SPIRITUALITY ALSO FOR SECULAR PERSON OR JUST FOR RELIGIOUS PEOPLE ?
PRAKATA FROM TRUTH SEEKER FOR TRUE SEEKER ? Namaste ...bagi kami... artinya : " saya menghormati/menghargai yang ada di dalam anda" maksudnya : esensi kemurnian nirvanik, energi keilahian batiniah, materi kealamian zahiriah.
SPIRITUALITY ALSO FOR SECULAR PERSON OR JUST FOR RELIGIOUS PEOPLE ?
PRAKATA
FROM TRUTH SEEKER FOR TRUE SEEKER ?
Namaste ...bagi kami... artinya : " saya menghormati/menghargai yang ada di dalam anda"
maksudnya : esensi kemurnian nirvanik, energi keilahian batiniah, materi kealamian zahiriah.
Sikap gesture tangan India ini menjadi sangat popular terutama pada saat pandemi global Covid-19 saat ini dimana jangankan untuk negatif tranyakan untuk positif keakraban kontak fisik berjabat tangan apalagi cipika-cipiki saja terbatasi dengan kebijakan distansi sosial untuk kebajikan saling menjaga dan terjaga (bukan hanya untuk diri sendiri namun juga demi orang lain dan lingkungan sekitar kita … Sedaka Sutta ?). Namaste (bagi kami) artinya : " saya menghormati/menghargai yang ada di dalam anda" maksudnya : esensi kemurnian nirvanik, energi keilahian batiniah, materi kealamian zahiriah. Link video =
Sikap gesture tangan India ini menjadi sangat popular terutama pada saat pandemi global Covid-19 saat ini dimana jangankan untuk negatif tranyakan untuk positif keakraban kontak fisik berjabat tangan apalagi cipika-cipiki saja terbatasi dengan kebijakan distansi sosial untuk kebajikan saling menjaga dan terjaga (bukan hanya untuk diri sendiri namun juga demi orang lain dan lingkungan sekitar kita … Sedaka Sutta ?).
Namaste (bagi kami) artinya : " saya menghormati/menghargai yang ada di dalam anda"
maksudnya : esensi kemurnian nirvanik, energi keilahian batiniah, materi kealamian zahiriah.
Link video =
Ingat, tanpa menafikan peran kebersamaan universal manusiawi kita sebagai faber mundi (pemberdaya peradaban) di bumi, pada dasarnya kita hanyalah viator mundi (pengembara yang singgah bukan penghuni tetap) dalam kehidupan duniawi kita saat ini dengan casing peran persona dagelan nama-rupa samsarik untuk keberlanjutan kehidupan berikutnya lagi. Jagalah keberkahan di bumi dan bawalah keberkahan untuk saat nanti. Sebagaimana tuning frekuensi gelombang arus kesadaran, tanpa menafikan akumulasi karmik sebelumnya konsistensi sikap, tindakan dan capaian diri saat ini akan berdampak pada konsekuensi yang akan diterima nanti demikian seterusnya. Link video = welcome to the earth = selamat datang ke dunia (sebagai manusia ) sudah kami hapus, guys ... sungkan (notifikasi karena keluhan pemilik atas hak ciptanya di channel youtube kami). maaf,ya ? kutipan timestamp clips : Welcome to the earth EH = You may be feeling that it would be easier to be hearing these words if they had come to you the first day of your experience upon this earth. And if we were talking to you on your first day of physical life experience, we would say to you, Welcome to planet Earth. There is nothing that you cannot be or do or have. You are magnificent creator, and you are here by your powerful and deliberate wanting to be here. Go forth, giving thought to what you are wanting, attracting life experience to help you decide what you want, and once you have decided, giving thought only unto that. Most of your time will be spent collecting data, data that will help you decide what it is you want. But your real work is to decide what you want and then to focus upon it. For it is through focusing upon what you want you will attract it. That is the process of creating. Anda mungkin akan merasa lebih mudah untuk mendengar kata-kata ini. Seandainya disampaikan kepada anda pada hari pertama anda hadir di bumi ini. Dan jika seandainya kita dapat berbicara pada anda, saat anda pertama sekali hadir secara fisik di dunia ini, kami akan berkata : selamat datang di bumi . Tak ada satupun yang tidak dapat anda kerjakan, menjadi atau memiliki. Anda adalah Pencipta yang hebat. Dan anda ada disini dikarenakan kekuatan dan keinginan anda untuk ada disini. Maju terus, fikirkanlah apa yang anda inginkan. “Tariklah” pengalaman hidup untuk membantu anda menentukan apa yang anda inginkan, Dan sekali anda telah memutuskan apa yang anda inginkan, fikirkanlah hal tersebut saja. Sebagian besar waktu anda akan dipakai untuk mengumpulkan semua data, data yang akan membantu anda menentukan apa yang anda inginkan. Tetapi, tugas anda yang sebenarnya adalah menentukan apa yang anda inginkan dan lalu fokuskan ke hal yang anda inginkan. Karena melalui pemfokusan ke hal yang anda inginkan akan “menarik” hal yang anda inginkan. Itulah yang disebut proses penciptaan. MB = I believe that you're great, that there's something magnificent about you. Regardless of what has happened to you in your life. Regardless of how young or old you think you might be. The moment you begin to "think properly," this something that's within you, this power within you that's greater than the world, it will begin to emerge. It will take over your life. It will feed you. It will clothe you. It will guide you, protect you, direct you, sustain your very existence. If you let it Now that is what I know, for sure. Saya percaya anda adalah hebat, bahwa ada sesuatu yang luar biasa tentang anda. Tanpa menghiraukan apa yang terjadi dalam hidupmu,terlepas dari betapa muda atau tuanya anda, pada saat anda mulai dapat berfikir sebaik-baiknya:ada sesuatu di dalam, kekuatan di dalam diri anda ,yang bahkan lebih kuat dari dunia ini,kekuatan ini akan mulai muncul,kekuatan ini akan menguasai hidup anda. Dia akan menghidupi anda,memberi anda pakaian,membimbing anda, melindungi anda, mengarahkan anda,mempertahankan eksistensi anda …. Jika anda mengizinkannya. Hanya itulah yang saya tahu …yang sebenarnya.
Ingat, tanpa menafikan peran kebersamaan universal manusiawi kita sebagai faber mundi (pemberdaya peradaban) di bumi, pada dasarnya kita hanyalah viator mundi (pengembara yang singgah bukan penghuni tetap) dalam kehidupan duniawi kita saat ini dengan casing peran persona dagelan nama-rupa samsarik untuk keberlanjutan kehidupan berikutnya lagi. Jagalah keberkahan di bumi dan bawalah keberkahan untuk saat nanti. Sebagaimana tuning frekuensi gelombang arus kesadaran, tanpa menafikan akumulasi karmik sebelumnya konsistensi sikap, tindakan dan capaian diri saat ini akan berdampak pada konsekuensi yang akan diterima nanti demikian seterusnya.
Link video =
welcome to the earth = selamat datang ke dunia (sebagai manusia )
sudah kami hapus, guys ... sungkan (notifikasi karena keluhan pemilik atas hak ciptanya di channel youtube kami). maaf,ya ?
kutipan timestamp clips :
Welcome to the earth
EH = You may be feeling that it would be easier to be hearing these words if they had come to you the first day of your experience upon this earth. And if we were talking to you on your first day of physical life experience, we would say to you, Welcome to planet Earth. There is nothing that you cannot be or do or have. You are magnificent creator, and you are here by your powerful and deliberate wanting to be here. Go forth, giving thought to what you are wanting, attracting life experience to help you decide what you want, and once you have decided, giving thought only unto that. Most of your time will be spent collecting data, data that will help you decide what it is you want. But your real work is to decide what you want and then to focus upon it. For it is through focusing upon what you want you will attract it. That is the process of creating.
Anda mungkin akan merasa lebih mudah untuk mendengar kata-kata ini. Seandainya disampaikan kepada anda pada hari pertama anda hadir di bumi ini. Dan jika seandainya kita dapat berbicara pada anda, saat anda pertama sekali hadir secara fisik di dunia ini, kami akan berkata : selamat datang di bumi . Tak ada satupun yang tidak dapat anda kerjakan, menjadi atau memiliki. Anda adalah Pencipta yang hebat. Dan anda ada disini dikarenakan kekuatan dan keinginan anda untuk ada disini. Maju terus, fikirkanlah apa yang anda inginkan. “Tariklah” pengalaman hidup untuk membantu anda menentukan apa yang anda inginkan, Dan sekali anda telah memutuskan apa yang anda inginkan, fikirkanlah hal tersebut saja. Sebagian besar waktu anda akan dipakai untuk mengumpulkan semua data, data yang akan membantu anda menentukan apa yang anda inginkan. Tetapi, tugas anda yang sebenarnya adalah menentukan apa yang anda inginkan dan lalu fokuskan ke hal yang anda inginkan. Karena melalui pemfokusan ke hal yang anda inginkan akan “menarik” hal yang anda inginkan. Itulah yang disebut proses penciptaan.
MB = I believe that you're great, that there's something magnificent about you. Regardless of what has happened to you in your life. Regardless of how young or old you think you might be. The moment you begin to "think properly," this something that's within you, this power within you that's greater than the world, it will begin to emerge. It will take over your life. It will feed you. It will clothe you. It will guide you, protect you, direct you, sustain your very existence. If you let it Now that is what I know, for sure.
Saya percaya anda adalah hebat, bahwa ada sesuatu yang luar biasa tentang anda. Tanpa menghiraukan apa yang terjadi dalam hidupmu,terlepas dari betapa muda atau tuanya anda, pada saat anda mulai dapat berfikir sebaik-baiknya:ada sesuatu di dalam, kekuatan di dalam diri anda ,yang bahkan lebih kuat dari dunia ini,kekuatan ini akan mulai muncul,kekuatan ini akan menguasai hidup anda. Dia akan menghidupi anda,memberi anda pakaian,membimbing anda, melindungi anda, mengarahkan anda,mempertahankan eksistensi anda …. Jika anda mengizinkannya. Hanya itulah yang saya tahu …yang sebenarnya.
Jika anda inginkan surga di sana layakkan juga surga di sini dengan kearifan menjaga kebersamaan dan kebaikan untuk sesama dengan memastikan keberdayaan tindakan nyata bukan sekedar idea anggapan dan keyakinan belaka. Walau secara labeling pandangan mungkin saja masih nanti (paska pralaya dunia?) namun dalam leveling kenyataan bisa jadi seketika (tanpa alam antara?). Jika anda dambakan kemanunggalan Ilahiah (transendensi moksa individualitas universal nama batiniah ke wilayah rohani tinggi hingga Anenja Brahma tidak sebatas dematerialisasi murca rupa zahiriah ke dimensi eteris peta, asura Bhumadeva atau astral Kamadeva 6 ?) layakkan diri sebagai media Brahma Vihara (sebagai media ilahi … tidak sekedar lihai bertransaksi mendapat untuk tersekap atau ikhlash memberi untuk menerima kembali namun murni mengasihi sebagaimana harusnya harmoni kasih universal yang berlaku disadari dan ketulusan untuk berbagi secara wajar memang perlu dijalani) sehingga kualifikasi adhikari tihetuka yang dewasa terjaga dan (dikarenakan senantiasa ada korelasi kosmik antara kesadaran, kecakapan dan kelayakan yang tumbuh berkembang secara simultan/progressif) kewasesaan batiniah juga akan berkembang (orientasi , refleksi + distansi & meditasi) dari akar penempuhan hingga puncak penembusannya (asalkan tetap terjaga dari godaan kemegahan yang menyekap sensasi kemauan, cobaan kemampuan yang menjebak fantasi keakuan dan labirin parallel yang memandekan, membingungkan atau bahkan menjatuhkan). Jika anda harapkan nibbana nanti layakkan juga nibbana saat ini dengan keterjagaan memandang tilakhana kesemestaan dengan kewaspadaan tanpa keterlelapan dan keberdayaan simultan progressif menyelaraskan diri dengan kewajaran pemurnian adhi sila (moralitas berprilaku zahiriah dan integritas berpribadi batiniah), memberdayakan diri dengan kemantapan adhi citta bhavana dan semakin men-terjagakan diri dengan kematangan penembusan adhi panna sehingga memadailah kualitas Ariya Puggala ... bukan hanya terlayakkan 'sertifikat kosmik' atas pencapaian magga phala nibbana (irreversible?) namun juga 'kualitas kosmik' yang memang dipandang layak oleh Advaita Dhamma Niyama untuk tidak lagi perlu (karena sudah terlalu mampu) 'ndagel' bermimpi di permainan samsara ini. Intinya, tak perlu ada pembandingan apalagi kesombongan, kemelekatan apalagi keserakahan dan kekesalan apalagi permusuhan dalam permainan keabadian ini. Bahkan dengan pemahaman kebijaksanaan, kecakapan keberdayaan dan kesediaan kebahagiaan tersebut berikanlah respek kepada segala media eksistensial yang memerankan aneka lakon yang diperlukan, kaidah universal yang menentukan manual dampak skenario yang menjadi acuan aturan bermainnya & esensi transendental yang menyaksikan pagelaran agung keabadian ini. Desain mandala ini sudah 'sempurna' tertata .... so, terimalah segalanya apa adanya agar kita dapat mengasihi sebagaimana harusnya sehingga kita mampu melampauinya dengan bijaksana. Tanamlah apa yang ingin anda tuai nantinya, layakkan apa yang akan anda capai nantinya dan niscayakan apa yang keniscayaan seharusnya terjadi nantinya. Kita (tak perduli siapapun kita inginkan untuk diidentifikasikan oleh diri /lainnya, etc ) sesungguhnya tidak akan dapat (sehingga tidak perlu) memanipulasi label semulia apapun itu tampaknya apalagi jika hanya sekedar untuk mengeksploitasi. Kita hanya perlu merealisasikan level apa yang seharusnya terniscayakan dalam kesedemikianan yang ada dengan apa adanya baik secara eksistensial, universal apalagi transendental. Thus, be realistics to realize the real.
STYLE Be Realistics to Realize the Real Bersikap realistis untuk merealisasi yang real NDAGELE SAKMADYO WAE jalani drama kehidupan ini sewajarnya saja Dalam kesedemikian perlu keberdayaan dengan keselarasan dalam keseluruhan untuk meniscayakan keberadaan.
Well, Susah juga ndagel patut (berperan tepat dalam figur eksistensial insaniah multi peran dalam faktisitas / kompleksitas keberadaan duniawi samsarik) ... Masih 2.5 tahun lagi baru bisa tergenapi pensiun pembebasan kedinasan /kualitas kinerja menurun kuantitas waktu belum tuntas/, nih ( masa pandemi Corona yang sudah berlalu tidak lagi bikin galau namun semoga bisa ngelumrah tanpa masalah umtuk Husnul khotimah tanpa harus kacau dan tidak perlu sakau dengan segala keribetan & perepotan yang ada). Setiap kita memang perlu melalui dan melampaui setiap episode permainan keabadian yang disebut kehidupan (hingga kematian ... pasti. namun tetap tanpa kedewasaan pencerahan lagi karena asyik mbadut dalam dagelan nama rupa samsarik ? hehehe ) ini. Semoga berkah tetap mampu dijalani ... minimal bubrah tak perlu kita lakukan bukan hanya pada diri sendiri apalagi kepada semesta kebersamaan dan sentra keseluruhan segalaNya ... tahu diri hanya sebagai setitik air impersonal reality di samudera raya keberadaan untuk sekedar selaras wajar meng-ada tanpa perlu pekok meng-ada ada apalagi heboh meng-ada ada kan. (tanpo ngumpluk ... kegeden anggep & kakehan karep ? - jw). Semoga janji sharing idea bisa tuntas segera ... kalau belum ? Ya .. lanjutkan paska pensiun nanti saja (jika sempat waktu hidup , ada energi intelgensi, komitmen niatan berbagi lagi dsb, lho)
Jika anda inginkan surga di sana layakkan juga surga di sini dengan kearifan menjaga kebersamaan dan kebaikan untuk sesama dengan memastikan keberdayaan tindakan nyata bukan sekedar idea anggapan dan keyakinan belaka. Walau secara labeling pandangan mungkin saja masih nanti (paska pralaya dunia?) namun dalam leveling kenyataan bisa jadi seketika (tanpa alam antara?).
Jika anda dambakan kemanunggalan Ilahiah (transendensi moksa individualitas universal nama batiniah ke wilayah rohani tinggi hingga Anenja Brahma tidak sebatas dematerialisasi murca rupa zahiriah ke dimensi eteris peta, asura Bhumadeva atau astral Kamadeva 6 ?) layakkan diri sebagai media Brahma Vihara (sebagai media ilahi … tidak sekedar lihai bertransaksi mendapat untuk tersekap atau ikhlash memberi untuk menerima kembali namun murni mengasihi sebagaimana harusnya harmoni kasih universal yang berlaku disadari dan ketulusan untuk berbagi secara wajar memang perlu dijalani) sehingga kualifikasi adhikari tihetuka yang dewasa terjaga dan (dikarenakan senantiasa ada korelasi kosmik antara kesadaran, kecakapan dan kelayakan yang tumbuh berkembang secara simultan/progressif) kewasesaan batiniah juga akan berkembang (orientasi , refleksi + distansi & meditasi) dari akar penempuhan hingga puncak penembusannya (asalkan tetap terjaga dari godaan kemegahan yang menyekap sensasi kemauan, cobaan kemampuan yang menjebak fantasi keakuan dan labirin parallel yang memandekan, membingungkan atau bahkan menjatuhkan).
Jika anda harapkan nibbana nanti layakkan juga nibbana saat ini dengan keterjagaan memandang tilakhana kesemestaan dengan kewaspadaan tanpa keterlelapan dan keberdayaan simultan progressif menyelaraskan diri dengan kewajaran pemurnian adhi sila (moralitas berprilaku zahiriah dan integritas berpribadi batiniah), memberdayakan diri dengan kemantapan adhi citta bhavana dan semakin men-terjagakan diri dengan kematangan penembusan adhi panna sehingga memadailah kualitas Ariya Puggala ... bukan hanya terlayakkan 'sertifikat kosmik' atas pencapaian magga phala nibbana (irreversible?) namun juga 'kualitas kosmik' yang memang dipandang layak oleh Advaita Dhamma Niyama untuk tidak lagi perlu (karena sudah terlalu mampu) 'ndagel' bermimpi di permainan samsara ini.
Intinya, tak perlu ada pembandingan apalagi kesombongan, kemelekatan apalagi keserakahan dan kekesalan apalagi permusuhan dalam permainan keabadian ini. Bahkan dengan pemahaman kebijaksanaan, kecakapan keberdayaan dan kesediaan kebahagiaan tersebut berikanlah respek kepada segala media eksistensial yang memerankan aneka lakon yang diperlukan, kaidah universal yang menentukan manual dampak skenario yang menjadi acuan aturan bermainnya & esensi transendental yang menyaksikan pagelaran agung keabadian ini. Desain mandala ini sudah 'sempurna' tertata .... so, terimalah segalanya apa adanya agar kita dapat mengasihi sebagaimana harusnya sehingga kita mampu melampauinya dengan bijaksana. Tanamlah apa yang ingin anda tuai nantinya, layakkan apa yang akan anda capai nantinya dan niscayakan apa yang keniscayaan seharusnya terjadi nantinya. Kita (tak perduli siapapun kita inginkan untuk diidentifikasikan oleh diri /lainnya, etc ) sesungguhnya tidak akan dapat (sehingga tidak perlu) memanipulasi label semulia apapun itu tampaknya apalagi jika hanya sekedar untuk mengeksploitasi. Kita hanya perlu merealisasikan level apa yang seharusnya terniscayakan dalam kesedemikianan yang ada dengan apa adanya baik secara eksistensial, universal apalagi transendental. Thus, be realistics to realize the real.
STYLE
Be Realistics to Realize the Real
Bersikap realistis untuk merealisasi yang real
NDAGELE SAKMADYO WAE
jalani drama kehidupan ini sewajarnya saja
Dalam kesedemikian perlu keberdayaan dengan keselarasan dalam keseluruhan untuk meniscayakan keberadaan.
Well,
Susah juga ndagel patut (berperan tepat dalam figur eksistensial insaniah multi peran dalam faktisitas / kompleksitas keberadaan duniawi samsarik) ... Masih 2.5 tahun lagi baru bisa tergenapi pensiun pembebasan kedinasan /kualitas kinerja menurun kuantitas waktu belum tuntas/, nih ( masa pandemi Corona yang sudah berlalu tidak lagi bikin galau namun semoga bisa ngelumrah tanpa masalah umtuk Husnul khotimah tanpa harus kacau dan tidak perlu sakau dengan segala keribetan & perepotan yang ada). Setiap kita memang perlu melalui dan melampaui setiap episode permainan keabadian yang disebut kehidupan (hingga kematian ... pasti. namun tetap tanpa kedewasaan pencerahan lagi karena asyik mbadut dalam dagelan nama rupa samsarik ? hehehe ) ini. Semoga berkah tetap mampu dijalani ... minimal bubrah tak perlu kita lakukan bukan hanya pada diri sendiri apalagi kepada semesta kebersamaan dan sentra keseluruhan segalaNya ... tahu diri hanya sebagai setitik air impersonal reality di samudera raya keberadaan untuk sekedar selaras wajar meng-ada tanpa perlu pekok meng-ada ada apalagi heboh meng-ada ada kan. (tanpo ngumpluk ... kegeden anggep & kakehan karep ? - jw).
Semoga janji sharing idea bisa tuntas segera ... kalau belum ? Ya .. lanjutkan paska pensiun nanti saja (jika sempat waktu hidup , ada energi intelgensi, komitmen niatan berbagi lagi dsb, lho)
Sekedar mengingatkan kesejatian diri & menghargai keberadaan saat ini kita semua “We are not human beings having a spiritual experience. We are spiritual beings having a human experience.”― Pierre Teilhard de Chardinliteral : Kita bukan manusia yang memiliki pengalaman spiritual. Kita makhluk spiritual yang memiliki pengalaman manusia
Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya.
PRAKATA : Just Simple Words to Begin and Fade Away (Hanya Kata-kata Sederhana untuk Memulai dan kemudian Berlalu) Silence is the language of God. All else is poor translation. ~ RumiKeheningan adalah Bahasa Ilahiah. Segala lainnya hanyalah terjemahan semu adanya.Link video : Awaken Samadhi trailer Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya..... Belajarlah meng-"esa"-kan diri dalam keseluruhan, kebersamaan dan kesemestaan....Kebahagiaan kita berbanding lurus dg kebijaksanaan kita namun berbanding terbalik dengan kemelekatan kita. Tdk semua yang kita inginkan akan menjadi kenyataan, tdk semua yang tdk kita inginkan tdk akan menjadi kenyataan. So, perlu kebijaksanaan untuk menerima kenyataan sebagaimana adanya dan tidak terlalu mengharuskan keinginan kita menjadi kenyataan..... Dunia mungkin hanya memandang dari produk pencapaian kita di permukaan, namun Tuhan sesungguhnya di kedalaman menilai kita dari proses penempuhan kita. So, jangan terkelabui oleh permainan duniawi karena dihadapanNya tidaklah penting harta kekayaan, nilai perolehan, kemuliaan diri dsb yang pada dasarnya hanyalah by product dampak samping dari perjalanan kehidupan ini. Dia lebih mengutamakan bagaimana cara kita mensikapi, menjalani dan mengatasi amanah kehidupan ini sebagai atsar amalan diri kita kelak. Bukan kaya miskin harta kekayaan, baik buruk nilai perolehan, mulia nista duniawi yang menjadi indikator bagiNya dalam menilai kualitas diri hambaNya tetapi seberapa ikhlas kita mensikapi , seberapa istiqomah kita berikhtiar menjalani dan seberapa tawakal kita menerima garisNya...Bagaikan biasan warna -warni pelangi yang berasal dari Sumber Cahaya Putih Cemerlang yang sama walau dalam dunia segalanya tampak berbeda di permukaannya, namun dalam Dharma segalanya menyatu dalam kesejatianNya.
PLUS : Kata manusia berasal dari kata mana dan ussa. Mana artinya ‘batin’ atau ‘pikiran’. Ussa artinya luhur atau tinggi. Jadi kata manusia mempunyai arti: mahluk yang mempunyai batin tinggi atau mahluk yang bisa mengembangkan batinnya, pikirannya, mencapai keluhuran. Dengan demikian, menurut arti katanya, maka manusia yang berusaha membawa dirinya mencapai nilai-nilai yang lebih tinggi, itulah manusia yang wajar. Tinjauan ini menyadarkan kita bahwa tanpa adanya usaha membawa diri mencari nilai-nilai kehidupan yang lebih tinggi, martabat manusia menjadi melenceng dari sebutan ‘manusia’ yang disandangnya itu. plus kutipan = ttps://kalamadharma.blogspot.com/2020/06/mbuh.html Terma manusia konon berasal dari kata Sanskrit Manas & Ashya (Pali : Manussa?) ... suatu keberadaan yang dengan batin fikirannnya di wilayah mediocre duniawi ini memungkinkannya mencapai puncak evolusi individual tertinggi wilayah samsarik imanen (kebebasan pencerahan atau minimal nama abhasara ?) namun juga sekaligus bisa menjatuhkannya ke dalam jurang terdalam labirin permainan keabadian hidup ini (apaya niraya atau bahkan rupa lokantarika?). Kita sering mengamati terkadang juga menikmati bahkan menjalani juga drama internal universal yang tidak selalu wajar sebagai media impersonal dalam kearifan, kebaikan dan keaslian namun terkadang bahkan justru heboh sebagai figur personal dengan kenaifan, kesemuan bahkan keliaran ... hingga batas 'akhir' setiap episode permainan kehidupan singgahan duniawi yang disebut kematian. Suka atau tidak suka, takut atau tidak takut, siap atau tidak siap .... toh antithesis kematian sebagai konsekuensi logis dari thesis kehidupan harus rela diterima bersama juga dengan synthesis tidak hanya peninggalan hidup eksistensial (memory kenangan, property warisan, produk karya bagi insan dunia yang ditinggalkan ... baik mulia maupun nista? ) namun juga keberlanjutan arus kehidupan individual (level swadika, bakat talenta, hisab visekha ... untuk episode 'pribadi' berikutnya)....etc. Link video : Ela - Manusia
PLUS :
Kata manusia berasal dari kata mana dan ussa. Mana artinya ‘batin’ atau ‘pikiran’. Ussa artinya luhur atau tinggi. Jadi kata manusia mempunyai arti: mahluk yang mempunyai batin tinggi atau mahluk yang bisa mengembangkan batinnya, pikirannya, mencapai keluhuran. Dengan demikian, menurut arti katanya, maka manusia yang berusaha membawa dirinya mencapai nilai-nilai yang lebih tinggi, itulah manusia yang wajar. Tinjauan ini menyadarkan kita bahwa tanpa adanya usaha membawa diri mencari nilai-nilai kehidupan yang lebih tinggi, martabat manusia menjadi melenceng dari sebutan ‘manusia’ yang disandangnya itu.
plus kutipan = ttps://kalamadharma.blogspot.com/2020/06/mbuh.html
Terma manusia konon berasal dari kata Sanskrit Manas & Ashya (Pali : Manussa?) ... suatu keberadaan yang dengan batin fikirannnya di wilayah mediocre duniawi ini memungkinkannya mencapai puncak evolusi individual tertinggi wilayah samsarik imanen (kebebasan pencerahan atau minimal nama abhasara ?) namun juga sekaligus bisa menjatuhkannya ke dalam jurang terdalam labirin permainan keabadian hidup ini (apaya niraya atau bahkan rupa lokantarika?). Kita sering mengamati terkadang juga menikmati bahkan menjalani juga drama internal universal yang tidak selalu wajar sebagai media impersonal dalam kearifan, kebaikan dan keaslian namun terkadang bahkan justru heboh sebagai figur personal dengan kenaifan, kesemuan bahkan keliaran ... hingga batas 'akhir' setiap episode permainan kehidupan singgahan duniawi yang disebut kematian. Suka atau tidak suka, takut atau tidak takut, siap atau tidak siap .... toh antithesis kematian sebagai konsekuensi logis dari thesis kehidupan harus rela diterima bersama juga dengan synthesis tidak hanya peninggalan hidup eksistensial (memory kenangan, property warisan, produk karya bagi insan dunia yang ditinggalkan ... baik mulia maupun nista? ) namun juga keberlanjutan arus kehidupan individual (level swadika, bakat talenta, hisab visekha ... untuk episode 'pribadi' berikutnya)....etc.
Link video : Ela - Manusia
Sebagai seorang manusia rasional positivist umumnya kita intelectually menggunakan filsafat untuk mengamati fenomena objektif di luar & psikologi untuk mengamati fenomena subjektif di dalam. Semula kami mengira hanya diperlukan 'parama dhamma' 4 (kearifan, keuletan, keahlian & kebaikan) untuk menghadapi kehidupan ini secara pragmatis namun akhirnya bersamaan dengan waktu & trial error kami menyadari kebijaksanaan perifer tepian permukaan itu ternyata tidak cukup ada kebijaksanaan mendalam lagi yang menjadi dasar untuk itu ... kesucian. Bukan karena pemurnian itu dimaksudkan sebagai faktor pengkondisi saja bagi keberkahan dan kesuksesan sejati namun tampaknya justru itu sentra dari keberadaan, kesunyataan dan kesedemikianan yang terniscayakan terjadi dan karenanya perlu peniscayaan untuk merealisasi.... terlepas apapun anggapan/pandangan diri kita semula (keharusan duniawi, kejatuhan surgawi, keterlupaan panentheistik, keterlelapan samsarik , dsb) Realisasi spiritualitas tampaknya memang perlu keautentikan plus keholistikan (minimal dalam wawasan walau belum dalam tataran).
Sebagai seorang manusia rasional positivist umumnya kita intelectually menggunakan filsafat untuk mengamati fenomena objektif di luar & psikologi untuk mengamati fenomena subjektif di dalam. Semula kami mengira hanya diperlukan 'parama dhamma' 4 (kearifan, keuletan, keahlian & kebaikan) untuk menghadapi kehidupan ini secara pragmatis namun akhirnya bersamaan dengan waktu & trial error kami menyadari kebijaksanaan perifer tepian permukaan itu ternyata tidak cukup ada kebijaksanaan mendalam lagi yang menjadi dasar untuk itu ... kesucian. Bukan karena pemurnian itu dimaksudkan sebagai faktor pengkondisi saja bagi keberkahan dan kesuksesan sejati namun tampaknya justru itu sentra dari keberadaan, kesunyataan dan kesedemikianan yang terniscayakan terjadi dan karenanya perlu peniscayaan untuk merealisasi.... terlepas apapun anggapan/pandangan diri kita semula (keharusan duniawi, kejatuhan surgawi, keterlupaan panentheistik, keterlelapan samsarik , dsb) Realisasi spiritualitas tampaknya memang perlu keautentikan plus keholistikan (minimal dalam wawasan walau belum dalam tataran).
Dari WA group alumni SMA = Di bawah lamgit ini kau tidak sendirian ... Tuhan menciptakan perbedaan jauh sebelum engkau dilahirkan. Siapa yang menciptakan perbedaan ? Tuhan itu sendiri. Jika Ia mau semua seragam sudah dibuatnya dari dulu. (selamat tahun baru imlek 2022) juga Selamat Natal 2022 bagi saudara kami umat Kristiani dan Selamat Tahun Baru 2023 bagi semuanya
Dari WA group alumni SMA =
Di bawah lamgit ini kau tidak sendirian ... Tuhan menciptakan perbedaan jauh sebelum engkau dilahirkan. Siapa yang menciptakan perbedaan ? Tuhan itu sendiri. Jika Ia mau semua seragam sudah dibuatnya dari dulu. (selamat tahun baru imlek 2022)
juga
Selamat Natal 2022 bagi saudara kami umat Kristiani
dan Selamat Tahun Baru 2023 bagi semuanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar