surga
Jika surga & neraka tidak ada akankah Tuhan dipuja dalam kebaktian, kebajikan dan kebijakan ? Bukan karena  deficiency atau  sekedar transaksi (Sufi wanita Rabiah Adawiyah ... Mahabah cinta kepada TuhanNya bukan hanya mengatasi kecintaan kepada siapapun /Nabi, Surga ?/ namun juga kebencian kepada apapun termasuk kepada  /iblis & neraka?/). 

buddha brahma
AS /IF Brahma etc
Walau ini sangat didambakan bagi mystics pantheist namun tidak bagi saddhama (walau tidak menutup kemungkinan dikarenakan bukan hanya kelayakan/kecakapan namun juga kemantapan/kemapanan kamacitta dan samadhi bhavananya)
Case : batin mencari & menjadi "tuhan" yang lebih sejati ? , dilemma antara kenyamanan 'transendensi' nama ke anenja (terlelap? alara kalama & Uddhaka ramaputta eks guru dengan tataran ilmu yang telah dikuasainya pra Uruvela ) vs keberadaan 'immanensi' rupa ke samsara (terjatuh? Brahma Baka yang terprovokasi Mara ? ).
(Fake story ?)  Buddha ditanya keberadaan Tuhan .... Dia menjawab akan keberadaanNya kepada yang mengingkariNya namun menyangkal keberadaanNya kepada yang meyakiniNya. (bukan kepercayaan namun keberdayaan ... memastikan tataran fakta bukti  penempuhan/penembusan dalam kemurnian yang utama bukan sekedar meyakini gagasan internal/ wawasan eksternal.

pencerahan Buddha
AS /IF Nibbana etc
Walau keterjagaan dalam dvaita kesunyataan ini dipandang ‘sangat sempurna’ bagi buddha dhamma namun dalam 'kebersahajaan' akan advaita kesedemikianan ini ‘cukup bijaksana’ bagi saddhama (Holistik melampaui Nivritti negative & harmonis melampaui Pravritti positive )
Case : No Ego (level > label, 'tan-diri' > 'diri', 'tan-alam' > 'alam')....
(Fake story ?)  Buddha diam ketika ditanya apakah Dia mencapai Nibbana .... Jika Dia menjawab "Tidak", Dia berdusta akan realisasi pencapaian keterjagaanNya , Jika Dia menjawab "Ya" , Dia berdusta karena Nibbana mustahil tercapai jika masih ada 'keakuan" samsarik.

Jika anda inginkan surga di sana layakkan juga surga di sini dengan kearifan menjaga kebersamaan dan kebaikan untuk sesama dengan memastikan keberdayaan tindakan nyata bukan sekedar idea anggapan dan keyakinan belaka. Walau secara labeling pandangan mungkin saja masih nanti (paska pralaya dunia?) namun dalam leveling kenyataan bisa jadi seketika (tanpa alam antara?).
Jika anda dambakan kemanunggalan Ilahiah (transendensi moksa individualitas universal nama batiniah ke wilayah rohani tinggi hingga Anenja Brahma tidak sebatas dematerialisasi murca rupa zahiriah ke dimensi eteris peta, asura Bhumadeva atau astral Kamadeva 6 ?) layakkan diri sebagai media Brahma Vihara (sebagai media ilahi … tidak sekedar lihai bertransaksi mendapat untuk tersekap atau ikhlash memberi untuk menerima kembali namun murni mengasihi sebagaimana harusnya harmoni kasih universal yang berlaku disadari dan ketulusan untuk berbagi secara wajar memang perlu dijalani) sehingga kualifikasi adhikari tihetuka yang dewasa terjaga dan (dikarenakan senantiasa ada korelasi kosmik antara kesadaran, kecakapan dan kelayakan yang tumbuh berkembang secara simultan/progressif) kewasesaan batiniah juga akan berkembang (orientasi , refleksi + distansi & meditasi) dari akar penempuhan hingga puncak penembusannya (asalkan tetap terjaga dari godaan kemegahan yang menyekap sensasi kemauan, cobaan kemampuan yang menjebak fantasi keakuan dan labirin parallel yang memandekan, membingungkan atau bahkan menjatuhkan).  
Jika anda harapkan nibbana nanti layakkan juga nibbana saat ini dengan keterjagaan memandang tilakhana kesemestaan dengan kewaspadaan tanpa keterlelapan  dan keberdayaan simultan progressif menyelaraskan diri dengan kewajaran pemurnian adhi sila (moralitas berprilaku zahiriah dan integritas berpribadi batiniah), memberdayakan diri dengan kemantapan adhi citta bhavana dan semakin men-terjagakan diri dengan kematangan penembusan adhi panna sehingga memadailah kualitas Ariya Puggala ... bukan hanya terlayakkan 'sertifikat kosmik' atas pencapaian magga phala nibbana (irreversible?) namun juga 'kualitas kosmik' yang memang dipandang layak oleh Advaita Dhamma Niyama untuk tidak lagi perlu (karena sudah terlalu mampu) 'ndagel' bermimpi di permainan samsara ini.

Sanatana Dhamma dalam kompleksitas Realitas Fenomena 
a. Transendensi Keabadian Universal
Terjagalah ! Transendensi kehadiran demi keabadian : vs niyama dhamma via media
senantiasa ada dampak dari pandangan, tindakan dan capaian
tataran pencapaian > progress penempuhan > kefahaman pengetahuan
b:Harmonisasi Keberadaan Eksistensial
Menjagalah ! Harmonisasi dalam kehidupan : vs peran eksistensial
sedaka sutta : menjaga diri & orang lain
anjali/namaste : menghormati esensi murni didalam > segalanya interconnected (orang lain adalah diri kita sendiri dalam peran yang berbeda) demikian juga alam dsb. 
Untuk layak mekarnya bunga transendental ,kemantapan akar eksistensial sila dan batang kasih universal harus tumbuh berkembang baik menunjang dahan bhavana penembusan dan pencerahan di internal dan juga ke eksternal.
c. Eskatologi Kelanjutan Spiritual
Berjagalah ! Eskatologi untuk kematian : vs bardo (1 chikhai - 2 conyid - 3 sidpa bardo)
Kehidupan tidak pasti, kematian pasti
pencerahan masih mungkin diusahakan kala kematian (pandangan Mahavira jainisme bukan Guru Padmasambhava Tibetan Buddhism... maaf ~ AK).
Inilah pentingnya kemurnian brahma vihara yang bukan hanya memurnikan dana sila Dhamma Vihara sepanjang kehidupan dan (plus desana) menumbuh kembangkan potensi  tihetuka (alobha adosa amoha) yang akan juga menunjang kecakapan penembusan  meditatif  pemurnian batin Ariya Vihara dalam menyambut kematian. 
Naza : awas nimitta bhavanga 3 (
Bardo proses umum non meditator : 
Sial, umumnya tidak bisa melintasi jhana brahma bardo 1 ; (bardo 2 liburan kesurga ? belum cukup murni berlimpah akumulasi  deposito karma baik +  banyak tanggungan kredit karma buruk /miccha ditti ?) ; bardo 3 beruntung lahir kembali sebagai manusia atau harus terlempar  keapaya (dampak MLD) atau terdampar di alam penantian  hingga rebirth baru/ pralaya dunia ?
proses khusus meditator (mystics, Buddhist, etc) :
selamat berjuang  hingga tujuan yang mungkin lebih baik untuk bisa dicapai ; (salam dari padaparama dihetuka bagi neyya tihetuka / yogi meditator ) 
Next
jika terdampar di apaya  hidup sbg peta maka dengan upekkha kembangkan mudita (sikap apresiatif/positif atas niatan tindakan kebaikan lainnya) brahma vihara walau sulit. jika terlempar di apaya lainnya maka dengan upekkha kembangkan metta brahma vihara ( kewajaran kosmik untuk aktualisasi kesadaran kasih universal sebagaimana kesedemikiannya kaidah impersonal transenden niyama dhamma  atas personal imanen terus berlaku walau tak butuh diakui dan tak sekedar bisa diyakini ) walau jelas sangat sulit.
jika hidup di surga hidup sbg dewa maka dengan upekha kembangkan karuna (welas asih berbagi bahagia) & potensi tihetuka (alobha adosa amoha prasyarat meditator Jalan Kesucian); tidak  mengumbar nafsu , dusta & sengketa (issa machariya-serakah mendengki apalagi membenci tidak juga menghalangi/ menyesatkan) (termasuk tridewa Mara- yama - asura atas triloka tusita ,tavatimsa,dunia ?) walau juga sulit. Wilayah kamavacara memang corrupted, Saka... bukan hanya pemenuhan kebutuhan, sekedar keinginan diri namun juga kekuasaan atas lainnya. Walau potentially segalanya akan berdampak jika telah masak/layak, Samsara memberikan kebebasan bukan hanya bagi Dhamma namun juga addhamma, tidak hanya agar terbebas dari jeratnya namun juga  tetap tersekap didalamnya…. Itulah kenyataan sesungguhnya  dari semuanya tanpa perlu menyalahkan atau membenarkan siapapun/apapun saja. 
Jika hidup di brahma jangan terlelap dalam kebahagiaan yang lebih dalam dari kenikmatan indrawi/ kehikmatan laduni tetap terjaga,menjaga dan berjaga untuk pengembangan kelanjutannya. walau juga sulit.
Jika bisa tiba di wilayah kesadaran non samsarik alam antara suddhavasa selesaikan perjalanan pulang kerumah sejati atasi delusi mimpi citta 'aku' di halte ini.walau juga sulit.
Jika telah tiba di wilayah kesadaran non alam samsarik nibbana... congrats. Selamat atas keterjagaan dari perjalanan tidur panjang penuh mimpi. selamat datang di rumah sejati esensi murni.
Sikapi "Kebebasan" ini sebagai kebenaran pencerahan berkelanjutan bukan perayaan ke"aku'an untuk lengah terlelap lagi. Walaupun karena magga phala meniscayakan keberadaan & tindakan kiriya yang suci (selama belum parinibbana khanda Ariya Buddha tetap tidak terbebas dari 12 dampak karmik buruk kehidupan lampauNya juga Bhante Moggalana. Bhikkhu arahata sekalipun tetap bisa melakukan kesalahan (terinjaknya serangga oleh arahata karena buta, peraturan vinaya sanghadisesa merukunkan duniawi ?) walau tanpa sengaja/ tak diketahui. Namun totally, inilah realisasi dambaan neyya buddhist untuk terbebas dari dukkha .... terjaga dari mimpi samsarik. Pulang kembali ke rumah sejati. Hanya yang telah melampaui (ariya nibbana) bisa menghadapi kembali (samsara) dengan lebih baik lagi (kiriya x karma) dan karenanya wilayah samsara ini tidak lagi tepat bagi yang telah lulus/ lolos darinya. Keswadikaan nyata yang bukan hanya melampaui penderitaan namun juga kebahagiaan. (magandiya sutta)

Selain sesumgguhnya memang tanpa perlu lobha  kemelekatan & dosa kebencian pada apapun/ siapapun juga .. yang perlu dihindari lagi adalah adalah moha kebodohan beraku pembandingan diri mana kesombongan atas kesetaraan segalanya.

Cobalah untuk tidak merendahkan sesuatu demi meninggikan lainnya (ide atau bahkan ego diri) Untuk beranjak dari eksistensial menjadi transcendental kita harus bersikap universal. (Universalisasi diri sesungguhnya kunci gerbang pertama dan utama spiritualitas transenden)  
Fahamilah trick rasionalisasi pembenaran / irrasionalitas perendahan yang walau terkadang diakui sebagai kecakapan yang mengagumkan dan menguntungkan bagi sebagian besar kita dalam komunitas kebersamaan namun sesungguhnya dalam pandangan Saddhamma – Dhamma Sejati itu adalah upaya pembodohan yang sangat parah bahkan kebodohan yang amat payah … ingatlah tidak hanya ucapan yang diungkapkan dan tindakan yang dilakukan bahkan konten perasaan dan fikiran kita akan berdampak juga pada keberlanjutan diri kita nantinya apalagi jika harus ditambahi dengan beban tambahan karena penderitaan dan penyesatan atas lainnya… keburukan dan kebaikan walau tidak selalu instan ataupun identik potentially akan berbalik juga ke sumbernya siapapun kita (orang biasa atau tokoh terkemuka , tidak hanya manusia namun juga semuanya termasuk brahma, mara, dewata, asura apapun identifikasi yang kita anggapkan bagi diri sendiri atau pengakuan yang kita harapkan dari lainnya). Dalam posting Sita Hasitupada … apakah anda mengira Buddha Gautama tersenyum karena dia bangga akan telah tercapainya kebebasan pencerahannya dan memandang rendah mereka yang masih belum terjaga bahkan lelap bermimpi dalam keterbatasan panna kebijaksanaannya? Kami memandangnya tidak demikian… Dia tidak mungkin transendental mencapai nibbana jika masih ada naifnya keakuan untuk berbangga menyombongkan diri atas lainnya apalagi karena merasa bahagia atas derita makhluk lain yang belum terjaga (malah level eksistensial tidak universal?). Itu adalah senyum murni kearifan sakshin (istilah mistik “penyaksi”?) atas kesedemikianan Realitas Dhamma atas  fenomena dhamma yang internal/eksternal – individual/universal – eksistensial/transcendental. Dalam Prajna Paramita Hrdaya Sutra (Mahayana ?) Buddha Avalokitesvara memandang segalanya walau memang beda namun setara tanpa perlu memperbandingkan dualitas pembeda (amala – avimala … suci – tidak suci). Desain advaita memang sedemikian adanya tanpa perlu mana kesombongan identifikasi semu pengakuan diri apalagi autorisasi untuk memanipulasi lainnya sehingga .universalisasi kasih eksistensialitas ‘diri’ para Ariya itu kiriya non karmik .. murni apa adanya sebagai aktualisasi kewajaran (karena memang keterjagaannya) tidak lagi sekedar pelayakan kesadaran (karena perlu keterarahannya) apalagi deficiency pencitraan (karena demi kepamrihannya). 
Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan  sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya).
So, sebagaimana wadah yang kosong, resik dan terbuka yang memungkinkan terisi lebih penuh, murni dan terjaga bukan hanya perendahan keakuan untuk melayakkan peningkatan reseptivitas diri namun tampaknya perlu penghampaan keakuan untuk lebih melayakkan penyelaman/ pencerahan yang lebih dalam lagi.
Spiritualitas yang dewasa mutlak memerlukan kelayakan dengan pemastian kehandalan bukan sekedar pelagakan meyakinkan kecitraan belaka. Pencapaian keberdayaan untuk menghadapi segala kemungkinan tidak sekedar menggantungkan pengharapan kepercayaan yang bisa saja semu adanya... kemelekatan fanatis atas dogma justru akan bisa kontraproduktif sebagaimana pelekatan naif lainnya.
Fokuskan saja realisasi pada pelayakan Ariya .... Nibbana atau Samsara terserah Niyama Dhamma. Di wilayah manapun dalam peran apapun pada situasi dan kondisi apapun juga seorang Ariya tetap akan mampu bermain apik tidak hanya secara cerdas tetap swadika dalam keterarahan namun juga tetap dengan cantik tanpa mengacaukan segalanya. (Ibaratnya CR7 atau Lionel Messi yang walau sesungguhnya bisa mengatasi bermain bola di klas liga dunia namun jika hanya tampil di turnamen kampung .... pasti akan lebih menguasai tentunya). Pencerahan adalah utama ... pembebasan 'hanyalah' bonusnya saja. Obsesi internal sebagaimana ambisi eksternal adalah tanha yang tersamar sebagaimana juga avijja lainnya (Ashin Tejaniya : jangan remehkan asava defilement karena ketika peremehan dilakukan anda sesungguhnya terlecehkan sendiri karena dijatuhkan dengan kesombongan anda ... awas spiritual materialism Chogyam Trungpa)
ASHIN TEJANIYA
Dari listing of ART BLOG OKE.rar
Name
Last modified
Size


28-Mar-2020 22:14
-
28-Mar-2020 22:14
-
28-Mar-2020 21:04
9.9M
CHOGYAM TRUNGPA
Dari listing of ART BLOG OKE.rar

memahami hakekat realitas transendental kesedemikianan
Memahami kesedemikianan = Realitas Kesunyataan & Fenomena KeberadaanPrediksi hipotetis figure ideal evolusi spiritual homo novus 10  http://teguhqi.blogspot.com/2020/11/just-seeker.html
Prediksi hipotetis figure ideal evolusi spiritual homo novus 10 
DIBAHAS ?  INI MUNGKIN ADALAH SENTRA POSTING KAMI SELAMA INI ... QUO VADIS & HOW TO BE ? 
Hidup total dalam penempuhan induktif (7 dimensi?) bagi evolusi pribadi eksistensial, kebijaksanaan deduktif demi harmoni dimensi universal dan keterarahan holistik pada sinergi saddhamma transendental .... bukan hanya selfish demi ego sendiri namun selfless bagi keEsaan mandala advaita ini. dan seharusnyalah tampaknya bisa diusahakan setiap zenka berkesadaran dimanapun dimensi keberadaannya dalam segala situasi & kondisi keterbatasan dan pembatasannya sebagaimana kaidah yang diberlakukan Niyama Dhamma dalam mandala advaita ini agar tetap kokoh dalam keberadaan dan keberdayaanNya yang homeostatis, interconnected & equiliberium. Well, 7 dimensi pemurnian kesejatian= fisik, etersis, astral, kausal, monade, kosmik & nirvanik - Osho  (demi keselarasan harmonis & holistik Homo Novus Mystical Being eneagram 10 ?) 

Tantien

Pusat

Hati

Rasio

10 ?

Kalki (destroyer?)

Zorba (artistics)

Zenka? (holistics)

Ethical

Rama 7 (peaceful)

Khrisna 8 (lovely)

Buddha 9 (meditative)

Emotional

Parasurama 6 (warrior !)

Vamana 5 (insani)

Narasimha 4 (hewani)

Physical

Matsya 1 (ikan air)

Koorma 2 (amfibi kura2)

Varaha 3 (celeng darat)

Prediksi hipotetis figure ideal evolusi spiritual homo novus 10 (for the Next Mystical Being 10 ?)
ts = speech 18s sd 

Silence is the language of God.
All else is poor translation. 
~ Rumi
Keheningan adalah Bahasa Ilahiah. 
Segala lainnya ungkapan terjemahan semu belaka

Tiada kata yang seharusnya dipercaya (termasuk / terutama dari kami ) selain fakta (yang memang terjadi )
(No Fact -  No Truth - No Faith)
tanpa dusta akan kebenaran sejati, tiada perlu duka untuk disesalkan nanti 

BE RESPONSIBLE  
bertanggung jawablah 

BE HUMBLE 
(dalam) kerendah-hatian 
 
BE TRUE 
(untuk menjadi) sejati

(Sekian)

TAMPAKNYA MEMANG SUDAH CUKUP 

 (memang cuma itu bisanya ... maklum cuma padaparama dihetuka)

MUSICS

 QUOTES








 

 

 


So, 

inilah waktu kami untuk berhenti & melepas 

Que sera sera. Pantha Rei.  

Apapun yang terjadi terjadilah. Biarkan semua mengalir apa adanya. 

Gitu aja koq repot ... 

nggak usah "meng-ada-ada" ("meng-ada" saja sudah susah)


 Synthesis  : THE REAL (capaian yang nyata)

a
JUST FOR SEEKER 2 : 
1. Menghadapi Keabadian : Swadika, Talenta, Visekha
Swadika :
Talenta, :
Visekha:
2. Menghadapi Kehidupan : kecakapan, kemapanan, kewajaran
kecakapan :
kemapanan, :
kewajaran :
3. Menghadapi Kematian : Racut , Bardo , Alam 
Racut : 
Bardo :
Alam :
Menghadapi = Menerima (eksistensial)  - mengasihi (universal) - melampaui (transendental)

 MONOLOG

Sikap gesture tangan India ini menjadi sangat popular terutama pada saat pandemi global Covid-19 saat ini dimana jangankan untuk negatif tranyakan untuk positif keakraban kontak fisik berjabat tangan apalagi cipika-cipiki saja terbatasi dengan kebijakan distansi sosial untuk kebajikan saling menjaga dan terjaga (bukan hanya untuk diri sendiri namun juga demi orang lain dan lingkungan sekitar kita … Sedaka Sutta ?). 

Namaste (bagi kami) artinya : " saya menghormati/menghargai yang ada di dalam anda"

maksudnya : esensi kemurnian nirvanik, energi keilahian batiniah, materi kealamian zahiriah.

 

dari : http://teguhqi.blogspot.com/2020/03/dhamma-cloud-di-tengah-wabah-corona.html

Buddha menyatakan kehidupan ini tidak pasti namun kematian ini pasti namun sayangnya kita manusia sebagian besar tak tercerahkan dan menjadikan alam apaya seakan rumah baginya (semakin terjebak dalam keterlelapan mimpi chaotik samsara bukan nibbana keterjagaan sebagai ariya sebagaimana seharusnya) dikarenakan notion pandangan, frekuensi kecenderungan dan konsekuensi tindakannya. Keberadaan sebagai manusia di mayapada dunia ini memang tidaklah seindah surga Devata kamavacara atau semulia jhana moksha para Brahma, namun demikian walaupun tidaklah sekondusif wilayah antara suddhavasa tetapi keberadaan mediocre ini justru bisa menjadi effektif bagi pertumbuhan dan perkembangan spiritualitasnya jika cukup reseptif menghayati, menjalani dan melampauinya secara benar, sehat dan tepat … tidak hanyut dalam arus eksistensi namun tidak juga teralienasi.. 

Dari : Gnosis for Seeker (https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/just-share_21.html)

Susah juga mengkompilasi posting ini ... karena sesungguhnya tersebar di seluruh posting. (maklum spontan mengalir bahkan sering tidak direncanakan bahkan malah kerap tidak diperkirakan juga ... semoga bukan hanya akal-akalan apalagi asal-asalan). So, harap dimaklumi jika quotes kutipan kadang tidak koheren dalam membangun keutuhan wacana bahasannya. Redesain mozaik puzzle (mau direcycle sayang, hehehe .... mental pemulung? NO.   )

Langkah awal haruslah dimulai. Untuk dapat melangkah dengan benar kita memerlukan pandangan yang relatif benar juga. Osho menyatakan walaupun tetap perlu dilakukan namun sesungguhnya langkah awal cenderung sebagai sesuatu kekeliruan. Dikarenakan kebenaran sesungguhnya melingkup secara nyata pada kita . Dia tidak dimana-mana. Pengetahuan yang terserap dalam bentuk informasi dan bukan realisasi memang kurang memadai dan terkadang justru malah menghambat keberhasilan suatu penempuhan dikarenakan senantiasa ada kecenderungan dari kita untuk merasa cukup sekedar mengerti saja untuk kemudian merasa tidak perlu menjalaninya, ataupun sering juga terjadi interferensi kesalah-fahaman dalam menafsirkan dikarenakan perbedaan dan kesenjangan dengan apersepsi pengetahuan sebelumnya, ataupun keterlalu-melekatan pada pandangan tersebut justru akan menghambat realisasi pengembangan kebijaksanaan dan peningkatan kesadaran yang mungkin dapat dicapai ; atau bisa juga terjadi adanya penyesatan dan keterpedayaan  yang tidak selalu disengaja sebagai manipulasi kelicikan pemapar demi kepentingan pribadinya sendiri  namun juga bisa suatu kekeliruan informasi karena keterbatasan pengetahuan walaupun dia memiliki maksud tulus untuk memberdayakan . 

Osho mungkin benar namun demikian kami juga berpandangan. GIGO (garbage in,Garbage Out). Jika yang masuk sampah, keluarnyapun cenderung sampah). Tetap diperlukan kejelasan dan ketepatan pengertian bagi kita semua untuk dapat menghayati kebenaran tersebut. Pandangan yang benar adalah separuh langkah tindakan yang benar.. Namun demikian memang sangat perlu kewaspadaan bagi kita semua dalam  menyimak dan mensikapi referensi pandangan awal ini. Sikap terbuka dan terjaga haruslah tetap menjadi senjata anda dalam mengkaji setiap hipotesis bahasan pada buku ini (BLOG 17012021 OK/PLUS/TQ/GNOSIS PUBLIK.pdf p.6)

Pandangan perlu penempuhan untuk melayakkan keniscayaannya 

dari : http://teguhqi.blogspot.com/2020/11/just-seeker.html

Ini sama sekali tidak dimaksud untuk menggenapi mitos ( semisal agama Shiva Buddha - Sabdo Palon? di atas). Bagi kami bukan hanya kebodohan internal namun bahkan pembodohan eksternal untuk membuatkan belenggu baru bagi semua. Namun jika kemudian ada yang ingin meng-klaim, menggunakan atau memanfaatkannya biarlah itu menjadi beban tanggung jawab karmic atas effek kosmik yang dilakukannya (kesesatan & penyesatan > kecerahan & pencerahan ?). Well, bagi kami biarlah Realitas Kenyataan itu tetap utuh dalam kesempurnaannya ... tidak usah memecahkannya dalam aneka kepingan pandangan walau kita faham/ sadar dalam memilah memang ada Kebenaran yang memurnikan dan ada juga Kepalsuan yang menjatuhkan namun kebijaksanaan atas keberimbangan perlu dijaga untuk tidak menjerumuskan diri ke dalam mana kesombongan pembandingan untuk ekstrem konseptual tertentu bahkan walau itu sesungguhnya memang untuk mementingkan kebenaran tidak sekedar untuk membenarkan kepentingan. (Dalam sutta nipata Buddha bahkan lebih halus & santun menyatakan bahwa sesungguhnya tidak (perlu) ada (klaim konsep) kebenaran tunggal .... yang ada hanyalah fakta permasalahan dan cara mengamati, mengalami & mengatasinya saja.... Dukkha vs JMB 8.) Link there is no truth Bhante Punnaji.  

Lagipula sebenar apapun idea pandangan belumlah berarti jika saja tanpa penempuhan autentik,hingga memang terbukti dalam realisasi penembusan & pencerahan selanjutnya. Konsep ini justru malah akan menyekap/ menjebak semuanya jika hanya menjadi fanatisme kepercayaan belaka apalagi jika diikuti dengan radikalisme pemaksaan ... payah & parah. Dhamma harus dilayakkan dengan pemberdayaan. Itulah sebabnya Buddha walaupun authentically sudah menempuh, menembus dan memahaminya sendiri tetap menegaskan prinsip ehipasiko pembuktian sendiri ketimbang hanyalah peyakinan fanatisme percaya membuta bukan hanya karena secara pragmatisme begitu dangkal (hanya sebatas intelektual bahkan emosional ?) & kurang berguna bagi progress kualitas spiritual authentic savakaNya namun karena memang cukup berat dan tidak mudah merealisasi pencerahan yang mutlak harus ditempuh dengan perwira secara mandiri tidak membebani / menggantungkan pengharapan dari lainnya saja ... kualitas sejati Ariya. So,Beliau telah bersikap bijak membabarkan paradigma saddhamma pemberdayaan yang tidak hanya berguna dalam membantu dan memandu namun juga tidak membelenggu & menipu diriNya dan juga SavakaNya. 

By the way, bagaimana jika faham tsb ternyata bukan keberdayaan & pencerahan namun keterpedayaan & penyesatan? besar tanggungan karmik yang layak diterima ke semuanya. So, jangan naif/liar untuk bodoh (picik, licik dan kasar) dengan melakukan kebodohan internal apalagi pembodohan eksternal sebenar apapun anggapan anda ... apalagi jika kemudian ternyata itu adalah ketersesatan dan lebih parah lagi jika memang hanya penyesatan untuk kebanggaan pengakuan dan kepentingan kekuasaan saja. Well, selain beban karmik sendiri tambahkan juga perkalian follower / subscriber dengan jangka waktu pakai hingga kedaluarsa untuk bonus beban karmiknya, bro/sis. (kalkulasi matematis amal/dosa jariyah berjamaah versi kami ?). So, jangan korbankan diri anda dan juga (apalagi) lainnya dengan kekonyolan yang tidak perlu & tak bermutu dalam derita penyesalan yang memang mutlak perwira perlu ditanggung tidak hanya seumur masa kehidupan namun bisa jadi akan sepanjang kalpa keabadian. Walau memang senantiasa ada celah pencerahan/penyesatan di setiap dimensi alam kehidupan samsarik untuk perbaikan/ penjatuhan evolutif , namun sebagaimana Buddha katakan diperlukan ekstra kebijaksanaan (alobha/adosa/amoha), ketangguhan (sila/samadhi/panna) dan 'keberuntungan'  (berakhirnya kammasaka buruk & berbuahnya kammasaka baik, positifnya kammavipaka baru atas pacaya pemicu eksternal : misalnya sikap batin simpatik mudita bagi petta paradattupajivika atas limpahan kebaikan patidana untuknya dsb) bagi yang sudah menjadikan alam apaya seakan rumah tinggal baginya (pengumbaran kecenderungan MLD moha- lobha- dosa yang kuat di tempat yang 'tepat' ?)   

Walaupun mungkin memang ada, diadakan atau diada-adakan bagi kebenaran untuk personally bebas memilih jalan yang sesuai dan 'pembenaran' kepentingan untuk memaksakan keinginan externally (?) , mungkin sebaiknya (walau plus minus dampak memang tetap ada untuk diterima atas segala konsekuensi pilihan) tetaplah sebagaimana kita semula (?) karena disamping kita memang tetap harus menjalani tanggung jawab atas kamavipaka di saat ini adalah bijak juga menghindari disharmoni eksistensial yang tidak perlu … apakah kita muslim, Kristen, hindu, Buddha, dsb termasuk yang  menyadari dirinya agnostic ataupun maaf ….bahkan atheist sekalipun akan keilahian personal yang umumnya(?) dianut /yang ini .. disini secara politis/ ideologis (?)  masih repot atau memang direpotkan, bro/sis ? /.  Well, sebenarnya selama kita masih sadar untuk bisa menjaga dan membawa diri dalam etika kebersamaan & kesemestaan untuk saling empati,, harmoni dan sinergi seharusnya tidak menjadi masalah apalagi dipermasalahkan (?). Ada keberagaman dalam keindahan pelangi dimana masing-masing warnanya walau mungkin boleh naif untuk tidak harus menyetujui satu sama lain akan keseragaman dengannya namun tetaplah harus arif untuk senantiasa saling menghargai perbedaan keberadaannya masing-masing. Ini bukan sekedar Kearifan Buddha atau Shiva yang memandang aneka keragaman delusi pelangi berkonsep para bhava samsarik sehingga adalah tidak bijak untuk mencabut seseorang dari akar habitatnya semula walaupun/apalagi dengan cara yang sesungguhnya sangat kontra-produktif  (pembenaran standar ganda pseudo dhamma atau bahkan pemaksaan addhama : pembenaran arogansi identifikatif & eksploitasi, manipulative/ intimidatif/ agressif  dst). Well, untuk kesekian kalinya (kami tekankan) Spiritualitas yang dewasa adalah just leveling not for labeling ….memastikan  keberdayaan tidak sekedar meyakinkan kepercayaan, melayakkan pencapaian dengan penempuhan & penembusan tidak sekedar melagakkan pencitraan dengan penganggapan & pengakuan, mengandalkan tanggung jawab meniscayakan kesejatian tidak sekedar bermanja mengharapkan 'keajaiban' belaka, dsb.  

Kajian Final 

1. Menghadapi Keabadian : Swadika, Talenta, Visekha
Swadika :
Talenta, :
Visekha:
2. Menghadapi Kehidupan : kecakapan, kemapanan, kewajaran
kecakapan :
kemapanan, :
kewajaran :
3. Menghadapi Kematian : Racut , Bardo , Alam 
Racut : 
Bardo :
Alam :


1. Menghadapi Keabadian : Swadika, Talenta, Visekha
Data lama :
Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini. 

Prolog :
Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya. 

Terlepas dari prasangka asumtif nivritti negatif tersuratnya (KM4 Dukkha, Nibidda, dst) , tanpa referensi Buddhisme wawasan spiritualitas bukan hanya terasa hambar & dangkal levelnya namun bisa jadi salah arah dalam keterpedayaan samsarik ?.
Kutipan :
Tiga Pesan Abadi keheningan kosmik yang diungkapkan para Buddha : Jauhi kejahatan, jalani kebajikan, sucikan fikiran  
  
Link Data: www.tiny.cc/dhammapada-183Bro Billy Tan (p. 12 - 20)
Link video : Dhammadipateyya (Paradigma Berpandangan : Dhamma-Oriented ) Bhante Pannavaro 
Link video : Arogya parama labha (kesehatan adalah keuntungan utama)  Pencerahan Magandiya Sutta Bhante Pannavaro 
Well, Salut kepada Buddha yang menempatkan synthesis keswadikaan di atas thesis kebahagiaan untuk pencerahan kebebasanNya dari antithesis dukkha  kesemuan  "penderitaan".

Berikut adalah tabel alternative teparinama penempuhan "kontemporer" bagi etika pacekka (atau mungkin juga Buddha Savaka ?)

No

Level

Saddha  

(peningkatan kefahaman Dhamma : pengetahuan ,penmpuhan, penembusan)

Sila  revised

(pakati + pannati : varita & carita)

Samadhi

(Samatha Pemantapan keberimbangan + Vipassana pemurnian

Kebijaksanaan

Panna

Dhamma Vihara

(Kelayakan terniscayakan)

Prior Input

Final Output

1

Elementary

Suta maya paññā (intelek)

Pancasila

Appana & Khanika

Diba Vihara (surga ?)

Padaparama dihetuka

Neyya tihettuka

2

Intermediate

Cintā maya paññā (intuisi)

Atthasila

Jhana (lokiya & lokuttara)

Brahma Vihara   (Ilahi?)

Vehapala  (rupa + arupa?)

Gotrabu Anuloma

3

Advance

Bhāvanā maya paññā (insight)

Samanasila

Magga & Phala   (irreversible ?)

Ariya Vihara (murni?)

Sekha

Asekha ?

Mengenai cara penempuhan sudah banyak referensi yang diberikan bagi realisasi ini. Para Seeker bisa menanyakan langsung pada para Bhante atau Guru spiritual /Pemandu Meditasi yang bukan hanya lebih berkompeten namun juga sesungguhnya ini wilayah mereka yang sudah sepantasnya bagi kita yang di luar sasana untuk tahu diri, tahu malu dan tahu sila untuk tidak 'tranyakan' melanggar bukan hanya area kewenangan mereka namun juga wilayah kesemestaan bersama yang beragam ini. Walau sebagai seeker kita telah memahami akan proses saddha KM4/ JMB 8 dalam triade sila-samadhi-panna untuk dijalani,.  semisal : chart Pa Auk Sayadaw, etc (juga : Ajahn Chah, Bhante Punnaji, Bhante Vimalaramsi, dsb) 

Harusnya terbalik urutannya dari logika proses penempuhannya  & by product peniscayaannya (Sila- Samadhi-Panna untuk Vihara kelayakannya ). 
Tersenyum seperti Buddha 
(Smile like a Buddha ... not as a Buddha ? ) 
Be Realistics to Realize the Real
Tersenyumlah seperti Buddha walau itu memang masih 'fake' (semu) dan tidak 'real'(nyata).
Ini bukan dimaksudkan untuk 'memotivasi' diri bagi kesombongan pencitraan diri dengan melagakkan seakan pencapaian keniscayaan telah terjadi hanya dengan cara itu.
Ini dimaksudkan untuk mengarahkan diri untuk kebijaksanaan penyadaran diri dengan melayakkan peniscayaan keniscayaan yang secara murni dan alami seharusnya terjadi.
Senyum kearifan Ariya yang melampaui sikap positif apalagi negatif.

Bagi Dia yang sudah terjaga itu ekspresi authentik 
Bagi kita yang belum terjaga itu exercise holistik

Tersenyum seperti Buddha 
karena terfahami secara intelektual simsapa kebenaran spiritual
Kecakapan Pandangan benar akan mengarahkan fikiran benar (kesadaran notion batin)
Kecakapan fikiran benar akan mengarahkan tindakan bajik (ketulusan dana sila etc)
Kecakapan tindakan bajik akan mengarahkan asset mulia (kemurnian punna kusala )
Dhamma indah pada awalnya dengan terlampauinya tataran eksistensial diri
(harmoni dunia - terhindar apaya - terlayakkan surga = Dibba Vihara )

Tersenyum mengarah Buddha 
karena tercapai secara meditatif acinteya hakekat kenyataan spiritual
Paska asset mulia terus lanjutkan Adhi-Sila (alobha -adosa - amoha : tihetuka)
Paska Adhi-Sila terus lanjutkan Adhi-Citta (Samma Samadhi : Jhana Brahma )
Paska Adhi-Citta terus lanjutkan Adhi-Panna (Samma Vipasana: Gotrabu Nana?) 
Dhamma indah pada pertengahannya dengan terlampauinya tataran universal diri
(harmoni batin - terlampaui moksa - terlayakkan magga  = Dhamma Vihara )

Tersenyum sebagaimana Buddha 
karena terbukti secara insight advaita desain labirin permainan spiritual
Dengan masaknya Adhi-Panna layaklah Realisasi Keterjagaan (nibbana: pemurnian magga/phala  )
Dalam Realisasi Keterjagaan layaklah Realisasi Kebijaksanaan (panna: sabbanutta/ patisambhida?)
Dalam Realisasi Kebijaksanaan layaklah Realisasi Ketercerahan (kiriya: kusala  non karmik?)
Dhamma indah pada akhirnya dengan terlampauinya tataran transendental diri 
(harmoni - terbuka nibbana - terlampaui samsara  = Ariya Vihara )

Dhamma akan melindungi siapapun yang menempuhnya dengan benar, tepat dan sehat.
Teruslah memperjalankan 'diri' demi semakin terjaganya orientasi, kualifikasi & realisasi
Jalani saja proses penempuhannya secara murni tanpa perlu ambisi/obsesi yang menghalangi.
Layakkan diri sebagaimana kaidah Niyama Dhamma meniscayakan pelayakannya secara alami.
Terima, kasihi dan lampaui segala episode penempaan diri sebagaimana ariya nantinya.
Layakkan diri sebagai Ariya ... maka jikapun nibbana pembebasan belum (mampu/perlu?) tercapai , maka keterjagaan, kebijaksanaan dan ketercerahan akan membawa keswadikaan, keberdayaan, dan kebahagiaan dimanapun wilayah, bagaimanapun suasana dan apapun peran zenka keabadian yang dijalani .... Pada hakekatnya, Samsara hanyalah ilusi mimpi dari Nibbana bagi semuanya.

1a. Swadika :
Swadika  berkaitan dengan level esensi Panna untuk bawaan kelanjutan.
Tabel 10 level Kesadaran Gnosis  


Dimensi

Tanazul Genesis KeIlahian

Taraqi  Eksodus Pemurnian

Simultan progress Triade

Transendental

ESENSI MURNI

? ! . 

Transendental

 ajatam

abhutam

Panna

(theravada?)

Universal

akatam

asankhatam

Eksistensial

Asekha ?

Nibbana

Universal

ENERGI ILAHI nama brahma 

Transendental

Anagami

suddhavasa

Samadhi

(vajrayana ?)

Universal

Anenja

arupavacara

Eksistensial

Vehapala >Abhasara

rupavacara

Eksistensial

MATERI ALAMI rupa kamavacara

Transendental

Mara/Kal, ...

triloka

Sila 

(mahayana?)

Universal

Yama , Saka, ...

svargaloka

Eksistensial

asura? < Bhumadeva   

apayaloka

10 ? transendental 3 + universal 3 + eksistensial 3 = 9 ?  9 dimensi mandala di atas + 1 for Indefinitely Infinitum ( Realitas Aktual Transenden > Fenomena Formal Immanen dari personal laten deitas  ) for humbling in progress to mystery. 

Tentang KeIlahian  (Tuhan : Tao - Dhamma ) :

Tuhan bukan bemper kebodohan/kemanjaan diri, media katarsis psikologis /transaksi pencitraan   dan kloset pembenaran pemfasikan/ kezaliman kepada lainnnya).  
Perlu kebijaksanaan universal. keperwiraan eksistensial, dan  keberdayaan transendental dalam spiritualitas

Tauhid sufism Ibn Araby  : tanzih -tasbih (transenden/imanen) Jika kau memandangnya tanzih semata kau membatasi Tuhan. Jika kau memandangnya tasbih belaka kau menetapkan Dia Namun jika kau menyatakanNya tanzih dan tasybih; kau berada di jalan Tauhid yang benar Sufi Ibn Arabi  memandang  KeIlahian Tuhan secara Esa - utuh dalam keseluruhan. Tuhan dipandang sekaligus sebagai Dzat Mutlak yang kekudusanNya tak tercapai oleh apapun/siapapun juga (transenden/tanzih) namun keluhuranNya meliputi segala sesuatu (immanen/ tasybih) sehingga walaupun pada dasarnya Kekudusan dan kesempurnaan Tuhan secara intelektual tak terfahami (agnosis)dengan keberadaan yang mungkin terlalu agung untuk kemudian tak diPribadikan(impersonal) dan mandiri (independent) namun  kemulian IlahiahNya sering  disikapi sebagai figur yang berpribadi(personal) dan Dharma kehendakNya dapat difahami(gnosis)  sehingga  memungkinkan terjadinya hubungan antara makhluk dengan Tuhan sesuai dengan ketentuanNya (dependent).Tanpa Tuhan, tidak ada segalanya Karena Tuhan, bisa ada segalanya. (wajibul & mumkimul Wujud )

Tao adalah Tao - jikakau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao 

Dalam kitab suci Uddana 8.3 Parinibbana (3) Buddha bersabda : O,bhikkhu ; ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak Jika seandainya saja tidak ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut  maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran penjelmaan ,pembentukan , dan pemunculan  dari sebab yang lalu. Tetapi karena ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak  menjelma, tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut maka ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu itu. Ini secara tidak langsung mungkin menunjukkan dua hal sekaligus ,yaitu : kesaksian akan adanya keilahian yang diistilahkan sebagai ‘yang tak terbatas” dan yang kedua penjelasan bahwa nibbana   pencerahan sebagai puncak pencapaian spiritualitas Buddhisme hanya mungkin terjadi karena adanya ‘Yang tak terbatas’ tersebut. 
plus link : konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama (https://khmand.wordpress.com/2008/08/20/konsep-tuhan-dlm-agama-buddha/)
Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam yang artinya “Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak”. Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asankhata) maka manusia yang berkondisi (sankhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.
Well, sejujurnya tinggal selangkah lagi Saddhamma ini untuk menjadi Paramattha Sanatana Dhamma yang memuliakan kebenaran & keilahian secara murni & sejati sebagai Theosofi Panentheistik tauhid yang merengkuh seluruh paradigma yang ada ... Idea Buddha Shiva ? But, skenario samsarik  (termasuk sunnakalpa & era Buddha Maeteya, Lokabyuha & siklus pralaya, etc) tampaknya memang tetap perlu berlanjut demi keberlangsungan keseluruhan pelangi biasan keberagaman dari Satu mentari yang sama.

Dr. Ali Shariati melambangkan 1 adalah Hyang Esa, 0 adalah makhlukNya.  Meminjam istilah beliau ; berikut adalah paradigma kerobbanian yang menjadi orientasi awal bagi ketawaddhuan yang juga akan kembali menjadi  realisasi akhir bagi kecerdasan manusia. (*) = 1 tetap bernilai walau 0 tidak ada. 0 tidak bernilai jika 1 tidak ada. Maksudnya = Tuhan tetap ada walaupun makhluk ada ataupun tidak ada. Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan, segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada.  Dia adalah  Hakekat yang merupakan penyebab dan kembali segala yang ada (baca: diadakan untuk mengada jadi tidak perlu terlalu meng-ada ada). (*) = 1 dibagi 0 tak terhingga ; 0 dibagi 1 tak berharga. Maksudnya = Pribadi yang berkarakter kuat dan cerdas adalah pribadi dengan kekuatan dan kecerdasan yang tumbuh berkembang karena ketawadhuan bukan dengan ketakaburan. 0 dibagi 1 tetaplah 0 – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri dengan ketakaburan. (Lemah dan rapuh karena sesungguhnya :Tiada daya upaya tanpa izinNya.)  Namun … 1 dibagi 0 adalah tak terhingga – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri karena ketawaddhuan. (Senantiasa tumbuh dan berkembang dalam keridhoan dan petunjukNya). (*) = 1 di depan 0 jauh bernilai dibanding 0 di depan 1 . Maksudnya = Jadilah pribadi 10; Pribadi yang mengedepankan Tuhannya diatas segalanya (termasuk dirinya sendiri). 0 didepan 1 dibelakang hanyalah bernilai 1 (satu) – ini gambaran pribadi yang mengedepankan selainNya pada kehidupan. Amaliah menjadi tak sempurna karena syirik, pribadi tidak konsisten karena terombang-ambing kepentingan duniawi/ kebanggaan berpribadi. Bahkan jika pada akhirnya yang satu (1) itu menjadi hilang, maka seluruh kehidupan kita tinggal 0 (baca: nol besar). 

Plus: hipotesa teoritis  3 (tiga) fase (Mandala.  
Dari secret data lama kami (maaf ... dulu memang lebai masih naif & liar .... sekarang ? makin parah & payah, hehehe ) Gnosis Publik  p.7
Dhyana Dharma Keberadaan :
Fase 1 :  Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purwaning Dumadi  ( Dhyana ® Swadika ! )
Fase 2 : fase peng’ada’an. KeEsaan karena Tuhan. sangkaning Dumadi  ( Dharma ® Kehendak Ilahi )
Fase 3 : fase keberadaan  Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi  ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )
Dharma Dhyana Keberadaan :
Fase 3 : fase keberadaan  Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi  ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )
Fase 4 : fase peniadaan. Keesaan kembali ke Tuhan. paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )
Fase 5 : fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )
Well, ini hipotesa teoritis dari 3 (tiga) fase (Mandala Tiada Samsara - Mandala dengan Samsara - Mandala Tanpa Samsara).  
1.Mandala Tiada Samsara, ( Fase hanya Dhyana > Dhamma ) 
Transenden = Transendental - Universal  - Eksistensial  (Esa - yang ada hanya Dia Sentra Yang Esa ) 
2. Mandala Dengan Samsara, (Fase  dalam Dhamma < Dhyana )
Transenden = Transendental , Universal  , Eksistensial  (Segalanya ada  karena Dia  Sentra Yang Esa) 
Tanazul Genesis = emanasi , kreasi , ekspansi ? 
2.1. Awal : Mandala Pra Samsara  
Transendental : keterjagaan esensi / zen ? Nibbana 
Universal  : keterlelapan energi / nama  Brahma : arupa & rupa , 
Eksistensial  : kebermimpian etheric / rupa Kamavacara : dunia - surga & apaya  
2.2.. Kini : Samsara Pra Pralaya  
Dunia :  sd pralaya  Svarga : sd pralaya (paska dunia ) - Apaya :  sd pralaya ( lokantarika ?) -  Brahma : sd pralaya ( abhasara etc  Nibbana : sd advaita ? 
2.3. Nanti : Samsara Paska Pralaya (versi Buddhism ? ) 
Lokantarika : residu rupa paska terkena pralaya : dunia - apaya - svarga - hingga rupa brahma Jhana 1 sd 3 (mengapa ?)
Brahmanda : restan nama tidak terkena pralaya : Sudhavasa + Anenja /& Rupa Brahma : Jhana 4 untuk kemudian 3 - 2 ( abhasara )  
Lokuttrara : bebas dari samsara & pralayanya : Asekha nibbana ( eksistensial ? + universal & transendental-nya)  
What's next ? 
- Siklus fase ke 2 Mandala Dalam Samsara berlanjut lagi (Kisah kasih nama rupa Brahmanda Lokantarika bersemi kembali sebagaimana biasanya ? ... kecuali lokuttara & suddhavasa harusnya plus vehapala yang masih mantap & anenja yang masih terlelap juga ..... 
Asaññasatta ?)  
- atau... kembali ke fase 1 (kemanunggalan azali karena pencerahan keseluruhan/& keterjagaan Dia Sentra Yang Esa) 
- atau haruskah ada fase 3 (kemusnahan total karena kekacauan keseluruhan & kebinasaan Dia  Sentra Yang Esa ) 
3. Mandala Tanpa Samsara  (Fase  tanpa Dhamma - tiada Dhyana )  
tiada  Eksistensial - Universal  -  Transendental    (Segalanya tiada  tanpa Dia Sentra Yang Esa )  
Adakah Sentra dengan sigma & zenka lain ? Maha Sentra Utama ? dst dsb dll 
idea tidak lagi dibahas bisa keluar jalur ? : Spekulasi Rimba Pendapat tak perlu karena hanya memboroskan energi, perdebatan tak perlu  & sama sekali bukan upaya yang perlu untuk bersegera dalam penempuhan keberdayaan aktual ? Samsara pribadi (eksistensial ) saja belum diketahui awalnya dan akhirnya (kejujuran nirvanik Buddha ), apalagi samsara semesta (universal) terlebih lagi transendental (mengapa ?).

Kutipan :
Jika telah tiba di wilayah kesadaran non alam samsarik nibbana... congrats. Selamat atas keterjagaan dari perjalanan tidur panjang penuh mimpi. selamat datang di rumah sejati esensi murni.
Sikapi "Kebebasan" ini sebagai kebenaran pencerahan berkelanjutan bukan perayaan ke"aku'an untuk lengah terlelap lagi. Walaupun karena magga phala meniscayakan keberadaan & tindakan kiriya yang suci (selama belum parinibbana khanda Ariya Buddha tetap tidak terbebas dari 12 dampak karmik buruk kehidupan lampauNya juga Bhante Moggalana. Bhikkhu arahata sekalipun tetap bisa melakukan kesalahan (terinjaknya serangga oleh arahata karena buta, peraturan vinaya sanghadisesa merukunkan duniawi ?) walau tanpa sengaja/ tak diketahui. Namun totally, inilah realisasi dambaan neyya buddhist untuk terbebas dari dukkha .... terjaga dari mimpi samsarik. Pulang kembali ke rumah sejati. Hanya yang telah melampaui (ariya nibbana) bisa menghadapi kembali (samsara) dengan lebih baik lagi (kiriya x karma) dan karenanya wilayah samsara ini tidak lagi tepat bagi yang telah lulus/ lolos darinya. Keswadikaan nyata yang bukan hanya melampaui penderitaan namun juga kebahagiaan. (magandiya sutta)
By the way, just kidding ... ada  versi/type samsara baru di wilayah ini ? samsara ini saja yang walau hanya delusif tidak chaotik sudah cukup menyusahkan kita dalam memahaminya  apalagi layak menembus dan melampauinya. Niyama Dhamma memang cukup mantap menjaga kaidah kosmik secara impersonal transenden... namun ketidak-segeraan dampak karmik, keterlupaan memory pra rebirth terlebih lagi tampak begitu 'rea'l-nya delusif fantasi keberadaan attha pada nama figur mimpi & sensasi kebahagiaan akan rupa (sulit untuk parichedanana?) benar-benar melengahkan dan menyesatkan (dan bahkan  karena ketidak mengertiannya tidak sengaja apalagi terencana  bukan hanya tidak mencerahkan namun bahkan saling menyesatkan lainnya walaupun dengan kepolosan, ketulusan dan kesadaran ).
Dalam senyum holistik di rupang keBuddhaanMu intuisi saya mengatakan masih ada. Namun mungkin biarkan dia tersirat sebagai rahasia. Kebijaksanaan (bukan kesempurnaan) adalah mahkota akhir bagi kita semua. Setidaknya Realitas Nibbana sebagai rumah sejati bagi esensi murni dari drama kosmik Fenomena Samsara telah kembali ditemukan dan bisa direalisasikan lagi  (walau sulit ... terutama bagi saya tentunya. padaparama diluar sasana yang masih naif dan liar. perokok berat pecandu kopi lagi ... avijja & tanha masih kuat ).
Panna Phasa Kedukkhaan bukan tanha vedana kebahagiaan Realistics  thesisnya, keaniccaan proses perubahan bukan kekekalan masif Real antithesisnya, keAnnataan Panca khanda bukan keberadaan" figure delusif" Realize synthesisnya. Intinya kita hanya dan harus melampaui internal individualitas diri sendiri ... asava kilesha diri bukan yang lain. Itulah (mungkin... saya harus tahu malu , tahu diri dan tahu sila pada autoritas wilayah acinteya yang belum saya capai)  puncak kebijaksanaan nirvanik yang melampaui drama kosmik mimpi delusif samsara.
Sedangkan .... maaf ini agak nekat ('gila'-istilah Khalil Gibran) tentang kesempurnaan walau saya seharusnya lebih tahu malu, tahu diri dan tahu sila pada Realitas wilayah advaita yang mustahil dicapai. Advaita Taoisme lebih menyukai istilah keberimbangan holistik untuk dinamis berkembang ketimbang kesempurnaan absolut yang sangat stagnan. Advaita vedanta dalam Brahma Vidya menterminologinya dalam istilah saguna -niskala (? saya lupa istilahnya ... sudah sarat memory otak  tua ini). Atau simple-nya (istilah pakar komputer) sistem keamanan jika berjalan 100 % sempurna maka dia (malah) tidak akan bisa jalan. Newton (semoga saya tidak salah mengingat referensi buku lama) seorang scientist namun saat itu dia mengatakan agak filosofis tentang keteraturan kosmik yang perlu "Tuhan" yang direferensikan sebagai pengaturnya (walau jika ternyata Diapun .. maaf ...tidak ada) . Buddha-pun mengistilahkan ini sebagai "ajatang, abuthang, dst " (udana ) yang memungkinkan terjadinya pencerahan diriNya sehingga terbebas dari samsara ini.(Pakar Buddhism menyatakan Nibbana adalah Realitas transendent yang Impersonal ...bukan atta pribadi atau yang bisa dianggap/ mengklaim sebagai "diri" karena magga phala pencapaian "wilayah" kesadaran diri ini harus dicapai melalui kesadaran "tanpa diri " (sakayadithi pancakhanda - diri samsarik dst) ... Susah, ya? saya sendiri bingung mau mengatakan apa. Mudahnya demikian ... anggaplah sesorang ( katakanlah A) lelah terjaga kemudian tertidur, pulas hingga bermimpi. Dalam mimpi tersebut dia memerankan figur berbeda bisa jadi multi peran dan aneka peristiwa (walau yang bermimpi A namun bukan A yang terjaga ... jadi katakanlah A' A aksen .... A yang bermimpi ). Ketika bangun terjaga dia mendapatkan  keberadaan yang berbeda lagi dengan mimpinya. Samsara bisa dipandang sebagai mimpi tersebut. Figur A' - A aksen dengan segala atribut peran mimpinya itu disebut 'diri" untuk Figur A yang real dan sudah terjaga (tidak lagi A aksen tadi). Bingung, ya .... cobalah anda ganti A dan A aksennya. (Itu hanyalah cara pandang hal yang sama namun dengan sudut yang berbeda dari tanazul - taraqqi : kejatuhan dalam keterlelapan  dan keterjagaan dari keterlelapan dst )
Intinya demikian pandangan kami tentang kesempurnaan yang tidak hanya acinteya namun advaita untuk dibahas. kebijaksanaan Nibbana mungkin adalah batas akhir yang bisa secara bijak dicapai (Buddha dan juga lainnya) dalam melampaui samsara yang tidak diketahui awalnya (secara individual ) dan kapan berakhirnya  (secara universal) ...pengakuan autentik Buddha. (mengapa ?). Ini dicapai dalam progress simultan dan berkaitan melampaui individualitas diri (eksistensial,universal hingga transendental )
Lantas ... bagaimanakah kesempurnaan advaita tersebut ? secara hipotetis ini baru bisa dicapai jika terlampaui tidak hanya universalitas diri (bukan individual tetapi universal ..... bayangkan wilayah nama tanpa rupa "batin tanpa materi" hanya ada Anenja Brahma, suddhavasa dan Nibbana tidak ada lagi alam dunia, apaya, surga , rupa brahma) namun juga trandentalitas diri (bayangkan wilayah dvaita nibbana  dan advaita itu sendiri tiada samsara  imanen lagi). Demikian analogi gambaran saguna -niskala mandala ini. Ini gambaran Dia yang belum terjaga dari dvaita samsara nibbanaNya. Bagaimana jika Dia terjaga dalam advaita dan melampaui nibbana (samsaraNya) ? dst.
(Pusing ya .... karena jelas kita yang masih "ndagel" dalam peran samsarik di dunia ini tidak mungkin ada disana maka kita cukupkan disini saja)

Walaupun fenomena mandala ini memang beragam level & labelnya (terpilah > terpisah ?) namun secara realitas terpadu adanya (esensi>energi>materi).  

Kutipan : 
So, tetap realistis tidak opurtunis (karena walau samsara ini delusif namun tidak terlalu chaotik ... Niyama Dhamma yang Impersonal Transenden cukup kokoh menyangga permainan "abadi" nama rupa di samsara ini ... perlu keselarasan, keberimbangan dan kebijaksanaan untuk tidak perlu melakukan penyimpangan, pelanggaran bahkan penyesatan yang akan menjadi bumerang kelak ... kemurnian diutamakan tidak sekedar "kelihaian" ). … ingatlah tidak hanya ucapan yang diungkapkan dan tindakan yang dilakukan bahkan konten perasaan dan fikiran kita akan berdampak juga pada keberlanjutan diri kita nantinya apalagi jika harus ditambahi dengan beban tambahan karena penderitaan dan penyesatan atas lainnya… keburukan dan kebaikan walau tidak selalu instan ataupun identik potentially akan berbalik juga ke sumbernya siapapun kita (orang biasa atau tokoh terkemuka , tidak hanya manusia namun juga semuanya termasuk brahma, mara, dewata, asura apapun identifikasi yang kita anggapkan bagi diri sendiri atau pengakuan yang kita harapkan dari lainnya). ..... Kebodohan, kesalahan dan keburukan harus secara perwira perlu ditanggung secara mandiri (/bersama?) demi/bagi keadilan, keasihan dan kearifan mandala ke-Esa-an ini. (demi tanggung jawab tersebut jangan harapkan pengampunan kosmik, penghangusan karmik bahkan ... maaf .... "kemahiran (dengan kepalsuan/kelihaian/keculasan bukan kebenaran/kebijakan/kebajikan seharusnya) ? " internal yoniso manasikara / sati sampajjana demi kasih universal untuk tidak menyusahkan/ menyesatkan lainnya).  Sedangkan kebijakan, kebenaran dan kebajikan tetaplah sucikan kembali transenden impersonal dalam anatta diri bukan hanya karena sekedar anicca namun juga untuk melampaui dukkha dalam keselarasan atas kesedemikianan yang wajar dalam peniscayaan .
kebenaran bersikap, kebijakan berpribadi dan kebajikan berprilaku tetaplah berguna (bahkan kalaupun saja semisal jika kehidupan ini ternyata hanyalah vitalitas kebebasan semu & liar belaka /ahetuka ?/ sehingga sama sekali tidak ada dampak karmik secara metafisik atas effek kosmik yang berlangsung /tiada pelayakan tihetuka bagi pemurnian untuk penembusan/ pencapaian / pencerahan, minimal perolehan deposito 'liburan' surgawi (?) ... itupun tetap berdampak positif dalam kebersamaan sosiologis di sekitarnya (kenyamanan kepercayaan, kebahagiaan, dsb) minimal secara psikologis (tiada penyesalan karena tidak bertindak buruk, tanpa kekecewaan karena mampu berprilaku baik sehingga tanpa perlu kerisauan/kecemasan lagi ketika masih hidup bahkan jikapun harus melepaskannya kala meninggal dunia .... walau belum ideal berlevel  ariya,,mampu tihetuka bhavana, mulia layak surga, mantap secara duniawi, dsb  ; Jika memang tiada dusta buat apa berduka ... walau memang tentu saja harus tetap perwira bersedia bertanggung-jawab untuk menerima apapun juga konsekuensi kemungkinan kompleksitas dampak karmik dari effek kosmik yang dilakukan tindakan / ucapan, fikiran/perasaan dsb ? Fair perwira diterima ... bukan hanya atas kebenaran, kebajikan dan kebijakan namun juga kebodohan, kesalahan dan keburukan bahkan juga kepalsuan, kebejatan dan kekejaman yang telah kita lakukan selama samsara ini. ). Segala hibrah kenyataan memang perlu terjadi sebagaimana hikmah kebenaran yang seharusnya terjadi ... walau tidak selalu identik apalagi instan (dikarenakan 'kebetulan / digariskan' ?  memang ada kompleksitas banyak faktor yang bermain di sana) . Tidak ada yang salah dengan fenomena eksternal bagi diri dengan realitas internal yang memang sudah senantiasa berusaha, terbiasa apalagi memang sudah terniscaya untuk selalu swadika terjaga tanpa perlu noda asava (miccha ditthi, mana, tanha & avijja vipalasa lainnya) untuk senantiasa jernih mengamati (yoniso manasikara?), dengan tegar menjalani (sati sampajjana?) dan bijaksana untuk mengatasinya (appamadena sampadetha?). Well, Realitas tilakhana Kebenaran yang nyata dalam setiap fenomena kenyataan yang tergelar memang seharusnya terjadi sebagaimana kelayakan keniscayaannya walau itu mungkin saja tidak sesuai dengan keinginan/ harapan / sangkaan kita semula. 
Jadi  turun level agak romantis lagi, nih .... ingat refleksi pribadi "Kun Saidan" (Berbahagialah - Anisah May dari Tasauf Modern Hamka ) ... Just loving the Love. Cintailah Cinta (Sumber Sejatinya bukan sekedar Media Obyeknya). Cintailah Tuhan (baca: Kebenaran) sebagaimana kehendakNya bukan hanya sekedar untuk mengumbar kepentingan ego yang selfish. Karena apapun yang diberikanNya (sekalipun seburuk atau seberat apapun itu tampaknya di permukaan) adalah tetap yang terbaik bagi kita ... karena itu demi kebaikan pemberdayaan kita bukan untuk memperdayakan kita. Atau dalam Mistik Theosofi dikatakan Tuhan menjadikan ini semua dengan cinta oleh karenanya dengan cintalah hendaknya kita menempuhnya untuk memahami dan mencintai kebenaran itu sebagaimana adanya..
3 dantien = akal - hati - pusat (tidak ada yang salah dari semuanya jika selaras terpadu ?)
 Wah, agak melantur tampaknya bahasan kearifan samsarik & curhat pribadi ini. Semoga para Neyya (terutama para pabajita) tetap mampu waspada terjaga dan tidak hanyut terbawa arus idea ini. Para Mistisi (Tantrik Osho, Taoism ?) kadang terjebak dan tersekap dalam labirin sex - cinta - kasih ini. Sex atau birahi (kama) bersifat nafsu sensual, cinta (sneha) bersifat personal , sedangkan kasih (metta) bersifat kosmik impersonal. Ini kami ungkapkan bukan hanya karena kami memandang tetap perlunya pembabaran Saddhamma yang walau memang ditempuh secara eksistensial hendaknya juga melampaui universal untuk menjangkau transendental demi transformasi pencerahan spiritual yang dijalani. Alasan lain adalah dikarenakan kami memandang living kosmik ini utuh dalam keseluruhan (katakanlah semacam organisma besar) maka perlu perimbangan kemurnian nirvanik yang arif/kuat mengatasi kecenderungan alami samsarik yang 'naif/liar' untuk membuatnya cukup 'sehat/ tepat' agar tetap mantap bertahan dan lancar berjalan. Jikapun tidak memungkinkannya dalam keterjagaan pencerahan total keseluruhannya minimal tidak membuatnya jatuh terpuruk dalam kehancuran. Meminjam istilah Sadhguru Yasudev (?), Karma samsarik sesungguhnya tidak hanya berdampak sebatas pada pribadi eksistensial pemerannya saja namun juga bereffek pada wadah arena semesta universal yang menampungnya. Atau menganalogikan dalam Mistik Hinduism (day & night of Brahman ) seandainya samsara ini hanya Ke-Esa-an yang terlelap bermimpi, maka jika beliau terjaga semoga senantiasa lebih segar karena kecerahan tidur tanpa "mimpi buruk"nya ....mungkin perumpamaan itu bisa menjadi pemicu baru mengapa transendensi eksistensial evolusi pribadi perlu dijalankan dan transendensi universal harmoni dimensi perlu diusahakan ... 
(sekedar tambahan terma filsafat theosofist ini : eros - filia - agape ? cinta sensual - altruisme kemanusiaan - kasih keIlahian )
So, Be Selfless (not  selfish ? ) 

Selain sesumgguhnya memang tanpa perlu lobha  kemelekatan & dosa kebencian pada apapun/ siapapun juga .. yang perlu dihindari lagi adalah adalah moha kebodohan beraku pembandingan diri mana kesombongan atas kesetaraan segalanya.
Cobalah untuk tidak merendahkan sesuatu demi meninggikan lainnya (ide atau bahkan ego diri) Untuk beranjak dari eksistensial menjadi transcendental kita harus bersikap universal. (Universalisasi diri sesungguhnya kunci gerbang pertama dan utama spiritualitas transenden)  
Fahamilah trick rasionalisasi pembenaran / irrasionalitas perendahan yang walau terkadang diakui sebagai kecakapan yang mengagumkan dan menguntungkan bagi sebagian besar kita dalam komunitas kebersamaan namun sesungguhnya dalam pandangan Saddhamma – Dhamma Sejati itu adalah upaya pembodohan yang sangat parah bahkan kebodohan yang amat payah … ingatlah tidak hanya ucapan yang diungkapkan dan tindakan yang dilakukan bahkan konten perasaan dan fikiran kita akan berdampak juga pada keberlanjutan diri kita nantinya apalagi jika harus ditambahi dengan beban tambahan karena penderitaan dan penyesatan atas lainnya… keburukan dan kebaikan walau tidak selalu instan ataupun identik potentially akan berbalik juga ke sumbernya siapapun kita (orang biasa atau tokoh terkemuka , tidak hanya manusia namun juga semuanya termasuk brahma, mara, dewata, asura apapun identifikasi yang kita anggapkan bagi diri sendiri atau pengakuan yang kita harapkan dari lainnya). Dalam posting Sita Hasitupada  … apakah anda mengira Buddha Gautama tersenyum karena dia bangga akan telah tercapainya kebebasan pencerahannya dan memandang rendah mereka yang masih belum terjaga bahkan lelap bermimpi dalam keterbatasan panna kebijaksanaannya? Kami memandangnya tidak demikian… Dia tidak mungkin transendental mencapai nibbana jika masih ada naifnya keakuan untuk berbangga menyombongkan diri atas lainnya apalagi karena merasa bahagia atas derita makhluk lain yang belum terjaga (malah level eksistensial tidak universal?). Itu adalah senyum murni kearifan sakshin (istilah mistik “penyaksi”?) atas kesedemikianan Realitas Dhamma atas  fenomena dhamma yang internal/eksternal – individual/universal – eksistensial/transcendental. Dalam Prajna Paramita Hrdaya Sutra (Mahayana ?) Buddha Avalokitesvara memandang segalanya walau memang beda namun setara tanpa perlu memperbandingkan dualitas pembeda (amala – avimala … suci – tidak suci). Desain advaita memang sedemikian adanya tanpa perlu mana kesombongan identifikasi semu pengakuan diri apalagi autorisasi untuk memanipulasi lainnya sehingga .universalisasi kasih eksistensialitas ‘diri’ para Ariya itu kiriya non karmik .. murni apa adanya sebagai aktualisasi kewajaran (karena memang keterjagaannya) tidak lagi sekedar pelayakan kesadaran (karena perlu keterarahannya) apalagi deficiency pencitraan (karena demi kepamrihannya).
Lagipula komik Chimni dan Kenji walau bersetting martial art sama sekali tidak mengajarkan kita untuk menjadi berandalan tengik yang tranyakan memamerkan kenakalan untuk mencari perhatian atau memaksakan keinginan atas lainnya dengan kemampuan yang dimilikinya. Chimni mengisahkan kecerdasan dan ketaktisan seorang pemberdaya autodidak mengatasi permasalahan yang dihadapinya dengan segala keterbatasan yang dimilikinya. Kenji disamping memberikan referensi aneka teknik martial art juga filosofi yang menarik terutama di akhir kisahnya…

Edwin Arnold : 
Orang yang tidak mengejar apa-apa akan mendapatkan segalanya. 
Dan ketika ia membuang ego, alam semesta itulah yang menjadi egonya.
Orientasi keberdayaan ini mirip dengan quote  kebahagiaan Buddhist (fake ? – Bodhipaksa): 
A man said to the Buddha, “I want Happiness.” 
Buddha said, first remove “I”, that’s ego,
then remove “want”, that’s desire.
See now you are left with only Happiness.
Seorang pria berkata kepada Buddha, "Saya menginginkan Kebahagiaan." 
Buddha berkata, pertama hapus "aku", itu ego, (atta ?)
lalu hapus "menginginkan", itu keinginan. ( tanha?)
Lihat sekarang Anda hanya tersisa dengan Kebahagiaan.

Pandangan paramatha ini mungkin terasa sangat filosofis( tidak praktis /positivist ?)
Being Nobody for  in deserving (but  and transcending!) everything
Menjadi impersonal (tak seorangpun/ bukan siapa-siapa) dalam untuk melayakan (dan melampaui) segalanya
Daripada Being somebody for having (but attaching?) something
Menjadi personal (seseorang ) untuk memiliki (tetapi melekat) pada sesuatu
Mungkin harus diganti preposisi for dengan in.(dikarenakan ini adalah keberadaan meditatif bukan tindakan reflektif )
Namun esensinya adalah jangan terlalu mengumbar keakuan juga keinginan untuk menjadi berdaya dan bahagia.
Kebahagiaan tidak identik dengan berlimpahnya perolehan tetapi juga terutama mensyukuri penerimaan. Kesejahteraan akan positif jika disikapi dengan santuti kecukupan dan saling berbagi namun negative jika malah menjadikan tamak serakah bahkan kikir .  Demikian juga keberdayaan tidak identik dengan pencapaian keberdayaan saja tetapi juga dibarengi dengan pencerahan kebijaksanaan juga.

Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan  sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya).
So, sebagaimana wadah yang kosong, resik dan terbuka yang memungkinkan terisi lebih penuh, murni dan terjaga bukan hanya perendahan keakuan untuk melayakkan peningkatan reseptivitas diri namun tampaknya perlu penghampaan keakuan untuk lebih melayakkan penyelaman/ pencerahan yang lebih dalam lagi.
Spiritualitas yang dewasa mutlak memerlukan kelayakan dengan pemastian kehandalan bukan sekedar pelagakan meyakinkan kecitraan belaka. Pencapaian keberdayaan untuk menghadapi segala kemungkinan tidak sekedar menggantungkan pengharapan kepercayaan yang bisa saja semu adanya... kemelekatan fanatis atas dogma justru akan bisa kontraproduktif sebagaimana pelekatan naif lainnya.
Fokuskan saja realisasi pada pelayakan Ariya .... Nibbana atau Samsara terserah Niyama Dhamma. Di wilayah manapun dalam peran apapun pada situasi dan kondisi apapun juga seorang Ariya tetap akan mampu bermain apik tidak hanya secara cerdas tetap swadika dalam keterarahan namun juga tetap dengan cantik tanpa mengacaukan segalanya. (Ibaratnya CR7 atau Lionel Messi yang walau sesungguhnya bisa mengatasi bermain bola di klas liga dunia namun jika hanya tampil di turnamen kampung .... pasti akan lebih menguasai tentunya). Pencerahan adalah utama ... pembebasan 'hanyalah' bonusnya saja. Obsesi internal sebagaimana ambisi eksternal adalah tanha yang tersamar sebagaimana juga avijja lainnya (Ashin Tejaniya : jangan remehkan asava defilement karena ketika peremehan dilakukan anda sesungguhnya terlecehkan sendiri karena dijatuhkan dengan kesombongan anda ... awas spiritual materialism Chogyam Trungpa)
ASHIN TEJANIYA Dari listing of ART BLOG OKE.rar
Name
Last modified
Size


28-Mar-2020 22:14
-
28-Mar-2020 22:14
-
28-Mar-2020 21:04
9.9M
CHOGYAM TRUNGPA
Dari listing of ART BLOG OKE.rar

Link Video :

Keswadikaan pemurnian kesejatian : dari MLD (moha - lobha - dosa) /asava (anusaya- nivarana- kilesha vs panna- samadhi- sila ? )
kewajaran meng-esa & kesadaran anatta ( Taoism weiwuwei = action without actor / acting ?.... just process )

1b. Talenta :
Talenta berkaitan dengan bakat zarah Bhavana untuk bawaan selanjutnya
Intelgensia kecerdasan tidaklah sebatas fitrah naluri ego belaka namun juga nurani ke-Esa-an  ... tidak sekedar instink, ataupun sebatas intelek belaka (cogito ergo sum, Rene Descartes ? ) namun membentang luas dan dalam (intuisi, insight, etc). Sejumlah manusia (tanpa menafikan para ariya & anariya di dimensi lainnya : asura, dewata, brahma, dsb ) walau dalam keterbatasan & pembatasannya sebagai mikrokosmos bagian dari Living Makrokosmos yang tidak sekedar eksistensial namun juga universal bahkan transendental mampu bukan hanya mengalami namun juga menguasai bahkan melampaui level ini 
Berikut Table intelgensia kecakapan Z (Eneagram 9 + 1= 10 ?) untuk dikembangkan

No

Level

Dimensi

Tantien pusat

Tantien hati

Tantien otak

Z

1

Elementary

3 tataran intelek

1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/,

2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/,

3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/;

123

2

Intermediate

3 wawasan intuisi

6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/;

5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/,

4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/,

654

3

Advance

3 penembusan insight

7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah

8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/,

9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/)

789

dalam pemberdayaannya (kesadaran, kecakapan, kemapanan dan ketaqwaan), sejumlah manusia mungkin saja mampu berkembang mendahului lainnya bukan hanya secara intelek (yang popular didewakan saat ini), namun juga intuisi (sayang sudah agak diabaikan sekarang) dan insight (sudah langka dan terlupakan?). 9 kecerdasan mungkin tercapai ( 3 tataran intelek =1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/, 2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/, 3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/; 3 wawasan intuisi = 4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/, 5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/, 6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/; 3 penembusan insight = 7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah/, 8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/, 9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/) namun demikian jika tidak dibarengi dengan orientasi kesadaran 10 maka itu semua tanpa makna. Realisasi Kecerdasan tingkat 10 (baca: sepuluh) atau orientasi kesadaran 10 (baca: satu-nol) ini mungkin yang dimaksudkan sebagai insan kamil, homo novus (New Man) atau apapun istilahnya – suatu pencapaian kesempurnaan manusia dalam keterbatasannya. Namun sebagaimana proses pemberdayaan dan orientasi ketawaddhuan sebelumnya inipun harus dianggap hanya sebagai proses berkelanjutan bukan maqom penghentian. Inilah perbedaan yang mendasar antara kesejatian pencerahan bijak seorang panentheist, keimanan sejati para monotheist atau bisa jadi pencarian murni kaum heretis dengan kesemuan ‘pencerahan’ pantheist, ‘wawasan’ agnostic, maupun ‘pandangan’ atheist. Keberkahan dan pemberkahan hanyalah dari, oleh, untuk dan kembali kepadaNya. Realisasi kebenaran bukan identifikasi pembenaran. Dalam keikhlasan bukan dengan kepamrihan. Senantiasa memberdaya diri secara berkelanjutan dalam JalanNya (sesuai fitrah yang ditentukanNya) dan tidak terperdaya setinggi apapun perolehan yang dicapainya (menurut anggapan kerdil terhadap diri sendiri maupun pengakuan semu dari orang lain

Tentang kesaktian metafisik dalam penempuhan kemurnian spiritual : 
Link lain :
 
Well, godaan & cobaan Ego dalam pemurnian kesejatian sadhaka adalah dalam kemelekatan (apalagi keserakahan) dengan perolehan kesejahteraan (duniawi/surgawi) & keperkasaan (kesaktian/keilahian?) walau niatan yang tidak benar, bijak & bajik dalam kemurnian itu memang memungkinkan untuk terjadi bagi para yogi meditator handal sekalipun (kelihaian memanfaatkan mekanisme kaidah sistem kosmik demi kepentingan pribadi) . Bukan untuk niatan menghibur diri sebagai padaparama dihetuka jika kami jujur mengatakan : jangankan untuk melampaui untuk menguasai / memiliki saja sulit .... nggak bisa, hehehe.  Setiap level memiliki prasyarat & labirin jebakannya sendiri ... semakin dalam, semakin berat. Inilah seninya kembali murni dalam kesejatian yang anatta .... kawan & lawan setiap diri adalah dirinya sendiri (asava internal bukan dunia eksternal ... sebagaimana di kedalaman bukankah demikian juga di permukaan ?). Singkat kata, kemurnian haruslah ditempuh dengan, dalam & untuk kemurnian juga ... walaupun kesaktian & perolehan kecakapan/ kemapanan/ kekuasaan lainnya  memang bisa didapatkan karena memang ada korelasi antara kemurnian sila, samadhi & panna dalam mandala kesunyataan ini. Dalam asivisopama sutta Buddha men-simile-kan kecenderungan kita ini sebagai pencuri (bagi pemegahan semu) bukanlah kebijaksanaan penempuh (demi kebenaran sejati) ?
(See : keteladanan Buddha untuk melampaui  di bawah) 
Kutipan lengkap komentar Bahiya :  DATA 01022021/PRIOR/KOMENTAR VLOG TQ SD 13012020 LAGI.pdf  p.6 

Anumodana Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas tayangan public Dhamma Desana Bahiya Sutta ini setelah Asivisopama sutta lalu
PROLOG  
Untuk kesekian kalinya saya harus jujur mengagumi kebijaksanaan taktis demi transendensi pencerahan yang bukan hanya translingual namun transrasional Buddha Gautama sebagaimana pembabaran alur dukkha asivisopama sutta sebelumnya untuk menyadarkan faktisitas keberadaan problem dilematik samsara diri (analisis 16 nana vipassana paska samatha : via ‘stepping stone’ nibbida untuk melonggarkan cengkeraman upadana kemelekatan papanca samsarik agar sankhar-upekkha keberimbangan formasi termantapkan - anuloma peniscayaan tersesuaikan dan transformasi gotrabu terlayakkan bagi realisasi magga-phala nibbana pencerahan sehingga keniscayaan aktualisasi kiriya non-karmik sebagai Ariya secara autentik murni terrefleksikan ).
STATISTIK ?  
Ke-Buddha-an adalah potensi nirvanik dari esensi murni segala level spiritualitas keberadaan samsarik yang harus menempuh faktisitas penempuhannya masing-masing . Nibbana adalah keterjagaan dan samsara adalah keterlelapan. Buddha sesungguhnya adalah Dia (semoga juga kita semua akan demikian) yang sudah bangun terjaga dari mimpi tidur samsariknya. Semua bhava samsara sesungguhnya (disadari atau tidak) adalah pengarung Dharma keBuddhaan di samudera samsara walaupun dalam label eksistensial bukan penganut ‘agama’ Buddha. So, (maaf) jangan terdelusi statistic kuantitas populasi Buddhist di permukaan.
Buddhisme yang dibabarkan Buddha Gotama adalah segenggam permata kebijaksanaan simsapa yang karena jangkauan pemberdayaannya sangat luas (tidak hanya untuk pendewasaan pribadi, keharmonisan duniawi, perolehan surgawi, pencapaian brahma, kemampuan abhinna namun bahkan terutama pemurnian bagi keterbebasan dari samsara ini) relative bukan hanya tidak lebih mudah difahami namun juga akan cukup susah untuk dijalani bagi semua bhava samsara yang masih terlelap dalam mimpi keakuan, terseret dalam banjir kemauan, tersekap dalam kesemuan , terjebak dalam kenaifan, dsb… sedangkan demi kelayakan penempuhan (terutama untuk ‘uncommon wisdom’ pembebasan) sejumlah kode etik kosmik kemurnian yang tidak selalu ‘popular’ dengan kecenderungan pembenaran samsarik kepentingan ego mutlak memang perlu dijalankan pelayakannya, antara lain kedewasaan menerima, mensikapi dan melayakkan diri atas kaidah karma ( > pembenaran manipulatif kepercayaan harapan/anggapan akidah pengampunan/ pelimpahan) , kemurnian aktualisasi holistik (> defisiensi kepamrihan/ pencitraan) , refleksi kasih murni tiada batas tanpa eksploitasi standar ganda, menjaga harmoni keseluruhan sebagaimana yang Beliau niscayakan tanpa noda (identifikasi pembanggaan kesombongan diri), tiada cela (eksploitasi pembenaran kepentingan diri) tetap bermain ‘cantik’ (harmonisasi transenden pada wilayah immanent … walau memiliki Dasabala keunggulan adiduniawi tetap bijak dan murni terjaga tidak memanipulasi tataran samsara duniawi dibawahNya …. karena walau samsara 'hanyalah' fenomena bayangan kenyataan semu dari Realitas kebenaran Nibbana namun adalah tetap tidak etis bagi yang telah terjaga melanggar ‘aturan main’ wilayah mimpinya . Samsara dalam advaita mandala ini tampaknya memang perlu ‘ada’ bukan hanya sekedar menampung aneka kehebohan pagelaran chaotik drama delusive bagi keterlayakan level episode berikutnya namun juga demi tetap berlangsungnya keberagaman pada kasunyatan abadi ini?) dalam masa pembabaran Dhamma paska pencerahan hingga parinibbana kewafatanNya (laporan ‘pandangan mata batin Ariya’ proses adiduniawi non-empiris paranibbana Beliau oleh Arahata Anurudha kepada Sekha Ananda atas validitas konsistensi keniscayaan Magga Phala Samma-SambuddhaNya).
BAHIYA SUTTA ?  
Dari prolog dan komentar awal tampaknya karakteristik alur tema Anatta akan dibabarkan pada sessi Bahiya Sutta ini. Sangat menarik untuk disimak karena pra asumsi awal kami … dari tilakhana, anatta adalah factor krusial pembeda yang membuat Ariya Dhamma ini bukan hanya melingkupi (bisa mencapai) namun juga mengungguli (bisa melampaui) lainnya (lokiya : asura dewata/ anenja brahma ?). Faktor Anicca dalam batas tertentu memang bisa difahami dan dilalui lokiya dhamma (norma duniawi – etika surgawi .. awas /ditthi + tanha/ dan sangat liarnya sensasi kemauan yang bisa menjerumuskan ke Lokantarika paska pralaya 2 ?) , factor dukkha pada level tertentu juga masih bisa disadari dan dicapai anenja dhamma ( unio mystica – pantheistics … awas /mana + avijja/ plus masih naifnya fantasi keakuan dimensi Abhassara untuk menyeret kembali dalam perangkap samsara paska pralaya 4 ? ) namun annata adalah factor penentu yang memungkinkan lokuttara dhamma ini mampu mengaktualisasi kemurnian penempuhan (> defisiensi kepamrihan & pencitraan) secara konsisten meniscayakan ‘peniscayaan/ keniscayaan’ dalam kelayakan realisasi pencerahan transeden (keterjagaan dari keterlelapan mimpi/ delusi samsara ini – keterbebasan ‘esensi murni’ ke-Buddha-an dari cangkang delusi ‘pancupadana khanda’ tanpa kebodohan identifikasi dan eksploitasi pembodohan dari keterpedayaan/ ketersesatan/ keterperangkapan intra-drama pengembaraan semu samsara ini kembali (singgah/pulang) ke ‘rumah sejati’ Nibbana ).
EPILOG
Dalam mandala advaita kasunyatan abadi ini sebagaimana samma-panna nibbana yang perlu disadari dan ditembus daya sentrifugal kebijaksanaanNya demikian pula tanha-avijja samsara tampaknya juga perlu difahami dan dilampaui daya sentripetal kecenderungannya. So, sebagaimana harmoni musik peregangan senar kecapi walau viriya memang diperlukan untuk mensegerakan dan konsisten dalam penempuhan namun tampaknya perlu juga panna kebijaksanaan untuk menjaga keberimbangannya dalam kewajaran harmonisasi eksistensial maupun kesadaran transendensi spiritualnya.
Semoga refleksi epilog ini tidak menjadi anti klimaks yang dianggap mementahkan samvega kegairahan yang tengah dibangun para Neyya Buddhist (karena ini juga akan berdampak merugikan bagi para truth seeker dalam menyerap referensi yang diperlukan bagi wawasan pengetahuan dan tataran penempuhannya juga).
Salam Namo Buddhaya dari padaparama di 'luar' sasana. 

1c. Visekha:
Visekha berkaitan dengan hisab karmik Sila untuk bawaan berikutnya
atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini 

 

Wilayah

1

2

3

Transendental

Nibbana ‘sentra’ ?

Belum diketahui ? 7

Tidak diketahui ? 8

Tanpa diketahui ? 9

 

Nibbana ‘sigma’?

Belum mengakui ? 4

Tidak mengakui ? 5

Tanpa mengakui ? 6

 

Nibbana ‘zenka’ ?

Arahata 1

Pacceka 2

Sambuddha 3

Universal

Brahma Murni  (Suddhavasa)

Anagami 7 (aviha Atappa)

Anagami 8 (Sudassa Sudassi)

Anagami  9(Akanittha)

 

Brahma Stabil (Uppekkha )

jhana 4 (Vehapphala)

Asaññasatta 5 (rupa > nama)

Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )

 

Brahma mobile (nama & rupa)

Jhana 1 (Maha Brahma)

Jhana 2 (Abhassara)

Jhana 3 (Subhakinha)

Eksistensial

Trimurti LokaDewa

Vishnu 7 (Tusita)

Brahma 8 (Nimmãnarati)

Shiva 9 (Mara?  Paranimmita vasavatti)

 

Astral Surgawi

Yakha  (Cãtummahãrãjika) 4

Saka  (Tãvatimsa) 5

Yama (Yãma)6 

 

Materi Eteris

Dunia fisik(mediocre’ manussa  &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) 
+ flora & abiotik ? / 1
Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)
2
Eteris Astral apaya Asura  (petta & /eks?/  Deva ) 
3
tampaknya pada kolom universal Uppekha Brahma yang relatif stabil (maksudnya tidak mobile / fragile tidak begitu labil sehingga lolos sementara tidak terkena dari siklus rupa pralaya samsarik dimensi 'materi' : dunia 1 + apaya 4 & juga surga deva kamavacara 6  & Rupa Brahma 3 dibawahnya sebagai rupa lokantarika di antara Brahmanda & lokuttara nantinya sebelum siklus berikutnya) perlu digeser posisi antara anenja 5 & asannasata 6 ... bukan hanya dikarenakan life span (masa hidup) namun juga dari ketangguhan samadhi mereka dalam labirin kosmik paralel penembusan saddhamma. Asaññasatta tersekap (terjatuh) dalam rupa sedangkan anenja 'hanya' terjebak (terlelap) dalam nama. Direvisi resumenya?. Atau bisa juga Brahma Vehappala 4 digeser ke tengah jadi nomor 5 karena keseimbangannya sebagai nama atas rupa (BUKAN KESOMBONGAN, KESERAKAHAN & KEBENCIAN, LHO) dibandingkan  Asaññasatta 4 yang menolak nama batin bahkan malahan menjadi melekat pada rupa materi bahkan mungkin juga justru nomor 6 mengungguli anenja yang terlelap dalam nama dan acuh dengan rupa pada level anariya (?) walau memang memiliki masa hidup (life span) yang lebih lama dibandingkan para Brahma lainnya (bahkan termasuk Ariya anagami suddhavasa di  level atasnya) berdasarkan kalkulasi matematis Gnosis Buddhisme. Direvisi lagi resumenya ?
apaya asura ? hehehe, tampaknya itu rahasia kosmik, guys. Vishnu mungkin tidak suka namun tampaknya tidak bagi Shiva yang arif, Brahma dan Saka memang ahli & baik namun  naif  untuk hal ini. Dalam permainan samsarik ini keberadaan guardian "penyeimbang" bagi keberlangsungan kesemuan, kenaifan & keliaran hingga perlunya serial recycling daur ulang pralaya   perbaikan kerusakan paska kekacauan dimensi tampaknya memang perlu ada. Tanpa maksud  mencela & membela, dalam diri setiap kita para zenka  pengembara keabadian tampaknya memang masih  ada 'drive' ariya dan asura di dalamnya. Dalam dimensi kamavacara tampaknya asura, yama & mara  memang guardian utama untuk permainan samsarik di level bawah, tengah & atas. Ini sebetulnya bahasan paling menarik namun sayangnya akan sangat sensitif  tampaknya  (sungkan, ah) referensi acuan?  intinya tetaplah autentik & holistik (tidak identifikatif apalagi manipulatif) 

Kutipan :
3b) (Membicarakan soal Kebenaran dan Agama.docx). 
semoga tanggap demi empati, harmoni, sinergi. kebersamaan semua. 
/mencela itu tercela bukan hanya untuk yang tidak selayaknya dicela bahkan juga jikapun dianggap layak untuk itu awas kesombongan, jaga keseimbangan demi kebijaksanaan akan Kesunyataan holistik / 

So, jadilah berkah yang mencerahkan/ memberdayakan bukan limbah yang menyusahkan/memperdayakan di/ke manapun kita berada bukan hanya bagi diri sendiri namun juga makhluk lain di setiap living cosmic ini.  So, pastikan keberdayaan Saddhamma bukan hanya yakinkan kepercayaan belaka! penempuhan nyata tidak sekedar pengetahuan belaka. Saddhamma adalah aktualisasi autentik pemastian sesuai kaidah Realitas bukan sekedar harapan persangkaan keyakinan saja (Real realized>identifikatif & manipulatif ?).  
Bijaksanalah untuk senantiasa bersiaga dengan segala kemungkinan sejati yang /akan/ ada (kualitas transendensi ariya > mahakammavibhanga 4 > ekspektasi asura ? ) minimal bersiaplah menerima, menghadapi dan melampauinya (realisasi level swadika, kualifikasi genia talenta & hisab visekha)  ! 

(See = siklus samsarik gnosis fase 3 mandala di atas : sungkan & riskan bilang sebetulnya .... BTW sekarang tanggap ya mengapa & bagaimana dalam gnosis buddhisme siklus pralaya samsarik terjadi bukan hanya pada dunia, apaya namun juga surga bahkan hingga rupa brahma jhana 3 ) 

So, spiritualitas memang mutlak mengharuskan kemurnian bukan sekedar kelihaian (terkadang segala kenekatan penempuhan, kehebatan pencapaian & kehebohan perolehan sering menjadi labirin jebakan penjerat/penjebak/penjatuh yang sangat ampuh bagi yang belum terjaga & tidak waspada apalagi jika caranya bertentangan dengan Saddhamma ... bumerang, guys). 

Cari quote video Mahadeva Shiva yang menyayangkan motif Asura karena memujaNya demi transaksi hadiah kekuatan/kemuliaan bukan demi pensucian kesejatian yang seharusnya lebih berguna demi transformasi diri. (memberatkan keakuan & mengumbar kemauan ... kebodohan internal dengan pembodohan eksternal ?) Shiva memang fair mengesankan kesemuanya dan tidak mengenaskan, bukan typical personal god laten deitas yang naif & liar untuk dieksploitasi karena harapkan pengakuan/ pemujaan apalagi persaingan & kebencian /kesalah-fahaman Asura yang fatal dalam persangkaan & pandangannya dalam/sebagai ke-Ilahi-an?) .... bagi pemurnian autentik kesejatian harusnya bukan demi transaksi kepamrihan pencitraan  yang semu, nsif & liar yang merugikan perkembangan pencapaian spiritualitas semuanya. Har har Mahadev seri berapa, ya ? (lupa tayangan TV dulu). Jika saja memang benar level Shiva Mahadeva Hinduisme setara dengan Mara Buddhisme ini tetaplah menjadi keunggulanNya .. senantiasa terjaga & waspada tidak butuh pengakuan walau memang belum menyadari keanattaan realitas diri sebagaimana Buddha Tusita (avatara ke 9 Vishnu ?) yang mencapai pencerahan Nirvanik..  

Keteladanan Acinteya yang telah direalisasi& tetap dijalani Buddha  walau tanpa dipublikasi dalam simsapa sutta ini apa juga difahami & disadari Savaka-Nya ?  
Link data lain :  
Ulasan : Simsapa tipitaka + acinteya udumbara /mahakasapa/
Sayang ...hanya Bhante Mahakasapa Arahata yang memahami universalitas kaidah kosmik Buddhism yang tersirat.
Walau cenderung agak nivritti negative namun cukuplah simsapa tipitaka etc yang tersurat untuk paradigma holistik lanjut.
(Buddhism dhutanga > pabajitta >  upasaka (neyya > padaparama) > umat luar sasana > makhluk lain) 
Pro Buddhism ?  Dalai Lama  show / save
No Buddhism ? Herman Hesse  save
Ina : link sementara :  0a) (show) or  0b)(show)
 
Tentang Evolusi Spiritual =
Prediksi hipotetis figure ideal evolusi spiritual homo novus 10 
Memahami kesedemikianan = Realitas Kesunyataan & Fenomena KeberadaanPrediksi hipotetis figure ideal evolusi spiritual homo novus 10  
  
Hidup total dalam penempuhan induktif (7 dimensi?) bagi evolusi pribadi eksistensial, kebijaksanaan deduktif demi harmoni dimensi universal dan keterarahan holistik pada sinergi saddhamma transendental .... bukan hanya selfish demi ego sendiri namun selfless bagi keEsaan mandala advaita ini. dan seharusnyalah tampaknya bisa diusahakan setiap zenka berkesadaran dimanapun dimensi keberadaannya dalam segala situasi & kondisi keterbatasan dan pembatasannya sebagaimana kaidah yang diberlakukan Niyama Dhamma dalam mandala advaita ini agar tetap kokoh dalam keberadaan dan keberdayaanNya yang homeostatis, interconnected & equiliberium. Well, 7 dimensi pemurnian kesejatian= fisik, etersis, astral, kausal, monade, kosmik & nirvanik - Osho  (demi keselarasan harmonis & holistik Homo Novus Mystical Being eneagram 10 ?) 

Tantien

Pusat

Hati

Rasio

10 ?

Kalki (destroyer?)

Zorba (artistics)

Zenka? (holistics)

Ethical

Rama 7 (peaceful)

Khrisna 8 (lovely)

Buddha 9 (meditative)

Emotional

Parasurama 6 (warrior !)

Vamana 5 (insani)

Narasimha 4 (hewani)

Physical

Matsya 1 (ikan air)

Koorma 2 (amfibi kura2)

Varaha 3 (celeng darat)

Prediksi hipotetis figure ideal evolusi spiritual homo novus 10 (for the Next Mystical Being 10 ?)
1. Kalki destroyer (Ancient Hinduism Myth of dasavathara ) penghancuran addhamma di akhir yuga 4 atau hingga  menggenapi siklus pralaya samsarik rupa lokantarika Asura > progress swadika nirvanik nama lokuttara Ariya ? ironis & tragis karena kesalahan sesungguhnya bukan pada aspek khanda rupa material fisik alamiah  namun pada keburukan asava aspek nama batiniah zenkanya. / awas dosa byapada kebencian/ 
2. Zorba the Buddha (hipotesis Osho for New Man ) ? vitalisme mampu filosofis atau menjadi hedonis / awas lobha tanha ketamakan /
3. Zenka the holistics (just dream ?) ... Ariya Swadika di segala mandala / awas moha avijja kebodohan juga, lho  / 
Inilah sebabnya kami lebih suka istilah sederhana kedewasaan pencerahan ketimbang perayaan kebebasan (karena lebih : true, humble & responsible untuk tetap terjaga , menjaga & berjaga dari segala kemungkinan ... Kebenaran adalah Jalan Kita semua tetapi bukan Milik kita, Diri Kita dan Label Kita ... Anatta ? .. Well, hanya Sang Kebenaran (baca: Hyang Esa ... Tuhan Transenden dalam triade Wujud, Kuasa & KasihNya atas laten deitas keIlahianNya di segala mandala immanenNya yang nyata, mulia dan benar dalam kesempurnaanNya) yang benar. Sedangkan kita dalam keterbatasan & pembatasan yang ada memang sering bodoh, bisa saja salah, dan bahkan mungkin jatuh  namun tetap perlu segera bangkit kembali menempuh jalan benar itu dengan benar dalam niat, cara,& arah tujuannya ...  terjaga untuk evolusi eksistensial , menjaga bagi harmoni universal & berjaga demi sinergi transendental
See :  apa itu kebenaran  Bhante Pannavarro.
Well, penerimaan keterbatasan diri ini tidak dimaksudkan sebagai logical/illogical fallacy cari aman untuk rasionalisasi peninggian ide & irasionalisasi pembenaran ego bagi dalih kemalasan / pengalihan namun ini memang cara aman untuk menjaga kewaspadaan dari keterpedayaan. Membangun keseimbangan & keberimbangan dengan kebijaksanaan bukan hanya untuk tetap realistis dalam membumi namun juga  untuk tetap merealisasi transformasi diri. 

(wah ... harus revisi karya lama diri kami sebelumnya , deh ... karena kemurnian mencintai kebenaran adalah keniscayaan yang mutlak  (sudah keterarahan atau masih keterpedayaan atau dalam keterpaksaan ?) seharusnyalah ini tetap mengatasi segalanya termasuk kelihaian manipulatif pemerdayaan yang memang akan memperdayakan harmoni keselarasan bukan hanya dimensi keswadikaan diri namun juga demi kebersamaan/ kesemestaan/ kesunyataan dalam kesedemikianan desain kosmik mandala advaita ini ... sacca individual, metta universal & agape transendental as spiritual sadhana for all in 84th era dst , Sadhguru Yasudev ? 
screenshot Magical Moments at Mahashivratri 2020 @ Isha Yoga Center
Clip Sadhguru Yasudev : ts = speech 18s sd 1m5s
Welcome to Mahashivaratri 2020 
Selamat datang ke Mahashivaratri 2020
Living death is not a morbid idea 
Kematian dalam kehidupan bukanlah gagasan mengerikan 
It is a reality
Ini adalah kenyataan.
We are all living death.
Kita semua adalah kematian yang hidup.
We can say we are living or we can say we are dying and it’s not different.
Kita dapat mengatakan kita sedang hidup atau kita dapat mengatakan kita sedang mati (dan) itu bukanlah hal yang berbeda.
They’re just two different words for the same process.
Mereka hanyalah dua kata yang berbeda untuk proses yang sama
Death is not an event that happens once.
Kematian bukanlah suatu peristiwa yang terjadi satu kali.
Death is happening. It’s a process.
Kematian adalah kejadian. Dia adalah suatu proses.
One day it will be complete.
Suatu hari ini akan terlengkapi.
the most beautiful thing about life is nobody fails,  everybody shall pass .
(hal paling indah tentang kehidupan adalah tak seorangpun gagal, 
/namun demikian/ setiap orang hendaklah melaluinya /bertahan & berjuang hingga berhasil .?/ )

2. Menghadapi Kehidupan :  kecakapan, kemapanan, kewajaran
Data lama :

Sanatana Dhamma dalam kompleksitas Realitas Fenomena 
a. Transendensi Keabadian Universal
Terjagalah ! Transendensi kehadiran demi keabadian : vs niyama dhamma via media
senantiasa ada dampak dari pandangan, tindakan dan capaian
tataran pencapaian > progress penempuhan > kefahaman pengetahuan
b:Harmonisasi Keberadaan Eksistensial
Menjagalah ! Harmonisasi dalam kehidupan : vs peran eksistensial
sedaka sutta : menjaga diri & orang lain
anjali/namaste : menghormati esensi murni didalam > segalanya interconnected (orang lain adalah diri kita sendiri dalam peran yang berbeda) demikian juga alam dsb. 
Untuk layak mekarnya bunga transendental ,kemantapan akar eksistensial sila dan batang kasih universal harus tumbuh berkembang baik menunjang dahan bhavana penembusan dan pencerahan di internal dan juga ke eksternal.
c. Eskatologi (kiamat akhir zaman ?) Kelanjutan Spiritual
Berjagalah ! Eskatologi untuk kematian : vs bardo (1 chikhai - 2 conyid - 3 sidpa bardo)
Kehidupan tidak pasti, kematian pasti 
pencerahan masih mungkin diusahakan kala kematian (pandangan Mahavira jainisme bukan Guru Padmasambhava Tibetan Buddhism... maaf ~ AK).
Inilah pentingnya kemurnian brahma vihara yang bukan hanya memurnikan dana sila Dhamma Vihara sepanjang kehidupan dan (plus desana) menumbuh kembangkan potensi  tihetuka (alobha adosa amoha) yang akan juga menunjang kecakapan penembusan  meditatif  pemurnian batin Ariya Vihara dalam menyambut kematian. 

Belajar spiritualitas secara mendalam dan meluas memang sangat mengasyikan namun perlu kedewasaan dan keberimbangan agar bukan hanya tidak melengahkan/mengacaukan aktualisasi tanggung jawab eksistensial kehidupan kita namun juga agar dalam penempuhan spiritualitas keabadian tidak justru malah kontraproduktif (istilah kontroversi kami 'ter-alienasi', jadzab ?- 'ngedan ngelmu'?').  Suatu kondisi dimana kita tidak lagi samvega tergugah dalam penempuhan namun justru merasa galau dikarenakan ada gap antara realitas target ideal aneka kaidah spiritualitas / akidah religiusitas tertentu dengan segala faktisitas kompleks keberadaan kita yang memang terbatas dan terbatasi situasi dan kondisi  yang ada dan nyata.  Oleh karena itu ... sambil terus meng-upload aneka referensi files spiritualitas yang kami rasa perlu untuk dishare (juga aneka files kehidupan lainnya) dan menyelesaikan posting Quo Vadis (yang sudah terlanjur dipublish) ; kami merasa perlu mengajukan juga paradigma alternatif pribadi tentang konsep Parama Dharma, desain Mandala Advaita dan Formula Swadika yang senantiasa terupdate terus menerus sesuai dengan aneka macam referensi masukan dan refleksi renungan dalam setiap perjalanan kehidupan dan penjelajahan keabadian ini.  Perlu sikap benar, sehat dan tepat bagi kita untuk memandang permasalahan secara berimbang dengan harmonis & holistik agar tidak ambisius tenggelam dalam arus kehidupan namun juga tidak obsesif terhanyutkan banyak konsep pandangan yang ada dengan segala tuntunan (tuntutan?) idealitas kesempurnaannya. 

 

Well, ini akan jadi menarik juga untuk kembali membumi sebagaimana sebelumnya menghadapi kompleksitas kenyataan hidup bersama lainnya dalam wisdom kewajaran eksternal dengan gnosis kesadaran internal tersebut. Setelah mendaki bersama Buddha ini saatnya bagaimana menari bersama Shiva. 

The disaster in this planet is not an earthquake, not volcano, not a tsunami.
The true disaster is human ignorance. This is the only disaster. Ignorance is the only disaster.
Enlightenment is the only solution, there is really no other solution, please see -You need a subjective perception of life.
so spiritual process if it has become alive … this is not about renunciation. This is just about living sensibily.

Bencana di planet ini bukanlah gempa bumi, bukan (letusan) gunung berapi, bukan tsunami.
Bencana sebenarnya adalah ketidaktahuan manusia. Ini satu-satunya bencana. Ketidaktahuan adalah satu-satunya bencana. 
Pencerahan adalah satu-satunya solusi, benar-benar tidak ada solusi lain, silakan lihat -Anda membutuhkan persepsi subjektif tentang kehidupan.
Jadi proses spiritual jika telah menjadi hidup… ini bukan (hanya?) tentang pelepasan keduniawian. Ini (tepatnya?) hanya tentang hidup dengan bijaksana

No, terma 'falling to the bottomless pit' ( menjatuhkan diri ke lubang/jurang tak berdasar ... guyonan Sadhguru) ini jangan payah diterima wantah , kita akan menuruni lembah kewajaran dengan kesadaran .. itu maksud beliau tampaknya. (kepekaan daya tanggap intuitif tidak sekedar keahlian daya tangkap intelektual). 

Terma manusia konon berasal dari kata Sanskrit Manas & Ashya (Pali : Manussa?) ... suatu keberadaan yang dengan batin fikirannnya di wilayah mediocre duniawi ini memungkinkannya mencapai puncak evolusi individual tertinggi wilayah samsarik imanen (kebebasan pencerahan atau minimal nama abhasara ?)  namun juga sekaligus bisa menjatuhkannya ke dalam jurang terdalam labirin permainan keabadian hidup ini (apaya niraya atau bahkan rupa lokantarika?). Kita sering mengamati terkadang juga menikmati bahkan menjalani juga drama internal universal yang tidak selalu wajar sebagai media impersonal dalam kearifan, kebaikan dan keaslian namun terkadang bahkan justru heboh sebagai figur personal dengan kenaifan, kesemuan bahkan keliaran ... hingga batas 'akhir' setiap episode permainan kehidupan singgahan duniawi yang disebut kematian. Suka atau tidak suka, takut atau tidak takut, siap atau tidak siap .... toh antithesis kematian sebagai konsekuensi logis dari thesis kehidupan harus rela diterima bersama juga dengan synthesis tidak hanya peninggalan hidup eksistensial (memory kenangan, property warisan, produk karya bagi insan dunia yang ditinggalkan ... baik mulia maupun nista? ) namun juga keberlanjutan arus kehidupan individual (level swadika, bakat talenta, hisab visekha ... untuk episode 'pribadi' berikutnya). So, mungkinkah ada yang begitu gila dan tega untuk bisa mengorbankan sesungguhnya bukan hanya jiwa orang lain namun justru terutama jiwa kemanusiaannya sendiri hanya demi kepentingan yang sudah liar melampaui batas atau sekedar pengakuan yang sesungguhnya hanya semu belaka ? Sungguh walaupun sejatinya kita mengakui masih 'buta' untuk benar-benar mengetahui (tidak sekedar menerima atau meyakini) Realitas Kebenaran dari fenomena kenyataan ini namun cobalah untuk tidak menyusahkan penempuhan perjalanan lainnya ..... Stop Playing as God. (Berhentilah bermain/ berlagak sebagai Tu(h)an atas sesama anda...). Kami tetap berharap ini hanyalah fenomena alamiah yang perlu kita terima, hadapi dan atasi bersama dan bukan komoditas rekayasa genetik untuk berbahagia dan sejahtera di atas bangkai penderitaan/kematian sesamanya.
Well, memang walau ada kebebasan baik secara individual maupun kolektif dalam kehidupan ini namun senantiasa perlu ada batasan untuk tidak juga melanggar kebebasan individual/kolektif lainnya dalam keseluruhan. Setiap keberadaan berhak hidup dan hadir dalam keunikannya masing-masing. Kami juga tidak tahu apakah bijak, tepat dan benar jika kami juga mengungkapkan paradigma hipothesis pribadi yang pernah tersketsakan puluhan tahun lalu karena bisa jadi ini justru akan menjadi kontroversi yang kontraproduktif jika disampaikan ke publik dikarenakan ini mungkin akan menjadi imaginasi paling 'gila' tentang bentangan yang mungkin bisa dicapai (tepatnya dibayangkan) manusia berdasarkan update referensi yang ada. Meminjam istilah Mistisi Ibn Araby ('biar hati ini menjadi makam bagi rahasia-rahasia')., mungkin akan menjadi nyaman juga bagi diri sendiri dan keseluruhan jika kemudian kami senantiasa menundanya dan menguburnya kembali dan berkata dalam hati biarkan logika pemikiran ini tetap tersimpan aman di tempatnya karena memang tidak harus, perlu dan patut untuk diungkapkan ke permukaan. 
Sabbe satta bhavantu sukhitata adalah salam doa (tepatnya harapan impersonal) Buddhist yang artinya semoga semua makhluk berbahagia. Mungkinkah itu terjadi ... seakan hanya harapan semu belaka walaupun bereefek positif untuk mendidik fikiran bagi pemurnian kesadaran dan ketulusan batin ?  Ini  bisa memungkinkan dan sesungguhnya bukan hanya sekedar penerimaan kebahagiaan namun juga pencapaian keberdayaan bahkan pencerahan keterjagaan baik individual maupun universal, personal maupun impersonal dimanapun kapanpun dalam peran sebagai apapun ... karena sesungguhnya memang tidak perlu ada 'dukkha' asalkan tiada 'dusta' /tepatnya: avijja + tanha/ di antara kita semua (termasuk yang tersirat dalam senyum  para Buddha dan ... maaf ... 'sense of humour' para Tuhan yang sudah mengidentifikasi diri atau yang sedang dieksploitasi demi pembenaran kepentingan  .... inilah susahnya harus mem-filter diri dengan kata tepat untuk terma dogmatis yang akan menjadi masalah sensitif yang rentan memicu reaksi terutama bagi para pemerhati spiritualitas yang bukan hanya fanatis bahkan militan untuk pandangan yang mungkin berbeda). 

Kewajaran Membumi dalam kesadaran Saddhamma :

I say that madness is the first step towards unselfishness. 
Be mad, Meesha. Be mad and tell us what is behind the veil of ”sanity,” 
The purpose of life is to bring us closer to those secrets, and madness is the only means. 
Be mad, and remain a mad brother to your mad brother. 

"Aku berkata bahwa kegilaan adalah langkah pertama menuju sikap tidak mementingkan diri sendiri.
Jadilah gila, Misha. Jadi gilalah kau dan katakan padaku apa yang ada di balik selubung "kesehatan jiwa".
Tujuan hidup ini ialah membawa kita lebih dekat kepada segala rahasia itu,dan kegilaan itu adalah satu-satunya jalan.
 Jadilah gila, dan tetaplah menjadi seorang saudara yang gila bagi saudaramu yang gila

penggalan sepucuk surat dari Pujangga Libanon Khalil Gibran kepada sahabatnya, Mikhail Naimy.
Ulasan  :(sadar terjaga namun wajar bersama ) 
 (ini adalah sadarnya "kegilaan" esoteris untuk mengatasi "wajarnya" kegilaan eksoteris kita selama ini)

Link Video :
simak & rehat ( masih cari time stampnya, bro/sis ... ?)
dari Vlog ELA (eling lan awas) tentang kedewasaan psikologis spiritual dalam/untuk membumi  
kemantapan terindividuasi 
kehandalan beraktualisasi 

dari Vlog 
 
Secret Society ... 
Mafia Globalis ... agak paranoid ?

Kewajaran Saddhamma  untuk kecakapan Membumi :
(Maybe?) you may say I am a dreamer, but I am not the only one.... (Mungkin)  anda boleh mengatakan saya adalah pemimpi namun saya bukanlah satu-satunya orang tersebut ... ingat penggalan lyrik lagu Imagine John Lennon Beatles tahun 70-an ini (masih SD, bro?) ?. Kalau saya tidak lupa mengingat referensi lama mungkin Sri Aurobindo seorang mistisi/pemerhati spiritualitas modern India (?) pernah mengungkapkan pernyataan yang berbeda dari kebanyakan pandangan umum yang biasanya kelam/ negatif tentang keberadaan akhir zaman nanti. Ada fitnah besar dan perang hebat antara dualitas yang benar dan salah (yang benar pastinya menjadi pemenang atau yang menang akhirnya dianggap benar ... history atau his story ? ... entahlah ... peristiwa memang terjadi namun sejarah /bisa?/ dicipta) ada juga ini ... fase kappa turun dikarenakan sudah merosotnya etika manusia maka pada masa itu kezaliman menjadi kelaziman bahkan atas nama kebenaran, kebijakan dan kebajikan sekalipun kepalsuan, kebejatan dan kekejaman halal, legal bahkan normal dilakukan hingga jatah usia manusia menjadi susut hingga 10 (sepuluh) tahun ? Walau tidak menafikan mungkin akan terjadi demikian sebagaimana harusnya diterima dan diyakini (demi tetap perlu eksis dan lestarinya siklus permainan samsarik ?), namun demi sinkronisasi pengharapan yang positif  ... alih-alih meng-'amin'-i nubuat negatif tersebut, Sri Aurobindo (tolong direcheck namanya ... kalau tidak salah saya baca buku Anand Khrisna antara tahun 1990-an sebelum rehat 'nge-lumrah' menikah th 2000 menjalani kehidupan awam orang kebanyakan) malah menyatakan (positif/ optimis) bahwa ada kemungkinan juga pada saat itu justru terjadi sebaliknya ... Terjadi Pencerahan Total (?). Dalam kebersamaan pemberdayaan kedamaian semesta tersebut tidak ada gunanya fitnah apalagi harus ada perang besar yang bukan hanya secara parah menghancurkan peradaban namun juga melenyapkan keberadaban manusia itu sendiri .... sehingga cukuplah jatah 10 tahun akselerasi taktis masa pencerahan sudah bisa dicapai (?). Manusia saat itu sudah begitu sadar, cakap dan layak untuk saling memberdaya diri sebagai/selayak Ariya puggala baik di level swadika, talenta maupun visekha (istilah pali mungkin Kammavipaka/ kammassakata ?). Tanpa pandangan/niatan/tindakan yang salah dan buruk hindari dari apaya, dengan kebaikan sikap/sifat/amal yang wajar dan murni layakkan surga, dengan perkembangan ke-tihetuka-an mantapkan samadhi layakkan jhana Rupa Brahma 4 sampai moksha anenja ? , dalam kekokohan samadhi tingkatkan panna bagi pencerahan hingga kebebasan ?
Ditengah situasi kondisi New Normal yang masih kacau dan tidak bisa diatasi dengan sakau apalagi galau ....sekedar pengalihan stress (galau?) walaupun semu ... bayangkanlah begitu positifnya impian 'gila' ini... pada saat itu dikarenakan bukan hanya keberadaban manusia namun juga peradaban manusia berkembang dengan sangat baiknya (senantiasa ada korelasi kosmik antara perkembangan etika dan peningkatan logika dalam kehidupan ini) ... well, saat itu keberadaban introspektif intrapersonal & interaksi antar personal kondusif berkembang baik sehingga dengan level kesadaran yang tinggi tingkat kecakapan manusia juga meningkat disamping perkembangan level metafisik spiritual juga trick sains teknologi membentuk peradaban juga semakin maju sehingga level kesehatan holistik dan empirik juga terjaga walau ada atau tidak ada pandemi semacam ini.  (dengan tatanan sosial yang lebih madani tidak totalitarian seperti New Order novel 1983 1984 George Orwell ... Big Brother ? mari kita tambahkan agar lebih indah dan megah lagi sesuai dengan keinginan kita atau anda ?). Saat itu bukan hanya interaksi kosmik antar galaksi yang jauh terjalin baik bagi manusia bumi (seperti film Star Trex, bro .. bisa bisnis liburan ) namun juga bahkan interaksi metafisik antar wilayah rohaniah samsarik para yogi (seperti Mystics & Buddhist, guys ... bisa amati/singgah ke alam Eteris /apaya - petta - asura - yakha Bhumadeva/, wilayah Astral /surga catumaharajika - tavatimsa - yama ?~ Alakh Niranjan?/ , Dimensi Mental /Tusita- Nimmanarati, Paranimmitavasavatti ? ~ Wisnu, Brahma, Shiva ? : Kal ?/, Monade Kosmik (Para Brahma etc:...yogi penjelajah harus lebih tinggi/murni levelnya ke anenja moksha, bro.) bahkan hingga anatta Nirvanik ? Lebih heboh lagi jika ada Liga Galaksi Semesta di alam fisik & Sangha Antar Dimensi (semacam PBB) untuk harmoni bersama saling memberdaya holistik diri plus duta diplomatiknya. By such mastery, no much mistery ? Wah....sudah terlalu melantur khayalannya,ya ?. Hehehe...Kembali membumi lagi sebelum gila beneran.

kemantapan terindividuasi 
kehandalan beraktualisasi 
Secret Society ... 
Mafia Globalis ... agak paranoid ?

Kebodohan kita 
link video 
link data : 
Pro Buddhism ?  Dalai Lama  show / save
No Buddhism ? Herman Hesse  save
Ina : link sementara :  0a) (show) or  0b)(show)

Hanya bermodalkan sedikit referensi intelektual pengetahuan & inferensi imaginatif  kemungkinan kami jujur saja bukanlah 'otoritas' yang layak untuk membabarkan realitas ini.  Namun demikian sekedar share... okelah ... walaupun memang kurang bonafide memadai (dari sisi qualified & certified) kami akan berbagi semampu yang bisa dilakukan.
See :slogan pacceka 
Amor Dei, Amor Fati  
(Jika cinta Tuhan cintailah juga GarisNya.)  
Dhammo have rakkhati dhammacarim 
(Dharma kebenaran akan melindungi para penempuhNya ) 
Gate Gate Paragate Parasamgate .... Bodhi Svaha 
(lampaui delusi apaya, sensasi surga, fantasi brahma ... murni terjaga, berjaga dan menjaga)  
Appamadena Sampadetha 
(berjuanglah untuk tidak lengah sebagai/selayak/selaras ariya)  
BE RESPONSIBLE  
bertanggung jawablah 
BE HUMBLE 
(dalam) kerendah-hatian 
BE TRUE 
(untuk menjadi) sejati

Sikap Batin Dasar : Be Realistics to Realize the Real 
Menjadi spiritual (kemurnian autentik) tidak sekedar mengemas kesalehan estetik religius
 Untuk waspada (kaidah keutamaan > konsep kebenaran > trick kelihaian ) 
Demi konsistensi & kontinuitas 'ovada paccceka? maka Kaidah etika  keutamaan tidak sebatas klaim konsep kebenaran apalagi sekedar trick kelihaian pembenaran 'sacred monistics' perlu ditekankan & ditegaskan. Ini dimaksudkan sama sekali bukan untuk menyinggung/ menyangkal kepercayaan normatif religius kita selama ini namun justru demi mendukung bahkan meningkatkan keberdayaan autentik spiritual kita selanjutnya. In short , agar senantiasa terjaga dalam kebenaran evolutif , menjaga kebersamaan semuanya & berjaga dari segala kemungkinan ...... bukannya terjatuh dalam semunya keterpedayaan, naifnya ketersesatan apalagi liarnya pengrusakan bukan hanya diri sendiri namun bahkan juga lainnya. 
Be True : 
vs kesemuan : kesombongan berpandangan / beranggapan ( identifikatif ?)
mencela itu tercela./mencela itu tercela bukan hanya untuk yang tidak selayaknya dicela bahkan juga jikapun dianggap layak untuk itu awas kesombongan, jaga keseimbangan demi kebijaksanaan akan Kesunyataan holistik /
Ada keyakinan semu yang mengajarkan bahwa kita sering menganggap / dipandang mulia ego kita jika bisa berbangga diri apalagi jika menista lainnya ? 
Sesungguhnya tidak perlu mengkambing-hitamkan setan, mara  & derivatnya (dajjal, lucifer, kafir, etc), karena sejujurnya kenaifan & keliaran ego kita sudah cukup parah & payah untuk merusak diri sendiri dan alam semesta ini tanpa perlu godaan atau cobaan siapapun juga. Well, jika mereka yang "tercela" tersebut memiliki integritas etika yang lebih baik & maju mereka pastilah akan berprihatin dengan kenaifan berpandangan ini ... sebaliknya jika moralitas norma mereka tidak cukup baik mereka tentulah akan tertawa karena kejatuhan bersama akan keliaran prilaku ini..
Be Humble : 
vs kenaifan : terjaga untuk terus memberdaya & tidak mudah terpedaya (magga phala & ritual ibadah ?)
Untuk menjadi ahli & suci memang mutlak diperlukan kearifan & kebaikan .... namun tidak jaminan setelah level keahlian & kesucian tercapai bisa dipastikan kearifan & kebaikan akan mengikuti. 
Be Responsible :  
vs keliaran manipulatif : senantiasa terjaga, menjaga & berjaga dari segala kemungkinan( pengampunan/penrebusan & ahosi karma/ 'kiriya' monistik )
metta karuna > schaden freude ?
 
Realitas Kesunyataan
Episode Samsarik
Intelgensi 

2a. kecakapan, 

survival, financial, universal 
kecakapan :
Memastikan persada kesiagaan ( kemapanan ekonomi , sosial, etc ) untuk  mandiri , santuti dan berbagi.  
mandiri : 
kemantapan subsistensi mandiri, kontribusi sesama & emergency darurat
bekerja, berusaha hingga walaupun tetap mau & mampu menjalani ibadah lumrah bekerja namun sesungguhnya telah berada dalam level asset yang mantap dimana tidak perlu lagi bekerja (sudah mampu mencukupi kebutuhan, meluangkan kontribusi dll dari assset deposit/benefit dirinya - kuadaran kecerdasan finansial kiyosaki 4)  bukan karena tidak mau bekerja karena kemalasan (walau ada kesempatan)  atau sudah tidak mampu lagi bekerja karena keterbatasan (usia tua, sakit dll)
ataupun  bagi yang sedang & sudah menjalani Samana Dhamma sebagai pabajita ataupun ordo pelayanan monastik & humanistik lainnya. (sudah terjamin dalam kontribusi umat, warga, dsb) 
santuti 
bersahaja (sederhana sebatas kebutuhan>keinginan>ketamakan) 
Well, dunia kehidupan ini sesungguhnya mampu mencukupi  semuanya  dengan kelimpahan, kedamaian & kebahagiaan namun tidak akan mampu untuk memenuhi keserakahan, kesombongan dan kesewenangan seorang manusia sekalipun
berbagi (caga/dana) = 
kesediaan melepas, berbagi & memberi  
Orang lain (lebih luas makhluk lain) adalah diri kita sendiri yang kebetulan saja saat ini menjalankan peran yang berbeda  

2c. kewajaran

Video :Kewajaran Pembumian (deduktif  pengetahuan) dengan kecakapan spiritual ? SHIVA Vitalitas interaktif menari dengan kehidupan nyata

empati, harmoni & sinergi : bisa ngemong tidak asal ngomong
empati  :
harmoni , :
sinergi :
dari : 
Disamping kemantapan eksistensial dalam peran duniawi saat ini (citra persona biasa saja, smart skill bisa juga, asset hidup cukup) ; jangan lupa (ini justru yang utama)  siagakan untuk kelanjutan perjalanan kehidupan nantinya (level swadika keariyaan , bakat talenta kecakapan & hisab visekha kelayakan ). Sedangkan,  untuk kenyamanan keseluruhannya : berempati (pada dasarnya semuanya sama saja ... laten deitas dari Sentra sejati yang sama hanya beda label & level pada dimensi mandala pada saat ini . Well, orang lain / makhluk lain adalah sebagaimana diri kita sendiri namun saat ini berada dalam peran yang berbeda .... walau respek dalam metta atas casing 'dagelan' nama rupa masing-masing memang tetap perlu diperhatikan sesuai skenario kehidupan yang berlangsung ... tidak anggep 'arogan" & norak tranyakan ), menjaga harmoni dan bersinergi dalam kebersamaan & kesemestaan ini. 


3. Menghadapi Kematian : Racut , Bardo , Alam 


Link video : Kesadaran Nekhama  (induktif  penempuhan)  demi kearhatan spiritual? BUDDHA  Integritas autentik menuju peniscayaan kesejatian murni

Ingat, tanpa menafikan peran kebersamaan universal manusiawi kita sebagai faber mundi (pemberdaya peradaban) di bumi, pada dasarnya kita hanyalah viator mundi (pengembara yang singgah bukan penghuni tetap) dalam kehidupan duniawi kita saat ini dengan casing peran persona dagelan nama-rupa samsarik untuk keberlanjutan kehidupan berikutnya lagi. Jagalah keberkahan di bumi dan bawalah keberkahan untuk saat nanti. Sebagaimana tuning frekuensi gelombang arus kesadaran, tanpa menafikan akumulasi karmik sebelumnya konsistensi sikap, tindakan dan capaian diri saat ini akan berdampak pada konsekuensi yang akan diterima nanti demikian seterusnya.


3a. Racut 
Lullaby Song of  Madalasa Upadesha from The Mārkaṇḍeya Purāṇa … 
Kidung Nina Bobo Ratu Madalasa kepada puteranya (Rshi Markandeya) 

Verse 1
śuddhosi buddhosi niraɱjano’si //saɱsāramāyā parivarjito’si// saɱsārasvapnaɱ tyaja mohanidrāɱ// maɱdālasollapamuvāca putram|
Madalasa says to her crying son:// “You are pure, Enlightened, and spotless. //Leave the illusion of the world // and wake up from this deep slumber of delusion”
Madalasa berkata kepada putranya yang menangis: //“Anda murni, Tercerahkan, dan tidak bernoda.// Tinggalkan ilusi dunia dan //bangun dari tidur nyenyak delusi ini "
Verse 2
śuddho’si re tāta na te’sti nāma // kṛtaɱ hi tatkalpanayādhunaiva|//paccātmakaɱ dehaɱ idaɱ na te’sti //naivāsya tvaɱ rodiṣi kasya heto||
“My Child, you are Ever Pure! You do not have a name. //A name is only an imaginary superimposition on you.//This body made of five elements is not you nor do you belong to it.//This being so, what can be a reason for your crying ?”
“Anakku, kamu Selalu Murni! Anda tidak punya nama.// Nama hanyalah lekatan khayal  yang dikenakan pada Anda. // Tubuh yang terbuat dari lima elemen ini bukanlah Anda dan bukan pula milik Anda. // Karena itu, apa yang menjadi alasan Anda menangis? "
Verse 3
na vai bhavān roditi vikṣvajanmā //śabdoyamāyādhya mahīśa sūnūm|//vikalpayamāno vividhairguṇaiste //guṇāśca bhautāḥ sakalendiyeṣu||
“The essence of the universe does not cry in reality. // All is a Maya of words, oh Prince! Please understand this. //The various qualities you seem to have are are just your imaginations, //They belong to the elements that make the senses (and have nothing to do with you).”
“Esensi alam semesta tidak menangis dalam Realitas kenyataan. // Semuanya adalah kata-kata Maya, oh Pangeran! Mohon mengerti ini. // Berbagai kualitas yang tampaknya Anda miliki hanyalah imajinasi Anda, // Mereka termasuk dalam elemen yang membuat indra (dan tidak ada hubungannya dengan Anda). ”
Verse 4
bhūtani bhūtaiḥ paridurbalāni // vṛddhiɱ samāyāti yatheha puɱsaḥ| // annāmbupānādibhireva tasmāt //na testi vṛddhir na ca testi hāniḥ||
“The Elements [that make this body] grow with accumulation of more elements, or//Reduce in size if some elements are taken away //This is what is seen in a body’s growing in size or becoming lean depending upon the consumption of food, water etc. //YOU do not have growth or decay.”
“Unsur-unsur [yang membuat tubuh ini] tumbuh dengan akumulasi lebih banyak unsur,//  atau Kurangi ukurannya jika beberapa elemen diambil  // Inilah yang terlihat pada tubuh yang membesar atau menjadi kurus bergantung pada konsumsi makanan, air, dll.//  KAMU tidak memiliki pertumbuhan atau kerusakan. "
Verse 5
tvam kamchuke shiryamane nijosmin // tasmin dehe mudhatam ma vrajethah| //shubhashubhauh karmabhirdehametat //mridadibhih kamchukaste pinaddhah||
“You are in the body which is like a jacket that gets worn out day by day. // Do not have the wrong notion that you are the body. //This body is like a jacket that you are tied to, // For the fructification of the good and bad Karmas.”
“Anda berada di dalam tubuh yang seperti jaket yang semakin hari semakin aus. // Jangan salah paham bahwa Anda adalah tubuh. // Tubuh ini seperti jaket yang diikat, // Untuk fruktifikasi dari karma baik dan buruk. "
Verse 6
tāteti kiɱcit tanayeti kiɱcit // aɱbeti kiɱciddhayiteti kiɱcit| // mameti kiɱcit na mameti kiɱcit //tvam bhūtasaɱghaɱ bahu ma nayethāḥ||
“Some may refer to you are Father and some others may refer to you a Son or //Some may refer to you as Mother and some one else may refer to you as Wife. // Some say “You are Mine” and some others say “You are Not Mine” // These are all references to this “Combination of Physical Elements”, Do not identify with them.”
“Beberapa mungkin menyebut Anda adalah Ayah dan beberapa lainnya mungkin merujuk Anda sebagai Putra atau // Beberapa orang mungkin menyebut Anda sebagai Ibu dan beberapa orang lain mungkin menyebut Anda sebagai Istri.//  Beberapa orang mengatakan "Kamu adalah milikku" dan beberapa lainnya mengatakan "Kamu bukan milikku"//  Ini semua adalah referensi ke "Kombinasi Elemen Fisik", Jangan identifikasi dengannya. "
Verse 7
sukhani duhkhopashamaya bhogan //sukhaya janati vimudhachetah| // tanyeva duhkhani punah sukhani //janati viddhanavimudhachetah||
“The ‘deluded’ look at objects of enjoyment,  // As giving happiness, by removing the unhappiness. // The ‘wise’ clearly see that the same object // Which gives happiness now will become a source of unhappiness.”
“Pandangan yang 'tertipu' pada objek kenikmatan, // Seperti memberi kebahagiaan, dengan menghilangkan ketidakbahagiaan. // Orang 'bijak' dengan jelas melihat objek yang sama // Yang memberi kebahagiaan sekarang akan menjadi sumber ketidakbahagiaan. "
Verse 8
yānaɱ cittau tatra gataśca deho // dehopi cānyaḥ puruṣo niviṣṭhaḥ| // mamatvamuroyā na yatha tathāsmin // deheti mātraɱ bata mūḍharauṣa|
“The vehicle that moves on the ground is different from the person in it //  Similarly this body is also different from the person who is inside! // The owner of the body is different from the body. // Ah how foolish it is to think I am the body!”
“Kendaraan yang bergerak di tanah berbeda dengan orang di dalamnya // Demikian pula tubuh ini juga berbeda dengan orang yang ada di dalam! // Pemilik tubuh berbeda dengan tubuh. // Ah betapa bodohnya menganggap aku adalah tubuh! "

just  image
Sanskrit : śuddhosi buddhosi niraɱjano’si //saɱsāramāyā parivarjito’si// saɱsārasvapnaɱ tyaja mohanidrāɱ// 
English : “You are pure, Enlightened, and spotless. //Leave the illusion of the world // and wake up from this deep slumber of delusion”//
Indonesian :“Anda murni, Tercerahkan, dan tidak bernoda.// Tinggalkan ilusi dunia dan //bangun dari tidur nyenyak delusi ini "
S (Sk) : Maɱdālasollapamuvāca putram|
E (Eng) : Madalasa says to her crying son://
I (Ina) : Madalasa berkata kepada putranya yang menangis:
Racut : Kecakapan Proyeksi  
Bersiaga dalam kematian  
Menyadari dimensi pribadi - 
Living in Dying - 
pelatihan kematian etc             
Link data : 
Link video :

3b. Bardo
video chant ema bardo dihapus ? (video pribadi ?) Hehehe... masih ada. 
 
Teks ini adalah ajaran Padmasambhava, di mana dia mengingatkan kita bagaimana membebaskan diri kita di enam Bardo yang berbeda. Buddhisme Tibet mengacu pada enam Bardo sebagai keadaan transisi; 1. bardo kehidupan ini, 2. bardo dari mimpi, 3. bardo dari meditasi, 4. bardo dari kematian, 5. bardo dari dharmata, dan 6. bardo dari penjadian. Di setiap bardo ada petunjuk yang jelas tentang apa yang harus kita lakukan saat kita mengalami keadaan ini untuk mencapai pembebasan. Syair ayat di sini adalah instruksi singkat dari Pelatihan Dakini Rahasia Bunda Tantra Kesempurnaan Agung. Syairnya dimulai dengan Ema yang artinya, "whoa, this is for real! (Wah?, ini /untuk yang/ nyata!").
Google translate modified :

 

 

 

 

Bardo Song of Reminding Oneself
translated by Erik Pema Kunsang,
melody: Tara Trinley Wangmo,
vocals: Sascha Alexandra Aurora Sellberg & Rodrigo Reijers.

Lagu Bardo untuk Mengingatkan Diri Sendiri
diterjemahkan oleh Erik Pema Kunsang,
melodi: Tara Trinley Wangmo,
vokal: Sascha Alexandra Aurora Sellberg & Rodrigo Reijers.

 

from the Secret Dakini Training Mother Tantra of the Great Perfection

dari Pelatihan Dakini Rahasia Bunda Tantra dari Kesempurnaan Agung

 

Ema!
Now that while the bardo of this lifetime is unfolding,
I will not be lazy since there is no time to waste.
Enter nondistraction’s path of hearing, thinking, training,
While it is just now I have the precious human form.
Since this free and favored form ought to have real meaning,
Emotion and samsara shall no longer hold the reign.

Ema!
Sekarang sementara bardo dari kehidupan ini sedang berlangsung,
Saya tidak akan malas karena tidak ada waktu untuk disia-siakan.
Memasuki jalur tanpa gangguan dari pendengaran, pemikiran, pelatihan,
Sementara sekarang aku memiliki wujud manusia yang berharga.
Karena bentuk yang bebas dan disukai ini hendaknya memiliki makna yang nyata,
Emosi dan samsara tidak lagi memegang kekuasaan.

 

Ema!
Now that while the bardo of the dreamstate is unfolding,
I will not sleep like a corpse, so careless, ignorant.
Knowing everything is self-display, with recognition,
Capture dreams, conjure, transform, train lucid wakefulness.
Instead of lying fast asleep like animals are sleeping,
I will use the Dharma just as in the waking state

Ema!
Sekarang sementara bardo dari keadaan mimpi sedang berlangsung,
Aku tidak akan tidur seperti mayat, begitu ceroboh & bodoh cuek (tanpa tahu)
Mengetahui segalanya adalah tampilan diri, dengan pengakuan,
menangkap impian, sulapanpengubahanpelatihan kesadaran yang jernih.
Daripada tidur nyenyak seperti binatang yang sedang tertidur,
Saya akan menggunakan Dharma seperti dalam kondisi terjaga.

 

Ema!
Now that while the meditation bardo is unfolding,
I will set aside every deluded wandering.
Free of clinging, settled within boundless nondistraction,
I’ll be stable in completion and development.
As I’m yielding projects to the single-minded training,
Delusion and unknowing shall no longer hold the reign.

Ema!
Sekarang sementara meditasi bardo sedang berlangsung,
Aku akan mengesampingkan setiap pengembaraan yang memperdaya.
Bebas dari kemelekatan, menetap dalam ketidak-teralihkan yang tanpa terbatas,
Saya akan stabil dalam penyelesaian dan pengembangan.
Saat saya menyerahkan rencana pada pelatihan pikiran terpusat,
Delusi dan ketidaktahuan tidak akan lagi memegang kendali.

 

Ema!
Now that while the bardo of the death-state is unfolding,
I will cast away attachment, clinging to all things.
Enter undistractedly the state of lucid teachings,
Suspending as a vast expanse this nonarising mind.
Leaving this material form, my mortal human body,
I will see it as illusion and impermanent.

Ema!
Sekarang sementara bardo dari kondisi kematian sedang berlangsung,
Saya akan membuang kemelekatan, yang melekat pada segala hal.
Masuk dengan tanpa gangguan pada keadaan ajaran yang nyata /jernih,
Menangguhkan sebagai suatu hamparan luas pikiran yang tidak lagi muncul ini.
Meninggalkan bentuk materi ini, tubuh manusia fana saya,
Saya akan melihatnya sebagai ilusi dan tidak kekal.

 

Ema!
Now that while the bardo of dharmata is unfolding,
I will hold no fear or dread or panic for it all.
Recognizing everything to be the bardo’s nature,
Now the time has come for mastering the vital point.
Colors, sounds and rays shine forth, self-radiance of knowing,
May I never fear the peaceful-wrathful self-display.

Ema!
Sekarang sementara bardo dari dharmata sedang berlangsung,
Aku tidak akan takut , gentar atau panik untuk itu semua.
Mengakui segalanya sebagai sifat bardo,
Sekarang waktunya telah tiba untuk menguasai poin penting.
Warna, suara, dan sinar bersinar, pancaran kesadaran sendiri,
Semoga saya tidak pernah takut pada tampilan diri yang penuh amarah dan damai.

 

Ema!
Now that while the bardo of becoming is unfolding,
I will keep the lasting goal one-pointedly in mind.
Reconnecting firmly with the flow of noble action,
I will shut the womb-doors and remember to turn back.
Since this is the time for fortitude and pure perception,
I will shun wrong views and train the guru’s union-form.

Ema!
Sekarang sementara bardo penjelmaan sedang berlangsung,
Saya akan mengingat tujuan abadi dengan satu tujuan.
Berhubungan kembali dengan kuat dengan aliran tindakan mulia,
Aku akan menutup pintu rahim dan ingat untuk kembali.
Karena inilah waktunya untuk ketabahan dan persepsi murni,
Saya akan menghindari pandangan yang salah dan melatih bentuk persatuan (dengan) guru.

 

If I keep this senseless mind that never thinks of dying,
And continue striving for the pointless aims of life,
Won’t I be deluded when I leave here empty handed?
Since I know the sacred Dharma is just what I need,
Shouldn’t I be living by the Dharma right this moment,
Giving up activities that are just for this life?

Jika saya menyimpan pikiran tidak masuk akal yang tidak pernah berpikir tentang kematian,
Dan terus berjuang untuk tujuan hidup yang tidak berarti,
Apakah saya tidak akan tertipu ketika saya pergi dari sini dengan tangan kosong?
Karena saya tahu Dharma suci adalah yang saya butuhkan,
Bukankah seharusnya saya hidup berdasarkan Dharma saat ini,
Memasrahkan kegiatan  yang hanya untuk hidup ini?

 

These are the instructions which the gracious guru told me.
If I do not keep the guru’s teachings in my heart,
How can this be other than myself fooling myself?

Ini adalah instruksi yang dikatakan oleh guru mulia  itu kepada saya.                  
Jika saya tidak menyimpan ajaran guru di hati saya,
Bagaimana dapat ini bisa terjadi lainnya selain diriku yang membodohi diriku sendiri?


Bardo : Kecakapan 
Bersiaga dalam naza kematian alamiah : aware consciously meditatif x neurotic paranoid 
jaga karma kebiasaan (sila/citta visuddhi dibba /brahma vihara etc) -  awas karma menjelang kematian (+ karma lampau produktif ?)
tanpa moha kebingungan alami (vs hewan) ; tiada lobha kemelekatan pengharapan semu (vs petta) ; tanpa dosa liar kebencian (vs niraya)
dengan keberdayaan atasi bardo hingga level optimal yang mampu dicapai (tepatnya : layak didapat ... dan karenanya memang harus rela diterima) 
versi Buddhist ? manusa > svarga < brahma 4 < suddhavasa < lokuttara nibbana

Naza : awas nimitta bhavanga 3 (
Bardo proses umum non meditator : 
Sial, umumnya tidak bisa melintasi jhana brahma bardo 1 ; (bardo 2 liburan kesurga ? belum cukup murni berlimpah akumulasi  deposito karma baik +  banyak tanggungan kredit karma buruk /miccha ditti ?) ; bardo 3 beruntung lahir kembali sebagai manusia atau harus terlempar  keapaya (dampak MLD) atau terdampar di alam penantian  hingga rebirth baru/ pralaya dunia ?
proses khusus meditator (mystics, Buddhist, etc) :
selamat berjuang  hingga tujuan yang mungkin lebih baik untuk bisa dicapai ; (salam dari padaparama dihetuka bagi neyya tihetuka / yogi meditator ) 
Next
jika terdampar di apaya  hidup sbg peta maka dengan upekkha kembangkan mudita (sikap apresiatif/positif atas niatan tindakan kebaikan lainnya) brahma vihara walau sulit. jika terlempar di apaya lainnya maka dengan upekkha kembangkan metta brahma vihara ( kewajaran kosmik untuk aktualisasi kesadaran kasih universal sebagaimana kesedemikiannya kaidah impersonal transenden niyama dhamma  atas personal imanen terus berlaku walau tak butuh diakui dan tak sekedar bisa diyakini ) walau jelas sangat sulit.
jika hidup di surga hidup sbg dewa maka dengan upekha kembangkan karuna (welas asih berbagi bahagia) & potensi tihetuka (alobha adosa amoha prasyarat meditator Jalan Kesucian); tidak  mengumbar nafsu , dusta & sengketa (issa machariya-serakah mendengki apalagi membenci tidak juga menghalangi/ menyesatkan) (termasuk tridewa Mara- yama - asura atas triloka tusita ,tavatimsa,dunia ?) walau juga sulit. Wilayah kamavacara memang corrupted, Saka... bukan hanya pemenuhan kebutuhan, sekedar keinginan diri namun juga kekuasaan atas lainnya. Walau potentially segalanya akan berdampak jika telah masak/layak, Samsara memberikan kebebasan bukan hanya bagi Dhamma namun juga addhamma, tidak hanya agar terbebas dari jeratnya namun juga  tetap tersekap didalamnya…. Itulah kenyataan sesungguhnya  dari semuanya tanpa perlu menyalahkan atau membenarkan siapapun/apapun saja. 
Jika hidup di brahma jangan terlelap dalam kebahagiaan yang lebih dalam dari kenikmatan indrawi/ kehikmatan laduni tetap terjaga,menjaga dan berjaga untuk pengembangan kelanjutannya. walau juga sulit.
Jika bisa tiba di wilayah kesadaran non samsarik alam antara suddhavasa selesaikan perjalanan pulang kerumah sejati atasi delusi mimpi citta 'aku' di halte ini.walau juga sulit.
Jika telah tiba di wilayah kesadaran non alam samsarik nibbana... congrats. Selamat atas keterjagaan dari perjalanan tidur panjang penuh mimpi. selamat datang di rumah sejati esensi murni.
Sikapi "Kebebasan" ini sebagai kebenaran pencerahan berkelanjutan bukan perayaan ke"aku'an untuk lengah terlelap lagi. Walaupun karena magga phala meniscayakan keberadaan & tindakan kiriya yang suci (selama belum parinibbana khanda Ariya Buddha tetap tidak terbebas dari 12 dampak karmik buruk kehidupan lampauNya juga Bhante Moggalana. Bhikkhu arahata sekalipun tetap bisa melakukan kesalahan (terinjaknya serangga oleh arahata karena buta, peraturan vinaya sanghadisesa merukunkan duniawi ?) walau tanpa sengaja/ tak diketahui. Namun totally, inilah realisasi dambaan neyya buddhist untuk terbebas dari dukkha .... terjaga dari mimpi samsarik. Pulang kembali ke rumah sejati. Hanya yang telah melampaui (ariya nibbana) bisa menghadapi kembali (samsara) dengan lebih baik lagi (kiriya x karma) dan karenanya wilayah samsara ini tidak lagi tepat bagi yang telah lulus/ lolos darinya. Keswadikaan nyata yang bukan hanya melampaui penderitaan namun juga kebahagiaan. (magandiya sutta)
By the way, just kidding ... ada  versi/type samsara baru di wilayah ini ? samsara ini saja yang walau hanya delusif tidak chaotik sudah cukup menyusahkan kita dalam memahaminya  apalagi layak menembus dan melampauinya. Niyama Dhamma memang cukup mantap menjaga kaidah kosmik secara impersonal transenden... namun ketidak-segeraan dampak karmik, keterlupaan memory pra rebirth terlebih lagi tampak begitu 'rea'l-nya delusif fantasi keberadaan attha pada nama figur mimpi & sensasi kebahagiaan akan rupa (sulit untuk parichedanana?) benar-benar melengahkan dan menyesatkan (dan bahkan  karena ketidak mengertiannya tidak sengaja apalagi terencana  bukan hanya tidak mencerahkan namun bahkan saling menyesatkan lainnya walaupun dengan kepolosan, ketulusan dan kesadaran ).


3c. Alam 
Alam : Transit Dimensi 
Prajñāpāramitā
kebijaksanaan agung prajna paramita


Oṁ! Namo Bhagavatyai Ārya-Prajñāpāramitāyai!
Om | Aku memuliakan Sang Ariya Guru Suci yang telah mencapai kebijaksanaan agung prajna paramita
Ārya-Avalokiteśvaro Bodhisattvo, gambhīrāṁ prajñāpāramitā caryāṁ caramāṇo,
Sang Ariya Bodhisatva  Avalokiteśvara saat itu berdiam di dalam praktik kebijaksanaan agung prajna paramita,
vyavalokayati sma panca-skandhāṁs tāṁś ca svabhāvaśūnyān paśyati sma.
melihat ke dalam lima skhanda (agregat = pikiran dan tubuh / nama rupa ) dan ternyata mereka kosong dari sifat-diri

Iha, Śāriputra, rūpaṁ śūnyatā, śūnyataiva rūpaṁ;
Di sini, Wahai Śāriputra, wujud adalah kekosongan, kekosongan adalah wujud;
rūpān na pṛthak śūnyatā, śunyatāyā na pṛthag rūpaṁ;
kekosongan tidak berbeda dengan wujudwujud tidak berbeda dengan kekosongan;
yad rūpaṁ, sā śūnyatā; ya śūnyatā, tad rūpaṁ;
Segala apapun wujudnya, itu adalah kekosongan; Segala apapun kekosongan yang ada, itu adalah wujud.
evam eva vedanā-saṁjñā-saṁskāra-vijñānaṁ.
Begitu juga sama halnya untuk perasaan, persepsi, proses kemauan dan kesadaran.

Iha, Śāriputra, sarva-dharmāḥ śūnyatā-lakṣaṇā,
Di sini, Wahai Śāriputra, segala dharma bersifat kosong , 
anutpannā, aniruddhā;
Tanpa kemunculantiada pula kelenyapan ;
amalā, avimalā;
Tanpa ketiada-nodaan, tiada pula ketidakmurnian;
anūnā, aparipūrṇāḥ
Tanpa adanya kekurangan, tiada pula kelengkapan

Tasmāc Śāriputra, śūnyatāyāṁ
Karena itu, Wahai Śāriputra,  dalam kekosongan itu
na rūpaṁ, na vedanā, na saṁjñā, na saṁskārāḥ, na vijñānam;
tidak ada bentuk, tidak ada perasaan, tidak ada persepsi, tidak ada proses kehendak, tidak ada kesadaran;
na cakṣuḥ-śrotra-ghrāna-jihvā-kāya-manāṁsi;
tidak ada mata, telinga, hidung, lidah, tubuh atau pikiran;
na rūpa-śabda-gandha-rasa-spraṣṭavya-dharmāḥ;
tidak ada bentuk, suara, bau, rasa, sentuhan, pikiran;
na cakṣūr-dhātur yāvan na manovijñāna-dhātuḥ;
tidak ada elemen mata (dan seterusnya) hingga tidak ada elemen kesadaran-pikiran;
na avidyā, na avidyā-kṣayo yāvan na jarā-maraṇam, na jarā-maraṇa-kṣayo;
tidak ada ketidaktahuan, tidak ada kehancuran ketidaktahuan (dan seterusnya) hingga tidak ada usia tua dan kematian,
na duḥkha-samudaya-nirodha-mārgā;
tidak ada kehancuran usia tua dan kematian; tidak ada penderitaan, kemunculan, lenyapnya, jalan;
na jñānam, na prāptir na aprāptiḥ.
tidak ada pengetahuan, tidak ada pencapaian, tidak ada non-pencapaian.

Tasmāc Śāriputra, aprāptitvād Bodhisattvasya
Oleh karena itu, Wahai Śāriputra, karena tiada yang ingin dicapai, Bodhisattva bebas dari segala gangguan pikiran,
Prajñāpāramitām āśritya, viharaty acittāvaraṇaḥ,
Beliau mengandalkan Kesempurnaan Kebijaksanaan, dan berdiam dengan pikirannya tidak terhalang,
cittāvaraṇa-nāstitvād atrastro,
memiliki pikiran yang tidak terhalang dia tidak gentar,
viparyāsa-atikrānto, niṣṭhā-Nirvāṇa-prāptaḥ.
mengatasi pertentangan, ia mencapai kondisi Nirvāṇa.

Tryadhva-vyavasthitāḥ sarva-Buddhāḥ
Semua Buddha berdiam di tiga masa dengan
Prajñāpāramitām āśritya
mengandalkan Kesempurnaan Kebijaksanaan
anuttarāṁ Samyaksambodhim abhisambuddhāḥ.
sepenuhnya terbangun menuju Keterjagaan Lengkap Sempurna yang tak tertandingi

Tasmāj jñātavyam Prajñāpāramitā mahā-mantro,
Oleh karena itu, Kebijaksanaan Sempurna prajna paramita adalah mantra yang agung
mahā-vidyā mantro, 'nuttara-mantro, samasama-mantraḥ,
mantra pengetahuan agung, mantra yang tertinggi, mantra yang tak tertandingi,
sarva duḥkha praśamanaḥ, satyam, amithyatvāt.
Secara tuntas mengatasi semua penderitaan, sebagai kebenaran sejati yang tak mungkin palsu.

Prajñāpāramitāyām ukto mantraḥ
Dalam Kesempurnaan Kebijaksanaan mantra telah diucapkan
tad-yathā:
dengan cara berikut ini
gate, gate, pāragate, pārasaṁgate, Bodhi, svāhā!
pergi, pergi, pergi melampaui, pergi sepenuhnya ke luar, dalam Kebangkitan, dengan keberkahan!

Iti Prajñāpāramitā-Hṛdayam Samāptam
Dengan demikian Kesempurnaan Kebijaksanaan dari Hati Lengkap disampaikan

Dimensi Samsarik

atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini 

 

Wilayah

1

2

3

Transendental

Nibbana ‘sentra’ ?

Belum diketahui ? 7

Tidak diketahui ? 8

Tanpa diketahui ? 9

 

Nibbana ‘sigma’?

Belum mengakui ? 4

Tidak mengakui ? 5

Tanpa mengakui ? 6

 

Nibbana ‘zenka’ ?

Arahata 1

Pacceka 2

Sambuddha 3

Universal

Brahma Murni  (Suddhavasa)

Anagami 7 (aviha Atappa)

Anagami 8 (Sudassa Sudassi)

Anagami  9(Akanittha)

 

Brahma Stabil (Uppekkha )

jhana 4 (Vehapphala)

Asaññasatta 5 (rupa > nama)

Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )

 

Brahma mobile (nama & rupa)

Jhana 1 (Maha Brahma)

Jhana 2 (Abhassara)

Jhana 3 (Subhakinha)

Eksistensial

Trimurti LokaDewa

Vishnu 7 (Tusita)

Brahma 8 (Nimmãnarati)

Shiva 9 (Mara?  Paranimmita vasavatti)

 

Astral Surgawi

Yakha  (Cãtummahãrãjika) 4

Saka  (Tãvatimsa) 5

Yama (Yãma)6 

 

Materi Eteris

Dunia fisik(mediocre’ manussa  &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) 
+ flora & abiotik ? / 1
Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)
2
Eteris Astral apaya Asura  (petta & /eks?/  Deva ) 
3

Setiap dimensi samsarik memiliki faktor persyaratan karmik & kehandalan kosmik (untuk mengalami & mengatasinya) 

Bersedia untuk senantiasa terjaga  menjaga  berjaga (apapun juga hasilnya ... jangan susah apalagi menyusahkan lagi di alam ini ) .
Terlepas dari pembenaran kebanggaan keakuan & kepentingan kemauan , dalam perspektif keEsaan apapun alamnya itu memang seharusnya adalah baik (setidaknya adil ... tepat bukan hanya sesuai dengan level batin zenka penghuninya namun juga demi keberlangsungan dimensi mandala alam tersebut). Misalnya begitu menderitanya seorang puthujjana yang masih sakau, galau & kacau dengan kesombongan, keserakahan &  kebencian jika harus berada di level kemurnian nibbana (Well, para Asekha di dimensi ini harus melampaui niraya eksternal baru juga, lho dengan keberadaan penghuni baru ini demikian juga wilayah ini). Ini juga berlaku di level samsarik kamavacara juga, lho. Terkadang sangat memprihatinkan para guardian niraya yang mengurus jasa laundry pemurnian jiwa dari dosa mereka yang mengotori dirinya sendiri (So, sesungguhnya siapa menyiksa siapa, bro?) ketimbang para guardian svarga yang hanya melayani pengumbaran lobha kenikmatan atas pahala kebaikan jiwa hingga batas akhir depositonya. Well, penangguhan mungkin memang bisa diterima jika demikian (too risky for all ...jadi perlu alam antara pra pralaya?).  So, biarkan advaita niyama dhamma melayakan keniscayaan yang tepat bagi semuanya secara transenden impersonal termasuk juga siklus pralaya (demi penyegaran atau pemusnahan ?) .

Kutipan :
Apapun yang terjadi, mencintai kebenaran adalah kemutlakan (bukan pilihan …  karena jikapun tiada keselarasan dalam menyesuaikannya sebagaimana harusnya maka dengan keterpaksaan  toh kita akan tetap menerima keniscayaan akan dampak karmic & effek kosmik nya juga .... jadi 'sami mawon' / sama saja ).  Hidup dalam kebenaran seharusnyalah hidup dengan kebenaran juga.

Keselarasan dalam Saddhamma .... Inilah cara untuk menjalani kebenaran itu dengan tanpa syarat apapun   Well, bukan hanya "sekedar' demi membawa level evolusi pribadi yang lebih baik (eksistensial), menjaga harmoni dimensi  yang semakin kondusif (universal) namun karena memang demikianlah amanah keselerasan yang ditetapkan untuk dijalani (transendental).... sinkronisasi peniscayaan berkah yang memang seharusnya dilakukan atas keniscayaan berkah yang sudah digariskan pada keberadaan, dalam kesemestaan oleh kesunyataan Impersonal Transenden ini.

Tentang Paska Kematian / Aneka Keberadaan =
Sebagaimana dimensi samsarik lainnya ( apaya, surga bahkan alam Brahma sekalipun), dunia ini hanyalah terminal transit bagi evolusi spiritualitas diri berikutnya.  Peluang kesempatan / tanggung jawab sebagai manusia dsb dalam membawa keberkahan diri dan lainnya ... tidak sekedar berlibur, terhibur dan dikubur sebagai manusia untuk hanya kembali calon mayit/ demit ?  
jadi, inget kata  Buddha & para Suci lainnya : kelaziman ( kebodohan atau kewajaran?) kita cenderung menjadikan apaya menjadi rumah tinggal  berikutnya  (walau sesungguhnya bukan itu sangkaan pandangan & harapan keinginannya ... ironis atau tragis ?) 
Well, jika tiada faktor non-operative mahakammavibhanga ... walau tidak dimaksudkan sekalipun by product kelayakan pemurnian sila bukan hanya bisa lampaui apaya (alobha x petta, adosa x neraka, amoha x tirachana  ... asura ?) namun juga layakan investasi deposito kebajikan untuk digunakan liburan sementara kapling dimensi surgawi jika diperlukan (just refreshing penyegaran atau malah recraving pengumbaran ?) ; yang lebih penting jika mampu pencapaian meditatif bisa bereffek pada peningkatan intelgensi kecakapan yang lebih baik apalagi ditunjang panna kebijaksanan yang berkembang . Okelah .
AS /IF Petta apaya etc
Walau ini dianggap ‘wajar’ bagi lokiya dhamma namun termasuk apaya bagi saddhama (walau tampak ironis namun tidak menutup kemungkinan dikarenakan akumulasi kelayakan kamacitta sebagaimana kemelekatan akan memory figure bhava, obsesi ditthi dan tanha pengharapan status symbol berada di dimensi eteris ditengah ekspansi dewa label jatuhan asura & ekstensi dewa level rendahan yakkha ini)  
Case : pettavathu
Niraya ?
jika terdampar di apaya  hidup sbg peta maka dengan upekkha kembangkan mudita (sikap apresiatif/positif atas niatan tindakan kebaikan lainnya) brahma vihara walau sulit. jika terlempar di apaya lainnya maka dengan upekkha kembangkan metta brahma vihara ( kewajaran kosmik untuk aktualisasi kesadaran kasih universal sebagaimana kesedemikiannya kaidah impersonal transenden niyama dhamma  atas personal imanen terus berlaku walau tak butuh diakui dan tak sekedar bisa diyakini ) walau jelas sangat sulit.
Dalam Buddhisme Apaya adalah kemungkinan MLD .......

surga ytcrash
AS /IF Surga Kamadeva etc
Walau ini sangat didambakan bagi lokiya dhamma (walau tanpa perlu alam antara ?) namun (tanpa merendahkan) tidak bagi saddhama ? (walau tidak menutup kemungkinan dikarenakan akumulasi kelayakan kamacitta 'hanya' bisa berada di dimensi astral ini )
Case : jaminan nanda & bhikkhu surga
Jika surga & neraka tidak ada akankah Tuhan dipuja dalam kebaktian, kebajikan dan kebijakan ? Bukan karena  deficiency atau  sekedar transaksi (Sufi wanita Rabiah Adawiyah ... Mahabah cinta kepada TuhanNya bukan hanya mengatasi kecintaan kepada siapapun /Nabi, Surga ?/ namun juga kebencian kepada apapun termasuk kepada  /iblis & neraka?/). 
Jika anda inginkan surga di sana layakkan juga surga di sini dengan kearifan menjaga kebersamaan dan kebaikan untuk sesama dengan memastikan keberdayaan tindakan nyata bukan sekedar idea anggapan dan keyakinan belaka. Walau secara labeling pandangan mungkin saja masih nanti (paska pralaya dunia?) namun dalam leveling kenyataan bisa jadi seketika (tanpa alam antara?).

buddha brahma
AS /IF Brahma etc
Walau ini sangat didambakan bagi mystics pantheist namun tidak bagi saddhama (walau tidak menutup kemungkinan dikarenakan bukan hanya kelayakan/kecakapan namun juga kemantapan/kemapanan kamacitta dan samadhi bhavananya)
Case : batin mencari & menjadi "tuhan" yang lebih sejati ? , dilemma antara kenyamanan 'transendensi' nama ke anenja (terlelap? alara kalama & Uddhaka ramaputta eks guru dengan tataran ilmu yang telah dikuasainya pra Uruvela ) vs keberadaan 'immanensi' rupa ke samsara (terjatuh? Brahma Baka yang terprovokasi Mara ? ).
(Fake story ?)  Buddha ditanya keberadaan Tuhan .... Dia menjawab akan keberadaanNya kepada yang mengingkariNya namun menyangkal keberadaanNya kepada yang meyakiniNya. (bukan kepercayaan namun keberdayaan ... memastikan tataran fakta bukti  penempuhan/penembusan dalam kemurnian yang utama bukan sekedar meyakini gagasan internal/ wawasan eksternal.
Jika anda dambakan kemanunggalan Ilahiah (transendensi moksa individualitas universal nama batiniah ke wilayah rohani tinggi hingga Anenja Brahma tidak sebatas dematerialisasi murca rupa zahiriah ke dimensi eteris peta, asura Bhumadeva atau astral Kamadeva 6 ?) layakkan diri sebagai media Brahma Vihara (sebagai media ilahi … tidak sekedar lihai bertransaksi mendapat untuk tersekap atau ikhlash memberi untuk menerima kembali namun murni mengasihi sebagaimana harusnya harmoni kasih universal yang berlaku disadari dan ketulusan untuk berbagi secara wajar memang perlu dijalani) sehingga kualifikasi adhikari tihetuka yang dewasa terjaga dan (dikarenakan senantiasa ada korelasi kosmik antara kesadaran, kecakapan dan kelayakan yang tumbuh berkembang secara simultan/progressif) kewasesaan batiniah juga akan berkembang (orientasi , refleksi + distansi & meditasi) dari akar penempuhan hingga puncak penembusannya (asalkan tetap terjaga dari godaan kemegahan yang menyekap sensasi kemauan, cobaan kemampuan yang menjebak fantasi keakuan dan labirin parallel yang memandekan, membingungkan atau bahkan menjatuhkan).  

pencerahan Buddha
AS /IF Nibbana etc
Walau keterjagaan dalam dvaita kesunyataan ini dipandang ‘sangat sempurna’ bagi buddha dhamma namun dalam 'kebersahajaan' akan advaita kesedemikianan ini ‘cukup bijaksana’ bagi saddhama (Holistik melampaui Nivritti negative & harmonis melampaui Pravritti positive )
Case : No Ego (level > label, 'tan-diri' > 'diri', 'tan-alam' > 'alam')....
(Fake story ?)  Buddha diam ketika ditanya apakah Dia mencapai Nibbana .... Jika Dia menjawab "Tidak", Dia berdusta akan realisasi pencapaian keterjagaanNya , Jika Dia menjawab "Ya" , Dia berdusta karena Nibbana mustahil tercapai jika masih ada 'keakuan" samsarik.
Jika anda harapkan nibbana nanti layakkan juga nibbana saat ini dengan keterjagaan memandang tilakhana kesemestaan dengan kewaspadaan tanpa keterlelapan  dan keberdayaan simultan progressif menyelaraskan diri dengan kewajaran pemurnian adhi sila (moralitas berprilaku zahiriah dan integritas berpribadi batiniah), memberdayakan diri dengan kemantapan adhi citta bhavana dan semakin men-terjagakan diri dengan kematangan penembusan adhi panna sehingga memadailah kualitas Ariya Puggala ... bukan hanya terlayakkan 'sertifikat kosmik' atas pencapaian magga phala nibbana (irreversible?) namun juga 'kualitas kosmik' yang memang dipandang layak oleh Advaita Dhamma Niyama untuk tidak lagi perlu (karena sudah terlalu mampu) 'ndagel' bermimpi di permainan samsara ini.

Epilog :

Tampaknya ada yang kurang, ? Bagaimana dengan tujuan ideal kebahagiaan ?
Intinya begitu berharganya kehidupan sebagai manusia (tanpa menafikan sebagaimana juga lainnya), bro. Dengan tidak terlalu mengumbar kebebasan menurutkan kecenderungan nafsu (wille zur macht .. keinginan akan kekuasaan?) dan justru mengarahkan diri dengan kebijaksanaan maka akan ada kebajikan bagi semuanya (kedewasaan berpribadi dan dampak potensi kewasesaan yang akan mengikutinya). Segalanya akan dan seharusnya menjadi lebih baik dan semakin baik.  Jadi tolonglah jika tidak mencerahkan janganlah menyusahkan apalagi menyesatkan dan menghancurkan. Sungguh anda (tepatnya: kita) tidak tahu dengan siapa sesungguhnya kita senantiasa berhadapan .... hidup ini tidak sekedar interaksi antar figur personal namun ini permainan kompleks media impersonal dimana segalanya jeli terawasi, akurat terkalkulasi dan potentially akan berdampak .... sebagaimana gema suara, apa yang kita lakukan akan kembali juga kepada arus kesadaran kita ... baik ataupun buruk, saat ini ataupun nanti , di sini ataupun di sana dalam peran/sikon apapun kemudian ... (dampak metafisis, sociologis & psikologis ?). Bagaikan sigma kuanta cahaya pelangi yang saling melengkapi dalam keberagamannya walau dalam label dan level berbeda namun tetap dipandang setara dalam Kasih Universal ... ada kesedemikianan Dhamma yang walau Impersonal tidak menuntut pengakuan namun secara Transenden kaidahnya berlaku di setiap wilayah immanenNya secara homeostatis, interconnected, equilibirium. 
Be Truth Lover whoever & wherever we are ...
(Jadilah pecinta kebenaran siapapun dan dimanapun kita) 
karena itu adalah keniscayaan nyata yang (memang?) harus kita terima 

Well, kebahagiaan adalah suatu keberadaan natural untuk sadar, cakap & layak dalam menerima segalanya sebagaimana apa adanya dan menjalani keselarasan sebagaimana wajarnya (seharusnya tanpa syarat bukan karena sekedar kemelekatan akan pengharapan ataupun keterpaksaan akan faktisitas keberadaan yang diamati, dialami dan diatasi) .... suatu sikap batin kesuka-citaan atas hal positif, yang mungkin diperoleh ataupun kesuka-relaan atas hal negatif yang memang didapatkan Uraian tentang pencapaian level swadika, pemantapan bakat talenta dan pelayakan hisab visekha (untuk Menghadapi Keabadian ) ; pengupayaan skill kecakapan, asset kemapanan dan style kewajaran ( dalam Menghadapi Kehidupan ) serta kemampuan racut, kemahiran bardo dan kesiagaan alam (ketika Menghadapi Kematian ) adalah /atau mungkin tepatnya hanyalah ~ agar tidak justru terlalu meresahkan obsesi / ambisi sebagai keharusan / parameter standar untuk lebih memberdayakan diri dalam melayakan peniscayaan yang sebaiknya terjadi. Bukankah orientasi setiap keberadaan adalah pemberdayaan demi kebaikan dan perbaikan segalanya ( sebagai zenka pemeran eksistensial pribadi pada sigma universal kebersamaan dengan lainnya dari Sentra Hyang Esa sumber transendental segalanya) sebagai kesunyataan homeostatis yang dinamis saling berhubungan (interconnected) dalam harmoni keselarasan keseluruhan (equilibirium) .... sesuai dengan kaidah kosmik yang sedemikian adanya (Realitas kebenaran pada fenomena kenyataan ). 


Then ?

Transkrip  Awaken Samadhi Trailer (Uniion Mystics )
AWAKEN SAMADHI TRAILER
(Original Source - Copy Right) https://www.youtube.com/watch?v=dqGdWoW-GT8

If you hold this feeling of “I” long enough and strongly enough the false “I”will vanish, leaving only the unbroken awareness of the real immanent “I” or consciousness itself ~ Sri Ramana Maharshi.
"Jika Anda memegang perasaan 'aku'  ini cukup lama dan cukup kuat, maka 'aku' yang semu akan lenyap, hanya menyisakan kesadaran tak terputus yang nyata, keberadaan imanen 'aku', atau kesadaran itu sendiri." ~ Sri Ramana Maharshi
Samadhi is an ancient Sanskrit word which means Union. It is the union of individual persona, the egoic self with something greater, something unfathomable to the mind. Samadhi is a surrendering, a humbling of Individual mind to the Universal mind. The purpose of Meditation, Yoga, Prayer, Chantings and all Spiritual practices is one and that is Samadhi. In the language of Christian mystics it is humbling oneself before God. Samadhi is realized through what Buddha called the middle way or what in Taoism is called the balance of ying and yang. In the yogic traditions it is called the marriage of Shiva and Shakti.
Samadhi adalah kata Sansekerta kuno yang berarti Persatuan. Ini adalah penyatuan persona individu, diri egois dengan sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang tak terduga bagi pikiran. Samadhi adalah penyerahan, merendahkan pikiran Individu ke pikiran Universal. Tujuan dari Meditasi, Yoga, Doa, Nyanyian dan semua praktik Spiritual adalah satu dan itu adalah Samadhi. Dalam bahasa mistik Kristen, itu berarti merendahkan diri di hadapan Tuhan. Samadhi diwujudkan melalui apa yang disebut Buddha sebagai jalan tengah atau yang dalam Taoisme disebut keseimbangan ying dan yang. Dalam tradisi yoga, ini disebut perkawinan Siwa dan Shakti. 
When Samadhi is perfect, it is wisdom of the great ultimate reality. An understanding of the relationship between form and emptiness, relative and absolute, its a coming into one's true nature. Samadhi begins with a leap in to the unknown.
Ketika Samadhi sempurna, itu adalah kebijaksanaan dari realitas tertinggi yang agung. Pemahaman tentang hubungan antara bentuk dan kekosongan, relatif dan absolut, yang masuk ke dalam sifat sejati seseorang. Samadhi dimulai dengan lompatan ke hal yang tidak diketahui.
In order to realize Samadhi, one must turn consciousness away from all known objects, from all external phenomena, conditioned thoughts and sensations towards consciousness itself. Towards the inner source, the heart of  essence of one's being.
Untuk mewujudkan Samadhi, seseorang harus mengalihkan kesadaran dari semua objek yang diketahui, dari semua fenomena eksternal, pikiran dan sensasi terkondisi menuju kesadaran itu sendiri. Menuju sumber batin, inti dari keberadaan seseorang.
The source of all existence is not a thing or object that one can see like in these physical world we do. It is perfect emptiness or stillness itself. It is the emptiness which is the source of all things.
Sumber dari semua keberadaan bukanlah hal atau objek yang dapat dilihat seseorang seperti di dunia fisik yang kita lakukan ini. Itu adalah keheningan atau keheningan sempurna itu sendiri. Kekosongan itulah yang menjadi sumber segala sesuatu.
This union cannot be understood with the limited individual mind. It is only directly realized when the mind becomes still. There is no Self that awakens. There is just ‘you' that awakens. What you are awakening from is the illusion of the separate self from the dream of the limited ‘you'. The World that now you think you are living in is actually ‘you'. It is your higher self or the selfless self. Annata.... No Self.
Persatuan ini tidak dapat dipahami dengan pikiran individu yang terbatas. Itu hanya disadari secara langsung ketika pikiran menjadi tenang. Tidak ada Diri yang terbangun. Hanya ada 'kamu' yang terbangun. Dari mana Anda terbangun adalah ilusi dari diri yang terpisah dari impian 'Anda' yang terbatas. Dunia yang sekarang Anda pikir Anda tinggali sebenarnya adalah 'Anda'. Itu adalah diri Anda yang lebih tinggi atau diri yang tanpa diri/tidak mementingkan diri sendiri. Tanpa aku ... Tiada diri
Samadhi is so simple that when you are told that what is it and how to realize it, your mind will always miss it because the mind is what needs to be stopped before it is realized. It is not a ‘happening' at all. It is the surrendering of the individual mind to the higher mind or big mind..
Samadhi begitu sederhana sehingga ketika Anda diberitahu bahwa apa itu dan bagaimana merealisasikannya, pikiran Anda akan selalu merindukannya karena pikiran adalah apa yang perlu dihentikan sebelum disadari. Ini sama sekali bukan 'terjadi'. Ini adalah penyerahan pikiran individu ke pikiran yang lebih tinggi atau fikiran besar.
The most important teaching of Samadhi is perhaps found in this phrase:- “Be Still & get Know”.
Pengajaran paling singkat dari Samadhi mungkin dapat ditemukan dalam frase ini: "Diamlah dalam keheningan dan ketahuilah Hal tersebut."
Silence is the language of God. All else is poor translation. - Rumi
(Keheningan adalah bahasa Ilahi. Semua hal lainnya hanyalah 'terjemahan' belaka yang tidak memadai. – Rumi)
How can we use words and images to convey stillness? How can we convey silence by making noise? Rather than talking about Samadhi as an intellectual concept. this film is a radical call to INACTION. A call to stillness. A call to meditation and inner silence. A call to STOP.
Bagaimana kita dapat menggunakan kata atau gambar untuk menjangkau keheningan ? Bagaimana kita dapat menyampaikan keheningan dengan membuat kebisingan ? Film ini ditujukan sebagai suatu panggilan radikal untuk "tanpa-aksi". Suatu panggilan untuk menuju keheningan. suatu panggilan untuk meditasi dan keheningan di kedalaman. Suatu panggilan untuk Berhenti
Stop everything that is driven by the pathological egoic mind. Be still and know.
Hentikanlah segala sesuatu yang dibawa oleh fikiran diri yang sakit. Berdiamlah dan Ketahui
No one can tell you what will emerge from the stillness. It is a call to act from the spiritual heart.
Tidak ada yang bisa memberitahu Anda apa yang akan muncul dari keheningan. Ini adalah panggilan untuk bertindak dari jantung spiritual.
Samadhi is not some mystical 'altered' state of being. It is simply one's natural state of presence, of consciousness unmediated by thought, unmediated by an egoic identity.
Samadhi bukanlah sejumlah tahap perubahan keberadaan yang bersifat mistis. Ini hanyalah keberadaan alamiah kehadiran seseorang. yang kesadarannya tidak terpisahkan oleh fikiran, tidak terpisahkan oleh identitas suatu diri pribadi.
Most of humanity is in an altered state all the time... A state of egoic identification with form and thought. When one is in a state of natural presence and non-resistance, Prana flows more freely through the inner world. This pranic stream which is prior to the nervous system, prior to the senses and thinking,becomes a new interface with reality. Literally a new level of consciousness or new way of being in the world.
Sebagian besar umat manusia dalam keberadaan yang terpisahkan sepanjang waktu … Suatu keberadaan beridentifikasi diri dengan bentuk dan pikiran. Ketika seseorang dalam keadaan kehadiran alamiah dan tanpa tekanan, Prana mengalir lebih bebas melalui dunia batin. Aliran prana ini yang sebelumnya menuju ke sistem saraf. sebelumnya menuju indrawi dan fikiran, menjadi antarmuka baru dengan kenyataan, Secara harfiah suatu tingkat kesadaran yang baru atau cara baru keberadaan di dunia.
It is through the ancient teachings of Samadhi, the humanity will begin to understand the common source of all the religions and to come into alignment once again with the spiral of life …. Great Spirit, Dhamma, or the Tao.
Ini melalui pengajaran Samadhi kuno bahwa umat manusia akan mulai memahami sumber umum dari semua agama dan untuk datang ke dalam keselarasan sekali lagi dengan spiral kehidupan Roh Agung, Dhamma, atau Tao.
Samadhi is the 'gateless gate’ and ‘pathless path' and it is the identification with the self structure which separates our Inner and Outer worlds.
Samadhi adalah 'gerbang tanpa gerbang' dan 'jalan tanpa jalan' dan itu adalah identifikasi dengan struktur diri yang memisahkan dunia Batin dan Luar kita.

Terakhir, 
Demikianlah, orientasi kesadaran tetap dilakukan untuk bukan hanya mentransendensi level keariyaan (tisikha pembebasan, pencapaian minimal pengamanan samsarik berikutnya) namun juga mensiagakan & berjaga dengan pemberdayaan talenta kecakapan (skill sekarang & bakat mendatang) yang berdampak pada pemantapan kemapanan kehidupan/ penghidupan eksistensial (dalam kemandirian & untuk kebersamaan) dalam kewajaran pembumian sebagaimana lainnya (namun tetap menjaga keselarasan dengan Saddhamma .. tentu saja). Sesungguhnya etika kosmik ini seharusnyalah bersifat universal bisa dijalankan oleh setiap pribadi di segala dimensi dengan segala keterbatasan & pembatasannya masing-masing (walau hasilnya memang tidak seeffektif jika berada di wilayah yang relatif lebih kondusif).
jadi ...ini adalah  transformasi  mengarahkan diri  dengan kesadaran Saddhama dalam  kebenaran, kebajikan dan kebijakan ... sama sekali bukan revolusi (mungkin tepatnya : repolusi = pencemaran kembali?) dengan kebodohan, kesalahan dan keburukan. Sudah saatnya spesies manusia tumbuh berkembang dewasa tidak selamanya menjadi kanak-kanak dengan usia keberadaannya yang telah lama menghuni, membebani & menyusahkan planet bumi yang sudah semakin tua ini dengan berpandangan semu , berpribadi naif dan berprilaku liar. Atau akankah alam menseleksi kembali spesies baru yang berkualitas lebih sesuai sebagai pengganti untuk memikul tanggung jawab ini  (bukan hanya kuat & ahli bagi ketepatannya namun juga arif & baik untuk perbaikannya ) ?
Be selfless as it really be  (to be one in One of  ONE ?) .. Sungguh ini bukan hanya masalah 'selfish' evolusi pribadi eksistensial semata namun juga berkaitan dengan dampak harmoni dimensi universal  bagi keseluruhan bahkan hingga effek transendental. Tak perlu lagi recycling daur ulang serial pralaya (dunia - surga - rupa brahma) bagi samsara ini berlangsung berulang-ulang yang bukan karena rejuvenasi perbaikan kerusakan alamiah materi penampungnya namun karena batiniah zenka penghuninya. 


Kita adalah media impersonal dengan berbagai peran eksistensial dalam arena universal di segala wilayah immanen Hyang Transenden. 
sadari & jalani permainan peran / amanah tugas ini dengan selaras pada kaidah keniscayaan kebenaran saddhamaNya 
dengan senantiasa terjaga  , menjaga & berjaga 

Be realistics to realize the Real 
Be True, Humble & Responsible  as one (existensial figure) in One (Universal immanent ) of  ONE  (Esensial Transendent )
Just as it is 

SEKIAN



REHAT DULU .... SUDAH CAPEK .... BELUM RECHECK 
WAH KOK MAKIN BANYAK ... RENCANANYA SIH RINGKES SINGKAT SAJA
PADAHAL BELUM SEMUA .. BISA BERAT LEMOT NANTI. POSTING INI 
DIARSIP DULU SAJA DARIPADA ADA DATA YANG HILANG SEPERTI JUST FOR SEEKER DULU

ARSIP SD 14022021

https://archive.org/download/arsip-sd-14022021/ARSIP%20SD%2014022021.rar

listing of ARSIP SD 14022021.rar

file

as jpg

timestamp

size

ARSIP SD 14022021


2021-02-14 03:00


ARSIP SD 14022021/00 MY BLOG SD 14022021.docx


2021-02-14 01:12

7045508

ARSIP SD 14022021/00 MY BLOG SD 14022021.pdf


2021-02-14 01:12

10039262

ARSIP SD 14022021/MY VLOG SD 14022021.docx


2021-02-14 02:54

3475807

ARSIP SD 14022021/MY VLOG SD 14022021.pdf


2021-02-14 02:54

2409813





 
REST FILE dari Bhante Pannavaro ?
 
Well, bahkan jikapun kemudian kami memang harus berperan sebagai petta apaya di lembah barzah (ataupun bahkan niraya lokantarika sekalipun) kami tetap berharap memory file ini kelak akan kembali selalu mengingatkan, menyadarkan & menguatkan kita dalam hikmah kebijakan atas kebajikan Kasih Tuhan pada kebenaran Mandala DhammaNya demi pertumbuhan perkembangan kebaikan & perbaikan selanjutnya ... untuk inilah segalanya dalam sisa hidup ini kami persembahkan bagi semua (termasuk diri kami juga tentu saja). Sejujurnya walau kami memang seharusnya mencintai kebenaran (atau lebih tepatnya : memang harus menerima kebenaran dalam kenyataan apapun juga itu) namun kami memang belum sepenuhnya melayakkan diri dalam menjalaninya (so ... apapun juga termasuk yang terburuk sekalipun bukankah juga layak jika kami /sebagaimana juga kita & mereka semua tentunya/ menerima keniscayaan sebagaimana adanya.)

Memang sungkan & riskan harus jujur menyatakan idea kebenaran yang belum tentu memang demikian adanya (Well, seeker perlu bukti faktual kepastian yang nyata tidak sekedar peyakinan kepercayaan rasional dogmatis belaka ... semacam keberdayaan magga phala bagi ariya?) dan belum mampu juga dilayakkan dengan penempuhan apalagi memang terbuktikan dengan pencapaian & pencerahan yang diharapkan. Well, lagipula jika saja terjadi ada kesalah-fahaman ini bukan hanya bisa 'melukai ?' keberadaan/ kepentingan lainnya namun juga diri sendiri ... bukan hanya effek kosmik saja namun juga dampak karmik juga, lho.

Meminjam istilah Mistisi Ibn Araby ('biar hati ini menjadi makam bagi rahasia-rahasia')., mungkin akan menjadi nyaman juga bagi diri sendiri dan keseluruhan jika kemudian kami senantiasa menundanya dan menguburnya kembali dan berkata dalam hati biarkan logika pemikiran ini tetap tersimpan aman di tempatnya karena memang tidak harus, perlu dan patut untuk diungkapkan ke permukaan. 
Jalaludin Rumi : tentang hikmah (Dilema Faqir) = Janganlah kamu berlaku zalim dengan tidak memberi kepada orang yang berhak menerimanya. namun janganlah kamu berlaku fasik dengan memberi kepada orang yang belum layak menerimanya. 
Seorang ahli hikmah (mungkin Ali b Abu Thalib ra) ada menyatakan : bicaralah hanya ketika anda memang perlu bicara namun janganlah bicara jika hanya ingin bicara .... mungkin ini dimaksudkan agar hanya kebenaran, kebajikan dan kebijakan yang terungkapkan dengan kesadaran holistik, ketulusan harmonis dan kepolosan autentik bukan sekedar estetika hipocricy kepantasan , apalagi kepicikan yang kasar (reaktif paranoid neurotik)  dan kelicikan yang lihai (manipulatif, provokatif , intimidatif). Cahaya (esensi murni) tampaknya memang seharusnya meniscayakan pelayakannya sebagaimana cahaya secara alami dan murni yang (maaf) bukan 'hanya' berguna memberdayakan untuk terpancarkan ke permukaan namun terutama demi pemurnian/kemurnian di kedalaman. Terlalu 'rendah' dan justru akan me'rendah'kan saja jika internal drive kewajaran peniscayaan ternodai eksternal motive kepamrihan pemantasan apalagi pengharapan demi sekedar kebanggaan pengakuan dan atau pembenaran kepentingan belaka. .....(walau mungkin ini bisa juga rambatan keakuan yang lain untuk kesemuan pengharapan perfectionist atau jangan jangan karena kekikiran tidak ingin interaksi berbagi ... entahlah ... yang jelas mood untuk spontan meng-inferensi data dan mengekspresikan idea masih macet saat ini ). 
kebalik urutannya, ya ? ...sekarang pas.

Namun demikian, apa yang sudah ditetapkan sudah cukup maksimal dijalankan, apa yang memang mampu dilakukan sudah cukup optimal dikerjakan, apa yang memang kebelum-fahaman/ ketidak-cakapan kami nyatanya  toh juga sudah sejujurnya diungkapkan .... So, What's next ? Que Sera Sera ... Pantha Rei.  
Baiklah, segenap idea tampaknya sudah tersingkap – seluruh kata tampaknya juga cukup terungkap. Sementara perjalanan kehidupan belum selesai , penjelajahan keabadianpun belum juga usai. Masih banyak pekerjaan yang tertunda, begitu banyak kegiatan yang belum dikerjakan. Saya kira tidak ada lagi yang perlu dikatakan walau masih banyak yang ingin dibicarakan. Adalah Haq untuk menyatakan seperlunya saja sesuai kehendakNya dari kemungkinan hak untuk mengatakan semua yang diinginkan belaka.
Jika ada kebaikan itu dari Tuhan karena Dialah sumber dari segala keberadaan, kebenaran dan keindahan yang Haq dimana setiap makhluknya hanya dapat memantulkan kemuliaanNya hanya sebatas keterbatasannya (Dimuliakan Tuhan Hyang Maha Sempurna di atas segalanya – sehingga tiada haq bagi kita untuk sedikitpun berbangga di hadapanNya). Jika ada kesalahan dalam artikel ini maka ini sepenuhnya kekhilafan saya dalam menafsirkan dan memantulkan pengertian dari pembelajaran keabadian yang diberikanNya dalam pemberdayaan kehidupan ini (Dan untuk itu izinkan saya istighfar dan mohon maaf atas kekurangan ini.)
Ya, Tuhan. Begitu luas dan dalamnya hikmah kebenaran ilmu-Mu (yang sangat transcendental, transrasional dan translingual – melampaui fananya keberadaan, terbatasnya penalaran dan jangkauan kebahasaan). Setiap saat keterbatasan intelek dan intuisi menjelajahi cahaya ilmu-Mu, Kau bukakan gerbang ilmu lainnya yang lebih luas untuk kembali dijangkau sebagai fakta, direngkuh dalam idea, dan diungkap dengkap kata. Dan demikian selalu berlanjut (walau memang harus diakui ada kegairahan jiwa yang ingin dewasa untuk berusaha menyibaknya dalam kegelisahan hati untuk merengkuhnya dalam mandala global idea pada keterbatasan akal untuk mengungkapkannya dalam rangkaian linear kata agar bisa dilaksanakan melalui tindakan nyata.)
(Well, tampaknya sebagaimana karya yang lain, artikel ini mungkin memang tidak akan pernah tuntas selesai walau deadline sudah habis dan diperpanjang terus – menerus ….. Jadi, yah, diterima, dimaklumi dan dianggap selesai saja. Gitu aja koq repot).
Wasalam. 






PLUS :
Dari : Prakata Agenda  (https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/prakata.html)




Plus : Data lain 
dari :  Go on Seeker. http://teguhqi.blogspot.com/2020/09/hubungan-antara-pikiran-emosi-energi.html)
spiritualitas sehat (benar, bijak & bajik) : kemurnian pemberdayaan via : Orientasi holistik - Realisasi autentik - Aktualisasi sinergik (x kelihaian pemanfaatan autorisasi - demi kepentingan klaim identifikasi - apalagi untuk eksploitasi memperdayakan )
Pencerahan perlu keperwiraan & kemandirian individual ( > ketergantungan & kebergantungan eksternal ) 
Demi penempuhan & pencapaian keberdayaan autentik > terbelenggu kepercayaan (fanatik/intelek) 
Postulasi paradigma hipotetis awal "Parama Dhamma" ? referensial < experiential < experimental ?
kesunyataan ber'esa' > keberadaan ber'aku'
 ki-ageng-soerjomentaram-ilmu-jiwa-kramadangsa : manusia tanpa ciri : "anatta"  (swadika > bahagia)
Ketegaran hidup : Yin Natadhita_STAY STRONG
Power vs Force : Ina (artikel) - Eng (Ebook) 
David Hawkins_Power vs Force 
(link ahok apalagi swara non muslim 10102020 nggak usah aja, ya ... kesannya mungkin memang marahan, sih ... kami bukan dan tidak ingin menjadi pengkhianat bagi kebenaran sejati & keberadaan pribadi ... mohon maklum )


Sejujurnya  prolog inilah yang seharusnya  kembali tetap kami jadikan sebagai epilog terakhir   

Just Simple Words to Begin and Fade Away 
(Hanya Kata-kata Sederhana untuk memulai dan kemudian Berlalu) 
Silence is the language of God. All else is poor translation. ~ Rumi
Keheningan adalah Bahasa Ilahiah. Segala lainnya hanyalah terjemahan semu adanya.

Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya..... Belajarlah meng-"esa"-kan diri dalam keseluruhan, kebersamaan dan kesemestaan....Kebahagiaan kita berbanding lurus dg kebijaksanaan kita namun berbanding terbalik dengan kemelekatan kita. Tdk semua yang kita inginkan akan menjadi kenyataan,  tdk semua yang tdk kita inginkan tdk akan menjadi kenyataan. So, perlu kebijaksanaan untuk menerima kenyataan sebagaimana adanya dan tidak terlalu mengharuskan keinginan kita menjadi kenyataan.....  Dunia mungkin hanya memandang dari produk pencapaian kita di permukaan,  namun Tuhan sesungguhnya di kedalaman menilai kita dari proses penempuhan kita. So, jangan terkelabui oleh permainan duniawi karena dihadapanNya tidaklah penting harta kekayaan, nilai perolehan, kemuliaan diri dsb yang pada dasarnya hanyalah by product dampak samping dari perjalanan kehidupan ini. Dia lebih mengutamakan bagaimana cara kita mensikapi, menjalani dan mengatasi amanah kehidupan ini sebagai atsar amalan diri kita kelak. Bukan kaya miskin harta kekayaan, baik buruk nilai perolehan, mulia nista duniawi yang menjadi indikator bagiNya dalam menilai kualitas diri hambaNya tetapi seberapa ikhlas kita mensikapi , seberapa istiqomah kita berikhtiar menjalani dan seberapa tawakal kita menerima garisNya...Bagaikan biasan warna -warni pelangi yang berasal dari Sumber Cahaya Putih Cemerlang yang sama walau dalam dunia segalanya tampak berbeda di permukaannya,  namun dalam Dharma segalanya menyatu dalam kesejatianNya.

Silence is the language of God.
All else is poor translation. 
~ Rumi
Keheningan adalah Bahasa Ilahiah. 
Segala lainnya ungkapan terjemahan semu belaka

Tiada kata yang seharusnya dipercaya (termasuk / terutama dari kami ) selain fakta (yang memang terjadi )
(No Fact -  No Truth - No Faith)
tanpa dusta akan kebenaran sejati, tiada perlu duka untuk disesalkan nanti 

BE RESPONSIBLE  
bertanggung jawablah 

BE HUMBLE 
(dalam) kerendah-hatian 
 
BE TRUE 
(untuk menjadi) sejati

(Sekian)

TAMPAKNYA MEMANG SUDAH CUKUP 

 (memang cuma itu bisanya ... maklum cuma padaparama dihetuka)

MUSICS

 QUOTES








 

 

 

So, 

inilah waktu kami untuk berhenti & melepas 

Que sera sera. Pantha Rei.  

Apapun yang terjadi terjadilah. Biarkan semua mengalir apa adanya. 

Gitu aja koq repot ... 

nggak usah "meng-ada-ada" ("meng-ada" saja sudah susah)

Terakhir, 
Semoga segalanya cukup bijaksana untuk memahami samsara permainan abadi kehidupan ini
Semoga segalanya mampu berbahagia untuk mengasihi konsekuensi interconnected logis yang terjadi 
Semoga segalanya makin berdaya untuk melampaui dilemmatika amanah tanggung jawab pemeranan yang diterima 

Amor Dei, Amor Fati  
(Jika cinta Tuhan cintailah juga GarisNya.)  
Dhammo have rakkhati dhammacarim 
(Dharma kebenaran akan melindungi para penempuhNya ) 
Gate Gate Paragate Parasamgate .... Bodhi Svaha 
(lampaui delusi apaya, sensasi surga, fantasi brahma ... murni terjaga, berjaga dan menjaga)  
Appamadena Sampadetha 
(berjuanglah untuk tidak lengah sebagai/selayak/selaras ariya)  

 


PENUTUP
a
EPILOG
Well, The Greatest evil is Ignorance Kejahatan terbesar adalah Avidya ketidak-tahuan  (see: video sadhguru Yasudev di awal)
Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini.  
REST FILE 
  
 

Well, bahkan jikapun kemudian kami memang harus berperan sebagai petta apaya di lembah barzah (ataupun bahkan niraya lokantarika sekalipun) kami tetap berharap memory file ini kelak akan kembali selalu mengingatkan, menyadarkan & menguatkan kita dalam hikmah kebijakan atas kebajikan Kasih Tuhan pada kebenaran Mandala DhammaNya demi pertumbuhan perkembangan kebaikan & perbaikan selanjutnya ... untuk inilah segalanya dalam sisa hidup ini kami persembahkan bagi semua (termasuk diri kami juga tentu saja). Sejujurnya walau kami memang seharusnya mencintai kebenaran (atau lebih tepatnya : memang harus menerima kebenaran dalam kenyataan apapun juga itu) namun kami memang belum sepenuhnya melayakkan diri dalam menjalaninya (so ... apapun juga termasuk yang terburuk sekalipun bukankah juga layak jika kami /sebagaimana juga kita & mereka semua tentunya/ menerima keniscayaan sebagaimana adanya.)

Memang sungkan & riskan harus jujur menyatakan idea kebenaran yang belum tentu memang demikian adanya (Well, seeker perlu bukti faktual kepastian yang nyata tidak sekedar peyakinan kepercayaan rasional dogmatis belaka ... semacam keberdayaan magga phala bagi ariya?) dan belum mampu juga dilayakkan dengan penempuhan apalagi memang terbuktikan dengan pencapaian & pencerahan yang diharapkan. Well, lagipula jika saja terjadi ada kesalah-fahaman ini bukan hanya bisa 'melukai ?' keberadaan/ kepentingan lainnya namun juga diri sendiri ... bukan hanya effek kosmik saja namun juga dampak karmik juga, lho.
 
Terakhir ,  untuk kembali membumi lagi .... tanpa harus teralienasi obsesi internal  & tiada perlu lagi ambisi eksternal ..... karena segalanya adalah keniscayaan yang harus dilayakkan dalam pemberdayaan (tidak sekedar kepercayaan apalagi pengharapan belaka) dan apapun juga itu adalah kebijaksanaanNya yang terbaik bagi kebaikan kita semua 
Menghadapi = Menerima (eksistensial)  - mengasihi (universal) - melampaui (transendental)  
  
 
 

If you have eyes to see, if you have sensitivity to feel life inside you & ouside of you, everything is a miracle

Jika anda memiliki mata untuk melihat, jika anda memiliki kepekaan untuk merasakan kehidupan di dalam anda & diluar anda, semuanya adalah keajaiban.


Ini  adalah empati, harmoni & sinergi kosmik bagi keteraturan, keselarasan & keterarahan Saddhama Panentheistics (secara filosofis/psikologis yang dalam penempuhan esoterisnya  para yogi mistisi menembusnya secara pantheistic dan dalam pembumian kebersamaan eksoteris kita menerimanya sebagai faham monotheistics (terkadang agnostics ........guardian personal god ?)



the most beautiful thing about life is nobody fails,  everybody shall pass .
(hal paling indah tentang kehidupan adalah tak seorangpun gagal, 
/namun demikian/ setiap orang hendaklah melaluinya /bertahan & berjuang hingga berhasil .?/ )

Penerimaan keterbatasan diri ini tidak dimaksudkan sebagai logical/illogical fallacy cari aman untuk rasionalisasi peninggian ide & irasionalisasi pembenaran ego bagi dalih kemalasan / pemanjaan namun ini memang cara aman untuk menjaga kewaspadaan dari keterpedayaan. Membangun keseimbangan & keberimbangan dengan kebijaksanaan bukan hanya untuk tetap realistis dalam membumi namun juga  untuk tetap merealisasi transformasi diri. 

Semoga segalanya cukup bijaksana untuk memahami samsara permainan abadi kehidupan ini

Semoga segalanya mampu berbahagia untuk mengasihi konsekuensi interconnected logis yang terjadi 

Semoga segalanya makin berdaya untuk melampaui dilemmatika amanah tanggung jawab pemeranan yang diterima

Well, apa yang sudah ditetapkan sudah cukup maksimal dijalankan, apa yang memang mampu dilakukan sudah cukup optimal dikerjakan, apa yang memang kebelum-fahaman/ ketidak-cakapan kami nyatanya  toh juga sudah sejujurnya diungkapkan .... So, What's next ? Que Sera Sera ... Pantha Rei.  

Baiklah, segenap idea tampaknya sudah tersingkap – seluruh kata tampaknya juga cukup terungkap. Sementara perjalanan kehidupan belum selesai , penjelajahan keabadianpun belum juga usai. Masih banyak pekerjaan yang tertunda, begitu banyak kegiatan yang belum dikerjakan. Saya kira tidak ada lagi yang perlu dikatakan walau masih banyak yang ingin dibicarakan. Adalah Haq untuk menyatakan seperlunya saja sesuai kehendakNya dari kemungkinan hak untuk mengatakan semua yang diinginkan belaka.
Jika ada kebaikan itu dari Tuhan karena Dialah sumber dari segala keberadaan, kebenaran dan keindahan yang Haq dimana setiap makhluknya hanya dapat memantulkan kemuliaanNya hanya sebatas keterbatasannya (Dimuliakan Tuhan Hyang Maha Sempurna di atas segalanya – sehingga tiada haq bagi kita untuk sedikitpun berbangga di hadapanNya). Jika ada kesalahan dalam artikel ini maka ini sepenuhnya kekhilafan saya dalam menafsirkan dan memantulkan pengertian dari pembelajaran keabadian yang diberikanNya dalam pemberdayaan kehidupan ini (Dan untuk itu izinkan saya istighfar dan mohon maaf atas kekurangan ini.)
Ya, Tuhan. Begitu luas dan dalamnya hikmah kebenaran ilmu-Mu (yang sangat transcendental, transrasional dan translingual – melampaui fananya keberadaan, terbatasnya penalaran dan jangkauan kebahasaan). Setiap saat keterbatasan intelek dan intuisi menjelajahi cahaya ilmu-Mu, Kau bukakan gerbang ilmu lainnya yang lebih luas untuk kembali dijangkau sebagai fakta, direngkuh dalam idea, dan diungkap dengkap kata. Dan demikian selalu berlanjut (walau memang harus diakui ada kegairahan jiwa yang ingin dewasa untuk berusaha menyibaknya dalam kegelisahan hati untuk merengkuhnya dalam mandala global idea pada keterbatasan akal untuk mengungkapkannya dalam rangkaian linear kata agar bisa dilaksanakan melalui tindakan nyata.)
(Well, tampaknya sebagaimana karya yang lain, artikel ini mungkin memang tidak akan pernah tuntas selesai walau deadline sudah habis dan diperpanjang terus – menerus ….. Jadi, yah, diterima, dimaklumi dan dianggap selesai saja. Gitu aja koq repot).
Wasalam. 





Tentang KeIlahian  (Tuhan : Tao - Dhamma) 
Tuhan bukan bemper kebodohan/kemanjaan diri, media katarsis psikologis /transaksi pencitraan   dan kloset pembenaran pemfasikan/ kezaliman kepada lainnnya).  
Perlu kebijaksanaan universal. keperwiraan eksistensial, dan  keberdayaan transendental dalam spiritualitas

Tauhid sufism Ibn Araby  : tanzih -tasbih (transenden/imanen) Jika kau memandangnya tanzih semata kau membatasi Tuhan. Jika kau memandangnya tasbih belaka kau menetapkan Dia Namun jika kau menyatakanNya tanzih dan tasybih; kau berada di jalan Tauhid yang benar Sufi Ibn Arabi  memandang  KeIlahian Tuhan secara Esa - utuh dalam keseluruhan. Tuhan dipandang sekaligus sebagai Dzat Mutlak yang kekudusanNya tak tercapai oleh apapun/siapapun juga (transenden/tanzih) namun keluhuranNya meliputi segala sesuatu (immanen/ tasybih) sehingga walaupun pada dasarnya Kekudusan dan kesempurnaan Tuhan secara intelektual tak terfahami (agnosis)dengan keberadaan yang mungkin terlalu agung untuk kemudian tak diPribadikan(impersonal) dan mandiri (independent) namun  kemulian IlahiahNya sering  disikapi sebagai figur yang berpribadi(personal) dan Dharma kehendakNya dapat difahami(gnosis)  sehingga  memungkinkan terjadinya hubungan antara makhluk dengan Tuhan sesuai dengan ketentuanNya (dependent).Tanpa Tuhan, tidak ada segalanya. Karena Tuhan, bisa ada segalanya. (wajibul & mumkimul Wujud )

Tao adalah Tao - jikakau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao 

Dalam kitab suci Uddana 8.3 Parinibbana (3) Buddha bersabda : O,bhikkhu ; ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak Jika seandainya saja tidak ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut  maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran penjelmaan ,pembentukan , dan pemunculan  dari sebab yang lalu. Tetapi karena ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak  menjelma, tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut maka ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu itu. Ini secara tidak langsung mungkin menunjukkan dua hal sekaligus ,yaitu : kesaksian akan adanya keilahian yang diistilahkan sebagai ‘yang tak terbatas” dan yang kedua penjelasan bahwa nibbana   pencerahan sebagai puncak pencapaian spiritualitas Buddhisme hanya mungkin terjadi karena adanya ‘Yang tak terbatas’ tersebut.
atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini 

 

Wilayah

1

2

3

Transendental

Nibbana ‘sentra’ ?

Belum diketahui ? 7

Tidak diketahui ? 8

Tanpa diketahui ? 9

 

Nibbana ‘sigma’?

Belum mengakui ? 4

Tidak mengakui ? 5

Tanpa mengakui ? 6

 

Nibbana ‘zenka’ ?

Arahata 1

Pacceka 2

Sambuddha 3

Universal

Brahma Murni  (Suddhavasa)

Anagami 7 (aviha Atappa)

Anagami 8 (Sudassa Sudassi)

Anagami  9(Akanittha)

 

Brahma Stabil (Uppekkha )

jhana 4 (Vehapphala)

Asaññasatta 5 (rupa > nama)

Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )

 

Brahma mobile (nama & rupa)

Jhana 1 (Maha Brahma)

Jhana 2 (Abhassara)

Jhana 3 (Subhakinha)

Eksistensial

Trimurti LokaDewa

Vishnu 7 (Tusita)

Brahma 8 (Nimmãnarati)

Shiva 9 (Mara?  Paranimmita vasavatti)

 

Astral Surgawi

Yakha  (Cãtummahãrãjika) 4

Saka  (Tãvatimsa) 5

Yama (Yãma)6 

 

Materi Eteris

Dunia fisik(mediocre’ manussa  &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) 
+ flora & abiotik ? / 1
Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)
2
Eteris Astral apaya Asura  (petta & /eks?/  Deva ) 
3


Hidup total dalam penempuhan induktif (7 dimensi?) bagi evolusi pribadi eksistensial, kebijaksanaan deduktif demi harmoni dimensi universal dan keterarahan holistik pada sinergi saddhamma transendental .... bukan hanya selfish demi ego sendiri namun selfless bagi keEsaan mandala advaita ini. dan seharusnyalah tampaknya bisa diusahakan setiap zenka berkesadaran dimanapun dimensi keberadaannya dalam segala situasi & kondisi keterbatasan dan pembatasannya sebagaimana kaidah yang diberlakukan Niyama Dhamma dalam mandala advaita ini agar tetap kokoh dalam keberadaan dan keberdayaanNya yang homeostatis, interconnected & equiliberium. Well, 7 dimensi pemurnian kesejatian= fisik, etersis, astral, kausal, monade, kosmik & nirvanik - Osho  (demi keselarasan harmonis & holistik Homo Novus Mystical Being eneagram 10 ?) 

Tantien

Pusat

Hati

Rasio

10 ?

Kalki (destroyer?)

Zorba (artistics)

Zenka? (holistics)

Ethical

Rama 7 (peaceful)

Khrisna 8 (lovely)

Buddha 9 (meditative)

Emotional

Parasurama 6 (warrior !)

Vamana 5 (insani)

Narasimha 4 (hewani)

Physical

Matsya 1 (ikan air)

Koorma 2 (amfibi kura2)

Varaha 3 (celeng darat)

Prediksi hipotetis figure ideal evolusi spiritual homo novus 10 (for the Next Mystical Being 10 ?)
1. Kalki destroyer (Ancient Hinduism Myth of dasavathara ) penghancuran addhamma di akhir yuga 4 atau hingga  menggenapi siklus pralaya samsarik rupa lokantarika Asura > progress swadika nirvanik nama lokuttara Ariya ? ironis & tragis karena kesalahan sesungguhnya bukan pada aspek khanda rupa material fisik alamiah  namun pada keburukan asava aspek nama batiniah zenkanya. / awas dosa byapada kebencian/ 
2. Zorba the Buddha (hipotesis Osho for New Man ) ? vitalisme mampu filosofis atau menjadi hedonis / awas lobha tanha ketamakan /
3. Zenka the holistics (just dream ?) ... Ariya Swadika di segala mandala / awas moha avijja kebodohan juga, lho  
Inilah sebabnya kami lebih suka istilah sederhana kedewasaan pencerahan ketimbang perayaan kebebasan (karena lebih : true, humble & responsible untuk tetap terjaga , menjaga & berjaga dari segala kemungkinan ... Kebenaran adalah Jalan Kita semua tetapi bukan Milik kita, Diri Kita dan Label Kita ... Anatta ? .. Well, hanya Sang Kebenaran (baca: Hyang Esa ... Tuhan Transenden dalam triade Wujud, Kuasa & KasihNya atas laten deitas keIlahianNya di segala mandala immanenNya yang nyata, mulia dan benar dalam kesempurnaanNya) yang benar. Sedangkan kita dalam keterbatasan & pembatasan yang ada memang sering bodoh, bisa saja salah, dan bahkan mungkin jatuh  namun tetap perlu segera bangkit kembali menempuh jalan benar itu dengan benar dalam niat, cara,& arah tujuannya ...  terjaga untuk evolusi eksistensial , menjaga bagi harmoni universal & berjaga demi sinergi transendental.

screenshot Magical Moments at Mahashivratri 2020 @ Isha Yoga Center
16s s/d 1m7s
Sadhguru Yasudev : 
Welcome to Mahashivaratri 2020 
Selamat datang ke Mahashivaratri 2020
Living death is not a morbid idea 
Kematian dalam kehidupan bukanlah gagasan mengerikan 
It is a reality
Ini adalah kenyataan.
We are all living death.
Kita semua adalah kematian yang hidup.
We can say we are living or we can say we are dying and it’s not different.
Kita dapat mengatakan kita sedang hidup atau kita dapat mengatakan kita sedang mati (dan) itu bukanlah hal yang berbeda.
They’re just two different words for the same process.
Mereka hanyalah dua kata yang berbeda untuk proses yang sama
Death is not an event that happens once.
Kematian bukanlah suatu peristiwa yang terjadi satu kali.
Death is happening. It’s a process.
Kematian adalah kejadian. Dia adalah suatu proses.
One day it will be complete.
Suatu hari ini akan terlengkapi.
the most beautiful thing about life is
nobody fails, 
everybody shall pass .
(hal paling indah tentang kehidupan adalah 
tak seorangpun gagal, 
/namun demikian/ setiap orang hendaklah melaluinya /bertahan & berjuang hingga berhasil .?/ )

Well, penerimaan keterbatasan diri ini tidak dimaksudkan sebagai logical/illogical fallacy cari aman untuk rasionalisasi peninggian ide & irasionalisasi pembenaran ego bagi dalih kemalasan / pengalihan namun ini memang cara aman untuk menjaga kewaspadaan dari keterpedayaan. Membangun keseimbangan & keberimbangan dengan kebijaksanaan bukan hanya untuk tetap realistis dalam membumi namun juga  untuk tetap merealisasi transformasi diri. 

See :  apa itu kebenaran  Bhante Pannavarro di atas
(wah ... harus revisi karya lama diri kami sebelumnya , deh ... karena kemurnian mencintai kebenaran adalah keniscayaan yang mutlak  (sudah keterarahan atau masih keterpedayaan atau dalam keterpaksaan ?) seharusnyalah ini tetap mengatasi segalanya termasuk kelihaian manipulatif pemerdayaan yang memang akan memperdayakan harmoni keselarasan bukan hanya dimensi keswadikaan diri namun juga demi kebersamaan/ kesemestaan/ kesunyataan dalam kesedemikianan desain kosmik mandala advaita ini ... sacca individual, metta universal & agape transendental as spiritual sadhana for all in 84th era dst , Sadhguru Yasudev ? 
Well, Intinya keberadaan & kebijaksanaan Tuhan tidak perlu selalu dipertanyakan apalagi dipersalahkan untuk fenomena penderitaan dalam keberadaan ini dan juga untuk doa pengharapan yang tidak/belum terjawab sesuai harapan keinginan ego personal kita semua.      

Sejujurnya  prolog inilah yang seharusnya  kembali tetap kami jadikan sebagai epilog terakhir   
Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya..... Belajarlah meng-"esa"-kan diri dalam keseluruhan, kebersamaan dan kesemestaan....Kebahagiaan kita berbanding lurus dg kebijaksanaan kita namun berbanding terbalik dengan kemelekatan kita. Tdk semua yang kita inginkan akan menjadi kenyataan,  tdk semua yang tdk kita inginkan tdk akan menjadi kenyataan. So, perlu kebijaksanaan untuk menerima kenyataan sebagaimana adanya dan tidak terlalu mengharuskan keinginan kita menjadi kenyataan.....  Dunia mungkin hanya memandang dari produk pencapaian kita di permukaan,  namun Tuhan sesungguhnya di kedalaman menilai kita dari proses penempuhan kita. So, jangan terkelabui oleh permainan duniawi karena dihadapanNya tidaklah penting harta kekayaan, nilai perolehan, kemuliaan diri dsb yang pada dasarnya hanyalah by product dampak samping dari perjalanan kehidupan ini. Dia lebih mengutamakan bagaimana cara kita mensikapi, menjalani dan mengatasi amanah kehidupan ini sebagai atsar amalan diri kita kelak. Bukan kaya miskin harta kekayaan, baik buruk nilai perolehan, mulia nista duniawi yang menjadi indikator bagiNya dalam menilai kualitas diri hambaNya tetapi seberapa ikhlas kita mensikapi , seberapa istiqomah kita berikhtiar menjalani dan seberapa tawakal kita menerima garisNya...Bagaikan biasan warna -warni pelangi yang berasal dari Sumber Cahaya Putih Cemerlang yang sama walau dalam dunia segalanya tampak berbeda di permukaannya,  namun dalam Dharma segalanya menyatu dalam kesejatianNya.

Silence is the language of God. All else is poor translation. ~ Rumi
Keheningan adalah Bahasa Ilahiah. Segala lainnya hanyalah terjemahan semu adanya.

Finally , 

Be True, Humble & Responsible
(x fake, identificative & manipulative )
Jadilah Sejati (sebagaimana nyatanya), 
Rendah hati (sebagaimana harusnya) & 
Bertanggung jawab (sebagaimana pastinya)

dengan kebijaksanaan akan penicsayaan keniscayaan 
dalam keseimbangan harmonisasi kewajaran membumi 
untuk keberimbangan transendensi kesadaran mendaki
bagi kecakapan, kelayakan & kewajaran  
untuk direalisasi 

Video Music : Two Steps From Hell - Victory (Battle Cry)
ts=4s Music makes you braver ? Musik membuat anda berani ?

Hiduplah secara perwira sebagai Pemberdaya kehidupan
dan matilah sebagai ksatria tanpa terpedaya kematian
 
Itulah persembahan kesejatian terbesar spesies manusia
dalam keberadaan, kesemestaan dan kesunyataan
sebagai pecinta kebenaran 

bukan hanya demi kemegahan duniawi untuk kekuasaan semu ingin dipuja
bukan sekedar demi pengharapan surgawi untuk balasan kebaikan semata
bukan juga demi kebebasan tertinggi untuk kelayakan pemurnian belaka

karena memang demikianlah 
equilibirium homeostatis interconnected 
dalam Keselarasan Saddhamma  
memang niscaya selalu terjadi  dan akan terus terjadi
dari keazalian, hingga keabadian Kebenaran Sang Esa
Hyang Nyata, Hidup, Murni (triade : wujud-kuasa-kasih)
dalam mungkinnya keberadaan maupun ketiadaan diri

Semoga segalanya cukup bijaksana untuk memahami samsara permainan abadi kehidupan ini
Semoga segalanya mampu berbahagia untuk mengasihi konsekuensi interconnected logis yang terjadi
Semoga segalanya makin berdaya untuk melampaui dilemmatika amanah tanggung jawab pemeranan yang diterima


Amor Dei, Amor Fati
(Jika cinta Tuhan cintailah juga GarisNya.)  
Dhammo have rakkhati dhammacarim 
(Dharma kebenaran akan melindungi para penempuhNya ) 
Gate Gate Paragate Parasamgate .... Bodhi Svaha 
(lampaui delusi apaya, sensasi surga, fantasi brahma ... murni terjaga, berjaga dan menjaga)
Appamadena Sampadetha 
(berjuanglah untuk tidak lengah sebagai/selayak/selaras ariya) 
Wei Wu Wei 
(Just flow .... being totally conscious process ... action without actor & acting)
Que Sera Sera ... Pantha Rei 
(Apapun yang terjadi terjadilah .... Biarlah semua mengalir apa adanya) 

just logo

 
 INPUT ANEKA




 


 

LANJUT 


DARI  :  WAWASAN ESOTERIS 

WAWASAN ESOTERIS
 
BELUM SELESAI ....  REHAT  DULU
KRONOLOGI URUTAN POSTING KEBALIK DENGAN GNOSIS FOR SEEKERS 

Prolog :
Just Simple Words to Begin and Fade Away 
(Hanya Kata-kata Sederhana untuk memulai dan kemudian Berlalu) 
Silence is the language of God. All else is poor translation. ~ Rumi
Keheningan adalah Bahasa Ilahiah. Segala lainnya hanyalah terjemahan semu adanya.

Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya..... Belajarlah meng-"esa"-kan diri dalam keseluruhan, kebersamaan dan kesemestaan....Kebahagiaan kita berbanding lurus dg kebijaksanaan kita namun berbanding terbalik dengan kemelekatan kita. Tdk semua yang kita inginkan akan menjadi kenyataan,  tdk semua yang tdk kita inginkan tdk akan menjadi kenyataan. So, perlu kebijaksanaan untuk menerima kenyataan sebagaimana adanya dan tidak terlalu mengharuskan keinginan kita menjadi kenyataan.....  Dunia mungkin hanya memandang dari produk pencapaian kita di permukaan,  namun Tuhan sesungguhnya di kedalaman menilai kita dari proses penempuhan kita. So, jangan terkelabui oleh permainan duniawi karena dihadapanNya tidaklah penting harta kekayaan, nilai perolehan, kemuliaan diri dsb yang pada dasarnya hanyalah by product dampak samping dari perjalanan kehidupan ini. Dia lebih mengutamakan bagaimana cara kita mensikapi, menjalani dan mengatasi amanah kehidupan ini sebagai atsar amalan diri kita kelak. Bukan kaya miskin harta kekayaan, baik buruk nilai perolehan, mulia nista duniawi yang menjadi indikator bagiNya dalam menilai kualitas diri hambaNya tetapi seberapa ikhlas kita mensikapi , seberapa istiqomah kita berikhtiar menjalani dan seberapa tawakal kita menerima garisNya...Bagaikan biasan warna -warni pelangi yang berasal dari Sumber Cahaya Putih Cemerlang yang sama walau dalam dunia segalanya tampak berbeda di permukaannya,  namun dalam Dharma segalanya menyatu dalam kesejatianNya.

Kutipan : 
Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian samsarik yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini. 

Mensikapi Pandangan =
Semula kami memandang cukuplah 3 (tiga) prasyarat paradigma pandangan untuk dikatakan benar, bajik & bijak, yaitu totalitas (menyeluruh), pragmatisme (kebermanfaatan ) & konsistensi (ajeg tidak plin-plan & adil tanpa standar ganda). / see : data lama Gnosis Publik kami / 

BLOG 17012021 OK/PLUS/TQ/GNOSIS PUBLIK.docx


2020-10-05 22:04

95205

BLOG 17012021 OK/PLUS/TQ/GNOSIS PUBLIK.pdf


2020-10-05 22:04

379636

Terlepas dari prasangka asumtif nivritti negatif tersuratnya (KM4 Dukkha, Nibidda, dst) , tanpa referensi Buddhisme wawasan spiritualitas bukan hanya terasa hambar & dangkal rasanya namun bisa jadi salah arah dalam keterpedayaan samsarik ?. Namun, aneh juga Buddhisme justru menambahkan dengan slogan yang tidak bisa dibilang 'marketable' demi kelaziman obralan pemasaran (persuasi pengharapan & intimidasi ancaman ? ). Ada apa ini ?  
Link data : 
Link Video :
ovada 3 (inti ajaran Buddha : jauhi keburukan, jalani kebaikan & murnikan kesejatian ?)
diajarkan murni x untuk popularitas, pengikut atau perolehan materi
prasangka Nigrodha (pengikut, cara hidup, tradisi )  
empati Upali
no claim upadana
just for others' goodness  & respect dhamma (x identificative & exploitative motive : pengakuan, perolehan & pengikut )
Hanya demi pembabaran Dhamma sejati secara murni demi kebaikan & kesucian semuanya tanpa motif tersurat & tersirat apapun. 

Ini sama sekali tidak dimaksud untuk menggenapi mitos ( semisal agama Shiva Buddha - Sabdo Palon? di atas). Bagi kami bukan hanya kebodohan internal namun bahkan pembodohan eksternal untuk membuatkan belenggu baru bagi semua. Namun jika kemudian ada yang ingin meng-klaim, menggunakan atau memanfaatkannya biarlah itu menjadi beban tanggung jawab karmic atas effek kosmik yang dilakukannya (kesesatan & penyesatan > kecerahan & pencerahan ?). Well, bagi kami biarlah Realitas Kenyataan itu tetap utuh dalam kesempurnaannya ... tidak usah memecahkannya dalam aneka kepingan pandangan walau kita faham/ sadar dalam memilah memang ada Kebenaran yang memurnikan dan ada juga Kepalsuan yang menjatuhkan namun kebijaksanaan atas keberimbangan perlu dijaga untuk tidak menjerumuskan diri ke dalam mana kesombongan pembandingan untuk ekstrem konseptual tertentu bahkan walau itu sesungguhnya memang untuk mementingkan kebenaran tidak sekedar untuk membenarkan kepentingan. (Dalam sutta nipata Buddha bahkan lebih halus & santun menyatakan bahwa sesungguhnya tidak (perlu) ada (klaim konsep) kebenaran tunggal .... yang ada hanyalah fakta permasalahan dan cara mengamati, mengalami & mengatasinya saja.... Dukkha vs JMB 8.) 
link data : See :  apa itu kebenaran  Bhante Pannavarro di atas
REHAT DULU 

Lagipula sebenar apapun idea pandangan (hujjah konsep kebenaran teoritis) belumlah berarti jika saja tanpa penempuhan autentik,hingga memang terbukti dalam realisasi penembusan & pencerahan selanjutnya. Konsep ini justru malah akan menyekap/ menjebak semuanya jika hanya menjadi fanatisme kepercayaan belaka apalagi jika diikuti dengan radikalisme pemaksaan ... payah & parah. Dhamma harus dilayakkan dengan pemberdayaan. Itulah sebabnya Buddha walaupun authentically sudah menempuh, menembus dan memahaminya sendiri tetap menegaskan prinsip ehipasiko pembuktian sendiri ketimbang hanyalah peyakinan fanatisme percaya membuta bukan hanya karena secara pragmatisme begitu dangkal (hanya sebatas intelektual bahkan emosional ?) & kurang berguna bagi progress kualitas spiritual authentic savakaNya namun karena memang cukup berat dan tidak mudah merealisasi pencerahan yang mutlak harus ditempuh dengan perwira secara mandiri tidak membebani / menggantungkan pengharapan dari lainnya saja ... kualitas sejati Ariya. So,Beliau telah bersikap bijak membabarkan paradigma saddhamma pemberdayaan yang tidak hanya berguna dalam membantu dan memandu namun juga tidak memperdayakan membelenggu & menipu diriNya dan juga SavakaNya. 
( Alagaddupama sutta - sutta ular air ? Well, Dhamma bukanlah ular berbisa simbol identifikasi/arogansi & sarana eksploitasi/ intimidasi bagi kebodohan internal diri sendiri & untuk pembodohan eksternal lainnya. (Waspadalah bukan hanya kemungkinan brain-washed dari logical / ethical fallacy sebagai pseudo /lokiya dhamma dalam pengetahuan/ penempuhan namun mungkin juga miccha ditti 62 brahmajala sutta dalam labirin penembusan/ pencapaian ).
By the way, bagaimana jika faham tsb ternyata bukan keberdayaan & pencerahan namun keterpedayaan & penyesatan? besar tanggungan karmik yang layak diterima ke semuanya. So, jangan naif/liar untuk bodoh (picik, licik dan kasar) dengan melakukan kebodohan internal apalagi pembodohan eksternal sebenar apapun anggapan anda ... apalagi jika kemudian ternyata itu adalah ketersesatan dan lebih parah lagi jika memang hanya penyesatan untuk kebanggaan pengakuan dan kepentingan kekuasaan saja. Well, selain beban karmik sendiri tambahkan juga perkalian follower / subscriber dengan jangka waktu pakai hingga kedaluarsa untuk bonus beban karmiknya, bro/sis. (kalkulasi matematis amal/dosa jariyah berjamaah versi kami ?). So, jangan korbankan diri anda dan juga (apalagi) lainnya dengan kekonyolan yang tidak perlu & tak bermutu dalam derita penyesalan yang memang mutlak perwira perlu ditanggung tidak hanya seumur masa kehidupan namun bisa jadi akan sepanjang kalpa keabadian. Walau memang senantiasa ada celah pencerahan/penyesatan di setiap dimensi alam kehidupan samsarik untuk perbaikan/ penjatuhan evolutif , namun sebagaimana Buddha katakan diperlukan ekstra kebijaksanaan (alobha/adosa/amoha), ketangguhan (sila/samadhi/panna) dan 'keberuntungan'  (berakhirnya kammasaka buruk & berbuahnya kammasaka baik, positifnya kammavipaka baru atas pacaya pemicu eksternal : misalnya sikap batin simpatik mudita bagi petta paradattupajivika atas limpahan kebaikan patidana untuknya dsb) bagi yang sudah menjadikan alam apaya seakan rumah tinggal yang layak baginya (pengumbaran kecenderungan MLD moha- lobha- dosa yang kuat di tempat yang 'tepat' ?)  
Walaupun mungkin memang ada, diadakan atau diada-adakan bagi kebenaran untuk personally bebas memilih jalan yang sesuai dan 'pembenaran' kepentingan untuk memaksakan keinginan externally (?) , mungkin sebaiknya (walau plus minus dampak memang tetap ada untuk diterima atas segala konsekuensi pilihan) tetaplah sebagaimana kita semula (?) karena disamping kita memang tetap harus menjalani tanggung jawab atas kamavipaka di saat ini adalah bijak juga menghindari disharmoni eksistensial yang tidak perlu … apakah kita muslim, Kristen, hindu, Buddha, dsb termasuk yang  menyadari dirinya agnostic ataupun maaf ….bahkan atheist sekalipun akan keilahian personal yang umumnya(?) dianut /yang ini .. disini secara politis/ ideologis (?)  masih repot atau memang direpotkan, bro/sis ? /.  Well, sebenarnya selama kita masih sadar untuk bisa menjaga dan membawa diri dalam etika kebersamaan & kesemestaan untuk saling empati,, harmoni dan sinergi seharusnya tidak menjadi masalah apalagi dipermasalahkan (?). Ada keberagaman dalam keindahan pelangi dimana masing-masing warnanya walau mungkin boleh naif untuk tidak harus menyetujui satu sama lain akan keseragaman dengannya namun tetaplah harus arif untuk senantiasa saling menghargai perbedaan keberadaannya masing-masing. Ini bukan sekedar Kearifan Buddha atau Shiva yang memandang aneka keragaman delusi pelangi berkonsep para bhava samsarik sehingga adalah tidak bijak untuk mencabut seseorang dari akar habitatnya semula walaupun/apalagi dengan cara yang sesungguhnya sangat kontra-produktif (pembenaran standar ganda pseudo dhamma atau bahkan pemaksaan addhama : pembenaran arogansi identifikatif & eksploitasi, manipulative/ intimidatif/ agressif dst). 
Well, untuk kesekian kalinya (kami tekankan) Spiritualitas yang dewasa adalah just leveling (to reach) not for labeling (to claim) ….memastikan  keberdayaan tidak sekedar meyakinkan kepercayaan, melayakkan pencapaian dengan penempuhan & penembusan tidak sekedar melagakkan pencitraan dengan penganggapan & pengakuan, mengandalkan tanggung jawab meniscayakan kesejatian tidak sekedar bermanja mengharapkan 'keajaiban' belaka, dsb.  


Monolog :
Berikut kajian kami terhadap 3 masalah krusial esoteris berdasarkan referensi Buddhisme & Mysticisme 
1. Mandala Advaita = Desain Kosmik
2. Niyama Dhamma = Kaidah Kosmik 
3. Kamma Vibhanga = Kaidah Ethika 
aaaa

1. Mandala Advaita
Realitas Transendental : 
Tauhid sufism Ibn Araby  : tanzih -tasbih (transenden/imanen)  Jika kau memandangnya tanzih semata kau membatasi Tuhan. Jika kau memandangnya tasbih belaka kau menetapkan Dia Namun jika kau menyatakanNya tanzih dan tasybih; kau berada di jalan Tauhid yang benar  
Sufi Ibn Arabi  memandang  KeIlahian Tuhan secara Esa - utuh dalam keseluruhan. Tuhan dipandang sekaligus sebagai Dzat Mutlak yang kekudusanNya tak tercapai oleh apapun/siapapun juga (transenden/tanzih) namun keluhuranNya meliputi segala sesuatu (immanen/ tasybih) sehingga walaupun pada dasarnya Kekudusan dan kesempurnaan Tuhan secara intelektual tak terfahami (agnosis) dengan keberadaan yang mungkin terlalu agung untuk kemudian tak diPribadikan (impersonal) dan mandiri (independent) namun  kemulian IlahiahNya sering  disikapi sebagai figur yang berpribadi(personal) dan Dharma kehendakNya dapat difahami(gnosis)  sehingga  memungkinkan terjadinya hubungan antara makhluk dengan Tuhan sesuai dengan ketentuanNya (dependent).Tanpa Tuhan,tidak ada segalanya. Karena Tuhan, bisa ada segalanya. (wajibul & mumkimul Wujud )

Tao adalah Tao - jika kau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao (tan kinoyo ngopo) 

Dalam kitab suci Uddana 8.3 Parinibbana (3) Buddha bersabda :  O,bhikkhu ; ada sesuatu yang tidak dilahirkan ajatam, tidak menjelma abhutam, tidak tercipta akatam, Yang Mutlak asankhatam Jika seandainya saja tidak ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut  maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran penjelmaan ,pembentukan , dan pemunculan  dari sebab yang lalu. Tetapi karena ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak  menjelma, tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut maka ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu itu. 
Buddhisme umumnya menamai itu semua sebagai Nibbana (Unio Mystica Kemurnian/KeIlahian ? ). Tanpa niatan mengacau, jika kami memandang ini secara tidak langsung mungkin menunjukkan dua hal sekaligus ,yaitu : kesaksian akan adanya "keilahian' yang diistilahkan sebagai ‘yang Mutlak” dan yang kedua penjelasan bahwa nibbana pencerahan sebagai puncak pencapaian spiritualitas Buddhisme hanya mungkin terjadi karena adanya ‘Yang Mutlak’ tersebut. Seperti di tabel.
Tabel 10 level Kesadaran Gnosis  

 

Dimensi

Tanazul Genesis KeIlahian 

Taraqi  Eksodus Pemurnian 

 Simultan progress Triade

Transendental

ESENSI MURNI

? ! . 

Transendental

 ajatam

abhutam

Panna

(theravada?)

Universal

akatam

asankhatam

Eksistensial

Asekha ?

Nibbana

Universal

ENERGI ILAHI nama brahma 

Transendental

Anagami

suddhavasa

Samadhi

(vajrayana ?)

Universal

Anenja

arupavacara

Eksistensial

Vehapala >Abhasara

rupavacara

Eksistensial

MATERI ALAMI rupa kamavacara

Transendental

Mara/Kal, ...

triloka

Sila 

(mahayana?)

Universal

Yama , Saka, ...

svargaloka

Eksistensial

asura? < Bhumadeva   

apayaloka

(10 ? transendental 3 + universal 3 + eksistensial 3 = 9 ?  9 dimensi mandala di atas + 1 for Indefinitely Infinitum ( Realitas Aktual Transenden > Fenomena Formal Immanen dari personal laten deitas  ) for humbling in progress to mystery. 
See :
hipotesa teoritis  3 (tiga) fase (Mandala.  
Well, ini hipotesa teoritis dari 3 (tiga) fase (Mandala Tiada Samsara - Mandala dengan Samsara - Mandala Tanpa Samsara).  
1.Mandala Tiada Samsara, ( Fase hanya Dhyana > Dhamma ) 
Transenden = Transendental - Universal  - Eksistensial  (Esa - yang ada hanya Dia Sentra Yang Esa ) 
2. Mandala Dengan Samsara, (Fase  dalam Dhamma < Dhyana )
Transenden = Transendental , Universal  , Eksistensial  (Segalanya ada  karena Dia  Sentra Yang Esa) 
Tanazul Genesis = emanasi , kreasi , ekspansi ? 
2.1. Awal : Mandala Pra Samsara  
Transendental : keterjagaan esensi / zen ? Nibbana 
Universal  : keterlelapan energi / nama  Brahma : arupa & rupa , 
Eksistensial  : kebermimpian etheric / rupa Kamavacara : dunia - surga & apaya  
2.2.. Kini : Samsara Pra Pralaya  
Dunia :  sd pralaya  Svarga : sd pralaya (paska dunia ) - Apaya :  sd pralaya ( lokantarika ?) -  Brahma : sd pralaya ( abhasara etc  Nibbana : sd advaita ? 
2.3. Nanti : Samsara Paska Pralaya (versi Buddhism ? ) 
Lokantarika : residu rupa paska terkena pralaya : dunia - apaya - svarga - hingga rupa brahma Jhana 1 sd 3 
Brahmanda : restan nama tidak terkena pralaya : Sudhavasa + Anenja /& Rupa Brahma : Jhana 4 - 3 - 2 ( abhasara )  
Lokuttrara : bebas dari samsara & pralayanya : Asekha nibbana ( eksistensial ? + universal & transendental-nya)  
What's next ? 
- Siklus fase ke 2 Mandala Dalam Samsara berlanjut lagi (Kisah kasih nama rupa Brahmanda Lokantarika bersemi kembali sebagaimana biasanya ? ... kecuali lokuttara & suddhavasa harusnya plus vehapala yang masih mantap & anenja yang masih terlelap juga ..... 
Asaññasatta ?)  
- atau... kembali ke fase 1 (kemanunggalan azali karena pencerahan keseluruhan/& keterjagaan Dia Sentra Yang Esa) 
- atau haruskah ada fase 3 (kemusnahan total karena kekacauan keseluruhan & kebinasaan Dia  Sentra Yang Esa ) 
3. Mandala Tanpa Samsara  (Fase  tanpa Dhamma - tiada Dhyana )  
tiada  Eksistensial - Universal  -  Transendental    (Segalanya tiada  tanpa Dia Sentra Yang Esa )  
Adakah Sentra dengan sigma & zenka lain ? Maha Sentra Utama ? dst dsb dll 
idea tidak lagi dibahas bisa keluar jalur ? 
Spekulasi Rimba Pendapat tak perlu karena hanya memboroskan energi, perdebatan tak perlu  & sama sekali bukan upaya yang perlu untuk bersegera dalam penempuhan keberdayaan aktual   ? Samsara pribadi (eksistensial ) saja belum diketahui awalnya dan akhirnya (kejujuran nirvanik Buddha ), apalagi samsara semesta (universal) terlebih lagi transendental .
 

Mandala Samsarik Buddhisme (31 alam kehidupan)
atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini 

 

Wilayah

1

2

3

Transendental

Nibbana ‘sentra’ ?

Belum diketahui ? 7

Tidak diketahui ? 8

Tanpa diketahui ? 9

 

Nibbana ‘sigma’?

Belum mengakui ? 4

Tidak mengakui ? 5

Tanpa mengakui ? 6

 

Nibbana ‘zenka’ ?

Arahata 1

Pacceka 2

Sambuddha 3

Universal

Brahma Murni  (Suddhavasa)

Anagami 7 (aviha Atappa)

Anagami 8 (Sudassa Sudassi)

Anagami  9(Akanittha)

 

Brahma Stabil (Uppekkha )

jhana 4 (Vehapphala)

Asaññasatta 5 (rupa > nama)

Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )

 

Brahma mobile (nama & rupa)

Jhana 1 (Maha Brahma)

Jhana 2 (Abhassara)

Jhana 3 (Subhakinha)

Eksistensial

Trimurti LokaDewa

Vishnu 7 (Tusita)

Brahma 8 (Nimmãnarati)

Shiva 9 (Mara?  Paranimmita vasavatti)

 

Astral Surgawi

Yakha  (Cãtummahãrãjika) 4

Saka  (Tãvatimsa) 5

Yama (Yãma)6 

 

Materi Eteris

Dunia fisik(mediocre’ manussa  &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) 
+ flora & abiotik ? / 1
Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)
2
Eteris Astral apaya Asura  (petta & /eks?/  Deva ) 
3
tampaknya pada kolom universal Uppekha Brahma yang relatif stabil (maksudnya tidak mobile / fragile tidak begitu labil sehingga lolos sementara tidak terkena dari siklus rupa pralaya samsarik dimensi 'materi' : dunia 1 + apaya 4 & juga surga deva kamavacara 6  & Rupa Brahma 3 dibawahnya sebagai rupa lokantarika di antara Brahmanda & lokuttara nantinya sebelum siklus berikutnya) perlu digeser posisi antara anenja 5 & asannasata 6 ... bukan hanya dikarenakan life span (masa hidup) namun juga dari ketangguhan samadhi mereka dalam labirin kosmik paralel penembusan saddhamma. Asaññasatta tersekap (terjatuh) dalam rupa sedangkan anenja 'hanya' terjebak (terlelap) dalam nama. Direvisi resumenya?. Atau bisa juga Brahma Vehappala 4 digeser ke tengah jadi nomor 5 karena keseimbangannya sebagai nama atas rupa (BUKAN KESOMBONGAN, KESERAKAHAN & KEBENCIAN, LHO) dibandingkan  Asaññasatta 4 yang menolak nama batin bahkan malahan menjadi melekat pada rupa materi bahkan mungkin juga justru nomor 6 mengungguli anenja yang terlelap dalam nama dan acuh dengan rupa pada level anariya (?) walau memang memiliki masa hidup (life span) yang lebih lama dibandingkan para Brahma lainnya (bahkan termasuk Ariya anagami suddhavasa di  level atasnya) berdasarkan kalkulasi matematis Gnosis Buddhisme. Direvisi lagi resumenya ?
apaya asura ? hehehe, tampaknya itu rahasia kosmik, guys. Vishnu mungkin tidak suka namun tampaknya tidak bagi Shiva yang arif, Brahma dan Saka memang ahli & baik namun  naif  untuk hal ini. Dalam permainan samsarik ini keberadaan guardian "penyeimbang" bagi keberlangsungan kesemuan, kenaifan & keliaran hingga perlunya serial recycling daur ulang pralaya   perbaikan kerusakan paska kekacauan dimensi tampaknya memang perlu ada. Tanpa maksud  mencela & membela, dalam diri setiap kita para zenka  pengembara keabadian tampaknya memang masih  ada 'drive' ariya dan asura di dalamnya. Dalam dimensi kamavacara tampaknya asura, yama & mara  memang guardian utama untuk permainan samsarik di level bawah, tengah & atas. Ini sebetulnya bahasan paling menarik namun sayangnya akan sangat sensitif  tampaknya  (sungkan, ah) referensi acuan?  intinya tetaplah autentik & holistik (tidak identifikatif apalagi manipulatif)  
3b) (Membicarakan soal Kebenaran dan Agama.docx). semoga tanggap demi empati, harmoni, sinergi. kebersamaan semua. /mencela itu tercela bukan hanya untuk yang tidak selayaknya dicela bahkan juga jikapun dianggap layak untuk itu awas kesombongan, jaga keseimbangan demi kebijaksanaan akan Kesunyataan holistik / 
So, jadilah berkah yang mencerahkan/ memberdayakan bukan limbah yang menyusahkan/memperdayakan di/ke manapun kita berada bukan hanya bagi diri sendiri namun juga makhluk lain di setiap living cosmic ini.  So, pastikan keberdayaan Saddhamma bukan hanya yakinkan kepercayaan belaka! penempuhan nyata tidak sekedar pengetahuan belaka. Saddhamma adalah aktualisasi autentik pemastian sesuai kaidah Realitas bukan sekedar harapan persangkaan keyakinan saja (Real realized>identifikatif & manipulatif ?).  
Bijaksanalah untuk senantiasa bersiaga dengan segala kemungkinan sejati yang /akan/ ada (kualitas transendensi ariya > mahakammavibhanga 4 > ekspektasi asura ? ) minimal bersiaplah menerima, menghadapi dan melampauinya (realisasi level swadika, kualifikasi genia talenta & hisab visekha)  ! 
(See = siklus samsarik gnosis fase 3 mandala di atas : sungkan & riskan bilang sebetulnya .... BTW sekarang tanggap ya mengapa & bagaimana dalam gnosis buddhisme siklus pralaya samsarik terjadi bukan hanya pada dunia, apaya namun juga surga bahkan hingga rupa brahma jhana 3 ) 
So, spiritualitas memang mutlak mengharuskan kemurnian bukan sekedar kelihaian (terkadang segala kenekatan penempuhan, kehebatan pencapaian & kehebohan perolehan sering menjadi labirin jebakan penjerat/penjebak/penjatuh yang sangat ampuh bagi yang belum terjaga & tidak waspada apalagi jika caranya bertentangan dengan Saddhamma ... bumerang, guys). 
Cari quote video Mahadeva Shiva yang menyayangkan motif Asura karena memujaNya demi transaksi hadiah kekuatan/kemuliaan bukan demi pensucian kesejatian yang seharusnya lebih berguna demi transformasi diri. (memberatkan keakuan & mengumbar kemauan ... kebodohan internal dengan pembodohan eksternal ?) Shiva memang fair mengesankan kesemuanya dan tidak mengenaskan, bukan typical personal god laten deitas yang naif & liar untuk dieksploitasi karena harapkan pengakuan/ pemujaan apalagi persaingan & kebencian /kesalah-fahaman Asura yang fatal dalam persangkaan & pandangannya dalam/sebagai ke-Ilahi-an?) .... bagi pemurnian autentik kesejatian harusnya bukan demi transaksi kepamrihan pencitraan  yang semu, nsif & liar yang merugikan perkembangan pencapaian spiritualitas semuanya. Har har Mahadev seri berapa, ya ? (lupa tayangan TV dulu). Jika saja memang benar level Shiva Mahadeva Hinduisme setara dengan Mara Buddhisme ini tetaplah menjadi keunggulanNya .. senantiasa terjaga & waspada tidak butuh pengakuan walau memang belum menyadari keanattaan realitas diri sebagaimana Buddha Tusita (avatara ke 9 Vishnu ?) yang mencapai pencerahan Nirvanik..  
Acinteya yang telah direalisasi & tetap dijalani Buddha walau tanpa dipublikasi dalam simsapa sutta  ini apa juga difahami & disadari Savaka-Nya ? 
( Kutipan lengkap komentar Bahiya :  DATA 01022021/PRIOR/KOMENTAR VLOG TQ SD 13012020 LAGI.pdf  p.6 
PROLOG  
Untuk kesekian kalinya saya harus jujur mengagumi kebijaksanaan taktis demi transendensi pencerahan yang bukan hanya translingual namun transrasional Buddha Gautama sebagaimana pembabaran alur dukkha asivisopama sutta sebelumnya untuk menyadarkan faktisitas keberadaan problem dilematik samsara diri (analisis 16 nana vipassana paska samatha : via ‘stepping stone’ nibbida untuk melonggarkan cengkeraman upadana kemelekatan papanca samsarik agar sankhar-upekkha keberimbangan formasi termantapkan - anuloma peniscayaan tersesuaikan dan transformasi gotrabu terlayakkan bagi realisasi magga-phala nibbana pencerahan sehingga keniscayaan aktualisasi kiriya non-karmik sebagai Ariya secara autentik murni terrefleksikan ).
STATISTIK ?  
Ke-Buddha-an adalah potensi nirvanik dari esensi murni segala level spiritualitas keberadaan samsarik yang harus menempuh faktisitas penempuhannya masing-masing . Nibbana adalah keterjagaan dan samsara adalah keterlelapan. Buddha sesungguhnya adalah Dia (semoga juga kita semua akan demikian) yang sudah bangun terjaga dari mimpi tidur samsariknya. Semua bhava samsara sesungguhnya (disadari atau tidak) adalah pengarung Dharma keBuddhaan di samudera samsara walaupun dalam label eksistensial bukan penganut ‘agama’ Buddha. So, (maaf) jangan terdelusi statistic kuantitas populasi Buddhist di permukaan.
Buddhisme yang dibabarkan Buddha Gotama adalah segenggam permata kebijaksanaan simsapa yang karena jangkauan pemberdayaannya sangat luas (tidak hanya untuk pendewasaan pribadi, keharmonisan duniawi, perolehan surgawi, pencapaian brahma, kemampuan abhinna namun bahkan terutama pemurnian bagi keterbebasan dari samsara ini) relative bukan hanya tidak lebih mudah difahami namun juga akan cukup susah untuk dijalani bagi semua bhava samsara yang masih terlelap dalam mimpi keakuan, terseret dalam banjir kemauan, tersekap dalam kesemuan , terjebak dalam kenaifan, dsb… sedangkan demi kelayakan penempuhan (terutama untuk ‘uncommon wisdom’ pembebasan) sejumlah kode etik kosmik kemurnian yang tidak selalu ‘popular’ dengan kecenderungan pembenaran samsarik kepentingan ego mutlak memang perlu dijalankan pelayakannya, antara lain kedewasaan menerima, mensikapi dan melayakkan diri atas kaidah karma ( > pembenaran manipulatif kepercayaan harapan/anggapan akidah pengampunan/ pelimpahan) , kemurnian aktualisasi holistik (> defisiensi kepamrihan/ pencitraan) , refleksi kasih murni tiada batas tanpa eksploitasi standar ganda, menjaga harmoni keseluruhan sebagaimana yang Beliau niscayakan tanpa noda (identifikasi pembanggaan kesombongan diri), tiada cela (eksploitasi pembenaran kepentingan diri) tetap bermain ‘cantik’ (harmonisasi transenden pada wilayah immanent … walau memiliki Dasabala keunggulan adiduniawi tetap bijak dan murni terjaga tidak memanipulasi tataran samsara duniawi dibawahNya …. karena walau samsara 'hanyalah' fenomena bayangan kenyataan semu dari Realitas kebenaran Nibbana namun adalah tetap tidak etis bagi yang telah terjaga melanggar ‘aturan main’ wilayah mimpinya . Samsara dalam advaita mandala ini tampaknya memang perlu ‘ada’ bukan hanya sekedar menampung aneka kehebohan pagelaran chaotik drama delusive bagi keterlayakan level episode berikutnya namun juga demi tetap berlangsungnya keberagaman pada kasunyatan abadi ini?) dalam masa pembabaran Dhamma paska pencerahan hingga parinibbana kewafatanNya (laporan ‘pandangan mata batin Ariya’ proses adiduniawi non-empiris paranibbana Beliau oleh Arahata Anurudha kepada Sekha Ananda atas validitas konsistensi keniscayaan Magga Phala Samma-SambuddhaNya).
BAHIYA SUTTA ?  
Dari prolog dan komentar awal tampaknya karakteristik alur tema Anatta akan dibabarkan pada sessi Bahiya Sutta ini. Sangat menarik untuk disimak karena pra asumsi awal kami … dari tilakhana, anatta adalah factor krusial pembeda yang membuat Ariya Dhamma ini bukan hanya melingkupi (bisa mencapai) namun juga mengungguli (bisa melampaui) lainnya (lokiya : asura dewata/ anenja brahma ?). Faktor Anicca dalam batas tertentu memang bisa difahami dan dilalui lokiya dhamma (norma duniawi – etika surgawi .. awas /ditthi + tanha/ dan sangat liarnya sensasi kemauan yang bisa menjerumuskan ke Lokantarika paska pralaya 2 ?) , factor dukkha pada level tertentu juga masih bisa disadari dan dicapai anenja dhamma ( unio mystica – pantheistics … awas /mana + avijja/ plus masih naifnya fantasi keakuan dimensi Abhassara untuk menyeret kembali dalam perangkap samsara paska pralaya 4 ? ) namun annata adalah factor penentu yang memungkinkan lokuttara dhamma ini mampu mengaktualisasi kemurnian penempuhan (> defisiensi kepamrihan & pencitraan) secara konsisten meniscayakan ‘peniscayaan/ keniscayaan’ dalam kelayakan realisasi pencerahan transeden (keterjagaan dari keterlelapan mimpi/ delusi samsara ini – keterbebasan ‘esensi murni’ ke-Buddha-an dari cangkang delusi ‘pancupadana khanda’ tanpa kebodohan identifikasi dan eksploitasi pembodohan dari keterpedayaan/ ketersesatan/ keterperangkapan intra-drama pengembaraan semu samsara ini kembali (singgah/pulang) ke ‘rumah sejati’ Nibbana ).
EPILOG
Dalam mandala advaita kasunyatan abadi ini sebagaimana samma-panna nibbana yang perlu disadari dan ditembus daya sentrifugal kebijaksanaanNya demikian pula tanha-avijja samsara tampaknya juga perlu difahami dan dilampaui daya sentripetal kecenderungannya. So, sebagaimana harmoni musik peregangan senar kecapi walau viriya memang diperlukan untuk mensegerakan dan konsisten dalam penempuhan namun tampaknya perlu juga panna kebijaksanaan untuk menjaga keberimbangannya dalam kewajaran harmonisasi eksistensial maupun kesadaran transendensi spiritualnya.
Semoga refleksi epilog ini tidak menjadi anti klimaks yang dianggap mementahkan samvega kegairahan yang tengah dibangun para Neyya Buddhist (karena ini juga akan berdampak merugikan bagi para truth seeker dalam menyerap referensi yang diperlukan bagi wawasan pengetahuan dan tataran penempuhannya juga).
Salam Namo Buddhaya dari padaparama di 'luar' sasana. 

Sebagai penutup, penjelas, penyeimbang, etc ....
Memahami hakekat realitas transendental kesedemikianan
Memahami kesedemikianan = Realitas Kesunyataan & Fenomena KeberadaanPrediksi hipotetis figure ideal evolusi spiritual homo novus 10  http://teguhqi.blogspot.com/2020/11/just-seeker.html
Prediksi hipotetis figure ideal evolusi spiritual homo novus 10 
DIBAHAS ?  INI MUNGKIN ADALAH SENTRA POSTING KAMI SELAMA INI ... QUO VADIS & HOW TO BE ? 
Hidup total dalam penempuhan induktif (7 dimensi?) bagi evolusi pribadi eksistensial, kebijaksanaan deduktif demi harmoni dimensi universal dan keterarahan holistik pada sinergi saddhamma transendental .... bukan hanya selfish demi ego sendiri namun selfless bagi keEsaan mandala advaita ini. dan seharusnyalah tampaknya bisa diusahakan setiap zenka berkesadaran dimanapun dimensi keberadaannya dalam segala situasi & kondisi keterbatasan dan pembatasannya sebagaimana kaidah yang diberlakukan Niyama Dhamma dalam mandala advaita ini agar tetap kokoh dalam keberadaan dan keberdayaanNya yang homeostatis, interconnected & equiliberium. Well, 7 dimensi pemurnian kesejatian= fisik, etersis, astral, kausal, monade, kosmik & nirvanik - Osho  (demi keselarasan harmonis & holistik Homo Novus Mystical Being eneagram 10 ?) 

Tantien

Pusat

Hati

Rasio

10 ?

Kalki (destroyer?)

Zorba (artistics)

Zenka? (holistics)

Ethical

Rama 7 (peaceful)

Khrisna 8 (lovely)

Buddha 9 (meditative)

Emotional

Parasurama 6 (warrior !)

Vamana 5 (insani)

Narasimha 4 (hewani)

Physical

Matsya 1 (ikan air)

Koorma 2 (amfibi kura2)

Varaha 3 (celeng darat)

Prediksi hipotetis figure ideal evolusi spiritual homo novus 10 (for the Next Mystical Being 10 ?)
 
Niyama Dhamma
See :AN 3.136: Uppādā Sutta Sering disebut DhammaNiyama Sutta (?). 
Dhamma tetap ada walau Buddha muncul atau tidak (pada masa Buddhakalpa dan atau Sunnakalpa)

Dalam kitab suci Tipiṭaka pada Uppādāsutta bagian Aṅguttara Nikāya 3.136:
Uppādā vā, bhikkhave, tathāgatānaṃ anuppādā vā tathāgatānaṃ, ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhammaniyāmatā. Sabbe saṅkhārā aniccā. Taṃ tathāgato abhisambujjhati abhisameti. Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti paññāpeti paṭṭhapeti vivarati vibhajati uttānīkaroti: ‘sabbe saṅkhārā aniccā’ti.
“Para bhikkhu, apakah para Tathāgata muncul atau tidak, hukum ini tetap berlaku, kestabilan Dhamma ini, jalan pasti Dhamma ini: ‘Segala fenomena terkondisi adalah tidak kekal.’ Seorang Tathāgata tercerahkan pada hal ini dan menerobosnya, dan kemudian Beliau menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menetapkannya, mengungkapkannya, menganalisisnya, dan menguraikannya sebagai berikut: ‘Segala fenomena yang terkondisi adalah tidak kekal.’
Uppādā vā, bhikkhave, tathāgatānaṃ anuppādā vā tathāgatānaṃ ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhammaniyāmatā. Sabbe saṅkhārā dukkhā. Taṃ tathāgato abhisambujjhati abhisameti. Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti paññāpeti paṭṭhapeti vivarati vibhajati uttānīkaroti: ‘sabbe saṅkhārā dukkhā’ti.
Para bhikkhu, apakah para Tathāgata muncul atau tidak, hukum ini tetap berlaku, kestabilan Dhamma ini, jalan pasti Dhamma ini: ‘Segala fenomena terkondisi adalah penderitaan.’ Seorang Tathāgata tercerahkan pada hal ini dan menerobosnya, dan kemudian Beliau menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menetapkannya, mengungkapkannya, menganalisisnya, dan menguraikannya sebagai berikut: ‘Segala fenomena yang terkondisi adalah penderitaan.’
Uppādā vā, bhikkhave, tathāgatānaṃ anuppādā vā tathāgatānaṃ ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhammaniyāmatā. Sabbe dhammā anattā. Taṃ tathāgato abhisambujjhati abhisameti. Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti paññāpeti paṭṭhapeti vivarati vibhajati uttānīkaroti: ‘sabbe dhammā anattā’”ti.
Para bhikkhu, apakah para Tathāgata muncul atau tidak, hukum ini tetap berlaku, kestabilan Dhamma ini, jalan pasti Dhamma ini: ‘Segala fenomena adalah tanpa-diri.’ Seorang Tathāgata tercerahkan pada hal ini dan menerobosnya, dan kemudian Beliau menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menetapkannya, mengungkapkannya, menganalisisnya, dan menguraikannya sebagai berikut: ‘Segala fenomena adalah tanpa-diri.’”
Dalam agama Buddha, kelima hukum tersebut adalah sebagai berikut.
Utuniyāma, hukum kepastian atau keteraturan musim.
Bijaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan biji.
Kammaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan kamma.
Cittaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan kesadaran.
Dhammaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan dhamma.
Link Media:
Keberagamaan  yang sesuai secara eksistenstial, selaras dengan kaidah universal dan mengarah dalam tataran transendental .
BHANTE PANNAVARO Hukum Kehidupan
Hingga real  terealisasikan dengan sikap realistis menerima, mengasihi & melampaui kaidah permainan keabadian ini. 
Link Data : 
Pandangan Kami : 

3. KAMMA VIBHANGA 
Secara simple bolehlah dikatakan  hukum karma adalah jika perbuatan baik dilakukan maka akan menghasilkan kebaikan juga kepada pelakunya demikian juga keburukan. Namun demikian kaidah nyata berlakunya hukum karma sangat kompleks tidaklah berjalan sederhana instant, direct & identik sebagaimana yang secara naif kita perkirakan. Ada 4 variasi kemungkinan dari kaidah kosmik hukum karma ini secara empiris menurut Buddha paska keterjagaan pencerahan samsarikNya . 
Link data utama : Piya Tan untuk bahasan Mahakammavibhanga sutta

atau Link Video : 
Link data (pinjem link download google drive-nya, ya ?) :
dan Ashin Kheminda DBS Playlist
Hukum Kamma
Cula Kamma Vibhanga
Maha Kamma Vibhanga
Pandangan kami :

Epilog :
Berikut adalah




Aneka Video Dhamma Desana Buddhism  lainnya 
dalam evolusi perkembangan kebijaksanaan spiritualitas pengetahuan intelektual, penempuhan universal & penembusan transendental .
PLUS 
Dua video perlu diberikan untuk bukan hanya sekedar menjaga  kebaikan sila berpribadi & berprilaku bagi diri sendiri namun juga  demi metta kasih sayang kepada lainnya.
juga toleransi menghargai pelangi perbedaan 
Tiada standar ganda (bagi kebodohan internal & pembodohan eksternal) untuk diidentifikasi & dieksploitasi dalam Saddhamma /transenden impersonal x kultus personal ; realisasi aktual > manipulasi sakral)
semua sama peran sebagai manusia (karma = taqwa) 
Samsara ? Siklus Rebirth Karmik ( dunia dan akherat gitu aja ) 
 Konsistensi peniscayaan
aa




BLOG 22012021 FINAL by BLOG

https://archive.org/download/blog-22012021-final/BLOG%2022012021%20FINAL.rar

(184 MB)

listing of BLOG 22012021 FINAL.rar

file

as jpg

timestamp

size

BLOG 22012021 FINAL


2021-01-22 02:25


BLOG 22012021 FINAL/NEW


2021-01-22 22:17


BLOG 22012021 FINAL/NEW/00 MY BLOG ARCHIVES 07042014 SD 22012021 OKE.docx


2021-01-22 02:21

4811854

BLOG 22012021 FINAL/NEW/00 MY BLOG ARCHIVES 07042014 SD 22012021 OKE.pdf


2021-01-22 02:21

7461152

BLOG 22012021 FINAL/NEW/JUST FOR SEEKER (episodes) 22012021 FINAL.docx


2021-01-22 21:59

499720

BLOG 22012021 FINAL/NEW/JUST FOR SEEKER (episodes) 22012021 FINAL.pdf


2021-01-22 22:00

838953

BLOG 22012021 FINAL/NEW/JUST LINK TQ 21012021.docx


2021-01-22 02:21

656228

BLOG 22012021 FINAL/NEW/JUST LINK TQ 21012021.pdf


2021-01-22 02:22

1019197

BLOG 22012021 FINAL/NEW/RECHECK DHARMA_SEKHA 21012021.docx


2021-01-22 02:22

652687

BLOG 22012021 FINAL/NEW/RECHECK DHARMA_SEKHA 21012021.pdf


2021-01-22 02:22

960072

BLOG 22012021 FINAL/OLD


2021-01-22 02:26


BLOG 22012021 FINAL/OLD/00 MY VLOG ARCHIVES 07282020 SD 17072020 OKE.docx


2021-01-19 23:24

1872410

BLOG 22012021 FINAL/OLD/00 MY VLOG ARCHIVES 07282020 SD 17072020 OKE.pdf


2021-01-19 23:25

1894603

BLOG 22012021 FINAL/OLD/KOMENTAR VLOG TQ SD 13012020 LAGI.docx


2021-01-14 13:21

103904

BLOG 22012021 FINAL/OLD/KOMENTAR VLOG TQ SD 13012020 LAGI.pdf


2021-01-14 14:04

400969

BLOG 22012021 FINAL/OLD/MASTER LINK POSTING 20012021 OKE.pdf


2021-01-20 00:23

859915

BLOG 22012021 FINAL/OLD/MASTER LINK POSTING 20012021 OKE.xlsx


2021-01-20 00:23

1381880

BLOG 22012021 FINAL/PLUS


2021-01-22 22:25


BLOG 22012021 FINAL/PLUS/IDM TQ.pdf


2021-01-21 09:53

2560113

BLOG 22012021 FINAL/PLUS/Pure-Dhamma-21January2021.pdf


2021-01-22 01:42

17664820

BLOG 22012021 FINAL/PLUS/SADHGURU YASUDEV QUOTES SD 22012021.docx


2021-01-22 22:23

138262790

BLOG 22012021 FINAL/PLUS/SADHGURU YASUDEV QUOTES SD 22012021.pdf


2021-01-22 22:24

21318186

 

dianggap selesai ya .... posting & sharing 

silakan lengkapi sendiri 

(buang - revisi atau ...   terserah  )


MAAF JIKA ADA CONTENT BLOG / VLOG KAMI YANG MEMBUAT ANDA TIDAK BERKENAN
TERIMA KASIH ATAS DUKUNGAN , PERHATIAN & KUNJUNGANNYA
SALAM 

SELESAI


 

DARI : TATARAN EVOLUTIF ( https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/quotes.html )

KE :  https://maxwellseeker.blogspot.com/

DARI : INDUCTIVE GNOSIS (https://kalamadharma.blogspot.com/2021/02/stock-files.html)

Dari : DEDUCTIVE WISDOM  (https://kalamadharma.blogspot.com/2021/02/deductive-wisdom.html)
FILE SEMAKIN BERAT DIEDIT,
(banyak link, etc ...?)
dibikin berseri saja
( relatif lebih ringan tidak banyak posting)
atau 

 DARI : INDUCTIVE GNOSIS (https://kalamadharma.blogspot.com/2021/02/stock-files.html)



PROLOG


just logo
Be Realistics to Realize the Real 
Bersikap realistis untuk merealisasi yang real 

PROLOG

kutipan : http://teguhqi.blogspot.com/2020/11/just-seeker.html
Sebelumnya terima kasih mengapresiasi fasilitas yang diberikan internet (blogger, youtube, google, Archive,org, dll) atas ketersediaan media katarsis pribadi terutama di masa galau corona saat ini. Dan para reader pembaca yang tetap setia, rahasia dan penuh kearifan/kebaikan  mengikuti sharing "kutu loncat' ini (dengan tanpa memberi komentar apalagi gangguan apapun juga walau kami baca ulang wacananya bukan hanya tidak jelas namun memang sakau, kacau dan galau , hehehe ) ... dst dsb dll. (anggap ... sudah selesai ... gitu aja koq repot. Hidup sudah sulit malah dibikin ribet ) 
  

OKAY ...
2020 = awal  (galau corona ?)

Sadhguru Yasudev Quotes : 
Whatever you have – your skills, your love, your joy, your ingenuity, your ability to do things – please show it now. Do not try to save it for another lifetime.
Apa pun yang Anda miliki - keterampilan Anda, cinta Anda, kegembiraan Anda, kecerdikan Anda, kemampuan Anda untuk melakukan sesuatu - tolong tunjukkan sekarang. Jangan mencoba menyimpannya untuk kehidupan mendatang.
Okey, Sadhguru Yasudev, tak akan kami simpan juga untuk diri kami sendiri wawasan kosmik Parama Dhamma dalam Mandala Advaita ini dengan Formula Swadika bagi keberlanjutan kehidupan saat ini dan juga bagi kesiagaan nanti … apapun yang terjadi terjadilah. Lagipula walau agak controversial bahkan mungkin akan jadi sensitive nantinya… toh niatan kami sesungguhnya hanyalah mengajukan kemungkinan saja tanpa memaksakan ini sebagai kepercayaan yang harus diterima sebagai keyakinan dogmatis / fanatic yang membuta. Ini hanyalah thesis pada antithesis pandangan anda semula untuk mengembangkan synthesis kebijaksanaan baru kita berikutnya. Sungguh tidak ada yang harus dilekati (bahkan jikapun pandangan ini ternyata tidak hanya sesuai dengan asumsi anda bahkan memang demikian realitas kebenarannya pada segala fenomena keberadaan)  dan juga tidak ada yang perlu dibenci atau ditolak (bahkan termasuk pandangan lain yang mungkin tidak hanya Dhammadipatheyya namun juga sekedar lokadipatheyya ataupun bahkan hanyalah attadipatheyya … karena setiap paradigma memiliki kebenaran dan juga “pembenaran”nya masing-masing walau tidak harus diterima dengan persetujuan namun tetap harus juga dihargai keberadaannya). Dalam mandala ini hikmah kebenaran yang sesungguhnya tinggi  bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau  mungkin tidak harus sama) diberikan tidak hanya bagi  pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma /termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa piti ?/ ; Wilayah kamavacara:  Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?, Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal segalanya berada dan melengkapi posisi  keseluruhan desain ini dengan indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya … ini mungkin makna tersirat nasehat Dhamma Desana Bhante Pannavaro untuk diperhatikan dalam penempuhan/penembusan spiritualitas yang berimbang bukan hanya holistic pada keseluruhan namun juga harmonis untuk keswadikaan diri.

PROLOG 
PSBB Covid-19 masih diberlakukan, etc  aaa 
Well, sudah hampir 1 tahun Pandemi Global Corona berlangsung (pertengahan maret 2020 awal blog 7 & vlog 3 kami ) . Well, just joke  ...  Gusti mboten sare (Tuhan memang tidak tidur) namun haruskah kami juga menanggung beban karma kolektif  selama ini , bang Ahok ( terpenjara 1 tahun 8 bulan 15 hari )?  No, hanya bercanda walau memang tidak lucu (bahkan mengesalkan ?) .... ada hikmah yang lebih utama yang seharusnya kita fahami dan sadari dibalik musibah ini demi kebaikan berpribadi & perbaikan kebersamaan.  
Well, mungkin memang perlu sketsa paradigma baru jika kami (terpaksa atau sukarela jika tidak dengan sukacita sebagaimana hendaknya niatan harus murni demi peniscayaan kelayakannya atau pelayakan keniscayaannya ... istilah tepatnya?) perlu melanjutkan kembali kejujuran berpribadi & ketulusan berbagi demi kebaikan & perbaikan bersama sebagai bukan hanya sebagai sesama manusia di kehidupan duniawi saat ini namun sebagai zenka pengembara di keabadian mandala advaita keilahian ini. Intinya nanti kita perlu menyadari dan menghayati diri tidak lagi sekedar sebagai figur eksistensial dengan segala atribut peran & tanggung jawab keberadaan zahiriah yang disandang namun juga sebagai zarah universal batiniah & media impersonal yang kesemua itu perlu keselarasan / keterarahan dengan kaidah kesunyataan mandala ini.      
   




JUST SONG

Transkrip  Song: Duaa (Jo Bheji Thi Duaa- Arijit Singh.) 
Covers : (Sanam Puri - Vocals) (Samar Puri - Guitars) (Venky S - Guitar) (Keshav Dhanraj - Cajon) 
Original Source : Duaa (Acoustic) | Sanam ft. Sanah Moidutty : https://www.youtube.com/watch?v=GGErfAmSK9I 

Kise Poochun, Hai Aisa Kyun 
Pada siapa harus ku tanyakan, mengapa jadi begini
Bezubaan Sa… Yeh Jahaan Hai… 
Seluruh dunia membisu
Khushi Ke Pal, Kahaan Dhoondoon
Kemana harus ku cari momen kebahagiaan
Benishaan Sa… Waqt Bhi Yahaan Hai…
Bahkan sang waktu pun tidak meninggalkan jejak disini
Jaane Kitne, Labon Pe Gile Hain…
Ada begitu banyak keluhan di bibirku
Zindagi Se, Kayi Faasle Hain…
ada jarak yg membentang jauh dari kehidupan
Paseejte Hai Sapne Kyun Aankhon Mein
Mengapa impian-impian meleleh di dalam mataku
Lakeere Jab Chhoote Inn Haathon Se Yun Bewajah…
mengapa garis takdir terhapus dari tanganku tanpa alasan
Jo Bheji Thi Dua, Woh Jaake Aasmaan
Doa yg telah kupanjatkan, mencapai langit
Se Yun Takra Gayi, Ke Aa Gayi, Hai Laut Ke Sadaa…
Kemudian bertabrakan dengannya (langit) dan memantul kembali tanpa jawaban
(doa-doaku tak didengar dan suaraku kembali padaku)
Jo Bheji Thi Dua, Woh Jaake Aasmaan
Doa yg telah kupanjatkan, mencapai langit
Se Yun Takra Gayi, Ke Aa Gayi, Hai Laut Ke Sadaa…
Kemudian bertabrakan dengannya (langit) dan memantul kembali tanpa jawaban
(doa-doaku tak didengar dan suaraku kembali padaku)
Saanson Ne Kahaan Rukh Mod Liya
nafasku berbelok menuju arah yg tak menentu
Koi Raah Nazar Mein Na Aaye
ku tak dapat melihat satupun jalan
Dhadkan Ne Kaha Dil Chhod Diya
detak jantung telah meninggalkan jantungnya
Kahaan Chhode In Jismon Ne Saaye
Namun bayangan-bayangan itu tak pernah meninggalkan raga
Yahi Baar Baar Sochta Hoon Tanha Main Yahaan…
Sendiri, aku memikirkan hal ini lagi dan lagi
Mere Saath Saath Chal Raha Hai Yaadon Ka Dhuaan…
kabut kenangan berjalan bersamaku
Jo Bheji Thi Dua, Woh Jaake Aasmaan
Doa yg telah kupanjatkan, mencapai langit
Se Yun Takra Gayi, Ke Aa Gayi, Hai Laut Ke Sadaa…
Kemudian bertabrakan dengannya (langit) dan memantul kembali tanpa jawaban
(doa-doaku tak didengar dan suaraku kembali padaku)
Jo Bheji Thi Dua, Woh Jaake Aasmaan
Doa yg telah kupanjatkan, mencapai langit
Se Yun Takra Gayi, Ke Aa Gayi, Hai Laut Ke Sadaa…
Kemudian bertabrakan dengannya (langit) dan memantul kembali tanpa jawaban
(doa-doaku tak didengar dan suaraku kembali padaku)

Sesungguhnya
Ada perbedaan besar antara mengasihi & mengasihani diri sendiri 
(Universalisasi diri demi transendensi media impersonal bagi eksistensi figure personal) 

Likrat Shabat 
just  image

Rabbi Jack Riemer (adapted from Likrat Shabbat)
-Rabbi Jack Riemer (diadaptasi dari Likrat Shabbat)

We cannot merely pray to You, O God, to end war; For we know that You have made the world in a way That man must find his own path to peace Within himself and with his neighbor. 
Kami tidak bisa hanya berdoa kepada-Mu, ya Tuhan, untuk mengakhiri perang; Karena kami tahu bahwa Engkau telah menciptakan dunia dengan cara tertentu Bahwa seseorang itu harus menemukan jalannya sendiri menuju perdamaian Di dalam dirinya dan dengan tetangga sekitarnya.
We cannot merely pray to You, O God, to end starvation; For you have already given us the resources With which to feed the entire world If we would only use them wisely.
Kami tidak bisa hanya berdoa kepada-Mu, ya Tuhan, untuk mengakhiri kelaparan; Karena Engkau telah memberi kami sumber daya Yang dengannya (kami) memberi makan seluruh dunia Jika kami menggunakannya dengan bijak.
We cannot merely pray to You, O God, to root out prejudice, For You have already given us eyes With which to see the good in all men  If we would only use them rightly.
Kami tidak bisa hanya berdoa kepadaMu, ya Tuhan, untuk membasmi prasangka, Karena Engkau telah memberi kami mata Yang dengannya (kami) melihat kebaikan pada semua manusia Jika kami menggunakannya dengan benar.
We cannot merely pray to You, O God, to end despair, For You have already given us the power To clear away slums and to give hope If we would only use our power justly.
Kami tidak bisa hanya berdoa kepadaMu, ya Tuhan, untuk mengakhiri keputusasaan, Karena Engkau telah memberi kami kekuatan Untuk membersihkan permukiman kumuh dan memberi harapan Jika kami menggunakan kekuatan kami dengan adil.
We cannot merely pray to You, O God, to end disease, For you have already given us great minds with which to search out cures and healing, If we would only use them constructively.
Kami tidak bisa hanya berdoa kepadaMu, ya Tuhan, untuk mengakhiri penyakit, Karena Engkau telah memberi kami pikiran-pikiran hebat yang dengannya (kami) mencari obat dan penyembuhan,Jika kami menggunakan mereka secara konstruktif.
Therefore we pray to You instead, O God,  
For strength, determination, and willpower, 
To do instead of just to pray, 
To become instead of merely to wish.
Oleh karena itu kami berdoa kepadaMu sebagai gantinya, ya Tuhan,  
Untuk kekuatan, tekad, dan kemauan, 
Melakukan, bukan hanya berdoa, 
Menjadi bukan sekadar berharap. 
For Your sake and for ours, speedily and soon, 
That our land and world may be safe, And that our lives may be blessed.
Demi kebaikan Enkau dan bagi  kami, dengan cepat dan segera, 
Agar tanah dan dunia kami ini  aman, Dan semoga hidup kami diberkati.
May the words that we pray, and the deeds that we do. 
Be acceptable before You, O Lord, Our Rock and Our Redeemer.”
Semoga kata-kata yang kami doakan, dan amalan yang kami lakukan. 
Diterima di hadapanMu, ya Tuhan, Batu Karang Kami dan Penebus Kami. ”

Do'a yang dewasa ?  Ketika hal buruk terjadi pada orang baik
Link Book Harold Kuschner : Theodice seorang Rabbi atas deritanya 

Just Quote  
Sadhguru Yasudev Quotes :  
May your dreams not come true, may your hopes not be fulfilled , because they are based on what you know. You should explore possibilities that have never been touched and reached before. 
Semoga impianmu tidak menjadi kenyataan , semoga harapanmu tidak terpenuhi, karena mereka didasarkan pada apa yang sudah kamu ketahui. Anda harus mengungkapkan kemungkinan yang belum pernah disentuh dan dicapai sebelumnya..? 


Prolog :
Bukan karena sudah lelah untuk berfikiran positif & selalu optimis untuk tetap berdoa/berharap & berusaha menghadapi + melampaui keadaan dan juga tanpa maksud attraktif & provokatif (baper & caper ?) jika mengawali dengan tayangan yang sedikit agak heboh (malah lebai terkesan pekok ... kebodohan atau pembodohan?)
Ada  video (Bapak Hermanuhadi) yang agak aneh bahkan daripada video (Sadhguru Yasudev) referensi lalu. dan juga video (Bhante Santacitto). Ini jangan dipelintir dan disalah-tafsirkan .... Bukannya tidak prihatin berempati pada kegalauan pandemi ataupun sekedar menghibur diri saja apalagi mengharapkan keparahan situasi kondisi saat ini, namun rasanya memang ada blessing in disguise (anugerah tersamar : hikmah positif  yang tersirat dari hibrah negatif yang tersurat) bagi kita saat ini. Banyak sekali referensi informatif  & inspiratif  kita dapatkan pada saat ini via internet & medsos ....tidaklah selalu buruk (semacam hoaks merekayasa opini publik dengan membenarkan kebanggan pengakuan atau membenarkan kepentingan tertentu) namun banyak juga yang baik (semisal banyaknya tayangan dhamma desana ataupun zoom ilmiah tentang spiritualitas saat ini) . Tampaknya ini cukup berguna juga sebagai rehat bagi rutinitas / vitalitas kehidupan yang terkadang atau bahkan sering sakau dalam ketamakan & kacau dengan kemarahan yang menghanyutkan dan menenggelamkan keberadaan kita selama ini. Kita gunakan ini sebagai forum hikmah ilmiah demi pemberdayaan kita semua tidak sebagai majlis ghibah fitnah bagi keterpedayaan diri & lainnya. Ini mungkin saat yang tepat (tepatnya mungkin lebih tepat .... karena bukankah setiap saat adalah saat yang tepat ?) bukan hanya untuk introspeksi akan keberadaan eksistensialitas namun juga transformasi pemberdayaan spiritualitas selanjutnya (semoga segalanya menjadi baik dan semakin baik adanya).  Jangan memperburuk keadaan eksternal (lebih tepatnya mungkin memperparah keberadaan internal). Terkadang kami meragukan sikap batin kami sendiri dalam men-share dan mempertanyakan apakah ini refleksi sikap kasih peduli atau antipati asava byapada atau mungkin hanya mana kesemuan pembanggaan ego/pembenaran ide belaka (jadi lemes & males, deh) Namun bukankah segala sesuatu tengah melayakkan kebebasannya masing-masing bukan sekedar sesuai awal asal sebelumnya namun terutama menuju potensi evolutif keberadaan diri berikutnya .... benar atau salah, baik atau buruk .... biarkan kaidah kosmik Saddhamma yang meniscayakan kelayakannya ? Well, intinya ini adalah permukaan yang berbeda dari coin kebenaran yang sama dari Be realistics to realize the Real yaitu untuk senantiasa assertif, adaptif dan antisipatif ..... bersiaga, bersedia dan berjaga dari segala kemungkinan yang ada (bukan hanya atas kemungkinan perolehan positif  terbaik yang mungkin diharapkan untuk didapatkan namun juga jika kemungkinan negatif terburuk yang walau tidak diinginkan bisa jadi justru yang memang lebih layak untuk menjadi kenyataan). 


Sekedar tambahan : 
video (Bapak Hermanuhadi)  : Kehendak Tuhan ? Hukum alam ? warning peringatan 4'53''
banyak juga analisis hikmah di balik hibrah, bro.... walaupun terdengar seperti Theodice pembenaran kehendak Tuhan / Hukum Alam namun cukup bahkan sangat positif warning (peringatan/ pengingatan) ini untuk disikapi demi kebaikan & perbaikan kita selanjutnya.
video (Sadhguru Yasudev)  Pasupathi Shiva ? kesetaraan hidup ? bat kelelawar ? 2'56''
Tentang Pashupati Shiva (pecinta/pemberkah) segala bentuk kehidupan sudah pernah dikutip di posting sebelumnya (just for seeker awal). Dalam nada ekspresi bercanda Sadhguru Yasudev (sekuat kelelawar menghadapi corona ?) kami merasakan ada pesan tersirat yang disampaikan (walau tampak guyonan) tentang peningkatan keberdayaan herd immunity ketimbang sekedar upaya pembasmian virus (bentuk primordial awal spesies kehidupan yang juga cerdas dalam bertahan & mempertahankan kehidupan sebagaimana kita manusia, kelelawar, dsb). 
Batman .... inget film ~ kelelawar abhidhamma ?
Kelelawar ? sejujurnya kami tidak tahu keilmiahan data kekuatan nocturnal ini terhadap virus tsb. Kita sering menggunakan alam kehidupan di bumi kenyataan sebagai media bagi hikmah kebenaran disamping observasi ilmiah tentu saja ... well, lewat kelelawar alam mengajarkan dibalik ketidak-awasan indra penglihatannya makhluk malam  ini memberdayakan kepekaan pendengaran mendeteksi pantulan gelombang suaranya sehingga mampu terbang menjelajah tanpa menabrak lainnya. (Cara ini mengajarkan kita juga, lho ... bahwa dalam keterbatasan & pembatasan yang ada kita juga mampu menghadapi & melampaui masalah yang ada. Misalnya dalam hal spiritualitas dikarenakan sebagian besar dari kita mungkin memang lemah dalam melayakkan penempuhan apalagi penembusan, pencapaian & pencerahan namun kita berusaha memahami dalam level batas pengetahuan tertentu yang memang dibutuhkan dan mampu dilakukan.... antara lain dengan sinkronisasi paradoks via inferensi analogis dari kekasaran permukaan menuju pemurnian kedalaman, dsb). So, jika memang ada data kami atau info yang salah semoga kita tetap waspada untuk kemudian kembali segera sadar terjaga , menjaga & berjaga. 
14 hari ? see vibrasi energi nirodha sammapatti 7 hari (@*>2 Asekha ? ) vs metta pashupathi shiva (next avatara homo novus 10?)  ?
video (Bhante Santacitto) : 
So, tetaplah positif walau dalam situasi kondisi negatif sekalipun. Addukkha dalam dukkha ... amoha swadika (terjaga, berjaga, menjaga) > hanya akan bahagia jika mendapat positif  > langsung menderita jika menerima negatif ?

Berikut referensi yang cukup menyegarkan & mencerahkan yang kami dapatkan dalam browsing penjelajahan antara lain dari Vlog ELA (eling lan awas) sebagai pengantar kajian final kita . Well, terima kasih Bapak Hans YF La Kahija karena kesediaan untuk saling berbagi demi kebaikan sesama & perbaikan bersama.  

Video : Tao : Kebijaksanaan dalam keberimbangan 
sesungguhnya tak ada yang salah dengan segalanya, kitalah yang salah memahaminya secara holistik & mensikapinya secara harmonis
Sikap universal kesemestaan Lao Tsu  diantara panna simsapa kesunyataan Buddha dan Etika Eksistensial Confucius.

Video : Zen : Kasunyatan dalam keberadaan 
Fahami kebenaran universal segala sesuatu apa adanya .... ada kesunyataan transendental dalam keberadaan immanential, ada keberadaan esensial dalam kesunyataan empirikal.

SIMAK & REHAT DULU. 
SEMULA TAMPAK RUWET JUGA ...  DIARSIPKAN DULU ATAU DIDRAFT DULU HINGGA TUNTAS, YA  ?
SEKARANG TAMPAKNYA MULAI JELAS TERTATA SKEMANYA ... TINGGAL MENGISI ALIRAN IDEA BAGI PARADIGMA SAJA 

Setelah  Prakata Agenda  ,  Just Quotes   Wawasan Esoteris  & Gnosis for Seeker sebelum ini 

Dari : Just Quotes ( https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/just-share.html )
Blog Just Share dibuat sebenarnya bukan sekedar kami perlu blog baru yang lebih fresh ataupun hanya untuk nyelamur/ ngabur untuk posting yang lebih mendasar & menyasar namun agak sungkan/ riskan untuk diutarakan ke khalayak awam kebanyakan .... well, katakanlah ini khusus bagi para seeker yang cukup dewasa, cerdas & bijaksana dalam mencerna tanpa naif menyela apalagi liar mencela untuk paradigma pandangan yang baru & beda.  Jika tidak demikian maka sesungguhnya bukan hanya menyusahkan kita (pada saat ini) namun juga dirinya sendiri bahkan lainnya juga kelak. Ini mungkin (dipandang) tidak berguna atau bahaya? bagi lainnya (untuk tujuan pembenaran kepentingan keakuan & kemauan walau mungkin dalam keterpedayaan diri sendiri bahkan malah memperdayakan lainnya juga?) namun bisa jadi akan bukan hanya memang berguna namun juga tidak perlu tercela bagi para seeker (dalam niatan pemberdayaan kesejatian jikapun belum dalam tataran realisasi evolutif pencapaian minimal dalam wawasan orientasi berpandangan) untuk saling berbagi. 

MONOLOG 

We have something called as Sanathana Dharma. Sanathan means eternal, timeless. Dharma does not mean religion; Dharma means law. So they were talking about eternal laws which govern life and how we can be in tune with it. Right now, whether you’ve been to school or not, whether you’re a great scientist or not, still right now you’re complying by all the physical laws on this planet. Yes or no? Otherwise you couldn’t sit here and exist. So similarly there are other kinds of laws which are not physical in nature which govern the life process within you. So they identified these things and they said, ‘These are the laws which govern one’s life.’ But over a period of time, every enthusiastic person that came from generation to generation went on adding their own stuff according to the necessity of the day or according to the necessity of the vested interest of the day, in so many ways it’s happened, all kinds and people added many things. But essentially your sanathan dharma is just this. Sanathan Dharma identifies a human being cannot rest, do what you want, you… he cannot rest because he longs to be something more than what he is right now. You cannot stop it. You teach him any kind of philosophy, you cannot stop it. Whoever he is, he wants to be little more than who he is right now. If that little more happens, he will seek little more and little more.
Kami memiliki sesuatu yang disebut Sanathana Dharma. Sanathan berarti kekal, abadi. Dharma tidak berarti agama; Dharma artinya hukum. Jadi mereka berbicara tentang hukum kekal yang mengatur kehidupan dan bagaimana kita bisa selaras dengannya. Saat ini, apakah Anda pernah bersekolah atau tidak, apakah Anda seorang ilmuwan hebat atau bukan, saat ini Anda masih mematuhi semua hukum fisika di planet ini. Ya atau tidak? Jika tidak, Anda tidak bisa duduk di sini dan hidup. Begitu pula ada jenis hukum lain yang tidak bersifat fisik yang mengatur proses kehidupan di dalam diri Anda. Jadi mereka mengidentifikasi hal-hal ini dan mereka berkata, 'Ini adalah hukum yang mengatur kehidupan seseorang.' Tetapi dalam kurun waktu tertentu, setiap orang yang antusias yang datang dari generasi ke generasi terus menambahkan barang-barang mereka sendiri sesuai dengan kebutuhan hari atau sesuai dengan kebutuhan kepentingan hari ini, dalam banyak hal hal itu terjadi, segala macam dan orang menambahkan banyak hal. Tetapi pada dasarnya sanathana dharma Anda hanya ini. Sanathana Dharma mengidentifikasi bahwa manusia tidak dapat beristirahat, lakukan apa yang Anda inginkan, Anda ... dia tidak dapat beristirahat karena dia ingin menjadi sesuatu yang lebih dari dirinya sekarang. Anda tidak bisa menghentikannya. Anda mengajarinya filosofi apa pun, Anda tidak dapat menghentikannya. Siapapun dia, dia ingin menjadi lebih dari siapa dia sekarang. Jika itu sedikit lagi terjadi, dia akan mencari semakin lama semakin lebih .
So if you look at it, every human being unconsciously is longing to expand in a limitless way. So every human being unconsciously is looking for a boundless nature or a limitless possibility or in other words, every human being knowingly or unknowingly has an allergy for boundaries. When you threaten his existence, his instinct of self-preservation will bow… will build walls of you know, protection for himself. The same walls of protection, when there is no external threat, immediately he experiences it as walls of self-imprisonment. So they recognized this and said every human being is longing… limitless. So first thing that you must do, the moment a child becomes reasonably conscious, - the first thing that you must put into a child’s mind is, your life is about mukti, about liberation. Everything else is secondary because the only thing that you’re truly longing for is to expand in a limitless way. There is something within you which can’t stand boundaries. 
Jadi jika dilihat, setiap manusia secara tidak sadar ingin berkembang dalam suatu cara yang tidak terbatas. Jadi setiap manusia secara tidak sadar mencari sifat alami yang tidak terbatas atau kemungkinan yang tidak terbatas atau dengan kata lain, setiap manusia secara sadar atau tidak sadar memiliki alergi terhadap pembatasan. Ketika Anda mengancam keberadaannya, instingnya untuk mempertahankan diri akan tunduk ... akan membangun tembok sebagaimana anda ketahui (untuk) melindungi dirinya sendiri. Dinding perlindungan yang sama, ketika tidak ada ancaman eksternal, dia segera mengalaminya/mensikapinya  sebagai tembok pemenjaraan diri. Jadi mereka mengenali ini dan berkata bahwa setiap manusia merindukan… ketidak-terbatasan. Jadi, hal pertama yang harus Anda lakukan, pada saat seorang anak secara nalar menjadi sadar  - hal pertama yang harus Anda masukkan ke dalam pikiran seorang anak tersebut adalah, Kehidupan Anda adalah tentang mukti, tentang pembebasan. Segala sesuatu yang lain bersifat sekunder karena satu-satunya hal yang Anda benar-benar rindukan adalah berkembang dengan cara yang tiada batas. Ada sesuatu di dalam diri Anda yang tidak tahan akan keterbatasan.
So for this what are things you should do to head in that direction; they set up simple rules. If you do this, this and this, you will naturally move in this direction. You can’t call this a religion, okay? Because this is a place where you’ve been given the freedom - you can make up your own god (?!). 
Jadi untuk ini hal-hal apa yang harus Anda lakukan adalah untuk menuju ke arah itu; mereka membuat aturan sederhana. Jika Anda melakukan ini, ini dan ini, Anda secara alami akan bergerak ke arah ini. Anda tidak bisa menyebut ini agama, oke? Karena ini adalah tempat di mana Anda telah diberi kebebasan - Anda bisa menjadi tuhan Anda sendiri. (?!). 

Use : Googlre Translate (English - Indonesia) https://translate.google.com/

Then ?

Transkrip  Awaken Samadhi Trailer (Uniion Mystics )
AWAKEN SAMADHI TRAILER
(Original Source - Copy Right) https://www.youtube.com/watch?v=dqGdWoW-GT8

If you hold this feeling of “I” long enough and strongly enough the false “I”will vanish, leaving only the unbroken awareness of the real immanent “I” or consciousness itself ~ Sri Ramana Maharshi.
"Jika Anda memegang perasaan 'aku'  ini cukup lama dan cukup kuat, maka 'aku' yang semu akan lenyap, hanya menyisakan kesadaran tak terputus yang nyata, keberadaan imanen 'aku', atau kesadaran itu sendiri." ~ Sri Ramana Maharshi
Samadhi is an ancient Sanskrit word which means Union. It is the union of individual persona, the egoic self with something greater, something unfathomable to the mind. Samadhi is a surrendering, a humbling of Individual mind to the Universal mind. The purpose of Meditation, Yoga, Prayer, Chantings and all Spiritual practices is one and that is Samadhi. In the language of Christian mystics it is humbling oneself before God. Samadhi is realized through what Buddha called the middle way or what in Taoism is called the balance of ying and yang. In the yogic traditions it is called the marriage of Shiva and Shakti.
Samadhi adalah kata Sansekerta kuno yang berarti Persatuan. Ini adalah penyatuan persona individu, diri egois dengan sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang tak terduga bagi pikiran. Samadhi adalah penyerahan, merendahkan pikiran Individu ke pikiran Universal. Tujuan dari Meditasi, Yoga, Doa, Nyanyian dan semua praktik Spiritual adalah satu dan itu adalah Samadhi. Dalam bahasa mistik Kristen, itu berarti merendahkan diri di hadapan Tuhan. Samadhi diwujudkan melalui apa yang disebut Buddha sebagai jalan tengah atau yang dalam Taoisme disebut keseimbangan ying dan yang. Dalam tradisi yoga, ini disebut perkawinan Siwa dan Shakti. 
When Samadhi is perfect, it is wisdom of the great ultimate reality. An understanding of the relationship between form and emptiness, relative and absolute, its a coming into one's true nature. Samadhi begins with a leap in to the unknown.
Ketika Samadhi sempurna, itu adalah kebijaksanaan dari realitas tertinggi yang agung. Pemahaman tentang hubungan antara bentuk dan kekosongan, relatif dan absolut, yang masuk ke dalam sifat sejati seseorang. Samadhi dimulai dengan lompatan ke hal yang tidak diketahui.
In order to realize Samadhi, one must turn consciousness away from all known objects, from all external phenomena, conditioned thoughts and sensations towards consciousness itself. Towards the inner source, the heart of  essence of one's being.
Untuk mewujudkan Samadhi, seseorang harus mengalihkan kesadaran dari semua objek yang diketahui, dari semua fenomena eksternal, pikiran dan sensasi terkondisi menuju kesadaran itu sendiri. Menuju sumber batin, inti dari keberadaan seseorang.
The source of all existence is not a thing or object that one can see like in these physical world we do. It is perfect emptiness or stillness itself. It is the emptiness which is the source of all things.
Sumber dari semua keberadaan bukanlah hal atau objek yang dapat dilihat seseorang seperti di dunia fisik yang kita lakukan ini. Itu adalah keheningan atau keheningan sempurna itu sendiri. Kekosongan itulah yang menjadi sumber segala sesuatu.
This union cannot be understood with the limited individual mind. It is only directly realized when the mind becomes still. There is no Self that awakens. There is just ‘you' that awakens. What you are awakening from is the illusion of the separate self from the dream of the limited ‘you'. The World that now you think you are living in is actually ‘you'. It is your higher self or the selfless self. Annata.... No Self.
Persatuan ini tidak dapat dipahami dengan pikiran individu yang terbatas. Itu hanya disadari secara langsung ketika pikiran menjadi tenang. Tidak ada Diri yang terbangun. Hanya ada 'kamu' yang terbangun. Dari mana Anda terbangun adalah ilusi dari diri yang terpisah dari impian 'Anda' yang terbatas. Dunia yang sekarang Anda pikir Anda tinggali sebenarnya adalah 'Anda'. Itu adalah diri Anda yang lebih tinggi atau diri yang tanpa diri/tidak mementingkan diri sendiri. Tanpa aku ... Tiada diri
Samadhi is so simple that when you are told that what is it and how to realize it, your mind will always miss it because the mind is what needs to be stopped before it is realized. It is not a ‘happening' at all. It is the surrendering of the individual mind to the higher mind or big mind..
Samadhi begitu sederhana sehingga ketika Anda diberitahu bahwa apa itu dan bagaimana merealisasikannya, pikiran Anda akan selalu merindukannya karena pikiran adalah apa yang perlu dihentikan sebelum disadari. Ini sama sekali bukan 'terjadi'. Ini adalah penyerahan pikiran individu ke pikiran yang lebih tinggi atau fikiran besar.
The most important teaching of Samadhi is perhaps found in this phrase:- “Be Still & get Know”.
Pengajaran paling singkat dari Samadhi mungkin dapat ditemukan dalam frase ini: "Diamlah dalam keheningan dan ketahuilah Hal tersebut."
Silence is the language of God. All else is poor translation. - Rumi
(Keheningan adalah bahasa Ilahi. Semua hal lainnya hanyalah 'terjemahan' belaka yang tidak memadai. – Rumi)
How can we use words and images to convey stillness? How can we convey silence by making noise? Rather than talking about Samadhi as an intellectual concept. this film is a radical call to INACTION. A call to stillness. A call to meditation and inner silence. A call to STOP.
Bagaimana kita dapat menggunakan kata atau gambar untuk menjangkau keheningan ? Bagaimana kita dapat menyampaikan keheningan dengan membuat kebisingan ? Film ini ditujukan sebagai suatu panggilan radikal untuk "tanpa-aksi". Suatu panggilan untuk menuju keheningan. suatu panggilan untuk meditasi dan keheningan di kedalaman. Suatu panggilan untuk Berhenti
Stop everything that is driven by the pathological egoic mind. Be still and know.
Hentikanlah segala sesuatu yang dibawa oleh fikiran diri yang sakit. Berdiamlah dan Ketahui
No one can tell you what will emerge from the stillness. It is a call to act from the spiritual heart.
Tidak ada yang bisa memberitahu Anda apa yang akan muncul dari keheningan. Ini adalah panggilan untuk bertindak dari jantung spiritual.
Samadhi is not some mystical 'altered' state of being. It is simply one's natural state of presence, of consciousness unmediated by thought, unmediated by an egoic identity.
Samadhi bukanlah sejumlah tahap perubahan keberadaan yang bersifat mistis. Ini hanyalah keberadaan alamiah kehadiran seseorang. yang kesadarannya tidak terpisahkan oleh fikiran, tidak terpisahkan oleh identitas suatu diri pribadi.
Most of humanity is in an altered state all the time... A state of egoic identification with form and thought. When one is in a state of natural presence and non-resistance, Prana flows more freely through the inner world. This pranic stream which is prior to the nervous system, prior to the senses and thinking,becomes a new interface with reality. Literally a new level of consciousness or new way of being in the world.
Sebagian besar umat manusia dalam keberadaan yang terpisahkan sepanjang waktu … Suatu keberadaan beridentifikasi diri dengan bentuk dan pikiran. Ketika seseorang dalam keadaan kehadiran alamiah dan tanpa tekanan, Prana mengalir lebih bebas melalui dunia batin. Aliran prana ini yang sebelumnya menuju ke sistem saraf. sebelumnya menuju indrawi dan fikiran, menjadi antarmuka baru dengan kenyataan, Secara harfiah suatu tingkat kesadaran yang baru atau cara baru keberadaan di dunia.
It is through the ancient teachings of Samadhi, the humanity will begin to understand the common source of all the religions and to come into alignment once again with the spiral of life …. Great Spirit, Dhamma, or the Tao.
Ini melalui pengajaran Samadhi kuno bahwa umat manusia akan mulai memahami sumber umum dari semua agama dan untuk datang ke dalam keselarasan sekali lagi dengan spiral kehidupan Roh Agung, Dhamma, atau Tao.
Samadhi is the 'gateless gate’ and ‘pathless path' and it is the identification with the self structure which separates our Inner and Outer worlds.
Samadhi adalah 'gerbang tanpa gerbang' dan 'jalan tanpa jalan' dan itu adalah identifikasi dengan struktur diri yang memisahkan dunia Batin dan Luar kita.

dari quotes reupload sadhguru berikutnya (23-01-2021 ?)
just  image

EPILOG 
Video Chant : Gaiea Sanskrit _ Madalasa Upadesha

Lullaby Song of  Madalasa Upadesha from The Mārkaṇḍeya Purāṇa … 
Kidung Nina Bobo Ratu Madalasa kepada puteranya (Rshi Markandeya) 

Verse 1
śuddhosi buddhosi niraɱjano’si //saɱsāramāyā parivarjito’si// saɱsārasvapnaɱ tyaja mohanidrāɱ// maɱdālasollapamuvāca putram|
Madalasa says to her crying son:// “You are pure, Enlightened, and spotless. //Leave the illusion of the world // and wake up from this deep slumber of delusion”
Madalasa berkata kepada putranya yang menangis: //“Anda murni, Tercerahkan, dan tidak bernoda.// Tinggalkan ilusi dunia dan //bangun dari tidur nyenyak delusi ini "
Verse 2
śuddho’si re tāta na te’sti nāma // kṛtaɱ hi tatkalpanayādhunaiva|//paccātmakaɱ dehaɱ idaɱ na te’sti //naivāsya tvaɱ rodiṣi kasya heto||
“My Child, you are Ever Pure! You do not have a name. //A name is only an imaginary superimposition on you.//This body made of five elements is not you nor do you belong to it.//This being so, what can be a reason for your crying ?”
“Anakku, kamu Selalu Murni! Anda tidak punya nama.// Nama hanyalah lekatan khayal  yang dikenakan pada Anda. // Tubuh yang terbuat dari lima elemen ini bukanlah Anda dan bukan pula milik Anda. // Karena itu, apa yang menjadi alasan Anda menangis? "
Verse 3
na vai bhavān roditi vikṣvajanmā //śabdoyamāyādhya mahīśa sūnūm|//vikalpayamāno vividhairguṇaiste //guṇāśca bhautāḥ sakalendiyeṣu||
“The essence of the universe does not cry in reality. // All is a Maya of words, oh Prince! Please understand this. //The various qualities you seem to have are are just your imaginations, //They belong to the elements that make the senses (and have nothing to do with you).”
“Esensi alam semesta tidak menangis dalam Realitas kenyataan. // Semuanya adalah kata-kata Maya, oh Pangeran! Mohon mengerti ini. // Berbagai kualitas yang tampaknya Anda miliki hanyalah imajinasi Anda, // Mereka termasuk dalam elemen yang membuat indra (dan tidak ada hubungannya dengan Anda). ”
Verse 4
bhūtani bhūtaiḥ paridurbalāni // vṛddhiɱ samāyāti yatheha puɱsaḥ| // annāmbupānādibhireva tasmāt //na testi vṛddhir na ca testi hāniḥ||
“The Elements [that make this body] grow with accumulation of more elements, or//Reduce in size if some elements are taken away //This is what is seen in a body’s growing in size or becoming lean depending upon the consumption of food, water etc. //YOU do not have growth or decay.”
“Unsur-unsur [yang membuat tubuh ini] tumbuh dengan akumulasi lebih banyak unsur,//  atau Kurangi ukurannya jika beberapa elemen diambil  // Inilah yang terlihat pada tubuh yang membesar atau menjadi kurus bergantung pada konsumsi makanan, air, dll.//  KAMU tidak memiliki pertumbuhan atau kerusakan. "
Verse 5
tvam kamchuke shiryamane nijosmin // tasmin dehe mudhatam ma vrajethah| //shubhashubhauh karmabhirdehametat //mridadibhih kamchukaste pinaddhah||
“You are in the body which is like a jacket that gets worn out day by day. // Do not have the wrong notion that you are the body. //This body is like a jacket that you are tied to, // For the fructification of the good and bad Karmas.”
“Anda berada di dalam tubuh yang seperti jaket yang semakin hari semakin aus. // Jangan salah paham bahwa Anda adalah tubuh. // Tubuh ini seperti jaket yang diikat, // Untuk fruktifikasi dari karma baik dan buruk. "
Verse 6
tāteti kiɱcit tanayeti kiɱcit // aɱbeti kiɱciddhayiteti kiɱcit| // mameti kiɱcit na mameti kiɱcit //tvam bhūtasaɱghaɱ bahu ma nayethāḥ||
“Some may refer to you are Father and some others may refer to you a Son or //Some may refer to you as Mother and some one else may refer to you as Wife. // Some say “You are Mine” and some others say “You are Not Mine” // These are all references to this “Combination of Physical Elements”, Do not identify with them.”
“Beberapa mungkin menyebut Anda adalah Ayah dan beberapa lainnya mungkin merujuk Anda sebagai Putra atau // Beberapa orang mungkin menyebut Anda sebagai Ibu dan beberapa orang lain mungkin menyebut Anda sebagai Istri.//  Beberapa orang mengatakan "Kamu adalah milikku" dan beberapa lainnya mengatakan "Kamu bukan milikku"//  Ini semua adalah referensi ke "Kombinasi Elemen Fisik", Jangan identifikasi dengannya. "
Verse 7
sukhani duhkhopashamaya bhogan //sukhaya janati vimudhachetah| // tanyeva duhkhani punah sukhani //janati viddhanavimudhachetah||
“The ‘deluded’ look at objects of enjoyment,  // As giving happiness, by removing the unhappiness. // The ‘wise’ clearly see that the same object // Which gives happiness now will become a source of unhappiness.”
“Pandangan yang 'tertipu' pada objek kenikmatan, // Seperti memberi kebahagiaan, dengan menghilangkan ketidakbahagiaan. // Orang 'bijak' dengan jelas melihat objek yang sama // Yang memberi kebahagiaan sekarang akan menjadi sumber ketidakbahagiaan. "
Verse 8
yānaɱ cittau tatra gataśca deho // dehopi cānyaḥ puruṣo niviṣṭhaḥ| // mamatvamuroyā na yatha tathāsmin // deheti mātraɱ bata mūḍharauṣa|
“The vehicle that moves on the ground is different from the person in it //  Similarly this body is also different from the person who is inside! // The owner of the body is different from the body. // Ah how foolish it is to think I am the body!”
“Kendaraan yang bergerak di tanah berbeda dengan orang di dalamnya // Demikian pula tubuh ini juga berbeda dengan orang yang ada di dalam! // Pemilik tubuh berbeda dengan tubuh. // Ah betapa bodohnya menganggap aku adalah tubuh! "

just  image
Sanskrit : śuddhosi buddhosi niraɱjano’si //saɱsāramāyā parivarjito’si// saɱsārasvapnaɱ tyaja mohanidrāɱ// 
English : “You are pure, Enlightened, and spotless. //Leave the illusion of the world // and wake up from this deep slumber of delusion”//
Indonesian :“Anda murni, Tercerahkan, dan tidak bernoda.// Tinggalkan ilusi dunia dan //bangun dari tidur nyenyak delusi ini "
S (Sk) : Maɱdālasollapamuvāca putram|
E (Eng) : Madalasa says to her crying son://
I (Ina) : Madalasa berkata kepada putranya yang menangis:


Then ?
Sekilas sebagai seeker, kita memahami alur gnosis mystic di atas. Paska Bahasan Gnosis Anatta Saddhamma Buddhisme pada blog sebelumnya, berikut kita menggunakan referensi Sanatana Dhamma Mystics sebagai pijakan referensi awalnya. Secara filosofis & psikologis sebagai kebijaksanaan Orientasi Universal dengan tanpa menafikan akan aktualisasi/ harmonisasi eksistensial dalam keberadaan personal,(walau kami bisa saja tidak benar,(malah salah atau disalahkan ?)- namun kami tetap konsisten dengan kaidah theosofi panentheistik daripada kesadaran kaidah pandangan theologi monistik pantheisme tersebut ataupun kewajaran theodice akidah risalah monotheistik umumnya sebagai sikap yang tepat agar tetap senantiasa true, humble & responsible baik dalam pengetahuan maupun penempuhan sebagai jalan tengah yang menyeluruh untuk tidak jatuh dalam identifikasi (imaginasi?) ataupun eksploitasi (manipulasi?) yang bisa jadi akan menggoyahkan keseimbangan dan mengacaukan keberimbangan dalam keseluruhannya. 
(cukup tanggap atau perlu bahasan lanjut berikutnya? .... ada transenden Hyang Mutlak > //baca: yang lebih besar/Maha agung atau tidak sekedar/ hanya sebatas // laten deitas immanenNya).... Aktualisasi meng-Esa tanpa keakuan bukan defisiensi meng-aku dengan ke-Esaan (B-love > D-love, Maslow ?).

Sebelumnya walau secara marathon & serabutan kami sudah menyampaikan sejumlah referensi inferensial dalam aneka posting Just for Seeker ( Hanya /khusus/ untuk para pencari ). Semoga jika Tuhan Hyang Transenden & tentu saja juga Maha immanen di segala wilayah para guardian mandala advaitaNya  mengizinkan ini benar-benar bisa menjadi yang terakhir (triade final untuk : thesis - anthithesis - synthesis) yang mampu kami bagi dalam keterbatasan pengetahuan penjelajahan kami sebagai seeker pencari selama ini dalam kapasitas yang memang kami akui kurang bonafide (certified & qualified) maklum hanya padaparama dihetuka ... walau sejujurnya sudah capek namun habis-habisan sekalian saja penuntasannya. 

Well, kami sudah menyatakan berulang kali ini hanya sharing idea bukanlah kebenaran mutlak yang harus dipercaya begitu saja ... perlu keterjagaan & kewaspadaan untuk memahami & mensikapinya dan menjadikan ini sebagai antithesis dari thesis pandangan kita semula bagi sinthesis pandangan kita yang lebih baru & maju hendaknya. Perlu mengulangi kutipan lagi ? 
TENTANG PANDANGAN : 
KONSIDERAN IDEA PANDANGAN  : kebenaran, kebijakan, kebajikan

Perlu kebijakan dalam berpandangan  
Belajar spiritualitas secara mendalam dan meluas memang sangat mengasyikan namun perlu kedewasaan dan keberimbangan agar bukan hanya tidak melengahkan/mengacaukan aktualisasi tanggung jawab eksistensial kehidupan kita namun juga agar dalam penempuhan spiritualitas keabadian tidak justru malah kontraproduktif (istilah kontroversi kami 'ter-alienasi', jadzab ?- 'ngedan ngelmu'?').  Suatu kondisi dimana kita tidak lagi samvega tergugah dalam penempuhan namun justru merasa galau dikarenakan ada gap antara realitas target ideal aneka kaidah spiritualitas / akidah religiusitas tertentu dengan segala faktisitas kompleks keberadaan kita yang memang terbatas dan terbatasi situasi dan kondisi  yang ada dan nyata.  Oleh karena itu ... sambil terus meng-upload aneka referensi files spiritualitas yang kami rasa perlu untuk dishare (juga aneka files kehidupan lainnya) dan menyelesaikan posting Quo Vadis (yang sudah terlanjur dipublish) ; kami merasa perlu mengajukan juga paradigma alternatif pribadi tentang konsep Parama Dharma, desain Mandala Advaita dan Formula Swadika yang senantiasa terupdate terus menerus sesuai dengan aneka macam referensi masukan dan refleksi renungan dalam setiap perjalanan kehidupan dan penjelajahan keabadian ini.  Perlu sikap benar, sehat dan tepat bagi kita untuk memandang permasalahan secara berimbang dengan harmonis & holistik agar tidak ambisius tenggelam dalam arus kehidupan namun juga tidak obsesif terhanyutkan banyak konsep pandangan yang ada dengan segala tuntunan (tuntutan?) idealitas kesempurnaannya.
Konsideran mistisi sufisme & ahli hikmah 
Meminjam istilah Mistisi Ibn Araby ('biar hati ini menjadi makam bagi rahasia-rahasia')., mungkin akan menjadi nyaman juga bagi diri sendiri dan keseluruhan jika kemudian kami senantiasa menundanya dan menguburnya kembali dan berkata dalam hati biarkan logika pemikiran ini tetap tersimpan aman di tempatnya karena memang tidak harus, perlu dan patut untuk diungkapkan ke permukaan. 
Jalaludin Rumi : tentang hikmah (Dilema Faqir) = Janganlah kamu berlaku zalim dengan tidak memberi kepada orang yang berhak menerimanya. namun janganlah kamu berlaku fasik dengan memberi kepada orang yang belum layak menerimanya. 
Seorang ahli hikmah (mungkin Ali b Abu Thalib ra) ada menyatakan : bicaralah hanya ketika anda memang perlu bicara namun janganlah bicara jika hanya ingin bicara .... mungkin ini dimaksudkan agar hanya kebenaran, kebajikan dan kebijakan yang terungkapkan dengan kesadaran holistik, ketulusan harmonis dan kepolosan autentik bukan sekedar estetika hipocricy kepantasan , apalagi kepicikan yang kasar (reaktif paranoid neurotik)  dan kelicikan yang lihai (manipulatif, provokatif , intimidatif). Cahaya (esensi murni) tampaknya memang seharusnya meniscayakan pelayakannya sebagaimana cahaya secara alami dan murni yang (maaf) bukan 'hanya' berguna memberdayakan untuk terpancarkan ke permukaan namun terutama demi pemurnian/kemurnian di kedalaman. Terlalu 'rendah' dan justru akan me'rendah'kan saja jika internal drive kewajaran peniscayaan ternodai eksternal motive kepamrihan pemantasan apalagi pengharapan demi sekedar kebanggaan pengakuan dan atau pembenaran kepentingan belaka. .....(walau mungkin ini bisa juga rambatan keakuan yang lain untuk kesemuan pengharapan perfectionist atau jangan jangan karena kekikiran tidak ingin interaksi berbagi ... entahlah ... yang jelas mood untuk spontan meng-inferensi data dan mengekspresikan idea masih macet saat ini ).
Kutipan lain : 
Berikut referensi yang cukup menyegarkan & mencerahkan yang kami dapatkan dalam browsing penjelajahan antara lain dari Vlog ELA (eling lan awas) sebagai pengantar kajian final kita . Well, terima kasih Bapak Hans YF La Kahija karena kesediaan untuk saling berbagi demi kebaikan sesama & perbaikan bersama.   
Video : Tao : Kebijaksanaan dalam keberimbangan  
 

sesungguhnya tak ada yang salah dengan segalanya, kitalah yang salah memahaminya secara holistik & mensikapinya secara harmonis 

Sikap universal kesemestaan Lao Tsu  diantara panna simsapa kesunyataan Buddha dan Etika Eksistensial Confucius. 
Video : Zen : Kasunyatan dalam keberadaan   
 
Fahami kebenaran universal segala sesuatu apa adanya .... ada kesunyataan transendental dalam keberadaan immanential, ada keberadaan esensial dalam kesunyataan empirikal. 
Konsideran input lain

Perlu kebenaran dalam berpandangan    
Dari : Gnosis for Seeker (https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/just-share_21.html)
Hampir lupa kutipan terakhir ini penting untuk bahasan theologi, theosofi & theodice KeIlahian Transenden Impersonal untuk data lama kami 
Hanya bermodalkan sedikit referensi intelektual pengetahuan & inferensi imaginatif  kemungkinan kami jujur saja bukanlah 'otoritas' yang layak untuk membabarkan realitas ini.  Namun demikian sekedar share... okelah ... walaupun memang kurang bonafide memadai (dari sisi qualified & certified) kami akan berbagi semampu yang bisa dilakukan.See :slogan pacceka  
Amor Dei, Amor Fati  
(Jika cinta Tuhan cintailah juga GarisNya.)  
Dhammo have rakkhati dhammacarim 
(Dharma kebenaran akan melindungi para penempuhNya ) 
Gate Gate Paragate Parasamgate .... Bodhi Svaha 
(lampaui delusi apaya, sensasi surga, fantasi brahma ... murni terjaga, berjaga dan menjaga)  
Appamadena Sampadetha 
(berjuanglah untuk tidak lengah sebagai/selayak/selaras ariya)  

BE RESPONSIBLE  bertanggung jawablah 
BE HUMBLE (dalam) kerendah-hatian 
BE TRUE  (untuk menjadi) sejati

Sikap Batin Dasar : Be Realistics to Realize the Real 
Menjadi spiritual (kemurnian autentik) tidak sekedar mengemas kesalehan estetik religius
 Untuk waspada (kaidah keutamaan > konsep kebenaran > trick kelihaian ) 
Demi konsistensi & kontinuitas 'ovada paccceka? maka Kaidah etika  keutamaan tidak sebatas klaim konsep kebenaran apalagi sekedar trick kelihaian pembenaran 'sacred monistics' perlu ditekankan & ditegaskan. Ini dimaksudkan sama sekali bukan untuk menyinggung/ menyangkal kepercayaan normatif religius kita selama ini namun justru demi mendukung bahkan meningkatkan keberdayaan autentik spiritual kita selanjutnya. In short , agar senantiasa terjaga dalam kebenaran evolutif , menjaga kebersamaan semuanya & berjaga dari segala kemungkinan ...... bukannya terjatuh dalam semunya keterpedayaan, naifnya ketersesatan apalagi liarnya pengrusakan bukan hanya diri sendiri namun bahkan juga lainnya. 
Sacred Monistics ? self term untuk istilah pembenaran anggapan hanya dengan imaginasi / identifikasi bahwa karena telah berpandangan, beranggapan, berkelakuan bahkan pernah mencapai 'pencerahan' / "penyatuan' seseorang merasa sudah berhak merasa suci dan boleh melakukan apapun juga (termasuk kebejatan, kekejaman dsb) terhadap dirinya sendiri maupun orang lain, lingkungan sekitar, dsb. 
perlu akal sehat, hati nurani & jiwa suci dalam spiritualitas demi kebenaran, kebajikan & kebijakan bukan hanya demi evolusi pribadi kebaikan/perbaikan diri sendiri saja tetapi juga  harmoni dimensi kebersamaan & kesemestaan dengan lainnya disamping ... tentu saja ... agape alithea dalam keselarasan Saddhamma di mandala advaita ini.


Be True : x  imaginative
vs kesemuan : kesombongan berpandangan / beranggapan ( identifikatif ?)
mencela itu tercela./mencela itu tercela bukan hanya untuk yang tidak selayaknya dicela bahkan juga jikapun dianggap layak untuk itu awas kesombongan, jaga keseimbangan demi kebijaksanaan akan Kesunyataan holistik /. Adalah keyakinan semu (atta dipatheyya/loka dipatheyya?) yang menyatakan/menghalalkan bahwa kita akan dianggap / dipandang mulia ego kita jika bisa berbangga diri apalagi jika menista lainnya ? 
Sesungguhnya tidak perlu mengkambing-hitamkan setan, mara  & derivatnya (dajjal, lucifer, kafir, etc), karena sejujurnya kenaifan & keliaran ego kita sudah cukup parah & payah untuk merusak diri sendiri dan alam semesta ini tanpa perlu godaan atau cobaan siapapun juga. Well, jika mereka yang "tercela" tersebut memiliki integritas etika yang lebih baik & maju mereka pastilah akan berprihatin dengan kenaifan berpandangan ini ... sebaliknya jika moralitas norma mereka tidak cukup baik mereka tentulah akan tertawa karena kejatuhan bersama akan keliaran prilaku ini..
Kutipan :
Well, dunia kehidupan ini sesungguhnya mampu mencukupi  semuanya  dengan kelimpahan, kedamaian & kebahagiaan namun tidak akan mampu untuk memenuhi keserakahan, kesombongan dan kesewenangan seorang manusia sekalipun. 
Orang lain (lebih luas makhluk lain) adalah (sebagaimana) diri kita sendiri yang kebetulan saja saat ini menjalankan peran yang berbeda.
Dsb Dst Dll  
Kutipan : Keraguan Ehipasiko? 
Well, just ... Sapere aude (Horace/Kant?) Be wise .. dare to know ... Bijaksanalah untuk berani (menjelajah meng-eksplorasi) untuk mengetahui / menerima (kebenaran pastinya). Tentu saja ini dilakukan tidak dengan asal-asalan apalagi hanya akal-akalan demi tujuan identifikatif (membanggakan keakuan) saja apalagi manipulatif (membenarkan kemauan) belaka... well, sebagaimana konsistensi kaidah kosmik di awal  mutlak diperlukan pemberdayaan internal akal sehat, hati nurani dan jiwa suci untuk mencari, menempuh dan menembus  kebenaran.  Perlu integritas kesungguhan autentik individual yang personal immanen untuk memahami totalitas keseluruhan holistik universal yang Impersonal Transenden ... sebagai zenka laten deitas putera keabadian untuk menyadari kembali Sentra sejati KeIlahian dengan sigma mandala Kaidah alamiah Saddhamma yang sesungguhnya berlaku nyata walau tanpa perlu pengakuan namun mutlak perlu penempuhan yang selaras denganNya.  Ketuklah maka pintu akan dibukakan - demikian kutipan kata Alkitab Kristiani yang pernah kami baca. Itu adalah pintu kebenaran yang sama bagi semua ... pintu tanazul yang menjatuhkan kebodohan/ kepalsuan kita dalam kesemuan, kenaifan dan keliaran permainan samsarik dan sekaligus gerbang taraqi yang mengarahkan kesadaran/ kemurnian kita kembali ke rumah sejati (minimal senantiasa mengingatkan kita akan hakekat segalanya yang murni dalam kesejatianNya dan karenanya dengan kemurnian yang relatif identik sebagai makhluk spiritual apapun label keberadaan & level keberdayaan pada saat lampau, kini & mendatang kita menyelaraskan cara pandang, laku penempuhan dan pelayakan keberdayaannya dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada.).  Jika zarah /wadah ? memang telah masak & layak segalanya tentunya akan terjadi sebagaimana yang seharusnya terjadi dalam kesedemikianan yang multi dimensional ini ... bukan hanya pada keberadaan eksistensial namun juga kesemestaan universal bahkan hingga  kesunyataan transendental.

Be Humble : x identificative 
vs kenaifan : terjaga untuk terus memberdaya & tidak mudah terpedaya (magga phala & ritual ibadah ?)
Untuk menjadi ahli & suci memang mutlak diperlukan kearifan & kebaikan .... namun tidak jaminan setelah level keahlian & kesucian tercapai bisa dipastikan kearifan & kebaikan akan mengikuti. 
Selama berada dalam kondisi meditative okelah (karena toh dengan tidak melakukan kebodohan/kesalahan/keburukan kepada lainnya sudah termasuk kebaikan) namun apakah bisa dipastikan setelah itu kebijaksanaan & ketawaddhuan terus berlanjut dan tidak justru berubah dengan takabur kesombongan & pembenaran standar ganda kepentingan karena sudah merasa berlabelkan suci tsb (ingat : Ovada patimokha di bulan magha atau khosyiun - daaimun .... kelestarian meditative pada 3 saat sebelum, ketika & setelah meditasi/realisasi/)
kutipan : 
Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan  sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya).
Namun demikian karena ketidak-mengertian seseorang cenderung menganggap sedangkal apapun sesungguhnya level pencapaian dirinya (baik itu karena realisasi, referensi bahkan sekedar identifikasi ataupun imaginasi sekalipun) melabelkan dirinya sendiri sebagai yang tertinggi mengungguli lainnya untuk diakui segala keberadaannya & dituruti setiap keinginannya ..... sehingga tidak hanya stagnan untuk berkembang dalam keberdayaan namun bahkan jatuh terjebak &  tersekap dalam keterpedayaan  yang berkelanjutan (apalagi jika bukan hanya kebodohan internal namun juga pembodohan eksternal dilakukan .... payah & parah). 
Inilah sebabnya kami lebih suka istilah sederhana kedewasaan pencerahan ketimbang perayaan kebebasan (karena lebih : true, humble & responsible untuk tetap terjaga , menjaga & berjaga dari segala kemungkinan ... Kebenaran adalah Jalan Kita semua tetapi bukan Milik kita, Diri Kita dan Label Kita ... Anatta ? .. Well, hanya Sang Kebenaran (baca: Hyang Esa ... Tuhan Transenden dalam triade Wujud, Kuasa & KasihNya atas laten deitas keIlahianNya di segala mandala immanenNya yang nyata, mulia dan benar dalam kesempurnaanNya) yang benar. Sedangkan kita dalam keterbatasan & pembatasan yang ada memang sering bodoh, bisa saja salah, dan bahkan mungkin jatuh  namun tetap perlu segera bangkit kembali menempuh jalan benar itu dengan benar dalam niat, cara,& arah tujuannya ...  terjaga untuk evolusi eksistensial , menjaga bagi harmoni universal & berjaga demi sinergi transendental
See :  apa itu kebenaran  Bhante Pannavarro. 
Perlu kebajikan dalam berpandangan  
Lim, kalau kamu bertanya dan mencari kebenaran, kebenaran itu persis seperti panasnya lampu minyak yang barusan kamu rasakan. Ada namun tidak terlihat, terasa namun tak dapat digenggam, mengelilingimu dengan cahayanya namun tak dapat kamu miliki, semua orang merasakan hal yang sama, melihat pancaran lampu tersebut, namun saat ingin dimiliki atau disentuh dia tak tersentuh, namun dapat dilihat dan dirasakan, itulah kebenaran. 
Kebenaran itu universal Lim, milik penciptanya dan segenap dunia ini, namun saat kebenaran ingin dimiliki oleh satu orang saja atau satu kelompok saja, dia akan langsung menghilang tak berbekas, karena kebenaran itu untuk disadari, dijalani bukan untuk dimiliki oleh makhluk yang Annica ( Tidak kekal) ini, makhluk yang Lobha ( Serakah) ini, makhluk yang penuh Irsia ( Iri hati) ini, makhluk yang penuh dengan Moha ( Kebodohan) ini dan bukan pula punya makhluk yang penuh dengan Dosa (Kebencian) ini. Disaat sebuah kebenaran sudah di klaim oleh orang lain atau hanya milik sebagian kelompok saja, maka kebenaran tersebut akan berubah menjadi pembenaran, menurut dirinya sendiri, menurut maunya sendiri, menurut nafsunya sendiri. 
Jadi Lim anakku, berjalanlah diatas kebenaran, lakukanlah yang benar benar, namun jangan sekali kali muncul keinginan untuk memiliki kebenaran yang universal tersebut, karena kebenaran itu universal tidak dapat dimiliki oleh siapapun kecuali Sang Pencipta kebenaran itu sendiri. 
semoga dapat dipahami dan semoga semua makhluk berbahagia lepas dari penderitaan selamanya, Sadhu sadhu sadhu...
 
Be Responsible :  x exploitative
vs keliaran manipulatif : senantiasa terjaga, menjaga & berjaga dari segala kemungkinan( tidak hanya mengandalkan/mengharapkan/membebankan ... maaf 'hanya' ... rahmat pengampunan/ penebusan dosa & kemungkinan ahosi karma/ penghalalan 'kiriya' sacred monistik )
Walau memang ada kemungkinan pertolongan eksternal maupun keberuntungan Mahakammavibhanga internal dsb namun demikian demi kebenaran, kebajikan & kebijakan , janganlah melakukan kebodohan internal & pembodohan eksternal apapun juga kepada siapapun saja .... Bahkan kalaupun itu memang kebenaran tersebut ternyata memang demikian kenyataannya namun sikap keutamaan adalah tetap lebih perwira, terjaga dan berdaya dalam segala hal ... bolehlah bertaruh akan 'keajaiban' namun bersiagalah menerima jika yang tak diperkirakan justru yang terjadi. (Be Wise, guys). Latihan aktualisasi murni untuk mampu melampaui faktisitas samsarik tidak sekedar defisiensi perolehan apalagi manipulasi transaksional belaka ?.
 
Pengetahuan barulah awal untuk melayakkan keniscayaannya
 
KONSIDERAN IDEA PANDANGAN  : Pengetahuan, Penempuhan, Pencerahan
So, ini Hanya untuk para penjelajah sejati bukan untuk yang hanya asal / ikut percaya (terpaksa ?) karena sebagai arus kesadaran abadi sebagaimana juga lainnya setiap kita bertanggung jawab atas diri sendiri dalam peran eksistensial, universal dan transendental pada perjalanan bersama ini. (dengan selaras melayakan peniscayaan kesedemikianannya tidak sekedar percaya / terpaksa menerima kepastian permainan keabadian ini)  Kesemua ini hanyalah referensi yang tetap harus diteliti, diuji dan direvisi sesuai dengan  faktitas keberadaan  diri. & realitas kenyataan yang sesungguhnya terjadi. Sekedar  dimaksudkan sebagai sharing masukan bagi pemberdayaan dan tidak untuk memperdayakan  Semoga ini tidak menjadi/dijadikan belenggu penjerat & bumerang penyesat bagi diri sendiri dan lainnya .dsb.Sesungguhnya etika kosmik ini seharusnyalah bersifat universal bisa dijalankan oleh setiap pribadi di segala dimensi dengan segala keterbatasan & pembatasannya masing-masing (walau hasilnya memang tidak seeffektif jika berada di wilayah yang relatif lebih kondusif).  Jika menyimpang dengan saddha/ iman anda sebaiknya dibuang atau diabaikan saja ... "Kembali ke Jalan yang Benar" istilah agamanya begitu, hehehe. (Atau baikan nggak usah diteruskan membacanya saja ... daripada ribet & risky untuk semua nantinya). Well, posting ini memang spesial untuk para truth seeker bukan true seeker apalagi faith believer. Ini memang perlu ekstra kecerdasan, kedewasaan dan kebijaksanaan untuk difahami dan disikapi sebagai sharing idea gnosis philosophy/ cara wisdom psychology belaka bukan dogma untuk diyakini apalagi harus dijalani. 
Itu cuma inferensi intelektual, bro .... jangan dipercaya begitu saja (saya yang berpendapat saja masih terbuka, menerima dan merevisi lagi jika nanti ternyata masih ada kesalahan, kekurangan bahkan ketersesatannya). Dalam permainan ini sesungguhnya kepercayaan Saddha Ehipasiko memang berguna namun aktualisasi & realisasi penempuhan/ penembusan/pencerahan realisasi adalah indikator utamanya. Itulah sebabnya rakit Dhamma harus secara arif & ahli digunakan untuk pengarungan tidak untuk naif & liar dipamerkan/ dilekati (aktualisasi & realisasi x identifikasi & eksploitasi) Well, Dhamma bukanlah ular berbisa simbol identifikasi/arogansi & sarana eksploitasi/ intimidasi bagi kebodohan internal diri sendiri & untuk pembodohan eksternal lainnya. (Waspadalah bukan hanya kemungkinan brain-washed dari logical / ethical fallacy sebagai pseudo /lokiya dhamma dalam pengetahuan/ penempuhan namun mungkin juga miccha ditti 62 brahmajala sutta dalam labirin penembusan/ pencapaian ).
Ini sama sekali tidak dimaksud untuk menggenapi mitos ( semisal agama Shiva Buddha - Sabdo Palon? di atas). Bagi kami bukan hanya kebodohan internal namun bahkan pembodohan eksternal untuk membuatkan belenggu baru bagi semua. Namun jika kemudian ada yang ingin meng-klaim, menggunakan atau memanfaatkannya biarlah itu menjadi beban tanggung jawab karmic atas effek kosmik yang dilakukannya (kesesatan & penyesatan > kecerahan & pencerahan ?). Well, bagi kami biarlah Realitas Kenyataan itu tetap utuh dalam kesempurnaannya ... tidak usah memecahkannya dalam aneka kepingan pandangan walau kita faham/ sadar dalam memilah memang ada Kebenaran yang memurnikan dan ada juga Kepalsuan yang menjatuhkan namun kebijaksanaan atas keberimbangan perlu dijaga untuk tidak menjerumuskan diri ke dalam mana kesombongan pembandingan untuk ekstrem konseptual tertentu bahkan walau itu sesungguhnya memang untuk mementingkan kebenaran tidak sekedar untuk membenarkan kepentingan. (Dalam sutta nipata Buddha bahkan lebih halus & santun menyatakan bahwa sesungguhnya tidak (perlu) ada (klaim konsep) kebenaran tunggal .... yang ada hanyalah fakta permasalahan dan cara mengamati, mengalami & mengatasinya saja.... Dukkha vs JMB 8.) Link there is no truth Bhante Punnaji.   
Lagipula sebenar apapun idea pandangan belumlah berarti jika saja tanpa penempuhan autentik,hingga memang terbukti dalam realisasi penembusan & pencerahan selanjutnya. Konsep ini justru malah akan menyekap/ menjebak semuanya jika hanya menjadi fanatisme kepercayaan belaka apalagi jika diikuti dengan radikalisme pemaksaan ... payah & parah. Dhamma harus dilayakkan dengan pemberdayaan. Itulah sebabnya Buddha walaupun authentically sudah menempuh, menembus dan memahaminya sendiri tetap menegaskan prinsip ehipasiko pembuktian sendiri ketimbang hanyalah peyakinan fanatisme percaya membuta bukan hanya karena secara pragmatisme begitu dangkal (hanya sebatas intelektual bahkan emosional ?) & kurang berguna bagi progress kualitas spiritual authentic savakaNya namun karena memang cukup berat dan tidak mudah merealisasi pencerahan yang mutlak harus ditempuh dengan perwira secara mandiri tidak membebani / menggantungkan pengharapan dari lainnya saja ... kualitas sejati Ariya. So,Beliau telah bersikap bijak membabarkan paradigma saddhamma pemberdayaan yang tidak hanya berguna dalam membantu dan memandu namun juga tidak membelenggu & menipu diriNya dan juga SavakaNya.  
By the way, bagaimana jika faham tsb ternyata bukan keberdayaan & pencerahan namun keterpedayaan & penyesatan? besar tanggungan karmik yang layak diterima ke semuanya. So, jangan naif/liar untuk bodoh (picik, licik dan kasar) dengan melakukan kebodohan internal apalagi pembodohan eksternal sebenar apapun anggapan anda ... apalagi jika kemudian ternyata itu adalah ketersesatan dan lebih parah lagi jika memang hanya penyesatan untuk kebanggaan pengakuan dan kepentingan kekuasaan saja. Well, selain beban karmik sendiri tambahkan juga perkalian follower / subscriber dengan jangka waktu pakai hingga kedaluarsa untuk bonus beban karmiknya, bro/sis. (kalkulasi matematis amal/dosa jariyah berjamaah versi kami ?). So, jangan korbankan diri anda dan juga (apalagi) lainnya dengan kekonyolan yang tidak perlu & tak bermutu dalam derita penyesalan yang memang mutlak perwira perlu ditanggung tidak hanya seumur masa kehidupan namun bisa jadi akan sepanjang kalpa keabadian. Walau memang senantiasa ada celah pencerahan/penyesatan di setiap dimensi alam kehidupan samsarik untuk perbaikan/ penjatuhan evolutif , namun sebagaimana Buddha katakan diperlukan ekstra kebijaksanaan (alobha/adosa/amoha), ketangguhan (sila/samadhi/panna) dan 'keberuntungan'  (berakhirnya kammasaka buruk & berbuahnya kammasaka baik, positifnya kammavipaka baru atas pacaya pemicu eksternal : misalnya sikap batin simpatik mudita bagi petta paradattupajivika atas limpahan kebaikan patidana untuknya dsb) bagi yang sudah menjadikan alam apaya seakan rumah tinggal baginya (pengumbaran kecenderungan MLD moha- lobha- dosa yang kuat di tempat yang 'tepat' ?)  
Walaupun mungkin memang ada, diadakan atau diada-adakan bagi kebenaran untuk personally bebas memilih jalan yang sesuai dan 'pembenaran' kepentingan untuk memaksakan keinginan externally (?) , mungkin sebaiknya (walau plus minus dampak memang tetap ada untuk diterima atas segala konsekuensi pilihan) tetaplah sebagaimana kita semula (?) karena disamping kita memang tetap harus menjalani tanggung jawab atas kamavipaka di saat ini adalah bijak juga menghindari disharmoni eksistensial yang tidak perlu … apakah kita muslim, Kristen, hindu, Buddha, dsb termasuk yang  menyadari dirinya agnostic ataupun maaf ….bahkan atheist sekalipun akan keilahian personal yang umumnya(?) dianut /yang ini .. disini secara politis/ ideologis (?)  masih repot atau memang direpotkan, bro/sis ? /.  Well, sebenarnya selama kita masih sadar untuk bisa menjaga dan membawa diri dalam etika kebersamaan & kesemestaan untuk saling empati,, harmoni dan sinergi seharusnya tidak menjadi masalah apalagi dipermasalahkan (?). Ada keberagaman dalam keindahan pelangi dimana masing-masing warnanya walau mungkin boleh naif untuk tidak harus menyetujui satu sama lain akan keseragaman dengannya namun tetaplah harus arif untuk senantiasa saling menghargai perbedaan keberadaannya masing-masing. Ini bukan sekedar Kearifan Buddha atau Shiva yang memandang aneka keragaman delusi pelangi berkonsep para bhava samsarik sehingga adalah tidak bijak untuk mencabut seseorang dari akar habitatnya semula walaupun/apalagi dengan cara yang sesungguhnya sangat kontra-produktif  (pembenaran standar ganda pseudo dhamma atau bahkan pemaksaan addhama : pembenaran arogansi identifikatif & eksploitasi, manipulative/ intimidatif/ agressif  dst). Well, untuk kesekian kalinya (kami tekankan) Spiritualitas yang dewasa adalah just leveling not for labeling ….memastikan  keberdayaan tidak sekedar meyakinkan kepercayaan, melayakkan pencapaian dengan penempuhan & penembusan tidak sekedar melagakkan pencitraan dengan penganggapan & pengakuan, mengandalkan tanggung jawab meniscayakan kesejatian tidak sekedar bermanja mengharapkan 'keajaiban' belaka, dsb.
KONSIDERAN IDEA PANDANGAN  : Thesis -  Anthithesis - Synthesis  
Sungguh, bahkan untuk semua masukan postingan termasuk pandangan pribadi tidak ada niatan sama sekali dari kami selain untuk sekedar berbagi ... segala keputusan untuk menggunakan, mengabaikan dan menolak sebagian/sepenuhnya adalah  hak dan  sekaligus dampak tanggung jawab kita masing-masing…. Sekedar membabar idea yang murni tanpa niatan pembentukan opini yang lihai. Dalam filsafat metode ini disebut (semoga tidak salah) ’majeutike’ yang digunakan Socrates bagaikan seorang bidan dalam memicu dan memacu seseorang untuk melahirkan kebenaran paradigma pandangannya sendiri … ini adalah thesis pandangan dalam Triade Dialektika Hegel untuk antithesis pandangan anda sebelumnya bagi synthesis kebijaksanaan baru anda nantinya yang akan menumbuh-kembangkan gestalt keterpaduan wawasan dalam menempuh pemberdayaan untuk tataran kelayakan pencapaian berikutnya. Setiap orang berhak untuk tumbuh berkembang secara alamiah dan ilmiah dalam keberadaan awalnya dulu tanpa perlu dipaksa dengan formula yang walau benar namun kurang tepat demi keberlanjutannya. Kebijakan perlu kebajikan demikian pula sebaliknya. Levelling lebih diutamakan daripada sekedar labelling.... walau memang harus diakui akan lebih kondusif dan reseptif jika berada dalam environment komunitas yang tepat.
Thesis -  Anthithesis - Synthesis
Disamping juga Thesis Data lama yang perlu direvisi sesuai dengan keselarasan dengan Antithesis wawasan esoteris gnosis wisdom Saddhamma secara benar, bajik & bijak sebagaimana paradigma Just For Seeker sebelumnya untuk Synthesis Kebijaksanaan Gnosis Wisdom Exodus yang lebih baru & maju berikutnya.
MONOLOG 1 :  BE REALISTICS

 MONOLOG


BARU KONSEP  .... PRIORITAS WALAU POSTING FINAL PALING BERAT  (PERLU KETERJAGAAN & KEWASPADAAN SEMUANYA ..SEMOGA JIKA TIDAK CUKUP CERAH & MENCERAHKAN .... JANGAN SAMPAI SESAT & MENYESATKAN )  
Jujur saja ..... Semula memang ada niatan kami yang tidak benar, bijak & bajik dalam kemurnian  (kelihaian memanfaatkan mekanisme kaidah sistem kosmik demi kepentingan pribadi ?), namun karena bisa jadi akan menjadi bumerang bukan hanya diri sendiri namun juga lainnya ... Demi kecintaan kepada kebenaran direvisi saja, ah (mengabaikan apalagi membenci percuma, guys  ... toh walaupun suka atau tidak kita tetap harus rela menerima keniscayaannya. Sikap apatis apalagi negatif malah justru memperburuk bukan hanya effek kosmik namun juga dampak karmik pengumbaran kepalsuan kita untuk semu, naif & liar akan realitas kebenaran sejati yang tersirat pada fenomena kenyataan yang tersurat dalam keberadaan, kesemestaan dan kesunyataan ini. So, bukan hanya sekedar karena keinginan lokuttara ataupun keengganan lokantarika (karena di mandala imanen manapun juga kapanpun juga sebagai figur apapun saja Cahaya TransendenNya tetap senantiasa  melingkupi segalanya dalam Wujud, Kuasa & KasihNya yang Tulus Murni menanti semuanya kembali sejati ) Namun,sungkan / riskan juga jika terus menerus tidak setia mengkhianati kepercayaanNya walau sadar memang keberdayaan belum layak untuk menjadi sebagaimana harusnya. (Bukan karena daya intensitas cahayaNya sesungguhnya namun terutama dikarenakan kualitas indria laten deitasNya yang memang tetap akan signifikan berbeda pada setiap level dimensiNya ....Well, yang lebih baik akan berpotensi mendapat & semakin berkembang lebih baik ... tentu saja demikian adanya).
Curhat selesai , langsung to the point. 
jangan dibuka & dibaca  dulu untuk alur bahasan kami nanti ... tidak selesai, masih kacau, belum revisi 
(kami sendiri saja yang dulu bikin sketsa saja masih  bingung untuk mencernanya kembali apalagi anda)
Hidden Documents (hide file) : Ini juga ada di atas sebetulnya.... rencana semula sih : just private for next figure, hehehe ...
Dengan adanya input baru , data lama masih harus direvisi lagi untuk sinkronisasi paradigma kelanjutan yang lebih benar, bajik & bijak .
(trial error ... typical seeker, guys). ... istilah judi petaruh, main selon ... puputan sekalian, habis-habisan ... tanpa sisa ? 
sejujurnya ... malu & ragu tampil kacau apa adanya.  Konsep tampaknya juga sama .... parah & payah. 

Tinggal mengandalkan intelgensi sederhana katarsis instink & inferensi intelektual karena refleksi intuitif  belum bisa apalagi realisasi insight .  
Ini saja kita mulai .... tetapi nanti, ah (posting lalu belum rampung).
rehat aja ... atau di'draft' dulu .... satu-satu nggarapnya.

JUST INNER TALK  (Skala Prioritas  : Minggu, 07022021)
No ... ini saja diutamakan. Dari 7 Posting ini memang paling utama ....
posting 1 Prakata Agenda sudah selesai  ....  CAPEK KELAMAAN ...... DIANGGAP SELESAI SAJA
posting 2 Just Quote sudah selesai  ....   INI JUGA DIANGGAP SELESAI SAJA ..... LANJUT
posting 3 Gnosis for Seekers ....  BELUM REVISI .... KRONOLOGI URUTAN POSTING KEBALIK DENGAN WAWASAN ESOTERIS
(hanya kompilasi Posting Gnosis Wisdom sebelumnya ... bisa ditunda)
posting 4 Wawasan Esoteris  .... BELUM SELESAI ....  REHAT  DULU KRONOLOGI URUTAN POSTING KEBALIK DENGAN GNOSIS FOR SEEKERS 
(hanya Referensi Posting Gnosis Wisdom sebelumnya ... bisa ditunda)
posting 5 Tataran Evolutif ..... BARU KONSEP  .... POSTING FINAL PALING BERAT 
(posting ini harusnya terakhir tetapi didahulukan saja .... To the point Deduktif  saja daripada Induktif  bertele-tele kebanyakan curhat pesan sponsor, hehehe )  
posting 6 Archives for Download  ....  hanya tampungan informasi & file download IDM all link (Archive RAR) 
posting 7 Links for Browsing .... hanya anjuran informasi & link redirect browsing untuk penjelajahan lanjut.

Stuck (macet ) lagi ? 
Tuman/ kebiasaan ... picu & pacu pakai lagu lagi aja ... Kemaki, guys. (padahal nyanyi & mainin alat musik nggak bisa ...) 
Apa, ya ? Ini aja ... kelihatannya pas.
 
NB: Lagu Amazing Grace mengisahkan kesungguhan pertobatan seseorang untuk kembali ke Jalan Tuhan setelah ketersesatannya. 
Walau singkat, Jeff menyanyikannya sangat impresif.  
 (Untuk menjaga universalitas posting kami ini.... lyric terjemahan lagu gospel himne Kristiani Amazing Grace - John Newton ini dipotong di akhir sedikit, ya ?)

Amazing Grace - John Newton
(Karunia yang Menakjubkan - John Newton) 

VERSE 1 
Amazing Grace, how sweet the sound, 
Karunia menakjubkan, betapa indahnya suara itu terdengar
That saved a wretch like me....
Yang menyelamatkan orang celaka (malang/buruk)  sepertiku
I once was lost but now am found,
Aku dahulu pernah tersesat (hilang arah) tetapi sekarang aku ditemukan kembali
I was blind, but now, I see.
Aku dulu buta tetapi sekarang  aku (dapat) melihat

VERSE 2
T'was Grace that taught my heart to fear.
Ini adalah Karunia yang mengajarkan hatiku untuk takut 
And Grace, my fears relieved.
dan Karunia (yang mana) ketakutanku menjadi terbebaskan
How precious did that Grace appear...
betapa berharganya Karunia itu tampaknya
the hour I first believed.
saat ini (jam ini?) seketika aku langsung (pertama kali) segera mempercayaiNya

Kutipan : Sekedar mengingatkan kesejatian diri & menghargai  keberadaan saat ini kita semua ....
“We are not human beings having a spiritual experience. We are spiritual beings having a human experience.”― Pierre Teilhard de Chardin
literal : Kita bukan manusia yang memiliki pengalaman spiritual. Kita makhluk spiritual yang memiliki pengalaman manusia .

Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya.
Sebagai seorang manusia rasional positivist umumnya kita intelectually menggunakan filsafat untuk mengamati fenomena objektif di luar & psikologi untuk mengamati fenomena subjektif di dalam. Semula kami mengira hanya diperlukan 'parama dhamma' 4 (kearifan, keuletan, keahlian & kebaikan) untuk menghadapi kehidupan ini secara pragmatis namun akhirnya bersamaan dengan waktu & trial error kami menyadari kebijaksanaan perifer tepian permukaan itu ternyata tidak cukup ada kebijaksanaan mendalam lagi yang menjadi dasar untuk itu ... kesucian. Bukan karena pemurnian itu dimaksudkan sebagai faktor pengkondisi saja bagi keberkahan dan kesuksesan sejati namun tampaknya justru itu sentra dari keberadaan, kesunyataan dan kesedemikianan yang terniscayakan terjadi dan karenanya perlu peniscayaan untuk merealisasi.... terlepas apapun anggapan/pandangan diri kita semula (keharusan duniawi, kejatuhan surgawi, keterlupaan panentheistik, keterlelapan samsarik , dsb)   Realisasi spiritualitas tampaknya memang perlu keautentikan (minimal dalam wawasan walau belum dalam tataran). 


Dari : Wawasan Esoteris  ( https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/arsip.html )
Berikut kajian kami terhadap 3 masalah krusial esoteris berdasarkan referensi Buddhisme & Mysticisme 
1. Mandala Advaita = Desain Kosmik
2. Niyama Dhamma = Kaidah Kosmik 
3. Kamma Vibhanga = Kaidah Ethika 

Dari : Gnosis for Seeker (https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/just-share_21.html)
Berikut alternatif  Formula Swadika untuk Parama Dharma dalam Mandala Advaita. (katarsis analisa inferensi) sebagai sharing  masukan bagi anda untuk membuat risalah panduan anda sendiri dengan tetap menerima, menghargai dan menjalani harmonisasi/aktualisasi/transendensi pedoman bersama yang ada dalam faktisitas atribut peran keberadaan eksistensial kita.  5 (lima) faktor bagi perjalanan hidup di semua dimensi keabadian (Realisasi kesadaran, kecakapan, kemapanan, kearhatan? & kewajaran sebagai transformasi ekuivalen paradigma semula kearifan, keahlian, keuletan, kebaikan dan kesucian . 

 


1. orientasi kesadaran  

2. transendensi kearhatan  

3. transformasi kecakapan  

4. aktualisasi kemapanan 

5. harmonisasi kewajaran


 

 

 


Dari : Prakata Agenda  (https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/prakata.html)
Secara filosofis & psikologis sebagai kebijaksanaan Orientasi Universal dengan tanpa menafikan akan aktualisasi/ harmonisasi eksistensial dalam keberadaan personal,(walau kami bisa saja tidak benar,(malah salah atau disalahkan ?)- namun kami tetap konsisten dengan kaidah theosofi panentheistik daripada kesadaran kaidah pandangan theologi monistik pantheisme tersebut ataupun kewajaran theodice akidah risalah monotheistik umumnya sebagai sikap yang tepat agar tetap senantiasa true, humble & responsible baik dalam pengetahuan maupun penempuhan sebagai jalan tengah yang menyeluruh untuk tidak jatuh dalam identifikasi (imaginasi?) ataupun eksploitasi (manipulasi?) yang bisa jadi akan menggoyahkan keseimbangan dan mengacaukan keberimbangan dalam keseluruhannya. (cukup tanggap atau perlu bahasan lanjut berikutnya? .... ada transenden Hyang Mutlak > //baca: yang lebih besar/Maha agung atau tidak sekedar/ hanya sebatas // laten deitas immanenNya).... Aktualisasi meng-Esa tanpa keakuan bukan defisiensi meng-aku dengan ke-Esaan (B-love > D-love - A. Maslow ?) 


PRAKATA 

Maaf sebelumnya (terutama bagi reader non seeker yang cuma numpang/ sekedar sedang lewat) jangan salah tafsir apalagi memelintir forum hikmah ilmiah ini sebagai majlis ghibah fitnah ... walau paradigmanya semula memang amburadul sesungguhnya tidaklah provokatif. Well, walau mungkin agak gila-gilaan kami berusaha untuk tidak gila beneran, lho .. tetap terjaga, menjaga & berjaga untuk senantiasa sadar akan dampak karmik dari effek kosmik berikutnya. Walau memang bisa saja tergelincir atau ( semoga saja tidak) digelincirkan. hehehe. 

Kutipan : belum cek asal comot  
So, tetap realistis tidak opurtunis (karena walau samsara ini delusif namun tidak terlalu chaotik ... Niyama Dhamma yang Impersonal Transenden cukup kokoh menyangga permainan "abadi" nama rupa di samsara ini ... perlu keselarasan, keberimbangan dan kebijaksanaan untuk tidak perlu melakukan penyimpangan, pelanggaran bahkan penyesatan yang akan menjadi bumerang kelak ... kemurnian diutamakan tidak sekedar "kelihaian" ). … ingatlah tidak hanya ucapan yang diungkapkan dan tindakan yang dilakukan bahkan konten perasaan dan fikiran kita akan berdampak juga pada keberlanjutan diri kita nantinya apalagi jika harus ditambahi dengan beban tambahan karena penderitaan dan penyesatan atas lainnya… keburukan dan kebaikan walau tidak selalu instan ataupun identik potentially akan berbalik juga ke sumbernya siapapun kita (orang biasa atau tokoh terkemuka , tidak hanya manusia namun juga semuanya termasuk brahma, mara, dewata, asura apapun identifikasi yang kita anggapkan bagi diri sendiri atau pengakuan yang kita harapkan dari lainnya). ..... Kebodohan, kesalahan dan keburukan harus secara perwira perlu ditanggung secara mandiri (/bersama?) demi/bagi keadilan, keasihan dan kearifan mandala ke-Esa-an ini. (demi tanggung jawab tersebut jangan harapkan pengampunan kosmik, penghangusan karmik bahkan ... maaf .... "kemahiran (dengan kepalsuan/kelihaian/keculasan bukan kebenaran/kebijakan/kebajikan seharusnya) ? " internal yoniso manasikara / sati sampajjana demi kasih universal untuk tidak menyusahkan/ menyesatkan lainnya).  Sedangkan kebijakan, kebenaran dan kebajikan tetaplah sucikan kembali transenden impersonal dalam anatta diri bukan hanya karena sekedar anicca namun juga untuk melampaui dukkha dalam keselarasan atas kesedemikianan yang wajar dalam peniscayaan .
kebenaran bersikap, kebijakan berpribadi dan kebajikan berprilaku tetaplah berguna (bahkan kalaupun saja semisal jika kehidupan ini ternyata hanyalah vitalitas kebebasan semu & liar belaka /ahetuka ?/ sehingga sama sekali tidak ada dampak karmik secara metafisik atas effek kosmik yang berlangsung /tiada pelayakan tihetuka bagi pemurnian untuk penembusan/ pencapaian / pencerahan, minimal perolehan deposito 'liburan' surgawi (?) ... itupun tetap berdampak positif dalam kebersamaan sosiologis di sekitarnya (kenyamanan kepercayaan, kebahagiaan, dsb) minimal secara psikologis (tiada penyesalan karena tidak bertindak buruk, tanpa kekecewaan karena mampu berprilaku baik sehingga tanpa perlu kerisauan/kecemasan lagi ketika masih hidup bahkan jikapun harus melepaskannya kala meninggal dunia .... walau belum ideal berlevel  ariya,,mampu tihetuka bhavana, mulia layak surga, mantap secara duniawi, dsb  ; Jika memang tiada dusta buat apa berduka ... walau memang tentu saja harus tetap perwira bersedia bertanggung-jawab untuk menerima apapun juga konsekuensi kemungkinan kompleksitas dampak karmik dari effek kosmik yang dilakukan tindakan / ucapan, fikiran/perasaan dsb ? Fair perwira diterima ... bukan hanya atas kebenaran, kebajikan dan kebijakan namun juga kebodohan, kesalahan dan keburukan bahkan juga kepalsuan, kebejatan dan kekejaman yang telah kita lakukan selama samsara ini. ). Segala hibrah kenyataan memang perlu terjadi sebagaimana hikmah kebenaran yang seharusnya terjadi ... walau tidak selalu identik apalagi instan (dikarenakan 'kebetulan / digariskan' ?  memang ada kompleksitas banyak faktor yang bermain di sana) . Tidak ada yang salah dengan fenomena eksternal bagi diri dengan realitas internal yang memang sudah senantiasa berusaha, terbiasa apalagi memang sudah terniscaya untuk selalu swadika terjaga tanpa perlu noda asava (miccha ditthi, mana, tanha & avijja vipalasa lainnya) untuk senantiasa jernih mengamati (yoniso manasikara?), dengan tegar menjalani (sati sampajjana?) dan bijaksana untuk mengatasinya (appamadena sampadetha?). Well, Realitas tilakhana Kebenaran yang nyata dalam setiap fenomena kenyataan yang tergelar memang seharusnya terjadi sebagaimana kelayakan keniscayaannya walau itu mungkin saja tidak sesuai dengan keinginan/ harapan / sangkaan kita semula. 
Jadi  turun level agak romantis lagi, nih .... ingat refleksi pribadi "Kun Saidan" (Berbahagialah - Anisah May dari Tasauf Modern Hamka ) ... Just loving the Love. Cintailah Cinta (Sumber Sejatinya bukan sekedar Media Obyeknya). Cintailah Tuhan (baca: Kebenaran) sebagaimana kehendakNya bukan hanya sekedar untuk mengumbar kepentingan ego yang selfish. Karena apapun yang diberikanNya (sekalipun seburuk atau seberat apapun itu tampaknya di permukaan) adalah tetap yang terbaik bagi kita ... karena itu demi kebaikan pemberdayaan kita bukan untuk memperdayakan kita. Atau dalam Mistik Theosofi dikatakan Tuhan menjadikan ini semua dengan cinta oleh karenanya dengan cintalah hendaknya kita menempuhnya untuk memahami dan mencintai kebenaran itu sebagaimana adanya..
3 dantien = akal - hati - pusat (tidak ada yang salah dari semuanya jika selaras terpadu ?)
Wah, agak melantur tampaknya bahasan kearifan samsarik & curhat pribadi ini. Semoga para Neyya (terutama para pabajita) tetap mampu waspada terjaga dan tidak hanyut terbawa arus idea ini. Para Mistisi (Tantrik Osho, Taoism ?) kadang terjebak dan tersekap dalam labirin sex - cinta - kasih ini. Sex atau birahi (kama) bersifat nafsu sensual, cinta (sneha) bersifat personal , sedangkan kasih (metta) bersifat kosmik impersonal. Ini kami ungkapkan bukan hanya karena kami memandang tetap perlunya pembabaran Saddhamma yang walau memang ditempuh secara eksistensial hendaknya juga melampaui universal untuk menjangkau transendental demi transformasi pencerahan spiritual yang dijalani. Alasan lain adalah dikarenakan kami memandang living kosmik ini utuh dalam keseluruhan (katakanlah semacam organisma besar) maka perlu perimbangan kemurnian nirvanik yang arif/kuat mengatasi kecenderungan alami samsarik yang 'naif/liar' untuk membuatnya cukup 'sehat/ tepat' agar tetap mantap bertahan dan lancar berjalan. Jikapun tidak memungkinkannya dalam keterjagaan pencerahan total keseluruhannya minimal tidak membuatnya jatuh terpuruk dalam kehancuran. Meminjam istilah Sadhguru Yasudev (?), Karma samsarik sesungguhnya tidak hanya berdampak sebatas pada pribadi eksistensial pemerannya saja namun juga bereffek pada wadah arena semesta universal yang menampungnya. Atau menganalogikan dalam Mistik Hinduism (day & night of Brahman ) seandainya samsara ini hanya Ke-Esa-an yang terlelap bermimpi, maka jika beliau terjaga semoga senantiasa lebih segar karena kecerahan tidur tanpa "mimpi buruk"nya ....mungkin perumpamaan itu bisa menjadi pemicu baru mengapa transendensi eksistensial evolusi pribadi perlu dijalankan dan transendensi universal harmoni dimensi perlu diusahakan ... 
(sekedar tambahan terma filsafat theosofist ini : eros - filia - agape ? cinta sensual - altruisme kemanusiaan - kasih keIlahian )
So, Be Selfless (not  selfish ? )
 
I say that madness is the first step towards unselfishness. 
Be mad, Meesha. Be mad and tell us what is behind the veil of ”sanity,” 
The purpose of life is to bring us closer to those secrets, and madness is the only means. 
Be mad, and remain a mad brother to your mad brother. 
"Aku berkata bahwa kegilaan adalah langkah pertama menuju sikap tidak mementingkan diri sendiri.
Jadilah gila, Misha. Jadi gilalah kau dan katakan padaku apa yang ada di balik selubung "kesehatan jiwa".
Tujuan hidup ini ialah membawa kita lebih dekat kepada segala rahasia itu,dan kegilaan itu adalah satu-satunya jalan.
 Jadilah gila, dan tetaplah menjadi seorang saudara yang gila bagi saudaramu yang gila
penggalan sepucuk surat dari Pujangga Libanon Khalil Gibran kepada sahabatnya, Mikhail Naimy.
Ulasan  :sadar terjaga namun wajar bersama ... ini adalah sadarnya "kegilaan" esoteris untuk mengatasi "wajarnya" kegilaan eksoteris kita selama ini.

kutipan lain : Kewajaran Membumi dalam kesadaran Saddhamma :
Link video ? 

Kewajaran Pembumian (deduktif  pengetahuan) dengan kecakapan spiritual ? SHIVA Vitalitas interaktif menari dengan kehidupan nyata
ini aja yang agak lucu , hehehe  ... agak guyon.
bukan black humour, bro .... ini tidak untuk mentertawakan diri orang lain (peremehan ide & pelecehan ego lainnya  = pelaziman kezaliman ?  ..... kebodohan / kewajaran yang tentu saja bersama effek kosmik & dampak karmiknya dengan realitas keabadian yang berpotensi untuk layak diterima keniscayaannya..);  
ini untuk mentertawakan kekonyolan diri kita sendiri dalam drama internal universal dalam vitalitas fenomena kehidupan eksistensial  
 

Kesadaran Nekhama  (induktif  penempuhan)  demi kearhatan spiritual? BUDDHA  Integritas autentik menuju peniscayaan kesejatian murni
Ini perlu serius lagi, bro/sis ....

Kearifan Shiva Buddha ? 
intinya sama dengan kesadaran dalam kewajaran (cara pasti tetapi aksi luwes) integritas di kedalaman namun vitalitas di permukaan  
Wei Wu Wei = Just consciously action x being compulsive actor
Kutipan lain : 
Well … lega juga ... saya sudah jujur mengakui kami hanyalah pemerhati yang belum berlevel meditator tihetuka handal ... dihetuka padaparama istilah 'teknis'-nya ... mentok di wawasan & stagnan ke level tataran kelanjutannya, namun semoga sharing pengalaman dan refleksi pengetahuan ini cukup berguna.   
Tambahan bagi sesama Padaparama lainnya: 
Taoist mengungkapkan saran intuitif yang terdengar agak paradox: “berfikirlah dengan hatimu karena otakmu sesungguhnya hanya menara pengamat.”  Dari Esoteric Psychology Osho ( source link-nya sekarang ‘zonk’ ?) menyatakan ketika seorang bertanya kepada rahib Zen Buddhism darimana anda berfikir ? dia akan meletakkan tangannya di pusar perutnya… jawaban insight yang mungkin terdengar ‘gila’ atas 3 dantien sentra kesadaran manusia. Jangan marah namun tersenyumlah ini hanyalah candaan kosmik atas kekonyolan kita selama ini yang tidak berkembang dan kurang berimbang. 
  
INNER TALK : (tidak usah dibaca)
REHAT DULU .... SUDAH CAPEK .... BELUM RECHECK 
WAH KOK MAKIN BANYAK ... RENCANANYA SIH RINGKES SINGKAT SAJA
PADAHAL BELUM SEMUA .. BISA BERAT LEMOT NANTI. POSTING INI 
DIARSIP DULU SAJA DARIPADA ADA DATA YANG HILANG SEPERTI JUST FOR SEEKER DULU
WELL, MASIH RINGAN EDIT  & SAVE FILE POSTINGNYA ... PAKAI INI DULU SAJA. 
KALAU NGGAK KUAT MAIN KEROYOKAN ..... GOTONG ROYONG BAGI TUGAS LAGI  DI SELURUH BLOG KITA 

Well, kelamaan .... langsung saja 
JUST FOR SEEKER 3 : 
Triade Hegel : ???
Thesis : BE REALISTICS  (wawasan yang benar)
Antithesis : TO REALIZE  (tindakan yang tepat)
Synthesis  : THE REAL (capaian yang nyata)

Be Realistics to Realize the Real 
Be realistics to realize the Real. (Bersikaplah benar untuk senantiasa realistis dalam merealisasikan segala yang real nyata secara tepat dan sehat) Kita hanya berhak mendapatkan apa yang kita berikan .... entah itu kebaikan ataupun keburukan. Segala niatan, tindakan dan capaian tidak akan percuma walau dampak mungkin tidak selalu instan kemasakannya dan mungkin tidak juga identik kelayakannya. Namun demikian kebijaksanaan untuk senantasa mengupayakan keterarahan dan keberdayaan dalam menghadapi segala kemungkinan yang ada secara pasti bahkan mungkin bisa ada perlu selalu dilakukan dengan tanpa perlu merendahkan adanya karunia keberuntungan akan kepercayaan dan pengharapan untuk segala kemungkinan yang bisa saja ada terjadi.

 


 

Thesis : BE REALISTICS  (Wawasan yang tepat)
a
Disamping juga Thesis Data lama yang perlu direvisi sesuai dengan keselarasan dengan Antithesis wawasan esoteris gnosis wisdom Saddhamma secara benar, bajik & bijak sebagaimana paradigma Just For Seeker sebelumnya untuk Synthesis Kebijaksanaan Gnosis Wisdom Exodus yang lebih baru & maju berikutnya.
BAB I =  REFERENSI =
Prolog = Hipotesis Paradigma dhamma dipathera ;  asumsi pensikapan : terbuka & terjaga 
1) GNOSIS :  Keakuratan paradigma (W) : 
prolog : KeIlahian ? 
1. Hipotesis keBeradaan Tuhan :  Konsep Wujud :® GENESIS = fase  keberadaan (w) : Dhyana Dharma – Dharma Dhyana 
2. Hipotesis  KeTauhidan Tuhan : Konsep Kuasa : ® MANDALA = tataran keberadaan (k) : Tanazul Makrokosmos – Taraqqi Mikrokosmos 
3. Hipotesis  Kebijakan  Tuhan :  Konsep Kasih : ® SAMSARA = keberadaan diri (ks) : Spiritualitas Keabadian – Eksistensialitas Kehidupan 
Epilog : Keyakinan ? ketepatan > kebenaran ;Kaidah Hipotesis x Akidah Dogmatis;ilmul - ‘ainul - haqqul yaqin 
2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) : 
prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan) 
1) Khilafiyah Theologi : kemustahilan membatasi Tuhan ? → kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat (keIlahian ; keberadaaan; ketentuan) 
2) Problema Theodice : kemustahilan membela Tuhan?® kebijakan metanoia diantara faham pandangan (fanatisme/mistisme ; atheisme/vitalisme ; agnostisme /heuretisme) 
3) Masalah Theosofi: kemustahilan mencintai Tuhan  ?®kebijakan apologia diantara ragam kenyataan (kegaiban Tuhan ; penderitaan/kezaliman ; ananiyah/nafsiyah) epilog : keimanan ?ketentuan awal > kepastian final → aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian 
3) EXODUS = kesadaran penempuhan (Ks):  
prolog: anjing dan serigala (pengetahuan ,pembicaraan ® aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian ) 
1) TOTALITAS = mencakup keseluruhan (W) → Hanya ada satu kebenaran yang sama: keseimbangan pandangan (ekstrem) & keberimbangan penempuhan (dualisme?)
2) PRAGMATISME = membawa kemanfaatan (Ks) → Transformasi pemberdayaan simultan (input realisasi keabadian 3 ; asset refleksi kehidupan 3) 
3) KONSISTENSI = bersifat mantap (K) → Berkelanjutan : ketuntasan transformatif & kelanjutan aktualisasi  
epilog : anjing &sufi (mengatasi : ketidak-mengertian; ketidak-perdulian ; ketidak-berdayaan) 
Epilog = Kemantapan Penempuhan : sholat & shobar  
II. REALISASI  = Penempuhan 
Prolog : kesadaran realisasi → evolusi spiritualitas (transformasi sufisme & yogisme) 
1) ADHIKARI :  kelayakan moralitas (kasih) 
prolog : kisah : orang baik  ® Aktualisasi autentik > Harmonisasi estetis > Manipulasi hipokrit ® Hakekat & Manfaat : 
1) Kebenaran Integritas (w) = kejujuran : pemuda & gembala.  ® kemurnian   (ikhsan kemahabahan & ikhlash peribadahan) 
2) Kecerahan Moralitas (ks) = pertaubatan : alim & arif  ® kebajikan  ( Pemberdayaan Individual + keperdulian universal ) 
3) Ketepatan Globalitas (k) = dilemma : Yudhistira  ® kebijakan  ( prioritas kemanfaatan + faktitas keterbatasan ) 
epilog : kisah :  karani ®Bina nafsa : takholi ,tahalli , tajalli  ® Metode & Kaidah :  
2) DISTANSI = kesiagaan  transformatif (kuasa) 
prolog : Psikosomasi Esoteris ® harmonisasi holistik, aktualisasi integral , integrasi reseptif 
1) UMMI →keaslian adhikari (ks) :  muhasabah  pertobatan ; mujahadah perbaikan ; muroqobah pendekatan 
2) SATI → kearifan nivritti (w) :  reseptivitas penyadaran ; aktualitas pengarahan ; integritas pemantapan  
3) YOGI →kekuatan distansi  (k) : keswadikaan eksternal ; keberdayaan internal ; keperkasaaan universal 
epilog : antenna karunia ® reseptivitas, sugestivitas,  
 3) MEDITASI  kerahnian Immanensi  (wujud)\  
 prolog : Hakekat Meditasi  (Jung Individuasi ® Immanensi/transendensi ? : illuminasi >revilasi - inspirasi) 
1) kemantapan  dasar (w) : literature meditasi  (pengertian  – referensi (wuwei/zazen;alpha beta)  – keragaman meditasi) 
2) kehandalan utama   (k) :  realisasi immanensi (pemantapan (kematian/kegaiban) – penembusan - pencapaian ) 
3) kemantapan lanjut (ks) :  kesadaran transenden (ghurur/jadzab – sakti/rahni – universalitas/eksistensialitas) 
epilog : Kembali membumi (kemantapan pencerahan →kedewasaan Robbaniyah) 
Epilog = Kewajaran Eksistensi → Aktualisasi totalitas : harmoni ; refleksi ; sinergi ; 
III. REVITALISASI = Pembumian 
Prolog : Sufi Pembumi →Menyadari tanggung jawab eksistensialitas & universalitas 
1) PERSPEKTIF  kecerahan pandangan 
prolog : ketepatan pandangan ® kearifan mensikapi : Amati – Alami – Atasi 
1) kecerahan Mahadharma (w) : Sanatana dharma – Bhinneka  Dharma (satu Agama Dharma ?) 
2) kepastian Transformasi (ks) :  pemberdayaan keabadian – pemberdayaan kehidupan (Dunia & Akherat) 
3) kebijakan Aktualiser  (k) : transformasi Individual – Transformasi universal (Reformasi + Globalisasi) 
epilog : kecerahan komitmen ® kebaikan menjalani 
2) INTEGRITAS =  kemantapan untuk keabadian (kasih) 
prolog : kesiapan melintasi keabadian ® berkah Input keabadian ( swadika – talenta – visekha ) 
1) Visekha kemuliaan : kesimpatikan adhikari Mahatma Robbani 
2) Talenta kecakapan :  keberdayaan distansi Swadika Talenta 
3) Swadika kerahnian  : keterpaduan meditasi Anubodha Pativedha 
epilog : Input keabadian ( swadika – talenta – visekha ) → ketuntasan & pelanjutan 
3) AKTUALITAS  kehandalan dalam kehidupan (kuasa) 
prolog : keahlian mengatasi kehidupan ® sukses Asset kehidupan ( persada – karisma – bahagia ) 
1) Aktualisasi  (k)  : Global (belajar – bekerja) ;social (  keluarga – masyarakat) ; Aktual (pribadi; properti) 
2) Harmonisasi (ks) : interaksi sesama (pravritti; andragogi) ;faktitas semesta (natural ; theosofi) ; Harmoni Pribadi 
3) Integrasi (w) manajemen keterbatasan  : Reset keseluruhan ; Ready keseluruhan ; Relax keseluruhan 
epilog : Asset kehidupan ( persada – karisma – bahagia ) → kesuksesan & pelanjutan 
Epilog : kholifatullooh ® Menghargai kehidupan manusiawi & duniawi  pembumian spiritualitas universal = pemberdayaan 
1) Dhamma Bhumi (w) = kesadaran eksistensial 
2) Dhamma Dutta (ks) = komitmen 
3) Dhamma Niyama  (k)  = faktitas kenyataan


a
a

TENTANG PANDANGAN :

 Dari : Gnosis for Seeker (https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/just-share_21.html)

Langkah awal haruslah dimulai. Untuk dapat melangkah dengan benar kita memerlukan pandangan yang relatif benar juga. Osho menyatakan walaupun tetap perlu dilakukan namun sesungguhnya langkah awal cenderung sebagai sesuatu kekeliruan. Dikarenakan kebenaran sesungguhnya melingkup secara nyata pada kita . Dia tidak dimana-mana. Pengetahuan yang terserap dalam bentuk informasi dan bukan realisasi memang kurang memadai dan terkadang justru malah menghambat keberhasilan suatu penempuhan dikarenakan senantiasa ada kecenderungan dari kita untuk merasa cukup sekedar mengerti saja untuk kemudian merasa tidak perlu menjalaninya, ataupun sering juga terjadi interferensi kesalah-fahaman dalam menafsirkan dikarenakan perbedaan dan kesenjangan dengan apersepsi pengetahuan sebelumnya, ataupun keterlalu-melekatan pada pandangan tersebut justru akan menghambat realisasi pengembangan kebijaksanaan dan peningkatan kesadaran yang mungkin dapat dicapai ; atau bisa juga terjadi adanya penyesatan dan keterpedayaan yang tidak selalu disengaja sebagai manipulasi kelicikan pemapar demi kepentingan pribadinya sendiri namun juga bisa suatu kekeliruan informasi karena keterbatasan pengetahuan walaupun dia memiliki maksud tulus untuk memberdayakan . 

Osho mungkin benar namun demikian kami juga berpandangan. GIGO (garbage in,Garbage Out). Jika yang masuk sampah, keluarnyapun cenderung sampah). Tetap diperlukan kejelasan dan ketepatan pengertian bagi kita semua untuk dapat menghayati kebenaran tersebut. Pandangan yang benar adalah separuh langkah tindakan yang benar.. Namun demikian memang sangat perlu kewaspadaan bagi kita semua dalam menyimak dan mensikapi referensi pandangan awal ini. Sikap terbuka dan terjaga haruslah tetap menjadi senjata anda dalam mengkaji setiap hipotesis bahasan pada buku ini (BLOG 17012021 OK/PLUS/TQ/GNOSIS PUBLIK.pdf p.6)
dari : http://dhammaseeker.blogspot.com/2020/04/dialog.html
Be realistics to realize the Real. (Bersikaplah benar untuk senantiasa realistis dalam merealisasikan segala yang real nyata secara tepat dan sehat) Kita hanya berhak mendapatkan apa yang kita berikan .... entah itu kebaikan ataupun keburukan. Segala niatan, tindakan dan capaian tidak akan percuma walau dampak mungkin tidak selalu instan kemasakannya dan mungkin tidak juga identik kelayakannya. Namun demikian kebijaksanaan untuk senantasa mengupayakan keterarahan dan keberdayaan dalam menghadapi segala kemungkinan yang ada secara pa 

 DATA LAMA
LAMPIRAN
KUTIPAN SKETSA BUKU :
MAHADHARMA
Asumsi Analisis dan Solusi Hipotesis Paradigma Spitualitas Universal
Public Offset
JUDUL : DAFTAR ISI =
PRAKATA =
Pendahuluan :
Konsideran permasalahan : → ketidak-pastian eksistensial ;
Solusi Pemecahan : ® universalitas kebenaran
Pengajuan & Pengakuan : Pengajuan → alternatif paradigma Pengakuan → criteria ketepatan
Pengharapan : Kemanfaatan → Pencari Kebenaran,Penempuh Kehidupan,Pemerhati keabadian,Pengamat Kenyataan
Pensikapan → Sikap terbuka dan sekaligus terjaga ini seharusnya senantiasa anda jalani dalam segala hal ;
Pengertian ® kebenaran itu karena hidayah Tuhan ; kesalahan yang berasal dari diri pribadi penulis sendiri .
BAB I = REFERENSI =
Pengertian Prolog =
Hipotesis Paradigma dhamma dipathera ; asumsi pensikapan : terbuka & terjaga
1) GNOSIS : Keakuratan paradigma (W) :
prolog : KeIlahian ?
1. Hipotesis keBeradaan Tuhan : Konsep Wujud :® GENESIS = fase keberadaan (w) : Dhyana Dharma – Dharma Dhyana
2. Hipotesis KeTauhidan Tuhan : Konsep Kuasa : ® MANDALA = tataran keberadaan (k) : Tanazul Makrokosmos – Taraqqi Mikrokosmos
3. Hipotesis Kebijakan Tuhan : Konsep Kasih : ® SAMSARA = keberadaan diri (ks) : Spiritualitas Keabadian – Eksistensialitas Kehidupan
Epilog : Keyakinan ? ketepatan > kebenaran ;Kaidah Hipotesis x Akidah Dogmatis;ilmul - ‘ainul - haqqul yaqin
2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) :
prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan)
1) Khilafiyah Theologi : kemustahilan membatasi Tuhan ? → kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat (keIlahian ; keberadaaan; ketentuan)
2) Problema Theodice : kemustahilan membela Tuhan?® kebijakan metanoia diantara faham pandangan (fanatisme/mistisme ; atheisme/vitalisme ; agnostisme /heuretisme)
3) Masalah Theosofi: kemustahilan mencintai Tuhan ?®kebijakan apologia diantara ragam kenyataan (kegaiban Tuhan ; penderitaan/kezaliman ; ananiyah/nafsiyah) epilog : keimanan ?ketentuan awal > kepastian final → aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian
3) EXODUS = kesadaran penempuhan (Ks):
prolog: anjing dan serigala (pengetahuan ,pembicaraan ® aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian )
1) TOTALITAS = mencakup keseluruhan (W) → Hanya ada satu kebenaran yang sama : keseimbangan pandangan (ekstrem) & keberimbangan penempuhan (dualisme?
)2) PRAGMATISME = membawa kemanfaatan (Ks) → Transformasi pemberdayaan simultan (input realisasi keabadian 3 ; asset refleksi kehidupan 3)
3) KONSISTENSI = bersifat mantap (K) → Berkelanjutan : ketuntasan transformatif & kelanjutan aktualisasi
epilog : anjing &sufi (mengatasi : ketidak-mengertian; ketidak-perdulian ; ketidak-berdayaan)
Epilog = Kemantapan Penempuhan : sholat & shobar
II. REALISASI = Penempuhan
Prolog : kesadaran realisasi → evolusi spiritualitas (transformasi sufisme & yogisme)
1) ADHIKARI : kelayakan moralitas (kasih)
prolog : kisah : orang baik ® Aktualisasi autentik > Harmonisasi estetis > Manipulasi hipokrit ® Hakekat & Manfaat :
1) Kebenaran Integritas (w) = kejujuran : pemuda & gembala. ® kemurnian (ikhsan kemahabahan & ikhlash peribadahan)
2) Kecerahan Moralitas (ks) = pertaubatan : alim & arif ® kebajikan ( Pemberdayaan Individual + keperdulian universal )
3) Ketepatan Globalitas (k) = dilemma : Yudhistira ® kebijakan ( prioritas kemanfaatan + faktitas keterbatasan )
epilog : kisah : karani ®Bina nafsa : takholi ,tahalli , tajalli ® Metode & Kaidah :
2) DISTANSI = kesiagaan transformatif (kuasa)
prolog : Psikosomasi Esoteris ® harmonisasi holistik, aktualisasi integral , integrasi reseptif
1) UMMI →keaslian adhikari (ks) : muhasabah pertobatan ; mujahadah perbaikan ; muroqobah pendekatan
2) SATI → kearifan nivritti (w) : reseptivitas penyadaran ; aktualitas pengarahan ; integritas pemantapan
3) YOGI →kekuatan distansi (k) : keswadikaan eksternal ; keberdayaan internal ; keperkasaaan universal
epilog : antenna karunia ® reseptivitas, sugestivitas,
3) MEDITASI = kerahnian Immanensi (wujud)\
prolog : Hakekat Meditasi (Jung Individuasi ® Immanensi/transendensi ? : illuminasi >revilasi - inspirasi)
1) kemantapan dasar (w) : literature meditasi (pengertian – referensi (wuwei/zazen;alpha beta) – keragaman meditasi)
2) kehandalan utama (k) : realisasi immanensi (pemantapan (kematian/kegaiban) – penembusan - pencapaian )
3) kemantapan lanjut (ks) : kesadaran transenden (ghurur/jadzab – sakti/rahni – universalitas/eksistensialitas)
epilog : Kembali membumi (kemantapan pencerahan →kedewasaan Robbaniyah)
Epilog = Kewajaran Eksistensi → Aktualisasi totalitas : harmoni ; refleksi ; sinergi ;
III. REVITALISASI = Pembumian
Prolog : Sufi Pembumi →Menyadari tanggung jawab eksistensialitas & universalitas
1) PERSPEKTIF = kecerahan pandangan
prolog : ketepatan pandangan ® kearifan mensikapi : Amati – Alami – Atasi
1) kecerahan Mahadharma (w) : Sanatana dharma – Bhinneka Dharma (satu Agama Dharma ?)
2) kepastian Transformasi (ks) : pemberdayaan keabadian – pemberdayaan kehidupan (Dunia & Akherat)
3) kebijakan Aktualiser (k) : transformasi Individual – Transformasi universal (Reformasi + Globalisasi)
epilog : kecerahan komitmen ® kebaikan menjalani
2) INTEGRITAS = kemantapan untuk keabadian (kasih)
prolog : kesiapan melintasi keabadian ® berkah Input keabadian ( swadika – talenta – visekha )
1) Visekha kemuliaan : kesimpatikan adhikari Mahatma Robbani
2) Talenta kecakapan : keberdayaan distansi Swadika Talenta
3) Swadika kerahnian : keterpaduan meditasi Anubodha Pativedha
epilog : Input keabadian ( swadika – talenta – visekha ) → ketuntasan & pelanjutan
3) AKTUALITAS = kehandalan dalam kehidupan (kuasa)
prolog : keahlian mengatasi kehidupan ® sukses Asset kehidupan ( persada – karisma – bahagia )
1) Aktualisasi (k) : Global (belajar – bekerja) ;social ( keluarga – masyarakat) ; Aktual (pribadi; properti)
2) Harmonisasi (ks) : interaksi sesama (pravritti; andragogi) ;faktitas semesta (natural ; theosofi) ; Harmoni Pribadi
3) Integrasi (w) manajemen keterbatasan : Reset keseluruhan ; Ready keseluruhan ; Relax keseluruhan
epilog : Asset kehidupan ( persada – karisma – bahagia ) → kesuksesan & pelanjutan
Epilog : kholifatullooh ® Menghargai kehidupan manusiawi & duniawi pembumian spiritualitas universal = pemberdayaan
1) Dhamma Bhumi (w) = kesadaran eksistensial
2) Dhamma Dutta (ks) = komitmen
3) Dhamma Niyama (k) = faktitas kenyataan
(PENUTUP : Ulasan : QUO VADIS ?  Pandangan : kesimpulan: Robbani ( x bahagia ; mandala ; ahamkara) ;
Tanggapan : opini terhadap Asumsi hipotesis dan solusi dianektis
Syukur & Terima kasih → Syukur : Alhamdulillaah ~ Hanya karena Dia ®
Terima kasih : bantuan & panduan + staff penerbitan & percetakan & pemasaran
Pengharapan : ® Kemanfaatan : referensi panduan , literature wawasan , bacaan hiburan, wacana perenungan ® Ma’af : Saran perbaikan dan masukan pelengkapan PUSTAKA Judul =Teguh Kiyatno, dkkMAHADHARMA Asumsi Analisis dan Solusi Hipotesis  Paradigma  Spitualitas Universal  Public Offset 2006 Daftar Isi =
DAFTAR ISI =
ü JUDUL :
ü DAFTAR ISI =
ü PRAKATA = 

Pendahuluan :
· Konsideran permasalahan : → ketidak-pastian eksistensial 

· Solusi Pemecahan : ® universalitas kebenaran
Pengajuan & Pengakuan :
· Pengajuan → alternatif paradigma
· Pengakuan → criteria ketepatan
Pengharapan :
· Kemanfaatan → Pencari Kebenaran,Penempuh Kehidupan,Pemerhati keabadian,Pengamat Kenyataan
· Pensikapan → Sikap terbuka dan sekaligus terjaga ini seharusnya senantiasa anda jalani dalam segala hal ;
· Pengertian ® kebenaran itu karena hidayah Tuhan ; kesalahan yang berasal dari diri pribadi penulis sendiri .
BAB I = REFERENSI = Pengertian
Prolog = Hipotesis Paradigma dhamma dipathera ; asumsi pensikapan : terbuka & terjaga
1) GNOSIS : Keakuratan paradigma (W) :
prolog : KeIlahian ?
· Cara penerimaan 7 (3 + 2 + 2 ) ;
· perspektif insaniah 4 (3 + 1);
· konsideran asumsi 3 ;
· formulasi konsep 3
1. Hipotesis keBeradaan Tuhan :
Konsep Wujud : ® GENESIS = fase keberadaan (w) : Dhyana Dharma – Dharma Dhyana

2. Hipotesis KeTauhidan Tuhan :

Konsep Kuasa :

® MANDALA = tataran keberadaan (k) : Tanazul Makrokosmos – Taraqqi Mikrokosmos

3. Hipotesis Kebijakan Tuhan :

Konsep Kasih :

® SAMSARA = keberadaan diri (ks) : Spiritualitas Keabadian – Eksistensialitas Kehidupan

Epilog : Keyakinan ?

ketepatan > kebenaran ;

Kaidah Hipotesis x Akidah Dogmatis;

ilmul - ‘ainul - haqqul yaqin

2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) :

prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan)

1) Khilafiyah Theologi : kemustahilan membatasi Tuhan ?

→ kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat

(keIlahian ; keberadaaan; ketentuan)

2) Problema Theodice : kemustahilan membela Tuhan?

® kebijakan metanoia diantara faham pandangan

(fanatisme/mistisme ; atheisme/vitalisme ; agnostisme /heuretisme)

3) Masalah Theosofi: kemustahilan mencintai Tuhan ?

®kebijakan apologia diantara ragam kenyataan

(kegaiban Tuhan ; penderitaan/kezaliman ; ananiyah/nafsiyah)

epilog : keimanan ?

ketentuan awal > kepastian final

→ aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian
3) EXODUS = kesadaran penempuhan (Ks):
prolog: anjing dan serigala (pengetahuan ,pembicaraan ® aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian )

1) TOTALITAS = mencakup keseluruhan (W)

→ Hanya ada satu kebenaran yang sama : keseimbangan pandangan (ekstrem) & keberimbangan penempuhan (dualisme?)

2) PRAGMATISME = membawa kemanfaatan (Ks)

→ Transformasi pemberdayaan simultan (input realisasi keabadian 3 ; asset refleksi kehidupan 3)
3) KONSISTENSI = bersifat mantap (K)
→ Berkelanjutan : ketuntasan transformatif & kelanjutan aktualisasi

epilog : anjing &sufi (mengatasi : ketidak-mengertian; ketidak-perdulian ; ketidak-berdayaan)

Epilog = Kemantapan Penempuhan : sholat & shobar
ü II. REALISASI = Penempuhan

Prolog : kesadaran realisasi → evolusi spiritualitas (transformasi sufisme & yogisme)

1) ADHIKARI : kelayakan moralitas (kasih)

prolog : kisah : orang baik

® Aktualisasi autentik > Harmonisasi estetis > Manipulasi hipokrit

® Hakekat & Manfaat :

1) Kebenaran Integritas (w) = kejujuran : pemuda & gembala.

® kemurnian (ikhsan kemahabahan & ikhlash peribadahan)

2) Kecerahan Moralitas (ks) = pertaubatan : alim & arif

® kebajikan ( Pemberdayaan Individual + keperdulian universal )

3) Ketepatan Globalitas (k) = dilemma : Yudhistira

® kebijakan ( prioritas kemanfaatan + faktitas keterbatasan )

epilog : kisah : karani ®Bina nafsa : takholi ,tahalli , tajalli ® Metode & Kaidah :

2) DISTANSI = kesiagaan transformatif (kuasa)

prolog : Psikosomasi Esoteris ® harmonisasi holistik, aktualisasi integral , integrasi reseptif

1) UMMI →keaslian adhikari (ks) :

muhasabah pertobatan ; mujahadah perbaikan ; muroqobah pendekatan

2) SATI → kearifan nivritti (w) :

reseptivitas penyadaran ; aktualitas pengarahan ; integritas pemantapan

3) YOGI →kekuatan distansi (k) :

keswadikaan eksternal ; keberdayaan internal ; keperkasaaan universal

3) epilog : antenna karunia ® reseptivitas, sugestivitas,
3) MEDITASI = kerahnian Immanensi (wujud)

prolog : Hakekat Meditasi (Jung Individuasi ® Immanensi/transendensi ? : illuminasi >revilasi - inspirasi)

1) kemantapan dasar (w) : literature meditasi

(pengertian – referensi (wuwei/zazen;alpha beta) – keragaman meditasi)

2) kehandalan utama (k) :

realisasi immanensi (pemantapan (kematian/kegaiban) – penembusan - pencapaian )

3) kemantapan lanjut (ks) :

kesadaran transenden (ghurur/jadzab – sakti/rahni – universalitas/eksistensialitas)

epilog : Kembali membumi (kemantapan pencerahan →kedewasaan Robbaniyah)

Epilog = Kewajaran Eksistensi → Aktualisasi totalitas : harmoni ; refleksi ; sinergi ;

ü III. REVITALISASI = Pembumian

Prolog : Sufi Pembumi →Menyadari tanggung jawab eksistensialitas & universalitas
1) PERSPEKTIF = kecerahan pandangan

prolog : ketepatan pandangan

® kearifan mensikapi : Amati – Alami – Atasi

1) kecerahan Mahadharma (w) :

Sanatana dharma – Bhinneka Dharma

(satu Agama Dharma ?)

2) kepastian Transformasi (ks) :

pemberdayaan keabadian – pemberdayaan kehidupan

(Dunia & Akherat)

3) kebijakan Aktualiser (k) :

transformasi Individual – Transformasi universal

(Reformasi + Globalisasi)

epilog : kecerahan komitmen ® kebaikan menjalani

2) INTEGRITAS = kemantapan untuk keabadian (kasih)

prolog : kesiapan melintasi keabadian

® berkah Input keabadian ( swadika – talenta – visekha )

1) Visekha kemuliaan : kesimpatikan adhikari Mahatma Robbani

2) Talenta kecakapan : keberdayaan distansi Swadika Talenta

3) Swadika kerahnian : keterpaduan meditasi Anubodha Pativedha

epilog : Input keabadian ( swadika – talenta – visekha )

→ ketuntasan & pelanjutan

3) AKTUALITAS = kehandalan dalam kehidupan (kuasa)

prolog : keahlian mengatasi kehidupan

® sukses Asset kehidupan ( persada – karisma – bahagia )

1) Aktualisasi (k) :

Global (belajar – bekerja) ;

social ( keluarga – masyarakat) ;

Aktual (pribadi; properti)

2) Harmonisasi (ks) :

interaksi sesama (pravritti; andragogi) ;

faktitas semesta (natural ; theosofi) ;

Harmoni Pribadi

3) Integrasi (w) manajemen keterbatasan :

Reset keseluruhan ;

Ready keseluruhan ;

Relax keseluruhan

epilog : Asset kehidupan ( persada – karisma – bahagia )

→ kesuksesan & pelanjutan

Epilog : kholifatullooh

® Menghargai kehidupan manusiawi & duniawi
ü PENUTUP :
Ulasan : QUO VADIS ?
Pandangan : kesimpulan: Robbani ( x bahagia ; mandala ; ahamkara) ;
Tanggapan : opini terhadap Asumsi hipotesis dan solusi dianektis
Syukur & Terima kasih
→ Syukur : Alhamdulillaah ~ Hanya karena Dia
® Terima kasih : bantuan & panduan + staff penerbitan & percetakan & pemasaran

Pengharapan :

® Kemanfaatan : referensi panduan , literature wawasan , bacaan hiburan, wacana perenungan

® Ma’af : Saran perbaikan dan masukan pelengkapan

ü PUSTAKA :

Dasar =Khusus =

ü BIODATA :

PRAKATA =

Pendahuluan :

· Asumsi permasalahan : → ketidak-pastian eksistensial

® Hidup untuk mati ? : kehanyutan hidup menuju kematian Ich

pada saat manusia manusia menyadari keakuan dirinya dia mulai menjadi tidak pasti ( )

Di sini dan pada saat ini kita hidup bagaikan musafir yang terdampar dan harus menghadapi segala kompleksitas eksistensial kehidupan. Rutinitas dan vitalitas kehidupan menghanyutkan totalitas diri kita dalam ketidak mengertian dan ketidak perdulian tentang hakekat dan tujuan hidup kita yang hakiki. Kita begitu terserap ke dalam romantika kehidupan eksistensial ini hingga tiba saat kematian menyadarkan kita dari sandiwara permainan kehidupan ini. Hidup untuk mati – begitu sederhanakah arti kehadiran kita di dunia ini ?

Hidup yang tidak dimengerti adalah hidup yang tidak layak dijalani (socrates)

® Atta Dipathera : kecenderungan subyektif ego

Situasi dan kondisi dalam fenomena kehidupan ini sering menghanyutkan kita untuk mengindentifikasikan hidup tidak dalam proporsi realitas yang utuh namun hanya berdasarkan penilaian emosionalitas batin ego kita terhadapnya. Sebagaimana fokus yang senantiasa mengarah pada pusat lensa demikianlah batin kita secara otomatis menjadi terkondisi untuh reaktif dalam memandang kehidupan ini. Kita akan selalu menandaskan citra hidup hanya dalam batas reaksi dan penilaian tertentu. Like or dislike – suka atau tidak suka - demikianlah sifat kecenderungan alamiah dari batin ego kita ini. Apabila ego kita menerimanya secara negatif – dikarenakan kenyataan yang terjadi dan kita hadapi tidaklah sesuai dengan keinginan kita – maka timbullah kekesalan dan kita cenderung untuk menyatakan hidup ini adalah musibah yang penuh dengan duka-cita yang seharusnya tidak diterima.Dan sebaliknya jika kenyataan yang terjadi atau hasil yang tercapai sesuai dengan harapan kita maka timbullah kesenangan dan hidup tampak sebagai anugerah karena suka-cita yang mampu didapat tersebut. Kebodohan dan ketamakan membuat kita senantiasa mendambakan ‘kebahagiaan tanpa penderitaan’ yang absurd dalam kehidupan ini karena kehidupan seperti dua sisi mata uang logam yang senantiasa berubah. Jika menginginkan sisi yang satu kita juga harus siap dan bisa menerima sisi yang lain juga – karena memang demikianlah dualitas dan dinamika dari kehidupan.

® Loka Dipathera : Pengaturan obyektif superego

Dalam ketidak mengertian kita kemudian juga menerima beraneka pandangan moralitas (estetika sosial) dan sejumlah ajaran spiritualitas [adhyatma dharma] kemudian hadir mewarnai kehidupan batin kita. Dimana kemudian kita mulai mengarahkan dan menyesuaikan cara hidup yang benar dan tepat berdasarkan pandangan awam dan umum tersebut. Tetapi kemudian ternyata mekanisme kehidupan sering tidak sesederhana itu.

· Solusi Pemecahan : ® universalitas kebenaran

Dan kamu akan mengenal kebenaran dan kebenaran itu akan membebaskanmu

Apakah kebenaran itu ?

Kebenaran itu dari Tuhanmu dan jangan kau meragukannya

® Dhamma Dipathera : adakah kebenaran absolut ?

Dan kamu akan mengenal kebenaran dan kebenaran itu akan membebaskanmu

Seiring dengan pertumbuhan kesadaran akan kebebasan eksistensialitas diri yang semakin dewasa secara subyektif dan individual, dengan segala keterbatasan yang ada manusia menjalani eksistensialitas diri dalam mengisi makna bagi kehidupannya yang relatif singkat tersebut. Dengan hak kewenangan yang lebih besar namun juga dengan pertimbangan Haq kebenaran yang lebih luas ,manusia sering dihadapkan pada sekian banyak problematika kehidupan untuk diatasi dan terkadang dengan begitu banyak pilihan dilematis yang harus ditentukan dalam menjaga keseimbangan dan membawa keberimbangan eksistensialitas dirinya dalam kehidupan ini. Suatu keberadaan sulit yang sering menimbulkan konflik internal dalam dirinya sendiri. Pada saat itulah sejumlah manusia kembali mulai mempertanyakan apa makna yang tersirat dari kehidupan yang dijalaninya dan bagaimana cara melampauinya.. Adakah Realitas Kebenaran sejati tersembunyi dan tidak dimengerti yang berada dibalik segala fenomena keberadaan dan peristiwa kehidupan ini ? Suatu kebenaran Mutlak yang menjadi sumber dan tujuan bagi seluruh keberadaan dan sekaligus jalan dan arah bagi perjalanan kehidupan kita .

Hidup sejati :

Untuk menjalani kehidupan secara sehat dan tepat kita perlu memiliki dan meyakini pandangan yang benar - pandangan yang sesuai dengan realitas kebenaran yang sesungguhnya.. – yang mungkin saja ternyata tidak sesuai dengan keinginan ego kita atau boleh jadi ternyata berbeda dengan keyakinan ide yang kita anggap benar. Hidup dengan kebenaran pandangan yang realistis dan obyektif –walaupun bagaimana juga- adalah lebih sehat untuk diyakini dan lebih tepat untuk dijalani daripada sekedar mengikuti dorongan keinginan yang romantis dan subyektif yang walaupun mungkin menghanyutkan dan mengasyikkan ego kita namun akan mengakibatkan terhalang dan terhambatnya proses pendewasaan dan pencerahan diri kita.Oleh karena itu demi ekstase keswadikaan dan harmoni kebersamaan haruslah kita menjalankan seluruh aspek kehidupan ini dengan mendasarkan dan bersandarkan pada kebenaran realitas tersebut. Hidup secara benar menjadikan kita benar-benar hidup. Hidup dalam kesejatian - tanpa kepalsuan, tiada kesemuan dan sesuai dengan kenyataan serta serasi dengan kebenaran yang sesungguhnya..

Kebenaran hakiki :

Kebenaran Realitas - Sanatana Dharma, Alithea, Al Haqq, Sunatullaah , Shighotullaah ataupun apapun juga peristilahan yang anda gunakan bagi Kebenaran Mutlak yang merupakan induk dari seluruh kebenaran - sesungguhnya sudah demikian nyatanya tergelar di hadapan kita semua. Realitas kebenaran yang menjadi penegak bagi terjadinya fenomena kenyataan yang ada tersebut mungkin saja tampak jelas di permukaan namun bisa juga tersembunyi dibalik segala fenomena kenyataaan yang tampak. Kebenaran Tersurat dan Tersirat - yang menjadi sumber dan tujuan bagi seluruh keberadaan dan setiap peristiwa dalam kehidupan ;Kebenaran Realitas yang bersifat universal dan transenden ini begitu luas –– dimana kesempurnaannya begitu sulit dijangkau oleh keterbatasan pemahaman kita Sehingga walaupun sesungguhnya Dharma tersebut tercakup global - utuh dan menyeluruh – namun demikian karena ketidak mampuan dalam memahami dan mensikapi realita keseluruhan tersebut kita cenderung untuk memandangnya begitu spasial ,terpecah-pecah dan subyektif yang kemudian menyebabkan munculnya berbagai pandangan ekstrem pada setiap kutub dualitas dari dialektika kebenaran yang satu tersebut.Hal yang sama terjadi juga pada saat kita memandang masalah Spiritualitas. Walaupun sesungguhnya mereka memandang Kebenaran yang Satu dan Sama tersebut namun sering menampakkan perbedaan yang tampak begitu mendasar dari filosofi dan realisasinya di permukaan yang kemudian tidak jarang menimbulkan pertikaian . Setiap ajaran menganggap pandangannya saja sebagai yang paling benar sementara yang lainnya salah dan sesat dengan tanpa memberikan kesempatan kepada fihak lain untuk mengutarakan pandangannya yang mungkin saja lebih benar atau setidak-tidaknya juga benar jika Kebenaran tersebut dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Demikianlah setiap mozaik ajaran cenderung untuk menampakkan ekslusivitas yang ekstrem dan bersikap fanatis terhadap pandangan ajarannya sendiri .Sehingga dari satu MahaDharma Spiritualitas Kehidupan yang sama tersebut lahirlah banyak sudut pandang filosofis , sekian banyak faham dan metode penempuhan mistisme ,sekian banyak agama dengan sekian banyak pula sekte aliran di dalamnya. Seringkali terjadi pertikaian di antara faham tersebut. Sungguh mengherankan namun demikianlah kenyataan terjadi.

Orang buta :



Apakah kebenaran itu ?

fabel gajah : Sebuah kisah klasik tentang : gajah dan enam orang buta

Alkisah, ada 6 (enam) orang buta saling bertemu. Seorang di antara mereka memberitahu pada teman-temannya bahwa di kebun binatang ada seekor hewan baru yang disebut gajah.Mereka semua sama sekali belum mengetahui hewan tersebut. Akhirnya mereka sepakat ke kebun binatang itu untuk mengetahui bagaimanakah sesungguhnya gajah tersebut.

Singkat cerita, ke-enam orang buta tersebut telah tiba di kebun binatang tempat gajah itu berada. .Mereka kemudian mendekati gajah tersebut dan berusaha ‘melihat’nya dengan menyentuhkan jari tangan mereka pada gajah tersebut dan merasakannya.

Seorang buta yang pertama memegang bagian … nya dan diapun menyimpulkan

Seorang buta yang yang kedua memegang bagian … nya dan diapun menyimpulkan

Seorang buta yang yang ketiga memegang bagian … nya dan diapun menyimpulkan

Seorang butayang yang keempat memegang bagian … nya dan diapun menyimpulkan

Seorang butayang yang kelima memegang bagian … nya dan diapun menyimpulkan

Seorang butayang yang keenam memegang bagian … nya dan diapun menyimpulkan

Kemudian ke enam buta tersebutpun berkumpul

Demikianlah gambaran kita dalam memandang kebenaran dari kehidupan kita selama ini. Kita sebenarnya bagaikan orang buta yang hanya meraba-raba mencari kepastian dalam kegelapan dan merasa begitu yakin dengan anggapan tertentu untuk kemudian memastikan bahwa inilah kebenaran yang sesungguhnya. Kita mudah tergoda untuk segera meyakini kepada anggapan yang ingin kita percayai .Sehingga terkadang tidak semua yang kita yakini itu merupakan suatu kebenaran yang sesungguhnya atau walaupun jika ternyata itu merupakan suatu kebenaran juga, tidak seluruh kebenaran yang kita yakini tersebut merupakan kebenaran yang seutuhnya. Kesalahan bukan pada Kebenaran tersebut tetapi dari keterbatasan dan ketidak-sempurnaan kita

Dalam kehidupan ini kita akan banyak menjumpai aneka macam pandangan hidup yang dipergunakan orang sebagai pedoman dalam melandaskan dan membenarkan tindakannya walaupun terkadang sering diantara mereka bertentangan satu sama lain. mereka semua menyatakan acuan dari tindakan yang mereka lakukan tersebut adalah “kebenaran” yang harus diterima bukan saja bagi diri mereka sendiri namun juga untuk orang lain . Istilah Kebenaran sering dipergunakan bagi orang bukan saja untuk membenarkan setiap prilaku dalam tindakannya namun lebih jauh lagi untuk mengidentifikasikan bagi diri pribadi sebagai pemilik,pewaris dan penguasa dari kebenaran tersebut walau apapun juga tindakan yang dilakukannya. Setiap sistem cenderung bersikap ekstrem dalam memberikan batasan relatif dalam menentukan kriteria bagi ‘kebenaran absolut ‘ tersebut untuk bisa dipergunakannya sebagai identitas penentu bagi autoritas kewenangan yang memperbolehkan mereka menganggap sebagai pemilik dan sekaligus penguasa bagi kebenaran tersebut serta membenarkan diri mereka sendiri untuk menindak sistem yang berbeda dengan mereka ketimbang sebagai realitas ketentuan bagi tindakan yang seharusnya ditegakkan bagi diri mereka sendiri dengan juga tetap menjaga harmonisasi kebersamaan dengan sistem lainnya.

® Kebenaran Ilahiyah : cara penerimaaan ?

Kebenaran itu dari Tuhanmu dan jangan kau meragukannya

Tuhan adalah landasan mutlak keimanan spiritualitas. Sebagai Dzat Yang keberadaan, Ketunggalan, Kemutlakan dan Kesempurnaan-Nya harus diyakini kebenarannya. Hanya karena Dia kita ada dalam kehidupan ini dan Hanya dalam DharmaNya keselamatan, kebebasan , kebahagiaan dan keabadian kita berada. Tuhan yang Maha Esa yang dipuja dalam setiap risalah spiritualitas , yang dipuji

Keyakinan ini mungkin kita peroleh melalui cara pendekatan dan peyang berbeda , antara lain :

Pendekatan umum :

1. penalaran filosofis = kesimpulan

Walaupun mempunyai keterbatasan dalam mengkajinya, intelek (rasio) - yang merupakan sebagian dari intelgensia kecerdasan- dapat juga membawa kita menuju keyakinan positif tentang keilahian . Dengan analisis dialektika dan estetika kita menyadari perlu bahkan harus adanya Tuhan dalam semesta ini. Kemudian melalui argumen apologia(hujah/dalil pembenaran keyakinan)dan sikap metanoia(pengarahan rasio menuju keimanan) kita berusaha untuk mempertahankan keyakinan tersebut. Dengan cara demikian kita sudah dapat menempatkan akal kita pada posisinya yang tepat yaitu sebagai pendukung bagi keimanan dan penguat untuk ketaqwaan kita dan bukan sebaliknya justru malah menentang kebenaran dan bahkan menyangkal keilahian .

2 .keyakinan dogmatis = kepatuhan

Walaupun memiliki kesederhanaan dalam menerimanya, namun haruslah diakui sebagian besar dari kita meyakini masalah keilahian ini dikarenakan kita sejak kecil memang sudah dibentuk dan dikondisikan untuk mempercayainya secara dogmatis melalui doktrin agama yang kita anut. Hendaklah hal ini tidak disikapi sebagai perolehan yang naif ; bahkan sebaliknya justru kita harus mensyukurinya dikarenakan karunia keimanan tersebut sudah dapat kita terima semenjak usia dini sehingga kita segera dapat menjalani kehidupan ini dalam pedoman ketaqwaan yang sudah lebih dahulu terarah dibandingkan orang lain yang mungkin dibesarkan dalam lingkungan yang tidak kondusif untuk itu .

3. penempuhan mistis =

Walaupun masalah keIlahian dan juga keagamaan seharusnya dihayati secara sadar dan tulus serta dijalani secara benar dan tepat berdasarkan

Perbandingan pendekatan autentik =

Filsafat : Kami tidak menggunakan paradigma filosofis

Agama : Kami tidak menggunakan paradigma dogmatis

Mistik :Kami tidak menggunakan paradigma mistis

Pendekatan lain :

Terdapat 2 :

4. penyesuaian estetis =

Walaupun memerlukan kesungguhan perjuangan dan terutama karunia ‘keberuntungan’ untuk mencapainya,seorang penem

Kami tidak menggunakan paradigma estetis

5. kepentingan hegemonis =

Walaupun memerlukan kesungguhan perjuangan dan terutama karunia ‘keberuntungan’ untuk mencapainya,seorang penem

Kami tidak menggunakan paradigma politis

Pendekatan baru :

Terdapat 2 :

6. penempuhan humanistis =

Walaupun memerlukan kesungguhan perjuangan dan terutama karunia ‘keberuntungan’ untuk mencapainya,seorang penem ® kebebasan

Kami tidak menggunakan paradigma humanistis

7. penempuhan dianektis =

Walaupun memerlukan kesungguhan perjuangan dan terutama karunia ‘keberuntungan’ untuk mencapainya,seorang penempuh yang tulus dalam mencari dan menyelami realitas kebenaran dalam samodera kehidupan ini mungkin saja – jika Tuhan menghendaki – akan mampu mengalami transformasi psikologis bahkan spiritual yang membawanya kepada kesadaran intuitif kepada keilahian dan juga kearifan dalam kebenaran dan kebijakan hidup. Hal mana yang kemudian akan segera menghapus keraguan yang terkadang mungkin sempat mengusik benaknya dan bahkan selanjutnya akan semakin mempertegas keyakinan terhadap keilahian dan Dharma kebenaranNya yang senantiasa dipertahankan dalam perjalanan kehidupan ini. Melalui proses individuasi yang intensif para penempuh mengalami realisasi diri - melampaui individualitas dirinya yang picik dan licik dan untuk selanjutnya memasuki tahapan universal secara sadar dan tulus dalam mengkuduskan kehidupannya dalam Dharma kebenaran Ilahi..

Kami tidak menggunakan paradigma filosofis ® ketepatan

Dipathera : Dhamma dipatera > atta dipathera / loka dipathera.

Pengajuan & Pengakuan :

· Pengajuan → hipotesis : paradigma alternatif

®Perlunya pandangan absolut

Agaknya kita memang memerlukan suatu kejelasan perspektif dari pandangan filosofis yang komprehensif dan multidimensional untuk dijadikan standar pedoman dalam mensikapi keserbanekaan mozaik kebenaran yang ada beserta metode realisasi yang operasional dan praktis untuk dijadikan panduan dalam menjalani spiritualitas dalam kompleksitas kehidupan aktual kita. Katakanlah hanya sebagai estetika standar yang integral dan universal bagi para penempuh spiritualitas dengan segala perbedaan latar belakang agama dan kepercayaannya agar dapat menjalani kaidah spiritualitas yang sesungguhnya dengan tanpa mengubah atau mencabut seseorang dari latar belakang pandangannya semula dikarenakan memang risalah tersebut bukan ditujukan untuk membentuk faham baru atau bahkan menentang faham lama yang justru akan mengacaukan dan menyesatkan namun bahkan justru sebaliknya semakin meningkatkan perspektif spiritualitas yang dianut serta menunjang pelaksanaan religiusitas keyakinannya masing-masing. Katakanlah ini hanya sebagai suatu metodologi terobosan semacam yoga- scientific religion atau religious science – yang bukan merupakan agama dan tidak juga menentang agama. Sains yang luwes untuk dijalani secara benar namun tanpa dogma yang harus diyakini secara tegas. Sehingga bisa diterima oleh siapapun juga baik bagi setiap penganut agama, mistisi ,filosof bahkan seorang berpandangan atheis atau skeptis sekalipun yang hanya ingin sekedar mengerti ataupun yang kemudian merasa perlu untuk menempuh dan membuktikan sendiri kebenarannya.

Secara ideal paradigma tersebut haruslah

Kriteria ideal paradigma :

1. Kebenaran Mutlak yang sesuai dengan kenyataan sesungguhnya ; tidak sekedar

2. Memungkinkan penempuhan yang berkelanjutan tidak sekedar

3. Mencakup pemberdayaan keseluruhan secara detail tidak sekedar global

Spiritualitas adalah suatu aktualisasi tindakan yang menyeluruh bukan sekedar transformasi pengertian saja ; dimana didalamnya perlu diperhatikan keseimbangan dan keberimbangan dalam pelaksanaannya. Walaupun memang kita seharusnya polos untuk selalu bersifat spontan dan autentik dalam mengaktualisasikan spiritualitas dalam kehidupan nyata namun sebaiknya juga perlu sadar untuk tetap menjaga sikap harmonis dan simpatik dalam berinteraksi secara estetik dan bijak dengan lingkungan keberadaan kita. Karena kesadaran akan proporsionalitas bagi ketepatan beraktualisasi suatu saat mungkin saja kita dapat menjadi tampak inkonsisten namun seharusnya kita tetap berusaha menjaga agar selalu konsisten pada kebenaran realitas . Disamping itu spiritualitas seharusnya juga memperhatikan totalitas holistik keberadaan alamiah dengan tidak terlalu ekstrem menekankan satu aspek polaritas bagian diri dan menyangkal bagian lainnya. Dalam penempuhan spiritualitas sangat diperlukan keberadaan harmonisasi diri yang utuh. Spiritualitas yang dewasa dan sejati harusnya bisa mencakup dan bahkan melampaui segala ekstrem ; dan bukan malah membentuk ekstrem baru sehingga keberadaannya sangat bermanfaat dalam membantu kita untuk memahami dan mengatasi masalah dan bukan sebaliknya malah menambah masalah baru yang lebih parah .Transformasi spiritualitas hendaknya juga dilakukan dengan memperhatikan kompleksitas keberadaan manusiawi kita sebagai pembumi; sehingga tidak semua konsepsi ajaran aranyaka dharma (pengetahuan dari hutan - kebijaksanaan pertapa)merupakan sanatana dharma(kebenaran realitas) yang bisa secara langsung dan mudah diterapkan bagi semua orang , terutama para praktisi awam yang juga harus menghadapi kompleksitas eksistensial karena keberadaannya. Hakekat Paramatha ( Ajaran kebenaran sejati )jika memang perlu disampaikan seharusnya juga dibahas secara utuh dan menyeluruh hingga jelas terfahami ; karena jika tidak pasti lah akan terjadi kesalah mengertian pemahaman akan maksud yang sesungguhnya dari sistem ajaran tersebut. Si penempuh yang walaupun mungkin sangat tulus namun karena ketidak- mengertian tersebut malah dapat salah arah dan berakibat fatal bagi penyesuaian kehidupan pembumian ,pertumbuhan kedewasaan dan bahkan kemungkinan pencerahannya .

Mengingat luasnya kajian tersebut idealnya karya tersebut haruslah dituliskan oleh

Perlunya Kriteria ideal penulis :

1. Tuhan sendiri

2. Penyeru /Pemandu Pilihan : Rahni Ilahi ® Para Nabi yang terevilasi , para Suci yang terilluminasi

3. Kelayakan : Karani kathani ® yogi/sufi ‘first hand’ , filsuf / fuqoha ‘authoritas’ , hukama

Sampai sejauh ini

sejumlah Peneliti Kebenaran – seperti : Ibn Arabi, Osho,Khrisna Murti, Anand Khrisna, George Gurjieff , Vernon Howard, dan masih banyak lagi para mistisi timur dan filsuf barat - menyadari kenyataan tersebut .dan kemudian mereka secara spontan dan autentik tampaknya berusaha menjabarkan mozaik kebenaran-kebenaran yang tersebar tersebut dalam perspektifnya yang tepat. mereka mengulas banyak hal, seperti: Kajian literatur mistik kuno,bahasan kitab suci dan ajaran agama-agama besar, pandangan terhadap filsafat dan psikologi kontemporer serta pengamatan terhadap kehidupan aktual nyata. Pandangan – pandangan tersebut sedikit-banyak membawa kejelasan dan pencerahan kesadaran baru atas hakekat sesungguhnya dari Realitas Kebenaran. Namun sangat disayangkan tampaknya mereka melupakan satu permasalahan paling mendasar dan menyasar yang sesungguhnya justru paling penting untuk dipaparkan kepada pemerhati spiritualitas awam seperti kita yaitu dengan tidak memberikan semacam wawasan panduan praktis yang sistematis dan menyeluruh mengenai sistem filosofi dan metode realisasi yang benar dan jelas sebagai kesimpulan akhir dari segala pembahasan aneka aliran spiritualitas tersebut .Sebagian besar tulisan dan ceramah mereka masih berputar-putar pada kajian tentang pembenaran visi dan misi dari setiap ajaran /pandangan yang ada tetapi hampir tidak diajukan intisari kebenaran global yang terdapat di dalam keseluruhan pembahasannya ataupun hanya sekedar memaparkan ulasan kritis tentang sistem kehidupan kontemporer dewasa ini namun nyaris tanpa pengajuan solusi yang bisa kita jadikan acuan dalam pembumian kehidupan kita secara nyata.

Dikarenakan para pakar peneliti kebenaran yang sangat kompeten dan kita andalkan dalam permasalahan spiritualitas sama sekali tidak merangkumnya , maka dengan segala keterbatasan pengertian yang ada penulis memberanikan diri mengajukan karya ini ke hadapan pembaca. Katakanlah ini hanya rintisan pembuka dari seorang awam agar di kemudian hari bermunculan buku-buku risalah pemandu yang lebih berkualitas dan semakin sempurna oleh para pakar yang lebih layak untuk hal ini.

· Pengakuan → penulis bukanlah orang tepat yang layak mengungkapkan masalah spiritualitas kepada umum.

Pengakuan realitas =

Bukan kriteria ideal penulis :

1.Tuhan

2. Pilihan : Rahni Ilahi ® Para Nabi yang terevilasi , para Suci yang terilluminasi

3. Kelayakan : Karani kathani ®

® Orang awam yang menempuh dan ingin ,sharing’ feedback

Sesungguhnya penulis bukanlah orang tepat yang layak mengungkapkan masalah spiritualitas kepada umum. Dikarenakan untuk menyampaikan masalah tersebut harusnya hanyalah pribadi tak tercela yang bisa diteladani prilaku kehidupannya dan dalam penempuhan spiritualitasnya telah mampu mencapai Pencerahan sempurna – setidaknya sudah memperoleh hasil kemajuan spiritualitas yang cukup tinggi . Sedangkan Penulis hanyalah seorang pencari yang cuma memiliki sedikit pengetahuan intelektual olahan mengenai spiritualitas yang dasar pengertiannya diperoleh dari sekian literatur dan informasi yang diberikan oleh orang lain sedangkan pengalaman dan keberadaan penulis yang sesungguhnya hampir tanpa mampu menjalani penempuhannya sehingga sama sekali tidak memenuhi persyaratan tersebut . Sama sekali bukanlah ‘prestasi’ yang membanggakan maupun ‘prestise’ yang mengesankan bagi seorang penulis masalah spiritualitas. Dan ini bukanlah basa-basi dari suatu kerendahan hati namun memang merupakan kenyataan sesungguhnya yang tidak akan penulis tutupi kebenarannya. Tak ada gunanya menipu diri sendiri maupun orang lain dengan menyatakan dan menganggap diri sendiri sebagai kebalikannya. Terkadang kejujuran dan keterbukaan memang diperlukan bukan saja demi kebaikan orang lain namun terutama juga demi kelegaan diri untuk kemudian mampu lebih lancar membahas permasalahan yang akan diutarakan.dikarenakan tiada lagi beban maupun kedok penutup kebohongan untuk selalu terus disembunyikan. Bukankah Tuhan Yang Maha mengetahui baik yang tampak dan tersembunyi selalu mengawasi kita ? sehingga dusta walaupun mungkin dapat membawa kita dalam suatu kemuliaan semu dihadapan manusia namun sungguh sama sekali tidak sebanding dengan kenistaan kita dihadiratNya.

Oleh karena itu sebelumnya izinkan kami menyatakan kejujuran ini kepada anda bahwa penulis ini sesungguhnya tidaklah lebih baik dari anda sebagai pembaca; bahkan kemungkinan besar justru malah sebaliknya. Mengingat pengetahuan dan pembicaraan sesungguhnya sama sekali tidaklah selalu menunjukkan keberadaan sebenarnya . Sehingga dalam pembahasan nanti bisa diibaratkan bagaikan seseorang yang menunjukkan jari kedepan orang lain dalam berbicara dimana walaupun satu jari telunjuk tersebut mengarah kepada pembaca namun sesungguhnya empat jari mengarah kepada si penulis sendiri. Maksudnya penulislah yang sebenarnya lebih memerlukan kebenaran tersebut daripada pembaca.. Jadi tak perlu tersinggung dan merasa tidak nyaman karena merasa ‘ digurui’ oleh orang yang memang sebenarnya tidak pantas. Kebenaran tetaplah suatu Kebenaran walaupun orang hina yang menyatakan ; ketidak-benaran tetaplah ketidak-benaran walaupun seorang raja yang mengatakan.jadi Simaklah kebenaran yang ditunjukkan dan bukan jari si penunjuk tersebut.- demikian kata orang bijak yang seharusnya kita camkan bersama dengan tanpa maksud sedikitpun dari penulis untuk membela diri . Kebenaran adalah kebenaran ; dan kebenaran sesungguhnya merupakan suatu kenyataan ilahiah yang bebas sama sekali dan tidaklah bisa dimanipulasikan sebagai pembenaran identitas ataupun autoritas pemilikan bagi suatu pribadi atau pandangan dari suatu sistem tertentu saja walaupun setinggi atau serendah apapun kita mengidentifikasikan anggapan atas diri dan golongan kita sendiri.Dan sesungguhnya buku ini terutama memang ditujukan sekedar untuk media katarsis dan resume analisis dari pencarian kebenaran selama sekian tahun yang perlu tersusun bagi penulis sendiri walaupun tidak menutup kemungkinan jika kemudian sejumlah informasi yang diberikan bisa juga dijadikan sebagai referensi pelengkap bagi pengetahuan maupun penenpuhan yang anda lakukan. Daripada menjadi ‘api dalam sekam’ yang meresahkan diri sendiri adalah lebih baik untuk mengungkapkannya kepada sesama karena walaupun mungkin hal ini terasa begitu memalukan namun demikian seperti lilin yang membakar dirinya sendiri penulis masih dapat berharap bahwa nyala kecilnya sedikit banyak akan mampu memberikan terang bagi para pencari kebenaran yang memerlukannya. Demikianlah akhir kebimbangan dan awal pengungkapan dari literatur ini.

Kemudian dengan menepis rasa malu dan ragu, kami akhirnya mulai menuliskannya. Dan bagaikan hanya menabur mimpi, penulis tidak perduli apakah kemudian akan ada penerbit yang bersedia menyebar-luaskan karya yang mungkin tidak cukup ‘marketable’ untuk dijual dikarenakan autoritas dan identitas keberadaan penulis yang ‘kurang-meyakinkan’; dan jika ternyata kemudian ada penerbit yang bersedia mencetak dan memasarkannya penulis juga tidak perduli apakah kemudian buku ini kemudian cukup menarik untuk dibeli dan dibaca oleh para pencari kebenaran yang memerlukannya ; dan jika seandainya saja buku ini kemudian tidak disambut dengan baik sekalipun penulis akan siap menerimanya. Yang jelas penyelesaian tugas ini harus segera tergenapi karena mungkin hanya karya kecil ini satu-satunya persembahan sederhana yang bisa penulis berikan pada kehidupan ini kepada Tuhan dan bagi dunia, khususnya anda sebagai pemerhati masalah spiritualitas.

Bukan Kriteria ideal paradigma :

1. Kebenaran Mutlak yang sesuai dengan kenyataan sesungguhnya ; tidak sekedar

2. Memungkinkan penempuhan yang berkelanjutan tidak sekedar

3. Mencakup pemberdayaan keseluruhan secara detail tidak sekedar global

® Pandangan hipotesis

Segala bahasan dan ulasan dari buku ini sesungguhnya bukanlah rhetorika penulis yang ditujukan untuk memanipulasi anda agar langsung menerima dan membenarkan segala wacana yang dipaparkan. Bahkan penulis justru mengharuskan kepada para pembaca untuk senantiasa kritis mengkaji literatur ini dengan kecerdasan nalar dan kejernihan nurani agar senantiasa terjaga dari kesesatan dikarenakan walaupun sesungguhnya penulis senantiasa mengharapkan perlindungan Tuhan agar diberikan keahlian dan kearifan dalam memilah dan memilih kebenaran dari kesesatan yang mungkin disengaja ataupun mungkin tidak disengaja dan untuk itu melalui usaha semaksimal mungkin dalam merangkum permasalahan spiritualitas selama sekian tahun ini; penulis tetap berkeyakinan karya ini masih jauh dari kesempurnaan dan bahkan tidak menutup kemungkinan banyak terdapat kekurangan bahkan bisa jadi kekeliruan yang terdapat didalamnya dikarenakan keterbatasan penulis dalam menganalisis suatu permasalahan. Singkat kata, buku ini hanyalah karya sederhana seorang anak manusia yang memiliki keterbatasan untuk disikapi secara jeli dalam mengkajinya.. Dan untuk menjaga kemungkinan dari penyesatan yang mungkin saja secara tidak disadari akan terjadi maka buku ini dilengkapi juga dengan Kuis dianektisi pada akhir pembahasan untuk diisi sesuai dengan pandangan anda sendiri. Anda boleh mengisi apapun juga sesuai dengan keyakinan ataupun keinginan anda sendiri – walaupun itu mungkin saja berbeda sama sekali dengan sejumlah pandangan yang dipaparkan penulis. Kuis – yang merupakan penerapan dari Sistem majeutice dari seorang filsuf terkemuka bernama socrates ini – dimaksudkan agar anda bisa menentukan cara memandang dan menjalani kehidupan ini. Kebenaran harus lahir secara otentik berdasarkan kesadaran anda sendiri . Dikarenakan tanggung jawab eksistensialitas seorang pribadi dibebankan pada pundak dirinya sendiri maka sudah selayaknya kebebasan menentukan keputusan bagi perjalanan kehidupannya sepenuhnya juga berada di tangannya sendiri .Keberadaan buku ini bisa dikatakan hanyalah sebagai bidan yang mencoba membantu anda untuk menghadirkan kesadaran tersebut ke permukaan agar kemudian anda bisa menentukan kepastian bagaimana anda selanjutnya mensikapi dan menjalani kehidupan anda sendiri. Uraian dalam pembahasannya tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi pilihan anda dalam menentukan keputusan jawaban namun hanya sebagai perspektif pelengkap dalam memperluas wawasan anda akan adanya sekian banyak sudut pandang dalam memahami setiap aspek kehidupan yang sama dari kebenaran yang satu tersebut. Oleh karena itu kuis tersebut bisa juga digunakan baik sebagai batu ujian pemantapan bagi para penganut dari sistem tertentu maupun penentuan sikap hidup bagi para penempuh ataupun sekedar referensi wawasan bagi para pembaca biasa. Kebenaran Mutlak hanyalah milik Tuhan dan hanya pada kuis ini anda diberi privacy kebebasan untuk menafsirkannya sendiri secara autentik dan subyektif dimana tidak satupun jawaban yang bisa dikatakan benar atau salah – jadi segalanya terserah anda dan seluruhnya tergantung Dia.

Pengharapan :
· Kemanfaatan → sesama Pencari Kebenaran,Penempuh Kehidupan,Pemerhati keabadian,Pengamat Kenyataan

Dengan segala keterbatasannya kami berharap akan sangat bermanfaat sebagai referensi panduan maupun sekedar literature wawasan bagi para pembaca yang mungkin terpilah dalam 4 (empat) kelompok berikut :
(1) Pencari Kebenaran :
Walaupun pada hakekatnya setiap kita adalah pencari kebenaran ; namun yang kami maksudkan disini adalah
sesungguhnya target pertama dan terutama dari maksud dan tujuan penulisan buku ini adalah .sebagai referensi pustaka bagi mereka. Para truth seeker,dharma sekha , pembelajar dan pemberdaya diri,
(2) Penempuh Kehidupan, :
Kita semua
(3)Pemerhati keabadian, :
Tidak semua manusia
(4) Pengamat Kenyataan :
Dalam eksistensialitas kita
· Pensikapan → Sikap terbuka dan sekaligus terjaga ini seharusnya senantiasa anda jalani dalam segala hal ;

Untuk kesekian kalinya penulis berharap ,hendaklah sebagai pembaca sekaligus penempuh anda tetap senantiasa terbuka dan terjaga dalam memahami dan mensikapi permasalahan. Terbuka dalam pengertian reseptif dalam memahami suatu dialektika bahasan suatu permasalahan ; namun sekaligus juga bersikap terjaga untuk tidak harus menerimanya mentah-mentah sebagai pandangan yang benar dimana kemudian anda tidak harus menyetujuinya sebagai pandangan yang anda ambil.

Sikap terbuka dan sekaligus terjaga ini seharusnya senantiasa anda jalani dalam segala hal ; termasuk di dalam mengkaji literatur ini. Walaupun sesungguhnya penulis senantiasa mengharapkan perlindungan pada Tuhan agar Dia senantiasa memberikan petunjuk supaya kami mampu untuk senantiasa menyatakan hanya kebenaran saja dan berusaha semaksimal mungkin untuk menyusunnya dalam kejelasan pada seluruh bahasan di lieratur ini ; namun penulis tetaplah mengakui dan merasakan tidak seluruhnya dari risalah pandangan ini merupakan kebenaran yang harus diyakini . Karya ini - sebagaimana mungkin juga karya manusiawi lainnya - masih memiliki banyak kekurangan untuk diisi, kekeliruan untuk diperbaiki , dan keterbatasan untuk disempurnakan. Oleh karena itu tetap sangat diperlukan kedewasaan dari pembaca sendiri dalam mensikapi dan menerima ulasan sehingga mampu memilih dan memilah sesuai dengan kemanfaatan yang diperlukan.
· Pengertian ®kebenaran hanyalah karena Tuhan; kesalahan yang berasal dari diri pribadi penulis sendiri .

Seandainya ulasan yang terungkap sungguh merupakan kebenaran ; maka kebenaran itu hanya karena hidayah Tuhan semata dikarenakan Dialah sesungguhnya sumber dari segala kebenaran yang ada sehingga tiada hak bagi penulis untuk menyatakan kebenaran ini dikarenakan upaya diri sendiri. Namun jika dalam pengungkapan terdapat kekurangan dan kekeliruan atau bahkan mungkin penyesatan ; sesungguhnya kelalaian tersebut disebabkan karena keterbatasan manusiawi penulis sendiri yang tak tersadari ; dan dengan tetap selalu mensucikan Tuhan Yang Maha Benar dari segala kesalahan ulasan pembahasan pada buku ini.-adalah haq bagi kami untuk mengakui kekeliruan tersebut sebagai kesalahan yang berasal dari diri pribadi penulis sendiri . Semoga Tuhan mengampuni dan pembaca bisa memaklumi.

Terakhir ; Selamat Membaca .





BAB I =

REFERENSI = Pengertian

Prolog = Hipotesis Paradigma :
Referensi ini kami jadikan dasar awal dalam pengkajian paradigma Dhamma dipathera (pendekatan kebenaran absolut) ini. Dhamma dipathera tidak sekedar pembenaran loka dipathera saja ataupun atta dipathera belaka. Kami berharap wawasan paradigma yang tersaji cukup akurat untuk memuaskan akal agar kemudian kita merasa perlu untuk bersegera menempuh realisasi tindakan pemberdayaan diri dan sekaligus pembuktian bagi hipotesa yang dipaparkan. Pantha-Rei , biarkan segalanya mengalir apa adanya sebagaimana harusnya.

Langkah awal haruslah dimulai. Untuk dapat melangkah dengan benar kita memerlukan pandangan yang relatif benar juga. Osho menyatakan walaupun tetap perlu dilakukan namun sesungguhnya langkah awal cenderung sebagai sesuatu kekeliruan. Dikarenakan kebenaran sesungguhnya melingkup secara nyata pada kita . Dia tidak dimana-mana. Pengetahuan yang terserap dalam bentuk informasi dan bukan realisasi memang kurang memadai dan terkadang justru malah menghambat keberhasilan suatu penempuhan dikarenakan senantiasa ada kecenderungan dari kita untuk merasa cukup sekedar mengerti saja untuk kemudian merasa tidak perlu menjalaninya, ataupun sering juga terjadi interferensi kesalah-fahaman dalam menafsirkan dikarenakan perbedaan dan kesenjangan dengan apersepsi pengetahuan sebelumnya, ataupun keterlalu-melekatan pada pandangan tersebut justru akan menghambat realisasi pengembangan kebijaksanaan dan peningkatan kesadaran yang mungkin dapat dicapai ; atau bisa juga terjadi adanya penyesatan dan keterpedayaan yang tidak selalu disengaja sebagai manipulasi kelicikan pemapar demi kepentingan pribadinya sendiri namun juga bisa suatu kekeliruan informasi karena keterbatasan pengetahuan walaupun dia memiliki maksud tulus untuk memberdayakan .

Osho mungkin benar namun demikian kami juga berpandangan. GIGO (garbage in,Garbage Out). Jika yang masuk sampah, keluarnyapun cenderung sampah). Tetap diperlukan kejelasan dan ketepatan pengertian bagi kita semua untuk dapat menghayati kebenaran tersebut. Pandangan yang benar adalah separuh langkah tindakan yang benar.. Namun demikian memang sangat perlu kewaspadaan bagi kita semua dalam menyimak dan mensikapi referensi pandangan awal ini. Sikap terbuka dan terjaga haruslah tetap menjadi senjata anda dalam mengkaji setiap hipotesis bahasan pada buku ini.

asumsi pensikapan : terbuka & terjaga

Sikap terbuka dan terjaga adalah perpaduan sikap yang tampak saling bertentangan satu sama lain namun sesungguhnya sikap ilmiah ini saling melengkapi satu sama lain.

Jika anda terlalu terjaga anda akan cenderung untuk tidak mempercayai wacana apapun juga dan tidak memperdulikan dampak penolakan tersebut untuk kemudian secara spontan langsung menolak suatu pandangan tertentu. Anda akan terhindar dari keterpedayaan yang akan merugikan anda dan sekaligus terhalangi juga dari keberdayaan yang akan berguna bagi anda. Sikap selalu terjaga mungkin memang sikap yang paling aman namun juga paling stagnan. Jika system 100 % aman kemungkinan besar system tersebut tidaklah berjalan. Bagaikan katak didalam tempurung sikap terjaga bisa diibaratkan sebagai tempurung yang menutup segala masukan

Sebaliknya Jika anda terlalu terbuka anda akan percaya begitu saja akan kami. Sikap ini mungkin sangat riskan .

Kisah keterjagaan & keterbukaan :

Ali b Abi Tholib :

® terbuka untuk siaga menghadapi dalam segala kemungkinan yang mungkin terjadi.;

‘kalama sutta’ :

® : selama belum ada realita yang membuktikan kebenarannya ; segalanya barulah hipotesa.

terjaga untuk hanya menerima kebenaran melalui penempuhan dan

Edward S Bono mengutarakan suatu kata tanggapan “Po” sebagai alternatif jawaban spontan “ya” atau “tidak”. Segala hiPOthesis (pandangan ) adalah Possible (mungkin). Mungkin Ya , mungkin juga tidak. Bisa “Ya” jika memang benar adanya; bisa “Tidak” jika memang tidak demikian nyatanya. Sikap PO ini tidak menuntut anda untuk segera mempercayai ataupun menyangkal segala sesuatu sebelum nyata kebenarannya. Tetap terjaga karena selama belum ada realita yang membuktikan kebenarannya; segalanya barulah hipotesa.namun juga terbuka untuk tetap senantiasa bersiaga menghadapi dalam segala kemungkinan yang mungkin terjadi.dengan mempersiapkan keberdayaan diri yang diperlukan. Segalanya ada waktunya. Kebenaran tetap akan terjadi walaupun kita tidak meyakininya, kenyataan tetap akan terjadi walaupun kita tidak menginginkannya. Pandangan perlu dibuktikan keabsahannya. Kesejatian perlu diberdayakan untuk kesiagaannya. Kehidupan perlu diusahakan untuk kesuksesannya. Pilihan perlu ditentukan untuk kepastiannya. Tindakan perlu dilakukan untuk pemenuhannya,

1) GNOSIS : Keakuratan paradigma (W) :

prolog : KeIlahian ?

Kehidupan yang sejati seharusnya menyandarkan pada Kebenaran Absolut yang nyata bukan sekedar pembenaran keinginan subyektif ego (atta dipathera) semata ataupun keyakinan relatif pandangan superego (loka dipathera) belaka. Oleh karenanya diperlukan Premis Pandangan yang benar (setidak-tidaknya tepat) untuk memahami realitas kebenaran abadi dan fenomena kenyataan sebagai dasar acuan kita dalam mensikapi dan menjalani hidup ini.
Berbicara tentang Kebenaran dan keMutlakan membawa kita pada pandangan tentang KeIlahian yang dimuliakan dalam risalah religiusitas agama tradisional dan spiritualitas mistik esoteris serta dalam sejumlah pandangan filsafat dan estetika yang sebagian besar memandangnya dipandang sebagai Sumber Mutlak kebenaran dalam dogma,wacana maupun hipotesa theologinya masing-masing..

KeIlahian dalam Agama + Mistik & Filsafat + Ethika =

Mediteran : Yahudi – Kristen – Islam : Ibrahim ,Musa , Daud , Yesus dan Muhammad & Mistisme Kabala , Esena dan Sufisme

India ‘Hindustan” sebagai negeri mistis dan filsuf timur melahirkan kultur religi hinduisme yang beragam , termasuk juga Buddhisme, & Sikh . Mistisme Yoga . Cina Taoisme. Babilonia Zoroaster . Mesir Ikhnaton.

Perenialist , Theosofist

konsideran asumsi 3 ;

Sebelumnya kita simak dulu sejumlah sikap pandang manusia mengenai permasalahan keTuhanan ini beserta dialektika pensikapan

(1) mempercayai atau mengingkari KeIlahian? ® Konsep Menerima :

Konsep Mengingkari :

Sejumlah filsuf empiris , rasionalist > vitalist , atheist,

Konsep Mempercayai :

Sejumlah filsuf religius > positivist agnosis,

® Konsep Menerima :

Prinsip terbuka untuk mempercayai kemungkinan adanya ‘keMutlakan’ / keIlahian.

Atheisme adalah kemustahilan ontologis . Atheisme adalah tempurung Osho. Mulhad
(2) Menerima KeIlahian secara familiar atau absolut? ® Konsep Tauhid =

Umumnya terdapat 2 (dua) sudut pandang dasar dalam mensikapi keTuhanan , yaitu secara familiar dan absolut

Konsep familiar : Sudut pandang yang familiar memandang Tuhan; keberadaanNya secara pasti dapat dipersonifikasikan secara akrab dan juga kehendakNya secara positif dapat diidentifikasikan. walaupun pada prakteknya Pandangan yang terlalu familiar tentang keTuhanan tepat dikarenakan memungkinkan adanya hubungan antara makhluk dengan Tuhan yang berpribadi dan mudah difahami. Sayangnya, seringkali cara pengenalan Tuhan dipersonifikasikan secara naif sesuai dengan anggapan dan kepentingan pandangan tersebut yang terkadang menyebabkan idea keTuhanan dan kebenaranNya malah menjadi ‘rentan’ terhadap aneka kekacauan identifikasi yang membataskan sesuai dengan anggapan keyakinan dan atau bahkan sekedar keinginan kita sendiri. Sehingga Tuhan menjadi terrendahkan secara kasar karena ke”terbatas’annya tersebut dan seakan justru menimbulkan kesan hanya memanipulasi kekudusan idea keTuhanan dan keluhuran idea Dharma demi kepentingannya sendiri.

Konsep Absolut ;

Sejumlah besar filsuf cenderung untuk lebih memandang Tuhan dalam aspek transendentalNya. Karl Jaspers,sebagai contoh, menyatakan kepercayaan (Faith) adalah transendensi. Ketidak percayaan transendental keTuhanan akan membawa kita kepada nihilisasi,demonologi dan deifikasi.

1. nihilisme : menganggap segala sesuatu {termasuk Tuhan } nihil .

2. demonologi :

3. deifikasi :

Namun demikian Jaspers juga menyatakan chiffers ; semacam : inspirasi (keilhaman) , revilasi (pewahyuan) , illuminasi.(pencerahan)

Sudut pandang yang absolut memandang Tuhan begitu sempurna untuk dapat difahami, sehingga segala pengenalan yang pasti dan positif tentang Tuhan sesungguhnya adalah mustahil. ignoramus,ignorabimus (kita tidak mengenalNya,dan tidak mungkin akan mengenalNya]- demikian kata seorang filsuf bernama Dubois. Pandangan ini kemudian tumbuh dan berkembang menjadi aliran agnostisme. Mengakui keberadaan Tuhan (yang Absolut) namun meragukan keabsahan agama dengan Tuhan yang didogmakan sangat familiar. Pandangan yang terlalu absolut tentang keTuhanan walaupun pada hakekatnya tampak benar dikarenakan dalam hal esensiNya memang Tuhan bebas dari penyerupaan dengan wujud makhluk. Namun hal ini menyebabkan hubungan kita dengan Tuhan sebagai Landasan dan Tujuan bagi spiritualitas justru menjadi terlalu absurd. Tuhan menjadi begitu jauh diluar jangkauan pengertian sehingga tidak memungkinkan sama sekali adanya hubungan diantara keduanya. Tuhan yang terlalu dipandang transenden absolut malah menjadi ‘asing- tak dikenal’. Sehingga Tuhan menjadi tersingkirkan secara ‘halus’ justru karena kesempurnaanNya. Pandangan ini begitu ironis seakan malah disalih tafsirkan memiliki maksud tersirat untuk menyangkal mampu dan perlunya hubungan antara manusia dengan Tuhannya.
® Konsep Tauhid =

Jika kau memandangnya tanzih semata kau membatasi Tuhan.

Jika kau memandangnya tasbih belaka kau menetapkan Dia

Namun jika kau menyatakanNya tanzih dan tasybih;

kau berada di jalan Tauhid yang benar

Sufi Ibn Arabi memandang KeIlahian Tuhan secara Esa - utuh dalam keseluruhan. Tuhan dipandang sekaligus sebagai Dzat Mutlak yang kekudusanNya tak tercapai oleh apapun/siapapun juga (transenden/tanzih) namun keluhuranNya meliputi segala sesuatu (immanen/ tasybih) sehingga walaupun pada dasarnya Kekudusan dan kesempurnaan Tuhan secara intelektual tak terfahami (agnosis)dengan keberadaan yang mungkin terlalu agung untuk kemudian tak diPribadikan(impersonal) dan mandiri (independent) namun kemulian IlahiahNya sering disikapi sebagai figur yang berpribadi(personal) dan Dharma kehendakNya dapat difahami(gnosis) sehingga memungkinkan terjadinya hubungan antara makhluk dengan Tuhan sesuai dengan ketentuanNya (dependent).

Prinsip Tauhid ini tampak bisa menjembatani 2 (dua) ekstrem cara memandang keIlahian Tuhan.® Konsep Tauhid = Prinsip tengah untuk mempercayai kemungkinan

(3) Menerima keIlahian secara Tauhid sebatas pengertian atau peribadahan?®Konsep Ehipasiko: Prinsip penempuhan dianektis

Mahatma Buddha tampaknya lebih menitik beratkan spiritualitas dalam penempuhannya daripada sekedar membicarakan dan memperbincangkan teorinya saja sehingga kemudian dia tidak ingin berspekulasi dan terjebak dalam rimba perselisihan pendapat konseptual yang tidak begitu perlu ketika seseorang menanyakanNya tentang hakekat Tuhan . Dia hanya meletakkan telunjuk di bibirnya.sebagai ‘jawaban’. Mungkin karena ini masalah keTuhanan hampir tak pernah disebut-sebut dalam ajaran Buddhisme ; sikap ini kemudian sering disalah tafsirkan sebagai penegasan bahwa ajaran Buddhisme menyangkal adanya Tuhan. Padahal sesungguhnya dengan sikap tersebut Buddha mengisyaratkan jawaban bahwa Tuhan yang Maha Esa itu ada namun Dia terlalu sempurna untuk digambarkan dengan kata-kata..

Dalam kitab suci Uddana 8.3 Parinibbana (3) Buddha bersabda :

O,bhikkhu ; ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak

Jika seandainya saja tidak ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran penjelmaan ,pembentukan , dan pemunculan dari sebab yang lalu.

Tetapi karena ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma, tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut maka ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu itu.

Ini secara tidak langsung mungkin menunjukkan dua hal sekaligus ,yaitu : kesaksian akan adanya keilahian yang diistilahkan sebagai ‘yang tak terbatas” dan yang kedua penjelasan bahwa nibbana pencerahan sebagai puncak pencapaian spiritualitas Buddhisme hanya mungkin terjadi karena adanya ‘Yang tak terbatas’ tersebut. Hal ini akan kita bahas lebih lanjut pada masalah pencerahan spiritual

Prinsip penempuhan dianektis melalui hipotesa sementara pengertian dialektis

1) Bagi Atheist :

2) Bagi Mu’min yang Familiar :

3) Bagi Mu’min yang Absolut :

· perspektif insaniah 4 (3 + 1);

perspektif insaniah 4 (3 + 1);

Jendela Pengamatan Manusiawi : Jnana – Bhakta - Karma

+ Turiya : ® : Metafisik ; Spiritual ; Robbaniah
manusia memberikan bingkai persepsi keIlahian dengan menghayati Tuhan sebagai kebenaran dalam pengertian intelektualnya yang kemudian direalisasikannya dalam jalan pengetahuan (jnana yoga); sebagai keindahan dalam pengertian emosional yang kemudian direalisasikannya dalam jalan kebaktian (bhakta yoga) ; sebagai kebaikan dalam pengertian aksional yang kemudian direalisasikannya dalam jalan perbuatan (karma yoga).

Osho menambahkan jendela pendekatan intuitif mistik sebagai jendela keempat (Turiya) untuk merealisasikan keIlahian tersebut melalui kesadaran langsung

formulasi konsep 3

· konsideran asumsi 3 ;
(keberadaan; kenyataan ; kebenaran ); ® KeIlahian dalam wujud,kuasa dan kasih .

Dengan tanpa maksud sedikitpun untuk mencabut anda dari kepercayaan dogmatis ataupun bahkan pandangan atheistik yang telah anda yakini sekalipun, berikut ini akan kami paparkan gnosis dasar spiritualitas esoterik mengenai keTuhanan,Keabadian dan kehidupan melalui pendekatan filosofis. Pandangan ini kami ajukan bukan hanya untuk menjaga netralitas dan obyektivitas pembahasan dari keberfihakan pada suatu ajaran atau faham tertentu ataupun hanya berdasarkan kecenderungan perkembangan pandangan filosofis dewasa ini. namun juga dikarenakan adanya sejumlah keidentikkan kedalamaman perspektif esoteris yang terdapat pada sekian banyak ajaran religi dan mistik tradisional yang tampak berbeda pada eksoteris di permukaannya.
Trilogi KeIlahian : Wujud keberadaan; Fakta kenyataan ; Nilai kebenaran

® Realitas KeIlahian dalam Wujud, Kuasa dan Kasih.

® Trilogi KeIlahian : Wujud keberadaan; Fakta kenyataan ; Nilai kebenaran

Dhamma dipathera haruslah selaras

® Realitas KeIlahian dalam Wujud, Kuasa dan Kasih.

1) Kaidah Wujud = Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk ) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan , segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada.

2)Kaidah Kuasa = Tuhan adalah Dzat Mutlak yang keluhuran ilahiyah laten deitasNya melingkupi segala sesuatu (immanent) namun kekudusan Dzat MutlakNya tak terjangkau oleh apapun atau siapun juga (transcendent) ® monotheistic x pantheistic,

3)Kaidah Kasih = Tuhan adalah Hakekat yang merupakan pangkal dan akhir segala yang ada. Segalanya berada dalam kuasa kehendakNya

Dalam ketentuan kuasaNya ; Tuhan mengarahkan segalanya dengan dhamma kenyataan. Segala nya berada dalam PengaturanNya

Dalam kehendak kasihNya ; Tuhan mengarahkan segalanya dalam Dharma kebenaran ; Segalanya berada dalam PemeliharaanNya

1. Hipotesis keBeradaan Tuhan (w) :


Kaidah Wujud :Tuhan (kholik) sebagai wajibul wujud ; (makhluk ) adalah mumkimul wujud

®Tanpa Tuhan , segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada.

Premis Dasar

1. Hipotesis keBeradaan Tuhan :

Kaidah Wujud :

Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk ) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan , segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada.

Tuhan adalah Wujud Mutlak (al wujud al muthlaq) Wujud yang keperiadaanNya wajib ada – karena jika tidak ada maka segala perwujudan lain (makhluk) yang hanya bersifat relatif dan mungkin (al wujud al mumkinat) tak mungkin ada juga. Tanpa apapun,Dia bisa ada maujud ; namun Tanpa Dia tiada sesuatupun yang maujud. Dia adalah Hakekat yang merupakan pangkal dan akhir segala yang ada.

® GENESIS = fase keberadaan (w) : Dhyana Dharma – Dharma Dhyana


Dhyana Dharma Keberadaan :
Fase 1 : Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purwaning Dumadi ( Dhyana ® Swadika ! )

Fase 2 : fase peng’ada’an. KeEsaan karena Tuhan. sangkaning Dumadi ( Dharma ® Kehendak Ilahi )

Fase 3 : fase keberadaan Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )

Dharma Dhyana Keberadaan :

Fase 3 : fase keberadaan Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )

Fase 4 : fase peniadaan. Keesaan kembali ke Tuhan. paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )

Fase 5 : fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )

® GENESIS = fase keberadaan (w) : Dhyana Dharma – Dharma Dhyana

Sangkan Paraning Dumadi

Dhyana Dharma Keberadaan :

Dharma Dhyana Keberadaan :
Fase 1 : Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purwaning Dumadi ( Dhyana ® Swadika ! )

Nun ~ Hanya keberadaan Tuhan yang berada dalam Dhyana. tiada apapun jua selain Dia

Nun – Hanyalah Tuhan Keberadaan Absolut . Esa Tanpa siapapun – Swadika dalam Dhyana

Sejumlah filsuf Mistik memandangnya sebagai ketentuan Azali Transendental Tuhan dengan tanpa apapun dan siapapun jua. KeEsaan hanya Tuhan.

Fase 2 : fase peng’ada’an. KeEsaan karena Tuhan. sangkaning Dumadi ( Dharma ® Kehendak Ilahi )

Kun – Hanyalah karena Keberadaan Absolut . Semesta keberadaan terjadi dari ketiadaan karena kehendakNya – Dharma Mandala

Kun ~ Hanya karenaNya, segala yang tiada menjadi ada

Karena kasihNya ; Tuhan menghadirkan segalanya . Dimensi ruang dan semesta terwujud, dan Dimensi waktu dan zaman bergerak.

Sejumlah Filsuf Scientist memandangnya sebagai ‘big bang’ emanasi darii suatu keberadaan agung yang memancarkan kemajemukan esensi nya menjadi beraneka ragam keberadaan dalam mandala yang bersesuaian dengan

Sejumlah Religi Mediteran memandangnya sebagai kreasi penciptaan sang Kholik atas setiap makhlukNya melalui proses bertahap dan berkelanjutan

Sejumlah Mistisi Pantheist memandangnya sebagai tanazul perpisahan dirinya dengan TuhanNya. Karena kesadaran keakuan dia membedakan keberadannya dalam keEsaan bersama Tuhannya. Dengan semakin kuatnya fantasi keakuan dan semakin liarnya sensasi kemauan yang mengikutinya dia semakin menjauh dari hadirat keEsaan TuhanNya dalam ilusi mandala keberadaan sebagai figur keberadaan yang semakin individualis. Tanazul Perpisahan ini menimbulkan kehampaan dan kerinduan untuk Taraqqi kemanunggalan kembali.

Awal penciptaan dunia ini adalah kecintaan Tuhan terhadap diriNya dan dalam diriNya. Melalui cintaNya Dia ingin dikenal dan IlmuNya ingin Dia manifestasikan. Demikian pandangan Ibn Arabi dan juga sejumlah aliran mistik theosofis.Cinta merupakan sebab daripada penciptaan (tajalli = manifestasi diri yang satu dalam bentuk-bentukNya yang tak terbatas).

Fase 3 : fase keberadaan Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )

Aum – Hanyalah Esa Keberadaan Absolut. Segalanya berada dalam Laten Deitas mandala DharmaNya – Strata Mandala

Aum ~ Keberadaan terwujud dalam jagad Qodim Mandala keberadaan sejak masa Azali Mandala Keabadian.

Dalam kuasaNya ; Tuhan mengarahkan segalanya dengan dhamma kenyataan.

Dalam kasihNya ; Tuhan mengarahkan segalanya dalam Dharma kebenaran ;

Pandangan monistik : Aum-sarvam khalv idam Brahman Esa; demikianlah segalanya berada dalam Brahman

Saat ini dan disini kita berada dalam fase 3.

Fase 4 : fase peniadaan. Keesaan kembali ke Tuhan. paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )

Kun – Hanyalah Esa Keberadaan Absolut. Segalanya kembali ke hadiratNya – Dharma Mandala

Kun ~ Hanya karenaNya, segala yang ada kembali tiada.

Karena kuasa Nya ; Tuhan mensirnakan segalanya. Dimensi ruang dan semesta musnah, dan Dimensi waktu dan zaman berhenti.

Sejumlah Religi dan Mistisi memandangnya sebagai Pralaya (kiamat) sebagai pemusnahan sebagian dimensi dan meneruskannya dengan penghisaban , sejumlah mistisi bahkan menyatakan sebagai Maha Pralaya sebagai pemusnahan seluruh dimensi mandala keberadaan. sebagai peleburan total .

Sejumlah Filsuf Religi dan Mistisi memperkirakan kedatangannya secara negatif dikarenakan keingkaran makhluk telah merajalela hingga mencapai puncaknya yang mengakibatkan ketidak harmonisan mandala keberadaan tersebut; sebagian lagi memperkirakan kedatangannya secara positif dikarenakan terjadinya Pencerahan spiritual secara universal yang mengakibatkan transformasi kemurnian mandala .

Fase 5 : Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )

Nun – Hanyalah Esa Keberadaan Absolut. Esa tanpa siapapun – Swadika dalam Dhyana

Nun ~ dalam kehampaan , tiada apapun jua . Hanya Tuhan yang berada dalam Dhyana.

Sejumlah filsuf mistik memandangnya sebagai ketetapan Abadi Transendental Tuhan dengan tanpa apapun dan siapaun jua . KeEsaan hanya Tuhan.

2. Hipotesis KeTauhidan Tuhan (k):


Konsep Kuasa :Tuhan adalah Dzat Mutlak (immanent+transcendent) ® monotheistic x pantheistic,

2. Hipotesis KeTauhidan Tuhan :

Konsep Kuasa :

Tuhan adalah Dzat Mutlak yang keluhuran ilahiyah laten deitasNya melingkupi segala sesuatu (immanent) namun kekudusan Dzat MutlakNya tak terjangkau oleh apapun atau siapun juga (transcendent) ® monotheistic x pantheistic,

® MANDALA = tataran keberadaan (k) : Tanazul Makrokosmos – Taraqqi Mikrokosmos

Tanazul Makrokosmos = Dimensi paralel semesta

1) Advaita = mandala transcendent keIlahiyahan (Kasih – Kuasa ) :

Dhyana : ‘mandala’ KeEsaan Mutlak (Dzat) ® “tiada” keberadaan selain Dia. (DIA)

1. Indefinit – Dzat Mutlak Tuhan yang tiada dapat terjangkau dan sebaiknya tetap menjadi misteri yang perlu dan wajib dimuliakan kekudusanNya.

Dharma : ‘mandala’ keEsaan Mutlak yang merealisasikan kenyataan dhamma dan kebenaran dharma ® “sirna” keberadaan selain Dia (ESA)

2. Infinitum – ‘hijab’ kekudusan Kuasa Tuhan yang tidak dapat terjangkau namun seharusnya dihayati (KUN) ® kenyataan hanya karenaTuhan

3. Infinitum – ‘hijab’ keluhuran Kasih Tuhan yang tidak dapat terjangkau namun seharusnya dihayati (KUN) ® kebenaran hanya karena Tuhan

2) Universe = mandala immanent kesemestaan keabadian (AUM) :

Dimensi Tanazul Terjangkau oleh Taraqqi dalam Wuwei Kesadaran Universal : Esa (ekstase)

1. Dimensi Nirvanik : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan hakekat ketiadaan diri (kefanaan diri & kebaqoan Tuhan) : annata

2. Dimensi Kosmik: Wilayah kesadaran realisasi autentik akan hakekat kosmik

3. Dimensi Spiritual : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan hakekat spiritual

Dimensi Tanazul yang terjangkau oleh Taraqqi dengan Zazen Kesadaran Individual : Ego (metode)

4. Dimensi Mental : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan keberadaan mental keakuan (budhasetra,dll)

5. Dimensi Astral : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan keberadaan astral kemauan (devata,dll)

6. Dimensi Eterik : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan keberadaan sukma eteris (siluman,dll)

7. Dimensi Fisik : Wilayah kesadaran keberadaan eksistensial figur ‘mental’ berfisik (manusia,dll)

Taraqqi Mikrokosmos = Dimensi paralel pribadi

1) Universe = mandala immanent kesemestaan keabadian (AUM) :

1. Dimensi Fisik : Wilayah kesadaran keberadaan eksistensial figur ‘mental’ berfisik (manusia,dll)

Dimensi Tanazul yang terjangkau oleh Taraqqi dengan Zazen Kesadaran Individual : Ego (metode)

2. Dimensi Eterik : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan keberadaan sukma eteris (siluman,dll)

3. Dimensi Astral : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan keberadaan astral kemauan (devata,dll)

4. Dimensi Mental : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan keberadaan mental keakuan (budhasetra,dll)

Dimensi Tanazul Terjangkau oleh Taraqqi dalam Wuwei Kesadaran Universal : Esa (ekstase)

5. Dimensi Spiritual : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan hakekat spiritual

6. Dimensi Kosmik: Wilayah kesadaran realisasi autentik akan hakekat kosmik

7. Dimensi Nirvanik: Wilayah kesadaran realisasi autentik akan hakekat ketiadaan diri (kefanaan diri & kebaqoan Tuhan) : annata

2) Advaita = mandala transcendent keIlahiyahan (Kasih – Kuasa ) :

Dharma : ‘mandala’ keEsaan Mutlak yang merealisasikan kenyataan dhamma dan kebenaran dharma ® “sirna” keberadaan selain Dia (ESA)

1. Infinitum – ‘hijab’ keluhuran Kasih Tuhan yang tidak dapat terjangkau namun seharusnya dihayati (KUN) ® kebenaran hanya karena Tuhan

2. Infinitum – ‘hijab’ kekudusan Kuasa Tuhan yang tidak dapat terjangkau namun seharusnya dihayati (KUN) ® kenyataan hanya karenaTuhan

Dhyana : ‘mandala’ KeEsaan Mutlak (Dzat) ® “tiada” keberadaan selain Dia. (DIA)

3. Indefinit – Dzat Mutlak Tuhan yang tiada dapat terjangkau dan sebaiknya tetap menjadi misteri yang perlu dan wajib dimuliakan kekudusanNya.

3. Hipotesis Kebijakan Tuhan (ks):

3. Hipotesis Kebijakan Tuhan :

Konsep Kasih : ketentuan kuasa Sunatullooh Nya ; kehendak kasih ShibghotulloohNya

Tuhan adalah Hakekat yang merupakan Sumber awal dan Tujuan akhir pengarahan samsara segala keberadaan yang ada

Dalam ketentuan kuasaNya ; Tuhan mengarahkan segalanya dengan dhamma kenyataan. Segala nya berada dalam PengaturanNya

Dalam kehendak kasihNya ; Tuhan mengarahkan segalanya dalam Dharma kebenaran ; Segalanya berada dalam PemeliharaanNya

Tuhan melingkup Immanensi keberadaan yang diwujudkanNya dengan kaidah trinitas : wujud , kuasa dan Kasih

Tiada keberadan tanpa immanensi laten Deitas immanensi Tuhan

Tiada kekuasaan tanpa immanensi kaidah Kuasa Tuhan

Tiada kebenaran tanpa immanensi kaidah Kasih

Dalam immanensi keberadaan tersebut ditetapkan kaidah Sunnatullaah sebagai keberadaan yang mengatur segala perwujudan

Dalam immanensi keberadaan tersebut ditetapkan kaidah Shibghotullooh sebagai keberadaan yang mengatur segala perwujudan

Hakekat Setiap Mandala beserta Setiap MakhlukNya berada dalam pancaran laten Deitas perwujudan kekuasaan dan pengawasanNya.

Dalam Immanensi keberadaan tersebut ditetapkan kaidah Sunnatullaah kuasa Tuhan seagai kekuatan yang mengatur segala perwujudan

Hakekat Setiap Mandala beserta Setiap MakhlukNya berada dalam laten Deitas kekuasaan dan pengawasanNya.

Dalam Immanensi keberadaan tersebut ditetapkan kaidah Shibghatullah kasih Tuhan sebagai kebaikan

Hakekat Setiap Mandala beserta Setiap MakhlukNya berada dalam laten Deitas kekuasaan dan pengawasanNya.

Karena kasih Nya Tuhan dipandang secara estetis sebagai personal dan merealisasikan sebagai bhakta secara moralitas

Karena kuasaNya Tuhan dipandang secara empiris sebagai impersonal dan merealisasikannya d

Karena wujudNya Tuhan dipandang secara filosofis sebagai immanensial

KeEsaan immanensi

Dualisme Kuasa dan Kasih yang mengatur immanensi keberadaan

Trinitas Wujud , Kuasa dan Kasih

®SAMSARA=keberadaan diri (ks):Spiritualitas Keabadian– Eksistensialitas Kehidupan

® SAMSARA = keberadaan diri (ks) : Spiritualitas Keabadian – Eksistensialitas Kehidupan

Kita adalah makhluk spiritual yang menjalani kehidupan kemanusiaan (Deepak Chopra )

1) anugerah Samsara keRobbanian Pribadi pada Spiritualitas Keabadian– Eksistensialitas Kehidupan

Sadari kenyataan Pribadi sebagai satuan individual makhluk universal ilahiyah yang berperan dalam suatu keberadaan eksistensial tertentu. Samsara kehidupan merupakan segala problematika yang sedang dihadapi dan dijalani oleh diri sebagai basis keberadaan eksistensial saat ini.

2) amanah Pemberdayaan keRobbanian diri pada Spiritualitas Keabadian– Eksistensialitas Kehidupan

= kehidupan merupakan amanah Tuhan untuk kita pergunakan dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya dalam memberdayakan keseluruhan diri dalam perjalanan keabadiannya.

3) Ekstase keabadian adalah kebijakan memberdayakan diri x kejahilan memperdayakan diri ; mensikapi kuasaNya dan menjalani kasih kehendakNya

Amor Dei,amor Fati.

Epilog : Keyakinan ? ®

kaidah pemuasan akal hipotesis awal untuk diterima sebagai dasar pengertian x akidah dogmatis untuk langsung diyakini sebagai kebenaran yang sesungguhnya.( (Ilmul Yaqin, ‘ainul Yaqin, haqqul yaqin).

· Pandangan diatas hanyalah merupakan kaidah hipotesis untuk diterima sebagai dasar pengertian bukan akidah dogmatis untuk langsung diyakini .

· Keyakinan hanyalah pada kebenaran yang sesungguhnya. Tidak sekedar melalui pengertian keilmuan (Ilmul Yaqin) , ataupun hanya pada input lanjut penempuhan ( ‘ainul Yaqin) namun harus pada aspek akhir pencerahan keseluruhan (haqqul yaqin).

· Kami memandang hipotesis ini lebih sebagai ketepatan daripada kebenaran. Suatu langkah bijak

Secara mistis Sekedar pemuasan akal

2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) :

prolog : kearifan ? (kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan)


kemantapan menerima hipotesis sementara sebagai acuan dasar ® kecerahan akurasi paradigma hipotesis

Hakekat = Vs atheistic : Vs absolutis :

Genesis = Vs jaqad qodim :. Vs zaman azali :

Mandala = Vs Pantheisme ; Vs Empirisme

Samsara = vs Sekulerisme ; Vs Liberalisme

® kecerahan paradigma hipotesis vs penyangkalan dan peluriusan

HAKEKAT =

Vs Pandangan atheistic : Tidak ada Realitas Tuhan yang ada hanyalah fenomena keberadaan.

® Fenomena keberadaan hanyalah mumkimul wujud yang hanya mungkin ada atau malahan tiada karena adanya di-adakan oleh wajibul Wujud yaitu Realitas Tuhan.

Vs Pandamgan absolutis : Realitas Tuhan adalah begitu absolut dan transenden sehingga mustahil kita dapat mengenal dan berhubungan denganNya.

® Walaupun kekudusanNya memang

GENESIS = tentang keberadaan (rimba pendapat)

Vs Pandangan jaqad qodim : alam semesta sudah ada dan qodim sejak dulu hingga nanti..

® dimensi ruang, seluruh mandala (hingga alam semesta pada dimensi fisik) baru ada setelah fase genesis / tanazul. Tuhan telah ada dalam keEsaan DhyanaNya sebelum mewujudkan nya.

® dimensi ruang mungkin saj a akan mengalami pralaya (kemusnahan alam semesta pada dimensi fisik) dan bahkan mahapralaya (pemusnahan total seluruh mandala semesta ) jika Tuhan menghendaki. Tuhan tetap ada dalam keEsaan DhyanaNya walau semesta mandala telah dimusnahkanNya.

Vs Pandangan zaman azali : Waktu melaju sejak zaman azali dulu dan terus bergerak dalam keabadian.

® dimensi waktu baru ditentukan Dengan roda zaman menyertainya bergerak pada fase genesis bersamaan dengan keberadaan mandala. Sebelumnya hanya ada keMutlakan yang Esa yang sehingga keberadan selainNya adalah sebagai tiada ditentukan adanya.

® dimensi waktu akan ditentukan berhenti pada fase (maha)pralaya karena kemudian hanya ada keMutlakan yang Esa yang sehingga keberadan selainNya adalah sebagai tiada ditentukan adanya.

MANDALA = dalam keberadaan

Vs Pantheisme ;

Vs Empirisme

SAMSARA =

1) kenyataan diri sebagai pribadi yang sedang menjalani kehidupan dan mungkin juga menghadapi keabadian

2) keharusan bersikap untuk segera bertindak (tidak memilih juga merupakan pilihan yaitu mengabaikan suatu kemungkinan yang bisa saja akan terjadi)

3) kebijakan menempuh keseluruhan ® kesegeraan aktualisasi pemberdayaan kehidupan dan keabadian secara harmonis dan berkelanjutan dalam mencapai akses keabadian (swadika, talenta, visekha) dan asset kehidupan (persada, karisma, bahagia)

1) Khilafiyah Theologi :


Hakekat Theologi sebagai Ilmu tentang Tuhan ® usaha pendekatan dengan segala keterbatasan intelektual Keberadaan dan kesempurnaan Tuhan .

prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan)

kemantapan menerima hipotesis sementara sebagai acuan dasar

1) Khilafiyah Theologi : kemustahilan membatasi Tuhan ?
Tuhan dalam ajaran religiusitas agama tradisional dan spiritualitas mistik esoteris serta dalam sejumlah pandangan filsafat dan estetika dipandang sebagai sumber kebenaran dalam dogma,wacana maupun hipotesa theologinya masing-masing.
Hakekat Theologi =

Istilah Theologi sebagai Ilmu tentang Tuhan sesungguhnya bukanlah terma yang tepat untuk digunakan dikarenakan adalah mustahil bagi kita untuk melogikakan masalah keIlahian. Walaupun dalam batas tertentu Keberadaan dan kesempurnaan Tuhan bukanlah hal yang absurd dan irrasional untuk difahami dan diterima namun sesungguhnya pengertian Keilahian secara utuh adalah bersifat trans-rasional - melampaui jangkauan pemikiran dan pemahaman kita - ; sehingga tidak memungkinkan bagi kita membatasinya dalam lingkup penalaran intelektual kita. Theologi haruslah kita sadari hanyalah merupakan suatu usaha pendekatan dengan segala keterbatasan intelektual yang kita miliki untuk memberikan kejelasan perspektif tentang keIlahian dan permasalahan spiritualitas yang berkaitan dengannya dalam kehidupan ini.

Bhinneka tunggal ika,tan hana dharma mangrwa

- walau berbeda tetap satu,tiada kebenaran yang mendua (mpu tantular-sutasoma)

Ada begitu banyak pandangan theologis yang tumbuh berkembang di dunia ini ; baik yang secara populer tersebar-luas di masyarakat maupun yang secara esoteris terrahasiakan dan hanya diketahui oleh kalangan tertentu saja..Pada hakekatnya setiap ajaran spiritualitas tersebut hanya mempercayai, dan mengagungkan satu Tuhan yang sama.dan mereka juga memuliakan dan melaksanakan Dharma Kebenaran IlahiahNya . Namun dikarenakan mereka memandang dari sudut pandang yang berbeda maka sekilas tampak adanya perbedaan yang terkadang cukup mendasar pada akidah keyakinan dan dalam merealisasikan ibadah kebaktian dan amaliah kecintaan kepada Dia itu. Tetapi hendaknya perbedaan ini tidak perlu terlalu diperselisihkan karena sesungguhnya pada hakekatnya mereka berasal dari sumber yang sama. Seperti seberkas cahaya putih yang mengenai sebuah prisma yang kemudian membiaskannya dalam spektrum cahaya yang berwarna-warni.- Demikianlah Kebenaran absolut tersebut diterima. Walaupun Perbedaan yang mendasar hanyalah sebatas di permukaan dan bukan dalam kedalamannya.

→ kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat (keIlahian ; keberadaaan; ketentuan)


bagai spektrum cahaya yang terbiaskan prisma seberkas cahaya putih Kebenaran absolut ® Hendaknya perbedaan tersebut dipandang sebagai suatu kewajaran yang niscaya terjadi di permukaan x kedalaman.

1.KeIlahian(TUHAN)=pembatasan nama, berfihak/ milik; Dilihat?®dihayati; Leburan?®jumbuhan

2.Keberadaan (DHARMA): ketentuan Kenyataan Sunnatullaah ; Kebenaran ketentuan Shibgatullaah :

3.Ketentuan(Takdir: kebebasan>keterikatan ® ketentuan ikhtiar ) ; Hisab ( langsung ; rebirth ® kesiapan saat ini)

→ kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat

Ibarat lautan , Spiritualitas (MahaDharma) sering ditafsirkan sebagai riak ombak bagi setiap sistem ajaran spiritualitas ( agama ,mistik ,). Aneka perbedaan pandangan di permukaan yang ada dari lautan kebenaran dan kenyataan yang sama tersebut seringkali menjadi permasalahan bagi para penganut sistem dalam memandang faham lain yang ‘berbeda ’ untuk kemudian terkadang timbul perselisihan dan pertengkaran, penghujatan hingga peperangan yang sesungguhnya tidak perlu diantara mereka. Suatu hal yang sesungguhnya sangat bertentangan dengan landasan dasar dari setiap sistem ajaran tersebut yang sesungguhnya ditujukan untuk membawa kedamaian dan kesejahteraan di muka bumi ini dan bukan menebar kebencian dan pengrusakan apapun alasan dan tujuannya. Semesta kenyataan dan kebenaran yang tercipta adalah semesta kemajemukan ; dan dalam kemajemukan tersebut pastilah ada perbedaan perspektif dalam memandangnya. Hendaknya perbedaan tersebut dipandang sebagai suatu kewajaran yang niscaya terjadi

(keIlahian ; keberadaaan; ketentuan)

KeIlahian :

1. Tentang = KeIlahian ® TUHAN

pembatasan nama sebutan Tuhan : Varnatmak – Dunyatmak → transendental Dunyatmak (Asmaul Husna / Ismul Azham : ta’zim)

keberfihakan dan kepemilikan Tuhan : Tuhan bukan milik kita. Kitalah milik Tuhan ; Tuhan tidak selalu berfihak pada kita dan sudah seharusnya

berfihak padaNya

Absolut Transendent ( Wujud) ® immanent : Impersonal ( kuasa) & Personal (kasih)

Dilihat ? bisa dihayati keberadaannya sesuai dengan maqom keberadaan makhlukNya; Leburan? tidak mungkin karena Tunggal-tanTunggal (wujud dzat MutlakNya kudus transcendent tidak immanent ; kuasa-kasih laten deitasNya immanent universal tidak sekedar individual ). Tuhan melingkup makhlukNya tetapi tidak sebaliknya Hanya batin yang reseptiflah yang berpeluang besar mampu menghayati keberadaanNya.

2. Tentang Keberadaan DHARMA

Kenyataan ketentuan Sunnatullaah :

Kebenaran ketentuan Shibgatullaah : kebenaran ( spiritualitas religius / estetika budaya )

3. Tentang Ketentuan :

TAKDIR : Keterikatan : keterbatasan ; tanggung jawab Kebebasan :

HISAB : langsung ; rebirth

2) Problema Theodice:


Istilah Theodice sebagai membela Tuhan ®usaha pembenaran keyakinan pandangan spiritualitas Robbaniah (Dharma berkeTuhanan).

+dakwah?Cara umum(indoktrinasi dogmatis,argumentasi,persuasi,); cara lain (intimidasi/ provokasi/ manipulasi); cara baru (realisasi)

®Spiritualitas&religiusitas adalah hal yang luhur dan adalah tidak selayaknya (Niat &cara®Kedewasaan )

2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) :

prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan)

kemantapan menerima hipotesis sementara sebagai acuan dasar

2) Problema Theodice : kemustahilan membela Tuhan?

Istilah Theodice sesungguhnya juga bukanlah merupakan istilah yang tepat. Theodice – berdasarkan etimologi kata – berarti membela keberadaan Tuhan dan juga Dharma kebenaranNya..Suatu pengertian yang terdengar agung yang mana akan membuat kita merasa terpanggil untuk segera menjalankannya . Namun sebelumnya marilah kita kaji dahulu kebenaran dan ketepatan pandangan ini. Begitu lemahkah Tuhan dan DharmaNya sehingga kita perlu dan harus membelanya dengan segala tindakan radikal seperti Dharma Yudha , Jihad Fi Sabilillah , Apologetika Salib dan sebagainya ?

Sesungguhnya Tuhan dan DharmaNya tidaklah begitu lemah sehingga sangat memerlukan segala bantuan kekuatan kita. Tuhan tetaplah menjadi Tuhan Penguasa Mutlak yang Nyata dan KehendakNya merupakan Dharma Kebenaran yang tetap berlaku di seluruh alam semesta ini walaupun jika seluruh makhluk menyangkal kebenaran dan tidak mengakui kenyataan tersebut. Sebenarnya bukanlah kita yang membela Tuhan tetapi Tuhanlah yang membela kita dan bukanlah kita yang menjaga Dharma tetapi Dharmalah yang menjaga kita. Hanya karena karuniaNya kita dilimpahi dengan hidayah keimanan dan kemudian Dia menunjukkan kepada kita Jalan Dharma sesuai dengan agama dan kepercayaan kita masing-masing yang seharusnya kita tempuh agar kita senantiasa terjaga dan berdaya dalam kehidupan ini. Seandainya Dia menghendaki seluruh makhluk di alam semesta ini menjadi beriman semuanya pastilah dapat diwujudkannya segera dengan tanpa perlu mengharapkan bantuan kita untuk itu. Kesempurnaan dan KeperkasaanNya sebenarnya sama sekali tidak memerlukan keterbatasan bantuan dan pertolongan kita.

Namun demikian sebagai orang yang beriman adalah tidak salah dan justru sebaliknya kita memang seharusnya membela keimanan kita kepadaNya secara benar dan tepat. Theodice sesungguhnya merupakan usaha pembenaran keyakinan kita akan pandangan spiritualitas Robbaniah (Dharma berkeTuhanan). Dalam Kehidupan senantiasa banyak terjadi perubahan yang terkadang berimbas kepada keimanan kita terhadap keIlahian Tuhan dan Dharma kebenaran Nya. Kadar keimanan kita sering kali berfluktuasi naik-turun . Disitu Theodice berperanan dalam mempertahankan dan meningkatkan kadar keimanan agar kita senantiasa mampu berintegritas dengan spiritualitas dan beraktualisasi dalam kehidupan sehari-hari. Singkatnya agar dengan senantiasa ita tetap mantap berdiri dalam keseimbangan dan lancar melangkah dalam keberimbangan pada titian kehidupan ini.

Pengertian Theodice kemudian berkembang lebih meluas sebagai usaha penjelasan dan penyebaran suatu keyakinan dari sistem ajaran tersebut kepada khalayak ramai yang mana kemudian sering diikuti konflik yang bersifat internal inter-sistem maupun external antar-sistem spiritualitas. Setiap firqoh aliran menganggap pandangannya sendiri yang benar dan menghujat aliran lain sebagai kesesatan yang harus dibungkam. Setiap firqoh aliran menganggap tindakannya sendiri yang benar dan menghujat aliran lain sebagai kesesatan yang harus dihancurkan. Setiap firqoh aliran menganggap keberadan umatnya sendiri yang benar dan menghujat aliran lain sebagai kesesatan yang harus dimusnahkan.

(ragam apologetika : dogmatis,argumentasi,persuasi,realisasi

Ada banyak cara yang mungkin ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut .

1. Indoktrinasi dogma = Sacra scriptura verbum Dei -

Indoktrinasi merupakan cara theodice dengan menggunakan dan memanfaatkan kewenangan dari legitimasi dan autoritas yang dimiliki. Ini adalah cara paling mudah diantara cara yang lain. namun sekaligus cara yang paling naif. Mungkin inilah sebabnya penghayatan awal . Umumnya para cendekiawan religi melakukan penyebaran keyakinannya dengan argumentasi melalui rasionalisasi pembenaran terhadap ajaran yang dianut. Mereka menggunakan hujjah autoritas kitab sucinya sebagai dasar kebenaran.

2. Argumentasi =manusia berasal dari kata manas

Argumentasi merupakan cara theodice dengan menggunakan dan memanfaatkan kemampuan serta kelihaian rasional akal fikiran . Para filosof religius membela pandangan keyakinannya melalui dialektika rasionalitas.

3. Persuasi = Persuasi merupakan cara theodice dengan memanfaatkan kemampuan interaksi em Pribadi simpatik Keteladanan karisma Lebih effektif

4. Realisasi = Ehipasiko merupakan Kalama sutta No fact,no truth,no faith Pembuktian Penempuhan Paling effektif Sesunnguhnya terdapat cara lain untuk me

Manipulasi : memanfaatkan kebodohan , menyebabkan kenyamanan

Provokasi : memaksakan , Ketidaknyamanan dalam penekanan dan ketidak

Namun demikian Spiritualitas adalah hal yang luhur dan adalah tidak selayaknya

Niat dan cara ; Kedewasaan – keberlanjutan –

® kebijakan metanoia diantara faham pandangan (fanatisme; skeptisme ; vitalisme)


Kemantapan menerima pandangan lain secar arif :

1.kearifan terhadap : fanatisme/mistisme :

=Fanatisme Agama: (1) .kondisi historis ajaran; (2.) proses perkembangan rohaniah (Syariat.;Thariqat ; Haqeqat ; Ma’rifat) ; (3). persepsi dan manipulasi terhadap ajaran;

= Alienasi Mistik = (1)idealisme (2)reaksi terhadap dunia (3)pencerapan metafisik spiritualitas

2.kearifan terhadap : Skeptisme / vitalisme :

= Skeptisme (Manas Rasionalisme;Empirisme – Positivisme) : (1)keengganan naluriah vitalisme (2) reaksi terhadap kekasaran fanatisme (3) pengamatan empiris /pemahaman positivis

=Vitalisme hedonis (1.) kepolosan kodrati alamiah (2)pengaruh lingkungan pembentuk (3)potensi kesadaran ilahiah kundalini

Kemantapan mensikapi Realisasi : M.Peck ®

® kebijakan metanoia diantara faham pandangan

1. kearifan terhadap : fanatisme/mistisme :

1. Fanatisme Agama :

Hidup memerlukan tatanan Militansi – Manipulasi < diniah religi – taqlid mistik Tatanan

Manusia memerlukan kepastian dalam keyakinanyan sehingga Sikap fanatis sebenarnya dalam batas-batas tertentu memang haruslah dimiliki oleh seorang penganut untuk memperkuat kadar keimananannya sehingga semakin memantapkan dia dalam menjalankan amal kebajikan dan menegakkan kebenaran sesuai dengan keyakinannya tersebut . Namun seringkali fanatisme tersebut berkembang menjadi trium falisme

Walaupun sesungguhnya sikap fanatis terhadap suatu pandangan justru akan menghalangi peluang pemberdayaan diri untuk mencapai yang lebih luas dikarenakan sifat ketertutupan dan keangkuhannya. Sikap fanatisme memang merupakan hak yang diperbolehkan namun seharusnya juga ditegakkan secara haq yaitu sesuai dengan kebenaran. Hendaklah sikap fanatis tersebut dibarengi dengan kearifan untuk senantiasa dewasa memahami bahwa orang lainpun berhak meyakini akidah keimanan yang berbeda dan menjalani amal ibadah yang sesuai dengan fahamnya tersebut. Sikap fanatisme yang sehat hendaklah dibarengi dengan sifat toleran dan sikap moderat dalam mengaktualisasikannya. Kebenaran milik Tuhan dan b

Prinsip lakum dienukum dan lama amakalana Dalam

Maksudnya - walaupun mungkin terdengar naif dan liar– anda mungkin boleh saja mengklaim faham yang anda anut sebagai yang terhebat (tentu saja anda sebagai penganutnya juga akan tampak sebagai yang terhebat)dan juga memuji amalan yang anda lakukan sebagai yang termulia (semoga saja anda benar-benar menjalankannya dengan segenap kemurnian bukan kepalsuan) atau bahkan menganggap aliran anda sebagai yang paling mulia ( semoga saja demikianlah kenyataannya tidak sekedar anggapan anda)

(1)kondisi historis ajaran : Tidak semua agama maupun faham spiritualitas hadir dalam lingkungan kondusif yang langsung seketika menerima kehadiran dan pandangannya untuk kemudian segera menunjang keberadaan dan perkembangannya. Sebagaimana , potensi yang akan muncul. Tradisi peradaban Yunani dan kebudayaan India dengan kebebasan berfikir dan berpendapat . Islam lahir dalam lingkungan masyarakat jahiliah . Kristen hadir dalam lingkungan masyarakat yang fasik

(2)persepsi dan manipulasi terhadap ajaran

(3)proses perkembangan rohaniah Syariat.;Thariqat ; Haqeqat ; Ma’rifat

2. Alienasi Mistik =

mistisme

alienasi asketisme

(1)idealisme

(2)reaksi terhadap dunia

(3)pencerapan metafisik spiritualitas

2. kearifan terhadap : atheisme/vitalisme :

Hidup memang memerlukan vitalitas kegairahan. .Vitalisme – Hedonisme <moralitas & keilahian> Naluri

sikap vitalis sesungguhnya merupakan sifat alamiah setiap makhluk hidup. Dengan naluri tersebut kita hadir eksis dalam kehidupan ini.

manusia walaupun memang memiliki potensi untuk menjadi baik dan maju memberdayakan diri menuju kemuliaaannya namun cenderung menjadi liar terperdayakan oleh egonya sendiri.

(1) kepolosan kodrati alamiah

(2) pengaruh lingkungan pembentuk

(3) potensi kesadaran ilahiah kundalini

M.Peck

3. kearifan terhadap : skeptisme /empirisme :

Skeptisme =

Manas Rasionalisme ; Empirisme – Positivisme = Atheisme - Agnostisme pemikiran sikap skeptis

(1)keengganan naluriah vitalisme

Vitalisme kebebasan atheisme

(2)reaksi terhadap kekasaran fanatisme

Sikap trium falisme (merasa dan terlalu membanggakan d pertikaian kesal agnostisme

(3) pengamatan empiris /pemahaman positivis

comte : positivist meditasi intuitif >argumen intelek (ehipasiko)

Theodice ® Kesadaran Robbani

3) Masalah Theosofi:


Istilah Theosofi berarti mencintai Tuhan ® kerancuan

3) Masalah Theosofi: kemustahilan mencintai Tuhan ?

Istilah Theosofi sesungguhnya juga bukanlah merupakan istilah yang tepat. Theosofi – berdasarkan – berdasarkan etimologi kata – berarti mencintai Tuhan . Tuhan mewujudkan keberadaan makhlukNya

Sesungguhnya Tuhan dan DharmaNya tidaklah begitu lemah sehingga sangat memerlukan segala bantuan kekuatan kita. Tuhan tetaplah menjadi Tuhan Penguasa Mutlak yang Nyata dan KehendakNya merupakan Dharma Kebenaran yang tetap berlaku di seluruh alam semesta ini walaupun jika seluruh makhluk menyangkal kebenaran dan tidak mengakui kenyataan tersebut.

®kebijakan apologia diantara ragam kenyataan


1. Bagaimana kita bisa mencintai Dzat yang tidak tampak ?

2. Bagaimana kita bisa mencintai Dzat yang membiarkan adanya penderitaan dan kezaliman ?

3. faktitas ananiyah/nafsiyah : keterbatasan alamiah individualitas :

®kebijakan apologia diantara ragam kenyataan

1. kegaiban Tuhan ;

keterbatasan alamiah individualitas :

Bagaimana kita bisa mencintai Dzat yang tidak tampak ?

Karena kesempurnaan wajahNya dan keterbatasan indra dia tidak terjangkau. Dalam realisasi keberadaan mandala yang lebih dalam Cahaya keberadaanNya akan semakin jelas. Kecenderungan ananiyah keakuan semakin menghalangi dan kecenderungan nafsiyah kemauan semakin memalingkan diri kita dari pengenal ini.

Kegaiban adalah kebijakan Tuhan

2. penderitaan/kezaliman ;

Tentang faktitas alamiah : penderitaan :

Bagaimana kita bisa mencintai Dzat yang membiarkan adanya penderitaan dalam kehidupan ?

Kehilangan ; Religiusitas

Penderitaan adalah kebijakan Tuhan

tentang fenomena insaniah : kezaliman

Bagaimana kita bisa mencintai Dzat yang membiarkan adanya penderitaan dalam kehidupan ?

Kezaliman adalah kebijakan Tuhan

3. ananiyah/nafsiyah :

keterbatasan alamiah individualitas :

Bagaimana kita bisa mencintai Dzat yang tidak tampak ?

Karena keakuam

epilog : keimanan ?


Kemantapan persepsi : ketentuan awal > kepastian final → aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian

epilog : keimanan ?
Kemantapn menerima pandangan lain secar arif Walaupun demikian diperlukan Kemantapn menerima pandangan lain secar arif

ketentuan awal > kepastian final → aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian
3) EXODUS = kesadaran penempuhan (Ks):
prolog: anjing dan serigala

prolog: anjing dan serigala

Spiritualitas tidak hanya untuk dibicarakan atau diketahui saja namun terutama harus dilaksanakan.

/ Baca dulu keseluruhan buku ini ® tentukan keputusan mandiri /
1.pengetahuan :® batas intelektual; & 2. pembicaraan :® batas kebahasaan ;
3. aktualisasi penempuhan (mazhab menjadi : kegairahan holistic) & 4. realisasi pembuktian : hipotesa (mazhab pembukti : keberanian heuretik)
Langkah Penempuhan : kathani – karani – rahni : (Pariyati, Patipathi–Pativedha) ; Penyimak,Truth Seeker,Satguru Pemandu, Sekha penyeru.(x layak ® perlu)
prolog: anjing dan serigala
Fabel : anjing dan serigala® pembahasan pengetahuan ataupun pembicaraan ® aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian
Fabel : anjing dan serigala ® pembahasan pengetahuan ataupun pembicaraan ® aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian
(pengetahuan ,pembicaraan ® aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian )
Siagakan ekstasis transformasi pemberdayaan diri tidak hanya untuk kesejahteraan dalam peran kehidupan saat ini tetapi terutama bagi keberlanjutan untuk penempuhan keabadian seterusnya.
tidak sekedar pembahasan pengetahuan ataupun pembicaraan ® aktualisasi penempuhan (keberanian heuretik&kegairahan holistic) & realisasi pembuktian : baca dulu hipotesa

Spiritualitas bukanlah sesuatu yang hanya cukup dibicarakan tetapi yang utama haruslah dijalankan

Pengkajian dan pembicaraan tentang spiritualitas mungkin memang sangat mengasyikkan kesenangan emosional dan mungkin juga akan melambungkan kebanggaan intelektual akan tingkat pemahaman spiriualitas kita . Namun demikian hendaklah kita sadari Tingkat Spiritualitas tidaklah ditentukan dengan seberapa jauh kita mampu memahami dan seberapa lihainya kita dalam mengungkapkannya dan tidak juga dari seberapa tinggi penghormatan atau ‘kedudukan steruktural’ yang diberikan orang lain kepada kita maupun dari anggapan terhadap diri kita sendiri tetapi sesunnguhnya ditentukan oleh seberapa dalam kita menghayati dan menyelami ,seberapa tekun kita menjalani dan melandaskan kehidupan kita padanya. Keimanan terhadap keberadaan,ketauhidan dan kesempurnaan Tuhan tidaklah hanya cukup untuk dikatakan tetapi juga haruslah diyakini dan dijalani dalam kehidupan sehari-hari.

Singkat kata,walaupun pengetahuan dan pembicaraan mengenai spiritualitas itu secara esensial diperlukan ; prioritas pelaksanaannya tetaplah haruslah diutamakan. Spiritualitas tidak hanya untuk dibicarakan atau diketahui saja namun terutama harus dilaksanakan.

Premis Hipotesis


ketepatan > kebenaran pandangan : Totalitas ; Utilitas ; Kontinuitas

Kriteria Paradigma :

Deepak chopra :

1) TOTALITAS = mencakup keseluruhan (W):


asumsi 1: Kesadaran sesungguhnya hanya ada satu Kebenaran yang dipandang secara berbeda dan menerima kebhinekaan tersebut sebagai kewajaran untuk dapat diterima dan disikapi secara arif .

® Hanya ada satu kebenaran yang sama®maqom pencapaian; basic paradigma; sudut pandang yang berbeda ;

® keseimbangan pandangan (ekstrem) & keberimbangan penempuhan (dualisme?)

1) TOTALITAS = mencakup keseluruhan (W)

→ Hanya ada satu kebenaran yang sama : keseimbangan pandangan (ekstrem) & keberimbangan penempuhan (dualisme?)

1) asumsi 1: Kesadaran sesungguhnya hanya ada satu Kebenaran yang dipandang secara berbeda dan menerima kebhinekaan tersebut sebagai kewajaran untuk dapat diterima dan disikapi secara arif .

- maqom pencapaian yang berlainan ;

- basic paradigma yang digunakan.

- sudut pandang yang berbeda ;

2) PRAGMATISME = membawa kemanfaatan (Ks)


asumsi 2 : orientasi penempuhan adalah transformasi pemberdayaan diri secara simultan individual dan universal dalam kehidupan dan keabadian secara berimbang & menyeluruh (Pragmatisme )

® kebermanfaatan tujuan® kegairahan tindakan ; Kejelasan tujuan ®ketepatan langkah;

→ Transformasi pemberdayaan simultan ( Realitas : wujud – kuasa – kasih ® input realisasi keabadian 3: swadika – talenta – visekha® asset refleksi kehidupan 3 : regista – persada regista – karisma bahagia )

2) PRAGMATISME = membawa kemanfaatan (Ks)

→ Transformasi pemberdayaan simultan (input realisasi keabadian 3 ; asset refleksi kehidupan 3)

2) asumsi 2 : orientasi penempuhan adalah transformasi pemberdayaan diri secara simultan individual dan universal dalam kehidupan dan keabadian. (Kejelasan tujuan pencapaian → ketepatan langkah pengusahaannya ); kebermanfaatan tujuan ® kegairahan tindakan) Pragmatisme = da

- kata kunci : memberdaya kan diri x memperdayakan diri

- kata kunci : individual & universal (sholih – muslih )

- kata kunci : kehidupan & keabadian (swadika Mahatma,talenta legenda,visekha ; persada regista, karisma legenda, bahagia ) ~ Realitas : wujud – kuasa – kasih

Immanesi keabadian : swadika – talenta – visekha

Refleksi kehidupan : regista – persada regista – karisma bahagia

® Input Keabadian :

swadika : 7 kemantapan mandala keberadaan =

talenta legenda: 7 intelgensia kecerdasan = EQ, IQ, PQ + ESQ ,

visekha : 7 garansi keberadaan lanjut = kelayakan mandala hisab bardo. → aktualisasi moralitas religius & integritas

®Asset Kehidupan :

bahagia berdaya : kebahagiaan ilahiyah dan keberdayaan alamiyah →

persada regista : kecukupan finansial dan kemapanan eksistensial →

karisma legenda: kerukunan simpatik dan kenyamanan holistik →

- kata kunci : berimbang & menyeluruh
3) KONSISTENSI = bersifat mantap (K)

asumsi3: menerima dan menjalani aktuliasasi hipotesa untuk merealisasikan ketuntasan transformatif realisasi maqom final kebenaran utama secara bertahap dan berkelanjutan secara tepat dan benar.
→ Berkelanjutan : ketuntasan & kelanjutan aktualisasi (kriteria hipotesa : ketepatan & kebijakan ; kriteria realisasai : kebenaran akhir (maqom final x ); kriteria kelanjutan : kebijakan
3) KONSISTENSI = bersifat mantap (K)
→ Berkelanjutan : ketuntasan transformatif & kelanjutan aktualisasi

3) asumsi 3 : menerima dan menjalani aktulisasi hipotesa untuk merealisasikan kebenaran untuk diyakini selanjutnya.

- kriteria hipotesa : ketepatan & kebijakan

- kriteria realisasai : kebenaran akhir (maqonm final x

- kriteria kelanjutan : kebijakan

epilog : anjing &sufi (mengatasi : ketidak-mengertian; ketidak-perdulian ; ketidak-berdayaan)

Fabel anjing & sufi
Vs penghalang : ketidak-mengertian (kebodohan,kesalahan); ketidak-perdulian (kemalasan, kemaksiatan ) ; ketidak- -mantapan diri (kebosanan,kekesalan: kecemasan irrasionalitas,Kekuasaan eksternal); ketidak-berdayaan (kerepotan,keterbatasan)

epilog : anjing &sufi
Fabel anjing & sufi
® (mengatasi : ketidak-mengertian; ketidak-perdulian ; ketidak-berdayaan)
® Penghalang : kebodohan , kemalasan; kebosanan, kecemasan ; kekuasaan (irrasionalitas : internal/external)

ketepatan > kebenaran pandangan

Penempuhan : kathani-karani-rahni : Penyimak, Truth Seeker, Satguru Pemandu, Sekha penyeru , (x layak ® perlu)

Epilog = Komitmen Penempuhan :


Komitmen Penempuhan : Pemanfaatan dan pembuktian kebermaknaan / keberdayaan kehidupan

Epilog = Kemantapan Penempuhan : sholat & shobar

Epilog : ketepatan > kebenaran ; keberimbangan & keseimbangan ; keseluruhan


BAB II.
REALISASI = Penempuhan

Prolog :


kesadaran realisasi → evolusi spiritualitas (transformasi sufisme & yogisme)

evolusi sadr spiritual X biologis tansadar (individual>kolektif) ;

Wujud Realisasi Immanent Meditasi; Kuasa Distansi Intensif Distansi ; Kasih Refleksi Authentik Adhikari

Prolog : kesadaran realisasi → evolusi spiritualitas (transformasi sufisme & yogisme)

evolusi sadr spiritual X biologis tansadar (individual>kolektif) ;

® moralitas kundalini (yogisme) : kesadaran diri, transformasi nafsani (sufisme)

Wujud : Meditasi (Wujud : realisasi penempuhan ; Kasih : kebhaktian ; Kuasa : kehandalan )

Kuasa : Distansi Intensif (Wujud : Sati Videha ; Kuasa : Yogi Tapasa ; Kasih : kecerahan moralitas )

Kasih : Refleksi Autentik (Wujud : kebenaran integritas Kasih : kecerahan moralitas Kuasa : ketepatan globalitas)

1) ADHIKARI : kelayakan moralitas (kasih)

prolog : kisah : orang baik ® Hakekat, Manfaat


prolog : kisah : orang baik ® kelayakan moralitas kisah ibrohim b adham ‘wadah belum bersih’

Hakekat : Aktualisasi autentik > Harmonisasi estetis > Manipulasi hipokrit;Hakekat.

moralitas spiritual vs estetika cultural = x arogansi publik ; defisiensi nafsi ; manipulasi publik

manfaat = transformasi swadika , aktualisasi visekha , harmonisasi bersama,

prolog : kisah : orang baik kelayakan moralitas ® kisah ibrohim b adham ‘wadah belum bersih’

® Hakekat & Manfaat :

Hakekat .: ® Aktualisasi autentik > Harmonisasi estetis > Manipulasi hipokrit

(moralitas spiritual vs estetika cultural ); x arogansi publik ; defisiensi nafsi ; manipulasi publik

manfaat = transformasi swadika , aktualisasi visekha , harmonisasi bersama,

1) Kebenaran Integritas (w) = kejujuran : pemuda & gembala.


Kisah kejujuran : pemuda & gembala.

Brahma Cariya: Hidup dalam Tuhan adalah hidup dalam kebenaran > selibat

® kebenaran :keikhsanan ma’rifatullaah+ ketakziman mahabatullah® keikhlashan ibadah muroqobatullah)

1) Kebenaran Integritas (w) = kejujuran : pemuda & gembala.

dan akan tiba saatnya dan sekarang suah tiba penyembah akan

kisah kejujuran : pemuda – anak gembala

Sebuah kisah tentang kejujujuran

Dikisahkan pada masa yang lalu hiduplah seorang pemuda – sebut saja si Fulan. Si Fulan sangat dikenal sebagai pemuda sombong yang suka berdusta dan membual. Disamping itu dia memiliki banyak sifat yang tidak baik ,seperti melacur,berjudi,menipu dan sebagainya.

Penggembala

landasan keimanan: Ikhsan Robbaniyah (ma’rifatullaah + mahabatullah® muroqobatullah) / Dharma Brahma Cariya® Hidup dalam Tuhan adalah hidup dalam kebenaran > selibat

landasan kearifan : Shobar Robbaniyah / kedhamma . Brahma Vihara ® sifat KeIlahian /kemuliaan theosofi agape lmetta bhavana

® kemurnian (ikhsan kemahabahan & ikhlash peribadahan)

: keikhlasan : kebenaran landasan amaliah : cara amaliyah(politisasi, harmonisasi, defisiensi,aktualisasai lillaah billah filalaah)/ visuddhi nishkarama

2) Kecerahan Moralitas (ks) = pertaubatan : alim & arif


kisah pertaubatan : raja vs orang filsuf moralis & arif robbani

Brahma Vihara : Mencintai kebenaran Tuhan

® kebajikan : Uswah sholih Pemberdayaan Individual + Qudwah mushlih keperdulian universal

2) Kecerahan Moralitas (ks) = pertaubatan : alim & arif

Berakhlaqlah dengan akhlaq (yang diridhoi) Allooh ® Kasih

kisah pertaubatan : raja vs orang filsuf moralis & arif robbani

Sebuah kisah tentang pertaubatan

Dikisahkan pada masa yang lalu raja zalim menghadapkan dua tawanan perang

Kecerahan Moralitas =

Pemberdayaan Individual = swadika, talenta, persada, visekha (akhlaqul karimah, amilush sholihah)

Pemberdayaan Universal = swadika, talenta, persada, visekha (akhlaqul karimah, amilush sholihah)

® keteladanan : sholih & mushlih

moralitas dasar : samma 8 Buddhisme

1. Kebhaktian dan keshalihan =KebhaktianManembah :

2. Keterarahan dan kesahajaan =samma 8 - prasojoSampajana Thaharah

3.Kesatriaan dan kesantunan =asthaiya - sila ; danaKesatriaanKesantunan

4. Keberdayaan dan kebahagiaan =keberdayaan & kebahagiaan : svadhaya - santouch

( Pemberdayaan Individual + keperdulian universal ® keteladanan : sholih & mushlih )

® keteladanan : sholih & mushlih

Pemberdayaan Individual = swadika, talenta, persada, visekha (akhlaqul karimah, amilush sholihah)

® kebajikan ( Pemberdayaan Individual + keperdulian universal )

3) Ketepatan Globalitas (k) = dilemma : Yudhistira


kisah dilemma : dusta Yudhisthira di Kurusetra

Brahma Satiya : Memperhatikan ketentuan Tuhan

® kebijakan ( prioritas kemanfaatan + faktitas keadaan + proporsionalitas ketepatan)

3) Ketepatan Globalitas (k) = dilemma : Yudhistira

kisah dilemma : dusta Yudhisthira di Kurusetra

Sebuah kisah tentang pertaubatan

Dikisahkan pada masa yang lalu raja zalim menghadapkan dua tawanan perang

® kebijakan ( prioritas kemanfaatan + faktitas keterbatasan )

mengatakan kebenaran membanggakan diri,mencela usaha,mengungkap rahasia,pertimbangan lain menyuarakan kebenaran - dengan kelembutan, ketepatan,ketulusan,keteladanan

Keterbatasan internal : sumber daya (waktu & daya)

Keterbatasan External : dimensi ruang & waktu

® kebijaksanaan : proporsional : ketepatan sasaran ( satya sila - metta dana ):ketepatan tindakan

metta dana : sifat kasih naif, beri bantuan-dana,jala,dana

epilog : kisah : karani ®Bina nafsa


Bina nafsa : Integritas Transformasi Membina Moralitas karakter = authentik reseptif ;

® pembiasaan watak : Metode (takholi ,tahalli , tajalli ) & Kaidah (satu mantap,yang lain menyusul):

epilog : kisah : karani ®Bina nafsa : takholi ,tahalli , tajalli ® Metode & Kaidah :

Integritas Karakter Membina Moralitas : watak – pembiasaan

® Transformasi karakter = authentik reseptif ; takhali-tahali, keberanian [xgentar,berani,satria]

2) DISTANSI = kesiagaan transformatif (kuasa)

prolog : Psikosomasi Esoteris


Psikologi Esoterik : Totalitas dimensi paralel Diri :, duniawi peran/kesejatian diri (jiwa x fikiran xtubuh)

® Harmonisasi diri : Ummi ® integrasi reseptif

® Integritas diri : Sati ® aktualisasi harmonis

® Transformasi diri : Yogi ®

prolog : Psikosomasi Esoteris ® harmonisasi holistik, aktualisasi integral , integrasi reseptif

kemantapan power ® kearifan integritas transformasi neurotisme & kekuatan totalitas psikosomasi diri

Asumsi ® psikomasi holistic ; Solusi → Psikologi Esoterik

Totalitas Diri : dimensi paralel , duniawi peran/kesejatian diri,jiwaxfikiran,fikiranxtubuh ® Integritas diri harmonisasi energi

Transformasi Diri : Neurotisme

1) UMMI → keaslian adhikari (ks) :


® keaslian adhikari (ks) : Ummi : ketulusan x kecerdasan

1. muhasabah pertobatan : tawaddhu’

2 .mujahadah perbaikan : Nasuha

3. muroqobah pendekatan : Ibadah

1) UMMI →keaslian adhikari (ks) :

kemantapan adhikari (ks) : kesucian & kebaikan ®kehandalan Transformasi kekuatan diri Distansi Santhara Yogi Tapasa:

= peningkatan kecakapan swadika semesta (laku-tapasya - santhara)dari ketergantungan-kemekekatan-keberdayaan+Kesiapan:perubahan kesadaran,lapisan jiwa holistik

= Ummi : ketulusan x kecerdasan

muhasabah pertobatan ; mujahadah perbaikan ; muroqobah pendekatan

- muhasabah pertobatan ;

- mujahadah perbaikan ;

- muroqobah pendekatan

2) SATI → kearifan nivritti (w) :


® kemantapan nivritti (w) : Sati Videha ® kearifan penyadaran & kebaikan pengarahan

1. Resertivitas harmonisasi = penyadaran diri mensikapi /menanggapi (Reseptif x raeaktif)

2. Asertivitas aktualisasai = pengarahan diri bertindak (proaktif terarah x impulsive neurotik )

3. Integritas : pemantapan diri

2) SATI → kearifan nivritti (w) :

kemantapan nivritti (w) : Sati Videha ® kearifan penyadaran & kebaikan pengarahan

reseptivitas penyadaran ; aktualitas pengarahan ; integritas pemantapan

kemantapan Refleksi kearifan nivritti holistic Sati Videha :

integritas penyadaran universal nivritti dan aktualisasi pengarahan holistic diri. :+ penyadaran lapisan-harmonisasi energi-kesadaran kekinian-aktualisasi tindakan

integritas penyadaran universal nivritti dan aktualisasi pengarahan holistic diri. :+ penyadaran lapisan-harmonisasi energi-kesadaran kekinian-aktualisasi tindakan

Dalam menjalani disiplin spiritual hendaklah senantiasa diperhatikan totalitas psikomasi diri.

Prinsip holistik tersebut perlu dijaga agar tidak hanyut oleh arus alienasi diri yang mungkin saja akan terjadi.

Disiplin Integral :pencerahan (nivritti holistik : nivritti holistik melampaui dan mengatasi diri x nihilisasi ‘absurd’/pravritti ‘semu’)

orang yang kehilangan ego akan

Nivritti holistik adalah sistem disiplin esoteris yang digunakan para penempuh untuk dapat melampaui tingkat kesadaran individualitas dirinya sendiri(ego) yang sempit menuju tahap kesadaran universalitas diri (Esa) yang lebih luas.. Melalui metode ini seorang penmpuh akan mampu mensikapi dan menjalani kehidupan dengan kesadaran yang lebih obyektif,realistis dan teraktualisasi sesuai dengan Reallitas kenyataaan yang sesungguhnya dan tidak lagi berada dalam tingkat pemahaman yang subyektif,romantis dan terdefisiensi oleh keinginan dan kepentingan egonya belaka. .

Pada bab ini kami membatasi Nivritti dalam kerangka pemahaman positif sebagai usaha universalisasi perluasan kesadaran dengan tetap memperhatikan keseimbangan holistik diri Nivritti positif kami kira lebih mudah dan lebih tepat untuk dijalankan daripada nivritti negatif. Lagipula dengan cara ini penempuh spiritualitas akan terlindungi dari resiko nihilisasi diri yanmg ekstrem dan bahkan deifikasi diri yang absurd yang mungkin akan dialami para penempuh

Sati vivekha ditujukan untuk mengembangkan integritas penyadaran dan aktualitas pengarahan diri. Dengan demikian akan timbul kondisi mental yang reseptif dan tidak terlalu reaktif dalam mengamati dan mensikapi knyataan. Disertai aktualisasi moralitas diri yang terjaga dari kepicikan dan kelicikan ego dan senantiasa berada dalam kesadaran dan ketulusan.

Kearifan: pravritti/nivritti; konsep(anatta shandha-atman vivekha-fana al baqa)

pengembangan kesadaran Holistik Nivriti: (sati sampajjana - vivekha vairaga)

- Resertivitas harmonisasi = penyadaran diri mensikapi /menanggapi ® (harmonisasi kesadaran) (Reseptif x raeaktif) : netralisasi , vs irassionalisasi

- Asertivitas aktualisasai = pengarahan diri bertindak ® aktualisasi tindakan (proaktif terarah x impulsive neurotik ) : refleksi meditataif , sholat daim

+ Integritas : pemantapan diri

- reseptivitas penyadaran ;

- aktualitas pengarahan ;

- integritas pemantapan

3) YOGI →kekuatan distansi (k) : Yogi Tapasa/Yogi Muzahid


® kehandalan distansi (k) :Yogi Tapasa ® keuletan swadika eksternal & kekuatan keberdayaan internal

1. keswadikaaan eksternal : ketidak melekatan, ketidak bergantungan , ketidak kecanduan :

2. keperkasaan universal : mengatasi ketidak berdayaan :

3. kewasesaan integral : keawasan. Kewaspadaan :

3) YOGI →kekuatan distansi (k) :

kehandalan distansi (k) :Yogi Tapasa ® keuletan swadika eksternal & kekuatan keberdayaan internal

keswadikaan eksternal ; keberdayaan internal ; keperkasaaan universal

kehandalan Transformasi kekuatan diri Distansi Santhara Yogi Tapasa:

= peningkatan kecakapan swadika semesta (laku-tapasya - santhara)dari ketergantungan-kemekekatan-keberdayaan+Kesiapan:perubahan kesadaran,lapisan jiwa holistik

= peningkatan kecakapan swadika semesta (laku-tapasya - santhara)dari ketergantungan-kemekekatan-keberdayaan+Kesiapan:perubahan kesadaran,lapisan jiwa holistic

Distansi Yogi Tapasa : mengsawdikakan diri dari ketergantungan/kemelekatan eksternal dan memperkasakan universalitas diri.

Yogi vairaga ditujukan untuk meningkatkan vitalitas kemantapan dan kehandalan diri. Dengan melalui disiplin distansi yang berimbang bukan sistem asketis diharapkan diri mampu mengurangi tingkat ketergantungan dan kemelekatan dan kecanduan pada obyek eksternal tertentu.

Yogi tapasya

Sufi muzahid

peningkatan kecakapan swadika semesta (laku - tapasya - santhara)

Kesiapan:perubahan kesadaran~fisik;olah rasa,lapisan jiwa ;olah tapa,raga holistik

- keswadikaaan eksternal : ketidak melekatan, ketidak bergantungan , ketidak kecanduan :

- keperkasaan universal : mengatasi ketidak berdayaan :

+ kewasesaan integral : keawasan. Kewaspadaan :

- keswadikaaan eksternal : ketidak melekatan, ketidak bergantungan , ketidak kecanduan :

- keperkasaan universal : mengatasi ketidak berdayaan :

+ kewasesaan integral : keawasan. Kewaspadaan :

- keswadikaan eksternal ;

- keberdayaan internal ;

- keperkasaaan universal

epilog : antenna karunia


® kesucian ummi : ® sepon reseptif cahaya keIlahian

® kearifan sati : ® sakshin

® kekuatan yogi : ® siaga voltage

epilog : antenna karunia ® reseptivitas, sugestivitas,

Katarsis autentik neurotisme ; Disiplin meditative neurotisme kemanusiaan -hipokrisi kebersamaan ® dynamics catharsis -individu autentik; visuddhi authentic wadah bersih murni batin
3) MEDITASI = kerahnian Immanensi (wujud)

prolog : Hakekat Meditasi

Kisah meditator

Hakekat Meditasi : sebagai metasains mistisme religi

® bertentangankah dengan sains dan agama ?

® Jung Individuasi ® Immanensi / transendensi ? : illuminasi >revilasi – inspirasi

1. Pengetahuan Esoterik tentang kematian dan kegaiban

kematian : pandangan ® mensikapi kematian secara realistis & menguasainya dalam meditasi

kegaiban :wilayah,makhluk,kuasa gaib®mensikapi kegaiban secara realistis & mengatasinya pada meditasi

2. Pengertian Esoterik tentang kaidah dan metode meditasi :

kondisi meditatif : sabai-alpha

Aneka metode : asana.obyek (wuwei & zazen )

prolog : Hakekat Meditasi (Jung Individuasi ® Immanensi/transendensi ? : illuminasi >revilasi - inspirasi)

Kisah meditator

Menmahami meditasi : metasains- mistisme religi ;

Pandangan seputar meditasi : bertentangankah dengan sains dan agama ;

Kematian & Kegaiban :

Pandangan tentang kematian : dari sains , budaya , agama : mistik :

Pengalaman seputar kematian : kisah lazarus - mati suri - penyelaman meditative)

mensikapi kematian : -secara realistis -terhadap kematia)

kegaiban :

Makhluk gaib :- malaikat dan dewa :

Kuasa gaib : Mu’jijat dan kesaktian ::

Menjalani meditasi : pengertian ; referensi literarur ; kesadaran meditative ;

Menjalani meditasi -metode: asana.obyek; kondisi meditatif :sabai,alpha, Orientasi Meditasi menembus kesejatian>mencapai keilahian



1) kemantapan dasar (w) : Referensi Meditasi


Ragam Bhavana : Anubodha & Pativedha (lokiya bhavana & turiya bhavana )

Aneka Lokiya Bhavana : kemantapan metafisik ; -MAGISME : -YOGISME :-TAOISME

® Pelatihan : kontemplasi & visualisasi ; konsentrasi & integrasi.

- penguatan : Hatha Taois ; Prana Reiki

- percobaan : kepekaan intuitif ; experiment osho

Aneka Turiya Bhavana : BUDDHISME ; MISTISME ;

® peracutan : proyeksi racut ; meditasi bardo

- penguasaan : jhana vasi samatha / panna nana Vipassana ;

- pelintasan : 7 dimensi Osho ; Radha Soami

Dalam penempuhan & pencapaian = vs ghurur (arogansi spiritual); jadzab (fikiran obsesif)

Lokiya Bhavana : kemantapan metafisik ; -MAGISME : -YOGISME :-TAOISME

- Pemantapan : kontemplasi & visualisasi ; konsentrasi & integrasi.

- Penguatan : Hatha Taois ; Prana Reiki ; iddhipada ; experiment osho

Turiya Bhavana : jhana,racut (keterbukaan x kepercayaan ® anubodha x keterjagaan ® blocking alpha )

- Penguasaan : Penyadaran jhana vasi samatha / panna nana Vipassana ;experiment osho , penguasaan proyeksi racut ; meditasi bardo

Dalam pencapaian : & penempuhan :GHURUR kedewasaan pencerahan & JADZAB penyadaran totalitas diri

ghurur : arogansi spiritual,

kebanggaan merasa sudah berada pada maqom tinggi walau sesungguhnya masih rendah . Sesungguhnya jika maqom memang sudah tinggi sifat merendah pasti akan semakin intensif. Pada puncaknya justru sikap kerendahan hati yang sadar dan tulus secara autentik haqqul yaqin akan terwujud dengan sendirinya.

Contoh : Obhasa dianggap Union Mystica ;

jadzab : fikiran obsesif

Orang yang menjalani spiritualitas sering digambarkan sebagai orang yang sangat serius dan tegang dengan sistem energi yang begitu ketat dikarenakan desakan ketegangan oleh obsesi terhadap pencapaian spiritualitasnya, tekanan kewajiban disiplin yang harus dijalankannya . Menjadi penyendiri dan seakan tak perduli dengan keberadaan lingkungan sekittarnya. Begitu keras dan sinis caranya mensikapi segala fenomena kenyataan dunia ini. Begitu gelap dan kelam nyaris tanpa kecerahan dan keceiaan yang terpancar dari dirinya. Kenyataan yang sungguh ironis jika kita kaitkan dengan hakekat spiritualitas yang seharusnya justru membebaskan kita dari kegelapan dan membawa kita dalam kebenaran sehingga akan membawa kita dalam keselamatan dan kebahagiaan. Saya pernah mengalaminya dan tidak akan menyangkal bahwa kejadian tersebut cenderung akan dialami oleh para pemula yang begitu antusias dan terobsesi pada spiritualitas yang ditempuhnya.

® Prinsip Kebenaran pencerahan & :Pencerahan spiritual dan kedewasaan psikologis

- wuwei & zazen : WUWEI integrative & ZAZEN utilitarian ® Keseimbangan integritas dan keberimbangan aktualitas

- wuwei & zazen : Keseimbangan integritas dan keberimbangan aktualitas

WUWEI integrative : passive

Khrisnamurti tanpa metode hanya totalitas kesadaran pasrah menerima keberadaan

ZAZEN utilitarian : active

Typical aktualisasi pembumian perlu konsentrasi utilitarian

Realisasi diusahakan zazen methode hingga akhirnya tiba saat wuwei utilitarian.

Hanya Zazen ? mandeg immanensi sebatas individual ; Hanya Wuwei ? hanya satori kilasan pencerahan

3) kemantapan lanjut (ks): kesadaran transenden


® Analisis pencapaian : perbedaan & kesesatan

pensikapan : kesaktian metafisik ( to product / by product : macam ® sikap ): vs magisme ; kerahnian spiritual (puncak immanensi; realisasi transendensi ?) vs monisme pantheistic; vs ladunni avatara

® Analisis Kebijakan Spiritualitas Religius = Agama (Syariat-Thariqat-Haqeqat-Ma’rifat ) = Hindu & Buddha; Tao & Zoroaster; Yahudi :& Kristen :& Islam ; Mistisme (Sufisme & Yogisme) + Filosofis

Pasca Pencapaian :

- perbedaan & kesesatan : analisa pencapaian (kesaktian & keilahian) & pensikapan

- perbedaan & kesesatan : analisa pencapaian (kesaktian & keilahian) & pensikapan

kesaktian metafisik :

Kesaktian metafisik macam : sikap :

Kesaktian tidaklah menunjukkan ketinggian spiritualitas .

Kesaktian to product : dituju ; dilalui dengan : kekuatan sendiri atau bantuan makhluk eteris / astral.

Kesaktian by product : keniscayaan realisasi meditasi penembusan dimensi ; distansi penempaan bahkan kemurnian adhikari moralitas.

Pemanfaatan dan penghindaran :

Pemanfaatan karena kepicikan ; karena kefasikan perampok ; karena kelicikan perampok

Penghindaran karena kemurnian, kelanjutan

Pemanfaatan

kerahnian spiritual :

Batas akhir realisasi pencapaian adalah pada puncak immanensi ; mungkinkah realisasi transendensi dengan persatuan keilahian ?

Mungkin ini bukan kebenaran tetapi saya tetap konsisten dengan pandangan semula sehingga adalah ketepatan

Nihilsme Buddha ?

Transendensi mistik ?

Jika saya membenarkan itu semua, maka saya juga membenarkan :

1)rasionalisasi pembunuhan

Kenapa harus dibunuh

2) rasionalisasi pendustaan

3) rasionalisasi pembatasan transendensi Tuhan hanya dan kedudukan Tuhan ternyata bisa setara

4) rasionalisasi perayaan

5)

Dengan catatan jika yang dimaksud Tuhan adalah Dzat Mutlak yang tidak hanya immanen pertingkatan mandala atau per indiividu samsara (monisme pantheistics) namun juga transenden (monotheistic robbaniyah) maka kriteria ideal nya bagi persatuan adalah kesetaraan dengan wujud, kuasa dan kasih Tuhan. Suatu hal yang mustahil karena ; namun jika diartikan sebagai suatu ke

1. Kasih : realisasi kebenaran kasih ® berakhlaq dengan (akhlaq yang dirihoi) Allaah (walau sulit namun dapat); jika keberdayaan panna ladunni sungguh paripurna tanpa cela kesalahan maupun noda kelalaian selama hidupnya . Tidak sekedar dimaafkan atau dibenarkan saja, (figur ideal para perintis Nabiyullaah : )

2. Kuasa : realisasi kekuatan kuasa ® kuasa metafisik immanent dari realisasi spiritual (walau nyaris mungkin tapi mustahil); jika keberdayaan karomah nana sungguh paripurna tanpa kelemahan penuh kekuasaan . Tidak sekedar dimaafkan , (figur ideal para perintis Nabiyullaah : )

3. Wujud : realisasi kesatuan wujud ® diri mewujud sebagai Tuhan ( mustahil dan tidak mungkin ) ® Keilahiahan satguru ?

Dengan kriteria ideal tersebut cukup gilakah kita untuk menyamakan diri dengan Tuhan ?

Dengan catatan

Dengan kriteria ideal tersebut cukup gilakah kita untuk menyamakan diri dengan Tuhan ?

kisah tragis-ulasan , hakekat pencerahan

Kebijakan pensikapan atas Pencerahan =

Kejatuhan Al Halaj :

Tajalli Tuhan atas gunung adalah kesirnaan

Al Halaj sesungguhnya adalah seorang spiritualis religius yang baik. Dan mungkin karena keautentikan peribadahan dan penempuhannya,Kebenaran tampaknya menganggap layak untuk mengaruniainya kesempatan pengalaman ekstasis.

Dalam ekstasis peniadaan kefanaan keakuan dirinya,kebaqoan yang Esa melingkupnya dalam lautan ekstasis. Pengalaman ekstasis yang dahsyat itu menjawab tuntas kerinduan spiritualnya ; Dia merasakan kesatuannya dengan yang dicintai, Al Haq, Tuhan. Yang kemudian diungkapkannya sebagai “annal haq” (akulah kebenaran).

Sejumlah Sufi Pantheistik dan para Yogi monistik memandang pencapaian maqom kebaqoan aku setelah kefanaan aku ini sebagai maqom yang paling tinggi, namun tepatkah pandangan dan pernyataan annal haq tersebut ? Se

1. bukan pandangan benar karena jika memang ada Tajali peleburan Tuhan pada makhlukNya maka seharusnya tidak hanya kesadaran namun seluruh keberadaan makhluk tersebut pastilah sirna bagaikan hancurnya gunung karena tajali Tuhan padanya

2. bukan ungkapan yang tepat karena sesungguhnya Laten deitas keilahiahan Tuhanlah yang melingkup makhluknya; bukan sebaliknya. Cahaya Tuhan mungkin hanya mampu . Namun secara keseluruhan

3. bukan ungkapan yang bijak karena kalupun itu dibenarkan juga sebagai hysteria union-mystica yang terjadi pada realisasi ekstasis saja

Tampaknya pandangan Al Halaj kemudian menganggap ; di hukum mati.

Kebijakan Buddha :

“Yang mencapainya akan diam ; yang berbicara sesungguhnya tidak memahami apa-apa”.

Buddha tidak menjawab sejumlah pertanyaan yang diajukan kepdanya tentang pencerahan kebuddhaan , “siapakah yang mencapai nibbana ?”.

Tidak menjawab adalah jawaban yang tepat. Karena seandainya dia menjawab , “aku” maka itu adalah jawaban salah. Dia berdusta karena dalam nibbana pencerahan kesadaran ‘aku’ sesungguhnya sudah tidak ada lagi.). Dan seandainya dia menjawab : “ bukan aku” – dia pun menyangkal pencerahan kebuddhaannya sendiri. Hanya dengan keannata-an “tanpa aku” lah dia mencapai pencerahan Zazen Kesadaran aku sudah terlampaui sebelumya bahkan sejak terlampauinya kristalisasi ego pada dimensi kesadran individual. Dalam wuwei keesaan pada dimensi universal tidak ada lagi ‘aku’. Dalam keesaan,keakuan dipandang sebagai ‘anatta’ (keakuan yang semu dan tanpa inti) :Annata adalah pendekatan rasionalitas kebahasaan negatif dalam sudut pandang keimmanentan mandala. Dan Buddha terlalu bijak untuk tetap bersikap autentik dengan tidak jatuh pada ‘keakua’an yang semu tersebut.

Realitas Kenyataan adalah hal yang pelik untuk dijabarkan dan demikian juga Nibbana Pencerahan adalah hal yang sulit untuk dijelaskan . “Yang telah mencapainya akan diam; yang berbicara sesungguhnya tidak memahami apa-apa”. Kebenaran Realitas sesungguhnya bersifat trans-rasional bahkan transcendental sehingga segala formulasi konsep pandangan apalagi rhetorika kebahasaan yang digunakan sebagai media pengungkapan tidaklah cukup mampu untuk merengkuh kejelasan seluruh kebenaran yang hanya bisa dihayati dan dicapai melalui penempuhan realisasi yang autentik hingga mencapai puncaknya ini. Karena begitu rumitnya permasalahan ini untuk difahami lingkungan awam, adalah bisa dimaklumi jika kemudian dia secara bijak membentuk koloni kebhiksuan sebagai wahana pembabaran Dharmanya. Dalam koloni yang terbatas dan terpandu itulah ma’rifat kebenaran, hakekat kenyataan dan tarekat penempuhan Dharma dibabarkan. Sedangkan untuk kaum awam dia hanya menyampaikan ‘syari’at’ praktis demi harmonisasi kebersamaan dan transformasi kesiapan diri untuk Panna kebijaksanaan berikutnya melalui pemantapan awal Sila moralitas dan pelatihan dasar Samadhi Secara keseluruhan adakah makhluk yang setara dengan Tuhan ?

Kebijakan pensikapan atas Pembumian =

® Analisis Kebijakan Spiritualitas Religius :

Syariat sebagai landasan eksoterk Agama ;

Mistisme India :

1. Hindu :

2. Buddha :

Faham Harmonium dualitas :

1. Tao :

2. Zoroaster : api ?

Religi Mediteran :

1.Yahudi : Musa (ikhnaton – Mesir)

2. Kristen : Isa ( Yogi India ? tradisi mistik Esena yang kemungkinan berkaitan dengan tradisi mistik Israel Caballa ? )

3. Islam : Muhammad (revilasi pewahyuan -) / illuminasi (mi’raj)

® Analisis Kebijakan Spiritualitas Mistisme :

1. Sufisme :

2. Yogisme :

® Analisis Kebijakan Spiritualitas Filosofis :

Kebijakan

Ketepatan :

epilog : kemantapan pencerahan →kedewasaan Robbaniyah.


Mensikapi meditasi = kelanjutan moralitas yang transrasional; Perlunya realisasi jika hasil akhir bisa kita fahami ; ketepatan robbaniyah (holistic religius – integral pembumi) dalam kewajaran dan kesadaran

Mensikapi realisasi ®

+ kelanjutan moralitas yang transrasional

dan menjalani meditasi ®

Perlukah realisasi jika hasil akhir bisa kita fahami ?

1. pada hakekatnya meditasi bermakna luas

2. realisasi memungkinkan ekstensi yang lebih tinggi (pencerahan melampaui samsara ; surga yang lebih tinggi)

3. realisasi memungkinkan tingkat kecerdasan/kebijaksanaan lebih tinggi (panna/ laduni) : pemurniaan batin dari akar karmaik

4. realisasi memungkinkan kesiagaan sakaratul maut (

5. realisasi memungkin kebaikan tersirat dalam penempuhannya

- kebijakan & ketepatan : kebijakan (kebebasan ?) ® ketepatan (holistic religius – integral pembumi)

- kebijakan & ketepatan : kebijakan (kebebasan ?) ® ketepatan (holistic religius – integral pembumi)

mensikapi ekstasis = mensikapi hasil meditasi

Epilog = Kewajaran Eksistensi


→ Aktualisasi totalitas : harmoni ; refleksi ; sinergi =

Realisasi hanyalah awal bukan akhir; pribadi robbani,‘uebermensch’ spiritual

dhamma dutta faber mundi viator mundi rahmat dan berkah yang memberdayakan dan membahagiakan

Vs Jung individuasi ? Vs Osho : celebrasi permainan x rakit moralitas ; Vs Pearls : keneurotisme autentik ?

Vs ‘Nietzche” uebermensch’

epilog : Kembali membumi (kemantapan pencerahan →kedewasaan Robbaniyah)

Epilog = solusi kedewasaan pembumian vs ‘uebermensch’ Nietzche

® Realisasi pencerahan Individuasi yang dilanjutkan hingga Realisasi pencerahan immanensi hanyalah awal bukan akhir penempuhan. Input dari Ekstasis bukanlah suatu perayaan yang membebaskan kesadaran diri dari rakit estetika moralitas adhikari pada kaidah kasih dari system metode spiritualitas dan religiusitas namun justru memantapkannya menjadi sangat berkualitas dalam panna kebijaksanaan robbaniyah yang sangat cerah sebagai keniscayaan luapan kasih ilahiyah yang terserap selama realisasi ekstasis tersebut. Akhir dari realisasi adalah terbentuknya pribadi robbani, ‘uebermensch’ spiritual yang tidak secara naïf menafikan atau mematikan Tuhan karena arogansi kebodohan akan pemahamannya ~ tetapi justru secara arif menyandarkan keterbatasan dirinya dalam kesempurnaan Tuhan karena pencerahan kesadaran realitasnya; yang tidak mengumbar keliaran nafsnya dalam vitalitas neurotik wild wisdom dengan menggunakan kebuasan rasionalisasi pembenaran logika kekuatan ~ tetapi justru mengaktualisasikan secara holistik integritas kebaikan Dharma kasih dengan menggunakan metalogika kebenaran transrasional panna kebijaksanaan Robbaniyah.. Realisasi pencerahan adalah perkembangan kedewasaan berkelanjutan bagi keberadaannya sebagai dhamma dutta yang secara arif berintegritas dan secara baik mengaktualitaskan keterkaitan dan Keperdulian pemberdayaan individualitas dirinya dan juga lingkungan universalnya sebagai faber mundi (‘pencipta dunia’) walau tanpa kepamrihan dan tiada kemelekatan. sebagai viator mundi (‘penziarah dunia’). Sehingga keberadaannya tidak menjadikannya laknat dan musibah yang memperdayakan dan membahayakan bagi kehidupan individualnya sendiri maupun lingkungan universalnya; tetapi menjadi rahmat dan berkah yang memberdayakan dan membahagiakan bagi semesta kehidupan karena kebaikannya

holistic Dharma yang membawa rahmat bagi aktualisasi pembumian seluruh alam sebagai walau dan tiada kemelekatan.

Vs Jung : kedewasaan adalah jika seorang telah tuntas menjalani individuasi ?

Vs Osho : setelah pencerahan kehidupan adalah celebrasi permainan ; rakit moralitas tidak diperlukan lagi karena kesadaran sudah mencukupi ?

® Kehidupan menjadi celebrasi kasih ~ sebagai keniscayaan dari pencerahan immanensi.: refleksi pemuliaan dharma ~ ; moralitas lebih berkualitas karena kesadaran robbaniyah ®

Vs Pearls : kedewasaan adalah suatu sikap autentik ?

® Tidak hanya autentik tetapi holistic . Bukan refleksi yang naïf dan liar tetapi refleksi yang arif dan baik karena senantiasa berintegritas pada Dharma tidak sekedar vitalitas neurotik nafs.

Vs ‘Nietzche ; jadilah ” uebermensch’ dalam vitalitas wild wisdom yang menggunakan logika kekuatan , menjadi Tuhan yang telah mati ?

® Jadilah uebermensch spiritual yang tidak mengingkari keIlahiyahan ; memfanakan diri dan membaqokan Tuhan dan mengaktualisasikan integritas fine wisdom.

dalatheisme : realisasi kebenaran > keilahian.




BAB III.

REVITALISASI = Pembumian

Prolog : Sufi Pembumi


kisah seeker yang ditolak sufi pertapa dan belajar ke sufi pembumi

® Sufi Pembumi : Menyadari tanggung jawab eksistensialitas & universalitas

Prolog : Sufi Pembumi →Menyadari tanggung jawab eksistensialitas & universalitas

(MEMBUMIKAN DHARMA ) : kisah seeker yang ditolak sufi pertapa dan belajar ke sufi pembumi

Wujud : Eksistensialitas

Kuasa : Kehandalan Aktualisasi

Kasih : Harmonisasi

1) PERSPEKTIF = kecerahan pandangan


prolog : ketepatan pandangan ® kearifan mensikapi : Amati – Alami – Atasi

ketepatan pandangan = Totalitas holistic x ekstrem dualisme ; sanatana dharma x aranyaka dharma

kearifan tindakan: amati ® alami ® atasi (kesadaran Dhamma Bhumi ; Dhamma Sekha & Dhamma Dutta)

1) kecerahan Mahadharma (w) : Sanatana dharma – Bhinneka Dharma

satu sanatana Dharma pada bhineka dharma ® Satu Agama baru ? tidak perlu (kronologis agama)

2) kepastian Transformasi (ks) : pemberdayaan keabadian – pemberdayaan kehidupan

pemberdayaan individualitas ® pemisahan Dunia & Akherat ? total gestalt (atsar simultan)

3) kebijakan Aktualiser (k) : transformasi Individual – Transformasi universal

pemberdayaan universalitas ® tentang Reformasi + Globalisasi : transformasi (lingkungan kondusif )

epilog : kecerahan komitmen ® kebaikan menjalani : Dhamma Bhumi, Dhamma Sekha ; Dhamma Dutta

pembumian spiritualitas universal = pemberdayaan keabadian & kehidupan (individual-universal)
1) PERSPEKTIF = kecerahan pandangan

prolog : ketepatan pandangan

® kearifan mensikapi : Amati – Alami – Atasi

1) kecerahan Mahadharma (w) :

Sanatana dharma – Bhinneka Dharma

(satu Agama Dharma ?)

2) kepastian Transformasi (ks) :

pemberdayaan keabadian – pemberdayaan kehidupan

(Dunia & Akherat)

3) kebijakan Aktualiser (k) :

transformasi Individual – Transformasi universal

(Reformasi + Globalisasi)

epilog : kecerahan komitmen ® kebaikan menjalani : Dhamma Bhumi, Dhamma Sekha; Dhamma Dutta

MENSIKAPI dan MENGATASI KEBENARAN =

Prolog : Aktualisasi Eksistensial

Harmonisasi Kehidupan :

dualisme kehidupan yin-yang

1. diantara dualisme =

timur dan barat : timur dan barat tak akan pernah bersatu ?

pria dan wanita : jiwa spiritualis harus feminim ?

tua dan muda : spiritualitas hanya untuk orang tua ?

duniawi dan akherat

2; kewajaran pembumian :

Kehidupan duniawi dengan segala kompleksitas permasalahannya tidak tepat untuk menjalani Spiritualitas justru karena itu .

aranyaka bukan sanatana dharma® spiritualitas aktualiser yang berimbasng dan seimbang

spiritualitas tidak hanya ditujukan bagi keselamatan akherat tetapi juga membawa kesejahteraan bagi a

viator mundi dan fabr mundi dunia bukanlah ilusi dan tidaklah kotor : dunia bukanlah ilusi dan tidaklah kotor - politik spirituaslisasi politik x polisisasi spiritual

aktualiser =

muzzamil,berbenah,affirmasi

istiqomah,muhasabah

Universalitas Spiritual : kesadaran peran dan

Problematika Kehidupan : kebutuhan vital

Tujuan dalam kehidupan =

Apaun tujuan kita spiritualitas harus menjadi landasannya

1. kebahagiaan tujuan klise hedonis dan alamiah karena memnguntungkan kepentingan diri

2. kesuksesan

3 keberadaan

Memahami kebutuhan = Uang

1. kebutuhan dasar : kehidupan & kesehatan

2. kebutuhan emosi : kenyamanan & kesenangan / afeksi & respek

3. kebutuhan : kecukupan & kemapanan

4. kebutuhan : aktualisasi eksistensial & internalisasi spiritual

DHAMMA SEKHA : karani ® aktualisasi keseimbangan penempuhan

DHAMMA DUTTA : Rahni ® aktualisasi keberimbangan pencerahan

Epilog : kewajaran pembumian

Epilog : mengalir bersama

1) Mahadharma (w) :

2) Aktualiser (ks) :

3) Transformasi (k) :

ketepatan > kebenaran pandangan

Epilog : kholifatullooh ® Menghargai kehidupan manusiawi & duniawi


Kholifatullooh :

® Menghargai kehidupan manusiawi & duniawi

Epilog : kholifatullooh

® Menghargai kehidupan manusiawi & duniawi


PENUTUP :
Kesimpulan ( QUO VADIS ? ) ® pandangan & tanggapan

Pandangan : kesimpulan ® Robbani ( x sensasi bahagia ; taraqqi mandala ; fantasi ahamkara) ;
Tanggapan : opini terhadap Asumsi hipotesis dan solusi dianektis (Wujud; Kuasa; Kasih)

Pandangan & Tanggapan :

1. diperlukan pandangan yang benar dan tepat untuk memahami

2. diperlukan realisasi penempuhan untuk membuktikan kebenaran dan sekaligus mengaktualisasikan

3. diperlukan keberimbangan

4. diperlukan kebijakan untuk

5. diperlukan
Pandangan : kesimpulan: Robbani ( x bahagia ; mandala ; ahamkara) ;
Tanggapan : opini terhadap Asumsi hipotesis dan solusi dianektis
Syukur & Terima kasih :

Syukur : Alhamdulillaah ~ Hanya karena Dia
Terima kasih : bantuan & panduan + staff penerbitan & percetakan & pemasaran
→ Syukur : Alhamdulillaah ~ Hanya karena Dia
® Terima kasih : bantuan & panduan + staff penerbitan & percetakan & pemasaran

Pengharapan :


Kemanfaatan : referensi panduan , literature wawasan , bacaan hiburan, wacana perenungan

Ma’af ;

Saran perbaikan dan masukan pelengkapan

® Kemanfaatan : referensi panduan , literature wawasan , bacaan hiburan, wacana perenungan

® Ma’af : Saran perbaikan dan masukan pelengkapan

Pustaka

Biodata







MEDITASI


1. RACUT :

Menggeser dimensi kesadaran diri dari tubuh fisik ke tubuh subtil ( sukma eteris ).

PROYEKSI ASTRAL SCOTT ROGO

Gnosis Buddhisme : Kesadaran bersifat universal ( x individual ) sehingga dapat saja melakukan pemindahan kesadaran diri ke suatu obyek/suyet & proyeksikan kesadaran diri ke suatu tempat/waktu.

: kesedian melibatkan diri ® atasi kecemasan alamiah (avidya sosial awam : mati,gila,terasingkan) ® baca literatur pemandu ® penunjang program =- diet vegetaris ( Keller ),dll

Proyeksi eteris =

pelatihan awal :

® pernafasan Yoga :

: standar pranayama ® penguatan badan & supplier energi kesadaran untuk PLB

: berdiri ® pernafasan diafragma sempurna

: berjinjit ® pernafasan segitiga dalam tiga gerakan ( - jinjit - )

: bersila ® penahanan pernafasan ( penyebaran prana ke tubuh )

: telentang ® pernafasan kebatinan ( + visualisasi osmosis prana pada tubuh )

: (+) pernafasan silang : lubang hidung kanan/kiri bergantian

Pelaksanaan :

(1) ® Relaksasi ( Haraday ) =

POP ( pengenduran otot progresi ) untuk mengurangi ketegangan fisik dan kecemasan batin

pengenduran fisik : telentang ( miring kanan x kiri ) > duduk ( hipnose otomatis x insrtuktif protokoler )® tegang dan kendurkan kelompok otot tubuh secara bertahap ( pernafasan berirama , interval waktu , rasakan kenyaman pelepasan ketegangan )

pengenduran mental : pasifkan fikiran

®1.1. detak jantung ( Muldon ):

: fokuskan perhatian pada jantung ( rasakan denyut jantung ®kehendak kuat agar denyut jantung menjadi teratur kecepatan ® turunkan denyut jantung secara bertahap capai kondisi alpha untuk PLB )

®1.2. intensitas getaran ( Monroe ):

: setelah relaksasi® telentang ® masuki keadaan hipnagogik(batas tidur – terjaga ) Kondisi A = terjaga (=pertahankan satu obyek kesadaran tunggal sebagai indikasi )

Kondisi B = keadaan hipnagogik ( obyek telah beralih pada obyek lain ® sati pasif

Kondisi C = Keadaan mendalam ( tiada kesadran fisik & kontak indrawi )

Kondisi D = getaran ( = rasakan dan kuasai secara pasif dengan tetap relax mengamati )

=> intensifkan dan tingkatkan getaran

: visualisasi PLB secara bertahap

®1.3. tersebar ? : Visualisasi :

Kubus Necker + Kembangkan keahlian imajinasi kreatif penciptaan image mental & pertahankan visualisasi fikiran sadar dalam mengkondisikan batin bawah sadar eteris untuk PLB

: Brent = visualisasi terkontrol ~ skenario tahapan ( hypnotism sugestible )

: Muldoon = bayangan cermin eteris diri

: Lancelin = pengarahan tujuan lokasi tertentu

: Hermetics = visualisasi fikiran kuat akan mewujud dalam dimensi fisik secara nyata ( minimal akan berpengaruh pada kondisi si pelakunya ) ® terkaan batin bebas pada sesuatu di balik tabir

konsentrasikan pada satu titik ½ meter di atas kepala dimana terdapat tali yang menarik tubuh eteris ke luar tubuh fisik melalui kepala ;

®1.4 . tertidur ? ; Kontrol Mimpi Jelas :

: reseptif dan apresiate terhadap pesan mimpi dan memanfaatkan mimpi /tidur sebagai media kontrol keadaan hipnagogik ( Program mimpi terbang untuk keluar tubuh / PLB ).

Pertahankan kesadaran diri hiongga tidur dan bermimpi ® kesadaran dan pengamatan mimpi kemudian Fokuskan pada program mimpi jelas untuk maksud PLB ( kehendak pasif > aktif )

Proyeksi Mental =

1. pengeluaran tubuh eteris :

® proyeksi kehendak dinamis ( Lancelin ) =

Kemauan sadar yang sangat kuat mensugesti batin bawah sadar menyebabkan PLB secara spontan.

: fokuskan fikiran/kesadaran pada seluruh tubuh ® Rasakan ( > khayalkan ) keberadaan tubuh astral.

: fokuskan segenap energi pada kening/pusar ® Kehendak kuat (> inginkan ) agar tubuh astral keluar dari tubuh fisik .( : Rasakan keberadaan tubuh astral di luar badan fisik )

2. pengamatan zarah eteris :

: Green = pengembangan proyeksi kesadaran eteris ke luar tubuh fisik ( Swain ® PLB dalam keadaaan tetap terjaga secara bertahap : pengamatan jarak jauh x perkiraan ; )

3. pemunculan zarah eteris :( bilokasi )




BUDDHA

Perintis :Siddharta ‘Buddha’ Gautama

PEMAHAMAN KESADARAN =

Prinsip Ehipassiko = Saddha > Iman [ kepercayaan karena pembuktian]

:pariyati(pelajari)®patipati(praktek)®pativeda(realisasi)

KAIDAH BUDDHISME =

~ Kesadaran akan hukum paticca samupada ® kontak bijak ( Let It Be )

Mental noting : Satipatthana

( berkesadaran penuh : Sati Sampajjana )

Zazen Batin : Eka Bhisamaya ( samahito + parisudha ® kamaniya)

~ Kesadaran akan Catur Ariya Satyani ® Jalan Spiritual =

(1) Sila : Kemurnian Sila dan kebajikan berprilaku

(2) Samadhi : ketekunan meditasi dan

(3) Panna : kebijaksanaan paramatha sacca ( kebenaran mutlak )

SAMATHA BHAVANA

® : 40 obyek meditasi ~ carita ( perwatakan) dan fungsi (penggunaan)

Rupa-Jhana = kegairahan sensasi

(1)Jhana1=vitakha,vicara,piti,sukha,ekagat((2) Jhana 2 = piti,sukha,ekagata

(3) Jhana 3 = sukha,ekagata

(4) Jhana 4 = ekagata

® Abhinna : Iddhi kesaktian ( dengan obyek : kasina) ,

Arupa-Jhana = keheningan nuansa

(1) Arupa Jhana 1 = pengheningan keadaan ruang tanpa batas

(2) Arupa Jhana 2 = pengheningan keadaan kesadaran tanpa batas

(3) Arupa Jhana 3 = pengheningan keadaan kosong ( sang habis )

(4) Arupa Jhana 4 = pengheningan keadaan tanpa pencerapan

® santa vihara : penghidupan yang penuh kebahagiaan

KEAHLIAN = JHANA-VASI

VIPASSANA BHAVANA

® : 4 objek meditasi ~ carita (perwatakan)

KESIAPAN =

( 1 ) Sila visuddhi : Kesucian sila

( 2 ) Citta visuddhi : Kesucian fikiran ( minim : Jhana 1 )

PROSES =

( 3 ) ditthi visuddhi : Kesucian pandangan ( pembedaan : nama – rupa)

( 4 ) kankhavitarano visuddhi : Kesucian keraguan ( hubungan kausalitas)

( 5 ) magga amagga : tilakkhana universal & 10 kilesa

( 6 ) patipadana : sankharupekkha keseimbangan batin terhadap obyek ®anuloma ( penyesuaian jalan tengah x ekstrim)

PENCERAHAN =

(7)Patipada:Pencerahan-lokuttara(Gotrabu ®Magga®Phala:sotapana,sakadagami,anagami,arahat ) ® pacchavekha peninjauan kembali.




RADHA – SOAMI

Satguru : Swami Ji ; Baba Jaimal – Sawan Singh – Sardar Bahadur – Charam Singh ; Gurinder

Kaidah Sant Mat :

- Moralitas untuk harmonisasi nurani yang menenangkan jiwa.

- Diet Vegetaris untuk menunjang kelancaran bermeditasi.

- Gurbhakti untuk ‘total surrender’ ,Seva ( pelayanan) dan pemurnian ego.

- Nambhakti untuk media konsentrasi dan ‘visa’ meditatif
Proses Meditasi =

Simran ( Dzikir 5 nama suci penguasa 5 wilayah rohani ) pada tisratil sambil Dhyan ( kontemplasi wujud astral Satguru ) ® : Bhajan < menyimak Shabda >

Vs mekanisme anti-kundalini fikiran ( ke bawah & ke luar ® ke dalam& ke atas ) ® pada tataran : Pinda / material creation/ melalui 6 chakra bawah

(1) pusat akar ®muladhara chakra : Kilyang

( 2 ) pusat seks ®indri chakra : Onkar

( 3) pusat pusar ®nabhi chakra : Hiryang

(4) pusat jantung ®hrida chakra : Sohang

(5)pusat tenggorokan ®kanth chakra : Shiriyang

(6)pusat dua mata ®Dodal Kanwal = pineal

® : Level : Yogi Puran

Menjelajahi Wilayah Rohaniah

Pada tisratil : terdengar suara binda/jhinga (gemuruh/sepur) & tampak wujud guntur,

( 1 ) Sahansdal Kanwal : Niranjan desh ® bell & cronch

Nama sufisme : Maqam I Allah

Terdengar 10 suara : lautan,guntur,

Tampak juga : langit,matahari,bintang

~ Chidakash : surga/neraka

~ sahansdal kanwal : Jyoti Niranjan

~ kolam Tirbeni

3 bagian :

~ jhongran dep

~ shyan

~ sett sunn

® Level : Sikh ( Siswa Sejati )

( 2 ) Trikuti Murakashi : Brahm loka ® sound of Onkar

Nama sufisme : Maqam I Allah Hu ( Wilayah asal : fikiran )

Terdengar suara : Onkar dalam guntur

Tampak wujud : sunnya , gunung (Mer,Sumer,Kailash)

® Level : Yogishwar

( 3 ) Daswan Dwar : Par Brahm ® King Ri (Spiritual lute)

Nama sufisme : Alam I Lahut

Terdengar suara : Onkar dalam guntur

Tampak wujud : sunnya , gunung (Mer,Sumer,Kailash)

( 4 ) Banwar Gupha : Sohang ® Bansri ( flute )

Nama sufisme : Alam I Hahut

Terdengar suara : Kingri

Tampak wujud : sunnya , gunung (Mer,Sumer,Kailash)

( 5 ) Satta Loka : Sat Purush ® Bin ( big pipe )

Nama sufisme : Maqam I Haqq ( Rumah Sejati : Jiwa )

Terdengar suara : Bin ( Big Pipe)
Tampak wujud : Sach Kkand ( Sat Nam ) di Alakh Lok ® Agam Lokh ® Anami Lokh

® Level : Param Sant ® Satguru




OSHO

PANDANGAN =

Evolusi tansadar bersifat kolektif , sedangkan evolusi sadar bersifat individual.

: Hiduplah secara Total = hidup religius meditatif dalam Tao = kenyamanan dari ketegangan )

MEDITASI CHAOTIC =

Dalam bermeditasi diperlukan kemurnian fikir , kealamian tubuh

1. Chaotic breathing : 10 ‘

® kacaukan sistem masif neurotik diri untuk membebaskan emosi yang tertekan/mengendap

:penafasan dalam & cepat ( tubuh kelimpahan oksigen ® alive/vitale : alamiah hewani )

= fisik terasa tidak lagi terasa sebagai materi tetapi seperti sistem energi yang meluap.

2. Catharsis : 10 ‘

®theraphy pelepasan seluruh limbah emosi yang tertekan /mengendap secara bebas .

:pembersihan : menjerit,menangis ; tertawa,melompat ; menari , dll ( terserah )

= tubuh fisik terasa ringan alamiah dan batin fikiran murni dari segala limbah mental.

3. Sound : HOO : 10 ‘

® menghantam sentra sex / chakra vitale agar kemudian terjadi proses kundalini energi.

: teriakan- teriakan HOO sekeras mungkin terarah ke sentra sex untuk menaikkan energi.

= terjadi proses aliran energi kundalini di dalam dan menuju ke atas.(exhausted)

4. Jump : Meditasi :

® memasuki alam meditasi dengan seluruh totalitas kesadaran diri tanpa konflik ( wuwei )

: menjadi pengamat yang mantap (sakshin upeksha) atas apapun juga yang dihadapi.

= secara bertahap terjadi pertumbuhan spiritualitas melalui pengalaman batiniah langsung.
TRANSENDENSI 7 TUBUH =

= consciousness ( kesadaran ) ®witnessing (pengamatan)®awareness(kemurnian)®enlightment

Desireless = just the absence of desiring x the opposite ( passive x active )

meditasi bersifat passive ( total surrender)® x kehilangan awareness

manusia memiliki 7 dimensi paralel keberadaan yang saling terpadu dan berkait.

jika bermeditasi mulailah dari tubuh pertama paling luar ( jangan fikirkan ‘pengetahuan tingkat tinggi’ agar tidak mengganggu kelancaran dan kesejatian transformasi diri )

atasi ketegangan yang timbul karena adanya ketidak-nyamanan dalam transformasi(kesenjangan antara kenyataan dan keinginan).® ® Pintu dimensi kesadaran pada setiap tubuh berikutnya akan terbuka otomatis jika tiada ketegangan didalam badan tersebut ( kenyamanan holistik)

Jadilah : sakshin upeksha ( kesadaran pengamat yang indifferent ® equilibirium ; tanpa konflik karena membedakan kutub polaritas yang ada sehingga tidak terjadi perpecahan diri ) = mentransendensi polaritas ( kenyamanan batin dari ketegangan alamiah eksistensial dengan tidak perlu melekat/menolak polaritas yang ada )

metode = melekat ®melepas ( langkah permulaan akan menjadi rintangan perkembangan lebih lanjut jika terlalu dilekati )

(*) HORIZONTAL (MASIH INSANIAH ) = DARI LUAR KE DALAM =

1. FISIK

terbatasi ruang dan waktu

PRAMEDITASI =

rasakanlah keberadaan fisik dari dalam (tidak sekedar dari luar ) : kayanupasana.

MEDITASI =

polaritas : breathing ( incoming x outcoming )

vision : khayalan mimpi fisiologis

transend : sadari setiap saat rasa dari dalam [ holistik ]

penyesuaian : hidup dalam kekinian ; ketika bertindak disadari ( actor ~ action ) ; seks ®ekspresi positif cinta kasih ( x pelepasan ketegangan)

2. ETERIK

transparan & antigravitasi ( sukma 13 hari pasca kematian ); terbatasi waktu tetapi ruang tidak

PRAMEDITASI =

sadarilah keberadaan dan pergerakan dari dalam (tidak sekedar dari luar ) : sati kayanupasana.

MEDITASI =

polaritas : influence ( attractive /love/well-being x repulsive/hatred/diseased )

vision?mantra,parfum(jakfaron/misik;hio/dupa,dll) , warna (biru eterik ,dll)

vision : tetap sadar terjaga dengan sarana mantra ( ®tidak efek hipnotis/tertidur )

transend : sukma plb ,sugestible hipnotik & zarah kundalini ( kenali vitalitas mekanisme nya dari dalam )

penyesuaian : cinta kasih murni (sikap fikiran dalam diri terhadap seluruh kosmik bukan sekedar hubungan antar personal X pemenuhan hasrat nafsu sex/ego ) dengan tanpa harapan/tuntutan

3. ASTRAL

tidak terbatasi ruang dan waktu lampau

PRAMEDITASI =

sadarilah keberadaan dan pergerakan dari dalam (tidak sekedar dari luar ) : sati kayanupasana.

MEDITASI =

polaritas:magnetisme(powerful/confident/bravery – powerless/inconfident/coward )

vision : jangan pastikan dulu prakonsepsi keabadian diri ( realisasi : truth pativedha >proyeksi : faith anubodha )

transend : ungkapkan keberadaaan di dalamnya ( totalitas kehendak )

penyesuaian : gudang timbunan pengharapan /hasrat keinginan yang begitu menimbulkan ketegangan ( kewaspadaaan meditator ? )® terima saja hasrat tersebut sebagaimana adanya (akan timbul ketenangan // berhasrat tanhasrat ? neurotis )

4. MENTAL

rumah terakhir fikiran ( tidak terbatasi ruang dan waktu lampau dan mendatang )

PRAMEDITASI =

sadarilah keberadaan dan pergerakan dari dalam (tidak sekedar dari luar ) : sati kayanupasana.

MEDITASI =

polaritas : thought ( incoming – outcoming )

vision : waspadai proyeksi ciptaan mental ® jangan harapkan/identifikasikan apapun

transend : lampaui seluruh proses mental ( awas ! schizoprenia : fikiran tidak dalam keadaan harmoni – secara simultan bekerja terpecah ke 2 arah yang berlawanan : berdiri di luar & melihat ke dalam/ ke atas ® Mulailah dari lapisan terluar setinggi apapun ‘ pengetahuan ‘ anda )

penyesuaian :konflik pemikiran yang saling posesif menguasai keseluruhan ®kekalutan

sadari saja fikiran hanyalah klise proyeksi timbunan ingatan fisik dan terimalah kealamiahan hal tersebut tanpa persetujuan/penyangkalan yang memang tidak perlu ® jangan identifikasikan diri dengan fikiran/buah fikiran tertentu (bebaskan badan mental dari kekacauan)

(*) VERTIKAL (MULAI ILAHIAH ) = DARI BAWAH KE ATAS =

ke Chakra ajna ( Tuhan ) ; sirshasan ®arus energi berubah ( ketidak-nyamanan fikiran yang terbiasa antikundalini )

5. SPIRITUAL

keabadian yang tidak terbatasi ruang dan waktu

PRAMEDITASI =

sadari kematian dan kehidupan hanyalah fenomena luar bukan realitas inherent pada keabadian diri.

MEDITASI =

polaritas : Life itself = Prana ( life – dead )

vision : tiada dualitas ( cermin perbedaan tanpa kelainan ) ® refleksi bayangan dari ralitas saja.

dalam kesendirian total bebas dari segala bentuk mentalitas ® jangan identifikasikan diri sebagai apa/siapapun juga

transend : kesadaran monad (atom tanpa jendela-Leibniz) / kesadaran Ego

penyesuaian : atasi kebodohan diri dengan Atma Gyana ( pengenalan diri ; Dengan tidak mengenal dirinya tiada guna orang mengenal apapun ?) ® Mengetahui ( secara langsung : pasti ) X pengetahuan ( pengertian pinjaman : sangsi )

6. KOSMIK

kosmik

PRAMEDITASI =

ego drop ® no ego ( become one with all )

MEDITASI =

polaritas universal : kosmik ( srishti /creation – pralaya/destruction )

Realitas ‘diri’ : Avatar Vishnu untuk siapa Brahma menciptakan dan shiva menghancurkan.

vision : realitas otentik tanpa cermin ( fikiran universal Brahman ) ® samadhi sabeej ( + benih )

transend :4- 5 : ego®non ego

koan Zen ‘ansa dalam botol’ (gerbang tanpa gerbang ) ® jangan identifikasikan diri sebagai kristalisasi ego ; sadari saja (tanpa metode; karena setiap metode memperkuat ego ) / x satori

penyesuaian : individualitas dalam universalitas kosmik ® berhentilah menjadi individu pribadi (Kita adalah samudra keESAan /oceanic feeling/ x kristalisasi individualitas keakuan = keberadaan sebagai insan kosmik ) Tuhan = (tan)individualitas keberadaan kosmik

7. NIRVANA

sunna

PRAMEDITASI =

Hakekat diri : ketiadaan ( negativisme Buddha ) karena keberadaan adalah Brahman ( Shankara)

vision : pusat keberadaan murni ( tanpa positif/negatif ) ® samadhi nirbeej ( x benih )

MEDITASI =

polaritas universal : Truth ( being – not being )

transend : melompat dalam keheningan ( pencerahan sejati ! sudah ada sebelum adanya ciptaan ,masih ada walau setelah pralaya ®saya tidak tahu (Buddha); karena tidak ada simbolisasi tepatnya)

penyesuaian : tegangan antara keberadaan – ketanberadaan ( untuk fahami keseluruhan : jadikanlah kehampaan sebagai satu-satunya keseluruhan )® hilangnya keberadaan ke dalam tankeberadaan [ Brahman : keberadaan + ketanberadaan = keseluruhan > Tuhan : keberadaan ]

® = Setelah itu ? ADWAIT ( Oneness )



BARDO =
Bardo thos grol chen mo :

Buku panduan untuk mencapai kebebasan abadi lewat pemahaman tentang kematian

The Tibetan Book of the Dead : Padma Sambhava ( abad VIII ) ® Karma Lingpa abad ( XIV )

Mahavira : pencerahan masih mungkin terjadi hingga pada saat kematian

Tibetan : ‘ menghadapi kematian adalah suatu keahlian untuk disiagakan dan dibiasakan ’

Persiapan :

latihan meditasi racut ( PLB ) pada saat hidup ® meditasi bardo untuk saat ajal.

® Hadapi dan jalani kematian dengan penuh kesadaran & kasih ( + : munajat Robbani )

Proses :

Usahakan pencerahan dengan menyatu pada cahaya kesadaran murni Ilahiah Semesta.

1. Chikkhai Bardo : ( saat kematian )= Astral

langsung bermeditasi : simak ikuti cahaya murni kebenaran yang bersih dan jernih .

gagal ? cahaya dengan sosok figur mistisi (Satguru,Buddha ,Nabi,dll).

gagal ? jatuh ke Chonyid Bardo

2. Chonyid Bardo : (alam kausalitas ) = Etheric

sadari akan kematian diri dan perjalanan arwahmu ( awas ! ilusi proyeksi fikiran )

hari 1 : perhatikan cahaya biru kesadaran murni diri x cahaya putih ketidak-tahuan karmik

hari 2 : perhatikan cahaya putih bersih kebijakan sejati x cahaya kelabu kebodohan samsara

hari 3 : perhatikan cahaya kuning bersih keseimbangan diri x cahaya biru kotor kesombongan

hari 4 : perhatikan cahaya merah bersih kasih x cahaya merah kotor keterikatan

hari 5 : perhatikan cahaya hijau cerah kesempurnaan abadi x cahaya hijau kotor kepicikan

hari 6 : perhatikan cahaya 4 warna cerah pencerahan x cahaya 4 warna buram keresahan

hari 7 – 13: Awas dualitas fikiran ( cahaya kotor : coklat , putih,kuning,merah,hijau,aneka warna )

hari 14 : hari terakhir ( Atasi rasa bersalah/ketakutan/keraguan yang muncul karena fikiran yang terkondisi karma )

gagal ? jatuh ke Sidpa Bardo

3. Sidpa Bardo :( alam kelahiran kembali )= Etheric

Pertahankan kesadaran dari godaan rebirth( semuas hanya ilusi fikiran belaka )

walau sudah semakin sulit teruslah bermeditasilah kembali agar tetap mampu menyatu dengan cahaya murni kebenaran Ilahiah. ( Kenang ajaran Satguru )

® vs wujud/suara mencekam refleksi penyesalan atas kesalahan masa hidup.

® vs ilusi pengadilan / surga – neraka

Berada di alam Sidpa Bardo ,emosi batin begitu intens terasakan ® lampaui ilusi fikiran yang membuatmu terjebak dalam penderitaan yang sesungguhnya tidak perlu itu.( terus meditasi)

® masuki samsara ? perhatikan cahaya yang paling cerah dari keIlahian yang Maha Penyayang dan masuki meditasi ( putih cerah – alam dewa; kuning cerah – keluarga saleh ) X perhatikan cahaya buram (putih–dewa/malaikat;hijau-kuasa sakti;kuning-intelektual;biru-hewani; merah-arwah gentayangan ;abu2/hitam – alam terrendah)

® kelahiran kembali ( jika bayangan sudah terlihat kala bercermin/berjalan berarti sudah gagal di alam sidpa bardo ).

Berdo”a dan tetap tenang ; jangan tergoda ilusi sex ® pilih rahim yang sesuai( menunjang evolusi spiritualitas diri pada kehidupan mendatang ) :

Simbol Vision : tempat ibadah ( keluarga saleh/alam dewa)/ bangunan megah ( prospek peningkatan kesadaran). X : gua/lubang besar berkabut tebal ( hewani )/ gurun luas/rimba gelap ( kehidupan tanpa arti)/ hutan berapi (magis)/ danau & angsa ( kaya tetapi tidak spiritual),dlsb





UPDATE PARAMA DHAMMA

Desain Kosmik “Mandala Advaita “ bagi dagelan “nama-rupa”

Esensi Murni > Energi Ilahi > Materi Alami
kebajikan harus dengan kebijakan

Kebijaksanaan harus dalam keberimbangan

Keberimbangan harus dalam keselarasan

Walau memang ada kebahagiaan & penderitaan ,Tidak ada yang harus dilekati – Tidak ada yang perlu dibenci

Walau memang ada keunggulan & kerendahan ,Tidak ada yang harus dipuja – Tidak ada yang perlu dicela

Tanpa obsesi tiada ambisisi

In Reality – Be Realistics – To Realize




Kesadaran

Kecakapan

Kelayakan




Esensi Murni

Ariya

Sekha

Zenka

Swadika


Energi Ilahi



Genia



Talenta


Materi Fisik







Visekha


Mandala Advaita : Desain Kosmik
Pandangan Sikap Batin In Reality

Formula Swadika

Pandangan Sikap Batin In Reality

Mahatma

Pandangan Sikap Batin In Reality



ANEKA RENUNGAN

Parama dharma bagi swadika advaita

Dharma (tdk) sederhana bagi mandala (tak) sempurna

Keutamaan > kebuddhaan

Taqwa ,< metta < anatta

Ketauhidan dalam keanattaan

Abhidhamma =

Hayati tandiri ke anattaan atas segala entity keberadaan

Sadari ke aniccaan atas segala process keberadaan

Fahami ilusi ke dukkhaan atas segala entitas keberadaan



Kesadaran melampaui = mandala advaita

Nibbana 1

Samsara 31



Mengarahkan batin kesadaran > mengerahkan fikiran

Transformasi diri

Kebijaksanaan

Keharmonisan

Kebahagiaan

Keberdayaan



Menyadari keakuan diri semu dengan mengamati aku, diriku, milikku sebagai dia.

Just Flow in relaxed mind without excessive energy



Jalaludin Rumi : tentang hikmah (Dilema Faqir) =

Janganlah kamu berlaku zalim dengan tidak memberi kepada orang yang berhak menerimanya. namun janganlah kamu berlaku zalim dengan memberi kepada orang yang belum layak menerimanya.






ZAZEN CANON : REALITAS TINDAKAN ® FOREVER AKTUALISER ~ ETERNAL UNIVERSIAD



Tindakan Aktual untuk segera merealisasikan Keberadaan Diri demi keberlanjutan dari Evolusi Spiritual Deitas Kosmik diri dalam Samsara Keabadian dan menunjang kehandalan diri sebagai Aktualiser dalam Kehidupan ini dan Eskatologi keberadaan Diri berikutnya .

Realisasi Tindakan– tidak sekedar Imaginasi Gambaran belaka – adalah sangat mutlak diperlukan untuk memperoleh hasil yang nyata dan feed-back perbaikan dan penyempurnaan dari suatu wawasan pandangan.

Keterarahan penempuhan dalam kebijaksanaan pandangan.

Orientasi hidup adalah pemberdayaan. Mantap dalam kesederhanaan, Handal dalam keberdayaan dan Lancar dalam kebijaksanaan.

Plus = Ada keridhoan dalam ketaatan. Ada kemurkaan dalam kemaksiatan

Prakata : Perlu kebenaran paradigma pandangan , kejelasan tujuan pencapaian, kepastian realitas tindakan dan ketepatan langkah strategis

Manual ini ditujukan sebagai panduan praktis untuk memberdayakan diri dalam menempuh universalitas keabadian dan kompleksitas kehidupan . Walaupun dikemas dalam wacana yang ringkas dan singkat namun lengkap dan cukup memadai untuk dipergunakan sebagai canon utama diri.

File Ke 1 = INTEGRITAS UNIVERSIAD

® 1. Vitale Zazen = Kesadaran Gnosis Eternal

2. Ekstase Swadika : Transendensi Keberadaan

3. Talenta Semesta : Transformasi Kehandalan

§ File Ke 2 = AKTUALISER UNIVERSIAD

4. Swadika Semesta : Kemantapan Universe Holistik

5. Karakter Personal : Kelancaran Flexible Autentik

§ File Ke 3 = AKTUALISER EKSISTENSI

6. Regista Persada : Rutinitas Kemantapan Pelancaran

7. Legenda Semesta : Vitalitas Kehandalan Penempaan

File Ke 4 = INTEGRITAS EKSISTENSI

® 8. Finale Zazen = Kesadaran Wisdom Forever

9. Reset Universiad : Kesabaian Akhir

10. Ready Aktualiser : Kesiagaan Mulai

1) REFLEKSI MEDITATIF = Mental Global paradigma dipathera :

Aware vitale in INTEGRITAS UNIVERSIAD

Vitale Zazen = Kesadaran Gnosis Eternal Kemantapan Faith Gnosis(Integritas Universiad) ® Kegairahan Truth Exodus

Aware gnosis – focus exodus – wuwei action – zazen vitale sesuai mahadharma dalam kesadaran alpha beta

resitasi paritta Ritual Mental ditujukan untuk penghayatan kebenaran dan bersegera memberdayakan universiade aktualiser diri secara tepat dan pasti.

refleksi empiris Aktual Global ditujukan untuk penyadaran kenyataan dan terus melanjutkan aktualisasi universiade diri secara bijak dan luwes.

1) Aware of Gnosis Wisdom in Faith Truth = Ketepatan paradigma Gnosis Realitas – kebijakan Wisdom Spektrum

MANTAP EXODUS = Realitas Keabaduan = ESA ( Mandala Genesis – Robbani ) Fenomena Kehidupan = aku (Dimensi Samsara – Pribadi )

HANDAL EMPIRE = Keterjagaan Labirin Avidya = Keswadikaan Ekstase Dharma =

Gnosis Wisdom : kemantapan & keakuratan menghayati paradigma heuritis bagi Integritas Kesadaran (Akidah Gnosis / Kaidah Wisdom)

- Faith Integritas : Kebenaran Gnosis Keabadian ® Ketepatan Hibrah Kehidupan (Menghayati paradigma heuritis / Mensikapi pengamatan empiris)

Aktualisasi holistik yang inklusif tidak exclusive (sbg Dharma Sekha; dlm Sangha Ariya ) x

- Truth Eksistensi : Kejelasan avidya Kebodohan ® Keluwesan Kiprah kenyataan (ketelitian penyadaran situasional / kecerdasan pengatasan keadaan)

Harmonisasi simpatik tanpa terexploitasi atau memanipulasi (thd Etika Publik ; utk Diniah Agama; ) x pengkhianat keberadaan

REFLEKSI MEDITATIF = Dijalankan setiap saat ® ketersediaan waktu. Faith Truth

® Aware Universalitas : Gnosis Realitas = Visualisasi Pengamatan Kenyataan Laten Deitas “ESA”

® Zazen Integritas : Wisdom Spektrum = Konsentrasi Pengarahan Kesadaran Figur Kosmik “ aku”

2) Vitale of Exodus Empire in : Kesegeraan & kelanjutan aktualisasi tindakan Komitmen pemberdayaan (Target Exodus / Qonaah Lanjut)

§ Focus Exodus to Evolusi Pribadi : Transformasi Gnosis untuk Akses Eternal zarah Universiad

Akses Universiad : Transformasi Keberadaan Universiad (Akses Keabadian ) ® Ekstase Swadika, talenta semesta , visekha samsara
Orientasi Tujuan : Akses Eternal Swadika Visekha ® Asset Forever Persada Regista

(a) Transformasi Evolutif Keabadian = Akses Swadika + Hisab Visekha

Akses Swadika = Transformasi Evolutif Kualitas Esensi Sejati

1. Basic Eternal Keswadikaan Arhad Jagad ® Super Figur

2. Input Forever Ketalentaan Arhad Jagad ® Smart Flair

Hisab Visekha = Transformasi Harmonis Moralitas Esensi

1. Basic Kemahatmaan Arhad Jagad ®Wahidah Nibbana

2. Input Keamaliahan Arhad Jagad ® Waridah Surgawi

(b) Aktualisasi Effektif Kehidupan = Block Regista + Asset Persada

Asset Persada = Kesuksesan pencukupan kekayaan Astaiya

1. Basic Profesi = Kehandalan ekonomi produktif

2. Asset Pensiun = Kemantapan deposit benefit

Block Regista = Kesuksesan pencukupan kejayaan Regista

1. Citra Positif = Keluwesan Simpatik Harmonis

2. Squad Bushido = Kekuasaan Guardian Imperium

§ Wuwei Action in Regista Semesta: Aktualisasi Kehandalan untuk Asset Forever Figur Eksistensial

- Focus Aktualiser : Aktualisasi Kehandalan Eksistensial (Asset Kehidupan) ®Eksist Persada, karisma regista, legenda semesta

Integritas mantap Evolusi Pribadi®Aktualitas handal Regista Semesta

§ Zazen Vitale = Exodus Gnosis

® DISIPLIN INTENSIF = Evolusi Pribadi

Integritas : Deitas Kosmik

Eternal Forever = Semadi Esensi – Centre Figure

Swadika Semesta = Sati Videha – Yogi Tapasa

Vitalitas : Exodus Universiad

Geniard Bushido = Genius Versus – Global Comrad

Maestro Cruiser = Master Expert – Tantra Wasesa

Rutinitas : Kasual Eksistensi

Reset Universiad = Sentra Agenda – Primus Exodus

Ready Aktualiser = Matrik Kosmik – Estate Figure

® REFLEKSI UNIVERSE = Regista Semesta

Integritas : Figure Kosmik

Holistik Universe = Aktual Wasesa – Mental Dewasa

Autentik Flexible = Swadika Robbani – Gestalt Bushido

Rutinitas : Aktual Eksistensi

Regista Publik = Senzei Publik – Patria Sangha

Bushido Estate = Steady Family – Aktual Estate

Vitalitas : Vitale Universiad

Reputasi Kosmik = Spectre Cruiser –Geniard Maestro

Hegemoni Publik = Bushido Regista – Leisure Swadika

§ Final Vitale of Total Zazen = Mantap Exodus – Handal Empire
4. Zazen Finale : Kemantapan Qanaah Output ® Kegairahan Revisi Lanjut

Fungsi =Qanaah Kesuksesan ® Revisi Kelanjutan .

Kesuksesan Asset Kosmik = Penerimaan feedback tindakan

Spektrum Exodus = Evolusi Pribadi + Regista Semesta

§ Evolusi Pribadi : Tahap Perluasan Eternal itas Deitas Kosmik

§ Regista Semesta : Level Kemapanan Eksistensial Figure Publik

Ekstasis Wisdom = Syukur Sukses + Qanaah lanjut

Kelanjutan Fokus Exodus = Perevisian kelanjutan tindakan

Orientasi Tujuan = Gnosis Exodus + Kosmik Publik

§ Gnosis Exodus : Kebenaran Prinsip Ariya

§ Kosmik Publik : Kehebatan Potensi Figur

Realisasi Tindakan = Revisi Lanjut + Sukses Proyek

2) DISIPLIN INTENSIF = Pengasahan refleksi intensif Tapasa Videha :

® Refleksi intensif Sati videha ditujukan untuk mengembangkan integritas penyadaran universal nivritti dan dalam aktualisasi pengarahan holistic diri.

® Distansi effektif Yogi Tapasa ditujukan untuk mengsawdikakan diri dari ketergantungan/kemelekatan eksternal dan memperkasakan universalitas diri. Refleksi Sati Videha : Keswadikaan penyadaran Holistik Nivriti:

- Resertivitas harmonisasi = penyadaran diri mensikapi (Reseptif x raeaktif) : visuddhi authentik

- Asertivitas aktualisasai = pengarahan diri bertindak (terarah x neurotik ) :

Sati Videha ( Kearifan diri : Nivritti Holistik )

Sati Videha = pengembangan kesadaran

1. Nivritti Holistik (sati sampajjana - vivekha vairaga)

2. Reseptif :Penyadaran diri : reseptif x reaktif (harmonisasi kesadaran)

3. Asertif :Pengarahan diri : proaktif x mekanis- impulsif (aktualisasi tindakan)

4. Holistik = Pelatihan tindakan meditatif Pembiasaan sikap muhasabah -penyadaran lapisan -harmonisasi energi -kesadaran kekinian -aktualisasi tindakan

Distansi Yogi Tapasa : Keperkasaan pengasahan swadika semesta

- KeSwadikaan diri = tanpa kemelekatan eksternal Keswadikaan Kosmik Figure ® Kesemestaan

- KeSemestaan diri = mampu independent universe

Yogi Tapasa = peningkatan ketahanan

1. Kuanta Universiad = mengatasi ketergantungan /kemelekatan kelemahan meningkatkan keberdayaan / keperkasaan menjalani kesadaran kehandalan.

2. Keswadikaan : kemantapan diri : menjalani kesadaran

3. Kesemestaan : kehandalan diri : mengatasi kelemahan

4.Integral = keberdayaan Holistik

3) MEDITASI EKSTASIS = transendensi intensif avatara bhavana Deitas Kosmik

® Meditasi ekstasis Semadi esensi untuk memantapkan pencerahan batin murni rahni ilahi dan menswadikakan pencapaian arhad jagad deitas esensi diri.

® Integrasi effektif Centre figure untuk menswadikakan patensi kosmik figure diri dan mengembangkan kewasesaan kuasa universal brahma sentra diri .:

Ekstasis Semadi esensi : Keswadikaan penyadaran Holistik Nivriti:

1. I’tikaf Robbani = sujud kudus

2. Jarah Jagad : proyeksi astral

3. Arhad esensi : ekstasis pencerahan

4. Buddha Gnosis = kebijaksanaan

- Dhyana Vihara = Transendensi : Ritual Gnosis Dhyana Bhakta ® Mental Exodus Dhyana Anatta (+ jarah jagad)

Ritual Gnosis = Dhyana Bhakta (Ritual Shalat – Dzikir – Munajat Robbani )

Mental Exodus = Dhyana Anatta ( Batin Murni – mantram – Centrum Swadika )

- Semadi Esensi = Realisasi : Pencerahan Spiritual Rahni Ilahi ®Kemantapan Arhad Jagad (+ Buddha prajna) Pencerahan kesejatian esensi

Rahni Ilahi = Pativedha ( Keheningan – Pencerahan – Keilahiahan )

Arhad Jagad = Iddhipada (

Integral Centre Figure : Keperkasaan pengasahan swadika semesta

Centre Figure : Penguasaan kesaktian kosmik

1. Swadika Mantram = raja yoga

2. Kuasa Jagad : forsa magis

3. Figur Kosmik : super figur

4. Kosmik Figure = maha yoga

- Centre Figure = Realisasi : kewasesaan universal Prima Zenka® Kehandalan SuperFigur (Raja Yoga) (Penguasaan Kesaktian : Super Figur )

- Brahma Sentra = Transformasi : kuasa jagad ® Forsa magis ( Maha Yoga) (Kekuatan daya : Swadika Universe )
4) DISIPLIN INTENSIF = penyerapan kewasesaan talenta aktual

VITALITAS – UNIVERSIAD Dari Kesediaan Waktu Global

® Vitalitas Sekha Universe untuk mengembangkan talenta kecerdasan intelgensia universal diri dan dalam menyerap data formula wisdom exodus diri.

® Aktivitas Prima ditujukan untuk memberdayakan kecakapan skill aktualiser diri dan mengeffektifkan kewasesaan flair universiad diri.

1) GENIUS VERSUS = Intelgensia Quasar Memory Diri .

MEDITASI = Radar Pakar / Gelar Wedar Realisasi Pencapaian Kecerdasan Disket diri.

REFLEKSI = Sekha Talenta / Input Formula Apersepsi Memorial

2) GLOBAL COMRAD = Rhetorics Interaktif

MEDITASI = Jerat Pikat / Realisasi Pencapaian Kepesonaan Profil diri.

REFLEKSI = Pragma Wacana / Ritual Formal Integritas Kehandalan Universe aktual diri

3) TANTRA WASESA = Gimnastics Figure Kosmik Diri .

MEDITASI = Super Figur / Flair Zahir Realisasi Pencapaian Kewasesaan Figure diri.

REFLEKSI = Senam Nature / Fight Athlet Integritas Kehandalan Universe aktual diri

4) MASTER EXPERT = Tehnokratics Aktual Tehnis Diri.

MEDITASI = Knowledge / Science Realisasi Pencapaian Kewasesaan Kosmik Figure diri.

REFLEKSI = Operational / Modifikasi Integritas Kehandalan Universe aktual diri

Sekha Universe : penjarahan kewasesaan aktual

Keluasan ilmu : Idea Talenta Genius Versus (Penyerapan Kelihaian : Smart Input )

- Riset Semesta = Kecerdasan universal ( serapan pengertian ; terapan penempaan )

Riset semesta = Keahlian

1. Osmose Intelgensi =kecerdasan

2. Serapan :pustaka sorcer

3. Terapan :latihan

4. Formulasi = formula

- Edisi Formula = Keakuratan tutorial (formulasi tutorial ; strategi kebijaksanaan)

Edisi formula =Formulasi

1. Prive Secret :Confidential

2. Squad Disket :Loyalitas

3. Massa Offset :Royalties

4. OtherChattering

Prima Integral : Penguasaan kewasesaan aktual

- Master Expert = Kemantapan Geniard Maestro ®Kehandalan Regista Bushido.

Serap talenta = Genius Versus Kehandalan Intelgensi

1. Prima Geniard = Genia dasar

2. Vedha Formula : Edisi

3. Krida Maestro : Skill

4. Genia Regista = Flair

- Tantra Wasesa = Kemantapan Hakei Cruiser ® Kehandalan Konfu Spectre

Flair swadika Tantra Wasesa Kemantapan Universiad

1. Tempa Figure = prima

2. Macho Raider : flair

3. Hakei Combat : fight

4. Flair Master = forma
5) KARAKTER PERSONAL = Keharmonisan Refleksi Pribadi Semesta :
Kemantapan Autentik Flexible Zenka Visekha = Citra Pribadi : Elite Regista : Hisab Robbani =

® Refleksi autentik Mahatma Robbani ditujukan untuk memantapkan integritas pribadi semesta dan mensiagakan garansi waridah robbani keabadian .

® Flexible estetik Regista Bushido ditujukan untuk mengesankan interaksi simpatik diri dan mengembangkan kecakapan wisdom guardian publik.

Mahatma Robbani : Kemantapan Karakteristik Integral Holistik pada keabadian

- Zenka Visekha : Kesadaran Gnosis → Akhlaq Dharma (Adhikari : kesatrian sifat Ariya Adhyatma , keagungan sikap Metta Mahatama) :

- Hisab Robbani : Kefahaman Diniah → Ibadah Islami (Amaliah: kekhusyuan peribadahan Robbaniyah , kelimpahan amaliyah muttaqien ):

Regista Bushido : keluwesan Personalisasi Flexible Simpatik Guardian pada kehidupan

- Chitra Simpatik = Keluwesan Profil → Simpati Pribadi ( perfomance Gentle Figure, interaksi Master Affair )

- Publik Guardian = Kebijakan social → Karisma Regista (Excelence custom wisdom, rhetorika actual formal )

6) STABLE VITALE = Kesiagaan effektif aktualiser universiad:

MENTAL GLOBAL =Refleksi effektif Mental : kesabaian (Gentle Master) + kecerahan (Affair Publik)

® Kecerahan mental dewasa agar diri dengan sabai mensikapi stress secara mantap dan dengan lihai menghadapinya secara handal .

® Ketegaran actual wasesa agar diri dengan tegar mengatasi azhab tanpa fatal dan mampu mengatasinya secara fresh bugar.

kecerahan Figure Publik : Kedewasaan mental integritas untuk tetap sabai dan mampu cerah

Mental Dewasa

Kesabaian samsara : Dalam Dalam keadaan berduka :Dalam tekanan dicela :Dalam kondisi cemas : Dalam situasi kalut :

kecerahan persona : Sineas Untuk refleksi karismatikSelalu tenang : Selalu nyaman : Selalu mantap : Selalu handal :

- Kesabaian samsara Gestalt Figure : tetap sabai dalam keadaan stressing ketika berduka : dicela : cemas : kalut :

- Kelihaian persona Maestro Sineas : mampu cerah Untuk refleksi karismatik Selalu tenang : nyaman : mantap : handal

Ketegaran Deitas Kosmik : Kewasesaan actual universiad untuk tiada fatal dan mampu bugar

Aktual Wasesa :

HANDLE SEMESTA =Kewasesaan aktual Handle pralaya Aktual : ketegaran (Alive Stable ) + kebugaran (Prima Vitale)

Ketegaran pralaya : terhadap nyeri : terhadap sakit :terhadap fatal :terhadap cacat : Stable

Kebugaran legenda :Kondisi alamiah diri untuk vitalitas universiad Senantiasa relax : Senantiasa total : Senantias fokus : Senantiasa zazen :

- Ketegaran pralaya (Alive stable):. tiada fatal terhadap : nyeri, sakit , fatal , cacat :

- Kebugaran legenda (Prima Vitale) : mampu bugar untuk : relax :total :fokus :zazen :

7) LEGENDA REGISTA : Aktualisasi Effektif Kehandalan :

®Vitalitas penempaan legenda Universiad untuk memberdayakan kemampuan secara optimal dan memperoleh kesuksesan pencapaian universal .

®Rutinitas kecakapan regista eksistensi untuk mengusahakan kecakapan handal regista dan mengembangkan kemapanan actual persada eksistensial.

Vitalitas kehandalan Universiad : Vitale kosmik & Empire Publik
Legenda Semesta ®Kehandalan Aktualiser = Kosmik Universe & Publik Imperium

Spectre Cruiser =

§ Geniard Maestro :

§ Regista Bushido :

Leisure Swadika =

- Vitale Kosmik : Dominasi Keunggulan Spectre Cruiser+Reputasi Kehandalan Geniard Maestro

Kosmik : kehebatan (Zenka Cruiser) + kecakapan (Flair Geniard)

Empire : kehandalan (Aider Bushido) + kemantapan (Elite Regista)

1. ZENKA RIDER = :Vitalitas Macho Universiad dari spectre cruiser (Kemantapan Deitas Bunker & Kehandalan Kosmik Vitale)

Deitas Bunker : Kearhadan Spectre

Datuk Semesta = Dharma Wisdom :Master Kosmik :

Jarah Mandala = Ninja Vitale : Zenka Nomade :

Kosmik Vitale : Kehebatan Cruiser

Macho Cruiser =Fight Martial :Champ Athlete :

Rider Fortune =Scout jelajah :Lucky treasure :

2. SMART FLAIR = : Vitalitas Genia Reputasi dari Geniard Maestro (Kepakaran Genius Expert & Kelihaian Comrad Global)

Genius Expert : Kecerdasan Genius Expert (pakar):

Smart Geniard = master genius : expert kosmik :

Flair Maestro = Sineas presenter: Kreasi impresario :

Comrad Global : Reputasi Kehandalan (lihai)

Aktual Worker = Reserve fielder : Service profesi :

Expert Comrad = Lobbiest merchant : Partner pemandu :

- Empire Publik : Hegemoni Kemantapan Bushido Regista + Relaksasi Kenyamanan Leisure Swadika

3. AIDER REICH: Reich Imperium bushido : Master Empire Kecakapan Master Empire & Kemapanan Respek Publik

Reich Imperium = Pandu Vihara : Chief warior :

Squad Sindikat = Triad Syncorp : Prima Galamar :

ELITE MASSA : Guardian regista : Respek Publik :

Elite Guardian = Intelectual Tehnokrat : Elite publik :

Massa Prestise = Bushido Patriarch : Guard people :

4. Leisure Swadika : Kenyamanan Relax Leisure ® Kelancaran Riset Swadika

MEDITASI = Reset Swadika Realisasi Pencapaian Kewasesaan Kosmik Figure diri.

REFLEKSI = Relax Leisure Integritas Kehandalan Universe aktual diri

Rutinitas kemantapan Eksistensi : Guardian Publik & Familiar Estate

Publik : kelancaran (Senzei Birokrat ) + kematangan (Social Patriarch)

Estate : kecakapan (Living Familiar) + kemapanan (Wealth Harmonia)

- Guardian Publik : Kelancaran Dinas Profesional Senzei Publik + Kematangan Elite Patriarch Patria Sangha

1. Senzei Publik = Kelancaran Dinas Profesional Kecakapan Genius Excellent® Kelihaian Master Guardian

Genius Excellent : Kecakapan profesional

Instruktur Guidance = Instruktur pembelajaran :Guidance pengarahan :

Aktualiser Mastery =Aktualitas kegiatan :Mastery keahlian :

Master Guardian : Kelihaian birokrat

Eksekutif Managemen =Eksekutif sistem : Managemen figure :

Birokrat Rhetorika =Birokrat urusan : Rhetorika humas :

2. Patria Sangha : Kematangan Elite Patriarch keluwesan Social Interaktif ® Kepakaran Master Protagonis

Social Interaktif : keluwesan pergaulan

Affair Custom : Affair warga : Custom tatanan :

Bhakti Sineas : Bhakti warga : Sineas massa :

Master Protagonis : Kepakaran sistem

Takmir Publik : Takmir custom : Majlis publik :

Sangha Expert : Expert comrad : Sangha senzei :

- Familiar Estate : Kemapanan keluarga Steady Family + kemapanan grhasta Aktual Estate

3. Steady Family : Kemapanan dalam keluarga

Kecakapan simpatik Familiar ® Kemapanan logistik Harmonia
Kecakapan ( Living Familiar ) : Kerukunan Grihasti

Familiar Intimate : Familiar figure : Romance intimate :

Logistik Guidance : Living logistik : Leisure Guidance :

Kemapanan ( Wealth Harmonia) : Kecukupan Fasilitas

Subsisten invest : Deposit estate : benefit invest :

Patriarch figure : Simpatik figure : Guardian patriarch :

4. Aktual Estate = Kemantapan Kasual Estate ® Kehandalan Aktual Worker

Kasual Estate :

Aktual Worker :

8) PERSADA PERFOMA : Integritas Effektif Kesuksesan & Kemantapan

® Kebiasaan reset universiade ditujukan untuk mengakses input progress pemberdayaan dan menyiapkan manuver lanjut aktualisasi berikut .

® Kesiagaan ready aktualiser ditujukan untuk menghandalkan kekuatan forever serta memantapkan kesiapan manuver aktualisasi harian
8. Finale Zazen Integritas Kesadaran

Output = Akses Eternal + Input Persada
§ Kondisi Negatif :
§ Situasi Positif :
Lanjut = Revisi + Exodus
Reset Universiad : sentra agenda & primus exodus
Penerapan Talenta Swadika Kehandalan & Perolehan Persada Regista Kosmik
Sentra Agenda = Daily Input + Tugas Fokus
§ Talenta Semesta : Pemantapan Kehandalan Forever ( Aktualiser Eksistensi )
§ Visekha Swadika : Pemantapan Keberadaan Eternal ( Integritas Universiad )
Primus Exodus = Akses Eternal + Prima Forever
- Sentra Agenda = Registrasi Journal Regista (Input Universiade: Daily Asset; Tugas Aktualiser : Tugas Fokus )
Input Universiade : Input masukan : Daily Journal :
Tugas Aktualiser : Tugas garapan : Fokus manuver
- Primus Exodus = Relaksasi Eternal Forever (Akses Eternal : Arhad Jagad + Akses exodus ; Prima Forever : Fresh figure + Super Figur )
Akses Eternal : Arhad Jagad : Input exodus :
Prima Forever : Fresh figure : Super Figur :
Ready Aktualiser : master raider & Estate Figure
10. Ready Aktualiser
Kesiagaan
Master Raider =
Prima Figure :
Zazen Aktual :
Estate Figure =
- Master Raider = Pemantapan Kehandalan Aktualiser (Prima Forever : kemantapan eternal patensi ; Zazen Scanner : kehandalan manuver strategi )
Prima Forever :
Zazen Scanner :
- Estate Figure = Pemantapan Kesiagaan Eksistensial (Benah Estate : ketemataan estate eksistensi ; Siaga Figure : kemantapan figure aktualiser )
Benah estate :
Kopen figure :
Penutup : Perlu ketegasan paradigma pandangan, keqonaahan input kenyataan, kesabaran input penempuhan,dan kelanjutan revisi langkah strategis
Kearifan Global untuk dewasa menerima Keberadaan Diri demi keberlanjutan dari Evolusi Spiritual Deitas Kosmik diri dalam Samsara Keabadian dan menunjang kehandalan diri sebagai Aktualiser dalam Kehidupan ini dan Eskatologi keberadaan Diri berikutnya .
Kearifan Global – tidak sekedar Imaginasi Gambaran belaka – adalah sangat mutlak diperlukan untuk memperoleh hasil yang nyata dan feed-back perbaikan dan penyempurnaan dari suatu wawasan pandangan.
· MEDITASI REFLEKTIF =
Dijalankan setiap saat ® ketersediaan waktu.
® Zazen Integritas : Wisdom Spektrum = Konsentrasi Pengarahan Kesadaran Figur Kosmik “ aku”
® Aware Universalitas : Gnosis Realitas  = Visualisasi Pengamatan Kenyataan Laten Deitas “ESA”








KUTIPAN PASADA 

Paguyuban Sangha Dharma (Pasadha) Gemawang – Nadi

Mahadharma (Ehipasiko : Kalama Dharma)

Prolog : Landasan paradigma.

1. Kesiagaan > kelengahan : kebijakan penentuan

2. Kepastian > keyakinan : kebenaran pandangan

3. Keluwesan > keketatan : ketepatan pembumian

menghadapi segala kemungkinan dalam kompleksitas keberadaan awal diri.

Monolog : Kehandalan menjelajahi pemberdayaan.

· Kemantapan dalam anatta x tersekap identifikasi ego

· Kenyamanan dalam dukkha x terlekat manipulasi ide

· Kelancaran dalam anicca x terjebak dinamika aum

Ekspansi Aktualiser Satya Ariya =

Dalam Tuhan segalanya ada. Kuasa Dharma harus difahami kenyataannya

1. Konsistensi Ketabahan : kecerahan Vitalitas positif (amor dei, amor fati ) - asertivitas (shabar ) – positivitas (syukur) Kegairahan > keengganan : Usaha dalam karunia (positif – shabar – syukur )

2. Aktualisasi Kecakapan : kegairahan memberdaya smart geniard – flair maestro – reich bushido

3. Eksistensi Kemapanan : keluwesan memberdaya profesi public – patria social – steady family

Refleksi Eksistensi Brahma Vihara =

Dalam Tuhan segalanya sama. Kasih Energi harus dijalani keberdayaannya

1. Satya kerobbanian : Bersahaja > takabur : Metta dalam upekkha ( kasih – dewasa – seimbang ) satya – ariya – metta

2. Ariya keperwiraan : Sila Prilaku Kepribadian : berpribadi ariya ( iffah – amanah – istiqomah )

3. Metta kemandalaan Dana Harmoni Kebersamaan : berprilaku mulia ( karuna – mudita – dewasa )

Meditasi Universiad Dharma Sekha =

Dalam Tuhan segalanya bisa. Wujud Esensi harus disadari kesejatiannya

1. Swadika > labil : prima dalam swadika ( atasi ilusi keberadaan diri )

2. Mandala : atasi ilusi penembusan wilayah

3. Advaita : atasi ilusi pencapaian maqomat

Epilog :

Keterarahan melanjutkan segala keberadaan.

· Kenyamanan menempuh pencerahan : nglampahi tanpo ngetoke

· Kemantapan menembus pencerahan : mantep tanpo anggep

· Kelancaran melampaui pencerahan : genah tetep nglumrah

Epilog : Orientasi pragmatis berpandangan ini ( jika hanya di dunia ini – jika ada akherat – jika samsara nyata )

1. Akumulasi Swadika Talenta keberdayaan Arhad Universiad

2. Akumulasi Persada Regista kemantapan Figure Aktualiser

3. Akumulasi Karisma Visekha keterjagaan Nafsi Eksistensial

PLUS = Meditasi adalah keniscayaan x kewajiban Ketika diri kembali sejati ( keberadaan dalam keanataan yang intens : reseptif - integrated ) air tanpa buih di lautan

KUTIPAN DHARMA ISLAMIAH

MAHADHARMA KALAMA SANGHA

Kalama Dharma sebetulnya sesuai jika seseorang lahir dari keturunan moderat, hidup dalam lingkungan demokratis dan kita telah berada dalam kedewasaan psikologis. Namun akan sulit diterapkan jika and Dharma ini tidak menyarankan anda untuk berkhianat pada keberadaan anda semula. Walau memang selalu akan ada celah pada akidah keagamaan, norma kenegaraan tidak perlu murtad. (Pergolakan eksistensial yang tidak perlu, k

Dalam kebenaran perlu kebijakan untuk menjaga keterahan kesadaran dan ketulusan Kepicikan bukanlah kemuliaan identifikasi Kelicikan bukanlah kemegahan intelgensi

KEBIJAKAN DHARMA ISLAMIAH

Dilemma muslim =Tak perlu murtad atau jihad. Perlu fleksibilitas untuk mensikapi, men

Ad. 1. Menerima keterbatasan (kelemahan, kesalahan, kepalsuan)

Selalu menyadari bahwa senantiasa ada tujuan kosmik dari faktitas kehadiran diri (kelayakan bhava, pengharapan tanha , penuntasan karma, ketersediaan media, pembelajaran nafsi, pemberdayaan esensi).

keterjagaan dari keterpedayaan mensikapi pandangan salah dari Kelemahan/ kepalsuan (?) agama =

keterjagaan dari keterpedayaan pandangan salah

Palsunya Realitas

Kacaunya Paradigma Risalah

Kearifan tuhan , kebaikan nabi

Rusaknya Dampak Komunitas

Historis = personal

Scientifik =

Kanonik =

1. kebenaran memahami kenyataan akan kelemahan

2. kedewasaan mensikapi kebenaran atas kepalsuan

3. Menjalani kebijakan demi kebajikan

Ad. 2. Memberdaya keberadaan Melayakan

1. kebenaran memahami kenyataan akan kelemahan

2. kedewasaan mensikapi kebenaran atas kepalsuan

3. Menjalani kebijakan demi kebajikan

Ad. 3. Mengatasi Pembatasan

Selalu ada tujuan kosmik dari kehadiran anda kewaspadaaan terus memberdaya terhadap pandangan salah

1. kebenaran memahami kenyataan akan kelemahan

2. kedewasaan mensikapi kebenaran atas kepalsuan

3. Menjalani kebijakan demi kebajikan





ALPHA BETA
KESADARAN REALITAS =

® Kesadaran Mahatma Robbani.


No


TATARAN


ILAHIAH

MANDALA

PRIBADI

1
PURWA
Dhyana
Anicca
Anatta

2
SANGKAN
Dharma
Adwaita ®
Adwaita ®

3
GUMELAR
Mandala
Semesta
Samsara

4
PARAN
Dharma
® Adwaita
® Adwaita

5
PURNA
Dhyana
Anicca
Anatta

penjelasan =
1) purwaning Dumadi ( Dhyana ® Swadika ! ) =
Nun – Hanyalah Tuhan Keberadaan Absolut : Tanpa siapapun Dia ada – Swadika dalam Dhyana

2) sangkaning Dumadi ( Dharma ® Kehendak Ilahi )

Kun – Hanyalah karena Keberadaan Absolut Semesta keberadaan terjadi dari ketiadaan karena kehendakNya – Dharma Mandala

3) gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )

Aum – Hanyalah Esa Keberadaan Absolut Segalanya berada dalam Laten Deitas mandala DharmaNya – Strata Mandala

4) paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )

Nun – Hanyalah Esa Keberadaan Absolut Segalanya kembali ke hadiratNya – Dharma Mandala

5) purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )

Nun – Hanyalah Esa Keberadaan Absolut Dia ada tanpa siapapun – Swadika dalam Dhyana
KESADARAN EKSTASIS =

® Pengarahan penghayatan Kesadaran dalam triguna kehidupan :

1. Transendensi ® Zarah Universiad Aktualisasi b

2. Aktualisasi ® Figur Eksistensial Aktualisasi b

3. Relaksasi ® Batin Integritas Aktualisasi
1. TRANSENDENSI (alpha 10 )
Transendensi adalah kesadaran pemberdayaan diri dengan meningkatkan kualitas keswadikaan HOLISTIK dalam


No

TARGET

TUJUAN


1

ARHAD JAGAD

® Mencapai Adwaita


2

PRIMA ZENKA

® Mengatasi Samsara


3

SUPER FIGUR

® Memperkasa Universiad


4

SIGMA GENIA

® Memberdaya Aktualiser


5

SAKSI ILUSI

® Menjalani Sandhya


PENJELASAN :

§ Rahni Ilahi : Transendensi Eternal

§ Prima Zenka : Kemampuan Spectre Universe hingga tingkat tinggi

§ Super Figur : Kemampuan Cruiser holistik perifer pada tingkat rendah

§ Sigma Genia : Kemampuan Geniard Maestro

§ Saksi Ilusi : Kemampuan Regista Bushido
1) TRANSENDENSI = ARHAD JAGAD

Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA = Meditasi Intuitif ® Realisasi meditatif ® Refleksi Meditatif

1. SAMADHI SKANDHA =

Keberadaan dalam kesadaran

1. 1. FISIK ® ETERIK :

(*) BETHA 17 = ® vs neurotisme eksistensi insani

(*) ALPHA 10 = ® vs mekanisme vitalitas karani

TURIYA = ® vs polaritas 1 : Breathing

OBHASA = ® vs polaritas 2 : Influence

(-) BARDO - Arwah ? Keberadaan dalam kesadaran

1.2. ETERIK ® KAUSAL :

(*) ASTRAL = vs polaritas 3 : Magnetisme

(*) KARMAIK = vs kepemilikan amaliah

(*) TATTWIK = vs kemelekatan

(*) MENTAL = vs polaritas 3 : Thinking

(-) BRAHM – Onkar ? Keberadaan

2. KARUNIA EKSTASE =

Keberadaan dalam kesadaran

2. 1. KAUSAL ® KOSMIK :

(*) SUNNA = ® vs neurotisme eksistensi insani

MONADE = ® vs polaritas 5 : Life - Dead

KOSMIK = ® vs polaritas 6 : Ego – Non Ego

(-) BUDDHA ® Keberadaan dalam kesadaran

2.2. KOSMIK ® TAUHID:

(*) PANNA = ®

(*) NIRVANA = ® vs polaritas 7 : Being – Non Being Negativisme Pencerahan

(*) ADWAITA = ® vs polaritas : Obyektivisme KeTauhidan

(*) SATYA = vs

3. SWADIKA ROBBANI =

Keberadaan dalam kesadaran

3. 1. TAUHID ®AKTUAL :

(*) ESA – Universe = ® Kesadaran Billah : Keberadaan dari ketiadaan karena Tuhan

AGAPE = ® Kesadaran Nirvana Kasunyatan

(* ) AKU – Individu = ® Kesadaran Fillah : Keberadaan dari keilusian di dalam Tuhan

METTA = ® Kesadaran Samsara Kasamestan

(*) EGO – Holistik = ® Kesadaran Lillah : Keberadaan dari kepalsuan menuju Tuhan

2) TRANSENDENSI = PRIMA ZENKA

Realisasi pemantapan Holistik disela penembusan kesadaran intuitif diri.; sehingga evolusi peningkatan kesadaran diri berjalan lancar dan alamiah . 1. METTA =® Kesadaran Samsara Kasamestan

(*) EGO – Holistik =® Kesadaran Lillah : Keberadaan dari kepalsuan menuju Tuhan

3) TRANSENDENSI = SUPER FIGUR

Realisasi pemantapan Holistik setelah penembusan kesadaran intuitif diri.; sehingga evolusi peningkatan kesadaran diri berjalan lancar dan alamiah .

4) TRANSENDENSI = SIGMA GENIA

Realisasi pemantapan Holistik disela penembusan kesadaran intuitif diri.; sehingga evolusi peningkatan kesadaran diri berjalan lancar dan alamiah .

Pemantapan Holistik disela penembusan kesadaran intuitif diri.

5) TRANSENDENSI = SAKSI ILUSI

Realisasi pemantapan Holistik disela penembusan kesadaran intuitif diri.; sehingga evolusi peningkatan kesadaran diri berjalan lancar dan alamiah .

2. AKTUALISASI( betha 10 )
Transendensi adalah kesadaran pemberdayaan diri dengan meningkatkan kualitas keswadikaan HOLISTIK dalam


No

TARGET

TUJUAN


1

KESWADIKAAN

® APPAMADA


2

KEPERSADAAN

® ASTAIYA


3

KEBERSAMAAN

® SILADANA


4 KESEMESTAAN ® DANASILA
5 KEMANDALAAN
® WAICHARA
1) AKTUALISASI = APPAMADA
Aktualisasi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
2) AKTUALISASI = ASTAIYA
Aktualisasi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
3) AKTUALISASI = SILADANA
Aktualisasi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
4) AKTUALISASI = DANASILA
Aktualisasi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
5) AKTUALISASI = WAICHARA
Aktualisasi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
3. RELAKSASI(delta 2 )
Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA = Meditasi Intuitif ® Realisasi meditatif ® Refleksi Meditatif
No TARGET TUJUAN
1 KEMANTAPAN
Betha 17 ® Alpha 10
2 KEMANDALAAN
Alpha 10 ® Theta 5
3 KEADWAITAAN
Theta 5 ® Delta 2 ® Theta 5
4 KESEMESTAAN
Theta 5 ® Alpha 10
5 KEMANDALAAN
Alpha 10 ® Betha 17
1) RELAKSASI = KEMANTAPAN
Transendensi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
2) RELAKSASI = KEMANTAPAN
Transendensi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
3) RELAKSASI = KEMANTAPAN
Transendensi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
4) RELAKSASI = KEMANTAPAN
Transendensi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
5) RELAKSASI = KEMANTAPAN
Transendensi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =

EPILOG
KEMAPANAN REALITAS =
® penerimaan :
No
TRANSENDENSI
AKTUALISASI
RELAKSASI
1
tauhid
Arhad Jagad 1
Appamada 1
Adwaita 3
2
mantap
Saksi Ilusi 5
Waichara 5
Handal 5
3
handal
Super Figur 3
Persada 2
Mantap 1
4
sukses
Sigma Genia 4
Bersama 3
Mandala 2
5
unggul
Prima Zenka 2
Semesta 4
Semesta 4
penjelasan =
§ ketauhidan zarah arhad :
Transendensi : Arhad Jagad 1
Aktualisasi : Appamada 1
Relaksasi : Adwaita 3
§ kemantapan sikap batin :
Transendensi : Saksi Ilusi 5
Aktualisasi : Waichara 5
Relaksasi : Handal 5
§ kehandalan figur kosmik :
Transendensi : Super Figur 3
Aktualisasi : Persada 2
Relaksasi : Mantap 1
§ kesuksesan
Transendensi : Sigma Genia 4
Aktualisasi : Bersama 3
Relaksasi : Mandala 2
§ keunggulan
Transendensi : Prima Zenka 2
Aktualisasi : Semesta 4
Relaksasi : Semesta 4
KEMAPANAN EKSTASIS =
® Pengarahan penghayatan Kesadaran dalam triguna kehidupan :
1. Pribadi ® Sekha Keduniawian
2. Mandala ® Vedha Kesemestaan
3. Ilahiah ® Moksa KeRobbanian
Reset ALPHA = wuwei ( Tanpa aku – Hanya Esa) Not self – just One : penghayatan kehampaan murni kesejatian diri
Relax THETA = fresh ( Damai aku – Dalam Esa) Just peace – in One : penyamanan keberadaan Ready BETHA = zazen (Siaga aku – Untuk Esa) Self into One : pemantapan keterarahandiri

MONOLOG 2 : TO REALIZE

 


Antithesis : TO REALIZE  (tindakan yang tepat) 
JUST FOR SEEKER 1 : 
Berikut alternatif  Formula Swadika untuk Parama Dharma dalam Mandala Advaita. (katarsis analisa inferensi) sebagai sharing  masukan bagi anda untuk membuat risalah panduan anda sendiri dengan tetap menerima, menghargai dan menjalani harmonisasi/aktualisasi/transendensi pedoman bersama yang ada dalam faktisitas atribut peran keberadaan eksistensial kita.  5 (lima) faktor bagi perjalanan hidup di semua dimensi keabadian (Realisasi kesadaran, kecakapan, kemapanan, kearhatan? & kewajaran sebagai transformasi ekuivalen paradigma semula kearifan, keahlian, keuletan, kebaikan dan kesucian . 
wah .... gambar kiblat papat limo pancernya (4 arah + 1 pusat = 5) koq jelek begini  amatiran.. asal bikin (rugi waktu & energi bikin logo..sebodo amat, biarin aja)  (hehehe .... dianggep cakeplah) 
(LOGO)
1. orientasi kesadaran  
2. transendensi kearhatan  
3. transformasi kecakapan  
4. aktualisasi kemapanan 
5. harmonisasi kewajaran
Hipotesis Pengetahuan – Eksperimen penempuhan – Konklusi  pencapaian (terbukti atau direvisi ? )
DARI : GNOSIS FOR SEEKERS
BELUM REVISI .... KRONOLOGI URUTAN POSTING KEBALIK DENGAN WAWASAN ESOTERIS
Just logo

JUST FOR SEEKER  (REVIEW)

Susah juga mengkompilasi posting ini ... karena sesungguhnya tersebar di seluruh posting. (maklum spontan mengalir bahkan sering tidak direncanakan bahkan malah kerap tidak diperkirakan juga ... semoga bukan hanya akal-akalan apalagi asal-asalan). So, harap dimaklumi jika quotes kutipan kadang tidak koheren dalam membangun keutuhan wacana bahasannya. Redesain mozaik puzzle (mau direcycle sayang, hehehe .... mental pemulung? NO.   )
Langkah awal haruslah dimulai. Untuk dapat melangkah dengan benar kita memerlukan pandangan yang relatif benar juga. Osho menyatakan walaupun tetap perlu dilakukan namun sesungguhnya langkah awal cenderung sebagai sesuatu kekeliruan. Dikarenakan kebenaran sesungguhnya melingkup secara nyata pada kita . Dia tidak dimana-mana. Pengetahuan yang terserap dalam bentuk informasi dan bukan realisasi memang kurang memadai dan terkadang justru malah menghambat keberhasilan suatu penempuhan dikarenakan senantiasa ada kecenderungan dari kita untuk merasa cukup sekedar mengerti saja untuk kemudian merasa tidak perlu menjalaninya, ataupun sering juga terjadi interferensi kesalah-fahaman dalam menafsirkan dikarenakan perbedaan dan kesenjangan dengan apersepsi pengetahuan sebelumnya, ataupun keterlalu-melekatan pada pandangan tersebut justru akan menghambat realisasi pengembangan kebijaksanaan dan peningkatan kesadaran yang mungkin dapat dicapai ; atau bisa juga terjadi adanya penyesatan dan keterpedayaan  yang tidak selalu disengaja sebagai manipulasi kelicikan pemapar demi kepentingan pribadinya sendiri  namun juga bisa suatu kekeliruan informasi karena keterbatasan pengetahuan walaupun dia memiliki maksud tulus untuk memberdayakan . Osho mungkin benar namun demikian kami juga berpandangan. GIGO (garbage in,Garbage Out). Jika yang masuk sampah, keluarnyapun cenderung sampah). Tetap diperlukan kejelasan dan ketepatan pengertian bagi kita semua untuk dapat menghayati kebenaran tersebut. Pandangan yang benar adalah separuh langkah tindakan yang benar.. Namun demikian memang sangat perlu kewaspadaan bagi kita semua dalam  menyimak dan mensikapi referensi pandangan awal ini. Sikap terbuka dan terjaga haruslah tetap menjadi senjata anda dalam mengkaji setiap hipotesis bahasan pada buku ini (BLOG 17012021 OK/PLUS/TQ/GNOSIS PUBLIK.pdf p.6)

PROLOG
Sebagai seorang manusia rasional positivist umumnya kita intelectually menggunakan filsafat untuk mengamati fenomena objektif di luar & psikologi untuk mengamati fenomena subjektif di dalam. Semula kami mengira hanya diperlukan 'parama dhamma' 4 (kearifan, keuletan, keahlian & kebaikan) untuk menghadapi kehidupan ini secara pragmatis namun akhirnya bersamaan dengan waktu & trial error kami menyadari kebijaksanaan perifer tepian permukaan itu ternyata tidak cukup ada kebijaksanaan mendalam lagi yang menjadi dasar untuk itu ... kesucian. Bukan karena pemurnian itu dimaksudkan sebagai faktor pengkondisi saja bagi keberkahan dan kesuksesan sejati namun tampaknya justru itu sentra dari keberadaan, kesunyataan dan kesedemikianan yang terniscayakan terjadi dan karenanya perlu peniscayaan untuk merealisasi.... terlepas apapun anggapan/pandangan diri kita semula (keharusan duniawi, kejatuhan surgawi, keterlupaan panentheistik, keterlelapan samsarik , dsb)    
Realisasi spiritualitas tampaknya memang perlu keautentikan (minimal dalam wawasan walau belum dalam tataran). Pengkhianatan terbesar truth seeker adalah pendustaan (> pendiaman?) pada hikmah pengetahuan realitas kebenaran sebagaimana true seeker (bahkan malah) memperdayakan (> keterpedayaan?) atas penempuhan realisasi transendental kemurnian. Kemunafikan dalam realisasi kesejatian walau demi harmonisasi keberadaan (apalagi jika sekedar memanipulasi atau bahkan memprovokasi, mengintimidasi bahkan mengeksekusi mempersekusi ?) sepertinya bukan hanya menghalangi dan menghambat namun juga menyimpangkan arah bahkan menjebak dan menyekap bukan hanya ke permukaan namun juga di kedalaman. Coba kami revisi cara pendekatan & idea penyampaiannya .... directly & simply.  (susah juga sebagai puthujjana padaparama yang sudah semakin melapuk renta di usia senja /intelgensia menurun, akomodasi mata melemah & kondisi fisik drop karena life style pecandu yang tidak sehat (asam lambung?) ... well, tinggal menyambut 3 utusan abadi kehidupan datang menjemput (tua, sakit & maut) bagi sumbu, minyak /+ hembusan angin ?/  lentera figur eksistensial peranan kehidupan saat ini berakhir dan berlanjut dengan konsekuensi kammasakata /+ intervensi manipulatif dimensi kamavacara ?/ untuk episode dagelan nama rupa baru .... sementara 'kompor emosi' belum stabil dan 'wadah batin' masih belum resik untuk menjangkau paradigma yang walau secara intuisi sederhana namun susah untuk diungkapkan sebagai pengetahuan apalagi dilaksanakan dalam penempuhan dan terniscayakan dalam penembusan ). Begitu banyak beban  kebodohan, kesalahan bahkan keburukan yang harus secara perwira perlu ditanggung secara mandiri (bersama?) demi/bagi keadilan, keasihan dan kearifan mandala ke-Esa-an ini ... tidak peduli apapun anggapan, pandangan dan harapan keinginan kita. Yang seharusnya terjadi memang seharusnya terjadi. Que sera sera, Pantha Rei. 
Belajar spiritualitas secara mendalam dan meluas memang sangat mengasyikan namun perlu kedewasaan dan keberimbangan agar bukan hanya tidak melengahkan/mengacaukan aktualisasi tanggung jawab eksistensial kehidupan kita namun juga agar dalam penempuhan spiritualitas keabadian tidak justru malah kontraproduktif (istilah kontroversi kami 'ter-alienasi', jadzab ?- 'ngedan ngelmu'?').  Suatu kondisi dimana kita tidak lagi samvega tergugah dalam penempuhan namun justru merasa galau dikarenakan ada gap antara realitas target ideal aneka kaidah spiritualitas / akidah religiusitas tertentu dengan segala faktisitas kompleks keberadaan kita yang memang terbatas dan terbatasi situasi dan kondisi  yang ada dan nyata.  Oleh karena itu ... sambil terus meng-upload aneka referensi files spiritualitas yang kami rasa perlu untuk dishare (juga aneka files kehidupan lainnya) dan menyelesaikan posting Quo Vadis (yang sudah terlanjur dipublish) ; kami merasa perlu mengajukan juga paradigma alternatif pribadi tentang konsep Parama Dharma, desain Mandala Advaita dan Formula Swadika yang senantiasa terupdate terus menerus sesuai dengan aneka macam referensi masukan dan refleksi renungan dalam setiap perjalanan kehidupan dan penjelajahan keabadian ini.  Perlu sikap benar, sehat dan tepat bagi kita untuk memandang permasalahan secara berimbang dengan harmonis & holistik agar tidak ambisius tenggelam dalam arus kehidupan namun juga tidak obsesif terhanyutkan banyak konsep pandangan yang ada dengan segala tuntunan (tuntutan?) idealitas kesempurnaannya.   
So, posting ini Hanya untuk para penjelajah sejati bukan untuk yang hanya asal / ikut percaya (terpaksa ?) karena sebagai arus kesadaran abadi sebagaimana juga lainnya setiap kita bertanggung jawab atas diri sendiri dalam peran eksistensial, universal dan transendental pada perjalanan bersama ini. (dengan selaras melayakan peniscayaan kesedemikianannya tidak sekedar percaya / terpaksa menerima kepastian permainan keabadian ini)  Kesemua ini hanyalah referensi yang tetap harus diteliti, diuji dan direvisi sesuai dengan  faktitas keberadaan  diri. & realitas kenyataan yang sesungguhnya terjadi. Sekedar  dimaksudkan sebagai sharing masukan bagi pemberdayaan dan tidak untuk memperdayakan  Semoga ini tidak menjadi/dijadikan belenggu penjerat & bumerang penyesat bagi diri sendiri dan lainnya .dsb.Sesungguhnya etika kosmik ini seharusnyalah bersifat universal bisa dijalankan oleh setiap pribadi di segala dimensi dengan segala keterbatasan & pembatasannya masing-masing (walau hasilnya memang tidak seeffektif jika berada di wilayah yang relatif lebih kondusif).  Jika menyimpang dengan saddha/ iman anda sebaiknya dibuang atau diabaikan saja ... "Kembali ke Jalan yang Benar" istilah agamanya begitu, hehehe. (Atau baikan nggak usah diteruskan membacanya saja ... daripada ribet & risky untuk semua nantinya). Well, posting ini memang spesial untuk para truth seeker bukan true seeker apalagi faith believer. Ini memang perlu ekstra kecerdasan, kedewasaan dan kebijaksanaan untuk difahami dan disikapi sebagai sharing idea gnosis philosophy/ cara wisdom psychology belaka bukan dogma untuk diyakini apalagi harus dijalani. 

Jalaludin Rumi : tentang hikmah (Dilema Faqir) = 
Janganlah kamu berlaku zalim dengan tidak memberi kepada orang yang berhak menerimanya. 
namun janganlah kamu berlaku fasik dengan memberi kepada orang yang belum layak menerimanya. 
Seorang ahli hikmah (mungkin Ali b Abu Thalib ra) ada menyatakan : bicaralah hanya ketika anda memang perlu bicara namun janganlah bicara jika hanya ingin bicara .... mungkin ini dimaksudkan agar hanya kebenaran, kebajikan dan kebijakan yang terungkapkan dengan kesadaran holistik, ketulusan harmonis dan kepolosan autentik bukan sekedar estetika hipocricy kepantasan , apalagi kepicikan yang kasar (reaktif paranoid neurotik)  dan kelicikan yang lihai (manipulatif, provokatif , intimidatif). Cahaya (esensi murni) tampaknya memang seharusnya meniscayakan pelayakannya sebagaimana cahaya secara alami dan murni yang (maaf) bukan 'hanya' berguna memberdayakan untuk terpancarkan ke permukaan namun terutama demi pemurnian/kemurnian di kedalaman.  Terlalu 'rendah' dan justru akan me'rendah'kan saja jika internal drive kewajaran peniscayaan ternodai eksternal motive kepamrihan pemantasan apalagi pengharapan demi sekedar kebanggaan pengakuan dan atau pembenaran kepentingan belaka. .....(walau mungkin ini bisa juga rambatan keakuan yang lain untuk kesemuan pengharapan perfectionist atau jangan jangan karena kekikiran tidak ingin interaksi berbagi ... entahlah ... yang jelas mood untuk spontan meng-inferensi data dan mengekspresikan idea masih macet saat ini ).
Well, memang walau ada kebebasan baik secara individual maupun kolektif dalam kehidupan ini namun senantiasa perlu ada batasan untuk tidak juga melanggar kebebasan individual/kolektif lainnya dalam keseluruhan. Setiap keberadaan berhak hidup dan hadir dalam keunikannya masing-masing. Kami juga tidak tahu apakah bijak, tepat dan benar jika kami juga mengungkapkan paradigma hipothesis pribadi yang pernah tersketsakan puluhan tahun lalu karena bisa jadi ini justru akan menjadi kontroversi yang kontraproduktif jika disampaikan ke publik dikarenakan ini mungkin akan menjadi imaginasi paling 'gila' tentang bentangan yang mungkin bisa dicapai (tepatnya dibayangkan) manusia berdasarkan update referensi yang ada. Meminjam istilah Mistisi Ibn Araby ('biar hati ini menjadi makam bagi rahasia-rahasia')., mungkin akan menjadi nyaman juga bagi diri sendiri dan keseluruhan jika kemudian kami senantiasa menundanya dan menguburnya kembali dan berkata dalam hati biarkan logika pemikiran ini tetap tersimpan aman di tempatnya karena memang tidak harus, perlu dan patut untuk diungkapkan ke permukaan. 

MUSICS

 QUOTES

 


 


 

Okey, Sadhguru Yasudev, tak akan kami simpan juga untuk diri kami sendiri wawasan kosmik Parama Dhamma dalam Mandala Advaita ini dengan Formula Swadika bagi keberlanjutan kehidupan saat ini dan juga bagi kesiagaan nanti … apapun yang terjadi terjadilah. Lagipula walau agak controversial bahkan mungkin akan jadi sensitive nantinya… toh niatan kami sesungguhnya hanyalah mengajukan kemungkinan saja tanpa memaksakan ini sebagai kepercayaan yang harus diterima sebagai keyakinan dogmatis / fanatic yang membuta. Ini hanyalah thesis pada antithesis pandangan anda semula untuk mengembangkan synthesis kebijaksanaan baru kita berikutnya. Sungguh tidak ada yang harus dilekati (bahkan jikapun pandangan ini ternyata tidak hanya sesuai dengan asumsi anda bahkan memang demikian realitas kebenarannya pada segala fenomena keberadaan)  dan juga tidak ada yang perlu dibenci atau ditolak (bahkan termasuk pandangan lain yang mungkin tidak hanya Dhammadipatheyya namun juga sekedar lokadipatheyya ataupun bahkan hanyalah attadipatheyya … karena setiap paradigma memiliki kebenaran dan juga “pembenaran”nya masing-masing walau tidak harus diterima dengan persetujuan namun tetap harus juga dihargai keberadaannya). Dalam mandala ini hikmah kebenaran yang sesungguhnya tinggi  bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau  mungkin tidak harus sama) diberikan tidak hanya bagi  pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma /termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa piti ?/ ; Wilayah kamavacara:  Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?, Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal segalanya berada dan melengkapi posisi  keseluruhan desain ini dengan indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya … ini mungkin makna tersirat nasehat Dhamma Desana Bhante Pannavaro untuk diperhatikan dalam penempuhan/penembusan spiritualitas yang berimbang bukan hanya holistic pada keseluruhan namun juga harmonis untuk keswadikaan diri.
Sungguh, bahkan untuk semua masukan postingan termasuk pandangan pribadi tidak ada niatan sama sekali dari kami selain untuk sekedar berbagi ... segala keputusan untuk menggunakan, mengabaikan dan menolak sebagian/sepenuhnya adalah  hak dan  sekaligus dampak tanggung jawab kita masing-masing…. Sekedar membabar idea yang murni tanpa niatan pembentukan opini yang lihai. Dalam filsafat metode ini disebut (semoga tidak salah) ’majeutike’ yang digunakan Socrates bagaikan seorang bidan dalam memicu dan memacu seseorang untuk melahirkan kebenaran paradigma pandangannya sendiri … ini adalah thesis pandangan dalam Triade Dialektika Hegel untuk antithesis pandangan anda sebelumnya bagi synthesis kebijaksanaan baru anda nantinya yang akan menumbuh-kembangkan gestalt keterpaduan wawasan dalam menempuh pemberdayaan untuk tataran kelayakan pencapaian berikutnya. Setiap orang berhak untuk tumbuh berkembang secara alamiah dan ilmiah dalam keberadaan awalnya dulu tanpa perlu dipaksa dengan formula yang walau benar namun kurang tepat demi keberlanjutannya. Kebijakan perlu kebajikan demikian pula sebaliknya. Levelling lebih diutamakan daripada sekedar labelling.... walau memang harus diakui akan lebih kondusif dan reseptif jika berada dalam environment komunitas yang tepat.
Itu cuma inferensi intelektual, bro .... jangan dipercaya begitu saja (saya yang berpendapat saja masih terbuka, menerima dan merevisi lagi jika nanti ternyata masih ada kesalahan, kekurangan bahkan ketersesatannya). Dalam permainan ini sesungguhnya kepercayaan Saddha Ehipasiko memang berguna namun aktualisasi & realisasi penempuhan/ penembusan/pencerahan realisasi adalah indikator utamanya. Itulah sebabnya rakit Dhamma harus secara arif & ahli digunakan untuk pengarungan tidak untuk naif & liar dipamerkan/ dilekati (aktualisasi & realisasi x identifikasi & eksploitasi) Well, Dhamma bukanlah ular berbisa simbol identifikasi/arogansi & sarana eksploitasi/ intimidasi bagi kebodohan internal diri sendiri & untuk pembodohan eksternal lainnya. (Waspadalah bukan hanya kemungkinan brain-washed dari logical / ethical fallacy sebagai pseudo /lokiya dhamma dalam pengetahuan/ penempuhan namun mungkin juga miccha ditti 62 brahmajala sutta dalam labirin penembusan/ pencapaian ).
Berikut hanya  curhat pribadi .. bisa dilewati  Atau mungkin ... walaupun  banyak input data lama ditegaskan & data baru diberikan, namun tampaknya struktur paradigma sudah kacau menyimpang dari rencana semula (sejak 10102020 ?) . Perlu publish posting baru yang lebih fresh & direct ... Pedoman Praktis Panduan Pribadi (inget nostalgia P4 zaman orba dulu ? ) Parama Dharma diri hingga kini yang belum pasti (apalagi terbukti , dijalani saja belum ... cuma teori doang, bro/sis)  dan karenanya senantiasa perlu revisi terus menerus. Yaa, minimal 5 faktor bagi perjalanan hidup di semua dimensi keabadian (Realisasi kesadaran, kecakapan, kemapanan, kearhatan? & kewajaran sebagai transformasi ekuivalen paradigma semula kearifan, keahlian, keuletan, kebaikan dan kesucian ) .... Well, dicoba jika tidak tuntas lagi seperti biasanya direhat lagi atau dianggap selesai saja dan lanjutkan sendiri saja, ya ? Just for Cruiser ( not for Believer )... Hanya untuk (masukan pemberdayaan) para penjelajah bukan untuk dipercaya  orang yang hanya asal percaya (begitu saja).
Sebelumnya terima kasih mengapresiasi fasilitas yang diberikan internet (blogger, youtube, google, Archive,org, dll) atas ketersediaan media katarsis pribadi terutama di masa galau corona saat ini. Dan para reader pembaca yang tetap setia, rahasia dan penuh kearifan/kebaikan  mengikuti sharing "kutu loncat' ini (dengan tanpa memberi komentar apalagi gangguan apapun juga walau kami baca ulang wacananya bukan hanya tidak jelas namun memang sakau, kacau dan galau , hehehe ) 
... dst dsb dll. (anggap ... sudah selesai ... gitu aja koq repot. Hidup sudah sulit malah dibikin ribet ) 

Langsung 
Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini. 
INNER QUEST > OUTER ORDER  
ketersadaran internal > (baca : bukan hanya/tidak sekedar) keterpaksaan eksternal 
Who ? Siapa ... Kita (bertanggung jawab atas diri kita sendiri ) 
Where ? Dimana .. Disini (dan juga di/ke sana, tentu saja ) 
When ? Kapan ... Sekarang (dan juga nanti , gitu lho ) 
Plus = 
What ? Apa ... apa yang harusnya kita lakukan ? 
Why ? Mengapa ... mengapa kita perlu melakukan ? 
How ? Bagaimana ...  Bagaimana kita seharusnya melakukan ? 
(Ini saja dialektika paradigmanya ... thesis masalah faktual, antithesis pragmatisme kemanfaatan & sintesis option solusi )  
Sikap gesture tangan India ini menjadi sangat popular terutama pada saat pandemi global Covid-19 saat ini dimana jangankan untuk negatif tranyakan untuk positif keakraban kontak fisik berjabat tangan apalagi cipika-cipiki saja terbatasi dengan kebijakan distansi sosial untuk kebajikan saling menjaga dan terjaga (bukan hanya untuk diri sendiri namun juga demi orang lain dan lingkungan sekitar kita … Sedaka Sutta ?).  Namaste (bagi kami) artinya : " saya menghormati/menghargai yang ada di dalam anda"maksudnya : esensi kemurnian nirvanik, energi keilahian batiniah, materi kealamian zahiriah.
Ingat, tanpa menafikan peran kebersamaan universal manusiawi kita sebagai faber mundi (pemberdaya peradaban) di bumi, pada dasarnya kita hanyalah viator mundi (pengembara yang singgah bukan penghuni tetap) dalam kehidupan duniawi kita saat ini dengan casing peran persona dagelan nama-rupa samsarik untuk keberlanjutan kehidupan berikutnya lagi. Jagalah keberkahan di bumi dan bawalah keberkahan untuk saat nanti. Sebagaimana tuning frekuensi gelombang arus kesadaran, tanpa menafikan akumulasi karmik sebelumnya konsistensi sikap, tindakan dan capaian diri saat ini akan berdampak pada konsekuensi yang akan diterima nanti demikian seterusnya. 
Tentang KeIlahian  (Tuhan : Tao - Dhamma )
Tuhan bukan bemper kebodohan/kemanjaan diri, media katarsis psikologis /transaksi pencitraan   dan kloset pembenaran pemfasikan/ kezaliman kepada lainnnya).  
Perlu kebijaksanaan universal. keperwiraan eksistensial, dan  keberdayaan transendental dalam spiritualitas
Tauhid sufism Ibn Araby  : tanzih -tasbih (transenden/imanen) Jika kau memandangnya tanzih semata kau membatasi Tuhan. Jika kau memandangnya tasbih belaka kau menetapkan Dia Namun jika kau menyatakanNya tanzih dan tasybih; kau berada di jalan Tauhid yang benar Sufi Ibn Arabi  memandang  KeIlahian Tuhan secara Esa - utuh dalam keseluruhan. Tuhan dipandang sekaligus sebagai Dzat Mutlak yang kekudusanNya tak tercapai oleh apapun/siapapun juga (transenden/tanzih) namun keluhuranNya meliputi segala sesuatu (immanen/ tasybih) sehingga walaupun pada dasarnya Kekudusan dan kesempurnaan Tuhan secara intelektual tak terfahami (agnosis)dengan keberadaan yang mungkin terlalu agung untuk kemudian tak diPribadikan(impersonal) dan mandiri (independent) namun  kemulian IlahiahNya sering  disikapi sebagai figur yang berpribadi(personal) dan Dharma kehendakNya dapat difahami(gnosis)  sehingga  memungkinkan terjadinya hubungan antara makhluk dengan Tuhan sesuai dengan ketentuanNya (dependent).Tanpa Tuhan, tidak ada segalanya. Karena Tuhan, bisa ada segalanya. (wajibul & mumkimul Wujud )
Tao adalah Tao - jikakau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao 
Dalam kitab suci Uddana 8.3 Parinibbana (3) Buddha bersabda : O,bhikkhu ; ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak Jika seandainya saja tidak ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut  maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran penjelmaan ,pembentukan , dan pemunculan  dari sebab yang lalu. Tetapi karena ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak  menjelma, tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut maka ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu itu. Ini secara tidak langsung mungkin menunjukkan dua hal sekaligus ,yaitu : kesaksian akan adanya keilahian yang diistilahkan sebagai ‘yang tak terbatas” dan yang kedua penjelasan bahwa nibbana   pencerahan sebagai puncak pencapaian spiritualitas Buddhisme hanya mungkin terjadi karena adanya ‘Yang tak terbatas’ tersebut.

MONOLOG
Berikut alternatif  Formula Swadika untuk Parama Dharma dalam Mandala Advaita. (katarsis analisa inferensi) sebagai sharing  masukan bagi anda untuk membuat risalah panduan anda sendiri dengan tetap menerima, menghargai dan menjalani harmonisasi/aktualisasi/transendensi pedoman bersama yang ada dalam faktisitas atribut peran keberadaan eksistensial kita.  5 (lima) faktor bagi perjalanan hidup di semua dimensi keabadian (Realisasi kesadaran, kecakapan, kemapanan, kearhatan? & kewajaran sebagai transformasi ekuivalen paradigma semula kearifan, keahlian, keuletan, kebaikan dan kesucian . 
wah .... gambar kiblat papat limo pancernya (4 arah + 1 pusat = 5) koq jelek begini  amatiran.. asal bikin (rugi waktu & energi bikin logo..sebodo amat, biarin aja)  (hehehe .... dianggep cakeplah)   

(LOGO)
1. orientasi kesadaran  
2. transendensi kearhatan  
3. transformasi kecakapan  
4. aktualisasi kemapanan 
5. harmonisasi kewajaran
Hipotesis Pengetahuan – Eksperimen penempuhan – Konklusi  pencapaian (terbukti atau direvisi ? )
  
1.  Orientasi Kesadaran 
Berorientasi dalam paradigma pandangan yang benar adalah langkah awal untuk sinkronisasi, aktualisasi & realisasi  
Perlu sikap benar, sehat dan tepat bagi kita untuk memandang permasalahan secara berimbang dengan harmonis & holistik agar tidak ambisius tenggelam dalam arus kehidupan namun juga tidak obsesif terhanyutkan banyak konsep pandangan yang ada dengan segala tuntunan (tuntutan?) idealitas kesempurnaannya. 
Be realistics to realize the Real. (Bersikaplah benar untuk senantiasa realistis dalam merealisasikan segala yang real nyata secara tepat dan sehat) Kita hanya berhak mendapatkan apa yang kita berikan .... entah itu kebaikan ataupun keburukan. Segala niatan, tindakan dan capaian tidak akan percuma walau dampak mungkin tidak selalu instan kemasakannya dan mungkin tidak juga identik kelayakannya. Namun demikian kebijaksanaan untuk senantasa mengupayakan keterarahan dan keberdayaan dalam menghadapi segala kemungkinan yang ada secara pasti bahkan mungkin bisa ada perlu selalu dilakukan dengan tanpa perlu merendahkan adanya karunia keberuntungan akan kepercayaan dan pengharapan untuk segala kemungkinan yang bisa saja ada terjadi. 
spiritualitas sehat (benar, bijak & bajik) : kemurnian pemberdayaan via : Orientasi holistik - Realisasi autentik - Aktualisasi sinergik (x kelihaian pemanfaatan autorisasi - demi kepentingan klaim identifikasi - apalagi untuk eksploitasi memperdayakan

 Tabel 10 level Kesadaran Gnosis  

 

Dimensi

Tanazul Genesis KeIlahian 

Taraqi  Eksodus Pemurnian 

 Simultan progress Triade

Transendental

ESENSI MURNI

? ! . 

Transendental

 ajatam

abhutam

Panna

(theravada?)

Universal

akatam

asankhatam

Eksistensial

Asekha ?

Nibbana

Universal

ENERGI ILAHI nama brahma 

Transendental

Anagami

suddhavasa

Samadhi

(vajrayana ?)

Universal

Anenja

arupavacara

Eksistensial

Vehapala >Abhasara

rupavacara

Eksistensial

MATERI ALAMI rupa kamavacara

Transendental

Mara/Kal, ...

triloka

Sila 

(mahayana?)

Universal

Yama , Saka, ...

svargaloka

Eksistensial

asura? < Bhumadeva   

apayaloka

(10 ? transendental 3 + universal 3 + eksistensial 3 = 9 ?  9 dimensi mandala di atas + 1 for Indefinitely Infinitum ( Realitas Aktual Transenden > Fenomena Formal Immanen dari personal laten deitas  ) for humbling in progress to mystery. 

Dr. Ali Shariati melambangkan 1 adalah Hyang Esa, 0 adalah makhlukNya.  Meminjam istilah beliau ; berikut adalah paradigma kerobbanian yang menjadi orientasi awal bagi ketawaddhuan yang juga akan kembali menjadi  realisasi akhir bagi kecerdasan manusia. (*) = 1 tetap bernilai walau 0 tidak ada. 0 tidak bernilai jika 1 tidak ada. Maksudnya = Tuhan tetap ada walaupun makhluk ada ataupun tidak ada. Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan, segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada.  Dia adalah  Hakekat yang merupakan penyebab dan kembali segala yang ada (baca: diadakan untuk mengada jadi tidak perlu terlalu meng-ada ada). (*) = 1 dibagi 0 tak terhingga ; 0 dibagi 1 tak berharga. Maksudnya = Pribadi yang berkarakter kuat dan cerdas adalah pribadi dengan kekuatan dan kecerdasan yang tumbuh berkembang karena ketawadhuan bukan dengan ketakaburan. 0 dibagi 1 tetaplah 0 – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri dengan ketakaburan. (Lemah dan rapuh karena sesungguhnya :Tiada daya upaya tanpa izinNya.)  Namun … 1 dibagi 0 adalah tak terhingga – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri karena ketawaddhuan. (Senantiasa tumbuh dan berkembang dalam keridhoan dan petunjukNya). (*) = 1 di depan 0 jauh bernilai dibanding 0 di depan 1 . Maksudnya = Jadilah pribadi 10; Pribadi yang mengedepankan Tuhannya diatas segalanya (termasuk dirinya sendiri). 0 didepan 1 dibelakang hanyalah bernilai 1 (satu) – ini gambaran pribadi yang mengedepankan selainNya pada kehidupan. Amaliah menjadi tak sempurna karena syirik, pribadi tidak konsisten karena terombang-ambing kepentingan duniawi/ kebanggaan berpribadi. Bahkan jika pada akhirnya yang satu (1) itu menjadi hilang, maka seluruh kehidupan kita tinggal 0 (baca: nol besar).

Keraguan Ehipasiko? 
Well, meminjam dialektika fragmenta apologetika Verkuyl  untuk rasionalisasi pembenaran ide & irasionalisasi  pembenaran ego Agnostisme ? 
- Dubois :   Ignoramus et ignorabimus : kita tidak mengenalNya dan kita tidak akan mengenalNya  
Namun kita tetap harus mengenalNya minimal menerimaNya sebagai Sentra SegalaNya karena bagaimana mungkin mengacuhkanNya jika kita berada dalam mandala permainan keabadianNya (triade lama : Wujud, Kuasa, Kasih ?).   
- Lessing : .Bapa, berilah aku hal mencari kebenaran karena atas kebenaran itu hanya Kau saja yang berwenang (Duplik, 1778)  
So ... Why not ? jadi tempuhlah pencarian kebenaran tersebut demi pembuktian & pengertian untuk memahaminya bukan untuk memilikinya.  Memang, perlu kerendahan-hati untuk kembali menuju/ mengarah ke  Hyang Maha Tinggi dalam pembatasan ketidak sempurnaan agar tidak stagnan untuk terus berkembang dalam kebermaknaan pengertian untuk mencapai  kebijaksanaan.
Well, just ... Sapere aude (Horace / Kant?) Be wise .. dare to know ... Bijaksanalah untuk berani (menjelajah meng-eksplorasi) untuk mengetahui / menerima (kebenaran pastinya). Tentu saja ini dilakukan tidak dengan asal-asalan apalagi hanya akal-akalan demi tujuan identifikatif (membanggakan keakuan) saja apalagi manipulatif (membenarkan kemauan) belaka... well, sebagaimana konsistensi kaidah kosmik di awal  mutlak diperlukan pemberdayaan internal akal sehat, hati nurani dan jiwa suci untuk mencari, menempuh dan menembus  kebenaran.  Perlu integritas kesungguhan autentik individual yang personal immanen untuk memahami totalitas keseluruhan holistik universal yang Impersonal Transenden ... sebagai zenka laten deitas putera keabadian untuk menyadari kembali Sentra sejati KeIlahian dengan sigma mandala Kaidah alamiah Saddhamma yang sesungguhnya berlaku nyata walau tanpa perlu pengakuan namun mutlak perlu penempuhan yang selaras denganNya.  Ketuklah maka pintu akan dibukakan - demikian kutipan kata Alkitab Kristiani yang pernah kami baca. Itu adalah pintu kebenaran yang sama bagi semua ... pintu tanazul yang menjatuhkan kebodohan/ kepalsuan kita dalam kesemuan, kenaifan dan keliaran permainan samsarik dan sekaligus gerbang taraqi yang mengarahkan kesadaran/ kemurnian kita kembali ke rumah sejati (minimal senantiasa mengingatkan kita akan hakekat segalanya yang murni dalam kesejatianNya dan karenanya dengan kemurnian yang relatif identik sebagai makhluk spiritual apapun label keberadaan & level keberdayaan pada saat lampau, kini & mendatang kita menyelaraskan cara pandang, laku penempuhan dan pelayakan keberdayaannya dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada.).  Jika zarah /wadah ? memang telah masak & layak segalanya tentunya akan terjadi sebagaimana yang seharusnya terjadi dalam kesedemikianan yang multi dimensional ini ... bukan hanya pada keberadaan eksistensial namun juga kesemestaan universal bahkan hingga  kesunyataan transendental.
kutipan posting akhir Dhamma Sekha : http://kalamadharma.blogspot.com/
Intinya begitu berharganya kehidupan sebagai manusia (tanpa menafikan sebagaimana juga lainnya), bro. Dengan tidak terlalu mengumbar kebebasan menurutkan kecenderungan nafsu (wille zur macht .. keinginan akan kekuasaan?) dan justru mengarahkan diri dengan kebijaksanaan maka akan ada kebajikan bagi semuanya (kedewasaan berpribadi dan dampak potensi kewasesaan yang akan mengikutinya). Segalanya akan dan seharusnya menjadi lebih baik dan semakin baik.  Jadi tolonglah jika tidak mencerahkan janganlah menyusahkan apalagi menyesatkan dan menghancurkan. Sungguh anda (tepatnya: kita) tidak tahu dengan siapa sesungguhnya kita senantiasa berhadapan .... hidup ini tidak sekedar interaksi antar figur personal namun ini permainan kompleks media impersonal dimana segalanya jeli terawasi, akurat terkalkulasi dan potentially akan berdampak .... sebagaimana gema suara, apa yang kita lakukan akan kembali juga kepada arus kesadaran kita ... baik ataupun buruk, saat ini ataupun nanti , di sini ataupun di sana dalam peran/sikon apapun kemudian ... (dampak metafisis, sociologis & psikologis ?). Bagaikan sigma kuanta cahaya pelangi yang saling melengkapi dalam keberagamannya walau dalam label dan level berbeda namun tetap dipandang setara dalam Kasih Universal ... ada kesedemikianan Dhamma yang walau Impersonal tidak menuntut pengakuan namun secara Transenden kaidahnya berlaku di setiap wilayah immanenNya secara homeostatis, interconnected, equilibirium.  Be Truth Lover whoever & wherever we are ...(Jadilah pecinta kebenaran siapapun dan dimanapun kita)  karena itu adalah keniscayaan nyata yang (memang?) harus kita terima . 

Apapun yang terjadi, mencintai kebenaran adalah kemutlakan (bukan pilihan …  karena jikapun tiada keselarasan dalam menyesuaikannya sebagaimana harusnya maka dengan keterpaksaan  toh kita akan tetap menerima keniscayaan akan dampak karmic & effek kosmik nya juga .... jadi 'sami mawon' / sama saja ).  Hidup dalam kebenaran seharusnyalah hidup dengan kebenaran juga. 

Keselarasan dalam Saddhamma .... Inilah cara untuk menjalani kebenaran itu dengan tanpa syarat apapun   Well, bukan hanya "sekedar' demi membawa level evolusi pribadi yang lebih baik (eksistensial), menjaga harmoni dimensi  yang semakin kondusif (universal) namun karena memang demikianlah amanah keselarasan yang ditetapkan untuk dijalani (transendental).... sinkronisasi peniscayaan berkah yang memang seharusnya dilakukan atas keniscayaan berkah yang sudah digariskan pada keberadaan, dalam kesemestaan oleh dari kesunyataan Impersonal Transenden ini. 

Perlu kebijaksanaan Saddhama demi addukha (amoha, alobha, adosa) yang semakin intensif levelnya dalam kedewasaan eksistensial, untuk kesemestaan universal, hingga pencerahan transendental .....Untuk kesekian kalinya : Be realistics to Realize the Real 

Apakah kebenaran itu ?
Link : data apa itu kebenaran 

- Comte : Be positivist of positive knowledge (?)  
Tentu saja , kebijaksanaan spiritual berkembang secara bertahap sesuai dengan  keterbatasan & pembatasan yang ada.. 

kutipan : posting Dhammaseeker  GHOSTWINDOWS 7  
Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya).
  
Well, untuk kesekian kalinya (kami tekankan) Spiritualitas yang dewasa adalah just leveling (to reach) not for labeling (to claim) ….memastikan keberdayaan tidak sekedar meyakinkan kepercayaan, melayakkan pencapaian dengan penempuhan & penembusan tidak sekedar melagakkan pencitraan dengan penganggapan & pengakuan, mengandalkan tanggung jawab meniscayakan kesejatian tidak sekedar bermanja mengharapkan 'keajaiban' belaka, dsb. 
Link video : Dhammadipateyya (Paradigma Berpandangan : Dhamma-Oriented ) Bhante Pannavaro 

2. Transendensi Kearhatan 
Merealisasi kelayakan level swadika Ariya (> hisab layak visekha ?)  dalam progress alternative teparinama penempuhan "kontemporer" bagi pacekka (atau mungkin juga Buddha Savaka ?)  Realisasi keAriyaan ? Walau secara paccekka harusnya urut proses  catur asrama Hinduisme  (brahmacari - grahasta - vanaphrasta & sannyasa bhikkhu)., ini sulit jika ditempatkan di nomor 4 harus ke nomor 2 karena orientasi kesadaran sudah paten di nomor 1.  Oke.  Untuk level Swadika & Visekha ( kalau tidak bisa nibbana, suddhavasa minimal brahma , surga atau kembali jadi manusia.  Kalau tidak bisa arahat minimal sekha , neyya tihetuka ,  bahusutta sapurisa . Jika tidak bisa ... sikapi & jalani segalanya secara ariya walau level belum ariya untuk layak terbiasa sebagai ariya nantinya .
See : posting Sita hasitupada =  
Sita Hasituppāda  /Tersenyum seperti Buddha  = Kesadaran sakshin tandiri keterjagaan nirvanik dalam dagelan internal nama rupa diri dalam keterlelapan drama samsarik  (ini guyonan sastra semoga tidak diterima wantah )

(Smile like a Buddha ... not as a Buddha ? )  Be Realistics to Realize the Real  
Tersenyumlah seperti Buddha walau itu memang masih 'fake' (semu) dan tidak 'real'(nyata). Ini bukan dimaksudkan untuk 'memotivasi' diri bagi kesombongan pencitraan diri dengan melagakkan seakan pencapaian keniscayaan telah terjadi hanya dengan cara itu. Ini dimaksudkan untuk mengarahkan diri untuk kebijaksanaan penyadaran diri dengan melayakkan peniscayaan keniscayaan yang secara murni dan alami seharusnya terjadi. Senyum kearifan Ariya yang melampaui sikap positif apalagi negatif. Bagi Dia yang sudah terjaga itu ekspresi authentik  Bagi kita yang belum terjaga itu exercise holistic 

Tersenyum seperti Buddha  karena terfahami secara intelektual simsapa kebenaran spiritual ; Kecakapan Pandangan benar akan mengarahkan fikiran benar (kesadaran notion batin) ; Kecakapan fikiran benar akan mengarahkan tindakan bajik (ketulusan dana sila etc) ; Kecakapan tindakan bajik akan mengarahkan asset mulia (kemurnian punna kusala ) ; Dhamma indah pada awalnya dengan terlampauinya tataran eksistensial diri (harmoni dunia - terhindar apaya - terlayakkan surga = Dibba Vihara ) 

Tersenyum mengarah Buddha  karena tercapai secara meditatif acinteya hakekat kenyataan spiritual ; Paska asset mulia terus lanjutkan Adhi-Sila (alobha -adosa - amoha : tihetuka) ; Paska Adhi-Sila terus lanjutkan Adhi-Citta (Samma Samadhi : Jhana Brahma ) ; Paska Adhi-Citta terus lanjutkan Adhi-Panna (Samma Vipasana: Gotrabu Nana?) ; Dhamma indah pada pertengahannya dengan terlampauinya tataran universal diri (harmoni batin - terlampaui moksa - terlayakkan magga  = Dhamma Vihara ) 

Tersenyum sebagaimana Buddha karena terbukti secara insight advaita desain labirin permainan spiritual ; Dengan masaknya Adhi-Panna layaklah Realisasi Keterjagaan (nibbana: pemurnian magga/phala  ) ; Dalam Realisasi Keterjagaan layaklah Realisasi Kebijaksanaan (panna: sabbanutta/ patisambhida?) ; Dalam Realisasi Kebijaksanaan layaklah Realisasi Ketercerahan (kiriya: kusala  non karmik?) Dhamma indah pada akhirnya dengan terlampauinya tataran transendental diri  (harmoni - terbuka nibbana - terlampaui samsara  = Ariya Vihara ) 

Dhamma akan melindungi siapapun yang menempuhnya dengan benar, tepat dan sehat. Teruslah memperjalankan 'diri' demi semakin terjaganya orientasi, kualifikasi & realisasi Jalani saja proses penempuhannya secara murni tanpa perlu ambisi/obsesi yang menghalangi. 
Layakkan diri sebagaimana kaidah Niyama Dhamma meniscayakan pelayakannya secara alami. Terima, kasihi dan lampaui segala episode penempaan diri sebagaimana ariya nantinya. Layakkan diri sebagai Ariya ... maka jikapun nibbana pembebasan belum (mampu/perlu?) tercapai , maka keterjagaan, kebijaksanaan dan ketercerahan akan membawa keswadikaan, keberdayaan, dan kebahagiaan dimanapun wilayah, bagaimanapun suasana dan apapun peran zenka keabadian yang dijalani .... Pada hakekatnya, Samsara hanyalah ilusi mimpi dari Nibbana bagi semuanya. 
Note :  
Wacana di atas itu bahasa sastra, bro/sis. Jangan diterima wantah. (payah, deh?). Memang ada tehnik terobosan meditasi smile dari Bhante Vimalaramsi yang menggunakan metta bhavana sebagai alternative anapanasati umumnya. Smile digunakan untuk mengembangkan metta, ketenangan dalam kearifan batin, relax tidak tegang terobsesi mengharap hasil instan, etc. "Senyum kiriya" yang autentik & holistic tentu saja jika itu murni & alami sebagai asekha. 
Well, sekedar gambaran tambahan. Buddha factor (keberadan Buddha) yang sabbanutta atas pelayakan metode atas kemasakan indriya para savakaNya memang krusial. Sesungguhnya tidak hanya 40 kammathana yang dibabarkan. Saat ini memang ada banyak metode selain peta baku spiritualitas Buddhisme Realisasi penempuhan JMB 8 untuk pencapaian kualitas arahat 10 yang digunakan bagi para samana  selain  versi Myanmar,(Pa Auk Sayadaw, Mahasi Sayadaw ,etc ) ada juga metode terobosan lainnya yang kreatif kontemporer demi proses pelayakan umat dengan  tetap tidak meninggalkan pakem ajaran semisal metode bertahap Ariya Magga mendiang bhante Punnaji , metode TWIM bhante vimalarmsi bahkan locally ada juga dari Bhante Gunasiri, MMD Hudoyo belum lagi dari Tibetan Vajrayana / Mahayana / Zen  bahkan yang dianggap kontroversial semacam Dhammakaya dlsb. (Lihat dan nilai  uji sendiri referensi upload kami ). Apapun itu semua hendaklah dihargai sebagai upaya samvega spiritualitas para Neyya Buddhism dalam merealisasikan ajaran ... walau mungkin beda di permukaan namun semoga di kedalaman akan mecapai level pencerahan yang sama / setara juga (tentu saja jika dasar pengetahuan, penempuhan dan penembusannya benar, tepat dan sehat dalam kemurniannya ). Sebagai padaparama dihetuka di luar sasana kami ungkapkan ini dengan tanpa maksud intervensi "mengompori" keharmonisan sasana dengan mana pembenaran kesombongan untuk membela/meninggikan yang satu apalagi dengan mencela/merendahkan lainnya.    

Konsideran dilematika plus minus romantisme monastik intensif  Sambuddha & realisme holistik swadharma pacceka : 
Sejujurnya kami merasa tidak nyaman mengutarakan ini. Well, ada etika kosmik seeker (walau tidak formal tertulis namun secara aktual perlu dijalani sebagai truth seeker apalagi  true seeker .... praktek latihan katanu kataveddi < pubbakari ?) yang tidak boleh dilanggar yaitu amanah untuk tidak sekalipun berkhianat bukan hanya atas keberadaan eksistensialitas dirinya namun atas kepercayaan nara sumber referensi/ media guru realisasinya. Namun demikian demi keberdayaan yang lebih sejati kami merasa perlu jujur untuk mengutarakan pandangan kami (walau mungkin saja tidak sepenuhnya benar & bisa mencerahkan sebagaimana yang kami harapkan namun bisa jadi sebaliknya salah & justru menyesatkan walau sesungguhnya tidak kami maksudkan). Semoga kami cukup mampu berjaga untuk senantiasa tetap terjaga agar bisa menjaga bukan hanya diri sendiri namun juga lainnya.   
Kami memahami kebijakan Buddha untuk bersegera secara intensif meniscayakan pencerahan keterjagaan Savaka beliau sejak dini yang juga diterima kultur budaya spiritual eksistensial pada saat itu dalam ordo monastik sangha (sebagai pembabar/pelestari Dhamma & ladang kebajikan yang subur dikarenakan pelayakan kemurniannya). Maaf, bukan ingin mengacau tradisi Saddhama yang memang tetap harus ada sebelum masa sunnakalpa tiba ; berikut alternatif  pencerahan yang mungkin bisa dijadikan pertimbangan terutama bagi para saddhaka penempuh spiritual yang berada di luar sasana saat ini (atau bahkan umat Buddha sebelum menjadi bhikkhu ?). Spiritualitas adalah aktualisasi untuk mengatasi/melampaui bukan untuk menjauhi/membenci (walau tidak  untuk melekati/menguasai juga, lho). Ini dimaksudkan untuk menjaga bukan sekedar kuantitas statistik populasi namun kualitas autentik 'prestasi' bagi tetap "lebih?" lestarinya Dhamma yang masih memungkinkan terjadinya pencerahan bukan saja di setiap zaman namun juga seharusnya bisa juga di setiap alam kehidupan 31 nanti jika juga dibabarkan/teringatkan untuk dilaksanakan dalam keselerasan sesuai dengan keterbatasan dan pembatasan yang ada (just joke, termasuk alam apaya petta /asura/niraya/tirachana nanti ....  kami tunggu lho). 
1. samana :  terlampauinya social catur asrama Hinduisme (brahmacari - grahasta - vanaphrasta & sannyasa bhikkhu).
Brahmacari perlu dilakukan memadai sedini mungkin (pemahaman pariyatti komprehensif , kecakapan patipatti yang terarah ke pativedha disamping kecerdasan taktis pengetahuan & ketrampilan kehidupan/penghidupan dan juga kebijaksanaan mensikapi/menjalani kompleksitas interaksi dalam kebersamaan/ kesemestaan yang senantiasa seimbang/berimbang dalam keselarasan/keterarahan dengan Saddhamma). Well, sebagian besar manusia bukan hanya memboroskan waktu & energi namun sering justru merusak amanah/peluang pemberdayaannya dalam keterpedayaan dirinya bahkan pemerdayaan lainnya. Sebagaimana dimensi samsarik lainnya (apaya, surga bahkan alam Brahma sekalipun) , dunia manusia ini hanyalah terminal transit bagi evolusi spiritualitas diri berikutnya.
Perlu grhasta dalam jumlah yang seharusnya jauh lebih besar bukan hanya untuk mandiri dan sukarela menyangga/ menjamin kehidupan eksistensial diri, keluarga dan para bhikkhu namun juga demi pengembangan spiritualitas sendiri & bersama dan pelestarian Dhamma.
Menjadi samana (pertapa) ? aktualisasi atas kesadaran, dengan kecakapan dan dalam kewajaran  (paska kesungguhan realisasi/aspirasi anagami arahata /ingat : celaan konstruktif  rekan bhikkhu atas 'jaminan 'selera rendah'  surgawi  Nanda Thera / > jaminan kemapanan / pensiun dini ? atau backing donasi kapiya / > kebutuhan umat /kontribusi profesi ?/ > keinginan sendiri (obsesi internal atau ambisi eksternal ?/ > keadaan fase/ usia  / untuk cittakhana husnul khotimah  pra maut / ?) . 
2. selibat  : terlampauinya arketipe seksual anima/animus kosmik (replika suddhavasa ? anagami ) 
Adalah Brahma Sahampati yang tanggap karena pencapaiannya sebagai anagami akan level kemurnian dimana bukan hanya delusi gender samsarik namun juga tidak terlekatinya lagi 5 samyojana 10 permainan samsarik sehingga beliau memohon pembabaran Dhamma dari Samma Sambuddha Gautama, bhikkhu aritha. Itulah sebabnya selibat menjadi satu sendi pokok vinaya monastik bagi para penempuh untuk mampu melampuinya ... tidak lagi tertarik bukan sekedar tidak ingin tertarik birahi. Bukan hanya lobha kamaraga keterlekatan indrawi kamavacara namun juga dosa byapada membenci apapun/ siapapun juga paska realisasi terjaganya diri atas sakkaya-ditthi (delusi akan keakuan), vicikicha (keraguan atas Saddhamma Buddhism karena bukti pencapaian tidak sekedar kepercayaan semata), silabataparamasa (kesadaran kosmik akan kepercumaan kemasan ritual dalam transaksi personal untuk pembebasan > pemantasan? ) yang jelas terbuktikan realisasi magga-phala sotapana dan tegas ditingkatkan sakadagami ... Tinggal 5 samyojana lagi bagi anagami mencapai arahata untuk dilampaui (moha : ruparaga, aruparaga, manna, uddhacca dan avijja) dengan pancamjjhana kusala  & 5 indriya (saddha, viriya, sati, samadhi & panna) dipandang cukup untuk mengatasinya ?
Suddhavasa adalah alam antara paling aman/ pasti? untuk realisasi Nibbana bahkan jika dibandingkan alam dimensi samsarik lainnya (manussa >, surga,> apaya bahkan rupa brahma > arupa brahma ?). Walau di alam manapun upaya Saddhamma tetap perlu dilakukan bukan hanya demi ketertiban dimensi tersebut namun demi evolusi spiritual berikut. (tentu saja sesuai dengan keterbatasan & pembatasannya masing-masing ).    
3. pindapata :  terlampauinya defieiensi ekonomi mandiri & santuti ( dakhina bagi visuddhi arahata  nirodha samapatti ? )
Ada korelasi kosmik yang berkaitan dengan kualitas persembahan dalam desain kaidah kosmik ini .... perlakuan baik/ buruk tidak sekedar berkaitan dengan tindakan semata namun juga kualitas spiritual pemberi dan penerima. Walau tiada maksud memperbandingkan, kebaikan kepada yang suci/baik akan membawa manfaat anugerah besar demikian juga keburukan kepadaNya akan mengakibatkan mudarat musibah berat dibandingkan kepada yang biasa, buruk dst. Level aktual bukan sekedar label formal
semoga para Bhante dengan metta karuna melayakkan kesucian/kebaikan diri sebagai ladang subur penerima kebajikan demi umat dan para umat memberikan dana / menyangga dengan sukacitta tidak sekedar demi pamrih duniawi, pahala surgawi ataupun bahkan demi parami pengkondisi namun dengan kewajaran meng-esa & kesadaran anatta ( Taoism weiwuwei = action without actor / acting ?.... just process )
Konsideran di atas semoga tidak di salah-artikan sebagai upaya tersirat "Mara?" (mengumpat/ menghujat 'setan' eksternal typical agama ketimbang cara Saddhamma untuk memandang internal ke dalam lebih dulu ? ... masalah kita adalah asava internal bukan dunia eksternal, lho) untuk menghambat perkembangan Buddha Sasana apalagi  mempercepat kemusnahan Buddhisme Gotama (Sunnakalpa ?). No, Buddhisme sesungguhnya warisan spiritualitas tertinggi yang "(seharusnya tidak hanya?)" bisa dicapai oleh umat manusia di dunia ini untuk mampu terjaga dari mimpi samsara (bahasa duniawinya : kebanggaan/ keunggulan manusia di seluruh alam samsara .... di bawah alam antara sudhavasa anagami, tentu saja). Tampaknya prediksi inferential Buddha tentang Sunnakalpa tidaklah bersifat 'fixed' kuantitatif matematis (5000 tahun untuk masa Buddha sasana Gotama ?) namun lebih bersifat kualitatif ( kefahaman, kesadaran, kecakapan, kewajaran, kelayakan dalam merealisasi ajaran yang tersurat & tersirat ... "daun" simsapa Tipitaka Komplet  & "akar" acinteya bunga Udumbara Saddhamma) ... tanpa menafikan faktor internal (stock kualitas manusia 4 yang tersisa 2 : neyya padaparama , keberadaan Buddha sebagai factor Guru pemandu akurat, etc ) serta  faktor eksternal lainnya ( kemerosotan minat spiritualitas sejati Saddhamma, kecenderungan siklus kejatuhan ajaran : Saddhamma > mistik > lokiya > pseudo > addhamma ,dst).       

Menganalisis sakral kritik  :  
Ini masalah sulit karena berkaitan dengan sakralisasi tradisi ajaran ..... walau penting menentukan namun risih atau riskan diutarakan.
1. irreversible magga phala asekha ? 
See : tabel mandala transendental  (eksistensial nibbana < universal < transendental ) 
Celah keterjagaan adalah celah keterlelapan juga jika arahnya berlainan ( tanazul - taraqqi) : sebagaimana gunung keterjagaan yang didaki demikianlah juga jurang keterlelapan bisa menjatuhkan. Keterjagaan Nirvanik nantinya akan terrealisasi jika kemelekatan akan keterlelapan samsarik terlepaskan (via taraqqi proses kelayakan peniscayaan) sebagaimana keterlelapan samsarik dahulunya terjadi  (tanazul azaliah : avijja - mana - tanha dst). misalnya panna menjadi avijja,  anatta menjadi mana , metta karuna menjadi tanha sneha , etc.  Keabadian terus berlangsung hingga saat ini sejak keazalian yang tidak diketahui lagi bukan hanya awalnya namun juga akhirnya  menunjukkan bahwa desain ini bukan hanya dinamis (tdk statis / permanen) namun juga tertata suci transenden (eksistensial < universal < transendental) tidak hanya liar immanen .
tentang : Mistake of Mystics = Spiritual Materialism ? /see : Chogyam Trungpa - posting blog lalu/
Konsistensi  keberlanjutan Keterjagaan bukan sekedar telah pernah "merealisasi" Pembebasan  (kebebasan perayaan untuk terlelap lagi bahkan kesewenangan samsarik?   ) .......   Levelling forever not jut labelling. 
Lagipula banyak mistisi yang terjebak mengidentifikasikan lereng pencapaiannya sebagai 'puncak' pencerahan untuk dilegitimasikan  (pengakuan publik ) walau bisa jadi bukanlah Magga Phala namun 'hanya' pencapaian Jhana lokiya bahkan ternyata hanya  bhavanga atau bahkan halusinasi reflektif keinginan diri semata ?.
Well, tetaplah merendah walau dalam ketinggian dan jangan meninggikan jika masih rendah .... Anatta bukan atta, tetap wajar meng-esa bukan heboh meng-aku. (Itu urusan impersonal pribadi diri dengan Realitas kosmik .... atau konsultasikan dengan guru spiritualnya sendiri jika punya).  Diluaran perlunya kita baik dan tidak mengacau .... masalah sudah berlevel suci atau apapun itu tak perlu diekspose ke publik  ... orang lain tidak butuh bahkan bisa jadi malah justru risih/ kesal karena kekonyolan  ego atau kekurang-pantasan etika sosial bertenggang-rasa tsb ? (atau ingat ... tanggap akan paradoks intuitif : menyatakan rendah hati sesungguhnya  justru menunjukkan ketinggian hati yang tersirat demikian juga dengan pengakuan 'kemuliaan'  diri lainnya )
Dikarenakan begitu dalam/halusnya Saddhamma, Buddha Gautama sesungguhnya tampak lebih memilih untuk hanya menjadi paccekka walau tahu Dhamma yang ditembusnya bukan hanya tidak tercela namun bahkan sangat berguna. Namun karena saran ?/ permohonan ( x perintah) semesta yang diwakili Brahma Sahampati maka Beliau mengamati/  menyadari kemungkinan tercerahkannya juga lainnya sehingga kemudian bersedia membabarkanNya demi pencerahan dan kesejahteraan semua makhluk sebagai realisasi adhitthana Bodhisatta semula  . Well, tiada niatan menegakan ego pengakuan apalagi mengibarkan bendera kepentingan bagi dirinya sendiri & pengikutn/pendukungnya.   Hanya demi  aktualisasi welas asih Sammasambuddha tanpa defisiensi pengakuan / kepentingan apapun ( Apa artinya/gunanya kesemuan & keliaran samsarik yang memperdayakan dilakukan demi kejatuhan dibandingkan keberdayaan pencerahan & kebebasan nirvanik  yang telah dicapai untuk dijaga ?) 
Ah ... ini aja cara awam truth seeker padaparama luar sasana untuk mempermudah wawasan pemahaman/tataran kesadaran True Seeker Neyya Buddha Savaka : Dialog empati dengan Buddha Rupang. .       .............................................................
2. pemujaan keIlahian Buddha ? ( See : Internal critics Bhante Punnaji & Bhante Pannavarro di atas )
posting lalu :   Ariya Buddha sebagai personal god ?  
Hakekat KeIlahian: Level KeIlahian ?(advaita  transenden dvaita  immanen: Buddha ?- Brahma – Dewata – Asura -Atta ?) 
Moksha mysticism sant mat  Dimensi Ilahiah : Alakh Niranjan- Brahm - Par Brahm - sohang- sat purush (Anenja Brahma ?)
Buddhism : Brahmajala sutta , kasus Brahma Baka , etc. 
Buddha terjaga akan keakuan samsarik bahkan jikapun beliau lebih berhak menjadi cakkavati atas seluruh samsara ini (bukan hanya dunia karena bukan hanya jhana 1 & 2 bahkan jhana 8 atau 9 ? sudah beliau realisasi juga, Brahma Baka)  daripada lainnya (kualifikasi Brahma sd imaginasi atta).So, kami  berani bertaruh (ketahuan mantan penjudi juga, ya?) Dia tidak akan terjebak untuk tersekap dalam permainan samsarik lagi .....Beliau bukan hanya telah mantap mencapai nibbana keterjagaan transendensi eksistensialNya namun juga kebijaksanaan menyadari dimensi transendensi Dhamma Universal  & kesaksian dimensi transendensi transendental ajatan abhutan dalam transendensiNya) ... anatta bebas dari keakuan internal  apalagi dari  pengakuan eksternal.
Magga phala tidak irreversible karena bagaimana mungkin ada keterlelapan samsara jika puncak awalnya adalah keterjagaan Nibbana ( yang kemudian  telah dicapai dalam keterjagaan kembali ?) 
Bahkan okelah ... jikapun kemudian beliau jatuh juga (karena misidentifikasi, "pseudo" aktualisasi" etc ? ), jangan lakukan kebodohan ketidak-pantasan  dengan pembodohan mengharapkan/ mengusahakan kejatuhan yang terjaga untuk kembali tertidur nyenyak bermimpi indah & megah agar bisa di-eksploitasi ?! = pembodohan karena kebodohan eksternal atau kebodohan karena pembodohan internal ? ..... untuk semakin menjatuhkan /saling menyesatkan  terhadap saddhamma ? ) ... tegakah/sukakah  menjadikan Sang Ariya menjadi (maaf ... dalam kesetaraan mandala Ke-Esa-an sesungguhnya tidak layak ada perbandingan / peninggian yang satu & perendahan lainnya ) berlevel asura, dewata atau bahkan Brahma sekalipun ? (Walau sesungguhnya kebalikannya yang lebih mungkin terjadi karena bukan Buddha yang terjatuh namun .... maaf ... justru savakaNya. )  
Tuhan bukanlah bemper kebodohan/kemanjaan diri, media katarsis psikologis /transaksi pencitraan dan kloset pembenaran pemfasikan/ kezaliman kepada lainnya 
Perlu kebijaksanaan universal, keperwiraan eksistensial, dan  keberdayaan transendental dalam spiritualitas.
Demi saddha kebhaktian untuk aktualisasi paedagogis kerendahan-hati universal / harmonisasi andragogis kepantasan eksistensial diri  ..okelah ..Jadikan Buddharupang sebagai media perenungan kualitas keluhuran Buddha untuk diteladani & direalisasi (bukan sebagai mezbah berhala identifikasi kemuliaan  pencitraan eksternal belaka apalagi demi eksploitasi harapan pembenaran kepentingan saja ). 
3. pacceka di sunnakalpa ?
Dhammaniyama sutta  : ada atau tidak ada Buddha , Dhamma tetap ada 
Thus, Pencerahan tetap memungkinkan bagi siapa saja & kapan saja. ... maaf .... sesungguhnya bukan hanya "monopoli istimewa" Samma Sambudha dan para Ariya SavakaNya saja (plus Buddhist & Buddhism ?)  walau tentu saja untuk merealisasikannya tetap dengan penempuhan / penembusan / Pencapaian ke-Ariya-an dengan  keselarasan , keterarahan dan keniscayaan pemurnian kesejatian atas Saddhamma yang sama bagi semua ( KM4 , JMB 8 , etc ?).  
Tampak provokatif seakan pelaziman kezaliman : claiming wilayah personal ? Don't be childish of being Buddhist. (jangan konyol kekanakan untuk naif apalagi liar sebagai Buddhist)  Lihat senyum agung kearifan & welas asih Buddharupang ... Walau memang memuliakan yang memang mulia adalah kepantasan yang perlu untuk sadar dan tulus dilakukan (demi kebaikan si pelaku sendiri sebetulnya), namun Transendensi sejati (eksistensial, universal, transendental) seharusnyalah tetap mantap berimbang bebas dari keakuan internal apalagi demi pengakuan eksternal . Tanpa niatan memperbandingkan demi tetap menjaga kebaikan sendiri/ bersama agar tetap mennghargai kesetaraan dalam keberagaman, sesungguhnyalah kemurnian tetaplah kemurnian walau dicela - demikian pula ... maaf ...kepalsuan tetap kepalsuan walau dipuja. Kenyataan diutamakan bukan pernyataan. Aktualisasi tindakan tidak sekedar 'pemilikan'? pandangan. Realisasi autentik kelayakan tidak sekedar anggapan kemasan pelagakan . DLL. DST. DSB. Untuk kesekian kalinya .....  just for levelling (to reach) not only? labelling (to claim).  
Tentang Anatta : (kutipan komentar Vlog Bahiya, lagi)
Dari tilakhana, anatta adalah factor krusial pembeda yang membuat Ariya Dhamma ini bukan hanya melingkupi (bisa mencapai) namun juga mengungguli (bisa melampaui) lainnya (lokiya : asura dewata/ anenja brahma ?). Faktor Anicca dalam batas tertentu memang bisa difahami dan dilalui lokiya dhamma (norma duniawi – etika surgawi .. awas /ditthi + tanha/ dan sangat liarnya sensasi kemauan yang bisa menjerumuskan ke Lokantarika paska pralaya 2 ?) , factor dukkha pada level tertentu juga masih bisa disadari dan dicapai anenja dhamma ( unio mystica – pantheistics … awas /mana + avijja/ plus masih naifnya fantasi keakuan dimensi Abhassara untuk menyeret kembali dalam perangkap samsara paska pralaya 4 ? ) namun annata adalah factor penentu yang memungkinkan lokuttara dhamma ini mampu mengaktualisasi kemurnian penempuhan (> defisiensi kepamrihan & pencitraan) secara konsisten meniscayakan ‘peniscayaan/ keniscayaan’ dalam kelayakan realisasi pencerahan transeden (keterjagaan dari keterlelapan mimpi/ delusi samsara ini – keterbebasan ‘esensi murni’ ke-Buddha-an dari cangkang delusi ‘pancupadana khanda’ tanpa kebodohan identifikasi dan eksploitasi pembodohan dari keterpedayaan/ ketersesatan/ keterperangkapan intra-drama pengembaraan semu samsara ini kembali (singgah/pulang) ke ‘rumah sejati’ Nibbana.
Dalam mandala advaita kasunyatan abadi ini sebagaimana samma-panna nibbana yang perlu disadari dan ditembus daya sentrifugal kebijaksanaanNya demikian pula tanha-avijja samsara tampaknya juga perlu difahami dan dilampaui daya sentripetal kecenderungannya. So, sebagaimana harmoni musik peregangan senar kecapi walau viriya (saddha/samvega?) memang diperlukan untuk mensegerakan dan konsisten dalam penempuhan namun tampaknya perlu juga panna kebijaksanaan untuk menjaga keberimbangannya dalam kewajaran harmonisasi eksistensial maupun kesadaran transendensi spiritualnya. 
Singkat kata, Buddhism seharusnyalah tetap selaras dengan/sebagai Saddhamma yang berlaku dan berhasil ditembus Buddha hingga level Kebijaksanaan Eksistensial Transenden Nibbana ( < Kesemestaan Universal Transenden < Kesempurnaan Transendental Transenden ).  Ini pencapaian dimensi samsarik tertinggi 'pribadi' yang (jujur saja) mampu difahami/ diterima sampai sejauh ini dan memang tampak logis & sangat etis mengungguli lainnya.  ( At last, undangan/ tantangan saddha ehipasiko untuk pembuktian  kebenarannya ?)    
Berikut adalah tabel alternative teparinama penempuhan "kontemporer" bagi pacekka (atau mungkin juga Buddha Savaka ?)

No

Level

Saddha  

(peningkatan kefahaman Dhamma : pengetahuan ,penmpuhan, penembusan)

Sila  revised

(pakati + pannati : varita & carita)

Samadhi

(Samatha Pemantapan keberimbangan + Vipassana pemurnian

Kebijaksanaan

Panna

Dhamma Vihara

(Kelayakan terniscayakan)

Prior Input

Final Output

1

Elementary

Suta maya paññā (intelek)

Pancasila

Appana & Khanika

Diba Vihara (surga ?)

Padaparama dihetuka

Neyya tihettuka

2

Intermediate

Cintā maya paññā (intuisi)

Atthasila

Jhana (lokiya & lokuttara)

Brahma Vihara   (Ilahi?)

Vehapala  (rupa + arupa?)

Gotrabu Anuloma

3

Advance

Bhāvanā maya paññā (insight)

Samanasila

Magga & Phala   (irreversible ?)

Ariya Vihara (murni?)

Sekha

Asekha ?

Mengenai cara penempuhan sudah banyak referensi yang diberikan bagi realisasi ini. Para Seeker bisa menanyakan langsung pada para Bhante atau Guru spiritual /Pemandu Meditasi yang bukan hanya lebih berkompeten namun juga sesungguhnya ini wilayah mereka yang sudah sepantasnya bagi kita yang di luar sasana untuk tahu diri, tahu malu dan tahu sila untuk tidak 'tranyakan' melanggar bukan hanya area kewenangan mereka namun juga wilayah kesemestaan bersama yang beragam ini. Walau sebagai seeker kita telah memahami akan proses saddha KM4/ JMB 8 dalam triade sila-samadhi-panna untuk dijalani,.  semisal : chart Pa Auk Sayadaw, etc (juga : Ajahn Chah, Bhante Punnaji, Bhante Vimalaramsi, dsb) 

Well, Salut kepada Buddha yang menempatkan synthesis keswadikaan di atas thesis kebahagiaan untuk pencerahan kebebasanNya dari antithesis dukkha  kesemuan  "penderitaan".
 Link video : Arogya parama labha (kesehatan adalah keuntungan utama)  Pencerahan Magandiya Sutta Bhante Pannavaro  

3.  Transformasi Kecakapan 
Merealisasi talenta keberdayaan  Kecakapan Intelgensi , dst  
Intelgensia kecerdasan tidaklah sebatas fitrah naluri ego belaka namun juga nurani ke-Esa-an  ... tidak sekedar instink, ataupun sebatas intelek belaka (cogito ergo sum, Rene Descartes ? ) namun membentang luas dan dalam (intuisi, insight, etc). Sejumlah manusia (tanpa menafikan para ariya & anariya di dimensi lainnya : asura, dewata, brahma, dsb ) walau dalam keterbatasan & pembatasannya sebagai mikrokosmos bagian dari Living Makrokosmos yang tidak sekedar eksistensial namun juga universal bahkan transendental mampu bukan hanya mengalami namun juga menguasai bahkan melampaui level ini . 

Berikut Table intelgensia kecakapan Z (Eneagram 9 + 1= 10 ?) untuk dikembangkan

No

Level

Dimensi

Tantien pusat

Tantien hati

Tantien otak

Z

1

Elementary

3 tataran intelek

1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/,

2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/,

3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/;

123

2

Intermediate

3 wawasan intuisi

6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/;

5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/,

4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/,

654

3

Advance

3 penembusan insight

7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah

8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/,

9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/)

789

 
dalam pemberdayaannya (kesadaran, kecakapan, kemapanan dan ketaqwaan), sejumlah manusia mungkin saja mampu berkembang mendahului lainnya bukan hanya secara intelek (yang popular didewakan saat ini), namun juga intuisi (sayang sudah agak diabaikan sekarang) dan insight (sudah langka dan terlupakan?). 9 kecerdasan mungkin tercapai ( 3 tataran intelek =1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/, 2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/, 3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/; 3 wawasan intuisi = 4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/, 5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/, 6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/; 3 penembusan insight = 7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah/, 8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/, 9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/) namun demikian jika tidak dibarengi dengan orientasi kesadaran 10 maka itu semua tanpa makna. Realisasi Kecerdasan tingkat 10 (baca: sepuluh) atau orientasi kesadaran 10 (baca: satu-nol) ini mungkin yang dimaksudkan sebagai insan kamil, homo novus (New Man) atau apapun istilahnya – suatu pencapaian kesempurnaan manusia dalam keterbatasannya. Namun sebagaimana proses pemberdayaan dan orientasi ketawaddhuan sebelumnya inipun harus dianggap hanya sebagai proses berkelanjutan bukan maqom penghentian. Inilah perbedaan yang mendasar antara kesejatian pencerahan bijak seorang panentheist, keimanan sejati para monotheist atau bisa jadi pencarian murni kaum heretis dengan kesemuan ‘pencerahan’ pantheist, ‘wawasan’ agnostic, maupun ‘pandangan’ atheist. Keberkahan dan pemberkahan hanyalah dari, oleh, untuk dan kembali kepadaNya. Realisasi kebenaran bukan identifikasi pembenaran. Dalam keikhlasan bukan dengan kepamrihan. Senantiasa memberdaya diri secara berkelanjutan dalam JalanNya (sesuai fitrah yang ditentukanNya) dan tidak terperdaya setinggi apapun perolehan yang dicapainya (menurut anggapan kerdil terhadap diri sendiri maupun pengakuan semu dari orang lain

4.  Aktualisasi Kemapanan 
Aktualisasi memastikan persada kesiagaan dalam membumi untuk  mandiri , dengan santuti dan  mampu berbagi. 

5.  Harmonisasi Kewajaran 
Harmonisasi kebersahajaan dalam membumi bersama lainnya. dengan empati, dalam harmoni dan tetap sinergi. 

Untuk 2 yang terakhir (kemapanan & kewajaran)  adalah memang mengupayakan mapannya keberadaan dan menerimanya dengan wajarnya pemantasan  atas kelayakan realisasi pemberdayaan 3 yang awal (kesadaran , kearhatan, kecakapan) dalam dimensi manapun sebagai pribadi apapun siapapun kita sekarang atau kelak nantinya.   
Setiap dimensi samsarik memiliki faktor persyaratan karmik & kehandalan kosmik (untuk mengalami & mengatasinya) 
Problematika Eksistensial : 
Sketsa Paradigma -  Parama Dhamma :  
Ethika pacceka (di segala level/label

atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini 

 

Wilayah

1

2

3

Transendental

Nibbana ‘sentra’ ?

Belum diketahui ? 7

Tidak diketahui ? 8

Tanpa diketahui ? 9

 

Nibbana ‘sigma’?

Belum mengakui ? 4

Tidak mengakui ? 5

Tanpa mengakui ? 6

 

Nibbana ‘zenka’ ?

Arahata 1

Pacceka 2

Sambuddha 3

Universal

Brahma Murni  (Suddhavasa)

Anagami 7 (aviha Atappa)

Anagami 8 (Sudassa Sudassi)

Anagami  9(Akanittha)

 

Brahma Stabil (Uppekkha )

jhana 4 (Vehapphala)

Asaññasatta 5 (rupa > nama)

Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )

 

Brahma mobile (nama & rupa)

Jhana 1 (Maha Brahma)

Jhana 2 (Abhassara)

Jhana 3 (Subhakinha)

Eksistensial

Trimurti LokaDewa

Vishnu 7 (Tusita)

Brahma 8 (Nimmãnarati)

Shiva 9 (Mara?  Paranimmita vasavatti)

 

Astral Surgawi

Yakha  (Cãtummahãrãjika) 4

Saka  (Tãvatimsa) 5

Yama (Yãma)6 

 

Materi Eteris

Dunia fisik(mediocre’ manussa  &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) 
+ flora & abiotik ? / 1
Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)
2
Eteris Astral apaya Asura  (petta & /eks?/  Deva ) 
3
tampaknya pada kolom universal Uppekha Brahma yang relatif stabil (maksudnya tidak mobile / fragile tidak begitu labil sehingga lolos sementara tidak terkena dari siklus rupa pralaya samsarik dimensi 'materi' : dunia 1 + apaya 4 & juga surga deva kamavacara 6  & Rupa Brahma 3 dibawahnya sebagai rupa lokantarika di antara Brahmanda & lokuttara nantinya sebelum siklus berikutnya) perlu digeser posisi antara anenja 5 & asannasata 6 ... bukan hanya dikarenakan life span (masa hidup) namun juga dari ketangguhan samadhi mereka dalam labirin kosmik paralel penembusan saddhamma. Asaññasatta tersekap (terjatuh) dalam rupa sedangkan anenja 'hanya' terjebak (terlelap) dalam nama. Direvisi resumenya?. Atau bisa juga Brahma Vehappala 4 digeser ke tengah jadi nomor 5 karena keseimbangannya sebagai nama atas rupa (BUKAN KESOMBONGAN, KESERAKAHAN & KEBENCIAN, LHO) dibandingkan  Asaññasatta 4 yang menolak nama batin bahkan malahan menjadi melekat pada rupa materi bahkan mungkin juga justru nomor 6 mengungguli anenja yang terlelap dalam nama dan acuh dengan rupa pada level anariya (?) walau memang memiliki masa hidup (life span) yang lebih lama dibandingkan para Brahma lainnya (bahkan termasuk Ariya anagami suddhavasa di  level atasnya) berdasarkan kalkulasi matematis Gnosis Buddhisme. Direvisi lagi resumenya ?
apaya asura ? hehehe, tampaknya itu rahasia kosmik, guys. Vishnu mungkin tidak suka namun tampaknya tidak bagi Shiva yang arif, Brahma dan Saka memang ahli & baik namun  naif  untuk hal ini. Dalam permainan samsarik ini keberadaan guardian "penyeimbang" bagi keberlangsungan kesemuan, kenaifan & keliaran hingga perlunya serial recycling daur ulang pralaya   perbaikan kerusakan paska kekacauan dimensi tampaknya memang perlu ada. Tanpa maksud  mencela & membela, dalam diri setiap kita para zenka  pengembara keabadian tampaknya memang masih  ada 'drive' ariya dan asura di dalamnya. Dalam dimensi kamavacara tampaknya asura, yama & mara  memang guardian utama untuk permainan samsarik di level bawah, tengah & atas. Ini sebetulnya bahasan paling menarik namun sayangnya akan sangat sensitif  tampaknya  (sungkan, ah) referensi acuan?  intinya tetaplah autentik & holistik (tidak identifikatif apalagi manipulatif)  3b) semoga tanggap demi empati, harmoni, sinergi. kebersamaan semua. 

Kewajaran Membumi dalam kesadaran Saddhamma :
I say that madness is the first step towards unselfishness. 
Be mad, Meesha. Be mad and tell us what is behind the veil of ”sanity,” 
The purpose of life is to bring us closer to those secrets, and madness is the only means. 
Be mad, and remain a mad brother to your mad brother. 
"Aku berkata bahwa kegilaan adalah langkah pertama menuju sikap tidak mementingkan diri sendiri.
Jadilah gila, Misha. Jadi gilalah kau dan katakan padaku apa yang ada di balik selubung "kesehatan jiwa".
Tujuan hidup ini ialah membawa kita lebih dekat kepada segala rahasia itu,dan kegilaan itu adalah satu-satunya jalan.
 Jadilah gila, dan tetaplah menjadi seorang saudara yang gila bagi saudaramu yang gila
penggalan sepucuk surat dari Pujangga Libanon Khalil Gibran kepada sahabatnya, Mikhail Naimy.
Ulasan  :(sadar terjaga namun wajar bersama )  (ini adalah sadarnya "kegilaan" esoteris untuk mengatasi "wajarnya" kegilaan eksoteris kita selama ini)

Link video 
Well, ini akan jadi menarik juga untuk kembali membumi sebagaimana sebelumnya menghadapi kompleksitas kenyataan hidup bersama lainnya dalam wisdom kewajaran eksternal dengan gnosis kesadaran internal tersebut. Setelah mendaki bersama Buddha ini saatnya bagaimana menari bersama Shiva. 
No, terma 'falling to the bottomless pit' ( menjatuhkan diri ke lubang/jurang tak berdasar ... guyonan Sadhguru) ini jangan payah diterima wantah , kita akan menuruni lembah kewajaran dengan kesadaran .. itu maksud beliau tampaknya. (kepekaan daya tanggap intuitif tidak sekedar keahlian daya tangkap intelektual). 

 

Kewajaran Pembumian 
(deduktif  pengetahuan)
dengan kecakapan spiritual ?
SHIVA
Vitalitas interaktif menari dengan kehidupan nyata
Kesadaran Nekhama  
(induktif  penempuhan) 
demi kearhatan spiritual? 
BUDDHA 
Integritas autentik menuju peniscayaan kesejatian murni

 

https://www.youtube.com/watch?v=jHRjJygTkPA&list=PLZZa2J4-qv-ZvsV83eVEiRBtw2dLvbu91&index=2&t=5m&35s

https://www.youtube.com/watch?v=MiGKxvXhI8Q&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=32&t=32m57s 

 

kearifan internal untuk kebaikan eksternal  (Walau memang) anda tidak bisa melakukan apa yang anda inginkan apapun (dengan seenaknya) tetapi anda bisa hidup (tetap bahagia) seperti yang anda inginkan – /3m12s/  aksi haruslah sesuai dengan yang dituntut situasi  /4m41s/ berlatih hidup dalam satsang untuk hadapi kenyataan hidup /5m21s/

Memahami aksi yang diperlukan Semua yang anda lakukan adalah aksi tindakan /5m35s/ Apakah anda melakukannya dengan sadar consciously (aksi tindakan berkesadaran ) atau melakukannya secara kompulsif (secara bodoh seakan jebakan nyata ) adalah pilihan / 5m41s/ Lakukanlah aksi dengan sadar maka hidup akan indah /6m10s/ Hidup bukan jebakan pintu keluarnya selalu ada  terbuka lebar  tidak untuk dihindari  /6m17s/ Apapun yang anda fikirkan, rasakan & lakukan adalah aksi anda /7m11s/  

Menentukan aksi sesuai cara hidup Jika anda menetapkan cara diri anda, maka apapun yang anda lakukan hanya tergantung dari situasinya. Tergantung dari situasi apa yang ada, sesuai dengan itu kita bereaksi     /8m3s/ Aksi sesuai dengan situasi tuntutan dan tawaran (namun) cara hidup (tetaplah) milik anda  /8m30s/ Jika anda telah memutuskan cara hidup , hiduplah secara itu , lakukan aksi sebagaimana diperlukan /8m39s/

Pengetahuan & Penempuhan Dhamma Pengetahuan Dhamma tidak lah identik /jaminan pasti akan praktek penempuhan nyata pribadi/prilaku seseorang   /19s / Kesulitan belajar Buddha Dhamma karena pembandingan dengan system lain & proses pencapaian nyata  / 11m/ Pembelajaran Dhamma bertahap tidak sekaligus & sesuai kemampuan penerima  /14m11s/ Kebajikan memberi (x meminta)  karena cinta kasih persahabatan kehidupan  universal  & respek penghormatan /16m13s/ Memberi bukan pilihan tetapi keniscayaan dalam kehidupan /19m9s/bahkan kewajiban moral Dhamma  untuk berbagi /21m49s/Pengendalian diri untuk tidak berprilaku buruk mengacau /22m49s/  Kebaikan walau memang berdampak baik juga namun tanpa perlu kepamrihan harapan /25m31s/apalagi bebas dari kemalangan ? Tetapi /26m45s /.. jarang dengar dhamma /30m57s/

 Melengkapi inner strength kesadaran  Menjalani Dhamma saja tidak cukup harus ada pengetahuan kebijaksanan  /32m57s/ agar tidak sombong /36m9s/ benci kesal /37m/ /41m51s /melengkapi  inner strengrth kekuatan mental di dalam untuk hindari jebakan kesombongan, kebencian /44m57s/ kesadaran mendeteksi fikiran buruk yang muncul 

Keterlatihan sikap nekhama (melepas)  /45m27s/ dengan kesadaran juga berlatih nekhama melepaskan  (tdk harus sebagai bhikkhu) /45m56s/ melepaskan dalam memberi dengan kesadaran tanpa perangkap harapan untuk mendapatkan yang lebih banyak ( bukan hakekat  memberi 46m24s) /48m35s/ menjaga  sila supaya kotoran batin internal berkurang  /49m40s/ latihan  melepaskan keinginan /51 m/ tanpa kemampuan sikap melepaskan kita akan menderita  karena hal tsb adalah kenyataan alamiah /52m2s/ nekhama sebagai latihan yang tidak bisa dipilih … keniscayaan yang harus dilatih. Keniscayaan melepaskan adalah keniscayaan tetapi sikap untuk melepaskan harus dilatih. Untuk tidak menderita hingga akhir hidup. /52m39s/ kebajikan melepaskan membuat orang bahagia karena tidak bertentangan dengan hukum universal ini

Kearifan Shiva Buddha ? intinya sama dengan kesadaran dalam kewajaran (cara pasti tetapi aksi luwes) integritas di kedalaman namun vitalitas di permukaan .walau tetap tampak dalam kewajaran di permukaan namun senantiasa menjaga kesadaran di kedalaman untuk. memberdaya kecakapan, kemapanan & kearhatan (dimanapun ,kapanpun dan sebagai apapun peran keberadaannya)... progressive in progressing. Jika saja proses pemberdayaan ini memang berjalan sehat dan tepat tampaknya kemurnian & kesejatian akan berpotensi segera terealisasi nyata.
Wei Wu Wei = Just consciously action x being compulsive actor

EPILOG

Demikianlah, orientasi kesadaran tetap dilakukan untuk bukan hanya mentransendensi level keariyaan (tisikha pembebasan, pencapaian minimal pengamanan samsarik berikutnya) namun juga mensiagakan & berjaga dengan pemberdayaan talenta kecakapan (skill sekarang & bakat mendatang) yang berdampak pada pemantapan kemapanan kehidupan/ penghidupan eksistensial (dalam kemandirian & untuk kebersamaan) dalam kewajaran pembumian sebagaimana lainnya (namun tetap menjaga keselarasan dengan Saddhamma .. tentu saja). Sesungguhnya etika kosmik ini seharusnyalah bersifat universal bisa dijalankan oleh setiap pribadi di segala dimensi dengan segala keterbatasan & pembatasannya masing-masing (walau hasilnya memang tidak seeffektif jika berada di wilayah yang relatif lebih kondusif).
jadi ...ini adalah  transformasi  mengarahkan diri  dengan kesadaran Saddhama dalam  kebenaran, kebajikan dan kebijakan ... sama sekali bukan revolusi (mungkin tepatnya : repolusi = pencemaran kembali?) dengan kebodohan, kesalahan dan keburukan. Sudah saatnya spesies manusia tumbuh berkembang dewasa tidak selamanya menjadi kanak-kanak dengan usia keberadaannya yang telah lama menghuni, membebani & menyusahkan planet bumi yang sudah semakin tua ini dengan berpandangan semu , berpribadi naif dan berprilaku liar. 
Be selfless as it really be  (to be one in One not one of  the ONE ?) .. Sungguh ini bukan hanya masalah 'selfish' evolusi pribadi eksistensial semata namun juga berkaitan dengan dampak harmoni dimensi universal  bagi keseluruhan bahkan hingga effek transendental. Tak perlu lagi recycling daur ulang serial pralaya (dunia - surga - rupa brahma) bagi samsara ini berlangsung berulang-ulang yang bukan karena rejuvenasi perbaikan kerusakan alamiah materi penampungnya  namun karena batiniah zenka penghuninya. .


KUTIPAN : 
Tersenyum dengan kesucian  Buddha dan atau Menari dalam kearifan Shiva 
Aneh juga, setiap kali kami ingin meninggalkan unit ini (agar segera dapat melanjutkan ke unit selanjutnya demi men-segerakan ketuntasan posting .... jujur saja, capek juga, bro/sis ) senantiasa berbalik ke sini lagi. Well, tampaknya memang masih ada yang perlu digenapi untuk keberimbangannya. Tampaknya kami perlu juga mengutarakan dimensi yang relatif lebih kompleks lagi ketimbang Buddhisme yang walau intelectually relatif  tidak mudah difahami & dijalani dalam pengetahuan, penempuhan & penembusannya namun intuitively relatif lebih jelas arah laju desain perkembangannya demi sukacita melampaui samsara untuk mencapai lokuttara sebagai suatu evolusi pribadi bagi kesadaran para True Seeker. .... relatif logis scientifik untuk milestone penempuhannya. Tampaknya kami perlu melengkapinya juga (walau dengan keterbatasan akan kebijaksanaan yang ada) agar tetap mampu juga menerima dengan sukarela kearifan menerima samsara yang juga dapat menjatuhkan dalam lokantarika sebagai harmoni dimensi bagi para Truth Seeker.
Pesan Kesucian Buddha : Demi Evolusi Pribadi ... jauhi kejahatan namun dengan tanpa membencinyaJalani kebajikan namun dengan tanpa melekatinya dan Sucikan fikiran namun dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya .
Pesan Kearifan Shiva : Bagi Harmoni Dimensi...dengan tanpa membencinya Jauhi kejahatan, dengan tanpa melekatinya jalani kebajikan dan dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya  sucikan fikiran. 
 Tampak hanya seperti rhetorika filosofis yang sama vocabulary-nya hanya beda stressing-nya saja ? 
hiking of holy mountain or falling of bottomless pit ?
(mendaki gunung menuju kesucian  Buddha atau menjatuhkan diri dalam kearifan lubang tak berdasar  Shiva?) 
Just joke, 
jika saja semuanya memang harus kembali ke nibbana apa artinya permainan alami akan keterlelapan samsara bagi mandala ini ?  
jika saja semuanya hanya perlu mengembara di samsara apa artinya kerinduan azali akan keterjagaan nibbana bagi mandala ini ? 
Semoga guyonan ini tidak dianggap memanjakan kenaifan /keliaran kita untuk memperdayakan amanah kebebasan spiritual yang diberikan apalagi untuk mementahkan samvega ketergugahan/kemendesakan spiritualitas bagi semuanya karena tanpa kepastian transformasi kebenaran, kebajikan dan kebijakan yang sejati bukan hanya evolusi pribadi namun juga harmoni dimensi hampir tidak akan mungkin terjadi .... walaupun memang tiada guna menyesali kegagalan yang terjadi agar tetap  perwira bertanggung jawab, senantiasa bijaksana memperbaiki dan semakin berdaya menyempurnakan evolusi diri dengan menjaga juga harmoni dimensi.
Well,... jika tidak berkenan .... sebaiknya anda tak perlu meneruskan membaca ini ...
Sadhguru Yasudev : 
Welcome to Mahashivaratri 2020 
Selamat datang ke Mahashivaratri 2020
Living death is not a morbid idea 
Kematian dalam kehidupan bukanlah gagasan mengerikan 
It is a reality
Ini adalah kenyataan.
We are all living death.
Kita semua adalah kematian yang hidup.
We can say we are living or we can say we are dying and it’s not different.
Kita dapat mengatakan kita sedang hidup atau kita dapat mengatakan kita sedang mati (dan) itu bukanlah hal yang berbeda.
They’re just two different words for the same process.
Mereka hanyalah dua kata yang berbeda untuk proses yang sama
Death is not an event that happens once.
Kematian bukanlah suatu peristiwa yang terjadi satu kali.
Death is happening. It’s a process.
Kematian adalah kejadian. Dia adalah suatu proses.
One day it will be complete.
Suatu hari ini akan terlengkapi.
the most beautiful thing about life is
nobody fails, 
everybody shall pass .
(hal paling indah tentang kehidupan adalah 
tak seorangpun gagal, 
/namun demikian/ setiap orang hendaklah melaluinya /bertahan & berjuang hingga berhasil .?/ )
sumbernya : ? screenshot Magical Moments at Mahashivratri 2020 @ Isha Yoga Center
ts = speech 18s sd 1m5s

Well, penerimaan keterbatasan diri ini tidak dimaksudkan sebagai logical/illogical fallacy cari aman untuk rasionalisasi peninggian ide & irasionalisasi pembenaran ego bagi dalih kemalasan / pengalihan namun ini memang cara aman untuk menjaga kewaspadaan dari keterpedayaan. Membangun keseimbangan & keberimbangan dengan kebijaksanaan bukan hanya untuk tetap realistis dalam membumi namun juga  untuk tetap merealisasi transformasi diri. 
Mencapai Nibbana Lokuttara dalam kesucian Ariya atau menjadi Sakshin bagi siklus samasarik lokantarika ?
Just Note :
Etimologi self term Swadika ? svatantra mahardika ~ kemandirian ? Zenka = Zen + ka ~ jiwa abadi ? etc.
Truth Owning or Truth Seeking ?
Leissing  ? apologetika - verkuyl : agnostisme Dubois ; ignoramus et  ignorabimus vs Verbum Dei manet in aeternum / anna 'inda zhoni abdii ? 
keberuntungan "Markandeya?" - Hinduism Zaechner : saksi siklus peleburan/pelahiran kosmik semesta (< mandala ? inferensi-kan)
idea idak dibahas bisa keluar / kacau jalur (tidak koheren )

tanpa menafikan peran kebersamaan universal manusiawi kita sebagai faber mundi (pemberdaya peradaban) di bumi, pada dasarnya kita hanyalah viator mundi (pengembara yang singgah bukan penghuni tetap) dalam kehidupan duniawi kita saat ini dengan casing peran persona dagelan nama-rupa samsarik untuk keberlanjutan kehidupan berikutnya lagi. Jagalah keberkahan di bumi dan bawalah keberkahan untuk saat nanti. Sebagaimana tuning frekuensi gelombang arus kesadaran, tanpa menafikan akumulasi karmik sebelumnya konsistensi sikap, tindakan dan capaian diri saat ini akan berdampak pada konsekuensi yang akan diterima nanti demikian seterusnya. 
Jika anda inginkan surga di sana layakkan juga surga di sini dengan kearifan menjaga kebersamaan dan kebaikan untuk sesama dengan memastikan keberdayaan tindakan nyata bukan sekedar idea anggapan dan keyakinan belaka. Walau secara labeling pandangan mungkin saja masih nanti (paska pralaya dunia?) namun dalam leveling kenyataan bisa jadi seketika (tanpa alam antara?).
Jika anda dambakan kemanunggalan Ilahiah (transendensi moksa individualitas universal nama batiniah ke wilayah rohani tinggi hingga Anenja Brahma tidak sebatas dematerialisasi murca rupa zahiriah ke dimensi eteris peta, asura Bhumadeva atau astral Kamadeva 6 ?) layakkan diri sebagai media Brahma Vihara (sebagai media ilahi … tidak sekedar lihai bertransaksi mendapat untuk tersekap atau ikhlash memberi untuk menerima kembali namun murni mengasihi sebagaimana harusnya harmoni kasih universal yang berlaku disadari dan ketulusan untuk berbagi secara wajar memang perlu dijalani) sehingga kualifikasi adhikari tihetuka yang dewasa terjaga dan (dikarenakan senantiasa ada korelasi kosmik antara kesadaran, kecakapan dan kelayakan yang tumbuh berkembang secara simultan/progressif) kewasesaan batiniah juga akan berkembang (orientasi , refleksi + distansi & meditasi) dari akar penempuhan hingga puncak penembusannya (asalkan tetap terjaga dari godaan kemegahan yang menyekap sensasi kemauan, cobaan kemampuan yang menjebak fantasi keakuan dan labirin parallel yang memandekan, membingungkan atau bahkan menjatuhkan).  
Jika anda harapkan nibbana nanti layakkan juga nibbana saat ini dengan keterjagaan memandang tilakhana kesemestaan dengan kewaspadaan tanpa keterlelapan  dan keberdayaan simultan progressif menyelaraskan diri dengan kewajaran pemurnian adhi sila (moralitas berprilaku zahiriah dan integritas berpribadi batiniah), memberdayakan diri dengan kemantapan adhi citta bhavana dan semakin men-terjagakan diri dengan kematangan penembusan adhi panna sehingga memadailah kualitas Ariya Puggala ... bukan hanya terlayakkan 'sertifikat kosmik' atas pencapaian magga phala nibbana (irreversible?) namun juga 'kualitas kosmik' yang memang dipandang layak oleh Advaita Dhamma Niyama untuk tidak lagi perlu (karena sudah terlalu mampu) 'ndagel' bermimpi di permainan samsara ini.

Intinya, tak perlu ada pembandingan apalagi kesombongan, kemelekatan apalagi keserakahan dan kekesalan apalagi permusuhan dalam permainan keabadian ini. Bahkan dengan pemahaman kebijaksanaan, kecakapan keberdayaan dan kesediaan kebahagiaan tersebut berikanlah respek kepada segala media eksistensial yang memerankan aneka lakon yang diperlukan, kaidah universal yang menentukan manual dampak skenario yang menjadi acuan aturan bermainnya & esensi transendental yang menyaksikan pagelaran agung keabadian ini. Desain mandala ini sudah 'sempurna' tertata .... so, terimalah segalanya apa adanya agar kita dapat mengasihi sebagaimana harusnya sehingga kita mampu melampauinya dengan bijaksana. Tanamlah apa yang ingin anda tuai nantinya, layakkan apa yang akan anda capai nantinya dan niscayakan apa yang keniscayaan seharusnya terjadi nantinya. Kita (tak perduli siapapun kita inginkan untuk diidentifikasikan oleh diri /lainnya, etc ) sesungguhnya tidak akan dapat (sehingga tidak perlu) memanipulasi label semulia apapun itu tampaknya apalagi jika hanya sekedar untuk mengeksploitasi. Kita hanya perlu merealisasikan level apa yang seharusnya terniscayakan dalam kesedemikianan yang ada dengan apa adanya baik secara eksistensial, universal apalagi transendental.  Thus, be realistics to realize the real.

Well, harusnya sudah cukup selesai logika akal mengikuti kata hati .... Repot juga menuntaskan frame work posting ini jika arus batin selalu spontan menyusahkan diri (agar posting tetap logically terstruktur sesuai triade paradigma semula). Apa kerangka berfikir harus disesuaikan lagi ? Mbuh ... lah, hehehe.  

Sial, masih stuck (macet) juga.  Tampaknya memang masih ada yang kurang …. Walau mungkin inferensi tersebut bisa jadi adalah informasi baru dari sebagian besar anda namun tampaknya tetap masih bisa difahami idea kebenaran dan alur arah kelanjutannya bagi para seeker berdasarkan referensi autentik dan kajian holistic dari posting blog kami selama ini.  Apa mungkin akhir posting quo vadis (akan kemana kita ) ini ?
Kehidupan adalah episode Drama kosmik keabadian yang perlu kebijaksanaan agar senantiasa sadar terjaga dengan segala kemungkinan yang ada, mengembangkan keberdayaan kecakapan dan meningkatkan kebijaksanaan untuk setiap situasi dan kondisi yang terjadi ....segala kebajikan murni dijalani dan kelayakan wajar diterima sebagaimana adanya ….
Setiap keakuan/kesombongan akan menjatuhkan, ketagihan/ ketamakan akan menjerat dan kekesalan/ kezaliman akan menghancurkan (walau mungkin bisa berakibat pada lainnya namun pastilah mengenai dirinya sendiri saat itu dan dampak karmik selanjutnya ) demikian pula sebaliknya.
Menerima, mengasihi dan melampaui segalanya tanpa perlu lobha dan dosa (karena memang tiada yang perlu terlalu dilekati apalagi harus dibenci dalam 'dagelan' internal universal ini), tanpa perlu kesombongan dan kedengkian (karena walau berbeda dalam labeling /leveling keberadaannya segalanya berpadu setara bersama untuk melengkapi keragaman posisi pada mandala keabadian living kosmik yang sama), tanpa perlu avijja pembodohan diri dan asava pembodohan lainnya (karena akan senantiasa ada dampak impersonal transenden dari segala kecerobohan individual /pelanggaran universal yang personal imanen ) dalam kelanjutan permainan keabadian ini....bahkan jikapun akhirnya nanti ada kemungkinan mahapralaya total (seluruh mandala ini sirna karena sunyata keterjagaan atau bahkan niskala kebinasaan sentra yang meliputi segalanya).

Well, mahapralaya total sigma (tidah hanya zenka bahkan sentra?) mandala ini … tampaknya memang ini yang belum diulas selama ini (sengaja ditutupi ? NO, sejujurnya kita semua memang tidak tahu setidaknya masih ragu). Ini memang sering kita hindari bukan saja karena tidak sepadan dengan urgensi prioritas keutamaan pragmatisme keberdayaaan penempuhan namun juga mungkin hanyalah memboroskan waktu & energy kehidupan kita dalam spekulasi rimba pendapat.  Namun, tampaknya kami sudah  membawa anda terlalu jauh tenggelam hingga bukan hanya ke kedalaman bahkan hingga ke dasar kemungkinan yang mungkin ‘baru’ bahkan mungkin terdengar paling ‘gila’ selama ini. Adalah tanggung jawab kami juga untuk posting terakhir ini (?) mengembalikan kita semua ke permukaan kehidupan nyata dan kembali dalam kewajaran (walau mungkin dengan perspektif paradigma kesadaran yang lebih baru & maju). Dan untuk itu kami terpaksa perlu juga mengungkapkan pandangan inferensi filosofis yang mungkin terdengar paling ‘gila’ tentang hipotesis realitas keabadian di 3 (tiga) fase untuk itu (Mandala Tiada Samsara, Mandala dengan Samsara,& Mandala Tanpa Samsara). Ini tidak ditujukan untuk sekedar pemuasan akal mengetahui  kebenaran namun terutama penguatan diri untuk menjalani kebenaran itu dengan tanpa syarat apapun …. Apapun yang terjadi, mencintai kebenaran adalah kemutlakan (bukan pilihan …  karena jikapun tiada keselarasan dalam menyesuaikannya sebagaimana harusnya maka dengan keterpaksaan  toh kita akan tetap menerima keniscayaan akan dampak karmic & effek kosmik nya). Tidak perduli apakah nanti akan  ada kemanunggalan dalam pencerahan ataupun kemusnahan untuk keseluruhan, tetaplah konsisten dalam transformasi spiritualitas yang harmonis autentik & sinergis atas kesemestaan baik eksistensial (diri pribadi), universal (alam kehidupan bersama) dan transcendental (sentra keberadaan segalanya).

Ini sama sekali tidak dimaksud untuk menggenapi mitos ( semisal agama Shiva Buddha - Sabdo Palon? di atas). Bagi kami bukan hanya kebodohan internal namun bahkan pembodohan eksternal untuk membuatkan belenggu baru bagi semua. Namun jika kemudian ada yang ingin meng-klaim, menggunakan atau memanfaatkannya biarlah itu menjadi beban tanggung jawab karmic atas effek kosmik yang dilakukannya (kesesatan & penyesatan > kecerahan & pencerahan ?). Well, bagi kami biarlah Realitas Kenyataan itu tetap utuh dalam kesempurnaannya ... tidak usah memecahkannya dalam aneka kepingan pandangan walau kita faham/ sadar dalam memilah memang ada Kebenaran yang memurnikan dan ada juga Kepalsuan yang menjatuhkan namun kebijaksanaan atas keberimbangan perlu dijaga untuk tidak menjerumuskan diri ke dalam mana kesombongan pembandingan untuk ekstrem konseptual tertentu bahkan walau itu sesungguhnya memang untuk mementingkan kebenaran tidak sekedar untuk membenarkan kepentingan. (Dalam sutta nipata Buddha bahkan lebih halus & santun menyatakan bahwa sesungguhnya tidak (perlu) ada (klaim konsep) kebenaran tunggal .... yang ada hanyalah fakta permasalahan dan cara mengamati, mengalami & mengatasinya saja.... Dukkha vs JMB 8.) Link there is no truth Bhante Punnaji.  

Lagipula sebenar apapun idea pandangan belumlah berarti jika saja tanpa penempuhan autentik,hingga memang terbukti dalam realisasi penembusan & pencerahan selanjutnya. Konsep ini justru malah akan menyekap/ menjebak semuanya jika hanya menjadi fanatisme kepercayaan belaka apalagi jika diikuti dengan radikalisme pemaksaan ... payah & parah. Dhamma harus dilayakkan dengan pemberdayaan. Itulah sebabnya Buddha walaupun authentically sudah menempuh, menembus dan memahaminya sendiri tetap menegaskan prinsip ehipasiko pembuktian sendiri ketimbang hanyalah peyakinan fanatisme percaya membuta bukan hanya karena secara pragmatisme begitu dangkal (hanya sebatas intelektual bahkan emosional ?) & kurang berguna bagi progress kualitas spiritual authentic savakaNya namun karena memang cukup berat dan tidak mudah merealisasi pencerahan yang mutlak harus ditempuh dengan perwira secara mandiri tidak membebani / menggantungkan pengharapan dari lainnya saja ... kualitas sejati Ariya. So,Beliau telah bersikap bijak membabarkan paradigma saddhamma pemberdayaan yang tidak hanya berguna dalam membantu dan memandu namun juga tidak membelenggu & menipu diriNya dan juga SavakaNya. 

By the way, bagaimana jika faham tsb ternyata bukan keberdayaan & pencerahan namun keterpedayaan & penyesatan? besar tanggungan karmik yang layak diterima ke semuanya. So, jangan naif/liar untuk bodoh (picik, licik dan kasar) dengan melakukan kebodohan internal apalagi pembodohan eksternal sebenar apapun anggapan anda ... apalagi jika kemudian ternyata itu adalah ketersesatan dan lebih parah lagi jika memang hanya penyesatan untuk kebanggaan pengakuan dan kepentingan kekuasaan saja. Well, selain beban karmik sendiri tambahkan juga perkalian follower / subscriber dengan jangka waktu pakai hingga kedaluarsa untuk bonus beban karmiknya, bro/sis. (kalkulasi matematis amal/dosa jariyah berjamaah versi kami ?). So, jangan korbankan diri anda dan juga (apalagi) lainnya dengan kekonyolan yang tidak perlu & tak bermutu dalam derita penyesalan yang memang mutlak perwira perlu ditanggung tidak hanya seumur masa kehidupan namun bisa jadi akan sepanjang kalpa keabadian. Walau memang senantiasa ada celah pencerahan/penyesatan di setiap dimensi alam kehidupan samsarik untuk perbaikan/ penjatuhan evolutif , namun sebagaimana Buddha katakan diperlukan ekstra kebijaksanaan (alobha/adosa/amoha), ketangguhan (sila/samadhi/panna) dan 'keberuntungan'  (berakhirnya kammasaka buruk & berbuahnya kammasaka baik, positifnya kammavipaka baru atas pacaya pemicu eksternal : misalnya sikap batin simpatik mudita bagi petta paradattupajivika atas limpahan kebaikan patidana untuknya dsb) bagi yang sudah menjadikan alam apaya seakan rumah tinggal baginya (pengumbaran kecenderungan MLD moha- lobha- dosa yang kuat di tempat yang 'tepat' ?)   

Walaupun mungkin memang ada, diadakan atau diada-adakan bagi kebenaran untuk personally bebas memilih jalan yang sesuai dan 'pembenaran' kepentingan untuk memaksakan keinginan externally (?) , mungkin sebaiknya (walau plus minus dampak memang tetap ada untuk diterima atas segala konsekuensi pilihan) tetaplah sebagaimana kita semula (?) karena disamping kita memang tetap harus menjalani tanggung jawab atas kamavipaka di saat ini adalah bijak juga menghindari disharmoni eksistensial yang tidak perlu … apakah kita muslim, Kristen, hindu, Buddha, dsb termasuk yang  menyadari dirinya agnostic ataupun maaf ….bahkan atheist sekalipun akan keilahian personal yang umumnya(?) dianut /yang ini .. disini secara politis/ ideologis (?)  masih repot atau memang direpotkan, bro/sis ? /.  Well, sebenarnya selama kita masih sadar untuk bisa menjaga dan membawa diri dalam etika kebersamaan & kesemestaan untuk saling empati,, harmoni dan sinergi seharusnya tidak menjadi masalah apalagi dipermasalahkan (?). Ada keberagaman dalam keindahan pelangi dimana masing-masing warnanya walau mungkin boleh naif untuk tidak harus menyetujui satu sama lain akan keseragaman dengannya namun tetaplah harus arif untuk senantiasa saling menghargai perbedaan keberadaannya masing-masing. Ini bukan sekedar Kearifan Buddha atau Shiva yang memandang aneka keragaman delusi pelangi berkonsep para bhava samsarik sehingga adalah tidak bijak untuk mencabut seseorang dari akar habitatnya semula walaupun/apalagi dengan cara yang sesungguhnya sangat kontra-produktif  (pembenaran standar ganda pseudo dhamma atau bahkan pemaksaan addhama : pembenaran arogansi identifikatif & eksploitasi, manipulative/ intimidatif/ agressif  dst). Well, untuk kesekian kalinya (kami tekankan) Spiritualitas yang dewasa adalah just leveling not for labeling ….memastikan  keberdayaan tidak sekedar meyakinkan kepercayaan, melayakkan pencapaian dengan penempuhan & penembusan tidak sekedar melagakkan pencitraan dengan penganggapan & pengakuan, mengandalkan tanggung jawab meniscayakan kesejatian tidak sekedar bermanja mengharapkan 'keajaiban' belaka, dsb.  

Selain sesumgguhnya memang tanpa perlu lobha  kemelekatan & dosa kebencian pada apapun/ siapapun juga .. yang perlu dihindari lagi adalah adalah moha kebodohan beraku pembandingan diri mana kesombongan atas kesetaraan segalanya.

dari posting Dhamma Seeker GHOSTWINDOWS 7
Cobalah untuk tidak merendahkan sesuatu demi meninggikan lainnya (ide atau bahkan ego diri) Untuk beranjak dari eksistensial menjadi transcendental kita harus bersikap universal. (Universalisasi diri sesungguhnya kunci gerbang pertama dan utama spiritualitas transenden)  

Fahamilah trick rasionalisasi pembenaran / irrasionalitas perendahan yang walau terkadang diakui sebagai kecakapan yang mengagumkan dan menguntungkan bagi sebagian besar kita dalam komunitas kebersamaan namun sesungguhnya dalam pandangan Saddhamma – Dhamma Sejati itu adalah upaya pembodohan yang sangat parah bahkan kebodohan yang amat payah … ingatlah tidak hanya ucapan yang diungkapkan dan tindakan yang dilakukan bahkan konten perasaan dan fikiran kita akan berdampak juga pada keberlanjutan diri kita nantinya apalagi jika harus ditambahi dengan beban tambahan karena penderitaan dan penyesatan atas lainnya… keburukan dan kebaikan walau tidak selalu instan ataupun identik potentially akan berbalik juga ke sumbernya siapapun kita (orang biasa atau tokoh terkemuka , tidak hanya manusia namun juga semuanya termasuk brahma, mara, dewata, asura apapun identifikasi yang kita anggapkan bagi diri sendiri atau pengakuan yang kita harapkan dari lainnya). Dalam posting Sita Hasitupada … apakah anda mengira Buddha Gautama tersenyum karena dia bangga akan telah tercapainya kebebasan pencerahannya dan memandang rendah mereka yang masih belum terjaga bahkan lelap bermimpi dalam keterbatasan panna kebijaksanaannya? Kami memandangnya tidak demikian… Dia tidak mungkin transendental mencapai nibbana jika masih ada naifnya keakuan untuk berbangga menyombongkan diri atas lainnya apalagi karena merasa bahagia atas derita makhluk lain yang belum terjaga (malah level eksistensial tidak universal?). Itu adalah senyum murni kearifan sakshin (istilah mistik “penyaksi”?) atas kesedemikianan Realitas Dhamma atas  fenomena dhamma yang internal/eksternal – individual/universal – eksistensial/transcendental. Dalam Prajna Paramita Hrdaya Sutra (Mahayana ?) Buddha Avalokitesvara memandang segalanya walau memang beda namun setara tanpa perlu memperbandingkan dualitas pembeda (amala – avimala … suci – tidak suci). Desain advaita memang sedemikian adanya tanpa perlu mana kesombongan identifikasi semu pengakuan diri apalagi autorisasi untuk memanipulasi lainnya sehingga .universalisasi kasih eksistensialitas ‘diri’ para Ariya itu kiriya non karmik .. murni apa adanya sebagai aktualisasi kewajaran (karena memang keterjagaannya) tidak lagi sekedar pelayakan kesadaran (karena perlu keterarahannya) apalagi deficiency pencitraan (karena demi kepamrihannya),

Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya).

So, sebagaimana wadah yang kosong, resik dan terbuka yang memungkinkan terisi lebih penuh, murni dan terjaga bukan hanya perendahan keakuan untuk melayakkan peningkatan reseptivitas diri namun tampaknya perlu penghampaan keakuan untuk lebih melayakkan penyelaman/ pencerahan yang lebih dalam lagi.
Spiritualitas yang dewasa mutlak memerlukan kelayakan dengan pemastian kehandalan bukan sekedar pelagakan meyakinkan kecitraan belaka. Pencapaian keberdayaan untuk menghadapi segala kemungkinan tidak sekedar menggantungkan pengharapan kepercayaan yang bisa saja semu adanya... kemelekatan fanatis atas dogma justru akan bisa kontraproduktif sebagaimana pelekatan naif lainnya.

Fokuskan saja realisasi pada pelayakan Ariya .... Nibbana atau Samsara terserah Niyama Dhamma. Di wilayah manapun dalam peran apapun pada situasi dan kondisi apapun juga seorang Ariya tetap akan mampu bermain apik tidak hanya secara cerdas tetap swadika dalam keterarahan namun juga tetap dengan cantik tanpa mengacaukan segalanya. (Ibaratnya CR7 atau Lionel Messi yang walau sesungguhnya bisa mengatasi bermain bola di klas liga dunia namun jika hanya tampil di turnamen kampung .... pasti akan lebih menguasai tentunya). Pencerahan adalah utama ... pembebasan 'hanyalah' bonusnya saja. Obsesi internal sebagaimana ambisi eksternal adalah tanha yang tersamar sebagaimana juga avijja lainnya (Ashin Tejaniya : jangan remehkan asava defilement karena ketika peremehan dilakukan anda sesungguhnya terlecehkan sendiri karena dijatuhkan dengan kesombongan anda ... awas spiritual materialism Chogyam Trungpa).

rasanya agak melantur (nggak nyambung ) kutipannya ?. Oke langsung saja  
hipotesa teoritis  3 (tiga) fase (Mandala.  
Well, ini hipotesa teoritis dari 3 (tiga) fase (Mandala Tiada Samsara - Mandala dengan Samsara - Mandala Tanpa Samsara).  
1.Mandala Tiada Samsara, ( Fase hanya Dhyana > Dhamma ) 
Transenden = Transendental - Universal  - Eksistensial  (Esa - yang ada hanya Dia Sentra Yang Esa ) 
2. Mandala Dengan Samsara, (Fase  dalam Dhamma < Dhyana )
Transenden = Transendental , Universal  , Eksistensial  (Segalanya ada  karena Dia  Sentra Yang Esa) 
Tanazul Genesis = emanasi , kreasi , ekspansi ? 
2.1. Awal : Mandala Pra Samsara  
Transendental : keterjagaan esensi / zen ? Nibbana 
Universal  : keterlelapan energi / nama  Brahma : arupa & rupa , 
Eksistensial  : kebermimpian etheric / rupa Kamavacara : dunia - surga & apaya  
2.2.. Kini : Samsara Pra Pralaya  
Dunia :  sd pralaya  Svarga : sd pralaya (paska dunia ) - Apaya :  sd pralaya ( lokantarika ?) -  Brahma : sd pralaya ( abhasara etc  Nibbana : sd advaita ? 
2.3. Nanti : Samsara Paska Pralaya (versi Buddhism ? ) 
Lokantarika : residu rupa paska terkena pralaya : dunia - apaya - svarga - hingga rupa brahma Jhana 1 sd 3 
Brahmanda : restan nama tidak terkena pralaya : Sudhavasa + Anenja /& Rupa Brahma : Jhana 4 - 3 - 2 ( abhasara )  
Lokuttrara : bebas dari samsara & pralayanya : Asekha nibbana ( eksistensial ? + universal & transendental-nya)  
What's next ? 
- Siklus fase ke 2 Mandala Dalam Samsara berlanjut lagi (Kisah kasih nama rupa Brahmanda Lokantarika bersemi kembali sebagaimana biasanya ? ... kecuali lokuttara & suddhavasa harusnya plus vehapala yang masih mantap & anenja yang masih terlelap juga ..... 
Asaññasatta ?)  
- atau... kembali ke fase 1 (kemanunggalan azali karena pencerahan keseluruhan/& keterjagaan Dia Sentra Yang Esa) 
- atau haruskah ada fase 3 (kemusnahan total karena kekacauan keseluruhan & kebinasaan Dia  Sentra Yang Esa ) 
3. Mandala Tanpa Samsara  (Fase  tanpa Dhamma - tiada Dhyana )  
tiada  Eksistensial - Universal  -  Transendental    (Segalanya tiada  tanpa Dia Sentra Yang Esa )  
Adakah Sentra dengan sigma & zenka lain ? Maha Sentra Utama ? dst dsb dll 
idea tidak lagi dibahas bisa keluar jalur ? 
Spekulasi Rimba Pendapat tak perlu karena hanya memboroskan energi, perdebatan tak perlu  & sama sekali bukan upaya yang perlu untuk bersegera dalam penempuhan keberdayaan aktual   ? Samsara pribadi (eksistensial ) saja belum diketahui awalnya dan akhirnya (kejujuran nirvanik Buddha ), apalagi samsara semesta (universal) terlebih lagi transendental .
 

Kompleks juga masalah ini ... Maaf, Neyya Buddhist & Dalai Lama jika kami juga harus adil juga untuk jujur (entah benar atau salah) walau mungkin sebagaimana sistem lainnya tetap ada kekurang global/gestalt bagi semua (Emang swalayan supermarket ?).
(vs mitos 'agama' Budhi (Siwa Buddha) Sabdo Palon ?) 
Ini ruwet, bro/sis .... Lintas Agama/ Mistik/Dharma, etc untuk memadukan puzzle mozaik kinerja desain sistem mandala ke-Esa-an ini. Bagaimana dan darimana kami mulai, ya ?
Kami tidak suka bergantung kepercayaan atas mitos eksternal (satrio piningit, agama buddhi sabdo palon, etc) walau membenarkan mutlak diperlukan pemberdayaan internal akal sehat, hati nurani dan jiwa suci untuk mencari, menempuh dan menembus  kebenaran. Ini bukanlah sekedar hanya karena keinginan romantis tusita untuk 'berbahagia' bebas dari penderitaan (asekha untuk nibbana) ataupun  advaita peleburan brahma keilahian universal (akatam asankhatam) universal namun terutama kerinduan abadi realistis shiva akan kesejatian azali (ajatam abhutan). Lihat triade-nya paralel berimbang meningkat ke atas, ke bawahnya dst.
Maaf agak menyimpang tanpa niatan mencela/membela atau menyesatkan/mengacaukan , seandainya saja Samma SamBuddha berasal dari Mara / Shiva mungkin akan beda ketimbang dari Tusita/ Vishnu. Shiva & Vishnu sebagaimana Brahma adalah Mahadeva Triloka Kamavacara dalam versi Purana Hinduisme. Shiva Nataraja adalah pasuphati /pecinta kehidupan/ yang realistis mengasihi segalanya bukan hanya yang baik (dewata) namun juga menerima yang kurang baik? (asura). Agak berbeda dengan Vishnu Narayana yang lebih romantis lebih mencintai kebajikan saja dan cenderung tidak menyukai (walau berusaha menerima tetapi tidak membenci) keburukan. (swadika > nibbida ?) Kisah avatara Vishnu x Shivan versi Hindu. Keberimbangan Shiva diperlukan  mengungguli Brahma, Vishnu untuk menjangkau kasunyatan yang lebih sempurna.  ETC, ETC. ETC. dengan inferensi hipotetis terjadilah triade pergeseran paradigma : vishnu - brahma - shiva; abhasara - subakinha - vehapala, nibbana - asankhata - ajatan/abhutam. Kaidah paticca samupada ? panna phassa > tanha vedana.
Kalau ... okelah mengalah ... anggap saja yang dimitoskan itu ada. Agama Buddhi sesungguhnya bukanlah label agama namun sistem etika kosmik yang seharusnya mencakup dan melindungi keseluruhan dalam keberimbangan .... maaf bukan hanya agama lama Buddha atau Hindu (Well, sebagaimana agama yang sudah dewasa faham permainan impersonal samsarik tentunya tidak berkeberatan ... just levelling not labelling ... semoga Paramatha Dhamma & Sanatana Dhamma tidak menjadi pseudo dhamma apalagi addhamma) . Namun Dharma yang seharusnya mencakup dan melindungi keseluruhan dalam keberimbangan (termasuk agama Islam, Kristen, Kepercayaan bahkan ... maaf termasuk atheisme/agnostisme ?) . Realitas menampung fenomena apapun maka realistis juga jika tidak perlu kesombongan, kebencian dan kelekatan , dan lebih realistis lagi jika kesetaraan, welas asih dan nekhama dilakukan kemudian semakin (paling) realistis jika dilakukan dengan kemurnian tanpa keakuan, dalam keesaan dengan kewajaran karena memang demikianlah kesedemikianan itu tergelar untuk diselaraskan .
Itu cuma inferensi intelektual, bro .... jangan dipercaya begitu saja (saya yang berpendapat saja masih terbuka, menerima dan merevisi lagi jika nanti ternyata masih ada kesalahan, kekurangan bahkan ketersesatannya). Dalam permainan ini sesungguhnya kepercayaan Saddha Ehipasiko memang berguna namun aktualisasi & realisasi penempuhan/ penembusan/pencerahan realisasi adalah indikator utamanya. Itulah sebabnya rakit Dhamma harus secara arif & ahli digunakan untuk pengarungan tidak untuk naif & liar dipamerkan/ dilekati (aktualisasi & realisasi x identifikasi & eksploitasi) 
Tunggu Eyang Sabdo Palon atau Buddha Mara-Shiva? kelamaan atau mungkin saja memang hanya dongeng impian. Lagipula bisa jadi yang datang bukan hanya picik mengaku namun justru licik menyesatkan.( gaya Ariya tetapi cara asura?) Dengan meditasi kedalaman ? sama saja kalaupun level sudah bisa juga harus lebih waspada karena di dalam bahaya penyesatan justru lebih besar ... refleksi keinginan diri bukan realitas kenyataan sejati ?). Lagipula dasar spiritualitas yang utama adalah aktualisasi keperwiraan kemandirian untuk bijak tidak defisien mengidentifikasi apalagi mengeksploitasi. Guru memang diperlukan untuk memandu namun Jalan harus ditempuh sendiri & mandiri. Transformasi spiritual arus kesadaran diri adalah tanggung-jawab pribadi tidak mungkin dibebankan kepada lainnya. Bantuan dan panduan eksternal (intervensi sementara pengalihan/ penundaan ?) mungkin saja bisa dilakukan namun penempuhan dan penembusan mutlak urusan individual.  Tuhan ? Walaupun yang Mutlak memang ada (jika Sentra Sejati yang transenden tidak ada bagaimana mungkin sigma dimensi mandala  semesta tergelar dengan aneka zenka keberadaan di dalamnya) namun dalam mandala samsara immanen ini banyak petta, asura, yakha, dewata, brahma bahkan nafs ego yang  mengidentifikasi diri berkompetisi, berinteraksi ,bertransaksi saling mengeksploitasi / mengaktualisasi diri.  So, diterima, dijalani saja apa yang ada (tanpa harus heboh dan aneh-aneh ... wajar seperti semula biasanya). Terus mengembara di mandala ke-esa-an ini sebagaimana lainnya namun dengan kesadaran akan permainan keabadian ini. Apapun yang terjadi memang layak diterima dan diperbaiki lagi. (konon ... masih 20 fase bigbang 114 yang tersisa bagi spiritual sadhana berdasarkan kalkulasi fantastis mistisi yoga ? ) Bandingkan juga dengan kosmologi Buddhist, dsb.
t=12m44s
baru nemu dengan sub ina (sampai kacau balau daring seeker sebelumnya, bro). 
Plus info 84 ini kemudian digunakan sebagai asana yoga & konon huruf sanskrit 84 juga (lupa referensinya dulu)
Pusing juga cari acuan referensi …. Lupa bacanya di halaman berapa ? mungkin yang dihighlight kuning
Radha Soami  untuk bahasan  Mystics Yoga 84 Chakra https://archive.org/download/radhasoami/RADHA%20SOAMI.rar

RADHA SOAMI/OKE/EBOOK/2015.727.Mysticism---The-Spiritual-Path-Vol-ii-1940.pdf


2018-08-12 21:10

24524425

RADHA SOAMI/OKE/EBOOK/2015.128478.Mysticism-The-Spiritual-Path-Vol-i.pdf


2018-08-12 21:09

3770569

RADHA SOAMI/OKE/EBOOK/Harmony-Of-All-Religions.pdf


2018-08-12 21:10

6822733

RADHA SOAMI/OKE/EBOOK/pathofthemasters.pdf


2018-08-12 21:10

3179696

RADHA SOAMI/OKE/EBOOK/sar_bachan.pdf


2018-10-12 22:35

24303924

baru nemu dengan sub ina (sampai kacau balau daring seeker sebelumnya, bro). 
Plus info 84 ini kemudian digunakan sebagai asana yoga & konon huruf sanskrit 84 juga (lupa referensinya dulu) 
Note : tentang Mystics 
Radha Soami adalah system mystics bhakti yang berkembang di India dan tersebar ke sejumlah negara di dunia (termasuk di Indonesia). Dengan disiplin ketat vegetarian (berat, bro ..kami hanya kuat 7 bulan sehingga harus tahu diri untuk tidak inisiasi) dan tentu saja sebagaimana spiritualitas saddhamma lainnya mengharuskan astaiya kemandirian & keperwiraan , etika cinta kasih universal, Gurbhakti (Kebaktian kepada Satguru) dan meditasi intensif, pemurnian kesejatian demi pencerahan kedalaman (yang juga automatically berdampak pada refleksi kebenaran, kebijakan & kebajikan yang murni di permukaan kehidupan sehari-hari) khas system mistik umumnya ... mirip thariqat Sufisme Islam (ini juga nggak kuat, bro ... banyak amalan suluknya juga, sih ... hehehw, dasar malesan & angin-anginan, ya?), Yogisme Hindu, Mystic Kristiani ,(jujur saja hanya baca referensi belum pernah praktek)  dsb. System mistics ini secara historis seakan tampak berakar sejarah dari aliran nystic Sikhisme India (neither Hindu nor Muslim ? ) pada saat itu.  Well, secara pribadi kami berhutang budi & berterima kasih kepada Satsang Sant Mat Radha Soami karena kemurahan hati untuk berbagi referensi literatur esoteris semasa menjadi seeker penjelajah dahulu.  Sejumlah referensi global tentang system mystics ini juga telah kami upload sebelumnya.   
Sedangkan, Sadhguru Yasudev adalah mystisi populer  India modern saat ini. Sejumlah referensi literatur karya Bhakta Adiyogi Shiva ini juga telah kami upload sebelumnya.  Bahkan sejumlah video beliau juga kami jadikan referensi pengimbang & pendamping pada sejumlah bahasan posting kami (terutama pada akhir-akhir ini).
Lagipula ini makalah berat (kulak perkoro .... cari masalah?) .... walau sebenarnya idea & arah jalannya bisa tetap 'cool' namun kami rasa akan banyak apriori/kontroversi di apersepsi seeker sebelumnya walau sesungguhnya ini sama sekali tidak berkaitan dengan itu (Mara penggoda, vitalitas Tantra , Shiva Penghancur, avatara Vishnu, Siwa Buddha Nusantara, Mistisi Osho, Sadhguru Yasudev ? dst). Ini memang harusnya tetap tersimpan di kedalaman ... tidak malah membuat kacau (cerah?) permainan samsarik yang terus perlu berlangsung di  permukaan ....(maaf, bukannya karena tidak inginkan seluruh putera keabadian murni singgah/ kembali ? ke rumah sejati keazalian dalam pengembaraan samsariknya. Hehehe...Tuhan dan tampaknya juga Shiva & Buddha faham faktor kelayakan & proses peniscayaan untuk vitalitas kecakapan dalam melalui bahkan integritas kesadaran untuk melampaui ini )   
Sebenarnya ini juga sedang mengkompilasi puzzle mozaik yang sudah ada tersedia (memahami, menguji, dst) untuk tataran penempuhan tidak sekedar wawasan pengetahuan selagi Buddha Sasana  dan ajaran Dharma masih ada .... Orientasi etika kosmik Swadika Paccekka untuk semuanya (tentu saja realisasi, kualifikasi sesuai dengan keterbatasan & pembatasan yang ada sesuai kondisi/dimensi keberadaannya .... bahkan kalaupun berada di Sunnakalpa ataupun apaya lokantarika atau bahkan lokuttara sekalipun .... dalam Dhamma walau memang tetap mengusahakan yang terbaik untuk dicapai namun jikapun ternyata hasilnya belum sesuai seharusnya dimanapun, siapapun dan apapun juga tidak akan menjadi masalah baginya) . Ini bisa anda tentang / buang , revisi / kembangkan & lanjutkan jika tidak sampai tuntas (terutama : scholar /meditator Buddhism & Hinduism ... harusnya ini wilayah mereka bukan kami yang berlabel di luar sasana walau Saddhamma yang transenden Impersonal sesungguhnya tidak bisa, tidak boleh bahkan tidak mungkin diklaim secara personal .. aktualisasi/realisasi x identifikasi/eksploitasi) demi kebenaran, kebijakan dan kebajikan bagi semuanya. Projek idealis ? sama sekali tidak karena untuk inilah amanah keberadaan / kehidupan diberikan kepada kita .... tidak sekedar hanyut 'ndagel' dalam peranan eksistensial kehidupan ini belaka namun demi transformasi spiritual berikutnya bagi semuanya termasuk (terutama?) diri sendiri yang juga membawa kebaikan dan perbaikan pada saat ini tentu saja.  Perlu show ? jangan naif & liar kekanak-kanakan pekok & heboh ... (well, sejujurnya kami justru kagum kepada mereka yang walau dalam kesendirian/kerahasiaan?/ tanpa harapkan kepamrihan apapun termasuk juga pengakuan kecitraan apalagi pengaruh kekuasaan dengan sadar, cakap dan wajar mendedikasikan kehidupannya dalam kebermaknaan pada kesemestaan yang tentu saja karena tanpa jerat noda kepamrihan pengharapan malah akan murni kembali ke dirinya pada saatnya). 
Fenomena Universal : 
Untuk kesekian kalinya, saya harus mengakui salut kepada Samana Siddharta bukan 'hanya' karena atas pencerahan keterbebasan diriNya dalam perangkap permainan samsarik sebagai Samma Sambuddha ,namun terutama itu terjadi melalui pembuktian autentik experiential meditative Dhammadipateyya secara gradually global induktive (tidak hanya sintesa hipotesis kajian global deduktif filosofis lokadipateyya  atau eksploitasi manipulatif persangkaan attadipateyya) sehingga terbabar rahasia esoteris samsarik kaidah nidana paticca samupada 12 yang menjadi puzzle mozaik living kosmik ini plus metode taktis JMB 8 Kebenaran Ariya 4 untuk mengatasinya. Konon itu dijalaninya via penempuhan parami 10 x 3 layer anatta untuk aktualisasi/akselerasi pelayakan laku Boddhisatta selama 4 asankheyya 100 ribu kappa kehidupannya paska masa Buddha Dipankara sebagai pertapa Sumedha. 
Blog Ratana Kumara di : https://archive.org/download/artblogoke/ART%20BLOG%20OKE.rar upload kami dulu.
Agak aneh juga mengapa Sentra Sejati yang harusnya senantiasa 'murni' sebagaimana awalnya membiaskan keberagaman mandala zenka yang tampak menjadi semakin 'keruh' & kompleks variasinya.... ternyata avijja/avidya (ignorance/ kebodohan , ketidak-tahuan) adalah awal dari permainan samsarik untuk kemudian juga mana keakuan, ditthi pandangan, vipalasa kesesatan, tanha keinginan, papanca kecenderungan, upadana keterlekatan, keterjebakan kammacitta, ketersekapan faktisitas eksistensial dsb. Keterlelapan Samsara yang harus dilampaui untuk  mencapai Keterjagaan  Nibbana  (> Mistik panentheistik : kerinduan kembali Mukta Ilahiah ? > Agama monotheistik : kesenangan indrawi abadi surga ?)
Just kidding, bagaimana dengan Shiva ? Shiva tampaknya juga faham akan idealisme romantis Vishnu 'sahabat / saudara' terkasihNya (?) namun sebagai 'Mara' (?) yang harus juga menjaga keberlangsungan vitalitas samsarik (terutama yogavacara saptarishi) maka Beliau tetap akan menarikan 112 chakra eksistensial  walau tetap mengakui (karena tidak mungkin mengabaikan) 2 chakra universal transendental di atasnya. Desain mandala ke-Esaan walau tampaknya memang tidak lagi statis sebagai kemanunggalan dalam keselarasan namun demikian senantiasa Impersonal tetap berlaku mutlak selamanya (walau tanpa perlu mengidentifikasi apalagi untuk dieksploitasi siapa saja?) bahkan sekalipun dalam tetap perlu berlangsungnya kedinamisan keberagaman dimana tanha /vritti ? (free will of falling & rising.... kebebasan spiritual untuk jatuh karena tetap acuh, naif & liar atau untuk naik dengan mantap, nyaman& lancar ) tampaknya memang tetap 'dibutuhkan' ('diizinkan'?) keberadaannya untuk tetap terus berlangsung/terjadinya kekonyolan drama permainan personal pada mandala ke-Esa-an ini. Ada kemiripan Sankhata Dhamma penempuhan antara Mistik esoterik Asthanga Yoga Patanjali & Saddhamma holistik Jalan Mulia Berunsur 8 ?
Vighyan Bhairav Tanttra 112 metode mungkin sudah dibahas oleh Osho lupa juga referensinya 
Osho untuk bahasan Vighyan Bhairav Tantra
Sebagaimana Khalil Gibran di dunia sastra ataupun Friedrich Nietzsche pada ranah filsafat, Osho memang mistisi yang kontroversial ... mantan akademisi filsafat (professor university Jabalpur India?) yang kemudian melanglang-buana ke seantero wilayah dunia ini memang sering dipandang negatif dari sisi eksternal figurnya yang eksentrik.... hidup mewah, rebellious, sex guru, dsb (termasuk misteri kematiannya). Namun demikian sebagai seeker yang sekedar hanya terbatas mempelajari alur fikiran dan cara pandang beliau kami harus mengakui keluasan (referensi spiritual religius) dan keunikan (refleksi paradox intuitif) pandangan mistisi genius era modern yang mengklaim pencerahan dirinya pada usia dini (21 th?) ini. Dia seringkali memandang coin kebenaran dari sisi yang berlainan dari pandangan umum (kontroversi bagi lainnya namun bagi kami justru melengkapi mozaik keseluruhan yang memungkinkan pembentangan perspektif paradigma yang lebih luas). Kami sudah reupload karya Osho di blog sebelumnya. Beberapa buku dan ideanya juga ada yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia ... selain buku meditasi Orange Book dari blog Osho berbahasa Indonesia, ada lagi yang sudah pernah diterbitkan (Psikologi Esoterik), dsb.    
Osho melakukan banyak eksperimentasi metodologi dalam karya hidupnya, antara lain pengenalan sistem meditasi dinamik (tantien pusat?) sebagai alternatif kontemporer untuk metodologi tradisional pernafasan anapanasati Buddhist (tantien rasio ?) ataupun pelafalan zikir/simran/mantram para Bhakta (tantien hati ?).  Anand Khrisna puluhan tahun yang lalu di ashram secara cerdas & taktis tampaknya juga pernah mengaplikasikan metode tsb (dengan pranayama bhastrika/kalapabhati nafas cepat/kuat untuk katarsis psikologis dalam program healing stress control management).   
Lanjut ...
So, ambil jalan tengah, Buddha Savaka .... Jauhi kejahatan namun dengan tanpa membencinya, Jalani kebajikan namun dengan tanpa melekatinya dan Sucikan fikiran namun dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya (Dhammapada : 183). Itulah paradigma (yang walau tampak terdengar "sederhana" namun sesungguhnya sangat sempurna / bijaksana ) wejangan para Buddha untuk bukan hanya melalui namun juga melampaui samsara menuju Nibbana yang direalisasikan dalam keterarahan /keselarasan simultan triade pemurnian Sila - Samadhi - Panna.
Sekedar kutipan komentar Vlog : Bahiya 
Ke-Buddha-an adalah potensi nirvanik dari esensi murni segala level spiritualitas keberadaan samsarik yang harus menempuh faktisitas penempuhannya masing-masing . Nibbana adalah keterjagaan dan samsara adalah keterlelapan. Buddha sesungguhnya adalah Dia (semoga juga kita semua akan demikian) yang sudah bangun terjaga dari mimpi tidur samsariknya. Semua bhava samsara sesungguhnya (disadari atau tidak) adalah pengarung Dharma keBuddhaan di samudera samsara walaupun dalam label eksistensial bukan penganut ‘agama’ Buddha. So, (maaf) jangan terdelusi statistic kuantitas populasi Buddhist di permukaan
Buddhisme yang dibabarkan Buddha Gotama adalah segenggam permata kebijaksanaan simsapa yang karena jangkauan pemberdayaannya sangat luas (tidak hanya untuk pendewasaan pribadi, keharmonisan duniawi, perolehan surgawi, pencapaian brahma, kemampuan abhinna namun bahkan terutama pemurnian bagi keterbebasan dari samsara ini) relative bukan hanya tidak lebih mudah difahami namun juga akan cukup susah untuk dijalani bagi semua bhava samsara yang masih terlelap dalam mimpi keakuan, terseret dalam banjir kemauan, tersekap dalam kesemuan , terjebak dalam kenaifan, dsb… sedangkan demi kelayakan penempuhan (terutama untuk ‘uncommon wisdom’ pembebasan) sejumlah kode etik kosmik kemurnian yang tidak selalu ‘popular’ dengan kecenderungan pembenaran samsarik kepentingan ego mutlak memang perlu dijalankan pelayakannya, antara lain kedewasaan menerima, mensikapi dan melayakkan diri atas kaidah karma ( > pembenaran manipulatif kepercayaan harapan/anggapan akidah pengampunan/ pelimpahan) , kemurnian aktualisasi holistik (> defisiensi kepamrihan/ pencitraan) , refleksi kasih murni tiada batas tanpa eksploitasi standar ganda, menjaga harmoni keseluruhan sebagaimana yang Beliau niscayakan tanpa noda (identifikasi pembanggaan kesombongan diri), tiada cela (eksploitasi pembenaran kepentingan diri) tetap bermain ‘cantik’ (harmonisasi transenden pada wilayah immanent … walau memiliki Dasabala keunggulan adiduniawi tetap bijak dan murni terjaga tidak memanipulasi tataran samsara duniawi dibawahNya …. karena walau samsara 'hanyalah' fenomena bayangan kenyataan semu dari Realitas kebenaran Nibbana namun adalah tetap tidak etis bagi yang telah terjaga melanggar ‘aturan main’ wilayah mimpinya . Samsara dalam advaita mandala ini tampaknya memang perlu ‘ada’ bukan hanya sekedar menampung aneka kehebohan pagelaran chaotik drama delusive bagi keterlayakan level episode berikutnya namun juga demi tetap berlangsungnya keberagaman pada kasunyatan abadi ini?) dalam masa pembabaran Dhamma paska pencerahan hingga parinibbana kewafatanNya (laporan ‘pandangan mata batin Ariya’ proses adiduniawi non-empiris parinibbana Beliau oleh Arahata Anurudha kepada Sekha Ananda atas validitas konsistensi keniscayaan Magga Phala Samma-SambuddhaNya). 
Kaidah Kosmik:  dari posting blog & komentar vlog  sebelumnya :
Hidup ini tidak sekedar interaksi antar figur personal namun ini permainan kompleks media impersonal dimana segalanya jeli terawasi, akurat terkalkulasi dan potentially akan berdampak .... sebagaimana gema suara, apa yang kita lakukan akan kembali juga kepada arus kesadaran kita ... baik ataupun buruk, saat ini ataupun nanti , di sini ataupun di sana dalam peran/sikon apapun kemudian ... (dampak metafisis, sociologis & psikologis ?). Bagaikan sigma kuanta cahaya pelangi yang saling melengkapi dalam keberagamannya walau dalam label dan level berbeda namun tetap dipandang setara dalam Kasih Universal ... ada kesedemikianan Dhamma yang walau Impersonal tidak menuntut pengakuan namun secara Transenden kaidahnya berlaku di setiap wilayah immanenNya secara homeostatis, interconnected, equilibirium.
So, tetap realistis tidak opurtunis (karena walau samsara ini delusif namun tidak terlalu chaotik ... Niyama Dhamma yang Impersonal Transenden cukup kokoh menyangga permainan "abadi" nama rupa di samsara ini ... perlu keselarasan, keberimbangan dan kebijaksanaan untuk tidak perlu melakukan penyimpangan, pelanggaran bahkan penyesatan yang akan menjadi bumerang kelak ... kemurnian diutamakan tidak sekedar "kelihaian" ). … ingatlah tidak hanya ucapan yang diungkapkan dan tindakan yang dilakukan bahkan konten perasaan dan fikiran kita akan berdampak juga pada keberlanjutan diri kita nantinya apalagi jika harus ditambahi dengan beban tambahan karena penderitaan dan penyesatan atas lainnya… keburukan dan kebaikan walau tidak selalu instan ataupun identik potentially akan berbalik juga ke sumbernya siapapun kita (orang biasa atau tokoh terkemuka , tidak hanya manusia namun juga semuanya termasuk brahma, mara, dewata, asura apapun identifikasi yang kita anggapkan bagi diri sendiri atau pengakuan yang kita harapkan dari lainnya). ..... Kebodohan, kesalahan dan keburukan harus secara perwira perlu ditanggung secara mandiri (/bersama?) demi/bagi keadilan, keasihan dan kearifan mandala ke-Esa-an ini. (demi tanggung jawab tersebut jangan harapkan pengampunan kosmik, penghangusan karmik bahkan ... maaf .... "kemahiran (dengan kepalsuan/kelihaian/keculasan bukan kebenaran/kebijakan/kebajikan seharusnya) ? " internal yoniso manasikara / sati sampajjana demi kasih universal untuk tidak menyusahkan/ menyesatkan lainnya).  Sedangkan kebijakan, kebenaran dan kebajikan tetaplah sucikan kembali transenden impersonal dalam anatta diri bukan hanya karena sekedar anicca namun juga untuk melampaui dukkha dalam keselarasan atas kesedemikianan yang wajar dalam peniscayaan .
Kutipan lain = 
Ini sama sekali tidak dimaksud untuk menggenapi mitos ( semisal agama Shiva Buddha - Sabdo Palon? di atas). Bagi kami bukan hanya kebodohan internal namun bahkan pembodohan eksternal untuk membuatkan belenggu baru bagi semua. Namun jika kemudian ada yang ingin meng-klaim, menggunakan atau memanfaatkannya biarlah itu menjadi beban tanggung jawab karmic atas effek kosmik yang dilakukannya (kesesatan & penyesatan > kecerahan & pencerahan ?). Well, bagi kami biarlah Realitas Kenyataan itu tetap utuh dalam kesempurnaannya ... tidak usah memecahkannya dalam aneka kepingan pandangan walau kita faham/ sadar dalam memilah memang ada Kebenaran yang memurnikan dan ada juga Kepalsuan yang menjatuhkan namun kebijaksanaan atas keberimbangan perlu dijaga untuk tidak menjerumuskan diri ke dalam mana kesombongan pembandingan untuk ekstrem konseptual tertentu bahkan walau itu sesungguhnya memang untuk mementingkan kebenaran tidak sekedar untuk membenarkan kepentingan. (Dalam sutta nipata Buddha bahkan lebih halus & santun menyatakan bahwa sesungguhnya tidak (perlu) ada (klaim konsep) kebenaran tunggal .... yang ada hanyalah fakta permasalahan dan cara mengamati, mengalami & mengatasinya saja.... Dukkha vs JMB 8.) Link there is no truth Bhante Punnaji di atas.
Lagipula sebenar apapun idea pandangan belumlah berarti jika saja tanpa penempuhan autentik,hingga memang terbukti dalam realisasi penembusan & pencerahan selanjutnya. Konsep ini justru malah akan menyekap/ menjebak semuanya jika hanya menjadi fanatisme kepercayaan belaka apalagi jika diikuti dengan radikalisme pemaksaan ... payah & parah. Dhamma harus dilayakkan dengan pemberdayaan. Itulah sebabnya Buddha walaupun authentically sudah menempuh, menembus dan memahaminya sendiri tetap menegaskan prinsip ehipasiko pembuktian sendiri ketimbang hanyalah peyakinan fanatisme percaya membuta bukan hanya karena secara pragmatisme begitu dangkal (hanya sebatas intelektual bahkan emosional ?) & kurang berguna bagi progress kualitas spiritual authentic savakaNya namun karena memang cukup berat dan tidak mudah merealisasi pencerahan yang mutlak harus ditempuh dengan perwira secara mandiri tidak membebani / menggantungkan pengharapan dari lainnya saja ... kualitas sejati Ariya. So,Beliau telah bersikap bijak membabarkan paradigma saddhamma pemberdayaan yang tidak hanya berguna dalam membantu dan memandu namun juga tidak memperdayakan membelenggu & menipu diriNya dan juga SavakaNya. 
By the way, bagaimana jika faham tsb ternyata bukan keberdayaan & pencerahan namun keterpedayaan & penyesatan? besar tanggungan karmik yang layak diterima ke semuanya. So, jangan naif/liar untuk bodoh (picik, licik dan kasar) dengan melakukan kebodohan internal apalagi pembodohan eksternal sebenar apapun anggapan anda ... apalagi jika kemudian ternyata itu adalah ketersesatan dan lebih parah lagi jika memang hanya penyesatan untuk kebanggaan pengakuan dan kepentingan kekuasaan saja. Well, selain beban karmik sendiri tambahkan juga perkalian follower / subscriber dengan jangka waktu pakai hingga kedaluarsa untuk bonus beban karmiknya, bro/sis. (kalkulasi matematis amal/dosa jariyah berjamaah versi kami ?). So, jangan korbankan diri anda dan juga (apalagi) lainnya dengan kekonyolan yang tidak perlu & tak bermutu dalam derita penyesalan yang memang mutlak perwira perlu ditanggung tidak hanya seumur masa kehidupan namun bisa jadi akan sepanjang kalpa keabadian. Walau memang senantiasa ada celah pencerahan/penyesatan di setiap dimensi alam kehidupan samsarik untuk perbaikan/ penjatuhan evolutif , namun sebagaimana Buddha katakan diperlukan ekstra kebijaksanaan (alobha/adosa/amoha), ketangguhan (sila/samadhi/panna) dan 'keberuntungan'  (berakhirnya kammasaka buruk & berbuahnya kammasaka baik, positifnya kammavipaka baru atas pacaya pemicu eksternal : misalnya sikap batin simpatik mudita bagi petta paradattupajivika atas limpahan kebaikan patidana untuknya dsb) bagi yang sudah menjadikan alam apaya seakan rumah tinggal yang layak baginya (pengumbaran kecenderungan MLD moha- lobha- dosa yang kuat di tempat yang 'tepat' ?)  
Walaupun mungkin memang ada, diadakan atau diada-adakan bagi kebenaran untuk personally bebas memilih jalan yang sesuai dan 'pembenaran' kepentingan untuk memaksakan keinginan externally (?) , mungkin sebaiknya (walau plus minus dampak memang tetap ada untuk diterima atas segala konsekuensi pilihan) tetaplah sebagaimana kita semula (?) karena disamping kita memang tetap harus menjalani tanggung jawab atas kamavipaka di saat ini adalah bijak juga menghindari disharmoni eksistensial yang tidak perlu … apakah kita muslim, Kristen, hindu, Buddha, dsb termasuk yang  menyadari dirinya agnostic ataupun maaf ….bahkan atheist sekalipun akan keilahian personal yang umumnya(?) dianut /yang ini .. disini secara politis/ ideologis (?)  masih repot atau memang direpotkan, bro/sis ? /.  Well, sebenarnya selama kita masih sadar untuk bisa menjaga dan membawa diri dalam etika kebersamaan & kesemestaan untuk saling empati,, harmoni dan sinergi seharusnya tidak menjadi masalah apalagi dipermasalahkan (?). Ada keberagaman dalam keindahan pelangi dimana masing-masing warnanya walau mungkin boleh naif untuk tidak harus menyetujui satu sama lain akan keseragaman dengannya namun tetaplah harus arif untuk senantiasa saling menghargai perbedaan keberadaannya masing-masing. Ini bukan sekedar Kearifan Buddha atau Shiva yang memandang aneka keragaman delusi pelangi berkonsep para bhava samsarik sehingga adalah tidak bijak untuk mencabut seseorang dari akar habitatnya semula walaupun/apalagi dengan cara yang sesungguhnya sangat kontra-produktif (pembenaran standar ganda pseudo dhamma atau bahkan pemaksaan addhama : pembenaran arogansi identifikatif & eksploitasi, manipulative/ intimidatif/ agressif dst). Well, untuk kesekian kalinya (kami tekankan) Spiritualitas yang dewasa adalah just leveling (to reach) not for labeling (to claim) ….memastikan  keberdayaan tidak sekedar meyakinkan kepercayaan, melayakkan pencapaian dengan penempuhan & penembusan tidak sekedar melagakkan pencitraan dengan penganggapan & pengakuan, mengandalkan tanggung jawab meniscayakan kesejatian tidak sekedar bermanja mengharapkan 'keajaiban' belaka, dsb.  

Be Realistcs to Realize the Real  .....Untuk kesekian kalinya, apapun yang terjadi, mencintai kebenaran adalah kemutlakan (bukan pilihan …  karena jikapun tiada keselarasan dalam menyesuaikannya sebagaimana harusnya maka dengan keterpaksaan  toh kita akan tetap menerima keniscayaan akan dampak karmic & effek kosmik nya). Tidak perduli apakah nanti akan ada kemanunggalan dalam pencerahan ataupun kemusnahan untuk keseluruhan, tetaplah konsisten dalam transformasi spiritualitas yang harmonis autentik & sinergis atas kesemestaan baik eksistensial (diri pribadi), universal (alam kehidupan bersama) dan transcendental (sentra keberadaan segalanya).

Disamping kemantapan eksistensial dalam peran duniawi saat ini (citra persona biasa saja, smart skill bisa juga, asset hidup cukup) ; jangan lupa (ini justru yang utama)  siagakan untuk kelanjutan perjalanan kehidupan nantinya (level swadika keariyaan , bakat talenta kecakapan & hisab visekha kelayakan ). Sedangkan,  untuk kenyamanan keseluruhannya : berempati (pada dasarnya semuanya sama saja ... laten deitas dari Sentra sejati yang sama hanya beda label & level pada dimensi mandala pada saat ini . Well, orang lain / makhluk lain adalah sebagaimana diri kita sendiri namun saat ini berada dalam peran yang berbeda .... walau respek dalam metta atas casing 'dagelan' nama rupa masing-masing memang tetap perlu diperhatikan sesuai skenario kehidupan yang berlangsung ... tidak anggep 'arogan" & norak tranyakan ), menjaga harmoni dan bersinergi dalam kebersamaan & kesemestaan ini. 
 
Finally , 
Tiga Pesan Abadi keheningan kosmik yang diungkapkan para Buddha : Jauhi kejahatan, jalani kebajikan, sucikan fikiran  
Link Data: www.tiny.cc/dhammapada-183Bro Billy Tan (p. 12 - 20)

Jauhi kejahatan namun dengan tanpa membencinya, Jalani kebajikan namun dengan tanpa melekatinya dan Sucikan fikiran namun dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya (Dhammapada : 183). Itulah paradigma (yang walau tampak terdengar "sederhana" namun sesungguhnya sangat sempurna / bijaksana ) wejangan para Buddha untuk bukan hanya melalui namun juga melampaui samsara menuju Nibbana yang direalisasikan dalam keterarahan /keselarasan simultan triade pemurnian Sila - Samadhi - Panna.

Jadilah media kebaikan yang murni x media keburukan yang kacau bagi diri sendiri, makhluk lain dan living cosmic ini baik transendental, universal, eksistensial . senantiasa terjaga sebagai media impersonal akan figur personal samsariknya sehingga memungkinkannya untuk bukan hanya berjaga dari keterpedayaaan bahkan semakin memberdaya diri namun juga mampu menjaga untuk tidak hanya memperdaya lainnya namun justru memberdaya lainnya..... tetap orientasi berpandangan, berpribadi, berprilaku ariya apapun peran, dimanapun dimensi dan kapanpun situasi kondisinya. Menerima tanpa perlu kebencian, mengasihi tanpa perlu pelekatan , melampaui tanpa perlu merendahkan. So, jika keniscayaan pembebasan/ pencerahan/ pemberdayaan belum mampu tercapai, keselarasan tertib kosmik yang holistik, harmonis dan sinergik akan kebenaran, kebajikan dan kebijakan masih terjaga .... bagi diri sendiri, makhluk lain dan living cosmic ini.

Sebagaimana dimensi samsarik lainnya ( apaya, surga bahkan alam Brahma sekalipun) , dunia ini hanyalah terminal transit bagi evolusi spiritualitas diri berikutnya.  Peluang kesempatan / tanggung jawab sebagai manusia dsb dalam membawa keberkahan diri dan lainnya ... tidak sekedar berlibur, terhibur dan dikubur sebagai manusia untuk hanya kembali calon mayit/ demit ?  
link demit ? ini apa, ya ? oh,  ini link video juga 
jadi, inget kata  Buddha & para Suci lainnya 
kelaziman ( kebodohan atau kewajaran?) kita cenderung menjadikan apaya menjadi rumah tinggal  berikutnya 
(walau sesungguhnya bukan itu sangkaan pandangan & harapan keinginannya ... ironis atau tragis ?) 
Well, jika tiada faktor non-operative mahakammavibhanga ... walau tidak dimaksudkan sekalipun by product kelayakan pemurnian sila bukan hanya bisa lampaui apaya (alobha x petta, adosa x neraka, amoha x tirachana  ... asura ?) namun juga layakan investasi deposito kebajikan untuk digunakan liburan sementara kapling dimensi surgawi jika diperlukan (just refreshing penyegaran atau malah recraving pengumbaran ?) ; yang lebih penting jika mampu pencapaian meditatif bisa bereffek pada peningkatan intelgensi kecakapan yang lebih baik apalagi ditunjang panna kebijaksanan yang berkembang . Okelah .
Piya Tan untuk bahasan Mahakammavibhanga sutta

PIYA TAN OKE/SUTTA/SD/4.15-Cula-Kamma-Vibhanga-S-m135-piya.pdf


2020-04-22 22:27

492482

PIYA TAN OKE/SUTTA/SD/4.15-Cula-Kamma-Vibhanga-S-m135-piya1.pdf


2020-04-22 23:18

512939

PIYA TAN OKE/SUTTA/SD/4.16-Maha-Kamma-Vibhanga-S-m136-piya.pdf


2020-04-22 22:27

605851

PIYA TAN OKE/SUTTA/SD/4.16-Maha-Kamma-Vibhanga-S-m136-piya1.pdf


2020-04-22 23:18

606406

Well, The Greatest evil is Ignorance Kejahatan terbesar adalah Avidya ketidak-tahuan  (see: video sadhguru Yasudev di awal)
jadilah berkah yang mencerahkan/ memberdayakan bukan limbah yang menyusahkan/memperdayakan di/ke manapun kita berada bukan hanya bagi diri sendiri namun juga makhluk lain di setiap living cosmic ini.  
So,  pastikan keberdayaan Saddhamma bukan hanya yakinkan kepercayaan belaka! penempuhan nyata tidak sekedar pengetahuan belaka. Saddhamma adalah aktualisasi autentik pemastian sesuai kaidah Realitas bukan sekedar harapan persangkaan keyakinan saja (Real realized>identifikatif & manipulatif ?).  Bijaksanalah untuk senantiasa bersiaga dengan segala kemungkinan sejati yang /akan/ ada (kualitas transendensi ariya > mahakammavibhanga 4 > ekspektasi asura ? ) minimal bersiaplah menerima, menghadapi dan melampauinya (realisasi level swadika, kualifikasi genia talenta & hisab visekha)  ! (See = siklus samsarik gnosis fase 3 mandala di atas : sungkan & riskan bilang sebetulnya .... BTW sekarang tanggap ya mengapa & bagaimana dalam gnosis buddhisme siklus pralaya samsarik terjadi bukan hanya pada dunia, apaya namun juga surga bahkan hingga rupa brahma jhana 3 see: 'guardian' yll ) So, spiritualitas memang mutlak mengharuskan kemurnian bukan sekedar kelihaian (terkadang segala kenekatan penempuhan, kehebatan pencapaian & kehebohan perolehan sering menjadi labirin jebakan penjerat/penjebak/penjatuh yang sangat ampuh bagi yang belum terjaga & tidak waspada apalagi jika caranya bertentangan dengan Saddhamma ... bumerang, guys). Cari quote video Mahadeva Shiva yang menyayangkan motif Asura karena memujaNya demi transaksi hadiah kekuatan/kemuliaan bukan demi pensucian kesejatian yang seharusnya lebih berguna demi transformasi diri. (memberatkan keakuan & mengumbar kemauan ... kebodohan internal dengan pembodohan eksternal ?) Shiva memang fair mengesankan kesemuanya dan tidak mengenaskan, bukan typical personal god laten deitas yang naif & liar untuk dieksploitasi karena harapkan pengakuan/ pemujaan apalagi persaingan & kebencian /kesalah-fahaman Asura yang fatal dalam persangkaan & pandangannya dalam ke-Ilahi-an?) .... bagi pemurnian autentik kesejatian harusnya bukan demi transaksi kepamrihan pencitraan  yang semu, nsif & liar yang merugikan perkembangan pencapaian spiritualitas semuanya. Har har Mahadev seri berapa, ya ? (lupa tayangan TV dulu). Jika saja memang benar level Shiva Mahadeva Hinduisme setara dengan Mara Buddhisme inilah keunggulanNya senantiasa terjaga & waspada tidak butuh pengakuan walau memang belum menyadari keanattaan realitas diri sebagaimana Buddha Tusita (avatara ke 9 Vishnu ?) yang mencapai pencerahan Nirvanik.. 

FORMULA SWADIKA
Peniscayaan potensi/patensi keberdayaan di/ke segala dimensi 
orientasi, kualifikasi, realisasi
Bertahan dalam kebenaran , kebijakan, kehidupan
Senantiasa terjaga , menjaga, berjaga
Sinkronisasi transendental , universal , eksistensial
 Nyanyian Sansekerta Bahasa Divine Wejangan Maha-Yogi Rsi Markandeya
 AS /IF Manusia Dunia etc
Universiad keabadian : peningkatan level Swadika, pelimpahan  bakat Talenta, pengamanan Hisab Visekha
Aktualiser kehidupan : ketahanan stable vitale , kecakapan genius versus , kemapanan estate empire 
Integrated kesiagaan : alpha meditatif - betha reflekting - theta refreshe
welcome to the earth
Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya.
Ingat, tanpa menafikan peran kebersamaan universal manusiawi kita sebagai faber mundi (pemberdaya peradaban) di bumi, pada dasarnya kita hanyalah viator mundi (pengembara yang singgah bukan penghuni tetap) dalam kehidupan duniawi kita saat ini dengan casing peran persona dagelan nama-rupa samsarik untuk keberlanjutan kehidupan berikutnya lagi. Jagalah keberkahan di bumi dan bawalah keberkahan untuk saat nanti. Sebagaimana tuning frekuensi gelombang arus kesadaran, tanpa menafikan akumulasi karmik sebelumnya konsistensi sikap, tindakan dan capaian diri saat ini akan berdampak pada konsekuensi yang akan diterima nanti demikian seterusnya.
Buddha menyatakan kehidupan ini tidak pasti namun kematian ini pasti namun sayangnya kita manusia sebagian besar tak tercerahkan dan menjadikan alam apaya seakan rumah baginya (semakin terjebak dalam keterlelapan mimpi chaotik samsara bukan nibbana keterjagaan sebagai ariya sebagaimana seharusnya) dikarenakan notion pandangan, frekuensi kecenderungan dan konsekuensi tindakannya. Keberadaan sebagai manusia di mayapada dunia ini memang tidaklah seindah surga Devata kamavacara atau semulia jhana moksha para Brahma, namun demikian walaupun tidaklah sekondusif wilayah antara suddhavasa tetapi keberadaan mediocre ini justru bisa menjadi effektif bagi pertumbuhan dan perkembangan spiritualitasnya jika cukup reseptif menghayati, menjalani dan melampauinya secara benar, sehat dan tepat … tidak hanyut dalam arus eksistensi namun tidak juga teralienasi.. 

AS /IF Petta apaya etc
Walau ini dianggap ‘wajar’ bagi lokiya dhamma namun termasuk apaya bagi saddhama (walau tampak ironis namun tidak menutup kemungkinan dikarenakan akumulasi kelayakan kamacitta sebagaimana kemelekatan akan memory figure bhava, obsesi ditthi dan tanha pengharapan status symbol berada di dimensi eteris ditengah ekspansi dewa label jatuhan asura & ekstensi dewa level rendahan yakkha ini)  
Case : pettavathu

surga ytcrash
AS /IF Surga Kamadeva etc
Walau ini sangat didambakan bagi lokiya dhamma (walau tanpa perlu alam antara ?) namun (tanpa merendahkan) tidak bagi saddhama ? (walau tidak menutup kemungkinan dikarenakan akumulasi kelayakan kamacitta 'hanya' bisa berada di dimensi astral ini )
Case : jaminan nanda & bhikkhu surga
Jika surga & neraka tidak ada akankah Tuhan dipuja dalam kebaktian, kebajikan dan kebijakan ? Bukan karena  deficiency atau  sekedar transaksi (Sufi wanita Rabiah Adawiyah ... Mahabah cinta kepada TuhanNya bukan hanya mengatasi kecintaan kepada siapapun /Nabi, Surga ?/ namun juga kebencian kepada apapun termasuk kepada  /iblis & neraka?/). 

buddha brahma
AS /IF Brahma etc
Walau ini sangat didambakan bagi mystics pantheist namun tidak bagi saddhama (walau tidak menutup kemungkinan dikarenakan bukan hanya kelayakan/kecakapan namun juga kemantapan/kemapanan kamacitta dan samadhi bhavananya)
Case : batin mencari & menjadi "tuhan" yang lebih sejati ? , dilemma antara kenyamanan 'transendensi' nama ke anenja (terlelap? alara kalama & Uddhaka ramaputta eks guru dengan tataran ilmu yang telah dikuasainya pra Uruvela ) vs keberadaan 'immanensi' rupa ke samsara (terjatuh? Brahma Baka yang terprovokasi Mara ? ).
(Fake story ?)  Buddha ditanya keberadaan Tuhan .... Dia menjawab akan keberadaanNya kepada yang mengingkariNya namun menyangkal keberadaanNya kepada yang meyakiniNya. (bukan kepercayaan namun keberdayaan ... memastikan tataran fakta bukti  penempuhan/penembusan dalam kemurnian yang utama bukan sekedar meyakini gagasan internal/ wawasan eksternal.

pencerahan Buddha
AS /IF Nibbana etc
Walau keterjagaan dalam dvaita kesunyataan ini dipandang ‘sangat sempurna’ bagi buddha dhamma namun dalam 'kebersahajaan' akan advaita kesedemikianan ini ‘cukup bijaksana’ bagi saddhama (Holistik melampaui Nivritti negative & harmonis melampaui Pravritti positive )
Case : No Ego (level > label, 'tan-diri' > 'diri', 'tan-alam' > 'alam')....
(Fake story ?)  Buddha diam ketika ditanya apakah Dia mencapai Nibbana .... Jika Dia menjawab "Tidak", Dia berdusta akan realisasi pencapaian keterjagaanNya , Jika Dia menjawab "Ya" , Dia berdusta karena Nibbana mustahil tercapai jika masih ada 'keakuan" samsarik.

Jika anda inginkan surga di sana layakkan juga surga di sini dengan kearifan menjaga kebersamaan dan kebaikan untuk sesama dengan memastikan keberdayaan tindakan nyata bukan sekedar idea anggapan dan keyakinan belaka. Walau secara labeling pandangan mungkin saja masih nanti (paska pralaya dunia?) namun dalam leveling kenyataan bisa jadi seketika (tanpa alam antara?).
Jika anda dambakan kemanunggalan Ilahiah (transendensi moksa individualitas universal nama batiniah ke wilayah rohani tinggi hingga Anenja Brahma tidak sebatas dematerialisasi murca rupa zahiriah ke dimensi eteris peta, asura Bhumadeva atau astral Kamadeva 6 ?) layakkan diri sebagai media Brahma Vihara (sebagai media ilahi … tidak sekedar lihai bertransaksi mendapat untuk tersekap atau ikhlash memberi untuk menerima kembali namun murni mengasihi sebagaimana harusnya harmoni kasih universal yang berlaku disadari dan ketulusan untuk berbagi secara wajar memang perlu dijalani) sehingga kualifikasi adhikari tihetuka yang dewasa terjaga dan (dikarenakan senantiasa ada korelasi kosmik antara kesadaran, kecakapan dan kelayakan yang tumbuh berkembang secara simultan/progressif) kewasesaan batiniah juga akan berkembang (orientasi , refleksi + distansi & meditasi) dari akar penempuhan hingga puncak penembusannya (asalkan tetap terjaga dari godaan kemegahan yang menyekap sensasi kemauan, cobaan kemampuan yang menjebak fantasi keakuan dan labirin parallel yang memandekan, membingungkan atau bahkan menjatuhkan).  
Jika anda harapkan nibbana nanti layakkan juga nibbana saat ini dengan keterjagaan memandang tilakhana kesemestaan dengan kewaspadaan tanpa keterlelapan  dan keberdayaan simultan progressif menyelaraskan diri dengan kewajaran pemurnian adhi sila (moralitas berprilaku zahiriah dan integritas berpribadi batiniah), memberdayakan diri dengan kemantapan adhi citta bhavana dan semakin men-terjagakan diri dengan kematangan penembusan adhi panna sehingga memadailah kualitas Ariya Puggala ... bukan hanya terlayakkan 'sertifikat kosmik' atas pencapaian magga phala nibbana (irreversible?) namun juga 'kualitas kosmik' yang memang dipandang layak oleh Advaita Dhamma Niyama untuk tidak lagi perlu (karena sudah terlalu mampu) 'ndagel' bermimpi di permainan samsara ini.

Sanatana Dhamma dalam kompleksitas Realitas Fenomena 
a. Transendensi Keabadian Universal
Terjagalah ! Transendensi kehadiran demi keabadian : vs niyama dhamma via media
senantiasa ada dampak dari pandangan, tindakan dan capaian
tataran pencapaian > progress penempuhan > kefahaman pengetahuan
b:Harmonisasi Keberadaan Eksistensial
Menjagalah ! Harmonisasi dalam kehidupan : vs peran eksistensial
sedaka sutta : menjaga diri & orang lain
anjali/namaste : menghormati esensi murni didalam > segalanya interconnected (orang lain adalah diri kita sendiri dalam peran yang berbeda) demikian juga alam dsb. 
Untuk layak mekarnya bunga transendental ,kemantapan akar eksistensial sila dan batang kasih universal harus tumbuh berkembang baik menunjang dahan bhavana penembusan dan pencerahan di internal dan juga ke eksternal.
c. Eskatologi Kelanjutan Spiritual
Berjagalah ! Eskatologi untuk kematian : vs bardo (1 chikhai - 2 conyid - 3 sidpa bardo)
Kehidupan tidak pasti, kematian pasti
pencerahan masih mungkin diusahakan kala kematian (pandangan Mahavira jainisme bukan Guru Padmasambhava Tibetan Buddhism... maaf ~ AK).
Inilah pentingnya kemurnian brahma vihara yang bukan hanya memurnikan dana sila Dhamma Vihara sepanjang kehidupan dan (plus desana) menumbuh kembangkan potensi  tihetuka (alobha adosa amoha) yang akan juga menunjang kecakapan penembusan  meditatif  pemurnian batin Ariya Vihara dalam menyambut kematian. 
Naza : awas nimitta bhavanga 3 (
Bardo proses umum non meditator : 
Sial, umumnya tidak bisa melintasi jhana brahma bardo 1 ; (bardo 2 liburan kesurga ? belum cukup murni berlimpah akumulasi  deposito karma baik +  banyak tanggungan kredit karma buruk /miccha ditti ?) ; bardo 3 beruntung lahir kembali sebagai manusia atau harus terlempar  keapaya (dampak MLD) atau terdampar di alam penantian  hingga rebirth baru/ pralaya dunia ?
proses khusus meditator (mystics, Buddhist, etc) :
selamat berjuang  hingga tujuan yang mungkin lebih baik untuk bisa dicapai ; (salam dari padaparama dihetuka bagi neyya tihetuka / yogi meditator ) 
Next
jika terdampar di apaya  hidup sbg peta maka dengan upekkha kembangkan mudita (sikap apresiatif/positif atas niatan tindakan kebaikan lainnya) brahma vihara walau sulit. jika terlempar di apaya lainnya maka dengan upekkha kembangkan metta brahma vihara ( kewajaran kosmik untuk aktualisasi kesadaran kasih universal sebagaimana kesedemikiannya kaidah impersonal transenden niyama dhamma  atas personal imanen terus berlaku walau tak butuh diakui dan tak sekedar bisa diyakini ) walau jelas sangat sulit.
jika hidup di surga hidup sbg dewa maka dengan upekha kembangkan karuna (welas asih berbagi bahagia) & potensi tihetuka (alobha adosa amoha prasyarat meditator Jalan Kesucian); tidak  mengumbar nafsu , dusta & sengketa (issa machariya-serakah mendengki apalagi membenci tidak juga menghalangi/ menyesatkan) (termasuk tridewa Mara- yama - asura atas triloka tusita ,tavatimsa,dunia ?) walau juga sulit. Wilayah kamavacara memang corrupted, Saka... bukan hanya pemenuhan kebutuhan, sekedar keinginan diri namun juga kekuasaan atas lainnya. Walau potentially segalanya akan berdampak jika telah masak/layak, Samsara memberikan kebebasan bukan hanya bagi Dhamma namun juga addhamma, tidak hanya agar terbebas dari jeratnya namun juga  tetap tersekap didalamnya…. Itulah kenyataan sesungguhnya  dari semuanya tanpa perlu menyalahkan atau membenarkan siapapun/apapun saja. 
Jika hidup di brahma jangan terlelap dalam kebahagiaan yang lebih dalam dari kenikmatan indrawi/ kehikmatan laduni tetap terjaga,menjaga dan berjaga untuk pengembangan kelanjutannya. walau juga sulit.
Jika bisa tiba di wilayah kesadaran non samsarik alam antara suddhavasa selesaikan perjalanan pulang kerumah sejati atasi delusi mimpi citta 'aku' di halte ini.walau juga sulit.
Jika telah tiba di wilayah kesadaran non alam samsarik nibbana... congrats. Selamat atas keterjagaan dari perjalanan tidur panjang penuh mimpi. selamat datang di rumah sejati esensi murni.
Sikapi "Kebebasan" ini sebagai kebenaran pencerahan berkelanjutan bukan perayaan ke"aku'an untuk lengah terlelap lagi. Walaupun karena magga phala meniscayakan keberadaan & tindakan kiriya yang suci (selama belum parinibbana khanda Ariya Buddha tetap tidak terbebas dari 12 dampak karmik buruk kehidupan lampauNya juga Bhante Moggalana. Bhikkhu arahata sekalipun tetap bisa melakukan kesalahan (terinjaknya serangga oleh arahata karena buta, peraturan vinaya sanghadisesa merukunkan duniawi ?) walau tanpa sengaja/ tak diketahui. Namun totally, inilah realisasi dambaan neyya buddhist untuk terbebas dari dukkha .... terjaga dari mimpi samsarik. Pulang kembali ke rumah sejati. Hanya yang telah melampaui (ariya nibbana) bisa menghadapi kembali (samsara) dengan lebih baik lagi (kiriya x karma) dan karenanya wilayah samsara ini tidak lagi tepat bagi yang telah lulus/ lolos darinya. Keswadikaan nyata yang bukan hanya melampaui penderitaan namun juga kebahagiaan. (magandiya sutta)

Selain sesumgguhnya memang tanpa perlu lobha  kemelekatan & dosa kebencian pada apapun/ siapapun juga .. yang perlu dihindari lagi adalah adalah moha kebodohan beraku pembandingan diri mana kesombongan atas kesetaraan segalanya.

Cobalah untuk tidak merendahkan sesuatu demi meninggikan lainnya (ide atau bahkan ego diri) Untuk beranjak dari eksistensial menjadi transcendental kita harus bersikap universal. (Universalisasi diri sesungguhnya kunci gerbang pertama dan utama spiritualitas transenden)  
Fahamilah trick rasionalisasi pembenaran / irrasionalitas perendahan yang walau terkadang diakui sebagai kecakapan yang mengagumkan dan menguntungkan bagi sebagian besar kita dalam komunitas kebersamaan namun sesungguhnya dalam pandangan Saddhamma – Dhamma Sejati itu adalah upaya pembodohan yang sangat parah bahkan kebodohan yang amat payah … ingatlah tidak hanya ucapan yang diungkapkan dan tindakan yang dilakukan bahkan konten perasaan dan fikiran kita akan berdampak juga pada keberlanjutan diri kita nantinya apalagi jika harus ditambahi dengan beban tambahan karena penderitaan dan penyesatan atas lainnya… keburukan dan kebaikan walau tidak selalu instan ataupun identik potentially akan berbalik juga ke sumbernya siapapun kita (orang biasa atau tokoh terkemuka , tidak hanya manusia namun juga semuanya termasuk brahma, mara, dewata, asura apapun identifikasi yang kita anggapkan bagi diri sendiri atau pengakuan yang kita harapkan dari lainnya). Dalam posting Sita Hasitupada … apakah anda mengira Buddha Gautama tersenyum karena dia bangga akan telah tercapainya kebebasan pencerahannya dan memandang rendah mereka yang masih belum terjaga bahkan lelap bermimpi dalam keterbatasan panna kebijaksanaannya? Kami memandangnya tidak demikian… Dia tidak mungkin transendental mencapai nibbana jika masih ada naifnya keakuan untuk berbangga menyombongkan diri atas lainnya apalagi karena merasa bahagia atas derita makhluk lain yang belum terjaga (malah level eksistensial tidak universal?). Itu adalah senyum murni kearifan sakshin (istilah mistik “penyaksi”?) atas kesedemikianan Realitas Dhamma atas  fenomena dhamma yang internal/eksternal – individual/universal – eksistensial/transcendental. Dalam Prajna Paramita Hrdaya Sutra (Mahayana ?) Buddha Avalokitesvara memandang segalanya walau memang beda namun setara tanpa perlu memperbandingkan dualitas pembeda (amala – avimala … suci – tidak suci). Desain advaita memang sedemikian adanya tanpa perlu mana kesombongan identifikasi semu pengakuan diri apalagi autorisasi untuk memanipulasi lainnya sehingga .universalisasi kasih eksistensialitas ‘diri’ para Ariya itu kiriya non karmik .. murni apa adanya sebagai aktualisasi kewajaran (karena memang keterjagaannya) tidak lagi sekedar pelayakan kesadaran (karena perlu keterarahannya) apalagi deficiency pencitraan (karena demi kepamrihannya). 
Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan  sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya).
So, sebagaimana wadah yang kosong, resik dan terbuka yang memungkinkan terisi lebih penuh, murni dan terjaga bukan hanya perendahan keakuan untuk melayakkan peningkatan reseptivitas diri namun tampaknya perlu penghampaan keakuan untuk lebih melayakkan penyelaman/ pencerahan yang lebih dalam lagi.
Spiritualitas yang dewasa mutlak memerlukan kelayakan dengan pemastian kehandalan bukan sekedar pelagakan meyakinkan kecitraan belaka. Pencapaian keberdayaan untuk menghadapi segala kemungkinan tidak sekedar menggantungkan pengharapan kepercayaan yang bisa saja semu adanya... kemelekatan fanatis atas dogma justru akan bisa kontraproduktif sebagaimana pelekatan naif lainnya.
Fokuskan saja realisasi pada pelayakan Ariya .... Nibbana atau Samsara terserah Niyama Dhamma. Di wilayah manapun dalam peran apapun pada situasi dan kondisi apapun juga seorang Ariya tetap akan mampu bermain apik tidak hanya secara cerdas tetap swadika dalam keterarahan namun juga tetap dengan cantik tanpa mengacaukan segalanya. (Ibaratnya CR7 atau Lionel Messi yang walau sesungguhnya bisa mengatasi bermain bola di klas liga dunia namun jika hanya tampil di turnamen kampung .... pasti akan lebih menguasai tentunya). Pencerahan adalah utama ... pembebasan 'hanyalah' bonusnya saja. Obsesi internal sebagaimana ambisi eksternal adalah tanha yang tersamar sebagaimana juga avijja lainnya (Ashin Tejaniya : jangan remehkan asava defilement karena ketika peremehan dilakukan anda sesungguhnya terlecehkan sendiri karena dijatuhkan dengan kesombongan anda ... awas spiritual materialism Chogyam Trungpa)
ASHIN TEJANIYA
Dari listing of ART BLOG OKE.rar
Name
Last modified
Size


28-Mar-2020 22:14
-
28-Mar-2020 22:14
-
28-Mar-2020 21:04
9.9M
CHOGYAM TRUNGPA
Dari listing of ART BLOG OKE.rar

memahami hakekat realitas transendental kesedemikianan
Memahami kesedemikianan = Realitas Kesunyataan & Fenomena KeberadaanPrediksi hipotetis figure ideal evolusi spiritual homo novus 10  http://teguhqi.blogspot.com/2020/11/just-seeker.html
Prediksi hipotetis figure ideal evolusi spiritual homo novus 10 
DIBAHAS ?  INI MUNGKIN ADALAH SENTRA POSTING KAMI SELAMA INI ... QUO VADIS & HOW TO BE ? 
Hidup total dalam penempuhan induktif (7 dimensi?) bagi evolusi pribadi eksistensial, kebijaksanaan deduktif demi harmoni dimensi universal dan keterarahan holistik pada sinergi saddhamma transendental .... bukan hanya selfish demi ego sendiri namun selfless bagi keEsaan mandala advaita ini. dan seharusnyalah tampaknya bisa diusahakan setiap zenka berkesadaran dimanapun dimensi keberadaannya dalam segala situasi & kondisi keterbatasan dan pembatasannya sebagaimana kaidah yang diberlakukan Niyama Dhamma dalam mandala advaita ini agar tetap kokoh dalam keberadaan dan keberdayaanNya yang homeostatis, interconnected & equiliberium. Well, 7 dimensi pemurnian kesejatian= fisik, etersis, astral, kausal, monade, kosmik & nirvanik - Osho  (demi keselarasan harmonis & holistik Homo Novus Mystical Being eneagram 10 ?) 

Tantien

Pusat

Hati

Rasio

10 ?

Kalki (destroyer?)

Zorba (artistics)

Zenka? (holistics)

Ethical

Rama 7 (peaceful)

Khrisna 8 (lovely)

Buddha 9 (meditative)

Emotional

Parasurama 6 (warrior !)

Vamana 5 (insani)

Narasimha 4 (hewani)

Physical

Matsya 1 (ikan air)

Koorma 2 (amfibi kura2)

Varaha 3 (celeng darat)

Prediksi hipotetis figure ideal evolusi spiritual homo novus 10 (for the Next Mystical Being 10 ?)
ts = speech 18s sd 

Silence is the language of God.
All else is poor translation. 
~ Rumi
Keheningan adalah Bahasa Ilahiah. 
Segala lainnya ungkapan terjemahan semu belaka

Tiada kata yang seharusnya dipercaya (termasuk / terutama dari kami ) selain fakta (yang memang terjadi )
(No Fact -  No Truth - No Faith)
tanpa dusta akan kebenaran sejati, tiada perlu duka untuk disesalkan nanti 

BE RESPONSIBLE  
bertanggung jawablah 

BE HUMBLE 
(dalam) kerendah-hatian 
 
BE TRUE 
(untuk menjadi) sejati

(Sekian)

TAMPAKNYA MEMANG SUDAH CUKUP 

 (memang cuma itu bisanya ... maklum cuma padaparama dihetuka)

MUSICS

 QUOTES








 

 

 


So, 

inilah waktu kami untuk berhenti & melepas 

Que sera sera. Pantha Rei.  

Apapun yang terjadi terjadilah. Biarkan semua mengalir apa adanya. 

Gitu aja koq repot ... 

nggak usah "meng-ada-ada" ("meng-ada" saja sudah susah)

MONOLOG 3 : THE REAL

 

 
   
 

 Synthesis  : THE REAL (capaian yang nyata)

a
JUST FOR SEEKER 2 : 
1. Menghadapi Keabadian : Swadika, Talenta, Visekha
Swadika :
Talenta, :
Visekha:
2. Menghadapi Kehidupan : kecakapan, kemapanan, kewajaran
kecakapan :
kemapanan, :
kewajaran :
3. Menghadapi Kematian : Racut , Bardo , Alam 
Racut : 
Bardo :
Alam :
Menghadapi = Menerima (eksistensial)  - mengasihi (universal) - melampaui (transendental)

 MONOLOG

Sikap gesture tangan India ini menjadi sangat popular terutama pada saat pandemi global Covid-19 saat ini dimana jangankan untuk negatif tranyakan untuk positif keakraban kontak fisik berjabat tangan apalagi cipika-cipiki saja terbatasi dengan kebijakan distansi sosial untuk kebajikan saling menjaga dan terjaga (bukan hanya untuk diri sendiri namun juga demi orang lain dan lingkungan sekitar kita … Sedaka Sutta ?). 

Namaste (bagi kami) artinya : " saya menghormati/menghargai yang ada di dalam anda"

maksudnya : esensi kemurnian nirvanik, energi keilahian batiniah, materi kealamian zahiriah.

 

dari : http://teguhqi.blogspot.com/2020/03/dhamma-cloud-di-tengah-wabah-corona.html

Buddha menyatakan kehidupan ini tidak pasti namun kematian ini pasti namun sayangnya kita manusia sebagian besar tak tercerahkan dan menjadikan alam apaya seakan rumah baginya (semakin terjebak dalam keterlelapan mimpi chaotik samsara bukan nibbana keterjagaan sebagai ariya sebagaimana seharusnya) dikarenakan notion pandangan, frekuensi kecenderungan dan konsekuensi tindakannya. Keberadaan sebagai manusia di mayapada dunia ini memang tidaklah seindah surga Devata kamavacara atau semulia jhana moksha para Brahma, namun demikian walaupun tidaklah sekondusif wilayah antara suddhavasa tetapi keberadaan mediocre ini justru bisa menjadi effektif bagi pertumbuhan dan perkembangan spiritualitasnya jika cukup reseptif menghayati, menjalani dan melampauinya secara benar, sehat dan tepat … tidak hanyut dalam arus eksistensi namun tidak juga teralienasi.. 

Dari : Gnosis for Seeker (https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/just-share_21.html)

Susah juga mengkompilasi posting ini ... karena sesungguhnya tersebar di seluruh posting. (maklum spontan mengalir bahkan sering tidak direncanakan bahkan malah kerap tidak diperkirakan juga ... semoga bukan hanya akal-akalan apalagi asal-asalan). So, harap dimaklumi jika quotes kutipan kadang tidak koheren dalam membangun keutuhan wacana bahasannya. Redesain mozaik puzzle (mau direcycle sayang, hehehe .... mental pemulung? NO.   )

Langkah awal haruslah dimulai. Untuk dapat melangkah dengan benar kita memerlukan pandangan yang relatif benar juga. Osho menyatakan walaupun tetap perlu dilakukan namun sesungguhnya langkah awal cenderung sebagai sesuatu kekeliruan. Dikarenakan kebenaran sesungguhnya melingkup secara nyata pada kita . Dia tidak dimana-mana. Pengetahuan yang terserap dalam bentuk informasi dan bukan realisasi memang kurang memadai dan terkadang justru malah menghambat keberhasilan suatu penempuhan dikarenakan senantiasa ada kecenderungan dari kita untuk merasa cukup sekedar mengerti saja untuk kemudian merasa tidak perlu menjalaninya, ataupun sering juga terjadi interferensi kesalah-fahaman dalam menafsirkan dikarenakan perbedaan dan kesenjangan dengan apersepsi pengetahuan sebelumnya, ataupun keterlalu-melekatan pada pandangan tersebut justru akan menghambat realisasi pengembangan kebijaksanaan dan peningkatan kesadaran yang mungkin dapat dicapai ; atau bisa juga terjadi adanya penyesatan dan keterpedayaan  yang tidak selalu disengaja sebagai manipulasi kelicikan pemapar demi kepentingan pribadinya sendiri  namun juga bisa suatu kekeliruan informasi karena keterbatasan pengetahuan walaupun dia memiliki maksud tulus untuk memberdayakan . 

Osho mungkin benar namun demikian kami juga berpandangan. GIGO (garbage in,Garbage Out). Jika yang masuk sampah, keluarnyapun cenderung sampah). Tetap diperlukan kejelasan dan ketepatan pengertian bagi kita semua untuk dapat menghayati kebenaran tersebut. Pandangan yang benar adalah separuh langkah tindakan yang benar.. Namun demikian memang sangat perlu kewaspadaan bagi kita semua dalam  menyimak dan mensikapi referensi pandangan awal ini. Sikap terbuka dan terjaga haruslah tetap menjadi senjata anda dalam mengkaji setiap hipotesis bahasan pada buku ini (BLOG 17012021 OK/PLUS/TQ/GNOSIS PUBLIK.pdf p.6)

Pandangan perlu penempuhan untuk melayakkan keniscayaannya 

dari : http://teguhqi.blogspot.com/2020/11/just-seeker.html

Ini sama sekali tidak dimaksud untuk menggenapi mitos ( semisal agama Shiva Buddha - Sabdo Palon? di atas). Bagi kami bukan hanya kebodohan internal namun bahkan pembodohan eksternal untuk membuatkan belenggu baru bagi semua. Namun jika kemudian ada yang ingin meng-klaim, menggunakan atau memanfaatkannya biarlah itu menjadi beban tanggung jawab karmic atas effek kosmik yang dilakukannya (kesesatan & penyesatan > kecerahan & pencerahan ?). Well, bagi kami biarlah Realitas Kenyataan itu tetap utuh dalam kesempurnaannya ... tidak usah memecahkannya dalam aneka kepingan pandangan walau kita faham/ sadar dalam memilah memang ada Kebenaran yang memurnikan dan ada juga Kepalsuan yang menjatuhkan namun kebijaksanaan atas keberimbangan perlu dijaga untuk tidak menjerumuskan diri ke dalam mana kesombongan pembandingan untuk ekstrem konseptual tertentu bahkan walau itu sesungguhnya memang untuk mementingkan kebenaran tidak sekedar untuk membenarkan kepentingan. (Dalam sutta nipata Buddha bahkan lebih halus & santun menyatakan bahwa sesungguhnya tidak (perlu) ada (klaim konsep) kebenaran tunggal .... yang ada hanyalah fakta permasalahan dan cara mengamati, mengalami & mengatasinya saja.... Dukkha vs JMB 8.) Link there is no truth Bhante Punnaji.  

Lagipula sebenar apapun idea pandangan belumlah berarti jika saja tanpa penempuhan autentik,hingga memang terbukti dalam realisasi penembusan & pencerahan selanjutnya. Konsep ini justru malah akan menyekap/ menjebak semuanya jika hanya menjadi fanatisme kepercayaan belaka apalagi jika diikuti dengan radikalisme pemaksaan ... payah & parah. Dhamma harus dilayakkan dengan pemberdayaan. Itulah sebabnya Buddha walaupun authentically sudah menempuh, menembus dan memahaminya sendiri tetap menegaskan prinsip ehipasiko pembuktian sendiri ketimbang hanyalah peyakinan fanatisme percaya membuta bukan hanya karena secara pragmatisme begitu dangkal (hanya sebatas intelektual bahkan emosional ?) & kurang berguna bagi progress kualitas spiritual authentic savakaNya namun karena memang cukup berat dan tidak mudah merealisasi pencerahan yang mutlak harus ditempuh dengan perwira secara mandiri tidak membebani / menggantungkan pengharapan dari lainnya saja ... kualitas sejati Ariya. So,Beliau telah bersikap bijak membabarkan paradigma saddhamma pemberdayaan yang tidak hanya berguna dalam membantu dan memandu namun juga tidak membelenggu & menipu diriNya dan juga SavakaNya. 

By the way, bagaimana jika faham tsb ternyata bukan keberdayaan & pencerahan namun keterpedayaan & penyesatan? besar tanggungan karmik yang layak diterima ke semuanya. So, jangan naif/liar untuk bodoh (picik, licik dan kasar) dengan melakukan kebodohan internal apalagi pembodohan eksternal sebenar apapun anggapan anda ... apalagi jika kemudian ternyata itu adalah ketersesatan dan lebih parah lagi jika memang hanya penyesatan untuk kebanggaan pengakuan dan kepentingan kekuasaan saja. Well, selain beban karmik sendiri tambahkan juga perkalian follower / subscriber dengan jangka waktu pakai hingga kedaluarsa untuk bonus beban karmiknya, bro/sis. (kalkulasi matematis amal/dosa jariyah berjamaah versi kami ?). So, jangan korbankan diri anda dan juga (apalagi) lainnya dengan kekonyolan yang tidak perlu & tak bermutu dalam derita penyesalan yang memang mutlak perwira perlu ditanggung tidak hanya seumur masa kehidupan namun bisa jadi akan sepanjang kalpa keabadian. Walau memang senantiasa ada celah pencerahan/penyesatan di setiap dimensi alam kehidupan samsarik untuk perbaikan/ penjatuhan evolutif , namun sebagaimana Buddha katakan diperlukan ekstra kebijaksanaan (alobha/adosa/amoha), ketangguhan (sila/samadhi/panna) dan 'keberuntungan'  (berakhirnya kammasaka buruk & berbuahnya kammasaka baik, positifnya kammavipaka baru atas pacaya pemicu eksternal : misalnya sikap batin simpatik mudita bagi petta paradattupajivika atas limpahan kebaikan patidana untuknya dsb) bagi yang sudah menjadikan alam apaya seakan rumah tinggal baginya (pengumbaran kecenderungan MLD moha- lobha- dosa yang kuat di tempat yang 'tepat' ?)   

Walaupun mungkin memang ada, diadakan atau diada-adakan bagi kebenaran untuk personally bebas memilih jalan yang sesuai dan 'pembenaran' kepentingan untuk memaksakan keinginan externally (?) , mungkin sebaiknya (walau plus minus dampak memang tetap ada untuk diterima atas segala konsekuensi pilihan) tetaplah sebagaimana kita semula (?) karena disamping kita memang tetap harus menjalani tanggung jawab atas kamavipaka di saat ini adalah bijak juga menghindari disharmoni eksistensial yang tidak perlu … apakah kita muslim, Kristen, hindu, Buddha, dsb termasuk yang  menyadari dirinya agnostic ataupun maaf ….bahkan atheist sekalipun akan keilahian personal yang umumnya(?) dianut /yang ini .. disini secara politis/ ideologis (?)  masih repot atau memang direpotkan, bro/sis ? /.  Well, sebenarnya selama kita masih sadar untuk bisa menjaga dan membawa diri dalam etika kebersamaan & kesemestaan untuk saling empati,, harmoni dan sinergi seharusnya tidak menjadi masalah apalagi dipermasalahkan (?). Ada keberagaman dalam keindahan pelangi dimana masing-masing warnanya walau mungkin boleh naif untuk tidak harus menyetujui satu sama lain akan keseragaman dengannya namun tetaplah harus arif untuk senantiasa saling menghargai perbedaan keberadaannya masing-masing. Ini bukan sekedar Kearifan Buddha atau Shiva yang memandang aneka keragaman delusi pelangi berkonsep para bhava samsarik sehingga adalah tidak bijak untuk mencabut seseorang dari akar habitatnya semula walaupun/apalagi dengan cara yang sesungguhnya sangat kontra-produktif  (pembenaran standar ganda pseudo dhamma atau bahkan pemaksaan addhama : pembenaran arogansi identifikatif & eksploitasi, manipulative/ intimidatif/ agressif  dst). Well, untuk kesekian kalinya (kami tekankan) Spiritualitas yang dewasa adalah just leveling not for labeling ….memastikan  keberdayaan tidak sekedar meyakinkan kepercayaan, melayakkan pencapaian dengan penempuhan & penembusan tidak sekedar melagakkan pencitraan dengan penganggapan & pengakuan, mengandalkan tanggung jawab meniscayakan kesejatian tidak sekedar bermanja mengharapkan 'keajaiban' belaka, dsb.  

Kajian Final 

1. Menghadapi Keabadian : Swadika, Talenta, Visekha
Swadika :
Talenta, :
Visekha:
2. Menghadapi Kehidupan : kecakapan, kemapanan, kewajaran
kecakapan :
kemapanan, :
kewajaran :
3. Menghadapi Kematian : Racut , Bardo , Alam 
Racut : 
Bardo :
Alam :


1. Menghadapi Keabadian : Swadika, Talenta, Visekha
Data lama :
Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini. 

Prolog :
Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya. 

Terlepas dari prasangka asumtif nivritti negatif tersuratnya (KM4 Dukkha, Nibidda, dst) , tanpa referensi Buddhisme wawasan spiritualitas bukan hanya terasa hambar & dangkal levelnya namun bisa jadi salah arah dalam keterpedayaan samsarik ?.
Kutipan :
Tiga Pesan Abadi keheningan kosmik yang diungkapkan para Buddha : Jauhi kejahatan, jalani kebajikan, sucikan fikiran  
  
Link Data: www.tiny.cc/dhammapada-183Bro Billy Tan (p. 12 - 20)
Link video : Dhammadipateyya (Paradigma Berpandangan : Dhamma-Oriented ) Bhante Pannavaro 
Link video : Arogya parama labha (kesehatan adalah keuntungan utama)  Pencerahan Magandiya Sutta Bhante Pannavaro 
Well, Salut kepada Buddha yang menempatkan synthesis keswadikaan di atas thesis kebahagiaan untuk pencerahan kebebasanNya dari antithesis dukkha  kesemuan  "penderitaan".

Berikut adalah tabel alternative teparinama penempuhan "kontemporer" bagi etika pacekka (atau mungkin juga Buddha Savaka ?)

No

Level

Saddha  

(peningkatan kefahaman Dhamma : pengetahuan ,penmpuhan, penembusan)

Sila  revised

(pakati + pannati : varita & carita)

Samadhi

(Samatha Pemantapan keberimbangan + Vipassana pemurnian

Kebijaksanaan

Panna

Dhamma Vihara

(Kelayakan terniscayakan)

Prior Input

Final Output

1

Elementary

Suta maya paññā (intelek)

Pancasila

Appana & Khanika

Diba Vihara (surga ?)

Padaparama dihetuka

Neyya tihettuka

2

Intermediate

Cintā maya paññā (intuisi)

Atthasila

Jhana (lokiya & lokuttara)

Brahma Vihara   (Ilahi?)

Vehapala  (rupa + arupa?)

Gotrabu Anuloma

3

Advance

Bhāvanā maya paññā (insight)

Samanasila

Magga & Phala   (irreversible ?)

Ariya Vihara (murni?)

Sekha

Asekha ?

Mengenai cara penempuhan sudah banyak referensi yang diberikan bagi realisasi ini. Para Seeker bisa menanyakan langsung pada para Bhante atau Guru spiritual /Pemandu Meditasi yang bukan hanya lebih berkompeten namun juga sesungguhnya ini wilayah mereka yang sudah sepantasnya bagi kita yang di luar sasana untuk tahu diri, tahu malu dan tahu sila untuk tidak 'tranyakan' melanggar bukan hanya area kewenangan mereka namun juga wilayah kesemestaan bersama yang beragam ini. Walau sebagai seeker kita telah memahami akan proses saddha KM4/ JMB 8 dalam triade sila-samadhi-panna untuk dijalani,.  semisal : chart Pa Auk Sayadaw, etc (juga : Ajahn Chah, Bhante Punnaji, Bhante Vimalaramsi, dsb) 

Harusnya terbalik urutannya dari logika proses penempuhannya  & by product peniscayaannya (Sila- Samadhi-Panna untuk Vihara kelayakannya ). 
Tersenyum seperti Buddha 
(Smile like a Buddha ... not as a Buddha ? ) 
Be Realistics to Realize the Real
Tersenyumlah seperti Buddha walau itu memang masih 'fake' (semu) dan tidak 'real'(nyata).
Ini bukan dimaksudkan untuk 'memotivasi' diri bagi kesombongan pencitraan diri dengan melagakkan seakan pencapaian keniscayaan telah terjadi hanya dengan cara itu.
Ini dimaksudkan untuk mengarahkan diri untuk kebijaksanaan penyadaran diri dengan melayakkan peniscayaan keniscayaan yang secara murni dan alami seharusnya terjadi.
Senyum kearifan Ariya yang melampaui sikap positif apalagi negatif.

Bagi Dia yang sudah terjaga itu ekspresi authentik 
Bagi kita yang belum terjaga itu exercise holistik

Tersenyum seperti Buddha 
karena terfahami secara intelektual simsapa kebenaran spiritual
Kecakapan Pandangan benar akan mengarahkan fikiran benar (kesadaran notion batin)
Kecakapan fikiran benar akan mengarahkan tindakan bajik (ketulusan dana sila etc)
Kecakapan tindakan bajik akan mengarahkan asset mulia (kemurnian punna kusala )
Dhamma indah pada awalnya dengan terlampauinya tataran eksistensial diri
(harmoni dunia - terhindar apaya - terlayakkan surga = Dibba Vihara )

Tersenyum mengarah Buddha 
karena tercapai secara meditatif acinteya hakekat kenyataan spiritual
Paska asset mulia terus lanjutkan Adhi-Sila (alobha -adosa - amoha : tihetuka)
Paska Adhi-Sila terus lanjutkan Adhi-Citta (Samma Samadhi : Jhana Brahma )
Paska Adhi-Citta terus lanjutkan Adhi-Panna (Samma Vipasana: Gotrabu Nana?) 
Dhamma indah pada pertengahannya dengan terlampauinya tataran universal diri
(harmoni batin - terlampaui moksa - terlayakkan magga  = Dhamma Vihara )

Tersenyum sebagaimana Buddha 
karena terbukti secara insight advaita desain labirin permainan spiritual
Dengan masaknya Adhi-Panna layaklah Realisasi Keterjagaan (nibbana: pemurnian magga/phala  )
Dalam Realisasi Keterjagaan layaklah Realisasi Kebijaksanaan (panna: sabbanutta/ patisambhida?)
Dalam Realisasi Kebijaksanaan layaklah Realisasi Ketercerahan (kiriya: kusala  non karmik?)
Dhamma indah pada akhirnya dengan terlampauinya tataran transendental diri 
(harmoni - terbuka nibbana - terlampaui samsara  = Ariya Vihara )

Dhamma akan melindungi siapapun yang menempuhnya dengan benar, tepat dan sehat.
Teruslah memperjalankan 'diri' demi semakin terjaganya orientasi, kualifikasi & realisasi
Jalani saja proses penempuhannya secara murni tanpa perlu ambisi/obsesi yang menghalangi.
Layakkan diri sebagaimana kaidah Niyama Dhamma meniscayakan pelayakannya secara alami.
Terima, kasihi dan lampaui segala episode penempaan diri sebagaimana ariya nantinya.
Layakkan diri sebagai Ariya ... maka jikapun nibbana pembebasan belum (mampu/perlu?) tercapai , maka keterjagaan, kebijaksanaan dan ketercerahan akan membawa keswadikaan, keberdayaan, dan kebahagiaan dimanapun wilayah, bagaimanapun suasana dan apapun peran zenka keabadian yang dijalani .... Pada hakekatnya, Samsara hanyalah ilusi mimpi dari Nibbana bagi semuanya.

1a. Swadika :
Swadika  berkaitan dengan level esensi Panna untuk bawaan kelanjutan.
Tabel 10 level Kesadaran Gnosis  


Dimensi

Tanazul Genesis KeIlahian

Taraqi  Eksodus Pemurnian

Simultan progress Triade

Transendental

ESENSI MURNI

? ! . 

Transendental

 ajatam

abhutam

Panna

(theravada?)

Universal

akatam

asankhatam

Eksistensial

Asekha ?

Nibbana

Universal

ENERGI ILAHI nama brahma 

Transendental

Anagami

suddhavasa

Samadhi

(vajrayana ?)

Universal

Anenja

arupavacara

Eksistensial

Vehapala >Abhasara

rupavacara

Eksistensial

MATERI ALAMI rupa kamavacara

Transendental

Mara/Kal, ...

triloka

Sila 

(mahayana?)

Universal

Yama , Saka, ...

svargaloka

Eksistensial

asura? < Bhumadeva   

apayaloka

10 ? transendental 3 + universal 3 + eksistensial 3 = 9 ?  9 dimensi mandala di atas + 1 for Indefinitely Infinitum ( Realitas Aktual Transenden > Fenomena Formal Immanen dari personal laten deitas  ) for humbling in progress to mystery. 

Tentang KeIlahian  (Tuhan : Tao - Dhamma ) :

Tuhan bukan bemper kebodohan/kemanjaan diri, media katarsis psikologis /transaksi pencitraan   dan kloset pembenaran pemfasikan/ kezaliman kepada lainnnya).  
Perlu kebijaksanaan universal. keperwiraan eksistensial, dan  keberdayaan transendental dalam spiritualitas

Tauhid sufism Ibn Araby  : tanzih -tasbih (transenden/imanen) Jika kau memandangnya tanzih semata kau membatasi Tuhan. Jika kau memandangnya tasbih belaka kau menetapkan Dia Namun jika kau menyatakanNya tanzih dan tasybih; kau berada di jalan Tauhid yang benar Sufi Ibn Arabi  memandang  KeIlahian Tuhan secara Esa - utuh dalam keseluruhan. Tuhan dipandang sekaligus sebagai Dzat Mutlak yang kekudusanNya tak tercapai oleh apapun/siapapun juga (transenden/tanzih) namun keluhuranNya meliputi segala sesuatu (immanen/ tasybih) sehingga walaupun pada dasarnya Kekudusan dan kesempurnaan Tuhan secara intelektual tak terfahami (agnosis)dengan keberadaan yang mungkin terlalu agung untuk kemudian tak diPribadikan(impersonal) dan mandiri (independent) namun  kemulian IlahiahNya sering  disikapi sebagai figur yang berpribadi(personal) dan Dharma kehendakNya dapat difahami(gnosis)  sehingga  memungkinkan terjadinya hubungan antara makhluk dengan Tuhan sesuai dengan ketentuanNya (dependent).Tanpa Tuhan, tidak ada segalanya Karena Tuhan, bisa ada segalanya. (wajibul & mumkimul Wujud )

Tao adalah Tao - jikakau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao 

Dalam kitab suci Uddana 8.3 Parinibbana (3) Buddha bersabda : O,bhikkhu ; ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak Jika seandainya saja tidak ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut  maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran penjelmaan ,pembentukan , dan pemunculan  dari sebab yang lalu. Tetapi karena ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak  menjelma, tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut maka ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu itu. Ini secara tidak langsung mungkin menunjukkan dua hal sekaligus ,yaitu : kesaksian akan adanya keilahian yang diistilahkan sebagai ‘yang tak terbatas” dan yang kedua penjelasan bahwa nibbana   pencerahan sebagai puncak pencapaian spiritualitas Buddhisme hanya mungkin terjadi karena adanya ‘Yang tak terbatas’ tersebut. 
plus link : konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama (https://khmand.wordpress.com/2008/08/20/konsep-tuhan-dlm-agama-buddha/)
Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam yang artinya “Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak”. Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asankhata) maka manusia yang berkondisi (sankhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.
Well, sejujurnya tinggal selangkah lagi Saddhamma ini untuk menjadi Paramattha Sanatana Dhamma yang memuliakan kebenaran & keilahian secara murni & sejati sebagai Theosofi Panentheistik tauhid yang merengkuh seluruh paradigma yang ada ... Idea Buddha Shiva ? But, skenario samsarik  (termasuk sunnakalpa & era Buddha Maeteya, Lokabyuha & siklus pralaya, etc) tampaknya memang tetap perlu berlanjut demi keberlangsungan keseluruhan pelangi biasan keberagaman dari Satu mentari yang sama.

Dr. Ali Shariati melambangkan 1 adalah Hyang Esa, 0 adalah makhlukNya.  Meminjam istilah beliau ; berikut adalah paradigma kerobbanian yang menjadi orientasi awal bagi ketawaddhuan yang juga akan kembali menjadi  realisasi akhir bagi kecerdasan manusia. (*) = 1 tetap bernilai walau 0 tidak ada. 0 tidak bernilai jika 1 tidak ada. Maksudnya = Tuhan tetap ada walaupun makhluk ada ataupun tidak ada. Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan, segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada.  Dia adalah  Hakekat yang merupakan penyebab dan kembali segala yang ada (baca: diadakan untuk mengada jadi tidak perlu terlalu meng-ada ada). (*) = 1 dibagi 0 tak terhingga ; 0 dibagi 1 tak berharga. Maksudnya = Pribadi yang berkarakter kuat dan cerdas adalah pribadi dengan kekuatan dan kecerdasan yang tumbuh berkembang karena ketawadhuan bukan dengan ketakaburan. 0 dibagi 1 tetaplah 0 – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri dengan ketakaburan. (Lemah dan rapuh karena sesungguhnya :Tiada daya upaya tanpa izinNya.)  Namun … 1 dibagi 0 adalah tak terhingga – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri karena ketawaddhuan. (Senantiasa tumbuh dan berkembang dalam keridhoan dan petunjukNya). (*) = 1 di depan 0 jauh bernilai dibanding 0 di depan 1 . Maksudnya = Jadilah pribadi 10; Pribadi yang mengedepankan Tuhannya diatas segalanya (termasuk dirinya sendiri). 0 didepan 1 dibelakang hanyalah bernilai 1 (satu) – ini gambaran pribadi yang mengedepankan selainNya pada kehidupan. Amaliah menjadi tak sempurna karena syirik, pribadi tidak konsisten karena terombang-ambing kepentingan duniawi/ kebanggaan berpribadi. Bahkan jika pada akhirnya yang satu (1) itu menjadi hilang, maka seluruh kehidupan kita tinggal 0 (baca: nol besar). 

Plus: hipotesa teoritis  3 (tiga) fase (Mandala.  
Dari secret data lama kami (maaf ... dulu memang lebai masih naif & liar .... sekarang ? makin parah & payah, hehehe ) Gnosis Publik  p.7
Dhyana Dharma Keberadaan :
Fase 1 :  Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purwaning Dumadi  ( Dhyana ® Swadika ! )
Fase 2 : fase peng’ada’an. KeEsaan karena Tuhan. sangkaning Dumadi  ( Dharma ® Kehendak Ilahi )
Fase 3 : fase keberadaan  Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi  ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )
Dharma Dhyana Keberadaan :
Fase 3 : fase keberadaan  Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi  ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )
Fase 4 : fase peniadaan. Keesaan kembali ke Tuhan. paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )
Fase 5 : fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )
Well, ini hipotesa teoritis dari 3 (tiga) fase (Mandala Tiada Samsara - Mandala dengan Samsara - Mandala Tanpa Samsara).  
1.Mandala Tiada Samsara, ( Fase hanya Dhyana > Dhamma ) 
Transenden = Transendental - Universal  - Eksistensial  (Esa - yang ada hanya Dia Sentra Yang Esa ) 
2. Mandala Dengan Samsara, (Fase  dalam Dhamma < Dhyana )
Transenden = Transendental , Universal  , Eksistensial  (Segalanya ada  karena Dia  Sentra Yang Esa) 
Tanazul Genesis = emanasi , kreasi , ekspansi ? 
2.1. Awal : Mandala Pra Samsara  
Transendental : keterjagaan esensi / zen ? Nibbana 
Universal  : keterlelapan energi / nama  Brahma : arupa & rupa , 
Eksistensial  : kebermimpian etheric / rupa Kamavacara : dunia - surga & apaya  
2.2.. Kini : Samsara Pra Pralaya  
Dunia :  sd pralaya  Svarga : sd pralaya (paska dunia ) - Apaya :  sd pralaya ( lokantarika ?) -  Brahma : sd pralaya ( abhasara etc  Nibbana : sd advaita ? 
2.3. Nanti : Samsara Paska Pralaya (versi Buddhism ? ) 
Lokantarika : residu rupa paska terkena pralaya : dunia - apaya - svarga - hingga rupa brahma Jhana 1 sd 3 (mengapa ?)
Brahmanda : restan nama tidak terkena pralaya : Sudhavasa + Anenja /& Rupa Brahma : Jhana 4 untuk kemudian 3 - 2 ( abhasara )  
Lokuttrara : bebas dari samsara & pralayanya : Asekha nibbana ( eksistensial ? + universal & transendental-nya)  
What's next ? 
- Siklus fase ke 2 Mandala Dalam Samsara berlanjut lagi (Kisah kasih nama rupa Brahmanda Lokantarika bersemi kembali sebagaimana biasanya ? ... kecuali lokuttara & suddhavasa harusnya plus vehapala yang masih mantap & anenja yang masih terlelap juga ..... 
Asaññasatta ?)  
- atau... kembali ke fase 1 (kemanunggalan azali karena pencerahan keseluruhan/& keterjagaan Dia Sentra Yang Esa) 
- atau haruskah ada fase 3 (kemusnahan total karena kekacauan keseluruhan & kebinasaan Dia  Sentra Yang Esa ) 
3. Mandala Tanpa Samsara  (Fase  tanpa Dhamma - tiada Dhyana )  
tiada  Eksistensial - Universal  -  Transendental    (Segalanya tiada  tanpa Dia Sentra Yang Esa )  
Adakah Sentra dengan sigma & zenka lain ? Maha Sentra Utama ? dst dsb dll 
idea tidak lagi dibahas bisa keluar jalur ? : Spekulasi Rimba Pendapat tak perlu karena hanya memboroskan energi, perdebatan tak perlu  & sama sekali bukan upaya yang perlu untuk bersegera dalam penempuhan keberdayaan aktual ? Samsara pribadi (eksistensial ) saja belum diketahui awalnya dan akhirnya (kejujuran nirvanik Buddha ), apalagi samsara semesta (universal) terlebih lagi transendental (mengapa ?).

Kutipan :
Jika telah tiba di wilayah kesadaran non alam samsarik nibbana... congrats. Selamat atas keterjagaan dari perjalanan tidur panjang penuh mimpi. selamat datang di rumah sejati esensi murni.
Sikapi "Kebebasan" ini sebagai kebenaran pencerahan berkelanjutan bukan perayaan ke"aku'an untuk lengah terlelap lagi. Walaupun karena magga phala meniscayakan keberadaan & tindakan kiriya yang suci (selama belum parinibbana khanda Ariya Buddha tetap tidak terbebas dari 12 dampak karmik buruk kehidupan lampauNya juga Bhante Moggalana. Bhikkhu arahata sekalipun tetap bisa melakukan kesalahan (terinjaknya serangga oleh arahata karena buta, peraturan vinaya sanghadisesa merukunkan duniawi ?) walau tanpa sengaja/ tak diketahui. Namun totally, inilah realisasi dambaan neyya buddhist untuk terbebas dari dukkha .... terjaga dari mimpi samsarik. Pulang kembali ke rumah sejati. Hanya yang telah melampaui (ariya nibbana) bisa menghadapi kembali (samsara) dengan lebih baik lagi (kiriya x karma) dan karenanya wilayah samsara ini tidak lagi tepat bagi yang telah lulus/ lolos darinya. Keswadikaan nyata yang bukan hanya melampaui penderitaan namun juga kebahagiaan. (magandiya sutta)
By the way, just kidding ... ada  versi/type samsara baru di wilayah ini ? samsara ini saja yang walau hanya delusif tidak chaotik sudah cukup menyusahkan kita dalam memahaminya  apalagi layak menembus dan melampauinya. Niyama Dhamma memang cukup mantap menjaga kaidah kosmik secara impersonal transenden... namun ketidak-segeraan dampak karmik, keterlupaan memory pra rebirth terlebih lagi tampak begitu 'rea'l-nya delusif fantasi keberadaan attha pada nama figur mimpi & sensasi kebahagiaan akan rupa (sulit untuk parichedanana?) benar-benar melengahkan dan menyesatkan (dan bahkan  karena ketidak mengertiannya tidak sengaja apalagi terencana  bukan hanya tidak mencerahkan namun bahkan saling menyesatkan lainnya walaupun dengan kepolosan, ketulusan dan kesadaran ).
Dalam senyum holistik di rupang keBuddhaanMu intuisi saya mengatakan masih ada. Namun mungkin biarkan dia tersirat sebagai rahasia. Kebijaksanaan (bukan kesempurnaan) adalah mahkota akhir bagi kita semua. Setidaknya Realitas Nibbana sebagai rumah sejati bagi esensi murni dari drama kosmik Fenomena Samsara telah kembali ditemukan dan bisa direalisasikan lagi  (walau sulit ... terutama bagi saya tentunya. padaparama diluar sasana yang masih naif dan liar. perokok berat pecandu kopi lagi ... avijja & tanha masih kuat ).
Panna Phasa Kedukkhaan bukan tanha vedana kebahagiaan Realistics  thesisnya, keaniccaan proses perubahan bukan kekekalan masif Real antithesisnya, keAnnataan Panca khanda bukan keberadaan" figure delusif" Realize synthesisnya. Intinya kita hanya dan harus melampaui internal individualitas diri sendiri ... asava kilesha diri bukan yang lain. Itulah (mungkin... saya harus tahu malu , tahu diri dan tahu sila pada autoritas wilayah acinteya yang belum saya capai)  puncak kebijaksanaan nirvanik yang melampaui drama kosmik mimpi delusif samsara.
Sedangkan .... maaf ini agak nekat ('gila'-istilah Khalil Gibran) tentang kesempurnaan walau saya seharusnya lebih tahu malu, tahu diri dan tahu sila pada Realitas wilayah advaita yang mustahil dicapai. Advaita Taoisme lebih menyukai istilah keberimbangan holistik untuk dinamis berkembang ketimbang kesempurnaan absolut yang sangat stagnan. Advaita vedanta dalam Brahma Vidya menterminologinya dalam istilah saguna -niskala (? saya lupa istilahnya ... sudah sarat memory otak  tua ini). Atau simple-nya (istilah pakar komputer) sistem keamanan jika berjalan 100 % sempurna maka dia (malah) tidak akan bisa jalan. Newton (semoga saya tidak salah mengingat referensi buku lama) seorang scientist namun saat itu dia mengatakan agak filosofis tentang keteraturan kosmik yang perlu "Tuhan" yang direferensikan sebagai pengaturnya (walau jika ternyata Diapun .. maaf ...tidak ada) . Buddha-pun mengistilahkan ini sebagai "ajatang, abuthang, dst " (udana ) yang memungkinkan terjadinya pencerahan diriNya sehingga terbebas dari samsara ini.(Pakar Buddhism menyatakan Nibbana adalah Realitas transendent yang Impersonal ...bukan atta pribadi atau yang bisa dianggap/ mengklaim sebagai "diri" karena magga phala pencapaian "wilayah" kesadaran diri ini harus dicapai melalui kesadaran "tanpa diri " (sakayadithi pancakhanda - diri samsarik dst) ... Susah, ya? saya sendiri bingung mau mengatakan apa. Mudahnya demikian ... anggaplah sesorang ( katakanlah A) lelah terjaga kemudian tertidur, pulas hingga bermimpi. Dalam mimpi tersebut dia memerankan figur berbeda bisa jadi multi peran dan aneka peristiwa (walau yang bermimpi A namun bukan A yang terjaga ... jadi katakanlah A' A aksen .... A yang bermimpi ). Ketika bangun terjaga dia mendapatkan  keberadaan yang berbeda lagi dengan mimpinya. Samsara bisa dipandang sebagai mimpi tersebut. Figur A' - A aksen dengan segala atribut peran mimpinya itu disebut 'diri" untuk Figur A yang real dan sudah terjaga (tidak lagi A aksen tadi). Bingung, ya .... cobalah anda ganti A dan A aksennya. (Itu hanyalah cara pandang hal yang sama namun dengan sudut yang berbeda dari tanazul - taraqqi : kejatuhan dalam keterlelapan  dan keterjagaan dari keterlelapan dst )
Intinya demikian pandangan kami tentang kesempurnaan yang tidak hanya acinteya namun advaita untuk dibahas. kebijaksanaan Nibbana mungkin adalah batas akhir yang bisa secara bijak dicapai (Buddha dan juga lainnya) dalam melampaui samsara yang tidak diketahui awalnya (secara individual ) dan kapan berakhirnya  (secara universal) ...pengakuan autentik Buddha. (mengapa ?). Ini dicapai dalam progress simultan dan berkaitan melampaui individualitas diri (eksistensial,universal hingga transendental )
Lantas ... bagaimanakah kesempurnaan advaita tersebut ? secara hipotetis ini baru bisa dicapai jika terlampaui tidak hanya universalitas diri (bukan individual tetapi universal ..... bayangkan wilayah nama tanpa rupa "batin tanpa materi" hanya ada Anenja Brahma, suddhavasa dan Nibbana tidak ada lagi alam dunia, apaya, surga , rupa brahma) namun juga trandentalitas diri (bayangkan wilayah dvaita nibbana  dan advaita itu sendiri tiada samsara  imanen lagi). Demikian analogi gambaran saguna -niskala mandala ini. Ini gambaran Dia yang belum terjaga dari dvaita samsara nibbanaNya. Bagaimana jika Dia terjaga dalam advaita dan melampaui nibbana (samsaraNya) ? dst.
(Pusing ya .... karena jelas kita yang masih "ndagel" dalam peran samsarik di dunia ini tidak mungkin ada disana maka kita cukupkan disini saja)

Walaupun fenomena mandala ini memang beragam level & labelnya (terpilah > terpisah ?) namun secara realitas terpadu adanya (esensi>energi>materi).  

Kutipan : 
So, tetap realistis tidak opurtunis (karena walau samsara ini delusif namun tidak terlalu chaotik ... Niyama Dhamma yang Impersonal Transenden cukup kokoh menyangga permainan "abadi" nama rupa di samsara ini ... perlu keselarasan, keberimbangan dan kebijaksanaan untuk tidak perlu melakukan penyimpangan, pelanggaran bahkan penyesatan yang akan menjadi bumerang kelak ... kemurnian diutamakan tidak sekedar "kelihaian" ). … ingatlah tidak hanya ucapan yang diungkapkan dan tindakan yang dilakukan bahkan konten perasaan dan fikiran kita akan berdampak juga pada keberlanjutan diri kita nantinya apalagi jika harus ditambahi dengan beban tambahan karena penderitaan dan penyesatan atas lainnya… keburukan dan kebaikan walau tidak selalu instan ataupun identik potentially akan berbalik juga ke sumbernya siapapun kita (orang biasa atau tokoh terkemuka , tidak hanya manusia namun juga semuanya termasuk brahma, mara, dewata, asura apapun identifikasi yang kita anggapkan bagi diri sendiri atau pengakuan yang kita harapkan dari lainnya). ..... Kebodohan, kesalahan dan keburukan harus secara perwira perlu ditanggung secara mandiri (/bersama?) demi/bagi keadilan, keasihan dan kearifan mandala ke-Esa-an ini. (demi tanggung jawab tersebut jangan harapkan pengampunan kosmik, penghangusan karmik bahkan ... maaf .... "kemahiran (dengan kepalsuan/kelihaian/keculasan bukan kebenaran/kebijakan/kebajikan seharusnya) ? " internal yoniso manasikara / sati sampajjana demi kasih universal untuk tidak menyusahkan/ menyesatkan lainnya).  Sedangkan kebijakan, kebenaran dan kebajikan tetaplah sucikan kembali transenden impersonal dalam anatta diri bukan hanya karena sekedar anicca namun juga untuk melampaui dukkha dalam keselarasan atas kesedemikianan yang wajar dalam peniscayaan .
kebenaran bersikap, kebijakan berpribadi dan kebajikan berprilaku tetaplah berguna (bahkan kalaupun saja semisal jika kehidupan ini ternyata hanyalah vitalitas kebebasan semu & liar belaka /ahetuka ?/ sehingga sama sekali tidak ada dampak karmik secara metafisik atas effek kosmik yang berlangsung /tiada pelayakan tihetuka bagi pemurnian untuk penembusan/ pencapaian / pencerahan, minimal perolehan deposito 'liburan' surgawi (?) ... itupun tetap berdampak positif dalam kebersamaan sosiologis di sekitarnya (kenyamanan kepercayaan, kebahagiaan, dsb) minimal secara psikologis (tiada penyesalan karena tidak bertindak buruk, tanpa kekecewaan karena mampu berprilaku baik sehingga tanpa perlu kerisauan/kecemasan lagi ketika masih hidup bahkan jikapun harus melepaskannya kala meninggal dunia .... walau belum ideal berlevel  ariya,,mampu tihetuka bhavana, mulia layak surga, mantap secara duniawi, dsb  ; Jika memang tiada dusta buat apa berduka ... walau memang tentu saja harus tetap perwira bersedia bertanggung-jawab untuk menerima apapun juga konsekuensi kemungkinan kompleksitas dampak karmik dari effek kosmik yang dilakukan tindakan / ucapan, fikiran/perasaan dsb ? Fair perwira diterima ... bukan hanya atas kebenaran, kebajikan dan kebijakan namun juga kebodohan, kesalahan dan keburukan bahkan juga kepalsuan, kebejatan dan kekejaman yang telah kita lakukan selama samsara ini. ). Segala hibrah kenyataan memang perlu terjadi sebagaimana hikmah kebenaran yang seharusnya terjadi ... walau tidak selalu identik apalagi instan (dikarenakan 'kebetulan / digariskan' ?  memang ada kompleksitas banyak faktor yang bermain di sana) . Tidak ada yang salah dengan fenomena eksternal bagi diri dengan realitas internal yang memang sudah senantiasa berusaha, terbiasa apalagi memang sudah terniscaya untuk selalu swadika terjaga tanpa perlu noda asava (miccha ditthi, mana, tanha & avijja vipalasa lainnya) untuk senantiasa jernih mengamati (yoniso manasikara?), dengan tegar menjalani (sati sampajjana?) dan bijaksana untuk mengatasinya (appamadena sampadetha?). Well, Realitas tilakhana Kebenaran yang nyata dalam setiap fenomena kenyataan yang tergelar memang seharusnya terjadi sebagaimana kelayakan keniscayaannya walau itu mungkin saja tidak sesuai dengan keinginan/ harapan / sangkaan kita semula. 
Jadi  turun level agak romantis lagi, nih .... ingat refleksi pribadi "Kun Saidan" (Berbahagialah - Anisah May dari Tasauf Modern Hamka ) ... Just loving the Love. Cintailah Cinta (Sumber Sejatinya bukan sekedar Media Obyeknya). Cintailah Tuhan (baca: Kebenaran) sebagaimana kehendakNya bukan hanya sekedar untuk mengumbar kepentingan ego yang selfish. Karena apapun yang diberikanNya (sekalipun seburuk atau seberat apapun itu tampaknya di permukaan) adalah tetap yang terbaik bagi kita ... karena itu demi kebaikan pemberdayaan kita bukan untuk memperdayakan kita. Atau dalam Mistik Theosofi dikatakan Tuhan menjadikan ini semua dengan cinta oleh karenanya dengan cintalah hendaknya kita menempuhnya untuk memahami dan mencintai kebenaran itu sebagaimana adanya..
3 dantien = akal - hati - pusat (tidak ada yang salah dari semuanya jika selaras terpadu ?)
 Wah, agak melantur tampaknya bahasan kearifan samsarik & curhat pribadi ini. Semoga para Neyya (terutama para pabajita) tetap mampu waspada terjaga dan tidak hanyut terbawa arus idea ini. Para Mistisi (Tantrik Osho, Taoism ?) kadang terjebak dan tersekap dalam labirin sex - cinta - kasih ini. Sex atau birahi (kama) bersifat nafsu sensual, cinta (sneha) bersifat personal , sedangkan kasih (metta) bersifat kosmik impersonal. Ini kami ungkapkan bukan hanya karena kami memandang tetap perlunya pembabaran Saddhamma yang walau memang ditempuh secara eksistensial hendaknya juga melampaui universal untuk menjangkau transendental demi transformasi pencerahan spiritual yang dijalani. Alasan lain adalah dikarenakan kami memandang living kosmik ini utuh dalam keseluruhan (katakanlah semacam organisma besar) maka perlu perimbangan kemurnian nirvanik yang arif/kuat mengatasi kecenderungan alami samsarik yang 'naif/liar' untuk membuatnya cukup 'sehat/ tepat' agar tetap mantap bertahan dan lancar berjalan. Jikapun tidak memungkinkannya dalam keterjagaan pencerahan total keseluruhannya minimal tidak membuatnya jatuh terpuruk dalam kehancuran. Meminjam istilah Sadhguru Yasudev (?), Karma samsarik sesungguhnya tidak hanya berdampak sebatas pada pribadi eksistensial pemerannya saja namun juga bereffek pada wadah arena semesta universal yang menampungnya. Atau menganalogikan dalam Mistik Hinduism (day & night of Brahman ) seandainya samsara ini hanya Ke-Esa-an yang terlelap bermimpi, maka jika beliau terjaga semoga senantiasa lebih segar karena kecerahan tidur tanpa "mimpi buruk"nya ....mungkin perumpamaan itu bisa menjadi pemicu baru mengapa transendensi eksistensial evolusi pribadi perlu dijalankan dan transendensi universal harmoni dimensi perlu diusahakan ... 
(sekedar tambahan terma filsafat theosofist ini : eros - filia - agape ? cinta sensual - altruisme kemanusiaan - kasih keIlahian )
So, Be Selfless (not  selfish ? ) 

Selain sesumgguhnya memang tanpa perlu lobha  kemelekatan & dosa kebencian pada apapun/ siapapun juga .. yang perlu dihindari lagi adalah adalah moha kebodohan beraku pembandingan diri mana kesombongan atas kesetaraan segalanya.
Cobalah untuk tidak merendahkan sesuatu demi meninggikan lainnya (ide atau bahkan ego diri) Untuk beranjak dari eksistensial menjadi transcendental kita harus bersikap universal. (Universalisasi diri sesungguhnya kunci gerbang pertama dan utama spiritualitas transenden)  
Fahamilah trick rasionalisasi pembenaran / irrasionalitas perendahan yang walau terkadang diakui sebagai kecakapan yang mengagumkan dan menguntungkan bagi sebagian besar kita dalam komunitas kebersamaan namun sesungguhnya dalam pandangan Saddhamma – Dhamma Sejati itu adalah upaya pembodohan yang sangat parah bahkan kebodohan yang amat payah … ingatlah tidak hanya ucapan yang diungkapkan dan tindakan yang dilakukan bahkan konten perasaan dan fikiran kita akan berdampak juga pada keberlanjutan diri kita nantinya apalagi jika harus ditambahi dengan beban tambahan karena penderitaan dan penyesatan atas lainnya… keburukan dan kebaikan walau tidak selalu instan ataupun identik potentially akan berbalik juga ke sumbernya siapapun kita (orang biasa atau tokoh terkemuka , tidak hanya manusia namun juga semuanya termasuk brahma, mara, dewata, asura apapun identifikasi yang kita anggapkan bagi diri sendiri atau pengakuan yang kita harapkan dari lainnya). Dalam posting Sita Hasitupada  … apakah anda mengira Buddha Gautama tersenyum karena dia bangga akan telah tercapainya kebebasan pencerahannya dan memandang rendah mereka yang masih belum terjaga bahkan lelap bermimpi dalam keterbatasan panna kebijaksanaannya? Kami memandangnya tidak demikian… Dia tidak mungkin transendental mencapai nibbana jika masih ada naifnya keakuan untuk berbangga menyombongkan diri atas lainnya apalagi karena merasa bahagia atas derita makhluk lain yang belum terjaga (malah level eksistensial tidak universal?). Itu adalah senyum murni kearifan sakshin (istilah mistik “penyaksi”?) atas kesedemikianan Realitas Dhamma atas  fenomena dhamma yang internal/eksternal – individual/universal – eksistensial/transcendental. Dalam Prajna Paramita Hrdaya Sutra (Mahayana ?) Buddha Avalokitesvara memandang segalanya walau memang beda namun setara tanpa perlu memperbandingkan dualitas pembeda (amala – avimala … suci – tidak suci). Desain advaita memang sedemikian adanya tanpa perlu mana kesombongan identifikasi semu pengakuan diri apalagi autorisasi untuk memanipulasi lainnya sehingga .universalisasi kasih eksistensialitas ‘diri’ para Ariya itu kiriya non karmik .. murni apa adanya sebagai aktualisasi kewajaran (karena memang keterjagaannya) tidak lagi sekedar pelayakan kesadaran (karena perlu keterarahannya) apalagi deficiency pencitraan (karena demi kepamrihannya).
Lagipula komik Chimni dan Kenji walau bersetting martial art sama sekali tidak mengajarkan kita untuk menjadi berandalan tengik yang tranyakan memamerkan kenakalan untuk mencari perhatian atau memaksakan keinginan atas lainnya dengan kemampuan yang dimilikinya. Chimni mengisahkan kecerdasan dan ketaktisan seorang pemberdaya autodidak mengatasi permasalahan yang dihadapinya dengan segala keterbatasan yang dimilikinya. Kenji disamping memberikan referensi aneka teknik martial art juga filosofi yang menarik terutama di akhir kisahnya…

Edwin Arnold : 
Orang yang tidak mengejar apa-apa akan mendapatkan segalanya. 
Dan ketika ia membuang ego, alam semesta itulah yang menjadi egonya.
Orientasi keberdayaan ini mirip dengan quote  kebahagiaan Buddhist (fake ? – Bodhipaksa): 
A man said to the Buddha, “I want Happiness.” 
Buddha said, first remove “I”, that’s ego,
then remove “want”, that’s desire.
See now you are left with only Happiness.
Seorang pria berkata kepada Buddha, "Saya menginginkan Kebahagiaan." 
Buddha berkata, pertama hapus "aku", itu ego, (atta ?)
lalu hapus "menginginkan", itu keinginan. ( tanha?)
Lihat sekarang Anda hanya tersisa dengan Kebahagiaan.

Pandangan paramatha ini mungkin terasa sangat filosofis( tidak praktis /positivist ?)
Being Nobody for  in deserving (but  and transcending!) everything
Menjadi impersonal (tak seorangpun/ bukan siapa-siapa) dalam untuk melayakan (dan melampaui) segalanya
Daripada Being somebody for having (but attaching?) something
Menjadi personal (seseorang ) untuk memiliki (tetapi melekat) pada sesuatu
Mungkin harus diganti preposisi for dengan in.(dikarenakan ini adalah keberadaan meditatif bukan tindakan reflektif )
Namun esensinya adalah jangan terlalu mengumbar keakuan juga keinginan untuk menjadi berdaya dan bahagia.
Kebahagiaan tidak identik dengan berlimpahnya perolehan tetapi juga terutama mensyukuri penerimaan. Kesejahteraan akan positif jika disikapi dengan santuti kecukupan dan saling berbagi namun negative jika malah menjadikan tamak serakah bahkan kikir .  Demikian juga keberdayaan tidak identik dengan pencapaian keberdayaan saja tetapi juga dibarengi dengan pencerahan kebijaksanaan juga.

Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan  sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya).
So, sebagaimana wadah yang kosong, resik dan terbuka yang memungkinkan terisi lebih penuh, murni dan terjaga bukan hanya perendahan keakuan untuk melayakkan peningkatan reseptivitas diri namun tampaknya perlu penghampaan keakuan untuk lebih melayakkan penyelaman/ pencerahan yang lebih dalam lagi.
Spiritualitas yang dewasa mutlak memerlukan kelayakan dengan pemastian kehandalan bukan sekedar pelagakan meyakinkan kecitraan belaka. Pencapaian keberdayaan untuk menghadapi segala kemungkinan tidak sekedar menggantungkan pengharapan kepercayaan yang bisa saja semu adanya... kemelekatan fanatis atas dogma justru akan bisa kontraproduktif sebagaimana pelekatan naif lainnya.
Fokuskan saja realisasi pada pelayakan Ariya .... Nibbana atau Samsara terserah Niyama Dhamma. Di wilayah manapun dalam peran apapun pada situasi dan kondisi apapun juga seorang Ariya tetap akan mampu bermain apik tidak hanya secara cerdas tetap swadika dalam keterarahan namun juga tetap dengan cantik tanpa mengacaukan segalanya. (Ibaratnya CR7 atau Lionel Messi yang walau sesungguhnya bisa mengatasi bermain bola di klas liga dunia namun jika hanya tampil di turnamen kampung .... pasti akan lebih menguasai tentunya). Pencerahan adalah utama ... pembebasan 'hanyalah' bonusnya saja. Obsesi internal sebagaimana ambisi eksternal adalah tanha yang tersamar sebagaimana juga avijja lainnya (Ashin Tejaniya : jangan remehkan asava defilement karena ketika peremehan dilakukan anda sesungguhnya terlecehkan sendiri karena dijatuhkan dengan kesombongan anda ... awas spiritual materialism Chogyam Trungpa)
ASHIN TEJANIYA Dari listing of ART BLOG OKE.rar
Name
Last modified
Size


28-Mar-2020 22:14
-
28-Mar-2020 22:14
-
28-Mar-2020 21:04
9.9M
CHOGYAM TRUNGPA
Dari listing of ART BLOG OKE.rar

Link Video :

Keswadikaan pemurnian kesejatian : dari MLD (moha - lobha - dosa) /asava (anusaya- nivarana- kilesha vs panna- samadhi- sila ? )
kewajaran meng-esa & kesadaran anatta ( Taoism weiwuwei = action without actor / acting ?.... just process )

1b. Talenta :
Talenta berkaitan dengan bakat zarah Bhavana untuk bawaan selanjutnya
Intelgensia kecerdasan tidaklah sebatas fitrah naluri ego belaka namun juga nurani ke-Esa-an  ... tidak sekedar instink, ataupun sebatas intelek belaka (cogito ergo sum, Rene Descartes ? ) namun membentang luas dan dalam (intuisi, insight, etc). Sejumlah manusia (tanpa menafikan para ariya & anariya di dimensi lainnya : asura, dewata, brahma, dsb ) walau dalam keterbatasan & pembatasannya sebagai mikrokosmos bagian dari Living Makrokosmos yang tidak sekedar eksistensial namun juga universal bahkan transendental mampu bukan hanya mengalami namun juga menguasai bahkan melampaui level ini 
Berikut Table intelgensia kecakapan Z (Eneagram 9 + 1= 10 ?) untuk dikembangkan

No

Level

Dimensi

Tantien pusat

Tantien hati

Tantien otak

Z

1

Elementary

3 tataran intelek

1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/,

2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/,

3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/;

123

2

Intermediate

3 wawasan intuisi

6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/;

5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/,

4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/,

654

3

Advance

3 penembusan insight

7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah

8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/,

9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/)

789

dalam pemberdayaannya (kesadaran, kecakapan, kemapanan dan ketaqwaan), sejumlah manusia mungkin saja mampu berkembang mendahului lainnya bukan hanya secara intelek (yang popular didewakan saat ini), namun juga intuisi (sayang sudah agak diabaikan sekarang) dan insight (sudah langka dan terlupakan?). 9 kecerdasan mungkin tercapai ( 3 tataran intelek =1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/, 2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/, 3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/; 3 wawasan intuisi = 4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/, 5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/, 6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/; 3 penembusan insight = 7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah/, 8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/, 9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/) namun demikian jika tidak dibarengi dengan orientasi kesadaran 10 maka itu semua tanpa makna. Realisasi Kecerdasan tingkat 10 (baca: sepuluh) atau orientasi kesadaran 10 (baca: satu-nol) ini mungkin yang dimaksudkan sebagai insan kamil, homo novus (New Man) atau apapun istilahnya – suatu pencapaian kesempurnaan manusia dalam keterbatasannya. Namun sebagaimana proses pemberdayaan dan orientasi ketawaddhuan sebelumnya inipun harus dianggap hanya sebagai proses berkelanjutan bukan maqom penghentian. Inilah perbedaan yang mendasar antara kesejatian pencerahan bijak seorang panentheist, keimanan sejati para monotheist atau bisa jadi pencarian murni kaum heretis dengan kesemuan ‘pencerahan’ pantheist, ‘wawasan’ agnostic, maupun ‘pandangan’ atheist. Keberkahan dan pemberkahan hanyalah dari, oleh, untuk dan kembali kepadaNya. Realisasi kebenaran bukan identifikasi pembenaran. Dalam keikhlasan bukan dengan kepamrihan. Senantiasa memberdaya diri secara berkelanjutan dalam JalanNya (sesuai fitrah yang ditentukanNya) dan tidak terperdaya setinggi apapun perolehan yang dicapainya (menurut anggapan kerdil terhadap diri sendiri maupun pengakuan semu dari orang lain

Tentang kesaktian metafisik dalam penempuhan kemurnian spiritual : 
Link lain :
 
Well, godaan & cobaan Ego dalam pemurnian kesejatian sadhaka adalah dalam kemelekatan (apalagi keserakahan) dengan perolehan kesejahteraan (duniawi/surgawi) & keperkasaan (kesaktian/keilahian?) walau niatan yang tidak benar, bijak & bajik dalam kemurnian itu memang memungkinkan untuk terjadi bagi para yogi meditator handal sekalipun (kelihaian memanfaatkan mekanisme kaidah sistem kosmik demi kepentingan pribadi) . Bukan untuk niatan menghibur diri sebagai padaparama dihetuka jika kami jujur mengatakan : jangankan untuk melampaui untuk menguasai / memiliki saja sulit .... nggak bisa, hehehe.  Setiap level memiliki prasyarat & labirin jebakannya sendiri ... semakin dalam, semakin berat. Inilah seninya kembali murni dalam kesejatian yang anatta .... kawan & lawan setiap diri adalah dirinya sendiri (asava internal bukan dunia eksternal ... sebagaimana di kedalaman bukankah demikian juga di permukaan ?). Singkat kata, kemurnian haruslah ditempuh dengan, dalam & untuk kemurnian juga ... walaupun kesaktian & perolehan kecakapan/ kemapanan/ kekuasaan lainnya  memang bisa didapatkan karena memang ada korelasi antara kemurnian sila, samadhi & panna dalam mandala kesunyataan ini. Dalam asivisopama sutta Buddha men-simile-kan kecenderungan kita ini sebagai pencuri (bagi pemegahan semu) bukanlah kebijaksanaan penempuh (demi kebenaran sejati) ?
(See : keteladanan Buddha untuk melampaui  di bawah) 
Kutipan lengkap komentar Bahiya :  DATA 01022021/PRIOR/KOMENTAR VLOG TQ SD 13012020 LAGI.pdf  p.6 

Anumodana Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas tayangan public Dhamma Desana Bahiya Sutta ini setelah Asivisopama sutta lalu
PROLOG  
Untuk kesekian kalinya saya harus jujur mengagumi kebijaksanaan taktis demi transendensi pencerahan yang bukan hanya translingual namun transrasional Buddha Gautama sebagaimana pembabaran alur dukkha asivisopama sutta sebelumnya untuk menyadarkan faktisitas keberadaan problem dilematik samsara diri (analisis 16 nana vipassana paska samatha : via ‘stepping stone’ nibbida untuk melonggarkan cengkeraman upadana kemelekatan papanca samsarik agar sankhar-upekkha keberimbangan formasi termantapkan - anuloma peniscayaan tersesuaikan dan transformasi gotrabu terlayakkan bagi realisasi magga-phala nibbana pencerahan sehingga keniscayaan aktualisasi kiriya non-karmik sebagai Ariya secara autentik murni terrefleksikan ).
STATISTIK ?  
Ke-Buddha-an adalah potensi nirvanik dari esensi murni segala level spiritualitas keberadaan samsarik yang harus menempuh faktisitas penempuhannya masing-masing . Nibbana adalah keterjagaan dan samsara adalah keterlelapan. Buddha sesungguhnya adalah Dia (semoga juga kita semua akan demikian) yang sudah bangun terjaga dari mimpi tidur samsariknya. Semua bhava samsara sesungguhnya (disadari atau tidak) adalah pengarung Dharma keBuddhaan di samudera samsara walaupun dalam label eksistensial bukan penganut ‘agama’ Buddha. So, (maaf) jangan terdelusi statistic kuantitas populasi Buddhist di permukaan.
Buddhisme yang dibabarkan Buddha Gotama adalah segenggam permata kebijaksanaan simsapa yang karena jangkauan pemberdayaannya sangat luas (tidak hanya untuk pendewasaan pribadi, keharmonisan duniawi, perolehan surgawi, pencapaian brahma, kemampuan abhinna namun bahkan terutama pemurnian bagi keterbebasan dari samsara ini) relative bukan hanya tidak lebih mudah difahami namun juga akan cukup susah untuk dijalani bagi semua bhava samsara yang masih terlelap dalam mimpi keakuan, terseret dalam banjir kemauan, tersekap dalam kesemuan , terjebak dalam kenaifan, dsb… sedangkan demi kelayakan penempuhan (terutama untuk ‘uncommon wisdom’ pembebasan) sejumlah kode etik kosmik kemurnian yang tidak selalu ‘popular’ dengan kecenderungan pembenaran samsarik kepentingan ego mutlak memang perlu dijalankan pelayakannya, antara lain kedewasaan menerima, mensikapi dan melayakkan diri atas kaidah karma ( > pembenaran manipulatif kepercayaan harapan/anggapan akidah pengampunan/ pelimpahan) , kemurnian aktualisasi holistik (> defisiensi kepamrihan/ pencitraan) , refleksi kasih murni tiada batas tanpa eksploitasi standar ganda, menjaga harmoni keseluruhan sebagaimana yang Beliau niscayakan tanpa noda (identifikasi pembanggaan kesombongan diri), tiada cela (eksploitasi pembenaran kepentingan diri) tetap bermain ‘cantik’ (harmonisasi transenden pada wilayah immanent … walau memiliki Dasabala keunggulan adiduniawi tetap bijak dan murni terjaga tidak memanipulasi tataran samsara duniawi dibawahNya …. karena walau samsara 'hanyalah' fenomena bayangan kenyataan semu dari Realitas kebenaran Nibbana namun adalah tetap tidak etis bagi yang telah terjaga melanggar ‘aturan main’ wilayah mimpinya . Samsara dalam advaita mandala ini tampaknya memang perlu ‘ada’ bukan hanya sekedar menampung aneka kehebohan pagelaran chaotik drama delusive bagi keterlayakan level episode berikutnya namun juga demi tetap berlangsungnya keberagaman pada kasunyatan abadi ini?) dalam masa pembabaran Dhamma paska pencerahan hingga parinibbana kewafatanNya (laporan ‘pandangan mata batin Ariya’ proses adiduniawi non-empiris paranibbana Beliau oleh Arahata Anurudha kepada Sekha Ananda atas validitas konsistensi keniscayaan Magga Phala Samma-SambuddhaNya).
BAHIYA SUTTA ?  
Dari prolog dan komentar awal tampaknya karakteristik alur tema Anatta akan dibabarkan pada sessi Bahiya Sutta ini. Sangat menarik untuk disimak karena pra asumsi awal kami … dari tilakhana, anatta adalah factor krusial pembeda yang membuat Ariya Dhamma ini bukan hanya melingkupi (bisa mencapai) namun juga mengungguli (bisa melampaui) lainnya (lokiya : asura dewata/ anenja brahma ?). Faktor Anicca dalam batas tertentu memang bisa difahami dan dilalui lokiya dhamma (norma duniawi – etika surgawi .. awas /ditthi + tanha/ dan sangat liarnya sensasi kemauan yang bisa menjerumuskan ke Lokantarika paska pralaya 2 ?) , factor dukkha pada level tertentu juga masih bisa disadari dan dicapai anenja dhamma ( unio mystica – pantheistics … awas /mana + avijja/ plus masih naifnya fantasi keakuan dimensi Abhassara untuk menyeret kembali dalam perangkap samsara paska pralaya 4 ? ) namun annata adalah factor penentu yang memungkinkan lokuttara dhamma ini mampu mengaktualisasi kemurnian penempuhan (> defisiensi kepamrihan & pencitraan) secara konsisten meniscayakan ‘peniscayaan/ keniscayaan’ dalam kelayakan realisasi pencerahan transeden (keterjagaan dari keterlelapan mimpi/ delusi samsara ini – keterbebasan ‘esensi murni’ ke-Buddha-an dari cangkang delusi ‘pancupadana khanda’ tanpa kebodohan identifikasi dan eksploitasi pembodohan dari keterpedayaan/ ketersesatan/ keterperangkapan intra-drama pengembaraan semu samsara ini kembali (singgah/pulang) ke ‘rumah sejati’ Nibbana ).
EPILOG
Dalam mandala advaita kasunyatan abadi ini sebagaimana samma-panna nibbana yang perlu disadari dan ditembus daya sentrifugal kebijaksanaanNya demikian pula tanha-avijja samsara tampaknya juga perlu difahami dan dilampaui daya sentripetal kecenderungannya. So, sebagaimana harmoni musik peregangan senar kecapi walau viriya memang diperlukan untuk mensegerakan dan konsisten dalam penempuhan namun tampaknya perlu juga panna kebijaksanaan untuk menjaga keberimbangannya dalam kewajaran harmonisasi eksistensial maupun kesadaran transendensi spiritualnya.
Semoga refleksi epilog ini tidak menjadi anti klimaks yang dianggap mementahkan samvega kegairahan yang tengah dibangun para Neyya Buddhist (karena ini juga akan berdampak merugikan bagi para truth seeker dalam menyerap referensi yang diperlukan bagi wawasan pengetahuan dan tataran penempuhannya juga).
Salam Namo Buddhaya dari padaparama di 'luar' sasana. 

1c. Visekha:
Visekha berkaitan dengan hisab karmik Sila untuk bawaan berikutnya
atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini 

 

Wilayah

1

2

3

Transendental

Nibbana ‘sentra’ ?

Belum diketahui ? 7

Tidak diketahui ? 8

Tanpa diketahui ? 9

 

Nibbana ‘sigma’?

Belum mengakui ? 4

Tidak mengakui ? 5

Tanpa mengakui ? 6

 

Nibbana ‘zenka’ ?

Arahata 1

Pacceka 2

Sambuddha 3

Universal

Brahma Murni  (Suddhavasa)

Anagami 7 (aviha Atappa)

Anagami 8 (Sudassa Sudassi)

Anagami  9(Akanittha)

 

Brahma Stabil (Uppekkha )

jhana 4 (Vehapphala)

Asaññasatta 5 (rupa > nama)

Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )

 

Brahma mobile (nama & rupa)

Jhana 1 (Maha Brahma)

Jhana 2 (Abhassara)

Jhana 3 (Subhakinha)

Eksistensial

Trimurti LokaDewa

Vishnu 7 (Tusita)

Brahma 8 (Nimmãnarati)

Shiva 9 (Mara?  Paranimmita vasavatti)

 

Astral Surgawi

Yakha  (Cãtummahãrãjika) 4

Saka  (Tãvatimsa) 5

Yama (Yãma)6 

 

Materi Eteris

Dunia fisik(mediocre’ manussa  &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) 
+ flora & abiotik ? / 1
Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)
2
Eteris Astral apaya Asura  (petta & /eks?/  Deva ) 
3
tampaknya pada kolom universal Uppekha Brahma yang relatif stabil (maksudnya tidak mobile / fragile tidak begitu labil sehingga lolos sementara tidak terkena dari siklus rupa pralaya samsarik dimensi 'materi' : dunia 1 + apaya 4 & juga surga deva kamavacara 6  & Rupa Brahma 3 dibawahnya sebagai rupa lokantarika di antara Brahmanda & lokuttara nantinya sebelum siklus berikutnya) perlu digeser posisi antara anenja 5 & asannasata 6 ... bukan hanya dikarenakan life span (masa hidup) namun juga dari ketangguhan samadhi mereka dalam labirin kosmik paralel penembusan saddhamma. Asaññasatta tersekap (terjatuh) dalam rupa sedangkan anenja 'hanya' terjebak (terlelap) dalam nama. Direvisi resumenya?. Atau bisa juga Brahma Vehappala 4 digeser ke tengah jadi nomor 5 karena keseimbangannya sebagai nama atas rupa (BUKAN KESOMBONGAN, KESERAKAHAN & KEBENCIAN, LHO) dibandingkan  Asaññasatta 4 yang menolak nama batin bahkan malahan menjadi melekat pada rupa materi bahkan mungkin juga justru nomor 6 mengungguli anenja yang terlelap dalam nama dan acuh dengan rupa pada level anariya (?) walau memang memiliki masa hidup (life span) yang lebih lama dibandingkan para Brahma lainnya (bahkan termasuk Ariya anagami suddhavasa di  level atasnya) berdasarkan kalkulasi matematis Gnosis Buddhisme. Direvisi lagi resumenya ?
apaya asura ? hehehe, tampaknya itu rahasia kosmik, guys. Vishnu mungkin tidak suka namun tampaknya tidak bagi Shiva yang arif, Brahma dan Saka memang ahli & baik namun  naif  untuk hal ini. Dalam permainan samsarik ini keberadaan guardian "penyeimbang" bagi keberlangsungan kesemuan, kenaifan & keliaran hingga perlunya serial recycling daur ulang pralaya   perbaikan kerusakan paska kekacauan dimensi tampaknya memang perlu ada. Tanpa maksud  mencela & membela, dalam diri setiap kita para zenka  pengembara keabadian tampaknya memang masih  ada 'drive' ariya dan asura di dalamnya. Dalam dimensi kamavacara tampaknya asura, yama & mara  memang guardian utama untuk permainan samsarik di level bawah, tengah & atas. Ini sebetulnya bahasan paling menarik namun sayangnya akan sangat sensitif  tampaknya  (sungkan, ah) referensi acuan?  intinya tetaplah autentik & holistik (tidak identifikatif apalagi manipulatif) 

Kutipan :
3b) (Membicarakan soal Kebenaran dan Agama.docx). 
semoga tanggap demi empati, harmoni, sinergi. kebersamaan semua. 
/mencela itu tercela bukan hanya untuk yang tidak selayaknya dicela bahkan juga jikapun dianggap layak untuk itu awas kesombongan, jaga keseimbangan demi kebijaksanaan akan Kesunyataan holistik / 

So, jadilah berkah yang mencerahkan/ memberdayakan bukan limbah yang menyusahkan/memperdayakan di/ke manapun kita berada bukan hanya bagi diri sendiri namun juga makhluk lain di setiap living cosmic ini.  So, pastikan keberdayaan Saddhamma bukan hanya yakinkan kepercayaan belaka! penempuhan nyata tidak sekedar pengetahuan belaka. Saddhamma adalah aktualisasi autentik pemastian sesuai kaidah Realitas bukan sekedar harapan persangkaan keyakinan saja (Real realized>identifikatif & manipulatif ?).  
Bijaksanalah untuk senantiasa bersiaga dengan segala kemungkinan sejati yang /akan/ ada (kualitas transendensi ariya > mahakammavibhanga 4 > ekspektasi asura ? ) minimal bersiaplah menerima, menghadapi dan melampauinya (realisasi level swadika, kualifikasi genia talenta & hisab visekha)  ! 

(See = siklus samsarik gnosis fase 3 mandala di atas : sungkan & riskan bilang sebetulnya .... BTW sekarang tanggap ya mengapa & bagaimana dalam gnosis buddhisme siklus pralaya samsarik terjadi bukan hanya pada dunia, apaya namun juga surga bahkan hingga rupa brahma jhana 3 ) 

So, spiritualitas memang mutlak mengharuskan kemurnian bukan sekedar kelihaian (terkadang segala kenekatan penempuhan, kehebatan pencapaian & kehebohan perolehan sering menjadi labirin jebakan penjerat/penjebak/penjatuh yang sangat ampuh bagi yang belum terjaga & tidak waspada apalagi jika caranya bertentangan dengan Saddhamma ... bumerang, guys). 

Cari quote video Mahadeva Shiva yang menyayangkan motif Asura karena memujaNya demi transaksi hadiah kekuatan/kemuliaan bukan demi pensucian kesejatian yang seharusnya lebih berguna demi transformasi diri. (memberatkan keakuan & mengumbar kemauan ... kebodohan internal dengan pembodohan eksternal ?) Shiva memang fair mengesankan kesemuanya dan tidak mengenaskan, bukan typical personal god laten deitas yang naif & liar untuk dieksploitasi karena harapkan pengakuan/ pemujaan apalagi persaingan & kebencian /kesalah-fahaman Asura yang fatal dalam persangkaan & pandangannya dalam/sebagai ke-Ilahi-an?) .... bagi pemurnian autentik kesejatian harusnya bukan demi transaksi kepamrihan pencitraan  yang semu, nsif & liar yang merugikan perkembangan pencapaian spiritualitas semuanya. Har har Mahadev seri berapa, ya ? (lupa tayangan TV dulu). Jika saja memang benar level Shiva Mahadeva Hinduisme setara dengan Mara Buddhisme ini tetaplah menjadi keunggulanNya .. senantiasa terjaga & waspada tidak butuh pengakuan walau memang belum menyadari keanattaan realitas diri sebagaimana Buddha Tusita (avatara ke 9 Vishnu ?) yang mencapai pencerahan Nirvanik..  

Keteladanan Acinteya yang telah direalisasi& tetap dijalani Buddha  walau tanpa dipublikasi dalam simsapa sutta ini apa juga difahami & disadari Savaka-Nya ?  
Link data lain :  
Ulasan : Simsapa tipitaka + acinteya udumbara /mahakasapa/
Sayang ...hanya Bhante Mahakasapa Arahata yang memahami universalitas kaidah kosmik Buddhism yang tersirat.
Walau cenderung agak nivritti negative namun cukuplah simsapa tipitaka etc yang tersurat untuk paradigma holistik lanjut.
(Buddhism dhutanga > pabajitta >  upasaka (neyya > padaparama) > umat luar sasana > makhluk lain) 
Pro Buddhism ?  Dalai Lama  show / save
No Buddhism ? Herman Hesse  save
Ina : link sementara :  0a) (show) or  0b)(show)
 
Tentang Evolusi Spiritual =
Prediksi hipotetis figure ideal evolusi spiritual homo novus 10 
Memahami kesedemikianan = Realitas Kesunyataan & Fenomena KeberadaanPrediksi hipotetis figure ideal evolusi spiritual homo novus 10  
  
Hidup total dalam penempuhan induktif (7 dimensi?) bagi evolusi pribadi eksistensial, kebijaksanaan deduktif demi harmoni dimensi universal dan keterarahan holistik pada sinergi saddhamma transendental .... bukan hanya selfish demi ego sendiri namun selfless bagi keEsaan mandala advaita ini. dan seharusnyalah tampaknya bisa diusahakan setiap zenka berkesadaran dimanapun dimensi keberadaannya dalam segala situasi & kondisi keterbatasan dan pembatasannya sebagaimana kaidah yang diberlakukan Niyama Dhamma dalam mandala advaita ini agar tetap kokoh dalam keberadaan dan keberdayaanNya yang homeostatis, interconnected & equiliberium. Well, 7 dimensi pemurnian kesejatian= fisik, etersis, astral, kausal, monade, kosmik & nirvanik - Osho  (demi keselarasan harmonis & holistik Homo Novus Mystical Being eneagram 10 ?) 

Tantien

Pusat

Hati

Rasio

10 ?

Kalki (destroyer?)

Zorba (artistics)

Zenka? (holistics)

Ethical

Rama 7 (peaceful)

Khrisna 8 (lovely)

Buddha 9 (meditative)

Emotional

Parasurama 6 (warrior !)

Vamana 5 (insani)

Narasimha 4 (hewani)

Physical

Matsya 1 (ikan air)

Koorma 2 (amfibi kura2)

Varaha 3 (celeng darat)

Prediksi hipotetis figure ideal evolusi spiritual homo novus 10 (for the Next Mystical Being 10 ?)
1. Kalki destroyer (Ancient Hinduism Myth of dasavathara ) penghancuran addhamma di akhir yuga 4 atau hingga  menggenapi siklus pralaya samsarik rupa lokantarika Asura > progress swadika nirvanik nama lokuttara Ariya ? ironis & tragis karena kesalahan sesungguhnya bukan pada aspek khanda rupa material fisik alamiah  namun pada keburukan asava aspek nama batiniah zenkanya. / awas dosa byapada kebencian/ 
2. Zorba the Buddha (hipotesis Osho for New Man ) ? vitalisme mampu filosofis atau menjadi hedonis / awas lobha tanha ketamakan /
3. Zenka the holistics (just dream ?) ... Ariya Swadika di segala mandala / awas moha avijja kebodohan juga, lho  / 
Inilah sebabnya kami lebih suka istilah sederhana kedewasaan pencerahan ketimbang perayaan kebebasan (karena lebih : true, humble & responsible untuk tetap terjaga , menjaga & berjaga dari segala kemungkinan ... Kebenaran adalah Jalan Kita semua tetapi bukan Milik kita, Diri Kita dan Label Kita ... Anatta ? .. Well, hanya Sang Kebenaran (baca: Hyang Esa ... Tuhan Transenden dalam triade Wujud, Kuasa & KasihNya atas laten deitas keIlahianNya di segala mandala immanenNya yang nyata, mulia dan benar dalam kesempurnaanNya) yang benar. Sedangkan kita dalam keterbatasan & pembatasan yang ada memang sering bodoh, bisa saja salah, dan bahkan mungkin jatuh  namun tetap perlu segera bangkit kembali menempuh jalan benar itu dengan benar dalam niat, cara,& arah tujuannya ...  terjaga untuk evolusi eksistensial , menjaga bagi harmoni universal & berjaga demi sinergi transendental
See :  apa itu kebenaran  Bhante Pannavarro.
Well, penerimaan keterbatasan diri ini tidak dimaksudkan sebagai logical/illogical fallacy cari aman untuk rasionalisasi peninggian ide & irasionalisasi pembenaran ego bagi dalih kemalasan / pengalihan namun ini memang cara aman untuk menjaga kewaspadaan dari keterpedayaan. Membangun keseimbangan & keberimbangan dengan kebijaksanaan bukan hanya untuk tetap realistis dalam membumi namun juga  untuk tetap merealisasi transformasi diri. 

(wah ... harus revisi karya lama diri kami sebelumnya , deh ... karena kemurnian mencintai kebenaran adalah keniscayaan yang mutlak  (sudah keterarahan atau masih keterpedayaan atau dalam keterpaksaan ?) seharusnyalah ini tetap mengatasi segalanya termasuk kelihaian manipulatif pemerdayaan yang memang akan memperdayakan harmoni keselarasan bukan hanya dimensi keswadikaan diri namun juga demi kebersamaan/ kesemestaan/ kesunyataan dalam kesedemikianan desain kosmik mandala advaita ini ... sacca individual, metta universal & agape transendental as spiritual sadhana for all in 84th era dst , Sadhguru Yasudev ? 
screenshot Magical Moments at Mahashivratri 2020 @ Isha Yoga Center
Clip Sadhguru Yasudev : ts = speech 18s sd 1m5s
Welcome to Mahashivaratri 2020 
Selamat datang ke Mahashivaratri 2020
Living death is not a morbid idea 
Kematian dalam kehidupan bukanlah gagasan mengerikan 
It is a reality
Ini adalah kenyataan.
We are all living death.
Kita semua adalah kematian yang hidup.
We can say we are living or we can say we are dying and it’s not different.
Kita dapat mengatakan kita sedang hidup atau kita dapat mengatakan kita sedang mati (dan) itu bukanlah hal yang berbeda.
They’re just two different words for the same process.
Mereka hanyalah dua kata yang berbeda untuk proses yang sama
Death is not an event that happens once.
Kematian bukanlah suatu peristiwa yang terjadi satu kali.
Death is happening. It’s a process.
Kematian adalah kejadian. Dia adalah suatu proses.
One day it will be complete.
Suatu hari ini akan terlengkapi.
the most beautiful thing about life is nobody fails,  everybody shall pass .
(hal paling indah tentang kehidupan adalah tak seorangpun gagal, 
/namun demikian/ setiap orang hendaklah melaluinya /bertahan & berjuang hingga berhasil .?/ )

2. Menghadapi Kehidupan :  kecakapan, kemapanan, kewajaran
Data lama :

Sanatana Dhamma dalam kompleksitas Realitas Fenomena 
a. Transendensi Keabadian Universal
Terjagalah ! Transendensi kehadiran demi keabadian : vs niyama dhamma via media
senantiasa ada dampak dari pandangan, tindakan dan capaian
tataran pencapaian > progress penempuhan > kefahaman pengetahuan
b:Harmonisasi Keberadaan Eksistensial
Menjagalah ! Harmonisasi dalam kehidupan : vs peran eksistensial
sedaka sutta : menjaga diri & orang lain
anjali/namaste : menghormati esensi murni didalam > segalanya interconnected (orang lain adalah diri kita sendiri dalam peran yang berbeda) demikian juga alam dsb. 
Untuk layak mekarnya bunga transendental ,kemantapan akar eksistensial sila dan batang kasih universal harus tumbuh berkembang baik menunjang dahan bhavana penembusan dan pencerahan di internal dan juga ke eksternal.
c. Eskatologi (kiamat akhir zaman ?) Kelanjutan Spiritual
Berjagalah ! Eskatologi untuk kematian : vs bardo (1 chikhai - 2 conyid - 3 sidpa bardo)
Kehidupan tidak pasti, kematian pasti 
pencerahan masih mungkin diusahakan kala kematian (pandangan Mahavira jainisme bukan Guru Padmasambhava Tibetan Buddhism... maaf ~ AK).
Inilah pentingnya kemurnian brahma vihara yang bukan hanya memurnikan dana sila Dhamma Vihara sepanjang kehidupan dan (plus desana) menumbuh kembangkan potensi  tihetuka (alobha adosa amoha) yang akan juga menunjang kecakapan penembusan  meditatif  pemurnian batin Ariya Vihara dalam menyambut kematian. 

Belajar spiritualitas secara mendalam dan meluas memang sangat mengasyikan namun perlu kedewasaan dan keberimbangan agar bukan hanya tidak melengahkan/mengacaukan aktualisasi tanggung jawab eksistensial kehidupan kita namun juga agar dalam penempuhan spiritualitas keabadian tidak justru malah kontraproduktif (istilah kontroversi kami 'ter-alienasi', jadzab ?- 'ngedan ngelmu'?').  Suatu kondisi dimana kita tidak lagi samvega tergugah dalam penempuhan namun justru merasa galau dikarenakan ada gap antara realitas target ideal aneka kaidah spiritualitas / akidah religiusitas tertentu dengan segala faktisitas kompleks keberadaan kita yang memang terbatas dan terbatasi situasi dan kondisi  yang ada dan nyata.  Oleh karena itu ... sambil terus meng-upload aneka referensi files spiritualitas yang kami rasa perlu untuk dishare (juga aneka files kehidupan lainnya) dan menyelesaikan posting Quo Vadis (yang sudah terlanjur dipublish) ; kami merasa perlu mengajukan juga paradigma alternatif pribadi tentang konsep Parama Dharma, desain Mandala Advaita dan Formula Swadika yang senantiasa terupdate terus menerus sesuai dengan aneka macam referensi masukan dan refleksi renungan dalam setiap perjalanan kehidupan dan penjelajahan keabadian ini.  Perlu sikap benar, sehat dan tepat bagi kita untuk memandang permasalahan secara berimbang dengan harmonis & holistik agar tidak ambisius tenggelam dalam arus kehidupan namun juga tidak obsesif terhanyutkan banyak konsep pandangan yang ada dengan segala tuntunan (tuntutan?) idealitas kesempurnaannya. 

 

Well, ini akan jadi menarik juga untuk kembali membumi sebagaimana sebelumnya menghadapi kompleksitas kenyataan hidup bersama lainnya dalam wisdom kewajaran eksternal dengan gnosis kesadaran internal tersebut. Setelah mendaki bersama Buddha ini saatnya bagaimana menari bersama Shiva. 

The disaster in this planet is not an earthquake, not volcano, not a tsunami.
The true disaster is human ignorance. This is the only disaster. Ignorance is the only disaster.
Enlightenment is the only solution, there is really no other solution, please see -You need a subjective perception of life.
so spiritual process if it has become alive … this is not about renunciation. This is just about living sensibily.

Bencana di planet ini bukanlah gempa bumi, bukan (letusan) gunung berapi, bukan tsunami.
Bencana sebenarnya adalah ketidaktahuan manusia. Ini satu-satunya bencana. Ketidaktahuan adalah satu-satunya bencana. 
Pencerahan adalah satu-satunya solusi, benar-benar tidak ada solusi lain, silakan lihat -Anda membutuhkan persepsi subjektif tentang kehidupan.
Jadi proses spiritual jika telah menjadi hidup… ini bukan (hanya?) tentang pelepasan keduniawian. Ini (tepatnya?) hanya tentang hidup dengan bijaksana

No, terma 'falling to the bottomless pit' ( menjatuhkan diri ke lubang/jurang tak berdasar ... guyonan Sadhguru) ini jangan payah diterima wantah , kita akan menuruni lembah kewajaran dengan kesadaran .. itu maksud beliau tampaknya. (kepekaan daya tanggap intuitif tidak sekedar keahlian daya tangkap intelektual). 

Terma manusia konon berasal dari kata Sanskrit Manas & Ashya (Pali : Manussa?) ... suatu keberadaan yang dengan batin fikirannnya di wilayah mediocre duniawi ini memungkinkannya mencapai puncak evolusi individual tertinggi wilayah samsarik imanen (kebebasan pencerahan atau minimal nama abhasara ?)  namun juga sekaligus bisa menjatuhkannya ke dalam jurang terdalam labirin permainan keabadian hidup ini (apaya niraya atau bahkan rupa lokantarika?). Kita sering mengamati terkadang juga menikmati bahkan menjalani juga drama internal universal yang tidak selalu wajar sebagai media impersonal dalam kearifan, kebaikan dan keaslian namun terkadang bahkan justru heboh sebagai figur personal dengan kenaifan, kesemuan bahkan keliaran ... hingga batas 'akhir' setiap episode permainan kehidupan singgahan duniawi yang disebut kematian. Suka atau tidak suka, takut atau tidak takut, siap atau tidak siap .... toh antithesis kematian sebagai konsekuensi logis dari thesis kehidupan harus rela diterima bersama juga dengan synthesis tidak hanya peninggalan hidup eksistensial (memory kenangan, property warisan, produk karya bagi insan dunia yang ditinggalkan ... baik mulia maupun nista? ) namun juga keberlanjutan arus kehidupan individual (level swadika, bakat talenta, hisab visekha ... untuk episode 'pribadi' berikutnya). So, mungkinkah ada yang begitu gila dan tega untuk bisa mengorbankan sesungguhnya bukan hanya jiwa orang lain namun justru terutama jiwa kemanusiaannya sendiri hanya demi kepentingan yang sudah liar melampaui batas atau sekedar pengakuan yang sesungguhnya hanya semu belaka ? Sungguh walaupun sejatinya kita mengakui masih 'buta' untuk benar-benar mengetahui (tidak sekedar menerima atau meyakini) Realitas Kebenaran dari fenomena kenyataan ini namun cobalah untuk tidak menyusahkan penempuhan perjalanan lainnya ..... Stop Playing as God. (Berhentilah bermain/ berlagak sebagai Tu(h)an atas sesama anda...). Kami tetap berharap ini hanyalah fenomena alamiah yang perlu kita terima, hadapi dan atasi bersama dan bukan komoditas rekayasa genetik untuk berbahagia dan sejahtera di atas bangkai penderitaan/kematian sesamanya.
Well, memang walau ada kebebasan baik secara individual maupun kolektif dalam kehidupan ini namun senantiasa perlu ada batasan untuk tidak juga melanggar kebebasan individual/kolektif lainnya dalam keseluruhan. Setiap keberadaan berhak hidup dan hadir dalam keunikannya masing-masing. Kami juga tidak tahu apakah bijak, tepat dan benar jika kami juga mengungkapkan paradigma hipothesis pribadi yang pernah tersketsakan puluhan tahun lalu karena bisa jadi ini justru akan menjadi kontroversi yang kontraproduktif jika disampaikan ke publik dikarenakan ini mungkin akan menjadi imaginasi paling 'gila' tentang bentangan yang mungkin bisa dicapai (tepatnya dibayangkan) manusia berdasarkan update referensi yang ada. Meminjam istilah Mistisi Ibn Araby ('biar hati ini menjadi makam bagi rahasia-rahasia')., mungkin akan menjadi nyaman juga bagi diri sendiri dan keseluruhan jika kemudian kami senantiasa menundanya dan menguburnya kembali dan berkata dalam hati biarkan logika pemikiran ini tetap tersimpan aman di tempatnya karena memang tidak harus, perlu dan patut untuk diungkapkan ke permukaan. 
Sabbe satta bhavantu sukhitata adalah salam doa (tepatnya harapan impersonal) Buddhist yang artinya semoga semua makhluk berbahagia. Mungkinkah itu terjadi ... seakan hanya harapan semu belaka walaupun bereefek positif untuk mendidik fikiran bagi pemurnian kesadaran dan ketulusan batin ?  Ini  bisa memungkinkan dan sesungguhnya bukan hanya sekedar penerimaan kebahagiaan namun juga pencapaian keberdayaan bahkan pencerahan keterjagaan baik individual maupun universal, personal maupun impersonal dimanapun kapanpun dalam peran sebagai apapun ... karena sesungguhnya memang tidak perlu ada 'dukkha' asalkan tiada 'dusta' /tepatnya: avijja + tanha/ di antara kita semua (termasuk yang tersirat dalam senyum  para Buddha dan ... maaf ... 'sense of humour' para Tuhan yang sudah mengidentifikasi diri atau yang sedang dieksploitasi demi pembenaran kepentingan  .... inilah susahnya harus mem-filter diri dengan kata tepat untuk terma dogmatis yang akan menjadi masalah sensitif yang rentan memicu reaksi terutama bagi para pemerhati spiritualitas yang bukan hanya fanatis bahkan militan untuk pandangan yang mungkin berbeda). 

Kewajaran Membumi dalam kesadaran Saddhamma :

I say that madness is the first step towards unselfishness. 
Be mad, Meesha. Be mad and tell us what is behind the veil of ”sanity,” 
The purpose of life is to bring us closer to those secrets, and madness is the only means. 
Be mad, and remain a mad brother to your mad brother. 

"Aku berkata bahwa kegilaan adalah langkah pertama menuju sikap tidak mementingkan diri sendiri.
Jadilah gila, Misha. Jadi gilalah kau dan katakan padaku apa yang ada di balik selubung "kesehatan jiwa".
Tujuan hidup ini ialah membawa kita lebih dekat kepada segala rahasia itu,dan kegilaan itu adalah satu-satunya jalan.
 Jadilah gila, dan tetaplah menjadi seorang saudara yang gila bagi saudaramu yang gila

penggalan sepucuk surat dari Pujangga Libanon Khalil Gibran kepada sahabatnya, Mikhail Naimy.
Ulasan  :(sadar terjaga namun wajar bersama ) 
 (ini adalah sadarnya "kegilaan" esoteris untuk mengatasi "wajarnya" kegilaan eksoteris kita selama ini)

Link Video :
simak & rehat ( masih cari time stampnya, bro/sis ... ?)
dari Vlog ELA (eling lan awas) tentang kedewasaan psikologis spiritual dalam/untuk membumi  
kemantapan terindividuasi 
kehandalan beraktualisasi 

dari Vlog 
 
Secret Society ... 
Mafia Globalis ... agak paranoid ?

Kewajaran Saddhamma  untuk kecakapan Membumi :
(Maybe?) you may say I am a dreamer, but I am not the only one.... (Mungkin)  anda boleh mengatakan saya adalah pemimpi namun saya bukanlah satu-satunya orang tersebut ... ingat penggalan lyrik lagu Imagine John Lennon Beatles tahun 70-an ini (masih SD, bro?) ?. Kalau saya tidak lupa mengingat referensi lama mungkin Sri Aurobindo seorang mistisi/pemerhati spiritualitas modern India (?) pernah mengungkapkan pernyataan yang berbeda dari kebanyakan pandangan umum yang biasanya kelam/ negatif tentang keberadaan akhir zaman nanti. Ada fitnah besar dan perang hebat antara dualitas yang benar dan salah (yang benar pastinya menjadi pemenang atau yang menang akhirnya dianggap benar ... history atau his story ? ... entahlah ... peristiwa memang terjadi namun sejarah /bisa?/ dicipta) ada juga ini ... fase kappa turun dikarenakan sudah merosotnya etika manusia maka pada masa itu kezaliman menjadi kelaziman bahkan atas nama kebenaran, kebijakan dan kebajikan sekalipun kepalsuan, kebejatan dan kekejaman halal, legal bahkan normal dilakukan hingga jatah usia manusia menjadi susut hingga 10 (sepuluh) tahun ? Walau tidak menafikan mungkin akan terjadi demikian sebagaimana harusnya diterima dan diyakini (demi tetap perlu eksis dan lestarinya siklus permainan samsarik ?), namun demi sinkronisasi pengharapan yang positif  ... alih-alih meng-'amin'-i nubuat negatif tersebut, Sri Aurobindo (tolong direcheck namanya ... kalau tidak salah saya baca buku Anand Khrisna antara tahun 1990-an sebelum rehat 'nge-lumrah' menikah th 2000 menjalani kehidupan awam orang kebanyakan) malah menyatakan (positif/ optimis) bahwa ada kemungkinan juga pada saat itu justru terjadi sebaliknya ... Terjadi Pencerahan Total (?). Dalam kebersamaan pemberdayaan kedamaian semesta tersebut tidak ada gunanya fitnah apalagi harus ada perang besar yang bukan hanya secara parah menghancurkan peradaban namun juga melenyapkan keberadaban manusia itu sendiri .... sehingga cukuplah jatah 10 tahun akselerasi taktis masa pencerahan sudah bisa dicapai (?). Manusia saat itu sudah begitu sadar, cakap dan layak untuk saling memberdaya diri sebagai/selayak Ariya puggala baik di level swadika, talenta maupun visekha (istilah pali mungkin Kammavipaka/ kammassakata ?). Tanpa pandangan/niatan/tindakan yang salah dan buruk hindari dari apaya, dengan kebaikan sikap/sifat/amal yang wajar dan murni layakkan surga, dengan perkembangan ke-tihetuka-an mantapkan samadhi layakkan jhana Rupa Brahma 4 sampai moksha anenja ? , dalam kekokohan samadhi tingkatkan panna bagi pencerahan hingga kebebasan ?
Ditengah situasi kondisi New Normal yang masih kacau dan tidak bisa diatasi dengan sakau apalagi galau ....sekedar pengalihan stress (galau?) walaupun semu ... bayangkanlah begitu positifnya impian 'gila' ini... pada saat itu dikarenakan bukan hanya keberadaban manusia namun juga peradaban manusia berkembang dengan sangat baiknya (senantiasa ada korelasi kosmik antara perkembangan etika dan peningkatan logika dalam kehidupan ini) ... well, saat itu keberadaban introspektif intrapersonal & interaksi antar personal kondusif berkembang baik sehingga dengan level kesadaran yang tinggi tingkat kecakapan manusia juga meningkat disamping perkembangan level metafisik spiritual juga trick sains teknologi membentuk peradaban juga semakin maju sehingga level kesehatan holistik dan empirik juga terjaga walau ada atau tidak ada pandemi semacam ini.  (dengan tatanan sosial yang lebih madani tidak totalitarian seperti New Order novel 1983 1984 George Orwell ... Big Brother ? mari kita tambahkan agar lebih indah dan megah lagi sesuai dengan keinginan kita atau anda ?). Saat itu bukan hanya interaksi kosmik antar galaksi yang jauh terjalin baik bagi manusia bumi (seperti film Star Trex, bro .. bisa bisnis liburan ) namun juga bahkan interaksi metafisik antar wilayah rohaniah samsarik para yogi (seperti Mystics & Buddhist, guys ... bisa amati/singgah ke alam Eteris /apaya - petta - asura - yakha Bhumadeva/, wilayah Astral /surga catumaharajika - tavatimsa - yama ?~ Alakh Niranjan?/ , Dimensi Mental /Tusita- Nimmanarati, Paranimmitavasavatti ? ~ Wisnu, Brahma, Shiva ? : Kal ?/, Monade Kosmik (Para Brahma etc:...yogi penjelajah harus lebih tinggi/murni levelnya ke anenja moksha, bro.) bahkan hingga anatta Nirvanik ? Lebih heboh lagi jika ada Liga Galaksi Semesta di alam fisik & Sangha Antar Dimensi (semacam PBB) untuk harmoni bersama saling memberdaya holistik diri plus duta diplomatiknya. By such mastery, no much mistery ? Wah....sudah terlalu melantur khayalannya,ya ?. Hehehe...Kembali membumi lagi sebelum gila beneran.

kemantapan terindividuasi 
kehandalan beraktualisasi 
Secret Society ... 
Mafia Globalis ... agak paranoid ?

Kebodohan kita 
link video 
link data : 
Pro Buddhism ?  Dalai Lama  show / save
No Buddhism ? Herman Hesse  save
Ina : link sementara :  0a) (show) or  0b)(show)

Hanya bermodalkan sedikit referensi intelektual pengetahuan & inferensi imaginatif  kemungkinan kami jujur saja bukanlah 'otoritas' yang layak untuk membabarkan realitas ini.  Namun demikian sekedar share... okelah ... walaupun memang kurang bonafide memadai (dari sisi qualified & certified) kami akan berbagi semampu yang bisa dilakukan.
See :slogan pacceka 
Amor Dei, Amor Fati  
(Jika cinta Tuhan cintailah juga GarisNya.)  
Dhammo have rakkhati dhammacarim 
(Dharma kebenaran akan melindungi para penempuhNya ) 
Gate Gate Paragate Parasamgate .... Bodhi Svaha 
(lampaui delusi apaya, sensasi surga, fantasi brahma ... murni terjaga, berjaga dan menjaga)  
Appamadena Sampadetha 
(berjuanglah untuk tidak lengah sebagai/selayak/selaras ariya)  
BE RESPONSIBLE  
bertanggung jawablah 
BE HUMBLE 
(dalam) kerendah-hatian 
BE TRUE 
(untuk menjadi) sejati

Sikap Batin Dasar : Be Realistics to Realize the Real 
Menjadi spiritual (kemurnian autentik) tidak sekedar mengemas kesalehan estetik religius
 Untuk waspada (kaidah keutamaan > konsep kebenaran > trick kelihaian ) 
Demi konsistensi & kontinuitas 'ovada paccceka? maka Kaidah etika  keutamaan tidak sebatas klaim konsep kebenaran apalagi sekedar trick kelihaian pembenaran 'sacred monistics' perlu ditekankan & ditegaskan. Ini dimaksudkan sama sekali bukan untuk menyinggung/ menyangkal kepercayaan normatif religius kita selama ini namun justru demi mendukung bahkan meningkatkan keberdayaan autentik spiritual kita selanjutnya. In short , agar senantiasa terjaga dalam kebenaran evolutif , menjaga kebersamaan semuanya & berjaga dari segala kemungkinan ...... bukannya terjatuh dalam semunya keterpedayaan, naifnya ketersesatan apalagi liarnya pengrusakan bukan hanya diri sendiri namun bahkan juga lainnya. 
Be True : 
vs kesemuan : kesombongan berpandangan / beranggapan ( identifikatif ?)
mencela itu tercela./mencela itu tercela bukan hanya untuk yang tidak selayaknya dicela bahkan juga jikapun dianggap layak untuk itu awas kesombongan, jaga keseimbangan demi kebijaksanaan akan Kesunyataan holistik /
Ada keyakinan semu yang mengajarkan bahwa kita sering menganggap / dipandang mulia ego kita jika bisa berbangga diri apalagi jika menista lainnya ? 
Sesungguhnya tidak perlu mengkambing-hitamkan setan, mara  & derivatnya (dajjal, lucifer, kafir, etc), karena sejujurnya kenaifan & keliaran ego kita sudah cukup parah & payah untuk merusak diri sendiri dan alam semesta ini tanpa perlu godaan atau cobaan siapapun juga. Well, jika mereka yang "tercela" tersebut memiliki integritas etika yang lebih baik & maju mereka pastilah akan berprihatin dengan kenaifan berpandangan ini ... sebaliknya jika moralitas norma mereka tidak cukup baik mereka tentulah akan tertawa karena kejatuhan bersama akan keliaran prilaku ini..
Be Humble : 
vs kenaifan : terjaga untuk terus memberdaya & tidak mudah terpedaya (magga phala & ritual ibadah ?)
Untuk menjadi ahli & suci memang mutlak diperlukan kearifan & kebaikan .... namun tidak jaminan setelah level keahlian & kesucian tercapai bisa dipastikan kearifan & kebaikan akan mengikuti. 
Be Responsible :  
vs keliaran manipulatif : senantiasa terjaga, menjaga & berjaga dari segala kemungkinan( pengampunan/penrebusan & ahosi karma/ 'kiriya' monistik )
metta karuna > schaden freude ?
 
Realitas Kesunyataan
Episode Samsarik
Intelgensi 

2a. kecakapan, 

survival, financial, universal 
kecakapan :
Memastikan persada kesiagaan ( kemapanan ekonomi , sosial, etc ) untuk  mandiri , santuti dan berbagi.  
mandiri : 
kemantapan subsistensi mandiri, kontribusi sesama & emergency darurat
bekerja, berusaha hingga walaupun tetap mau & mampu menjalani ibadah lumrah bekerja namun sesungguhnya telah berada dalam level asset yang mantap dimana tidak perlu lagi bekerja (sudah mampu mencukupi kebutuhan, meluangkan kontribusi dll dari assset deposit/benefit dirinya - kuadaran kecerdasan finansial kiyosaki 4)  bukan karena tidak mau bekerja karena kemalasan (walau ada kesempatan)  atau sudah tidak mampu lagi bekerja karena keterbatasan (usia tua, sakit dll)
ataupun  bagi yang sedang & sudah menjalani Samana Dhamma sebagai pabajita ataupun ordo pelayanan monastik & humanistik lainnya. (sudah terjamin dalam kontribusi umat, warga, dsb) 
santuti 
bersahaja (sederhana sebatas kebutuhan>keinginan>ketamakan) 
Well, dunia kehidupan ini sesungguhnya mampu mencukupi  semuanya  dengan kelimpahan, kedamaian & kebahagiaan namun tidak akan mampu untuk memenuhi keserakahan, kesombongan dan kesewenangan seorang manusia sekalipun
berbagi (caga/dana) = 
kesediaan melepas, berbagi & memberi  
Orang lain (lebih luas makhluk lain) adalah diri kita sendiri yang kebetulan saja saat ini menjalankan peran yang berbeda  

2c. kewajaran

Video :Kewajaran Pembumian (deduktif  pengetahuan) dengan kecakapan spiritual ? SHIVA Vitalitas interaktif menari dengan kehidupan nyata

empati, harmoni & sinergi : bisa ngemong tidak asal ngomong
empati  :
harmoni , :
sinergi :
dari : 
Disamping kemantapan eksistensial dalam peran duniawi saat ini (citra persona biasa saja, smart skill bisa juga, asset hidup cukup) ; jangan lupa (ini justru yang utama)  siagakan untuk kelanjutan perjalanan kehidupan nantinya (level swadika keariyaan , bakat talenta kecakapan & hisab visekha kelayakan ). Sedangkan,  untuk kenyamanan keseluruhannya : berempati (pada dasarnya semuanya sama saja ... laten deitas dari Sentra sejati yang sama hanya beda label & level pada dimensi mandala pada saat ini . Well, orang lain / makhluk lain adalah sebagaimana diri kita sendiri namun saat ini berada dalam peran yang berbeda .... walau respek dalam metta atas casing 'dagelan' nama rupa masing-masing memang tetap perlu diperhatikan sesuai skenario kehidupan yang berlangsung ... tidak anggep 'arogan" & norak tranyakan ), menjaga harmoni dan bersinergi dalam kebersamaan & kesemestaan ini. 


3. Menghadapi Kematian : Racut , Bardo , Alam 


Link video : Kesadaran Nekhama  (induktif  penempuhan)  demi kearhatan spiritual? BUDDHA  Integritas autentik menuju peniscayaan kesejatian murni

Ingat, tanpa menafikan peran kebersamaan universal manusiawi kita sebagai faber mundi (pemberdaya peradaban) di bumi, pada dasarnya kita hanyalah viator mundi (pengembara yang singgah bukan penghuni tetap) dalam kehidupan duniawi kita saat ini dengan casing peran persona dagelan nama-rupa samsarik untuk keberlanjutan kehidupan berikutnya lagi. Jagalah keberkahan di bumi dan bawalah keberkahan untuk saat nanti. Sebagaimana tuning frekuensi gelombang arus kesadaran, tanpa menafikan akumulasi karmik sebelumnya konsistensi sikap, tindakan dan capaian diri saat ini akan berdampak pada konsekuensi yang akan diterima nanti demikian seterusnya.


3a. Racut 
Lullaby Song of  Madalasa Upadesha from The Mārkaṇḍeya Purāṇa … 
Kidung Nina Bobo Ratu Madalasa kepada puteranya (Rshi Markandeya) 

Verse 1
śuddhosi buddhosi niraɱjano’si //saɱsāramāyā parivarjito’si// saɱsārasvapnaɱ tyaja mohanidrāɱ// maɱdālasollapamuvāca putram|
Madalasa says to her crying son:// “You are pure, Enlightened, and spotless. //Leave the illusion of the world // and wake up from this deep slumber of delusion”
Madalasa berkata kepada putranya yang menangis: //“Anda murni, Tercerahkan, dan tidak bernoda.// Tinggalkan ilusi dunia dan //bangun dari tidur nyenyak delusi ini "
Verse 2
śuddho’si re tāta na te’sti nāma // kṛtaɱ hi tatkalpanayādhunaiva|//paccātmakaɱ dehaɱ idaɱ na te’sti //naivāsya tvaɱ rodiṣi kasya heto||
“My Child, you are Ever Pure! You do not have a name. //A name is only an imaginary superimposition on you.//This body made of five elements is not you nor do you belong to it.//This being so, what can be a reason for your crying ?”
“Anakku, kamu Selalu Murni! Anda tidak punya nama.// Nama hanyalah lekatan khayal  yang dikenakan pada Anda. // Tubuh yang terbuat dari lima elemen ini bukanlah Anda dan bukan pula milik Anda. // Karena itu, apa yang menjadi alasan Anda menangis? "
Verse 3
na vai bhavān roditi vikṣvajanmā //śabdoyamāyādhya mahīśa sūnūm|//vikalpayamāno vividhairguṇaiste //guṇāśca bhautāḥ sakalendiyeṣu||
“The essence of the universe does not cry in reality. // All is a Maya of words, oh Prince! Please understand this. //The various qualities you seem to have are are just your imaginations, //They belong to the elements that make the senses (and have nothing to do with you).”
“Esensi alam semesta tidak menangis dalam Realitas kenyataan. // Semuanya adalah kata-kata Maya, oh Pangeran! Mohon mengerti ini. // Berbagai kualitas yang tampaknya Anda miliki hanyalah imajinasi Anda, // Mereka termasuk dalam elemen yang membuat indra (dan tidak ada hubungannya dengan Anda). ”
Verse 4
bhūtani bhūtaiḥ paridurbalāni // vṛddhiɱ samāyāti yatheha puɱsaḥ| // annāmbupānādibhireva tasmāt //na testi vṛddhir na ca testi hāniḥ||
“The Elements [that make this body] grow with accumulation of more elements, or//Reduce in size if some elements are taken away //This is what is seen in a body’s growing in size or becoming lean depending upon the consumption of food, water etc. //YOU do not have growth or decay.”
“Unsur-unsur [yang membuat tubuh ini] tumbuh dengan akumulasi lebih banyak unsur,//  atau Kurangi ukurannya jika beberapa elemen diambil  // Inilah yang terlihat pada tubuh yang membesar atau menjadi kurus bergantung pada konsumsi makanan, air, dll.//  KAMU tidak memiliki pertumbuhan atau kerusakan. "
Verse 5
tvam kamchuke shiryamane nijosmin // tasmin dehe mudhatam ma vrajethah| //shubhashubhauh karmabhirdehametat //mridadibhih kamchukaste pinaddhah||
“You are in the body which is like a jacket that gets worn out day by day. // Do not have the wrong notion that you are the body. //This body is like a jacket that you are tied to, // For the fructification of the good and bad Karmas.”
“Anda berada di dalam tubuh yang seperti jaket yang semakin hari semakin aus. // Jangan salah paham bahwa Anda adalah tubuh. // Tubuh ini seperti jaket yang diikat, // Untuk fruktifikasi dari karma baik dan buruk. "
Verse 6
tāteti kiɱcit tanayeti kiɱcit // aɱbeti kiɱciddhayiteti kiɱcit| // mameti kiɱcit na mameti kiɱcit //tvam bhūtasaɱghaɱ bahu ma nayethāḥ||
“Some may refer to you are Father and some others may refer to you a Son or //Some may refer to you as Mother and some one else may refer to you as Wife. // Some say “You are Mine” and some others say “You are Not Mine” // These are all references to this “Combination of Physical Elements”, Do not identify with them.”
“Beberapa mungkin menyebut Anda adalah Ayah dan beberapa lainnya mungkin merujuk Anda sebagai Putra atau // Beberapa orang mungkin menyebut Anda sebagai Ibu dan beberapa orang lain mungkin menyebut Anda sebagai Istri.//  Beberapa orang mengatakan "Kamu adalah milikku" dan beberapa lainnya mengatakan "Kamu bukan milikku"//  Ini semua adalah referensi ke "Kombinasi Elemen Fisik", Jangan identifikasi dengannya. "
Verse 7
sukhani duhkhopashamaya bhogan //sukhaya janati vimudhachetah| // tanyeva duhkhani punah sukhani //janati viddhanavimudhachetah||
“The ‘deluded’ look at objects of enjoyment,  // As giving happiness, by removing the unhappiness. // The ‘wise’ clearly see that the same object // Which gives happiness now will become a source of unhappiness.”
“Pandangan yang 'tertipu' pada objek kenikmatan, // Seperti memberi kebahagiaan, dengan menghilangkan ketidakbahagiaan. // Orang 'bijak' dengan jelas melihat objek yang sama // Yang memberi kebahagiaan sekarang akan menjadi sumber ketidakbahagiaan. "
Verse 8
yānaɱ cittau tatra gataśca deho // dehopi cānyaḥ puruṣo niviṣṭhaḥ| // mamatvamuroyā na yatha tathāsmin // deheti mātraɱ bata mūḍharauṣa|
“The vehicle that moves on the ground is different from the person in it //  Similarly this body is also different from the person who is inside! // The owner of the body is different from the body. // Ah how foolish it is to think I am the body!”
“Kendaraan yang bergerak di tanah berbeda dengan orang di dalamnya // Demikian pula tubuh ini juga berbeda dengan orang yang ada di dalam! // Pemilik tubuh berbeda dengan tubuh. // Ah betapa bodohnya menganggap aku adalah tubuh! "

just  image
Sanskrit : śuddhosi buddhosi niraɱjano’si //saɱsāramāyā parivarjito’si// saɱsārasvapnaɱ tyaja mohanidrāɱ// 
English : “You are pure, Enlightened, and spotless. //Leave the illusion of the world // and wake up from this deep slumber of delusion”//
Indonesian :“Anda murni, Tercerahkan, dan tidak bernoda.// Tinggalkan ilusi dunia dan //bangun dari tidur nyenyak delusi ini "
S (Sk) : Maɱdālasollapamuvāca putram|
E (Eng) : Madalasa says to her crying son://
I (Ina) : Madalasa berkata kepada putranya yang menangis:
Racut : Kecakapan Proyeksi  
Bersiaga dalam kematian  
Menyadari dimensi pribadi - 
Living in Dying - 
pelatihan kematian etc             
Link data : 
Link video :

3b. Bardo
video chant ema bardo dihapus ? (video pribadi ?) Hehehe... masih ada. 
 
Teks ini adalah ajaran Padmasambhava, di mana dia mengingatkan kita bagaimana membebaskan diri kita di enam Bardo yang berbeda. Buddhisme Tibet mengacu pada enam Bardo sebagai keadaan transisi; 1. bardo kehidupan ini, 2. bardo dari mimpi, 3. bardo dari meditasi, 4. bardo dari kematian, 5. bardo dari dharmata, dan 6. bardo dari penjadian. Di setiap bardo ada petunjuk yang jelas tentang apa yang harus kita lakukan saat kita mengalami keadaan ini untuk mencapai pembebasan. Syair ayat di sini adalah instruksi singkat dari Pelatihan Dakini Rahasia Bunda Tantra Kesempurnaan Agung. Syairnya dimulai dengan Ema yang artinya, "whoa, this is for real! (Wah?, ini /untuk yang/ nyata!").
Google translate modified :

 

 

 

 

Bardo Song of Reminding Oneself
translated by Erik Pema Kunsang,
melody: Tara Trinley Wangmo,
vocals: Sascha Alexandra Aurora Sellberg & Rodrigo Reijers.

Lagu Bardo untuk Mengingatkan Diri Sendiri
diterjemahkan oleh Erik Pema Kunsang,
melodi: Tara Trinley Wangmo,
vokal: Sascha Alexandra Aurora Sellberg & Rodrigo Reijers.

 

from the Secret Dakini Training Mother Tantra of the Great Perfection

dari Pelatihan Dakini Rahasia Bunda Tantra dari Kesempurnaan Agung

 

Ema!
Now that while the bardo of this lifetime is unfolding,
I will not be lazy since there is no time to waste.
Enter nondistraction’s path of hearing, thinking, training,
While it is just now I have the precious human form.
Since this free and favored form ought to have real meaning,
Emotion and samsara shall no longer hold the reign.

Ema!
Sekarang sementara bardo dari kehidupan ini sedang berlangsung,
Saya tidak akan malas karena tidak ada waktu untuk disia-siakan.
Memasuki jalur tanpa gangguan dari pendengaran, pemikiran, pelatihan,
Sementara sekarang aku memiliki wujud manusia yang berharga.
Karena bentuk yang bebas dan disukai ini hendaknya memiliki makna yang nyata,
Emosi dan samsara tidak lagi memegang kekuasaan.

 

Ema!
Now that while the bardo of the dreamstate is unfolding,
I will not sleep like a corpse, so careless, ignorant.
Knowing everything is self-display, with recognition,
Capture dreams, conjure, transform, train lucid wakefulness.
Instead of lying fast asleep like animals are sleeping,
I will use the Dharma just as in the waking state

Ema!
Sekarang sementara bardo dari keadaan mimpi sedang berlangsung,
Aku tidak akan tidur seperti mayat, begitu ceroboh & bodoh cuek (tanpa tahu)
Mengetahui segalanya adalah tampilan diri, dengan pengakuan,
menangkap impian, sulapanpengubahanpelatihan kesadaran yang jernih.
Daripada tidur nyenyak seperti binatang yang sedang tertidur,
Saya akan menggunakan Dharma seperti dalam kondisi terjaga.

 

Ema!
Now that while the meditation bardo is unfolding,
I will set aside every deluded wandering.
Free of clinging, settled within boundless nondistraction,
I’ll be stable in completion and development.
As I’m yielding projects to the single-minded training,
Delusion and unknowing shall no longer hold the reign.

Ema!
Sekarang sementara meditasi bardo sedang berlangsung,
Aku akan mengesampingkan setiap pengembaraan yang memperdaya.
Bebas dari kemelekatan, menetap dalam ketidak-teralihkan yang tanpa terbatas,
Saya akan stabil dalam penyelesaian dan pengembangan.
Saat saya menyerahkan rencana pada pelatihan pikiran terpusat,
Delusi dan ketidaktahuan tidak akan lagi memegang kendali.

 

Ema!
Now that while the bardo of the death-state is unfolding,
I will cast away attachment, clinging to all things.
Enter undistractedly the state of lucid teachings,
Suspending as a vast expanse this nonarising mind.
Leaving this material form, my mortal human body,
I will see it as illusion and impermanent.

Ema!
Sekarang sementara bardo dari kondisi kematian sedang berlangsung,
Saya akan membuang kemelekatan, yang melekat pada segala hal.
Masuk dengan tanpa gangguan pada keadaan ajaran yang nyata /jernih,
Menangguhkan sebagai suatu hamparan luas pikiran yang tidak lagi muncul ini.
Meninggalkan bentuk materi ini, tubuh manusia fana saya,
Saya akan melihatnya sebagai ilusi dan tidak kekal.

 

Ema!
Now that while the bardo of dharmata is unfolding,
I will hold no fear or dread or panic for it all.
Recognizing everything to be the bardo’s nature,
Now the time has come for mastering the vital point.
Colors, sounds and rays shine forth, self-radiance of knowing,
May I never fear the peaceful-wrathful self-display.

Ema!
Sekarang sementara bardo dari dharmata sedang berlangsung,
Aku tidak akan takut , gentar atau panik untuk itu semua.
Mengakui segalanya sebagai sifat bardo,
Sekarang waktunya telah tiba untuk menguasai poin penting.
Warna, suara, dan sinar bersinar, pancaran kesadaran sendiri,
Semoga saya tidak pernah takut pada tampilan diri yang penuh amarah dan damai.

 

Ema!
Now that while the bardo of becoming is unfolding,
I will keep the lasting goal one-pointedly in mind.
Reconnecting firmly with the flow of noble action,
I will shut the womb-doors and remember to turn back.
Since this is the time for fortitude and pure perception,
I will shun wrong views and train the guru’s union-form.

Ema!
Sekarang sementara bardo penjelmaan sedang berlangsung,
Saya akan mengingat tujuan abadi dengan satu tujuan.
Berhubungan kembali dengan kuat dengan aliran tindakan mulia,
Aku akan menutup pintu rahim dan ingat untuk kembali.
Karena inilah waktunya untuk ketabahan dan persepsi murni,
Saya akan menghindari pandangan yang salah dan melatih bentuk persatuan (dengan) guru.

 

If I keep this senseless mind that never thinks of dying,
And continue striving for the pointless aims of life,
Won’t I be deluded when I leave here empty handed?
Since I know the sacred Dharma is just what I need,
Shouldn’t I be living by the Dharma right this moment,
Giving up activities that are just for this life?

Jika saya menyimpan pikiran tidak masuk akal yang tidak pernah berpikir tentang kematian,
Dan terus berjuang untuk tujuan hidup yang tidak berarti,
Apakah saya tidak akan tertipu ketika saya pergi dari sini dengan tangan kosong?
Karena saya tahu Dharma suci adalah yang saya butuhkan,
Bukankah seharusnya saya hidup berdasarkan Dharma saat ini,
Memasrahkan kegiatan  yang hanya untuk hidup ini?

 

These are the instructions which the gracious guru told me.
If I do not keep the guru’s teachings in my heart,
How can this be other than myself fooling myself?

Ini adalah instruksi yang dikatakan oleh guru mulia  itu kepada saya.                  
Jika saya tidak menyimpan ajaran guru di hati saya,
Bagaimana dapat ini bisa terjadi lainnya selain diriku yang membodohi diriku sendiri?


Bardo : Kecakapan 
Bersiaga dalam naza kematian alamiah : aware consciously meditatif x neurotic paranoid 
jaga karma kebiasaan (sila/citta visuddhi dibba /brahma vihara etc) -  awas karma menjelang kematian (+ karma lampau produktif ?)
tanpa moha kebingungan alami (vs hewan) ; tiada lobha kemelekatan pengharapan semu (vs petta) ; tanpa dosa liar kebencian (vs niraya)
dengan keberdayaan atasi bardo hingga level optimal yang mampu dicapai (tepatnya : layak didapat ... dan karenanya memang harus rela diterima) 
versi Buddhist ? manusa > svarga < brahma 4 < suddhavasa < lokuttara nibbana

Naza : awas nimitta bhavanga 3 (
Bardo proses umum non meditator : 
Sial, umumnya tidak bisa melintasi jhana brahma bardo 1 ; (bardo 2 liburan kesurga ? belum cukup murni berlimpah akumulasi  deposito karma baik +  banyak tanggungan kredit karma buruk /miccha ditti ?) ; bardo 3 beruntung lahir kembali sebagai manusia atau harus terlempar  keapaya (dampak MLD) atau terdampar di alam penantian  hingga rebirth baru/ pralaya dunia ?
proses khusus meditator (mystics, Buddhist, etc) :
selamat berjuang  hingga tujuan yang mungkin lebih baik untuk bisa dicapai ; (salam dari padaparama dihetuka bagi neyya tihetuka / yogi meditator ) 
Next
jika terdampar di apaya  hidup sbg peta maka dengan upekkha kembangkan mudita (sikap apresiatif/positif atas niatan tindakan kebaikan lainnya) brahma vihara walau sulit. jika terlempar di apaya lainnya maka dengan upekkha kembangkan metta brahma vihara ( kewajaran kosmik untuk aktualisasi kesadaran kasih universal sebagaimana kesedemikiannya kaidah impersonal transenden niyama dhamma  atas personal imanen terus berlaku walau tak butuh diakui dan tak sekedar bisa diyakini ) walau jelas sangat sulit.
jika hidup di surga hidup sbg dewa maka dengan upekha kembangkan karuna (welas asih berbagi bahagia) & potensi tihetuka (alobha adosa amoha prasyarat meditator Jalan Kesucian); tidak  mengumbar nafsu , dusta & sengketa (issa machariya-serakah mendengki apalagi membenci tidak juga menghalangi/ menyesatkan) (termasuk tridewa Mara- yama - asura atas triloka tusita ,tavatimsa,dunia ?) walau juga sulit. Wilayah kamavacara memang corrupted, Saka... bukan hanya pemenuhan kebutuhan, sekedar keinginan diri namun juga kekuasaan atas lainnya. Walau potentially segalanya akan berdampak jika telah masak/layak, Samsara memberikan kebebasan bukan hanya bagi Dhamma namun juga addhamma, tidak hanya agar terbebas dari jeratnya namun juga  tetap tersekap didalamnya…. Itulah kenyataan sesungguhnya  dari semuanya tanpa perlu menyalahkan atau membenarkan siapapun/apapun saja. 
Jika hidup di brahma jangan terlelap dalam kebahagiaan yang lebih dalam dari kenikmatan indrawi/ kehikmatan laduni tetap terjaga,menjaga dan berjaga untuk pengembangan kelanjutannya. walau juga sulit.
Jika bisa tiba di wilayah kesadaran non samsarik alam antara suddhavasa selesaikan perjalanan pulang kerumah sejati atasi delusi mimpi citta 'aku' di halte ini.walau juga sulit.
Jika telah tiba di wilayah kesadaran non alam samsarik nibbana... congrats. Selamat atas keterjagaan dari perjalanan tidur panjang penuh mimpi. selamat datang di rumah sejati esensi murni.
Sikapi "Kebebasan" ini sebagai kebenaran pencerahan berkelanjutan bukan perayaan ke"aku'an untuk lengah terlelap lagi. Walaupun karena magga phala meniscayakan keberadaan & tindakan kiriya yang suci (selama belum parinibbana khanda Ariya Buddha tetap tidak terbebas dari 12 dampak karmik buruk kehidupan lampauNya juga Bhante Moggalana. Bhikkhu arahata sekalipun tetap bisa melakukan kesalahan (terinjaknya serangga oleh arahata karena buta, peraturan vinaya sanghadisesa merukunkan duniawi ?) walau tanpa sengaja/ tak diketahui. Namun totally, inilah realisasi dambaan neyya buddhist untuk terbebas dari dukkha .... terjaga dari mimpi samsarik. Pulang kembali ke rumah sejati. Hanya yang telah melampaui (ariya nibbana) bisa menghadapi kembali (samsara) dengan lebih baik lagi (kiriya x karma) dan karenanya wilayah samsara ini tidak lagi tepat bagi yang telah lulus/ lolos darinya. Keswadikaan nyata yang bukan hanya melampaui penderitaan namun juga kebahagiaan. (magandiya sutta)
By the way, just kidding ... ada  versi/type samsara baru di wilayah ini ? samsara ini saja yang walau hanya delusif tidak chaotik sudah cukup menyusahkan kita dalam memahaminya  apalagi layak menembus dan melampauinya. Niyama Dhamma memang cukup mantap menjaga kaidah kosmik secara impersonal transenden... namun ketidak-segeraan dampak karmik, keterlupaan memory pra rebirth terlebih lagi tampak begitu 'rea'l-nya delusif fantasi keberadaan attha pada nama figur mimpi & sensasi kebahagiaan akan rupa (sulit untuk parichedanana?) benar-benar melengahkan dan menyesatkan (dan bahkan  karena ketidak mengertiannya tidak sengaja apalagi terencana  bukan hanya tidak mencerahkan namun bahkan saling menyesatkan lainnya walaupun dengan kepolosan, ketulusan dan kesadaran ).


3c. Alam 
Alam : Transit Dimensi 
Prajñāpāramitā
kebijaksanaan agung prajna paramita


Oṁ! Namo Bhagavatyai Ārya-Prajñāpāramitāyai!
Om | Aku memuliakan Sang Ariya Guru Suci yang telah mencapai kebijaksanaan agung prajna paramita
Ārya-Avalokiteśvaro Bodhisattvo, gambhīrāṁ prajñāpāramitā caryāṁ caramāṇo,
Sang Ariya Bodhisatva  Avalokiteśvara saat itu berdiam di dalam praktik kebijaksanaan agung prajna paramita,
vyavalokayati sma panca-skandhāṁs tāṁś ca svabhāvaśūnyān paśyati sma.
melihat ke dalam lima skhanda (agregat = pikiran dan tubuh / nama rupa ) dan ternyata mereka kosong dari sifat-diri

Iha, Śāriputra, rūpaṁ śūnyatā, śūnyataiva rūpaṁ;
Di sini, Wahai Śāriputra, wujud adalah kekosongan, kekosongan adalah wujud;
rūpān na pṛthak śūnyatā, śunyatāyā na pṛthag rūpaṁ;
kekosongan tidak berbeda dengan wujudwujud tidak berbeda dengan kekosongan;
yad rūpaṁ, sā śūnyatā; ya śūnyatā, tad rūpaṁ;
Segala apapun wujudnya, itu adalah kekosongan; Segala apapun kekosongan yang ada, itu adalah wujud.
evam eva vedanā-saṁjñā-saṁskāra-vijñānaṁ.
Begitu juga sama halnya untuk perasaan, persepsi, proses kemauan dan kesadaran.

Iha, Śāriputra, sarva-dharmāḥ śūnyatā-lakṣaṇā,
Di sini, Wahai Śāriputra, segala dharma bersifat kosong , 
anutpannā, aniruddhā;
Tanpa kemunculantiada pula kelenyapan ;
amalā, avimalā;
Tanpa ketiada-nodaan, tiada pula ketidakmurnian;
anūnā, aparipūrṇāḥ
Tanpa adanya kekurangan, tiada pula kelengkapan

Tasmāc Śāriputra, śūnyatāyāṁ
Karena itu, Wahai Śāriputra,  dalam kekosongan itu
na rūpaṁ, na vedanā, na saṁjñā, na saṁskārāḥ, na vijñānam;
tidak ada bentuk, tidak ada perasaan, tidak ada persepsi, tidak ada proses kehendak, tidak ada kesadaran;
na cakṣuḥ-śrotra-ghrāna-jihvā-kāya-manāṁsi;
tidak ada mata, telinga, hidung, lidah, tubuh atau pikiran;
na rūpa-śabda-gandha-rasa-spraṣṭavya-dharmāḥ;
tidak ada bentuk, suara, bau, rasa, sentuhan, pikiran;
na cakṣūr-dhātur yāvan na manovijñāna-dhātuḥ;
tidak ada elemen mata (dan seterusnya) hingga tidak ada elemen kesadaran-pikiran;
na avidyā, na avidyā-kṣayo yāvan na jarā-maraṇam, na jarā-maraṇa-kṣayo;
tidak ada ketidaktahuan, tidak ada kehancuran ketidaktahuan (dan seterusnya) hingga tidak ada usia tua dan kematian,
na duḥkha-samudaya-nirodha-mārgā;
tidak ada kehancuran usia tua dan kematian; tidak ada penderitaan, kemunculan, lenyapnya, jalan;
na jñānam, na prāptir na aprāptiḥ.
tidak ada pengetahuan, tidak ada pencapaian, tidak ada non-pencapaian.

Tasmāc Śāriputra, aprāptitvād Bodhisattvasya
Oleh karena itu, Wahai Śāriputra, karena tiada yang ingin dicapai, Bodhisattva bebas dari segala gangguan pikiran,
Prajñāpāramitām āśritya, viharaty acittāvaraṇaḥ,
Beliau mengandalkan Kesempurnaan Kebijaksanaan, dan berdiam dengan pikirannya tidak terhalang,
cittāvaraṇa-nāstitvād atrastro,
memiliki pikiran yang tidak terhalang dia tidak gentar,
viparyāsa-atikrānto, niṣṭhā-Nirvāṇa-prāptaḥ.
mengatasi pertentangan, ia mencapai kondisi Nirvāṇa.

Tryadhva-vyavasthitāḥ sarva-Buddhāḥ
Semua Buddha berdiam di tiga masa dengan
Prajñāpāramitām āśritya
mengandalkan Kesempurnaan Kebijaksanaan
anuttarāṁ Samyaksambodhim abhisambuddhāḥ.
sepenuhnya terbangun menuju Keterjagaan Lengkap Sempurna yang tak tertandingi

Tasmāj jñātavyam Prajñāpāramitā mahā-mantro,
Oleh karena itu, Kebijaksanaan Sempurna prajna paramita adalah mantra yang agung
mahā-vidyā mantro, 'nuttara-mantro, samasama-mantraḥ,
mantra pengetahuan agung, mantra yang tertinggi, mantra yang tak tertandingi,
sarva duḥkha praśamanaḥ, satyam, amithyatvāt.
Secara tuntas mengatasi semua penderitaan, sebagai kebenaran sejati yang tak mungkin palsu.

Prajñāpāramitāyām ukto mantraḥ
Dalam Kesempurnaan Kebijaksanaan mantra telah diucapkan
tad-yathā:
dengan cara berikut ini
gate, gate, pāragate, pārasaṁgate, Bodhi, svāhā!
pergi, pergi, pergi melampaui, pergi sepenuhnya ke luar, dalam Kebangkitan, dengan keberkahan!

Iti Prajñāpāramitā-Hṛdayam Samāptam
Dengan demikian Kesempurnaan Kebijaksanaan dari Hati Lengkap disampaikan

Dimensi Samsarik

atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini 

 

Wilayah

1

2

3

Transendental

Nibbana ‘sentra’ ?

Belum diketahui ? 7

Tidak diketahui ? 8

Tanpa diketahui ? 9

 

Nibbana ‘sigma’?

Belum mengakui ? 4

Tidak mengakui ? 5

Tanpa mengakui ? 6

 

Nibbana ‘zenka’ ?

Arahata 1

Pacceka 2

Sambuddha 3

Universal

Brahma Murni  (Suddhavasa)

Anagami 7 (aviha Atappa)

Anagami 8 (Sudassa Sudassi)

Anagami  9(Akanittha)

 

Brahma Stabil (Uppekkha )

jhana 4 (Vehapphala)

Asaññasatta 5 (rupa > nama)

Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )

 

Brahma mobile (nama & rupa)

Jhana 1 (Maha Brahma)

Jhana 2 (Abhassara)

Jhana 3 (Subhakinha)

Eksistensial

Trimurti LokaDewa

Vishnu 7 (Tusita)

Brahma 8 (Nimmãnarati)

Shiva 9 (Mara?  Paranimmita vasavatti)

 

Astral Surgawi

Yakha  (Cãtummahãrãjika) 4

Saka  (Tãvatimsa) 5

Yama (Yãma)6 

 

Materi Eteris

Dunia fisik(mediocre’ manussa  &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) 
+ flora & abiotik ? / 1
Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)
2
Eteris Astral apaya Asura  (petta & /eks?/  Deva ) 
3

Setiap dimensi samsarik memiliki faktor persyaratan karmik & kehandalan kosmik (untuk mengalami & mengatasinya) 

Bersedia untuk senantiasa terjaga  menjaga  berjaga (apapun juga hasilnya ... jangan susah apalagi menyusahkan lagi di alam ini ) .
Terlepas dari pembenaran kebanggaan keakuan & kepentingan kemauan , dalam perspektif keEsaan apapun alamnya itu memang seharusnya adalah baik (setidaknya adil ... tepat bukan hanya sesuai dengan level batin zenka penghuninya namun juga demi keberlangsungan dimensi mandala alam tersebut). Misalnya begitu menderitanya seorang puthujjana yang masih sakau, galau & kacau dengan kesombongan, keserakahan &  kebencian jika harus berada di level kemurnian nibbana (Well, para Asekha di dimensi ini harus melampaui niraya eksternal baru juga, lho dengan keberadaan penghuni baru ini demikian juga wilayah ini). Ini juga berlaku di level samsarik kamavacara juga, lho. Terkadang sangat memprihatinkan para guardian niraya yang mengurus jasa laundry pemurnian jiwa dari dosa mereka yang mengotori dirinya sendiri (So, sesungguhnya siapa menyiksa siapa, bro?) ketimbang para guardian svarga yang hanya melayani pengumbaran lobha kenikmatan atas pahala kebaikan jiwa hingga batas akhir depositonya. Well, penangguhan mungkin memang bisa diterima jika demikian (too risky for all ...jadi perlu alam antara pra pralaya?).  So, biarkan advaita niyama dhamma melayakan keniscayaan yang tepat bagi semuanya secara transenden impersonal termasuk juga siklus pralaya (demi penyegaran atau pemusnahan ?) .

Kutipan :
Apapun yang terjadi, mencintai kebenaran adalah kemutlakan (bukan pilihan …  karena jikapun tiada keselarasan dalam menyesuaikannya sebagaimana harusnya maka dengan keterpaksaan  toh kita akan tetap menerima keniscayaan akan dampak karmic & effek kosmik nya juga .... jadi 'sami mawon' / sama saja ).  Hidup dalam kebenaran seharusnyalah hidup dengan kebenaran juga.

Keselarasan dalam Saddhamma .... Inilah cara untuk menjalani kebenaran itu dengan tanpa syarat apapun   Well, bukan hanya "sekedar' demi membawa level evolusi pribadi yang lebih baik (eksistensial), menjaga harmoni dimensi  yang semakin kondusif (universal) namun karena memang demikianlah amanah keselerasan yang ditetapkan untuk dijalani (transendental).... sinkronisasi peniscayaan berkah yang memang seharusnya dilakukan atas keniscayaan berkah yang sudah digariskan pada keberadaan, dalam kesemestaan oleh kesunyataan Impersonal Transenden ini.

Tentang Paska Kematian / Aneka Keberadaan =
Sebagaimana dimensi samsarik lainnya ( apaya, surga bahkan alam Brahma sekalipun), dunia ini hanyalah terminal transit bagi evolusi spiritualitas diri berikutnya.  Peluang kesempatan / tanggung jawab sebagai manusia dsb dalam membawa keberkahan diri dan lainnya ... tidak sekedar berlibur, terhibur dan dikubur sebagai manusia untuk hanya kembali calon mayit/ demit ?  
jadi, inget kata  Buddha & para Suci lainnya : kelaziman ( kebodohan atau kewajaran?) kita cenderung menjadikan apaya menjadi rumah tinggal  berikutnya  (walau sesungguhnya bukan itu sangkaan pandangan & harapan keinginannya ... ironis atau tragis ?) 
Well, jika tiada faktor non-operative mahakammavibhanga ... walau tidak dimaksudkan sekalipun by product kelayakan pemurnian sila bukan hanya bisa lampaui apaya (alobha x petta, adosa x neraka, amoha x tirachana  ... asura ?) namun juga layakan investasi deposito kebajikan untuk digunakan liburan sementara kapling dimensi surgawi jika diperlukan (just refreshing penyegaran atau malah recraving pengumbaran ?) ; yang lebih penting jika mampu pencapaian meditatif bisa bereffek pada peningkatan intelgensi kecakapan yang lebih baik apalagi ditunjang panna kebijaksanan yang berkembang . Okelah .
AS /IF Petta apaya etc
Walau ini dianggap ‘wajar’ bagi lokiya dhamma namun termasuk apaya bagi saddhama (walau tampak ironis namun tidak menutup kemungkinan dikarenakan akumulasi kelayakan kamacitta sebagaimana kemelekatan akan memory figure bhava, obsesi ditthi dan tanha pengharapan status symbol berada di dimensi eteris ditengah ekspansi dewa label jatuhan asura & ekstensi dewa level rendahan yakkha ini)  
Case : pettavathu
Niraya ?
jika terdampar di apaya  hidup sbg peta maka dengan upekkha kembangkan mudita (sikap apresiatif/positif atas niatan tindakan kebaikan lainnya) brahma vihara walau sulit. jika terlempar di apaya lainnya maka dengan upekkha kembangkan metta brahma vihara ( kewajaran kosmik untuk aktualisasi kesadaran kasih universal sebagaimana kesedemikiannya kaidah impersonal transenden niyama dhamma  atas personal imanen terus berlaku walau tak butuh diakui dan tak sekedar bisa diyakini ) walau jelas sangat sulit.
Dalam Buddhisme Apaya adalah kemungkinan MLD .......

surga ytcrash
AS /IF Surga Kamadeva etc
Walau ini sangat didambakan bagi lokiya dhamma (walau tanpa perlu alam antara ?) namun (tanpa merendahkan) tidak bagi saddhama ? (walau tidak menutup kemungkinan dikarenakan akumulasi kelayakan kamacitta 'hanya' bisa berada di dimensi astral ini )
Case : jaminan nanda & bhikkhu surga
Jika surga & neraka tidak ada akankah Tuhan dipuja dalam kebaktian, kebajikan dan kebijakan ? Bukan karena  deficiency atau  sekedar transaksi (Sufi wanita Rabiah Adawiyah ... Mahabah cinta kepada TuhanNya bukan hanya mengatasi kecintaan kepada siapapun /Nabi, Surga ?/ namun juga kebencian kepada apapun termasuk kepada  /iblis & neraka?/). 
Jika anda inginkan surga di sana layakkan juga surga di sini dengan kearifan menjaga kebersamaan dan kebaikan untuk sesama dengan memastikan keberdayaan tindakan nyata bukan sekedar idea anggapan dan keyakinan belaka. Walau secara labeling pandangan mungkin saja masih nanti (paska pralaya dunia?) namun dalam leveling kenyataan bisa jadi seketika (tanpa alam antara?).

buddha brahma
AS /IF Brahma etc
Walau ini sangat didambakan bagi mystics pantheist namun tidak bagi saddhama (walau tidak menutup kemungkinan dikarenakan bukan hanya kelayakan/kecakapan namun juga kemantapan/kemapanan kamacitta dan samadhi bhavananya)
Case : batin mencari & menjadi "tuhan" yang lebih sejati ? , dilemma antara kenyamanan 'transendensi' nama ke anenja (terlelap? alara kalama & Uddhaka ramaputta eks guru dengan tataran ilmu yang telah dikuasainya pra Uruvela ) vs keberadaan 'immanensi' rupa ke samsara (terjatuh? Brahma Baka yang terprovokasi Mara ? ).
(Fake story ?)  Buddha ditanya keberadaan Tuhan .... Dia menjawab akan keberadaanNya kepada yang mengingkariNya namun menyangkal keberadaanNya kepada yang meyakiniNya. (bukan kepercayaan namun keberdayaan ... memastikan tataran fakta bukti  penempuhan/penembusan dalam kemurnian yang utama bukan sekedar meyakini gagasan internal/ wawasan eksternal.
Jika anda dambakan kemanunggalan Ilahiah (transendensi moksa individualitas universal nama batiniah ke wilayah rohani tinggi hingga Anenja Brahma tidak sebatas dematerialisasi murca rupa zahiriah ke dimensi eteris peta, asura Bhumadeva atau astral Kamadeva 6 ?) layakkan diri sebagai media Brahma Vihara (sebagai media ilahi … tidak sekedar lihai bertransaksi mendapat untuk tersekap atau ikhlash memberi untuk menerima kembali namun murni mengasihi sebagaimana harusnya harmoni kasih universal yang berlaku disadari dan ketulusan untuk berbagi secara wajar memang perlu dijalani) sehingga kualifikasi adhikari tihetuka yang dewasa terjaga dan (dikarenakan senantiasa ada korelasi kosmik antara kesadaran, kecakapan dan kelayakan yang tumbuh berkembang secara simultan/progressif) kewasesaan batiniah juga akan berkembang (orientasi , refleksi + distansi & meditasi) dari akar penempuhan hingga puncak penembusannya (asalkan tetap terjaga dari godaan kemegahan yang menyekap sensasi kemauan, cobaan kemampuan yang menjebak fantasi keakuan dan labirin parallel yang memandekan, membingungkan atau bahkan menjatuhkan).  

pencerahan Buddha
AS /IF Nibbana etc
Walau keterjagaan dalam dvaita kesunyataan ini dipandang ‘sangat sempurna’ bagi buddha dhamma namun dalam 'kebersahajaan' akan advaita kesedemikianan ini ‘cukup bijaksana’ bagi saddhama (Holistik melampaui Nivritti negative & harmonis melampaui Pravritti positive )
Case : No Ego (level > label, 'tan-diri' > 'diri', 'tan-alam' > 'alam')....
(Fake story ?)  Buddha diam ketika ditanya apakah Dia mencapai Nibbana .... Jika Dia menjawab "Tidak", Dia berdusta akan realisasi pencapaian keterjagaanNya , Jika Dia menjawab "Ya" , Dia berdusta karena Nibbana mustahil tercapai jika masih ada 'keakuan" samsarik.
Jika anda harapkan nibbana nanti layakkan juga nibbana saat ini dengan keterjagaan memandang tilakhana kesemestaan dengan kewaspadaan tanpa keterlelapan  dan keberdayaan simultan progressif menyelaraskan diri dengan kewajaran pemurnian adhi sila (moralitas berprilaku zahiriah dan integritas berpribadi batiniah), memberdayakan diri dengan kemantapan adhi citta bhavana dan semakin men-terjagakan diri dengan kematangan penembusan adhi panna sehingga memadailah kualitas Ariya Puggala ... bukan hanya terlayakkan 'sertifikat kosmik' atas pencapaian magga phala nibbana (irreversible?) namun juga 'kualitas kosmik' yang memang dipandang layak oleh Advaita Dhamma Niyama untuk tidak lagi perlu (karena sudah terlalu mampu) 'ndagel' bermimpi di permainan samsara ini.

Epilog :

Tampaknya ada yang kurang, ? Bagaimana dengan tujuan ideal kebahagiaan ?
Intinya begitu berharganya kehidupan sebagai manusia (tanpa menafikan sebagaimana juga lainnya), bro. Dengan tidak terlalu mengumbar kebebasan menurutkan kecenderungan nafsu (wille zur macht .. keinginan akan kekuasaan?) dan justru mengarahkan diri dengan kebijaksanaan maka akan ada kebajikan bagi semuanya (kedewasaan berpribadi dan dampak potensi kewasesaan yang akan mengikutinya). Segalanya akan dan seharusnya menjadi lebih baik dan semakin baik.  Jadi tolonglah jika tidak mencerahkan janganlah menyusahkan apalagi menyesatkan dan menghancurkan. Sungguh anda (tepatnya: kita) tidak tahu dengan siapa sesungguhnya kita senantiasa berhadapan .... hidup ini tidak sekedar interaksi antar figur personal namun ini permainan kompleks media impersonal dimana segalanya jeli terawasi, akurat terkalkulasi dan potentially akan berdampak .... sebagaimana gema suara, apa yang kita lakukan akan kembali juga kepada arus kesadaran kita ... baik ataupun buruk, saat ini ataupun nanti , di sini ataupun di sana dalam peran/sikon apapun kemudian ... (dampak metafisis, sociologis & psikologis ?). Bagaikan sigma kuanta cahaya pelangi yang saling melengkapi dalam keberagamannya walau dalam label dan level berbeda namun tetap dipandang setara dalam Kasih Universal ... ada kesedemikianan Dhamma yang walau Impersonal tidak menuntut pengakuan namun secara Transenden kaidahnya berlaku di setiap wilayah immanenNya secara homeostatis, interconnected, equilibirium. 
Be Truth Lover whoever & wherever we are ...
(Jadilah pecinta kebenaran siapapun dan dimanapun kita) 
karena itu adalah keniscayaan nyata yang (memang?) harus kita terima 

Well, kebahagiaan adalah suatu keberadaan natural untuk sadar, cakap & layak dalam menerima segalanya sebagaimana apa adanya dan menjalani keselarasan sebagaimana wajarnya (seharusnya tanpa syarat bukan karena sekedar kemelekatan akan pengharapan ataupun keterpaksaan akan faktisitas keberadaan yang diamati, dialami dan diatasi) .... suatu sikap batin kesuka-citaan atas hal positif, yang mungkin diperoleh ataupun kesuka-relaan atas hal negatif yang memang didapatkan Uraian tentang pencapaian level swadika, pemantapan bakat talenta dan pelayakan hisab visekha (untuk Menghadapi Keabadian ) ; pengupayaan skill kecakapan, asset kemapanan dan style kewajaran ( dalam Menghadapi Kehidupan ) serta kemampuan racut, kemahiran bardo dan kesiagaan alam (ketika Menghadapi Kematian ) adalah /atau mungkin tepatnya hanyalah ~ agar tidak justru terlalu meresahkan obsesi / ambisi sebagai keharusan / parameter standar untuk lebih memberdayakan diri dalam melayakan peniscayaan yang sebaiknya terjadi. Bukankah orientasi setiap keberadaan adalah pemberdayaan demi kebaikan dan perbaikan segalanya ( sebagai zenka pemeran eksistensial pribadi pada sigma universal kebersamaan dengan lainnya dari Sentra Hyang Esa sumber transendental segalanya) sebagai kesunyataan homeostatis yang dinamis saling berhubungan (interconnected) dalam harmoni keselarasan keseluruhan (equilibirium) .... sesuai dengan kaidah kosmik yang sedemikian adanya (Realitas kebenaran pada fenomena kenyataan ). 


Then ?

Transkrip  Awaken Samadhi Trailer (Uniion Mystics )
AWAKEN SAMADHI TRAILER
(Original Source - Copy Right) https://www.youtube.com/watch?v=dqGdWoW-GT8

If you hold this feeling of “I” long enough and strongly enough the false “I”will vanish, leaving only the unbroken awareness of the real immanent “I” or consciousness itself ~ Sri Ramana Maharshi.
"Jika Anda memegang perasaan 'aku'  ini cukup lama dan cukup kuat, maka 'aku' yang semu akan lenyap, hanya menyisakan kesadaran tak terputus yang nyata, keberadaan imanen 'aku', atau kesadaran itu sendiri." ~ Sri Ramana Maharshi
Samadhi is an ancient Sanskrit word which means Union. It is the union of individual persona, the egoic self with something greater, something unfathomable to the mind. Samadhi is a surrendering, a humbling of Individual mind to the Universal mind. The purpose of Meditation, Yoga, Prayer, Chantings and all Spiritual practices is one and that is Samadhi. In the language of Christian mystics it is humbling oneself before God. Samadhi is realized through what Buddha called the middle way or what in Taoism is called the balance of ying and yang. In the yogic traditions it is called the marriage of Shiva and Shakti.
Samadhi adalah kata Sansekerta kuno yang berarti Persatuan. Ini adalah penyatuan persona individu, diri egois dengan sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang tak terduga bagi pikiran. Samadhi adalah penyerahan, merendahkan pikiran Individu ke pikiran Universal. Tujuan dari Meditasi, Yoga, Doa, Nyanyian dan semua praktik Spiritual adalah satu dan itu adalah Samadhi. Dalam bahasa mistik Kristen, itu berarti merendahkan diri di hadapan Tuhan. Samadhi diwujudkan melalui apa yang disebut Buddha sebagai jalan tengah atau yang dalam Taoisme disebut keseimbangan ying dan yang. Dalam tradisi yoga, ini disebut perkawinan Siwa dan Shakti. 
When Samadhi is perfect, it is wisdom of the great ultimate reality. An understanding of the relationship between form and emptiness, relative and absolute, its a coming into one's true nature. Samadhi begins with a leap in to the unknown.
Ketika Samadhi sempurna, itu adalah kebijaksanaan dari realitas tertinggi yang agung. Pemahaman tentang hubungan antara bentuk dan kekosongan, relatif dan absolut, yang masuk ke dalam sifat sejati seseorang. Samadhi dimulai dengan lompatan ke hal yang tidak diketahui.
In order to realize Samadhi, one must turn consciousness away from all known objects, from all external phenomena, conditioned thoughts and sensations towards consciousness itself. Towards the inner source, the heart of  essence of one's being.
Untuk mewujudkan Samadhi, seseorang harus mengalihkan kesadaran dari semua objek yang diketahui, dari semua fenomena eksternal, pikiran dan sensasi terkondisi menuju kesadaran itu sendiri. Menuju sumber batin, inti dari keberadaan seseorang.
The source of all existence is not a thing or object that one can see like in these physical world we do. It is perfect emptiness or stillness itself. It is the emptiness which is the source of all things.
Sumber dari semua keberadaan bukanlah hal atau objek yang dapat dilihat seseorang seperti di dunia fisik yang kita lakukan ini. Itu adalah keheningan atau keheningan sempurna itu sendiri. Kekosongan itulah yang menjadi sumber segala sesuatu.
This union cannot be understood with the limited individual mind. It is only directly realized when the mind becomes still. There is no Self that awakens. There is just ‘you' that awakens. What you are awakening from is the illusion of the separate self from the dream of the limited ‘you'. The World that now you think you are living in is actually ‘you'. It is your higher self or the selfless self. Annata.... No Self.
Persatuan ini tidak dapat dipahami dengan pikiran individu yang terbatas. Itu hanya disadari secara langsung ketika pikiran menjadi tenang. Tidak ada Diri yang terbangun. Hanya ada 'kamu' yang terbangun. Dari mana Anda terbangun adalah ilusi dari diri yang terpisah dari impian 'Anda' yang terbatas. Dunia yang sekarang Anda pikir Anda tinggali sebenarnya adalah 'Anda'. Itu adalah diri Anda yang lebih tinggi atau diri yang tanpa diri/tidak mementingkan diri sendiri. Tanpa aku ... Tiada diri
Samadhi is so simple that when you are told that what is it and how to realize it, your mind will always miss it because the mind is what needs to be stopped before it is realized. It is not a ‘happening' at all. It is the surrendering of the individual mind to the higher mind or big mind..
Samadhi begitu sederhana sehingga ketika Anda diberitahu bahwa apa itu dan bagaimana merealisasikannya, pikiran Anda akan selalu merindukannya karena pikiran adalah apa yang perlu dihentikan sebelum disadari. Ini sama sekali bukan 'terjadi'. Ini adalah penyerahan pikiran individu ke pikiran yang lebih tinggi atau fikiran besar.
The most important teaching of Samadhi is perhaps found in this phrase:- “Be Still & get Know”.
Pengajaran paling singkat dari Samadhi mungkin dapat ditemukan dalam frase ini: "Diamlah dalam keheningan dan ketahuilah Hal tersebut."
Silence is the language of God. All else is poor translation. - Rumi
(Keheningan adalah bahasa Ilahi. Semua hal lainnya hanyalah 'terjemahan' belaka yang tidak memadai. – Rumi)
How can we use words and images to convey stillness? How can we convey silence by making noise? Rather than talking about Samadhi as an intellectual concept. this film is a radical call to INACTION. A call to stillness. A call to meditation and inner silence. A call to STOP.
Bagaimana kita dapat menggunakan kata atau gambar untuk menjangkau keheningan ? Bagaimana kita dapat menyampaikan keheningan dengan membuat kebisingan ? Film ini ditujukan sebagai suatu panggilan radikal untuk "tanpa-aksi". Suatu panggilan untuk menuju keheningan. suatu panggilan untuk meditasi dan keheningan di kedalaman. Suatu panggilan untuk Berhenti
Stop everything that is driven by the pathological egoic mind. Be still and know.
Hentikanlah segala sesuatu yang dibawa oleh fikiran diri yang sakit. Berdiamlah dan Ketahui
No one can tell you what will emerge from the stillness. It is a call to act from the spiritual heart.
Tidak ada yang bisa memberitahu Anda apa yang akan muncul dari keheningan. Ini adalah panggilan untuk bertindak dari jantung spiritual.
Samadhi is not some mystical 'altered' state of being. It is simply one's natural state of presence, of consciousness unmediated by thought, unmediated by an egoic identity.
Samadhi bukanlah sejumlah tahap perubahan keberadaan yang bersifat mistis. Ini hanyalah keberadaan alamiah kehadiran seseorang. yang kesadarannya tidak terpisahkan oleh fikiran, tidak terpisahkan oleh identitas suatu diri pribadi.
Most of humanity is in an altered state all the time... A state of egoic identification with form and thought. When one is in a state of natural presence and non-resistance, Prana flows more freely through the inner world. This pranic stream which is prior to the nervous system, prior to the senses and thinking,becomes a new interface with reality. Literally a new level of consciousness or new way of being in the world.
Sebagian besar umat manusia dalam keberadaan yang terpisahkan sepanjang waktu … Suatu keberadaan beridentifikasi diri dengan bentuk dan pikiran. Ketika seseorang dalam keadaan kehadiran alamiah dan tanpa tekanan, Prana mengalir lebih bebas melalui dunia batin. Aliran prana ini yang sebelumnya menuju ke sistem saraf. sebelumnya menuju indrawi dan fikiran, menjadi antarmuka baru dengan kenyataan, Secara harfiah suatu tingkat kesadaran yang baru atau cara baru keberadaan di dunia.
It is through the ancient teachings of Samadhi, the humanity will begin to understand the common source of all the religions and to come into alignment once again with the spiral of life …. Great Spirit, Dhamma, or the Tao.
Ini melalui pengajaran Samadhi kuno bahwa umat manusia akan mulai memahami sumber umum dari semua agama dan untuk datang ke dalam keselarasan sekali lagi dengan spiral kehidupan Roh Agung, Dhamma, atau Tao.
Samadhi is the 'gateless gate’ and ‘pathless path' and it is the identification with the self structure which separates our Inner and Outer worlds.
Samadhi adalah 'gerbang tanpa gerbang' dan 'jalan tanpa jalan' dan itu adalah identifikasi dengan struktur diri yang memisahkan dunia Batin dan Luar kita.

Terakhir, 
Demikianlah, orientasi kesadaran tetap dilakukan untuk bukan hanya mentransendensi level keariyaan (tisikha pembebasan, pencapaian minimal pengamanan samsarik berikutnya) namun juga mensiagakan & berjaga dengan pemberdayaan talenta kecakapan (skill sekarang & bakat mendatang) yang berdampak pada pemantapan kemapanan kehidupan/ penghidupan eksistensial (dalam kemandirian & untuk kebersamaan) dalam kewajaran pembumian sebagaimana lainnya (namun tetap menjaga keselarasan dengan Saddhamma .. tentu saja). Sesungguhnya etika kosmik ini seharusnyalah bersifat universal bisa dijalankan oleh setiap pribadi di segala dimensi dengan segala keterbatasan & pembatasannya masing-masing (walau hasilnya memang tidak seeffektif jika berada di wilayah yang relatif lebih kondusif).
jadi ...ini adalah  transformasi  mengarahkan diri  dengan kesadaran Saddhama dalam  kebenaran, kebajikan dan kebijakan ... sama sekali bukan revolusi (mungkin tepatnya : repolusi = pencemaran kembali?) dengan kebodohan, kesalahan dan keburukan. Sudah saatnya spesies manusia tumbuh berkembang dewasa tidak selamanya menjadi kanak-kanak dengan usia keberadaannya yang telah lama menghuni, membebani & menyusahkan planet bumi yang sudah semakin tua ini dengan berpandangan semu , berpribadi naif dan berprilaku liar. Atau akankah alam menseleksi kembali spesies baru yang berkualitas lebih sesuai sebagai pengganti untuk memikul tanggung jawab ini  (bukan hanya kuat & ahli bagi ketepatannya namun juga arif & baik untuk perbaikannya ) ?
Be selfless as it really be  (to be one in One of  ONE ?) .. Sungguh ini bukan hanya masalah 'selfish' evolusi pribadi eksistensial semata namun juga berkaitan dengan dampak harmoni dimensi universal  bagi keseluruhan bahkan hingga effek transendental. Tak perlu lagi recycling daur ulang serial pralaya (dunia - surga - rupa brahma) bagi samsara ini berlangsung berulang-ulang yang bukan karena rejuvenasi perbaikan kerusakan alamiah materi penampungnya namun karena batiniah zenka penghuninya. 


Kita adalah media impersonal dengan berbagai peran eksistensial dalam arena universal di segala wilayah immanen Hyang Transenden. 
sadari & jalani permainan peran / amanah tugas ini dengan selaras pada kaidah keniscayaan kebenaran saddhamaNya 
dengan senantiasa terjaga  , menjaga & berjaga 

Be realistics to realize the Real 
Be True, Humble & Responsible  as one (existensial figure) in One (Universal immanent ) of  ONE  (Esensial Transendent )
Just as it is 

SEKIAN



REHAT DULU .... SUDAH CAPEK .... BELUM RECHECK 
WAH KOK MAKIN BANYAK ... RENCANANYA SIH RINGKES SINGKAT SAJA
PADAHAL BELUM SEMUA .. BISA BERAT LEMOT NANTI. POSTING INI 
DIARSIP DULU SAJA DARIPADA ADA DATA YANG HILANG SEPERTI JUST FOR SEEKER DULU

ARSIP SD 14022021

https://archive.org/download/arsip-sd-14022021/ARSIP%20SD%2014022021.rar

listing of ARSIP SD 14022021.rar

file

as jpg

timestamp

size

ARSIP SD 14022021


2021-02-14 03:00


ARSIP SD 14022021/00 MY BLOG SD 14022021.docx


2021-02-14 01:12

7045508

ARSIP SD 14022021/00 MY BLOG SD 14022021.pdf


2021-02-14 01:12

10039262

ARSIP SD 14022021/MY VLOG SD 14022021.docx


2021-02-14 02:54

3475807

ARSIP SD 14022021/MY VLOG SD 14022021.pdf


2021-02-14 02:54

2409813





 
REST FILE dari Bhante Pannavaro ?
 
Well, bahkan jikapun kemudian kami memang harus berperan sebagai petta apaya di lembah barzah (ataupun bahkan niraya lokantarika sekalipun) kami tetap berharap memory file ini kelak akan kembali selalu mengingatkan, menyadarkan & menguatkan kita dalam hikmah kebijakan atas kebajikan Kasih Tuhan pada kebenaran Mandala DhammaNya demi pertumbuhan perkembangan kebaikan & perbaikan selanjutnya ... untuk inilah segalanya dalam sisa hidup ini kami persembahkan bagi semua (termasuk diri kami juga tentu saja). Sejujurnya walau kami memang seharusnya mencintai kebenaran (atau lebih tepatnya : memang harus menerima kebenaran dalam kenyataan apapun juga itu) namun kami memang belum sepenuhnya melayakkan diri dalam menjalaninya (so ... apapun juga termasuk yang terburuk sekalipun bukankah juga layak jika kami /sebagaimana juga kita & mereka semua tentunya/ menerima keniscayaan sebagaimana adanya.)

Memang sungkan & riskan harus jujur menyatakan idea kebenaran yang belum tentu memang demikian adanya (Well, seeker perlu bukti faktual kepastian yang nyata tidak sekedar peyakinan kepercayaan rasional dogmatis belaka ... semacam keberdayaan magga phala bagi ariya?) dan belum mampu juga dilayakkan dengan penempuhan apalagi memang terbuktikan dengan pencapaian & pencerahan yang diharapkan. Well, lagipula jika saja terjadi ada kesalah-fahaman ini bukan hanya bisa 'melukai ?' keberadaan/ kepentingan lainnya namun juga diri sendiri ... bukan hanya effek kosmik saja namun juga dampak karmik juga, lho.

Meminjam istilah Mistisi Ibn Araby ('biar hati ini menjadi makam bagi rahasia-rahasia')., mungkin akan menjadi nyaman juga bagi diri sendiri dan keseluruhan jika kemudian kami senantiasa menundanya dan menguburnya kembali dan berkata dalam hati biarkan logika pemikiran ini tetap tersimpan aman di tempatnya karena memang tidak harus, perlu dan patut untuk diungkapkan ke permukaan. 
Jalaludin Rumi : tentang hikmah (Dilema Faqir) = Janganlah kamu berlaku zalim dengan tidak memberi kepada orang yang berhak menerimanya. namun janganlah kamu berlaku fasik dengan memberi kepada orang yang belum layak menerimanya. 
Seorang ahli hikmah (mungkin Ali b Abu Thalib ra) ada menyatakan : bicaralah hanya ketika anda memang perlu bicara namun janganlah bicara jika hanya ingin bicara .... mungkin ini dimaksudkan agar hanya kebenaran, kebajikan dan kebijakan yang terungkapkan dengan kesadaran holistik, ketulusan harmonis dan kepolosan autentik bukan sekedar estetika hipocricy kepantasan , apalagi kepicikan yang kasar (reaktif paranoid neurotik)  dan kelicikan yang lihai (manipulatif, provokatif , intimidatif). Cahaya (esensi murni) tampaknya memang seharusnya meniscayakan pelayakannya sebagaimana cahaya secara alami dan murni yang (maaf) bukan 'hanya' berguna memberdayakan untuk terpancarkan ke permukaan namun terutama demi pemurnian/kemurnian di kedalaman. Terlalu 'rendah' dan justru akan me'rendah'kan saja jika internal drive kewajaran peniscayaan ternodai eksternal motive kepamrihan pemantasan apalagi pengharapan demi sekedar kebanggaan pengakuan dan atau pembenaran kepentingan belaka. .....(walau mungkin ini bisa juga rambatan keakuan yang lain untuk kesemuan pengharapan perfectionist atau jangan jangan karena kekikiran tidak ingin interaksi berbagi ... entahlah ... yang jelas mood untuk spontan meng-inferensi data dan mengekspresikan idea masih macet saat ini ). 
kebalik urutannya, ya ? ...sekarang pas.

Namun demikian, apa yang sudah ditetapkan sudah cukup maksimal dijalankan, apa yang memang mampu dilakukan sudah cukup optimal dikerjakan, apa yang memang kebelum-fahaman/ ketidak-cakapan kami nyatanya  toh juga sudah sejujurnya diungkapkan .... So, What's next ? Que Sera Sera ... Pantha Rei.  
Baiklah, segenap idea tampaknya sudah tersingkap – seluruh kata tampaknya juga cukup terungkap. Sementara perjalanan kehidupan belum selesai , penjelajahan keabadianpun belum juga usai. Masih banyak pekerjaan yang tertunda, begitu banyak kegiatan yang belum dikerjakan. Saya kira tidak ada lagi yang perlu dikatakan walau masih banyak yang ingin dibicarakan. Adalah Haq untuk menyatakan seperlunya saja sesuai kehendakNya dari kemungkinan hak untuk mengatakan semua yang diinginkan belaka.
Jika ada kebaikan itu dari Tuhan karena Dialah sumber dari segala keberadaan, kebenaran dan keindahan yang Haq dimana setiap makhluknya hanya dapat memantulkan kemuliaanNya hanya sebatas keterbatasannya (Dimuliakan Tuhan Hyang Maha Sempurna di atas segalanya – sehingga tiada haq bagi kita untuk sedikitpun berbangga di hadapanNya). Jika ada kesalahan dalam artikel ini maka ini sepenuhnya kekhilafan saya dalam menafsirkan dan memantulkan pengertian dari pembelajaran keabadian yang diberikanNya dalam pemberdayaan kehidupan ini (Dan untuk itu izinkan saya istighfar dan mohon maaf atas kekurangan ini.)
Ya, Tuhan. Begitu luas dan dalamnya hikmah kebenaran ilmu-Mu (yang sangat transcendental, transrasional dan translingual – melampaui fananya keberadaan, terbatasnya penalaran dan jangkauan kebahasaan). Setiap saat keterbatasan intelek dan intuisi menjelajahi cahaya ilmu-Mu, Kau bukakan gerbang ilmu lainnya yang lebih luas untuk kembali dijangkau sebagai fakta, direngkuh dalam idea, dan diungkap dengkap kata. Dan demikian selalu berlanjut (walau memang harus diakui ada kegairahan jiwa yang ingin dewasa untuk berusaha menyibaknya dalam kegelisahan hati untuk merengkuhnya dalam mandala global idea pada keterbatasan akal untuk mengungkapkannya dalam rangkaian linear kata agar bisa dilaksanakan melalui tindakan nyata.)
(Well, tampaknya sebagaimana karya yang lain, artikel ini mungkin memang tidak akan pernah tuntas selesai walau deadline sudah habis dan diperpanjang terus – menerus ….. Jadi, yah, diterima, dimaklumi dan dianggap selesai saja. Gitu aja koq repot).
Wasalam. 






PLUS :
Dari : Prakata Agenda  (https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/prakata.html)




Plus : Data lain 
dari :  Go on Seeker. http://teguhqi.blogspot.com/2020/09/hubungan-antara-pikiran-emosi-energi.html)
spiritualitas sehat (benar, bijak & bajik) : kemurnian pemberdayaan via : Orientasi holistik - Realisasi autentik - Aktualisasi sinergik (x kelihaian pemanfaatan autorisasi - demi kepentingan klaim identifikasi - apalagi untuk eksploitasi memperdayakan )
Pencerahan perlu keperwiraan & kemandirian individual ( > ketergantungan & kebergantungan eksternal ) 
Demi penempuhan & pencapaian keberdayaan autentik > terbelenggu kepercayaan (fanatik/intelek) 
Postulasi paradigma hipotetis awal "Parama Dhamma" ? referensial < experiential < experimental ?
kesunyataan ber'esa' > keberadaan ber'aku'
 ki-ageng-soerjomentaram-ilmu-jiwa-kramadangsa : manusia tanpa ciri : "anatta"  (swadika > bahagia)
Ketegaran hidup : Yin Natadhita_STAY STRONG
Power vs Force : Ina (artikel) - Eng (Ebook) 
David Hawkins_Power vs Force 
(link ahok apalagi swara non muslim 10102020 nggak usah aja, ya ... kesannya mungkin memang marahan, sih ... kami bukan dan tidak ingin menjadi pengkhianat bagi kebenaran sejati & keberadaan pribadi ... mohon maklum )


Sejujurnya  prolog inilah yang seharusnya  kembali tetap kami jadikan sebagai epilog terakhir   

Just Simple Words to Begin and Fade Away 
(Hanya Kata-kata Sederhana untuk memulai dan kemudian Berlalu) 
Silence is the language of God. All else is poor translation. ~ Rumi
Keheningan adalah Bahasa Ilahiah. Segala lainnya hanyalah terjemahan semu adanya.

Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya..... Belajarlah meng-"esa"-kan diri dalam keseluruhan, kebersamaan dan kesemestaan....Kebahagiaan kita berbanding lurus dg kebijaksanaan kita namun berbanding terbalik dengan kemelekatan kita. Tdk semua yang kita inginkan akan menjadi kenyataan,  tdk semua yang tdk kita inginkan tdk akan menjadi kenyataan. So, perlu kebijaksanaan untuk menerima kenyataan sebagaimana adanya dan tidak terlalu mengharuskan keinginan kita menjadi kenyataan.....  Dunia mungkin hanya memandang dari produk pencapaian kita di permukaan,  namun Tuhan sesungguhnya di kedalaman menilai kita dari proses penempuhan kita. So, jangan terkelabui oleh permainan duniawi karena dihadapanNya tidaklah penting harta kekayaan, nilai perolehan, kemuliaan diri dsb yang pada dasarnya hanyalah by product dampak samping dari perjalanan kehidupan ini. Dia lebih mengutamakan bagaimana cara kita mensikapi, menjalani dan mengatasi amanah kehidupan ini sebagai atsar amalan diri kita kelak. Bukan kaya miskin harta kekayaan, baik buruk nilai perolehan, mulia nista duniawi yang menjadi indikator bagiNya dalam menilai kualitas diri hambaNya tetapi seberapa ikhlas kita mensikapi , seberapa istiqomah kita berikhtiar menjalani dan seberapa tawakal kita menerima garisNya...Bagaikan biasan warna -warni pelangi yang berasal dari Sumber Cahaya Putih Cemerlang yang sama walau dalam dunia segalanya tampak berbeda di permukaannya,  namun dalam Dharma segalanya menyatu dalam kesejatianNya.

Silence is the language of God.
All else is poor translation. 
~ Rumi
Keheningan adalah Bahasa Ilahiah. 
Segala lainnya ungkapan terjemahan semu belaka

Tiada kata yang seharusnya dipercaya (termasuk / terutama dari kami ) selain fakta (yang memang terjadi )
(No Fact -  No Truth - No Faith)
tanpa dusta akan kebenaran sejati, tiada perlu duka untuk disesalkan nanti 

BE RESPONSIBLE  
bertanggung jawablah 

BE HUMBLE 
(dalam) kerendah-hatian 
 
BE TRUE 
(untuk menjadi) sejati

(Sekian)

TAMPAKNYA MEMANG SUDAH CUKUP 

 (memang cuma itu bisanya ... maklum cuma padaparama dihetuka)

MUSICS

 QUOTES








 

 

 

So, 

inilah waktu kami untuk berhenti & melepas 

Que sera sera. Pantha Rei.  

Apapun yang terjadi terjadilah. Biarkan semua mengalir apa adanya. 

Gitu aja koq repot ... 

nggak usah "meng-ada-ada" ("meng-ada" saja sudah susah)

Terakhir, 
Semoga segalanya cukup bijaksana untuk memahami samsara permainan abadi kehidupan ini
Semoga segalanya mampu berbahagia untuk mengasihi konsekuensi interconnected logis yang terjadi 
Semoga segalanya makin berdaya untuk melampaui dilemmatika amanah tanggung jawab pemeranan yang diterima 

Amor Dei, Amor Fati  
(Jika cinta Tuhan cintailah juga GarisNya.)  
Dhammo have rakkhati dhammacarim 
(Dharma kebenaran akan melindungi para penempuhNya ) 
Gate Gate Paragate Parasamgate .... Bodhi Svaha 
(lampaui delusi apaya, sensasi surga, fantasi brahma ... murni terjaga, berjaga dan menjaga)  
Appamadena Sampadetha 
(berjuanglah untuk tidak lengah sebagai/selayak/selaras ariya)  

EPILOG

 


PENUTUP
a
EPILOG
Well, The Greatest evil is Ignorance Kejahatan terbesar adalah Avidya ketidak-tahuan  (see: video sadhguru Yasudev di awal)
Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini.  
REST FILE 
  
 

Well, bahkan jikapun kemudian kami memang harus berperan sebagai petta apaya di lembah barzah (ataupun bahkan niraya lokantarika sekalipun) kami tetap berharap memory file ini kelak akan kembali selalu mengingatkan, menyadarkan & menguatkan kita dalam hikmah kebijakan atas kebajikan Kasih Tuhan pada kebenaran Mandala DhammaNya demi pertumbuhan perkembangan kebaikan & perbaikan selanjutnya ... untuk inilah segalanya dalam sisa hidup ini kami persembahkan bagi semua (termasuk diri kami juga tentu saja). Sejujurnya walau kami memang seharusnya mencintai kebenaran (atau lebih tepatnya : memang harus menerima kebenaran dalam kenyataan apapun juga itu) namun kami memang belum sepenuhnya melayakkan diri dalam menjalaninya (so ... apapun juga termasuk yang terburuk sekalipun bukankah juga layak jika kami /sebagaimana juga kita & mereka semua tentunya/ menerima keniscayaan sebagaimana adanya.)

Memang sungkan & riskan harus jujur menyatakan idea kebenaran yang belum tentu memang demikian adanya (Well, seeker perlu bukti faktual kepastian yang nyata tidak sekedar peyakinan kepercayaan rasional dogmatis belaka ... semacam keberdayaan magga phala bagi ariya?) dan belum mampu juga dilayakkan dengan penempuhan apalagi memang terbuktikan dengan pencapaian & pencerahan yang diharapkan. Well, lagipula jika saja terjadi ada kesalah-fahaman ini bukan hanya bisa 'melukai ?' keberadaan/ kepentingan lainnya namun juga diri sendiri ... bukan hanya effek kosmik saja namun juga dampak karmik juga, lho.
 
Terakhir ,  untuk kembali membumi lagi .... tanpa harus teralienasi obsesi internal  & tiada perlu lagi ambisi eksternal ..... karena segalanya adalah keniscayaan yang harus dilayakkan dalam pemberdayaan (tidak sekedar kepercayaan apalagi pengharapan belaka) dan apapun juga itu adalah kebijaksanaanNya yang terbaik bagi kebaikan kita semua 
Menghadapi = Menerima (eksistensial)  - mengasihi (universal) - melampaui (transendental)  
  
 
 

If you have eyes to see, if you have sensitivity to feel life inside you & ouside of you, everything is a miracle

Jika anda memiliki mata untuk melihat, jika anda memiliki kepekaan untuk merasakan kehidupan di dalam anda & diluar anda, semuanya adalah keajaiban.


Ini  adalah empati, harmoni & sinergi kosmik bagi keteraturan, keselarasan & keterarahan Saddhama Panentheistics (secara filosofis/psikologis yang dalam penempuhan esoterisnya  para yogi mistisi menembusnya secara pantheistic dan dalam pembumian kebersamaan eksoteris kita menerimanya sebagai faham monotheistics (terkadang agnostics ........guardian personal god ?)



the most beautiful thing about life is nobody fails,  everybody shall pass .
(hal paling indah tentang kehidupan adalah tak seorangpun gagal, 
/namun demikian/ setiap orang hendaklah melaluinya /bertahan & berjuang hingga berhasil .?/ )

Penerimaan keterbatasan diri ini tidak dimaksudkan sebagai logical/illogical fallacy cari aman untuk rasionalisasi peninggian ide & irasionalisasi pembenaran ego bagi dalih kemalasan / pemanjaan namun ini memang cara aman untuk menjaga kewaspadaan dari keterpedayaan. Membangun keseimbangan & keberimbangan dengan kebijaksanaan bukan hanya untuk tetap realistis dalam membumi namun juga  untuk tetap merealisasi transformasi diri. 

Semoga segalanya cukup bijaksana untuk memahami samsara permainan abadi kehidupan ini

Semoga segalanya mampu berbahagia untuk mengasihi konsekuensi interconnected logis yang terjadi 

Semoga segalanya makin berdaya untuk melampaui dilemmatika amanah tanggung jawab pemeranan yang diterima

Well, apa yang sudah ditetapkan sudah cukup maksimal dijalankan, apa yang memang mampu dilakukan sudah cukup optimal dikerjakan, apa yang memang kebelum-fahaman/ ketidak-cakapan kami nyatanya  toh juga sudah sejujurnya diungkapkan .... So, What's next ? Que Sera Sera ... Pantha Rei.  

Baiklah, segenap idea tampaknya sudah tersingkap – seluruh kata tampaknya juga cukup terungkap. Sementara perjalanan kehidupan belum selesai , penjelajahan keabadianpun belum juga usai. Masih banyak pekerjaan yang tertunda, begitu banyak kegiatan yang belum dikerjakan. Saya kira tidak ada lagi yang perlu dikatakan walau masih banyak yang ingin dibicarakan. Adalah Haq untuk menyatakan seperlunya saja sesuai kehendakNya dari kemungkinan hak untuk mengatakan semua yang diinginkan belaka.
Jika ada kebaikan itu dari Tuhan karena Dialah sumber dari segala keberadaan, kebenaran dan keindahan yang Haq dimana setiap makhluknya hanya dapat memantulkan kemuliaanNya hanya sebatas keterbatasannya (Dimuliakan Tuhan Hyang Maha Sempurna di atas segalanya – sehingga tiada haq bagi kita untuk sedikitpun berbangga di hadapanNya). Jika ada kesalahan dalam artikel ini maka ini sepenuhnya kekhilafan saya dalam menafsirkan dan memantulkan pengertian dari pembelajaran keabadian yang diberikanNya dalam pemberdayaan kehidupan ini (Dan untuk itu izinkan saya istighfar dan mohon maaf atas kekurangan ini.)
Ya, Tuhan. Begitu luas dan dalamnya hikmah kebenaran ilmu-Mu (yang sangat transcendental, transrasional dan translingual – melampaui fananya keberadaan, terbatasnya penalaran dan jangkauan kebahasaan). Setiap saat keterbatasan intelek dan intuisi menjelajahi cahaya ilmu-Mu, Kau bukakan gerbang ilmu lainnya yang lebih luas untuk kembali dijangkau sebagai fakta, direngkuh dalam idea, dan diungkap dengkap kata. Dan demikian selalu berlanjut (walau memang harus diakui ada kegairahan jiwa yang ingin dewasa untuk berusaha menyibaknya dalam kegelisahan hati untuk merengkuhnya dalam mandala global idea pada keterbatasan akal untuk mengungkapkannya dalam rangkaian linear kata agar bisa dilaksanakan melalui tindakan nyata.)
(Well, tampaknya sebagaimana karya yang lain, artikel ini mungkin memang tidak akan pernah tuntas selesai walau deadline sudah habis dan diperpanjang terus – menerus ….. Jadi, yah, diterima, dimaklumi dan dianggap selesai saja. Gitu aja koq repot).
Wasalam. 





Tentang KeIlahian  (Tuhan : Tao - Dhamma) 
Tuhan bukan bemper kebodohan/kemanjaan diri, media katarsis psikologis /transaksi pencitraan   dan kloset pembenaran pemfasikan/ kezaliman kepada lainnnya).  
Perlu kebijaksanaan universal. keperwiraan eksistensial, dan  keberdayaan transendental dalam spiritualitas

Tauhid sufism Ibn Araby  : tanzih -tasbih (transenden/imanen) Jika kau memandangnya tanzih semata kau membatasi Tuhan. Jika kau memandangnya tasbih belaka kau menetapkan Dia Namun jika kau menyatakanNya tanzih dan tasybih; kau berada di jalan Tauhid yang benar Sufi Ibn Arabi  memandang  KeIlahian Tuhan secara Esa - utuh dalam keseluruhan. Tuhan dipandang sekaligus sebagai Dzat Mutlak yang kekudusanNya tak tercapai oleh apapun/siapapun juga (transenden/tanzih) namun keluhuranNya meliputi segala sesuatu (immanen/ tasybih) sehingga walaupun pada dasarnya Kekudusan dan kesempurnaan Tuhan secara intelektual tak terfahami (agnosis)dengan keberadaan yang mungkin terlalu agung untuk kemudian tak diPribadikan(impersonal) dan mandiri (independent) namun  kemulian IlahiahNya sering  disikapi sebagai figur yang berpribadi(personal) dan Dharma kehendakNya dapat difahami(gnosis)  sehingga  memungkinkan terjadinya hubungan antara makhluk dengan Tuhan sesuai dengan ketentuanNya (dependent).Tanpa Tuhan, tidak ada segalanya. Karena Tuhan, bisa ada segalanya. (wajibul & mumkimul Wujud )

Tao adalah Tao - jikakau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao 

Dalam kitab suci Uddana 8.3 Parinibbana (3) Buddha bersabda : O,bhikkhu ; ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak Jika seandainya saja tidak ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut  maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran penjelmaan ,pembentukan , dan pemunculan  dari sebab yang lalu. Tetapi karena ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak  menjelma, tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut maka ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu itu. Ini secara tidak langsung mungkin menunjukkan dua hal sekaligus ,yaitu : kesaksian akan adanya keilahian yang diistilahkan sebagai ‘yang tak terbatas” dan yang kedua penjelasan bahwa nibbana   pencerahan sebagai puncak pencapaian spiritualitas Buddhisme hanya mungkin terjadi karena adanya ‘Yang tak terbatas’ tersebut.
atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini 

 

Wilayah

1

2

3

Transendental

Nibbana ‘sentra’ ?

Belum diketahui ? 7

Tidak diketahui ? 8

Tanpa diketahui ? 9

 

Nibbana ‘sigma’?

Belum mengakui ? 4

Tidak mengakui ? 5

Tanpa mengakui ? 6

 

Nibbana ‘zenka’ ?

Arahata 1

Pacceka 2

Sambuddha 3

Universal

Brahma Murni  (Suddhavasa)

Anagami 7 (aviha Atappa)

Anagami 8 (Sudassa Sudassi)

Anagami  9(Akanittha)

 

Brahma Stabil (Uppekkha )

jhana 4 (Vehapphala)

Asaññasatta 5 (rupa > nama)

Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )

 

Brahma mobile (nama & rupa)

Jhana 1 (Maha Brahma)

Jhana 2 (Abhassara)

Jhana 3 (Subhakinha)

Eksistensial

Trimurti LokaDewa

Vishnu 7 (Tusita)

Brahma 8 (Nimmãnarati)

Shiva 9 (Mara?  Paranimmita vasavatti)

 

Astral Surgawi

Yakha  (Cãtummahãrãjika) 4

Saka  (Tãvatimsa) 5

Yama (Yãma)6 

 

Materi Eteris

Dunia fisik(mediocre’ manussa  &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) 
+ flora & abiotik ? / 1
Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)
2
Eteris Astral apaya Asura  (petta & /eks?/  Deva ) 
3


Hidup total dalam penempuhan induktif (7 dimensi?) bagi evolusi pribadi eksistensial, kebijaksanaan deduktif demi harmoni dimensi universal dan keterarahan holistik pada sinergi saddhamma transendental .... bukan hanya selfish demi ego sendiri namun selfless bagi keEsaan mandala advaita ini. dan seharusnyalah tampaknya bisa diusahakan setiap zenka berkesadaran dimanapun dimensi keberadaannya dalam segala situasi & kondisi keterbatasan dan pembatasannya sebagaimana kaidah yang diberlakukan Niyama Dhamma dalam mandala advaita ini agar tetap kokoh dalam keberadaan dan keberdayaanNya yang homeostatis, interconnected & equiliberium. Well, 7 dimensi pemurnian kesejatian= fisik, etersis, astral, kausal, monade, kosmik & nirvanik - Osho  (demi keselarasan harmonis & holistik Homo Novus Mystical Being eneagram 10 ?) 

Tantien

Pusat

Hati

Rasio

10 ?

Kalki (destroyer?)

Zorba (artistics)

Zenka? (holistics)

Ethical

Rama 7 (peaceful)

Khrisna 8 (lovely)

Buddha 9 (meditative)

Emotional

Parasurama 6 (warrior !)

Vamana 5 (insani)

Narasimha 4 (hewani)

Physical

Matsya 1 (ikan air)

Koorma 2 (amfibi kura2)

Varaha 3 (celeng darat)

Prediksi hipotetis figure ideal evolusi spiritual homo novus 10 (for the Next Mystical Being 10 ?)
1. Kalki destroyer (Ancient Hinduism Myth of dasavathara ) penghancuran addhamma di akhir yuga 4 atau hingga  menggenapi siklus pralaya samsarik rupa lokantarika Asura > progress swadika nirvanik nama lokuttara Ariya ? ironis & tragis karena kesalahan sesungguhnya bukan pada aspek khanda rupa material fisik alamiah  namun pada keburukan asava aspek nama batiniah zenkanya. / awas dosa byapada kebencian/ 
2. Zorba the Buddha (hipotesis Osho for New Man ) ? vitalisme mampu filosofis atau menjadi hedonis / awas lobha tanha ketamakan /
3. Zenka the holistics (just dream ?) ... Ariya Swadika di segala mandala / awas moha avijja kebodohan juga, lho  
Inilah sebabnya kami lebih suka istilah sederhana kedewasaan pencerahan ketimbang perayaan kebebasan (karena lebih : true, humble & responsible untuk tetap terjaga , menjaga & berjaga dari segala kemungkinan ... Kebenaran adalah Jalan Kita semua tetapi bukan Milik kita, Diri Kita dan Label Kita ... Anatta ? .. Well, hanya Sang Kebenaran (baca: Hyang Esa ... Tuhan Transenden dalam triade Wujud, Kuasa & KasihNya atas laten deitas keIlahianNya di segala mandala immanenNya yang nyata, mulia dan benar dalam kesempurnaanNya) yang benar. Sedangkan kita dalam keterbatasan & pembatasan yang ada memang sering bodoh, bisa saja salah, dan bahkan mungkin jatuh  namun tetap perlu segera bangkit kembali menempuh jalan benar itu dengan benar dalam niat, cara,& arah tujuannya ...  terjaga untuk evolusi eksistensial , menjaga bagi harmoni universal & berjaga demi sinergi transendental.

screenshot Magical Moments at Mahashivratri 2020 @ Isha Yoga Center
16s s/d 1m7s
Sadhguru Yasudev : 
Welcome to Mahashivaratri 2020 
Selamat datang ke Mahashivaratri 2020
Living death is not a morbid idea 
Kematian dalam kehidupan bukanlah gagasan mengerikan 
It is a reality
Ini adalah kenyataan.
We are all living death.
Kita semua adalah kematian yang hidup.
We can say we are living or we can say we are dying and it’s not different.
Kita dapat mengatakan kita sedang hidup atau kita dapat mengatakan kita sedang mati (dan) itu bukanlah hal yang berbeda.
They’re just two different words for the same process.
Mereka hanyalah dua kata yang berbeda untuk proses yang sama
Death is not an event that happens once.
Kematian bukanlah suatu peristiwa yang terjadi satu kali.
Death is happening. It’s a process.
Kematian adalah kejadian. Dia adalah suatu proses.
One day it will be complete.
Suatu hari ini akan terlengkapi.
the most beautiful thing about life is
nobody fails, 
everybody shall pass .
(hal paling indah tentang kehidupan adalah 
tak seorangpun gagal, 
/namun demikian/ setiap orang hendaklah melaluinya /bertahan & berjuang hingga berhasil .?/ )

Well, penerimaan keterbatasan diri ini tidak dimaksudkan sebagai logical/illogical fallacy cari aman untuk rasionalisasi peninggian ide & irasionalisasi pembenaran ego bagi dalih kemalasan / pengalihan namun ini memang cara aman untuk menjaga kewaspadaan dari keterpedayaan. Membangun keseimbangan & keberimbangan dengan kebijaksanaan bukan hanya untuk tetap realistis dalam membumi namun juga  untuk tetap merealisasi transformasi diri. 
See :  apa itu kebenaran  Bhante Pannavarro di atas
(wah ... harus revisi karya lama diri kami sebelumnya , deh ... karena kemurnian mencintai kebenaran adalah keniscayaan yang mutlak  (sudah keterarahan atau masih keterpedayaan atau dalam keterpaksaan ?) seharusnyalah ini tetap mengatasi segalanya termasuk kelihaian manipulatif pemerdayaan yang memang akan memperdayakan harmoni keselarasan bukan hanya dimensi keswadikaan diri namun juga demi kebersamaan/ kesemestaan/ kesunyataan dalam kesedemikianan desain kosmik mandala advaita ini ... sacca individual, metta universal & agape transendental as spiritual sadhana for all in 84th era dst , Sadhguru Yasudev ? 
Well, Intinya keberadaan & kebijaksanaan Tuhan tidak perlu selalu dipertanyakan apalagi dipersalahkan untuk fenomena penderitaan dalam keberadaan ini dan juga untuk doa pengharapan yang tidak/belum terjawab sesuai harapan keinginan ego personal kita semua.      

Sejujurnya  prolog inilah yang seharusnya  kembali tetap kami jadikan sebagai epilog terakhir   
Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya..... Belajarlah meng-"esa"-kan diri dalam keseluruhan, kebersamaan dan kesemestaan....Kebahagiaan kita berbanding lurus dg kebijaksanaan kita namun berbanding terbalik dengan kemelekatan kita. Tdk semua yang kita inginkan akan menjadi kenyataan,  tdk semua yang tdk kita inginkan tdk akan menjadi kenyataan. So, perlu kebijaksanaan untuk menerima kenyataan sebagaimana adanya dan tidak terlalu mengharuskan keinginan kita menjadi kenyataan.....  Dunia mungkin hanya memandang dari produk pencapaian kita di permukaan,  namun Tuhan sesungguhnya di kedalaman menilai kita dari proses penempuhan kita. So, jangan terkelabui oleh permainan duniawi karena dihadapanNya tidaklah penting harta kekayaan, nilai perolehan, kemuliaan diri dsb yang pada dasarnya hanyalah by product dampak samping dari perjalanan kehidupan ini. Dia lebih mengutamakan bagaimana cara kita mensikapi, menjalani dan mengatasi amanah kehidupan ini sebagai atsar amalan diri kita kelak. Bukan kaya miskin harta kekayaan, baik buruk nilai perolehan, mulia nista duniawi yang menjadi indikator bagiNya dalam menilai kualitas diri hambaNya tetapi seberapa ikhlas kita mensikapi , seberapa istiqomah kita berikhtiar menjalani dan seberapa tawakal kita menerima garisNya...Bagaikan biasan warna -warni pelangi yang berasal dari Sumber Cahaya Putih Cemerlang yang sama walau dalam dunia segalanya tampak berbeda di permukaannya,  namun dalam Dharma segalanya menyatu dalam kesejatianNya.

Silence is the language of God. All else is poor translation. ~ Rumi
Keheningan adalah Bahasa Ilahiah. Segala lainnya hanyalah terjemahan semu adanya.

Finally , 

Be True, Humble & Responsible
(x fake, identificative & manipulative )
Jadilah Sejati (sebagaimana nyatanya), 
Rendah hati (sebagaimana harusnya) & 
Bertanggung jawab (sebagaimana pastinya)

dengan kebijaksanaan akan penicsayaan keniscayaan 
dalam keseimbangan harmonisasi kewajaran membumi 
untuk keberimbangan transendensi kesadaran mendaki
bagi kecakapan, kelayakan & kewajaran  
untuk direalisasi 

Video Music : Two Steps From Hell - Victory (Battle Cry)
ts=4s Music makes you braver ? Musik membuat anda berani ?

Hiduplah secara perwira sebagai Pemberdaya kehidupan
dan matilah sebagai ksatria tanpa terpedaya kematian
 
Itulah persembahan kesejatian terbesar spesies manusia
dalam keberadaan, kesemestaan dan kesunyataan
sebagai pecinta kebenaran 

bukan hanya demi kemegahan duniawi untuk kekuasaan semu ingin dipuja
bukan sekedar demi pengharapan surgawi untuk balasan kebaikan semata
bukan juga demi kebebasan tertinggi untuk kelayakan pemurnian belaka

karena memang demikianlah 
equilibirium homeostatis interconnected 
dalam Keselarasan Saddhamma  
memang niscaya selalu terjadi  dan akan terus terjadi
dari keazalian, hingga keabadian Kebenaran Sang Esa
Hyang Nyata, Hidup, Murni (triade : wujud-kuasa-kasih)
dalam mungkinnya keberadaan maupun ketiadaan diri

Semoga segalanya cukup bijaksana untuk memahami samsara permainan abadi kehidupan ini
Semoga segalanya mampu berbahagia untuk mengasihi konsekuensi interconnected logis yang terjadi
Semoga segalanya makin berdaya untuk melampaui dilemmatika amanah tanggung jawab pemeranan yang diterima


Amor Dei, Amor Fati
(Jika cinta Tuhan cintailah juga GarisNya.)  
Dhammo have rakkhati dhammacarim 
(Dharma kebenaran akan melindungi para penempuhNya ) 
Gate Gate Paragate Parasamgate .... Bodhi Svaha 
(lampaui delusi apaya, sensasi surga, fantasi brahma ... murni terjaga, berjaga dan menjaga)
Appamadena Sampadetha 
(berjuanglah untuk tidak lengah sebagai/selayak/selaras ariya) 
Wei Wu Wei 
(Just flow .... being totally conscious process ... action without actor & acting)
Que Sera Sera ... Pantha Rei 
(Apapun yang terjadi terjadilah .... Biarlah semua mengalir apa adanya) 

just logo
REMIX JUST FOR SEEKER
 
 



  
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar