SPIRITUAL AND RELIGIOUS VS SPIRITUAL NON RELIGIOUS
SPIRITUALITY FROM RELIGIOUS PEOPLE FOR SECULAR PERSONS ?
TRUTH OR FAITH ... REALITY OR AUTHORITY ?
Just For Seekers : SBNR ?
https://en.wikipedia.org/wiki/Spiritual_but_not_religious
LINK VIDEO LAIN
SKETSA PARADIGMA PARIPURNA
KONSIDERAN PARADIGMA Keterjagaan > Keberdayaan > Kebahagiaan Konsideran Just For Seeker - Panentheistics - Etc
Sadhguru Yasudev Quotes : Every human being should know the highest possibilities in life are, Whether they will walk the path all the way or not is up to them. Setiap manusia seharusnya mengetahui apa kemungkinan tertinggi dalam hidup. Apakah mereka akan menempuh jalan itu sepenuhnya atau tidak adalah terserah mereka.
Berpandangan benar, berpribadi bajik & berprilaku bijak diperlukan bukan hanya bagi setiap diri dan juga lainnya demi ketepatan evolusi pribadi, harmoni dimensi & sinergi valensi namun juga disetiap alam keberadaan (bukan hanya yang telah mencapai & menghuni alam bahagia semisal alam surgawi kamavacara, dimensi ilahiah brahmanda ataupun bahkan esensi murni lokuttara ... namun juga yang masih tersekap & menjebak dalam harapan / ratapan di alam fisik, apaya bahkan hingga lokuttara kelak ?) dikarenakan kaidah kosmik pelayakan keniscayaan dalam keseluruhan yang sudah, sedang dan akan berlangsung demikian adanya. Ada state, peran & tugas yang harus diterima, dikasihi & dilampaui dalam setiap fase permainan keabadian yang kita sebut sebagai keberadaan (mengada > mengada-ada > mengada-adakan ?) ini. See : menghadapi keabadian - kehidupan - kematian (dalam kesadaran , kecakapan & kewajaran ) QUE SERA SERA, PANTHA REI .... SUCHNESS PHILOSOPHY apapun yang terjadi terjadilah , biarkanlah segalanya mengalir apa adanya sebagaimana harusnya ..... Paradigma Kesedemikianan. Paradigma kesedemikianan untuk keselarasan dalam keniscayaan (Parama Dharma - Mandala Advaita - Formula Swadika)
KONSIDERAN PARADIGMA Akal Sehat - Hati nurani - Jiwa Murni (Logika Ethika ) Filsafat & Psikologi ; Dogma Agama ; Sistem Mistik ; Kaidah Dhamma .... See : pandangan, penempuhan, pencapaian kutipan :
spirituality is simple but not easy spiritualitas sebenarnya sederhana namun tidak mudah (difahami & dijalani )sederhana (meninggikan ego atau merendahkan ide ?) tidak berarti dangkal, lho
Kutipan :
Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya). Namun demikian karena ketidak-mengertian seseorang cenderung menganggap sedangkal apapun sesungguhnya level pencapaian dirinya (baik itu karena realisasi, referensi bahkan sekedar identifikasi ataupun imaginasi sekalipun) melabelkan dirinya sendiri sebagai yang tertinggi mengungguli lainnya untuk diakui segala keberadaannya & dituruti setiap keinginannya ..... sehingga tidak hanya stagnan untuk berkembang dalam keberdayaan namun bahkan jatuh terjebak & tersekap dalam keterpedayaan yang berkelanjutan (apalagi jika bukan hanya kebodohan internal namun juga pembodohan eksternal dilakukan .... payah & parah). So, sebagaimana wadah yang kosong, resik dan terbuka yang memungkinkan terisi lebih penuh, murni dan terjaga bukan hanya perendahan keakuan untuk melayakkan peningkatan reseptivitas diri namun tampaknya perlu penghampaan keakuan untuk lebih melayakkan penyelaman/ pencerahan yang lebih dalam lagi. Spiritualitas yang dewasa mutlak memerlukan kelayakan dengan pemastian kehandalan bukan sekedar pelagakan meyakinkan kecitraan belaka. Pencapaian keberdayaan untuk menghadapi segala kemungkinan tidak sekedar menggantungkan pengharapan kepercayaan yang bisa saja semu adanya... kemelekatan fanatis atas dogma justru akan bisa kontraproduktif sebagaimana pelekatan naif lainnya. Fokuskan saja realisasi pada pelayakan Ariya .... Nibbana atau Samsara terserah Niyama Dhamma. Di wilayah manapun dalam peran apapun pada situasi dan kondisi apapun juga seorang Ariya tetap akan mampu bermain apik tidak hanya secara cerdas tetap swadika dalam keterarahan namun juga tetap dengan cantik tanpa mengacaukan segalanya. (Ibaratnya CR7 atau Lionel Messi yang walau sesungguhnya bisa mengatasi bermain bola di klas liga dunia namun jika hanya tampil di turnamen kampung .... pasti akan lebih menguasai tentunya). Pencerahan adalah utama ... pembebasan 'hanyalah' bonusnya saja. Obsesi internal sebagaimana ambisi eksternal adalah tanha yang tersamar sebagaimana juga avijja lainnya (Ashin Tejaniya : jangan remehkan asava defilement karena ketika peremehan dilakukan anda sesungguhnya terlecehkan sendiri karena dijatuhkan dengan kesombongan anda ... awas spiritual materialism Chogyam Trungpa) Inilah sebabnya kami lebih suka istilah sederhana kedewasaan pencerahan ketimbang perayaan kebebasan (karena lebih : true, humble & responsible untuk tetap terjaga , menjaga & berjaga dari segala kemungkinan ... Kebenaran adalah Jalan Kita semua tetapi bukan Milik kita, Diri Kita dan Label Kita ... Anatta ? .. Well, hanya Sang Kebenaran (baca: Hyang Esa ... Tuhan Transenden dalam triade Wujud, Kuasa & KasihNya atas laten deitas keIlahianNya di segala mandala immanenNya yang nyata, mulia dan benar dalam kesempurnaanNya) yang benar. Sedangkan kita dalam keterbatasan & pembatasan yang ada memang sering bodoh, bisa saja salah, dan bahkan mungkin jatuh namun tetap perlu segera bangkit kembali menempuh jalan benar itu dengan benar dalam niat, cara,& arah tujuannya ... terjaga untuk evolusi eksistensial , menjaga bagi harmoni universal & berjaga demi sinergi transendental. Lim, kalau kamu bertanya dan mencari kebenaran, kebenaran itu persis seperti panasnya lampu minyak yang barusan kamu rasakan. Ada namun tidak terlihat, terasa namun tak dapat digenggam, mengelilingimu dengan cahayanya namun tak dapat kamu miliki, semua orang merasakan hal yang sama, melihat pancaran lampu tersebut, namun saat ingin dimiliki atau disentuh dia tak tersentuh, namun dapat dilihat dan dirasakan, itulah kebenaran. Kebenaran itu universal Lim, milik penciptanya dan segenap dunia ini, namun saat kebenaran ingin dimiliki oleh satu orang saja atau satu kelompok saja, dia akan langsung menghilang tak berbekas, karena kebenaran itu untuk disadari, dijalani bukan untuk dimiliki oleh makhluk yang Annica ( Tidak kekal) ini, makhluk yang Lobha ( Serakah) ini, makhluk yang penuh Irsia ( Iri hati) ini, makhluk yang penuh dengan Moha ( Kebodohan) ini dan bukan pula punya makhluk yang penuh dengan Dosa (Kebencian) ini. Disaat sebuah kebenaran sudah di klaim oleh orang lain atau hanya milik sebagian kelompok saja, maka kebenaran tersebut akan berubah menjadi pembenaran, menurut dirinya sendiri, menurut maunya sendiri, menurut nafsunya sendiri. Jadi Lim anakku, berjalanlah diatas kebenaran, lakukanlah yang benar benar, namun jangan sekali kali muncul keinginan untuk memiliki kebenaran yang universal tersebut, karena kebenaran itu universal tidak dapat dimiliki oleh siapapun kecuali Sang Pencipta kebenaran itu sendiri. semoga dapat dipahami dan semoga semua makhluk berbahagia lepas dari penderitaan selamanya, Sadhu sadhu sadhu.. Link : video there is no truth Bhante Punnaji.
KONSIDERAN PARADIGMA intinya : Spiritualitas adalah masalah aktualisasi .autentik meniscayakan kesedemikianan dalam keseluruhan. beragama ? beragamalah namun tidak tereksploitasi apalagi mengeksploitasi. Ingat ada kaidah kebajikan universal untuk harmoni. bermistik ? bermistiklah namun tidak teridentifikasi apalagi mengidentifikasi. Ingat ada kaidah kebijakan transendental untuk evolusi. berdharma? berdharmalah namun tidak teralienasi apalagi mengalienasi. Ingat ada kaidah kebenaran eksistensial untuk sinergi. Atheisme, Agnostisme , dst ? jika alergi dengan terma dogmatis varnatmak "Tuhan" dan sejenisnya ganti saja dengan istilah filosofis 'Dhunyatmak' Causa Prima (sebab awal keazalian) , Sentra segalanya (Inti utama keberadaan) atau Orientasi destinasi (asymptot tujuan akhir kesejatian abadi) atau lainnya. Ini bukan masalah kepercayaan namun keberdayaan, tidak sekedar pengharapan atau penganggapan belaka namun murni masalah pemberdayaan peniscayaan kesedemikianan ... just idea (etika bukan dogma). Ini bukan agama dan seharusnya tidak dipandang sebagai dogma dan sebaiknya selanjutnya juga tetap disikapi / difahami demikian sebagai idea saja adanya. Tidak ada figur sesembahan yang baru, kredo keimanan yang beda ... hanya share idea pengetahuan (imaginasi inferential filosofis ?) & etika penempuhan (realisasi experiential ? sebatas referensi belum realisasi ... jujur saja masih padaparama dihetuka, hehehe ) REKAP FILE REKAP IDEA (30072022) SPIRITUALITY FOR SECULAR PERSON OR JUST FOR RELIGIOUS PEOPLE ?
SPIRITUAL AND RELIGIOUS VS SPIRITUAL NON RELIGIOUS
SPIRITUALITY FOR SECULAR PERSON OR JUST FOR RELIGIOUS PEOPLE ?
Just For Seekers : SBNR ? https://en.wikipedia.org/wiki/Spiritual_but_not_religious
Every human being should know the highest possibilities in life are, Whether they will walk the path all the way or not is up to them.
SKETSA apa ini? coretan tidak karuan..?.. ya ... itulah sketsa sederhana suchness philosophy .... paradigma kesedemikianan , hehehe
TENTANG SKETSA Diagram Venn Himpunan aljabar ? Bujur Sangkar Universun hokistics (harusnya matra 3 bidang ruang > 2 bidang datar = bola > lingkatan Taoism ?)~ = ketidak-terhinggaan (Realitas Kebenaran) ; E = sigma keberadaan ( Fenomena Kenyataan)A B C D = orientasi ke atas, ke dalam vs ke bawah ke luar = Parama Dharma keselarasan vs Maha Avijja ketersesatan Lingkaran = layer eksistensial - Universal - Transendental (disikapi secara holistik sebagai level gradasi > label hirarki ? )Juring AD = ideal keselarasan lokuttara (kedewasaan /pencerahan ) beri tanda centang ( V =victory ) vs Juring BC = idiot ketersesatan lokantarika (tanda X wrong? )evolusi pribadi - harmoni dimensi - sinergi valensi ; (swadika talenta visekha ) (persona regista persada) ; (menerima mengasihi melampaui) (kesadaran di kedalaman - kewajaran di permukaan - kecakapan di keluasan) (being trur - humble - responsible )etc TENTANG IDEA kami tidak membuatkan belenggu pandangan lain, sesembahan baru maupun kelompok beda ( hanya ... just share idea pengertian keseluruhan ) pandangan universal panentheistic (bagi para filsuf ), pandeistic (bagi para agamawan) bahkan panatheistik (bagi para agnostik)rintisan paradigma holistik untuk dikembangkan sesuai kematangan keberadaan diri (puthujana, sekha, bahkan asekha)
INFERENSI DIMENSI = urut dari bawah gradasi vs MLD avijja diri (dampak karmik & effek kosmik)
NO
WILAYAH
LAYER
ORIENTASI
MODE
SIFAT
TERM
TYPE
DIRI ?
TATARAN
1
Kamavacara
Eksistensial
Kebahagiaan
Eksploitasi
Transaksi
Lillah
Persona
Mengaku (sebagai aku)
Personal
2
Brahmanda
Universal
Kesemestaan
Interkoneksi
Harmoni
Billah
Monade
Mengesa (sebagai kita)
Transpersonal
3
Lokuttara
Transendental
Keadvaitaan
Aktualisasi
Sinergi
Fillah
Sakshin
Meniada (sebagai dia)
Impersonal
NO | WILAYAH | LAYER | ORIENTASI | MODE | SIFAT | TERM | TYPE | ||
1 | Kamavacara | Eksistensial | Kebahagiaan | Eksploitasi | Transaksi | Lillah | Persona | Mengaku (sebagai aku) | Personal |
2 | Brahmanda | Universal | Kesemestaan | Interkoneksi | Harmoni | Billah | Monade | Mengesa (sebagai kita) | Transpersonal |
3 | Lokuttara | Transendental | Keadvaitaan | Aktualisasi | Sinergi | Fillah | Sakshin | Meniada (sebagai dia) | Impersonal |
PANENTHEISTIC ? SegalaNya (Laten DeitasNya) bermula, berada dan kembali kepadaNya (triade : diri – alam – inti ) Bermula karena katalisasi peniscayaan keberadaan > emanasi keilahian brahman > prokreasi penciptaan ketuhanan Berada dalam kaidah kosmik (Parama Dhamma akan advaita niyama dharma : keutamaan > kebenaran > kenyataan ) Kembali kepada mandala advaita ( segalanya berada dalam sigma kewilayahan yang sama dari ketidak-terhinggaan yang bukan hanya mungkin memang sudah ada namun juga belum ada , akan ada bahkan susah ada karena konfigurasi peniscayaan yang sudah/belum/akan/tidak terpenuhi.) Gradasi tidak hirarki ? karena walau beda level , layer & label keberadaannya berada dalam kealamian, keilahian & kemurnian advaita mandala yang sama Ah ... Susah juga memadukan apalagi mengungkapkan (terlebih lagi merealisasikan) paradigma kebijaksanaan kesedemikianan demi keselarasan bagi keseluruhan. Maaf, Socrates ... terpaksa untuk mempermudah & memperjelas paradigma kesedemikian ini kami ajukan framework deduktif tidak lagi induktif majeutike terus ... walau bukan hanya sungkan, riskan & kompleks rintisan pandangan ini.
JUST FOR SEEKER ... SBNR &/ SBAR
JUST FOR SEEKER ... SBNR &/ SBAR
Daftar Blog Saya
KUTIPAN REKAP PLUS DATA & IDEA REFERENSI POSTING BLOG LAGI ? PLUS DATA BARU
SBNR &/ SBAR ? SPIRITUAL BUT NOT RELIGIOUS .... SPIRITUAL BUT ALSO RELIGIOUS Meminjam istilah Linda Mercadante penulis buku Belief without borders: inside the minds of the spiritual but not religious Mercadante, Linda A. (2014), Belief without borders: inside the minds of the spiritual but not religious, New York, NY: Oxford University Press, ISBN 978-0199931002
"Spiritual but not religious" (SBNR), also known as "spiritual but not affiliated" (SBNA), is a popular phrase and initialism used to self-identify a life stance of spirituality that does not regard organized religion as the sole or most valuable means of furthering spiritual growth. Historically, the words religious and spiritual have been used synonymously to describe all the various aspects of the concept of religion but in contemporary usage spirituality has often become associated with the interior life of the individual,placing an emphasis upon the well-being of the "mind-body-spirit",while religion refers to organizational or communal dimensions. Origins and demography Historically, the words religious and spiritual have been used synonymously to describe all the various aspects of the concept of religion. However, religion is a highly contested term with scholars such as Russell McCutcheon arguing that the term "religion" is used as a way to name a "seemingly distinct domain of diverse items of human activity and production".The field of religious studies cannot even agree on one definition for religion and since spirituality overlaps with it in many ways it is difficult to reach a consensus for a definition for spirituality as well. The specific expression was used in several scholarly works, including an anthropological paper in 1960 and in Zinnbauer et al.'s seminal paper "Religiousness and Spirituality: Unfuzzying the Fuzzy".SBNR as a movement in America was delineated by author Sven Erlandson in his 2000 book Spiritual but not Religious.The phenomenon possibly started to emerge as a result of a new Romantic movement that began in the 1960s, whereas the relationship between the two has been remotely linked to William James' definition of religious experience, which he defines as the "feelings, acts and experiences of individual men in their solitude, so far as they apprehend themselves to stand in relation to whatever they may consider the divine." Romantic movements tend to lean away from traditional religion and resemble spiritual movements in their endorsement of mystical, unorthodox, and exotic ways.Owen Thomas also states that the ambiguity and lack of structure present in Romantic movements are also present within spiritual movements. According to a study conducted by Pew Research Center in 2012, the number of Americans who do not identify with any religion has increased from 15% in 2007 to 20% in 2012, and this number continues to grow. One fifth of the US public and a third of adults under the age of 30 are reportedly unaffiliated with any religion but identify as being spiritual in some way. Of these religiously unaffiliated Americans, 37% classify themselves as spiritual but not religious, while 68% say they do believe in God, and 58% feel a deep connection to the Earth. Increased popular and scholarly attention to "spirituality" by scholars like Pargament has been related to sociocultural trends towards deinstitutionalization, individualization, and globalization Generational replacement has been understood as a significant factor of the growth of religiously unaffiliated individuals. Significant differences were found between the percentage of those considered younger Millennials (born 1990–1994) as compared with Generation Xers (born 1965–1980), with 34% and 21% reporting to be religiously unaffiliated, respectively. Demographically, research has found that the religiously unaffiliated population is younger, predominately male, and 35% are between the ages of 18 and 29. Conversely, only 8% of religiously unaffiliated individuals are 65 and older. Among those unaffiliated with organized religion as a whole, 56% are men and 44% are women. Another possible explanation for the emergence of SBNR is linguistic. Owen Thomas highlights the fact that spirituality movements tend to be localized to English and North American cultures. The meaning of the term "spirit" is more narrow in English than that of other languages, referring to all of the uniquely human capacities and cultural functions. Yet, according to Siobhan Chandler, to appreciate the "god within" is not a twentieth century notion with its roots in 1960s counter culture or 1980s New Age, but spirituality is a concept that has pervaded all of history. Characteristics of SBNR : Anti-institutional and personal According to Linda Mercadante, SBNRs take a decidedly anti-dogmatic stance against religious belief in general. They claim not only that belief is non-essential, but that it is potentially harmful or at least a hindrance to spirituality. According to Philip D. Kenneson, many of those studied who identify as SBNR feel a tension between their personal spirituality and membership in a conventional religious organization. Most of them value curiosity, intellectual freedom, and an experimental approach to religion. Many go as far to view organized religion as the major enemy of authentic spirituality, claiming that spirituality is private reflection and private experience—not public ritual.To be "religious" conveys an institutional connotation, usually associated with Abrahamic traditions: to attend worship services, to say Mass, to light Hanukkah candles. To be "spiritual," in contrast, connotes personal practice and personal empowerment having to do with the deepest motivations of life.As a result, in cultures that are deeply suspicious of institutional structures and that place a high value on individual freedom and autonomy, spirituality has come to have largely positive connotations, while religion has been viewed more negatively. According to Robert Fuller, the SBNR phenomenon can be characterized as a mix of intellectual progressivism and mystical hunger, impatient with the piety of established churches. According to Robert Wuthnow, spirituality is about much more than going to church and agreeing or disagreeing with church doctrines. Spirituality is the shorthand term used in Western society to talk about a person's relationship with God. For many people, how they think about religion and spirituality is certainly guided by what they see and do in their congregations. At a deeper level, it involves a person's self-identity—feeling loved by God, and these feelings can wax and wane. Categorization of SBNRs :Linda A. Mercadante categorizes SBNRs into five distinct categories: "Dissenters" are the people who, for the most part, make a conscious effort to veer away from institutional religion. "Protesting dissenters" refers to those SBNRs who have been 'turned off' religious affiliation because of adverse personal experiences with it. "Drifted Dissenters" refers to those SBNRs who, for a multitude of reasons, fell out of touch with organized religion and chose never to go back. "Conscientious objector dissenters" refers to those SBNRs who are overtly skeptical of religious institutions and are of the view that religion is neither a useful nor necessary part of an individual's spirituality. "Casuals" are the people who see religious and/or spiritual practices as primarily functional. Spirituality is not an organizing principle in their lives. Rather they believe it should be used on an as-needed basis for bettering their health, relieving stress, and for emotional support. The spirituality of "Casuals" is thus best understood as a "therapeutic" spirituality that centers on the individual's personal wellbeing. "Explorers" are the people who seem to have what Mercadante refers to as a "spiritual wanderlust". These SBNRs find their constant search for novel spiritual practices to be a byproduct of their "unsatisfied curiosity", their desire for journey and change, as well as feelings of disappointment. Explorers are best understood as "spiritual tourists" who take comfort in the destination-less journey of their spirituality and have no intentions of ultimately committing to a spiritual home. "Seekers" are those people who are looking for a spiritual home but contemplate recovering earlier religious identities. These SBNRs embrace the "spiritual but not religious" label and are eager to find a completely new religious identity or alternative spiritual group that they can ultimately commit to. "Immigrants" are those people who have found themselves in a novel spiritual realm and are trying to adjust themselves to this newfound identity and its community. "Immigrants" can be best understood as those SBNRs who are "trying on" a radically new spiritual environment but have yet to feel completely settled there. It is important to note that for these SBNRs, although they are hoping to become fully integrated in their newfound spiritual identities, the process of acclimation is difficult and often disconcerting. Practices SBNR is related to feminist spiritual and religious thought and ecological spiritualities, and also to Neo-Paganism, Wicca, Shamanic, Druidic, Gaian and ceremonial magic practices.Some New Age spiritual practices include astrology, Ouija boards, Tarot cards, the I Ching, and science fiction. A common practice of SBNRs is meditation, such as mindfulness and Transcendental Meditation. Criticism Some representatives of organized religion have criticized the practice of spirituality without religiosity. Lillian Daniel, a liberal Protestant minister, has characterized the SBNR worldview as a product of secular American consumer culture, far removed from community and "right smack in the bland majority of people who find ancient religions dull but find themselves uniquely fascinating" James Martin, a Jesuit priest, has called the SBNR lifestyle "plain old laziness" stating that "spirituality without religion can become a self-centered complacency divorced from the wisdom of a community". Other critics contend that within the "Spiritual but not Religious" worldview, self-knowledge and self-growth have been problematically equated with knowledge of God, directing a person's focus inward. As a result, the political, economic, and social forces that shape the world are neglected and left untended. Further, some scholars have noted the relative spiritual superficiality of particular SBNR practices. Classical mysticism within the world's major religions requires sustained dedication, often in the form of prolonged asceticism, extended devotion to prayer, and the cultivation of humility. In contrast, SBNRs in the Western world are encouraged to dabble in spiritual practices in a way that is often casual and lacking in rigor or any reorganization of priorities. Sociologist Robert Wuthnow suggests that these forms of mysticism are "shallow and inauthentic".Other critics take issue with the intellectual legitimacy of SBNR scholarship. When contrasted with professional or academic theology, spiritual philosophies can appear unpolished, disjointed, or inconsistently sourced Wong and Vinsky challenge SBNR discourse that posits religion as "institutional and structured" in contrast to spirituality as "inclusive and universal" (1346).They argue that this understanding makes invisible the historical construction of "spirituality", which currently relies on a rejection of EuroChristianity for its own self-definition. According to them, Western discourses of "spirituality" appropriate indigenous spiritual traditions and "ethnic" traditions of the East, yet racialized ethnic groups are more likely to be labeled "religious" than "spiritual" by white SBNR practitioners. Wong and Vinsky assert that through these processes, colonial othering is enacted through SBNR discourse.
GOOGLE TRANSLATE https://translate.google.com/?sl=en&tl=id&op=translate
"Spiritual tapi tidak religius" (SBNR), juga dikenal sebagai "spiritual tapi tidak berafiliasi" (SBNA), adalah ungkapan populer dan inisialisasi yang digunakan untuk mengidentifikasi diri sikap hidup spiritualitas yang tidak menganggap agama terorganisir sebagai satu-satunya atau paling sarana berharga untuk memajukan pertumbuhan rohani. Secara historis, kata-kata religius dan spiritual telah digunakan secara sinonim untuk menggambarkan semua aspek yang berbeda dari konsep agama, tetapi dalam penggunaan kontemporer, spiritualitas sering dikaitkan dengan kehidupan interior individu, menempatkan penekanan pada kesejahteraan " pikiran-tubuh-roh", sedangkan agama mengacu pada dimensi organisasi atau komunal. Asal dan demografi Secara historis, kata religius dan spiritual telah digunakan secara sinonim untuk menggambarkan berbagai aspek konsep agama. Namun, agama adalah istilah yang sangat diperdebatkan dengan para sarjana seperti Russell McCutcheon yang berpendapat bahwa istilah "agama" digunakan sebagai cara untuk menamai "domain yang tampaknya berbeda dari beragam item aktivitas dan produksi manusia". Bidang studi agama bahkan tidak bisa. menyepakati satu definisi untuk agama dan karena spiritualitas tumpang tindih dengannya dalam banyak hal, sulit untuk mencapai konsensus untuk definisi spiritualitas juga. Ungkapan khusus digunakan dalam beberapa karya ilmiah, termasuk makalah antropologi pada tahun 1960 dan dalam makalah mani Zinnbauer et al. "Religiousness and Spirituality: Unfuzzying the Fuzzy".SBNR sebagai gerakan di Amerika digambarkan oleh penulis Sven Erlandson dalam karyanya 2000 buku Spiritual tapi bukan Religius. Fenomena ini mungkin mulai muncul sebagai akibat dari gerakan Romantis baru yang dimulai pada 1960-an, sedangkan hubungan antara keduanya telah dikaitkan dengan definisi pengalaman religius William James, yang dia definisikan sebagai "perasaan, tindakan dan pengalaman individu manusia dalam kesendirian mereka, sejauh mereka memahami diri mereka sendiri untuk berdiri dalam kaitannya dengan apa pun yang mereka anggap ilahi." Gerakan-gerakan romantis cenderung menjauh dari agama tradisional dan menyerupai gerakan-gerakan spiritual dalam mendukung cara-cara mistik, tidak ortodoks, dan eksotis. Owen Thomas juga menyatakan bahwa ambiguitas dan kurangnya struktur yang ada dalam gerakan-gerakan Romantis juga hadir dalam gerakan spiritual. Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Pew Research Center pada tahun 2012, jumlah orang Amerika yang tidak menganut agama apa pun telah meningkat dari 15% pada tahun 2007 menjadi 20% pada tahun 2012, dan jumlah ini terus bertambah. Seperlima dari publik AS dan sepertiga orang dewasa di bawah usia 30 tahun dilaporkan tidak berafiliasi dengan agama apa pun tetapi mengidentifikasi diri sebagai spiritual dalam beberapa cara. Dari orang Amerika yang tidak terafiliasi dengan agama ini, 37% mengklasifikasikan diri mereka sebagai spiritual tetapi tidak religius, sementara 68% mengatakan mereka percaya pada Tuhan, dan 58% merasakan hubungan yang mendalam dengan Bumi. Meningkatnya perhatian populer dan ilmiah terhadap "spiritualitas" oleh para sarjana seperti Pargament telah dikaitkan dengan tren sosiokultural menuju deinstitusionalisasi, individualisasi, dan globalisasi Pergantian generasi telah dipahami sebagai faktor signifikan pertumbuhan individu yang tidak terafiliasi dengan agama. Perbedaan signifikan ditemukan antara persentase mereka yang dianggap sebagai Generasi Milenial yang lebih muda (lahir 1990–1994) dibandingkan dengan Generasi X (lahir 1965–1980), dengan masing-masing 34% dan 21% melaporkan tidak terafiliasi secara agama. Secara demografis, penelitian telah menemukan bahwa populasi yang tidak beragama lebih muda, didominasi laki-laki, dan 35% berusia antara 18 dan 29 tahun. Sebaliknya, hanya 8% dari individu yang tidak beragama berusia 65 tahun ke atas. Di antara mereka yang tidak terafiliasi dengan agama terorganisir secara keseluruhan, 56% adalah laki-laki dan 44% adalah perempuan. Penjelasan lain yang mungkin untuk munculnya SBNR adalah linguistik. Owen Thomas menyoroti fakta bahwa gerakan spiritualitas cenderung terlokalisasi pada budaya Inggris dan Amerika Utara. Arti istilah "roh" dalam bahasa Inggris lebih sempit daripada bahasa lain, mengacu pada semua kapasitas dan fungsi budaya manusia yang unik. Namun, menurut Siobhan Chandler, untuk menghargai "tuhan di dalam" bukanlah gagasan abad kedua puluh yang berakar pada budaya tandingan tahun 1960-an atau Zaman Baru tahun 1980-an, tetapi spiritualitas adalah konsep yang telah merasuki seluruh sejarah. Karakteristik SBNR : Anti institusi dan personal Menurut Abby Day, beberapa dari mereka yang kritis terhadap agama melihatnya sebagai kaku dan memaksa, sehingga mereka menggunakan istilah-istilah seperti ateis, agnostik untuk menggambarkan diri mereka sendiri. Bagi banyak orang, SBNR bukan hanya tentang menolak agama secara mentah-mentah, tetapi tidak menginginkannya. untuk dibatasi olehnya. Menurut Linda Mercadante, SBNR jelas-jelas mengambil sikap anti-dogmatis terhadap keyakinan agama secara umum. Mereka mengklaim tidak hanya bahwa kepercayaan itu tidak penting, tetapi juga berpotensi berbahaya atau setidaknya menjadi penghalang bagi spiritualitas. Menurut Philip D. Kenneson, banyak dari mereka yang diteliti yang mengidentifikasi sebagai SBNR merasakan ketegangan antara semangat pribadi mereka Karakteristik SBNR Anti-institusional dan pribadi Menurut Abby Day, sebagian dari mereka yang kritis terhadap agama melihatnya sebagai sesuatu yang kaku dan memaksa, sehingga mereka menggunakan istilah-istilah seperti ateis, agnostik untuk menggambarkan diri mereka.[ Bagi banyak orang, SBNR bukan sekadar menolak agama secara mentah-mentah, tetapi juga tidak ingin dibatasi olehnya. Menurut Linda Mercadante, SBNR jelas-jelas mengambil sikap anti-dogmatis terhadap keyakinan agama secara umum. Mereka mengklaim tidak hanya bahwa kepercayaan tidak penting, tetapi juga berpotensi berbahaya atau setidaknya menghambat spiritualitas. Menurut Philip D. Kenneson, banyak dari mereka yang belajar yang mengidentifikasi sebagai SBNR merasakan ketegangan antara spiritualitas pribadi mereka dan keanggotaan dalam organisasi keagamaan konvensional. Kebanyakan dari mereka menghargai rasa ingin tahu, kebebasan intelektual, dan pendekatan eksperimental terhadap agama. Banyak yang melangkah lebih jauh untuk memandang agama yang terorganisir sebagai musuh utama spiritualitas otentik, mengklaim bahwa spiritualitas adalah refleksi pribadi dan pengalaman pribadi—bukan ritual publik. Menjadi "religius" mengandung konotasi institusional, biasanya dikaitkan dengan tradisi Ibrahim: menghadiri kebaktian, mengatakan Misa, menyalakan lilin Hanukkah. Menjadi "spiritual", sebaliknya, berkonotasi dengan praktik pribadi dan pemberdayaan pribadi yang berkaitan dengan motivasi hidup yang paling dalam. Akibatnya, dalam budaya yang sangat curiga terhadap struktur institusional dan yang menempatkan nilai tinggi pada kebebasan dan otonomi individu, spiritualitas menjadi berkonotasi positif, sementara agama dipandang lebih negatif. Menurut Robert Fuller, fenomena SBNR dapat dicirikan sebagai campuran progresivisme intelektual dan kelaparan mistik, tidak sabar dengan kesalehan gereja-gereja mapan. Menurut Robert Wuthnow, spiritualitas lebih dari sekadar pergi ke gereja dan setuju atau tidak setuju dengan doktrin gereja. Spiritualitas adalah istilah singkat yang digunakan dalam masyarakat Barat untuk berbicara tentang hubungan seseorang dengan Tuhan. Bagi banyak orang, cara mereka berpikir tentang agama dan spiritualitas tentu dipandu oleh apa yang mereka lihat dan lakukan di jemaat mereka. Pada tingkat yang lebih dalam, ini melibatkan identitas diri seseorang—perasaan dikasihi oleh Tuhan, dan perasaan ini bisa bertambah dan berkurang Kategorisasi SBNR Linda A. Mercadante mengkategorikan SBNR ke dalam lima kategori berbeda:[ "Pembangkang" adalah orang-orang yang, sebagian besar, secara sadar berusaha untuk menyimpang dari agama institusional. "Memprotes pembangkang" mengacu pada SBNR yang telah 'dimatikan' afiliasi keagamaannya karena pengalaman pribadi yang merugikan dengannya. "Pembangkang yang Melayang" mengacu pada SBNR yang, karena banyak alasan, tidak berhubungan dengan agama yang terorganisir dan memilih untuk tidak pernah kembali. "Pembangkang yang menolak dengan hati nurani" mengacu pada SBNR yang secara terang-terangan skeptis terhadap institusi keagamaan dan berpandangan bahwa agama bukanlah bagian yang berguna dan tidak perlu dari spiritualitas individu. "Casuals" adalah orang-orang yang melihat praktik keagamaan dan/atau spiritual sebagai fungsi utama. Spiritualitas bukanlah prinsip pengorganisasian dalam kehidupan mereka. Sebaliknya mereka percaya itu harus digunakan sesuai kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan mereka, menghilangkan stres, dan untuk dukungan emosional. Spiritualitas "Casuals" dengan demikian paling baik dipahami sebagai spiritualitas "terapeutik" yang berpusat pada kesejahteraan pribadi individu. "Penjelajah" adalah orang-orang yang tampaknya memiliki apa yang disebut Mercadante sebagai "nafsu berkelana spiritual". SBNR ini menemukan pencarian konstan mereka untuk praktik spiritual baru sebagai produk sampingan dari "keingintahuan yang tidak terpuaskan", keinginan mereka untuk perjalanan dan perubahan, serta perasaan kecewa. Penjelajah paling baik dipahami sebagai "turis spiritual" yang merasa nyaman dalam perjalanan spiritualitas tanpa tujuan dan tidak memiliki niat untuk akhirnya berkomitmen pada rumah spiritual. "Pencari" adalah orang-orang yang mencari rumah spiritual tetapi berpikir untuk memulihkan identitas agama sebelumnya. SBNR ini menganut label "spiritual tetapi tidak religius" dan sangat ingin menemukan identitas agama yang sama sekali baru atau kelompok spiritual alternatif yang pada akhirnya dapat mereka komit. "Imigran" adalah orang-orang yang telah menemukan diri mereka di alam spiritual baru dan mencoba menyesuaikan diri dengan identitas yang baru ditemukan ini dan komunitasnya. "Imigran" paling baik dipahami sebagai SBNR yang "mencoba" lingkungan spiritual baru yang radikal tetapi belum merasa benar-benar menetap di sana. Penting untuk dicatat bahwa untuk SBNR ini, meskipun mereka berharap untuk sepenuhnya terintegrasi dalam identitas spiritual mereka yang baru ditemukan, proses aklimatisasinya sulit dan seringkali membingungkan. Praktek Lihat juga: Spiritualitas dan Zaman Baru SBNR terkait dengan pemikiran spiritual dan agama feminis dan spiritualitas ekologis, dan juga dengan Neo-Paganisme, Wicca, Shamanic, Druidic, Gaian dan praktik sihir seremonial. Beberapa praktik spiritual New Age termasuk astrologi, papan Ouija, kartu Tarot, I Ching, dan fiksi ilmiah. Praktik umum SBNR adalah meditasi, seperti perhatian penuh dan Meditasi Transendental. Kritik Beberapa perwakilan agama yang terorganisir mengkritik praktik spiritualitas tanpa religiusitas. Lillian Daniel, seorang pendeta Protestan liberal, telah mencirikan pandangan dunia SBNR sebagai produk budaya konsumen Amerika sekuler, jauh dari komunitas dan "tepat di sebagian besar orang yang menganggap agama kuno membosankan tetapi menemukan diri mereka secara unik menarik" James Martin, seorang imam Jesuit, menyebut gaya hidup SBNR sebagai "kemalasan tua yang polos" yang menyatakan bahwa "spiritualitas tanpa agama dapat menjadi kepuasan diri yang berpusat pada diri sendiri yang dipisahkan dari kebijaksanaan suatu komunitas". Kritikus lain berpendapat bahwa dalam pandangan dunia "Spiritual tapi tidak Religius", pengetahuan diri dan pertumbuhan diri secara problematis disamakan dengan pengetahuan tentang Tuhan, mengarahkan fokus seseorang ke dalam. Akibatnya, kekuatan politik, ekonomi, dan sosial yang membentuk dunia diabaikan dan dibiarkan begitu saja. Selanjutnya, beberapa sarjana telah mencatat kedangkalan spiritual relatif dari praktik SBNR tertentu. Mistisisme klasik dalam agama-agama besar dunia membutuhkan dedikasi yang berkelanjutan, sering kali dalam bentuk asketisme yang berkepanjangan, pengabdian yang diperluas pada doa, dan penanaman kerendahan hati. Sebaliknya, SBNR di dunia Barat didorong untuk mencoba-coba praktik spiritual dengan cara yang sering kali santai dan kurang teliti atau reorganisasi prioritas. Sosiolog Robert Wuthnow menyatakan bahwa bentuk-bentuk mistisisme ini "dangkal dan tidak autentik". Kritikus lain mempermasalahkan legitimasi intelektual kesarjanaan SBNR. Ketika dikontraskan dengan teologi profesional atau akademis, filosofi spiritual dapat tampak tidak dipoles, terputus-putus, atau bersumber secara tidak konsisten. Wong dan Vinsky menantang wacana SBNR yang menempatkan agama sebagai "institusional dan terstruktur" berbeda dengan spiritualitas sebagai "inklusif dan universal" (1346). Mereka berpendapat bahwa pemahaman ini membuat tidak terlihat konstruksi historis "spiritualitas", yang saat ini bertumpu pada penolakan. EuroChristianity untuk definisi dirinya sendiri. Menurut mereka, wacana Barat tentang "spiritualitas" sesuai tradisi spiritual pribumi dan tradisi "etnis" Timur, namun kelompok etnis rasial lebih cenderung diberi label "religius" daripada "spiritual" oleh praktisi SBNR kulit putih. Wong dan Vinsky menegaskan bahwa melalui proses-proses ini, penjajahan kolonial dilakukan melalui wacana SBNR.
Well, mungkin ada perbedaan penggunaan istilah Seeker yang kemudian umum digunakan Linda Mercadante (th 2014) dengan yang disebutkan para mistisi nara sumber tujuan pada yang kami lakukan dulu (pra th 2000) atau mungkin yang kita lakukan sekarang ... just only spitual wanderlust explorer ?
SPIRITUALITY ALSO FOR SECULAR PERSON OR JUST FOR RELIGIOUS PEOPLE ?
SPIRITUALITY ALSO FOR SECULAR PERSON OR JUST FOR RELIGIOUS PEOPLE ?
Sekedar mengingatkan kesejatian diri & menghargai keberadaan saat ini kita semua “We are not human beings having a spiritual experience. We are spiritual beings having a human experience.”― Pierre Teilhard de Chardin literal : Kita bukan manusia yang memiliki pengalaman spiritual. Kita makhluk spiritual yang memiliki pengalaman manusia
Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya. PRAKATA : Just Simple Words to Begin and Fade Away (Hanya Kata-kata Sederhana untuk Memulai dan kemudian Berlalu)
Silence is the language of God. All else is poor translation. ~ Rumi Keheningan adalah Bahasa Ilahiah. Segala lainnya hanyalah terjemahan semu adanya.
Link video : Awaken Samadhi trailer Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya..... Belajarlah meng-"esa"-kan diri dalam keseluruhan, kebersamaan dan kesemestaan....Kebahagiaan kita berbanding lurus dg kebijaksanaan kita namun berbanding terbalik dengan kemelekatan kita. Tdk semua yang kita inginkan akan menjadi kenyataan, tdk semua yang tdk kita inginkan tdk akan menjadi kenyataan. So, perlu kebijaksanaan untuk menerima kenyataan sebagaimana adanya dan tidak terlalu mengharuskan keinginan kita menjadi kenyataan..... Dunia mungkin hanya memandang dari produk pencapaian kita di permukaan, namun Tuhan sesungguhnya di kedalaman menilai kita dari proses penempuhan kita. So, jangan terkelabui oleh permainan duniawi karena dihadapanNya tidaklah penting harta kekayaan, nilai perolehan, kemuliaan diri dsb yang pada dasarnya hanyalah by product dampak samping dari perjalanan kehidupan ini. Dia lebih mengutamakan bagaimana cara kita mensikapi, menjalani dan mengatasi amanah kehidupan ini sebagai atsar amalan diri kita kelak. Bukan kaya miskin harta kekayaan, baik buruk nilai perolehan, mulia nista duniawi yang menjadi indikator bagiNya dalam menilai kualitas diri hambaNya tetapi seberapa ikhlas kita mensikapi , seberapa istiqomah kita berikhtiar menjalani dan seberapa tawakal kita menerima garisNya...Bagaikan biasan warna -warni pelangi yang berasal dari Sumber Cahaya Putih Cemerlang yang sama walau dalam dunia segalanya tampak berbeda di permukaannya, namun dalam Dharma segalanya menyatu dalam kesejatianNya. Sebagai seorang manusia rasional positivist umumnya kita intelectually menggunakan filsafat untuk mengamati fenomena objektif di luar & psikologi untuk mengamati fenomena subjektif di dalam. Semula kami mengira hanya diperlukan 'parama dhamma' 4 (kearifan, keuletan, keahlian & kebaikan) untuk menghadapi kehidupan ini secara pragmatis namun akhirnya bersamaan dengan waktu & trial error kami menyadari kebijaksanaan perifer tepian permukaan itu ternyata tidak cukup ada kebijaksanaan mendalam lagi yang menjadi dasar untuk itu ... kesucian. Bukan karena pemurnian itu dimaksudkan sebagai faktor pengkondisi saja bagi keberkahan dan kesuksesan sejati namun tampaknya justru itu sentra dari keberadaan, kesunyataan dan kesedemikianan yang terniscayakan terjadi dan karenanya perlu peniscayaan untuk merealisasi.... terlepas apapun anggapan/pandangan diri kita semula (keharusan duniawi, kejatuhan surgawi, keterlupaan panentheistik, keterlelapan samsarik , dsb) Realisasi spiritualitas tampaknya memang perlu keautentikan plus keholistikan (minimal dalam wawasan walau belum dalam tataran).
SPIRITUAL AND RELIGIOUS VS SPIRITUAL NON RELIGIOUS
Just For Seekers : SBNR ? https://en.wikipedia.org/wiki/Spiritual_but_not_religious LINK VIDEO LAIN
TRUTH OR FAITH ... REALITY OR AUTHORITY ?
QUE SERA SERA, PANTHA REI .... SUCHNESS PHILOSOPHY
DRAKOR = ATTORNEY WOO EPISODE 5 SUBTITLE =Drakor Extraordinary Attorney Woo ini unik & menarik bukan hanya bagi kami namun bahkan pemirsa intenasional.... ratingnya juga sangat tinggi (tertinggi malah) di Korea ... tema, script & akting oke plus lah. Tentang pengacara autis yang memiliki daya tangkap intelektual hebat walau daya tanggap eksistensial lemah ... susah mau bilangnya. Ini kutipan dialog autentik episode 5 yang mengesankan kami antara Woo Young-Woo (Park Eun-Bin) dan Lee Junho (Kang Tae Oh)ENG
00:26:49,624 --> --> 00:28:51,621There used to be someone on my team who was a former detective. And he would always say, "The most honest part of the human body are the legs and then the hands."The legs and then -the hands?-Yes. Apparently, the further things are from the head, the more difficult it is to control completely.You can fake a facial expression, but it's hard to control shaky legs or sweaty palms.And what else?If someone is sitting down like they're ready to bolt out of the room or has their arms stuck to their body like this as if they're tied to the chair.Or if they keep stroking their thighs with their hands. He said those things could be signs of lying.Geu-ra-mi told me to look between the eyebrows. The former detective said the legs and hands are the most important..Ultimately, do I have to look at the entire body? This is quite difficult.Why don't you just have a casual conversation? Trust your instincts.My instincts suck. People with autism are easily fooled and are not able to lie. If there was a competition to be fooled, a person with autism would win.Why is that? Is it because people with autism are innocent?Well…It's more like people live in a world that is made up of me and you but people with autism are more used to living in a world made up of only me. People can think differently from me or have different intentions and trick me. I understand this with my head, but I keep forgetting. I have to make a conscious effort at all times to not be fooled by lies.These stories help.They do?Yes. They help me understand you.
00:26:49,624 --> --> 00:28:51,621Dahulu, ada mantan detektif di tim litigasi. Dia selalu berkata, "Bagian paling jujur dari tubuh manusia adalah kaki, lalu tangan."
Kaki, lalu - tangan?- Benar.Semakin jauh dari kepala, semakin sulit mengontrol sepenuhnya.Ekspresi wajah bisa dipalsukan, tetapi sulit mengontrol kaki yang gemetar atau telapak tangan berkeringat.Apa lagi, ya?Benar, duduk seperti bersiap untuk kabur,atau lengan menempel di tubuh serasa diikat ke kursi. Juga, terus menggosok paha dengan tangan.Dia bilang hal-hal itutanda orang tersebut berbohong.
Geu-ra-mi menyuruhku melihat di antara alis,tetapi mantan detektif bilang kaki dan tangan adalah hal yang paling penting. Pada akhirnya, kita harus melihat seluruh bagian tubuh. Sulit sekali.Mengapa tidak mencoba mengobrol seperti biasa? Percayai instingmu.Instingku payah. Orang autis terkenal mudah ditipu dan tidak bisa berbohong.Jika ada kompetisi untuk dibodohi,orang autis akan menang.Mengapa begitu?Apakah karena penyandang autisme polos?Itu…Itu lebih seperti…orang-orang hidup di dunia yang tercipta dari "aku dan kau,"tetapi orang autis terbiasa hidup di dunia yang hanya tercipta untuk dirinya.Orang dapat berpikir berbeda daripadaku,atau bisa menipuku dengan niat lain. Aku memahaminya di kepalaku,tetapi terus lupa akan hal itu.Aku harus terus melakukan upaya sadar agar tidak tertipu oleh kebohongan.Cerita-cerita ini membantu.Benarkah?Ya.Cerita-cerita ini membantuku memahamimu.
00:59:52,355 --> 01:01:38,753Attorney Woo?So, ultimately, I helped Ihwa ATM take advantage of the law.Excuse me?Applying for model utility rights, and filing for the injunction were all lies to monopolize the contracts. And instead of stopping them, I helped. And what's worse is… I think I already knew that.When we visited Ihwa ATM, did you think Director Hwang and Manager Bae were speaking the truth?Well… -I…-There's no way you did.Try to remember what Mr. Bae was like at the time. Sitting down with his legs looking like they're ready to bolt out of the room, his arms stuck to his body as if he was tied to the chair, repeatedly stroking his thighs with his hands, and even rubbing the tip of his nose. He was a lie in and of itself.Right.In the end, I fooled myself, pretending not to know the truth when I did. Because I wanted to win.Right.I'm ashamed.
00:59:52,975 --> 00:59:54,017Pengacara Woo?Pada akhirnya,aku membantu ATM Ihwa memanfaatkan hukum.Apa?Hak utilitas model dan disposisi aplikasi sementara. Semua adalah kebohongan untuk memonopoli kontrak.Bukannya menghentikan, aku malah membantu mereka. Lebih parahnya lagi… sepertinya aku sudah mengetahui tentang hal ini.Saat mengunjungi ATM Ihwa, apa menurutmu Pak Hwang dan Pak Bae mengatakan kebenaran?Itu…- Menurutku…- Tidak mungkin. Ingatlah tingkah Pak Bae saat itu. Duduk seperti bersiap untuk kabur, lengan menempel di tubuh serasa diikat ke kursi, menggosok paha dengan tangan, sampai menggaruk ujung hidung. Dia berbohong.Benar.Pada akhirnya, aku membodohi diriku dan berpura-pura tak tahu yang sebenarnya. Aku menipu diriku. Karena ingin menang.Benar.Aku malu.
01:02:14,663 --> 01:03:27,069ATTORNEY WOO YOUNG-WOOPLEASE READ THIS, ATTORNEY WOOWHY ARE YOU DISREGARDING THE TRUTH?DO YOU WANT TO BE A COMPETENT ATTORNEY WHO ONLY WINS IN COURT?OR DO YOU WANT TO BE AN HONORABLE ATTORNEY WHO REVEALS THE TRUTH?
01:02:14,663 --> 01:03:27,069PENGACARA WOO YOUNG-WOOTOLONG BACA INI, PENGACARA WOOMENGAPA KAU MENUTUP MATA?APA KAU INGIN JADI PENGACARA KOMPETEN YANG HANYA MENANG DI PENGADILAN,ATAU PENGACARA TERHORMAT YANG MENGUNGKAP KEBENARAN?
Well .... lanjut ?
ENG | |
00:26:49,624 --> --> 00:28:51,621 There used to be someone on my team who was a former detective. And he would always say, "The most honest part of the human body are the legs and then the hands." The legs and then -the hands? -Yes. Apparently, the further things are from the head, the more difficult it is to control completely.You can fake a facial expression, but it's hard to control shaky legs or sweaty palms. And what else? If someone is sitting down like they're ready to bolt out of the room or has their arms stuck to their body like this as if they're tied to the chair.Or if they keep stroking their thighs with their hands. He said those things could be signs of lying. Geu-ra-mi told me to look between the eyebrows. The former detective said the legs and hands are the most important..Ultimately, do I have to look at the entire body? This is quite difficult. Why don't you just have a casual conversation? Trust your instincts. My instincts suck. People with autism are easily fooled and are not able to lie. If there was a competition to be fooled, a person with autism would win. Why is that? Is it because people with autism are innocent? Well…It's more like people live in a world that is made up of me and you but people with autism are more used to living in a world made up of only me. People can think differently from me or have different intentions and trick me. I understand this with my head, but I keep forgetting. I have to make a conscious effort at all times to not be fooled by lies. These stories help. They do? Yes. They help me understand you. | 00:26:49,624 --> --> 00:28:51,621 Dahulu, ada mantan detektif di tim litigasi. Dia selalu berkata, "Bagian paling jujur dari tubuh manusia adalah kaki, lalu tangan." Kaki, lalu - tangan? - Benar.Semakin jauh dari kepala, semakin sulit mengontrol sepenuhnya.Ekspresi wajah bisa dipalsukan, tetapi sulit mengontrol kaki yang gemetar atau telapak tangan berkeringat. Apa lagi, ya? Benar, duduk seperti bersiap untuk kabur,atau lengan menempel di tubuh serasa diikat ke kursi. Juga, terus menggosok paha dengan tangan.Dia bilang hal-hal itutanda orang tersebut berbohong. Geu-ra-mi menyuruhku melihat di antara alis,tetapi mantan detektif bilang kaki dan tangan adalah hal yang paling penting. Pada akhirnya, kita harus melihat seluruh bagian tubuh. Sulit sekali. Mengapa tidak mencoba mengobrol seperti biasa? Percayai instingmu. Instingku payah. Orang autis terkenal mudah ditipu dan tidak bisa berbohong.Jika ada kompetisi untuk dibodohi,orang autis akan menang. Mengapa begitu?Apakah karena penyandang autisme polos? Itu…Itu lebih seperti…orang-orang hidup di dunia yang tercipta dari "aku dan kau,"tetapi orang autis terbiasa hidup di dunia yang hanya tercipta untuk dirinya.Orang dapat berpikir berbeda daripadaku,atau bisa menipuku dengan niat lain. Aku memahaminya di kepalaku,tetapi terus lupa akan hal itu.Aku harus terus melakukan upaya sadar agar tidak tertipu oleh kebohongan. Cerita-cerita ini membantu. Benarkah? Ya.Cerita-cerita ini membantuku memahamimu. |
00:59:52,355 --> 01:01:38,753 Attorney Woo? So, ultimately, I helped Ihwa ATM take advantage of the law. Excuse me? Applying for model utility rights, and filing for the injunction were all lies to monopolize the contracts. And instead of stopping them, I helped. And what's worse is… I think I already knew that. When we visited Ihwa ATM, did you think Director Hwang and Manager Bae were speaking the truth? Well… -I… -There's no way you did.Try to remember what Mr. Bae was like at the time. Sitting down with his legs looking like they're ready to bolt out of the room, his arms stuck to his body as if he was tied to the chair, repeatedly stroking his thighs with his hands, and even rubbing the tip of his nose. He was a lie in and of itself. Right. In the end, I fooled myself, pretending not to know the truth when I did. Because I wanted to win. Right. I'm ashamed. | 00:59:52,975 --> 00:59:54,017 Pengacara Woo? Pada akhirnya,aku membantu ATM Ihwa memanfaatkan hukum. Apa? Hak utilitas model dan disposisi aplikasi sementara. Semua adalah kebohongan untuk memonopoli kontrak. Bukannya menghentikan, aku malah membantu mereka. Lebih parahnya lagi… sepertinya aku sudah mengetahui tentang hal ini. Saat mengunjungi ATM Ihwa, apa menurutmu Pak Hwang dan Pak Bae mengatakan kebenaran? Itu…- Menurutku… - Tidak mungkin. Ingatlah tingkah Pak Bae saat itu. Duduk seperti bersiap untuk kabur, lengan menempel di tubuh serasa diikat ke kursi, menggosok paha dengan tangan, sampai menggaruk ujung hidung. Dia berbohong. Benar. Pada akhirnya, aku membodohi diriku dan berpura-pura tak tahu yang sebenarnya. Aku menipu diriku. Karena ingin menang. Benar. Aku malu. |
01:02:14,663 --> 01:03:27,069 ATTORNEY WOO YOUNG-WOO PLEASE READ THIS, ATTORNEY WOO WHY ARE YOU DISREGARDING THE TRUTH? DO YOU WANT TO BE A COMPETENT ATTORNEY WHO ONLY WINS IN COURT? OR DO YOU WANT TO BE AN HONORABLE ATTORNEY WHO REVEALS THE TRUTH? | 01:02:14,663 --> 01:03:27,069 PENGACARA WOO YOUNG-WOO TOLONG BACA INI, PENGACARA WOO MENGAPA KAU MENUTUP MATA? APA KAU INGIN JADI PENGACARA KOMPETEN YANG HANYA MENANG DI PENGADILAN, ATAU PENGACARA TERHORMAT YANG MENGUNGKAP KEBENARAN? |
Direct Speech SUCHNESS PHILOSOPHY ... Paradigma Kesedemikianan (Desain , Kaidah & Metode Kosmik )Kutipan Avijja ... kebodohan dipandang sebagai 'kewajaran" ?
PARAMA DHARMA : Just Idea ...Avijja ... kebodohan ini keburukan atau kebutuhan ?Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian samsarik yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini. Well, The Greatest evil is Ignorance Kejahatan terbesar adalah (karena?) Avidya ketidak-tahuanWalau dalam pengetahuan ketidak-tahuan akan realitas (kaidah panentheistik?) ini istilah evil (kejahatan/ keburukan) yang digunakan mistisi Sadhguru Yasudev tersebut tidak terlalu salah sebagaimana juga terma avijja kebodohan yang digunakan Samma Sambuddha Gautama namun demikian dalam realisasi penempuhan holistik demi penembusan, pencapaian & pencerahan yang bukan hanya murni dan benar tetapi juga bijak dan tepat untuk mensikapi itu sebagai 'kewajaran' yang harus diterima untuk dihadapi dan difahami agar secara bijaksana dapat dilampaui dengan kesadaran (terhindar dari jebakan konseptual, jeratan identifikatif & sekapan dualisme inference paradoks spiritual MLD yang sangat mungkin terjadi. Well, untuk keniscayaan dalam kesedemikianan yang terjadi perlu keselarasan akan kelayakan dalam keberadaaan dan keberdayaan yang memadai. (transendensi kebijaksanaan pemberdayaan berkembang & berimbang melampaui pemakluman faktitas eksternal untuk diterima keterbatasan & pembatasannya ). bagaikan menumbuh-kembangkan bunga teratai di kolam lumpur yang keruh.KEDEWASAAN PENCERAHAN The disaster in this planet is not an earthquake, not volcano, not a tsunami.The true disaster is human ignorance. This is the only disaster. Ignorance is the only disaster.Enlightenment is the only solution, there is really no other solution, please see -You need a subjective perception of life.so spiritual process if it has become alive … this is not about renunciation. This is just about living sensibily.Bencana di planet ini bukanlah gempa bumi, bukan (letusan) gunung berapi, bukan tsunami.Bencana sebenarnya adalah ketidaktahuan manusia. Ini satu-satunya bencana. Ketidaktahuan adalah satu-satunya bencana. Pencerahan adalah satu-satunya solusi, benar-benar tidak ada solusi lain, silakan lihat -Anda membutuhkan persepsi subjektif tentang kehidupan.Jadi proses spiritual jika telah menjadi hidup… ini bukan (hanya?) tentang pelepasan keduniawian. Ini (tepatnya?) hanya tentang hidup dengan bijaksanaBAHASAN = TENTANG AVIJJA Walau avijja secara etika kosmik adalah penyimpangan keselarasan namun ini membuat keberagaman (seperti biasan pelangi dari cahaya mentari yang sama)Mungkin sangat sensitif dan agak provokatif jika kami menyatakan ... ADA SESUATU YANG MUNGKIN BELUM DIKETAHUI KITA SEMUANYA TERMASUK JUGA YANG BELUM DISADARI PARA TUHAN, DIHAYATI PARA BRAHMA BAHKAN DIFAHAMI PARA BUDDHA SEKALIPUN ..... DALAM PERMAINAN DRAMA DALAM DARMA DARI KEAZALIAN HINGGA KEABADIAN YANG SUDAH, SEDANG DAN AKAN BERLANGSUNG SELAMA INI .... Triade labirin paradoks diri - alam - inti dalam drama abadi dari fase azali hingga nanti ini (label eksistensial - layer universal - level transendental) dengan 'maha avijja' sebagai skenario samsariknya dan 'parama dhamma' sebagai desain holistiknya memang sangat complicated (jangankan untuk dilampaui dalam penembusan , untuk dijalani dalam penempuhan bahkan difahami dalam pengetahuan saja sulit & rumit ) Sial .. kenapa terasa/ terkesan sombong dan lancang ... padahal ini hanya asumsi filosofis yang berdasarkan inferensi belaka ( bisa jadi hanya imaginasi bahkan halusinasi bukan realisasi empiris sebagaimana harusnya ? ... Tampaknya memang wadah batin ini memang kacau ... sesungguhnya bukan hanya kesungkanan (keresahan karena rendah hati atau mungkin tepatnya rendah diri ... minder akan kualifikasi ideal untuk membabarkan dhamma ) apalagi keriskanan (kecemasan tersudutkan sebagai public enemy bahkan cosmic enemy karena membeberkan avijja) namun disamping ruwet & rumitnya permasalahan banyak kekesalan di dalam (pantas ... baru bicara jika marah rasionalisasi pembenaran karena dibodohi, dijahili & dizalimi ? ... Spiritualitas walau dalam perspektif holistik sesungguhnya memang sederhana namun dalam kerinduan beraktualisasi selaras denganNya tidaklah gampang ... Well, susah juga untuk mukhlish murni , begitu mudah untuk muflis bangkrut nantinya)
Pascal's Wager (taruhan Pascal) : link1) TOTALITAS = mencakup keseluruhan (W) → Hanya ada satu kebenaran yang sama : keseimbangan pandangan (ekstrem) & keberimbangan penempuhan (dualisme?)2) PRAGMATISME = membawa kemanfaatan (Ks) → Transformasi pemberdayaan simultan (input realisasi keabadian 3 ; asset refleksi kehidupan 3)3) KONSISTENSI = bersifat mantap (K) → Berkelanjutan : ketuntasan transformatif & kelanjutan aktualisasisinkronisasi niat , cara & idea harus tepat (benar, bijak & bajik) dalam pembabaran Dhamma (!) & pembeberan Avijja (?) , seeker ..Ah ... Susah juga memadukan apalagi mengungkapkan (terlebih lagi merealisasikan) paradigma kebijaksanaan kesedemikianan demi keselarasan bagi keseluruhan. Maaf, Socrates ... terpaksa untuk mempermudah & memperjelas paradigma kesedemikianan ini kami ajukan framework deduktif tidak lagi induktif majeutike terus ... walau bukan hanya sungkan, riskan & kompleks rintisan pandangan ini.
Kutipan :
Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya). Namun demikian karena ketidak-mengertian seseorang cenderung menganggap sedangkal apapun sesungguhnya level pencapaian dirinya (baik itu karena realisasi, referensi bahkan sekedar identifikasi ataupun imaginasi sekalipun) melabelkan dirinya sendiri sebagai yang tertinggi mengungguli lainnya untuk diakui segala keberadaannya & dituruti setiap keinginannya ..... sehingga tidak hanya stagnan untuk berkembang dalam keberdayaan namun bahkan jatuh terjebak & tersekap dalam keterpedayaan yang berkelanjutan (apalagi jika bukan hanya kebodohan internal namun juga pembodohan eksternal dilakukan .... payah & parah). So, sebagaimana wadah yang kosong, resik dan terbuka yang memungkinkan terisi lebih penuh, murni dan terjaga bukan hanya perendahan keakuan untuk melayakkan peningkatan reseptivitas diri namun tampaknya perlu penghampaan keakuan untuk lebih melayakkan penyelaman/ pencerahan yang lebih dalam lagi. Spiritualitas yang dewasa mutlak memerlukan kelayakan dengan pemastian kehandalan bukan sekedar pelagakan meyakinkan kecitraan belaka. Pencapaian keberdayaan untuk menghadapi segala kemungkinan tidak sekedar menggantungkan pengharapan kepercayaan yang bisa saja semu adanya... kemelekatan fanatis atas dogma justru akan bisa kontraproduktif sebagaimana pelekatan naif lainnya. Fokuskan saja realisasi pada pelayakan Ariya .... Nibbana atau Samsara terserah Niyama Dhamma. Di wilayah manapun dalam peran apapun pada situasi dan kondisi apapun juga seorang Ariya tetap akan mampu bermain apik tidak hanya secara cerdas tetap swadika dalam keterarahan namun juga tetap dengan cantik tanpa mengacaukan segalanya. (Ibaratnya CR7 atau Lionel Messi yang walau sesungguhnya bisa mengatasi bermain bola di klas liga dunia namun jika hanya tampil di turnamen kampung .... pasti akan lebih menguasai tentunya). Pencerahan adalah utama ... pembebasan 'hanyalah' bonusnya saja. Obsesi internal sebagaimana ambisi eksternal adalah tanha yang tersamar sebagaimana juga avijja lainnya (Ashin Tejaniya : jangan remehkan asava defilement karena ketika peremehan dilakukan anda sesungguhnya terlecehkan sendiri karena dijatuhkan dengan kesombongan anda ... awas spiritual materialism Chogyam Trungpa) Inilah sebabnya kami lebih suka istilah sederhana kedewasaan pencerahan ketimbang perayaan kebebasan (karena lebih : true, humble & responsible untuk tetap terjaga , menjaga & berjaga dari segala kemungkinan ... Kebenaran adalah Jalan Kita semua tetapi bukan Milik kita, Diri Kita dan Label Kita ... Anatta ? .. Well, hanya Sang Kebenaran (baca: Hyang Esa ... Tuhan Transenden dalam triade Wujud, Kuasa & KasihNya atas laten deitas keIlahianNya di segala mandala immanenNya yang nyata, mulia dan benar dalam kesempurnaanNya) yang benar. Sedangkan kita dalam keterbatasan & pembatasan yang ada memang sering bodoh, bisa saja salah, dan bahkan mungkin jatuh namun tetap perlu segera bangkit kembali menempuh jalan benar itu dengan benar dalam niat, cara,& arah tujuannya ... terjaga untuk evolusi eksistensial , menjaga bagi harmoni universal & berjaga demi sinergi transendental. Lim, kalau kamu bertanya dan mencari kebenaran, kebenaran itu persis seperti panasnya lampu minyak yang barusan kamu rasakan. Ada namun tidak terlihat, terasa namun tak dapat digenggam, mengelilingimu dengan cahayanya namun tak dapat kamu miliki, semua orang merasakan hal yang sama, melihat pancaran lampu tersebut, namun saat ingin dimiliki atau disentuh dia tak tersentuh, namun dapat dilihat dan dirasakan, itulah kebenaran. Kebenaran itu universal Lim, milik penciptanya dan segenap dunia ini, namun saat kebenaran ingin dimiliki oleh satu orang saja atau satu kelompok saja, dia akan langsung menghilang tak berbekas, karena kebenaran itu untuk disadari, dijalani bukan untuk dimiliki oleh makhluk yang Annica ( Tidak kekal) ini, makhluk yang Lobha ( Serakah) ini, makhluk yang penuh Irsia ( Iri hati) ini, makhluk yang penuh dengan Moha ( Kebodohan) ini dan bukan pula punya makhluk yang penuh dengan Dosa (Kebencian) ini. Disaat sebuah kebenaran sudah di klaim oleh orang lain atau hanya milik sebagian kelompok saja, maka kebenaran tersebut akan berubah menjadi pembenaran, menurut dirinya sendiri, menurut maunya sendiri, menurut nafsunya sendiri. Jadi Lim anakku, berjalanlah diatas kebenaran, lakukanlah yang benar benar, namun jangan sekali kali muncul keinginan untuk memiliki kebenaran yang universal tersebut, karena kebenaran itu universal tidak dapat dimiliki oleh siapapun kecuali Sang Pencipta kebenaran itu sendiri. semoga dapat dipahami dan semoga semua makhluk berbahagia lepas dari penderitaan selamanya, Sadhu sadhu sadhu.. Link : video there is no truth Bhante Punnaji.
intinya : Spiritualitas adalah masalah aktualisasi .autentik meniscayakan kesedemikianan dalam keseluruhan.
beragama ? beragamalah namun tidak tereksploitasi apalagi mengeksploitasi. Ingat ada kaidah kebajikan universal untuk harmoni. bermistik ? bermistiklah namun tidak teridentifikasi apalagi mengidentifikasi. Ingat ada kaidah kebijakan transendental untuk evolusi. berdharma? berdharmalah namun tidak teralienasi apalagi mengalienasi. Ingat ada kaidah kebenaran eksistensial untuk sinergi.
Atheisme, Agnostisme , dst ? jika alergi dengan terma dogmatis varnatmak "Tuhan" dan sejenisnya ganti saja dengan istilah filosofis 'Dhunyatmak' Causa Prima (sebab awal keazalian) , Sentra segalanya (Inti utama keberadaan) atau Orientasi destinasi (asymptot tujuan akhir kesejatian abadi) atau lainnya. Ini bukan masalah kepercayaan namun keberdayaan, tidak sekedar pengharapan atau penganggapan belaka namun murni masalah pemberdayaan peniscayaan kesedemikianan ... just idea (etika bukan dogma). Ini bukan agama dan seharusnya tidak dipandang sebagai dogma dan sebaiknya selanjutnya juga tetap disikapi / difahami demikian sebagai idea saja adanya. Tidak ada figur sesembahan yang baru, kredo keimanan yang beda ... hanya share idea pengetahuan (imaginasi inferential filosofis ?) & etika penempuhan (realisasi experiential ? sebatas referensi belum realisasi ... jujur saja masih padaparama dihetuka, hehehe ) .
Kutipan tentang Agnostisme : File Just File Seeker awal (link posting hilang ... sudah ditimpa data lain untuk effisiensi atau didraft karena kurang etis, ya ?)
Keraguan Ehipasiko? Well, meminjam dialektika fragmenta apologetika Verkuyl untuk rasionalisasi pembenaran ide & irasionalisasi pembenaran ego Agnostisme ? - Dubois : Ignoramus et ignorabimus : kita tidak mengenalNya dan kita tidak akan mengenalNya Namun kita tetap harus mengenalNya minimal menerimaNya sebagai Sentra SegalaNya karena bagaimana mungkin mengacuhkanNya jika kita berada dalam mandala permainan keabadianNya (triade lama : Wujud, Kuasa, Kasih ?). - Lessing : .Bapa, berilah aku hal mencari kebenaran karena atas kebenaran itu hanya Kau saja yang berwenang (Duplik, 1778) So ... Why not ? jadi tempuhlah pencarian kebenaran tersebut demi pembuktian & pengertian untuk memahaminya bukan untuk memilikinya. Memang, perlu kerendahan-hati untuk kembali menuju/ mengarah ke Hyang Maha Tinggi dalam pembatasan ketidak sempurnaan agar tidak stagnan untuk terus berkembang dalam kebermaknaan pengertian untuk mencapai kebijaksanaan. Well, just ... Sapere aude (Horace / Kant?) Be wise .. dare to know ... Bijaksanalah untuk berani (menjelajah meng-eksplorasi) untuk mengetahui / menerima (kebenaran pastinya). Tentu saja ini dilakukan tidak dengan asal-asalan apalagi hanya akal-akalan demi tujuan identifikatif (membanggakan keakuan) saja apalagi manipulatif (membenarkan kemauan) belaka... well, sebagaimana konsistensi kaidah kosmik di awal mutlak diperlukan pemberdayaan internal akal sehat, hati nurani dan jiwa suci untuk mencari, menempuh dan menembus kebenaran. Perlu integritas kesungguhan autentik individual yang personal immanen untuk memahami totalitas keseluruhan holistik universal yang Impersonal Transenden ... sebagai zenka laten deitas putera keabadian untuk menyadari kembali Sentra sejati KeIlahian dengan sigma mandala Kaidah alamiah Saddhamma yang sesungguhnya berlaku nyata walau tanpa perlu pengakuan namun mutlak perlu penempuhan yang selaras denganNya. Ketuklah maka pintu akan dibukakan - demikian kutipan kata Alkitab Kristiani yang pernah kami baca. Itu adalah pintu kebenaran yang sama bagi semua ... pintu tanazul yang menjatuhkan kebodohan/ kepalsuan kita dalam kesemuan, kenaifan dan keliaran permainan samsarik dan sekaligus gerbang taraqi yang mengarahkan kesadaran/ kemurnian kita kembali ke rumah sejati (minimal senantiasa mengingatkan kita akan hakekat segalanya yang murni dalam kesejatianNya dan karenanya dengan kemurnian yang relatif identik sebagai makhluk spiritual apapun label keberadaan & level keberdayaan pada saat lampau, kini & mendatang kita menyelaraskan cara pandang, laku penempuhan dan pelayakan keberdayaannya dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada.). Jika zarah /wadah ? memang telah masak & layak segalanya tentunya akan terjadi sebagaimana yang seharusnya terjadi dalam kesedemikianan yang multi dimensional ini ... bukan hanya pada keberadaan eksistensial namun juga kesemestaan universal bahkan hingga kesunyataan transendental. Sesungguhnya kami tidak nyaman untuk jujur mengakui ini ... kami sebetulnya faham dan cukup tanggap bukan hanya akan silogisme tersirat namun juga fakta kenyataan di lapangan ....ini tidak sekedar tuduhan pembangkangan mereka bagi pengumbaran vitalisme neurotik saja namun terkadang autentik memang dikarenakan pandangan kebijaksanaan demi altruisme holistik yang diidealkan . Singkatnya, kehidupan berkeagamaan ,berketuhanan (dsb) kita memang sering tidak sesuai dengan evolusi, harmoni & sinergi yang seharusnya (ber-etika, bermartabat dan memberkahi dunia ini ) bahkan seringkali justru sebaliknya (menyesatkan, menyusahkan & mengacaukan bukan hanya sebatas diri sendiri namun juga orang lain, komunitas kebersamaan bahkan ke segala dimensi keberadaan hidup ini) apalagi jika memang ada celah hujjah sakralisasi untuk melegitimasi pembenaran kepentingan pelaziman kezaliman tersebut (trium falisme - standar ganda - pembenaran addhamma diri bagi lainnya ?). Bukan maksud kami mengacaukan permainan peran (dagelan nama rupa) yang tengah berlangsung (sudah, sedang dan akan demikian juga nantinya) dengan mengungkapkan realitas kebenaran & fenomena kenyataan (pembabaran Dharma ... sungkan, bro? ... introspeksi level spiritualitas diri :padaparma dihetuka) apalagi kebodohan internal & pembodohan eksternal (pembeberan Avidya ... riskan, lho ... harmonisasi label eksistensialitas diri : umat beragama & berTuhan) untuk share idea yang relatif agak berat, luas & mendalam ini bagi orang kebanyakan. Kami cukup faham dan juga sadar akan keniscayaan konsekueensi penempuhan yang memang tidak selalu selaras bahkan terkadang sering kali justru tidak sejalan dengan kebijaksanaan pengetahuan kami sendiri tersebut. Semula kami menujukan share ini bagi sesama insan beragama kami untuk minimal membawa kebaikan & perbaikan bagi semua (diri, alam & sesama lainnya) karena di alam dimensi manapun kita (dunia saat ini atau alam nanti) sebagai apapun kita (manusia, hewan, petta, yakha, asura , niraya etc... dewa, mara, brahma, ariya dsb) kebaikan & perbaikan kualitas diri dan alam tsb harus tetap terjaga & dijaga keberkahanNya untuk evolusi pribadi, harmoni dimensi & sinergi valensi keberadaanNya. Namun tampaknya mungkin justru mereka yang akan lebih bebas leluasa tanpa jeratan/ sekapan harmonisasi paradigmatik eksistensial dalam memetik manfaatnya karena akan lebih autentik, harmonis & holistik dalam memahami & mengembangkan bukan hanya kemendalaman / kebijaksanaan pengetahuan namun juga capaian penempuhan dan layaknya keniscayaan selanjutnya. Well, sesungguhnya diperlukan tidak sekedar hanya kebaikan (kamavacara), kearifan (brahmanda) ataupun kesucian (lokuttara) namun juga keutuhan (apa istilah term baru ini ...self term kami : Adhyatma saja, ya ? Maha Diri Azali Hyang Abadi ) sedangkan untuk ke'zero'an selanjutnya tidak kami rekomendasikan (dampak annihilisasi diri zenka bagi alam sigma & inti sentra, labirin paradoks tanazul MLD kejatuhan lagi & terutama level spiritualitas diri ...hanya Asekha diri yang telah murni dari jebakan delusi keakuan/ sekapan tanha kemauan samsarik maka paska nibbana juga advaita & paramatta yang memang layak (tidak asal berlagak ... jadi kita ? ya nggak mungkinlah. Secara autentik kualitas Keakuan kita masih naif apalagi kemauan kita masih liar ... walau mengharapkan pembebasan Nibbana, mendambakan manunggaling kawulo gusti Brahmanda ataupun dijanjikan layak jannah astral namun ... jika saja tidak didukung dengan akumulasi kelayakan yang memungkinkan keniscayaannya tampaknya memang harus barzah eteris dulu karena memang kelayakann/kelaparan akan penganggapan & pengharapan itu atau jika akumulatif MLD memang besar/ sangat tebal akan jatuh lebih rendah lagi dari sebelumnya ) Lanjut ke asymptot ke'zero'an .... namun demikian kalaupun mungkin memang layak dan juga mampu (?) Dia mungkin akan tetap benar, bijak dan bajik untuk tidak menembus keIlahian Inti Hyang tidak hanya personal immanen namun juga Impersonal transenden ini demi kebijaksanaan keseluruhan kesedemikianan ini ... Dalam keswadikaan diri menjadi selaras dalam keseluruhan mungkin memang lebih tepat (tanpa harus hebat ? jumbuhing karso kawulo gusti x manunggaling wujud kawulo gusti ! ) ketimbang sempurna dalam kesemestaan alam & kesendirian inti pada mandala kesedemikianan ini ? (Imaginasi inferential filosofis gila atau gila-gilaan, nih .... hehehe, asal kesadaran tidak gila beneran dan kewajaran masih tampak waras ndagel patut x mbacut mbadut bersama figure peraga lainnya ). Secara pribadi kami tidak memandang tinggi / rendah wilayah karena segalaNya berada dalam mandalaNya dan seharusnya juga kepada segala ego figure/ ide konsep yang memang/ mungkin 'ada' padanya ... terlepas dari preferensi keinginan & hierarki kelayakan yang terjadi.
SKETSA apa ini? coretan tidak karuan..?.. ya ... itulah sketsa sederhana suchness philosophy .... paradigma kesedemikianan , hehehe
TENTANG SKETSA Diagram Venn Himpunan aljabar ? Bujur Sangkar Universun hokistics (harusnya matra 3 bidang ruang > 2 bidang datar = bola > lingkatan Taoism ?)~ = ketidak-terhinggaan (Realitas Kebenaran) ; E = sigma keberadaan ( Fenomena Kenyataan)A B C D = orientasi ke atas, ke dalam vs ke bawah ke luar = Parama Dharma keselarasan vs Maha Avijja ketersesatan Lingkaran = layer eksistensial - Universal - Transendental (disikapi secara holistik sebagai level gradasi > label hirarki ? )Juring AD = ideal keselarasan lokuttara (kedewasaan /pencerahan ) beri tanda centang ( V =victory ) vs Juring BC = idiot ketersesatan lokantarika (tanda X wrong? )evolusi pribadi - harmoni dimensi - sinergi valensi ; (swadika talenta visekha ) (persona regista persada) ; (menerima mengasihi melampaui) (kesadaran di kedalaman - kewajaran di permukaan - kecakapan di keluasan) (being trur - humble - responsible )etc TENTANG IDEA kami tidak membuatkan belenggu pandangan lain, sesembahan baru maupun kelompok beda ( hanya ... just share idea pengertian keseluruhan ) pandangan universal panentheistic (bagi para filsuf ), pandeistic (bagi para agamawan) bahkan panatheistik (bagi para agnostik)rintisan paradigma holistik untuk dikembangkan sesuai kematangan keberadaan diri (puthujana, sekha, bahkan asekha)
PANENTHEISTIC ? SegalaNya (Laten DeitasNya) bermula, berada dan kembali kepadaNya (triade : diri – alam – inti ) Bermula karena katalisasi peniscayaan keberadaan > emanasi keilahian brahman > prokreasi penciptaan ketuhanan Berada dalam kaidah kosmik (Parama Dhamma akan advaita niyama dharma : keutamaan > kebenaran > kenyataan ) Kembali kepada mandala advaita ( segalanya berada dalam sigma kewilayahan yang sama dari ketidak-terhinggaan yang bukan hanya mungkin memang sudah ada namun juga belum ada , akan ada bahkan susah ada karena konfigurasi peniscayaan yang sudah/belum/akan/tidak terpenuhi.) Gradasi tidak hirarki ? karena walau beda level , layer & label keberadaannya berada dalam kealamian, keilahian & kemurnian advaita mandala yang sama Segalanya (aneka keberadaan laten deitas dsb) tampaknya memang berawal dari Sentra KeIlahian Satu yang sama (Impersonal Transenden God?) dan berada dalam mandala DeitasNya kemudian secara ideal laten Deitas seharusnya akan kembali kepadaNya … namun dikarenakan orientasi berpandangan, berpribadi & berprilaku serta realisasi penempuhan, pencapaian & pencerahannya akan mencapai level yang berbeda walau dalam area mandala deitas keIlahian yang sama . Kami mengutarakan ini dengan tanpa maksud sama sekali untuk membela yang satu apalagi harus mencela lainnya namun ini agar kita memang harus tetap swadika untuk bijaksana menerima keniscayaan atas kesedemikian konsekuensi logis & ethis yang secara kosmik berlaku. Well, harmoni dimensi memang perlu dilakukan dalam peran semesta ini demi kebersamaan namun evolusi pribadi tampaknya memang tetap harus dilakukan secara mandiri dalam kesendirian sebagaimana harusnya (aktualisasi impersonal > transaksi personal > defisiensi individual)
INFERENSI DIMENSI = urut dari bawah gradasi vs MLD avijja diri (dampak karmik & effek kosmik)
NO
WILAYAH
LAYER
ORIENTASI
MODE
SIFAT
TERM
TYPE
DIRI ?
TATARAN
1
Kamavacara
Eksistensial
Kebahagiaan
Eksploitasi
Transaksi
Lillah
Persona
Mengaku (sebagai aku)
Personal
2
Brahmanda
Universal
Kesemestaan
Interkoneksi
Harmoni
Billah
Monade
Mengesa (sebagai kita)
Transpersonal
3
Lokuttara
Transendental
Keadvaitaan
Aktualisasi
Sinergi
Fillah
Sakshin
Meniada (sebagai dia)
Impersonal
NO | WILAYAH | LAYER | ORIENTASI | MODE | SIFAT | TERM | TYPE | ||
1 | Kamavacara | Eksistensial | Kebahagiaan | Eksploitasi | Transaksi | Lillah | Persona | Mengaku (sebagai aku) | Personal |
2 | Brahmanda | Universal | Kesemestaan | Interkoneksi | Harmoni | Billah | Monade | Mengesa (sebagai kita) | Transpersonal |
3 | Lokuttara | Transendental | Keadvaitaan | Aktualisasi | Sinergi | Fillah | Sakshin | Meniada (sebagai dia) | Impersonal |
Selesai ? masih belum .... orientasi kebijaksananaan kesedemikianan kita adalah keselarasan bukan kesempurnaan, bro (ingat : kode etika 10 Ali Shariati ... )
KUTIPAN SKETSA
Ditrigger musik dulu ... Agama Cinta - Puisi Ibnu Arabi (Terjemah Indonesia)
Link video :https://www.youtube.com/watch?v=-lSS29FbZNc&list=PLZZa2J4-qv-b6ehpPHIIT57Myzehhv2A5&index=10 Link data :https://lsfcogito.org/kidung-cinta-ibn-arabi/0
WAHDAT AL-ADYAN (Unity of Religion = Kesatuan Agama ?)
Laqad shara qalbi kulla shuratin, fa mar'a li ghazlaanin wa dairun li ruhbanin, wa baitun li autsaanin wa ka'abu thaifin wa alwahu tauratin wa mushhafu Qur`anin, adinu bi diinil hubbi anni tawajjahtu rakaibahu fad dinu dini wa imani My heart became open to all forms:/ A pasture for gazelles and a cloister for monks,/ A house of idols and circling the Ka'ba*,/ The tablets of Torah and the Book of Qur'an./ I profess the religion of love, wherever its caravans lead.../ In love is my religion and my faith. Sungguh hatiku telah terbuka menerima segala realitas Padang rumput bagi rusa juga kuil para pendeta Rumah aneka berhala dan kabah bagi orang yang tawaf Juga lembaran- lembaran Torah dan mushaf Qur’an Aku menganut agama cinta kemanapun Dia mengarah Cinta adalah agamaku dan dia adalah imanku
adinu bi diinil hubbi anni tawajjahtu rakaibahu fad dinu dini wa imani My heart became open to all forms:/ A pasture for gazelles and a cloister for monks,/ Sungguh hatiku telah terbuka menerima segala realitas Padang rumput bagi rusa juga kuil para pendeta
Upaya konversi, heretisasi, syncretisasi atau hybridisasi ajaran ? NO. Panentheisme memandang segala fenomena di permukaan hanyalah adalah cerminan gradasi layer dimensi dari realitas di kedalaman yang menjangkau progress interconnected dari desain homeostatis kesedemikianan ini dalam equilibirium keseluruhan sebagaimana mentari merengkuh putra putri pelanginya. Inferensi intuitif menuju kedalaman (bukan sekedar analogi intelek di permukaan) kita gunakan bukan hanya agar kebijaksanaan pengetahuan kita tidak menyimpang dari kaidah kosmik peniscayaanNya (awas ! labirin paradoks pandangan / penganggapan/ pengharapan!) namun juga agar kita tidak stagnan untuk progress capaian maqom penempuhan tetap dinamis tumbuh berkembang tanpa batas dalam asymptot keTidak-TerhinggaanNya. SEE: Inferensi Dimensi di atas
KAIDAH KOSMIK Berikut kajian kami terhadap 3 masalah krusial esoteris panentheistic berdasarkan referensi Buddhisme & Mysticisme
1. Mandala Advaita = Desain Kosmik 2. Niyama Dhamma = Kaidah Kosmik 3. Kamma Vibhanga = Kaidah Ethika
MANDALA ADVAITA Dimensi Samsarik Grand Design , Strata Mandala, Episode Samsarik Kutipan : 31 Alam Kehidupan Samsarik & Nirvanik
KEILAHIAN PANENTHEISTICS
Tentang KeIlahian (Tuhan : Tao - Dhamma ) Tuhan bukan bemper kebodohan/kemanjaan diri, media katarsis psikologis /transaksi pencitraan dan kloset pembenaran pemfasikan/ kezaliman kepada lainnnya). Perlu kebijaksanaan universal. keperwiraan eksistensial, dan keberdayaan transendental dalam spiritualitas Tauhid sufism Ibn Araby : tanzih -tasbih (transenden/imanen) Jika kau memandangnya tanzih semata kau membatasi Tuhan. Jika kau memandangnya tasbih belaka kau menetapkan Dia Namun jika kau menyatakanNya tanzih dan tasybih; kau berada di jalan Tauhid yang benar Sufi Ibn Arabi memandang KeIlahian Tuhan secara Esa - utuh dalam keseluruhan. Tuhan dipandang sekaligus sebagai Dzat Mutlak yang kekudusanNya tak tercapai oleh apapun/siapapun juga (transenden/tanzih) namun keluhuranNya meliputi segala sesuatu (immanen/ tasybih) sehingga walaupun pada dasarnya Kekudusan dan kesempurnaan Tuhan secara intelektual tak terfahami (agnosis)dengan keberadaan yang mungkin terlalu agung untuk kemudian tak diPribadikan(impersonal) dan mandiri (independent) namun kemulian IlahiahNya sering disikapi sebagai figur yang berpribadi(personal) dan Dharma kehendakNya dapat difahami(gnosis) sehingga memungkinkan terjadinya hubungan antara makhluk dengan Tuhan sesuai dengan ketentuanNya (dependent).Tanpa Tuhan, tidak ada segalanya. Karena Tuhan, bisa ada segalanya. (wajibul & mumkimul Wujud ) Tao adalah Tao - jikakau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao Dalam kitab suci Uddana 8.3 Parinibbana (3) Buddha bersabda : O,bhikkhu ; ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak Jika seandainya saja tidak ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran penjelmaan ,pembentukan , dan pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi karena ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma, tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut maka ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu itu. Ini secara tidak langsung mungkin menunjukkan dua hal sekaligus ,yaitu : kesaksian akan adanya keilahian yang diistilahkan sebagai ‘yang tak terbatas” dan yang kedua penjelasan bahwa nibbana pencerahan sebagai puncak pencapaian spiritualitas Buddhisme hanya mungkin terjadi karena adanya ‘Yang tak terbatas’ tersebut. plus link : konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama (https://khmand.wordpress.com/2008/08/20/konsep-tuhan-dlm-agama-buddha/) Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam yang artinya “Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak”. Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asankhata) maka manusia yang berkondisi (sankhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi. Grand Design , Strata Mandala, Episode Samsarik
TANAZUL TARAQQI
Plus: hipotesa teoritis 3 (tiga) fase (Mandala Tiada Samsara - Mandala dengan Samsara - Mandala Tanpa Samsara).. .... mungkin tepatnya state keberadaan. (apalagi tidak hanya laten deitas personal samsarik) . Dari secret data lama kami (maaf ... dulu memang lebai masih naif & liar .... sekarang ? makin parah & payah, hehehe ) Gnosis Publik p.7
Dhyana Dharma Keberadaan :Fase 1 : Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purwaning Dumadi ( Dhyana ® Swadika ! )Fase 2 : fase peng’ada’an. KeEsaan karena Tuhan. sangkaning Dumadi ( Dharma ® Kehendak Ilahi )Fase 3 : fase keberadaan Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )Dharma Dhyana Keberadaan :Fase 3 : fase keberadaan Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )Fase 4 : fase peniadaan. Keesaan kembali ke Tuhan. paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )Fase 5 : fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )Well, ini hipotesa teoritis dari 3 (tiga) fase (Mandala Tiada Samsara - Mandala dengan Samsara - Mandala Tanpa Samsara). 1.Mandala Tiada Samsara, ( Fase hanya Dhyana > Dhamma ) Transenden = Transendental - Universal - Eksistensial (Esa - yang ada hanya Dia Sentra Yang Esa ) 2. Mandala Dengan Samsara, (Fase dalam Dhamma < Dhyana )Transenden = Transendental , Universal , Eksistensial (Segalanya ada karena Dia Sentra Yang Esa) Tanazul Genesis = emanasi , kreasi , ekspansi ? 2.1. Awal : Mandala Pra Samsara Transendental : keterjagaan esensi / zen ? Nibbana Universal : keterlelapan energi / nama Brahma : arupa & rupa , Eksistensial : kebermimpian etheric / rupa Kamavacara : dunia - surga & apaya 2.2.. Kini : Samsara Pra Pralaya Dunia : sd pralaya Svarga : sd pralaya (paska dunia ) - Apaya : sd pralaya ( lokantarika ?) - Brahma : sd pralaya ( abhasara etc Nibbana : sd advaita ? 2.3. Nanti : Samsara Paska Pralaya (versi Buddhism ? ) Lokantarika : residu rupa paska terkena pralaya : dunia - apaya - svarga - hingga rupa brahma Jhana 1 sd 3 (mengapa ?)Brahmanda : restan nama tidak terkena pralaya : Sudhavasa + Anenja /& Rupa Brahma : Jhana 4 untuk kemudian 3 - 2 ( abhasara ) Lokuttrara : bebas dari samsara & pralayanya : Asekha nibbana ( eksistensial ? + universal & transendental-nya) What's next ? - Siklus fase ke 2 Mandala Dalam Samsara berlanjut lagi (Kisah kasih nama rupa Brahmanda Lokantarika bersemi kembali sebagaimana biasanya ? ... kecualilokuttara & suddhavasa harusnya plus vehapala yang masih mantap & anenja yang masih terlelap juga ..... Asaññasatta ?) - atau... kembali ke fase 1 (kemanunggalan azali karena pencerahan keseluruhan/& keterjagaan Dia Sentra Yang Esa) - atau haruskah ada fase 3 (kemusnahan total karena kekacauan keseluruhan & kebinasaan Dia Sentra Yang Esa ) 3. Mandala Tanpa Samsara (Fase tanpa Dhamma - tiada Dhyana ) tiada Eksistensial - Universal - Transendental (Segalanya tiada tanpa Dia Sentra Yang Esa ) Adakah Sentra dengan sigma & zenka lain ? Maha Sentra Utama ? dst dsb dll idea tidak lagi dibahas bisa keluar jalur ? : Spekulasi Rimba Pendapat tak perlu karena hanya memboroskan energi, perdebatan tak perlu & sama sekali bukan upayayang perlu untuk bersegera dalam penempuhan keberdayaan aktual ? Samsara pribadi (eksistensial ) saja belum diketahui awalnya dan akhirnya (kejujuran nirvanik
MANDALA SEMESTA
Mandala Samsarik Buddhisme (31 alam kehidupan) atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini Skema Wilayah Tanazul Genesis & Taraqi Ekstasis meniscayakan keterrealisasinya transendensi impersonal bagi evolusi pribadi demi harmoni dimensi
Wilayah
1
2
3
Transendental
Nibbana ‘sentra’ ?
Belum diketahui ? 7
Tidak diketahui ? 8
Tanpa diketahui ? 9
Nibbana ‘sigma’?
Belum mengakui ? 4
Tidak mengakui ? 5
Tanpa mengakui ? 6
Nibbana ‘zenka’ ?
Arahata 1
Pacceka 2
Sambuddha 3
Universal
Brahma Murni (Suddhavasa)
Anagami 7 (aviha Atappa)
Anagami 8 (Sudassa Sudassi)
Anagami 9(Akanittha)
Brahma Stabil (Uppekkha )
jhana 4 (Vehapphala) selaras > Asaññasatta 5 & anenja 6
Asaññasatta 5 (rupa > nama)
Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )
Brahma mobile (nama & rupa)
Jhana 1 (Maha Brahma)
Jhana 2 (Abhassara)
Jhana 3 (Subhakinha)
Eksistensial
Trimurti LokaDewa
Vishnu 7 (Tusita)
Brahma 8 (Nimmãnarati)
Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti)
Astral Surgawi
Yakha (Cãtummahãrãjika) 4
Saka (Tãvatimsa) 5
Yama (Yãma)6
Materi Eteris
Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) + flora & abiotik ? / 1 Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)2 Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3
Wilayah | 1 | 2 | 3 | |
Transendental | Nibbana ‘sentra’ ? | Belum diketahui ? 7 | Tidak diketahui ? 8 | Tanpa diketahui ? 9 |
Nibbana ‘sigma’? | Belum mengakui ? 4 | Tidak mengakui ? 5 | Tanpa mengakui ? 6 | |
Nibbana ‘zenka’ ? | Arahata 1 | Pacceka 2 | Sambuddha 3 | |
Universal | Brahma Murni (Suddhavasa) | Anagami 7 (aviha Atappa) | Anagami 8 (Sudassa Sudassi) | Anagami 9(Akanittha) |
Brahma Stabil (Uppekkha ) | jhana 4 (Vehapphala) selaras > Asaññasatta 5 & anenja 6 | Asaññasatta 5 (rupa > nama) | Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 ) | |
Brahma mobile (nama & rupa) | Jhana 1 (Maha Brahma) | Jhana 2 (Abhassara) | Jhana 3 (Subhakinha) | |
Eksistensial | Trimurti LokaDewa | Vishnu 7 (Tusita) | Brahma 8 (Nimmãnarati) | Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti) |
Astral Surgawi | Yakha (Cãtummahãrãjika) 4 | Saka (Tãvatimsa) 5 | Yama (Yãma)6 | |
Materi Eteris | Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) + flora & abiotik ? / 1 | Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya) 2 | Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3 |
10 ? transendental 3 + universal 3 + eksistensial 3 = 9 ? 9 dimensi mandala di atas + 1 for Indefinitely Infinitum ( Realitas Aktual Transenden > Fenomena Formal Immanen dari personal laten deitas ) for humbling in progress to mystery. Setiap dimensi samsarik memiliki faktor persyaratan karmik & kehandalan kosmik (untuk mengalami & mengatasinya) Walaupun fenomena mandala ini memang beragam level & labelnya (terpilah > terpisah ?) namun secara realitas terpadu adanya (esensi>energi>materi).Bersedia untuk senantiasa terjaga menjaga berjaga (apapun juga hasilnya ... jangan susah apalagi menyusahkan lagi di alam ini )
Terlepas dari pembenaran kebanggaan keakuan & kepentingan kemauan , dalam perspektif keEsaan apapun alamnya itu memang seharusnya adalah baik (setidaknya adil ... tepat bukan hanya sesuai dengan level batin zenka penghuninya namun juga demi keberlangsungan dimensi mandala alam tersebut). Misalnya begitu menderitanya seorang puthujjana yang masih sakau, galau & kacau dengan kesombongan, keserakahan & kebencian jika harus berada di level kemurnian nibbana (Well, para Asekha di dimensi ini harus melampaui niraya eksternal baru juga, lho dengan keberadaan penghuni baru ini demikian juga wilayah ini). Ini juga berlaku di level samsarik kamavacara juga, lho. Terkadang sangat memprihatinkan para guardian niraya yang mengurus jasa laundry pemurnian jiwa dari dosa mereka yang mengotori dirinya sendiri (So, sesungguhnya siapa menyiksa siapa, bro?) ketimbang para guardian svarga yang hanya melayani pengumbaran lobha kenikmatan atas pahala kebaikan jiwa hingga batas akhir depositonya. Well, penangguhan mungkin memang bisa diterima jika demikian (too risky for all ...jadi perlu alam antara pra pralaya?). So, biarkan advaita niyama dhamma melayakan keniscayaan yang tepat bagi semuanya secara transenden impersonal termasuk juga siklus pralaya (demi penyegaran atau pemusnahan ?) .
Setiap dimensi samsarik memiliki faktor persyaratan karmik & kehandalan kosmik (untuk mengalami & mengatasinya)
MANDALA ADVAITA : just area .. Kamavacara : Personal (kealamiahan sensasi kebahagiaan) : Ego - Anicca - bawah : fisik - eterris - tengah : - atas Brahmanada : Transpersonal (KeIlahiahan fantasi keberadaan) : Self - Dukkha - bawah - tengah - atas Lokuttara : Impersonal (Keswadikaan esensi Kesunyataan) : Esa - Anatta - bawah : Nibbana aneka jati Buddha ; tanha ? diri kiriya - tengah : Advaita prajna paramitta karma ? alam kaidah niyama - atas : Paramatta ? Udana ?
Triade ( 3 in 1) =Tuhan ? Impersonal Lokuttara > Transpersonal Brahmanda > Personal Kamavacara (Guardians = cakkavati ?)Tuhan = tanzih & tasybih ( Kausa Prima , Sentra Segalanya , etc ) - Panentheistik > Pantheistik (Dalam keseluruhan) : - Non-theistik > Not-theistik (Tanpa pengagungan diri ) : - Post Taoistik > Absolut Statik (Terus selaras dalam dinamika asymptot penyempurnaan keseimbangan)Dharma Vihara :Balancing progress (symetry asymetry)
IMPERSONAL GOD (ABSOLUTE INDEFINITE/INFINITUM TRANSENDEN) > PERSONAL GODS (laten deitas figure kosmik immanen yang memang mengidentifikasikan dirinya / diDeifikasi lainnya atau hanya konsep renungan filosofis demi idealisasi kesempurnaan / refleksi imaginatif bagi manuver strategis pembenaran kepentingan saja ?)
https://www.youtube.com/watch?v=3yVLJahhwC8&list=PLZZa2J4-qv-bhq6xJFZjoY4jEP9a4E2e3&index=42 https://www.youtube.com/watch?v=7jNjrsEMbKA&list=PLZZa2J4-qv-bhq6xJFZjoY4jEP9a4E2e3&index=51&t=1s
https://www.youtube.com/watch?v=3yVLJahhwC8&list=PLZZa2J4-qv-bhq6xJFZjoY4jEP9a4E2e3&index=42
IMPERSONAL REALITY (KEILAHIAN) komentar video tidak dijawab ?
https://www.youtube.com/watch?v=6cJ9zVwR9Wc&list=PLZZa2J4-qv-bhq6xJFZjoY4jEP9a4E2e3&index=39&t=168s Anumodana, Bhante Khemadaro ,Samanera Abhisarano & bapak Feby atas tayangan video yang walau temanya memang sangat menarik namun bisa jadi sensitif. KeIlahian memang sentra mendasar & menyasar dalam wawasan/ tataran spiritualitas (ranah agama eksistensial, mistik universal & Dhamma transendental). Pandangan KeIlahian dalam Buddhisme memang unik karena bersifat Impersonal Transenden Nirvanik tidak sekedar Personal Immanen samsarik. Bisakah dijelaskan/ditegaskan ‘konsep’ keIlahian Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam (Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak – dari Uddana 8.3 ) dan juga Sang Hyang Adi Buddha oleh mendiang Bhante Sukong Ashin Jinarakhita ? komentar video tidak dijawab ? sungkan & riskan ? masalah sensitif bisa menyinggung dianggap prank "kadrun" ? rasionalisasi menguji untuk motive tersirat mencobai/mengerjai untuk menjahili + menzalimi ? memang tidak harus dijawab ? transrasional untuk dibahas (toh yang utama etika berpribadi & berprilaku dalam kebersamaan > dogma berpandangan ?) mungkin memang ini pertanyaan dilematis walau tidak dimaksudkan untuk perangkap jebakan badman (bukan hanya external namun juga internal) ... jika tidak bisa dijawab penganut agama langit (?) akan menghujat anda dengan sebutan kafir atheis dsb (ini berdampak bukan hanya tidak mengenakkan eksistensial pribadi namun juga akan menjerumuskan mereka dalam penyimpangan kaidah etika kosmik berikutnya ... niyata miccha ditthi & kammacitta vipakkha karena kebodohan akan kepicikan/kepolosan jahiliah + kelicikan /kekasaran zalimiah mencela ... bukan hanya citta cetana mengharapkan namun sudah mulai akusala kamma mengusahakan orang lain celaka walau baru sebatas lisan belum perbuatan), jika anda bisa menjawab walaupun salah itu akan melegakan selera mereka (merasa sama, setara bahkan lebih unggul?) namun anda menyalahi akidah tepatnya menyimpang dari kaidah ethika Dhamma anda sendiri.
https://www.youtube.com/watch?v=7Eu8asjrPpk&list=PLZZa2J4-qv-b6ehpPHIIT57Myzehhv2A5&index=1
33. Eps 446 | BATAS PENGETAHUAN MANUSIA MENURUT KITAB KEJADIAN?Walau senantiasa ada celah kebebasan dalam keterbatasan internal & pembatasan internal eksternal yang ada demi perolehan kebahagiaan ataupun bagi pencapaian keberdayaan.Bukan keabadian atau keilahian namun kemurnian yang selayaknya ditekankan dalam paradigma berpandangan manusia agar tetap berpondasi pada kebenaran transcendental , berorientasi pada kebijakan eksistensial dan berorientasi beraktualisasi untuk kebajikan universal..Buat apa mengharapkan keabadian diri karena sejak mumkimul wujud (diri) maujud dalam kehendak penciptaan, emanasi pencitraan ataupun katalisasi peniscayaan (etc) pada fase keazalian (ilahiah – alamiah – insaniah) itu bukankah sesungguhnya segalanya sudah berada dalam keabadian yang berproses dinamis dalam keseluruhan ini.Buat apa mendambakan keilahian diri karena klaim identifikasi justru akan meninggikan keakuan yang menjatuhkan diri & mengesalkan merendahkan lainnya apalagi upaya mendeifikasikan diri justru akan menyesatkan diri & menyusahkan lainnya dalam semesta kebersamaan ini. walau karena faktisitas kompleksitas dalam transendensi eksistensial & universal perlu juga true lies internal / eksternal ?Meminjam istilah fisika kuantum, diri kita hanyalah beragam partikel electron imanen yang beredar terpancar bak gradasi pelangi pada aneka layer dimensi dari sentra inti atom kosmik transenden yang sama … selaraskan saja eksistensialitas diri kitasetara bersama dengan lainnya secara transcendental murni dalam kaidah universalNya. Dengan cara demikian evolusi pribadi tetap bisa dilakukan, harmoni dimensi juga bisa terjaga dan sinergi valensi juga tetap dalam kedewasaan/ pencerahan tanpa perlu konflik internal/eksternal dengan ketepatan pemeranan dari label eksistensial yang perlu dilakukan (true – humble – responsible)Atau pandangan panentheistik Ibn Araby : Tauhid sufism Ibn Araby : tanzih -tasbih (transenden/imanen) Jika kau memandangnya tanzih semata kau membatasi Tuhan. Jika kau memandangnya tasbih belaka kau menetapkan Dia Namun jika kau menyatakanNya tanzih dan tasybih; kau berada di jalan Tauhid yang benarSufi Ibn Arabi memandang KeIlahian Tuhan secara Esa - utuh dalam keseluruhan. Tuhan dipandang sekaligus sebagai Dzat Mutlak yang kekudusanNya tak tercapai oleh apapun/siapapun juga (transenden/tanzih) namun keluhuranNya meliputi segala sesuatu (immanen/ tasybih) sehingga walaupun pada dasarnya Kekudusan dan kesempurnaan Tuhan secara intelektual tak terfahami (agnosis)dengan keberadaan yang mungkin terlalu agung untuk kemudian tak diPribadikan(impersonal) dan mandiri (independent) namun kemulian IlahiahNya sering disikapi sebagai figur yang berpribadi(personal) dan Dharma kehendakNya dapat difahami(gnosis) sehingga memungkinkan terjadinya hubungan antara makhluk dengan Tuhan sesuai dengan ketentuanNya (dependent).Tanpa Tuhan, tidak ada segalanya. Karena Tuhan, bisa ada segalanya. (wajibul & mumkimul Wujud )Tao adalah Tao – jika kau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao Laisa kamitsilihi syai'un . Tan kinoyo ngopoMasihkah kita (diri yang hanya personal immanen) ingin (tepatnya: layak) bersaing untuk menyamai, menjadi bahkan melampaui Tuhan (Hyang juga Impersonal Transenden) ? hantu abadi atau tuhan abadi, Taoist ?
ADHYATMA , ADHI BUDDHA , atau ....
RELIGI ABRAHAMIK = anthropomorphisme keilahian personal ? KAMAVACARA ? (Dimensi fisik < eteris, astral surgawi , mental laduni ?) < BRAHMANDA (Dimensi monade kosmik Brahma (abhasara cs, vehapala cs, suddhavasa cs) < LOKUTTARA (Dimensi nibbana, advaita, paramatta ?) < ETC ( Hyang melampaui eksistensialitas diri < universalitas alam< transendentalitas inti )
Dalam Mystic Radha Soami Tuhan bisa disebutkan(Varnatmak) personal atau tidak mungkin disebutkan(Dhunyatmak)transpersonal / impersonal ?. Mystik Yogi Sufi Radha Soami : 5 Holy Names.pdf (1 Alakh Niranjan astral surgawi, 1 Omkar Brahm mental kausal & 3 layer keilahian Brahmanda ?)
2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) :prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan)1) Khilafiyah Theologi : kemustahilan membatasi Tuhan ? → kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat (keIlahian ; keberadaaan; ketentuan)2) Problema Theodice : kemustahilan membela Tuhan? kebijakan metanoia diantara faham pandangan (fanatisme/mistisme ; atheisme/vitalisme ; agnostisme /heuretisme)3) Masalah Theosofi: kemustahilan mencintai Tuhan ? kebijakan apologia diantara ragam kenyataan (kegaiban Tuhan ; penderitaan/kezaliman ; ananiyah/nafsiyah) epilog : keimanan ?ketentuan awal > kepastian final → aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian
Well, sejujurnya tinggal selangkah lagi Saddhamma ini untuk menjadi Paramattha Sanatana Dhamma yang memuliakan kebenaran & keilahian secara murni & sejati sebagai Theosofi Panentheistik tauhid yang merengkuh seluruh paradigma yang ada ... Idea Buddha Shiva ? But, skenario samsarik (termasuk sunnakalpa & era Buddha Maeteya, Lokabyuha & siklus pralaya, etc) tampaknya memang tetap perlu berlanjut demi keberlangsungan keseluruhan pelangi biasan keberagaman dari Satu mentari yang sama. Acinteya yang telah direalisasi & tetap dijalani Buddha walau tanpa dipublikasi dalam simsapa sutta ini apa juga difahami & disadari Savaka-Nya ?Kami tidak memaksakan/mengharuskan self term mystics Adhyatma atau apapun juga untuk final phase Impersonal Reality paska lokuttara ini. Anda bisa menyebutkan dengan apapun saja (Sentra, Causa etc) atau siapapun juga (bahkan ... walau mungkin memang tampak kurang etis agak 'asal klaim' terhadap personal god tataran kamavacara (di level fisik/ eteris/ astral/ mental), brahmanda, lokuttara etc) untuk penyebutan varnatmak yang lebih familiar, menghindari disharmoni label eksistensialitas keberadaan diri dalam kebersamaan dengan lainnya dan kenyamanan / kemantapan bagi progress pemberdayaan melayakkan keniscayaan (sinergi / evolusi/ harmoni).Mendiang Ashin Jinarakhita pada saat ditanya jika Buddha adalah guru agung saja maka siapa "Tuhan " dalam agama Buddha ? Untuk sekedar melegitimasi pengakuan formal prasyarat keberagamaan di Indonesia saat itu Beliau tampaknya cukup tanggap untuk beradaptasi dengan 'memperkenalkan' term kepada negeri ini. Sang Hyang Adi Buddha (mungkin istilah ini lebih tepat daripada self term kami jika merujuk dari hierarki evolusi tertinggi Impersonal Reality yang telah tercapai dari rekaman historis sampai saat ini dibandingkan istilah kami yang mungkin dipandang hanya dalam tataran konsep filosofis untuk melampaui idea keberagaman & memperbaiki etika kebersamaan yang masih berlevel transpersonal bahkan bisa jadi hanya berlayer personal saja) untuk term "aneh/asing" ajatan abhutan tsb
Lanjutkan dulu ... KAIDAH TERTIB KOSMIK =
2. Niyama Dhamma = Kaidah Kosmik See :AN 3.136: Uppādā Sutta Sering disebut DhammaNiyama Sutta (?). Dhamma tetap ada walau Buddha muncul atau tidak (pada masa Buddhakalpa dan atau Sunnakalpa)Dalam kitab suci Tipiṭaka pada Uppādāsutta bagian Aṅguttara Nikāya 3.136:Uppādā vā, bhikkhave, tathāgatānaṃ anuppādā vā tathāgatānaṃ, ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhammaniyāmatā. Sabbe saṅkhārā aniccā. Taṃ tathāgato abhisambujjhati abhisameti. Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti paññāpeti paṭṭhapeti vivarati vibhajati uttānīkaroti: ‘sabbe saṅkhārā aniccā’ti.“Para bhikkhu, apakah para Tathāgata muncul atau tidak, hukum ini tetap berlaku, kestabilan Dhamma ini, jalan pasti Dhamma ini: ‘Segala fenomena terkondisi adalah tidak kekal.’ Seorang Tathāgata tercerahkan pada hal ini dan menerobosnya, dan kemudian Beliau menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menetapkannya, mengungkapkannya, menganalisisnya, dan menguraikannya sebagai berikut: ‘Segala fenomena yang terkondisi adalah tidak kekal.’Uppādā vā, bhikkhave, tathāgatānaṃ anuppādā vā tathāgatānaṃ ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhammaniyāmatā. Sabbe saṅkhārā dukkhā. Taṃ tathāgato abhisambujjhati abhisameti. Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti paññāpeti paṭṭhapeti vivarati vibhajati uttānīkaroti: ‘sabbe saṅkhārā dukkhā’ti.Para bhikkhu, apakah para Tathāgata muncul atau tidak, hukum ini tetap berlaku, kestabilan Dhamma ini, jalan pasti Dhamma ini: ‘Segala fenomena terkondisi adalah penderitaan.’ Seorang Tathāgata tercerahkan pada hal ini dan menerobosnya, dan kemudian Beliau menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menetapkannya, mengungkapkannya, menganalisisnya, dan menguraikannya sebagai berikut: ‘Segala fenomena yang terkondisi adalah penderitaan.’Uppādā vā, bhikkhave, tathāgatānaṃ anuppādā vā tathāgatānaṃ ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhammaniyāmatā. Sabbe dhammā anattā. Taṃ tathāgato abhisambujjhati abhisameti. Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti paññāpeti paṭṭhapeti vivarati vibhajati uttānīkaroti: ‘sabbe dhammā anattā’”ti.Para bhikkhu, apakah para Tathāgata muncul atau tidak, hukum ini tetap berlaku, kestabilan Dhamma ini, jalan pasti Dhamma ini: ‘Segala fenomena adalah tanpa-diri.’ Seorang Tathāgata tercerahkan pada hal ini dan menerobosnya, dan kemudian Beliau menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menetapkannya, mengungkapkannya, menganalisisnya, dan menguraikannya sebagai berikut: ‘Segala fenomena adalah tanpa-diri.’”Dalam agama Buddha, kelima hukum tersebut adalah sebagai berikut.Utuniyāma, hukum kepastian atau keteraturan musim. ; Bijaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan biji.Kammaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan kamma.; Cittaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan kesadaran.Dhammaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan dhamma.Link Media:
3. Kamma Vibhanga = Kaidah Ethika 3. KAMMA VIBHANGA Secara simple bolehlah dikatakan hukum karma adalah jika perbuatan baik dilakukan maka akan menghasilkan kebaikan juga kepada pelakunya demikian juga keburukan. Namun demikian kaidah nyata berlakunya hukum karma sangat kompleks tidaklah berjalan sederhana instant, direct & identik sebagaimana yang secara naif kita perkirakan. Ada 4 variasi kemungkinan dari kaidah kosmik hukum karma ini secara empiris menurut Buddha paska keterjagaan pencerahan samsarikNya Link data utama : Piya Tan untuk bahasan Mahakammavibhanga sutta atau Link Video berikut :
Ashin Kheminda DBS Playlist = Hukum Kamma - Cula Kamma Vibhanga - Maha Kamma Vibhanga
Tentang Paska Kematian / Aneka Keberadaan =
Setiap dimensi samsarik memiliki faktor persyaratan karmik & kehandalan kosmik (untuk mengalami & mengatasinya) Walaupun fenomena mandala ini memang beragam level & labelnya (terpilah > terpisah ?) namun secara realitas terpadu adanya (esensi>energi>materi). Bersedia untuk senantiasa terjaga menjaga berjaga (apapun juga hasilnya ... jangan susah apalagi menyusahkan lagi di alam ini ) Terlepas dari pembenaran kebanggaan keakuan & kepentingan kemauan , dalam perspektif keEsaan apapun alamnya itu memang seharusnya adalah baik (setidaknya adil ... tepat bukan hanya sesuai dengan level batin zenka penghuninya namun juga demi keberlangsungan dimensi mandala alam tersebut). Misalnya begitu menderitanya seorang puthujjana yang masih sakau, galau & kacau dengan kesombongan, keserakahan & kebencian jika harus berada di level kemurnian nibbana (Well, para Asekha di dimensi ini harus melampaui niraya eksternal baru juga, lho dengan keberadaan penghuni baru ini demikian juga wilayah ini). Ini juga berlaku di level samsarik kamavacara juga, lho. Terkadang sangat memprihatinkan para guardian niraya yang mengurus jasa laundry pemurnian jiwa dari dosa mereka yang mengotori dirinya sendiri (So, sesungguhnya siapa menyiksa siapa, bro?) ketimbang para guardian svarga yang hanya melayani pengumbaran lobha kenikmatan atas pahala kebaikan jiwa hingga batas akhir depositonya. Well, penangguhan mungkin memang bisa diterima jika demikian (too risky for all ...jadi perlu alam antara pra pralaya?). So, biarkan advaita niyama dhamma melayakan keniscayaan yang tepat bagi semuanya secara transenden impersonal termasuk juga siklus pralaya (demi penyegaran atau pemusnahan ?) . Sebagaimana dimensi samsarik lainnya ( apaya, surga bahkan alam Brahma sekalipun), dunia ini hanyalah terminal transit bagi evolusi spiritualitas diri berikutnya. Peluang kesempatan / tanggung jawab sebagai manusia dsb dalam membawa keberkahan diri dan lainnya ... tidak sekedar berlibur, terhibur dan dikubur sebagai manusia untuk hanya kembali calon mayit/ demit ?
jadi, inget kata Buddha & para Suci lainnya : kelaziman ( kebodohan atau kewajaran?) kita cenderung menjadikan apaya menjadi rumah tinggal berikutnya (walau sesungguhnya bukan itu sangkaan pandangan & harapan keinginannya ... ironis atau tragis ?) Well, jika tiada faktor non-operative mahakammavibhanga ... walau tidak dimaksudkan sekalipun by product kelayakan pemurnian sila bukan hanya bisa lampaui apaya (alobha x petta, adosa x neraka, amoha x tirachana ... yakha asura ?) namun juga layakan investasi deposito kebajikan untuk digunakan liburan sementara kapling dimensi surgawi jika diperlukan (just refreshing penyegaran atau malah recraving pengumbaran ?) ; yang lebih penting jika mampu pencapaian meditatif bisa bereffek pada peningkatan intelgensi kecakapan yang lebih baik apalagi ditunjang panna kebijaksanan yang berkembang .
AS /IF Petta apaya etc Walau ini dianggap ‘wajar’ bagi lokiya dhamma namun termasuk apaya bagi saddhama (walau tampak ironis namun tidak menutup kemungkinan dikarenakan akumulasi kelayakan kammacitta sebagaimana kemelekatan akan memory figure bhava, obsesi ditthi dan tanha pengharapan status symbol berada di dimensi eteris ditengah ekspansi dewa label jatuhan asura & ekstensi dewa level rendahan yakkha ini) Case : pettavathu Niraya ? jika terdampar di apaya hidup sbg peta maka dengan upekkha kembangkan mudita (sikap apresiatif/positif atas niatan tindakan kebaikan lainnya) brahma vihara walau sulit. jika terlempar di apaya lainnya maka dengan upekkha kembangkan metta brahma vihara (kewajaran kosmik untuk aktualisasi kesadaran kasih universal sebagaimana kesedemikianannya kaidah impersonal transenden niyama dhamma atas personal imanen terus berlaku walau tak butuh diakui dan tak sekedar bisa diyakini ) walau jelas sangat sulit. Dalam Buddhisme Apaya adalah kemungkinan MLD ( Moha - hewan tirachana, Lobha - petta kelaparan , Dosa - niraya 'laundry' ) Plus Idea : Barzah eteris juga untuk umat beragama & bertuhan tidak hanya yang sekuler ? karena kemelekatan kehidupan sebelumnya & pengharapan kehidupan selanjutnya yang belum layak terniscayakan ?
AS /IF Surga Kamadeva etc Walau ini sangat didambakan bagi lokiya dhamma (walau tanpa perlu alam antara ?) namun (tanpa merendahkan) tidak bagi saddhama ? (walau tidak menutup kemungkinan dikarenakan akumulasi kelayakan kammacitta 'hanya' bisa berada di dimensi astral ini ) Case : jaminan nanda & bhikkhu surga Link Video : 1 & 2 Jika surga & neraka tidak ada akankah Tuhan dipuja dalam kebaktian, kebajikan dan kebijakan ? Bukan karena deficiency atau sekedar transaksi (Sufi wanita Rabiah Adawiyah ... Mahabah cinta kepada TuhanNya bukan hanya mengatasi kecintaan kepada siapapun /Nabi, Surga ?/ namun juga kebencian kepada apapun termasuk kepada /iblis & neraka?/). Plus Idea : Mengapa bisa segera melampaui ke surga tanpa harus penangguhan pralaya dunia ? pelayakan keniscayaan
AS /IF Brahma etc Walau ini sangat didambakan bagi mystics pantheist namun tidak bagi saddhama (walau tidak menutup kemungkinan dikarenakan bukan hanya kelayakan/kecakapan namun juga kemantapan/kemapanan kammacitta dan samadhi bhavananya) Case : batin mencari & menjadi "tuhan" yang lebih sejati ? , dilemma antara kenyamanan 'transendensi' nama ke anenja (terlelap? alara kalama & Uddhaka ramaputta eks guru dengan tataran ilmu yang telah dikuasainya pra Uruvela ) vs keberadaan 'immanensi' rupa ke samsara (terjatuh? Brahma Baka yang terprovokasi Mara ? ). (Fake story ?) Buddha ditanya keberadaan Tuhan .... Dia menjawab akan keberadaanNya kepada yang mengingkariNya namun menyangkal keberadaanNya kepada yang meyakiniNya. (bukan kepercayaan namun keberdayaan ... memastikan tataran fakta bukti penempuhan/penembusan dalam kemurnian yang utama bukan sekedar meyakini gagasan internal/ wawasan eksternal. Plus Idea : real story Buddha & Tuhan : Brahma Baka , Mara, Tusita , Saka, Yakkha & asura ? (khanda paritta + attanatiya sutta + ratana sutta + Karaniya metta sutta )
AS /IF Nibbana etc
Walau keterjagaan dalam dvaita kesunyataan ini dipandang ‘sangat sempurna’ bagi buddha dhamma namun dalam 'kebersahajaan' akan advaita kesedemikianan ini ‘cukup bijaksana’ bagi saddhama (Holistik melampaui Nivritti negative & harmonis melampaui Pravritti positive ) (Fake story ?) Buddha diam ketika ditanya apakah Dia mencapai Nibbana .... Jika Dia menjawab "Tidak", Dia berdusta akan realisasi pencapaian keterjagaanNya , Jika Dia menjawab "Ya" , Dia berdusta karena Nibbana mustahil tercapai jika masih ada 'keakuan" samsarik. Plus Idea : real story : kepada pertapa Upaka , Panca Vagiya (Dhammacakka ~ 'patanjali astanga yoga?' + anattalakkhana sutta !) sakshin : Bahiya & Malunkya ( panduan taktis Mahasatipathana & risalah teknis Abhidhamma ) Ovada pattimokkha ke 500 asekha arahat ?(keterjagaan level vs kelengahan label spiritual materialism magga phala arahat ?)
Kutipan :
Apapun yang terjadi, mencintai kebenaran adalah kemutlakan (bukan pilihan … karena jikapun tiada keselarasan dalam menyesuaikannya sebagaimana harusnya maka dengan keterpaksaan toh kita akan tetap menerima keniscayaan akan dampak karmic & effek kosmik nya juga .... jadi 'sami mawon' / sama saja ). Hidup dalam kebenaran seharusnyalah hidup dengan kebenaran juga. Keselarasan dalam Saddhamma .... Inilah cara untuk menjalani kebenaran itu dengan tanpa syarat apapun Well, bukan hanya "sekedar' demi membawa level evolusi pribadi yang lebih baik (eksistensial), menjaga harmoni dimensi yang semakin kondusif (universal) namun karena memang demikianlah amanah keselerasan yang ditetapkan untuk dijalani (transendental).... sinkronisasi peniscayaan berkah yang memang seharusnya dilakukan atas keniscayaan berkah yang sudah digariskan pada keberadaan, dalam kesemestaan oleh kesunyataan Impersonal Transenden ini. Be Realistcs to Realize the Real .....Untuk kesekian kalinya, apapun yang terjadi, mencintai kebenaran adalah kemutlakan (bukan pilihan … karena jikapun tiada keselarasan dalam menyesuaikannya sebagaimana harusnya maka dengan keterpaksaan toh kita akan tetap menerima keniscayaan akan dampak karmic & effek kosmik nya). Tidak perduli apakah nanti akan ada kemanunggalan dalam pencerahan ataupun kemusnahan untuk keseluruhan, tetaplah konsisten dalam transformasi spiritualitas yang harmonis autentik & sinergis atas kesemestaan baik eksistensial (diri pribadi), universal (alam kehidupan bersama) dan transcendental (sentra keberadaan segalanya). Disamping kemantapan eksistensial dalam peran duniawi saat ini (citra persona biasa saja, smart skill bisa juga, asset hidup cukup) ; jangan lupa (ini justru yang utama) siagakan untuk kelanjutan perjalanan kehidupan nantinya (level swadika keariyaan , bakat talenta kecakapan & hisab visekha kelayakan ). Sedangkan, untuk kenyamanan keseluruhannya : berempati (pada dasarnya semuanya sama saja ... laten deitas dari Sentra sejati yang sama hanya beda label & level pada dimensi mandala pada saat ini . Well, orang lain / makhluk lain adalah sebagaimana diri kita sendiri namun saat ini berada dalam peran yang berbeda .... walau respek dalam metta atas casing 'dagelan' nama rupa masing-masing memang tetap perlu diperhatikan sesuai skenario kehidupan yang berlangsung ... tidak anggep 'arogan" & norak tranyakan ), menjaga harmoni dan bersinergi dalam kebersamaan & kesemestaan ini.
Kita adalah media impersonal dengan berbagai peran eksistensial dalam arena universal di segala wilayah immanen Hyang Transenden. sadari & jalani permainan peran / amanah tugas ini dengan selaras pada kaidah keniscayaan kebenaran saddhamaNya dengan senantiasa terjaga , menjaga & berjaga Be realistics to realize the Real Be True, Humble & Responsible as one (existensial figure) in One (Universal immanent ) of ONE (Esensial Transendent ) Just as it is
1. Menghadapi Keabadian : Swadika, Talenta, VisekhaSwadika :Talenta, :Visekha:2. Menghadapi Kehidupan : kecakapan, kemapanan, kewajarankecakapan :kemapanan, :kewajaran :3. Menghadapi Kematian : Racut , Bardo , Alam Racut : Bardo :Alam :
Dalam kesedemikian perlu keberdayaan dengan keselarasan dalam keseluruhan untuk meniscayakan keberadaan saat sekarang dan fase mendatang
Dalam kesedemikian perlu keberdayaan dengan keselarasan dalam keseluruhan untuk meniscayakan keberadaan saat sekarang dan fase mendatang
1. Menghadapi Keabadian : Swadika, Talenta, Visekha
Data lama :
2020-10-05 22:04
95205
2020-10-05 22:04
379636
Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini. Prolog :Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya. dari : wawasan esoterisTerlepas dari prasangka asumtif nivritti negatif tersuratnya (KM4 Dukkha, Nibidda, dst) , tanpa referensi Buddhisme wawasan spiritualitas bukan hanya terasa hambar & dangkal levelnya namun bisa jadi salah arah dalam keterpedayaan samsarik ?
2020-10-05 22:04 | 95205 | ||
2020-10-05 22:04 | 379636 |
3. Synthesis : THE REAL (capaian yang nyata) Synthesis : Just For Seeker 2 1. Menghadapi Keabadian : Swadika, Talenta, Visekha 1a. Swadika : Swadika berkaitan dengan level esensi Panna untuk bawaan kelanjutan. Tabel 10 level Kesadaran Gnosis
Transendental 10 ? transendental 3 + universal 3 + eksistensial 3 = 9 ? 9 dimensi mandala di atas + 1 for Indefinitely Infinitum ( Realitas Aktual Transenden > Fenomena Formal Immanen dari personal laten deitas ) for humbling in progress to mystery.
Kutipan : Tiga Pesan Abadi keheningan kosmik yang diungkapkan para Buddha : Jauhi kejahatan, jalani kebajikan, sucikan fikiran
Link video : Dhammadipateyya (Paradigma Berpandangan : Dhamma-Oriented ) Bhante Pannavaro Link video : Arogya parama labha (kesehatan adalah keuntungan utama) Pencerahan Magandiya Sutta Bhante Pannavaro Well, Salut kepada Buddha yang menempatkan synthesis keswadikaan di atas thesis kebahagiaan untuk pencerahan kebebasanNya dari antithesis dukkha kesemuan "penderitaan". dari : Gnosis for Seeker Berikut adalah tabel alternative teparinama penempuhan "kontemporer" bagi etika pacekka (atau mungkin juga Buddha Savaka ?)
No
Level
(peningkatan kefahaman Dhamma : pengetahuan ,penmpuhan, penembusan)
Sila revised
(pakati + pannati : varita & carita)
(Samatha Pemantapan keberimbangan + Vipassana pemurnian
Kebijaksanaan
Dhamma Vihara
(Kelayakan terniscayakan)
Prior Input
Final Output
1
Elementary
Suta maya paññā (intelek)
Pancasila
Diba Vihara (surga ?)
Padaparama dihetuka
Neyya tihettuka
2
Intermediate
Cintā maya paññā (intuisi)
Atthasila
Jhana (lokiya & lokuttara)
Brahma Vihara (Ilahi?)
Vehapala (rupa + arupa?)
Gotrabu Anuloma
3
Advance
Bhāvanā maya paññā (insight)
Samanasila
Magga & Phala (irreversible ?)
Ariya Vihara (murni?)
Sekha
Asekha ?
No | Level | (peningkatan kefahaman Dhamma : pengetahuan ,penmpuhan, penembusan) | Sila revised (pakati + pannati : varita & carita) | (Samatha Pemantapan keberimbangan + Vipassana pemurnian Kebijaksanaan | Dhamma Vihara (Kelayakan terniscayakan) | Prior Input | Final Output |
1 | Elementary | Suta maya paññā (intelek) | Pancasila | Diba Vihara (surga ?) | Padaparama dihetuka | Neyya tihettuka | |
2 | Intermediate | Cintā maya paññā (intuisi) | Atthasila | Jhana (lokiya & lokuttara) | Brahma Vihara (Ilahi?) | Vehapala (rupa + arupa?) | Gotrabu Anuloma |
3 | Advance | Bhāvanā maya paññā (insight) | Samanasila | Magga & Phala (irreversible ?) | Ariya Vihara (murni?) | Sekha | Asekha ? |
Mengenai cara penempuhan sudah banyak referensi yang diberikan bagi realisasi ini. Para Seeker bisa menanyakan langsung pada para Bhante atau Guru spiritual /Pemandu Meditasi yang bukan hanya lebih berkompeten namun juga sesungguhnya ini wilayah mereka yang sudah sepantasnya bagi kita yang di luar sasana untuk tahu diri, tahu malu dan tahu sila untuk tidak 'tranyakan' melanggar bukan hanya area kewenangan mereka namun juga wilayah kesemestaan bersama yang beragam ini. Walau sebagai seeker kita telah memahami akan proses saddha KM4/ JMB 8 dalam triade sila-samadhi-panna untuk dijalani,. semisal : chart Pa Auk Sayadaw, etc (juga : Ajahn Chah, Bhante Punnaji, Bhante Vimalaramsi, dsb)
Harusnya terbalik urutannya dari logika proses penempuhannya & by product peniscayaannya (Sila- Samadhi-Panna untuk Vihara kelayakannya ).
Tersenyum seperti Buddha (Smile like a Buddha ... not as a Buddha ? ) Be Realistics to Realize the Real
Tersenyumlah seperti Buddha walau itu memang masih 'fake' (semu) dan tidak 'real'(nyata).Ini bukan dimaksudkan untuk 'memotivasi' diri bagi kesombongan pencitraan diri dengan melagakkan seakan pencapaian keniscayaan telah terjadi hanya dengan cara itu.Ini dimaksudkan untuk mengarahkan diri untuk kebijaksanaan penyadaran diri dengan melayakkan peniscayaan keniscayaan yang secara murni dan alami seharusnya terjadi.Senyum kearifan Ariya yang melampaui sikap positif apalagi negatif.
Bagi Dia yang sudah terjaga itu ekspresi authentik Bagi kita yang belum terjaga itu exercise holistik
Tersenyum seperti Buddha JMB 5karena terfahami secara intelektual simsapa kebenaran spiritualKecakapan Pandangan benar akan mengarahkan fikiran benar (kesadaran notion batin)Kecakapan fikiran benar akan mengarahkan tindakan bajik (ketulusan dana sila etc)Kecakapan tindakan bajik akan mengarahkan asset mulia (kemurnian punna kusala )Dhamma indah pada awalnya dengan terlampauinya tataran eksistensial diri(harmoni dunia - terhindar apaya - terlayakkan surga = Dibba Vihara )
Tersenyum mengarah Buddha JMB 8karena tercapai secara meditatif acinteya hakekat kenyataan spiritualPaska asset mulia terus lanjutkan Adhi-Sila (alobha -adosa - amoha : tihetuka)Paska Adhi-Sila terus lanjutkan Adhi-Citta (Samma Samadhi : Jhana Brahma )Paska Adhi-Citta terus lanjutkan Adhi-Panna (Samma Vipasana: Gotrabu Nana?) Dhamma indah pada pertengahannya dengan terlampauinya tataran universal diri(harmoni batin - terlampaui moksa - terlayakkan magga = Dhamma Vihara )
Tersenyum sebagaimana Buddha JMB 10karena terbukti secara insight advaita desain labirin permainan spiritualDengan masaknya Adhi-Panna layaklah Realisasi Keterjagaan (nibbana: pemurnian magga/phala )Dalam Realisasi Keterjagaan layaklah Realisasi Kebijaksanaan (panna: sabbanutta/ patisambhida?)Dalam Realisasi Kebijaksanaan layaklah Realisasi Ketercerahan (kiriya: kusala non karmik?)Dhamma indah pada akhirnya dengan terlampauinya tataran transendental diri (harmoni - terbuka nibbana - terlampaui samsara = Ariya Vihara )
Dhamma akan melindungi siapapun yang menempuhnya dengan benar, tepat dan sehat.Teruslah memperjalankan 'diri' demi semakin terjaganya orientasi, kualifikasi & realisasiJalani saja proses penempuhannya secara murni tanpa perlu ambisi/obsesi yang menghalangi.Layakkan diri sebagaimana kaidah Niyama Dhamma meniscayakan pelayakannya secara alami.Terima, kasihi dan lampaui segala episode penempaan diri sebagaimana ariya nantinya.Layakkan diri sebagai Ariya ... maka jikapun nibbana pembebasan belum (mampu/perlu?) tercapai , maka keterjagaan, kebijaksanaan dan ketercerahan akan membawa keswadikaan, keberdayaan, dan kebahagiaan dimanapun wilayah, bagaimanapun suasana dan apapun peran zenka keabadian yang dijalani .... Pada hakekatnya, Samsara hanyalah ilusi mimpi dari Nibbana bagi semuanya.
plus : PARADIGMA SEDERHANA KEMBALI MEMBUMI IMPERSONAL REALITY :
impersonal Reality : keselarasan kesadaran berpandangan taransendental, kelayakan berpribadi universal dalam kewajaran berprilaku eksistensial menatap Buddha Rupang reversed inference (Empati kosmik < Direct Insight?) Dibalik Sita Hasitupada Rupang Buddha : Apa arti senyumMu, Tathagata ? Dilemma Acinteya Simsapa Buddha Gautama : Aku (sesungguhnya) tidak pernah menyusahkan dunia namun dunia ini (sewajarnya?) akan selalu menyusahkan aku. Apakah yang seharusnya dilakukan ? secara transendental (sebagai zenka swadika ) JMB 10 Apakah yang sebetulnya dilakukan ? secara universal ( sebagai media semesta ) JMB 8 Apakah yang sepatutnya dilakukan ? secara eksistensial (sebagai figur persona ) JMB 5 Dalam shunyata permainan keabadiaan dualitas ini bhava samsara terdelusi keakuan & kemauan faktisitas/vitalitas keberadaan diri dan cenderung “kegeden anggep & kakehan karep’ (membesarkan kebanggaan eksistensialitas diri & mengejar kebahagiaan eksternalitas) biarlah kusadarkan mereka dengan dengan sisi lain dualitas permainan ini dengan idea simsapa kenyataan dukkha derita pelekatan tanha akan anicca segala proses perubahan kemenjadian yang ada di segala sesuatu atas delusi samsarik pemeranan diri yang anatta ....untuk KEBIJAKAN ADDUKHA DEMI KEBENARAN ANICCA BAGI KEBAJIKAN ANATTA. So, Just be Impersonal
Intinya : No (fake) Ego ... Just be IN One .... Do as Ariya be LEVEL IMPERSONAL > LABEL PERSONAL keniscayaan kesedemikianan > pengharapan penganggapan
perlu kelayakan > kesadaran > kefahaman : acinteya ariya - panna kiriya Keswadikaan pemurnian kesejatian : dari MLD (moha - lobha - dosa) /asava (anusaya- nivarana- kilesha vs panna- samadhi- sila ? ) kewajaran meng-esa & kesadaran anatta ( Taoism weiwuwei = action without actor / acting ?.... just process )
1b. Talenta :Talenta berkaitan dengan bakat zarah Bhavana untuk bawaan selanjutnyaIntelgensia kecerdasan tidaklah sebatas fitrah naluri ego belaka namun juga nurani ke-Esa-an ... tidak sekedar instink, ataupun sebatas intelek belaka (cogito ergo sum, Rene Descartes ? ) namun membentang luas dan dalam (intuisi, insight, etc). Sejumlah manusia (tanpa menafikan para ariya & anariya di dimensi lainnya : asura, dewata, brahma, dsb ) walau dalam keterbatasan & pembatasannya sebagai mikrokosmos bagian dari Living Makrokosmos yang tidak sekedar eksistensial namun juga universal bahkan transendental mampu bukan hanya mengalami namun juga menguasai bahkan melampaui level ini
well, ini saja sebagai acuan pembuka (eneagram intelgensi 9 + 1) sinkron dengan orientasi kesadaran awal ... puluhan tahun lalu karena belum tahu inti kasunyatan yang seharusnya juga selaras dengan kemurnian Intelgensi Intelgensia Transenden Universal sehingga bebas berimaginasi untuk memuaskan sensasi kemauan & fantasi keakuan (walau tidak semuanya ). Yap, coba inferensikan lagi. (buat tabel triadenya dulu) plus data referensinya (walau ini ilmu baru toh sejumlah orang sudah share data pemicunya juga ).
Berikut Table intelgensia kecakapan Z (Eneagram 9 + 1= 10 ?) untuk dikembangkan
No
Level
Dimensi
Tantien pusat
Tantien hati
Tantien otak
Z
1
Elementary
3 tataran intelek
1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/,
2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/,
3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/;
123
2
Intermediate
3 wawasan intuisi
6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/;
5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/,
4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/,
654
3
Advance
3 penembusan insight
7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah
8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/,
9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/)
789
dari : http://teguhqi.blogspot.com/2014/07/pilpres-jokowi-2014.html // http://teguhqi.blogspot.com/2014/05/3-pribadi-inspiratif-2013.html dalam pemberdayaannya (kesadaran, kecakapan, kemapanan dan ketaqwaan), sejumlah manusia mungkin saja mampu berkembang mendahului lainnya bukan hanya secara intelek (yang popular didewakan saat ini), namun juga intuisi (sayang sudah agak diabaikan sekarang) dan insight (sudah langka dan terlupakan?). 9 kecerdasan mungkin tercapai ( 3 tataran intelek =1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/, 2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/, 3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/; 3 wawasan intuisi = 4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/, 5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/, 6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/; 3 penembusan insight = 7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah/, 8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/, 9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/) namun demikian jika tidak dibarengi dengan orientasi kesadaran 10 maka itu semua tanpa makna. Realisasi Kecerdasan tingkat 10 (baca: sepuluh) atau orientasi kesadaran 10 (baca: satu-nol) ini mungkin yang dimaksudkan sebagai insan kamil, homo novus (New Man) atau apapun istilahnya – suatu pencapaian kesempurnaan manusia dalam keterbatasannya. Namun sebagaimana proses pemberdayaan dan orientasi ketawaddhuan sebelumnya inipun harus dianggap hanya sebagai proses berkelanjutan bukan maqom penghentian. Inilah perbedaan yang mendasar antara kesejatian pencerahan bijak seorang panentheist, keimanan sejati para monotheist atau bisa jadi pencarian murni kaum heretis dengan kesemuan ‘pencerahan’ pantheist, ‘wawasan’ agnostic, maupun ‘pandangan’ atheist. Keberkahan dan pemberkahan hanyalah dari, oleh, untuk dan kembali kepadaNya. Realisasi kebenaran bukan identifikasi pembenaran. Dalam keikhlasan bukan dengan kepamrihan. Senantiasa memberdaya diri secara berkelanjutan dalam JalanNya (sesuai fitrah yang ditentukanNya) dan tidak terperdaya setinggi apapun perolehan yang dicapainya (menurut anggapan kerdil terhadap diri sendiri maupun pengakuan semu dari orang lain. Hanya mereka yang telah menghayati surga di hatinyalah (karena hidayah kuasa kasih yang terpancar dari wujudNya telah melingkup hati hambanya - bukan sebaliknya ?) yang kemudian akan menghadirkan surga di dunia ini (memberkahi kehidupan dengan kuasa kesejahteraan dalam kebersahajaan kasih dan tidak melakukan pembenaran akan pengrusakan dan bermegah dengan kesombongan apapun bentuknya) sehingga layak mendapatkan surga di sisiNya kelak. Tanah (baca: jasad) memang kelak akan kembali ke bumi (baca: mayat) sebagaimana harusnya namun demikian cahaya (baca: ruh atau sekedar jiwa ?) sebagaimana layaknya kembali (untuk selalu menghadap) ke Sumbernya (Tuhan).
No | Level | Dimensi | Tantien pusat | Tantien hati | Tantien otak | Z |
1 | Elementary | 3 tataran intelek | 1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/, | 2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/, | 3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/; | 123 |
2 | Intermediate | 3 wawasan intuisi | 6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/; | 5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/, | 4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/, | 654 |
3 | Advance | 3 penembusan insight | 7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah | 8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/, | 9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/) | 789 |
Jadi, Gnoti Seauton (Kenalilah dirimu /sebagai makhluk ?/) karena Man arofa nafsahu faqod arofa Robbahu hanya dengan mengenal diri (dengan segala keterbatasan makhlukiyahnya betapapun hebat pencapaian dan megah pengakuannya) maka kita akan mengenal Tuhan (Hyang Maha Sempurna dan SegalaNya). Ini adalah orientasi keyakinan awal dan juga realisasi kebenaran akhir. Dr. Ali Shariati melambangkan 1 adalah Hyang Esa, 0 adalah makhlukNya. Meminjam istilah beliau ; berikut adalah paradigma kerobbanian yang menjadi orientasi awal bagi ketawaddhuan yang juga akan kembali menjadi realisasi akhir bagi kecerdasan manusia. (*) = 1 tetap bernilai walau 0 tidak ada. 0 tidak bernilai jika 1 tidak ada. Maksudnya = Tuhan tetap ada walaupun makhluk ada ataupun tidak ada. Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan, segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada. Dia adalah Hakekat yang merupakan penyebab dan kembali segala yang ada (baca: diadakan untuk mengada jadi tidak perlu terlalu meng-ada ada). (*) = 1 di depan 0 jauh bernilai dibanding 0 di depan 1 . Maksudnya = Jadilah pribadi 10; Pribadi yang mengedepankan Tuhannya diatas segalanya (termasuk dirinya sendiri). 0 didepan 1 dibelakang hanyalah bernilai 1 (satu) – ini gambaran pribadi yang mengedepankan selainNya pada kehidupan. Amaliah menjadi tak sempurna karena syirik, pribadi tidak konsisten karena terombang-ambing kepentingan duniawi/ kebanggaan berpribadi. Bahkan jika pada akhirnya yang satu (1) itu menjadi hilang, maka seluruh kehidupan kita tinggal 0 (baca: nol besar). (*) = 1 dibagi 0 tak terhingga ; 0 dibagi 1 tak berharga. Maksudnya = Pribadi yang berkarakter kuat dan cerdas adalah pribadi dengan kekuatan dan kecerdasan yang tumbuh berkembang karena ketawadhuan bukan dengan ketakaburan. 0 dibagi 1 tetaplah 0 – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri dengan ketakaburan. (Lemah dan rapuh karena sesungguhnya :Tiada daya upaya tanpa izinNya.) Namun … 1 dibagi 0 adalah tak terhingga – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri karena ketawaddhuan. (Senantiasa tumbuh dan berkembang dalam keridhoan dan petunjukNya).
Well, godaan & cobaan Ego dalam pemurnian kesejatian sadhaka adalah dalam kemelekatan (apalagi keserakahan) dengan perolehan kesejahteraan (duniawi/surgawi) & keperkasaan (kesaktian/keilahian?) walau niatan yang tidak benar, bijak & bajik dalam kemurnian itu memang memungkinkan untuk terjadi bagi para yogi meditator handal sekalipun (kelihaian memanfaatkan mekanisme kaidah sistem kosmik demi kepentingan pribadi) . Bukan untuk niatan menghibur diri sebagai padaparama dihetuka jika kami jujur mengatakan : jangankan untuk melampaui untuk menguasai / memiliki saja sulit .... nggak bisa, hehehe. Setiap level memiliki prasyarat & labirin jebakannya sendiri ... semakin dalam, semakin berat. Inilah seninya kembali murni dalam kesejatian yang anatta .... kawan & lawan setiap diri adalah dirinya sendiri (asava internal bukan dunia eksternal ... sebagaimana di kedalaman bukankah demikian juga di permukaan ?). Singkat kata, kemurnian haruslah ditempuh dengan, dalam & untuk kemurnian juga ... walaupun kesaktian & perolehan kecakapan/ kemapanan/ kekuasaan lainnya memang bisa didapatkan karena memang ada korelasi antara kemurnian sila, samadhi & panna dalam mandala kesunyataan ini. Dalam asivisopama sutta Buddha men-simile-kan kecenderungan kita ini sebagai pencuri (bagi pemegahan semu) bukanlah kebijaksanaan penempuh (demi kebenaran sejati) ? (See : keteladanan Buddha untuk melampaui di bawah)
Kutipan lengkap komentar Bahiya : DATA 01022021/PRIOR/KOMENTAR VLOG TQ SD 13012020 LAGI.pdf p.6
Anumodana Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas tayangan public Dhamma Desana Bahiya Sutta ini setelah Asivisopama sutta lalu
PROLOG Untuk kesekian kalinya saya harus jujur mengagumi kebijaksanaan taktis demi transendensi pencerahan yang bukan hanya translingual namun transrasional Buddha Gautama sebagaimana pembabaran alur dukkha asivisopama sutta sebelumnya untuk menyadarkan faktisitas keberadaan problem dilematik samsara diri (analisis 16 nana vipassana paska samatha : via ‘stepping stone’ nibbida untuk melonggarkan cengkeraman upadana kemelekatan papanca samsarik agar sankhar-upekkha keberimbangan formasi termantapkan - anuloma peniscayaan tersesuaikan dan transformasi gotrabu terlayakkan bagi realisasi magga-phala nibbana pencerahan sehingga keniscayaan aktualisasi kiriya non-karmik sebagai Ariya secara autentik murni terrefleksikan ).STATISTIK ? Ke-Buddha-an adalah potensi nirvanik dari esensi murni segala level spiritualitas keberadaan samsarik yang harus menempuh faktisitas penempuhannya masing-masing . Nibbana adalah keterjagaan dan samsara adalah keterlelapan. Buddha sesungguhnya adalah Dia (semoga juga kita semua akan demikian) yang sudah bangun terjaga dari mimpi tidur samsariknya. Semua bhava samsara sesungguhnya (disadari atau tidak) adalah pengarung Dharma keBuddhaan di samudera samsara walaupun dalam label eksistensial bukan penganut ‘agama’ Buddha. So, (maaf) jangan terdelusi statistic kuantitas populasi Buddhist di permukaan.Buddhisme yang dibabarkan Buddha Gotama adalah segenggam permata kebijaksanaan simsapa yang karena jangkauan pemberdayaannya sangat luas (tidak hanya untuk pendewasaan pribadi, keharmonisan duniawi, perolehan surgawi, pencapaian brahma, kemampuan abhinna namun bahkan terutama pemurnian bagi keterbebasan dari samsara ini) relative bukan hanya tidak lebih mudah difahami namun juga akan cukup susah untuk dijalani bagi semua bhava samsara yang masih terlelap dalam mimpi keakuan, terseret dalam banjir kemauan, tersekap dalam kesemuan , terjebak dalam kenaifan, dsb… sedangkan demi kelayakan penempuhan (terutama untuk ‘uncommon wisdom’ pembebasan) sejumlah kode etik kosmik kemurnian yang tidak selalu ‘popular’ dengan kecenderungan pembenaran samsarik kepentingan ego mutlak memang perlu dijalankan pelayakannya, antara lain kedewasaan menerima, mensikapi dan melayakkan diri atas kaidah karma ( > pembenaran manipulatif kepercayaan harapan/anggapan akidah pengampunan/ pelimpahan) , kemurnian aktualisasi holistik (> defisiensi kepamrihan/ pencitraan) , refleksi kasih murni tiada batas tanpa eksploitasi standar ganda, menjaga harmoni keseluruhan sebagaimana yang Beliau niscayakan tanpa noda (identifikasi pembanggaan kesombongan diri), tiada cela (eksploitasi pembenaran kepentingan diri) tetap bermain ‘cantik’ (harmonisasi transenden pada wilayah immanent … walau memiliki Dasabala keunggulan adiduniawi tetap bijak dan murni terjaga tidak memanipulasi tataran samsara duniawi dibawahNya …. karena walau samsara 'hanyalah' fenomena bayangan kenyataan semu dari Realitas kebenaran Nibbana namun adalah tetap tidak etis bagi yang telah terjaga melanggar ‘aturan main’ wilayah mimpinya . Samsara dalam advaita mandala ini tampaknya memang perlu ‘ada’ bukan hanya sekedar menampung aneka kehebohan pagelaran chaotik drama delusive bagi keterlayakan level episode berikutnya namun juga demi tetap berlangsungnya keberagaman pada kasunyatan abadi ini?) dalam masa pembabaran Dhamma paska pencerahan hingga parinibbana kewafatanNya (laporan ‘pandangan mata batin Ariya’ proses adiduniawi non-empiris paranibbana Beliau oleh Arahata Anurudha kepada Sekha Ananda atas validitas konsistensi keniscayaan Magga Phala Samma-SambuddhaNya).BAHIYA SUTTA ? Dari prolog dan komentar awal tampaknya karakteristik alur tema Anatta akan dibabarkan pada sessi Bahiya Sutta ini. Sangat menarik untuk disimak karena pra asumsi awal kami … dari tilakhana, anatta adalah factor krusial pembeda yang membuat Ariya Dhamma ini bukan hanya melingkupi (bisa mencapai) namun juga mengungguli (bisa melampaui) lainnya (lokiya : asura dewata/ anenja brahma ?). Faktor Anicca dalam batas tertentu memang bisa difahami dan dilalui lokiya dhamma (norma duniawi – etika surgawi .. awas /ditthi + tanha/ dan sangat liarnya sensasi kemauan yang bisa menjerumuskan ke Lokantarika paska pralaya 2 ?) , factor dukkha pada level tertentu juga masih bisa disadari dan dicapai anenja dhamma ( unio mystica – pantheistics … awas /mana + avijja/ plus masih naifnya fantasi keakuan dimensi Abhassara untuk menyeret kembali dalam perangkap samsara paska pralaya 4 ? ) namun annata adalah factor penentu yang memungkinkan lokuttara dhamma ini mampu mengaktualisasi kemurnian penempuhan (> defisiensi kepamrihan & pencitraan) secara konsisten meniscayakan ‘peniscayaan/ keniscayaan’ dalam kelayakan realisasi pencerahan transeden (keterjagaan dari keterlelapan mimpi/ delusi samsara ini – keterbebasan ‘esensi murni’ ke-Buddha-an dari cangkang delusi ‘pancupadana khanda’ tanpa kebodohan identifikasi dan eksploitasi pembodohan dari keterpedayaan/ ketersesatan/ keterperangkapan intra-drama pengembaraan semu samsara ini kembali (singgah/pulang) ke ‘rumah sejati’ Nibbana ).EPILOGDalam mandala advaita kasunyatan abadi ini sebagaimana samma-panna nibbana yang perlu disadari dan ditembus daya sentrifugal kebijaksanaanNya demikian pula tanha-avijja samsara tampaknya juga perlu difahami dan dilampaui daya sentripetal kecenderungannya. So, sebagaimana harmoni musik peregangan senar kecapi walau viriya memang diperlukan untuk mensegerakan dan konsisten dalam penempuhan namun tampaknya perlu juga panna kebijaksanaan untuk menjaga keberimbangannya dalam kewajaran harmonisasi eksistensial maupun kesadaran transendensi spiritualnya.Semoga refleksi epilog ini tidak menjadi anti klimaks yang dianggap mementahkan samvega kegairahan yang tengah dibangun para Neyya Buddhist (karena ini juga akan berdampak merugikan bagi para truth seeker dalam menyerap referensi yang diperlukan bagi wawasan pengetahuan dan tataran penempuhannya juga).
Salam Namo Buddhaya dari padaparama di 'luar' sasana.
1c. Visekha: Visekha berkaitan dengan hisab karmik Sila untuk bawaan berikutnya Kutipan : 31 Alam Kehidupan Samsarik & Nirvanik https://www.sariputta.com/artikel/ajaran-dasar/konten/31-alam-kehidupan-menurut-ajaran-agama-buddha/1012 atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini
Anumodana Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas tayangan public Dhamma Desana Bahiya Sutta ini setelah Asivisopama sutta lalu
PROLOGUntuk kesekian kalinya saya harus jujur mengagumi kebijaksanaan taktis demi transendensi pencerahan yang bukan hanya translingual namun transrasional Buddha Gautama sebagaimana pembabaran alur dukkha asivisopama sutta sebelumnya untuk menyadarkan faktisitas keberadaan problem dilematik samsara diri (analisis 16 nana vipassana paska samatha : via ‘stepping stone’ nibbida untuk melonggarkan cengkeraman upadana kemelekatan papanca samsarik agar sankhar-upekkha keberimbangan formasi termantapkan - anuloma peniscayaan tersesuaikan dan transformasi gotrabu terlayakkan bagi realisasi magga-phala nibbana pencerahan sehingga keniscayaan aktualisasi kiriya non-karmik sebagai Ariya secara autentik murni terrefleksikan ).STATISTIK ?Ke-Buddha-an adalah potensi nirvanik dari esensi murni segala level spiritualitas keberadaan samsarik yang harus menempuh faktisitas penempuhannya masing-masing . Nibbana adalah keterjagaan dan samsara adalah keterlelapan. Buddha sesungguhnya adalah Dia (semoga juga kita semua akan demikian) yang sudah bangun terjaga dari mimpi tidur samsariknya. Semua bhava samsara sesungguhnya (disadari atau tidak) adalah pengarung Dharma keBuddhaan di samudera samsara walaupun dalam label eksistensial bukan penganut ‘agama’ Buddha. So, (maaf) jangan terdelusi statistic kuantitas populasi Buddhist di permukaan.Buddhisme yang dibabarkan Buddha Gotama adalah segenggam permata kebijaksanaan simsapa yang karena jangkauan pemberdayaannya sangat luas (tidak hanya untuk pendewasaan pribadi, keharmonisan duniawi, perolehan surgawi, pencapaian brahma, kemampuan abhinna namun bahkan terutama pemurnian bagi keterbebasan dari samsara ini) relative bukan hanya tidak lebih mudah difahami namun juga akan cukup susah untuk dijalani bagi semua bhava samsara yang masih terlelap dalam mimpi keakuan, terseret dalam banjir kemauan, tersekap dalam kesemuan , terjebak dalam kenaifan, dsb… sedangkan demi kelayakan penempuhan (terutama untuk ‘uncommon wisdom’ pembebasan) sejumlah kode etik kosmik kemurnian yang tidak selalu ‘popular’ dengan kecenderungan pembenaran samsarik kepentingan ego mutlak memang perlu dijalankan pelayakannya, antara lain kedewasaan menerima, mensikapi dan melayakkan diri atas kaidah karma ( > pembenaran manipulatif kepercayaan harapan/anggapan akidah pengampunan/ pelimpahan) , kemurnian aktualisasi holistik (> defisiensi kepamrihan/ pencitraan) , refleksi kasih murni tiada batas tanpa eksploitasi standar ganda, menjaga harmoni keseluruhan sebagaimana yang Beliau niscayakan tanpa noda (identifikasi pembanggaan kesombongan diri), tiada cela (eksploitasi pembenaran kepentingan diri) tetap bermain ‘cantik’ (harmonisasi transenden pada wilayah immanent … walau memiliki Dasabala keunggulan adiduniawi tetap bijak dan murni terjaga tidak memanipulasi tataran samsara duniawi dibawahNya …. karena walau samsara 'hanyalah' fenomena bayangan kenyataan semu dari Realitas kebenaran Nibbana namun adalah tetap tidak etis bagi yang telah terjaga melanggar ‘aturan main’ wilayah mimpinya . Samsara dalam advaita mandala ini tampaknya memang perlu ‘ada’ bukan hanya sekedar menampung aneka kehebohan pagelaran chaotik drama delusive bagi keterlayakan level episode berikutnya namun juga demi tetap berlangsungnya keberagaman pada kasunyatan abadi ini?) dalam masa pembabaran Dhamma paska pencerahan hingga parinibbana kewafatanNya (laporan ‘pandangan mata batin Ariya’ proses adiduniawi non-empiris paranibbana Beliau oleh Arahata Anurudha kepada Sekha Ananda atas validitas konsistensi keniscayaan Magga Phala Samma-SambuddhaNya).BAHIYA SUTTA ?Dari prolog dan komentar awal tampaknya karakteristik alur tema Anatta akan dibabarkan pada sessi Bahiya Sutta ini. Sangat menarik untuk disimak karena pra asumsi awal kami … dari tilakhana, anatta adalah factor krusial pembeda yang membuat Ariya Dhamma ini bukan hanya melingkupi (bisa mencapai) namun juga mengungguli (bisa melampaui) lainnya (lokiya : asura dewata/ anenja brahma ?). Faktor Anicca dalam batas tertentu memang bisa difahami dan dilalui lokiya dhamma (norma duniawi – etika surgawi .. awas /ditthi + tanha/ dan sangat liarnya sensasi kemauan yang bisa menjerumuskan ke Lokantarika paska pralaya 2 ?) , factor dukkha pada level tertentu juga masih bisa disadari dan dicapai anenja dhamma ( unio mystica – pantheistics … awas /mana + avijja/ plus masih naifnya fantasi keakuan dimensi Abhassara untuk menyeret kembali dalam perangkap samsara paska pralaya 4 ? ) namun annata adalah factor penentu yang memungkinkan lokuttara dhamma ini mampu mengaktualisasi kemurnian penempuhan (> defisiensi kepamrihan & pencitraan) secara konsisten meniscayakan ‘peniscayaan/ keniscayaan’ dalam kelayakan realisasi pencerahan transeden (keterjagaan dari keterlelapan mimpi/ delusi samsara ini – keterbebasan ‘esensi murni’ ke-Buddha-an dari cangkang delusi ‘pancupadana khanda’ tanpa kebodohan identifikasi dan eksploitasi pembodohan dari keterpedayaan/ ketersesatan/ keterperangkapan intra-drama pengembaraan semu samsara ini kembali (singgah/pulang) ke ‘rumah sejati’ Nibbana ).EPILOGDalam mandala advaita kasunyatan abadi ini sebagaimana samma-panna nibbana yang perlu disadari dan ditembus daya sentrifugal kebijaksanaanNya demikian pula tanha-avijja samsara tampaknya juga perlu difahami dan dilampaui daya sentripetal kecenderungannya. So, sebagaimana harmoni musik peregangan senar kecapi walau viriya memang diperlukan untuk mensegerakan dan konsisten dalam penempuhan namun tampaknya perlu juga panna kebijaksanaan untuk menjaga keberimbangannya dalam kewajaran harmonisasi eksistensial maupun kesadaran transendensi spiritualnya.Semoga refleksi epilog ini tidak menjadi anti klimaks yang dianggap mementahkan samvega kegairahan yang tengah dibangun para Neyya Buddhist (karena ini juga akan berdampak merugikan bagi para truth seeker dalam menyerap referensi yang diperlukan bagi wawasan pengetahuan dan tataran penempuhannya juga).
Salam Namo Buddhaya dari padaparama di 'luar' sasana.
Wilayah
1
2
3
Transendental
Nibbana ‘sentra’ ?
Belum diketahui ? 7
Tidak diketahui ? 8
Tanpa diketahui ? 9
Nibbana ‘sigma’?
Belum mengakui ? 4
Tidak mengakui ? 5
Tanpa mengakui ? 6
Nibbana ‘zenka’ ?
Arahata 1
Pacceka 2
Sambuddha 3
Universal
Brahma Murni (Suddhavasa)
Anagami 7 (aviha Atappa)
Anagami 8 (Sudassa Sudassi)
Anagami 9(Akanittha)
Brahma Stabil (Uppekkha )
jhana 4 (Vehapphala)
Asaññasatta 5 (rupa > nama)
Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )
Brahma mobile (nama & rupa)
Jhana 1 (Maha Brahma)
Jhana 2 (Abhassara)
Jhana 3 (Subhakinha)
Eksistensial
Trimurti LokaDewa
Vishnu 7 (Tusita)
Brahma 8 (Nimmãnarati)
Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti)
Astral Surgawi
Yakha (Cãtummahãrãjika) 4
Saka (Tãvatimsa) 5
Yama (Yãma)6
Materi Eteris
Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan ) + flora & abiotik ? / 1
Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya) 2
Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3
Harusnya terbalik urutannya dari logika proses penempuhannya & by product peniscayaannya (Sila- Samadhi-Panna untuk Vihara kelayakannya ). See : Sita Hasitupada (harus tanggap tidak asal tangkap, ya?)tampaknya pada kolom universal Uppekha Brahma yang relatif stabil (maksudnya tidak mobile / fragile tidak begitu labil sehingga lolos sementara tidak terkena dari siklus rupa pralaya samsarik dimensi 'materi' : dunia 1 + apaya 4 & juga surga deva kamavacara 6 & Rupa Brahma 3 dibawahnya sebagai rupa lokantarika di antara Brahmanda & lokuttara nantinya sebelum siklus berikutnya) perlu digeser posisi antara anenja 5 & asannasata 6 ... bukan hanya dikarenakan life span (masa hidup) namun juga dari ketangguhan samadhi mereka dalam labirin kosmik paralel penembusan saddhamma. Asaññasatta tersekap (terjatuh) dalam rupa sedangkan anenja 'hanya' terjebak (terlelap) dalam nama. Direvisi resumenya?. Atau bisa juga Brahma Vehappala 4 digeser ke tengah jadi nomor 5 karena keseimbangannya sebagai nama atas rupa (BUKAN KESOMBONGAN, KESERAKAHAN & KEBENCIAN, LHO) dibandingkan Asaññasatta 4 yang menolak nama batin bahkan malahan menjadi melekat pada rupa materi bahkan mungkin juga justru nomor 6 mengungguli anenja yang terlelap dalam nama dan acuh dengan rupa pada level anariya (?) walau memang memiliki masa hidup (life span) yang lebih lama dibandingkan para Brahma lainnya (bahkan termasuk Ariya anagami suddhavasa di level atasnya) berdasarkan kalkulasi matematis Gnosis Buddhisme. Direvisi lagi resumenya ?apaya asura ? hehehe, tampaknya itu rahasia kosmik, guys. Vishnu mungkin tidak suka namun tampaknya tidak bagi Shiva yang arif, Brahma dan Saka memang ahli & baik namun naif untuk hal ini. Dalam permainan samsarik ini keberadaan guardian "penyeimbang" bagi keberlangsungan kesemuan, kenaifan & keliaran hingga perlunya serial recycling daur ulang pralaya perbaikan kerusakan paska kekacauan dimensi tampaknya memang perlu ada. Tanpa maksud mencela & membela, dalam diri setiap kita para zenka pengembara keabadian tampaknya memang masih ada 'drive' ariya dan asura di dalamnya. Dalam dimensi kamavacara tampaknya asura, yama & mara memang guardian utama untuk permainan samsarik di level bawah, tengah & atas. Ini sebetulnya bahasan paling menarik namun sayangnya akan sangat sensitif tampaknya (sungkan, ah) referensi acuan? intinya tetaplah autentik & holistik (tidak identifikatif apalagi manipulatif)
| Wilayah | 1 | 2 | 3 |
Transendental | Nibbana ‘sentra’ ? | Belum diketahui ? 7 | Tidak diketahui ? 8 | Tanpa diketahui ? 9 |
| Nibbana ‘sigma’? | Belum mengakui ? 4 | Tidak mengakui ? 5 | Tanpa mengakui ? 6 |
| Nibbana ‘zenka’ ? | Arahata 1 | Pacceka 2 | Sambuddha 3 |
Universal | Brahma Murni (Suddhavasa) | Anagami 7 (aviha Atappa) | Anagami 8 (Sudassa Sudassi) | Anagami 9(Akanittha) |
| Brahma Stabil (Uppekkha ) | jhana 4 (Vehapphala) | Asaññasatta 5 (rupa > nama) | Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 ) |
| Brahma mobile (nama & rupa) | Jhana 1 (Maha Brahma) | Jhana 2 (Abhassara) | Jhana 3 (Subhakinha) |
Eksistensial | Trimurti LokaDewa | Vishnu 7 (Tusita) | Brahma 8 (Nimmãnarati) | Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti) |
| Astral Surgawi | Yakha (Cãtummahãrãjika) 4 | Saka (Tãvatimsa) 5 | Yama (Yãma)6 |
| Materi Eteris | Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan ) + flora & abiotik ? / 1 | Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya) 2 | Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3 |
Kutipan :3b) (Membicarakan soal Kebenaran dan Agama.docx). semoga tanggap demi empati, harmoni, sinergi. kebersamaan semua. /mencela itu tercela bukan hanya untuk yang tidak selayaknya dicela bahkan juga jikapun dianggap layak untuk itu awas kesombongan, jaga keseimbangan demi kebijaksanaan akan Kesunyataan holistik / So, jadilah berkah yang mencerahkan/ memberdayakan bukan limbah yang menyusahkan/memperdayakan di/ke manapun kita berada bukan hanya bagi diri sendiri namun juga makhluk lain di setiap living cosmic ini. So, pastikan keberdayaan Saddhamma bukan hanya yakinkan kepercayaan belaka! penempuhan nyata tidak sekedar pengetahuan belaka. Saddhamma adalah aktualisasi autentik pemastian sesuai kaidah Realitas bukan sekedar harapan persangkaan keyakinan saja (Real realized>identifikatif & manipulatif ?). Bijaksanalah untuk senantiasa bersiaga dengan segala kemungkinan sejati yang /akan/ ada (kualitas transendensi ariya > mahakammavibhanga 4 > ekspektasi asura ? ) minimal bersiaplah menerima, menghadapi dan melampauinya (realisasi level swadika, kualifikasi genia talenta & hisab visekha) ! (See = siklus samsarik gnosis fase 3 mandala di atas : sungkan & riskan bilang sebetulnya .... BTW sekarang tanggap ya mengapa & bagaimana dalam gnosis buddhisme siklus pralaya samsarik terjadi bukan hanya pada dunia, apaya namun juga surga bahkan hingga rupa brahma jhana 3 ) So, spiritualitas memang mutlak mengharuskan kemurnian bukan sekedar kelihaian (terkadang segala kenekatan penempuhan, kehebatan pencapaian & kehebohan perolehan sering menjadi labirin jebakan penjerat/penjebak/penjatuh yang sangat ampuh bagi yang belum terjaga & tidak waspada apalagi jika caranya bertentangan dengan Saddhamma ... bumerang, guys).
2. Menghadapi Kehidupan : kecakapan, kemapanan, kewajaranData lama :
2021-01-17 22:51
65255
2021-01-17 22:51
430203
2021-01-17 22:51 | 65255 | ||
2021-01-17 22:51 | 430203 |
Kewajaran Membumi dalam kesadaran Saddhamma : I say that madness is the first step towards unselfishness. Be mad, Meesha. Be mad and tell us what is behind the veil of ”sanity,” The purpose of life is to bring us closer to those secrets, and madness is the only means. Be mad, and remain a mad brother to your mad brother. "Aku berkata bahwa kegilaan adalah langkah pertama menuju sikap tidak mementingkan diri sendiri. Jadilah gila, Misha. Jadi gilalah kau dan katakan padaku apa yang ada di balik selubung "kesehatan jiwa". Tujuan hidup ini ialah membawa kita lebih dekat kepada segala rahasia itu,dan kegilaan itu adalah satu-satunya jalan. Jadilah gila, dan tetaplah menjadi seorang saudara yang gila bagi saudaramu yang gila penggalan sepucuk surat dari Pujangga Libanon Khalil Gibran kepada sahabatnya, Mikhail Naimy. Ulasan :(sadar terjaga namun wajar bersama ) (ini adalah sadarnya "kegilaan" esoteris untuk mengatasi "wajarnya" kegilaan eksoteris kita selama ini)
simak & rehat ( masih cari time stampnya, bro/sis ... ?) dari Vlog ELA (eling lan awas) tentang kedewasaan psikologis spiritual dalam/untuk membumi kemantapan terindividuasi kehandalan beraktualisasi dari Vlog Secret Society ... Mafia Globalis ... agak paranoid ?
Link video ? Tersenyum dengan kesucian Buddha dan atau Menari dalam kearifan Shiva Aneh juga, setiap kali kami ingin meninggalkan unit ini (agar segera dapat melanjutkan ke unit selanjutnya demi men-segerakan ketuntasan posting .... jujur saja, capek juga, bro/sis ) senantiasa berbalik ke sini lagi. Well, tampaknya memang masih ada yang perlu digenapi untuk keberimbangannya. Tampaknya kami perlu juga mengutarakan dimensi yang relatif lebih kompleks lagi ketimbang Buddhisme yang walau intelectually relatif tidak mudah difahami & dijalani dalam pengetahuan, penempuhan & penembusannya namun intuitively relatif lebih jelas arah laju desain perkembangannya demi sukacita melampaui samsara untuk mencapai lokuttara sebagai suatu evolusi pribadi bagi kesadaran para True Seeker. .... relatif logis scientifik untuk milestone penempuhannya. Tampaknya kami perlu melengkapinya juga (walau dengan keterbatasan akan kebijaksanaan yang ada) agar tetap mampu juga menerima dengan sukarela kearifan menerima samsara yang juga dapat menjatuhkan dalam lokantarika sebagai harmoni dimensi bagi para Truth Seeker. Well, ini akan jadi menarik juga untuk kembali membumi sebagaimana sebelumnya menghadapi kompleksitas kenyataan hidup bersama lainnya dalam wisdom kewajaran eksternal dengan gnosis kesadaran internal tersebut. Setelah mendaki bersama Buddha ini saatnya bagaimana menari bersama Shiva Pesan Kesucian Buddha : Demi Evolusi Pribadi ... jauhi kejahatan namun dengan tanpa membencinya, Jalani kebajikan namun dengan tanpa melekatinya dan Sucikan fikiran namun dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya . Pesan Kearifan Shiva : Bagi Harmoni Dimensi...dengan tanpa membencinya Jauhi kejahatan, dengan tanpa melekatinya jalani kebajikan dan dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya sucikan fikiran. Tampak hanya seperti rhetorika filosofis yang sama vocabulary-nya hanya beda stressing-nya saja ? No, terma 'falling to the bottomless pit' ( menjatuhkan diri ke lubang/jurang tak berdasar ... guyonan Sadhguru) ini jangan payah diterima wantah , kita akan menuruni lembah kewajaran dengan kesadaran .. itu maksud beliau tampaknya. (kepekaan daya tanggap intuitif tidak sekedar keahlian daya tangkap intelektual). Untuk kemudian sebagaimana grihasta lainnya (orang awam bukan/ tidak harus? samana/ pertapa .. maaf, tidak ingin menyesatkan para bhikkhu yang memang harus disiplin ketat dalam samana dhamma : pariyati patipati pativedha, brahmacari selibat & samma ajiva pindapata. ... mohon ini tidak disikapi sebagai kritik eksternal karena sesungguhnya kami sebagaimana para umat justru sangat mengapresiasi kesadaran & ketulusan pengorbanan sejati demi ladang kebajikan, pelestari tradisi & realisasi Saddhamma bagi semua walau kami yakin para pabajita tidak mengharapkan apalagi memanfaatkan pernyataan / pengakuan itu demi kemurnian evolusi pribadi & harmoni dimensi tersebut ... susah juga ngomong jujur namun santun) dalam kewajaran pembumiannya , orientasi kesadaran tetap dilakukan untuk bukan hanya mentransendensi level keariyaan (tisikha pembebasan, pencapaian minimal pengamanan samsarik berikutnya) namun juga mensiagakan & berjaga dengan pemberdayaan talenta kecakapan (skill sekarang & bakat mendatang) yang berdampak pada pemantapan kemapanan kehidupan/ penghidupan eksistensial (dalam kemandirian & untuk kebersamaan) dalam kewajaran pembumian sebagaimana lainnya (namun tetap menjaga keselarasan dengan Saddhamma .. tentu saja). Sesungguhnya etika kosmik ini seharusnyalah bersifat universal bisa dijalankan oleh setiap pribadi di segala dimensi dengan segala keterbatasan & pembatasannya masing-masing (walau hasilnya memang tidak seeffektif jika berada di wilayah yang relatif lebih kondusif). Jika menyimpang dengan saddha/ iman anda sebaiknya dibuang atau diabaikan saja ... "Kembali ke Jalan yang Benar" istilah agamanya begitu, hehehe. (Atau baikan nggak usah diteruskan membacanya saja ... daripada ribet & risky untuk semua nantinya). Well, posting ini memang spesial untuk para truth seeker bukan true seeker apalagi faith believer. Ini memang perlu ekstra kecerdasan, kedewasaan dan kebijaksanaan untuk difahami dan disikapi sebagai sharing idea gnosis philosophy/ cara wisdom psychology belaka bukan dogma untuk diyakini apalagi harus dijalani. .... ingat : being mad of Khalil Gibran (ini adalah sadarnya "kegilaan" esoteris untuk mengatasi "wajarnya" kegilaan eksoteris kita selama ini)
2a. kecakapan,
Video : identitas kosmik vidhyarambam 10'05'survival, financial, universal kecakapan :kemapanan, :kewajaran :
2b. kemapanan,
Memastikan persada kesiagaan ( kemapanan ekonomi , sosial, etc ) untuk mandiri , santuti dan berbagi. mandiri : kemantapan subsistensi mandiri, kontribusi sesama & emergency daruratbekerja, berusaha hingga walaupun tetap mau & mampu menjalani ibadah lumrah bekerja namun sesungguhnya telah berada dalam level asset yang mantap dimana tidak perlu lagi bekerja (sudah mampu mencukupi kebutuhan, meluangkan kontribusi dll dari assset deposit/benefit dirinya - kuadaran kecerdasan finansial kiyosaki 4) bukan karena tidak mau bekerja karena kemalasan (walau ada kesempatan) atau sudah tidak mampu lagi bekerja karena keterbatasan (usia tua, sakit dll)ataupun bagi yang sedang & sudah menjalani Samana Dhamma sebagai pabajita ataupun ordo pelayanan monastik & humanistik lainnya. (sudah terjamin dalam kontribusi umat, warga, dsb) santuti = bersahaja (sederhana sebatas kebutuhan>keinginan>ketamakan) Well, dunia kehidupan ini sesungguhnya mampu mencukupi semuanya dengan kelimpahan, kedamaian & kebahagiaan namun tidak akan mampu untuk memenuhi keserakahan, kesombongan dan kesewenangan seorang manusia sekalipunberbagi (caga/dana) = kesediaan melepas, berbagi & memberi Orang lain (lebih luas makhluk lain) adalah diri kita sendiri yang kebetulan saja saat ini menjalankan peran yang berbeda
2c. kewajaran
Video :Kewajaran Pembumian (deduktif pengetahuan) dengan kecakapan spiritual ? SHIVA Vitalitas interaktif menari dengan kehidupan nyatahttps://www.youtube.com/watch?v=jHRjJygTkPA&list=PLZZa2J4-qv-ZvsV83eVEiRBtw2dLvbu91&index=2&t=5m&35sempati, harmoni & sinergi : bisa ngemong tidak asal ngomongempati :harmoni , :sinergi :dari : Disamping kemantapan eksistensial dalam peran duniawi saat ini (citra persona biasa saja, smart skill bisa juga, asset hidup cukup) ; jangan lupa (ini justru yang utama) siagakan untuk kelanjutan perjalanan kehidupan nantinya (level swadika keariyaan , bakat talenta kecakapan & hisab visekha kelayakan ). Sedangkan, untuk kenyamanan keseluruhannya : berempati (pada dasarnya semuanya sama saja ... laten deitas dari Sentra sejati yang sama hanya beda label & level pada dimensi mandala pada saat ini . Well, orang lain / makhluk lain adalah sebagaimana diri kita sendiri namun saat ini berada dalam peran yang berbeda .... walau respek dalam metta atas casing 'dagelan' nama rupa masing-masing memang tetap perlu diperhatikan sesuai skenario kehidupan yang berlangsung ... tidak anggep 'arogan" & norak tranyakan ), menjaga harmoni dan bersinergi dalam kebersamaan & kesemestaan ini.
Kesadaran Nekhama (induktif penempuhan) demi kearhatan spiritual? BUDDHA Integritas autentik menuju peniscayaan kesejatian murni Kewajaran Pembumian (deduktif pengetahuan)dengan kecakapan spiritual ?SHIVAVitalitas interaktif menari dengan kehidupan nyata
https://www.youtube.com/watch?v=MiGKxvXhI8Q&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=32&t=32m57s
https://www.youtube.com/watch?v=jHRjJygTkPA&list=PLZZa2J4-qv-ZvsV83eVEiRBtw2dLvbu91&index=2&t=5m&35s
Pengetahuan & Penempuhan Dhamma Pengetahuan Dhamma tidak lah identik /jaminan pasti akan praktek penempuhan nyata pribadi/prilaku seseorang /19s / Kesulitan belajar Buddha Dhamma karena pembandingan dengan system lain & proses pencapaian nyata / 11m/ Pembelajaran Dhamma bertahap tidak sekaligus & sesuai kemampuan penerima /14m11s/ Kebajikan memberi (x meminta) karena cinta kasih persahabatan kehidupan universal & respek penghormatan /16m13s/ Memberi bukan pilihan tetapi keniscayaan dalam kehidupan /19m9s/bahkan kewajiban moral Dhamma untuk berbagi /21m49s/Pengendalian diri untuk tidak berprilaku buruk mengacau /22m49s/ Kebaikan walau memang berdampak baik juga namun tanpa perlu kepamrihan harapan /25m31s/apalagi bebas dari kemalangan ? Tetapi /26m45s /.. jarang dengar dhamma /30m57s/
Melengkapi inner strength kesadaran Menjalani Dhamma saja tidak cukup harus ada pengetahuan kebijaksanan /32m57s/ agar tidak sombong /36m9s/ benci kesal /37m/ /41m51s /melengkapi inner strengrth kekuatan mental di dalam untuk hindari jebakan kesombongan, kebencian /44m57s/ kesadaran mendeteksi fikiran buruk yang muncul
Keterlatihan sikap nekhama (melepas) /45m27s/ dengan kesadaran juga berlatih nekhama melepaskan (tdk harus sebagai bhikkhu) /45m56s/ melepaskan dalam memberi dengan kesadaran tanpa perangkap harapan untuk mendapatkan yang lebih banyak ( bukan hakekat memberi 46m24s) /48m35s/ menjaga sila supaya kotoran batin internal berkurang /49m40s/ latihan melepaskan keinginan /51 m/ tanpa kemampuan sikap melepaskan kita akan menderita karena hal tsb adalah kenyataan alamiah /52m2s/ nekhama sebagai latihan yang tidak bisa dipilih … keniscayaan yang harus dilatih. Keniscayaan melepaskan adalah keniscayaan tetapi sikap untuk melepaskan harus dilatih. Untuk tidak menderita hingga akhir hidup. /52m39s/ kebajikan melepaskan membuat orang bahagia karena tidak bertentangan dengan hokum universal ini
kearifan internal untuk kebaikan eksternal (Walau memang) anda tidak bisa melakukan apa yang anda inginkan apapun (dengan seenaknya) tetapi anda bisa hidup (tetap bahagia) seperti yang anda inginkan – /3m12s/ aksi haruslah sesuai dengan yang dituntut situasi /4m41s/ berlatih hidup dalam satsang untuk hadapi kenyataan hidup /5m21s/
Memahami aksi yang diperlukan Semua yang anda lakukan adalah aksi tindakan /5m35s/ Apakah anda melakukannya dengan sadar consciously (aksi tindakan berkesadaran ) atau melakukannya secara kompulsif (secara bodoh seakan jebakan nyata ) adalah pilihan / 5m41s/ Lakukanlah aksi dengan sadar maka hidup akan indah /6m10s/ Hidup bukan jebakan pintu keluarnya selalu ada terbuka lebar tidak untuk dihindari /6m17s/ Apapun yang anda fikirkan, rasakan & lakukan adalah aksi anda /7m11s/
Menentukan aksi sesuai cara hidup Jika anda menetapkan cara diri anda, maka apapun yang anda lakukan hanya tergantung dari situasinya. Tergantung dari situasi apa yang ada, sesuai dengan itu kita bereaksi /8m3s/ Aksi sesuai dengan situasi tuntutan dan tawaran (namun) cara hidup (tetaplah) milik anda /8m30s/ Jika anda telah memutuskan cara hidup , hiduplah secara itu , lakukan aksi sebagaimana diperlukan /8m39s/
Kearifan Shiva Buddha ? intinya sama dengan kesadaran dalam kewajaran (cara pasti tetapi aksi luwes) integritas di kedalaman namun vitalitas di permukaan .walau tetap tampak dalam kewajaran di permukaan namun senantiasa menjaga kesadaran di kedalaman untuk. memberdaya kecakapan, kemapanan & kearhatan (dimanapun ,kapanpun dan sebagai apapun peran keberadaannya)... progressive in progressing. Jika saja proses pemberdayaan ini memang berjalan sehat dan tepat tampaknya kemurnian & kesejatian akan berpotensi segera terealisasi nyata.Wei Wu Wei = Just consciously action x being compulsive actor
| Kesadaran Nekhama (induktif penempuhan) demi kearhatan spiritual? BUDDHA Integritas autentik menuju peniscayaan kesejatian murni | Kewajaran Pembumian (deduktif pengetahuan) dengan kecakapan spiritual ? SHIVA Vitalitas interaktif menari dengan kehidupan nyata |
| https://www.youtube.com/watch?v=MiGKxvXhI8Q&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=32&t=32m57s | https://www.youtube.com/watch?v=jHRjJygTkPA&list=PLZZa2J4-qv-ZvsV83eVEiRBtw2dLvbu91&index=2&t=5m&35s |
| Pengetahuan & Penempuhan Dhamma Pengetahuan Dhamma tidak lah identik /jaminan pasti akan praktek penempuhan nyata pribadi/prilaku seseorang /19s / Kesulitan belajar Buddha Dhamma karena pembandingan dengan system lain & proses pencapaian nyata / 11m/ Pembelajaran Dhamma bertahap tidak sekaligus & sesuai kemampuan penerima /14m11s/ Kebajikan memberi (x meminta) karena cinta kasih persahabatan kehidupan universal & respek penghormatan /16m13s/ Memberi bukan pilihan tetapi keniscayaan dalam kehidupan /19m9s/bahkan kewajiban moral Dhamma untuk berbagi /21m49s/Pengendalian diri untuk tidak berprilaku buruk mengacau /22m49s/ Kebaikan walau memang berdampak baik juga namun tanpa perlu kepamrihan harapan /25m31s/apalagi bebas dari kemalangan ? Tetapi /26m45s /.. jarang dengar dhamma /30m57s/ Melengkapi inner strength kesadaran Menjalani Dhamma saja tidak cukup harus ada pengetahuan kebijaksanan /32m57s/ agar tidak sombong /36m9s/ benci kesal /37m/ /41m51s /melengkapi inner strengrth kekuatan mental di dalam untuk hindari jebakan kesombongan, kebencian /44m57s/ kesadaran mendeteksi fikiran buruk yang muncul Keterlatihan sikap nekhama (melepas) /45m27s/ dengan kesadaran juga berlatih nekhama melepaskan (tdk harus sebagai bhikkhu) /45m56s/ melepaskan dalam memberi dengan kesadaran tanpa perangkap harapan untuk mendapatkan yang lebih banyak ( bukan hakekat memberi 46m24s) /48m35s/ menjaga sila supaya kotoran batin internal berkurang /49m40s/ latihan melepaskan keinginan /51 m/ tanpa kemampuan sikap melepaskan kita akan menderita karena hal tsb adalah kenyataan alamiah /52m2s/ nekhama sebagai latihan yang tidak bisa dipilih … keniscayaan yang harus dilatih. Keniscayaan melepaskan adalah keniscayaan tetapi sikap untuk melepaskan harus dilatih. Untuk tidak menderita hingga akhir hidup. /52m39s/ kebajikan melepaskan membuat orang bahagia karena tidak bertentangan dengan hokum universal ini | kearifan internal untuk kebaikan eksternal (Walau memang) anda tidak bisa melakukan apa yang anda inginkan apapun (dengan seenaknya) tetapi anda bisa hidup (tetap bahagia) seperti yang anda inginkan – /3m12s/ aksi haruslah sesuai dengan yang dituntut situasi /4m41s/ berlatih hidup dalam satsang untuk hadapi kenyataan hidup /5m21s/ Memahami aksi yang diperlukan Semua yang anda lakukan adalah aksi tindakan /5m35s/ Apakah anda melakukannya dengan sadar consciously (aksi tindakan berkesadaran ) atau melakukannya secara kompulsif (secara bodoh seakan jebakan nyata ) adalah pilihan / 5m41s/ Lakukanlah aksi dengan sadar maka hidup akan indah /6m10s/ Hidup bukan jebakan pintu keluarnya selalu ada terbuka lebar tidak untuk dihindari /6m17s/ Apapun yang anda fikirkan, rasakan & lakukan adalah aksi anda /7m11s/ Menentukan aksi sesuai cara hidup Jika anda menetapkan cara diri anda, maka apapun yang anda lakukan hanya tergantung dari situasinya. Tergantung dari situasi apa yang ada, sesuai dengan itu kita bereaksi /8m3s/ Aksi sesuai dengan situasi tuntutan dan tawaran (namun) cara hidup (tetaplah) milik anda /8m30s/ Jika anda telah memutuskan cara hidup , hiduplah secara itu , lakukan aksi sebagaimana diperlukan /8m39s/ |
Demikianlah, orientasi kesadaran tetap dilakukan untuk bukan hanya mentransendensi level keariyaan (tisikha pembebasan, pencapaian minimal pengamanan samsarik berikutnya) namun juga mensiagakan & berjaga dengan pemberdayaan talenta kecakapan (skill sekarang & bakat mendatang) yang berdampak pada pemantapan kemapanan kehidupan/ penghidupan eksistensial (dalam kemandirian & untuk kebersamaan) dalam kewajaran pembumian sebagaimana lainnya (namun tetap menjaga keselarasan dengan Saddhamma .. tentu saja). Sesungguhnya etika kosmik ini seharusnyalah bersifat universal bisa dijalankan oleh setiap pribadi di segala dimensi dengan segala keterbatasan & pembatasannya masing-masing (walau hasilnya memang tidak seeffektif jika berada di wilayah yang relatif lebih kondusif). jadi ...ini adalah transformasi mengarahkan diri dengan kesadaran Saddhama dalam kebenaran, kebajikan dan kebijakan ... sama sekali bukan revolusi (mungkin tepatnya : repolusi = pencemaran kembali?) dengan kebodohan, kesalahan dan keburukan. Sudah saatnya spesies manusia tumbuh berkembang dewasa tidak selamanya menjadi kanak-kanak dengan usia keberadaannya yang telah lama menghuni, membebani & menyusahkan planet bumi yang sudah semakin tua ini dengan berpandangan semu , berpribadi naif dan berprilaku liar. Be selfless as it really be (to be one in One ~ not one of the ONE ?) .. Sungguh ini bukan hanya masalah 'selfish' evolusi pribadi eksistensial semata namun juga berkaitan dengan dampak harmoni dimensi universal bagi keseluruhan bahkan hingga effek transendental. Tak perlu lagi recycling daur ulang serial pralaya (dunia - surga - rupa brahma) bagi samsara ini berlangsung berulang-ulang yang bukan karena rejuvenasi perbaikan kerusakan alamiah materi penampungnya namun karena batiniah zenka penghuninya
kewajaran meng-esa & kesadaran anatta ( Taoism weiwuwei = action without actor / acting ?.... just process )
3. Menghadapi Kematian : Racut , Bardo , Alam Data lama :
2021-01-17 21:39
33042
2021-01-17 21:39
196619
Link video : Kesadaran Nekhama (induktif penempuhan) demi kearhatan spiritual? BUDDHA Integritas autentik menuju peniscayaan kesejatian murni
Ingat, tanpa menafikan peran kebersamaan universal manusiawi kita sebagai faber mundi (pemberdaya peradaban) di bumi, pada dasarnya kita hanyalah viator mundi (pengembara yang singgah bukan penghuni tetap) dalam kehidupan duniawi kita saat ini dengan casing peran persona dagelan nama-rupa samsarik untuk keberlanjutan kehidupan berikutnya lagi. Jagalah keberkahan di bumi dan bawalah keberkahan untuk saat nanti. Sebagaimana tuning frekuensi gelombang arus kesadaran, tanpa menafikan akumulasi karmik sebelumnya konsistensi sikap, tindakan dan capaian diri saat ini akan berdampak pada konsekuensi yang akan diterima nanti demikian seterusnya.Menghadapi Kematian (racut - bardo - rebirth
2021-01-17 21:39 | 33042 | ||
2021-01-17 21:39 | 196619 |
3a. Racut Lullaby Song of Madalasa Upadesha from The Mārkaṇḍeya Purāṇa … Kidung Nina Bobo Ratu Madalasa kepada puteranya (Rshi Markandeya) Link Data : https://www.thestorygenie.com/blog/the-lullaby/or : https://unboundintelligence.com/madalasa-upadesha/
Verse 1śuddhosi buddhosi niraɱjano’si //saɱsāramāyā parivarjito’si// saɱsārasvapnaɱ tyaja mohanidrāɱ// maɱdālasollapamuvāca putram|Madalasa says to her crying son:// “You are pure, Enlightened, and spotless. //Leave the illusion of the world // and wake up from this deep slumber of delusion”Madalasa berkata kepada putranya yang menangis: //“Anda murni, Tercerahkan, dan tidak bernoda.// Tinggalkan ilusi dunia dan //bangun dari tidur nyenyak delusi ini "Verse 2śuddho’si re tāta na te’sti nāma // kṛtaɱ hi tatkalpanayādhunaiva|//paccātmakaɱ dehaɱ idaɱ na te’sti //naivāsya tvaɱ rodiṣi kasya heto||“My Child, you are Ever Pure! You do not have a name. //A name is only an imaginary superimposition on you.//This body made of five elements is not you nor do you belong to it.//This being so, what can be a reason for your crying ?”“Anakku, kamu Selalu Murni! Anda tidak punya nama.// Nama hanyalah lekatan khayal yang dikenakan pada Anda. // Tubuh yang terbuat dari lima elemen ini bukanlah Anda dan bukan pula milik Anda. // Karena itu, apa yang menjadi alasan Anda menangis? "Verse 3na vai bhavān roditi vikṣvajanmā //śabdoyamāyādhya mahīśa sūnūm|//vikalpayamāno vividhairguṇaiste //guṇāśca bhautāḥ sakalendiyeṣu||“The essence of the universe does not cry in reality. // All is a Maya of words, oh Prince! Please understand this. //The various qualities you seem to have are are just your imaginations, //They belong to the elements that make the senses (and have nothing to do with you).”“Esensi alam semesta tidak menangis dalam Realitas kenyataan. // Semuanya adalah kata-kata Maya, oh Pangeran! Mohon mengerti ini. // Berbagai kualitas yang tampaknya Anda miliki hanyalah imajinasi Anda, // Mereka termasuk dalam elemen yang membuat indra (dan tidak ada hubungannya dengan Anda). ”Verse 4bhūtani bhūtaiḥ paridurbalāni // vṛddhiɱ samāyāti yatheha puɱsaḥ| // annāmbupānādibhireva tasmāt //na testi vṛddhir na ca testi hāniḥ||“The Elements [that make this body] grow with accumulation of more elements, or//Reduce in size if some elements are taken away //This is what is seen in a body’s growing in size or becoming lean depending upon the consumption of food, water etc. //YOU do not have growth or decay.”“Unsur-unsur [yang membuat tubuh ini] tumbuh dengan akumulasi lebih banyak unsur,// atau Kurangi ukurannya jika beberapa elemen diambil // Inilah yang terlihat pada tubuh yang membesar atau menjadi kurus bergantung pada konsumsi makanan, air, dll.// KAMU tidak memiliki pertumbuhan atau kerusakan. "Verse 5tvam kamchuke shiryamane nijosmin // tasmin dehe mudhatam ma vrajethah| //shubhashubhauh karmabhirdehametat //mridadibhih kamchukaste pinaddhah||“You are in the body which is like a jacket that gets worn out day by day. // Do not have the wrong notion that you are the body. //This body is like a jacket that you are tied to, // For the fructification of the good and bad Karmas.”“Anda berada di dalam tubuh yang seperti jaket yang semakin hari semakin aus. // Jangan salah paham bahwa Anda adalah tubuh. // Tubuh ini seperti jaket yang diikat, // Untuk fruktifikasi dari karma baik dan buruk. "Verse 6tāteti kiɱcit tanayeti kiɱcit // aɱbeti kiɱciddhayiteti kiɱcit| // mameti kiɱcit na mameti kiɱcit //tvam bhūtasaɱghaɱ bahu ma nayethāḥ||“Some may refer to you are Father and some others may refer to you a Son or //Some may refer to you as Mother and some one else may refer to you as Wife. // Some say “You are Mine” and some others say “You are Not Mine” // These are all references to this “Combination of Physical Elements”, Do not identify with them.”“Beberapa mungkin menyebut Anda adalah Ayah dan beberapa lainnya mungkin merujuk Anda sebagai Putra atau // Beberapa orang mungkin menyebut Anda sebagai Ibu dan beberapa orang lain mungkin menyebut Anda sebagai Istri.// Beberapa orang mengatakan "Kamu adalah milikku" dan beberapa lainnya mengatakan "Kamu bukan milikku"// Ini semua adalah referensi ke "Kombinasi Elemen Fisik", Jangan identifikasi dengannya. "Verse 7sukhani duhkhopashamaya bhogan //sukhaya janati vimudhachetah| // tanyeva duhkhani punah sukhani //janati viddhanavimudhachetah||“The ‘deluded’ look at objects of enjoyment, // As giving happiness, by removing the unhappiness. // The ‘wise’ clearly see that the same object // Which gives happiness now will become a source of unhappiness.”“Pandangan yang 'tertipu' pada objek kenikmatan, // Seperti memberi kebahagiaan, dengan menghilangkan ketidakbahagiaan. // Orang 'bijak' dengan jelas melihat objek yang sama // Yang memberi kebahagiaan sekarang akan menjadi sumber ketidakbahagiaan. "Verse 8yānaɱ cittau tatra gataśca deho // dehopi cānyaḥ puruṣo niviṣṭhaḥ| // mamatvamuroyā na yatha tathāsmin // deheti mātraɱ bata mūḍharauṣa|“The vehicle that moves on the ground is different from the person in it // Similarly this body is also different from the person who is inside! // The owner of the body is different from the body. // Ah how foolish it is to think I am the body!”“Kendaraan yang bergerak di tanah berbeda dengan orang di dalamnya // Demikian pula tubuh ini juga berbeda dengan orang yang ada di dalam! // Pemilik tubuh berbeda dengan tubuh. // Ah betapa bodohnya menganggap aku adalah tubuh! "
just imageSanskrit : śuddhosi buddhosi niraɱjano’si //saɱsāramāyā parivarjito’si// saɱsārasvapnaɱ tyaja mohanidrāɱ// English : “You are pure, Enlightened, and spotless. //Leave the illusion of the world // and wake up from this deep slumber of delusion”//Indonesian :“Anda murni, Tercerahkan, dan tidak bernoda.// Tinggalkan ilusi dunia dan //bangun dari tidur nyenyak delusi ini "S (Sk) : Maɱdālasollapamuvāca putram|E (Eng) : Madalasa says to her crying son://I (Ina) : Madalasa berkata kepada putranya yang menangis:See : Prakata Agenda Racut : Kecakapan Proyeksi Bersiaga dalam kematian Menyadari dimensi pribadi - Living in Dying - pelatihan kematian etc
3b. Bardo Kecakapan Bersiaga dalam naza kematian alamiah : aware consciously meditatif x neurotic paranoid jaga karma kebiasaan (sila/citta visuddhi dibba /brahma vihara etc) - awas karma menjelang kematian (+ karma lampau produktif ?) tanpa moha kebingungan alami (vs hewan) ; tiada lobha kemelekatan pengharapan semu (vs petta) ; tanpa dosa liar kebencian (vs niraya) dengan keberdayaan atasi bardo hingga level optimal yang mampu dicapai (tepatnya : layak didapat ... dan karenanya memang harus rela diterima) versi Buddhist ? : manusa > svarga < brahma 4 < suddhavasa < lokuttara nibbana video chant ema bardo dihapus ? (video pribadi ?) Hehehe... masih ada.
Teks ini adalah ajaran Padmasambhava, di mana dia mengingatkan kita bagaimana membebaskan diri kita di enam Bardo yang berbeda. Buddhisme Tibet mengacu pada enam Bardo sebagai keadaan transisi; 1. bardo kehidupan ini, 2. bardo dari mimpi, 3. bardo dari meditasi, 4. bardo dari kematian, 5. bardo dari dharmata, dan 6. bardo dari penjadian. Di setiap bardo ada petunjuk yang jelas tentang apa yang harus kita lakukan saat kita mengalami keadaan ini untuk mencapai pembebasan. Syair ayat di sini adalah instruksi singkat dari Pelatihan Dakini Rahasia Bunda Tantra Kesempurnaan Agung. Syairnya dimulai dengan Ema yang artinya, "whoa, this is for real! (Wah?, ini /untuk yang/ nyata!").
Google translate modified Bardo Song of Reminding Oneself
translated by Erik Pema Kunsang, melody: Tara Trinley Wangmo, vocals: Sascha Alexandra Aurora Sellberg & Rodrigo Reijers. Lagu Bardo untuk Mengingatkan Diri Sendiri diterjemahkan oleh Erik Pema Kunsang, melodi: Tara Trinley Wangmo, vokal: Sascha Alexandra Aurora Sellberg & Rodrigo Reijers. from the Secret Dakini Training Mother Tantra of the Great Perfection dari Pelatihan Dakini Rahasia Bunda Tantra dari Kesempurnaan Agung
Ema! Now that while the bardo of this lifetime is unfolding, I will not be lazy since there is no time to waste. Enter nondistraction’s path of hearing, thinking, training, While it is just now I have the precious human form. Since this free and favored form ought to have real meaning, Emotion and samsara shall no longer hold the reign. Ema! Sekarang sementara bardo dari kehidupan ini sedang berlangsung, Saya tidak akan malas karena tidak ada waktu untuk disia-siakan. Memasuki jalur tanpa gangguan dari pendengaran, pemikiran, pelatihan, Sementara sekarang aku memiliki wujud manusia yang berharga. Karena bentuk yang bebas dan disukai ini hendaknya memiliki makna yang nyata, Emosi dan samsara tidak lagi memegang kekuasaan.
Ema! Now that while the bardo of the dreamstate is unfolding, I will not sleep like a corpse, so careless, ignorant. Knowing everything is self-display, with recognition, Capture dreams, conjure, transform, train lucid wakefulness. Instead of lying fast asleep like animals are sleeping, I will use the Dharma just as in the waking state Ema! Sekarang sementara bardo dari keadaan mimpi sedang berlangsung, Aku tidak akan tidur seperti mayat, begitu ceroboh & bodoh cuek (tanpa tahu) Mengetahui segalanya adalah tampilan diri, dengan pengakuan, menangkap impian, sulapan, pengubahan, pelatihan kesadaran yang jernih. Daripada tidur nyenyak seperti binatang yang sedang tertidur, Saya akan menggunakan Dharma seperti dalam kondisi terjaga.
Ema! Now that while the meditation bardo is unfolding, I will set aside every deluded wandering. Free of clinging, settled within boundless nondistraction, I’ll be stable in completion and development. As I’m yielding projects to the single-minded training, Delusion and unknowing shall no longer hold the reign. Ema! Sekarang sementara meditasi bardo sedang berlangsung, Aku akan mengesampingkan setiap pengembaraan yang memperdaya. Bebas dari kemelekatan, menetap dalam ketidak-teralihkan yang tanpa terbatas, Saya akan stabil dalam penyelesaian dan pengembangan. Saat saya menyerahkan rencana pada pelatihan pikiran terpusat, Delusi dan ketidaktahuan tidak akan lagi memegang kendali.
Ema! Now that while the bardo of the death-state is unfolding, I will cast away attachment, clinging to all things. Enter undistractedly the state of lucid teachings, Suspending as a vast expanse this nonarising mind. Leaving this material form, my mortal human body, I will see it as illusion and impermanent. Ema! Sekarang sementara bardo dari kondisi kematian sedang berlangsung, Saya akan membuang kemelekatan, yang melekat pada segala hal. Masuk dengan tanpa gangguan pada keadaan ajaran yang nyata /jernih, Menangguhkan sebagai suatu hamparan luas pikiran yang tidak lagi muncul ini. Meninggalkan bentuk materi ini, tubuh manusia fana saya, Saya akan melihatnya sebagai ilusi dan tidak kekal.
Ema! Now that while the bardo of dharmata is unfolding, I will hold no fear or dread or panic for it all. Recognizing everything to be the bardo’s nature, Now the time has come for mastering the vital point. Colors, sounds and rays shine forth, self-radiance of knowing, May I never fear the peaceful-wrathful self-display. Ema! Sekarang sementara bardo dari dharmata sedang berlangsung, Aku tidak akan takut , gentar atau panik untuk itu semua. Mengakui segalanya sebagai sifat bardo, Sekarang waktunya telah tiba untuk menguasai poin penting. Warna, suara, dan sinar bersinar, pancaran kesadaran sendiri, Semoga saya tidak pernah takut pada tampilan diri yang penuh amarah dan damai.
Ema! Now that while the bardo of becoming is unfolding, I will keep the lasting goal one-pointedly in mind. Reconnecting firmly with the flow of noble action, I will shut the womb-doors and remember to turn back. Since this is the time for fortitude and pure perception, I will shun wrong views and train the guru’s union-form. Ema! Sekarang sementara bardo penjelmaan sedang berlangsung, Saya akan mengingat tujuan abadi dengan satu tujuan. Berhubungan kembali dengan kuat dengan aliran tindakan mulia, Aku akan menutup pintu rahim dan ingat untuk kembali. Karena inilah waktunya untuk ketabahan dan persepsi murni, Saya akan menghindari pandangan yang salah dan melatih bentuk persatuan (dengan) guru.
If I keep this senseless mind that never thinks of dying, And continue striving for the pointless aims of life, Won’t I be deluded when I leave here empty handed? Since I know the sacred Dharma is just what I need, Shouldn’t I be living by the Dharma right this moment, Giving up activities that are just for this life? Jika saya menyimpan pikiran tidak masuk akal yang tidak pernah berpikir tentang kematian, Dan terus berjuang untuk tujuan hidup yang tidak berarti, Apakah saya tidak akan tertipu ketika saya pergi dari sini dengan tangan kosong? Karena saya tahu Dharma suci adalah yang saya butuhkan, Bukankah seharusnya saya hidup berdasarkan Dharma saat ini, Memasrahkan kegiatan yang hanya untuk hidup ini?
These are the instructions which the gracious guru told me. If I do not keep the guru’s teachings in my heart, How can this be other than myself fooling myself? Ini adalah instruksi yang dikatakan oleh guru mulia itu kepada saya. Jika saya tidak menyimpan ajaran guru di hati saya, Bagaimana dapat ini bisa terjadi lainnya selain diriku yang membodohi diriku sendiri
Sanatana Dhamma dalam kompleksitas Realitas Fenomena a. Transendensi Keabadian UniversalTerjagalah ! Transendensi kehadiran demi keabadian : vs niyama dhamma via mediasenantiasa ada dampak dari pandangan, tindakan dan capaiantataran pencapaian > progress penempuhan > kefahaman pengetahuanb:Harmonisasi Keberadaan EksistensialMenjagalah ! Harmonisasi dalam kehidupan : vs peran eksistensialsedaka sutta : menjaga diri & orang lainanjali/namaste : menghormati esensi murni didalam> segalanya interconnected (orang lain adalah diri kita sendiri dalam peran yang berbeda) demikian juga alam dsb. Untuk layak mekarnya bunga transendental ,kemantapan akar eksistensial sila dan batang kasih universal harus tumbuh berkembang baik menunjang dahan bhavana penembusan dan pencerahan di internal dan juga ke eksternal.c. Eskatologi Kelanjutan SpiritualBerjagalah ! Eskatologi untuk kematian : vs bardo (1 chikhai - 2 conyid - 3 sidpa bardo)Kehidupan tidak pasti, kematian pastipencerahan masih mungkin diusahakan kala kematian (pandangan Mahavira jainisme bukan Guru Padmasambhava Tibetan Buddhism... maaf ~ AK).Inilah pentingnya kemurnian brahma vihara yang bukan hanya memurnikan dana sila Dhamma Vihara sepanjang kehidupan dan (plus desana) menumbuh kembangkan potensi tihetuka (alobha adosa amoha) yang akan juga menunjang kecakapan penembusan meditatif pemurnian batin Ariya Vihara dalam menyambut kematian. Naza : awas nimitta bhavanga 3 (Bardo proses umum non meditator : Sial, umumnya tidak bisa melintasi jhana brahma bardo 1 ; (bardo 2 liburan kesurga ? belum cukup murni berlimpah akumulasi deposito karma baik + banyak tanggungan kredit karma buruk /miccha ditti ?) ; bardo 3 beruntung lahir kembali sebagai manusia atau harus terlempar keapaya (dampak MLD) atau terdampar di alam penantian hingga rebirth baru/ pralaya dunia ?proses khusus meditator (mystics, Buddhist, etc) :selamat berjuang hingga tujuan yang mungkin lebih baik untuk bisa dicapai ; (salam dari padaparama dihetuka bagi neyya tihetuka / yogi meditator ) Nextjika terdampar di apaya hidup sbg peta maka dengan upekkha kembangkan mudita (sikap apresiatif/positif atas niatan tindakan kebaikan lainnya) brahma vihara walau sulit. jika terlempar di apaya lainnya maka dengan upekkha kembangkan metta brahma vihara ( kewajaran kosmik untuk aktualisasi kesadaran kasih universal sebagaimana kesedemikiannya kaidah impersonal transenden niyama dhamma atas personal imanen terus berlaku walau tak butuh diakui dan tak sekedar bisa diyakini ) walau jelas sangat sulit.jika hidup di surga hidup sbg dewa maka dengan upekha kembangkan karuna (welas asih berbagi bahagia) & potensi tihetuka (alobha adosa amoha prasyarat meditator Jalan Kesucian); tidak mengumbar nafsu , dusta & sengketa (issa machariya-serakah mendengki apalagi membenci tidak juga menghalangi/ menyesatkan) (termasuk tridewa Mara- yama - asura atas triloka tusita ,tavatimsa,dunia ?) walau juga sulit. Wilayah kamavacara memang corrupted, Saka... bukan hanya pemenuhan kebutuhan, sekedar keinginan diri namun juga kekuasaan atas lainnya. Walau potentially segalanya akan berdampak jika telah masak/layak, Samsara memberikan kebebasan bukan hanya bagi Dhamma namun juga addhamma, tidak hanya agar terbebas dari jeratnya namun juga tetap tersekap didalamnya…. Itulah kenyataan sesungguhnya dari semuanya tanpa perlu menyalahkan atau membenarkan siapapun/apapun saja. Jika hidup di brahma jangan terlelap dalam kebahagiaan yang lebih dalam dari kenikmatan indrawi/ kehikmatan laduni tetap terjaga,menjaga dan berjaga untuk pengembangan kelanjutannya. walau juga sulit.Jika bisa tiba di wilayah kesadaran non samsarik alam antara suddhavasa selesaikan perjalanan pulang kerumah sejati atasi delusi mimpi citta 'aku' di halte ini.walau juga sulit.Jika telah tiba di wilayah kesadaran non alam samsarik nibbana... congrats. Selamat atas keterjagaan dari perjalanan tidur panjang penuh mimpi. selamat datang di rumah sejati esensi murni.Sikapi "Kebebasan" ini sebagai kebenaran pencerahan berkelanjutan bukan perayaan ke"aku'an untuk lengah terlelap lagi. Walaupun karena magga phala meniscayakan keberadaan & tindakan kiriya yang suci (selama belum parinibbana khanda Ariya Buddha tetap tidak terbebas dari 12 dampak karmik buruk kehidupan lampauNya juga Bhante Moggalana. Bhikkhu arahata sekalipun tetap bisa melakukan kesalahan (terinjaknya serangga oleh arahata karena buta, peraturan vinaya sanghadisesa merukunkan duniawi ?) walau tanpa sengaja/ tak diketahui. Namun totally, inilah realisasi dambaan neyya buddhist untuk terbebas dari dukkha .... terjaga dari mimpi samsarik. Pulang kembali ke rumah sejati. Hanya yang telah melampaui (ariya nibbana) bisa menghadapi kembali (samsara) dengan lebih baik lagi (kiriya x karma) dan karenanya wilayah samsara ini tidak lagi tepat bagi yang telah lulus/ lolos darinya. Keswadikaan nyata yang bukan hanya melampaui penderitaan namun juga kebahagiaan. (magandiya sutta)By the way, just kidding ... ada versi/type samsara baru di wilayah ini ? samsara ini saja yang walau hanya delusif tidak chaotik sudah cukup menyusahkan kita dalam memahaminya apalagi layak menembus dan melampauinya. Niyama Dhamma memang cukup mantap menjaga kaidah kosmik secara impersonal transenden... namun ketidak-segeraan dampak karmik, keterlupaan memory pra rebirth terlebih lagi tampak begitu 'rea'l-nya delusif fantasi keberadaan attha pada nama figur mimpi & sensasi kebahagiaan akan rupa (sulit untuk parichedanana?) benar-benar melengahkan dan menyesatkan (dan bahkan karena ketidak mengertiannya tidak sengaja apalagi terencana bukan hanya tidak mencerahkan namun bahkan saling menyesatkan lainnya walaupun dengan kepolosan, ketulusan dan kesadaran ).Dalam senyum holistik di rupang keBuddhaanMu intuisi saya mengatakan masih ada. Namun mungkin biarkan dia tersirat sebagai rahasia. Kebijaksanaan (bukan kesempurnaan) adalah mahkota akhir bagi kita semua. Setidaknya Realitas Nibbana sebagai rumah sejati bagi esensi murni dari drama kosmik Fenomena Samsara telah kembali ditemukan dan bisa direalisasikan lagi (walau sulit ... terutama bagi saya tentunya. padaparama diluar sasana yang masih naif dan liar. perokok berat pecandu kopi lagi ... avijja & tanha masih kuat ).Panna Phasa Kedukkhaan bukan tanha vedana kebahagiaan Realistics thesisnya, keaniccaan proses perubahan bukan kekekalan masif Real antithesisnya, keAnnataan Panca khanda bukan keberadaan" figure delusif" Realize synthesisnya. Intinya kita hanya dan harus melampaui internal individualitas diri sendiri ... asava kilesha diri bukan yang lain. Itulah (mungkin... saya harus tahu malu , tahu diri dan tahu sila pada autoritas wilayah acinteya yang belum saya capai) puncak kebijaksanaan nirvanik yang melampaui drama kosmik mimpi delusif samsara.Sedangkan .... maaf ini agak nekat ('gila'-istilah Khalil Gibran) tentang kesempurnaan walau saya seharusnya lebih tahu malu, tahu diri dan tahu sila pada Realitas wilayah advaita yang mustahil dicapai. Advaita Taoisme lebih menyukai istilah keberimbangan holistik untuk dinamis berkembang ketimbang kesempurnaan absolut yang sangat stagnan. Advaita vedanta dalam Brahma Vidya menterminologinya dalam istilah saguna -niskala (? saya lupa istilahnya ... sudah sarat memory otak tua ini). Atau simple-nya (istilah pakar komputer) sistem keamanan jika berjalan 100 % sempurna maka dia (malah) tidak akan bisa jalan. Newton Pascal (semoga saya tidak salah mengingat referensi buku lama) seorang scientist namun saat itu dia mengatakan agak filosofis tentang keteraturan kosmik yang perlu "Tuhan" yang direferensikan sebagai pengaturnya (walau jika ternyata Diapun .. maaf ...tidak ada) . Buddha-pun mengistilahkan ini sebagai "ajatang, abuthang, dst " (udana ) yang memungkinkan terjadinya pencerahan diriNya sehingga terbebas dari samsara ini.(Pakar Buddhism menyatakan Nibbana adalah Realitas transendent yang Impersonal ...bukan atta pribadi atau yang bisa dianggap/ mengklaim sebagai "diri" karena magga phala pencapaian "wilayah" kesadaran diri ini harus dicapai melalui kesadaran "tanpa diri " (sakayadithi pancakhanda - diri samsarik dst) ... Susah, ya? saya sendiri bingung mau mengatakan apa. Mudahnya demikian ... anggaplah sesorang ( katakanlah A) lelah terjaga kemudian tertidur, pulas hingga bermimpi. Dalam mimpi tersebut dia memerankan figur berbeda bisa jadi multi peran dan aneka peristiwa (walau yang bermimpi A namun bukan A yang terjaga ... jadi katakanlah A' A aksen .... A yang bermimpi ). Ketika bangun terjaga dia mendapatkan keberadaan yang berbeda lagi dengan mimpinya. Samsara bisa dipandang sebagai mimpi tersebut. Figur A' - A aksen dengan segala atribut peran mimpinya itu disebut 'diri" untuk Figur A yang real dan sudah terjaga (tidak lagi A aksen tadi). Bingung, ya .... cobalah anda ganti A dan A aksennya. (Itu hanyalah cara pandang hal yang sama namun dengan sudut yang berbeda dari tanazul - taraqqi : kejatuhan dalam keterlelapan dan keterjagaan dari keterlelapan dst )Intinya demikian pandangan kami tentang kesempurnaan yang tidak hanya acinteya namun advaita untuk dibahas. kebijaksanaan Nibbana mungkin adalah batas akhir yang bisa secara bijak dicapai (Buddha dan juga lainnya) dalam melampaui samsara yang tidak diketahui awalnya (secara individual ) dan kapan berakhirnya (secara universal) ...pengakuan autentik Buddha.(mengapa?). Ini dicapai dalam progress simultan dan berkaitan melampaui individualitas diri (eksistensial,universal hingga transendental )Lantas ... bagaimanakah kesempurnaan advaita tersebut ? secara hipotetis ini baru bisa dicapai jika terlampaui tidak hanya universalitas diri (bukan individual tetapi universal ..... bayangkan wilayah nama tanpa rupa "batin tanpa materi" hanya ada Anenja Brahma, suddhavasa dan Nibbana tidak ada lagi alam dunia, apaya, surga , rupa brahma) namun juga trandentalitas diri (bayangkan wilayah dvaita nibbana dan advaita itu sendiri tiada samsara imanen lagi). Demikian analogi gambaran saguna -niskala mandala ini. Ini gambaran Dia yang belum terjaga dari dvaita samsara nibbanaNya. Bagaimana jika Dia terjaga dalam advaita dan melampaui nibbana (samsaraNya) ? dst. (Pusing ya .... karena jelas kita yang masih "ndagel" dalam peran samsarik di dunia ini tidak mungkin ada disana maka kita cukupkan disini saja)
kutipan : (tanggap paradoks intuitif > linear intelek ?) akan fakta experiential acinteya sabbanutanana pencerahan lokuttara Buddha yang sesungguhnya sebagai saddhamma adalah holistik universal untuk mampu ditempuh siapapun juga (walau tentu saja mungkin dalam keterbatasan output sesuai pembatasan inputnya) Saddhamma ini secara intuitif sederhana bersahaja (senantiasa terjaga sebagai media impersonal akan figur personal samsariknya sehingga memungkinkannya untuk bukan hanya berjaga dari keterpedayaaan bahkan semakin memberdaya diri namun juga mampu menjaga untuk tidak hanya memperdaya lainnya namun justru memberdaya lainnya. Namun demikian seperti mentari dalam biasan pelangi Saddhamma ini memang sangat kompleks kedalaman, kehalusan dan keragaman labirin warnanya yang tidak sekedar hitam putih sehingga memang akan susah bagi yang telah terjaga untuk segera membangunkan yang tertidur dari keterlelapan mimpinya. Penempuhan keterjagaan/keterarahan kode etik sila universal atau vinaya monastik ekslusif Sangha Samana plus metode penembusan intensif dibentuk demi tujuan tersebut secara bertahap. Idea & metode paedagogis simsapa pembabaran paradigma teparinama DhammaNya terkadang perlu nivritti negative 'lokiya' karena faktor audience-nya ( misalnya terma nibida /kejijikan?/ untuk mengatasi upadana /kelekatan/ walau kita tanggap itu hanya trick bijak untuk sadar swadika melampaui kecenderungan tanha samsarik tidak untuk picik menjauhi dengan kebencian yang justru akan berdampak kontraproduktif bukan hanya bagi proses holistik universalisasi transenden nsmun juga harmoni eksistensialitas keberadaannya ... well, problem adalah internal (asava) bukan eksternal (dunia). Landasan Spiritualitas idealnya adalah kedewasaan aktualisasi murni yang sadar difahami dan disikapi sebagai wajar dijalankan untuk meniscayakan bagi keniscayaan pelayakannya bukan kepatuhan karena intimidasi ketakutan, kepamrihan karena transaksi keinginan ataupun sekedar/termasuk juga kerisihan untuk tidak dipermalukan / khouf, roja, haya ~ hiri, otapa, ? / walaupun demikian metode `lokiya` bisa dimaklumi jika digunakan dikarenakan faktor audience-nya (walau tidak dibenarkan pada kemurnian akhirnya namun mungkin juga tidak disalahkan pada kecenderungan awalnya ? ) Intinya : No (fake) Ego ... Just be IN One .... Do as Ariya be
3c. Alam Alam : Transit Dimensi Prajñāpāramitākebijaksanaan agung prajna paramita
Oṁ! Namo Bhagavatyai Ārya-Prajñāpāramitāyai!Om | Aku memuliakan Sang Ariya Guru Suci yang telah mencapai kebijaksanaan agung prajna paramitaĀrya-Avalokiteśvaro Bodhisattvo, gambhīrāṁ prajñāpāramitā caryāṁ caramāṇo,Sang Ariya Bodhisatva Avalokiteśvara saat itu berdiam di dalam praktik kebijaksanaan agung prajna paramita,vyavalokayati sma panca-skandhāṁs tāṁś ca svabhāvaśūnyān paśyati sma.melihat ke dalam lima skhanda (agregat = pikiran dan tubuh / nama rupa ) dan ternyata mereka kosong dari sifat-diri
Iha, Śāriputra, rūpaṁ śūnyatā, śūnyataiva rūpaṁ;Di sini, Wahai Śāriputra, wujud adalah kekosongan, kekosongan adalah wujud;rūpān na pṛthak śūnyatā, śunyatāyā na pṛthag rūpaṁ;kekosongan tidak berbeda dengan wujud, wujud tidak berbeda dengan kekosongan;yad rūpaṁ, sā śūnyatā; ya śūnyatā, tad rūpaṁ;Segala apapun wujudnya, itu adalah kekosongan; Segala apapun kekosongan yang ada, itu adalah wujud.evam eva vedanā-saṁjñā-saṁskāra-vijñānaṁ.Begitu juga sama halnya untuk perasaan, persepsi, proses kemauan dan kesadaran.
Iha, Śāriputra, sarva-dharmāḥ śūnyatā-lakṣaṇā,Di sini, Wahai Śāriputra, segala dharma bersifat kosong , anutpannā, aniruddhā;Tanpa kemunculan, tiada pula kelenyapan ;amalā, avimalā;Tanpa ketiada-nodaan, tiada pula ketidakmurnian;anūnā, aparipūrṇāḥTanpa adanya kekurangan, tiada pula kelengkapan
Tasmāc Śāriputra, śūnyatāyāṁKarena itu, Wahai Śāriputra, dalam kekosongan ituna rūpaṁ, na vedanā, na saṁjñā, na saṁskārāḥ, na vijñānam;tidak ada bentuk, tidak ada perasaan, tidak ada persepsi, tidak ada proses kehendak, tidak ada kesadaran;na cakṣuḥ-śrotra-ghrāna-jihvā-kāya-manāṁsi;tidak ada mata, telinga, hidung, lidah, tubuh atau pikiran;na rūpa-śabda-gandha-rasa-spraṣṭavya-dharmāḥ;tidak ada bentuk, suara, bau, rasa, sentuhan, pikiran;na cakṣūr-dhātur yāvan na manovijñāna-dhātuḥ;tidak ada elemen mata (dan seterusnya) hingga tidak ada elemen kesadaran-pikiran;na avidyā, na avidyā-kṣayo yāvan na jarā-maraṇam, na jarā-maraṇa-kṣayo;tidak ada ketidaktahuan, tidak ada kehancuran ketidaktahuan (dan seterusnya) hingga tidak ada usia tua dan kematian,na duḥkha-samudaya-nirodha-mārgā;tidak ada kehancuran usia tua dan kematian; tidak ada penderitaan, kemunculan, lenyapnya, jalan;na jñānam, na prāptir na aprāptiḥ.tidak ada pengetahuan, tidak ada pencapaian, tidak ada non-pencapaian.
Tasmāc Śāriputra, aprāptitvād BodhisattvasyaOleh karena itu, Wahai Śāriputra, karena tiada yang ingin dicapai, Bodhisattva bebas dari segala gangguan pikiran,Prajñāpāramitām āśritya, viharaty acittāvaraṇaḥ,Beliau mengandalkan Kesempurnaan Kebijaksanaan, dan berdiam dengan pikirannya tidak terhalang,cittāvaraṇa-nāstitvād atrastro,memiliki pikiran yang tidak terhalang dia tidak gentar,viparyāsa-atikrānto, niṣṭhā-Nirvāṇa-prāptaḥ.mengatasi pertentangan, ia mencapai kondisi Nirvāṇa.
Tryadhva-vyavasthitāḥ sarva-BuddhāḥSemua Buddha berdiam di tiga masa denganPrajñāpāramitām āśrityamengandalkan Kesempurnaan Kebijaksanaananuttarāṁ Samyaksambodhim abhisambuddhāḥ.sepenuhnya terbangun menuju Keterjagaan Lengkap Sempurna yang tak tertandingi
Tasmāj jñātavyam Prajñāpāramitā mahā-mantro,Oleh karena itu, Kebijaksanaan Sempurna prajna paramita adalah mantra yang agungmahā-vidyā mantro, 'nuttara-mantro, samasama-mantraḥ,mantra pengetahuan agung, mantra yang tertinggi, mantra yang tak tertandingi,sarva duḥkha praśamanaḥ, satyam, amithyatvāt.Secara tuntas mengatasi semua penderitaan, sebagai kebenaran sejati yang tak mungkin palsu.
Prajñāpāramitāyām ukto mantraḥDalam Kesempurnaan Kebijaksanaan mantra telah diucapkantad-yathā:dengan cara berikut inigate, gate, pāragate, pārasaṁgate, Bodhi, svāhā!pergi, pergi, pergi melampaui, pergi sepenuhnya ke luar, dalam Kebangkitan, dengan keberkahan!
Iti Prajñāpāramitā-Hṛdayam SamāptamDengan demikian Kesempurnaan Kebijaksanaan dari Hati Lengkap disampaikan DATA 01022021/PLUS/DATA/Prajna-Paramitha-Oke.pdf
gate, gate, pāragate, pārasaṁgate, Bodhi, svāhā!pergi, pergi, pergi melampaui, pergi sepenuhnya ke luar, dalam Kebangkitan, dengan keberkahan!
Bersedia untuk senantiasa terjaga menjaga berjaga (apapun juga hasilnya ... jangan susah apalagi menyusahkan lagi di alam ini ) . Terlepas dari pembenaran kebanggaan keakuan & kepentingan kemauan , dalam perspektif keEsaan apapun alamnya itu memang seharusnya adalah baik (setidaknya adil ... tepat bukan hanya sesuai dengan level batin zenka penghuninya namun juga demi keberlangsungan dimensi mandala alam tersebut). Misalnya begitu menderitanya seorang puthujjana yang masih sakau, galau & kacau dengan kesombongan, keserakahan & kebencian jika harus berada di level kemurnian nibbana (Well, para Asekha di dimensi ini harus melampaui niraya eksternal baru juga, lho dengan keberadaan penghuni baru ini demikian juga wilayah ini). Ini juga berlaku di level samsarik kamavacara juga, lho. Terkadang sangat memprihatinkan para guardian niraya yang mengurus jasa laundry pemurnian jiwa dari dosa mereka yang mengotori dirinya sendiri (So, sesungguhnya siapa menyiksa siapa, bro?) ketimbang para guardian svarga yang hanya melayani pengumbaran lobha kenikmatan atas pahala kebaikan jiwa hingga batas akhir depositonya. Well, penangguhan mungkin memang bisa diterima jika demikian (too risky for all ...jadi perlu alam antara pra pralaya?). So, biarkan advaita niyama dhamma melayakan keniscayaan yang tepat bagi semuanya secara transenden impersonal termasuk juga siklus pralaya (demi penyegaran atau pemusnahan ?) .
Finally , Tiga Pesan Abadi keheningan kosmik yang diungkapkan para Buddha : Jauhi kejahatan, jalani kebajikan, sucikan fikira Jauhi kejahatan namun dengan tanpa membencinya, Jalani kebajikan namun dengan tanpa melekatinya dan Sucikan fikiran namun dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya (Dhammapada : 183). Itulah paradigma (yang walau tampak terdengar "sederhana" namun sesungguhnya sangat sempurna / bijaksana ) wejangan para Buddha untuk bukan hanya melalui namun juga melampaui samsara menuju Nibbana yang direalisasikan dalam keterarahan /keselarasan simultan triade pemurnian Sila - Samadhi - Panna. Jadilah media kebaikan yang murni x media keburukan yang kacau bagi diri sendiri, makhluk lain dan living cosmic ini baik transendental, universal, eksistensial . senantiasa terjaga sebagai media impersonal akan figur personal samsariknya sehingga memungkinkannya untuk bukan hanya berjaga dari keterpedayaaan bahkan semakin memberdaya diri namun juga mampu menjaga untuk tidak hanya memperdaya lainnya namun justru memberdaya lainnya..... tetap orientasi berpandangan, berpribadi, berprilaku ariya apapun peran, dimanapun dimensi dan kapanpun situasi kondisinya. Menerima tanpa perlu kebencian, mengasihi tanpa perlu pelekatan , melampaui tanpa perlu merendahkan. So, jika keniscayaan pembebasan/ pencerahan/ pemberdayaan belum mampu tercapai, keselarasan tertib kosmik yang holistik, harmonis dan sinergik akan kebenaran, kebajikan dan kebijakan masih terjaga .... bagi diri sendiri, makhluk lain dan living cosmic ini.
REST FILE
Apapun yang terjadi, mencintai kebenaran adalah kemutlakan (bukan pilihan … karena jikapun tiada keselarasan dalam menyesuaikannya sebagaimana harusnya maka dengan keterpaksaan toh kita akan tetap menerima keniscayaan akan dampak karmic & effek kosmik nya juga .... jadi 'sami mawon' / sama saja ). Hidup dalam kebenaran seharusnyalah hidup dengan kebenaran juga. Keselarasan dalam Saddhamma .... Inilah cara untuk menjalani kebenaran itu dengan tanpa syarat apapun Well, bukan hanya "sekedar' demi membawa level evolusi pribadi yang lebih baik (eksistensial), menjaga harmoni dimensi yang semakin kondusif (universal) namun karena memang demikianlah amanah keselerasan yang ditetapkan untuk dijalani (transendental).... sinkronisasi peniscayaan berkah yang memang seharusnya dilakukan atas keniscayaan berkah yang sudah digariskan pada keberadaan, dalam kesemestaan oleh kesunyataan Impersonal Transenden ini. Be Realistcs to Realize the Real .....Untuk kesekian kalinya, apapun yang terjadi, mencintai kebenaran adalah kemutlakan (bukan pilihan … karena jikapun tiada keselarasan dalam menyesuaikannya sebagaimana harusnya maka dengan keterpaksaan toh kita akan tetap menerima keniscayaan akan dampak karmic & effek kosmik nya). Tidak perduli apakah nanti akan ada kemanunggalan dalam pencerahan ataupun kemusnahan untuk keseluruhan, tetaplah konsisten dalam transformasi spiritualitas yang harmonis autentik & sinergis atas kesemestaan baik eksistensial (diri pribadi), universal (alam kehidupan bersama) dan transcendental (sentra keberadaan segalanya).
Well, bahkan jikapun kemudian kami memang harus berperan sebagai petta apaya di lembah barzah (ataupun bahkan niraya lokantarika sekalipun) kami tetap berharap memory file ini kelak akan kembali selalu mengingatkan, menyadarkan & menguatkan kita dalam hikmah kebijakan atas kebajikan Kasih Tuhan pada kebenaran Mandala DhammaNya demi pertumbuhan perkembangan kebaikan & perbaikan selanjutnya ... untuk inilah segalanya dalam sisa hidup ini kami persembahkan bagi semua (termasuk diri kami juga tentu saja). Sejujurnya walau kami memang seharusnya mencintai kebenaran (atau lebih tepatnya : memang harus menerima kebenaran dalam kenyataan apapun juga itu) namun kami memang belum sepenuhnya melayakkan diri dalam menjalaninya (so ... apapun juga termasuk yang terburuk sekalipun bukankah juga layak jika kami /sebagaimana juga kita & mereka semua tentunya/ menerima keniscayaan sebagaimana adanya.) Memang sungkan & riskan harus jujur menyatakan idea kebenaran yang belum tentu memang demikian adanya (Well, seeker perlu bukti faktual kepastian yang nyata tidak sekedar peyakinan kepercayaan rasional dogmatis belaka ... semacam keberdayaan magga phala bagi ariya?) dan belum mampu juga dilayakkan dengan penempuhan apalagi memang terbuktikan dengan pencapaian & pencerahan yang diharapkan. Well, lagipula jika saja terjadi ada kesalah-fahaman ini bukan hanya bisa 'melukai ?' keberadaan/ kepentingan lainnya namun juga diri sendiri ... bukan hanya effek kosmik saja namun juga dampak karmik juga, lho. Terakhir , untuk kembali membumi lagi .... tanpa harus teralienasi obsesi internal & tiada perlu lagi ambisi eksternal ..... karena segalanya adalah keniscayaan yang harus dilayakkan dalam pemberdayaan (tidak sekedar kepercayaan apalagi pengharapan belaka) dan apapun juga itu adalah kebijaksanaanNya yang terbaik bagi kebaikan kita semua
Menghadapi = Menerima (eksistensial) - mengasihi (universal) - melampaui (transendental)
Sadhguru Yasudev quote : If you have eyes to see, if you have sensitivity to feel life inside you & ouside of you, everything is a miracle Jika anda memiliki mata untuk melihat, jika anda memiliki kepekaan untuk merasakan kehidupan di dalam anda & diluar anda, semuanya adalah keajaiban. Ini adalah empati, harmoni & sinergi kosmik bagi keteraturan, keselarasan & keterarahan Saddhama Panentheistics (secara filosofis/psikologis yang dalam penempuhan esoterisnya para yogi mistisi menembusnya secara pantheistic dan dalam pembumian kebersamaan eksoteris kita menerimanya sebagai faham monotheistics (terkadang agnostics ........guardian personal god ?)
Clip Sadhguru Yasudev : ts = speech 18s sd 1m5s. Welcome to Mahashivaratri 2020 Selamat datang ke Mahashivaratri 2020Living death is not a morbid idea Kematian dalam kehidupan bukanlah gagasan mengerikan It is a realityIni adalah kenyataan.We are all living death.Kita semua adalah kematian yang hidup.We can say we are living or we can say we are dying and it’s not different.Kita dapat mengatakan kita sedang hidup atau kita dapat mengatakan kita sedang mati (dan) itu bukanlah hal yang berbeda.They’re just two different words for the same process.Mereka hanyalah dua kata yang berbeda untuk proses yang samaDeath is not an event that happens once.Kematian bukanlah suatu peristiwa yang terjadi satu kali.Death is happening. It’s a process.Kematian adalah kejadian. Dia adalah suatu proses.One day it will be complete.Suatu hari ini akan terlengkapi.the most beautiful thing about life is nobody fails, everybody shall pass .(hal paling indah tentang kehidupan adalah tak seorangpun gagal, /namun demikian/ setiap orang hendaklah melaluinya /bertahan & berjuang hingga berhasil .?/ )
Well, penerimaan keterbatasan diri ini tidak dimaksudkan sebagai logical/illogical fallacy cari aman untuk rasionalisasi peninggian ide & irasionalisasi pembenaran ego bagi dalih kemalasan / pengalihan namun ini memang cara aman untuk menjaga kewaspadaan dari keterpedayaan. Membangun keseimbangan & keberimbangan dengan kebijaksanaan bukan hanya untuk tetap realistis dalam membumi namun juga untuk tetap merealisasi transformasi diri.
Just Simple Words to Begin and Fade Away (Hanya Kata-kata Sederhana untuk memulai dan kemudian Berlalu) Silence is the language of God. All else is poor translation. ~ RumiKeheningan adalah Bahasa Ilahiah. Segala lainnya hanyalah terjemahan semu adanya.
Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya..... Belajarlah meng-"esa"-kan diri dalam keseluruhan, kebersamaan dan kesemestaan....Kebahagiaan kita berbanding lurus dg kebijaksanaan kita namun berbanding terbalik dengan kemelekatan kita. Tdk semua yang kita inginkan akan menjadi kenyataan, tdk semua yang tdk kita inginkan tdk akan menjadi kenyataan. So, perlu kebijaksanaan untuk menerima kenyataan sebagaimana adanya dan tidak terlalu mengharuskan keinginan kita menjadi kenyataan..... Dunia mungkin hanya memandang dari produk pencapaian kita di permukaan, namun Tuhan sesungguhnya di kedalaman menilai kita dari proses penempuhan kita. So, jangan terkelabui oleh permainan duniawi karena dihadapanNya tidaklah penting harta kekayaan, nilai perolehan, kemuliaan diri dsb yang pada dasarnya hanyalah by product dampak samping dari perjalanan kehidupan ini. Dia lebih mengutamakan bagaimana cara kita mensikapi, menjalani dan mengatasi amanah kehidupan ini sebagai atsar amalan diri kita kelak. Bukan kaya miskin harta kekayaan, baik buruk nilai perolehan, mulia nista duniawi yang menjadi indikator bagiNya dalam menilai kualitas diri hambaNya tetapi seberapa ikhlas kita mensikapi , seberapa istiqomah kita berikhtiar menjalani dan seberapa tawakal kita menerima garisNya...Bagaikan biasan warna -warni pelangi yang berasal dari Sumber Cahaya Putih Cemerlang yang sama walau dalam dunia segalanya tampak berbeda di permukaannya, namun dalam Dharma segalanya menyatu dalam kesejatianNya.
Silence is the language of God.All else is poor translation. ~ RumiKeheningan adalah Bahasa Ilahiah. Segala lainnya ungkapan terjemahan semu belaka
Tiada kata yang seharusnya dipercaya (termasuk / terutama dari kami ) selain fakta (yang memang terjadi )(No Fact - No Truth - No Faith)tanpa dusta akan kebenaran sejati, tiada perlu duka untuk disesalkan nanti
BE RESPONSIBLE bertanggung jawablah
BE HUMBLE (dalam) kerendah-hatian BE TRUE (untuk menjadi) sejati
(Sekian)
TAMPAKNYA MEMANG SUDAH CUKUP (memang cuma itu bisanya ... maklum cuma padaparama dihetuka)Finally ,
Be True, Humble & Responsible(x fake, identificative & manipulative )Jadilah Sejati (sebagaimana nyatanya), Rendah hati (sebagaimana harusnya) & Bertanggung jawab (sebagaimana pastinya)
dengan kebijaksanaan akan penicsayaan keniscayaan dalam keseimbangan harmonisasi kewajaran membumi untuk keberimbangan transendensi kesadaran mendakibagi kecakapan, kelayakan & kewajaran untuk direalisasi
Hiduplah secara perwira sebagai Pemberdaya kehidupandan matilah sebagai ksatria tanpa terpedaya kematian Itulah persembahan kesejatian terbesar spesies manusiadalam keberadaan, kesemestaan dan kesunyataansebagai pecinta kebenaran
bukan hanya demi kemegahan duniawi untuk kekuasaan semu ingin dipujabukan sekedar demi pengharapan surgawi untuk balasan kebaikan sematabukan juga demi kebebasan tertinggi untuk kelayakan pemurnian belaka
karena memang demikianlah equilibirium homeostatis interconnected dalam Keselarasan Saddhamma memang niscaya selalu terjadi dan akan terus terjadidari keazalian, hingga keabadian Kebenaran Sang EsaHyang Nyata, Hidup, Murni (triade : wujud-kuasa-kasih)dalam mungkinnya keberadaan maupun ketiadaan diri
Amor Dei, Amor Fati(Jika cinta Tuhan cintailah juga GarisNya.) Dhammo have rakkhati dhammacarim (Dharma kebenaran akan melindungi para penempuhNya ) Gate Gate Paragate Parasamgate .... Bodhi Svaha (lampaui delusi apaya, sensasi surga, fantasi brahma ... murni terjaga, berjaga dan menjaga)Appamadena Sampadetha (berjuanglah untuk tidak lengah sebagai/selayak/selaras ariya) Wei Wu Wei (Just flow .... being totally conscious process ... action without actor & acting)Que Sera Sera ... Pantha Rei (Apapun yang terjadi terjadilah .... Biarlah semua mengalir apa adanya)
inilah waktu kami untuk berhenti & melepas Que sera sera. Pantha Rei. Apapun yang terjadi terjadilah. Biarkan semua mengalir apa adanya. Gitu aja koq repot ... nggak usah "meng-ada-ada" ("meng-ada" saja sudah susah) dianggap selesai ya .... posting & sharing ini. silakan lengkapi sendiri (buang - revisi atau ... terserah )
MAAF JIKA ADA CONTENT BLOG / VLOG KAMI YANG MEMBUAT ANDA TIDAK BERKENAN TERIMA KASIH ATAS DUKUNGAN , PERHATIAN & KUNJUNGANNYA SALAM
Well, apa yang sudah ditetapkan sudah cukup maksimal dijalankan, apa yang memang mampu dilakukan sudah cukup optimal dikerjakan, apa yang memang kebelum-fahaman/ ketidak-cakapan kami nyatanya toh juga sudah sejujurnya diungkapkan .... So, What's next ? Que Sera Sera ... Pantha Rei.
Penutup :Semoga wabah corona setelah menjalankan tugasnya merehat sejenak kehebohan duniawi kita akan berlalu dan membuat kita lebih bijak dan bajik lagi dalam memandang perspektif kehidupan dan keabadian ini secara lebih meluas dan mendalam sehingga pribadi lebih terarah dan prilaku tidak lagi tranyakan karena mulai memandang dengan tidak picik /dangkal lagi. Semoga semua makhluk berbahagia menerima segalanya, cukup bijaksana untuk tetap seimbang dan berimbang memberdayakan spiritualitas individualitas/ universalitas diri & lainnya dalam penempuhannya. Kehidupan adalah episode Drama kosmik keabadian yang perlu kebijaksanaan agar senantiasa sadar terjaga dengan segala kemungkinan yang ada, mengembangkan keberdayaan kecakapan dan meningkatkan kebijaksanaan untuk setiap situasi dan kondisi yang terjadi ....segala kebajikan murni dijalani dan kelayakan wajar diterima sebagaimana adanya …. Menerima, mengasihi dan melampaui segalanya tanpa perlu lobha dan dosa (karena memang tiada yang perlu terlalu dilekati apalagi harus dibenci dalam 'dagelan' internal universal ini), tanpa perlu kesombongan dan kedengkian (karena walau berbeda dalam labeling /leveling keberadaannya segalanya berpadu setara bersama untuk melengkapi keragaman posisi pada mandala keabadian living kosmik yang sama), tanpa perlu avijja pembodohan diri dan asava pembodohan lainnya (karena akan senantiasa ada dampak impersonal transenden dari segala kecerobohan individual /pelanggaran universal yang personal imanen ) dalam kelanjutan permainan keabadian ini....bahkan jikapun akhirnya nanti ada kemungkinan mahapralaya total (seluruh mandala ini sirna karena sunyata keterjagaan atau bahkan niskala kebinasaan sentra yang meliputi segalanya). Setiap keakuan/kesombongan akan menjatuhkan, ketagihan/ ketamakan akan menjerat dan kekesalan/ kezaliman akan menghancurkan (walau mungkin bisa berakibat pada lainnya namun pastilah mengenai dirinya sendiri saat itu dan dampak karmik selanjutnya ) demikian pula sebaliknya.
inget penutup : http://teguhqi.blogspot.com/2014/07/pilpres-jokowi-2014.html Baiklah, segenap idea tampaknya sudah tersingkap – seluruh kata tampaknya juga cukup terungkap. Sementara perjalanan kehidupan belum selesai , penjelajahan keabadianpun belum juga usai. Masih banyak pekerjaan yang tertunda, begitu banyak kegiatan yang belum dikerjakan. Saya kira tidak ada lagi yang perlu dikatakan walau masih banyak yang ingin dibicarakan. Adalah Haq untuk menyatakan seperlunya saja sesuai kehendakNya dari kemungkinan hak untuk mengatakan semua yang diinginkan belaka.
Jika ada kebaikan itu dari Tuhan karena Dialah sumber dari segala keberadaan, kebenaran dan keindahan yang Haq dimana setiap makhluknya hanya dapat memantulkan kemuliaanNya hanya sebatas keterbatasannya (Dimuliakan Tuhan Hyang Maha Sempurna di atas segalanya – sehingga tiada haq bagi kita untuk sedikitpun berbangga di hadapanNya). Jika ada kesalahan dalam artikel ini maka ini sepenuhnya kekhilafan saya dalam menafsirkan dan memantulkan pengertian dari pembelajaran keabadian yang diberikanNya dalam pemberdayaan kehidupan ini (Dan untuk itu izinkan saya istighfar dan mohon maaf atas kekurangan ini.)Ya, Tuhan. Begitu luas dan dalamnya hikmah kebenaran ilmu-Mu (yang sangat transcendental, transrasional dan translingual – melampaui fananya keberadaan, terbatasnya penalaran dan jangkauan kebahasaan). Setiap saat keterbatasan intelek dan intuisi menjelajahi cahaya ilmu-Mu, Kau bukakan gerbang ilmu lainnya yang lebih luas untuk kembali dijangkau sebagai fakta, direngkuh dalam idea, dan diungkap dengan kata. Dan demikian selalu berlanjut (walau memang harus diakui ada kegairahan jiwa yang ingin dewasa untuk berusaha menyibaknya dalam kegelisahan hati untuk merengkuhnya dalam mandala global idea pada keterbatasan akal untuk mengungkapkannya dalam rangkaian linear kata agar bisa dilaksanakan melalui tindakan nyata.)(Well, tampaknya sebagaimana karya yang lain, artikel ini mungkin memang tidak akan pernah tuntas selesai walau deadline sudah habis dan diperpanjang terus – menerus ….. Jadi, yah, diterima, dimaklumi dan dianggap selesai saja. Gitu aja koq repot).Wasalam. ASemoga semua cukup dewasa & wasesa untuk senantiasa memang benar terjaga agar tetap murni berdaya dan kemudian tepat bahagia
So, Semoga segalanya cukup terjaga untuk bijaksana memahami samsara permainan abadi kehidupan ini Semoga segalanya makin berdaya untuk melampaui dilemmatika amanah tanggung jawab pemeranan yang diterima Semoga segalanya mampu berbahagia untuk mengasihi konsekuensi interconnected logis yang terjadi
DARI = ALL IDEA == https://share2seekers.blogspot.com/2022/05/all-idea-rekap.html REKAP IDEA
REHAT DULU (22052022)/REKAP IDEA/NEW/03 DS SHARE2SEEKER 21052022 ALL IDEA OKE.docx
6450521
REHAT DULU (22052022)/REKAP IDEA/NEW/03 DS SHARE2SEEKER 21052022 ALL IDEA OKE.pdf
5491973
REKAP IDEA
REHAT DULU (22052022)/REKAP IDEA/NEW/03 DS SHARE2SEEKER 21052022 ALL IDEA OKE.docx | 6450521 |
REHAT DULU (22052022)/REKAP IDEA/NEW/03 DS SHARE2SEEKER 21052022 ALL IDEA OKE.pdf | 5491973 |
QUE SERA SERA, PANTHA REI .... SUCHNESS PHILOSOPHYapapun yang terjadi terjadilah , biarkanlah segalanya mengalir apa adanya sebagaimana harusnya ..... Paradigma Kesedemikianan.Paradigma kesedemikianan untuk keselarasan dalam keniscayaan (Parama Dharma - Mandala Advaita - Formula Swadika)
Sadhguru Yasudev Quotes : Every human being should know the highest possibilities in life are, Whether they will walk the path all the way or not is up to them.Setiap manusia seharusnya mengetahui apa kemungkinan tertinggi dalam hidup. Apakah mereka akan menempuh jalan itu sepenuhnya atau tidak adalah terserah mereka.
Konsideran Dilemmatik : HUJJAH MULIA UNTUK KEMBALI BUNGKAM, SEEKER ? bungkam itu aman & nyamanTampaknya selama ini kami hanya berputar-putar saja …Walau sesungguhnya memang sungkan karena masih rendahnya kenyataan autentik dalam level spiritual dan memang riskan karena tetap perlu keberadaan harmonis dalam label eksistensial , namun tampaknya pandangan esoteric yang tersembunyi (disembunyikan?) di kedalaman ini memang seharusnya muncul ke permukaan demi kebijakan pengertian & kebajikan penempuhan untuk mempermudah pencerahan selanjutnya.Hidup adalah pilihan. Sebagai seeker kami memang memilih pandangan panentheistic ini untuk menjaga arah pandangan yang relative lebih benar, bijak & bajik dalam keseluruhan untuk senantiasa true, humble & responsible selaras dengan realitas kenyataan yang terjadi.Segalanya (aneka keberadaan laten deitas dsb) tampaknya memang berawal dari Sentra KeIlahian Satu yang sama (Impersonal Transenden God?) dan berada dalam mandala DeitasNya kemudian secara ideal laten Deitas seharusnya akan kembali kepadaNya … namun dikarenakan orientasi berpandangan, berpribadi & berprilaku serta realisasi penempuhan, pencapaian & pencerahannya akan mencapai level yang berbeda walau dalam area mandala deitas keIlahian yang sama . Kami mengutarakan ini dengan tanpa maksud sama sekali untuk membela yang satu apalagi harus mencela lainnya namun ini agar kita memang harus tetap swadika untuk bijaksana menerima keniscayaan atas kesedemikian konsekuensi logis & ethis yang secara kosmik berlaku. Well, harmoni dimensi memang perlu dilakukan dalam peran semesta ini demi kebersamaan namun evolusi pribadi tampaknya memang tetap harus dilakukan secara mandiri dalam kesendirian sebagaimana harusnya (aktualisasi impersonal > transaksi personal > defisiensi individual)
1. bungkam karena : kerepotan eksternal atau keribetan internal (dalih excusitis kenyaman penghindaran ?)kutipan : Corona 5 SEEKER PROJECT FOREVER (gnosis wisdom exodus) masih ribet & repot .... banyak beban tugas dari peran eksistensial diri yang perlu pemantasan & ketuntasan. Rehat . CORONA 5 Tampaknya saat ini situasi kondisi sudah mulai cukup kondusif ... virus sudah adaptif & imun vaksinasi - iman resistensi sudah kembali effektif ? Dunia sudah tidak lagi galau dan mulai normal lagi berputar .... antara sakau mengumbar keakuan/kemauan dan mulai kacau menebar kebencian/ kerusakan seperti biasanya ? (konflik luar /dalam negeri sudah mulai lagi ... jika tidak pekok & heboh (kasar ? ganti saja : sakau dan kacau ... terserahlah) hidup memang tampak terasa tidak 'hidup',ya... ? Hehehe. Tetaplah waspada untuk tetap terjaga, ah ... agar bisa menjaga & berjaga .... intinya jangan lengah terpedaya senantiasa memberdaya ... bersamaan dengan proses berjalannya waktu tanpa dapat dicegah kita semakin tua melapuk (walau tidak berarti mencapai kedewasaan psikologis apalagi pencerahan spiritual) ... tanpa covid kita masih tetap bisa sakit. bahkan tanpa sakit kita bisa saja mati (konsekuensi dualitas kehidupan) plus kelanjutannya juga, lho ... karena sebagaimana kita saat ini yang secara akumulatif terniscayakan faktor karmik/kosmik lampau diri kita dulunya demikian juga nanti ... well, setiap diri pada hakekatnya sedang melayakkan dampak effek akumulatif dirinya secara karmik/kosmik demi saat nanti melalui tindakan batiniah/zahiriah dirinya sendiri sebelumnya. So, perhatikan sikap batin & tindakan (mental, verbal & aktual) kita di setiap kekinian dimanapun dalam sikon & peran apapun juga. Jadi inget Sang Ariya Buddha Gautama & Bhante Moggalana yang walau telah mencapai Nibbana sekalipun tetap harus menanggung beban karmik dosa/ kesalahan dari kehidupan samsarik lampaunya (apalagi kita yang nota bene belum mencapai layer evolusi pribadi lokuttara masih di bawah level brahmanda bahkan tersekap dalam peran label kamavacara). Bagaikan bayang-bayang yang mengikuti keberadaan diri demikianlah dampak karmik/ effek kosmik kebodohan, kesalahan & keburukan berpandangan, berpribadi dan berprilaku akan menyertai perjalanan kehidupan keabadian kita ... cepat atau lambat (dalam peran dagelan nama rupa saat ini atau setelah ini ataupun pada saatnya nanti ) apa yang dituai niscaya akan kita petik juga buahnya. Well,demi keutamaan untuk menjaga keperwiraan, keterjagaan dan kewaspadaan yang lebih dewasa (utama, benar & nyata) tetaplah reseptif & antisipatif untuk menjadi autentik & holistik dalam kesedemikianan tertib kosmik keseluruhan ini ... nafikan sementara walaupun mungkin memang senantiasa tetap ada kemungkinan ahosi karma , fasilitasi pengampunan / pelimpahan lainnya yang bisa saja terjadi (aktualitatif > identifikatif > eksploitatif). Dengan demikian Evolusi pribadi , Harmoni dimensi & Sinergi Valensi tetap berjalan selaras dan terniscayakan kelayakannya secara murni sebagaimana harusnya secara eksistensial, universal & transendental. Keutamaan > Kebenaran > Kenyataan ... ada bonus nilai plus untuk meningkatkan/melampaui kualitas kelayakan yang lebih baik yang juga mencegah keterpedayaan yang menjatuhkan (optimis kepercayaan diri atau opurtunis pengharapan lainnya ?) dan faktisitas pembatasan (dinamika konfiguratif keberuntungan eksistensial atau kemalangan universal ) yang mungkin juga akan terjadi. DSTLANJUT NANTI SAJA ... PC utama hang, tinggal NB tua untuk tugas lainnya. AKHIRNYA SUDAH BISA LAGI ... Kecapekan kali ... kirain sudah almarhum VGA atau memorynya.
2. bungkam karena : kesungkanan & keriskanan (sensitivitas & stabilitas yang sudah ada )
Sesungguhnya tiada maksud sedikitpun dari kami untuk bersengaja berputar-putar selama ini. Sudah coba kami lakukan berkali-kali posting (puluhan bahkan lebih di seluruh blog kami, antara lain : just for seeker, limbah hikmah, dll) untuk memformulasikan paradigma kesedemikianan ini secara sistematis dan terstruktur sebagaimana yang kami harapkan ... walau kami tahu sesungguhnya ini sangat sungkan dan riskan untuk mengutarakannya. Kami sungkan karena kami harus tahu diri akan level kelayakan pribadi kami sendiri dan sungkan karena ini bukan hanya akan memposisikan diri kami tersudutkan bukan hanya sebagai public enemy namun bisa jadi cosmic enemy dikarenakan akan tampak sebagai kontroversi pandangan yang memyimpang dan bisa jadi dianggap membahayakan ? link AM Semula kami coba memberanikan diri hanya sekedar share dalam judul Suceng Selon Seeker ... namun ternyata seperti biasa macet dalam menuliskan aliran pemikiran tersebut ... padahal biasanya jika dalam kondisi bebas bisa lepas spontan leluasa mengalir. Mungkin ini - meminjam istilah teori quantum learning - dikarenakan otak kita pada dasarnya adalah prosesor visual ketimbang verbal yang susah mengutarakan keseluruhan yang utuh secara linear ? Jadi biarkan saja kami gunakan posting ini untuk membuka keran idea denga menuliskan apa saja yang mampu kami ungkapkan untuk kemudian kami edit untuk yang patut di-share saja. Tak usah dibaca karena fikiran kera (istilah meditator) ini akan melompat-lompat ...Suceng ? suceng maksudnya jujur apa adanya.... tidak masalah menang atau kalah yang penting benar dan tidak salah . (Fair Play) link FBSuceng sesungguhnya istilah para penjudi (ketahuan mantan petaruh tetapi kalahan, lho... kami memang bukan orang baik-baik dalam artian hidup bersih, saleh dan lurus sejak dulu ... sekarang ? semoga tidak ulangi lagu lama, ah ... sudah tua. Ibarat pohon kayu sudah gapuk melapuk menunggu maut) Jadi ingat nostalgia tempo doeloe ketika masih pekok dan heboh ... mbambung kabur kanginan (istilah jawa : keluyuran tanpa jelas arah tujuan) hingga suatu saat kami menanyakan pada diri sendiri tentang apa arti hidup ini ,mengapa kehidupan yang tidak pasti seperti ini harus kami jalani dan bagaimana harusnya kami mengamati, mengalami dan mengatasi grand desain sistem kosmik ini. Itu adalah titik balik diri untuk kembali wajar sebagaimana kebanyakan orang dan juga bahkan untuk menjadi sadar sebagai seorang seeker tentang hakekat permainan kehidupan ini. Paska reformasi 1998, dalam kewajaran beragama keluarga (sebagai muslim) kami juga menjelajah ke berbagai tempat untuk belajar agama dan norma kosmik lainnya (Kristen, Buddhisme, Mystics, etc). Kami ingat setelah bersama seorang teman Buddhist ikut diklat manggala dharma di Vihara Mendut akhirnya kami pergi ke Jakarta ke Vihara Dhamma Cakka untuk belajar Abhidhamma kepada (mendiang) Bapak Pandit J Kaharuddin (namun gagal ... walau sudah berpapasan sebetulnya ... seorang mahasiswa STAB memberi kami buku Mahasatipatthana saat itu ... tanpa tahu arti pentingnya saaat itu ; disamping itu kami juga ke Radha Soami satsang beas memperoleh referensi mystics dari tokoh pengurusnya dan Anand Khrisna Ashram meditasi katarsiS osho therapy stress managemen dan bertemu seorang penempuh lainnya. Well, pengalaman berkesan sebagai seeker ... sebelum kami akhirnya memutuskan untuk kembali wajar membumi hingga saat ini. Selon ? selon juga istilah para penjudi artinya puputan, habis-habisan ... nekat mempertaruhkan segala yang dimilikinya di meja taruhan Seeker ? istilah umum untuk pencari kebenaran (sebatas referensi seperti kami truth seeker namun belum menempuh/menembus realisasi True Seeker .padaparama ?)
3 Pertanyaan Mendasar = JUST SAY REKAP (pertanyaan eksistensial diri seeker ?)1. WHAT = apa arti hidup ini ,2. WHY = mengapa kehidupan yang tidak pasti seperti ini harus kami jalani dan 3. HOW = bagaimana harusnya kami mengamati, mengalami dan mengatasi grand desain sistem kosmik ini. Itu adalah titik balik diri untuk kembali wajar sebagaimana kebanyakan orang dan juga bahkan untuk menjadi sadar sebagai seorang seeker tentang hakekat permainan kehidupan ini. Susah juga mengutarakan ini
Langsung saja, kelamaan ...apa itu monkey mind awalnya tadi ? pengakuan dosa atau pengemasan kerendahan hati ? mengagungkan ketinggian diri memang akan jelas tampak sebagai kesombongan yang tersurat namun menunjukan kerendahan hati itu terasa seperti pengalihan diri dan bahkan pembanggaan diri yang tersirat ?Walau tanpa energi (kemarahan seperti biasanya ?) dengan kesadaran niatan untuk sekedar menuntaskan janji untuk berbagi walau tanpa pemantasan kemasan normatif religius spiritual yang sebagaimana harusnya ... kami ungkapkan hipotesis paradigma ini. Bisa jadi ini akan menjadi gelombang liar pengertian yang akan memporak-porandakan kemapanan lautan yang tenang ... hening dalam kesemuan, mapan dalam ketidak-mengertian bahkan kokoh dengan bangunan kepalsuannya. Saatnya kita memahami Grand Design permainan keabadian ... dagelan nama rupa di seluruh mandala ini hingga kita mampu beraktualisasi secara holistik, harmonis dan sinergik dengan tanpa perlu mengalienasi diri (Mystic pantheistic or paradigma sudhavasa ? ) apalagi saling mengeksploitasi (atta & loka dipatheyya). Being true, humble & responsible adalah keniscayaan yang seharusnya sadar dilakukan karena kaidah kosmik yang transenden impersonal tidak naif butuh pengakuan, liar rakus perhatian dan tetap suci dalam kearifanNya atas liarnya kebebasan yang dibiarkan tersebut akan memaksakan segalanya yang terlingkup dalam script skenario drama dalam dharma ini, Sadarilah sesungguhnya kita senantiasa berhadapan dan berada dalam Dia yang jeli, suci dan adil demi ketertiban kosmik mandalaNya. Kita tidak mungkin mampu berdusta, mengagungkan diri apalagi lari dari tanggung jawab karena segalanya tergurat jelas di antahkarana jiwa dan impersonaly/ automatically akan keterniscayakan proses kelanjutannya sesuai dengan avijja kebebasan yang diberikanNya ( juga termasuk untuk KeIlahian Impersonal Transenden Lokuttara > Keilahian Transpersonal Brahmanda > KeIlahian Personal Kamavaca ?).
BAHASAN = kerusuhan REFORMASI 1998 menjarah, etc ? kebiadaban bangsa (yang menganggap/mengharap diri) beradab ? Haruskah demi transisi sejarah manusia (reformasi, revolusi, suksesi kepemimpinan etc) perlu mengorbankan sisi kemanusiaan kita. Niat (buruk/ busuk) bisa tersirat dirasionalisasikan pembenarannya namun cara tetaplah yang menentukan karakteristik personalitas diri kita sebenarnya . Para satrio piningit ... seluruh warga bangsa (apapun agama, ras suku anda) ... jadilah pemimpin yang bisa ngemong (menjaga kebersamaan) bukan hanya pemimpi yang asal ngomong (menghasut perselisihan). Siapapun orangnya terserah yang penting caranya nggenah & membawa berkah. Keberadaan sebagai manusia adalah amanah yang susah dicapai (bagaikan peluang kura-kura buta, Buddhist?) bukanlah sekedar anugerah istimewa yang diberikan agar kita merasa bebas seenaknya untuk berhak menggunakannya untuk membuat musibah (bukan kepada diri sendiri saja yang sudah pasti namun akan berlipat ekstra jika ditujukan pada lainnya ... ingat mandala ini homeostatis yang interconnected dalam equilibirium ... kita tidak akan pernah mungkin bisa menyakiti yang lain tanpa melukai diri kita sendiri - Kaidah kosmik tentang Kasih ). Bagaimana mungkin kita merasa patut akan dapatkan surga kelak jika kita senantiasa membuat neraka (kebencian, kejahilan & kerakusan) kepada diri sendiri dan menyebarkan neraka (kerakusan, kekejaman & kebejatan) kepada lainnya. Di dimensi terburuk mandala ini (bahkan niraya lokantarika sekalipun) jiwa ini walau tetap terpaksa diterima demi keseluruhan namun tidak akan dirindukan/ diharapkan keberadaannya apalagi di dimensi yang lebih mulia (surga / termasuk : eteris & duniawi juga, lho/ - selain surga nikmat astral perolehan kebaikan , surga hikmat mental triloka keahlian penciptaan ; bahkan kembali ke dimensi ilahiah samsarik jhana 1 sd 3 abhasara etc , mantap seimbang di jhana 4 atau terlelap di anenja brahma, swadika di suddhavasa (tanpa delusi lobha, dosa dalam keEsaan ) bahkan lokuttara nibbana (tanpa juga moha "diri' - 'alam' - 'inti"). LINK : MUSTARIH VS MUSTAROHWell, walau secara pribadi kami memandang setiap level, layer dan label keberadaan (baik nista atau mulia) tetap setara dan mutlak ada dalam desain holistik keseluruhan ini ... namun layakkan diri untuk senantiasa selaras dalam kaidah kosmik Dharma (Dharma kebenaran yang tersirat dari Dhamma kenyataan yang tersurat ) walau karena Avijja kita seakan bebas menyimpang juga dengan konsekuensi dampak karmik pada setiap effek kosmik secara internal dan eksternal. Keberadaan manusia adalah keberadaan mediocre (sebagaimana juga chaurasi keberadaan lainnya kita kelak .. 84 juta jenis keberadaan di alam semesta alamiah / layer mandala ilahiah ini, yogin ? termasuk petta asura/yakha di barzah eteris karena kelekatan eksistensi , pengharapan & penganggapan tanpa peniscayaan kelayakan ke dimensi yang lebih murni, hewan karena standar kebuasan/ kebodohan kita dominan untuk melayakkan ke level ini , 'Laundry' niraya karena parahnya antahkarana batin 'setan' kita (internal bukan eksternal, lho .... moha, lobha & dosa - kepekokan/kehebohan , kecanduan/ kerakusan , kebencian / kekejaman ... asava MLD keakuan/ kemauan kita sendiri itulah 'konsep' setan sesungguhnya), dst. Kami tidak menafikan adanya pelabelan umum 'figur' kosmik tertentu sebagai "setan" (?) seperti para petta , asura , mara dsb. Tiada maksud sedikitpun dari kami untuk membela pandangan kami atau mencela anggapan tersebut namun bisakah kita melihat segala sesuatu dalam perspektif yang lebih luas dan arif akan desain kosmik yang ada ... ada sejumlah petta yang tampak mengerikan karena ketidak -beruntungan dalam proses kematiannya (kecelakaan, penyakit etc) , tidak semua yang terjatuh (asura) atau hanya mampu mencapai level rendah (yakha) bahkan yang harus menanggung beban kecenderungan sebagai hewan ataupun membersihkan noda batin di niraya . Hargai keberadaan segalanya yang saat ini menjalani beban peran yang ditanggungnya (reaktif atau responsif untuk pelayakan berikutnya ?). Hati-hatilah bisa jadi yang kita cela adalah yang kita puja adanya atau bahkan berempatilah karena mungkin bisa jadi itulah justru diri kita sendiri nantinya. Dalam desain kosmik yang dinamis dalam proses evolusinya ini sesungguhnya tidak perlu mencela atau membela apapun juga .... karena setiap dari yang ada sesungguhnya adalah bagian dari keseluruhan yang sama. Sebagaimana bola yang kita lempar ke dinding akan kembali terpantul ke kita demikianlah segala pandangan / tindakan akan berbalik kepada empunya. Intinya : pring podo pring ... ojo daksiyo marang sasomo (segalanya hakekatnya beresensi sama asalnya .. walau beda buihnya namun tetaplah air di lautan yang sama adanya. Tak perlu merendahkan lainnya. Ojo dumeh ?). Dalam kesedemikian ini bukan karena penganggapan / pengharapan namun keselarasan peniscayaan yang senantiasa terjadi akhirnya. Link data : promo neraka90803
165987
Link video : Bhante Pannavarro : delapan kondisi tidak menguntungkan
Direct Speech SUCHNESS PHILOSOPHY ... Paradigma Kesedemikianan (Desain , Kaidah & Metode Kosmik )Kutipan Avijja ... kebodohan dipandang sebagai 'kewajaran" ?
90803 | |
165987 |
PARAMA DHARMA : Just Idea ...Avijja ... kebodohan ini keburukan atau kebutuhan ?Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian samsarik yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini. Well, The Greatest evil is Ignorance Kejahatan terbesar adalah (karena?) Avidya ketidak-tahuanWalau dalam pengetahuan ketidak-tahuan akan realitas (kaidah panentheistik?) ini istilah evil (kejahatan/ keburukan) yang digunakan mistisi Sadhguru Yasudev tersebut tidak terlalu salah sebagaimana juga terma avijja kebodohan yang digunakan Samma Sambuddha Gautama namun demikian dalam realisasi penempuhan holistik demi penembusan, pencapaian & pencerahan yang bukan hanya murni dan benar tetapi juga bijak dan tepat untuk mensikapi itu sebagai 'kewajaran' yang harus diterima untuk dihadapi dan difahami agar secara bijaksana dapat dilampaui dengan kesadaran (terhindar dari jebakan konseptual, jeratan identifikatif & sekapan dualisme inference paradoks spiritual MLD yang sangat mungkin terjadi. Well, untuk keniscayaan dalam kesedemikianan yang terjadi perlu keselarasan akan kelayakan dalam keberadaaan dan keberdayaan yang memadai. (transendensi kebijaksanaan pemberdayaan berkembang & berimbang melampaui pemakluman faktitas eksternal untuk diterima keterbatasan & pembatasannya ). bagaikan menumbuh-kembangkan bunga teratai di kolam lumpur yang keruh.KEDEWASAAN PENCERAHAN The disaster in this planet is not an earthquake, not volcano, not a tsunami.The true disaster is human ignorance. This is the only disaster. Ignorance is the only disaster.Enlightenment is the only solution, there is really no other solution, please see -You need a subjective perception of life.so spiritual process if it has become alive … this is not about renunciation. This is just about living sensibily.Bencana di planet ini bukanlah gempa bumi, bukan (letusan) gunung berapi, bukan tsunami.Bencana sebenarnya adalah ketidaktahuan manusia. Ini satu-satunya bencana. Ketidaktahuan adalah satu-satunya bencana. Pencerahan adalah satu-satunya solusi, benar-benar tidak ada solusi lain, silakan lihat -Anda membutuhkan persepsi subjektif tentang kehidupan.Jadi proses spiritual jika telah menjadi hidup… ini bukan (hanya?) tentang pelepasan keduniawian. Ini (tepatnya?) hanya tentang hidup dengan bijaksanaBAHASAN = TENTANG AVIJJA Walau avijja secara etika kosmik adalah penyimpangan keselarasan namun ini membuat keberagaman (seperti biasan pelangi dari cahaya mentari yang sama)Mungkin sangat sensitif dan agak provokatif jika kami menyatakan ... ADA SESUATU YANG MUNGKIN BELUM DIKETAHUI KITA SEMUANYA TERMASUK JUGA YANG BELUM DISADARI PARA TUHAN, DIHAYATI PARA BRAHMA BAHKAN DIFAHAMI PARA BUDDHA SEKALIPUN ..... DALAM PERMAINAN DRAMA DALAM DARMA DARI KEAZALIAN HINGGA KEABADIAN YANG SUDAH, SEDANG DAN AKAN BERLANGSUNG SELAMA INI .... Triade labirin paradoks diri - alam - inti dalam drama abadi dari fase azali hingga nanti ini (label eksistensial - layer universal - level transendental) dengan 'maha avijja' sebagai skenario samsariknya dan 'parama dhamma' sebagai desain holistiknya memang sangat complicated (jangankan untuk dilampaui dalam penembusan , untuk dijalani dalam penempuhan bahkan difahami dalam pengetahuan saja sulit & rumit ) Sial .. kenapa terasa/ terkesan sombong dan lancang ... padahal ini hanya asumsi filosofis yang berdasarkan inferensi belaka ( bisa jadi hanya imaginasi bahkan halusinasi bukan realisasi empiris sebagaimana harusnya ? ... Tampaknya memang wadah batin ini memang kacau ... sesungguhnya bukan hanya kesungkanan (keresahan karena rendah hati atau mungkin tepatnya rendah diri ... minder akan kualifikasi ideal untuk membabarkan dhamma ) apalagi keriskanan (kecemasan tersudutkan sebagai public enemy bahkan cosmic enemy karena membeberkan avijja) namun disamping ruwet & rumitnya permasalahan banyak kekesalan di dalam (pantas ... baru bicara jika marah rasionalisasi pembenaran karena dibodohi, dijahili & dizalimi ? ... Spiritualitas walau dalam perspektif holistik sesungguhnya memang sederhana namun dalam kerinduan beraktualisasi selaras denganNya tidaklah gampang ... Well, susah juga untuk mukhlish murni , begitu mudah untuk muflis bangkrut nantinya)
Bagaimana ini ? Bikin link pilahan dulu supaya idea tidak ruwet ...Gagasan utama , gagasan baru, referensi lama , link rujukan (data / media) , etc . REHAT DULU ... walau externally tidak repot, namun internally masih ribet ...SIAL ... gangguan eksternal lagi. (TEPATNYA : TERGANGGU EXTERNALLY .... KARENA BATIN WALAU SUDAH TUA NAMUN MASIH BELUM DEWASA ... tidak ada yang salah dengan yang di luar karena fenomena kesedemikianan memang bisa jadi akan seperti itu akumulasi peniscayaannya .... kebodohan, kesalahan dan keburukan (walau tanpa menafikan trigger eksternal namun hendaknya dipandang dalam keperwiraan demi proses pemberdayaan tumbuh berkembangnya kebijaksanaan holistik berikutnya adalah mutlak ketidak-tepatan atau kebelum-manpuan sikap batin internal dengan tanpa mmbuat celah mencari cela apalagi celaka lainnya untuk seharusnya senantiasa menerima, mengasihi dan melampauinya ... menerima apapun juga kenyataan eksternal ? walau sulit bersikap realistis adalah eksistensialitas sikap batin yang memang harus dilakukan baik dengan keswadikaan atau dengan keterpaksaan ? - mengasihi keberadaan siapapun saja ? susah tetapi kaidah kasih universal juga harus dikembangkan untuk universalisasi diri - melampaui apa ? melampaui diri sendiri bukan figur lain ... cangkang keterbatasan avijja diri (?) akan impersonal reality dari keseluruhan / kesedemikian ini sebagai esensi kemurnian transendental tidak hanya medan energi keilahian universal apalagi sekedar figure massive pemeran keberadaan eksistensial ). Ribet ... terpaksa pakai cara deduktif tidak lagi induktif majeutike, socrates ? Jadi dogmatis ?... waspada spiritual materialism ( Just idea ? hanya pandangan kebijaksanaan untuk sadar akan perspektif keseluruhan di kedalaman namun tetap wajar adaptif dalam dagelan nama-rupa yang harus diperankan ke permukaan ... bukan belenggu untuk fanatisme apalagi militansi agar tidak terjatuh dalam 'sacred monistic' beranggapan sempurna bagi standar ganda pengagungan diri untuk pembenaran addhamma bagi kepentingan selfish directly secara kasar / indirectly secara lihai (dalil demi dalih, etc). Just area ? memandang keberagaman layer, level & label sebagai gradasi pelangi mentari ketimbang hirarki kemuliaan. Just method ? bukan doktrin kepercayaan hanya metode pemberdayaan ( alternatif yang senatiasa harus disikapi terjaga & terbuka bagi pembuktian & perevisian tanpa pelekatan ... walau benar secara Realitas Saddhama sekalipun apalagi jika sebaliknya )
3. bungkam karena : ketepatan & kepatutan ( dialektika paradigma & rhetorika komunikatif ?)KONSIDERAN berbicara = Berkata harus benar tetapi tidak senua yang benar harus dikatakan prolog tentang pandangan Konsideran mistisi sufisme & ahli hikmah Meminjam istilah Mistisi Ibn Araby ('biar hati ini menjadi makam bagi rahasia-rahasia')., mungkin akan menjadi nyaman juga bagi diri sendiri dan keseluruhan jika kemudian kami senantiasa menundanya dan menguburnya kembali dan berkata dalam hati biarkan logika pemikiran ini tetap tersimpan aman di tempatnya karena memang tidak harus, perlu dan patut untuk diungkapkan ke permukaan. Jalaludin Rumi : tentang hikmah (Dilema Faqir) = Janganlah kamu berlaku zalim dengan tidak memberi kepada orang yang berhak menerimanya. namun janganlah kamu berlaku fasik dengan memberi kepada orang yang belum layak menerimanya. Ali b Abu Tholib : https://kalamadharma.blogspot.com/2018/11/blog-post.htmlSeorang ahli hikmah (mungkin Ali b Abu Thalib ra) ada menyatakan : bicaralah hanya ketika anda memang perlu bicara namun janganlah bicara jika hanya ingin bicara .... mungkin ini dimaksudkan agar hanya kebenaran, kebajikan dan kebijakan yang terungkapkan dengan kesadaran holistik, ketulusan harmonis dan kepolosan autentik bukan sekedar estetika hipocricy kepantasan , apalagi kepicikan yang kasar (reaktif paranoid neurotik) dan kelicikan yang lihai (manipulatif, provokatif , intimidatif). Cahaya (esensi murni) tampaknya memang seharusnya meniscayakan pelayakannya sebagaimana cahaya secara alami dan murni yang (maaf) bukan 'hanya' berguna memberdayakan untuk terpancarkan ke permukaan namun terutama demi pemurnian/kemurnian di kedalaman. Terlalu 'rendah' dan justru akan me'rendah'kan saja jika internal drive kewajaran peniscayaan ternodai eksternal motive kepamrihan pemantasan apalagi pengharapan demi sekedar kebanggaan pengakuan dan atau pembenaran kepentingan belaka. .....(walau mungkin ini bisa juga rambatan keakuan yang lain untuk kesemuan pengharapan perfectionist atau jangan jangan karena kekikiran tidak ingin interaksi berbagi ... entahlah ... yang jelas mood untuk spontan meng-inferensi data dan mengekspresikan idea masih macet saat ini ).
spirituality is simple but not easy spiritualitas sebenarnya sederhana namun tidak mudah (difahami & dijalani )
Tampaknya memang cukup mendesak untuk perlu langsung dituntaskan segera. Walau sejujurnya harus melompat dua langkah agar langsung deduktif hypothesis tanpa lagi melalui tahapan induktif terstruktur (?) dari rancangan semula yang terus menerus 'mbulet' berputar-putar saja. Tanpa referensi yang memadai bahkan tiada realisasi sama sekali malu / ragu dan agak riskan/ sungkan juga karena akan bersinggungan / berbenturan (?) dengan risalah ajaran yang sudah mapan terbumikan.... inilah hipotesis paradigma yang kami ajukan akhirnya. Curhat selesai , langsung to the point.saja dulu.Blog Just Share dibuat sebenarnya bukan sekedar kami perlu blog baru yang lebih fresh ataupun hanya untuk nyelamur/ ngabur untuk posting yang lebih mendasar & menyasar namun agak sungkan/ riskan untuk diutarakan ke khalayak awam kebanyakan .... well, katakanlah ini khusus bagi para seeker yang cukup dewasa, cerdas & bijaksana dalam mencerna tanpa naif menyela apalagi liar mencela untuk paradigma pandangan yang baru & beda. Jika tidak demikian maka sesungguhnya bukan hanya menyusahkan kita (pada saat ini) namun juga dirinya sendiri bahkan lainnya juga kelak. Ini mungkin (dipandang) tidak berguna atau bahaya? bagi lainnya (untuk tujuan pembenaran kepentingan keakuan & kemauan walau mungkin dalam keterpedayaan diri sendiri bahkan malah memperdayakan lainnya juga?) namun bisa jadi akan bukan hanya memang berguna namun juga tidak perlu tercela bagi para seeker (dalam niatan pemberdayaan kesejatian jikapun belum dalam tataran realisasi evolutif pencapaian minimal dalam wawasan orientasi berpandangan) untuk saling berbagi.
WHY NOT IF SHARE Jangan bungkam 1. VERSUS : KEBODOHAN INTERNAL & PEMBODOHAN EKSTERNAL (kepedulian atau kejengkelan ?)
Link video : Dhamma Desana Magha Puja Imlek 2022 Bhante PannavaroSabbe satta bhavantu sukhitata ? = Semoga semua makhluk berbahagia Sabbe satta bhavantu appamada ! = Semoga semua makhluk terjaga (kebahagiaan atau keterjagaan ?) Dalam ketidak-tahuan orang memang bisa bahagia (walau terpedayakan kegembiraan semu bahkan dengan membawa penderitaan lainnya ).Hanya dalam keterjagaan kebahagiaan sejati ada ... selalu memberdayakan & tidak memperdayakan.Apa yang ada di benakmu, seeker ? Penghindaran dengan dalih semu kerendahan hati , amanah kebersamaan atau apalagi ? Sama sekali tidak berguna dan bahkan malah tercela. Just say .... katakan saja apa adanya inferensi desain kosmik dan kaidah dharma yang menunjangnya segera ... tak usah berputar-putar lagi.
2. VERSUS = Kita hanya layak dan berhak menerima apa yang kita berikan vs kelelahan / keletihan pencarian & kesesatan/ kesusahan penempuhan fase dagelan nama rupa figure berikutnya
Well, bahkan jikapun kemudian kami memang harus berperan sebagai petta apaya di lembah barzah (ataupun bahkan niraya lokantarika sekalipun) kami tetap berharap memory file ini kelak akan kembali selalu mengingatkan, menyadarkan & menguatkan kita dalam hikmah kebijakan atas kebajikan Kasih Tuhan pada kebenaran Mandala DhammaNya demi pertumbuhan perkembangan kebaikan & perbaikan selanjutnya ... untuk inilah segalanya dalam sisa hidup ini kami persembahkan bagi semua (termasuk diri kami juga tentu saja). Sejujurnya walau kami memang seharusnya mencintai kebenaran (atau lebih tepatnya : memang harus menerima kebenaran dalam kenyataan apapun juga itu) namun kami memang belum sepenuhnya melayakkan diri dalam menjalaninya (so ... apapun juga termasuk yang terburuk sekalipun bukankah juga layak jika kami /sebagaimana juga kita & mereka semua tentunya/ menerima keniscayaan sebagaimana adanya.)Memang sungkan & riskan harus jujur menyatakan idea kebenaran yang belum tentu memang demikian adanya (Well, seeker perlu bukti faktual kepastian yang nyata tidak sekedar peyakinan kepercayaan rasional dogmatis belaka ... semacam keberdayaan magga phala bagi ariya?) dan belum mampu juga dilayakkan dengan penempuhan apalagi memang terbuktikan dengan pencapaian & pencerahan yang diharapkan. Well, lagipula jika saja terjadi ada kesalah-fahaman ini bukan hanya bisa 'melukai ?' keberadaan/ kepentingan lainnya namun juga diri sendiri ... bukan hanya effek kosmik saja namun juga dampak karmik juga, lho.Terakhir , untuk kembali membumi lagi .... tanpa harus teralienasi obsesi internal & tiada perlu lagi ambisi eksternal ..... karena segalanya adalah keniscayaan yang harus dilayakkan dalam pemberdayaan (tidak sekedar kepercayaan apalagi pengharapan belaka) dan apapun juga itu adalah kebijaksanaanNya yang terbaik bagi kebaikan kita semua
3. VERSUS : INGAT dan tepati janjimu MULAI
Sadhguru Yasudev Quotes : Whatever you have – your skills, your love, your joy, your ingenuity, your ability to do things – please show it now. Do not try to save it for another lifetime.Apa pun yang Anda miliki - keterampilan Anda, cinta Anda, kegembiraan Anda, kecerdikan Anda, kemampuan Anda untuk melakukan sesuatu - tolong tunjukkan sekarang. Jangan mencoba menyimpannya untuk kehidupan mendatang.OKAY ...Okey, Sadhguru Yasudev, tak akan kami simpan juga untuk diri kami sendiri wawasan kosmik Parama Dhamma dalam Mandala Advaita ini dengan Formula Swadika bagi keberlanjutan kehidupan saat ini dan juga bagi kesiagaan nanti … apapun yang terjadi terjadilah. Lagipula walau agak controversial bahkan mungkin akan jadi sensitive nantinya… toh niatan kami sesungguhnya hanyalah mengajukan kemungkinan saja tanpa memaksakan ini sebagai kepercayaan yang harus diterima sebagai keyakinan dogmatis / fanatic yang membuta. Ini hanyalah thesis pada antithesis pandangan anda semula untuk mengembangkan synthesis kebijaksanaan baru kita berikutnya. Sungguh tidak ada yang harus dilekati (bahkan jikapun pandangan ini ternyata tidak hanya sesuai dengan asumsi anda bahkan memang demikian realitas kebenarannya pada segala fenomena keberadaan) dan juga tidak ada yang perlu dibenci atau ditolak (bahkan termasuk pandangan lain yang mungkin tidak hanya Dhammadipatheyya namun juga sekedar lokadipatheyya ataupun bahkan hanyalah attadipatheyya … karena setiap paradigma memiliki kebenaran dan juga “pembenaran”nya masing-masing walau tidak harus diterima dengan persetujuan namun tetap harus juga dihargai keberadaannya). Dalam mandala ini hikmah kebenaran yang sesungguhnya tinggi bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau mungkin tidak harus sama) diberikan tidak hanya bagi pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma /termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa piti ?/ ; Wilayah kamavacara: Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?, Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal segalanya berada dan melengkapi posisi keseluruhan desain ini dengan indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya … ini mungkin makna tersirat nasehat Dhamma Desana Bhante Pannavaro untuk diperhatikan dalam penempuhan/penembusan spiritualitas yang berimbang bukan hanya holistic pada keseluruhan namun juga harmonis untuk keswadikaan diri.
So, Wei Dan : Limbah Hikmah : E 16 The Great Show ( Wi Dae Han Show ) – Drakor
00:02:32 --> --> 00:02:59Life is about choices.And those choices...come with responsibilities.This is the time...for me to bear that responsibility. 00:02:32 --> --> 00:02:59Hidup adalah tentang pilihan.Dan pilihan itu ...datang dengan tanggung jawab.Inilah saatnya ...untukku memikul tanggung jawab itu.
00:02:32 --> --> 00:02:59 Life is about choices. And those choices... come with responsibilities. This is the time... for me to bear that responsibility. | 00:02:32 --> --> 00:02:59 Hidup adalah tentang pilihan. Dan pilihan itu datang dengan tanggung jawab. Inilah saatnya untukku memikul tanggung jawab itu. |
OKAY ...QUE SERA SERA, PANTHA REI .... SUCHNESS PHILOSOPHYapapun yang terjadi terjadilah , biarkanlah segalanya mengalir apa adanya sebagaimana harusnya ..... Paradigma Kesedemikianan.Paradigma kesedemikianan untuk keselarasan dalam keniscayaan (Parama Dharma - Mandala Advaita - Formula Swadika)
Well, demi kebaikan progress penempuhan spiritualitas kita semua .... bacalah saja dengan tenang dengan tetap terbuka dan sekaligus terjaga (tidak menyela seperti biasanya) tanpa harus segera menerima atau menolak idea yang diajukan ... tetaplah bungkam (tanpa mencela sebagaimana harusnya) walau menyetujuinya atau tidak mempercayainya dan biarkan kebenaran nyata yang selalu menjadi acuan kita walau itu sama sekali berbeda dengan keyakinan kita semula (termasuk dan terutama pandangan yang kami ajukan ini). Sejujurnya kami tidak ingin menjadikan ini sebagai belenggu bagi anda dan juga saya sebenar apapun itu nantinya (bisa menghalangi aktualisasi karena bisa jadi karena di sini merasa telah memiliki peta penempuhan kita sudah merasa sudah tiba di sana bahkan merasa berhak untuk melagakkan diri asal klaim identifikasi & standar ganda pembenaran 'kualitas' walau sebenarnya tiada kelayakan autentik pada saat ini dan bahkan merasa tiada perlu untuk pelayakan holistik selanjunya bahkan bukan hanya kefasikan internal namun juga kezaliman eksternal ... wah, payah & parah) apalagi jika ini tidak murni benar dan tepat sebagaimana nyatanya (dampak karmik dari effek kosmik kebodohan internal dan juga pembodohan eksternal yang harus ditanggung ... hehehe, no way .... waspadalah untuk tidak segera percaya menerima ini sebagai keyakinan tanpa pembuktian kepastiannya karena sebagai seeker itu akan lebih baik bagi kita semua tampaknya ).Dengan tanpa maksud mencitrakan kerendahan hati (semu?) karena adalah kejujuran diri (asli!) bahwa paradigma yang kami ajukan ini ( tepatnya mungkin bukan kami tetapi saya pribadi sendiri saja ) murni pengetahuan imaginasi filosofis inferential belaka bukan pengalaman realisasi realistis experential ... semoga tiada dusta & duka di antara kita. Jadi, saya lebih suka jika para seeker walau memang tetap perlu tebuka untuk dewasa tanpa tercela mencela (menjaga diri dari noda asava internal batiniah, bro) namun juga senantiasa terjaga jika menggunakan wawasan, pedoman dan panduan di dalamnya ... karena bisa jadi ada yang kurang tepat, masih salah bahkan tidak benar di dalamnya ( kurang pede, ya ? ... No, sebenarnya ini adalah sinkronisasi slogan seeker : no fact, no truth, no faith ... jika tanpa fakta kenyataan maka tiada kebenaran di dalamnya sehingga tak perlu keyakinan padanya .... ini berlaku bukan hanya untuk kearifan adaptif pandangan eksternal namun juga terutama untuk revisi korektif wawasan internal diri agar senantiasa bangkit tumbuh berkembang tanpa batas mengarah, mencapai dan melampaui aneka layer asymptot ke tidak- terhinggaan ... tetap selaras walau belum/tidak mungkin sempurna). Sungguh, bahkan untuk semua masukan postingan termasuk pandangan pribadi tidak ada niatan sama sekali dari kami selain untuk sekedar berbagi ... segala keputusan untuk menggunakan, mengabaikan dan menolak sebagian/sepenuhnya adalah hak dan sekaligus dampak tanggung jawab kita masing-masing…. Sekedar membabar idea yang murni tanpa niatan pembentukan opini yang lihai. Dalam filsafat metode ini disebut (semoga tidak salah) ’majeutike’ yang digunakan Socrates bagaikan seorang bidan dalam memicu dan memacu seseorang untuk melahirkan kebenaran paradigma pandangannya sendiri … ini adalah thesis pandangan dalam Triade Dialektika Hegel untuk antithesis pandangan anda sebelumnya bagi synthesis kebijaksanaan baru anda nantinya yang akan menumbuh-kembangkan gestalt keterpaduan wawasan dalam menempuh pemberdayaan untuk tataran kelayakan pencapaian berikutnya. Setiap orang berhak untuk tumbuh berkembang secara alamiah dan ilmiah dalam keberadaan awalnya dulu tanpa perlu dipaksa dengan formula yang walau benar namun kurang tepat demi keberlanjutannya. Kebijakan perlu kebajikan demikian pula sebaliknya. Levelling lebih diutamakan daripada sekedar labelling.... walau memang harus diakui akan lebih kondusif dan reseptif jika berada dalam environment komunitas yang tepat.
GNOSIS KOSMIK GRAND DESIGN Tampaknya selama ini kami hanya berputar-putar saja …Walau sesungguhnya memang sungkan karena masih rendahnya kenyataan autentik dalam level spiritual dan memang riskan karena tetap perlu keberadaan harmonis dalam label eksistensial , namun tampaknya pandangan esoteric yang tersembunyi (disembunyikan?) di kedalaman ini memang seharusnya muncul ke permukaan demi kebijakan pengertian & kebajikan penempuhan untuk mempermudah pencerahan selanjutnya.Hidup adalah pilihan. Sebagai seeker kami memang memilih pandangan panentheistic ini untuk menjaga arah pandangan yang relative lebih benar, bijak & bajik dalam keseluruhan untuk senantiasa true, humble & responsible selaras dengan realitas kenyataan yang terjadi.PANENTHEISTIC ? SegalaNya (Laten DeitasNya) bermula, berada dan kembali kepadaNya (triade : diri – alam – inti )Bermula karena katalisasi peniscayaan keberadaan > emanasi keilahian brahman > prokreasi penciptaan ketuhananBerada dalam kaidah kosmik (Parama Dhamma akan advaita niyama dharma : keutamaan > kebenaran > kenyataan )Kembali kepada mandala advaita ( segalanya berada dalam sigma kewilayahan yang sama dari ketidak-terhinggaan yang bukan hanya mungkin memang sudah ada namun juga belum ada , akan ada bahkan susah ada karena konfigurasi peniscayaan yang sudah/belum/akan/tidak terpenuhi.) Gradasi tidak hirarki ? karena walau beda level , layer & label keberadaannya berada dalam kealamian, keilahian & kemurnian advaita mandala yang samaAh ... Susah juga memadukan apalagi mengungkapkan (terlebih lagi merealisasikan) paradigma kebijaksanaan kesedemikianan demi keselarasan bagi keseluruhan. Maaf, Socrates ... terpaksa untuk mempermudah & memperjelas paradigma kesedemikian ini kami ajukan framework deduktif tidak lagi induktif majeutike terus ... walau bukan hanya sungkan, riskan & kompleks rintisan pandangan ini.Segalanya (aneka keberadaan laten deitas dsb) tampaknya memang berawal dari Sentra KeIlahian Satu yang sama (Impersonal Transenden God?) dan berada dalam mandala DeitasNya kemudian secara ideal laten Deitas seharusnya akan kembali kepadaNya … namun dikarenakan orientasi berpandangan, berpribadi & berprilaku serta realisasi penempuhan, pencapaian & pencerahannya akan mencapai level yang berbeda walau dalam area mandala deitas keIlahian yang sama . Kami mengutarakan ini dengan tanpa maksud sama sekali untuk membela yang satu apalagi harus mencela lainnya namun ini agar kita memang harus tetap swadika untuk bijaksana menerima keniscayaan atas kesedemikian konsekuensi logis & ethis yang secara kosmik berlaku. Well, harmoni dimensi memang perlu dilakukan dalam peran semesta ini demi kebersamaan namun evolusi pribadi tampaknya memang tetap harus dilakukan secara mandiri dalam kesendirian sebagaimana harusnya (aktualisasi impersonal > transaksi personal > defisiensi individual)
Pascal's Wager (taruhan Pascal) : link1) TOTALITAS = mencakup keseluruhan (W) → Hanya ada satu kebenaran yang sama : keseimbangan pandangan (ekstrem) & keberimbangan penempuhan (dualisme?)2) PRAGMATISME = membawa kemanfaatan (Ks) → Transformasi pemberdayaan simultan (input realisasi keabadian 3 ; asset refleksi kehidupan 3)3) KONSISTENSI = bersifat mantap (K) → Berkelanjutan : ketuntasan transformatif & kelanjutan aktualisasisinkronisasi niat , cara & idea harus tepat (benar, bijak & bajik) dalam pembabaran Dhamma (!) & pembeberan Avijja (?) , seeker ..
apa ini? coretan tidak karuan..?.. ya ... itulah sketsa sederhana suchness philosophy .... paradigma kesedemikianan , hehehe
TENTANG SKETSA Diagram Venn Himpunan aljabar ? Bujur Sangkar Universun hokistics (harusnya matra 3 bidang ruang > 2 bidang datar = bola > lingkatan Taoism ?)~ = ketidak-terhinggaan (Realitas Kebenaran) ; E = sigma keberadaan ( Fenomena Kenyataan)A B C D = orientasi ke atas, ke dalam vs ke bawah ke luar = Parama Dharma keselarasan vs Maha Avijja ketersesatan Lingkaran = layer eksistensial - Universal - Transendental (disikapi secara holistik sebagai level gradasi > label hirarki ? )Juring AD = ideal keselarasan lokuttara (kedewasaan /pencerahan ) beri tanda centang ( V =victory ) vs Juring BC = idiot ketersesatan lokantarika (tanda X wrong? )evolusi pribadi - harmoni dimensi - sinergi valensi ; (swadika talenta visekha ) (persona regista persada) ; (menerima mengasihi melampaui) (kesadaran di kedalaman - kewajaran di permukaan - kecakapan di keluasan) (being true - humble - responsible )etc TENTANG IDEA kami tidak membuatkan belenggu pandangan lain, sesembahan baru maupun kelompok beda ( hanya ... just share idea pengertian keseluruhan ) pandangan universal panentheistic (bagi para filsuf ), pandeistic (bagi para agamawan) bahkan panatheistik (bagi para agnostik)rintisan paradigma holistik untuk dikembangkan sesuai kematangan keberadaan diri (puthujana, sekha, bahkan asekha)
NEXT ... QUO VADIS ?
Sekedar mengingatkan kesejatian diri & menghargai keberadaan saat ini kita semua “We are not human beings having a spiritual experience. We are spiritual beings having a human experience.”― Pierre Teilhard de Chardin literal : Kita bukan manusia yang memiliki pengalaman spiritual. Kita makhluk spiritual yang memiliki pengalaman manusia
Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya. PRAKATA : Just Simple Words to Begin and Fade Away (Hanya Kata-kata Sederhana untuk Memulai dan kemudian Berlalu)
Silence is the language of God. All else is poor translation. ~ Rumi Keheningan adalah Bahasa Ilahiah. Segala lainnya hanyalah terjemahan semu adanya.
Link video : Awaken Samadhi trailer Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya..... Belajarlah meng-"esa"-kan diri dalam keseluruhan, kebersamaan dan kesemestaan....Kebahagiaan kita berbanding lurus dg kebijaksanaan kita namun berbanding terbalik dengan kemelekatan kita. Tdk semua yang kita inginkan akan menjadi kenyataan, tdk semua yang tdk kita inginkan tdk akan menjadi kenyataan. So, perlu kebijaksanaan untuk menerima kenyataan sebagaimana adanya dan tidak terlalu mengharuskan keinginan kita menjadi kenyataan..... Dunia mungkin hanya memandang dari produk pencapaian kita di permukaan, namun Tuhan sesungguhnya di kedalaman menilai kita dari proses penempuhan kita. So, jangan terkelabui oleh permainan duniawi karena dihadapanNya tidaklah penting harta kekayaan, nilai perolehan, kemuliaan diri dsb yang pada dasarnya hanyalah by product dampak samping dari perjalanan kehidupan ini. Dia lebih mengutamakan bagaimana cara kita mensikapi, menjalani dan mengatasi amanah kehidupan ini sebagai atsar amalan diri kita kelak. Bukan kaya miskin harta kekayaan, baik buruk nilai perolehan, mulia nista duniawi yang menjadi indikator bagiNya dalam menilai kualitas diri hambaNya tetapi seberapa ikhlas kita mensikapi , seberapa istiqomah kita berikhtiar menjalani dan seberapa tawakal kita menerima garisNya...Bagaikan biasan warna -warni pelangi yang berasal dari Sumber Cahaya Putih Cemerlang yang sama walau dalam dunia segalanya tampak berbeda di permukaannya, namun dalam Dharma segalanya menyatu dalam kesejatianNya.
Sebagai seorang manusia rasional positivist umumnya kita intelectually menggunakan filsafat untuk mengamati fenomena objektif di luar & psikologi untuk mengamati fenomena subjektif di dalam. Semula kami mengira hanya diperlukan 'parama dhamma' 4 (kearifan, keuletan, keahlian & kebaikan) untuk menghadapi kehidupan ini secara pragmatis namun akhirnya bersamaan dengan waktu & trial error kami menyadari kebijaksanaan perifer tepian permukaan itu ternyata tidak cukup ada kebijaksanaan mendalam lagi yang menjadi dasar untuk itu ... kesucian. Bukan karena pemurnian itu dimaksudkan sebagai faktor pengkondisi saja bagi keberkahan dan kesuksesan sejati namun tampaknya justru itu sentra dari keberadaan, kesunyataan dan kesedemikianan yang terniscayakan terjadi dan karenanya perlu peniscayaan untuk merealisasi.... terlepas apapun anggapan/pandangan diri kita semula (keharusan duniawi, kejatuhan surgawi, keterlupaan panentheistik, keterlelapan samsarik , dsb) Realisasi spiritualitas tampaknya memang perlu keautentikan plus keholistikan (minimal dalam wawasan walau belum dalam tataran). PLUS :
PROLOG
Avijja ... kebodohan ini keburukan atau kebutuhan ?Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian samsarik yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini. Well, The Greatest evil is Ignorance Kejahatan terbesar adalah (karena?) Avidya ketidak-tahuanWalau dalam pengetahuan ketidak-tahuan akan realitas (kaidah panentheistik?) ini istilah evil (kejahatan/ keburukan) yang digunakan mistisi Sadhguru Yasudev tersebut tidak terlalu salah sebagaimana juga terma avijja kebodohan yang digunakan Samma Sambuddha Gautama namun demikian dalam realisasi penempuhan holistik demi penembusan, pencapaian & pencerahan yang bukan hanya murni dan benar tetapi juga bijak dan tepat untuk mensikapi itu sebagai 'kewajaran' yang harus diterima untuk dihadapi dan difahami agar secara bijaksana dapat dilampaui dengan kesadaran (terhindar dari jebakan konseptual, jeratan identifikatif & sekapan dualisme inference paradoks spiritual MLD yang sangat mungkin terjadi. Well, untuk keniscayaan dalam kesedemikianan yang terjadi perlu keselarasan akan kelayakan dalam keberadaaan dan keberdayaan yang memadai. (transendensi kebijaksanaan pemberdayaan berkembang & berimbang melampaui pemakluman faktitas eksternal untuk diterima keterbatasan & pembatasannya ). bagaikan menumbuh-kembangkan bunga teratai di kolam lumpur yang keruh.
KEDEWASAAN PENCERAHAN The disaster in this planet is not an earthquake, not volcano, not a tsunami.The true disaster is human ignorance. This is the only disaster. Ignorance is the only disaster.Enlightenment is the only solution, there is really no other solution, please see -You need a subjective perception of life.so spiritual process if it has become alive … this is not about renunciation. This is just about living sensibily.Bencana di planet ini bukanlah gempa bumi, bukan (letusan) gunung berapi, bukan tsunami.Bencana sebenarnya adalah ketidaktahuan manusia. Ini satu-satunya bencana. Ketidaktahuan adalah satu-satunya bencana. Pencerahan adalah satu-satunya solusi, benar-benar tidak ada solusi lain, silakan lihat -Anda membutuhkan persepsi subjektif tentang kehidupan.Jadi proses spiritual jika telah menjadi hidup… ini bukan (hanya?) tentang pelepasan keduniawian. Ini (tepatnya?) hanya tentang hidup dengan bijaksana
BAHASAN = TENTANG AVIJJAWalau avijja secara etika kosmik adalah penyimpangan keselarasan namun ini membuat keberagaman (seperti biasan pelangi dari cahaya mentari yang sama)Mungkin sangat sensitif dan agak provokatif jika kami menyatakan ... ADA SESUATU YANG MUNGKIN BELUM DIKETAHUI KITA SEMUANYA TERMASUK JUGA YANG BELUM DISADARI PARA TUHAN, DIHAYATI PARA BRAHMA BAHKAN DIFAHAMI PARA BUDDHA SEKALIPUN ..... DALAM PERMAINAN DRAMA DALAM DARMA DARI KEAZALIAN HINGGA KEABADIAN YANG SUDAH, SEDANG DAN AKAN BERLANGSUNG SELAMA INI .... Triade labirin paradoks diri - alam - inti dalam drama abadi dari fase azali hingga nanti ini (label eksistensial - layer universal - level transendental) dengan 'maha avijja' sebagai skenario samsariknya dan 'parama dhamma' sebagai desain holistiknya memang sangat complicated (jangankan untuk dilampaui dalam penembusan , untuk dijalani dalam penempuhan bahkan difahami dalam pengetahuan saja sulit & rumit )
SKETSA apa ini? coretan tidak karuan..?.. ya ... itulah sketsa sederhana suchness philosophy .... paradigma kesedemikianan , hehehe
TENTANG SKETSA Diagram Venn Himpunan aljabar ? Bujur Sangkar Universun hokistics (harusnya matra 3 bidang ruang > 2 bidang datar = bola > lingkatan Taoism ?)~ = ketidak-terhinggaan (Realitas Kebenaran) ; E = sigma keberadaan ( Fenomena Kenyataan)A B C D = orientasi ke atas, ke dalam vs ke bawah ke luar = Parama Dharma keselarasan vs Maha Avijja ketersesatan Lingkaran = layer eksistensial - Universal - Transendental (disikapi secara holistik sebagai level gradasi > label hirarki ? )Juring AD = ideal keselarasan lokuttara (kedewasaan /pencerahan ) beri tanda centang ( V =victory ) vs Juring BC = idiot ketersesatan lokantarika (tanda X wrong? )evolusi pribadi - harmoni dimensi - sinergi valensi ; (swadika talenta visekha ) (persona regista persada) ; (menerima mengasihi melampaui) (kesadaran di kedalaman - kewajaran di permukaan - kecakapan di keluasan) (being true - humble - responsible )etc TENTANG IDEA kami tidak membuatkan belenggu pandangan lain, sesembahan baru maupun kelompok beda ( hanya ... just share idea pengertian keseluruhan ) pandangan universal panentheistic (bagi para filsuf ), pandeistic (bagi para agamawan) bahkan panatheistik (bagi para agnostik)rintisan paradigma holistik untuk dikembangkan sesuai kematangan keberadaan diri (puthujana, sekha, bahkan asekha) INFERENSI DIMENSI = urut dari bawah gradasi vs MLD avijja diri (dampak karmik & effek kosmik) NO
WILAYAH
LAYER
ORIENTASI
MODE
SIFAT
TERM
TYPE
DIRI ?
TATARAN
1
Kamavacara
Eksistensial
Kebahagiaan
Eksploitasi
Transaksi
Lillah
Persona
Mengaku (sebagai aku)
Personal
2
Brahmanda
Universal
Kesemestaan
Interkoneksi
Harmoni
Billah
Monade
Mengesa (sebagai kita)
Transpersonal
3
Lokuttara
Transendental
Keadvaitaan
Aktualisasi
Sinergi
Fillah
Sakshin
Meniada (sebagai dia)
Impersonal
Selesai ? masih belum .... orientasi kebijaksananaan kesedemikianan kita adalah keselarasan bukan kesempurnaan, bro (ingat : kode etika 10 Ali Shariati )
NO | WILAYAH | LAYER | ORIENTASI | MODE | SIFAT | TERM | TYPE | DIRI ? | TATARAN |
1 | Kamavacara | Eksistensial | Kebahagiaan | Eksploitasi | Transaksi | Lillah | Persona | Mengaku (sebagai aku) | Personal |
2 | Brahmanda | Universal | Kesemestaan | Interkoneksi | Harmoni | Billah | Monade | Mengesa (sebagai kita) | Transpersonal |
3 | Lokuttara | Transendental | Keadvaitaan | Aktualisasi | Sinergi | Fillah | Sakshin | Meniada (sebagai dia) | Impersonal |
Kutipan : Jadi, Gnoti Seauton (Kenalilah dirimu /sebagai makhluk ?/) karena Man arofa nafsahu faqod arofa Robbahu hanya dengan mengenal diri (dengan segala keterbatasan makhlukiyahnya betapapun hebat pencapaian dan megah pengakuannya) maka kita akan mengenal Tuhan (Hyang Maha Sempurna dan SegalaNya). Ini adalah orientasi keyakinan awal dan juga realisasi kebenaran akhir. Dr. Ali Shariati melambangkan 1 adalah Hyang Esa, 0 adalah makhlukNya. Meminjam istilah beliau ; berikut adalah paradigma kerobbanian yang menjadi orientasi awal bagi ketawaddhuan yang juga akan kembali menjadi realisasi akhir bagi kecerdasan manusia. (*) = 1 tetap bernilai walau 0 tidak ada. 0 tidak bernilai jika 1 tidak ada. Maksudnya = Tuhan tetap ada walaupun makhluk ada ataupun tidak ada. Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan, segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada. Dia adalah Hakekat yang merupakan penyebab dan kembali segala yang ada (baca: diadakan untuk mengada jadi tidak perlu terlalu meng-ada ada). (*) = 1 di depan 0 jauh bernilai dibanding 0 di depan 1 . Maksudnya = Jadilah pribadi 10; Pribadi yang mengedepankan Tuhannya diatas segalanya (termasuk dirinya sendiri). 0 didepan 1 dibelakang hanyalah bernilai 1 (satu) – ini gambaran pribadi yang mengedepankan selainNya pada kehidupan. Amaliah menjadi tak sempurna karena syirik, pribadi tidak konsisten karena terombang-ambing kepentingan duniawi/ kebanggaan berpribadi. Bahkan jika pada akhirnya yang satu (1) itu menjadi hilang, maka seluruh kehidupan kita tinggal 0 (baca: nol besar). (*) = 1 dibagi 0 tak terhingga ; 0 dibagi 1 tak berharga. Maksudnya = Pribadi yang berkarakter kuat dan cerdas adalah pribadi dengan kekuatan dan kecerdasan yang tumbuh berkembang karena ketawadhuan bukan dengan ketakaburan. 0 dibagi 1 tetaplah 0 – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri dengan ketakaburan. (Lemah dan rapuh karena sesungguhnya :Tiada daya upaya tanpa izinNya.) Namun … 1 dibagi 0 adalah tak terhingga – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri karena ketawaddhuan. (Senantiasa tumbuh dan berkembang dalam keridhoan dan petunjukNya). Dalam pemberdayaannya (kesadaran, kecakapan, kemapanan dan ketaqwaan), sejumlah manusia mungkin saja mampu berkembang mendahului lainnya bukan hanya secara intelek (yang popular didewakan saat ini), namun juga intuisi (sayang sudah agak diabaikan sekarang) dan insight (sudah langka dan terlupakan?). 9 kecerdasan mungkin tercapai ( 3 tataran intelek =1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/, 2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/, 3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/; 3 wawasan intuisi = 4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/, 5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/, 6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/; 3 penembusan insight = 7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah/, 8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/, 9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/) namun demikian jika tidak dibarengi dengan orientasi kesadaran 10 maka itu semua tanpa makna. Realisasi Kecerdasan tingkat 10 (baca: sepuluh) atau orientasi kesadaran 10 (baca: satu-nol) ini mungkin yang dimaksudkan sebagai insan kamil, homo novus (New Man) atau apapun istilahnya – suatu pencapaian kesempurnaan manusia dalam keterbatasannya. Namun sebagaimana proses pemberdayaan dan orientasi ketawaddhuan sebelumnya inipun harus dianggap hanya sebagai proses berkelanjutan bukan maqom penghentian. Inilah perbedaan yang mendasar antara kesejatian pencerahan bijak seorang panentheist, keimanan sejati para monotheist atau bisa jadi pencarian murni kaum heretis dengan kesemuan ‘pencerahan’ pantheist, ‘wawasan’ agnostic, maupun ‘pandangan’ atheist. Keberkahan dan pemberkahan hanyalah dari, oleh, untuk dan kembali kepadaNya. Realisasi kebenaran bukan identifikasi pembenaran. Dalam keikhlasan bukan dengan kepamrihan. Senantiasa memberdaya diri secara berkelanjutan dalam JalanNya (sesuai fitrah yang ditentukanNya) dan tidak terperdaya setinggi apapun perolehan yang dicapainya (menurut anggapan kerdil terhadap diri sendiri maupun pengakuan semu dari orang lain). Hanya mereka yang telah menghayati surga di hatinyalah (karena hidayah kuasa kasih yang terpancar dari wujudNya telah melingkup hati hambanya - bukan sebaliknya ?) yang kemudian akan menghadirkan surga di dunia ini (memberkahi kehidupan dengan kuasa kesejahteraan dalam kebersahajaan kasih dan tidak melakukan pembenaran akan pengrusakan dan bermegah dengan kesombongan apapun bentuknya) sehingga layak mendapatkan surga di sisiNya kelak. Tanah (baca: jasad) memang kelak akan kembali ke bumi (baca: mayat) sebagaimana harusnya namun demikian cahaya (baca: ruh atau sekedar jiwa ?) sebagaimana layaknya kembali (untuk selalu menghadap) ke Sumbernya (Tuhan).
PANENTHEISTIC ? SegalaNya (Laten DeitasNya) bermula, berada dan kembali kepadaNya (triade : diri – alam – inti ) Bermula karena katalisasi peniscayaan keberadaan > emanasi keilahian brahman > prokreasi penciptaan ketuhanan Berada dalam kaidah kosmik (Parama Dhamma akan advaita niyama dharma : keutamaan > kebenaran > kenyataan ) Kembali kepada mandala advaita ( segalanya berada dalam sigma kewilayahan yang sama dari ketidak-terhinggaan yang bukan hanya mungkin memang sudah ada namun juga belum ada , akan ada bahkan susah ada karena konfigurasi peniscayaan yang sudah/belum/akan/tidak terpenuhi.) Gradasi tidak hirarki ? karena walau beda level , layer & label keberadaannya berada dalam kealamian, keilahian & kemurnian advaita mandala yang sama Ah ... Susah juga memadukan apalagi mengungkapkan (terlebih lagi merealisasikan) paradigma kebijaksanaan kesedemikianan demi keselarasan bagi keseluruhan. Maaf, Socrates ... terpaksa untuk mempermudah & memperjelas paradigma kesedemikianan ini kami ajukan framework deduktif tidak lagi induktif majeutike terus ... walau bukan hanya sungkan, riskan & kompleks rintisan pandangan ini.
Kutipan :
Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya). Namun demikian karena ketidak-mengertian seseorang cenderung menganggap sedangkal apapun sesungguhnya level pencapaian dirinya (baik itu karena realisasi, referensi bahkan sekedar identifikasi ataupun imaginasi sekalipun) melabelkan dirinya sendiri sebagai yang tertinggi mengungguli lainnya untuk diakui segala keberadaannya & dituruti setiap keinginannya ..... sehingga tidak hanya stagnan untuk berkembang dalam keberdayaan namun bahkan jatuh terjebak & tersekap dalam keterpedayaan yang berkelanjutan (apalagi jika bukan hanya kebodohan internal namun juga pembodohan eksternal dilakukan .... payah & parah). So, sebagaimana wadah yang kosong, resik dan terbuka yang memungkinkan terisi lebih penuh, murni dan terjaga bukan hanya perendahan keakuan untuk melayakkan peningkatan reseptivitas diri namun tampaknya perlu penghampaan keakuan untuk lebih melayakkan penyelaman/ pencerahan yang lebih dalam lagi. Spiritualitas yang dewasa mutlak memerlukan kelayakan dengan pemastian kehandalan bukan sekedar pelagakan meyakinkan kecitraan belaka. Pencapaian keberdayaan untuk menghadapi segala kemungkinan tidak sekedar menggantungkan pengharapan kepercayaan yang bisa saja semu adanya... kemelekatan fanatis atas dogma justru akan bisa kontraproduktif sebagaimana pelekatan naif lainnya. Fokuskan saja realisasi pada pelayakan Ariya .... Nibbana atau Samsara terserah Niyama Dhamma. Di wilayah manapun dalam peran apapun pada situasi dan kondisi apapun juga seorang Ariya tetap akan mampu bermain apik tidak hanya secara cerdas tetap swadika dalam keterarahan namun juga tetap dengan cantik tanpa mengacaukan segalanya. (Ibaratnya CR7 atau Lionel Messi yang walau sesungguhnya bisa mengatasi bermain bola di klas liga dunia namun jika hanya tampil di turnamen kampung .... pasti akan lebih menguasai tentunya). Pencerahan adalah utama ... pembebasan 'hanyalah' bonusnya saja. Obsesi internal sebagaimana ambisi eksternal adalah tanha yang tersamar sebagaimana juga avijja lainnya (Ashin Tejaniya : jangan remehkan asava defilement karena ketika peremehan dilakukan anda sesungguhnya terlecehkan sendiri karena dijatuhkan dengan kesombongan anda ... awas spiritual materialism Chogyam Trungpa) Inilah sebabnya kami lebih suka istilah sederhana kedewasaan pencerahan ketimbang perayaan kebebasan (karena lebih : true, humble & responsible untuk tetap terjaga , menjaga & berjaga dari segala kemungkinan ... Kebenaran adalah Jalan Kita semua tetapi bukan Milik kita, Diri Kita dan Label Kita ... Anatta ? .. Well, hanya Sang Kebenaran (baca: Hyang Esa ... Tuhan Transenden dalam triade Wujud, Kuasa & KasihNya atas laten deitas keIlahianNya di segala mandala immanenNya yang nyata, mulia dan benar dalam kesempurnaanNya) yang benar. Sedangkan kita dalam keterbatasan & pembatasan yang ada memang sering bodoh, bisa saja salah, dan bahkan mungkin jatuh namun tetap perlu segera bangkit kembali menempuh jalan benar itu dengan benar dalam niat, cara,& arah tujuannya ... terjaga untuk evolusi eksistensial , menjaga bagi harmoni universal & berjaga demi sinergi transendental. Lim, kalau kamu bertanya dan mencari kebenaran, kebenaran itu persis seperti panasnya lampu minyak yang barusan kamu rasakan. Ada namun tidak terlihat, terasa namun tak dapat digenggam, mengelilingimu dengan cahayanya namun tak dapat kamu miliki, semua orang merasakan hal yang sama, melihat pancaran lampu tersebut, namun saat ingin dimiliki atau disentuh dia tak tersentuh, namun dapat dilihat dan dirasakan, itulah kebenaran. Kebenaran itu universal Lim, milik penciptanya dan segenap dunia ini, namun saat kebenaran ingin dimiliki oleh satu orang saja atau satu kelompok saja, dia akan langsung menghilang tak berbekas, karena kebenaran itu untuk disadari, dijalani bukan untuk dimiliki oleh makhluk yang Annica ( Tidak kekal) ini, makhluk yang Lobha ( Serakah) ini, makhluk yang penuh Irsia ( Iri hati) ini, makhluk yang penuh dengan Moha ( Kebodohan) ini dan bukan pula punya makhluk yang penuh dengan Dosa (Kebencian) ini. Disaat sebuah kebenaran sudah di klaim oleh orang lain atau hanya milik sebagian kelompok saja, maka kebenaran tersebut akan berubah menjadi pembenaran, menurut dirinya sendiri, menurut maunya sendiri, menurut nafsunya sendiri. Jadi Lim anakku, berjalanlah diatas kebenaran, lakukanlah yang benar benar, namun jangan sekali kali muncul keinginan untuk memiliki kebenaran yang universal tersebut, karena kebenaran itu universal tidak dapat dimiliki oleh siapapun kecuali Sang Pencipta kebenaran itu sendiri. semoga dapat dipahami dan semoga semua makhluk berbahagia lepas dari penderitaan selamanya, Sadhu sadhu sadhu.. Link : video there is no truth Bhante Punnaji.
intinya : Spiritualitas adalah masalah aktualisasi .autentik meniscayakan kesedemikianan dalam keseluruhan.
beragama ? beragamalah namun tidak tereksploitasi apalagi mengeksploitasi. Ingat ada kaidah kebajikan universal untuk harmoni. bermistik ? bermistiklah namun tidak teridentifikasi apalagi mengidentifikasi. Ingat ada kaidah kebijakan transendental untuk evolusi. berdharma? berdharmalah namun tidak teralienasi apalagi mengalienasi. Ingat ada kaidah kebenaran eksistensial untuk sinergi.
Atheisme, Agnostisme , dst ? jika alergi dengan terma dogmatis varnatmak "Tuhan" dan sejenisnya ganti saja dengan istilah filosofis 'Dhunyatmak' Causa Prima (sebab awal keazalian) , Sentra segalanya (Inti utama keberadaan) atau Orientasi destinasi (asymptot tujuan akhir kesejatian abadi) atau lainnya. Ini bukan masalah kepercayaan namun keberdayaan, tidak sekedar pengharapan atau penganggapan belaka namun murni masalah pemberdayaan peniscayaan kesedemikianan ... just idea (etika bukan dogma). Ini bukan agama dan seharusnya tidak dipandang sebagai dogma dan sebaiknya selanjutnya juga tetap disikapi / difahami demikian sebagai idea saja adanya. Tidak ada figur sesembahan yang baru, kredo keimanan yang beda ... hanya share idea pengetahuan (imaginasi inferential filosofis ?) & etika penempuhan (realisasi experiential ? sebatas referensi belum realisasi ... jujur saja masih padaparama dihetuka, hehehe ) .
Kutipan tentang Agnostisme :File Just File Seeker awal (link posting hilang ... sudah ditimpa data lain untuk effisiensi atau didraft karena kurang etis, ya ?)
Keraguan Ehipasiko? Well, meminjam dialektika fragmenta apologetika Verkuyl untuk rasionalisasi pembenaran ide & irasionalisasi pembenaran ego Agnostisme ? - Dubois : Ignoramus et ignorabimus : kita tidak mengenalNya dan kita tidak akan mengenalNya Namun kita tetap harus mengenalNya minimal menerimaNya sebagai Sentra SegalaNya karena bagaimana mungkin mengacuhkanNya jika kita berada dalam mandala permainan keabadianNya (triade lama : Wujud, Kuasa, Kasih ?). - Lessing : .Bapa, berilah aku hal mencari kebenaran karena atas kebenaran itu hanya Kau saja yang berwenang (Duplik, 1778) So ... Why not ? jadi tempuhlah pencarian kebenaran tersebut demi pembuktian & pengertian untuk memahaminya bukan untuk memilikinya. Memang, perlu kerendahan-hati untuk kembali menuju/ mengarah ke Hyang Maha Tinggi dalam pembatasan ketidak sempurnaan agar tidak stagnan untuk terus berkembang dalam kebermaknaan pengertian untuk mencapai kebijaksanaan. Well, just ... Sapere aude (Horace / Kant?) Be wise .. dare to know ... Bijaksanalah untuk berani (menjelajah meng-eksplorasi) untuk mengetahui / menerima (kebenaran pastinya). Tentu saja ini dilakukan tidak dengan asal-asalan apalagi hanya akal-akalan demi tujuan identifikatif (membanggakan keakuan) saja apalagi manipulatif (membenarkan kemauan) belaka... well, sebagaimana konsistensi kaidah kosmik di awal mutlak diperlukan pemberdayaan internal akal sehat, hati nurani dan jiwa suci untuk mencari, menempuh dan menembus kebenaran. Perlu integritas kesungguhan autentik individual yang personal immanen untuk memahami totalitas keseluruhan holistik universal yang Impersonal Transenden ... sebagai zenka laten deitas putera keabadian untuk menyadari kembali Sentra sejati KeIlahian dengan sigma mandala Kaidah alamiah Saddhamma yang sesungguhnya berlaku nyata walau tanpa perlu pengakuan namun mutlak perlu penempuhan yang selaras denganNya. Ketuklah maka pintu akan dibukakan - demikian kutipan kata Alkitab Kristiani yang pernah kami baca. Itu adalah pintu kebenaran yang sama bagi semua ... pintu tanazul yang menjatuhkan kebodohan/ kepalsuan kita dalam kesemuan, kenaifan dan keliaran permainan samsarik dan sekaligus gerbang taraqi yang mengarahkan kesadaran/ kemurnian kita kembali ke rumah sejati (minimal senantiasa mengingatkan kita akan hakekat segalanya yang murni dalam kesejatianNya dan karenanya dengan kemurnian yang relatif identik sebagai makhluk spiritual apapun label keberadaan & level keberdayaan pada saat lampau, kini & mendatang kita menyelaraskan cara pandang, laku penempuhan dan pelayakan keberdayaannya dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada.). Jika zarah /wadah ? memang telah masak & layak segalanya tentunya akan terjadi sebagaimana yang seharusnya terjadi dalam kesedemikianan yang multi dimensional ini ... bukan hanya pada keberadaan eksistensial namun juga kesemestaan universal bahkan hingga kesunyataan transendental. Sesungguhnya kami tidak nyaman untuk jujur mengakui ini ... kami sebetulnya faham dan cukup tanggap bukan hanya akan silogisme tersirat namun juga fakta kenyataan di lapangan ....ini tidak sekedar tuduhan pembangkangan mereka bagi pengumbaran vitalisme neurotik saja namun terkadang autentik memang dikarenakan pandangan kebijaksanaan demi altruisme holistik yang diidealkan . Singkatnya, kehidupan berkeagamaan ,berketuhanan (dsb) kita memang sering tidak sesuai dengan evolusi, harmoni & sinergi yang seharusnya (ber-etika, bermartabat dan memberkahi dunia ini ) bahkan seringkali justru sebaliknya (menyesatkan, menyusahkan & mengacaukan bukan hanya sekedar diri sendiri namun juga orang lain, komunitas kebersamaan bahkan ke segala dimensi keberadaan hidup ini) apalagi jika memang ada celah hujjah untuk melegitimasi pembenaran kepentingan pelaziman kezaliman tersebut. Bukan maksud kami mengacaukan permainan peran (dagelan nama rupa) yang tengah berlangsung (sudah, sedang dan akan demikian juga nantinya) dengan mengungkapkan realitas kebenaran & fenomena kenyataan (pembabaran Dharma ... sungkan, bro? ... introspeksi level spiritualitas diri :padaparma dihetuka) apalagi kebodohan internal & pembodohan eksternal (pembeberan Avidya ... riskan, lho ... harmonisasi label eksistensialitas diri : umat beragama & berTuhan) untuk share idea yang relatif agak berat, luas & mendalam ini bagi orang kebanyakan. Kami cukup faham dan juga sadar akan keniscayaan konsekueensi penempuhan yang memang tidak selalu selaras bahkan terkadang sering kali justru tidak sejalan dengan kebijaksanaan pengetahuan kami sendiri tersebut. Semula kami menujukan share ini bagi kita insan beragama untuk minimal membawa kebaikan & perbaikan bagi semua (diri, alam & sesama lainnya) karena di alam dimensi manapun kita (dunia saat ini atau alam nanti) sebagai apapun kita (manusia, hewan, petta, yakha, asura , niraya etc... dewa, mara, brahma, ariya dsb) kebaikan & perbaikan kualitas diri dan alam tsb harus tetap terjaga & dijaga keberkahanNya untuk evolusi pribadi, harmoni dimensi & sinergi valensi keberadaanNya. Namun tampaknya mungkin justru mereka yang akan lebih bebas leluasa tanpa jeratan/ sekapan harmonisasi paradigmatik eksistensial dalam memetik manfaatnya karena akan lebih autentik, harmonis & holistik dalam memahami & mengembangkan bukan hanya kemendalaman / kebijaksanaan pengetahuan namun juga capaian penempuhan dan layaknya keniscayaan selanjutnya. Well, sesungguhnya diperlukan tidak sekedar hanya kebaikan (kamavacara), kearifan (brahmanda) ataupun kesucian (lokuttara) namun juga keutuhan (apa istilah term baru ini ...self term kami : Adhyatama saja, ya ? Maha Diri Azali Hyang Abadi ) sedangkan untuk ke'zero'an selanjutnya tidak kami rekomendasikan (dampak annihilisasi diri zenka bagi alam sigma & inti sentra, labirin paradoks tanazul MLD kejatuhan lagi & terutama level spiritualitas diri ...hanya Asekha diri yang telah murni dari jebakan delusi keakuan/ sekapan tanha kemauan samsarik maka paska nibbana juga advaita & paramatta yang memang layak (tidak asal berlagak ... jadi kita ? ya nggak mungkinlah. Secara autentik kualitas Keakuan kita masih naif apalagi kemauan kita masih liar ... walau mengharapkan pembebasan Nibbana, mendambakan manunggaling kawulo gusti Brahmanda ataupun dijanjikan layak jannah astral namun ... jika saja tidak didukung dengan akumulasi kelayakan yang memungkinkan keniscayaannya tampaknya memang harus barzah eteris dulu karena memang kelayakann/kelaparan akan penganggapan & pengharapan itu atau jika akumulatif MLD memang besar/ sangat tebal akan jatuh lebih rendah lagi dari sebelumnya ) Lanjut ke asymptot ke'zero'an .... namun demikian kalaupun mungkin memang layak dan juga mampu (?) Dia mungkin akan tetap benar, bijak dan bajik untuk tidak menembus keIlahian Inti Hyang tidak hanya personal immanen namun juga Impersonal transenden ini demi kebijaksanaan keseluruhan kesedemikianan ini ... Dalam keswadikaan diri menjadi selaras dalam keseluruhan mungkin memang lebih tepat (tanpa harus hebat ? jumbuhing karso kawulo gusti x manunggaling wujud kawulo gusti ! ) ketimbang sempurna dalam kesemestaan alam & kesendirian inti pada mandala kesedemikianan ini ? (Imaginasi inferential filosofis gila atau gila-gilaan, nih .... hehehe, asal kesadaran tidak gila beneran dan kewajaran masih tampak waras ndagel patut x mbacut mbadut bersama figure peraga lainnya ). Secara pribadi kami tidak memandang tinggi / rendah wilayah karena segalaNya berada dalam mandalaNya dan seharusnya juga kepada segala ego figure/ ide konsep yang memang/ mungkin 'ada' padanya ... terlepas dari preferensi keinginan & hierarki kelayakan yang terjadi.
KUTIPAN SKETSA
KAIDAH KOSMIK Berikut kajian kami terhadap 3 masalah krusial esoteris panentheistic berdasarkan referensi Buddhisme & Mysticisme
1. Mandala Advaita = Desain Kosmik 2. Niyama Dhamma = Kaidah Kosmik 3. Kamma Vibhanga = Kaidah Ethika
MANDALA ADVAITA Dimensi Samsarik Grand Design , Strata Mandala, Episode Samsarik Kutipan : 31 Alam Kehidupan Samsarik & Nirvanik
KEILAHIAN PANENTHEISTICS
Tentang KeIlahian (Tuhan : Tao - Dhamma ) Tuhan bukan bemper kebodohan/kemanjaan diri, media katarsis psikologis /transaksi pencitraan dan kloset pembenaran pemfasikan/ kezaliman kepada lainnnya). Perlu kebijaksanaan universal. keperwiraan eksistensial, dan keberdayaan transendental dalam spiritualitas Tauhid sufism Ibn Araby : tanzih -tasbih (transenden/imanen) Jika kau memandangnya tanzih semata kau membatasi Tuhan. Jika kau memandangnya tasbih belaka kau menetapkan Dia Namun jika kau menyatakanNya tanzih dan tasybih; kau berada di jalan Tauhid yang benar Sufi Ibn Arabi memandang KeIlahian Tuhan secara Esa - utuh dalam keseluruhan. Tuhan dipandang sekaligus sebagai Dzat Mutlak yang kekudusanNya tak tercapai oleh apapun/siapapun juga (transenden/tanzih) namun keluhuranNya meliputi segala sesuatu (immanen/ tasybih) sehingga walaupun pada dasarnya Kekudusan dan kesempurnaan Tuhan secara intelektual tak terfahami (agnosis)dengan keberadaan yang mungkin terlalu agung untuk kemudian tak diPribadikan(impersonal) dan mandiri (independent) namun kemulian IlahiahNya sering disikapi sebagai figur yang berpribadi(personal) dan Dharma kehendakNya dapat difahami(gnosis) sehingga memungkinkan terjadinya hubungan antara makhluk dengan Tuhan sesuai dengan ketentuanNya (dependent).Tanpa Tuhan, tidak ada segalanya. Karena Tuhan, bisa ada segalanya. (wajibul & mumkimul Wujud ) Tao adalah Tao - jikakau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao Dalam kitab suci Uddana 8.3 Parinibbana (3) Buddha bersabda : O,bhikkhu ; ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak Jika seandainya saja tidak ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran penjelmaan ,pembentukan , dan pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi karena ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma, tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut maka ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu itu. Ini secara tidak langsung mungkin menunjukkan dua hal sekaligus ,yaitu : kesaksian akan adanya keilahian yang diistilahkan sebagai ‘yang tak terbatas” dan yang kedua penjelasan bahwa nibbana pencerahan sebagai puncak pencapaian spiritualitas Buddhisme hanya mungkin terjadi karena adanya ‘Yang tak terbatas’ tersebut. plus link : konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama (https://khmand.wordpress.com/2008/08/20/konsep-tuhan-dlm-agama-buddha/) Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam yang artinya “Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak”. Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asankhata) maka manusia yang berkondisi (sankhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi. Grand Design , Strata Mandala, Episode Samsarik
TANAZUL TARAQQI
Plus: hipotesa teoritis 3 (tiga) fase (Mandala Tiada Samsara - Mandala dengan Samsara - Mandala Tanpa Samsara).. .... mungkin tepatnya state keberadaan. (apalagi tidak hanya laten deitas personal samsarik) . Dari secret data lama kami (maaf ... dulu memang lebai masih naif & liar .... sekarang ? makin parah & payah, hehehe ) Gnosis Publik p.7
Dhyana Dharma Keberadaan :Fase 1 : Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purwaning Dumadi ( Dhyana ® Swadika ! )Fase 2 : fase peng’ada’an. KeEsaan karena Tuhan. sangkaning Dumadi ( Dharma ® Kehendak Ilahi )Fase 3 : fase keberadaan Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )Dharma Dhyana Keberadaan :Fase 3 : fase keberadaan Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )Fase 4 : fase peniadaan. Keesaan kembali ke Tuhan. paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )Fase 5 : fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )Well, ini hipotesa teoritis dari 3 (tiga) fase (Mandala Tiada Samsara - Mandala dengan Samsara - Mandala Tanpa Samsara). 1.Mandala Tiada Samsara, ( Fase hanya Dhyana > Dhamma ) Transenden = Transendental - Universal - Eksistensial (Esa - yang ada hanya Dia Sentra Yang Esa ) 2. Mandala Dengan Samsara, (Fase dalam Dhamma < Dhyana )Transenden = Transendental , Universal , Eksistensial (Segalanya ada karena Dia Sentra Yang Esa) Tanazul Genesis = emanasi , kreasi , ekspansi ? 2.1. Awal : Mandala Pra Samsara Transendental : keterjagaan esensi / zen ? Nibbana Universal : keterlelapan energi / nama Brahma : arupa & rupa , Eksistensial : kebermimpian etheric / rupa Kamavacara : dunia - surga & apaya 2.2.. Kini : Samsara Pra Pralaya Dunia : sd pralaya Svarga : sd pralaya (paska dunia ) - Apaya : sd pralaya ( lokantarika ?) - Brahma : sd pralaya ( abhasara etc Nibbana : sd advaita ? 2.3. Nanti : Samsara Paska Pralaya (versi Buddhism ? ) Lokantarika : residu rupa paska terkena pralaya : dunia - apaya - svarga - hingga rupa brahma Jhana 1 sd 3 (mengapa ?)Brahmanda : restan nama tidak terkena pralaya : Sudhavasa + Anenja /& Rupa Brahma : Jhana 4 untuk kemudian 3 - 2 ( abhasara ) Lokuttrara : bebas dari samsara & pralayanya : Asekha nibbana ( eksistensial ? + universal & transendental-nya) What's next ? - Siklus fase ke 2 Mandala Dalam Samsara berlanjut lagi (Kisah kasih nama rupa Brahmanda Lokantarika bersemi kembali sebagaimana biasanya ? ... kecualilokuttara & suddhavasa harusnya plus vehapala yang masih mantap & anenja yang masih terlelap juga ..... Asaññasatta ?) - atau... kembali ke fase 1 (kemanunggalan azali karena pencerahan keseluruhan/& keterjagaan Dia Sentra Yang Esa) - atau haruskah ada fase 3 (kemusnahan total karena kekacauan keseluruhan & kebinasaan Dia Sentra Yang Esa ) 3. Mandala Tanpa Samsara (Fase tanpa Dhamma - tiada Dhyana ) tiada Eksistensial - Universal - Transendental (Segalanya tiada tanpa Dia Sentra Yang Esa ) Adakah Sentra dengan sigma & zenka lain ? Maha Sentra Utama ? dst dsb dll idea tidak lagi dibahas bisa keluar jalur ? : Spekulasi Rimba Pendapat tak perlu karena hanya memboroskan energi, perdebatan tak perlu & sama sekali bukan upayayang perlu untuk bersegera dalam penempuhan keberdayaan aktual ? Samsara pribadi (eksistensial ) saja belum diketahui awalnya dan akhirnya (kejujuran nirvanik
MANDALA SEMESTA
Mandala Samsarik Buddhisme (31 alam kehidupan) atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini Skema Wilayah Tanazul Genesis & Taraqi Ekstasis meniscayakan keterrealisasinya transendensi impersonal bagi evolusi pribadi demi harmoni dimensi
Wilayah
1
2
3
Transendental
Nibbana ‘sentra’ ?
Belum diketahui ? 7
Tidak diketahui ? 8
Tanpa diketahui ? 9
Nibbana ‘sigma’?
Belum mengakui ? 4
Tidak mengakui ? 5
Tanpa mengakui ? 6
Nibbana ‘zenka’ ?
Arahata 1
Pacceka 2
Sambuddha 3
Universal
Brahma Murni (Suddhavasa)
Anagami 7 (aviha Atappa)
Anagami 8 (Sudassa Sudassi)
Anagami 9(Akanittha)
Brahma Stabil (Uppekkha )
jhana 4 (Vehapphala)
Asaññasatta 5 (rupa > nama)
Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )
Brahma mobile (nama & rupa)
Jhana 1 (Maha Brahma)
Jhana 2 (Abhassara)
Jhana 3 (Subhakinha)
Eksistensial
Trimurti LokaDewa
Vishnu 7 (Tusita)
Brahma 8 (Nimmãnarati)
Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti)
Astral Surgawi
Yakha (Cãtummahãrãjika) 4
Saka (Tãvatimsa) 5
Yama (Yãma)6
Materi Eteris
Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) + flora & abiotik ? / 1 Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)2 Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3
Wilayah | 1 | 2 | 3 | |
Transendental | Nibbana ‘sentra’ ? | Belum diketahui ? 7 | Tidak diketahui ? 8 | Tanpa diketahui ? 9 |
Nibbana ‘sigma’? | Belum mengakui ? 4 | Tidak mengakui ? 5 | Tanpa mengakui ? 6 | |
Nibbana ‘zenka’ ? | Arahata 1 | Pacceka 2 | Sambuddha 3 | |
Universal | Brahma Murni (Suddhavasa) | Anagami 7 (aviha Atappa) | Anagami 8 (Sudassa Sudassi) | Anagami 9(Akanittha) |
Brahma Stabil (Uppekkha ) | jhana 4 (Vehapphala) | Asaññasatta 5 (rupa > nama) | Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 ) | |
Brahma mobile (nama & rupa) | Jhana 1 (Maha Brahma) | Jhana 2 (Abhassara) | Jhana 3 (Subhakinha) | |
Eksistensial | Trimurti LokaDewa | Vishnu 7 (Tusita) | Brahma 8 (Nimmãnarati) | Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti) |
Astral Surgawi | Yakha (Cãtummahãrãjika) 4 | Saka (Tãvatimsa) 5 | Yama (Yãma)6 | |
Materi Eteris | Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) + flora & abiotik ? / 1 | Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya) 2 | Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3 |
10 ? transendental 3 + universal 3 + eksistensial 3 = 9 ? 9 dimensi mandala di atas + 1 for Indefinitely Infinitum ( Realitas Aktual Transenden > Fenomena Formal Immanen dari personal laten deitas ) for humbling in progress to mystery.
MANDALA ADVAITA : just area .. Kamavacara : Personal (kealamiahan sensasi kebahagiaan) : Ego - Anicca - bawah : fisik - eterris - tengah : - atas Brahmanada : Transpersonal (KeIlahiahan fantasi keberadaan) : Self - Dukkha - bawah - tengah - atas Lokuttara : Impersonal (Keswadikaan esensi Kesunyataan) : Esa - Anatta - bawah : Nibbana aneka jati Buddha ; tanha ? diri kiriya - tengah : Advaita prajna paramitta karma ? alam kaidah niyama - atas : Paramatta ? Udana ?
Triade ( 3 in 1) =Tuhan ? Impersonal Lokuttara > Transpersonal Brahmanda > Personal Kamavacara (Guardians = cakkavati ?)Tuhan = tanzih & tasybih ( Kausa Prima , Sentra Segalanya , etc ) - Panentheistik > Pantheistik (Dalam keseluruhan) : - Non-theistik > Not-theistik (Tanpa pengagungan diri ) : - Post Taoistik > Absolut Statik (Terus selaras dalam dinamika asymptot penyempurnaan keseimbangan)Dharma Vihara :Balancing progress (symetry asymetry)
IMPERSONAL GOD (ABSOLUTE INDEFINITE/INFINITUM TRANSENDEN) > PERSONAL GODS (laten deitas figure kosmik immanen yang memang mengidentifikasikan dirinya / diDeifikasi lainnya atau hanya konsep renungan filosofis demi idealisasi kesempurnaan / refleksi imaginatif bagi manuver strategis pembenaran kepentingan saja ?)
https://www.youtube.com/watch?v=3yVLJahhwC8&list=PLZZa2J4-qv-bhq6xJFZjoY4jEP9a4E2e3&index=42 https://www.youtube.com/watch?v=7jNjrsEMbKA&list=PLZZa2J4-qv-bhq6xJFZjoY4jEP9a4E2e3&index=51&t=1s
https://www.youtube.com/watch?v=3yVLJahhwC8&list=PLZZa2J4-qv-bhq6xJFZjoY4jEP9a4E2e3&index=42
IMPERSONAL REALITY (KEILAHIAN) komentar video tidak dijawab ?
https://www.youtube.com/watch?v=6cJ9zVwR9Wc&list=PLZZa2J4-qv-bhq6xJFZjoY4jEP9a4E2e3&index=39&t=168s Anumodana, Bhante Khemadaro ,Samanera Abhisarano & bapak Feby atas tayangan video yang walau temanya memang sangat menarik namun bisa jadi sensitif. KeIlahian memang sentra mendasar & menyasar dalam wawasan/ tataran spiritualitas (ranah agama eksistensial, mistik universal & Dhamma transendental). Pandangan KeIlahian dalam Buddhisme memang unik karena bersifat Impersonal Transenden Nirvanik tidak sekedar Personal Immanen samsarik. Bisakah dijelaskan/ditegaskan ‘konsep’ keIlahian Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam (Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak – dari Uddana 8.3 ) dan juga Sang Hyang Adi Buddha oleh mendiang Bhante Sukong Ashin Jinarakhita ? komentar video tidak dijawab ? sungkan & riskan ? masalah sensitif bisa menyinggung dianggap prank "kadrun" ? rasionalisasi menguji untuk motive tersirat mencobai/mengerjai untuk menjahili + menzalimi ? memang tidak harus dijawab ? transrasional untuk dibahas (toh yang utama etika berpribadi & berprilaku dalam kebersamaan > dogma berpandangan ?) mungkin memang ini pertanyaan dilematis walau tidak dimaksudkan untuk perangkap jebakan badman (bukan hanya external namun juga internal) ... jika tidak bisa dijawab penganut agama langit (?) akan menghujat anda dengan sebutan kafir atheis dsb (ini berdampak bukan hanya tidak mengenakkan eksistensial pribadi namun juga akan menjerumuskan mereka dalam penyimpangan kaidah etika kosmik berikutnya ... niyata miccha ditthi & kammacitta vipakkha karena kebodohan akan kepicikan/kepolosan jahiliah + kelicikan /kekasaran zalimiah mencela ... bukan hanya citta cetana mengharapkan namun sudah mulai akusala kamma mengusahakan orang lain celaka walau baru sebatas lisan belum perbuatan), jika anda bisa menjawab walaupun salah itu akan melegakan selera mereka (merasa sama, setara bahkan lebih unggul?) namun anda menyalahi akidah tepatnya menyimpang dari kaidah ethika Dhamma anda sendiri.
https://www.youtube.com/watch?v=7Eu8asjrPpk&list=PLZZa2J4-qv-b6ehpPHIIT57Myzehhv2A5&index=1
33. Eps 446 | BATAS PENGETAHUAN MANUSIA MENURUT KITAB KEJADIAN?Walau senantiasa ada celah kebebasan dalam keterbatasan internal & pembatasan internal eksternal yang ada demi perolehan kebahagiaan ataupun bagi pencapaian keberdayaan.Bukan keabadian atau keilahian namun kemurnian yang selayaknya ditekankan dalam paradigma berpandangan manusia agar tetap berpondasi pada kebenaran transcendental , berorientasi pada kebijakan eksistensial dan berorientasi beraktualisasi untuk kebajikan universal..Buat apa mengharapkan keabadian diri karena sejak mumkimul wujud (diri) maujud dalam kehendak penciptaan, emanasi pencitraan ataupun katalisasi peniscayaan (etc) pada fase keazalian (ilahiah – alamiah – insaniah) itu bukankah sesungguhnya segalanya sudah berada dalam keabadian yang berproses dinamis dalam keseluruhan ini.Buat apa mendambakan keilahian diri karena klaim identifikasi justru akan meninggikan keakuan yang menjatuhkan diri & mengesalkan merendahkan lainnya apalagi upaya mendeifikasikan diri justru akan menyesatkan diri & menyusahkan lainnya dalam semesta kebersamaan ini. walau karena faktisitas kompleksitas dalam transendensi eksistensial & universal perlu juga true lies internal / eksternal ?Meminjam istilah fisika kuantum, diri kita hanyalah beragam partikel electron imanen yang beredar terpancar bak gradasi pelangi pada aneka layer dimensi dari sentra inti atom kosmik transenden yang sama … selaraskan saja eksistensialitas diri kitasetara bersama dengan lainnya secara transcendental murni dalam kaidah universalNya. Dengan cara demikian evolusi pribadi tetap bisa dilakukan, harmoni dimensi juga bisa terjaga dan sinergi valensi juga tetap dalam kedewasaan/ pencerahan tanpa perlu konflik internal/eksternal dengan ketepatan pemeranan dari label eksistensial yang perlu dilakukan (true – humble – responsible)Atau pandangan panentheistik Ibn Araby : Tauhid sufism Ibn Araby : tanzih -tasbih (transenden/imanen) Jika kau memandangnya tanzih semata kau membatasi Tuhan. Jika kau memandangnya tasbih belaka kau menetapkan Dia Namun jika kau menyatakanNya tanzih dan tasybih; kau berada di jalan Tauhid yang benarSufi Ibn Arabi memandang KeIlahian Tuhan secara Esa - utuh dalam keseluruhan. Tuhan dipandang sekaligus sebagai Dzat Mutlak yang kekudusanNya tak tercapai oleh apapun/siapapun juga (transenden/tanzih) namun keluhuranNya meliputi segala sesuatu (immanen/ tasybih) sehingga walaupun pada dasarnya Kekudusan dan kesempurnaan Tuhan secara intelektual tak terfahami (agnosis)dengan keberadaan yang mungkin terlalu agung untuk kemudian tak diPribadikan(impersonal) dan mandiri (independent) namun kemulian IlahiahNya sering disikapi sebagai figur yang berpribadi(personal) dan Dharma kehendakNya dapat difahami(gnosis) sehingga memungkinkan terjadinya hubungan antara makhluk dengan Tuhan sesuai dengan ketentuanNya (dependent).Tanpa Tuhan, tidak ada segalanya. Karena Tuhan, bisa ada segalanya. (wajibul & mumkimul Wujud )Tao adalah Tao – jika kau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao Laisa kamitsilihi syai'un . Tan kinoyo ngopoMasihkah kita (diri yang hanya personal immanen) ingin (tepatnya: layak) bersaing untuk menyamai, menjadi bahkan melampaui Tuhan (Hyang juga Impersonal Transenden) ? hantu abadi atau tuhan abadi, Taoist ?
ADHYATMA , ADHI BUDDHA , atau ....
RELIGI ABRAHAMIK = anthropomorphisme keilahian personal ? KAMAVACARA ? (Dimensi fisik < eteris, astral surgawi , mental laduni ?) < BRAHMANDA (Dimensi monade kosmik Brahma (abhasara cs, vehapala cs, suddhavasa cs) < LOKUTTARA (Dimensi nibbana, advaita, paramatta ?) < ETC ( Hyang melampaui eksistensialitas diri < universalitas alam< transendentalitas inti )
Dalam Mystic Radha Soami Tuhan bisa disebutkan(Varnatmak) personal atau tidak mungkin disebutkan(Dhunyatmak)transpersonal / impersonal ?. Mystik Yogi Sufi Radha Soami : 5 Holy Names.pdf (1 Alakh Niranjan astral surgawi, 1 Omkar Brahm mental kausal, 3 layer Brahmanda Lokuttara ?)
2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) :prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan)1) Khilafiyah Theologi : kemustahilan membatasi Tuhan ? → kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat (keIlahian ; keberadaaan; ketentuan)2) Problema Theodice : kemustahilan membela Tuhan?® kebijakan metanoia diantara faham pandangan (fanatisme/mistisme ; atheisme/vitalisme ; agnostisme /heuretisme)3) Masalah Theosofi: kemustahilan mencintai Tuhan ?®kebijakan apologia diantara ragam kenyataan (kegaiban Tuhan ; penderitaan/kezaliman ; ananiyah/nafsiyah) epilog : keimanan ?ketentuan awal > kepastian final → aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian
Well, sejujurnya tinggal selangkah lagi Saddhamma ini untuk menjadi Paramattha Sanatana Dhamma yang memuliakan kebenaran & keilahian secara murni & sejati sebagai Theosofi Panentheistik tauhid yang merengkuh seluruh paradigma yang ada ... Idea Buddha Shiva ? But, skenario samsarik (termasuk sunnakalpa & era Buddha Maeteya, Lokabyuha & siklus pralaya, etc) tampaknya memang tetap perlu berlanjut demi keberlangsungan keseluruhan pelangi biasan keberagaman dari Satu mentari yang sama. Acinteya yang telah direalisasi & tetap dijalani Buddha walau tanpa dipublikasi dalam simsapa sutta ini apa juga difahami & disadari Savaka-Nya ?Kami tidak memaksakan/mengharuskan self term mystics Adhyatma atau apapun juga untuk final phase Impersonal Reality paska lokuttara ini. Anda bisa menyebutkan dengan apapun saja (Sentra, Causa etc) atau siapapun juga (bahkan ... walau mungkin memang tampak kurang etis agak 'asal klaim' terhadap personal god tataran kamavacara (di level fisik/ eteris/ astral/ mental), brahmanda, lokuttara etc) untuk penyebutan varnatmak yang lebih familiar, menghindari disharmoni label eksistensialitas keberadaan diri dalam kebersamaan dengan lainnya dan kenyamanan / kemantapan bagi progress pemberdayaan melayakkan keniscayaan (sinergi / evolusi/ harmoni).Mendiang Ashin Jinarakhita pada saat ditanya jika Buddha adalah guru agung saja maka siapa "Tuhan " dalam agama Buddha ? Untuk sekedar melegitimasi pengakuan formal prasyarat keberagamaan di Indonesia saat itu Beliau tampaknya cukup tanggap untuk beradaptasi dengan 'memperkenalkan' term kepada negeri ini. Sang Hyang Adi Buddha (mungkin istilah ini lebih tepat daripada self term kami jika merujuk dari hierarki evolusi tertinggi Impersonal Reality yang telah tercapai dari rekaman historis sampai saat ini dibandingkan istilah kami yang mungkin dipandang hanya dalam tataran konsep filosofis untuk melampaui idea keberagaman & memperbaiki etika kebersamaan yang masih berlevel transpersonal bahkan bisa jadi hanya berlayer personal saja) untuk term "aneh/asing" ajatan abhutan tsb
Lanjutkan dulu ... KAIDAH TERTIB KOSMIK =
2. Niyama Dhamma = Kaidah Kosmik See :AN 3.136: Uppādā Sutta Sering disebut DhammaNiyama Sutta (?). Dhamma tetap ada walau Buddha muncul atau tidak (pada masa Buddhakalpa dan atau Sunnakalpa)Dalam kitab suci Tipiṭaka pada Uppādāsutta bagian Aṅguttara Nikāya 3.136:Uppādā vā, bhikkhave, tathāgatānaṃ anuppādā vā tathāgatānaṃ, ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhammaniyāmatā. Sabbe saṅkhārā aniccā. Taṃ tathāgato abhisambujjhati abhisameti. Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti paññāpeti paṭṭhapeti vivarati vibhajati uttānīkaroti: ‘sabbe saṅkhārā aniccā’ti.“Para bhikkhu, apakah para Tathāgata muncul atau tidak, hukum ini tetap berlaku, kestabilan Dhamma ini, jalan pasti Dhamma ini: ‘Segala fenomena terkondisi adalah tidak kekal.’ Seorang Tathāgata tercerahkan pada hal ini dan menerobosnya, dan kemudian Beliau menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menetapkannya, mengungkapkannya, menganalisisnya, dan menguraikannya sebagai berikut: ‘Segala fenomena yang terkondisi adalah tidak kekal.’Uppādā vā, bhikkhave, tathāgatānaṃ anuppādā vā tathāgatānaṃ ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhammaniyāmatā. Sabbe saṅkhārā dukkhā. Taṃ tathāgato abhisambujjhati abhisameti. Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti paññāpeti paṭṭhapeti vivarati vibhajati uttānīkaroti: ‘sabbe saṅkhārā dukkhā’ti.Para bhikkhu, apakah para Tathāgata muncul atau tidak, hukum ini tetap berlaku, kestabilan Dhamma ini, jalan pasti Dhamma ini: ‘Segala fenomena terkondisi adalah penderitaan.’ Seorang Tathāgata tercerahkan pada hal ini dan menerobosnya, dan kemudian Beliau menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menetapkannya, mengungkapkannya, menganalisisnya, dan menguraikannya sebagai berikut: ‘Segala fenomena yang terkondisi adalah penderitaan.’Uppādā vā, bhikkhave, tathāgatānaṃ anuppādā vā tathāgatānaṃ ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhammaniyāmatā. Sabbe dhammā anattā. Taṃ tathāgato abhisambujjhati abhisameti. Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti paññāpeti paṭṭhapeti vivarati vibhajati uttānīkaroti: ‘sabbe dhammā anattā’”ti.Para bhikkhu, apakah para Tathāgata muncul atau tidak, hukum ini tetap berlaku, kestabilan Dhamma ini, jalan pasti Dhamma ini: ‘Segala fenomena adalah tanpa-diri.’ Seorang Tathāgata tercerahkan pada hal ini dan menerobosnya, dan kemudian Beliau menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menetapkannya, mengungkapkannya, menganalisisnya, dan menguraikannya sebagai berikut: ‘Segala fenomena adalah tanpa-diri.’”Dalam agama Buddha, kelima hukum tersebut adalah sebagai berikut.Utuniyāma, hukum kepastian atau keteraturan musim. ; Bijaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan biji.Kammaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan kamma.; Cittaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan kesadaran.Dhammaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan dhamma.Link Media:
3. Kamma Vibhanga = Kaidah Ethika 3. KAMMA VIBHANGA Secara simple bolehlah dikatakan hukum karma adalah jika perbuatan baik dilakukan maka akan menghasilkan kebaikan juga kepada pelakunya demikian juga keburukan. Namun demikian kaidah nyata berlakunya hukum karma sangat kompleks tidaklah berjalan sederhana instant, direct & identik sebagaimana yang secara naif kita perkirakan. Ada 4 variasi kemungkinan dari kaidah kosmik hukum karma ini secara empiris menurut Buddha paska keterjagaan pencerahan samsarikNya Link data utama : Piya Tan untuk bahasan Mahakammavibhanga sutta atau Link Video berikut :
Ashin Kheminda DBS Playlist = Hukum Kamma - Cula Kamma Vibhanga - Maha Kamma Vibhanga
Tentang Paska Kematian / Aneka Keberadaan =
Setiap dimensi samsarik memiliki faktor persyaratan karmik & kehandalan kosmik (untuk mengalami & mengatasinya) Walaupun fenomena mandala ini memang beragam level & labelnya (terpilah > terpisah ?) namun secara realitas terpadu adanya (esensi>energi>materi). Bersedia untuk senantiasa terjaga menjaga berjaga (apapun juga hasilnya ... jangan susah apalagi menyusahkan lagi di alam ini ) Terlepas dari pembenaran kebanggaan keakuan & kepentingan kemauan , dalam perspektif keEsaan apapun alamnya itu memang seharusnya adalah baik (setidaknya adil ... tepat bukan hanya sesuai dengan level batin zenka penghuninya namun juga demi keberlangsungan dimensi mandala alam tersebut). Misalnya begitu menderitanya seorang puthujjana yang masih sakau, galau & kacau dengan kesombongan, keserakahan & kebencian jika harus berada di level kemurnian nibbana (Well, para Asekha di dimensi ini harus melampaui niraya eksternal baru juga, lho dengan keberadaan penghuni baru ini demikian juga wilayah ini). Ini juga berlaku di level samsarik kamavacara juga, lho. Terkadang sangat memprihatinkan para guardian niraya yang mengurus jasa laundry pemurnian jiwa dari dosa mereka yang mengotori dirinya sendiri (So, sesungguhnya siapa menyiksa siapa, bro?) ketimbang para guardian svarga yang hanya melayani pengumbaran lobha kenikmatan atas pahala kebaikan jiwa hingga batas akhir depositonya. Well, penangguhan mungkin memang bisa diterima jika demikian (too risky for all ...jadi perlu alam antara pra pralaya?). So, biarkan advaita niyama dhamma melayakan keniscayaan yang tepat bagi semuanya secara transenden impersonal termasuk juga siklus pralaya (demi penyegaran atau pemusnahan ?) . Sebagaimana dimensi samsarik lainnya ( apaya, surga bahkan alam Brahma sekalipun), dunia ini hanyalah terminal transit bagi evolusi spiritualitas diri berikutnya. Peluang kesempatan / tanggung jawab sebagai manusia dsb dalam membawa keberkahan diri dan lainnya ... tidak sekedar berlibur, terhibur dan dikubur sebagai manusia untuk hanya kembali calon mayit/ demit ?
jadi, inget kata Buddha & para Suci lainnya : kelaziman ( kebodohan atau kewajaran?) kita cenderung menjadikan apaya menjadi rumah tinggal berikutnya (walau sesungguhnya bukan itu sangkaan pandangan & harapan keinginannya ... ironis atau tragis ?) Well, jika tiada faktor non-operative mahakammavibhanga ... walau tidak dimaksudkan sekalipun by product kelayakan pemurnian sila bukan hanya bisa lampaui apaya (alobha x petta, adosa x neraka, amoha x tirachana ... asura ?) namun juga layakan investasi deposito kebajikan untuk digunakan liburan sementara kapling dimensi surgawi jika diperlukan (just refreshing penyegaran atau malah recraving pengumbaran ?) ; yang lebih penting jika mampu pencapaian meditatif bisa bereffek pada peningkatan intelgensi kecakapan yang lebih baik apalagi ditunjang panna kebijaksanan yang berkembang .
AS /IF Petta apaya etc Walau ini dianggap ‘wajar’ bagi lokiya dhamma namun termasuk apaya bagi saddhama (walau tampak ironis namun tidak menutup kemungkinan dikarenakan akumulasi kelayakan kamacitta sebagaimana kemelekatan akan memory figure bhava, obsesi ditthi dan tanha pengharapan status symbol berada di dimensi eteris ditengah ekspansi dewa label jatuhan asura & ekstensi dewa level rendahan yakkha ini) Case : pettavathu Niraya ? jika terdampar di apaya hidup sbg peta maka dengan upekkha kembangkan mudita (sikap apresiatif/positif atas niatan tindakan kebaikan lainnya) brahma vihara walau sulit. jika terlempar di apaya lainnya maka dengan upekkha kembangkan metta brahma vihara (kewajaran kosmik untuk aktualisasi kesadaran kasih universal sebagaimana kesedemikianannya kaidah impersonal transenden niyama dhamma atas personal imanen terus berlaku walau tak butuh diakui dan tak sekedar bisa diyakini ) walau jelas sangat sulit. Dalam Buddhisme Apaya adalah kemungkinan MLD ( Moha - hewan tirachana, Lobha - petta kelaparan , Dosa - niraya 'laundry' ) Plus Idea : Barzah eteris juga untuk umat beragama & bertuhan tidak hanya yang sekuler ? karena kemelekatan kehidupan sebelumnya & selanjutnya ?
AS /IF Surga Kamadeva etc Walau ini sangat didambakan bagi lokiya dhamma (walau tanpa perlu alam antara ?) namun (tanpa merendahkan) tidak bagi saddhama ? (walau tidak menutup kemungkinan dikarenakan akumulasi kelayakan kamacitta 'hanya' bisa berada di dimensi astral ini ) Case : jaminan nanda & bhikkhu surga Link Video : 1 & 2 Jika surga & neraka tidak ada akankah Tuhan dipuja dalam kebaktian, kebajikan dan kebijakan ? Bukan karena deficiency atau sekedar transaksi (Sufi wanita Rabiah Adawiyah ... Mahabah cinta kepada TuhanNya bukan hanya mengatasi kecintaan kepada siapapun /Nabi, Surga ?/ namun juga kebencian kepada apapun termasuk kepada /iblis & neraka?/). Plus Idea : Mengapa bisa segera melampaui ke surga tanpa harus penangguhan pralaya dunia ?
AS /IF Brahma etc Walau ini sangat didambakan bagi mystics pantheist namun tidak bagi saddhama (walau tidak menutup kemungkinan dikarenakan bukan hanya kelayakan/kecakapan namun juga kemantapan/kemapanan kamacitta dan samadhi bhavananya) Case : batin mencari & menjadi "tuhan" yang lebih sejati ? , dilemma antara kenyamanan 'transendensi' nama ke anenja (terlelap? alara kalama & Uddhaka ramaputta eks guru dengan tataran ilmu yang telah dikuasainya pra Uruvela ) vs keberadaan 'immanensi' rupa ke samsara (terjatuh? Brahma Baka yang terprovokasi Mara ? ). (Fake story ?) Buddha ditanya keberadaan Tuhan .... Dia menjawab akan keberadaanNya kepada yang mengingkariNya namun menyangkal keberadaanNya kepada yang meyakiniNya. (bukan kepercayaan namun keberdayaan ... memastikan tataran fakta bukti penempuhan/penembusan dalam kemurnian yang utama bukan sekedar meyakini gagasan internal/ wawasan eksternal. Plus Idea : real story Buddha & Tuhan : Brahma Baka , Mara, Tusita , Saka, Yakkha & asura ? (khanda paritta + attanatiya sutta + ratana sutta + Karaniya metta sutta )
AS /IF Nibbana etc
Walau keterjagaan dalam dvaita kesunyataan ini dipandang ‘sangat sempurna’ bagi buddha dhamma namun dalam 'kebersahajaan' akan advaita kesedemikianan ini ‘cukup bijaksana’ bagi saddhama (Holistik melampaui Nivritti negative & harmonis melampaui Pravritti positive ) (Fake story ?) Buddha diam ketika ditanya apakah Dia mencapai Nibbana .... Jika Dia menjawab "Tidak", Dia berdusta akan realisasi pencapaian keterjagaanNya , Jika Dia menjawab "Ya" , Dia berdusta karena Nibbana mustahil tercapai jika masih ada 'keakuan" samsarik. Plus Idea : real story : kepada pertapa Upaka , Panca Vagiya (Dhammacakka ~ 'patanjali astanga yoga?' + anattalakkhana sutta !) sakshin : Bahiya & Malunkya ( panduan taktis Mahasatipathana & risalah teknis Abhidhamma ) Ovada pattimokkha ke 500 asekha arahat ?(keterjagaan level vs kelengahan label spiritual materialism magga phala arahat ?)
TENTANG PERSONAL GODS AGAMA
SADDHAMMA (BUDDHISM ?) , MYSTICS & AGAMA
KRITIK
KRITIK BUDDHISM
See : Konsideran dilematika plus minus romantisme monastik intensif Sambuddha & realisme holistik swadharma pacceka : Sejujurnya kami merasa tidak nyaman mengutarakan ini. Well, ada etika kosmik seeker (walau tidak formal tertulis namun secara aktual perlu dijalani sebagai truth seeker apalagi true seeker .... praktek latihan katanu kataveddi < pubbakari ?) yang tidak boleh dilanggar yaitu amanah untuk tidak sekalipun berkhianat bukan hanya atas keberadaan eksistensialitas dirinya namun atas kepercayaan nara sumber referensi/ media guru realisasinya. Namun demikian demi keberdayaan yang lebih sejati kami merasa perlu jujur untuk mengutarakan pandangan kami (walau mungkin saja tidak sepenuhnya benar & bisa mencerahkan sebagaimana yang kami harapkan namun bisa jadi sebaliknya salah & justru menyesatkan walau sesungguhnya tidak kami maksudkan). Semoga kami cukup mampu berjaga untuk senantiasa tetap terjaga agar bisa menjaga bukan hanya diri sendiri namun juga lainnya. Kami memahami kebijakan Buddha untuk bersegera secara intensif meniscayakan pencerahan keterjagaan Savaka beliau sejak dini yang juga diterima kultur budaya spiritual eksistensial pada saat itu dalam ordo monastik sangha (sebagai pembabar/pelestari Dhamma & ladang kebajikan yang subur dikarenakan pelayakan kemurniannya). Maaf, bukan ingin mengacau tradisi Saddhama yang memang tetap harus ada sebelum masa sunnakalpa tiba ; berikut alternatif pencerahan yang mungkin bisa dijadikan pertimbangan terutama bagi para saddhaka penempuh spiritual yang berada di luar sasana saat ini (atau bahkan umat Buddha sebelum menjadi bhikkhu ?). Spiritualitas adalah aktualisasi untuk mengatasi/melampaui bukan untuk menjauhi/membenci (walau tidak untuk melekati/menguasai juga, lho). Ini dimaksudkan untuk menjaga bukan sekedar kuantitas statistik populasi namun kualitas autentik 'prestasi' bagi tetap "lebih?" lestarinya Dhamma yang masih memungkinkan terjadinya pencerahan bukan saja di setiap zaman namun juga seharusnya bisa juga di setiap alam kehidupan 31 nanti jika juga dibabarkan/teringatkan untuk dilaksanakan dalam keselerasan sesuai dengan keterbatasan dan pembatasan yang ada (just joke, termasuk alam apaya petta /asura/niraya/tirachana nanti .... kami tunggu lho).
1. samana : terlampauinya social catur asrama Hinduisme (brahmacari - grahasta - vanaphrasta & sannyasa bhikkhu). Brahmacari perlu dilakukan memadai sedini mungkin (pemahaman pariyatti komprehensif , kecakapan patipatti yang terarah ke pativedha disamping kecerdasan taktis pengetahuan & ketrampilan kehidupan/penghidupan dan juga kebijaksanaan mensikapi/menjalani kompleksitas interaksi dalam kebersamaan/ kesemestaan yang senantiasa seimbang/berimbang dalam keselarasan/keterarahan dengan Saddhamma). Well, sebagian besar manusia bukan hanya memboroskan waktu & energi namun sering justru merusak amanah/peluang pemberdayaannya dalam keterpedayaan dirinya bahkan pemerdayaan lainnya. Sebagaimana dimensi samsarik lainnya (apaya, surga bahkan alam Brahma sekalipun) , dunia manusia ini hanyalah terminal transit bagi evolusi spiritualitas diri berikutnya. Perlu grhasta dalam jumlah yang seharusnya jauh lebih besar bukan hanya untuk mandiri dan sukarela menyangga/ menjamin kehidupan eksistensial diri, keluarga dan para bhikkhu namun juga demi pengembangan spiritualitas sendiri & bersama dan pelestarian Dhamma. Menjadi samana (pertapa) ? aktualisasi atas kesadaran, dengan kecakapan dan dalam kewajaran (paska kesungguhan realisasi/aspirasi anagami arahata /ingat : celaan konstruktif rekan bhikkhu atas 'jaminan 'selera rendah' surgawi Nanda Thera / > jaminan kemapanan / pensiun dini ? atau backing donasi kapiya / > kebutuhan umat /kontribusi profesi ?/ > keinginan sendiri (obsesi internal atau ambisi eksternal ?/ > keadaan fase/ usia / untuk cittakhana husnul khotimah pra maut / ?) .
2. selibat : terlampauinya arketipe seksual anima/animus kosmik (replika suddhavasa ? anagami ) Adalah Brahma Sahampati yang tanggap karena pencapaiannya sebagai anagami akan level kemurnian dimana bukan hanya delusi gender samsarik namun juga tidak terlekatinya lagi 5 samyojana 10 permainan samsarik sehingga beliau memohon pembabaran Dhamma dari Samma Sambuddha Gautama, bhikkhu aritha. Itulah sebabnya selibat menjadi satu sendi pokok vinaya monastik bagi para penempuh untuk mampu melampuinya ... tidak lagi tertarik bukan sekedar tidak ingin tertarik birahi. Bukan hanya lobha kamaraga keterlekatan indrawi kamavacara namun juga dosa byapada membenci apapun/ siapapun juga paska realisasi terjaganya diri atas sakkaya-ditthi (delusi akan keakuan), vicikicha (keraguan atas Saddhamma Buddhism karena bukti pencapaian tidak sekedar kepercayaan semata), silabataparamasa (kesadaran kosmik akan kepercumaan kemasan ritual dalam transaksi personal untuk pembebasan > pemantasan? ) yang jelas terbuktikan realisasi magga-phala sotapana dan tegas ditingkatkan sakadagami ... Tinggal 5 samyojana lagi bagi anagami mencapai arahata untuk dilampaui (moha : ruparaga, aruparaga, manna, uddhacca dan avijja) dengan pancamjjhana kusala & 5 indriya (saddha, viriya, sati, samadhi & panna) dipandang cukup untuk mengatasinya ? Suddhavasa adalah alam antara paling aman/ pasti? untuk realisasi Nibbana bahkan jika dibandingkan alam dimensi samsarik lainnya (manussa >, surga,> apaya bahkan rupa brahma > arupa brahma ?). Walau di alam manapun upaya Saddhamma tetap perlu dilakukan bukan hanya demi ketertiban dimensi tersebut namun demi evolusi spiritual berikut. (tentu saja sesuai dengan keterbatasan & pembatasannya masing-masing ).
3. pindapata : terlampauinya defieiensi ekonomi mandiri & santuti ( dakhina bagi visuddhi arahata nirodha samapatti ? ) Ada korelasi kosmik yang berkaitan dengan kualitas persembahan dalam desain kaidah kosmik ini .... perlakuan baik/ buruk tidak sekedar berkaitan dengan tindakan semata namun juga kualitas spiritual pemberi dan penerima. Walau tiada maksud memperbandingkan, kebaikan kepada yang suci/baik akan membawa manfaat anugerah besar demikian juga keburukan kepadaNya akan mengakibatkan mudarat musibah berat dibandingkan kepada yang biasa, buruk dst. Level aktual bukan sekedar label formal semoga para Bhante dengan metta karuna melayakkan kesucian/kebaikan diri sebagai ladang subur penerima kebajikan demi umat dan para umat memberikan dana / menyangga dengan sukacitta tidak sekedar demi pamrih duniawi, pahala surgawi ataupun bahkan demi parami pengkondisi namun dengan kewajaran meng-esa & kesadaran anatta ( Taoism weiwuwei = action without actor / acting ?.... just process )
Konsideran di atas semoga tidak di salah-artikan sebagai upaya tersirat "Mara?" (mengumpat/ menghujat 'setan' eksternal typical agama ketimbang cara Saddhamma untuk memandang internal ke dalam lebih dulu ? ... masalah kita adalah asava internal bukan dunia eksternal, lho) untuk menghambat perkembangan Buddha Sasana apalagi mempercepat kemusnahan Buddhisme Gotama (Sunnakalpa ?). No, Buddhisme sesungguhnya warisan spiritualitas tertinggi yang "(seharusnya tidak hanya?)" bisa dicapai oleh umat manusia di dunia ini untuk mampu terjaga dari mimpi samsara (bahasa duniawinya : kebanggaan/ keunggulan manusia di seluruh alam samsara .... di bawah alam antara sudhavasa anagami, tentu saja). Tampaknya prediksi inferential Buddha tentang Sunnakalpa tidaklah bersifat 'fixed' kuantitatif matematis (5000 tahun untuk masa Buddha sasana Gotama ?) namun lebih bersifat kualitatif ( kefahaman, kesadaran, kecakapan, kewajaran, kelayakan dalam merealisasi ajaran yang tersurat & tersirat ... "daun" simsapa Tipitaka Komplet & "akar" acinteya bunga Udumbara Saddhamma) ... tanpa menafikan faktor internal (stock kualitas manusia 4 yang tersisa 2 : neyya & padaparama , keberadaan Buddha sebagai factor Guru pemandu akurat, etc ) serta faktor eksternal lainnya ( kemerosotan minat spiritualitas sejati Saddhamma, kecenderungan siklus kejatuhan ajaran : Saddhamma > mistik > lokiya > pseudo > addhamma ,dst).
Menganalisis sakral kritik : Ini masalah sulit karena berkaitan dengan sakralisasi tradisi ajaran ..... walau penting menentukan namun risih atau riskan diutarakan.
1. irreversible magga phala asekha ? See : tabel mandala transendental (eksistensial nibbana < universal < transendental ) Celah keterjagaan adalah celah keterlelapan juga jika arahnya berlainan ( tanazul - taraqqi) : sebagaimana gunung keterjagaan yang didaki demikianlah juga jurang keterlelapan bisa menjatuhkan. Keterjagaan Nirvanik nantinya akan terrealisasi jika kemelekatan akan keterlelapan samsarik terlepaskan (via taraqqi proses kelayakan peniscayaan) sebagaimana keterlelapan samsarik dahulunya terjadi (tanazul azaliah : avijja - mana - tanha dst). misalnya panna menjadi avijja, anatta menjadi mana , metta karuna menjadi tanha sneha , etc. Keabadian terus berlangsung hingga saat ini sejak keazalian yang tidak diketahui lagi bukan hanya awalnya namun juga akhirnya menunjukkan bahwa desain ini bukan hanya dinamis (tdk statis / permanen) namun juga tertata suci transenden (eksistensial < universal < transendental) tidak hanya liar immanen . tentang : Mistake of Mystics = Spiritual Materialism ? /see : Chogyam Trungpa - posting blog lalu/ Konsistensi keberlanjutan Keterjagaan bukan sekedar telah pernah "merealisasi" Pembebasan (kebebasan perayaan untuk terlelap lagi bahkan kesewenangan samsarik? ) ....... Levelling forever not jut labelling. Lagipula banyak mistisi yang terjebak mengidentifikasikan lereng pencapaiannya sebagai 'puncak' pencerahan untuk dilegitimasikan (pengakuan publik ) walau bisa jadi bukanlah Magga Phala namun 'hanya' pencapaian Jhana lokiya bahkan ternyata hanya bhavanga atau bahkan halusinasi reflektif keinginan diri semata ?. Well, tetaplah merendah walau dalam ketinggian dan jangan meninggikan jika masih rendah .... Anatta bukan atta, tetap wajar meng-esa bukan heboh meng-aku. (Itu urusan impersonal pribadi diri dengan Realitas kosmik .... atau konsultasikan dengan guru spiritualnya sendiri jika punya). Diluaran perlunya kita baik dan tidak mengacau .... masalah sudah berlevel suci atau apapun itu tak perlu diekspose ke publik ... orang lain tidak butuh bahkan bisa jadi malah justru risih/ kesal karena kekonyolan ego atau kekurang-pantasan etika sosial bertenggang-rasa tsb ? (atau ingat ... tanggap akan paradoks intuitif : menyatakan rendah hati sesungguhnya justru menunjukkan ketinggian hati yang tersirat demikian juga dengan pengakuan 'kemuliaan' diri lainnya ) Dikarenakan begitu dalam/halusnya Saddhamma, Buddha Gautama sesungguhnya tampak lebih memilih untuk hanya menjadi paccekka walau tahu Dhamma yang ditembusnya bukan hanya tidak tercela namun bahkan sangat berguna. Namun karena saran ?/ permohonan ( x perintah) semesta yang diwakili Brahma Sahampati maka Beliau mengamati/ menyadari kemungkinan tercerahkannya juga lainnya sehingga kemudian bersedia membabarkanNya demi pencerahan dan kesejahteraan semua makhluk sebagai realisasi adhitthana Bodhisatta semula . Well, tiada niatan menegakan ego pengakuan apalagi mengibarkan bendera kepentingan bagi dirinya sendiri & pengikutn/pendukungnya. Hanya demi aktualisasi welas asih Sammasambuddha tanpa defisiensi pengakuan / kepentingan apapun ( Apa artinya/gunanya kesemuan & keliaran samsarik yang memperdayakan dilakukan demi kejatuhan dibandingkan keberdayaan pencerahan & kebebasan nirvanik yang telah dicapai untuk dijaga ?) Ah ... ini aja cara awam truth seeker padaparama luar sasana untuk mempermudah wawasan pemahaman/tataran kesadaran True Seeker Neyya Buddha Savaka : Dialog empati dengan Buddha Rupang. . .............................................................
2. pemujaan keIlahian Buddha ? ( See : Internal critics Bhante Punnaji & Bhante Pannavarro di atas ) posting lalu : Ariya Buddha sebagai personal god ? Hakekat KeIlahian: Level KeIlahian ?(advaita transenden dvaita immanen: Buddha ?- Brahma – Dewata – Asura -Atta ?) Moksha mysticism sant mat Dimensi Ilahiah : Alakh Niranjan- Brahm - Par Brahm - sohang- sat purush (Anenja Brahma ?) Buddhism : Brahmajala sutta , kasus Brahma Baka , etc. Buddha terjaga akan keakuan samsarik bahkan jikapun beliau lebih berhak menjadi cakkavati atas seluruh samsara ini (bukan hanya dunia karena bukan hanya jhana 1 & 2 bahkan jhana 8 atau 9 ? sudah beliau realisasi juga, Brahma Baka) daripada lainnya (kualifikasi Brahma sd imaginasi atta).So, kami berani bertaruh (ketahuan mantan penjudi juga, ya?) Dia tidak akan terjebak untuk tersekap dalam permainan samsarik lagi .....Beliau bukan hanya telah mantap mencapai nibbana keterjagaan transendensi eksistensialNya namun juga kebijaksanaan menyadari dimensi transendensi Dhamma Universal & kesaksian dimensi transendensi transendental ajatan abhutan dalam transendensiNya) ... anatta bebas dari keakuan internal apalagi dari pengakuan eksternal. Magga phala tidak irreversible karena bagaimana mungkin ada keterlelapan samsara jika puncak awalnya adalah keterjagaan Nibbana ( yang kemudian telah dicapai dalam keterjagaan kembali ?) Bahkan okelah ... jikapun kemudian beliau jatuh juga (karena misidentifikasi, "pseudo" aktualisasi" etc ? ), jangan lakukan kebodohan ketidak-pantasan dengan pembodohan mengharapkan/ mengusahakan kejatuhan yang terjaga untuk kembali tertidur nyenyak bermimpi indah & megah ( agar bisa di-eksploitasi ?! = pembodohan karena kebodohan eksternal atau kebodohan karena pembodohan internal ? ..... untuk semakin menjatuhkan /saling menyesatkan terhadap saddhamma ? ) ... tegakah/sukakah menjadikan Sang Ariya menjadi (maaf ... dalam kesetaraan mandala Ke-Esa-an sesungguhnya tidak layak ada perbandingan / peninggian yang satu & perendahan lainnya ) berlevel asura, dewata atau bahkan Brahma sekalipun ? (Walau sesungguhnya kebalikannya yang lebih mungkin terjadi karena bukan Buddha yang terjatuh namun .... maaf ... justru savakaNya. ) Tuhan bukanlah bemper kebodohan/kemanjaan diri, media katarsis psikologis /transaksi pencitraan dan kloset pembenaran pemfasikan/ kezaliman kepada lainnya Perlu kebijaksanaan universal, keperwiraan eksistensial, dan keberdayaan transendental dalam spiritualitas. Demi saddha kebhaktian untuk aktualisasi paedagogis kerendahan-hati universal / harmonisasi andragogis kepantasan eksistensial diri ..okelah ..Jadikan Buddharupang sebagai media perenungan kualitas keluhuran Buddha untuk diteladani & direalisasi (bukan sebagai mezbah berhala identifikasi kemuliaan pencitraan eksternal belaka apalagi demi eksploitasi harapan pembenaran kepentingan saja ).
3. pacceka di sunnakalpa ? Dhammaniyama sutta : ada atau tidak ada Buddha , Dhamma tetap ada Thus, Pencerahan tetap memungkinkan bagi siapa saja & kapan saja.(plus dimana juga?) ... maaf .... sesungguhnya bukan hanya "monopoli istimewa" Samma Sambudha dan para Ariya SavakaNya saja (plus Buddhist & Buddhism ?) walau tentu saja untuk merealisasikannya tetap dengan penempuhan / penembusan / Pencapaian ke-Ariya-an dengan keselarasan , keterarahan dan keniscayaan pemurnian kesejatian atas Saddhamma yang sama bagi semua ( KM4 , JMB 8 , etc ?). Tampak provokatif seakan pelaziman kezaliman : claiming wilayah personal (ala buzzer kadrun) ? Don't be childish of being Buddhist. (jangan konyol kekanakan untuk naif apalagi liar sebagai Buddhist) Lihat senyum agung kearifan & welas asih Buddharupang ... Walau memang memuliakan yang memang mulia adalah kepantasan yang perlu untuk sadar dan tulus dilakukan (demi kebaikan si pelaku sendiri sebetulnya), namun Transendensi sejati (eksistensial, universal, transendental) seharusnyalah tetap mantap berimbang bebas dari keakuan internal apalagi demi pengakuan eksternal . Tanpa niatan memperbandingkan demi tetap menjaga kebaikan sendiri/ bersama agar tetap mennghargai kesetaraan dalam keberagaman, sesungguhnyalah kemurnian tetaplah kemurnian walau dicela - demikian pula ... maaf ...kepalsuan tetap kepalsuan walau dipuja. Kenyataan diutamakan bukan pernyataan. Aktualisasi tindakan tidak sekedar 'pemilikan'? pandangan. Realisasi autentik kelayakan tidak sekedar anggapan kemasan pelagakan . DLL. DST. DSB. Untuk kesekian kalinya ..... just for levelling (to reach) not only? labelling (to claim). See tentang Anatta : (kutipan komentar Vlog Bahiya, lagi) Dari tilakhana, anatta adalah factor krusial pembeda yang membuat Ariya Dhamma ini bukan hanya melingkupi (bisa mencapai) namun juga mengungguli (bisa melampaui) lainnya (lokiya : asura dewata/ anenja brahma ?). Faktor Anicca dalam batas tertentu memang bisa difahami dan dilalui lokiya dhamma (norma duniawi – etika surgawi .. awas /ditthi + tanha/ dan sangat liarnya sensasi kemauan yang bisa menjerumuskan ke Lokantarika paska pralaya 2 ?) , factor dukkha pada level tertentu juga masih bisa disadari dan dicapai anenja dhamma ( unio mystica – pantheistics … awas /mana + avijja/ plus masih naifnya fantasi keakuan dimensi Abhassara untuk menyeret kembali dalam perangkap samsara paska pralaya 4 ? ) namun annata adalah factor penentu yang memungkinkan lokuttara dhamma ini mampu mengaktualisasi kemurnian penempuhan (> defisiensi kepamrihan & pencitraan) secara konsisten meniscayakan ‘peniscayaan/ keniscayaan’ dalam kelayakan realisasi pencerahan transeden (keterjagaan dari keterlelapan mimpi/ delusi samsara ini – keterbebasan ‘esensi murni’ ke-Buddha-an dari cangkang delusi ‘pancupadana khanda’ tanpa kebodohan identifikasi dan eksploitasi pembodohan dari keterpedayaan/ ketersesatan/ keterperangkapan intra-drama pengembaraan semu samsara ini kembali (singgah/pulang) ke ‘rumah sejati’ Nibbana.Dalam mandala advaita kasunyatan abadi ini sebagaimana samma-panna nibbana yang perlu disadari dan ditembus daya sentrifugal kebijaksanaanNya demikian pula tanha-avijja samsara tampaknya juga perlu difahami dan dilampaui daya sentripetal kecenderungannya. So, sebagaimana harmoni musik peregangan senar kecapi walau viriya (saddha/samvega?) memang diperlukan untuk mensegerakan dan konsisten dalam penempuhan namun tampaknya perlu juga panna kebijaksanaan untuk menjaga keberimbangannya dalam kewajaran harmonisasi eksistensial maupun kesadaran transendensi spiritualnya. Singkat kata, Buddhism seharusnyalah tetap selaras dengan/sebagai Saddhamma yang berlaku dan berhasil ditembus Buddha hingga level Kebijaksanaan Eksistensial Transenden Nibbana ( < Kesemestaan Universal Transenden < Kesempurnaan Transendental Transenden ). Ini pencapaian dimensi samsarik tertinggi 'pribadi' yang (jujur saja) mampu difahami/ diterima sampai sejauh ini dan memang tampak logis & sangat etis mengungguli lainnya.
KRITIK PANTHEISME MYSTICS Sanatana Dhamma videoTranskrip Sanatana Dhamma (Kaidah Kebenaran Abadi)
We have something called as Sanathana Dharma. Sanathan means eternal, timeless. Dharma does not mean religion; Dharma means law. So they were talking about eternal laws which govern life and how we can be in tune with it. Right now, whether you’ve been to school or not, whether you’re a great scientist or not, still right now you’re complying by all the physical laws on this planet. Yes or no? Otherwise you couldn’t sit here and exist. So similarly there are other kinds of laws which are not physical in nature which govern the life process within you. So they identified these things and they said, ‘These are the laws which govern one’s life.’ But over a period of time, every enthusiastic person that came from generation to generation went on adding their own stuff according to the necessity of the day or according to the necessity of the vested interest of the day, in so many ways it’s happened, all kinds and people added many things. But essentially your sanathan dharma is just this. Sanathan Dharma identifies a human being cannot rest, do what you want, you… he cannot rest because he longs to be something more than what he is right now. You cannot stop it. You teach him any kind of philosophy, you cannot stop it. Whoever he is, he wants to be little more than who he is right now. If that little more happens, he will seek little more and little more.Kami memiliki sesuatu yang disebut Sanathana Dharma. Sanathan berarti kekal, abadi. Dharma tidak berarti agama; Dharma artinya hukum. Jadi mereka berbicara tentang hukum kekal yang mengatur kehidupan dan bagaimana kita bisa selaras dengannya. Saat ini, apakah Anda pernah bersekolah atau tidak, apakah Anda seorang ilmuwan hebat atau bukan, saat ini Anda masih mematuhi semua hukum fisika di planet ini. Ya atau tidak? Jika tidak, Anda tidak bisa duduk di sini dan hidup. Begitu pula ada jenis hukum lain yang tidak bersifat fisik yang mengatur proses kehidupan di dalam diri Anda. Jadi mereka mengidentifikasi hal-hal ini dan mereka berkata, 'Ini adalah hukum yang mengatur kehidupan seseorang.' Tetapi dalam kurun waktu tertentu, setiap orang yang antusias yang datang dari generasi ke generasi terus menambahkan barang-barang mereka sendiri sesuai dengan kebutuhan hari atau sesuai dengan kebutuhan kepentingan hari ini, dalam banyak hal hal itu terjadi, segala macam dan orang menambahkan banyak hal. Tetapi pada dasarnya sanathana dharma Anda hanya ini. Sanathana Dharma mengidentifikasi bahwa manusia tidak dapat beristirahat, lakukan apa yang Anda inginkan, Anda ... dia tidak dapat beristirahat karena dia ingin menjadi sesuatu yang lebih dari dirinya sekarang. Anda tidak bisa menghentikannya. Anda mengajarinya filosofi apa pun, Anda tidak dapat menghentikannya. Siapapun dia, dia ingin menjadi lebih dari siapa dia sekarang. Jika itu sedikit lagi terjadi, dia akan mencari semakin lama semakin lebih .So if you look at it, every human being unconsciously is longing to expand in a limitless way. So every human being unconsciously is looking for a boundless nature or a limitless possibility or in other words, every human being knowingly or unknowingly has an allergy for boundaries. When you threaten his existence, his instinct of self-preservation will bow… will build walls of you know, protection for himself. The same walls of protection, when there is no external threat, immediately he experiences it as walls of self-imprisonment. So they recognized this and said every human being is longing… limitless. So first thing that you must do, the moment a child becomes reasonably conscious, - the first thing that you must put into a child’s mind is, your life is about mukti, about liberation. Everything else is secondary because the only thing that you’re truly longing for is to expand in a limitless way. There is something within you which can’t stand boundaries. Jadi jika dilihat, setiap manusia secara tidak sadar ingin berkembang dalam suatu cara yang tidak terbatas. Jadi setiap manusia secara tidak sadar mencari sifat alami yang tidak terbatas atau kemungkinan yang tidak terbatas atau dengan kata lain, setiap manusia secara sadar atau tidak sadar memiliki alergi terhadap pembatasan. Ketika Anda mengancam keberadaannya, instingnya untuk mempertahankan diri akan tunduk ... akan membangun tembok sebagaimana anda ketahui (untuk) melindungi dirinya sendiri. Dinding perlindungan yang sama, ketika tidak ada ancaman eksternal, dia segera mengalaminya/mensikapinya sebagai tembok pemenjaraan diri. Jadi mereka mengenali ini dan berkata bahwa setiap manusia merindukan… ketidak-terbatasan. Jadi, hal pertama yang harus Anda lakukan, pada saat seorang anak secara nalar menjadi sadar - hal pertama yang harus Anda masukkan ke dalam pikiran seorang anak tersebut adalah, Kehidupan Anda adalah tentang mukti, tentang pembebasan. Segala sesuatu yang lain bersifat sekunder karena satu-satunya hal yang Anda benar-benar rindukan adalah berkembang dengan cara yang tiada batas. Ada sesuatu di dalam diri Anda yang tidak tahan akan keterbatasan.So for this what are things you should do to head in that direction; they set up simple rules. If you do this, this and this, you will naturally move in this direction. You can’t call this a religion, okay? Because this is a place where you’ve been given the freedom - you can make up your own god (?!). Jadi untuk ini hal-hal apa yang harus Anda lakukan adalah untuk menuju ke arah itu; mereka membuat aturan sederhana. Jika Anda melakukan ini, ini dan ini, Anda secara alami akan bergerak ke arah ini. Anda tidak bisa menyebut ini agama, oke? Karena ini adalah tempat di mana Anda telah diberi kebebasan - Anda bisa menjadi tuhan Anda sendiri. (?!). Use : Googlre Translate (English - Indonesia) https://translate.google.com/Then ?Transkrip Awaken Samadhi Trailer (Uniion Mystics )AWAKEN SAMADHI TRAILER(Original Source - Copy Right) https://www.youtube.com/watch?v=dqGdWoW-GT8
If you hold this feeling of “I” long enough and strongly enough the false “I”will vanish, leaving only the unbroken awareness of the real immanent “I” or consciousness itself ~ Sri Ramana Maharshi."Jika Anda memegang perasaan 'aku' ini cukup lama dan cukup kuat, maka 'aku' yang semu akan lenyap, hanya menyisakan kesadaran tak terputus yang nyata, keberadaan imanen 'aku', atau kesadaran itu sendiri." ~ Sri Ramana MaharshiSamadhi is an ancient Sanskrit word which means Union. It is the union of individual persona, the egoic self with something greater, something unfathomable to the mind. Samadhi is a surrendering, a humbling of Individual mind to the Universal mind. The purpose of Meditation, Yoga, Prayer, Chantings and all Spiritual practices is one and that is Samadhi. In the language of Christian mystics it is humbling oneself before God. Samadhi is realized through what Buddha called the middle way or what in Taoism is called the balance of ying and yang. In the yogic traditions it is called the marriage of Shiva and Shakti.Samadhi adalah kata Sansekerta kuno yang berarti Persatuan. Ini adalah penyatuan persona individu, diri egois dengan sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang tak terduga bagi pikiran. Samadhi adalah penyerahan, merendahkan pikiran Individu ke pikiran Universal. Tujuan dari Meditasi, Yoga, Doa, Nyanyian dan semua praktik Spiritual adalah satu dan itu adalah Samadhi. Dalam bahasa mistik Kristen, itu berarti merendahkan diri di hadapan Tuhan. Samadhi diwujudkan melalui apa yang disebut Buddha sebagai jalan tengah atau yang dalam Taoisme disebut keseimbangan ying dan yang. Dalam tradisi yoga, ini disebut perkawinan Siwa dan Shakti. When Samadhi is perfect, it is wisdom of the great ultimate reality. An understanding of the relationship between form and emptiness, relative and absolute, its a coming into one's true nature. Samadhi begins with a leap in to the unknown.Ketika Samadhi sempurna, itu adalah kebijaksanaan dari realitas tertinggi yang agung. Pemahaman tentang hubungan antara bentuk dan kekosongan, relatif dan absolut, yang masuk ke dalam sifat sejati seseorang. Samadhi dimulai dengan lompatan ke hal yang tidak diketahui.In order to realize Samadhi, one must turn consciousness away from all known objects, from all external phenomena, conditioned thoughts and sensations towards consciousness itself. Towards the inner source, the heart of essence of one's being.Untuk mewujudkan Samadhi, seseorang harus mengalihkan kesadaran dari semua objek yang diketahui, dari semua fenomena eksternal, pikiran dan sensasi terkondisi menuju kesadaran itu sendiri. Menuju sumber batin, inti dari keberadaan seseorang.The source of all existence is not a thing or object that one can see like in these physical world we do. It is perfect emptiness or stillness itself. It is the emptiness which is the source of all things.Sumber dari semua keberadaan bukanlah hal atau objek yang dapat dilihat seseorang seperti di dunia fisik yang kita lakukan ini. Itu adalah keheningan atau keheningan sempurna itu sendiri. Kekosongan itulah yang menjadi sumber segala sesuatu.This union cannot be understood with the limited individual mind. It is only directly realized when the mind becomes still. There is no Self that awakens. There is just ‘you' that awakens. What you are awakening from is the illusion of the separate self from the dream of the limited ‘you'. The World that now you think you are living in is actually ‘you'. It is your higher self or the selfless self. Annata.... No Self.Persatuan ini tidak dapat dipahami dengan pikiran individu yang terbatas. Itu hanya disadari secara langsung ketika pikiran menjadi tenang. Tidak ada Diri yang terbangun. Hanya ada 'kamu' yang terbangun. Dari mana Anda terbangun adalah ilusi dari diri yang terpisah dari impian 'Anda' yang terbatas. Dunia yang sekarang Anda pikir Anda tinggali sebenarnya adalah 'Anda'. Itu adalah diri Anda yang lebih tinggi atau diri yang tanpa diri/tidak mementingkan diri sendiri. Tanpa aku ... Tiada diriSamadhi is so simple that when you are told that what is it and how to realize it, your mind will always miss it because the mind is what needs to be stopped before it is realized. It is not a ‘happening' at all. It is the surrendering of the individual mind to the higher mind or big mind..Samadhi begitu sederhana sehingga ketika Anda diberitahu bahwa apa itu dan bagaimana merealisasikannya, pikiran Anda akan selalu merindukannya karena pikiran adalah apa yang perlu dihentikan sebelum disadari. Ini sama sekali bukan 'terjadi'. Ini adalah penyerahan pikiran individu ke pikiran yang lebih tinggi atau fikiran besar.The most important teaching of Samadhi is perhaps found in this phrase:- “Be Still & get Know”.Pengajaran paling singkat dari Samadhi mungkin dapat ditemukan dalam frase ini: "Diamlah dalam keheningan dan ketahuilah Hal tersebut."Silence is the language of God. All else is poor translation. - Rumi(Keheningan adalah bahasa Ilahi. Semua hal lainnya hanyalah 'terjemahan' belaka yang tidak memadai. – Rumi)How can we use words and images to convey stillness? How can we convey silence by making noise? Rather than talking about Samadhi as an intellectual concept. this film is a radical call to INACTION. A call to stillness. A call to meditation and inner silence. A call to STOP.Bagaimana kita dapat menggunakan kata atau gambar untuk menjangkau keheningan ? Bagaimana kita dapat menyampaikan keheningan dengan membuat kebisingan ? Film ini ditujukan sebagai suatu panggilan radikal untuk "tanpa-aksi". Suatu panggilan untuk menuju keheningan. suatu panggilan untuk meditasi dan keheningan di kedalaman. Suatu panggilan untuk BerhentiStop everything that is driven by the pathological egoic mind. Be still and know.Hentikanlah segala sesuatu yang dibawa oleh fikiran diri yang sakit. Berdiamlah dan KetahuiNo one can tell you what will emerge from the stillness. It is a call to act from the spiritual heart.Tidak ada yang bisa memberitahu Anda apa yang akan muncul dari keheningan. Ini adalah panggilan untuk bertindak dari jantung spiritual.Samadhi is not some mystical 'altered' state of being. It is simply one's natural state of presence, of consciousness unmediated by thought, unmediated by an egoic identity.Samadhi bukanlah sejumlah tahap perubahan keberadaan yang bersifat mistis. Ini hanyalah keberadaan alamiah kehadiran seseorang. yang kesadarannya tidak terpisahkan oleh fikiran, tidak terpisahkan oleh identitas suatu diri pribadi.Most of humanity is in an altered state all the time... A state of egoic identification with form and thought. When one is in a state of natural presence and non-resistance, Prana flows more freely through the inner world. This pranic stream which is prior to the nervous system, prior to the senses and thinking,becomes a new interface with reality. Literally a new level of consciousness or new way of being in the world.Sebagian besar umat manusia dalam keberadaan yang terpisahkan sepanjang waktu … Suatu keberadaan beridentifikasi diri dengan bentuk dan pikiran. Ketika seseorang dalam keadaan kehadiran alamiah dan tanpa tekanan, Prana mengalir lebih bebas melalui dunia batin. Aliran prana ini yang sebelumnya menuju ke sistem saraf. sebelumnya menuju indrawi dan fikiran, menjadi antarmuka baru dengan kenyataan, Secara harfiah suatu tingkat kesadaran yang baru atau cara baru keberadaan di dunia.It is through the ancient teachings of Samadhi, the humanity will begin to understand the common source of all the religions and to come into alignment once again with the spiral of life …. Great Spirit, Dhamma, or the Tao.Ini melalui pengajaran Samadhi kuno bahwa umat manusia akan mulai memahami sumber umum dari semua agama dan untuk datang ke dalam keselarasan sekali lagi dengan spiral kehidupan Roh Agung, Dhamma, atau Tao.Samadhi is the 'gateless gate’ and ‘pathless path' and it is the identification with the self structure which separates our Inner and Outer worlds.Samadhi adalah 'gerbang tanpa gerbang' dan 'jalan tanpa jalan' dan itu adalah identifikasi dengan struktur diri yang memisahkan dunia Batin dan Luar kita.
Video Chant : Gaiea Sanskrit _ Madalasa UpadeshaLullaby Song of Madalasa Upadesha from The Mārkaṇḍeya Purāṇa … Kidung Nina Bobo Ratu Madalasa kepada puteranya (Rshi Markandeya) Link Data : https://www.thestorygenie.com/blog/the-lullaby/or : https://unboundintelligence.com/madalasa-upadesha/
Verse 1śuddhosi buddhosi niraɱjano’si //saɱsāramāyā parivarjito’si// saɱsārasvapnaɱ tyaja mohanidrāɱ// maɱdālasollapamuvāca putram|Madalasa says to her crying son:// “You are pure, Enlightened, and spotless. //Leave the illusion of the world // and wake up from this deep slumber of delusion”Madalasa berkata kepada putranya yang menangis: //“Anda murni, Tercerahkan, dan tidak bernoda.// Tinggalkan ilusi dunia dan //bangun dari tidur nyenyak delusi ini "Verse 2śuddho’si re tāta na te’sti nāma // kṛtaɱ hi tatkalpanayādhunaiva|//paccātmakaɱ dehaɱ idaɱ na te’sti //naivāsya tvaɱ rodiṣi kasya heto||“My Child, you are Ever Pure! You do not have a name. //A name is only an imaginary superimposition on you.//This body made of five elements is not you nor do you belong to it.//This being so, what can be a reason for your crying ?”“Anakku, kamu Selalu Murni! Anda tidak punya nama.// Nama hanyalah lekatan khayal yang dikenakan pada Anda. // Tubuh yang terbuat dari lima elemen ini bukanlah Anda dan bukan pula milik Anda. // Karena itu, apa yang menjadi alasan Anda menangis? "Verse 3na vai bhavān roditi vikṣvajanmā //śabdoyamāyādhya mahīśa sūnūm|//vikalpayamāno vividhairguṇaiste //guṇāśca bhautāḥ sakalendiyeṣu||“The essence of the universe does not cry in reality. // All is a Maya of words, oh Prince! Please understand this. //The various qualities you seem to have are are just your imaginations, //They belong to the elements that make the senses (and have nothing to do with you).”“Esensi alam semesta tidak menangis dalam Realitas kenyataan. // Semuanya adalah kata-kata Maya, oh Pangeran! Mohon mengerti ini. // Berbagai kualitas yang tampaknya Anda miliki hanyalah imajinasi Anda, // Mereka termasuk dalam elemen yang membuat indra (dan tidak ada hubungannya dengan Anda). ”Verse 4bhūtani bhūtaiḥ paridurbalāni // vṛddhiɱ samāyāti yatheha puɱsaḥ| // annāmbupānādibhireva tasmāt //na testi vṛddhir na ca testi hāniḥ||“The Elements [that make this body] grow with accumulation of more elements, or//Reduce in size if some elements are taken away //This is what is seen in a body’s growing in size or becoming lean depending upon the consumption of food, water etc. //YOU do not have growth or decay.”“Unsur-unsur [yang membuat tubuh ini] tumbuh dengan akumulasi lebih banyak unsur,// atau Kurangi ukurannya jika beberapa elemen diambil // Inilah yang terlihat pada tubuh yang membesar atau menjadi kurus bergantung pada konsumsi makanan, air, dll.// KAMU tidak memiliki pertumbuhan atau kerusakan. "Verse 5tvam kamchuke shiryamane nijosmin // tasmin dehe mudhatam ma vrajethah| //shubhashubhauh karmabhirdehametat //mridadibhih kamchukaste pinaddhah||“You are in the body which is like a jacket that gets worn out day by day. // Do not have the wrong notion that you are the body. //This body is like a jacket that you are tied to, // For the fructification of the good and bad Karmas.”“Anda berada di dalam tubuh yang seperti jaket yang semakin hari semakin aus. // Jangan salah paham bahwa Anda adalah tubuh. // Tubuh ini seperti jaket yang diikat, // Untuk fruktifikasi dari karma baik dan buruk. "Verse 6tāteti kiɱcit tanayeti kiɱcit // aɱbeti kiɱciddhayiteti kiɱcit| // mameti kiɱcit na mameti kiɱcit //tvam bhūtasaɱghaɱ bahu ma nayethāḥ||“Some may refer to you are Father and some others may refer to you a Son or //Some may refer to you as Mother and some one else may refer to you as Wife. // Some say “You are Mine” and some others say “You are Not Mine” // These are all references to this “Combination of Physical Elements”, Do not identify with them.”“Beberapa mungkin menyebut Anda adalah Ayah dan beberapa lainnya mungkin merujuk Anda sebagai Putra atau // Beberapa orang mungkin menyebut Anda sebagai Ibu dan beberapa orang lain mungkin menyebut Anda sebagai Istri.// Beberapa orang mengatakan "Kamu adalah milikku" dan beberapa lainnya mengatakan "Kamu bukan milikku"// Ini semua adalah referensi ke "Kombinasi Elemen Fisik", Jangan identifikasi dengannya. "Verse 7sukhani duhkhopashamaya bhogan //sukhaya janati vimudhachetah| // tanyeva duhkhani punah sukhani //janati viddhanavimudhachetah||“The ‘deluded’ look at objects of enjoyment, // As giving happiness, by removing the unhappiness. // The ‘wise’ clearly see that the same object // Which gives happiness now will become a source of unhappiness.”“Pandangan yang 'tertipu' pada objek kenikmatan, // Seperti memberi kebahagiaan, dengan menghilangkan ketidakbahagiaan. // Orang 'bijak' dengan jelas melihat objek yang sama // Yang memberi kebahagiaan sekarang akan menjadi sumber ketidakbahagiaan. "Verse 8yānaɱ cittau tatra gataśca deho // dehopi cānyaḥ puruṣo niviṣṭhaḥ| // mamatvamuroyā na yatha tathāsmin // deheti mātraɱ bata mūḍharauṣa|“The vehicle that moves on the ground is different from the person in it // Similarly this body is also different from the person who is inside! // The owner of the body is different from the body. // Ah how foolish it is to think I am the body!”“Kendaraan yang bergerak di tanah berbeda dengan orang di dalamnya // Demikian pula tubuh ini juga berbeda dengan orang yang ada di dalam! // Pemilik tubuh berbeda dengan tubuh. // Ah betapa bodohnya menganggap aku adalah tubuh! "just imageSanskrit : śuddhosi buddhosi niraɱjano’si //saɱsāramāyā parivarjito’si// saɱsārasvapnaɱ tyaja mohanidrāɱ// English : “You are pure, Enlightened, and spotless. //Leave the illusion of the world // and wake up from this deep slumber of delusion”//Indonesian :“Anda murni, Tercerahkan, dan tidak bernoda.// Tinggalkan ilusi dunia dan //bangun dari tidur nyenyak delusi ini "S (Sk) : Maɱdālasollapamuvāca putram|E (Eng) : Madalasa says to her crying son://I (Ina) : Madalasa berkata kepada putranya yang menangis:
Then ?Sekilas sebagai seeker, kita memahami alur gnosis mystic di atas. Paska Bahasan Gnosis Anatta Saddhamma Buddhisme pada blog sebelumnya, berikut kita menggunakan referensi Sanatana Dhamma Mystics sebagai pijakan referensi awalnya. Secara filosofis & psikologis sebagai kebijaksanaan Orientasi Universal dengan tanpa menafikan akan aktualisasi/ harmonisasi eksistensial dalam keberadaan personal,(walau kami bisa saja tidak benar,(malah salah atau disalahkan ?)- namun kami tetap konsisten dengan kaidah theosofi panentheistik daripada kesadaran kaidah pandangan theologi monistik pantheisme tersebut ataupun kewajaran theodice akidah risalah monotheistik umumnya sebagai sikap yang tepat agar tetap senantiasa true, humble & responsible baik dalam pengetahuan maupun penempuhan sebagai jalan tengah yang menyeluruh untuk tidak jatuh dalam identifikasi (imaginasi?) ataupun eksploitasi (manipulasi?) yang bisa jadi akan menggoyahkan keseimbangan dan mengacaukan keberimbangan dalam keseluruhannya. (cukup tanggap atau perlu bahasan lanjut berikutnya? .... ada transenden Hyang Mutlak > //baca: yang lebih besar/Maha agung atau tidak sekedar/ hanya sebatas // laten deitas immanenNya).... Aktualisasi meng-Esa tanpa keakuan bukan defisiensi meng-aku dengan ke-Esaan (B-love > D-love, Maslow ?).
KRITIK RELIGIKritik agama ? Hehehe .... nggak berani, bro. Dikira penistaan agama, lho. Untuk Saddhamma Budhisme & Pantheisme Mystics saja masih sungkan & riskan. Namun kami harap anda cukup tanggap arah idea paradigma gnosis kosmik panentheisme ini yang walau tidak tegas tersurat namun jika tanggap tetap jelas tersirat.Jangan salah sangka ... kami tidak pernah anti dhamma (bahkan juga pandangan addhamma sekalipun) . Agama diperlukan di tataran eksistensial untuk ketertiban kosmik duniawi (+ ukhrowi) . Mistik diperlukan untuk penempuhan universal (kaidah kasih sesama & pemurnian energi in motion batin mutlak diperlukan ... jumbuhing karep > manunggaling kawulo gusti ?) . Finally, Saddhama perlu diperhatikan demi transendensi spiritual (kaidah 'anatta' dari nama rupa khanda demi pencerahan kebijaksanaan esensi murni) .Well, bukan hanya tanha (pengumbaran kemauan 'karep') tetapi mana (pembanggaan keakuan 'anggep) penyebab kita sering semu, naif & liar dalam membadut dalam permainan peran samsarik selama ini ... avidya /ketidak-tahuan atau ketidak mau tahuan atau ketidak-mampu tahuan ?./ kegeden anggep kakehan karep (jw) = terlalu besar keakuan , terlalu banyak kemauan
kutipan : 3b) (Membicarakan soal Kebenaran dan Agama.docx). INPUT BLOG 1/G-DRIVE/Membicarakan soal Kebenaran dan Agama.docx
Membicarakan soal kebenaran dan agama, saya teringat sebuah kisah jenaka yang dituturkan oleh Anthony de Mello SJ. Kisahnya begini:Pada suatu hari setan berjalan-jalan dengan seorang temannya. Mereka melihat seseorang membungkuk dan memungut sesuatu dari jalan.“Apa yang ditemukan orang itu?” tanya si teman.“Sekeping kebenaran,” jawab setan.“Itu tidak merisaukanmu?” tanya si teman.“Tidak,” jawab setan.“Aku akan membiarkan dia menjadikannya kepercayaan agama.”Pada akhir pengisahannya, mendiang Anthony de Mello menambahkan: Kepercayaan agama merupakan suatu tanda, yang menunjukkan jalan kepada kebenaran. Orang yang berpegang kuat-kuat pada petunjuk jalan itu, tidak bisa berjalan terus menuju kebenaran. Sebab, ia mengira sudah memilikinya.Nah...sekarang bagaimana dengan kita, dengan Anda dan saya? Apakah Anda sudah merasa memiliki kebenaran itu, sehingga tak boleh ada kebenaran lain —walaupun sebetulnya lebih tinggi, lebih halus dan lebih mendalam— ketimbang yang Anda klaim sebagai milik Anda itu? Saya rasa kita tak mau sedungu itu bukan? Tak mau hanya jadi kelinci percobaan dan bahan ejekan dari setan dan temannya itu bukan? Waspadalah dalam idea berpandangan, gaya berpribadi dan cara berprilaku … bisa jadi apa yang kita puja sesungguhnya adalah yang kita cela, yang kita jauhi justru yang sedang kita tuju . Segalanya terniscayakan sesuai akumulasi level kelayakann impersonalya bukan karena harapan label kepercayaan & keinginan personal belaka. Ini berlaku semua bukan hanya untuk loka dhamma, lokiya dhamma namun juga bagi lokuttara dhamma. (prinsip dhatu kesesuaian > saddha kepercayaan )
INPUT BLOG 1/G-DRIVE/Membicarakan soal Kebenaran dan Agama.docx |
KUTIPAN : See : apa itu kebenaran Bhante Pannavarro. Lim, kalau kamu bertanya dan mencari kebenaran, kebenaran itu persis seperti panasnya lampu minyak yang barusan kamu rasakan. Ada namun tidak terlihat, terasa namun tak dapat digenggam, mengelilingimu dengan cahayanya namun tak dapat kamu miliki, semua orang merasakan hal yang sama, melihat pancaran lampu tersebut, namun saat ingin dimiliki atau disentuh dia tak tersentuh, namun dapat dilihat dan dirasakan, itulah kebenaran. Kebenaran itu universal Lim, milik penciptanya dan segenap dunia ini, namun saat kebenaran ingin dimiliki oleh satu orang saja atau satu kelompok saja, dia akan langsung menghilang tak berbekas, karena kebenaran itu untuk disadari, dijalani bukan untuk dimiliki oleh makhluk yang Annica ( Tidak kekal) ini, makhluk yang Lobha ( Serakah) ini, makhluk yang penuh Irsia ( Iri hati) ini, makhluk yang penuh dengan Moha ( Kebodohan) ini dan bukan pula punya makhluk yang penuh dengan Dosa (Kebencian) ini. Disaat sebuah kebenaran sudah di klaim oleh orang lain atau hanya milik sebagian kelompok saja, maka kebenaran tersebut akan berubah menjadi pembenaran, menurut dirinya sendiri, menurut maunya sendiri, menurut nafsunya sendiri. Jadi Lim anakku, berjalanlah diatas kebenaran, lakukanlah yang benar benar, namun jangan sekali kali muncul keinginan untuk memiliki kebenaran yang universal tersebut, karena kebenaran itu universal tidak dapat dimiliki oleh siapapun kecuali Sang Pencipta kebenaran itu sendiri. semoga dapat dipahami dan semoga semua makhluk berbahagia lepas dari penderitaan selamanya, Sadhu sadhu sadhu..
Memiliki peta sebenar apapun tidak serta merta kita sudah tiba di sana.
Kumārapañhā (1) -- Tanya-jawab di 1:28:25 https://www.youtube.com/watch?v=z1mMrR6Fwj8 Teguh Kiyatno 2 bulan yang lalu (diedit) komentar vlog Anumodana , Bhante Santacitto dan DBS atas pembahasan mendalam lintas sutta plus kitab komentar tentang kumarapanha sutta cukup mengesankan dan sangat menegaskan kebulatan desain atas kandungan kompleks paradoks konsep terminologis ahara 4 (yang ternyata tidak sedangkal verse sutta seperti yang kami perkirakan sebelumnya). Kebijaksanaan transedental dalam faktisitas keterlibatan eksistensial tanpa perlu kemelekatan esensial khas Buddhisme kembali menunjukkan keunggulan klasnya yang walau tetap meliputi namun mampu melampaui delusi permainan konsep samsara ini. Buddha dan Buddhisme sungguh merupakan figure dan system yang sangat unik dan menarik. Buddha tanpa menafikan factor mistik parami dan level tihetuka pugala bawaannya secara genius mampu memanfaatkan keberadaan mediocre sugati-dugati alam dunia sebagai manusia dengan mampu men-triangulasi pengetahuan/pengalaman , merealisasi pencapaian/penembusan dan memformulasi kaidah paradigma yang bukan hanya terbuka (untuk realisasi pembuktiannya) namun juga terjaga ( dalam konsistensi kebenarannya ) jika telah difahami secara utuh dengan benar, bijak dan tepat. Besar harapan kami pada saat mendatang Alagaddupama sutta (sutta ular air) juga dibahas mengingat bukan hanya memahami idea pandangan benar namun juga cara mensikapi pandangan secara benar adalah kemutlakan yang perlu dijalani dalam selancar penempuhan lokuttara dhamma ini. Sehingga saddha (kebijaksanaan pandangan awal bagi realisasi pembuktian tidak sekedar sanna pembenaran indoktrinasi ‘blind faith’) yang dibangun sebagai pondasi pada JMB 8 dapat teraplikasi tumbuh berkembang berkelanjutan dalam Panna kesejatiannya (pra & paska pencerahan) serta terhindari kekonyolan eksternal militansi – fanatisme primordial, pembenaran eksploitasi identifikatif yang cenderung terjadi pada religi/mistik yang masih (sudah / memang?) berada di level lokiya dhamma. ALAGADHUPAMMA SUTTA : Well, Dhamma bukanlah ular berbisa simbol identifikasi/arogansi & sarana eksploitasi/ intimidasi bagi kebodohan internal diri sendiri & untuk pembodohan eksternal lainnya. (Waspadalah bukan hanya kemungkinan brain-washed dari logical / ethical fallacy sebagai pseudo /lokiya dhamma dalam pengetahuan/ penempuhan namun mungkin juga miccha ditti 62 brahmajala sutta dalam labirin penembusan/ pencapaian ) Fahami yang tersirat tidak hanya yang tersurat..
Fanatisme vs Saddha Wedyanto Hanggoro Ini adalah salah satu topik yang dalam aplikasinya masih sangat rancu. Kerancuan itu dapat terjadi karena batas diantara keduanya sangat tipis, namun bila yang satu menuju ke sebuah kebaikan maka yang lainnya akan memberikan sebuah kerugian besar. Tulisan ini didasarkan pada sabda-sabda Sang Buddha sebagaimana tercantum di dalam kitab suci Tripitaka namun dengan bahasa yang sederhana sesuai kapasitas pemahaman pribadi saya. Keyakinan yang dinamakan Saddha, adalah iman atau kepercayaan yang berdasarkan kebijaksanaan. Keyakinan dalam ajaran Sang Buddha bukan berdasarkan atas rasa percaya semata atau bahkan rasa takut, tapi keyakinan yang didasarkan atas aebuah penyelidikan (ehipassiko). Kegembiraan tidak akan pernah dirasakan oleh mereka yang hanya memiliki keyakinan yang didasari atas rasa takut atau karena kepercayaan yang membuta. Karena sesungguhnya kegembiraan itu hanya dapat dirasakan oleh mereka yang memiliki pengertian benar dan kebijaksanaan. Seperti yang diungkapkan oleh Sang Buddha bahwa seseorang yang bermoral dan berwatak baik akan belajar bahwa demikianlah seharusnya cara hidup seorang siswa yang mematahkan kecenderungan buruk, mencapai kesempurnaan lewat jalan kebijaksanaan dan pemusatan pikiran bersih dari dorongan yang keliru . Setelah ia sendiri memahami dan menyadari akan tujuan yang lebih luhur dari hidup ini, lalu berpikir untuk melaksanakannya sendiri (Puggala-Pannatti, III, 1). Sariputra (salah seorang siswa utama Sang Buddha) juga mengungkapkan bahwa keyakinan yang baik itu harus diuji dengan mengendalikan indra. Dengan keyakinan ini, semangat, kesadaran, konsentrasi, dan kebijaksanaan berkembang terus menerus. “Sebelumnya aku hanya mendengar hal-hal ini, sekarang aku hidup dengan mengalaminya sendiri. Kini dengan pengetahuan yang dalam aku menembusnya dan membuktikan secara jelas” (Samyutta Nikaya . V, 226). Setelah melihat uraian di atas, kita sudah mengetahui bahwa Saddha adalah sebuah keyakinan yang didasarkan atas sebuah penyelidikan dengan pengertian yang benar serta penuh kebijaksanaan. Iman semacam itu dikategorikan sebagai iman yang rasional (akaravati-saddha). Sebuah iman yang dewasa tentu saja akan berbeda dengan iman yang kekanak-kanakan atau membuta. Iman yang kekanak-kanakan atau membuta inilah yang dikenal sebagai Fanatisme. Sang Buddha juga pernah menyampaikan bahwa seseorang yang kuat dalam keyakinan tetapi lemah dalam kebijaksanaan akan memiliki keyakinan yang fanatik dan tanpa dasar. Sedangkan seseorang yang kuat dalam kebijaksanaan tetapi lemah dalam keyakinan akan mengetahui bahwa ia bersalah jika berbuat kejahatan, tetapi sulit untuk menyembuhkannya bagaikan seseorang yang penyakitnya disebabkan oleh si obat sendiri. Bila keduanya seimbang, seseorang akan memiliki keyakinan hanya bila ada dasarnya (Visuddhimagga. 129). Dalam Brahmajala-sutta tercatat bagaimana Sang Buddha mengajarkan siswanya agar bersikap kritis terhadap penganutan agama Buddha sendiri: “Para Bhikkhu, jika ada orang berbicara menentang aku, atau menentang Dharma atau menentang Sangha, janganlah karena hal itu engkau menjadi marah, benci, atau menaruh dendam. Jika engkau merasa tersinggung dan sakit hati, hal itu akan menghalangi perjalanananmu sendiri mencapai kemenangan. Jika engkau merasa jengkel dan marah ketika orang lain mengucapkan kata-kata yang menentang kita, bagaimana engkau dapat menilai sejauh mana ucapannya itu benar atau salah?… Jika ada orang yang mengucapkan kata-kata yang merendahkan Aku, atau Dharma atau Sangha, engkau harus menjelaskan apa yang keliru dan menunjukkan kesalahannya dengan menyatakan berdasarkan hal ini atau itu, tidak benar, itu bukan begitu, hal demikian tidak diketemukan di antara kami dan bukan pada kami. Sebaliknya pula, Bhikkhu, jika orang lain memuji Aku, memuji Dharma, memuji Sangha, janganlah karena hal tersebut engkau merasa senang atau bangga atau tinggi hati. Jika engkau bersikap demikian maka hal itu itu pun akan menghalangi perjalanananmu sendiri mencapai kemenangan. Jika orang lain memuji Aku, atau Dharma atau Sangha, maka engkau harus membuktikan kebenaran dari apa yang diucapkan dengan menyatakan berdasar hal ini atau itu, ini benar, itu memang begitu, hal demikian terdapat di antara kami, ada pada kami” (Digha-Nikaya. I, 3). Setelah membaca semua sabda-sabda Sang Buddha di atas, apa yang sekarang muncul di dalam benak anda sekalian? Bagi saya pribadi, ajaran Sang Buddha lebih menitik-beratkan pada pengembangan religiusitas mental dan batin kita ketimbang sebuah keberAGAMAan. Sebagaimana dikatakan oleh Bodhidharma, bahwa Buddha tak dapat ditemukan dalam kitab suci. Ia mengajarkan untuk melihat ke dalam hati kita sendiri dengan kesadaran dan kesucian yang sempurna, karena di situlah kita akan bertemu dengan Buddha. Mungkin banyak diantara anda yang sering melihat orang-orang di sekeliling anda yang kuat menganut agamanya secara lahiriah, tapi tidak seiring dengan perkembangan religiusitas mental dan batinnya. Orang bisa saja sangat taat beribadah, namun di dalam rumahnya ia menyiksa istrinya dan di luar rumahnya ia seorang lintah darat. Boleh jadi orang gigih menganut agama dengan motivasi tertentu seperti dagang, karier atau tuntutan calon mertua. Orang yang militan dalam kegiatan organisasi agama, namun mengobarkan kebencian dan permusuhan, tidak peduli dengan kesulitan orang lain, tidak jujur, tidak adil, tentunya tidak religius. Sebaliknya ada orang yang tidak begitu cermat menaati aturan agama (bukan mengenai nilai moral yang universal) atau bahkan ia juga tidak mengenal agama sama sekali, namun ia cinta pada kebenaran, lurus, tidak munafik, tidak egois, tidak serakah dan suka menolong, maka ia bisa disebut religius. Jadi sekarang pilihan berada di tangan anda. Karena sesungguhnya Sang Buddha sudah membabarkan secara lengkap dan sempurna mengenai perbedaan antara Saddha & Fanatisme. Artikel ini sendiri bersumber dari tulisan Bapak Khrisnanda Wijaya-Mukti dalam bukunya yang sangat indah dan berjudul “Wacana Buddha-Dharma”. Buku tersebut dan juga nasehat mama saya, telah sangat banyak membantu saya keluar dari kesalahan pandangan saya sebagai seorang siswa Sang Buddha. Saya sendiri mengenal Buddha-Dharma pada tahun 1997 (kemudian menerima Tisarana & Pancasila pada tahun yang sama). Namun bukan kedamaian yang saya temukan akan tetapi “debat kusir” yang tak perlu serta berkepanjangan dengan famili dan para sahabat yang kebetulan non-Buddhis. Puncaknya adalah tahun 2003, saat saya mendapat kesempatan menjadi seorang Dharmaduta, karena pada saat itu saya justru lebih banyak melakukan ADharma (dengan cara melakukan musavada tentang keyakinan-keyakinan selain Buddhis kepada para umat). Nasihat mama saya pun hanya masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan. Tahun 2004 saya mendapatkan buku yang sangat berharga itu, yang juga kemudian menyadarkan saya akan kebenaran nasehat mama saya selama ini. Seperti Angulimala, saya akhirnya membuang “pedang” saya dan menggantinya dengan sebuah teratai kebenaran. Keindahan lain yang saya rasakan adalah saat saya bisa mengenalkan Buddha-Dharma kepada rekan-rekan non-Buddhis, karena kini saya datang kepada mereka dengan kedamaian Teman-teman sekalian, jadikan Buddha-Dharma sebagai pembebasmu dan bukan sebagai belenggumu, karena sesungguhnya Sang Buddha pun juga sudah menguraikan bahwasanya kebanggaan (beragama Buddha) juga adalah salah satu penghalang kita dalam mencapai kemenangan (Nibbana). Selamat berbuat kebajikan dan semoga semua mahkluk selalu hidup berbahagia, Saddhu. (sumber: Buku Wacana Buddha-Dharma karya Bapak Krishnanda Wijaya-Mukti) Orientasi etika kosmik universal Swadika Paccekka untuk semuanya
see : Dalam sebuah wawancara dengan seorang tokoh renovator teologi pembebasan Amerika Latin asal Basil, Leonardo Boff, tokoh spiritual Budha dan pemenang nobel perdamaian serta penulis banyak buku, Dalai Lama, ditanya tentang "agama apa yg terbaik di dunia ini?" Pertanyaan itu disampaikan Leonardo dalam sesi reses pada sebuah diskusi tentang agama dan kebebasan. Dan dengan sadar, pertanyaan agak nakal disampaikan Leonardo. "Saya kira dia akan menjawab, tentu saja Budha dari Tibet atau agama-agama timur yang usianya lebih tua dari Kristianitas," pikir Leonardo. Mendengar pertanyaan itu, Dalai Lama berhenti sejenak sambil tersenyum, menatap langsung ke mata Boff dan secara mengejutkan menjawab pertanyaan-pertanyaan sambil tersenyum, "Agama terbaik adalah yang lebih mendekatkan Anda pada Cinta (TUHAN), yaitu agama yang membuat Anda menjadi orang yang lebih baik." Leonardo Boff, tokoh Teologi Pembebasan asal Brasil Sambil menutupi rasa malu, Boff yang merasa bahwa pertanyaan itu cukup nakal bertanya lagi, "Apakah tanda agama yang membuat kita menjadi lebih baik?" "Agama apa pun yang bisa membuat Anda Lebih welas asih, lebih berpikiran sehat, lebih objektif dan adil, lebih menyayangi, lebih manusiawi, lebih punya rasa tanggungjawab, lebih beretika, agama yang punya kualitas seperti yang saya sebut adalah agama terbaik," ujar Dalai Lama. Leonardo Boff terdiam sejenak dan terkagum-kagum atas jawaban Dalai Lama yang bijaksana dan tidak dapat dibantah. Selanjutnya, Dalai Lama berkata, "Kawan, tak penting bagi saya apa agamamu, tak peduli Anda beragama atau tidak.Yang betul-betul penting bagi saya adalah perilaku Anda di depan kawan-kawan Anda, di depan keluarga, lingkungan kerja, dan dunia." Dalai Lama melanjutkan, "Ingat, alam semesta akan menggaungkan apa yang sudah kita lakukan dan pikirkan. Hukum aksi dan reaksi tidak eksklusif hanya untuk ilmu fisika, melainkan juga untuk hubungan antarmanusia. Jika saya berbuat baik, akan menerima kebaikan. Jika saya jahat, maka saya pun akan mendapatkan keburukan yang sama." Menurut Dalai Lama, apa yang sudah disampaikan kakek moyang kita adalah kebenaran murni. "Anda akan mendapatkan apa saja yang Anda inginkan untuk orang lain. Dan menjadi bahagia bukanlah persoalan takdir, melainkan pilihan," tegas Dalai Lama. Akhirnya, Dalai Lama berkata, Jagalah pikiranmu, karena akan menjadi perkataanmu Jagalah perkataanmu, karena akan menjadi perbuatanmu Jagalah perbuatanmu, karena akan menjadi kebiasaanmu Jagalah kebiasaanmu, karena akan membentuk karaktermu Jagalah karaktermu, karena akan membentuk nasib/kammamu Jadi nasib/kammamu berawal dari pikiranmu... dan tidak ada agama yang lebih tinggi daripada kebenaran,"ujar sang guru. evolusi pribadi & harmoni dimensi
Kutipan lengkap komentar vasala : DATA 01022021/PRIOR/KOMENTAR VLOG TQ SD 13012020 LAGI.pdf p.12 semua sama peran sebagai manusia (karma = taqwa) Khotbah tentang Paria (1) -- Tanya-jawab di 01:01:10 Anumodana Bhante Ashin Kheminda & Happy Anniversary DBS. Terima kasih sangat mengapresiasi & bermudita kembali atas aktualisasi kusala parami dhammadesana via media youtube ini. Banyak referensi dan refleksi atas kajian hingga saat ini. Semoga jika tidak memampukan kesegeraan realisasi (plan A) masih memungkinkan peningkatan kualifikasi (plan B) setidaknya pemantapan orientasi (plan C) bagi para penempuh Saddhamma ini untuk waktu selanjutnya. "1:00:01" kalimat penutup ini sangat mengesankan dan cukup melegakan saya. Semula saya memperkirakan pembabaran Dhamma dengan gaya agama walau akan memperkuat kemantapan eksistensialnya namun cenderung akan memperlemah keterarahan transendentalnya. Papanca kecenderungan defisiensi pembenaran kepentingan via identifikasi untuk eksploitasi lokadhamma bisa menyimpangkan kemurnian pergerakannya. Tetap realistis tidak opurtunis (karena walau samsara ini delusif namun tidak terlalu chaotik ... Niyama Dhamma yang Impersonal Transenden cukup kokoh menyangga permainan "abadi" nama rupa di samsara ini ... perlu keselarasan, keberimbangan dan kebijaksanaan untuk tidak perlu melakukan penyimpangan, pelanggaran bahkan penyesatan yang akan menjadi bumerang kelak ... kemurnian diutamakan tidak sekedar "kelihaian" ). Buddhisme adalah Dhamma penempuhan yang mengutamakan keberdayaan autentik bukan agama penganutan yang mendoktrin kepercayaan fanatik. Saddha adalah awal keterbukaan untuk penempuhan bagi pembuktian kebenarannya (bukan hanya karena memang telah tercapainya Ariya magga namun dampak by product kedewasaan dan keberkahan yang didapatkannya dalam perjalanannya). Untuk penempuhan hingga pencerahan sangat diperlukan bukan hanya kebenaran idea pandangan, namun juga cara pensikapan , arah penempuhan dan mode pengarahan yang tepat dan layak hingga tujuannya. Semoga dengan ini kekhawatiran/keprihatinan alm YM Bhante Punnaji tidak (segera?) terjadi. Be realistics to realize the real … level to reach > label to claim
PENCAPAIAN karena kelayakan kualitas akumulatif untuk level evolusi & demi kebaikan maqom dimensi tujuan PENCAPAIAN AGAMA : kamavacara ? level kualitas hanya baru amal eksistensial dijanjikan jannah dipastikan barzah ? karena kelayakan kualitas evolusi & demi kebaikan dimensi tujuan dimensi eteris petta asura juga perlu orang 'baik' yang bisa dilayani keliaran obsesi kelekatan pengharapan/ penganggapannya , dimensi astral surga perlu orang 'arif' untuk 'dilayani' kenaifan sensasi kebahagiaannya , dimensi kausal triloka perlu orang 'suci' untuk 'dilayani' kesemuan fantasi kemurnian keilahianan dirinya PENCAPAIAN MYSTICS : brahmanda ? level kualitas energi batin mampu terarah universal dituju keilahian didapat 'layanan' sensasi & fantasi kemanunggalan Ilahiah yang masih semu dalam suddhavasa , naif dalam keterlelapan anenja bahkan bisa liar kembali samsarik abhassara untuk eksistensial PENCAPAIAN SADDHAMMA : lokuttara ? level kualitas esensi impersonal sudah mulai terjaga transendental dituju keesaan advaita didapat baru ke'buddha'an ariya nibbana ( zarah diri pribadi < kaidah alam semesta< wihdah sentra segalanya .... faktisitas asymptot kesempurnaan panentheistics 10. .. ideal walau absurd . figure < proses kaidah kosmik < tauhid, wihdat, etc ) memastikan kebenaran ? konsep dualitas keyakinan/keinginan < foto angle keseluruhan < video proses kesedemikianan Gunakan keahlian reversed inference (logika akal - tantien rasio) untuk keberlanjutan yang lebih mendalam dengan memurnikan kepekaan empati kosmik gnosis wisdom untuk kemendalamannya (logika hati - tantien emosi ) demi zazen pemahaman kebijaksanaan yang lebih benar, bijak & bajik (suci, arif & luas ... tantien pusat /solar plexus/ ?), seeker.
PENEMPUHAN PENEMPUHAN AGAMA Transaksi Personal PENEMPUHAN MYSTICS : Realisasi Personal the Guardian ... Elite Global KOsmik ? Sant Mat : 5 guardians Moksha mysticism sant mat Dimensi Ilahiah : Alakh Niranjan- Brahm - Par Brahm - sohang- sat purush (Anenja/ vehapala Brahma ?
PENEMPUHAN SADDHAMMA : Realisasi Impersonal
Desain Global Dhammadhipateyya Buddhisme dalam transedensi penempuhan simultan (adiduniawi > duniawi) JMB 8 maksimal demi 10 kualitas arahata = Samma "panna" SADDHA 2 : Pandangan Benar (sammā ditthi), Pikiran Benar (sammā samkappa) – Samma Sila 3 : Ucapan Benar (sammā vācā), Perbuatan Benar (sammā kammanta), Mata Pencaharian Benar (sammā ājiva) – Samma Samadhi 3 : Upaya Benar (sammā vāyāma), Perhatian Benar (sammā sati), dan Konsentrasi Benar (sammā samādhi) /Dhammacakkhapavatana sutta/+ anattalakkhana sutta = Samma Panna 2: Pengetahuan Benar (samma nana) & Pembebasan Benar (samma vimutti) / Mahacattarisaka Sutta/). dari : Gnosis for Seeker Berikut adalah tabel alternative teparinama penempuhan "kontemporer" bagi etika pacekka (atau mungkin juga Buddha Savaka ?)
No
Level
(peningkatan kefahaman Dhamma : pengetahuan ,penmpuhan, penembusan)
Sila revised
(pakati + pannati : varita & carita)
(Samatha Pemantapan keberimbangan + Vipassana pemurnian
Kebijaksanaan
Dhamma Vihara
(Kelayakan terniscayakan)
Prior Input
Final Output
1
Elementary
Suta maya paññā (intelek)
Pancasila
Diba Vihara (surga ?)
Padaparama dihetuka
Neyya tihettuka
2
Intermediate
Cintā maya paññā (intuisi)
Atthasila
Jhana (lokiya & lokuttara)
Brahma Vihara (Ilahi?)
Vehapala (rupa + arupa?)
Gotrabu Anuloma
3
Advance
Bhāvanā maya paññā (insight)
Samanasila
Magga & Phala (irreversible ?)
Ariya Vihara (murni?)
Sekha
Asekha ?
Mengenai cara penempuhan sudah banyak referensi yang diberikan bagi realisasi ini. Para Seeker bisa menanyakan langsung pada para Bhante atau Guru spiritual /Pemandu Meditasi yang bukan hanya lebih berkompeten namun juga sesungguhnya ini wilayah mereka yang sudah sepantasnya bagi kita yang di luar sasana untuk tahu diri, tahu malu dan tahu sila untuk tidak 'tranyakan' melanggar bukan hanya area kewenangan mereka namun juga wilayah kesemestaan bersama yang beragam ini. Walau sebagai seeker kita telah memahami akan proses saddha KM4/ JMB 8 dalam triade sila-samadhi-panna untuk dijalani,. semisal : chart Pa Auk Sayadaw, etc (juga : Ajahn Chah, Bhante Punnaji, Bhante Vimalaramsi, dsb) proses penempuhannya & by product peniscayaannya (Sila- Samadhi-Panna untuk Vihara kelayakannya ).
Tersenyum seperti Buddha (Smile like a Buddha ... not as a Buddha ? ) Be Realistics to Realize the Real
Tersenyumlah seperti Buddha walau itu memang masih 'fake' (semu) dan tidak 'real'(nyata).Ini bukan dimaksudkan untuk 'memotivasi' diri bagi kesombongan pencitraan diri dengan melagakkan seakan pencapaian keniscayaan telah terjadi hanya dengan cara itu.Ini dimaksudkan untuk mengarahkan diri untuk kebijaksanaan penyadaran diri dengan melayakkan peniscayaan keniscayaan yang secara murni dan alami seharusnya terjadi.Senyum kearifan Ariya yang melampaui sikap positif apalagi negatif.
Bagi Dia yang sudah terjaga itu ekspresi authentik Bagi kita yang belum terjaga itu exercise holistik
Tersenyum seperti Buddha JMB 5karena terfahami secara intelektual simsapa kebenaran spiritualKecakapan Pandangan benar akan mengarahkan fikiran benar (kesadaran notion batin)Kecakapan fikiran benar akan mengarahkan tindakan bajik (ketulusan dana sila etc)Kecakapan tindakan bajik akan mengarahkan asset mulia (kemurnian punna kusala )Dhamma indah pada awalnya dengan terlampauinya tataran eksistensial diri(harmoni dunia - terhindar apaya - terlayakkan surga = Dibba Vihara )
Tersenyum mengarah Buddha JMB 8karena tercapai secara meditatif acinteya hakekat kenyataan spiritualPaska asset mulia terus lanjutkan Adhi-Sila (alobha -adosa - amoha : tihetuka)Paska Adhi-Sila terus lanjutkan Adhi-Citta (Samma Samadhi : Jhana Brahma )Paska Adhi-Citta terus lanjutkan Adhi-Panna (Samma Vipasana: Gotrabu Nana?) Dhamma indah pada pertengahannya dengan terlampauinya tataran universal diri(harmoni batin - terlampaui moksa - terlayakkan magga = Dhamma Vihara )
Tersenyum sebagaimana Buddha JMB 10karena terbukti secara insight advaita desain labirin permainan spiritualDengan masaknya Adhi-Panna layaklah Realisasi Keterjagaan (nibbana: pemurnian magga/phala )Dalam Realisasi Keterjagaan layaklah Realisasi Kebijaksanaan (panna: sabbanutta/ patisambhida?)Dalam Realisasi Kebijaksanaan layaklah Realisasi Ketercerahan (kiriya: kusala non karmik?)Dhamma indah pada akhirnya dengan terlampauinya tataran transendental diri (harmoni - terbuka nibbana - terlampaui samsara = Ariya Vihara )
Dhamma akan melindungi siapapun yang menempuhnya dengan benar, tepat dan sehat.Teruslah memperjalankan 'diri' demi semakin terjaganya orientasi, kualifikasi & realisasiJalani saja proses penempuhannya secara murni tanpa perlu ambisi/obsesi yang menghalangi.Layakkan diri sebagaimana kaidah Niyama Dhamma meniscayakan pelayakannya secara alami.Terima, kasihi dan lampaui segala episode penempaan diri sebagaimana ariya nantinya.Layakkan diri sebagai Ariya ... maka jikapun nibbana pembebasan belum (mampu/perlu?) tercapai , maka keterjagaan, kebijaksanaan dan ketercerahan akan membawa keswadikaan, keberdayaan, dan kebahagiaan dimanapun wilayah, bagaimanapun suasana dan apapun peran zenka keabadian yang dijalani .... Pada hakekatnya, Samsara hanyalah ilusi mimpi dari Nibbana bagi semuanya.
Note : Sita Hasituppāda /Tersenyum seperti Buddha = Kesadaran sakshin tandiri keterjagaan nirvanik dalam dagelan internal nama rupa diri dalam keterlelapan drama samsarik (ini guyonan sastra semoga tidak diterima wantah ) Wacana di atas itu bahasa sastra, bro/sis. Jangan diterima wantah. (payah, deh?). Memang ada tehnik terobosan meditasi smile dari Bhante Vimalaramsi yang menggunakan metta bhavana sebagai alternative anapanasati umumnya. Smile digunakan untuk mengembangkan metta, ketenangan dalam kearifan batin, relax tidak tegang terobsesi mengharap hasil instan, etc. "Senyum kiriya" yang autentik & holistic tentu saja jika itu murni & alami sebagai asekha. Well, sekedar gambaran tambahan. Buddha factor (keberadan Buddha) yang sabbanutta atas pelayakan metode atas kemasakan indriya para savakaNya memang krusial. Sesungguhnya tidak hanya 40 kammathana yang dibabarkan. Saat ini memang ada banyak metode selain peta baku spiritualitas Buddhisme Realisasi penempuhan JMB 8 untuk pencapaian kualitas arahat 10 yang digunakan bagi para samana selain versi Myanmar,(Pa Auk Sayadaw, Mahasi Sayadaw ,etc ) ada juga metode terobosan lainnya yang kreatif kontemporer demi proses pelayakan umat dengan tetap tidak meninggalkan pakem ajaran semisal metode bertahap Ariya Magga mendiang bhante Punnaji , metode TWIM bhante vimalarmsi bahkan locally ada juga dari Bhante Gunasiri, MMD Hudoyo belum lagi dari Tibetan Vajrayana / Mahayana / Zen bahkan yang dianggap kontroversial semacam Dhammakaya dlsb. (Lihat dan nilai uji sendiri referensi upload kami ). Apapun itu semua hendaklah dihargai sebagai upaya samvega spiritualitas para Neyya Buddhism dalam merealisasikan ajaran ... walau mungkin beda di permukaan namun semoga di kedalaman akan mecapai level pencerahan yang sama / setara juga (tentu saja jika dasar pengetahuan, penempuhan dan penembusannya benar, tepat dan sehat dalam kemurniannya ). Sebagai padaparama dihetuka di luar sasana kami ungkapkan ini dengan tanpa maksud intervensi "mengompori" keharmonisan sasana dengan mana pembenaran kesombongan untuk membela/meninggikan yang satu apalagi dengan mencela/merendahkan lainnya.
No | Level | (peningkatan kefahaman Dhamma : pengetahuan ,penmpuhan, penembusan) | Sila revised (pakati + pannati : varita & carita) | (Samatha Pemantapan keberimbangan + Vipassana pemurnian Kebijaksanaan | Dhamma Vihara (Kelayakan terniscayakan) | Prior Input | Final Output |
1 | Elementary | Suta maya paññā (intelek) | Pancasila | Diba Vihara (surga ?) | Padaparama dihetuka | Neyya tihettuka | |
2 | Intermediate | Cintā maya paññā (intuisi) | Atthasila | Jhana (lokiya & lokuttara) | Brahma Vihara (Ilahi?) | Vehapala (rupa + arupa?) | Gotrabu Anuloma |
3 | Advance | Bhāvanā maya paññā (insight) | Samanasila | Magga & Phala (irreversible ?) | Ariya Vihara (murni?) | Sekha | Asekha ? |
PARADIGMA SEDERHANA KEMBALI MEMBUMI Finally , Well, ini akan jadi menarik juga untuk kembali membumi sebagaimana sebelumnya menghadapi kompleksitas kenyataan hidup bersama lainnya dalam wisdom kewajaran eksternal dengan gnosis kesadaran internal tersebut. Setelah mendaki bersama Buddha ini saatnya bagaimana menari bersama Shiva Pesan Kesucian Buddha : Demi Evolusi Pribadi ... jauhi kejahatan namun dengan tanpa membencinya, Jalani kebajikan namun dengan tanpa melekatinya dan Sucikan fikiran namun dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya . Pesan Kearifan Shiva : Bagi Harmoni Dimensi...dengan tanpa membencinya Jauhi kejahatan, dengan tanpa melekatinya jalani kebajikan dan dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya sucikan fikiran.
Tiga Pesan Abadi keheningan kosmik yang diungkapkan para Buddha : Jauhi kejahatan, jalani kebajikan, sucikan fikira https://www.youtube.com/watch?v=tig-9g5RYrc&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=63&t=34m55s Link Data: www.tiny.cc/dhammapada-183: Bro Billy Tan (p. 12 - 20) Jauhi kejahatan namun dengan tanpa membencinya, Jalani kebajikan namun dengan tanpa melekatinya dan Sucikan fikiran namun dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya (Dhammapada : 183). Itulah paradigma (yang walau tampak terdengar "sederhana" namun sesungguhnya sangat sempurna / bijaksana ) wejangan para Buddha untuk bukan hanya melalui namun juga melampaui samsara menuju Nibbana yang direalisasikan dalam keterarahan /keselarasan simultan triade pemurnian Sila - Samadhi - Panna. Keselarasan dalam Saddhamma .... Inilah cara untuk menjalani kebenaran itu dengan tanpa syarat apapun Well, bukan hanya "sekedar' demi membawa level evolusi pribadi yang lebih baik (eksistensial), menjaga harmoni dimensi yang semakin kondusif (universal) namun karena memang demikianlah amanah keselerasan yang ditetapkan untuk dijalani (transendental).... sinkronisasi peniscayaan berkah yang memang seharusnya dilakukan atas keniscayaan berkah yang sudah digariskan pada keberadaan, dalam kesemestaan oleh kesunyataan Impersonal Transenden ini. Jadilah media kebaikan yang murni x media keburukan yang kacau bagi diri sendiri, makhluk lain dan living cosmic ini baik transendental, universal, eksistensial . senantiasa terjaga sebagai media impersonal akan figur personal samsariknya sehingga memungkinkannya untuk bukan hanya berjaga dari keterpedayaaan bahkan semakin memberdaya diri namun juga mampu menjaga untuk tidak hanya memperdaya lainnya namun justru memberdaya lainnya..... tetap orientasi berpandangan, berpribadi, berprilaku ariya apapun peran, dimanapun dimensi dan kapanpun situasi kondisinya. Menerima tanpa perlu kebencian, mengasihi tanpa perlu pelekatan , melampaui tanpa perlu merendahkan. So, jika keniscayaan pembebasan/ pencerahan/ pemberdayaan belum mampu tercapai, keselarasan tertib kosmik yang holistik, harmonis dan sinergik akan kebenaran, kebajikan dan kebijakan masih terjaga .... bagi diri sendiri, makhluk lain dan living cosmic ini.
Ditrigger musik dulu ... Agama Cinta - Puisi Ibnu Arabi (Terjemah Indonesia)
Link video :https://www.youtube.com/watch?v=-lSS29FbZNc&list=PLZZa2J4-qv-b6ehpPHIIT57Myzehhv2A5&index=10 Link data :https://lsfcogito.org/kidung-cinta-ibn-arabi/0
WAHDAT AL-ADYAN (Unity of Religion = Kesatuan Agama ?)
Laqad shara qalbi kulla shuratin, fa mar'a li ghazlaanin wa dairun li ruhbanin, wa baitun li autsaanin wa ka'abu thaifin wa alwahu tauratin wa mushhafu Qur`anin, adinu bi diinil hubbi anni tawajjahtu rakaibahu fad dinu dini wa imani My heart became open to all forms:/ A pasture for gazelles and a cloister for monks,/ A house of idols and circling the Ka'ba*,/ The tablets of Torah and the Book of Qur'an./ I profess the religion of love, wherever its caravans lead.../ In love is my religion and my faith. Sungguh hatiku telah terbuka menerima segala realitas Padang rumput bagi rusa juga kuil para pendeta Rumah aneka berhala dan kabah bagi orang yang tawaf Juga lembaran- lembaran Torah dan mushaf Qur’an Aku menganut agama cinta kemanapun Dia mengarah Cinta adalah agamaku dan dia adalah imanku
adinu bi diinil hubbi anni tawajjahtu rakaibahu fad dinu dini wa imani My heart became open to all forms:/ A pasture for gazelles and a cloister for monks,/ Sungguh hatiku telah terbuka menerima segala realitas Padang rumput bagi rusa juga kuil para pendeta
Upaya konversi, heretisasi, syncretisasi atau hybridisasi ajaran ? NO. Panentheisme memandang segala fenomena di permukaan hanyalah adalah cerminan gradasi layer dimensi dari realitas di kedalaman yang menjangkau progress interconnected dari desain homeostatis kesedemikianan ini dalam equilibirium keseluruhan sebagaimana mentari merengkuh putra putri pelanginya. Inferensi intuitif menuju kedalaman (bukan sekedar analogi intelek di permukaan) kita gunakan bukan hanya agar kebijaksanaan pengetahuan kita tidak menyimpang dari kaidah kosmik peniscayaanNya (awas ! labirin paradoks pandangan / penganggapan/ pengharapan!) namun juga agar kita tidak stagnan untuk progress capaian maqom penempuhan tetap dinamis tumbuh berkembang tanpa batas dalam asymptot keTidak-TerhinggaanNya. SEE: Inferensi Dimensi di atas
REKAP IDEA AKHIR ? REKAP PILAH IDEA1 hari yang lalu
SUDAH FINALE
SUDAH FINALE
POSTING AWAL TQ 2014 KOMENTAR VLOG SD 11052022 (15052022) REHAT _ RELAX _ RESET : Dhamma Mantra HALAL BI HALAL 05052022 (BAHAS) KONSEP & REVISED Let's go
POSTING AWAL TQ 2014
POSTING AWAL ... Nostalgia 2014, ah
POSTING AWAL ... Nostalgia 2014, ah
Posting lama tentang Figure Jokowi ini dahulu tahun 2014-an sangat populer VIEW STATISTICS ... Bahkan tidak nyangka hingga saat ini masih dibicarakan terutama para rekan Kadruners di wilayah kami .... asyik juga mengamati kekonyolan & keberingasan manuver mereka. Sementara di Group lain para rekan yang memerankan sebagai Buzzer tidak kalah hebohnya juga dalam dagelan politik inio. saling menebar kesombongan dan kebencian ke segala forum yang ada ( fakta atau fiksi ... terserah, ghibah atau fitnah .. entahlah) .... meniscayakan diri dan terkadang juga provokasi memaksakan & menyeret lainnya ke peran berikutnya kelak ?Kutipan ini memang kami persembahkan lagi kepada mereka .... (para Seeker bisa menyimak tanpa terlibat ... istilah spiritualnya sebagai Sakshin .... mengamati & memahami saja untuk kemudian menerima dan melampaui kebodohan & pembodohan kehidupan ini dengan kewajaran tanpa harus kehilangan kesadaran ).Pro : Kadrun .... juga BuzzerANTARA JOKOWI, KADRUN & BUZZERFoto : ?POSTING LAMA = 3 PRIBADI INSPIRATIVE & PILPRES JOKOWI 2014
POSTING
Senin, 05 Mei 2014
3 PRIBADI INSPIRATIF 2013ku
PrologAmor Dei – Amor Fati. Dua istilah tersebut sering dipertentangkan secara naïf dan liar oleh para konseptualist religius dan juga pemuja hedonis. Amor Dei (cinta Tuhan) berasal filsuf kearifan theosofi dari Baruch Spinoza sedangkan Amor Fati (cinta garis) berasal dari kenaifan filsuf eksistensialis Friedrich Nietzhe. Namun demikian kehidupan yang digelarNya sesungguhnya tidaklah selalu suram antara hitam dan putih. Hidup bagaikan pelangi yang kaya warna yang membiaskan aneka ragam paradigma kebenaran yang tersirat dari kenyataan yang tersurat. Kesejatian yang merefleksikan keaslian dan juga kesemuan, kebenaran dan juga kepalsuan tergantung dengan cara bagaimana kita memandangnya.Disadari atau tidak sesungguhnya kita semua adalah para Truth Seeker (pencari kebenaran) dan Dharma Sekha (penempuh keabadian) yang belajar dari Tuhan - Satya Guru Abadi- melalui siapapun juga dan apapun saja dalam perjalanan kehidupan ini. Permasalahannya adalah seberapa baik kita mampu untuk senantiasa memahami kenyataan, menghayati kebenaran dan menjalani ketaqwaan pada garis cintaNya. Kehidupan dunia sesaat mungkin saja hanya memandang apa yang kita miliki dan nikmati namun demikian progress keabadian akherat sesungguhnya mengutamakan bagaimana cara kita mensikapi dan tindakan apa yang perlu untuk menjalaninya. Keberkahan in process yang diupayakan lebih utama dari sekedar by product kesuksesan yang didapatkan. Tuhan adalah Dzat Mutlak yang imanensi keluhuranNya melingkupi segala sesuatu walaupun memang transendensi kekudusanNya tak akan mampu terjangkau siapapun juga. Dunia dan akherat hanyalah terminology peristilahan bagi Fenomena dimensi yang terpilah bukanlah Realitas esensi yang terpisah. Pada hakekatnya (baik disini maupun disana - baik sekarang ataupun nanti) kita senantiasa berhadapan denganNya. Segalanya berproses, berlanjut dan juga berdampak pada saatnya. EpisodesMenjelang akhir tahun 2013 lalu (saya bersyukur) Tuhan telah menunjukkan hikmah keabadianNya yang tersirat melalui hibrah kehidupan 3 (tiga) pribadi yang (bagi saya – tentu saja) sangat menginspirasi, yaitu: Moez Massoud, Joko Widodo dan Jeff Gutt. Sebagaimana kita semua setiap pribadi tersebut mengalami dan menjalani garis kehidupan mereka masing-masing. Tiga orang tersebut memang tidak berkaitan satu sama lain dan tentunya akan disikapi secara berbeda oleh setiap penempuh keabadian. Namun ada satu mandala kebenaran yang dapat dibentuk dari mozaik kenyataan dalam perjalanan hidup mereka untuk kita jadikan hibrah persepsi dan sekaligus hikmah orientasi, bahwa hidup tidaklah layak hanya dipandang secara naïf dan liar untuk sekedar menjadi, memiliki dan menikmati keduniawian belaka namun yang paling utama perlu kearifan dan kebenaran untuk senantiasa mensikapi, menjalani dan mengatasi segalanya agar berada dalam garisNya.Berikut sharing artikel beserta referensi data dan media yang saya usahakan untuk segera saya reload dan upload dari berbagai sumber untuk anda browsing dan download.. Moez Massoud : Hakekat kebersamaan, kesemestaan dan KeRobbanian.Jeff Gutt : Perjuangan Divine Phoenix Warrior Joko Widodo : Figur Perwiro,dan Prasojo
Ad.1. MOEZ MASSOUD = TRUE MESSAGE OF ISLAMPRAKATA =
Moez Massoud merupakan seorang pembawa acara pada show TV dan Radio berbahasa Inggris dan bahasa Arab. Dia berasal dari keluarga yang biasa saja dalam kehidupan beragama Islam. Dia masuk sekolah Amerika selagi tumbuh berkembang dewasa di Mesir dan Kuwait.Selagi dia di Universitas, sejumlah rekannya meninggal (terbunuh?) sementara diapun sekarat karena menderita tumor. Berkaitan dengan penyakit yang dideritanya tersebut, dia bernazar kepada Tuhan : "Let me survive this and I will dedicate my life to you." (Biarkan aku bertahan hidup dan aku akan persembahkan kehidupan ini untukMu.”) Peristiwa tersebut kemudian mengubah kehidupan manjanya. Dia kemudian mulai belajar bahasa Arab resmi dan Qur’an serta juga rajin beribadah ke masjid yang semula dikhawatirkan ibunya bahwa dia akan terpengaruh oleh kelompok extremis. Hal yang kemudian hari ternyata tidak demikian adanya walaupun dia memang sangat aktif menyebarkan nilai Islami kepada public sebagaimana yang dijanjikan kepadaNya.Berdasarkan cara pandang yang diungkapkannya pada program acara atau wawancara, Moez Massoud tampak mendekati Islam dengan cara yang utuh namun unik. Tidak sekedar pemahaman konseptual intelek sebagaimana taqlid liberal para fundamentalis umumnya, namun juga melalui penghayatan kontekstual intuitif pada hakekat nilai Islami yang sesungguhnya (Apakah mungkin juga melalui penembusan spiritual insight dikarenakan pengalaman mendekati kematiannya ? …. Walloohu ‘alam). Terasa nuansa realisasi autentik ke-Esaan yang terpantul arif dari kedalaman tidak sekedar identifikasi artificial pencitraan yang naïf di permukaan. Dalam usia yang relative muda, dia mampu menghayati inti kebenaran (nyaris?) tanpa noda kefasikan yang bisa dan biasa memperdaya para pemberdaya awal setiap pencari kebenaran. Agama sebagaimana metoda Dharma yang lain adalah formulasi untuk realisasi diri bukan sekedar untuk identifikasi semu. Diperlukan kesadaran tinggi dan ketulusan mendalam untuk merengkuh hidayah Ilahiah dan tetap beristiqomah dalam GarisNya. Kepicikan apalagi kelicikan adalah penghalang, penghambat sekaligus penyesat utama untuk itu.Moez Massoud antara lain menyatakan bahwa melaksanakan ritual Islami hendaklah dilakukan bukan sebagai beban kewajiban yang diharuskan sehingga hanya dijalankan dengan terpaksa sekedar gugur kewajiban atau sebagai kepatutan belaka. Ritual eksternal tersebut adalah refleksi suatu keinginan, kesadaran, ketulusan dan bahkan kerinduan internal untuk mengingat Allooh (Remember Me – inward) di kedalaman yang berdampak pada penegakan ibadah di permukaan (Establish Prayer – outward). Kearifan dan kecintaan kepada Tuhan (ma’rifatullah dan mahabatullaah) sebagai dasar murni dari segala peribadahan.Dia juga menekankan perlunya pilar agama ke tiga, Ihsan (kemurnian hati) disamping Iman dan Islam. Ihsan adalah kesadaran diri senantiasa berhadapan dengan Tuhan di setiap saat di segala tempat (baik kini maupun nanti, baik disini maupun disana). Suatu upaya pendekatan akhlaqiyah diri secara pribadi dan sejati kepada Tuhan disamping akidah keimanan dan fiqih keislaman. Ihsan sering disisihkan bahkan diabaikan dalam kehidupan beragama pada umumnya. (Mungkin ini sebabnya yang membuat umat beragama walau mungkin bisa terbebas dari konsepsi kekafiran namun tetap bisa saja fasik dalam refleksi kehidupannya). Nilai spiritualitas actual dan global yang intens di kedalaman perlu diperhatikan tidak sekedar ritual formal saja di permukaan. Bukan sekedar pemahaman ilmu tetapi juga tindakan laku mutlak diutamakan sebagai kebenaran realisasi dan bukan sebagai identifikasi pembenaran.
MONOLOG =Disini saya akan melampirkan pidatonya yang berjudul "The True Message of Islam" (Pesan Sejati Islam) pada konferensi The Search for Mutual Understanding (Mencari Pengertian yang Saling Menghargai) tahun 2006. Semoga saya tidak begitu salah dengar dalam memahami maksud yang dia ungkapkan baik yang tersurat terucapkan maupun yang tersirat dimaksudkannya
"The True Message of Islam" (Pesan Sejati Islam)
I would like to start by …. saying something that I came to stand right next to you to make you cut the interest short (?) because I wanted to speak from my heart and not through any particular position that … this temporary world may have given me. I’m also being very challenged right now although I am a public speaker because I want to say meaning that…. is very sincere. I think sincerity is something that is very difficult and very rare commodity nowadays .. and I’m speaking for myself. Saya akan memulai untuk …. mengatakan sesuatu sehingga saya datang mendekat kepada anda untuk menyela/menengahi pembicaraan menarik anda sekalian … karena saya ingin berbicara dari hati saya sendiri dan tidak melalui segala jabatan khusus yang …. dunia fana/sementara ini mungkin saja sudah berikan kepada saya. Saya juga sangat tertantang saat ini ~ walaupun saya adalah pembicara public ~ karena saya akan mengatakan suatu pengertian yang … sangat tulus. Saya fikir ketulusan adalah sesuatu yang sangat sulit/rumit dan merupakan hal (komoditas) yang sangat langka saat ini .. dan saya berbicara untuk diri saya sendiri.I think that the very word ‘personality’ finding its root in the Latin word ‘persona’ means ‘mask’ …and I just don’t want to have a mask as I speak. and I’m hoping before we all leave ~ as I am sure all of us have already done we’ve shared our mask and trully looked at each other’s faces trying to genuinely understand what each of us on the other side truly represent. Saya fikir inti kata ‘personalitas’ (kepribadian) ditemukan berdasarkan akar dalam kata Latin ‘persona’ yang berarti ‘topeng’… dan saya tidak ingin memiliki sebuah topeng sebagaimana saya bicarakan. Dan juga saya berharap sebelum kita pergi meninggalkan (tempat ini) … sebagaimana saya yakin kita semua sudah lakukan dengan saling berbagi topeng kita masing-masing dan kemudian sungguh-sungguh saling melihat wajah-wajah tersebut dan mencoba secara murni memahami apa yang masing-masing dari kita pada sisi yang lain sebenarnya wakilkan/ ungkapkan. I would like to read a verse from the qur’an in personal pursuit of inspiration for what it is I would like to say in following maybe two or three minutes if you allow me too. Those who believe in Qur’an are going to listen to it seeing what Allaah the creator is saying to them. But those who don’t don’t be abandoned. I’m not patronizing you. Just listen to it as to worship for me to listen in Him. Saya akan membacakan sebuah ayat dari Qur’an dalam cita inspiratif pribadi sebagaimana adanya yang akan saya katakan mungkin dalam dua atau tiga menit mendatang jika anda memperbolehkan saya. Bagi yang meng-imani Qur’an (semoga) akan mendengarkannya dengan memandang Allooh Hyang Pencipta sesungguhnyalah yang berkata kepada mereka. Tetapi bagi yang tidak (mengimani), janganlah meninggalkannya. Saya tidak akan merendahkan anda. Dengarkan saja ini sebagaimana ini merupakan bentuk pemujaan bagi saya untuk mendengarkan firmanNya.(QS Al Hujuroot : 13 ) Audzubillaahi minasy syaithoni rojiim. Bismillaahir rohmanir rohiim Yaa ayyuhan naasu, inna kholaqnaakum min dzakarin wa untsa ; (wa ja’alnaakum ….) wa ja’alnaakum syu’uuban wa qobaila ~ li ta’aarofuu. Inna akromakum ‘indalloohil atqookum. Innallooha ‘aliimun khobiir(un). Shodaqolloohu Robbik(a). O Mankind, We have created you from a male and female. And We made you peoples and tribes that you may know one another. Surely the most honourable of you with God is the most God conscious. God knows everything and is All aware. Aku berlindung kepada Allaah dari syetan yang terkutuk. Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang paling mulia di antaramu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara mu Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Maha benar Allooh – Tuhan(mu).A quick translation of this would … allow me to say crude because it is very difficult to try and interprete for you (to) believe (that it) is ultimate truth … in another language: O People, O humanity, O mankind. We … and this is the Royal we have power ; it’s not plurality. We-God- … We have created you from a pair from male and female, and we made you into people and tribes that you may know one another …. that you may know one another.Terjemahan cepat/singkat dari (ayat) ini .. izinkan saya menyatakannya secara kasar karena adalah sangat sulit untuk mencoba dan menafsirkannya bagi anda untuk mempercayainya sebagai kebenaran utama …. dalam bahasa lain : Wahai manusia, Kami .. ini adalah istilah keMuliaan dari kekuatan yang kita miliki bukan suatu bentuk penjamakan. Kami – (yaitu) Tuhan. Kami telah menciptakan kalian dari suatu pasangan laki-laki dan perempuan dan kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal …. supaya kamu saling kenal mengenal.I think that I would like to leave it off saying that to me in this context Allah, God is if I am allowed to say synomyous in this context with truth, beauty, justice,and a sovereign good. and I think that everybody here in one way or the other believes … and I’ve met pretty much everyone here … that everybody here believes that there is something true. You wouldn’t be here if you believed that nothing can be true. and there is something beautiful one way or the other again. and there is something good because everybody has good in them, and that there is justice. But the only difference between us is how we define respectively justice, truth, beauty and good. So let me just tell you that Wallaahi by Allah I swear to you that all is semantic.Saya berpikir bahwa saya sebaiknya menyatakan … bagi saya dalam kontek wacana ini … bahwa Allooh – Tuhan – jika saya diizinkan untuk mengatakannya sepadan dalam konteks ini dengan kebenaran, keindahan , keadilan, dan kebajikan Utama. Dan saya berpikir bahwa semua orang di sini dengan satu cara atau lainnya percaya … dan saya telah bertemu baik dengan banyak orang di sini … bahwa semua orang di sini percaya bahwa ada sesuatu benar. Anda tidak akan di sini jika anda mempercayai bahwa tiada yang mungkin benar. Dan ada sesuatu yang indah dalam satu cara atau lainnya lagi. Dan ada sesuatu yang baik karena setiap orang memiliki kebaikan dalam mereka. Dan ada keadilan (juga). Tetapi satu-satunya perbedaan diantara kita sesungguhnya hanyalah bagaimana kita mengartikan secara berurutan istilah keadilan, kebenaran, keindahan dan kebaikan. Dengan demikian ijinkan saya untuk menyatakan kepada anda semua … Walloohi, Demi Allooh,…. Saya bersumpah kepada anda semua bahwa itu hanyalah peristilah semantic belaka .And who sit down enough and talk we will understand one another. Ultimately everyone will see what is destined for him or her to see. But what ever it is not only will we see through the veils but we will also love one another as has happened and based on that give each other the respect that we have agreed to give each other not because anybody forced anybody but because we love each other and have become friends. Because ta’arofna and because we have gotten to know one another.Dan bagi siapa saja yang cukup duduk dan berbicara kita (tentu) akan memahaminya satu sama lain. Pada hakekatnya setiap orang akan melihat apa yang digariskan untuknya untuk dilihat. Tetapi apapun juga kita tidak hanya akan melihat melalui cadar (secara tersamar) tetapi juga kita akan juga mencintai satu sama lain sebagaimana yang telah terjadi dan berdasarkan itu memberikan satu sama lain penghargaan bahwa kita sudah menyetujui untuk memberikan satu sama lain tidak karena sesorang memaksakan seseorang tetapi karena kita mencintai satu sama lain dan sudah menjadikannya sebagai kawan/sahabat. Karena ta’arofna (Kami telah saling mengenalkannya) dan karena Kami sudah membawanya untuk mengetahui/mengenal satu sama lain.I think that Al – Sheik Bouti said : Rubadaratil nafiha (?). That perhaps a harmful thing can bring up benefit. I think that a lot of benefit that has come out of this and I am very happy to live in this world in this time to experience this amazing human possibility of taaruf of knowing on another and recognizing the common ground between us we all have a common denominator are numerous different. That’s all. if I can use a mathematical example.Saya berfikir bahwa sebagaimana Al Sheik Bouti katakan : ‘rubadarotil nafiha’. Bahwa mungkin saja hal yang menyakitkan akan dapat menghadirkan suatu manfaat. Saya fikir banyak manfaat yang dapat didatangkan dari ini dan saya sangat bahagia untuk hidup di dunia ini pada saat ini untuk mengalami kemungkinan insaniah yang menakjubkan dari ta’aruf (saling mengenal) ini dan mengakui/bersaksi dasar umum di antara kita semua yang mana kita semua memiliki penyebut umum yang (tampak) berbeda ragamnya. Demikianlah. Jika saja saya dapat menggunakan contoh (peristilahan) matematis.May we all in hope ~ for those who are religious I say a prayer and for those who are not let just say we hope ~ … we look forward to understanding more deeply what truth is in whatever way we believe it to be living a life of beauty, living a life of truth, living a life of justice, living a life of good, and therefore living a life of harmony and therefore having serenity in our heart not living in agitation. May none of us ever be a source of agitation for one another ever again.Semoga kita semua berharap ~ untuk mereka yang beragama saya katakan sebagai berdoa dan bagi yang tidak izinkan saya mengatakan sebagai kita berharap (saja) ~ … Kita mengharapkan untuk memahami lebih dalam lagi apakah kebenaran tersebut dalam apapun cara yang kita percayai untuk (senantiasa) hidup dalam kehidupan yang indah, hidup dalam kehidupan yang benar, hidup dalam kehidupan yang baik, dan oleh karena itu hidup dalam kehidupan yang harmoni/selaras, dan oleh karenanya (kita selayaknya) memiliki ketulusan dalam jantung hati nurani kita untuk tidak hidup dalam permusuhan. Semoga tak seorangpun dari kita yang akan pernah menjadi sumber permusuhan bagi sesamanya satu sama lain lagi selamanya. I thank you very much for listening and I apologize for talking too longSaya ucapkan terima kasih banyak kepada anda untuk mendengarkan dan saya minta maaf dikarenakan (saya) berbicara terlalu lama.
Dengan segala hormat, mohon anda fahami apa yang dikatakannya baik yang tersurat maupun tersirat (dan tentu saja pada terjemahan saya juga yang mungkin agak ‘kacau’). Pemahaman kontak lisan yang sering spontan agak berbeda dengan wacana tulis yang terencana, terarah dan teratur . Perlu kepekaaan daya tanggap untuk memahami keseluruhan pembicaraan (yang tidak selalu lengkap terungkap) disamping keahlian daya tangkap atas apa yang (sanggup) disampaikan. Terlebih lagi perlu disadari bahwa suatu kebenaran absolute sesungguhnya bersifat translingual (melampui kapasitas kebahasaan kita), transrasional (melampaui rengkuhan penalaran kita) dan transcendental (melampaui keberadaan fana kita).
PENUTUP =Massoud sering membicarakan universalitas ketauhidan cinta dan kebenaran dalam ceramahnya sebagaimana pesan di atas. Walau agak sedikit mengembang dari faham monotheisme Ilmu kalam fuqoha (Asy’ari?) ke Pan-entheisme sufistik (Araby ?) namun syukurlah masih tetap tidak tersesat ke pantheisme mistik (Al Halaj ?). Saya salut walau dalam usianya yang relative muda (30-an) namun kebijaksanaan Robbaniahnya telah cukup dewasa melampaui usianya.Bhineka Tunggal Ika – tan hana Dharma mangrwa. (Pada hakekatnya segalanya satu adanya – sesungguhnya tiada dharma yang berbeda.) Prinsip Tauhid semacam ini memang sangat universal tersurat/tersirat pada hampir semua Dharma Wacana dan Risalah Agama di dunia ini (jika difahami, diselami dan dihayati secara utuh dengan intelek, intuisi dan insight). Katakanlah ini semacam kaidah dasar yang mengembalikan titik pandang pembiasan keragaman cahaya prisma pandangan keyakinan ke dalam satu mandala tunggal kepastian akan satu realitas kebenaran dalam aneka fenomena kenyataan. Hanya ada satu cahaya putih yang terbias dalam prisma menjadi ragam cahaya pelangi yang dipandang berbeda dan dianggap istimewa. Demikianlah Realitas kebenaran Ilahiah itu terjadi dalam aneka cara/tingkat kecermatan pandangan kita pada fenomena kenyataan yang ada dalam pandangan saya (berdasarkan pengamatan saya sebagai seeker terhadap sejumlah agama, aliran mistik , system filsafat dan kultur budaya sejak masih muda hingga usia senja ini).Ada banyak hal lagi yang akan tumpang tindih dan tidak jelas jika semua saya utarakan di sini. Oleh karenanya saya akan menyudahinya dengan menyimpulkan pesan tersebut di atas sebagai ajakan Moez Massoud agar kita semua menyadari bahwa perbedaan cara pandang kita sebenarnya hanyalah ilusi belaka. Kesemuanya pada hakekatnya mengarah ke satu kebenaran yang sama namun masing-masing perlu saling memahami, mengisi dan melengkapi mosaic pandangannya ke dalam satu mandala kebenaran yang lebih utuh. Oleh karena itu perlulah kita semua untuk saling menghargai cara pandang orang lain dan menyadari keberadaan kita sebagai media (ayat/alat) bagi Tuhan untuk menjaga dan membina kesemuanya dengan kebersamaan, dalam keselarasan dan untuk keberdayaan semua.
NB =“Kuntu kanzan makhfiyyan fa ahbabtu an u’rafa fa khalaqtul khalqa fabi ‘arafu-ni,” (= “Aku pada mulanya adalah harta tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal maka Kuciptakanlah makhluk dan melalui Aku mereka pun kenal pada-Ku.”, Hadits Qudsi ?). Tuhan adalah Dzat Mutlak yang keluhuranNya (kuasa dan kasih) melingkupi apapun juga namun kekudusan (wujud dan DiriNya) tak terjangkau siapapun juga. Tuhan adalah wajibul wujud (Dzat dengan keberadaan mutlak) sedangkan makhluk hanyalah mumkimul wujud (Sesuatu yang keberadaannya sekedar diadakan atau bahkan bisa saja ditiadakan olehNya). Kita sesungguhnya hanyalah media fana yang sekedar memantulkan kebenaran, kebaikan, dan keindahan dimana sekedar merealisasi fitrah kerobbanian diri (mewujudkan kesadaran akan kewajaran tersebut) dengan tanpa terlalu mengindentifikasi untuk ‘memancarkan’ ananiyah nafsani maupun berdefisiensi ‘mengharuskan’ kepamrihan duniawi. Ketawadhuan dan keikhlasan memang suatu kelayakan untuk merealisasikan rasa Syukur akan kesempatan untuk keberadaan dengan rasa Shabar (istiqomah – mantap mensikapi, menjalani dan mengatasi permasalahan yang ada sebagai sarana tarbiyah pemberdayaan diri) .Laa Ilaaha Illallooh – Huwa Maujud. (Al Kholq) Tiada Tuhan selain Allooh – Hanya Dialah (yang sesungguhnya) Maha Ada. Dialah Hyang Maha Wujud dari segala keberadaan; Hyang Maha Kuasa pada setiap kenyataan ; Hyang Maha Kasih dalam semua kebenaran. BagiNya segala wujud keberadaan, ibadah persembahan dan tujuan pengarahan.Laa ilaaha illalloohu – Huwa Ma’buud. (Al Haqq). Tiada Tuhan selain Allooh – Hanya Dialah (yang sesungguhnya layak dan harus) disembah. Segala tindak peribadahan (zahiriah/batiniah) hanya dipersembahkan dari, oleh, dan untuk kemuliaanNya. Para arif yang sadar keberadaan dirinya sebagai pengembara keabadian sekaligus pemberdaya kehidupan senantiasa memandang baik disini maupun disana, sekarang ataupun nanti dia selalu berhadapan dengan kemuliaan, pengawasan dan perawatanNya. Dunia dan akherat hanyalah dimensi yang terpilah bukan esensi yang terpisah. Segala yang dilakukan (baik batiniah, lisan atau tindakan) akan selalu dinilai dan kembali kepadanya juga /entah disini atau disana, entah saat ini maupun nanti./Laa ilaaha illalloohu – Huwa Maqshud. (al Baq) Tiada Tuhan selain Allooh – Hanya Dialah (yang sesungguhnya layak dan harus) dituju. Segala tindak peribadahan (zahiriah/batiniah) hendaklah dilaksanakan secara lillaah, billah dan fillah. Lillaah maksudnya hanya untuk Allaah (Rodhiyah = keikhlasan diri). Segala amalan hendaknya dilakukan hanya untuk mencari keridhoan Allah. Hindari dari kefasikan untuk men-dua-kanNya dengan kepamrihan nafsaniyah untuk bermegahan di majlis dunia yang fana. Ilallooh (untuk Allooh) bukan ilayya (untuk kebanggaanku), ilainaa (untuk kepentingan golongan kami), ilaihim (untuk kepentingan mereka). Billaah maksudnya hanya dengan Allaah (Mardiyah = Allloh meridhoi). Terhindar dari kefasikan untuk men-dua-kanNya dengan kebanggaan nafsaniyah diri untuk bermegahan di majlis dunia yang fana. Hanya dengan karunia panduan hidayah dan bantuan segala amalan usaha kita bisa terjadi. Seandainya Allaah tidak memberikan anugerah kehidupan, inayah kesempatan dan hidayah kesadaran mustahil amalan bisa dilakukan. Fillaah maksudnya dalam Allaah (Kamilah ?= ketawadhuan sejati merasa sekedar media biasa bukan sebagai figure sempurna?). Terhindar dari kefasikan akan kemelekatan diri. Tanpa kita sekalipun Tuhan sesungguhnya mampu merealisasikannya melalui media lain yang dikehendakiNya. Kesadaran Realisasi reflektif (perwujudan – sekedar media pemantulan) bukan identifikasi ananiyah (kebanggaan pengakuan untuk pembenaran) apalagi defisiensi duniawi (kepamrihan perolehan dalam kepentingan).
Yaa ayyuhalladziina aamanut taqullooha ; wal tanzhur nafsum maa qoddamat lighod(in); wat taqullooha inallooha khobirun bimaa ta’maluun; wa laa takuunu kalladziina nasullooha fa ansahum anfusahum ~ ulaa-ika humul faasiquun; Laa yastawi ashabun naari wa ashabul jannati/h ~ Ashabul jannati humul faa-izuun. (QS 59 : 18 -20) = Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung.
Berdasarkan cara pandang yang diungkapkannya pada program acara atau wawancara, Moez Massoud tampak mendekati Islam dengan cara yang utuh namun unik. Tidak sekedar pemahaman konseptual intelek sebagaimana taqlid liberal para fundamentalis umumnya, namun juga melalui penghayatan kontekstual intuitif pada hakekat nilai Islami yang sesungguhnya (Apakah mungkin juga melalui penembusan spiritual insight dikarenakan pengalaman mendekati kematiannya ? …. Walloohu ‘alam). Terasa nuansa realisasi autentik ke-Esaan yang terpantul arif dari kedalaman tidak sekedar identifikasi artificial pencitraan yang naïf di permukaan. Dalam usia yang relative muda, dia mampu menghayati inti kebenaran (nyaris?) tanpa noda kefasikan yang bisa dan biasa memperdaya para pemberdaya awal setiap pencari kebenaran. Agama sebagaimana metoda Dharma yang lain adalah formulasi untuk realisasi diri bukan sekedar untuk identifikasi semu. Diperlukan kesadaran tinggi dan ketulusan mendalam untuk merengkuh hidayah Ilahiah dan tetap beristiqomah dalam GarisNya. Kepicikan apalagi kelicikan adalah penghalang, penghambat sekaligus penyesat utama untuk itu.Moez Massoud antara lain menyatakan bahwa melaksanakan ritual Islami hendaklah dilakukan bukan sebagai beban kewajiban yang diharuskan sehingga hanya dijalankan dengan terpaksa sekedar gugur kewajiban atau sebagai kepatutan belaka. Ritual eksternal tersebut adalah refleksi suatu keinginan, kesadaran, ketulusan dan bahkan kerinduan internal untuk mengingat Allooh (Remember Me – inward) di kedalaman yang berdampak pada penegakan ibadah di permukaan (Establish Prayer – outward). Kearifan dan kecintaan kepada Tuhan (ma’rifatullah dan mahabatullaah) sebagai dasar murni dari segala peribadahan.Dia juga menekankan perlunya pilar agama ke tiga, Ihsan (kemurnian hati) disamping Iman dan Islam. Ihsan adalah kesadaran diri senantiasa berhadapan dengan Tuhan di setiap saat di segala tempat (baik kini maupun nanti, baik disini maupun disana). Suatu upaya pendekatan akhlaqiyah diri secara pribadi dan sejati kepada Tuhan disamping akidah keimanan dan fiqih keislaman. Ihsan sering disisihkan bahkan diabaikan dalam kehidupan beragama pada umumnya. (Mungkin ini sebabnya yang membuat umat beragama walau mungkin bisa terbebas dari konsepsi kekafiran namun tetap bisa saja fasik dalam refleksi kehidupannya). Nilai spiritualitas actual dan global yang intens di kedalaman perlu diperhatikan tidak sekedar ritual formal saja di permukaan. Bukan sekedar pemahaman ilmu tetapi juga tindakan laku mutlak diutamakan sebagai kebenaran realisasi dan bukan sebagai identifikasi pembenaran.Demikian kutipan ayat muhasabah Firman Ilahi; Jadi, Gnoti Seauton (Kenalilah dirimu /sebagai makhluk ?/) karena Man arofa nafsahu faqod arofa Robbahu hanya dengan mengenal diri (dengan segala keterbatasan makhlukiyahnya betapapun hebat pencapaian dan megah pengakuannya) maka kita akan mengenal Tuhan (Hyang Maha Sempurna dan SegalaNya). Ini adalah orientasi keyakinan awal dan juga realisasi kebenaran akhir. Dr. Ali Shariati melambangkan 1 adalah Hyang Esa, 0 adalah makhlukNya. Meminjam istilah beliau ; berikut adalah paradigma kerobbanian yang menjadi orientasi awal bagi ketawaddhuan yang juga akan kembali menjadi realisasi akhir bagi kecerdasan manusia. (*) = 1 tetap bernilai walau 0 tidak ada. 0 tidak bernilai jika 1 tidak ada. Maksudnya = Tuhan tetap ada walaupun makhluk ada ataupun tidak ada. Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan, segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada. Dia adalah Hakekat yang merupakan penyebab dan kembali segala yang ada (baca: diadakan untuk mengada jadi tidak perlu terlalu meng-ada ada). (*) = 1 di depan 0 jauh bernilai dibanding 0 di depan 1 . Maksudnya = Jadilah pribadi 10; Pribadi yang mengedepankan Tuhannya diatas segalanya (termasuk dirinya sendiri). 0 didepan 1 dibelakang hanyalah bernilai 1 (satu) – ini gambaran pribadi yang mengedepankan selainNya pada kehidupan. Amaliah menjadi tak sempurna karena syirik, pribadi tidak konsisten karena terombang-ambing kepentingan duniawi/ kebanggaan berpribadi. Bahkan jika pada akhirnya yang satu (1) itu menjadi hilang, maka seluruh kehidupan kita tinggal 0 (baca: nol besar). (*) = 1 dibagi 0 tak terhingga ; 0 dibagi 1 tak berharga. Maksudnya = Pribadi yang berkarakter kuat dan cerdas adalah pribadi dengan kekuatan dan kecerdasan yang tumbuh berkembang karena ketawadhuan bukan dengan ketakaburan. 0 dibagi 1 tetaplah 0 – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri dengan ketakaburan. (Lemah dan rapuh karena sesungguhnya :Tiada daya upaya tanpa izinNya.) Namun … 1 dibagi 0 adalah tak terhingga – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri karena ketawaddhuan. (Senantiasa tumbuh dan berkembang dalam keridhoan dan petunjukNya). Dalam pemberdayaannya (kesadaran, kecakapan, kemapanan dan ketaqwaan), sejumlah manusia mungkin saja mampu berkembang mendahului lainnya bukan hanya secara intelek (yang popular didewakan saat ini), namun juga intuisi (sayang sudah agak diabaikan sekarang) dan insight (sudah langka dan terlupakan?). 9 kecerdasan mungkin tercapai ( 3 tataran intelek =1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/, 2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/, 3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/; 3 wawasan intuisi = 4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/, 5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/, 6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/; 3 penembusan insight = 7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah/, 8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/, 9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/) namun demikian jika tidak dibarengi dengan orientasi kesadaran 10 maka itu semua tanpa makna. Realisasi Kecerdasan tingkat 10 (baca: sepuluh) atau orientasi kesadaran 10 (baca: satu-nol) ini mungkin yang dimaksudkan sebagai insan kamil, homo novus (New Man) atau apapun istilahnya – suatu pencapaian kesempurnaan manusia dalam keterbatasannya. Namun sebagaimana proses pemberdayaan dan orientasi ketawaddhuan sebelumnya inipun harus dianggap hanya sebagai proses berkelanjutan bukan maqom penghentian. Inilah perbedaan yang mendasar antara kesejatian pencerahan bijak seorang panentheist, keimanan sejati para monotheist atau bisa jadi pencarian murni kaum heretis dengan kesemuan ‘pencerahan’ pantheist, ‘wawasan’ agnostic, maupun ‘pandangan’ atheist. Keberkahan dan pemberkahan hanyalah dari, oleh, untuk dan kembali kepadaNya. Realisasi kebenaran bukan identifikasi pembenaran. Dalam keikhlasan bukan dengan kepamrihan. Senantiasa memberdaya diri secara berkelanjutan dalam JalanNya (sesuai fitrah yang ditentukanNya) dan tidak terperdaya setinggi apapun perolehan yang dicapainya (menurut anggapan kerdil terhadap diri sendiri maupun pengakuan semu dari orang lain). Hanya mereka yang telah menghayati surga di hatinyalah (karena hidayah kuasa kasih yang terpancar dari wujudNya telah melingkup hati hambanya - bukan sebaliknya ?) yang kemudian akan menghadirkan surga di dunia ini (memberkahi kehidupan dengan kuasa kesejahteraan dalam kebersahajaan kasih dan tidak melakukan pembenaran akan pengrusakan dan bermegah dengan kesombongan apapun bentuknya) sehingga layak mendapatkan surga di sisiNya kelak. Tanah (baca: jasad) memang kelak akan kembali ke bumi (baca: mayat) sebagaimana harusnya namun demikian cahaya (baca: ruh atau sekedar jiwa ?) sebagaimana layaknya kembali (untuk selalu menghadap) ke Sumbernya (Tuhan).Yaa ayyatuhaan nafsul muthmainah; Irji’ii ilaa robbiki roodhiyatam mardhiyyah ; Fad khulii fii ‘ibaadii; Wad khulli jannati (Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. QS 89: 27 – 30)
Ad.2. JEFF GUTT = THE PHOENIX WARRIOR
(original link ?)JAG PLAYLIST :
Every time I look in the mirror Setiap kali aku melihat di cerminAll these lines on my face getting clearerSemua garis-garis ini di wajahku semakin jelasThe past is goneMasa lalu hilangIt went by, like dusk to dawnItu pergi berlalu, seperti senja hingga fajarIsn't that the wayBukankah itu jalannyaEverybody's got their dues in life to paySemua orang punya iuran mereka dalam hidup untuk dibayar.
Yeah, I know nobody knowsYa, aku tahu tidak ada yang tahuWhere it comes and where it goesDi mana ia datang dan di mana ia pergiI know it's everybody's sinAku tahu itu dosa semua orangYou got to lose to know how to winKau kalah untuk tahu bagaimana untuk menang
Half my life'sSetengah hidupkuIn books' written pagesDalam halaman buku ditulisLived and learned from fools andTinggal dan belajar dari orang-orang bodoh danFrom sagesdari yang bijakYou know it's trueKau tahu ini benarAll the things come back to youSemua hal datang kembali kepadamu
Sing with me, sing for the yearBernyanyi denganku, menyanyi untuk tahun iniSing for the laughter, sing for the tearMenyanyi untuk tawa, bernyanyi untuk air mataSing with me just for todayNyanyikan denganku hanya untuk hari iniMaybe tomorrow, the good lord will take you awayMungkin besok, Tuhan yang baik akan membawamu pergi Yeah, sing with me, sing for the yearYa, bernyanyi denganku, menyanyi untuk tahunSing for the laughter, sing for the tearMenyanyi untuk tawa, bernyanyi untuk air mataSing with me, just for todayBernyanyi denganku, hanya untuk hari ini
Maybe tomorrow, the good Lord will take you awayMungkin besok, kebaikan Tuhan akan membawamu pergi
Dream On Dream On Dream OnBermimpilahDream until your dream comes trueBermimpi sampai mimpimu terwujudDream On Dream On Dream OnBermimpilahDream until your dream comes throughBermimpi sampai mimpimu datang melalui
Dream On Dream On Dream OnDream On Dream OnDream On Dream On, AHHHHHHHMimpikanlah, Ahhhh
Sing with me, sing for the yearBernyanyi denganku, menyanyi untuk tahunSing for the laughter, sing for the tearMenyanyi untuk tawa, bernyanyi untuk air mata
REHAT TARAWIH DULU
Jeff Gutt (Jeffrey Adam Gutt) mungkin nama yang asing bagi rekan pembaca di Indonesia. Sekedar info singkat, dia adalah salah satu peserta X factor USA tahun 2013. Memang dia ‘hanya’ mencapai runner-up berdasarkan voting pilihan mayoritas suara dalam kontes sehingga gagal meraih hadiah rekaman 1 milyar. Satu pertanyaan mungkin terlintas di benak anda: lantas apa istimewanya figure ini diekspose jika ia bukan juara pertama (walau juara ke-dua toh tetap pecundang) ?Disadari atau tidak, pada dasarnya kita semua belajar dari Tuhan lewat apapun juga ,melalui siapapun saja. Setiap makhluk adalah truth seeker (pencari kebenaran) dan sekaligus Dharma Sekha (penempuh kenyataan) dalam hidup ini. Senantiasa ada hikmah ilahiah (yang sejati sebagai ilmu dan laku) dibalik hibrah alamiah (yang tampak samar bahkan terkadang semu) akan maksud kebijaksanaan Tuhan yang mungkin kita terima namun tidak kita mengerti. Tidak semua yang kita inginkan terwujud dalam kenyataan. Apa yang baik bagi kita belum tentu baik bagi Tuhan ; demikian sebaliknya. Hidup adalah amanah bukan sekedar anugerah apalagi musibah. Tampaknya memang ada perbedaan mendasar bagaimana dunia ini memandang dengan cara Tuhan menilai. Kita dinilai bukan sekedar dari kesuksesan yang kita terima dan miliki di permukaan, namun dari keberkahan dari cara kita men-sikapi kenyataan dan cara kita menjalani kehidupan di kedalaman. Coram Deo (Hidup yang selalu sejati dalam pandangan Tuhan) tidak sekedar coram geo (hidup yang mungkin semu dalam kelaziman duniawi) apalagi coram ego (hidup yang bisa liar dalam kenaifan diri). Dengan cara demikian kita senantiasa bisa memilah dan memilih hikmah kebenaran tidak sekedar hibrah kenyataan apalagi hijab kesemuan yang mungkin akan menyesatkan pandangan kita sebagai pengembara keabadian.Melalui sebuah titik perjalanan garis keabadian ini (pengalaman pribadi sendiri, kejadian orang lain, dan aneka peristiwa) kita mengkaji kebenaran yang tersirat pada kenyataan yang tersurat pada hidup ini sebagai introspeksi dari masa lalu, untuk realisasi pada waktu ini dan sebagai orientasi bagi saat nanti untuk tetap selalu memberdaya diri (kesadaran, kecakapan, kemapanan dan ketaqwaan). Jeff adalah figure sederhana ke-dua yang saya ajukan, sesudah Moez Massoud dan sebelum Jokowi nanti. EPISODESTAHUN 2012Jeff Gutt adalah vokalis band dry cell dan kemudian BWNN (band with no name). Karirnya sebagai musisi tidaklah sebagaimana yang diharapkan. Kejadian tersebut sangat mengecewakannya sehingga membuatnya frustasi dan berhenti dari kegiatan music yang dicintainya sejak kecil. Namun demikian kehadiran seorang anak (Talon) membuat single parent ini bangkit untuk memenuhi tanggung jawabnya untuk kembali ke jalur musik.1. Haleluyah20 September 2012 Jeff mengikuti audisi dan membawakan lagu Hallelujah dari Leonard Cohen yang sangat unik (versi Rock bukan gospel). Salah satu audisi music terbaik yang saya dengar selama ini (disamping : Susan Boyle – UK , Choi Sung Bong - korea , dan Wudamu- China). Histeria penonton dan pujian para juri (Simon Cowell, Britney Spears, Demi Lovato dan L.A. Reid.) layak diberikan baginya. Bahkan (sekedar bercanda) Tuhanpun akhirnya menyuarakan gemuruh menyambutnya.NB = tentang lagu Haleluyah. Haleluyah berasal dari bahasa Ibrani Aleluyah yang berarti terpujilah Tuhan (Alhamdulillaah?). Pada mulanya saya mengira ini adalah lagu gospel gerejani. Namun kemudian setelah memahami makna lirik di dalamnya ditambah sejumlah referensi, saya berpandangan lain. Lagu ini mengisahkan perjalanan hidup manusia dalam menghayati arti cinta. Kejatuhan Samson dan terutama duka penyesalan Daud atas ternodanya cinta dia kepada Tuhan karena terlena akan cinta birahi yang menyebabkan dia berdosa sebagai manusia (kisah cinta segitiga Daud, Betsheba dan Uria). Agape (cinta kepada Tuhan) seharusnya memang diletakkan sebagai pemberdaya paling utama bagi orang beriman agar manusia lebih mementingkan kebenaran yang lebih luas dan abadi (walau tidak mudah) dan tidak sekedar membenarkan kepentingan sesaat yang bersifat pribadi (walau tampak indah). Kesadaran nurani untuk tidak menjadi naïf dan liar terhadap naluri untuk tidak mudah terjatuh bukan saja perselingkuhan birahi namun juga kesewanangan insani sehingga Agape (Cinta KeIlahian) dapat menjadi benteng utama eros (nafsu birahi) dan media luhur bagi filia (cinta kemanusiaan). Bandingkan versi asli lagu Leonard Cohen tersebut dengan lagu Jeff menjelang konser amal call of Angel di station televisi 2. Kandas di BootcampNamun demikian Jeff Gutt akhirnya tereliminasi di bootcamp. Lagu duet “If I Die Young" dari The Band Perry tidak menghantarkannya lolos ke babak selanjutnya. Hal yang sangat mengecewakannya saat itu. Beberapa waktu kemudian, di Access Hollywood seorang juri Simon Cowell menyatakan satu penyesalannya adalah memulangkan (potensi sehebat Jeff) terlalu dini. 29 Maret 2013, Jeff Gutt merelease lagu "Hallelujah" melalui vimeo. Jeff sesungguhnya bukan hanya seorang pembawa lagu namun juga pencipta lagu. Stay adalah salah satu lagu yang dia cipta bersama BWNN. TAHUN 20133. Welcome Back, Phoenix.18 September 2013 dia kembali mengikuti audisi. Lagu pertama “I Don't Want to Miss a Thing" dari Aerosmith dihentikan. Sehingga ketika diberikan kesempatan untuk mencoba lagi, dia kemudian mengajukan lagu ke-dua "Creep" dari Radiohead.NB: perhatikan expresi kekecewaan kala Simon Cowel menghentikan lagu pertama Jeff. Kedewasaan menerima penghentian, kesantunan menerima alasan dan kesediaan mencoba kesempatan ke-dua. Walaupun agak ragu di awal,Jeff kembali menunjukkan keautentikannya mengekspresikan lagu sebagaimana diharapkan dan hasilnya sangat sensasional … sesuatu yang bahkan tidak dinyana olehnya. Pujian juri dan histeria penonton kembali mengiringi kelolosannya pada audisi tahun ini. Selamat datang kembali, phoenix ~ burung yang lahir dan bangkit kembali dari kematian. 4. Memulai Kompetisi2 Oktober 2013 dia kembali mempesona dengan penghayatan lagu Amazing Grace" dari John Newton melalui power voicenya. Jeff lolos bersama sejumlah kontestan lain dalam 4 kategori (Boys, Groups , Girls, Over 25 ). Di kategori over 25 Jeff berada dengan mentor Kelly Rowland eks personil Destiny’s Child.NB: Lagu Amazing Grace mengisahkan kesungguhan pertobatan seseorang untuk kembali ke Jalan Tuhan setelah ketersesatannya.Walau singkat, Jeff menyanyikannya sangat impresif. 5. Melanjutkan KompetisiKompetisi penyisihan berlanjut. Pada mulanya lewat tayangan televisi local B-Chanel saya sesungguhnya lebih memperhatikan Carlos dari peserta lainnya (termasuk Jeff yang saat itu belum saya ketahui track recordnya). Namun sayang, penderita Tick syndrome yang sesungguhnya sangat impresif dalam berjuang ini harus tereliminasi dini. 29 October 2013 = "Try” dari Pink6 November 2013 = "Say You, Say Me” dari Lionel Richie7 November 2013 = "In the Air Tonight" dari Phil Collins13 November 2013 = "(I Just) Died in Your Arms" dari Cutting Crew20 November 2013 = "Bohemian Rhapsody" dari QueenJujur saja, terkecuali untuk 2 lagu awal, secara pribadi saya kurang begitu terkesan dengan perfoma Jeff pada mulanya. Walaupun sesungguhnya dia sudah tampil maksimal untuk tampil sempurna, namun terlihat seakan dia berusaha memaksakan diri sehingga kurang impresif. Ekspresif (mungkin) ya, namun autentik (sayangnya) tidak. Simon Cowel mengkritisi secara jeli bahwa keinginan yang berlebihan untuk tampak sebagai Rock Star justru menjadi penghalang utama Jeff dalam mewujudkan potensi dirinya. Realisasi autentik yang sejati bukan sekedar identifikasi artificial yang semu diharapkan baginya. Untunglah dia kemudian kembali lolos ke babak selanjutnya untuk membuktikannya. 6. Great FavoriteAkhirnya Jeff Gutt menemukan dirinya yang sejati sebagai universal singer melalui panduan sang mentor Kelly Rowland (dan juga kursus singkat Michael Buble).27 November 2013 "Feeling Good" dari Anthony Newley and Leslie BricusseNB = Lagu Feeling good – persembahan Jeff Gutt kepada ayahnya Greg Gutt - mengingatkan saya tentang perlunya bersyukur menerima apapun juga dengan perasaan baik (The Secret – Bryan Rhodes ; The Law of Attraction).Jeff sungguh membawakan lagu tersebut dengan sangat mantap luar biasa. Autentik, masculine, dan mempesona baik dari power voice maupun stage act. Disamping itu, saya sangat terkesan dengan perkataan Greg Gutt yang begitu tulus menyentuh sebagai seorang ayah yang sangat bahagia (dan bangga?) dengan keberadaan anaknya yang sedang berjuang di kompetisi tersebut: “Saya bukanlah orang kaya, saya tidak mempunyai banyak uang (sebagaimana juga dia – Jeff). Tetapi ketika saya menyaksikannya di pentas (pujian juri dan pemirsa) … saya (merasa) sayalah orang paling kaya di dunia ini.”7. Great Competitor4 December 2013 "Without You" dari Mariah Carey & "Daniel" dari Elton JohnNB = Walau dari segi artistic penampilan,lagu "Without You" dari Mariah Carey lebih bagus dan memukau, namun secara pribadi (bukan kritisi seni atau komentar para juri) saya lebih menyukai kesederhanaan lagu akustik "Daniel" dari Elton John. Terdengar wajar dan tulus sebagai persembahan Jeff kepada saudara sepupunya – Dan, seorang marinir. Kelihaian permainan gitar Jeff tampak pas mengiringi lagu tersebut. Disamping itu, saya sangat terkesan dengan perkataan Dan Gutt yang begitu bijak sebagai seorang kakak (sepupu) dalam menerima keberadaan saudaranya apapun juga yang terjadi: “Jeff, tidak masalah apa yang akan terjadi (nantinya). Kamu akan selalu memiliki X factor bagiku.” Pernyataan yang sangat bijak untuk tetap menerima keberadaan seseorang apa adanya dan mengharapkan selalu kebaikan atasnya. Tak perduli berhasil atau gagal, menang atau kalah …. Keberkahan perjuanganlah yang diharapkan. Kebenaran Kasihlah yang diutamakan. 8. MENUJU FINALE11 December 2013 Jeff melantunkan lagi lagu favorit pemirsa Hallelujah dari Leonard Cohen; duet dengan Restless Road "Every Breath You Take" dari The Police & lagu spektakuler "Demons" dari Imagine Dragons. Bravo, Jeff.12 December 2013 Jeff dinyatakan lolos dalam kompetisi tersebut. Lagu "Open Arms" dari Journey dia nyanyikan kemudian.9. FINALE18 December 2013 bersama kontestan lain Alex & Sierra dan Carlito Olivero, Jeff melantunkan lagu We Will Rock You dari Queen's. Kemudian dia menyanyikan lagu fantastis "Dream On" dari Aerosmith; "Iris" dari Goo Goo Dolls duet bersama John Rzeznik dan terakhir lagu "Creep" dari Radiohead.Sesungguhnya malam itu secara kualitas adalah malam Jeff dikarenakan tema Rock diajukan. Lagu bersama yang dinyanyikan bersama sudah cukup untuk membuktikan kualitas ke 3 kontestan tersebut di zona nyaman Jeff. Namun jujur saja saya kurang begitu suka sequens urutan 3 lagu terakhir. Seandainya urutan dibalik kemungkinan akan lebih baik lagi. Lepas dari komentar para juri. Dream on adalah lagu rock murni terhebat yang dibawakan Jeff selama ini. Namun lagu tersebut terasa sangat menguras energi dan seharusnya justru diletakkan di bagian akhir sebagai top klimaks. (Simak dampaknya di dua lagu berikutnya yang walaupun masih tampak bagus namun tampak kurang total ‘greget’nya). Pada akhir lagu Iris Jeff agak ‘telat masuk’ sedangkan Creep walaupun lebih ‘jangkep’ dan bergaya serta penuh penjiwaan daripada ketika audisi namun akhir makna liriknya terasa kurang pas sebagai lagu terakhir seorang True Warrior (pejuang sejati). Harapan terakhir Kelly yang walau terdengar baik namun terasa kurang tepat disimak. Tampak agak mengeksploitasi Talon (yang sesungguhnya tampak tidak suka). Jeff adalah pejuang hebat yang walau mungkin layak memenangkan kontes tersebut karena keunggulan kualitas dirinya dibandingkan yang lain namun tampak kurang kuantitas mayoritas pendukung (yang pastinya akan kalah dengan dasar statistic Itunes dan terbatasnya voting para pendukung di Amerika dibandingkan kontestan duet Alex & Siera). Namun demikian hendaklah kemenangan tidak juga berdasarkan iba empati orang lain (yang pastinya salah). Bagi seorang True Hero (pejuang sejati) bukan sekedar Fake Idol (idola semu) permasalahan Benar dan tidak salah adalah hal krusial yang mendasar untuk diutamakan ketimbang permasalahan Menang atau kalah sehingga harus menghalalkan segala cara (jor-joran voting,dsb). Keberkahan sejati hendaklah diutamakan mengatasi kesuksesan yang walaupun tampak megah di permukaan namun bisa saja semu di kedalaman. (Terdengar agak naïf, lebai atau idealis, ya ? ) 10. RUNNER UP19 December 2013 adalah hari pengumuman pemenang X factor USA 2013. Voting sudah ditutup.Jeff Gutt menyanyikan lagu religious "O Holy Night" dari Adolphe Adam. Kembali ini lagu terbaik yang dinyanyikan 3 kontestan yang tersisa walau sayang tidak berarti banyak karena voting sudah ditutup. Walau saya seorang Muslim (dan Insya Allooh selalu tetap istiqomah dengan keimanan saya), namun sebagai pemerhati segala Dharma Ilahiah - saya terkesan ketika mendengarkan keindahan penghayatan suara Jeff dalam menyanyikan lagu gospel gerejani ini. NB : JAG Army dan fans Jeff lainnya di Detroit sangat meriah menyambut Jeff lewat tayangan televisi. Namun demikian, saya sangat terkesan dengan perkataan anaknya, Talon yang mengharukan Jeff: I just want to be like you. You're the best daddy ever," “Aku hanya ingin menjadi sepertimu. Kau adalah ayah yang terbaik”. Pernyataan yang sangat polos dari seorang anak yang memandang keberadaan dan semangat perjuangan Jeff sebagai keteladanan adalah lebih daripada cukup baginya untuk senantiasa mencintai, menerima dan menghormatinya sebagai seorang ayah … alih-alih dengan memaksakan secara naïf ‘tuntutan’ keinginan (menjadi dokter?). Menjadi pribadi yang baik sebagaimana yang Tuhan kehendaki perlu diutamakan daripada profesi apapun juga yang Tuhan akan berikan padanya kelak. (Hidup adalah amanah)Setelah Carlito Oliviero diumumkan tereliminasi (secara terhormat sebagai pejuang yang pantang menyerah sebagaimana Jeff nantinya), Jeff Gutt tampil bersama Alex & Sierra dengan lagu Love Me Again dari John Newman. Dalam genre lagu yang sesungguhnya merupakan zona nyaman Alex & Siera inipun, Jeff tampak mampu mengimbangi bahkan mengatasinya pada akhir lagu. Namun agak berbeda dengan kala berhadapan dengan Restless Road sebelumnya, ini tidak berpengaruh sama sekali karena Voting memang sudah ditutup dan tinggal diumumkan hari ini.Dan akhirnya sebagaimana yang telah diprediksi sebelumnya Alex & Siera memenangkan kontes ini dan berhak memperoleh hadiah rekaman berkontrak 1 milyar (selamat !). Sementara Jeff Gutt tereleminasi sebagai runner up (A&S= 8.27 juta vs JAG= 7.9 juta suara).NB: Terlepas dari hasil final tersebut, saya kembali harus salut kepada Jeff dalam menerima kenyataaan ini dan mensikapi “kegagalannya” ini secara lebih dewasa dan sangat positif (daripada tahun lalu ?). Kepada pemenang Alex & Siera, Jeff mengucapkan selamat dan berharap akan dapat segera membeli album mereka. Jeff juga menghormati Simon Cowell - mentor mereka – yang walau mengakui ketangguhan Jeff namun tentu saja sangat menaruh harapan pada anak asuhnya sendiri (A&S) untuk memenangkannya. Jeff juga sangat berterima kasih kepada mentornya Kelly Rowland yang telah sangat membantunya keluar dari tempurung pembatas potensi dirinya selama ini. Kepada para fansnya, dia juga mengatakan: “I owe you guys everything and I'm not going to give up," (saya berhutang atas segala dukungan anda semua dan saya tidak akan menyerah /untuk berjuang kembali).PENUTUP =Tahun 2014 ini saya tidak terlalu banyak membaca perkembangan Jeff Gutt melalui media. Namun dari sejumlah pemberitaan pada Facebook dan Twitternya, dia tampak mulai kembali bangkit menata hidupnya lagi dan merintis kembali karir sebagai musisi. Merekrut crew band, tour, dan merelease promo baru. Di Youtube dia juga meng-upload lagunya sebagaimana lagu sebelumnya. Ada kedewasaan filosofis yang terasa dari tahun sebelumnya (Hope). Well, Dream on till all come true. Whatever it happens, always be a True Divine Warrior. (Baiklah, bermimpi/ berusahalah terus hingga semuanya akan menjadi nyata. Apapun yang terjadi, tetaplah selalu sebagai Pejuang Ilahiah yang Sejati.)
Ad.3. JOKOWI
(broken link now ?)Ganti sama intinya : Simple/Nature Wisdom Quotes of Sutarti's : ts; 5,10
Tanya : Bu Sutarti, apa yang ingin disampaikan …. Atau Gimana … baiknya pak Jokowi… gimana,sih ?Jawab : Ini jujur, ya ? (tawa semua). Nggak maksudnya gini … kalau orang .. apa namanya… didorong-dorong cepet jadi gini jadi gini … itu kan yang ngomong gampang. Yang melakukannya kan juga nggak mudah. Bagi kita .. yang deket ya … kita cuma berdoa . kalau itu memang KEHENDAK TUHAN dia ini harus jadi presiden … ya, BIARIN AJA.(Dikapitalkan hurufnya .... supaya tidak ada misunderstanding .... kadruners vs cebongers? )
PRAKATA =Almarhum Romo Mangun (YB Mangunwijaya) pernah menyatakan bangsa ini perlu transformasi tidak sekedar reformasi. Karena, sebagaimana Burung yang perlu dua sayap untuk terbang dan Manusia yang perlu dua kaki untuk melangkah; demikian juga bagi bangsa ini yang memerlukan Transformasi dan Transparansi untuk menjalani dan mengatasi kehidupannya. Transformasi adalah pemberdayaan keseluruhan diri,suatu proses metamorfosis perbaikan dan peningkatan kualitas diri. Dia bukanlah sekedar reformasi,suksesi pergantian di luar namun tanpa perbaikan di dalam.(Sehingga: Walau bentuk system permukaan tampaknya berubah, namun kultur kedalaman agaknya sama saja. Tokoh berganti tetapi tetap tanpa fungsi.) Tampaknya memang Perlu Transformasi pemberdayaan yang sejati bukan hanya untuk kebaikan tetapi juga kemajuan negeri ini. Perlu Transparansi keterbukaan yang sejati bukan hanya untuk kepercayaan tetapi juga untuk keteladanan di negeri ini. Agar dengan demikian Transendensi keberkahan Robbani akan segera terjadi dan kesuksesan duniawi juga Insya Allooh akan mengikuti.Namun demikian kita para anak bangsa agaknya terlalu naïf untuk memahami hal ini dan (bagaikan lingkaran setan ~ siklus Polybius) sangat sering mengulangi kesalahan sejarah yang sama. Ketika absolutisme demi stabilitas menampakkan dibiarkan maka tampak jelas sisi keburukan kezaliman yang membuat kita muak dan beralih kepada kebebasan. Ketika liberalisme demi stabilitas kebablasan dan menampakkan sisi keburukan keliaran ; kita kembali muak dan beralih ke kemapanan. Demikian seterusnya terjadi di dunia ini. Manusia memang berpotensi baik (arif & asih) namun cenderung buruk (naïf & liar). Mandala kebersamaan manusiawi yang tidak berlandaskan tiga pilar transformasi, transparansi dan transendensi tampaknya memang telah digariskan oleh-Nya untuk tidak akan menerima keberkahan abadi. Rhetorika visi program walau terkemas (sangat) sempurna namun tanpa realisasi aksi tindakan yang terwujud (walau) sederhana akan percuma. Istighotsah permohonan tetap mutlak memerlukan istiqomah pelayakan agar tidak menjadi sia-sia. Bangsa ini walaupun memang secara alamiah telah terus beranjak tua namun kelihatannya tak akan pernah menjadi dewasa.Harapan akan mitos Satrio Piningit, Noto nagoro, dan Ratu Adil semula diekspose dan diotak-atik dan dipolitisir pada waktu itu. Wah .. tidakkah kita sadari bahwa tokoh tersebut adalah seluruh putra bangsa. Karena bangsa ini hanya akan bangkit untuk menjadi baik dan maju jika semua putra bangsa (tidak hanya satu satrio atau ratu adil saja) terjaga untuk memberdayakan diri dan bangsanya. EPISODES =Semula saya akan mengutarakan Jokowi - tokoh unik dan aneh (istilah Abraham Samad) baik ketika dia menjabat sebagai wali kota Solo dan gubernur DKI jaya. Saya merencanakan akan menuliskannya bahwa pejabat public yang “Genah tapi Nglumrah” (karena konsisten blusukan bukan pencitraan hanya untuk memikat saja?) – “Mantep tanpo anggep” (potensi tidak sekedar ambisi) dan memandang tugas jabatan sebagai amanah keberkahan bukan musibah kerepotan atau anugerah kewenangan sesungguhnya bukanlah pribadi yang unik dan aneh jika dipandang tersirat dari kedalaman tidak sekedar yang tampak dipermukaan. Politik tidaklah sesuram kutipan pandangan akademisi ataupun intrik kekuasaan politisi birokrasi sebagai sekedar conflict of interest yang dibenarkan untuk kekuasaan belaka. Tidak ada yang salah dengan istilah ‘dharma’ apapun juga karena kesalahan umumnya dilakukan oleh pelaku dalam memandang dan bertindak. Kemasan sistem yang baik bisa saja buruk jika kultur pelaksanaanya tidak baik dengan tidak mementingkan kebenaran namun hanya membenarkan kepentingan saja. Dengan akalnya manusia bisa menjadi mulia dengan 'ngakalke' pemberdayaan bagi dirinya dan kebersamaan secara sadar dan tulus namun dengan akalnya juga manusia bisa menjadi nista dengan 'ngakali' dirinya sendiri dan orang lain secara picik dan licik. Konteks Ihsan Coram Deo (merasa selalu berhadapan dengan Tuhan yang begitu jeli mengawasi bukan saja sebatas pencitraan di permukaan namun hingga lintasan batin di kedalaman) memang mutlak ditekankan ketimbang coram deo (pencitraan duniawi karena merasa hanya berhadapan di dunia ini saja saat ini) apalagi hanya coram ego (pengumbaran nafsu diri untuk berkuasa dan memperdaya sesama). Rela berkorban (waktu dan tenaga) di Jalan AmanahNya bukan tega mengorbankan (kesejatian diri dan orang lain) perlu disadari mereka yang 'terpanggil' menjadi pemimpin bangsa bukan penguasa belaka. Namun demikian terpaksa saya harus menunda sementara ini dikarenakan keberadaan 'mas' Jokowi menjadi kandidat di Pilpres mendatang. Agak sungkan menuliskannya dalam waktu ini karena bisa saja walaupun saya hanya ingin mengajukan sisi kemanusiaannya saja (sebagaimana dua pribadi sebelumnya) namun artikel ini bisa disalah-tafsirkan sebagai kampanye politik.PENUTUP =Tentang Jokowi mungkin akan saya utarakan lain kali saja. Sementara ini biarkan saja orang lain baik yang pro dan kontra (sekedar kepentingan politik bukan untuk perhatian sisi kemanusiawiannya ?) yang membicarakannya. (Tasamuh atau Taqiyah = toleran menghargai hak berpandangan orang lain walaupun mungkin tampak berbeda namun semoga saja tetap tersampaikan dengan Haq - Sunni ~ Syiah) EPILOG =Membicarakan kebaikan (bukan mengidolakan) orang lain sebelum tiba saatnya dia berada dalam situasi dan kondisi negatif dalam kehidupannya (tidak sekedar pada situasi kondisi positif belaka) bahkan hingga menjelang akhir kematiannya sebetulnya beresiko juga. Karena manusia walaupun berpotensi baik namun juga cenderung buruk. Bisa saja yang kita puja sekarang akan kita cela pada masa mendatang karena kekhilafan (keburukan dan kesalahan yang bersifat pribadi bukan semata kemalangan atau kegagalan yang bersifat kompleks) selalu saja akan bisa terjadi. Nobody but God is perfect.Namun demikian, sebagai seeker pembelajar kehidupan kita memang harus selalu membiasakan memandang sesuatu secara berimbang dan tidak berlebihan (Istilah orang jawa = 'ora gampang ngentahke /ora langsung mandheke' = tidak mudah mencela, tidak segera memuja ~ seperti kezaliman kaprah yang menjadi kelaziman lumrah saat ini). Setiap pribadi yang berperan dan segala peristiwa yang berlangsung adalah ayat media pembelajaran dari Tuhan untuk memberdaya kita sebagai pengembara keabadian yang melintasi kehidupan dunia ini sesuai dengan amanahNya. Diberkahilah bumi kebersamaan ini atas kehadiran mereka (yang baik tersirat atau tersurat , langsung ataupun tidak) yang memuliakan Dharma Tuhan melalui persepsi dan refleksi kehidupannya pada lintasan garis samsara perjalanan keabadiannya yang senantiasa berhadapan dalam pembelajaran dan pemberdayaan Tuhan di sini ataupun di sana , saat ini ataupun nanti).Wasalam
POSTING
POSTING
Sabtu, 05 Juli 2014
PILPRES JOKOWI 2014
PILPRES JOKOWI 2014
Kita belajar segala sesuatu dari Tuhan melalui siapa saja dan apapun juga, termasuk internet. Kini adalah saatnya, dan disini adalah tempatnya bagi kita untuk saling berbagi. Tidak hanya sekedar menerima namun juga untuk saling memberi demi pemberdayaan bersama dalam Wujud, Kuasa, dan Kasih-Nya. .Sejumlah orang, blog, websites melalui media Internet telah banyak membantu kita dalam pencarian dan perolehan data yang kita perlukan. Ini saat dan tempat kita untuk saling asah, asih dan asuh dengan saling berbagi (reload data penting) dan ‘membalas budi’ (upload karya pribadi) bagi kemanfaaatan pemberdayaan pengguna internet lainnya.Pilpres 2014 ini ternyata cukup mengesankan bagi sebagian besar warga bangsa Indonesia lainnya karena baru kali ini tampaknya benar-benar bisa ‘buat rame’ berpartisipasi aktif tanpa perlu mobilisasi eksternal dari siapapun saja atau apapun juga. Ini bahkan terasa melebihi Pemilu 1998 pada awal reformasi dulu (ada kegairahan yang lebih besar ketimbang sekedar pengharapan belaka). Mau tidak mau akhirnya blog ini walau tidak dimaksudkan bersifat politik (secara pribadi saya memang kurang interest dengan masalah politik dan manuvernya dikarenakan saya sesungguhnya hanya tertarik dengan pencerahan kesadaran gnosis keabadian dan kecakapan wajar dharma pembumi saja) namun demikian karena ini juga berkaitan dengan totalitas perjalanan hidup pada garisNya, tanpa maksud provokatif terpaksa ikut-ikutan bikin rame juga,ah. Semoga jika walau tidak bisa membantu namun tetap tidak mengganggu. Semoga ini (keterlibatan tanpa kemelekatan sehingga tetap ada keberimbangan walau dalam keberfihakan) tidak membebani atsar kehidupan nanti. Saya akan berusaha adil dan arif dengan melandaskan pembahasan artikel ini pada sejumlah hadits arbain Imam Nawawi untuk maksud pemberdayaan dalam bulan suci Ramadhan ini dan semoga bukan untuk memperdayakan. Semoga Tuhan mengarahkannya dalam pencerahan karena saya dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada (mungkin juga termasuk keberfihakan walau dalam keberimbangan sekalipun) sama sekali tidak berniat untuk melakukan penyesatan.
A. Demi Keberkahan Untuk JokowiHADITS KEDUAPULUH SATUعَنْ أَبِي عَمْرو، وَقِيْلَ : أَبِي عَمْرَةَ سُفْيَانُ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِي فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَداً غَيْرَكَ . قَالَ : قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ[رواه مسلم]Terjemah hadits / ترجمة الحديث :“ Yaa rosuulalloohi, qullii al islaami ~ qoulaan laa as-alu ‘anhu ahadan ghoiroka.” “ Qul aamantu billaahi – tsummas taqim.”Dari Abu Amr, -ada juga yang mengatakan- Abu ‘Amrah, Suufyan bin Abdillah Ats Tsaqofi radhiallahuanhu dia berkata, saya berkata : Wahai Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, katakan kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan kepada seorangpun selainmu. Beliau bersabda: Katakanlah: saya beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguhlah.(Riwayat Muslim).1. IJTIHADAHIjtihad bukanlah hak para orang yang melabelkan diri dengan nama ulama saja tetapi bagi setiap hamba Allooh bahkan makhlukNya yang lain dalam membentang pandangannya untuk menentukan pilihan. Ijtihad (dalam pengertian lughoh ilmiah dan tidak selalu “syar’i fuqoha”) bukan hanya monopoli kelompok para ulama yang meng-klaim sesuai hadits sebagai “pewaris Nabi” (harusnya untuk amanah kebenaran bukan untuk label pembenaran kekuasaan) apalagi jika memiliki maksud tersirat walau tak terungkap secara picik dan licik dengan mengharamkan pasangan capres/cawapres tertentu hanya dikarenakan memiliki pandangan yang berseberangan. Ditambah lagi sejumlah kampanye hitam yang bukan hanya menyudutkan namun sudah menjurus pembunuhan karakter yang sadis dan sistematis dengan ghibah dan fitnah yang sama sekali jauh dari nilai-nilai Islami dari sejumlah tokoh/ ormas partai berlabel islam. Secara pribadi (yang seharusnya juga tetap Robbani – untuk kaffah dengan menjalani kebenaran ilmuNya), saya sangat menyayangkan hal ini. Empati kemanusiaan tentunya akan mengusik nurani kita semua jika kita jujur mengakuinya. Jokowi (dan juga JK) adalah pribadi yang tentu saja (sama sebagaimana kebanyakan kita manusia lainnya) bukanlah figure sempurna (dimana senantiasa ada kelemahan disamping kebaikannya … selalu ada kekurangan disamping kelebihannya). Namun demikian bukankah mereka adalah pribadi yang relative lebih baik dari yang ada sehingga rakyat kemudian membela, meminta dan mendukungnya ketika mereka kemudian ‘terpaksa/suka-rela’ bersedia menerima amanah kepemimpinan nasional yang ditawarkan kepada mereka). Track record mereka sebagai pribadi-pun pada kenyataannya sesungguhnya (jika kita mau jujur mengakui) tidak seburuk yang kita ingin anggapkan kepada diri kita dan orang lain ~ asalkan dilakukan tanpa adanya tekanan akan kepentingan atau desakan untuk kebanggaan diri saja. Pengharapan akan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik dari rakyat (yang memilih atau tidak memilihnya) juga tidak bisa disalahkan untuk memberikan kesempatan kepada mereka maju sebagai kandidat pilpres 2014 ini. Dengan tanpa menafikan kehadiran kandidat lainnya (yang akhirnya resmi: Prabowo – Hatta) dan juga tiada maksud untuk mengabaikan keberadaaan tokoh lainnya (yang belum ‘beruntung’), simpati kepribadian, empati kemanusiaan dan pengharapan perbaikan akhirnyalah yang kami jadikan tiga alasan utama untuk membelanya untuk kebaikan bersama, menjaganya demi keberkahan nantinya dan memilihnya untuk memulai keberhasilan perjalanannya.Besar harapan kami (baca: yang tetap istiqomah dalam pengharapan kepada Tuhan untuk menjadi media ‘pengantar’ bagi keterpilihan mereka) bahwa mereka akan bersegera melakukan 3 (tiga) hal besar bagi bangsa dan negeri ini: Transformasi perbaikan, Transparansi keterbukaan dan Transendensi keberkahan.a. Transformasi PerbaikanTransformasi perbaikan memang bisa dilakukan oleh siapa saja namun demikian akan relative bisa segera dilakukan jika dilakukan oleh ‘orang baru’ yang belum tercemari, terbebani serta tersandera oleh kelompok kepentingan politis tertentu. Walaupun mungkin baru sebatas wacana, kerja sama tanpa syarat tampaknya lebih memberikan jaminan akan adanya kesegeraan bagi pemberdayaan dan bukan menundanya untuk keterpedayaan. Paradigma ideal ini walaupun diakui ‘populis’ oleh sebagian besar rakyat namun pastilah tidak “popular” bagi para ‘wakil rakyat’ (yang karena beaya politik dan mesin partai yang relative besar dalam peraihan suara yang mengantarkan mereka maka dirasa perlu untuk balen ‘balik modal’ dan baten ‘keuntungan fasilitas financial dan jabatan structural’ selanjutnya.) Jika konstelasi politik kemudian menjadikan fihak ‘koalisi rakyat’ yang akan menjadikannya kuat nantinya namun akan “lemah” pada awalnya itu sudah dapat diprediksi sebelumnya (karena bukankah kecenderungan politik yang menjadikan kekuasaan sebagai obyek dan bukan kebenaran sebagai subyek memang akan menjadikan demikian halnya ?). Saya justru memandang problematika ini sebagai media pembelajaran dan pemberdayaan politik dari Tuhan yang baik bagi bangsa ini karena akan ada perimbangan kekuatan di legislative dan eksekutive nantinya. Jika transformasi berjalan benar, maka mungkin akan ada ‘quantum leap’ (lompatan perbaikan) yang akan mengatasi otoritarianisme ‘rezim’ presidential dan oportunisme ‘mafia’ parlementer dan menggesernya kepada demokrasi kerakyatan yang sesungguhnya (mufakat demi kemaslahatan rakyat, bangsa dan Negara ini bukan sekedar ‘adu voting kekuatan’ apalagi perselingkuhan/ penyelewengan yang bukan hanya mengakibatkan chaos politik tetapi juga respek publik terhadap kepentingan mereka masing-masing). Untuk itu diperlukan unsur ke-dua yang sangat vital dimana rakyat ‘perlu tahu’ dan ‘ambil bagian’ dalam pembelajaran dan pemberdayaan bangsa dan negaranya melalui media massa yaitu Transparansi keterbukaan. b. Transparansi KeterbukaanPeristiwa itu adalah fakta yang terjadi namun sejarah bisa saja tercipta - sehingga dalam dinamika perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara terkadang sesuatu bisa direvisi atau dirubah berdasarkan sudut pandang kepentingan yang berbeda tergantung pada siapa yang ‘berkuasa’ saat itu (His-story bukan History ?). Dusta publik bisa saja terjadi sementara dampak karmic – mau tidak mau - harus dialami (bukan hanya pada pelaku namun juga termasuk mereka yang di luar lingkaran kepentingan namun berada pada bahtera yang sama). Walaupun terkadang kami bisa menerima kerahasiaan (selama itu memang demi kemaslahatan bersama dan bukan sekedar untuk pengelabuan sesama) namun demikian keterbukaan sebagai suatu kebijakan (baca: ‘kebijaksanaan’ yang mementingkan kebenaran dan bukan ‘kebijaksinian‘ untuk membenarkan kepentingan belaka) tampaknya lebih ‘fair’ untuk dilakukan (agar upaya ‘amar ma’ruf – nahi munkar‘, saling asah, asih dan asuh bisa dilakukan bersama dalam kepercayaan, demi keberdayaan dan untuk kebersamaan kita semua sebagai putera bangsa/ warga negara).Saya rasa ini bukan sekedar mimpi yang indah belaka jika saya mendambakan keberadaan demokrasi dalam control langsung oleh rakyat disamping pemanfaatan fasilitas mass media dan kotak saran yang ada jika negara ini juga menghadirkan cyber area/ digital city yang memungkin rakyat berhak segera tahu dalam meng-akses regulasi program (atau proyek?) yang akan dibuat /dijegal (?), budgeting/ auditing yang sedang berlangsung, informasi pembangunan/penyelewengan yang terjadi, dlsb. Untuk kemudian mereka diberikan kesempatan juga untuk sumbang saran demi kebaikan dan perbaikan negerinya. Ini bukan berarti rakyat meragukan para wakilnya namun hanya mengingatkan, menegaskan dan bahkan menguatkan agar mereka tidak melupakan atau mengabaikan amanah kepercayaan yang diberikan kepadanya. Besar harapan generasi muda (pelajar, mahasiswa,pemuda, dsb) diberi kesempatan untuk mendapatkan pembelajaran dan pemberdayaan bagi kesiapan dan persiapan bagi estafet kepemimpinan nasional nantinya. Namun demikian itupun harusnya ada filter kategorisasi dari saran rakyat yang masuk (apakah hanya asal bunyi saja ataukah memang saran nyata adanya, apakah sarat dengan pembenaran kepentingan tertentu ataukan memang semata untuk mementingkan kebenaran bersama, apakah hanya sekedar impian utopis ataukan memang cukup realistis untuk dilaksanakan secara effektif, effisien dan ekonomis) Transparansi publik sangat diperlukan terutama pada saat reformasi ini dimana ada celah kesenjangan ke-tata-negaraan dalam keberimbangan penyelenggaraan pemerintahan paska amandemen UUD 1945. Para pendiri bangsa secara bijaksana sesungguhnya sudah memperkirakan kemungkinan pemilahan kekuatan (bukan sekedar pemisahan kekuasaan politis belaka atas ‘trias politica’: legislative, eksekutif dan yudikatif) ini sebelumnya. Kalaupun ada ‘penyelewengan’ di kemudian hari (masa ‘demokrasi terpimpin’ orde lama dan masa ‘rezim presidensiil’ orde baru) sebetulnya itu lebih dari kenaifan penafsiran ‘hukum’ dan keliaran pelaksanaan ‘etika’ dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa adanya kedaulatan MPR (sebagai perengkuh Haq amanah bagi seluruh ‘wakil’ rakyat bukan hanya DPR namun juga DPD disamping media suara rakyat lainnya untuk menjaga parlemen agar tidak terjerumus sebagai ‘mafia’ mesin politik belaka dalam perselingkuhan transaksional yang walau sesungguhnya tidak halal untuk dibenarkan secara etika tetapi tampak ‘legal’ tidak disalahkan secara hukum dalam era demokrasi liberal paska kemerdekaan dan setelah reformasi) dan kewibawaan DPA (sebagai penasehat Haq amanah pemerintahan seluruh ‘wakil’ rakyat bukan hanya pada level kepresidenan namun juga bagi jajaran ‘raja kecil’ kepemimpinan di tingkat bawahnya seperti gubernur, walikota, bupati hingga tingkat desa agar tidak terjerumus sebagai ‘rezim’ mesin politik belaka dalam penyelewengan terlegitimasi yang serupa dalam era demokrasi terpimpin orde lama dan bahkan orde baru walau berlabelkan ‘demokrasi pancasila’). Dalam setiap dharma (walaupun itu politik ) aktualisasi nilai kebenaran adalah lebih utama daripada sekedar pembanggaan identifikasi label, defisiensi kepentingan apalagi eksploitasi pembenaran. Senantiasa ada Haq tanggung jawab yang besar dari setiap hak wewenang yang diberikan rakyat kepada para wakilnya (baik ditingkat parlemen maupun kepresidenan dan produk jabatan sebelum dan sesudahnya). Walaupun keberadaan lembaga baru yudikatif (Mahkamah Agung yang kemudian secara inovatif dipilah menjadi Mahkamah konstitusi, komisi yudisial disamping mahkamah agung sebelumya) tetap dihargai kedudukan dan peranannya namun demikian walaupun berkoridor ‘legalitas’ hukum yang terlegitimasi sekalipun jika tanpa ethika ‘good will’ yang benar inipun akan rentan dengan penyelewengan, perselingkuhan bahkan penyesatan selama berada di pemangku jabatan yang tidak/kurang benar. Pada setiap jabatan sangat diperlukan pengembanan amanah yang bukan hanya ‘qualified’ dari segi keahlian namun juga ‘bonafide’ dalam hal kearifan dan berintegritas dalam kebaikan agar pengamanan kebaikan bisa terjaga dan kemajuan perbaikan bisa terlaksana. Agar tiada lagi arogansi kepicikan dan rasionalisasi kelicikan maka transparansi publik yang sesungguhnya berperanan besar tidak hanya sebagai gerbang pertama namun juga benteng terakhir haruslah dihargai (tidak diabaikan) keberadaannya dan diberdayakan (tidak diperdayakan) kedaulatannya. Vox populi, vox Dei …. Pada hak suara rakyat yang diberikan ada Haq suara Tuhan yang harus ditegakkan. Dan ini mengantar kita pada ketinggian pandangan dan kedalaman landasan setelah keharusan transformasi perbaikan dan keperluan transparansi keterbukaan yaitu Transendensi keberkahan.c. Kebijakan TransendensiAnd .. finally … the last but not the least (dan akhirnya yang paling akhir walau bukan yang paling remeh – karena inilah sesungguhnya muara dari ke dua hal di atas) adalah Transendensi keberkahan. Revolusi Mental , restorasi nasional atau apapun istilahnya nanti haruslah melandaskan pada transendensi keberkahan Ilahi. Tentang hal ini saya pernah posting artikel pada blog ini, antara lain sebagai berikut:Almarhum Romo Mangun (YB Mangunwijaya) pernah menyatakan bangsa ini perlu transformasi tidak sekedar reformasi. Karena, sebagaimana burung yang perlu dua sayap untuk terbang dan Manusia yang perlu dua kaki untuk melangkah; demikian juga bagi bangsa ini yang memerlukan Transformasi dan Transparansi untuk menjalani dan mengatasi kehidupannya. Transformasi adalah pemberdayaan keseluruhan diri,suatu proses metamorfosis perbaikan dan peningkatan kualitas diri. Dia bukanlah sekedar reformasi,suksesi pergantian di luar namun tanpa perbaikan di dalam.(Sehingga: Walau bentuk system permukaan tampaknya berubah, namun kultur kedalaman agaknya sama saja. Tokoh berganti tetapi tetap tanpa fungsi.) Tampaknya memang Perlu Transformasi pemberdayaan yang sejati bukan hanya untuk kebaikan tetapi juga kemajuan negeri ini. Perlu Transparansi keterbukaan yang sejati bukan hanya untuk kepercayaan tetapi juga untuk keteladanan di negeri ini. Agar dengan demikian Transendensi keberkahan Robbani akan segera terjadi dan kesuksesan duniawi juga Insya Allooh akan mengikuti.Namun demikian kita para anak bangsa agaknya terlalu naïf untuk memahami hal ini dan (bagaikan lingkaran setan ~ siklus Polybius) sangat sering mengulangi kesalahan sejarah yang sama. Ketika absolutisme demi stabilitas menampakkan dibiarkan maka tampak jelas sisi keburukan rezim kezaliman yang membuat kita muak dan beralih kepada kebebasan. Ketika liberalisme demi stabilitas vitalitas kebablasan dan menampakkan sisi keburukan mafia keliaran; kita kembali muak dan beralih ke kemapanan. Demikian seterusnya terjadi di dunia ini. Manusia memang berpotensi baik (arif & asih) namun cenderung buruk (naïf & liar). Mandala kebersamaan manusiawi yang tidak berlandaskan tiga pilar transformasi, transparansi dan transendensi tampaknya memang telah digariskan oleh-Nya untuk tidak akan menerima keberkahan abadi. Rhetorika visi program walau terkemas (sangat) sempurna namun tanpa realisasi aksi tindakan yang terwujud (walau) sederhana akan percuma. Istighotsah permohonan tetap mutlak memerlukan istiqomah pelayakan agar tidak menjadi sia-sia. Bangsa ini walaupun memang secara alamiah telah terus beranjak tua namun kelihatannya tidak mau menjadi dewasa. Pengalihan harapan akan kehadiran tokoh mitologis Satrio Piningit, Noto nagoro, dan Ratu Adil semula diekspose dan diotak-atik dan dipolitisir pada waktu itu (bahkan hingga saat ini ternyata). Perlu difahami dan disadari bahwa tokoh tersebut adalah seluruh putra bangsa. Karena bangsa ini hanya akan untuk menjadi baik dan maju jika semua putra bangsa (tidak hanya satu satrio atau ratu adil saja) terjaga untuk memberdayakan diri dan bangsanya.Secara pribadi, sesungguhnya saya memandang Transendensi keberkahan ini hendaknya diletakkan pada posisi tertinggi mengatasi lainnya sebagaimana kelayakannya (sila pertama Dasar Negara Panca Sila adalah KeTuhanan Yang Maha Esa – Transendensi Kerobbaniahan yang mengatasi/melandasi sila berikutnya : Kemanusiaan (Kemanusiaan yang adil dan beradab) – Kebangsaan (Persatuan Indonesia) – Kerakyatan (Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebikjaksanaan dalam permusyawaratn/perwakilan) – Keadilan (Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia). Tentu saja transendensi ini (dan juga yang lainnya) lebih bersifat aktualisasi nilai dan bukan sekedar identifikasi label, defisiensi kepamrihan apalagi eksploitasi pembenaran belaka. Kehidupan ini (termasuk kehidupan berbangsa dan bernegara) pada dasarnya hanyalah media permainan keabadianNya belaka bagi pembelajaran dan pemberdayaan kita semua. Hanya dengan berorientasi pada keberkahanNya proses perjalanan bangsa ini akan mencapai kebaikan dan perbaikan yang sesungguhnya. Bukan berarti saya tidak menghargai konsep ideologis konstitusi dan regulasi perundangan yang telah susah payah difikir, dibahas dan diputuskan; namun jika saja itu tidak dilaksanakan benar-benar dengan sebenar-benarnya maka itu akan percuma saja. Permasalahan utama adalah bagaimana cara kepemimpinan nasional tersebut dilaksanakan bukan sekedar model pemerintahan atau kemasan perundangan yang di’pakem’kan sebagai yang ideal. Sesungguhnya tidak ada yang sempurna dari system artificial apapun (termasuk politik) di dunia ini – jika system tersebut sempurna maka dia tidak akan bisa berjalan. Setiap thesis pemikiran senantiasa menghadirkan antithesis di ujung lainnya dan karenanya senantiasa diperlukan synthesis penyeimbang pada triade dialektika pandangan di antaranya agar terjadi keseimbangan dalam pandangan dan keberimbangan dalam tindakan. Senantiasa ada celah dari setiap bangunan yang ada karena ruangan hampa tersebut memang diperlukan bagi pergerakan unsur di dalamnya untuk memberdayakan kebersamaan dan bukan untuk memperdayainya. Sistem presidensiil memang memungkinkan pemerintahan yang stabil untuk melakukan pembangunan namun kenaifan otoritarianisme yang dimilikinya juga memungkinkan terjadinya rezim yang begitu kuat dan sangat rentan untuk penyelewengan (zaman demokrasi terpimpin orde lama dan era demokrasi orde baru). Demikian juga system ‘parlementer’ yang memberikan ruang gerak politik bagi “kemeriahan” cita-rasa demokrasi di permukaan namun keliaran liberalisme yang dimilikinya juga memungkinkan terjadinya mafia yang begitu kuat dan sangat rentan untuk penyelewengan (zaman demokrasi liberal awal kemerdekaan dan era demokrasi reformasi). Sementara jika keduanya dipadukan secara naïf mungkin saja timbul perselingkuhan demikian juga jika dipisahkan secara liar akan mengakibatkan perselisihan di antara ke duanya. Mandala kebersamaan manusiawi yang tidak berlandaskan tiga pilar transformasi, transparansi dan transendensi tampaknya memang telah digariskan oleh-Nya untuk tidak akan menerima keberkahan abadi. Dan inilah sebabnya disamping upaya transformasi perbaikan negeri dan transparansi keterbukaan bangsa sangatlah utama untuk meletakkan transendensi keberkahan Ilahi di atas segalanya. Dalam permainan keabadianNya yang disebut kehidupan ini, kita berada dalam biduk bahtera yang sama sebagai putera bangsa dan warga negeri Indonesia untuk saling memberdaya bukan saling memperdaya, untuk saling menguatkan bukan saling melemahkan, untuk saling mendukung bukan saling menjatuhkan demi kebersamaan dan untuk keberdayaan Indonesia sebagai negeri yang diberkahi oleh TransendensiNya dikarenakan transformasi perbaikan dan transparansi keterbukaan yang kita lakukan sesungguhnya hanyalah demi ridhoNya (ilallooh = lillaah, billaah dan fillaah – untuk, dengan dan dalam keIlahian).
2. ISTIQOMAHUmumnya untuk kampanye, slogan seperti Indonesia hebat atau Indonesia bangkit tampak begitu dahsyat .. mewah dan megah terdengar. Namun saya justru lebih terkesan dengan slogan kepemimpinan nasional Jokowi – JK yang bersih, merakyat dan sederhana walaupun terdengar bersahaja saja bagi orang lain namun bagi saya itu adalah terminology yang lebih bernuansa dan mengena ketimbang slogan bombastis sebelumnya. Dari pengamatan dan pengalaman , saya berasumsi bahwa kesempurnaan selalu lahir dari rahim kesederhanaan robbaniyah (bukan sekedar untuk membuai pembanggaan nafsaniyah saja) untuk kemudian secara alamiah hadir, hidup dan tumbuh berkembang dalam pelayakan keberkahan Ilahiyah (tidak sekedar pembenaran kepentingan belaka). Singkatnya, keistiqomahan diri dalam mementingkan kebenaran Ilahi hendaknya diletakkan di singgasana tertinggi daripada sekedar upaya pembenaran kepentingan belaka agar kemudian kita bisa mensikronisasikan niat, cara, hasil dan dampak keberkahan di JalanNya (lillaah, billaah, fiillaah) dan tidak melazimkan kezaliman dan membenarkan kesalahan dalam mencapai tujuannya (ilaya, ilainaa, ilaihim). NB = Pesan Sederhana tentang Kesederhanaan untuk Pak JokowiSaya menyadari bahwa Pak Anies Baswedan berkata benar (agar kita semua) jangan pernah bandingkan seorang Jokowi (ataupun yang lainnya termasuk diri kita sendiri) dengan kesempurnaan. Karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan bukan milik kita para makhlukNya yang menjelajahi keabadian menempuh kehidupan dengan segala keterbatasan yang ada secara Ilahiah dan pembatasan yang di-ada-kan secara alamiah (terlebih pada saat dimana bapak banyak disudutkan dengan sejumlah “pembunuhan karakter yang sadis dan sistematis” dari fihak yang tidak menginginkan keberadaan, kehadiran dan kemenangan bapak dalam pilpres 2014 ini ditambah lagi sebagai ‘korban media’ yang sejak semula diidolakan karena aktualisasi ‘prestasi’ diri yang membuat ekspektasi publik untuk kesempurnaannya menjadi terlalu tinggi dan bisa dimaklumi jika itupun semakin mengundang kecemasan dan kedengkian di fihak lainnya.) Maafkan saya jika selama ini saya mungkin memang dipandang sebagai bukan pembela yang ‘baik’ sebagaimana yang diharapkan rekan saya para pendukung anda lainnya dikarenakan di permukaan tampak tidak ‘tulus’ untuk selalu membenarkan kepentingan bapak bukan hanya pada saat lalu namun mungkin juga akan demikian nantinya (seperti pada saat debat pilpres ke-dua: http://pemilu.metrotvnews.com/read /2014/06/16/253154/ soal-singkatan-jokowi-pemerintah-harus-ngerti-donk) saya mengatakan sebagai berikut:Maaf ... jika saya agak berbeda pendapat demi keberkahanNya. Saya perlu membela yang dizalimi dan harus mencegah yang menzalimi (agar tidak terjadi lagi pelaziman kezaliman selanjutnya). Walau saya pendukung yang sering membela pak Jokowi kala dicela (masalah SARA, dll) saya perlu melakukan kritik berkaitan dengan 'penzaliman'/'kefasikan'/’kekhilafan’ akan perkataan (Kita ini kan mau pegang pemerintahan jadi harus tahu singkatan. Pemerintah harus ngerti donk. DAU, DAK, TPID harus tahu ) ini. Saya tidak meragukan keunggulan kualitas pengetahuan, pengalaman dan pembuktian pak Jokowi dalam pemerintahan daripada pak Prabowo. Walaupun banyak orang mungkin memandang bapak lebih tinggi (karena tahu singkatan, dll) namun adalah tidak haq bagi Pak Jokowi untuk merendahkannya. Walaupun memang kenyataannya demikian, namun perkataan itu adalah kesombongan (yang tersirat),pak. Istighfar, Islah dan kembalilah sederhana (Tawadhu) seperti dulu sebagaimana harusnya. Debat Pilpres bukanlah acara Cerdas Cermat. Pilpres bagi rakyat Indonesia adalah media demokrasi bukan hanya sekedar menghadirkan pemenang untuk berkuasa (dengan kebanggaan) tetapi haruslah melahirkan negarawan untuk memimpin (dengan keteladanan). Perlu empati kearifan yang mencakup keseluruhan agar bisa mengayomi kebersamaan. Keahlian dan ‘kebaikan’ tanpa kearifan akan membawa kenaifan berpandangan dan keliaran tindakan nantinya sebagaimana konsep keimanan dan ritual keislaman tanpa roh keikhlasan ihsan akan membawa diri dalam kefasikan dan kemunafikan belaka. Tuhan telah mengarahkan pak Jokowi melalui pembelajaran tersirat tentang kearifan dari sikap kenegarawanan ini melalui pidato Pak Prabowo saat deklarasi dan sikap sportifnya saat debat capres tadi (sesi ekonomi kreatif). Jangan tertekan untuk ingin jadi pemenang karena ini bukanlah persaingan dan tak perlu menghancurkan lawan karena ini bukan perang. Ketulusan dukungan dan keikhlasan sumbangan kami hanyalah untuk keberkahan perjuangan : Benar dan Tidak Salah (tidak masalah : menang atau kalah – karena itu adalah Haq Mutlak Tuhan melalui hak seluruh rakyat yang menentukannya. Segalanya adalah baik adanya jika disikapi dan dijalani secara arif). Kami khawatir bukan hanya simpati rakyat namun berkah Ilahi akan menjauh karenanya. Sehingga sebagaimana do’a Musa (QS 20: 25 – 28) sukses diterapkan pada debat sebelumnya , amanah ayat ini (QS 20: 44) perlu kami sampaikan kepada pak Jokowi demi keberkahanNya.Kita semua sesungguhnya adalah makhluk spiritual yang menjalani amanah sebagai manusia ketimbang manusia yang menjalani tugas spiritual dalam kehidupan ini. Disana atau disini, saat ini ataupun nanti – kita selalu berhadapan dengan Tuhan (Sutradara Agung permainan keabadian yang disebut kehidupan ini). Segala peristiwa adalah media pembelajaran dan pemberdayaan kebijakanNya untuk kebajikan kita. Teruslah memberdaya diri, janganlah terperdaya apalagi berusaha memperdayai. (QS 59: 18 – 20). Jadilah tinggi namun jangan merendahkan. Siapkan diri dulu semoga garisNya layak diberikan.Salam Pencerahan 2 jari – semoga pak Jokowi (tidak salah) mengerti.QS 20 Thoha: 25 – 28 =Qoola : Robbisy syrohlii shodrii ; wa yassirlii -amrii ; wahlul ‘uqdata(n/m) mi(n/l) lisaani ; yafqohuu qoulii (25. berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku 26. dan mudahkanlah untukku urusanku, 27. dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, 28. supaya mereka mengerti perkataanku,)Do’a ini konon berasal dari ibunda Pak Jokowi yang secara bijaksana mengharapkan Bapak untuk tetap tawadhu berdo’a kepada Tuhan kala menjalani debat pilpres ke-dua bukan hanya untuk kelancaran ‘pemenangan’ belaka namun juga memohon keberkahan di hadapanNya juga. Sedangkan QS Thoha : 44 adalah Firman Tuhan kepada Musa kala menghadapi/berbicara kepada Fir’aun:QS 20 Thoha: 44 =Wa qoulaa lahu qoulaa(n/l) layyinaa(n/l) la’allahu ~ yatadzakkaru aw yakhsyaa (44. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".)Ini adalah ayat amar ma’ruf – nahi munkar (mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran) yang sejati. Ayat ini digunakan oleh seorang umaro (Al Makmun) ketika menyadarkan seorang ulama yang selalu menghujatnya. Jadi jangan salah mengerti (karena walau saya memang tidak semulia Musa namun sebagai pendukung salahkah saya jika merasa perlu menjaga Haq anda untuk tidak menjadi takabur walau secara umum/awam anda dapat dibenarkan untuk menggunakan hak tersebut.). Sebagai sesama makhlukNya mementingkan kebenaran Ilahi (dengan tetap tawadhu di hadapan Ilahi dan karenanya kita juga perlu untuk tetap santun di hadapan manusia) adalah lebih utama daripada sekedar membenarkan kepentingan (termasuk pembanggaan kemenangan) kita semata, kan ? Saya tetap menerima kecaman dari rekan pendukung lainnya saat itu dan saya merasa bersyukur kala kemudian ternyata di media sosial internet akhirnya saya juga menemukan banyak rekan pendukung yang walau tetap istiqomah mendukung anda namun tetap bersedia dan berusaha untuk kritis menjaga keberkahan kepemimpinan nasional bapak di hadapanNya jika terpilih kelak. Dengan tidak membabi-buta membela kepentingan diri semata (apalagi dengan cara mencela lainnya) setidak-tidaknya kami tidak akan melakukan banyak penzaliman yang akan memperdaya kita semua (diri kami sendiri, diri bapak dan diri fihak lainnya serta terutama bangsa dan Negara ini kelak). QS 59 Al Hasyr = 18 – 20: Ini adalah rangkaian ayat muhasabah & mujahadah18) Yaa ayyuhalladziina aamanut taqullooha. wal tanzhur nafsum maa qoddamat lighod(in); wat taqullooha inallooha khobirun bimaa ta’maluun; 19) wa laa takuunu kalladziina nasullooha fa ansahum anfusahum ~ ulaa-ika humul faasiquun; 20) Laa yastawi ashabun naari wa ashabul jannati/h ~ Ashabul jannati humul faa-izuun.18) Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ; 19) Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. ; 20) Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung.Tentang Tadabur ayat = muhasabah & mujahadah[59.18] Kehidupan saat ini hanyalah satu titik dari perjalanan keabadian diri.“Kuntu kanzan makhfiyyan fa ahbabtu an u’rafa fa khalaqtul khalqa fabi ‘arafu-ni,” (= “Aku pada mulanya adalah harta tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal maka Kuciptakanlah makhluk dan melalui Aku mereka pun kenal pada-Ku.”, Hadits Qudsi ?). Tuhan adalah Dzat Mutlak yang keluhuranNya (kuasa dan kasih) melingkupi apapun juga namun kekudusan (wujud dan DiriNya) tak terjangkau siapapun juga. Tuhan adalah wajibul wujud (Dzat dengan keberadaan mutlak) sedangkan makhluk hanyalah mumkimul wujud (Sesuatu yang keberadaannya sekedar diadakan atau bahkan bisa saja ditiadakan olehNya). Kita sesungguhnya hanyalah media fana yang sekedar memantulkan kebenaran, kebaikan, dan keindahan dimana sekedar merealisasi fitrah kerobbanian diri (mewujudkan kesadaran akan kewajaran tersebut) dengan tanpa terlalu mengindentifikasi untuk ‘memancarkan’ ananiyah nafsani maupun berdefisiensi ‘mengharuskan’ kepamrihan duniawi. Ketawadhuan dan keikhlasan memang suatu kelayakan untuk merealisasikan rasa Syukur akan kesempatan untuk keberadaan dengan rasa Shabar (istiqomah – mantap mensikapi, menjalani dan mengatasi permasalahan yang ada sebagai sarana tarbiyah pemberdayaan diri) .Laa Ilaaha Illallooh – Huwa Maujud. (Al Kholq) Tiada Tuhan selain Allooh – Hanya Dialah (yang sesungguhnya) Maha Ada. Dialah Hyang Maha Wujud dari segala keberadaan; Hyang Maha Kuasa pada setiap kenyataan ; Hyang Maha Kasih dalam semua kebenaran. BagiNya segala wujud keberadaan, ibadah persembahan dan tujuan pengarahan.Laa ilaaha illalloohu – Huwa Ma’buud. (Al Haqq). Tiada Tuhan selain Allooh – Hanya Dialah (yang sesungguhnya layak dan harus) disembah. Segala tindak peribadahan (zahiriah/batiniah) hanya dipersembahkan dari, oleh, dan untuk kemuliaanNya. Para arif yang sadar keberadaan dirinya sebagai pengembara keabadian sekaligus pemberdaya kehidupan senantiasa memandang baik disini maupun disana, sekarang ataupun nanti dia selalu berhadapan dengan kemuliaan, pengawasan dan perawatanNya. Dunia dan akherat hanyalah dimensi yang terpilah bukan esensi yang terpisah. Segala yang dilakukan (baik batiniah, lisan atau tindakan) akan selalu dinilai dan kembali kepadanya juga /entah disini atau disana, entah saat ini maupun nanti./Laa ilaaha illalloohu – Huwa Maqshud. (al Baq) Tiada Tuhan selain Allooh – Hanya Dialah (yang sesungguhnya layak dan harus) dituju. Segala tindak peribadahan (zahiriah/batiniah) hendaklah dilaksanakan secara lillaah, billah dan fillah. Lillaah maksudnya hanya untuk Allaah (Rodhiyah = keikhlasan diri). Segala amalan hendaknya dilakukan hanya untuk mencari keridhoan Allah. Hindari dari kefasikan untuk men-dua-kanNya dengan kepamrihan nafsaniyah untuk bermegahan di majlis dunia yang fana. Ilallooh (untuk Allooh) bukan ilayya (untuk kebanggaanku), ilainaa (untuk kepentingan golongan kami), ilaihim (untuk kepentingan mereka). Billaah maksudnya hanya dengan Allaah (Mardiyah = Allloh meridhoi). Terhindar dari kefasikan untuk men-dua-kanNya dengan kebanggaan nafsaniyah diri untuk bermegahan di majlis dunia yang fana. Hanya dengan karunia panduan hidayah dan bantuan segala amalan usaha kita bisa terjadi. Seandainya Allaah tidak memberikan anugerah kehidupan, inayah kesempatan dan hidayah kesadaran mustahil amalan bisa dilakukan. Fillaah maksudnya dalam Allaah (Kamilah ?= ketawadhuan sejati merasa sekedar media biasa bukan sebagai figure sempurna?). Terhindar dari kefasikan akan kemelekatan diri. Tanpa kita sekalipun Tuhan sesungguhnya mampu merealisasikannya melalui media lain yang dikehendakiNya. Kesadaran Realisasi reflektif (perwujudan – sekedar media pemantulan X pancaran hakiki) bukan identifikasi ananiyah (kebanggaan pengakuan untuk pembenaran) apalagi defisiensi duniawi (kepamrihan perolehan dalam kepentingan).[59.19] Jadilah pribadi 10 tidak sekedar 01 apalagi 0 belaka.Dr. Ali Shariati melambangkan 1 adalah Hyang Esa, 0 adalah makhlukNya. Meminjam istilah beliau ; berikut adalah paradigma kerobbanian yang menjadi orientasi awal bagi ketawaddhuan yang juga akan kembali menjadi realisasi akhir bagi kecerdasan manusia. (*) = 1 tetap bernilai walau 0 tidak ada. 0 tidak bernilai jika 1 tidak ada. Maksudnya = Tuhan tetap ada walaupun makhluk ada ataupun tidak ada. Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan, segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada. Dia adalah Hakekat yang merupakan penyebab dan kembali segala yang ada (baca: diadakan untuk mengada jadi tidak perlu terlalu meng-ada ada). (*) = 1 dibagi 0 tak terhingga ; 0 dibagi 1 tak berharga. Maksudnya = Pribadi yang berkarakter kuat dan cerdas adalah pribadi dengan kekuatan dan kecerdasan yang tumbuh berkembang karena ketawadhuan bukan dengan ketakaburan. 0 dibagi 1 tetaplah 0 – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri dengan ketakaburan. (Lemah dan rapuh karena sesungguhnya :Tiada daya upaya tanpa izinNya.) Namun … 1 dibagi 0 adalah tak terhingga – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri karena ketawaddhuan. (Senantiasa tumbuh dan berkembang dalam keridhoan dan petunjukNya). (*) = 1 di depan 0 jauh bernilai dibanding 0 di depan 1 . Maksudnya = Jadilah pribadi 10; Pribadi yang mengedepankan Tuhannya diatas segalanya (termasuk dirinya sendiri). 0 didepan 1 dibelakang hanyalah bernilai 1 (satu) – ini gambaran pribadi yang mengedepankan selainNya pada kehidupan. Amaliah menjadi tak sempurna karena syirik, pribadi tidak konsisten karena terombang-ambing kepentingan duniawi/ kebanggaan berpribadi. Bahkan jika pada akhirnya yang satu (1) itu menjadi hilang, maka seluruh kehidupan kita tinggal 0 (baca: nol besar). [59.20] Segalanya berdampak (Ihsan hadratullooh disini/disana; saat ini/nanti; ladang amal / panen akibat).Dalam pemberdayaannya (kesadaran, kecakapan, kemapanan dan ketaqwaan), sejumlah manusia mungkin saja mampu berkembang mendahului lainnya bukan hanya secara intelek (yang popular didewakan saat ini), namun juga intuisi (sayang sudah agak diabaikan sekarang) dan insight (sudah langka dan terlupakan?). 9 kecerdasan mungkin tercapai ( 3 tataran intelek =1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/, 2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/, 3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/; 3 wawasan intuisi = 4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/, 5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/, 6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/; 3 penembusan insight = 7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah/, 8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/, 9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/) namun demikian jika tidak dibarengi dengan orientasi kesadaran 10 maka itu semua tanpa makna. Realisasi Kecerdasan tingkat 10 (baca: sepuluh) atau orientasi kesadaran 10 (baca: satu-nol) ini mungkin yang dimaksudkan sebagai insan kamil, homo novus (New Man) atau apapun istilahnya – suatu pencapaian kesempurnaan manusia dalam keterbatasannya. Namun sebagaimana proses pemberdayaan dan orientasi ketawaddhuan sebelumnya inipun harus dianggap hanya sebagai proses berkelanjutan bukan maqom penghentian. Inilah perbedaan yang mendasar antara kesejatian pencerahan bijak seorang panentheist, keimanan sejati para monotheist atau bisa jadi pencarian murni kaum heretis dengan kesemuan ‘pencerahan’ pantheist, ‘wawasan’ agnostic, maupun ‘pandangan’ atheist. Keberkahan dan pemberkahan hanyalah dari, oleh, untuk dan kembali kepadaNya. Realisasi kebenaran bukan identifikasi pembenaran. Dalam keikhlasan bukan dengan kepamrihan. Senantiasa memberdaya diri secara berkelanjutan dalam JalanNya (sesuai fitrah yang ditentukanNya) dan tidak terperdaya setinggi apapun perolehan yang dicapainya (menurut anggapan kerdil terhadap diri sendiri maupun pengakuan semu dari orang lain). Hanya mereka yang telah menghayati surga di hatinyalah (karena hidayah kuasa kasih yang terpancar dari wujudNya telah melingkup hati hambanya - bukan sebaliknya !?) yang kemudian akan menghadirkan surga di dunia ini (memberkahi kehidupan dengan kuasa kesejahteraan dalam kebersahajaan kasih dan tidak melakukan pembenaran akan pengrusakan dan bermegah dengan kesombongan apapun bentuknya) sehingga layak mendapatkan surga di sisiNya kelak. Pada hakekatnya sesungguhnya kita bukanlah manusia yang menjalani spiritualitas tetapi sesungguhnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani tugas sebagai manusia. Hidup ini hanyalah satu titik dari sebuah garis perjalanan keabadian diri. Di dalamnya kita berperan baik sebagai viator mundi (Peziarah Dunia : Hamba Allooh) yang memberdayakan individualitas diri dan sekaligus juga sebagai faber mundi (Pengelola Dunia: Khalifatulloh) yang memberdayakan universalitas diri. Amanah sebagai Pengelola bukan hadiah untuk berkuasa - karena hanya Dialah Penguasa Pemimpin dan Penentu segalanya. Peziarah bukan penetap - karena kita tak abadi di sini ; suatu saat (tepatnya : setiap saat karena baik disini/disana, saat ini/nanti kita selalu berhadapan denganNya. Dalam konteks keabadian = kehidupan dunia dan akherat sesungguhnya hanyalah esensi yang terpilah dan tidaklah terpisah – pen.) Kta harus kembali (tepatnya: berada) ke hadapanNya dengan tanggung jawab kita atas segala pembelajaran dan perbuatan yang kita lakukan di dunia ini. Tanah (baca: jasad) memang kelak akan kembali ke bumi (baca: mayat) sebagaimana harusnya namun demikian cahaya (baca: ruh atau sekedar jiwa ?) sebagaimana layaknya kembali (untuk selalu menghadap) ke Sumbernya (Tuhan).Jadi, sebagai pribadi yang tetap memandang keberadaan, kebenaran dan kebajikan sesungguhnya hanyalah sebagai pantulan Realitas kemuliaan Tuhan pada setiap/sesuatu media fenomena kenyataan yang ada, saya memang tidak haq menuntut kesempurnaan pada seseorang (bukan hanya untuk orang lain namun juga bagi diri sendiri) namun hanya mengharapkan kesederhanaan (bukankah: “inginnya sederhana dalam kesederhanaan” adalah keinginan tulus dari bapak dalam menempuh kehidupan ini?). Di sini ijinkan saya menggambarkan pandangan saya tentang kesederhanaan yang saya maksudkan bukan dalam kapasitas saya sebagai pendukung yang Insya Allooh akan tetap istiqomah memilih Pak Jokowi dan Pak JK untuk kepemimpinan nasional nanti (tepatnya : garis kebenaranNya yang mungkin saja masih terhijab dan akan tersibak dalam proses kesejarahan nanti) tetapi sebagai pribadi sesama makhlukNya yang menjalani permainan keabadianNya yang disebut kehidupan ini.
1. Sederhana adalah merakyat (Kesamaan diri di hadapan Ilahi)Saya salut dengan pandangan autentik Pak Jokowi kala menyatakan ‘Demokrasi adalah mendengarkan suara rakyat dan melaksanakannya’. Itu adalah bahasa ‘sederhana’ dari pemimpin yang sederhana untuk merakyat (jika tidak ingin dikatakan bijaksana karena di luar jangkauan intelektualitas para akademisi apalagi ‘empati’ para pendengki). Ini adalah bahasa hati nurani bukan paradigma logika akal apalagi sekedar komentar akal-akalan. Blusukan anda (pastilah) bukanlah pencitraan karena anda memandang rakyat bukan sebagai ‘obyek’ tetapi ‘subyek’. Bukanlah kepentingan sesaat untuk memikat tetapi keikhlasan murni untuk berbuat – sebagaimana Rosulullooh SAW pernah berkata: At taqwaa hahunaa – wa yusyiidru ilaa shodrihi tsalaatsa marrotin (Taqwa itu disini - seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Merakyat (antara lain dengan blusukan) adalah aktualisasi universalitas diri menjalani hidayah Ilahi /ketaqwaan/ sebagai jalan bagi setiap pemimpin (bagi dirinya sendiri dan orang lain) untuk memberdaya hati agar senantiasa hidup tidak sakit apalagi mati. Ini adalah kesederhanaan yang alami bukanlah metode pendekatan ilmiah apalagi trick pencitraan ananiyah. Keautentikan itulah pembeda utama dengan lainnya. Siapapun mungkin akan bisa meniru anda dengan blusukan tetapi rakyat akan merasakan perbedaan yang nyata (walau tak terungkap) jika itu dilakukan dengan kepalsuan bukan dengan ketulusan. Kalaupun itu kemudian disadari sebagai suatu ‘keharusan’, perlu pembiasaan agar terbiasa menjadi ‘keterbiasaan’ nantinya.Saya pernah menuliskan tentang kesederhanaan ini kala bapak kampanye pilpres dengan gaya blusukan pada sebuah media sosial internet (namun tampaknya saya harus arif menerima jika mereka tidak menganggapnya sebagai ‘layak’ adanya dan menghapusnya.)Saya katakan sebagai berikut :Tetap ingin sederhana dalam kesederhanaan, ya pak ?Nabi SAW meneladankan kita kala bertemu dengan umatnya : "seorang hamba yang faqir (bagi nabi : 'orang yang menyadari tidak memiliki apa-apa-. karena bukankah segalanya termasuk diri kita ini sesungguhnya milikNya yang hanya ada karena diadakan olehNya) bertemu dengan saudaranya yang faqir (bagi umat sering dimaknai sebagai wong cilik, rakyat jelata, dhuafa yang terus berkarya)."Tetap tawadhu, merakyat, ya pak. Jelas akan ada perbedaan (walau samar di hadapan publik karena keterbatasan pengamatan indrawi namun sangat jelas bagi Tuhan untuk melihat yang tersirat di dalam hati) antara ketulusan dengan kepalsuan, keikhlasan dengan pendustaan dan keberfihakan dengan pencitraan. Kata kuncinya sederhana namun sulit tetapi harus dipertahankan sebagai orang yang mengimani Allooh SWT dan kebenaranNya yaitu istiqomah (seperti yang telah bapak lakukan selama ini dan dan yang tetap harus dilakukan seterusnya nanti).Benar dan tidak salah untuk keberkahan dihadapanNya bagi seorang pemimpin (bagi diri sendiri dan orang lain) untuk tetap jujur, bersih, sederhana dan merakyat. Tidak masalah jika Tuhan memandang baik bagiNya untuk kita : menang atau kalah. Ini hanya permainan keabadianNya yang disebut kehidupan, pak.Selamat memberdaya diri …. Jangan terperdaya, ya.Kesederhanaan (tawadhu) sesungguhnya adalah bahasa dharma di setiap agama dan ethika dunia – kesederhanaan senantiasa lahir dari kearifan hati di kedalaman bukan sekedar hadir dari kenaifan hati di permukaan (nantinya akan terbimbing olehNya tidak hanya fundamentally authentic-monotheistic namun akhirnya akan juga universally holistic-panentheistic. So, Jalanilah ilmu yang difahami, maka Tuhan akan melimpahkan ilmu yang belum difahami jika wadah telah siap dan saatnya telah tepat.).- Kristen menyatakan :’Barang siapa meninggikan diri maka dia akan direndahkan, dan barang siapa merendahkan diri dia akan ditinggikan.”( Mat: 23 – 12) karena ‘saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.’(Yoh 4 : 23 – 24).- Islam menyatakan: At tawadhu’u laa yaziidu illaa rif’ata(n) ; fa tawadho’uu yarfa’kumulloohu. Wal’afuu laa yaziidul ‘abdan illaa ‘izza ; fa’fuu yu’izzakumulloohu. Wash shodaqotu laa yaziidul maala illaa katsrotan – fa tashodaqoo yarhamkumullooh (HR Dailami & Ashfihani : Rendah hati tidak menambah seseorang melainkan ketinggian; maka merendahlah maka Allooh akan meninggikanmu. Dan pengampunan tidak menambah seseorang melainkan kemuliaan; maka berilah pengampunan maka Allooh akan memuliakanmu. Dan bersedekah tidak menambah seseorang melainkan kelimpahan; maka bersedekahlah maka Allooh akan melimpahkan kasih sayang kepadamu.)- Hindu juga menyatakan (maaf saya sederhanakan bahasa mistiknya): Tat Twam Asi (kau adalah aku) karena Aum Sarvam kalv idam Brahman (Esalah – segalanya yang berada dalam kesamaan di hadapan Tuhan).- Buddha menyatakan: Dharma Vihara (menjadikan diri sebagai vihara/rumah bagi dharma/kebenaran dalam memberdayakan cinta kasih /metta dengan bersifat karuna – ikut bahagia dalam suka cita orang lain dan muditta – ikut merasakan kesedihan dalam duka cita sesamanya namun tetap dalam upekkha/ keseimbangan batin kala mengalami, mengamati dan mengatasinya). Dharma apapun juga (Islam, Kristen, Yahudi, Hindu, Buddha, dll) sesungguhnya adalah kemurnian aktualisasi nilai bukanlah ‘sekedar’ kefasikan identifikasi label, defisiensi kepentingan apalagi eksploitasi pembenaran. Kesederhanaan adalah aktualisasi keikhlasan amaliah tindakan untuk, dengan dan dalam Tuhan (Lillaah, billaah dan fillaah) dan bukan kedangkalan semu akan pembenaran/pembanggaan kepentingan ‘aku’, ‘kami’ atau ‘mereka’ belaka (ilayyaa, ilaina ataupun ilaihim).Tanda zaman memang sudah semakin terbuka menampakkan kehendakNya. Apa yang menjadi kehendakNya akan terjadi walaupun manusia berusaha keras untuk menghalangi. Hanya di tanah yang subur benih yang baik akan tumbuh dan berkembang. Pilpres adalah media demokrasi bagi rakyat Indonesia yang bukan hanya sekedar menghadirkan pemenang untuk berkuasa (dengan kebanggaan) tetapi seharusnya juga melahirkan negarawan untuk memimpin (dengan keteladanan). Dengan pandangan yang (semoga masih terasa) sederhana ini saya berharap semua kandidat akan bisa memandang keseluruhan dalam keseimbangan akan universalitas diri yang lebih arif dan luas sehingga benih kenegarawanan sebagai pemimpin nasional akan tumbuh berkembang dengan tepat dan terarah dalam bimbinganNya. Anda sekalian adalah putera-putera terbaik bangsa ini yang diharapkan akan saling asah, asih dan asuh dalam satu episode permainan keabadianNya yang disebut kehidupan dalam ‘kewajaran’ untuk pembelajaran (idealnya kesadaran untuk saling memberdayakan) demokrasi bangsa ini. Demi kebaikan bersama saat ini (pada pilpres 2014) dan perbaikan sesama nantinya (hingga pilpres 2019), keberkahan persaudaraan adalah lebih utama daripada sekedar kemenangan persaingan. Keberdayaan bersama bangsa besar ini hendaknya mengatasi pemenangan kepentingan sefihak saja nantinya. Benar dan tidak salah – tidak masalah : menang atau kalah (karena itu adalah Haq Mutlak Tuhan melalui hak seluruh rakyat yang menentukannya). Segalanya akan baik adanya jika disikapi secara arif dengan keikhlasan untuk menerima hikmah pembelajaran Ilahi dan/atau dijalani secara baik dengan keistiqomahan dalam menjalani amanah pemberdayaan Ilahi. Tuhan bisa saja memberikan kebajikan kepada Jokowi /JK agar bersegera memberdaya bangsa dalam memperbaiki dan membawa kemajuan negeri ini namun Dia juga bisa saja memberikan kebijakan dengan memberikan kesempatan kepada Prabowo/Hatta untuk keamanan negeri ini dan bagi kebaikan semuanya. Singkatnya, sederhana (dalam paradigma merakyat ini) adalah seperti cermin empati universal – memandang orang lain sebagai diri kita sendiri dalam peran/garis keberadaan yang berbeda. Bapak perlu menghargai keberadaan pak Prabowo dengan memandang kesemuanya secara universal tidak sekedar eksistensial apalagi hanya secara individual. Fahamilah dilemma kesulitan mereka dalam menjalani peran DharmaNya kala berhadapan dengan anda. Seandainya beliau tidak berperan sebagai kandidat lainnya pastilah pak Prabowo akan mendukung anda seperti sebelumnya. Hargailah Pak Prabowo (juga pak Mahfud dan lainnya) perlu menjalani dharmaNya ini sebagai media pembelajaran dan pemberdayaan bagi bapak kelak. Bapak perlu menghormati (atau minimal memaklumi) pak Prabowo yang berjiwa besar dengan bersedia melindungi kecemasan pembenaran ambisi transaksional dan menampung semunya “marwah” kepentingan koalisinya. Pada kedua belah fihak ada kebaikan yang berbeda. Permasalahannya adalah kesiapan. Bersegera atau menunda untuk melakukan perbaikan. Sebagaimana kritik kami yang telah dan akan selalu berusaha untuk tetap istiqomah mementingkan kebenaran Ilahi dengan tidak selalu membenarkan kepentingan ‘kita’ (dan juga ‘mereka’), panah serangan fihak lain sesungguhnya adalah panah kehormatan yang akan meruntuhkan dinding pembanggaan diri agar dari penghampaan diri yang benar (Laa ilaaha ilallooh – huwa maujud, ma’bud, maqshud) lahirlah seorang negarawan baru yang dengan tulusnya keikhlasan ilallooh (lillaah, billaah, fiillaah) bersegera mengayomi bangsa dan bersama memperbaiki negeri ini. Ini adalah media (pagar/panah) kasih bukan untuk menghalangi keinginan dari sejarah tetapi melindungi keberkahan pada JalanNya. Layakkan diri untuk itu karena sesungguhnya dalam pandangan Tuhan bersegera untuk memberdaya diri adalah lebih utama daripada menundanya untuk kembali memperdaya diri. Demi kebaikan sesama dan perbaikan bersama, cegahlah kefasikan ini secara bajik dan bijak di hadapan Tuhan. Kesederhanaan adalah bahasa universalitas diri. Walau dengan segala kelebihan apapun kita perlu untuk tetap memandang setara terhadap lainnya (Istilah orang Jawa = Mantep tanpo Anggep). Menghargai kelebihan orang lain tanpa mendengki dan menerima kekurangan orang lain tanpa merendahkan. Universalitas diri untuk tetap wajar inklusif tidak mencitrakan eksklusif (Genah tetapi tetap Nglumrah, sadar istiqomah sebagai Ahlus Sunnah namun juga tetap wajar Wal Jamaah membaur, dlsb). Tasamuh (toleran) menerima perbedaan (keberadaan/pandangan) dengan tanpa fasik menzalimi lainnya dan tetap tawadhu (rendah hati) di hadapan Ilahi dalam menghadapi/mengasihi sesama. Kesederhanaan adalah sikap authentic (kewajaran alamiah karakteristik) yang lahir dari sifat holistic (kesadaran tauhid panentheistik).2. Sederhana adalah Jujur (Keihsanan diri di hadapan Ilahi)Ada sebuah kisah/hikmah dharma tentang kejujuran pada zaman Rosulullooh SAW tentang seorang pemuda yang semula berandalan dan kemudian juga seorang anak gembala. (Maaf…, ndongeng dulu, pak).Seorang pemuda datang menghadap Nabi dan menyatakan maksudnya untuk menganut risalah agama yang di bawa beliau namun dia masih belum bisa meninggalkan kebiasaan buruknya. Walaupun sejumlah sahabat semula menentang kelancangan seorang pemuda untuk menganut agama Islam yang dibawa beliau dikarenakan tabiat/akhlaknya yang buruk (sebagaimana yang ‘jujur’ dikatakannya), Nabi Muhammad SAW secara terbuka menerima syahadat ke-‘Islam’-an pemuda tersebut. Beliau katakan : “ Saya salut dengan kejujuranmu. Baiklah, cukuplah kejujuran itu (sementara ini) menjadi awal dari keIslamanmu mulai saat ini.” Pandangan intuitif kebijakan Nabi akan kaidah hidayah Ilahiah pada pemuda tersebut (yang kemudian menjadi methodology sufisme: takhali – tahali – tajali) kemudian mulai bekerja. Hati ibarat antenna penerima dan pemancar – jika satu sifat baik (baca : kejujuran) tetap mantap dilakukan maka sifat kebaikan yang lain akan diterimanya juga dan kemudian terpantulkan secara adaptif dan authentic terbiasakan demikian pula sebaliknya. Walaupun baru pada tahap kepentingan dan pembanggaan ego (masih naïf), pemuda tersebut akhirnya menghindari diri dari keberandalannya setiap saat dia akan melakukannya dan bahkan kemudian menjalani ibadah setiap saat dia menyaksikan para saudara muslim yang lainnya melakukannya. Pemuda tersebut akhirnya menjadi Muslim yang ‘baik’ sebagaimana para muslim kebanyakan lainnya karena cemas akan teguran dari Nabi SAW jika dia tetap melakukan kesalahan dan harapan akan pujian dari Nabi SAW jika dia dapat menjalani kebaikan. Seandainya saja saya mengharapkan anda hanya sebagai pemimpin bagi diri anda sendiri saja dan bukan sebagai Bapak Bangsa ini nantinya (peran sejati aktualiser bukan sekedar jabatan politis structural sebagai Kepala Negara saja) maka mungkin saya tidak akan terlalu merisaukan hal ini dan segera menyudahi tuntunan (tuntutan?) tentang makna kejujuran hingga di sini. Saya cukup memuji (semoga tidak perlu memuja) anda sebagaimana lainnya dan menjadikan anda merasa nyaman terbuai dengan naifnya kebanggaan dan semunya kepentingan diri. Namun demikian saya merasa tidak adil sebagai seorang pendukung jika tidak memberikan kebenaran yang lebih dalam lagi untuk tetap mengharapkan dan mengingatkan akan pemberdayaan bagi bapak agar meningkat lebih baik lagi sehingga ada baiknya anda juga menyimak kisah kelanjutan berikut ini. Katakanlah ini sebagai amar ma’ruf nahi munkar yang dimaksudkan sebagai pencerahan dan sama sekali bukan untuk penyesatan. Simaklah karena ini Haq untuk mementingkan kebenaran (walaupun anda tetap punya hak untuk mengabaikannya jika sekedar membenarkan kepentingan). Maaf, jika kisah ini walau tetap tidak saya ubah namun agak saya improvisasi agar penghayatan hikmahnya lebih bisa ‘mengena’. Lanjut …“Dengan kejujurannya tersebut pemuda tersebut akhirnya menjadi muslim yang baik dan disukai saudara muslim lainnya.”, kata Nabi SAW. Namun demikian dua sahabat Nabi (ada sebagian riwayat menyebutkan bahwa mereka adalah Abu Bakar Shidiq dan Umar b Khatab) walau cukup tanggap akan hal itu namun tampak kurang puas dengan pujian yang terkesan cukup ‘menghibur’ tersebut dan menanyakan kepada Nabi SAW, “kami menyaksikan dan membuktikannya. Namun demikian apakah kejujuran itulah yang anda maksudkan?.” Nabi SAW bersabda,” Segalanya ada waktunya. Setiap pemberdayaan perlu proses. Walau kejujuran itu tidaklah setepat yang saya maksudkan, namun setidak-tidaknya pemuda tersebut telah cukup menjadi muslim yang baik saat ini dan Insya Allooh dengan hidayahNya dia akan menjadi lebih baik lagi nantinya.” Nabi SAW kemudian menyarankan ke-2 sahabat tersebut untuk ‘belajar’ langsung akan makna kejujuran yang sebenarnya dia maksudkan melalui … seorang anak gembala. (Kedewasaan bukanlah masalah usia tetapi masalah jiwa demikian juga dengan kejujuran, keamanahan dan ketaqwaan).Singkat cerita, pergilah ke-dua sahabat tersebut ke tempat yang telah diberitahu nabi keberadaan anak gembala yang dimaksud. Anak gembala tersebut memang sederhana tampak tidak istimewa sebagaimana juga penggembala lainnya namun demikian banyak para pemilik domba lebih mempercayakan ternak mereka kepadanya. Walaupun semula agak ragu akan petunjuk Nabi namun mereka berdua kemudian menguji kejujuran anak gembala tersebut. “Nak, aku ingin membeli ternak gembalaanmu ini. Bisakah kau menjualnya satu untuk kami ?”, Tanya seorang sahabat menguji anak gembala tersebut. Dengan polos anak gembala tersebut segera menjawab, : “ Maaf, tuan. Semua ternak gembalaan ini bukanlah milik saya. Orang lain mempercayakan saya untuk menggembalakan ternak milik mereka.” Ujian pertama ini berkaitan dengan legalitas kepemilikan (formal perdata). Kejujuran anak ini telah menjaganya dengan mampu memilah akan hak kepemilikan secara hukum – suatu pengakuan legalitas formal dalam kehidupan bermasyarakat. Tanpa adanya hukum stabilitas ketertiban dan keteraturan dalam tatanan kebersamaan akan sulit diwujudkan.“Nak, jika demikian bagaimana jika aku membeli saja satu ternak gembalaanmu ini dengan harga yang lebih tinggi. Dengan cara demikian kau akan mendapatkan juga keuntungan jika harga jualnya diminta oleh pemilik gembalaanmu ini ?”, Tanya sahabat yang lain menguji kembali anak gembala tersebut. Walau agak kesal namun dengan tetap santun anak gembala tersebut kembali menjawab,:“ Maaf,tuan. Pemilik ternak ini sudah mempercayakan hewannya kepada saya untuk saya gembalakan. Bukanlah tindakan yang baik jika saya harus melanggar amanah kepercayaannya kepada saya.” Jawaban ke-dua dari anak ini meningkat bukan hanya sebatas legalitas hukum tetapi sudah menyangkut moralitas etika – suatu tindakan ethika actual dalam kehidupan bermasyarakat. Hukum tanpa ethika sangat rentan dengan penyelewengan (mungkin itu sebabnya terkadang sangat sulit bagi rakyat kecil mencari keadilan di lembaga pengadilan dikarenakan ketidak-mampuan mereka dalam menghadapi celah pasal hukum positif yang ada disamping ketidak-sanggupan mereka kala harus melakukan ‘pendekatan taktis’ lainnya). Akhirnya ke-dua sahabat itupun maju bersama dan membujuk anak tersebut . “ Nak, sudahlah. Disini hanya ada kita bertiga. Kau bisa mengatakan bahwa satu ternak gembalaanmu telah diterkam serigala. Maka bukankah kita semua akan mendapatkan hasil yang sepadan. Kami mendapat ternak tersebut. Sedangkan kau mendapat laba yang besar. Sedangkan pemilik ternak ini pun akan memaklumi juga dan akan menerima harga yang pantas untuk ternak tersebut.” Mendengar argumentasi ini si anak gembala ini tak dapat lagi menyembunyikan kekesalannya, dan dengan gusar diapun berkata dengan mantap. Satu perkataan dimana dunia dan seisinya sekalipun tidak akan mampu menandingi kebenarannya.. “Fa inallooh, yaa sayiid ….. Lantas dimanakah Tuhan, ya tuan. Di sini tidak hanya kita bertiga. Tetapi Tuhan Yang Maha Jeli tengah mengamati kita dengan seksama apa yang kita bicarakan dan bahkan terhadap apa yang batin tuan rencanakan sejak tadi.” Subhanallooh … Maha Suci Allooh …. Ini adalah jawaban final dari kejujuran yang Nabi SAW maksudkan. Kejujuran adalah keihsanan diri di hadapan Ilahi. Bukan sekedar legalitas formal ataupun moralitas ethika saja namun integritas ihsan. (Mal Ihsaanu? anta’budallooha ka-annaka tarrohu; fa in lam takun taroohu –fa innahu yarooka. = Apakah Ihsan ? Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau”). Ihsan adalah kejujuran tertinggi yang memungkinkan terjadinya keterarahan perjalanan hidup dan sekaligus keberkahan pemberdayaan keabadiaan diri di hadapan Ilahi. Jujur adalah Ihsan. Anda memandang segala sesuatunya (termasuk diri sendiri) dalam perspektif ketauhidanNya. Sehingga terkadang kecerdasan yang lebih tinggi/dalam/luas bisa saja dicapai (daya tanggap intuitif tidak sekedar daya tangkap intelek … bahkan mungkin juga insight keberkahan ~ Walloohu a’lam bish showabi). Ihsan adalah penghayatan keberadaan diri dalam pengawasan Allooh dan sekaligus pengarahan keamanahan diri dalam perlindunganNya. Laa ilaaha illallooh (huwa maujud, ma’bud, maqshud). “Fa inallooh, yaa sayiid ?” ~ Itulah juga alasan saya sesungguhnya mengapa saya terkadang merasa tidak perlu memuji anda ketika anda ‘sukses’ (untuk tetap menjaga ketawadhuan bapak di hadapan Ilahi) namun terkadang malah terpaksa ‘mencela’ anda jika anda khilaf (untuk tetap menjaga keistiqomahan bapak di hadapanNya juga). Saya tidak ingin anda terperdaya dengan permainan keabadianNya yang disebut kehidupan ini sebagaimana Allooh SWT yang mengharamkan penzaliman atas makhlukNya dan antar makhlukNya. Hadits Nabi : Al haya-u minal iman (malu adalah bagian dari iman) – Malu yang dimaksudkan beliau bukanlah sekedar ‘rikuh’ (atau ‘gengsi’ terhadap sesama makhlukNya ~ walaupun itu adalah Nabi SAW) tetapi ‘risih’ (malu karena pada dasarnya kita selalu berhadapan dengan Tuhan – Allooh SWT yang begitu jeli mengawasi setiap makhlukNya : bukan hanya atas tindakan , ucapan yang tersurat/ tersirat tetapi juga gerak/gerik pembenaran kepalsuan maksud hati .) Dengan sifat kejujuran ihsan ini, maka keamanahan akan terjaga, keistiqomahan akan bisa berjalan dan keikhlasan akan terwujud …… fa insya Allooh, keberkahan akan tercapai juga ( kesuksesan apapun juga pada dasarnya hanyalah pencapaian by product – dampak samping dari perjalanan keberkahan tersebut adanya. Belajar dan kecerdasan, bekerja dan kesejahteraan , berjuang dan keberhasilan adalah cara Robbani penempuhan diri pada JalanNya dalam mencapai kelayakan dalam keberkahanNya bukan hanya pada ketulusan niat awal saja namun juga dalam kebenaran cara penempuhan hingga hasil akhir (sinkronisasi niat, cara, hasil dan dampak sebagaimana disebutkan sebelumnya). Itulah yang membedakan seorang pemberdaya dengan seorang yang terperdaya.3. Sederhana adalah Bersih (Keamanahan diri di hadapan Ilahi)Nabi Muhammad SAW berkata: Alla Kullukum roo’in. ~ wa kullukum mas-ulun ‘an ro’iyyatihi. ; Fal amiirul ladzii ‘alan naasi ro’in ‘alaihim ~ wa huwa mas-ulu ‘anhum ; Wa rojulu ro’iin ‘alaa ahlil baitihii ~ wa huwa mas-ulu ‘anhum ; wal mar-atu ro’iyatun ‘alaa baitihi ~ wa hiya mas-ulu ‘anhum ; Wa ‘abdu roo-in ‘alaa maali sayyidihi ~ wa huwa mas-ulu ‘anhum ; Fa kullukum roo’in. ~ wa kullukum mas-ulun ‘an ro’iyyatihi ( “Ketahuilah…Setiap dari kalian adalah pemimpin yang akan di mintai pertanggung jawabannya, seorang imam adalah pemimpin bagi masyarakatnya dan akan di mintai pertanggung jawabanya tentang kepimpinannya, seorang suami adalah pemimpin bagi keluarga dan ia bertanggung jawab terhadap keluarganya, seorang istri adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya dan ia bertanggung jawab terhadap mereka,seorang pembantu adalah pemimpin bagi harta tuannya dan ia bertanggung jawab terhadapnya, setiap kalian adalah pemimpin dan tiap kalian mempunyai tanggung jawab terhadap yang di pimpinnya”. (HR. Abu Daud). Dalam transendensi keberkahan, setiap kepemimpinan termasuk kepemimpinan nasional pada hakekatnya adalah seperti “sambatan” ketimbang suatu “jabatan”. Seseorang terkadang suatu saat harus/perlu bersedia menjadi pemimpin bukan hanya bagi dirinya sendiri namun juga bagi orang lainnya (jamaah, bangsa, dsb) karena suatu keadaan walau itu sesungguhnya bukanlah obsesi keinginan untuk berbangga saja apalagi ambisi kepentingannya untuk berkuasa atas lainnya. Suatu peran pengabdian bagi kemanusiaan (baca : amanah rakyat) dan sekaligus kerobbaniahan (baca : ihsan hadratullooh). Itu bukanlah sekedar status kewenangan (apalagi kesewenangan) atas nama kekuasaan yang semu, pembanggaan yang naïf dan kesempatan yang liar untuk pembenaran terhadap penyelewengan yang mungkin sekali akan terjadi jika harkat kemanusiaan dilanggar dan marwah kerobbaniahan tersesatkan.Abu Bakar berkata pada saat pidato politisnya sebagai kholifah yang pertama: Yaa ayyuhannasu ~ innii qodwuliitu ‘alaikum ; wa lastu bi khoiri kum. Fa in ro-aitumuunii ‘alaa haqqin ~ fa a’inuunii ; Wa in ro-aitumuunii ‘alaa baathilin~ fa saddiduuni. Athii’uunii ~ maa athoo’tullooha fiikum ; Faa in ‘ashoituhu ~ fa laa thoo’ata lii ‘alaikum. Allaa inna aqwakum ‘indidh dho’iifu ~ hatta aakhudzal haqqol lahu ; Wa ash’afakum ‘indil qowiyyu ~ hatta aakhudzal haqqo minhu. (Wahai sekalian manusia ~ aku diangkat memimpin kalian : tetapi aku bukanlah yang terbaik diantara kamu sekalian. Oleh karena itu jika kalian dapati aku berada pada jalan yang lurus ~ maka dukunglah aku ; Akan tetapi jika kalian dapati aku berada pada jalan yang salah ~ maka segeralah tegakkan aku dalam kebenaranan. Taatilah aku ~ selama aku taat kepada Allooh dalam urusan kalian ; Tetapi jika aku mendurhakainya ~ maka tiadalah kewajiban kalian mentaatiku. Ketahuilah , bahwa orang yang paling kuat diantara kalian adalah lemah di sisiku ~ dikarenakan haknya akan aku ambilkan dari yang kuat. Dan bahwa orang yang paling lemah diantara kalian adalah kuat di sisiku ~ dikarenakan haknya akan aku ambilkan dari yang lemah.) Setidaknya ada tiga hal yang diutarakan oleh Abu Bakar ra pada pidato tersebut. Pertama penyataan kerendah-hatian yang menyatakan keterpilihan dia bukanlah sebagai tanda kelebih-muliaan dirinya dari yang lain. Ini bukan hanya ketawadhuan akan keberadaan dirinya dihadapan TuhanNya tetapi juga dihadapan manusia (dengan menghindarkan diri dari ketakaburan terhadap Ilahi yang akan mengesalkan orang lain juga terutama bagi mereka yang tidak mendapatkan kesempatan akan ‘sambatan’ tersebut). Ke-dua adalah pernyataan kesediaan diri yang menyatakan pendukungan diri kepadanya hendaklah dilakukan dengan cara mementingkan kebenaran bukan sekedar membenarkan kepentingan diri sendiri semata (sehingga memungkinkan amar ma’ruf – nahi mungkar yang benar demi kebijakan bersama dan untuk kebajikan sesama). Ini adalah keIstiqomahan diri untuk senantiasa terjaga dalam kebenaran Ilahi dalam kepemimpinannya kelak (adalah kebodohan jika harus mengorbankan perjalanan keabadian sejati diri dengan mempertaruhkannya dengan kepentingan duniawi sesaat namun berdampak bukan hanya di dunia ini namun di akherat nanti). Ke-tiga adalah penyataan keinginan diri atas visi kepemimpinan yang mengharapkan kemaslahatan bersama bagi semuanya. “Yang kaya makin kaya – yang miskin makin miskin” secara logis memang tidak bisa disalahkan secara alamiah. Namun adalah suatu kebaikan (bukan kenaifan) jika kesenjangan ini perlu diperbaiki sehingga walaupun ‘yang kaya masih bisa tetap menjadi lebih kaya , namun yang miskin sudah seharusnya juga lebih didukung dalam peningkatan kualitas kesejahteraan hidupnya untuk tidak lagi berada dalam kemiskinan namun segera menjadi kaya sehingga bisa juga membantu yang lainnya dalam kebersamaan demi keberkahanNya.” Sementara Umar bin Khatab dalam tindakannya juga memberikan keteladanan dalam menjaga amanah jabatan yang diembannya. Ada yang membandingkan gaya kepemimpinan bapak yang suka blusukan (tuning frequency batiniah dengan rakyatnya) dan menjaga diri untuk tidak koruptif (Umar mengistilahkan taqwa sebagai waro’ - kehati-hatian kala menjalani kehidupan) serta ketegasan (berani mengambil keputusan sepanjang itu dipandang benar adanya, berani segera bertindak untuk mewujudkannya dan berani menanggung resiko untuk apa yang telah dilakukannya – walaupun harus dicela para pembelanya atau dimaki para pendengkinya). Tidak masalah untuk yang pertama dan ke-dua, namun untuk ke-tiga perlu bahasan lanjut. Umar bin Khatab sangat mendukung upaya kritis dari rakyatnya untuk menjaganya dari blunder kebijakan (yang walau tidak disengaja/diharapkan olehnya) mungkin bisa saja terjadi dan ini tentunya bukan hanya akan menjerumuskan rakyatnya namun juga akan menyesalkan dirinya kelak (walaupun ini semula diniatkan ridho Ilahi dan bukan karena khouf/roja – ancaman ketakutan/ dambaan harapan dari siapapun atau untuk apapun juga.) Kearifan yang lebih luas diperlukan walau itu adalah demi kebaikan untuk menghindari kenaifan pandangan dan keliaran tindakan nantinya. Ini dimaksudkan agar walaupun kesadaran rela berkorban bagi diri sendiri demi kebersamaan memang ksatria adanya tetapi tega mengorbankan orang lain demi kepentingan lainnya bukanlah sifat utama.Walaupun saya melihat keteladanan pada diri mereka semua namun demikian saya perlu mengingatkan bapak untuk tetap konsisten dengan pesan yang bijak pak Jokowi kepada pak Ahok dulu (sebelum ‘pertaruhan’ capres) untuk tetap menjadi diri sendiri (yang terbaik bukan hanya di hadapan manusia tetapi yang terutama di hadapan Tuhan). Itu juga berlaku untuk setiap orang (baca: pemimpin) termasuk pak Jokowi sendiri. Keteladanan memang diperlukan sebagai referensi eksternal dalam pembelajaran diri namun suatu saat refleksi internal tetap akan diperlukan untuk pemberdayaan diri juga karena setiap orang menjalani dharmanya masing-masing yang bisa saja berbeda satu sama lain dalam dimensi ruang – waktu kehidupan yang pastinya juga berlainan satu sama lain.HADITS KEDUAPULUH TUJUHعَنْ النَّوَّاسِ بنِ سَمْعَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ : الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ . [رَوَاهُ مُسْلِم]وَعَنْ وَابِصَةَ بْنِ مَعْبَد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : أَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : جِئْتَ تَسْألُ عَنِ الْبِرِّ قُلْتُ : نَعَمْ، قَالَ : اِسْتَفْتِ قَلْبَكَ، الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ، وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ، وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ “[حديث حسن رويناه في مسندي الإمامين أحمد بن حنبل والدارمي بإسناد حسن]Terjemah hadits / ترجمة الحديث :Al birru husnul khuluqi wal itsmu maa haaka fii nafsika wa karihta an yathli’a ‘alaihin naasuDari Nawwas bin Sam’an radhiallahuanhu, dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda : “Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang terasa mengaggu jiwamu dan engkau tidak suka jika diketahui manusia “ (Riwayat Muslim)Ji-ta tas-alu ‘anil birru ? Na’am.Istafti qolbaka. Al birru maa-thmaannat ilaihin nafsu wa athmaannaa ilaihil qolbuWa ilaa itsmu maa haaka fiin nafsi wa taroddada fish shodri ~ wa in aftaakan naasu wa aftaukaDan dari Wabishah bin Ma’bad radhiallahuanhu dia berkata : Saya mendatangi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, lalu beliau bersabda : Engkau datang untuk menanyakan kebaikan ?, saya menjawab : Ya. Beliau bersabda : Mintalah pendapat dari hatimu, kebaikan adalah apa yang jiwa dan hati tenang karenanya, dan dosa adalah apa yang terasa mengganggu jiwa dan menimbulkan keragu-raguan dalam dada, meskipun orang-orang memberi fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya. (Hadits hasan kami riwayatkan dari dua musnad Imam Ahmad bin Hanbal dan Ad Darimi dengan sanad yang hasan)Tentang = HatiQoola rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallam : wa inna fil jasadi mudlghotan idzaa sholahat sholahal jasadu kulluhu wa idzaa fasadat fasadal jasadu kulluhu alaa wahiyal qolbu. (an nu’man bin basyir / rowahul buchori wa muslim).Artinya:”Bersabda Rosululloh S.A.W : Sesungguhnya didalam jasad itu ada sepotong daging, ketika baik sepotong daging itu maka baiklah jasad keseluruhan nya, ketika rusak sepotong daging itu maka rusaklah jasad keseluruhannya, ingatlah ia itu adalah Hati”.Nawwas bin Sam’an Al Kilabi berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada satu hati pun kecuali ia berada di antara dua jari dari Jari-Jemari Rabb semesta alam. Jika Dia ingin memberikannya keistiqamahan niscaya Ia akan berikan keistiqamahan padanya. Dan jika Dia ingin memalingkannya (dari Islam) niscaya akan dipalingkan-Nya dari Islam.” Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam berdoa:Yaa muqolibal qulub, tsabit qolbii/quluubanaa ‘alaa diinik(a) Wahai /Robb/ Hyang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku/kami di atas agama-Mu.[HR.Tirmidzi 3522, Ahmad 4/302, al-Hakim 1/525, Lihat Shohih Sunan Tirmidzi III no.2792]NB = Sebagai penutup dari pesan sederhana tentang kesederhanaan ini saya kutipkan sebuah hadits hikmah Wejangan Nabi Muhammad SAW kepada shohabatnya (Abu Dzar Al Ghiffari)Yaa abi dzarrin, jaddidis safiinata ~ fa innal bahro ‘amiiqun. Wa khudiz zaada kaamilan ~fa innas safaro ba’iidun. Wa khoffifil himla ~ fa innal ‘aqobata ka-uudun. Wakhlishil ‘amala ~ fa innan naaqida bashiirun.Wahai, abu Dzar. Pugarlah kapalmu karena lautnya dalam. Dan bawalah bekal yang sempurna karena perjalananmu jauh. Dan peringanlah beban muatanmu karena bukitnya terjal. Dan ikhlaskanlah perbuatanmu karena pengawasmu sangatlah jeli.Berdasarkan uraian pada artikel ini saya yakin anda akan bisa memahami ‘hidden wisdom’ (hikmah tersembunyi) dari ini. Caranya ? Istafti qolbaka. Tanyalah pada hati nurani anda – hati yang senantiasa mengarah kepada cahaya kebenaran Ilahi (Ilham fitrah azaliah yang diberikan oleh Tuhan sejak ketiadaan hingga keberadaan makhlukNya). Hanya dengan senantiasa mementingkan kebenaran Ilahi yang mengatasi segalanya, hati nurani (Qolbu salim = hati yang istiqomah menjalani garis cahaya kebenaranNya – bukan yang sakit apalagi terkunci mati sehingga buta dalam memandang, tuli kala mendengar dan bisu ketika berbicara kebenaranNya dan tidak ada tempat kembali lagi baginya) ini akan mengarahkan penalaran akal sehat , kecenderungan gerak batiniah (fikiran & perasaan) /tindakan zahiriah (ucapan dan tindakan) kepada kesadaran sejati jiwa insan kamilah yang mantap dalam ridho-Nya (rodhiyah – demi keridhoan-Nya dan mardhiyah - yang diridhoi-Nya). Hati tersebut sesungguhnya memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dalam menjangkau pengetahuan, lebih dalam dalam menyelami kesadaran dan lebih luas dalam merengkuh pengertian. (Gnosis Mistik Hikmah)JOKOWI PILPRESMembicarakan kebaikan (bukan mengidolakan) orang lain sebelum tiba saatnya dia berada dalam situasi dan kondisi negatif dalam kehidupannya (tidak sekedar pada situasi kondisi positif belaka) bahkan hingga menjelang akhir kematiannya sebetulnya beresiko juga. Karena manusia walaupun berpotensi baik namun juga cenderung buruk. Bisa saja yang kita puja sekarang akan kita cela pada masa mendatang karena kekhilafan (keburukan dan kesalahan yang bersifat pribadi bukan semata kemalangan atau kegagalan yang bersifat kompleks) selalu saja akan bisa terjadi. Nobody but God is perfect. Namun demikian, sebagai seeker pembelajar kehidupan kita memang harus selalu membiasakan memandang sesuatu secara berimbang dan tidak berlebihan (Istilah orang jawa = 'ora gampang ngentahke /ora langsung mandheke' = tidak mudah mencela, tidak segera memuja ~ seperti kezaliman kaprah yang menjadi kelaziman lumrah saat ini). Setiap pribadi yang berperan dan segala peristiwa yang berlangsung adalah ayat media pembelajaran dari Tuhan untuk memberdaya kita sebagai pengembara keabadian yang melintasi kehidupan dunia ini sesuai dengan amanahNya. Diberkahilah bumi kebersamaan ini atas kehadiran mereka (yang baik tersirat /tersurat , langsung /tidak) telah memuliakan Dharma Tuhan melalui persepsi dan refleksi kehidupannya pada lintasan garis samsara perjalanan keabadiannya yang senantiasa berhadapan dalam pembelajaran dan pemberdayaan Tuhan di sini ataupun di sana, saat ini ataupun nanti).HADITS KEDUAPULUH EMPATعَنْ أَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ : يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلىَ نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّماً، فَلاَ تَظَالَمُوا . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ، فَاسْتَهْدُوْنِي أَهْدِكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُوْنِي أَطْعِمْكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُوْنِي أَكْسُكُمْ . يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُوْنَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَناَ أَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعاً، فَاسْتَغْفِرُوْنِي أَغْفِرْ لَكُمْ، يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضُرِّي فَتَضُرُّوْنِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُوْنِي . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيْدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمَخِيْطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ . يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعَمَالُكُمْ أُحْصِيْهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوْفِيْكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْراً فَلْيَحْمَدِ اللهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُوْمَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ .[رواه مسلم]Terjemah hadits / ترجمة الحديث :Yaa ‘ibaadii innaa harromtu zhuluma ‘alaa nafsii wa ja’altuhu bainakum muharroma fa laa tazhoolamuuDari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahuanhu dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam sebagaimana beliau riwayatkan dari Rabbnya Azza Wajalla bahwa Dia berfirman: Wahai hambaku, sesungguhya aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya (kezaliman itu) diantara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku zalim. Wahai hambaku semua kalian adalah sesat kecuali siapa yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan kalian hidayah. Wahai hambaku, kalian semuanya kelaparan kecuali siapa yang aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian makanan. Wahai hamba-Ku, kalian semuanya telanjang kecuali siapa yang aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian pakaian. Wahai hamba-Ku kalian semuanya melakukan kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni. Wahai hamba-Ku sesungguhnya tidak ada kemudharatan yang dapat kalian lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak ada kemanfaatan yang kalian berikan kepada-Ku. Wahai hambaku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya berada dalam keadaan paling bertakwa di antara kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun. Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin di antara kalian, semuanya seperti orang yang paling durhaka di antara kalian, niscaya hal itu mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga. Wahai hamba-Ku, seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir semuanya berdiri di sebuah bukit lalu kalian meminta kepada-Ku, lalu setiap orang yang meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku kecuali bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan di tengah lautan. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya semua perbuatan kalian akan diperhitungkan untuk kalian kemudian diberikan balasannya, siapa yang banyak mendapatkan kebaikaan maka hendaklah dia bersyukur kepada Allah dan siapa yang menemukan selain (kebaikan) itu janganlah ada yang dicela kecuali dirinya. (Riwayat Muslim)Kehidupan fana ini hanyalah lintasan garis keabadian dimana segala tindakan kita akan berdampak pada atsar kesejatian kita berikutnya. Adalah bodoh jika kita bukan hanya tidak memuliakan amanahNya dengan pencerahan kesadaran, harmoni pengertian dan pemberdayaan kebersamaan namun justru mengotorinya dengan ghibah penghujatan, fitnah penghasutan dan namimah permusuhan dalam kehidupan ini. Memang tidak disalahkan untuk membela siapapun juga (untuk menguatkan yang dizalimi dan mencegah penzaliman berikutnya) namun tidak dibenarkan jika itu dilakukan dengan mencela (karena bukankah itu bentuk penzaliman yang beresensi sama juga walau dengan obyek yang berbeda). Jalani saja permainan keabadian yang disebut kehidupan ini secara dewasa dan dengan bijaksana. Semua ini hanyalah media pembelajaran dan pemberdayaan dariNya untuk mengembangkan kearifan kita dalam menerima kenyataan, keahlian kita untuk mengatasi permasalahan dan kebaikan kita untuk menghayati kebersamaan.Adalah menarik melihat dinamika maneuver politis dan kreativitas dukungan dalam pilpres 2014 ini. Mulai dari hal yang memprihatinkan (fitnah tabloid obor rakyat, ghibah Sara di media sosial, tebar pesona para kandidat yang terkadang berlebihan, saling mencela antara pendukung yang agak kebablasan, dlsb) hingga hal yang menggembirakan (partisipasi aktif rakyat disamping mobilisasi mesin partai koalisi seperti kontribusi melibatkan pendanaan, konser salam dua jari, dll). Tampaknya bangsa ini tengah belajar kembali untuk memberdaya (atau memperdaya ?) diri sendiri dan saudara sesama putera bangsanya dalam episode kehidupan demokrasi berbangsa dan bernegara. Semula saya masih bisa konsisten dalam tasamuh/taqiyah untuk hal-hal yang bersifat politik seperti ini dan hanya sekedar mengamati dan menikmati perjalanan pesta demokrasi politik di negeri ini dikarenakan banyak hal yang lebih utama lainnya perlu dikerjakan. Namun kemudian kehadiran kampanye hitam/negative tabloid obor rakyat mulai mengusik ketenangan hati saya. Haruskah saya berdiam diri saya ketika sesama saudara putera bangsa sudah saling menzalimi (diri sendiri dan orang lain). Semula saya mengira akan ada perlindungan negara ini demi kesetaraan hak bagi yang dizalimi karena cara ini sesungguhnya kontraproduktif (hanya orang yang sakit hatinya membenarkan penzaliman dari orang yang telah mati hatinya terhadap orang lain yang bisa jadi dalam diamnya lebih hidup hatinya untuk bersabar sebelum bertindak mencegah penzaliman berlanjut dari sesamanya). Walau mungkin penzaliman ini dianggap ‘wajar’ sesuai dengan kelaziman yang ada tetapi ini bukan saja sangat tidak adil namun juga tidak baik bagi kedewasaan dan kebijaksanaan politik di negeri ini (kemenangan/kekalahan yang mulia dengan cara beradab seharusnya lebih diutamakan ketimbang pemenangan/kesalahan yang tercela di dunia pada saat ini dan dampak atsarnya di akherat kelak).. Di media sosial pembunuhan karakter yang sistematis ternyata semakin berlanjut melalui ghibah SARA. Balasan dari pendukung Jokowi-pun akhirnya muncul dengan isu yang sama terhadap keluarga Prabowo. Dan sial … mengapa akhirnya sayapun ikut masuk juga melerai mereka semua dengan mencoba melindungi yang satu dan mencegah yang lainnya atas ‘keadilan’ (atau kenaifan?) untuk saling melazimkan kezaliman tersebut. Semoga Tuhan bisa memaklumi keberfihakan (terhadap Jokowi?) ini sehingga tidak menjadikan keseimbangan dalam mengamati dan keberimbangan dalam menjalani hidup ini menjadi terganggu akhirnya. Perang darat dan udara di pilpres ini memang berkecamuk di mana-mana (Media Televisi, Media Sosial Internet, Surat ‘pribadi’ dukungan, dsb). Sesungguhnya akan terlalu banyak yang bisa diutarakan tentang hal tersebut pada artikel ini. Namun demikian saya harus bijak untuk memilah masalah yang krusial saja untuk dibahas. Kita fokuskan saja perjalanan Jokowi ini dalam perjalanan Pilpres berikut ini.1. Saat Pra DeklarasiBegitu cepat waktu berlalu. Baru tahun lalu saya berencana menuliskan ulasan tentang Jokowi dari sisi kemanusiaan tanpa tendensi politik apapun. Namun tahun ini ternyata beliau begitu cepat meroket (sementara masa bhakti sebagai walikota Surakarta belum selesai, dia akhirnya menjadi Gubernur Jakarta. Masa pengabdian di Jakarta belum tuntas kembali dia menuju ke wilayah yang lebih luas .. sebagai capres NKRI). Walaupun pencapresan pak Jokowi terasa agak ‘Nggege mongso’ namun ….Well, Que sera sera… pantha rei (Baiklah, apa yang terjadi terjadilah. Biar semua mengalir apa adanya). Saya mungkin sependapat dengan bu Sutarti (tetangga bapak kala masih kecil) kala dia berkata : “kalau itu memang kehendak Tuhan dia ini harus jadi presiden, ya…biarin aja….” So, biarkan sejarah akan menjawabnya. Seandainya Tuhan melalui pilihan (mayoritas) rakyat menghendaki beliau menjadi pemimpin bersama bangsa ini maka tiada mungkin kekuatan manusia yang akan (tega/bisa) menghalanginya. Demikian juga jika sebaliknya .. Semoga ini tetap akan menjadi pembelajaran saat ini dan juga akan jadi pemberdayaan saat nanti. Setelah didesak para simpatisannya, bu Mega (Ketum PDI-P: peringkat 1 Pileg) dan ‘koalisi’ kerjasama tanpa syaratnya (Nasdem, PKB, dsb) akhirnya memandatkan pak Jokowi sebagai capres dan pak JK sebagai cawapresnya. Sementara di fihak lain Pak Prabowo (Ketum Gerindra = peringkat 3 Pileg) dan pak Hatta sebagai capres dan cawapresnya didukung koalisi besar “Merah Putih.’ Disayangkan pak ARB (Ketum Golkar = peringkat 2 Pileg) pada akhirnya walau sudah promo jauh hari sebelumnya namun tampak agak telat/ragu bergerak dan tidak jadi mengikuti sebagai kandidat lainnya dan malah bergabung mendukung satu fihak …. suatu kemunduran yang walau mungkin akan mengamankan kepentingan politiknya saat ini namun bisa jadi akan berdampak buruk pada elektabilitas partai pada saat mendatang (Pada waktu sebelumnya Ketum Golkar JK walaupun dipastikan tetap kalah namun tetap bertanding menghadapi SBY. Walaupun akhirnya kalah seperti diperkirakan semula namun sikap ksatrianya ini sangat dihargai publik dan ini setidak-tidaknnya juga berpengaruh pada pencapaian pileg tahun ini yang cukup lumayan sebagai runner-up sama sebagaimana pada awal reformasi dulu). Walaupun sebelumnya saya berharap kehadiran ARB namun garisNya nenentukan berbeda. Pertarungan dua kandidat (Jokowi & Prabowo sebagaiman harusnya …. bukan Jokowi vs Prabowo seperti kelihatannya) sangat rentan dengan persaingan yang lebih sengit dan tidak sehat bagi pembelajaran demokrasi kebersamaan bangsa dan pemberdayaan aktualisasi kepemimpinan nasional bukan hanya dalam proses pemenangannya (saling mencela, ghibah bahkan fitnah yang bukan hanya mengakibatkan cela dunia namun juga dosa akherat terkadang tidak ragu dan tanpa malu dilakukan hingga munajat do’a untuk ‘memaksakan/mengarahkan’ Tuhan untuk membenarkan kepentingan ‘ukhrowi’ yang walau sesungguhnya hanya dalam level pembenaran kemenangan duniawi semata) namun juga dalam keberkahan selanjutnya (upaya kecurangan bahkan pencurangan publik, pembanggaan kemenangan, kedengkian kekalahan hingga ‘agenda’ perselisihan, penjegalan, penyelewengan dan perselingkuhan yang bukan hanya menjerumuskan kader namun juga menelantarkan rakyat, membocorkan biduk negeri dan menghancurkan bangsa besar ini). Lebih dari 3 kandidat sebetulnya akan lebih baik andaikan saja para pembuat kebijakan tidak picik membuat produk regulasi yang menguntungkan bagi mesin partai politiknya belaka dan penyelenggara demokrasi tidak licik main proyek demi memperlama/memperbesar anggaran demokrasi. Satu putaran bisa saja tetap dilakukan walaupun pemenang kontestan tidak harus ‘ideal’ 50 % plus satu – karena sesungguhnya yang penting bukanlah sekedar siapa pemimpinnya nanti tapi bagaimana cara kepemimpinan nanti dilaksanakan. Kandidat independenpun bisa ikut (Adalah Haq bagi Tuhan untuk mempersilakan rakyat dalam menentukan kelayakannya berdasarkan penalaran akal sehatnya, ketulusan hati nuraninya, dan kesadaran fithrah jiwanya) untuk merealisasi kesetaraan hak dalam hukum dan pemerintahan. Walaupun tentu saja filter untuk menentukan figure yang ‘mantep’ (memang mempunyai kapasitas dan dukungan massa dalam pandangan publik) tidak sekedar ‘anggep’(hanya karena ‘bermimpi’ sudah bisa memimpin hanya dengan obsesi menjadi dan ambisi berkuasa semata) perlu dilakukan juga untuk menghindari berlimpahnya kandidat yang mendaftar dan perpecahan keberlanjutan dalam ‘faksi kebersamaan’ /penyesalan mempermalukan ‘kebangaan diri’ di kemudian hari . Diharapkan, setelah paska pemilihan apapun juga yang dilaksanakan, paradigma sinergi kebersamaan demi pemberdayaan dan kemaslahatan lebih mengemuka ketimbang koalisi transaksional yang rentan penyelewengan/perselingkuhan ataupun oposisi antipatis yang rentan penjegalan/ perselisihan dalam memperdaya bangsa dan membawa kemudharatan bersama. Demi keberkahan Ilahiah, wakil rakyat harus utamakan rakyat – jangan makan rakyat, memperdaya bangsa dan menghancurkan negara jika ‘cari makan’ atas nama ‘rakyat’ (harusnya: beribadah kepadaNya dengan mengabdikan diri sebagai pengemban amanah) pada seluruh warga bangsa di negara Indonesia ini …. Vox populi, Vox Dei. 2. Saat DeklarasiWalau sebagai pelaksana tidak ada yang meragukan kemampuan pak Jokowi, namun sebagai pembicara tampaknya masih perlu pengasahan dan pengalaman lagi. Pada saat deklarasi (maaf) walaupun saya pendukung pak Jokowi namun di media sosial saya harus adil dan fair dalam menilai prilaku yang ada secara obyektif tanpa tendensi pribadi. Walau saya tetap mendukung keautentikan dan spontanitas Jokowi namun saya harus akui bahwa pada saat deklarasi itu sikap dan pidato Prabowo lebih bijak dari sisi estetika dan rhetorika. Sikap kenegarawanan – apakah itu hanyalah sekedar pencitraan ataupun memang benar demikian adanya – adalah mutlak untuk dilakukan. Memandang persaingan dalam konteks persaudaraan, dan sportivitas kesediaan menerima jika ternyata nantinya (mayoritas) rakyat lebih memilih pak Jokowi sebagai pemimpin bersama rakyat walau beliaupun berusaha memenangkan pilpres tersebut (dan hendaklah demikian pula sebaliknya).Secara pribadi saya tidak mempermasalahkan ’feng shui’ bilangan apapun juga karena setiap angka bisa memiliki simbolisasi apapun juga. Namun demikian ada yang menarik tentang ungkapan filosofis dualisme akan undian nomor dua yang didapatkan. Walaupun rhetorika silogismanya mungkin kurang tepat demikian, namun saya suka aspek harmoni sebagai konklusinya (lebih bersifat Taoistik yang harmonis dalam memandang dualisme keberadaan ketimbang zoroastrianisme yang menekankan pertentangan aspek dualitas tersebut). Dalam hidup ini memang diperlukan integrasi dalam merengkuh perbedaan sebagai keseluruhan (equilibrium pada alithea – keselarasan dalam kebenaran) agar kita tetap seimbang dalam harmoni berpandangan dan berimbang kala melakukan sinergi tindakan. Perlu kearifan dalam kebaikan, keasihan dalam keadilan dan kebijakan dalam ketegasan agar keberkahan tidak dipandang sebagai kelemahan bagi penzaliman nantinya.3. Saat DebatRosulullooh SAW ada menyatakan pada umatnya walaupun tidak melarang perdebatan namun berusaha untuk menghindarinya walaupun berada dalam fihak yang benar (untuk menghindari kemudharatan debat kusir, upaya merekayasa rasionalisasi pembenaran kepalsuan, mempermulia diri dengan menjatuhkan lainnya, dsb).Namun demikian debat kandidat sesungguhnya bukanlah sesuatu yang buruk selama itu dimaksudkan sebagai media pembelajaran dan pemberdayaan bagi demokrasi politik di negeri ini. Ini adalah media yang baik bukan hanya untuk pengenalan dan silaturahim bagi para kandidat kepada publik untuk mengajukan visi/misi program yang akan dilakukannya pada masa kepemimpinan mereka kelak namun juga media argumentasi untuk saling asah, asih dan asuh antara kandidat atas hal tersebut. Debat dilakukan sebanyak 5 kali.DEBAT I =CAPRES/CAWAPRES(Pembangunan Demokrasi, Pemerintahan Bersih dan Kepastian Hukum) Senin (9/6/2014) dengan moderator Zainal Arifin Mochtar (Dosen Hukum UGM).DEBAT II = CAPRES (Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial)Minggu (15/6/2014) dengan moderator Ahmad Erani Yustika (Guru Besar Universitas Brawijaya)DEBAT III = CAPRES = Politik Internal dan Ketahanan NasionalMinggu (22/6/2014) dengan moderator Hikmahanto Juwana (Guru Besar Universitas Indonesia).DEBAT IV = CAWAPRES = Pembangunan Sumber Daya Manusia dan IPTEKMinggu (29/6/2014) dengan moderator Dwikorita Karnawati (Wakil Rektor UGM)DEBAT V= CAPRES/CAWAPRES = Pangan, Energi, dan Lingkungan.Sabtu(5/7/2014) dengan moderator : Sudharto P. Hadi (Rektor UNDIP)Begitu banyak dinamika yang terjadi dan sesungguhnya menarik untuk diulas namun demikian untuk menjaga kebersamaan ada baiknya untuk tidak perlu scoring penilaian masing-masing kandidat demi menjaga kenyamanan antar fihak dan membina suasana damai yang perlu dibangun menjelang akhir proses pilpres 2014 ini. Setiap kandidat memiliki kelebihan yang harus diakui dan kelemahan yang harus diterima apa adanya. Lagi pula yang utama adalah bukanlah apa yang mereka katakan tetapi bagaimana tindakan mereka nantinya.
3. ISTIRJA’AH / ISTI’ANAHHidup bagaikan pelangi yang kaya warna yang membiaskan aneka ragam paradigm Realitas kebenaran yang tersirat pada fenomena kenyataan yang tersurat. Fenomena tersebut merefleksikan keaslian dan juga kesemuan, kebenaran dan juga kepalsuan tergantung dengan kebenaran dan ketepatan cara bagaimana kita memandangnya. Disadari atau tidak sesungguhnya kita semua adalah para Truth Seeker (pencari kebenaran) dan Dharma Sekha (penempuh keabadian) yang belajar dari Tuhan - Satya Guru Abadi- melalui siapapun juga dan apapun saja dalam perjalanan kehidupan ini. Permasalahannya adalah seberapa baik kita mampu untuk senantiasa memahami kenyataan, menghayati kebenaran dan menjalani ketaqwaan pada garis cintaNya. Tuhan adalah Dzat Mutlak yang imanensi keluhuranNya melingkupi segala sesuatu walaupun memang transendensi kekudusanNya tak akan mampu terjangkau siapapun juga. Dunia dan akherat hanyalah terminology peristilahan bagi Fenomena dimensi yang terpilah bukanlah Realitas esensi yang terpisah. Pada hakekatnya (baik disini maupun disana - baik sekarang ataupun nanti) kita senantiasa berhadapan denganNya. Segalanya berproses, berlanjut dan juga berdampak pada saatnya.Ada yang menarik pada debat capres/cawapres terakhir ketika pak Jokowi memanjatkan do’a sapu jagat Islami (QS 2 Al Baqoroh: 201) sebelum mengakhiri salam 2 jari penutupnya, sebagai berikut :201) Waminhum man yaquulu rabbanaa aatinaa fii ddunyaa hasanatan, wafii l -aakhirati hasanatan, waqinaa 'adzaaban naar ; 201) Ulaa-ika lahum nashiibun mimmaa kasabuu walaahu sarii'u lhisaab201) dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka". 202) mereka Itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.
Sebagai muslim secara pribadi saya tidak memandang do’a ini sebagai aneh adanya jika diucapkan oleh saudara muslim lainnya walaupun ‘keberanian’ ini – saya rasa – tampaknya cukup mengejutkan (walau tidak dimaksudkan untuk mempermalukan apalagi sekedar pencitraan) bagi para pencelanya yang sepanjang waktu di manapun berada selalu “istiqomah” menjatuhkannya dengan ghibah bahkan fitnah SARA demi ‘amanah’ tersirat pembenaran upaya transaksi kepentingannya di pemerintahan kelak. Di sini saya tidak ingin membahas fitnah dan ghibah yang salah arah tersebut apalagi mencari-cari kesalahan lughoh/fiqih dari do’a tersebut (yang kita sadari hanyalah akan mempermalukan diri dengan cela dunia dan membebani diri dengan dosa akherat yang Allooh SWT yang Maha Jeli atas segala tindakan zahiriah/batiniah makhlukNya tentunya tidak akan mudah terpedaya untuk menerimanya hanya dengan ‘kesungguhan’ ratapan istighfar maupun salaman yang mantap belaka kecuali dengan taubat nasuha yang tulus dan ishlah tamhuha yang sadar untuk mengimbangi mizan amalan dan memperbaiki dengan iffah penebusan dalam akhlak dan amaliah ketaqwaan berikutnya). Di sini saya akan mengkaji sejumlah nash yang berkaitan dengan tahap ke-tiga pensikapan tindakan yang perlu disarankan .... istirja’ah (keshabaran penerimaan) atau isti’anah (permohonan petunjukNya). Dua istilah yang pada hakekatnya sama yaitu qona’ah – penerimaan (tawakal setelah ikhtiar) untuk tetap bershabar dalam ‘mushibah’ dalam kegagalan (jika kalah) dan istiqomah (kemantapan diri dalam petunjukNya) untuk menjalani amanah (jika menang). Do’a adalah permohonan, pengarahan dan pemberkahan. Permohonan adalah munajat keinginan seorang hamba yang menyadari keterbatasannya sebagai makhluk kepada Tuhannya; pengarahan adalah konsistensi tindakan untuk melayakkan diri dengan apa yang dimunajatkannya; pemberkahan adalah keberlanjutan tindakan dalam sinkronisasi kebenaran selanjutnya. Do’a sapu jagat tersebut memohonkan kita pada kebaikan dunia, akherat dan penghindaran azab neraka. Namun demikian kita perlu arif dalam memahami hakekat akan kebaikan (hasanah) Ilahiah yang terkadang bisa saja agak berbeda dengan pandangan keinginan insaniah.Bagi Tuhan segalanya (peristiwa, keberadaan, dlsb) adalah baik adanya sebagai hikmah pembelajaran keabadian dan inayah pemberdayaan kehidupan bagi setiap makhlukNya (QS 21: 35). Kehidupan dunia sesaat mungkin saja hanya memandang apa yang kita miliki dan nikmati namun demikian progress keabadian akherat sesungguhnya mengutamakan bagaimana cara kita mensikapi dan tindakan apa yang perlu untuk menjalaninya (QS 2: 216). Keberkahan in process yang diupayakan lebih utama dari sekedar by product kesuksesan yang didapatkan dalam menempuh perjalanan keabadiannya dalam hidup ini (QS 103: 1 – 3).Referensi Hujjah =QS 21 : Surat Anbiya = 35kullu nafsin dzaa-iqotul mawti wa nabluukum bisy syarri wal khoyri fitnatan wa-ilaynaa turja'uun35) tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.QS 21 : Surat Baqoroh : 216 =Kutiba 'alaykumul qitaalu wa huwa kurhul lakum. Wa 'asaa an takrohuu syay-an wa huwa khoyrul lakum ; wa 'asaa an tuhibbuu syay-an wa huwa syarrul lakum. Walloohu ya'lamu , wa-antum laa ta'lamuun.[2:216] Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.QS 103 : Surat Al ‘Ashr = 1 - 3 =1) Wal ‘ashr(i); 2) Innal insaana lafii khusr(in) ; 3) illal ladzina aamanu,wa ‘amilush shoolihati,;wa tawaashou bil haqqi,wa tawaashou bish shobr(i).1) demi masa ; 2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasehati/memberdayakan dalam mentaati kebenaran dan menetapi kesabaran.
Tadabur ayat =[103.1] Pemberdayaan Waktu Allooh SWT berfirman dengan menggunakan sumpah atas sesuatu yang sangat berharga yang telah diamanahkannya kepada kita namun sering terlalaikan pemberdayaan kemanfaatannya secara optimal dalam kehidupan kita : yaitu Al Ashr (waktu). Waktu bersifat linear – dalam artian : dia terus melaju ke muka dan tak pernah berbalik ke belakang. Waktu yang telah berlalu tak mungkin bisa kita ulang kembali. Selain itu, jatah waktu kehidupan setiap manusia adalah sangat terbatas (Tiada pesta yang tak berakhir demikian juga kehidupan kita di dunia ini. Dalam hidup hanya satu yang pasti bahwa kita pasti mati.). Sedangkan kematian itu sendiri walaupun bersifat kodrati, tidak bisa dihindari namun kedatangannya adalah misteri. Untuk itulah diperlukan kebijaksanaan, keseimbangan dan keselarasan dalam memanfaatkan waktu (baca: garis keabadian hidup). [103.2] KeterpedayaanNabi Muhammad S.A.W pernah menyatakan sebagian besar orang tertidur dan bermimpi dalam hidupnya dan baru bangun dan terjaga ketika dia sudah mati. Ketika waktu hidup telah terlewat, ketika segalanya sudah terlambat. Manusia adalah makhluk yang walaupun secara alamiah berkecenderungan buruk namun berpotensi baik. Manusia diberkahi akal-budi dan hati nurani yang memungkinkannya memenuhi potensi kemuliaan fitrah jiwanya sepanjang dia mampu memberdayakan akal-budinya dalam garis ketaqwaan yang diilhamkan kepadanya dan tidak justru malahan terperdaya oleh kecenderungan buruk naluri hawa-nafsunya sendiri. Ketidak-mengertian dalam memahami kebenaran abadi, ketidak-berdayaan dalam kemelekatan kehidupan duniawi, dan ketidak-perdulian untuk pemberdayaan kelanjutan ukhrowi telah menyebabkan mereka terperdaya dalam kesia-siaan bukan hanya dalam menempuh dampak kehidupan saat ini namun juga dalam melanjutkan atsar keabadiannya nanti.Dalam Buddhisme avidya samsara kebodohan ini dikarenakan tilakhana kemelekatan (lobha kemelekatan terhadap yang disukai, dosa penolakan terhadap yang dibenci dan moha keacuhan terhadap yang tak dilekati) sehingga menghalangi panna phasa (kontak bijak) terhadap realitas kebenaran yang tersirat dalam fenomena kenyataan yang tersurat. [103.3] KeberdayaanKeberdayaan bagi mereka yang sholihun li nafsi wa muslihun li ghoirihi (Pribadi yang bukan hanya memiliki kebaikan pada dirinya namun juga membawa kebaikan bagi sesama lainnya) yaitu bagi yang beriman dan beramal sholih serta juga saling mengingatkan/ memberdayakan dalam kebenaran dan keshabaran. Dengan landasan arkanuddin (rukun agama: iman, islam, dan ihsan) yang kaffah mereka melaksanakan arkanul amal (rukun amal: ittiba, ikhlash dan mahabah) yang benar baik hablum minallooh/minan nas dan saling memberdayakan dengan sesamanya dalam kebenaran arkanul ‘ilmu (rukun ilmu: mempelajari, melaksanakan dan mensiarkannya) dan keistiqomahan arkanush shobr (rukun sabar dalam menerima musibah. menjalani keta’atan, menghindari kemaksiatan).Senantiasa ada hikmah kebijaksanaan akan kebenaranNya yang tersirat dari hibrah fenomena kenyataan yang tersurat dalam setiap peristiwa/keberadaan bagi setiap makhlukNya sebagai penjelajah keabadian dan penempuh kehidupan ini untuk bersikap secara benar dan bertindak dengan bijak karena pada hakekatnya segala sesuatunya (baik atau buruk) hanyalah media ujian dariNya (QS 2: 155 - 157). Jadi, Amor Dei, Amor Fati … jika cinta Tuhan, cintailah GarisNya – Cukuplah Tuhan sebagai saksi bagi Ihsan dan pelindung untuk istiqomah (QS 3: 173 ) sebagaimana iftitah komitmen peribadahan diri hanya kepadaNya (QS 6: 162) karena memang diperlukan akal sehat, hati nurani dan kemantapan jiwa dalam mensikapi dan menjalani permainan keabadianNya yang disebut kehidupan ini (QS 89: 27 – 30)Referensi Hujjah =QS 2 Al Baqoroh : 155 – 157 :155) wa lanabluwannakum bisyay-in minal khowfi wal juu'i wa naqshin minal -amwaali wal -anfusi wats tsamarooti wa basy-syirish shoobiriin ; 156) alladziina idzaa ashoobat-hum mushiibatun qooluu : “ innaa lillaahi wa -innaa ilayhi rooji'uun ; 157) ulaa-ika 'alayhim sholawaatun min robbihim warohmatun wa ulaa-ika humul muhtaduun.155) Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. 156) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Sesungguhnya kita semua berasal dari Allooh dan sesungguhnya kepadaNya kita akan kembali” ; 157) Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.QS 3 Ali Imron 173: Alladziina qoola lahumun naasu innan naasa qad jama'uu lakum fakh-syawhum fazaadahum iimaanan wa qooluu hasbunaallaahu wa ni'mal wakiil[3:173] (Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung".QS 6 Al An’aam 162 : Qul Inna sholati, wa nusuki ; wa maa yahya,wa maa maati lillaahi robbil ‘alamin.Sesungguhnya sholatku,ibadahku; hidupku, dan matiku hanya untuk Allooh Tuhan semesta alamQS 89 Al Fajr : 27 – 30 :27) Yaa ayyatuhaan nafsul muthmainah ; 28) Irji’ii ilaa robbiki roodhiyatam mardhiyyah; 29) Fad khulii fii ‘ibaadii ; 30) Wad khulli jannati27) Hai jiwa yang tenang.; 28) Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya. 29) Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, 30) dan masuklah ke dalam surga-Ku.Sebagaimana fatihah pembuka untuk senantiasa mengingatkan komitmen iman kesaksian akan kemuliaan Tuhan, munajat keistiqomahan dalam islam dalam tujuan peribadatan/permohonan petunjuk dan munajat permohonan agar senantiasa terbimbing dalam jalan lurusNya untuk sekaligus mampu memahami kebenaran tanpa kesesatan dan menjalani ketaqwaan tanpa kemurkaanNya dan penzaliman kepadaNya (QS 1 : 1 – 7) maka hendaklah ketaqwaan islamiah abadi terus dijalani disamping menjaga kebersamaan dan memberdaya kebenaran dengan seruan keteladanan akan kebajikan, kesantunan dan kebijakan untuk menghindari diri dan lainnya dari kemungkaran/penzaliman/penyesatan (QS 3: 102 – 106). Terakhir kali, teruslah bermuhasabah dan bermujahadah dalam pemberdayaan kerobbaniahan diri agar kesejatian diri tidak terlepas dari Sumber keabadianNya dalam menempuh kehidupan fana ini (QS 59 : 18 – 20)Referensi Hujjah =QS Al Fatihah : 1 - 7: Ini adalah rangkaian ayat pembuka (fatihah)1) Bismillaahhir rohmaanir rohiim; 2) Alhamdulillahi robbil ‘aalamin; 3) Arrohmaanir rohiim; 4) Maaliki yaumiddiin; 5) Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin; 6) Ihdinash shiroothol mustaqiim ; 7) Shiroothol ladziina an’amta ‘alaihim - ghoiril: magh-dhuubi ‘alaihim,wa ladh-dhoolliin. ( Aamiin.)1) dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. ; 2) segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam; 3) Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.; 4) yang menguasai di hari Pembalasan. 5) hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan; 6) Tunjukilah Kami jalan yang lurus,; 7) (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.QS Ali Imron : 102 – 105 : Ini adalah rangkaian ayat hujjah istiqomah & ukhuwah102) Yaa Ayyuhalladziina aamanut taqullooha haqqo tuqootihii ~ wa laa tamuutunna illaa wa antum muslimuun.;103) Wa’tashimuu bi hablillaahi jamii’aw ,wa laa tafaroquu; wadzkuruu ni’matalloohi ‘alaikum idz kuntum adaa-an ~ fa’allafa baina quluubikum,fa ashbahtum bi ni’matihii: ikhwaanaa ; wa kuntum ‘alaa syafaa hufrotim minan naari~ fa anqodzakum minhaa; Kadzalika yubay-yinulloohu lakum aayaatihi la’allakum tahtaduun.; 104) Wal takun minkumu ummatuy yad’uuna ilaal khoiri,wa ya-muruunaa bil ma’ruufi,wa yanhauna ‘anil munkar; Wa ulaa-ika humul muflihuun. 105) Wa laa takuunuu kalladziina tafarroquu wa akhtalafuu mim ba’di maa jaaa-a humul bayyinah. Wa uulaa-ika hum ‘adzabun ‘azhiim.102) Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. 103) dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. 104) dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. 105) dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,QS 59 Al Hasyr = 18 – 20: Ini adalah rangkaian ayat muhasabah & mujahadah18) Yaa ayyuhalladziina aamanut taqullooha. wal tanzhur nafsum maa qoddamat lighod(in); wat taqullooha inallooha khobirun bimaa ta’maluun; 19) wa laa takuunu kalladziina nasullooha fa ansahum anfusahum ~ ulaa-ika humul faasiquun; 20) Laa yastawi ashabun naari wa ashabul jannati/h ~ Ashabul jannati humul faa-izuun.18) Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ; 19) Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. ; 20) Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung.
B. Jika Kemenangan Pada PrabowoHADITS KEDELAPAN BELASعَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ “[رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح]Terjemah hadits / ترجمة الحديث :Ittaqillaaha haitsu maa kunta ~ Wa atbi’is sayyi-atil hasanata tamhuhaa, Wa khooliqin naasa bikhuluqin hasaninDari Abu Zar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman, Mu’az bin Jabal radhiallahuanhuma dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beliau bersabda :Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik “(Riwayat Turmuzi, dia berkata haditsnya hasan, pada sebagian cetakan dikatakan hasan shahih).
Seandainya saja prioritas pada pengamanan, kemudahan dan kepentingan (sebagaimana naluri ini inginkan) mungkin saya akan jatuhkan kepastian pilihan di sini (daripada merepotkan dan menyusahkan diri dengan mengikuti nurani untuk memilih kemungkinan pengharapan dan pembuktian perjuangan pada lainnya). Toh, sebenarnya permasalahannya bukan pada siapa pemimpin bersama bangsa ini namun yang utama bagaimana cara kepemimpinan nasional ini dilakukan nantinya. Akan tetapi, biarlah semuanya terjadi. Walaupun tidak membela namun saya juga tidak haq untuk mencela jika kemudian Tuhan (melalui pilihan mayoritas voters negeri ini) menentukan fihak ini sebagai pemenangnya. Keikhlasan untuk arif menerima segala sesuatu sebagai media pembelajaran keabadian dan proses pemberdayaan kehidupan dari Tuhan haruslah juga ditegakkan (bukan hanya saya tetapi juga kepada seluruh warga bangsa termasuk yang terlibat di fihak ini dan lainnya) demikian juga jika kemudian ternyata terjadi sebaliknya. Ini hanyalah sekilas episode permainan keabadianNya yang disebut kehidupan agar kita lebih mengenal kebijakanNya yang tersurat dan kebajikanNya yang tersirat.Saya akui saya bukan politisi (walau memang tidak mengerti/menyukai intrik maneuver di dalamya tetapi semoga tetap tidak perlu membenci dan berusaha untuk sekedar memaklumi) namun saya salut dengan dengan kemantapan pertahanan fihak Prabowo di permukaan. Dalam debat pilpres dan kampanye tampaknya fihak ini lebih bijak untuk ‘cari aman’ sehingga akan lebih mudah dalam merealisasikannya nanti (semoga istilah ‘lebih mudah’ ini tidak diartikan sebagai ‘lebih ada celah’ nantinya). Dengan mengajukan rhetorika konseptual dengan orasi yang tepat (kemakmuran rakyat, pencegahan kebocoran, kemandirian bangsa,dst) dan cukup dengan membatasi diri dengan menawarkan slogan pemberdayaan yang sudah menjadi ketentuan untuk dilanjutkan (pemberdayaan bumi air tanah, peningkatan kesejahteraan, dana desa 1 miliar, dlsb) secara effektif dan effisien telah mengesankan sebagai program yang secara familiar terdengar lebih realistis ‘membumi’ ketimbang menawarkan inovasi program lain yang akan membebani diri untuk dituntaskan juga nantinya. Walaupun saya tetap istiqomah mendukung Pak Jokowi (karena simpati kepribadian, empati kemanusiaan dan pengharapan perbaikan sebagaimana tersebut di atas) namun demikian secara pribadi saya harus jujur mengakui untuk juga salut pada figure Pak Prabowo. Lepas dari tuduhan sekedar trick pencitraan di permukaan, figure Prabowo saat ini (sebagai ‘korban media’ yang semula ‘direndahkan’ karena memory masa silam) ‘di luar dugaan’ tampil memikat sehingga tidak mengherankan jika kemudian berdampak signifikan pada peningkatan elektabilitasnya (lepas dari thesis akan kuantitas besarnya dukungan simpatisan koalisi merah-putihnya dan antithesis dampak buruk serangan sistematis atas ‘pembunuhan karakter’ Jokowi selama ini). Saya mencatat ada 3 hal positif yang dilakukan dan ditunjukan Prabowo.1. Saat Pra DeklarasiBudaya demokrasi yang tidak sehat (kurangnya kepercayaan rakyat, apatisme golput, pragmatisme voters, dlsb) serta beaya politik yang tinggi (dalam registrasi, eksposisi,transaksi jual-beli suara) telah mengakibatkan politisi dan mesin politik menjadi opurtunis untuk memembenarkan kepentingannya belaka. Benih negarawan yang diharapkan dari setiap wakil rakyat untuk mengemban amanah demokrasi akhirnya berubah menjadi mentalitas pedagang. Itulah kenyataan yang terjadi di lapangan. Memang tidak haq untuk dibenarkan, namun ‘kesalahan’ ini secara arif juga perlu dimaklumi keberadaannya. Marwah amanah berubah menjadi marwah aman … ah (memperdaya diri demi kepentingan yang lebih menguntungkan ketimbang tetap istiqomah memberdaya diri dalam keterbatasan). Bukankah sudah dimaklumi dengan paradigma pembenaran (walau diakui bukan realitas kebenaran yang seharusnya) bahwa dalam politik tidak (perlu) pendirian yang abadi kecuali kepentingan diri (Palmertson). Walau sesungguhnya kelak akan kita sadari akan dampak buruk transaksi ini, pohon-pohon besar yang me’lindungi’ ini suatu saat justru akan menjadi benalu yang akan menggerogoti pemerintahan, memperbesar penyelewengan dan meruntuhkan bangunan besar bangsa dan negara. Lepas dari masalah kesadaran atau kepicikan maupun ketulusan atau kelicikan yang terjadi, pameo ‘1000 kawan tidak cukup,1 lawan terlalu banyak’ sangatlah effektif untuk mencitrakan diri dan koalisi ini sebagai kekuatan yang besar di permukaan (walau mungkin akan rapuh dalam keberkahan pemerintahannya kelak). Walaupun kemungkinan untuk sedikit berharap bahwa setiap rekanan koalisi akan tahu diri untuk menjaga kehormatan dalam kebersamaan ini namun demikian hendaklah pemerintahan Prabowo nantinya tidak ‘dikorbankan’ sebagaimana yang dialami SBY sebelumnya (semoga Gerindra tidak menjadi Demokrat II – sebagai partai yang terlalu dini kala berkuasa namun belum cukup dewasa untuk memilah keamanahan dalam gelimang kesempatan yang rentan dengan penyelewengan). Keperwiraan Prabowo untuk bersedia menampung kegalauan dan tentu saja transaksi kepentingan rekan koalisinya (dengan segala resikonya di kemudian hari) perlu juga dihargai sebagaimana ketegaran Jokowi untuk konsisten dalam kerjasama pemerintahan yang lebih mantap di kemudian hari (walau dengan keterbatasan dukungan pemenangan saat ini dan tampaknya juga hambatan dalam ‘rezim’ pemerintahan presidentiilnya kala berhadapan dengan ‘mafia’ parlementer nantinya) sebagai dilemma utama yang harus diamati, dialami dan diatasi nantinya. 2. Saat DeklarasiSebagaimana saya katakan sebelumnya di media sosial saya harus adil dan fair dalam menilai prilaku yang ada secara obyektif tanpa tendensi pribadi. Walau saya tetap mendukung keautentikan dan spontanitas Jokowi namun saya harus akui bahwa pada saat deklarasi itu sikap dan pidato Prabowo lebih bijak dari sisi estetika dan rhetorika. Walaupun memang ada su’u zhon (buruk sangka) bahwa yang dilakukan oleh Pak Prabowo hanyalah basa basi dalam rangka pencitraan diri sebagai negarawan belaka namun saya yakin itu sungguh demikian adanya pada saat itu dan semoga itupun terbuktikan pada saat berikutnya. Demikian komentar saya pada sejumlah media sosial3. Saat debatTentang debat sudah diutarakan di atas. Tak ada scoring penilaian masing-masing kandidat karena bagi saya pribadi yang utama adalah bukanlah apa yang mereka katakan tetapi bagaimana tindakan mereka nantinya. Sebagai seorang lulusan akademisi saya juga mengerti esensi dan seni debat, namun demikian ketidak sungkanan pak Prabowo untuk setuju dan mendukung terhadap pak Jokowi pada sesi ekonomi kreatif bukanlah suatu kekalahan (intelektual) tetapi justru suatu kemenangan (spiritual). Sportivitas dan keautentikan pak Prabowo lebih mendengar kata hati (ilham ilahi) daripada mengikuti instruksi timses agar selalu berbeda pandangan (walau dalam kebenaran?)lebih membuat respek kita daripada kecakapannya berpidato maupun kecakapan wawasan dan pemaparan program lainnya.Namun demikian sebagaimana waktu ; kekuasaan adalah pedang bermata dua jika tidak dipergunakan sebagaimana mestinya untuk memberdayakan bangsa ini maka pastilah akan memperdayakan kita semua. Besar pengharapan untuk tetap terbuka dibandingkan kekhawatiran untuk tetap terjaga agar dengan kearifan figure kenegarawanan yang mulai tumbuh pada figure Prabowo ini dia tidak perlu ‘berkorban’/ ’dikorbankan’ lagi jika amanah kepemimpinan nasional negeri ini nantinya dipercayakan kepadanya. Sebagai sesama putera bangsa, walaupun bagaimana juga saya merasa perlu (jika tidak ingin dikatakan juga tetap wajib) untuk melakukan sumbang-saran demi kebaikan kita bersama sebagai bangsa.
1. Jangan ulangi kecenderungan kesalahan sejarah lama yang samaHR Bukhori – Muslim : Unshur akhooka zhooliman au mazhluuman. Qoola : Unshur mazhluuman ~ fa kaifa anshuru zhooliman ? Qoola : Uhjuz ‘an zhulmihi ~ fa dzalika nashruhu. ( Tolonglah saudaramu baik yang menganiaya maupun yang dianiaya. Diantara sahabat bertanya : Kami dapat menolong jika dia dianiaya ~ bagaimana kami dapat menolongnya jika dia menganiaya ? Nabi SAW menjawab : Kau cegah dia dari tindakan penganiayaannya ~ maka dengan demikian kamu menolongnya dari penganiayaan)L’histoire ceripet (kata Necker?) …. Sejarah cenderung terulang (?) karena kita suka membenarkan kesalahan serta melazimkan kezaliman pandangan/ tindakan orang lain agar kita dapat memperdaya nurani kita (?) untuk melazimkan kezaliman dan membenarkan kesalahan yang sama juga. Koalisi Merah Putih walau besar namun sesungguhnya sangat rapuh karena banyaknya kelompok kepentingan yang berada di dalamnya. Walau memang beaya politik partai pada pemilihan untuk peraihan suara sebelumnya mungkin memang besar namun hendaknya jangan menjadikannya alasan bagi pembenaran akan perlunya kebocoran anggaran dan transaksi penjatahan yang tidak benar nantinya. Bagi peran tanggung jawab yang proporsional mungkin saja bisa tidak terlalu disalahkan (kewajaran berpolitik ?) namun dampak penyelewengan kekuasaan yang bukan saja hanya membelenggu kinerja koalisi namun dapat juga meruntuhkan bangunan agung kebersamaan bangsa dan keberdayaan negara tentu saja akan riskan untuk dibenarkan. Janganlah terjadi perselingkuhan antara ‘rezim’ presidensiil dan ‘mafia’ parlementer nantinya walaupun kekuatan koalisi yang akan semakin besar nantinya dalam berkuasa bagi upaya kritis oposisi yang sangat lemah baik di pemerintahan dan di parlemen. Walaupun saya yakin mungkin akan ada penolakan sinergi dari fihak lain (terutama : PDI-P tampaknya) hendaknya niatan baik pengajuan demi perbaikan kebersamaan untuk pemberdayaan bangsa dan negara secara bersama-sama tetap perlu dilakukan karena Indonesia bukan hanya Gerindra dan koalisinya saja (walaupun mungkin bisa berbangga dan dapat leluasa berkuasa dengan 60 % kekuatan di parlemen dan bahkan 100 % di pemerintahan nantinya).
2. Perlunya saatnya Ishlah Perbaikan BersamaRasullah Saw. bersabda: عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ثلاث من كن فيه حاسبه الله حساباً يسيراً و أدخله الجنة برحمته قالوا : لمن يا رسول الله ؟ قال : تعطي من حرمك وتعفو عمن ظلمك وتصل من قطعك. رواه الحاكم.Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., beliau berkata: Rasulullah Saw. bersabda: tiga perkara yang ketika ada dalam diri seseorang maka Allah SWT. akan menghisabnya dengan hisab yang mudah dan memasukkannya ke dalam Surga dengan rahmatNya. Sahabat bertanya: bagaimana itu wahai Rasulullah? Rasul menjawab: kamu memberi kepada orang yang menghalangimu, memaafkan orang yang berbuat zalim kepadamu, menyambung tali silaturahmi kepada orang yang memutusnya. (HR. Al-Hakim).Tampaknya demi keberkahan perjalanan bangsa dan negara ini untuk waktu selanjutnya, perlu diadakan semacam agenda empati bangsa dan ishlah nasional untuk penuntasan ganjalan permasalahan masa lalu. Walaupun sesungguhnya ishlah perbaikan lebih mulia dimulai dari kebesaran jiwa (mahabah) fihak yang dirugikan (sebagaimana diatas) namun demikian adalah lebih utama jika itu didahului dengan kerendahan hati (tawadhu) dari fihak yang ‘dianggap’ bersalah. Tak perlu kepicikan perlunya ada pengorbanan/ dikorbankan lagi (dan juga bukan kelicikan upaya untuk menyudutkan/ mengakali orang lain untuk rela berkorban atau tega mengorbankan lainnya demi pembenaran kepentingan dan pembelaaan kesalahan diri/faksi yang tersirat ?)Ini tidak hanya berkaitan dengan upaya rehabilitasi ‘keterlanjuran’ sejarah permasalahan HAM namun juga renegosiasi untuk nasionalisasi asset negara dan permasalahan lainnya yang mungkin saja akan selalu diungkit dalam percaturan politik negeri ini selanjutnya. Terlalu berat tantangan ke depan bangsa ini jika setiap waktu selalu dibebani dengan duka/cela masa lalu saja. Tuntaskan dengan empati bangsa, ishlah nasional, dan rehabilitasi kebersamaan namun juga harus dengan keterbukaan perbaikan dan keikhlasan penerimaan dari seluruh putera bangsa agar kemudian kita bisa berorientasi ke masa depan dengan bekerja sama mengatasi masalah bangsa secara bersama.3. Perlukah saatnya mempersiapkan Regenerasi Nabi Muhammad SAW berkata: Alla Kullukum roo’in. ~ wa kullukum mas-ulun ‘an ro’iyyatihi. ; Fal amiirul ladzii ‘alan naasi ro’in ‘alaihim ~ wa huwa mas-ulu ‘anhum (“Ketahuilah…Setiap dari kalian adalah pemimpin yang akan di mintai pertanggung jawabannnya, seorang imam adalah pemimpin bagi masyarakatnya dan akan di mintai pertanggung jawabanya tentang kepimpinannya. HR. Abu Daud).Kepemimpinan adalah suatu kebutuhan bukan hanya saat ini namun juga nanti. Kesadaran kaderisasi/ keberlanjutan regenerasi terasa lebih bijaksana daripada ketamakan berkuasa untuk menghindari chaos kepemimpinan pada masa mendatang, Adalah perlu keteladanan dalam kepemimpinan nasional sebagai warisan dan juga panduan bagi kepemimpinan bagi perjalanan generasi berikutnya. Perlu penciptaan iklim yang sehat bagi kemunculan kader terbaik bangsa untuk di’wakaf’kan sebagai pengemban amanah publik yang tidak tersandera oleh pembenaran kebanggaan/kepentingan partainya disamping upaya pembelajaran dan pemberdayaan demokrasi sehat (tidak membenarkan mentalitas pragmatisme : money politic, mafia parlementer, rezim presidential, dsb) , pembudayaan kampanye positive nantinya (tidak melazimkan kezaliman ‘pembunuhan karakter’ dan inovasi akal-akalan kecurangan pemenangan, dsb) disamping kedewasaan dalam mensikapi dan menjalani bersama-sama proses demokrasi secara bijaksana (bagi publik/media/timses(?) = tetap bersabar menunggu untuk menghargai legitimasi legalitas penyelenggaraan untuk menetapkan hasil resmi walau hasil asli mungkin sudah diketahui – tidak perlu : nggege mongso/ngentahke – mandheke/ ; Bagi yang kalah (?) = tetap legowo menerima jika ternyata jumlah mayoritas voters bukan pada fihaknya dan perwiro memberikan selamat atas keberhasilan dan dukungan demi kebersamaan terhadap yang kebetulan meraih jumlah mayoritas voters ; sedangkan bagi menang (?) = tetap tawadhu tidak usah ‘umuk’/’kluruk’ (berbangga dan takabur menyombongkan diri) karena akan memacu/memicu fihak lainnya ‘sumuk’/’ngamuk’ (gerah kesal dan marah menghancurkan) untuk kemudian menganggap kemenangan itu sesungguhnya adalah kemenangan bagi semua (bukankah ada sekian persen rakyat yang memilih kandidat lainnya juga) dan merengkuh seluruh elemen bangsa sebagaimana layaknya seorang negarawan (karena garisNya telah menjadikannya sebagai pemimpin bersama bagi seluruh bangsa ini) untuk menjaga kebersamaan sesama dan bersama membangun keberdayaan bagi semuanya.
PESAN TERAKHIR untuk JOKOWI www.kawalpemilu.org = Real Count C1 = 99,39 % (kurang 0,51 %)Prabowo Hatta = 58.664.360 (47,17 %) Jokowi JK = 65.685.780 (52,82 %) ;Persepi = Audit kredibel, tidak perlu tunggu hasil resmi KPU ?Saya harus konsisten dengan mementingkan kebenaran Ilahi diatas segala wacana pembenaran kepentingan belaka (walaupun itu pada fihak dimana kita berada) sebagaimana yang saya katakan pada saat mensikapi hasil survey beberapa waktu yang lalu Sebagai berikut :Data survei hanyalah kalkulasi statistik perkiraan yang didasarkan pada sejumlah responden yang (tidak su'u zhon) bisa saja sudah diatur/atau teratur/ berdasarkan pesanan/kebetulan sehingga hasilnya dapat dimanipulasi/terkonklusi. Yang utama adalah fakta sesungguhnya di lapangan secara keseluruhan (semua voters) bukan hanya terbatas pada responden survei bukan hanya saat lalu dan sekarang tetapi juga nanti. Secara pribadi saya tidak terlalu merisaukan hasil survey yang dilakukan (mungkin karena orientasi saya selama ini adalah keberkahan bukan pemenangan). Satu hal yang mungkin kita lupakan adalah validitas representasi dari populasi yang dilakukan apakah memang authentic adanya atau sekedar manipulative. Fihak Jokowi – JK sebagian besar adalah relawan bukan bayaran ditambah dengan koalisi kekuatan partai yang ramping (walau memang akan kuat nantinya karena relative bersih dari transaksi koruptif) namun pada saat ini harus diakui tidak sekuat fihak Prabowo – Hatta sehingga harus diakui sangat minim dari segi kekuatan pendanaan untuk mengkampanyekan keberadaannya apalagi untuk agresi pembanggaan elektabilitas. Walau saya lebih suka kepastian daripada sekedar persepsi keyakinan dalam memandang kebenaran atas kenyataan yang sesungguhnya namun demikian kita juga perlu memperhatikan kemungkinan tersebut jika memang demikian adanya. Orientasi hidup adalah pemberdayaan. Jika saat ini turun itulah waktu kita harus terbuka (muhasabah & mujahadah) untuk memperbaiki diri, jika saat ini naik inilah saat kita tetap terjaga (tidak lengah/jumawa) untuk meningkatkan diri lagi.Jangan berputus asa – teruslah beusaha. Sebetulnya (QS 12: 87) 1) saya tujukan kepada mereka yang sejak semula panic mencari-cari cara menegakkan diri dengan menjatuhkan lawan dengan penghalalan aneka cara (kampanye hitam dan negative) namun virus ‘kekafiran/kefasikan’ tampaknya menjalar/menular ke fihak sini juga untuk ikut-ikutan (imma’ah). Kembalilah sederhana – sembada dan prasaja lagi. Yang utama teruslah bertindak dengan benar demi keberkahanNya dan insya Allooh kesuksesan akan mengikutinya. Ada dua kekuatan lain yang bahkan lebih besar namun belum bekerja secara nyata selama ini selain kekuatan mesin partai dan responden pendukung yang kalian dan mereka kalkulasikan, yaitu : kesadaran rakyat (terutama swing voters yang tidak terjangkau statistic dan justru populasi terbesar di luar lingkaran kepentingan politik di negeri ini) dan terutama Kuasa keIlahian (jangan pernah lupakan ini – (QS 59: 18 – 20) 2)). Di bulan suci Ramadhan ini segalanya bisa saja terjadi dimana dengan keshobaran ; benih kebaikan yang lemah namun direstui bumi (rakyat) karena diridhoi olehNya akan menjadi kuat dan semoga bukan sebaliknya.(QS 2: 2493) atau QS 3:123 4)) Yang penting bukan bagaimana awalnya kita tetapi bagaimana akhirnya nanti. Orientasikan diri untuk selalu mementingkan kebenaran demi perjuangan/ keberkahanNya (hingga 2019 nanti) dan jangan cemaskan diri hanya sekedar membenarkan kepentingan memenangkan/mengalahkan (pilpres tahun 2014 ini) belaka. Jujur saja saya lebih cemas jika kita tidak istiqomah hingga tahun 2019 nanti daripada keikhlasan mengalah di tahun 2014 ini karena Tuhan pastilah menginginkan kita semua sebagai bangsa untuk bersegera memberdayakan diri sebagaimana harusnya ketimbang menunda memperdayakan diri seperti sebelumnya (QS 13: 11) 5). Transformasi perbaikan, Transparansi keterbukaan dan Transendensi keberkahan sudah seharusnya tegak secara haq di negeri ini.Salam 2 jari – bangkitlah lagi menguatkan diri. Bukan hanya demi kebajikan kita untuk istiqomah memperbaiki diri dan memberdayakan kemajuan negeri ini tetapi juga demi kebijakan mereka untuk ikhlash tidak menzalimi diri sendiri dan memperdayakan bangsanya nanti. REFERENSI =1) QS 12 Yusuf : 87 =“ Yaa baniyya, idzhabuu fa tahassasuu min yuusufa wa-akhiihi wa laa tay-asuu mir rowhillaahi. Innahu laa yay-asu min rowhillaahi illaal qowmul kaafiruun.”[12:87] Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".2) QS 59 Hasyr : 18 – 20 = 18) Yaa ayyuhalladziina aamanut taqullooha. wal tanzhur nafsum maa qoddamat lighod(in); wat taqullooha inallooha khobirun bimaa ta’maluun; 19) wa laa takuunu kalladziina nasullooha fa ansahum anfusahum ~ ulaa-ika humul faasiquun; 20) Laa yastawi ashabun naari wa ashabul jannati/h ~ Ashabul jannati humul faa-izuun.18) Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ; 19) Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. ; 20) Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung.3) QS 2 Baqoroh : 249 =Fa lammaa fashola thooluutu bil junuudi, qoola: “innallooha mubtaliikum bi naharin fa man syariba minhu ; fa laysa minnii. Wa man lam yath'amhu; fa-innahu minnii. illaa mani ightarofa ghurfatan bi yadihi.” Fa syaribuu minhu illaa qoliilan minhum. Fa lammaa jaawazahu huwa, walladziina aamanuu ma'ahu qooluu : “laa thooqota lanaal yawma bi jaaluuta wa junuudihi.” Qoolalladziina yazhunnuuna annahum mulaaquulloohi : “ kam min fi-atin qoliilatin gholabat fi-atan katsiirotan bi-idznillaahi. Walloohu ma'ash shoobiriin.”[2:249] Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar."3) QS 3 Imron : 123 =Wa laqod nashorokumulloohu bi badrin, wa-antum adzillatun. Fat-taquullooha la'allakum tasykuruun[3:123] Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.4) QS 13 Ra’d : 11 =lahu mu'aqqibaatun min/m bayni yadayhi wa min kholfihi ~ yahfazhuunahu min amrillaahi. Innallooha laa yughoyyiru maa bi qowmin – hattaa yughoyyiruu maa bi-anfusihim. Wa-idzaa aroodalloohu bi qowmin suu-an ~ fa laa marodda lahu ; wa maa lahum min duunihi min waal(in).[13:11] Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum – sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Tambahan Penguatan =Pilpres di bulan Ramadhan nanti ini adalah penentuan.Akankah ada keikhlasan ilallooh (lillaah, billaah, fillaah) sesungguhnya untuk mementingkan kebenaran pemberdayaan Badar ?Ataukah kemunafikan membenarkan kepentingan Uhud (ilayaa, ilainaa, ilaihim) memperdayai bangsa ini lagi ?Siapkah bangsa ini bersegera memperbaiki negerinya sendiri hingga Tuhan layak melimpahkan bangsa ini dengan perbaikan dan kemajuan dalam keberkahanNya ?Atau haruskah kita menundanya lagi untuk membiarkan kefasikan semakin lancang melecehkanNya lagi dalam membenarkan kesalahan dan melazimkan kezaliman di negeri ini ?Benar dan tidak salah itulah (seharusnya) jalan keberkahan kita demi amanah keabadianNya dalam kehidupan ini. Menang atau kalah itu urusan nanti. Adalah Haq Tuhan melalui hak rakyat untuk menentukannya. Walau menang yang diberkahi untuk segera memberdaya untuk perbaikan diri dan kemajuan negeri kami harapkan namun kami juga akan bisa menerima kekalahan demi ridhoNya (lebih baik kalah mulia daripada menang tercela ~ bukan hanya pada awalnya namun juga nantinya. Semoga Tuhan tidak mengazab bangsa ini sebagai bangsa yang sudah beranjak tua namun tidak mau dewasa tetapi memandangnya sebagai bayi yang tidak buta namun belum mampu membuka matanya akan Realitas kebenaranNya yang bukan hanya tersirat pada fenomena kenyataan namun juga tersamarkan fatamorgana kefasikan).Terus memberdaya diri dan jangan terperdaya apalagi memperdayai – demi atsar keberkahan perjalanan permainan keabadianNya yang disebut kehidupan ini.Salam dua jari untuk keberkahan (dan juga untuk kesuksesan yang Insya Allooh mengikutinya) pasangan Jokowi – JK ke segala penjuru kaki langit di seluruh negeri
Tanda zaman memang sudah semakin terbuka menampakkan kehendakNya. Apa yang menjadi kehendakNya akan terjadi walaupun manusia berusaha keras untuk menghalangi. Pilpres adalah media pembelajaran dan pemberdayaan politik bagi negeri ini bukan sekedar mencari pemenang untuk berkuasa namun negarawan yang diberkahi untuk mengayomi bangsa ini. Sebagaimana keimanan harus dibarengi dengan keihsanan sehingga keislaman akan kaffah sejati, kebaikan dan keahlianpun harus dibarengi dengan kearifan agar bukan kenaifan dan keliaran yang terjadi. Walau mungkin ada sejumlah fihak yang menyatakan akurasi dari hasil quick count agak berbeda (lebih obyektif / tidak subyektif ?) dengan data survey elektabilitas. Namun saya tetap menegaskan untuk tetap menghargai ‘aturan resmi’ yang ada. Intinya tunggulah saat lembaga resmi umumkan hasil murni sesungguhnya (tetap kawal agar hasil tersebut benar adanya walau mungkin tidak sesuai dengan harapan atau perkiraan sebelumnya) dan segera memulai hubungan persaudaraan kembali diantara fihak yang sebelumnya ‘berseteru’ karena rakyat, bangsa dan negara ini memerlukan kita semua dalam kebersamaan, keberdayaan dan kebersatuan …. Indonesia. Adalah lebih bijak bagi semua fihak untuk menjalani ini dengan kesadaran dan dalam kewajaran. Ini adalah refleksi dari tabayun, tasamuh dan tawadhu yang sesungguhnya. Tabayun maksudnya kita menerima kepastian akan kebenaran dari kenyataan yang ada dengan tanpa berapriori satu sama lain. (Kepastian yang sudah jelas nyata lebih diutamakan ketimbang perkiraan yang bisa saja salah). Tasamuh maksudnya kita toleran menghargai perbedaan keberadaan/pandangan dan menghormati perasaan/keadaan fihak lainnya. (tepo saliro/tanggap rasa = jangan ‘umuk’ apalagi ‘keluruk’ jika tidak ingin saudara kita lainnya ‘sumuk’ bahkan ‘ngamuk’). Tawadhu artinya kita berrendah hati akan kebijakan Tuhan yang tersirat melalui pilihan rakyat. (Tidak semua voters yang tidak memilih kandidat lantas diartikan pasti tidak menyukai kandidat tersebut karena bisa saja terjadi karena dia berada dalam lingkaran kepentingan yang berbeda atau dalam sudut pandang yang berlainan). Namun demikian tidak disalahkan (bahkan mungkin seharusnya dianjurkan) bagi setiap fihak untuk melakukan pengawalan suara … tidak semata-mata demi kepentingan pemenangannya sendiri saja namun demi keberkahan pelaksanaan proses pembelajaran dan pemberdayaan demokrasi di negeri ini … agar bukan hanya pada saat ini namun pada saat nanti tidak akan ada lagi penzaliman dan kecurangan yang mungkin terjadi dan akan terulang kembali sebagai suatu kelaziman atau bahkan ‘kepatutan’ yang perlu dikembangkan dan dilestarikan sebagai budaya peradaban bangsa yang ‘adiluhung’.Vox populi, vox Dei …. Pada hak suara rakyat yang diberikan ada Haq suara Tuhan yang harus ditegakkan. Melalui demokrasi pemilihan sesungguhnya diharapkan melalui kedaulatan rakyat untuk bebas memilih sesuai dengan hati nuraninya sendiri (tanpa terpaksa karena ancaman, terbelenggu dalam lingkaran dan terpedaya dengan penyesatan) maka Transendensi keberkahan suara Kebenaran Ilahi akan dapat diimplementasikan. Namun demikian kondisi ideal yang memungkinkan hadirnya suara murni nurani rakyat ini tampaknya memang akan sulit dilaksanakan dikarenakan senantiasa ada lingkaran kepentingan yang secara alamiah akan terbentuk dan berusaha meraih kepentingannya. Dan itu wajar adanya dalam kompleksitas kebersamaan manusia sebagai zoon politicon (makhluk sosial) dan karenanya kita akan menerima suara asli voters sebagai acuan dari demokrasi yang bisa dilakukan sebagai alternative yang memang dirasakan lebih manusiawi karena kesetaraan terhadap setiap warga pemilih ketimbang alternative lainnya (system dynasti kerajaan atau bahkan kepemimpinan eksklusif semacam khilafah dan lainnya) walaupun memang tidak dapat dipastikan nantinya bahwa kekuatan mayoritas yang demokratis selalu identik dengan kebenaran kualitas akan kepemimpinan yang lebih baik . Disamping itu diperlukan kultur demokrasi yang sehat dan system penyelenggaraan yang kredibel untuk menampung demokrasi tersebut sehingga memungkinkan keberkahan atas kebenaran dan kenyataan yang terjadi apa adanya. Walau saya bisa menerima keberadaan quick count atau survey elektabilitas lainnya dalam pemilihan namun demikian adalah benar adanya jika demi kebajikan dan kebijakan bersama kita tetap menyerahkan ketetapan dari penyelenggara (TPS hingga KPU) untuk menunjukkan kredibilitas amanah kepercayaan (kebenaran Ilahiah dan keresmian lembaga) yang diberikan kepadanya untuk melaporkan kepastian hasil nyata yang sebenarnya terjadi di lapangan tanpa rekayasa apalagi tipu-daya dari semua voters yang ada (tidak sekedar perkiraan statistic pada sejumlah sample populasi yang dipandang sudah layak ditentukan sebagai ‘representative’ saja). Namun demikian walau legalitas penyelenggara memang harus dihargai demi legitimasi kebersamaan saya juga menghargai upaya real count kenyataan (bukan ‘real count’ keinginan apalagi pesanan) berdasarkan hasil resmi penyelenggara sebagai bagian partisipasi aktif bagi transparansi publik adanya untuk mengawal keberkahan bukan hanya produk namun terutama proses demokrasi di negeri ini. Kepastian hasil resmi yang asli apa adanya dari semua voters disamping kebenaran proses demokrasi yang berlangsung adalah indicator bukan saja kesuksesan namun juga keberkahan bagi negeri ini. Seandainya hasil pilpres nanti menjadikan Pak Prabowo sebagai pemenang hendaknya fihak Pak Jokowi tetap legowo, ucapkan selamat dan berikan pendukungnya untuk juga mendukung dalam pemerintahan mendatang demikian pula jika terjadi sebaliknya. Seandainya Pak Jokowi yang ternyata terpilih (maaf demi keberkahan berikutnya) selain melaksanakan janji politik sebelumnya maka saran bagi fihak pak Prabowo juga berlaku kepada bapak Jokowi walaupun dalam paradigma pandangan yang agak berbeda sesuai dengan latar keberadaan yang ada. Kemenangan hanyalah awal bukan akhir tujuan. Sebagaimana kemerdekaan adalah awal bagi pemberdayaan bangsa dan kesejahteraan rakyat dalam kedaulatan negara, kemenangan (pilpres) hanyalah titik mula bagi perjuangan demi keberkahanNya berikutnya dalam kebersamaan seluruh unsur bangsa dan untuk keberdayaan bagi semua.
1. Jangan ulangi kecenderungan kesalahan sejarah lama yang samaWalau mungkin kurang tepat dan agak terasa dini untuk menyatakan jangan ulangi kesalahan sejarah yang sama pada ‘new comer’ (pendatang baru) atau pemain lama yang sudah terbukti / teruji sebelumnya namun saya sependapat dengan pak Prabowo agar kita tidak perlu ‘kemresik’ (merasa suci) karena pada dasarnya potensi untuk buruk bisa saja terjadi pada siapapun juga. Perlu ketawadhuan agar keistiqomahan pada jalanNya nanti tetap diberkahi dan bisa terjaga. Adalah bijak untuk tidak hanya belajar dari kesalahan orang lain pada masa lalu agar kesalahan yang sama tidak perlu terjadi pada diri sendiri pada saat ini dan di kemudian hari namun juga agar senantiasa waspada akan kemungkinan keterpedayaan diri untuk hal yang bersifat baru pada saat nanti. Penyelewengan mandat amanah kepercayaan rakyat bisa saja terjadi di mana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Walaupun ekspektasi kepercayaan publik besar dikarenakan kerjasama yang dibangun adalah tanpa syarat sehingga tidak mungkin ditekan oleh kelompok kepentingan manapun juga namun demikian blunder penyelewengan kekuasaan tetap saja akan bisa terjadi (baik disengaja atau tidak). Untuk itulah keistiqomahan dalam memandang segala sesuatunya secara benar dan seimbang dan menjalaninya dalam keberimbangan dan kebijaksanaan perlu diperbaiki (jika dirasa masih buruk dan tetap ditingkatkan walau dianggap sudah baik).Kepemimpinan nasional adalah amanah bukan anugerah ataupun musibah. Presiden bukan hanya kepala Negara tetapi juga Bapak Bangsa yang harus mengayomi semua. Rangkul lagi seluruh elemen bangsa dalam kebersamaan dan keberdayaan Indonesia. Harmoni kebersamaan yang baik dan sinergi kerjasama yang benar perlu diutamakan. Anda bukan lagi petugas kader dari suatu partai ataupun kandidat dari suatu koalisi tetapi sudah dipercaya sebagai negarawan bagi seluruh rakyat. Integritas kepemimpinan nasional sebagai putera bangsa adalah lebih utama mengatasi segalanya. Walaupun kita tetap harus menghargai dan tidak melupakan asal mula kita namun demikian ada saatnya pada setiap kedudukan dalam pendakian bahwa kita harus melepas keterikatan pada fase satu agar dapat melekat dengan benar pada yang tanggung jawab yang lebih tinggi dan luas. Perlu kearifan dari partai/koalisi untuk tidak menyandera kader/kandidatnya dengan kepentingan dirinya saja bukan saja demi kebaikan dirinya namun juga demi keadilan semuanya. Dengan tetap mementingkan kebenaran maka keberkahan Ilahi akan diraih dan kesuksesan sebagai pencapaian by product in process juga akan diperoleh (bukan hanya bangsa/negara namun juga semuanya termasuk partai/koalisi akan menerima keberkahanNya dengan lebih benar adanya bukan hanya saat ini tetapi juga saat nanti …. Jika bukan sebagai kredibilitas reputasi pencapaian nama baik pada hidup di alam fana ini, insya Allooh sebagai amalan jariyah yang berlimpah di akherat kelak). Negeri ini adalah Bumi Tuhan bagi setiap putera bangsa bukan hanya saat ini tetapi juga saat nanti. Kedaulatan NKRI adalah harga mati. Kalau perlu buat rame (istilah pak Jokowi) jika ada yang mengusik NKRI … tidak sejengkal tanahpun (istilah pak Prabowo) boleh hilang terlepas dari bumi persada ini. Negeri ini adalah titipan Tuhan untuk tetap ada sebagai amanah keabadian bagi generasi mendatang dan akan terus lestari dalam keberkahanNya – negeri ini bukanlah warisan para pendiri bangsa sehingga bukanlah hak yang haq untuk menggadaikannya terlalu lama apalagi menjualnya untuk selamanya. Nasionalisasi asset bangsa dengan pemilikan pada BUMN tampaknya akan lebih baik nantinya daripada renegosiasi kelompok kepentingan belaka. Indikator peningkatan asset negeri pada setiap periode kepemimpinan nasional dan semakin terakselerasinya tujuan nasional bangsa dalam mewujudkan masyarakat adil makmur materiil spirituiil sebagai model keteladanan pada masa kepemimpinan berikutnya perlu dilakukan pada periode ini dan mulai saat ini. Anggaran surplus berkembang (pengembalian sisa dana kegiatan yang tak hak diminuskan dan tak haq untuk dikosongkan agar berimbang apalagi ditambahkan pembocoran/penekorannya) yang memungkinkan effisiensi pengeluaran dan pengembangan input pendapatan (melalui pemasukan laba BUMN, Dana Bangsa/Infaq Hibah disamping pemasukan pajak) tampaknya memang perlu dibudayakan keterbukaan transparansinya kepada publik. Kesegeraan transformasi dalam merealisasi program yang realistis dan taktis terencana dan terkontrol pada setiap pembangunan nyata perlu diutamakan ketimbang penelitian/perumusan konseptualisasi proyek mercusuar belaka yang akan memboroskan waktu, membocorkan dana dan memperdaya negeri ini. Transendensi keberkahan dalam meningkatkan pemberdayaan kualitas hidup rakyat (pendidikan, kesehatan, pekerjaan, transportasi, infrastruktur, wira usaha, dsb), pembangunan negeri (policy kebermanfaatan kebijakan pemekaran/penggabungan wilayah pembangunan, control tanggung jawab pemerintahan pusat NKRI terhadap ‘federasi’ otonomi daerah), memantapkan ketahanan nasional (dengan kemandirian dan keberdayaan bangsa) disamping kesiagaan pertahanan dan keamanan (Hankamnas, Hankamrata, dsb), membawa kebaikan dan perbaikan bagi sesama (mediasi konflik internasional dengan menghargai penegakan kedaulatan bangsa, perdamaian wilayah kebersamaan dan keberdayaan sesama bangsa termasuk kebijaksanaan bukti pasti atas janji pengakuan palestina merdeka sebagai permasalahan kemanusiaan dunia bukan atas dasar sentimen agama atau antipati rasial belaka), penuntasan masalah di Surakarta & Jakarta sebagaimana juga di seluruh wilayah Indonesia lainnya perlu dilanjutkan lewat istana negara (alangkah baiknya jika pilkada serentak juga diagendakan nantinya berbarengan dengan pemilihan lainnya bukan hanya demi effisiensi anggaran dan effektivitas waktu namun terutama untuk ‘fair play’ mencegah kesenjangan/kecurangan kader pejabat & birokrat publik incumbent nantinya), pemberdayaan negara maritime (Hankam wilayah persada dirgantara di bumi Nusantara, kebermanfaatan ekonomis distribusi/transportasi antar pulau,dll). Intinya demi keberkahan Ilahi maka setiap program harus dilakukan, setiap janji perlu dibuktikan, setiap visi/misi wajib diwujudkan. Yang lama dan sudah terbukti/teruji baik dampaknya bisa dilanjutkan ;yang baru perlu ditelaah kelayakan, kemanfaatan, dan kesegeraannya secara matang sebelum dilaksanakan secara mantap demi kelancaran, kesuksesan dan terutama keberkahanNya.
2. Perlunya saatnya Ishlah Perbaikan BersamaWalaupun sesungguhnya ishlah perbaikan akan lebih utama (walau ‘ewuh’) jika itu didahului dengan kerendahan hati (tawadhu) dari fihak yang ‘dianggap’ bersalah. Namun demikian akan lebih mulia (dan juga terasa mudah) jika dimulai dari kebesaran jiwa (mahabah) fihak yang ‘merasa’ dirugikan. Tak perlu kepicikan perlunya ada pengorbanan/dikorbankan lagi (dan juga bukan kelicikan upaya untuk menyudutkan/ mengakali orang lain untuk rela berkorban atau tega mengorbankan lainnya demi pembenaran kepentingan dan pembelaaan kesalahan diri/faksi yang tersirat ?).Upaya fasilitasi bagi rekonsiliasi nasional akan kebersamaan dan kebersatuan seluruh elemen bangsa dan para tokoh negeri adalah sangat mutlak diperlukan demi kebaikan dan perbaikan bangsa ini di waktu mendatang. Perlu kearifan bagi semuanya untuk menerima garisNya yang telah terjadi dan tak mungkin ditarik kembali. Apa yang terjadi di masa lalu memang akan selalu menjadi penyesalan pada masa nanti bagi para pelakunya namun hendaknya jangan menjadi pembebanan yang tak berkesudahan dalam perjalanan sejarah bangsa ini hingga selamanya. Hendaknya itu digunakan sebagai ‘koco brenggolo’ (cermin hikmah) bagi kita saat ini untuk tidak gegabah membenarkan kesalahan dan ceroboh melazimkan kezaliman pada saat ini bukan hanya untuk mencegah cela dunia dan noda ukhrowi bagi pelakunya namun terutama demi kebaikan sesama dan perbaikan bersama nantinya.
3. Perlukah saatnya mempersiapkan Regenerasi Estafet kepemimpinan adalah suatu keharusan pada saatnya nanti. Sebagaimana tersebut sebelumnya : Kesadaran kaderisasi/keberlanjutan regenerasi terasa lebih bijaksana daripada ketamakan berkuasa untuk menghindari chaos kepemimpinan pada masa mendatang, Adalah perlu keteladanan dalam kepemimpinan nasional sebagai warisan dan juga panduan bagi kepemimpinan perjalanan bagi generasi berikutnya. Perlu penciptaan iklim yang sehat bagi kemunculan kader terbaik bangsa untuk di’wakaf’kan sebagai pengemban amanah publik yang tidak tersandera oleh pembenaran kebanggaan/ kepentingan partainya disamping upaya pembelajaran dan pemberdayaan demokrasi sehat (tidak membenarkan mentalitas pragmatisme : money politic, mafia parlementer, rezim presidential, dsb) dan pembudayaan kampanye positive nantinya (tidak melazimkan kezaliman ‘pembunuhan karakter’ dan inovasi akal-akalan kecurangan pemenangan, dsb) disamping kedewasaan dalam mensikapi dan menjalani bersama-sama proses demokrasi secara bijaksana (bagi publik/media/timses (?) = tetap bersabar menunggu untuk menghargai legitimasi legalitas penyelenggaraan untuk menetapkan hasil resmi walau hasil asli mungkin sudah diketahui – tidak perlu : nggege mongso/ngentahke – mandheke/ ; Bagi yang kalah (?) = tetap legowo menerima jika ternyata jumlah mayoritas voters bukan pada fihaknya dan perwiro memberikan selamat atas keberhasilan dan dukungan demi kebersamaan terhadap yang kebetulan meraih jumlah mayoritas voters ; sedangkan bagi menang (?) = tetap tawadhu tidak usah ‘umuk’/’kluruk’ (berbangga dan takabur menyombongkan diri) karena akan memacu/memicu fihak lainnya ‘sumuk’/ ’ngamuk’ (gerah kesal dan marah menghancurkan) ; untuk kemudian menganggap kemenangan itu sesungguhnya adalah kemenangan bagi semua (bukankah ada sekian persen rakyat yang memilih kandidat lainnya juga) dan merengkuh seluruh elemen bangsa sebagaimana layaknya seorang negarawan (karena garisNya telah menjadikannya sebagai pemimpin bersama bagi seluruh bangsa ini) untuk menjaga kebersamaan sesama dan bersama membangun keberdayaan bagi semuanya.
EpilogHADITS ? Uzlah nihayahHadits Keempat Puluhعَنْ ابْنِ عُمَرْ رضي الله عَنْهُمَا قَالَ : أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِمَنْكِبَيَّ فَقَالَ : كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ . وَكاَنَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ : إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ .[رواه البخاري]Terjemah hadits / ترجمة الحديث :Kun fiid-dunyaa kaa-annaka ghoribun au ‘aabiru sabiilinDari Ibnu Umar radhiallahuanhuma berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam memegang pundak kedua pundak saya seraya bersabda : Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara “, Ibnu Umar berkata : Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu “ (Riwayat Bukhori)الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنْ الَّذِي لاَيُخَالِطُ النَّاسَ وَلاَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْAl mu-minul~ladzii yukhoolithun naasa wa yashbiru ‘ala adahum a’zhomu ajroon milladzii laa yukhoolithun naasa wa laa yashbiru ‘alaa adzahum. “Orang Mukmin yang bergaul dengan manusia dan sabar menghadapi gangguan mereka itu lebih besar ganjarannya dari orang Mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar menghadapi gangguan mereka,” ( Diriwayatkan oleh Tirmidzi, Al-Bukhari, Ahmad, dan Abu Nuaim).Para mantan rekan mistisi mungkin mencela (namun saya yakin untuk menjaga kemurnian batinnya mereka pastilah hanya sekedar menyayangkan atau cukuplah memaklumi saja) artikel ini dikarenakan saya mungkin dianggap terlibat terlalu jauh (tidak sekedar terkait namun terasa sudah terikat pada hal duniawi … politik lagi … wah, payah kalau tidak mau dikatakan parah). Namun demikian dengan tanpa maksud membela apalagi mencela jika kemudian saya menyatakan bahwa hal ini mungkin tetap perlu (walau tidak harus ?) dilakukan untuk sekedar sumbang saran bagi kebajikan sesama dan kebijakan bersama sebagai warga bangsa. Walau diam tanpa kemelekatan memang akan lebih memungkinkan kita untuk dibenarkan dengan tidak melakukan kesalahan (termasuk juga kebaikan?) namun itu juga bukan suatu keutamaan jika kita membiarkan avidya kebodohan/pembodohan terus terjadi tanpa merasa ikut bertanggung jawab dan mencoba untuk ambil bagian saling asah, asih dan asuh untuk mencerahkannya. Walaupun memang keterlibatan mungkin cukup jauh namun semoga kemelekatan tidaklah dalam sehingga upekkha nishkarma – keseimbangan batin dan keikhlasan hati tetap terjaga. Kehidupan fana ini hanyalah lintasan garis keabadian dimana segala tindakan kita akan berdampak pada atsar kesejatian kita berikutnya. Jalani saja permainan keabadian yang disebut kehidupan ini secara dewasa dan dengan bijaksana. Semua ini hanyalah media pembelajaran dan pemberdayaan dariNya untuk mengembangkan kearifan kita dalam menerima kenyataan, keahlian kita untuk mengatasi permasalahan dan kebaikan kita untuk menghayati kebersamaan. So,…. jika saja artikel ini ternyata memang tidak cukup membantu – semoga ini tidak akan dipandang sebagai mengganggu adanya. (Lagipula saya juga tidak suka jika terlalu lancang untuk menggunakan hak bicara secara tidak haq terlebih setelah baru saja mengalami dan perlu menjalani ishlah perbaikan kedinasan dan kehidupan). Walaupun tidak su’u zhon (buruk sangka karena mudah-mudahan memang tidak demikian seharusnya) – sebagaimana suara rakyat biasa lainnya – suara ini walau mungkin hanya terkesan sederhana namun semoga saja kemudian (tidak) akan segera menghilang terabaikan. Ini hanyalah suara keheningan dari sebagian besar swing voters negeri ini yang berada di luar kepentingan politik praktis (kandidat, timses dan lingkarannya) untuk menjaga dan membawa diri dengan tetap berpartisipasi (tidak golput) dan sekedar kelayakan (kewajaran atau kesadaran ?) menggunakan hak pilih untuk menjalani kehidupan demokrasi di negeri ini dalam mengaspirasikan harapan rakyat yang sebenarnya sangat sederhana :- Berdayakan kami dengan ikhlasnya keteladanan (namun jika tidak mau) janganlah perdayakan kami dengan kepalsuan pencitraan belaka.- Mudahkan kami dalam penghidupan di negeri ini (namun jika tidak mau) janganlah persulit kami dengan ketentuan yang terlalu menyusahkannya. - Bantulah kami dalam perjalananan keabadian hidup ini (namun jika tidak mau) janganlah bebani kami tanggung jawab kesalahan karma kolektif pada akhirnya.Setiap program harus dilakukan, setiap janji perlu dibuktikan, setiap visi/misi wajib diwujudkan. Karena setiap suara kami adalah amanah bagi kepercayaan yang walau bukan anugerah untuk kesewenangan namun semoga ini bukanlah juga musibah yang terlalu merepotkan.
HADITS KEDUA BELASعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ[حديث حسن رواه الترمذي وغيره هكذا]Terjemah hadits :Min husni islaam mar-i tarkuhu maa laa ya’niihiDari Abu Hurairah radhiallahunhu dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :Merupakan tanda baiknya Islam seseorang, dia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya(Hadits Hasan riwayat Turmuzi dan lainnya)Baiklah, segenap idea tampaknya sudah tersingkap – seluruh kata tampaknya juga cukup terungkap. Sementara perjalanan kehidupan belum selesai , penjelajahan keabadianpun belum juga usai. Masih banyak pekerjaan yang tertunda, begitu banyak kegiatan yang belum dikerjakan. Saya kira tidak ada lagi yang perlu dikatakan walau masih banyak yang ingin dibicarakan. Adalah Haq untuk menyatakan seperlunya saja sesuai kehendakNya dari kemungkinan hak untuk mengatakan semua yang diinginkan belaka.Jika ada kebaikan itu dari Tuhan karena Dialah sumber dari segala keberadaan, kebenaran dan keindahan yang Haq dimana setiap makhluknya hanya dapat memantulkan kemuliaanNya hanya sebatas keterbatasannya (Dimuliakan Tuhan Hyang Maha Sempurna di atas segalanya – sehingga tiada haq bagi kita untuk sedikitpun berbangga di hadapanNya). Jika ada kesalahan dalam artikel ini maka ini sepenuhnya kekhilafan saya dalam menafsirkan dan memantulkan pengertian dari pembelajaran keabadian yang diberikanNya dalam pemberdayaan kehidupan ini (Dan untuk itu izinkan saya istighfar dan mohon maaf atas kekurangan ini.)Ya, Tuhan. Begitu luas dan dalamnya hikmah kebenaran ilmu-Mu (yang sangat transcendental, transrasional dan translingual – melampaui fananya keberadaan, terbatasnya penalaran dan jangkauan kebahasaan). Setiap saat keterbatasan intelek dan intuisi menjelajahi cahaya ilmu-Mu, Kau bukakan gerbang ilmu lainnya yang lebih luas untuk kembali dijangkau sebagai fakta, direngkuh dalam idea, dan diungkap dengkap kata. Dan demikian selalu berlanjut (walau memang harus diakui ada kegairahan jiwa yang ingin dewasa untuk berusaha menyibaknya dalam kegelisahan hati untuk merengkuhnya dalam mandala global idea pada keterbatasan akal untuk mengungkapkannya dalam rangkaian linear kata agar bisa dilaksanakan melalui tindakan nyata.)(Well, tampaknya sebagaimana karya yang lain, artikel ini mungkin memang tidak akan pernah tuntas selesai walau deadline sudah habis dan diperpanjang terus – menerus ….. Jadi, yah, diterima, dimaklumi dan dianggap selesai saja. Gitu aja koq repot).
Wasalam.
POSTING = di blogspot.com , Google Account , Facebook
Teguh.Qi - Sharing Forever
Senin, 07 April 2014
SUMBANG SARAN MANAJEMEN NETBOOK
SUMBANG SARAN MANAJEMEN NETBOOKSeperti berkendara, jika kemampuan kendaraan kita biasa saja, maka kita sendirilah yang seharusnya perlu meningkatkan kecakapan (keahlian dan kepekaan) kita sebagai pengendara untuk mengatasinya. Hardware bisa canggih, Software boleh mutakhir namun Manware seharusnya juga mampu secara bijak dan lihai memberdayakan setiap sarana yang tersedia (termasuk computer, laptop, netbook, dlsb). Kehidupan ini mengajarkan saya banyak hal (dan saya yakin akan tetap selalu demikian adanya) tentang ini.Saya hanya guru desa biasa yang tidak memiliki bekal memadai lewat kuliah/kursus informatika dan oleh karenanya, sering menemui banyak permasalahan berkaitan dengan permasalahan ini. Sehingga adalah sangat perlu bagi saya dengan kerendahan hati dan kesungguhan diri untuk terus belajar melalui siapapun dan dari apapun juga untuk bukan hanya mencari solusi tehnis terhadap permasalahan yang saya hadapi untuk segera diatasi namun juga untuk mengembangkan strategi taktis memberdayakan diri dalam segala keterbatasan yang saya miliki. Media internet terutama para blogger yang sangat bergairah men-share ilmu, info dan data file mereka sangat membantu proses ini. Untuk itu saya berterima kasih dan sebagai rasa syukur saya juga berusaha untuk mengimbangi dengan membalas budi dengan men-share kebajikan yang sama juga di sini pada saat ini. Melalui Blog Internet, kita akan saling berbagi untuk saling asah, asih dan asuh memberdaya diri selamanya. Sekedar flashback pengenalan diri saya akan bercerita dulu. Sebelumnya saya memiliki laptop (cukup hebat menurut ukuran saya dari segi fisik dan harga tentu saja). Namun dikarenakan ketidak-ahlian dan ketiada-bijakan saya laptop tersebut rusak hanya dalam waktu 1.5 tahun (IC VGA Mainboard terbakar). Kinerjanya yang full bahkan over (20 jam sehari semalam) untuk mengerjakan tugas sekolah,social kemasyarakatan. kedinasan, sanggar MGMP dan juga kuliah Paska ditambah dengan kegaptekan dan kecerobohan saya dalam merawat dan meruwat laptop tersebut tampaknya jadi alasan utama bagi Tuhan untuk memberikan hikmah pelajaran dalam sekolah keabadian yang bernama kehidupan ini. Kehidupan adalah sekolah actual kita semua yang agak berbeda dengan sekolah formal biasanya. Jika di sekolah formal kita biasanya diberikan pelajaran kemudian setelah itu baru diujikan pengetahuan tersebut maka di sekolah kehidupan ini agak terbalik kita diberikan ujian dulu yang namanya permasalahan untuk kita alami sebagai pengalaman untuk kemudian setelah kita amati dan terima secara bajik dan bijak untuk kemudian kita atasi sesuai dengan kehendakNya. Semoga keberkahan atas niat pembelajaran ini bisa diterima dan usaha pemberdayaan ini bisa dicapai dan kesuksesan juga mengikuti. Saat ini saya hanya memiliki satu netbook (kreditan namun Insya Allooh sudah akan lunas) yang coba saya rawat dan ruwat dengan formula baru yang saya terima dariNya lewat apapun juga dan siapun saja (termasuk internet). Formula utama yang saya share (reload – hasil pemberian orang lain atau upload – hasil olahan pengalaman pribadi) untuk bisa anda download antara lain sebagai berikut = A. CARA MENGUBAH USB FDD MENJADI BOOTING WINDOWS DVDB. CARA INSTAL WINDOWS 7 dengan USB FDDA. INSTALASI SOFTWARE PASCA WINDOWS 7NB =Usahakan selalu manajemen file (baik master program ataupun data dan media) dalam folder – sub folder untuk kemudahan pencarian dan kerapihan pandangan. Netbook saya terdiri atas 3 partisi (dimana partisi C khusus untuk Windows system dan Program Files saja dengan data document sedikit ; sedangkan partisi D hanya terdapat 3 folder besar dengan subfolder rinci di dalamnya untuk : Data , Media, dan Input lain ; sementara partisi E terdapat 3 master folder : Software, Games dan file Ghost untuk system netbook). Master program dan juga dokumen sebaiknya sudah dikemas dalam folder dan lebih baik lagi jika dijadikan Image (gunakan : Power Iso) atau minimal terkompres (gunakan : WinRar) untuk menjaga keamanannya. File (Exe untuk setup aplikasi dan juga data dokumen office terutama doc dan mungkin juga xls) cenderung mudah tercemar oleh virus dan berubah /rusak atau bahkan tidak disadari menjadi media bagi perusakan system windows.NB Untuk share Software B. MASUKAN DATAMaster data (Folder files Dokumen, Software ataupun Multimedia) sebaiknya juga dikemas dalam bentuk Image (gunakan : Power Iso) minimal terkompilasi dalam folder beserta sub folder nya (untuk untuk menjaga keamanannya. File (Doc, Xls ) cenderung mudah tercemar oleh virus dan rusak atau bahkan mungkin tidak disadari akan menjadi media bagi perusakan system windows.NB Untuk share DocumentC. KESIAGAAN DARURATTiada system yang sempurna, jika system itu terlalu sempurna maka system tidak akan jalan. Ini adalah ungkapan informatika yang sering saya camkan saat ini. Sebagaimana hardware computer yang memiliki batasan umur teknis dan ekonomisnya dimana karena keausan kinerja elektronisnya akan tiba saatnya dia akan malfungsi (bekerja namun tidak normal lagi seperti semula) hingga berakhir dengan disfungsi (tidak mampu bekerja lagi karena sudah rusak berat) maka software akan demikian juga halnya. Dimana perlu sikap bijak untuk mengantisipasi dari kerusakan yang sangat mungkin terjadi, antara lain dengan cara instalasi ulang atau dengan restorasi yang sudah seharusnya disiapkan sebelumnya. Dulu saya biasa memakai cara yang pertama (lebih fresh namun sangat memakan waktu disamping tenaga dan biaya). Namun kemudian saya lebih suka cara terakhir karena waktu yang relatif lebih singkat (bandingan 5 jam lebih untuk Instalasi = 1 jam kurang untuk restorasi). Ini relatif lebih bijak dilakukan terutama saat kita repot (bukan hanya perlu namun juga diburu waktu untuk menyelesaikan tugas penting sementara kondisi komputer parah, hang dan tidak bisa digunakan) dan juga demi effisiensi waktu, tenaga dan biaya . RESTORE SISTEM TANPA GHOSTCARA ME-RESTORE SISTEM TANPA GHOST RESTORE SISTEM DENGAN GHOSTCARA MEMBUAT BOOTING GHOST USBCARA ME-RESTORE DENGAN GHOST
KOMENTAR VLOG SD 11052022 (15052022) KOMENTAR VLOG TQ
https://www.youtube.com/watch?v=AS1-63yNlUYupload video terbaik. rahasia esoteris samatha bhavana via metode anapanasati dan satipathana sutta akhirnya terungkap juga ke publik. terima kasih atas pencerahannya. (Truth Seeker)GANTI : transkrip F4saya bukan Buddhist jadi mohon maaf dan tolong direvisi jika ada kesalahan dalam penulisannya.Teguh KiyatnoTeguh Kiyatno, terima kasih atas transkripnya. Sādhu...sādhu...sādhuYa ... Sebagaimana DBS yang men-share video “Samma-Dhamma” tersebut, saya juga hanya melakukan hal yang seharusnya bisa saya lakukan dengan men-share file transkrip tersebut. By the way, (maaf, jika pra-asumsi saya salah) … Dikarenakan kemurnian Sila, kehandalan Samadhi dan kemantapan Panna adalah master-plan bukan hanya bagi kedewasaan psikologis eksistensial namun juga untuk pencerahan spiritualitas versi Buddhist maka untuk pencapaian kemantapan Panna, selain landasan kemurnian moralitas Sila, adalah sangat diperlukan kehandalan bhavana … meditasi untuk merealisasikan proses sejati pelayakan ‘diri’ (realisasi insight > refleksi intuitif > konsepsi intelek). So, bisakah DBS meng-upload panduan meditasi sebelum dan sesudah hari ke 7 tsb (via video atau file) agar gambaran kami untuk rangkaian tahapan perkembangan realisasi tersebut bisa lebih jelas ? Terima kasih.GANTI : transkrip F4 =https://drive.google.com/file/d/1YktgWmvPyCgbmshucA27bmdFH3e6LdcM/view?usp=sharing
https://www.youtube.com/watch?v=3IJKtaXx50gThanks for always uploading great videos .... Spiritualitas adalah masalah aktualisasi keikhlashan bukan defisiensi kepamrihan. mementingkan kebenaran universal sejati bukan membenarkan kepentingan eksistensial semata. pencerahan spiritual aktual tdk sekedar kedewasaan psikologis konsep. Ah... seandainya saja ini sudah tercapai sebagai tataran diri dan bukan sekedar wawasan idea saja.Teguh Kiyatno bahasanya 😱👍😃
https://www.youtube.com/watch?v=6govpLZGsjMTerima kasih untuk DBS yang kembali mengupload video Ashin Kheminda tentang meditasi via bahasan Mahāsatipaṭṭhāna Sutta sesi awal ( Uddeso - 1 Kāyānupassanā - Ānāpānapabbaṃ) setelah sebelumnya sesi 3 Cittānupassanā ..... Semoga kemudian juga mengupload utk sesi 2 Vedanānupassanā dan 4 Dhammānupassanā .... Sangat diharapkan sebagai referensi taktis penempuhan bagi para meditator.
https://www.youtube.com/watch?v=XS2lA36lEF0Komentar Maharathi Dihapus (tidak tepat / bijak/ ethis bagi seeker utk menyela apalagi mencela) : Berbicara memang harus benar namun tidak semua yang benar perlu diungkapkan.: Ada 3 Maharathi baik (Bhisma, Drona dan Karna) yang mengesalkan Khrisna yang dikarenakan faktisitas keberadaannya berada di fihak Kurawa . Guru Pandawa/ Kurawa adalah Drona bukan Bhisma kakeknya atau Karna saudaranya.Ganti :Thanks for always uploading good videos. I Anumodana.
https://www.youtube.com/watch?v=LZieU3M-aoIAnumodana. Terima kasih atas Samma Dhamma yang ditayangkan. Walau masih ada 2 parami puncak berikutnya (metta dan Upekkha) namun sudah agak semakin jelas dan murni desain yang bisa lengkap utuh difahami dan semoga juga dapat segera dijalani. Vaya dhamma sankhara, appamadena sampadetha. (Segala sesuatu yang memiliki unsur akan hancur, capailah kebebasan dengan tekun). rupam sunyata, sunyata iva rupam. ....... Tadyatha : gate gate paragate parasamgate bodhi svaha. (wujud adalah shunyata, shunyata adalah wujud ... lampauilah segalanya hingga kesadaran pencerahan agung pantai seberang). Sangat informatif dan inspiratif terutama kisah angsanya ... semoga kita tidak menjadi mara bagi kehidupan diri kita sendiri apalagi terhadap lainnya sehingga maya (ilusi samsara - istilah sanskrit hindu) tersadari dan mana (kebodohan atta - samyojana 8 pali) terlampaui. Maaf komentarnya panjang dan kacau.Terima kasih atas komentar-komentarnya yang telah diberikan selama ini. Kami menunggu komentar-komentar yang lainnya. Sekali lagi terima kasih. Sādhu...sādhu...sādhuTampaknya …. 10 Parami adalah daun teratai di permukaan kolam yang perlu ditumbuhkan (bukan untuk menghalangi namun untuk melindungi perkembangan spiritualitas) agar 10 samyojana teratasi dan bunga pencerahan layak terealisasi. Walau mungkin masih hidup berada dalam kolam lumpur samsara namun karena tersinari mentari nibbana Dia senantiasa terjaga dan bijaksana (Buddha & Dharma)walau seisi samsara masih terbenam dalam tidur dan mimpi (atta & tanha). Maaf jika intuisi saya salah karena wawasan intelektual saya tentang Buddhisme masih kurang apalagi tataran meditatif insight saya (jujur saja)nol besar.
https://www.youtube.com/watch?v=O4pqM1cTxDQMaaf sangat terlambat berkomentar ... semoga tidak terlalu mengacau. Jujur saja, keterbatasan rasio fikiran dan idea bahasa selalu terbentur di sini. Metta sebagai pilar Brahma Vihara adalah bahasa ilahiah hati dimana akal perlu tahu diri akan batasnya. Ini adalah hal dimana obyektifikasi pengamatan intelek kadang kacau menjangkaunya dan bahkan orientasi penghayatan intuisi tidak mudah menyadarinya. Karena metta adalah berkah ketulusan bagi kesadaran batin yang meniscayakan diri mentransformasi ke-aku-annya yang terbatas untuk melebur secara harmonis dan sinergis dalam ke-esa-an yang lebih luas …. Interconnected Universal Equilibirium. Parami mendasar dan menyasar bagi kerendahan hati untuk meleburkan diri dalam keseluruhan dan menghampakan diri dalam keanattaan. From ‘somebody’ (ilusi VVIP) to “Everyone” (Oneness) into “NOTHING ? “ (Emptiness = kekosongan sunyata, kesejatian anatta karena segalanya tidak solid sebagai arus perubahan yang terus mengalir … anicca ?). Desain tauhid/ kosmik bagi universalisasi diri yang mengutamakan keseluruhan dan mementingkan kebenaran holistic semesta bukan sekedar membenarkan kepentingan sensasi dan fantasi pribadi/ golongan saja. ( metta > sneha > kama = agape > filia > eros = metta pema > gehasita pema > tanha pema ?). Tanpa ketulusan tindakan parami mengatasi kilesa (nekhama atas samsara?), kecakapan jhana menekan nivarana (hingga Samadhi/ samapatti ?) dan kecerahan lokuttara menghapus anusaya (bagi sekha/ariya atas sakaya-ditthi, mana+avijja ?) tampaknya sulit bahkan mustahil memahami, menjalani dan merefleksikannya secara utuh murni tanpa asava. Namun demikian metta adalah factor pelayakan yang harus ditempuh demi tumbuh berkembangnya pencerahan spiritual dan kedewasaan psikologis bagi setiap penempuh kebenaran dalam kehidupannya ,walau sebagaimana viriya dan panna , pemurnian melalui puncak parami terakhir /upekkha/ sangat perlu disandingkan untuk membuat keberadaannya seimbang dalam kesadaran dan pergerakannya berimbang dengan kewajaran. Pencerahan keberdayaan/ pencapaian kebahagiaan umumnya berbanding lurus dengan mantapnya kebijaksanaan dan handalnya keberimbangan namun biasanya berbanding terbalik dalam guncangan kemelekatan dan juga silapnya keterpedayaan. Stabilitas keseimbangan / vitalitas keberimbangan mungkin memang bukan segala-galanya … namun tanpa itu, tidak akan ada yang tumbuh berkembang sempurna atasnya karena sangat rapuh, mudah goyah atau bahkan bisa jadi justru salah arah. Handa dani Bhikkhave amantayami vo Vaya dhamma sankhara, appamadena sampadetha “Oh para Bhikkhu, ku beritahukan kepadamu bahwa, segala sesuatu yang muncul dari perpaduan faktor pembentuk sewajarnya mengalami kehancuran. Sempurnakanlah tugas kalian dengan tanpa lengah.”(Ovadapatimokkhadipatha)….. nasehat inti terakhir oleh, untuk dan dalam setiap ‘diri’ via sabda Buddha Gautama menjelang parinibbana.
https://www.youtube.com/watch?v=E2StS9yNkYsAnumodana, Bhante Kheminda & DBS. Tergenapi sudah bahasan 10 Parami. Cukup berlimpah referensi yang diberikan pada sessi ini (upekkha atas dualisme lokadhamma 8, waspada spiritual materialism ego diri – chogyam trungpa ?, mahasaropama sutta, lomahamsa jataka, input abhidhamma (Tatramajjhattatā sais kuda dg sati sampajanna / yoniso manasikara ?), esensi anatta (kemurnian sejati 'diri' yang tiada perlu ilusi keakuan?) , makna gnosis Paṭhama Buddha Vacana, sabbannuta nana ; distorsi batin, etc) sehingga perlu rekonstruksi mozaik desain agar integrasi wawasan lebih tepat , orientasi penghayatan lebih benar dan aktualisasi tindakan penempuhan lebih murni …. apapun by-product realisasi yang layak diterima sebagai kammassaka pada setiap proses perjalanan diri nantinya. Terima kasih untuk pemberdayaan diri yang mendewasakan dan mencerahkan. Mohon maaf jika komentar kami selama ini tidak berkenan.
https://www.youtube.com/watch?v=NQwJGSY2JY0jika tidak ada lanjutan video/audionya (karena tampaknya masih belum selesai).... apa ada transkrip atau informasi tentang ceramah tersebut.... judul / tema , waktu dan tempatnya. Hunting via google, bro (?). Anumodana ... terima kasih atas perhatiannya.wah kepotong yah bro.... coba nanti saya cek kembali.... trimssudah dicek, memang terpotong dari audio cdnya, judulnya kebahagiaan, tempatnya di muntilan, waktunya tidak ada keterangan.ya sudah... Walau bagaimana juga .... anumodana tetap bermudita mengapresiasi atas upaya/ punna /parami menayangkan ceramah audio Samma Dhamma Bhante Pannavaro ini. Sekali lagi terima kasih dan mohon maaf jadi merepotkan, ya .... (bro ?)
https://www.youtube.com/watch?v=M4YuG5XXAvsAnumodana turut bermudita mengapresiasi dan terima kasih atas upload ceramah dhamma Bhante Pannavaro. Kedewasaan psikologis dalam berpandangan, berpribadi dan berprilaku memang sangat mutlak untuk mengembangkan pencerahan spiritual. Demikian juga pencerahan spiritual dengan kedewasaan psikologis nantinya. Salam Namo Buddhaya untuk Bhante Jyoti Dhammothera di Vihara Mendut dan para rekan Buddhist peserta Manggala Dharma.+Teguh Kiyatno Terimakasih, semoga bermanfaat, Anumodana
https://www.youtube.com/watch?v=2xDJbfQ5yt4Anumodana, Bhante. Anatta (tanpa inti diri) adalah terma Buddhism yang unik dan tak diketemukan pada sistem agama, etika, mystics baik eksoteris maupun esoteris di mana saja. Anatta memungkinkan terjadinya aktualisasi murni dan realisasi sejati tanpa upaya kenaifan identifikasi pembanggaan diri apalagi keliaran eksploitasi pembenaran kepentingan belaka. Walaupun masih sulit difahami namun itulah yang harus kita sadari untuk dijalani.
https://www.youtube.com/watch?v=b-PWjt04g3MAnumodana. Thanks for the explanation of Shunyata ..... (Prajna Paramita Hrdaya Sutra).
https://www.youtube.com/watch?v=dtbl5aWKMm0Is there anybody who has English subtitle or Indonesian translation for the episode. I am really impressed the expressions of the dialogue between Khrisna and Karn. But ... I can not understand the Indian language used here. I feel there is a great wisdom .... about the illusion of samsara , the wisdom of kshatria or whatever ethical philosophy of our human life existed here. Please, just for the sake of goodness.
https://www.youtube.com/watch?v=axx_qzx9bPYAnumodana, Bhante Ashin Kheminda dan DBS. Oghatarana sutta (penyeberangan banjir) adalah sutta krusial bagi para teratai kehidupan di kolam keruh abadi samsara dalam mengatasi ogha 4 (kama, bhava, ditthi, avijja) untuk senantiasa terjaga dan terarah baik karena keniscayaan level pencapaian Ariya Buddha atau masih dalam tahap penempuhan Neyya Savaka. Walau secara label duniawi kami hanyalah padaparama dhamma seeker di luar sasana, besar harapan kami agar oghatarana sutta secara lengkap tuntas terbahas via abhidhamma dan kitab komentar tidak seperti Mahasatipathana Sutta yang masih kurang dalam bahasan Dhammanupasana lalu. Perlu trigger pemicu dan pemacu untuk memadukan mozaik pengetahuan agar desain Dhamma lengkap utuh terpadu untuk merealisasikan kedewasaan psikologis instinctive, kecerdasan perspektif intelektual, ketanggapan penghayatan intuitive disamping tentu saja walau sulit mutlak diperlukan kelimpahan parami pendukung, keberadaan talenta sebagai tihetuka pugala dan ketuntasan pencerahan insight melampaui faktisitas imanent lokiya samsara : dimensi duniawi , surgawi – laduni , ilahiah Brahma – anagami suddhavasa hingga realitas transenden lokuttara nibbana untuk bukan hanya mampu menjalani namun juga mengatasi dan melampaui ogha samsara ini . Menjadi selalu terjaga dan terarah dalam mimpi samsara memang perlu proses untuk progress dan tidak bisa instant secara dependen namun segalanya perlu dilayakkan mulai disini, saat ini dan dalam diri ini sebagai faktisitas yang kita miliki …. appamadena sampadetha.Terima kasih atas semua komentarnya, Pak. Mahasatipatthanasutta memang tidak diselesaikan ceramahnya karena pertimbangan tertentu. Akan tetapi Ashin Kheminda akan menuliskannya secara lengkap dalam buku satu hari nanti. Buku Mahasatipatthanasutta dengan komentar dan subkomentarnya sudah dijadikan salah satu daftar buku yang akan diterbitkan oleh DBS. Harap bersabar menunggu. Apabila menginginkan buku2 karya Ashin Kheminda silakan mengisi form ini: melalui link: bit.ly/DBSbook DBS akan mengirimkan buku2 tersebut ke alamat Anda.Ya... Maaf jika komentar kami terkesan 'tranyakan' dan merepotkan. Data sudah kami kirim via Gmail.Terima kasih.
https://www.youtube.com/watch?v=zSOt6yCBrSsAnumodana, Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas Dhamma Desana pembahasan Oghatarana Sutta ini. Sangat berguna dalam memperluas dan mempertegas cakrawala wawasan pengetahuan yang tanpa ambiguitas dissonansi kerancuan apalagi dikotomi pemisahan. Keberadaan kitab komentar (atthakatha, tika dan anutika sebagai referensi kebijaksanaan pengetahuan dari para Ariya Savaka) dan abhidhamma (‘psikologi metafisik’: ilmu ‘jiwa’ tanpa jiwa tentang Fenomena Imanen seluruh wilayah keberadaan nama rupa hingga Realitas Transenden tataran lokuttara kasunyatan sebagai referensi introspektif kesadaran diri untuk pengetahuan pariyati , dalam patipati penempuhan dan demi pativedha pencapaian) dalam pembahasan Sutta sangat membantu dan hendaknya diapresiasi positif sebagai upaya benar yang sadar dan tulus para penempuh (terutama Neyya Buddhist) untuk melayakkan wawasan dan tataran dirinya pada JMB 8. Spiritualitas memang memutlakkan integritas autentik dan totalitas holistic dalam keseluruhan aspeknya (‘adhikari ?’ – istilah mystics : pelayakan “being deserved” bukan hanya dalam konsistensi wawasan pengetahuan namun juga dalam proses penempuhan dan output pencapaiannya) oleh karenanya Setiap pemberdaya hendaknya tidak terpedaya untuk selalu melayakkan penempuhan dirinya secara benar, tepat dan bijak agar sesuai dengan kemurnian orientasi tujuan seharusnya. So, kontroversi rimba pendapat di kalangan para Buddhist (bahkan para Bhante V ?) bukan hanya tidak arif namun justru tampak naïf dan ini bukan hanya sangat merugikan keharmonisan dan keberlangsungan Dhamma Sasana ini saja namun terutama (dalam istilah ogharatana sutta) akan menyeret /menghanyutkan bahkan bisa jadi justru akan menenggelamkan pertumbuhan perkembangan spiritualitas pribadi masing-masing. Maaf jika kritik keprihatinan/kepedulian ini perlu kami ungkapkan walau saya yang sesungguhnya dalam label peran eksistensial duniawi berada di luar sasana perlu tahu diri ,tahu malu dan tahu sila untuk intervensi atas problem internal ini. Sangat disayangkan jika Lokuttara Dhamma yang sesungguhnya dalam pandangan para truth seeker memiliki jangkauan pemberdayaan yang bukan hanya meliputi namun juga mengungguli dan melampaui religi dan mistik lainnya ini terdegradasi sebagai mistik lokiya belaka atau sekedar menjadi agama pengharapan / ethika kepercayaan biasa saja atau bahkan menjadi adhamma atau non-dhamma sebelum siklus masanya.Susah ganti :…. Sangat disayangkan jika Lokuttara Dhamma yang sesungguhnya dalam pandangan para truth seeker memiliki jangkauan pemberdayaan yang bukan hanya meliputi namun juga mengungguli dan melampaui religi dan mistik lainnya ini akan segera terdegradasi mengapung sebatas mistik lokiya "saja" (pencapaian unio mystica brahma, svarga kamaloka, lokiya abhinna, etc) atau terhanyutkan sekedar sebagai tradisi ritual formal agama pengharapan / ethika kepercayaan biasa saja atau bahkan tenggelam menjadi non-dhamma/adhamma (?)sebagaimana kecenderungan alamiah permainan delusi selancar samudera samsara ini sebelum siklus surut masanya tiba .... Tanpa harus melupakan kewaspadaan untuk selalu memberdaya dan saling memberdayakan maka kebijakan/ kebajikan untuk saling dewasa menerima keberagaman tetap diutamakan bukan hanya untuk menjaga/ membina kebersamaan namun terutama untuk mencegah rangkaian keterpedayaan (kenaifan/ keliaran) yang cenderung akan datang eksternal/internal. Ini adalah Dhamma yang sangat dewasa yang bukan hanya perlu disikapi dengan dewasa namun perlu dijalani secara dewasa.
https://www.youtube.com/watch?v=q9cvudk0VrkSaddhu 3x ... Anumodana, Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas Dhamma Desana yang sangat informative dan inspirative dari 4 session Oghatarana Sutta ini untuk memperluas pemahaman dan memperdalam kesadaran para Dhamma Vihari. Keberadaan kitab komentar dan abhidhamma dalam pembahasan Sutta sangat membantu dalam mengembangkan wawasan pengetahuan untuk meningkatkan tataran penempuhan pada JMB 8 secara penuh sehingga progress pencerahan transcendental bisa direalisasikan dan dampak kedewasaan universal bisa direfleksikan sebagai keniscayaan (konsistensi permanen by product magga phala nibbana ?). Dengan pemahaman atas Niyama Dhamma Semoga semua makhluk berbahagia menerima segalanya secara bijaksana sebagai kewajaran adanya dan dengan kesadaran atas Lokuttara Dhamma ini semoga kita semua senantiasa memberdaya diri dengan sebaik-baiknya sebagai kelayakan padanya.. Tampaknya addukha (ketidak-menderitaan, ketidak-terpedayaan, ketidak-mengkhayalan) berbanding lurus dengan kebijaksanaan kita untuk senantiasa arif dan suci dalam merealisasikan kebenaran realitas hingga universal-transendent dan berbanding terbalik dengan kemelekatan kita yang naïf dan liar terhadap fenomena keberadaan yang sebatas immanent-eksistensial saja. Jika dipadukan dengan Dhamma Desana tentang Annata Lakhana Sutta lalu (plus Bahiya Sutta ?) mungkinkah perlu sikap batin yang lebih mendalam lagi semacam (meminjam istilah paradoks mystic advaita Taoisme) ‘wei wu wei’ (the action of nonaction) – Just action, without 'acting', since (there is actually) no actor … meng’ada’ secara sadar dan tulus dalam tindakan murni (~ kiriya ariya > punna kusala ?) sebagaimana kesedemikiannya keniscayaan akan kasunyatan, tanpa terlalu mengada-ada secara naif demi keakuan dan kemauan apalagi dengan liar terlalu mengada-adakan untuk pengakuan dan pembenaran kepentingan(?). Tiada standar ganda dalam Alitheia Parama Dhamma yang bukan hanya universal namun transendental ini. Segalanya (termasuk tindakan/ucapan, fikiran /pandangan dsb) senantiasa bergema dan cepat atau lambat akan berpotensi berdampak menuju kembali ke sumbernya. Walau secara konsep Dia secara empiris mungkin tidak mudah terakui dan sebagai symbol Dia externally tidak perlu dilekati secara fanatis apalagi dimanipulasi namun internally secara esensi bukan hanya perlu difahami secara holistik namun harus dijalani secara autentik .. Walau mungkin terlambat/ masih tersesat/ memang lambat namun semoga tetap tidak terlalu lengah terlelap untuk masih tetap perlu banyak belajar dan berlatih agar menjadi lebih terjaga lagi. Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). So, sebagaimana wadah yang kosong, resik dan terbuka yang memungkinkan terisi lebih penuh, murni dan terjaga bukan hanya perendahan keakuan untuk melayakkan peningkatan reseptivitas diri namun tampaknya perlu penghampaan keakuan untuk lebih melayakkan penyelaman/ pencerahan yang lebih dalam lagi. Sangat ditunggu Dhamma Desana/ Dhamma Class tentang Dhammacakkapavatana Sutta menjelang Waisak nanti. Anumodana atas Mahakusala Parami semua Dhamma Dana yang diberikan … Selamat Tahun Baru 2019 dan semoga kebahagiaan/kedewasaan untuk menerima segalanya sebagai media pemberdayaan adanya , kewaspadaan untuk tetap terjaga tak terpedaya dan kebijaksanaan untuk senantiasa semakin terarah dalam memberdaya bisa diaktualisasikan dan direalisasikan selanjutnya …. Namo Buddhaya. Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitatta. Appamadena Sampadetha. Dhammo Have Rakkathi Dhammachari. Gate Gate Paragate Parasamgate Bodhi Svaha.
https://www.youtube.com/watch?v=z1mMrR6Fwj8Anumodana , Bhante Santacitto dan DBS atas pembahasan mendalam lintas sutta plus kitab komentar tentang kumarapanha sutta cukup mengesankan dan sangat menegaskan kebulatan desain atas kandungan kompleks paradoks konsep terminologis ahara 4 (yang ternyata tidak sedangkal verse sutta seperti yang kami perkirakan sebelumnya). Kebijaksanaan transedental dalam faktisitas keterlibatan eksistensial tanpa perlu kemelekatan esensial khas Buddhisme kembali menunjukkan keunggulan klasnya yang walau tetap meliputi namun mampu melampaui delusi permainan konsep samsara ini. Buddha dan Buddhisme sungguh merupakan figure dan system yang sangat unik dan menarik. Buddha tanpa menafikan factor mistik parami dan level tihetuka pugala bawaannya secara genius mampu memanfaatkan keberadaan mediocre sugati-dugati alam dunia sebagai manusia dengan mampu men-triangulasi pengetahuan/pengalaman , merealisasi pencapaian/penembusan dan memformulasi kaidah paradigma yang bukan hanya terbuka (untuk realisasi pembuktiannya) namun juga terjaga ( dalam konsistensi kebenarannya ) jika telah difahami secara utuh dengan benar, bijak dan tepat. Besar harapan kami pada saat mendatang Alagaddupama sutta (sutta ular air) juga dibahas mengingat bukan hanya memahami idea pandangan benar namun juga cara mensikapi pandangan secara benar adalah kemutlakan yang perlu dijalani dalam selancar penempuhan lokuttara dhamma ini. Sehingga saddha (kebijaksanaan pandangan awal bagi realisasi pembuktian tidak sekedar sanna pembenaran indoktrinasi ‘blind faith’) yang dibangun sebagai pondasi pada JMB 8 dapat teraplikasi tumbuh berkembang berkelanjutan dalam Panna kesejatiannya (pra & paska pencerahan) serta terhindari kekonyolan eksternal militansi – fanatisme primordial, pembenaran eksploitasi identifikatif yang cenderung terjadi pada religi/mistik yang masih (sudah / memang?) berada di level lokiya dhamma.
https://www.youtube.com/watch?v=snnxTWzeeD8Anumodana Bhante Santacitto dan DBS atas Dhamma Class Kumara Panha Sutta … Sayang baru terbahas 4 dari 10 pertanyaan yang walau tampak sederhana namun ternyata sangat mendalam dari Buddha Gotama yang dijawab Arahat Sopaka (1 ahara /samaditthi sutta 4: kabalika, phassa, manosancetana, vinnana/ 2 nama-rupa /simile pancakhanda phema sutta & Magic of Mind kalakarama sutta – Bhante Nanananda / , 3 Vedana /sukha-dukkha-asukhamasuka/, 4 Cattari ariyasaccani / KM 4 ; Visuddhi Magga : Sankhata = 1 pengertian Dukkha Samsara, 2 Tanha penyebab Dukkha, 3 JMB 8 untuk melampaui Dukkha via menembus pengetahuan dan pembebasan sejati & Asankhata = 4 Realisasi Nibbana) … Padahal kami masih menunggu hingga akhir pertanyaan ke 10 Faktor atribut Arahat (Mahacattarisaka Sutta= JMB 8 bagi para siswa penempuh + 2 khusus level arahata : Sammāñāṇassa & sammāvimutti ? ) dan berharap input Rathavinita-sutta (dasar 7 jalan Kesucian Visuddhi Magga Buddhagosa ? ) juga dijelaskan sbg 'bridge' atas kesenjangan referensi kami pada tayangan retreat pabajja DBS / Sayalay Uttara sudah membahas sampai pada tahap penembusan materiality / mentality ?/. Namun demikian dikarenakan faktisitas yang ada, kami tetap bersyukur telah mendapatkan informasi berharga dari sesi ini. Namo Buddhaya. Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitatta
https://www.youtube.com/watch?v=tPAi5_mgmWEAnumodana Bhante Ashin Cakkapāla dan DBS dan Terima kasih juga kepada Bapak Hermannurhadi atas sharing Blog & Vlog anda … Jujur saja semula saya sering tersenyum kecut kepada diri sendiri di hadapan misteri senyum harmoni visuddhakarunanana Buddha rupang dikarenakan terkadang begitu rumitnya memahami ‘jalan fikir’ Nya dan lebih sangat sulitnya menembus ajaranNya (bukan hanya yang tersurat dan bisa diungkap tetapi juga yang mungkin masih tersirat dan perlu disingkap), namun video anda tentang aktualisasi spiritual di atas (maaf … tidak mencela) membuat saya bisa terhibur dan tersenyum lebar sejenak /karena saya sempat kaget dengan kopiah muslim yang bapak kenakan, isi pembicaraan dan salam akhir yang diucapkan/ … saya respek dengan antusiasme kepolosan, kesadaran dan ketulusan bapak untuk saling berbagi kepada sesama dalam perjalanan keabadian ini. Izinkan saya menyerap isi blog dan vlog bapak untuk kemudian (dalam kelelahan dan pelapukan di usia senja ini) jika memungkinkan saya juga akan berbagi tentang referensi dan refleksi tentang permainan keabadian yang disebut samsara kehidupan ini … delusi mimpi - yang jika mampu walau sejenak - kita perlu terjaga akan kesejatian segalanya.Terima kasih atas respek & respon dari iseng saya pak @Teguh Kiyatno. Saya simpatisan Buddhism, kenapa? karena karma lampau saya menyebabkan saya hidup saat ini hidup di lingkungan Non Buddhism (isteri, anak & lingkungan). Namun patut disyukuri karena saya mengenal ajaran Dhamma skrg ini, dan ajaran tsb mudah didapat skrg melalui Inet (YouTube, Blog & Situs Web). Dan Inet itulah yg dpt mengisi waktu luang saya utk iseng membuat Blog & Vlog Suka2, syukur2 bs menginformasikan kpd khalayak ramai non Budhism bhw ada pengetahuan lain yang berbeda (padahal pengetahuan tsb adalah kesunyataan), agar mrk bs lbh wellcome dg perbedaan, bs memaklumi yg lain, lbh bijak & tdk salah (keblinger) dlm mengamalkan ajaran agamanya. Terima kasih juga jika bpk berkenan sekali2 hadir di Blog & Vlog saya. Salam.
https://www.youtube.com/watch?v=Eb-BeHYCLagAnumodana Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas tayangan publik 6 sessi Dhamma Class kajian Āsīvisopama Sutta ini. Semula kami merasa sutta ini agak intimidatif namun kemudian kami bisa menerima sutta yang memang karakeristik yang beralur tema dukkha ini sangat informatif dan inspiratif pada akhirnya. Terlebih lagi bahasan kali ini juga ditambahkan proses pencerahan 16 nana melalui penembusan materiality - mentality yang kami tunggu. (plus jawaban bhavanga pada meditasi retreat peserta) Sama seperti perlunya segera terjaga dari tidur bermimpi & mengigau maka Nibbana Pencerahan sesungguhnya adalah hak bagi semuanya untuk disadari / difahami (baik Sangha Bhikkhu / umat awam bahkan setiap makhluk dalam samsara ini).... Perkara mereka akan mau menempuh dan mampu menembusnya itu terserah pribadi masing-masing /Dilemma faqir para pembabar : Walau mungkin tidak disalahkan untuk tidak memberitahu kepada yang belum layak menerima namun tidaklah bisa dibenarkan untuk menyembunyikan kepada yang memang layak menerimanya (bukan hanya karena 'under-estimate' kemampuan namun karena 'urgency' keperluan yang bersangkutan)/ Namo Buddhaya
https://www.youtube.com/watch?v=OfvYT8o2WdsMunafik arahat palsu Bahiya 1 43:32 kukuh teguh dalam kemunafikan. 1:02:01 arahat palsuAnumodana Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas tayangan public Dhamma Desana Bahiya Sutta ini setelah Asivisopama sutta lalu..PROLOG Untuk kesekian kalinya saya harus jujur mengagumi kebijaksanaan taktis demi transendensi pencerahan yang bukan hanya translingual namun transrasional Buddha Gautama sebagaimana pembabaran alur dukkha asivisopama sutta sebelumnya untuk menyadarkan faktisitas keberadaan problem dilematik samsara diri (analisis 16 nana vipassana paska samatha : via ‘stepping stone’ nibbida untuk melonggarkan cengkeraman upadana kemelekatan papanca samsarik agar sankhar-upekkha keberimbangan formasi termantapkan - anuloma peniscayaan tersesuaikan dan transformasi gotrabu terlayakkan bagi realisasi magga-phala nibbana pencerahan sehingga keniscayaan aktualisasi kiriya non-karmik sebagai Ariya secara autentik murni terrefleksikan ).STATISTIK ? Ke-Buddha-an adalah potensi nirvanik dari esensi murni segala level spiritualitas keberadaan samsarik yang harus menempuh faktisitas penempuhannya masing-masing . Nibbana adalah keterjagaan dan samsara adalah keterlelapan. Buddha sesungguhnya adalah Dia (semoga juga kita semua akan demikian) yang sudah bangun terjaga dari mimpi tidur samsariknya. Semua bhava samsara sesungguhnya (disadari atau tidak) adalah pengarung Dharma keBuddhaan di samudera samsara walaupun dalam label eksistensial bukan penganut ‘agama’ Buddha. So, (maaf) jangan terdelusi statistic kuantitas populasi Buddhist di permukaan.Buddhisme yang dibabarkan Buddha Gotama adalah segenggam permata kebijaksanaan simsapa yang karena jangkauan pemberdayaannya sangat luas (tidak hanya untuk pendewasaan pribadi, keharmonisan duniawi, perolehan surgawi, pencapaian brahma, kemampuan abhinna namun bahkan terutama pemurnian bagi keterbebasan dari samsara ini) relative bukan hanya tidak lebih mudah difahami namun juga akan cukup susah untuk dijalani bagi semua bhava samsara yang masih terlelap dalam mimpi keakuan, terseret dalam banjir kemauan, tersekap dalam kesemuan , terjebak dalam kenaifan, dsb… sedangkan demi kelayakan penempuhan (terutama untuk ‘uncommon wisdom’ pembebasan) sejumlah kode etik kosmik kemurnian yang tidak selalu ‘popular’ dengan kecenderungan pembenaran samsarik kepentingan ego mutlak memang perlu dijalankan pelayakannya, antara lain kedewasaan menerima, mensikapi dan melayakkan diri atas kaidah karma ( > pembenaran manipulatif kepercayaan harapan/anggapan akidah pengampunan/ pelimpahan) , kemurnian aktualisasi holistik (> defisiensi kepamrihan/ pencitraan) , refleksi kasih murni tiada batas tanpa eksploitasi standar ganda, menjaga harmoni keseluruhan sebagaimana yang Beliau niscayakan tanpa noda (identifikasi pembanggaan kesombongan diri), tiada cela (eksploitasi pembenaran kepentingan diri) tetap bermain ‘cantik’ (harmonisasi transenden pada wilayah immanent … walau memiliki Dasabala keunggulan adiduniawi tetap bijak dan murni terjaga tidak memanipulasi tataran samsara duniawi dibawahNya …. karena walau samsara 'hanyalah' fenomena bayangan kenyataan semu dari Realitas kebenaran Nibbana namun adalah tetap tidak etis bagi yang telah terjaga melanggar ‘aturan main’ wilayah mimpinya . Samsara dalam advaita mandala ini tampaknya memang perlu ‘ada’ bukan hanya sekedar menampung aneka kehebohan pagelaran chaotik drama delusive bagi keterlayakan level episode berikutnya namun juga demi tetap berlangsungnya keberagaman pada kasunyatan abadi ini?) dalam masa pembabaran Dhamma paska pencerahan hingga parinibbana kewafatanNya (laporan ‘pandangan mata batin Ariya’ proses adiduniawi non-empiris paranibbana Beliau oleh Arahata Anurudha kepada Sekha Ananda atas validitas konsistensi keniscayaan Magga Phala Samma-SambuddhaNya).BAHIYA SUTTA ? Dari prolog dan komentar awal tampaknya karakteristik alur tema Anatta akan dibabarkan pada sessi Bahiya Sutta ini. Sangat menarik untuk disimak karena pra asumsi awal kami … dari tilakhana, anatta adalah factor krusial pembeda yang membuat Ariya Dhamma ini bukan hanya melingkupi (bisa mencapai) namun juga mengungguli (bisa melampaui) lainnya (lokiya : asura dewata/ anenja brahma ?). Faktor Anicca dalam batas tertentu memang bisa difahami dan dilalui lokiya dhamma (norma duniawi – etika surgawi .. awas /ditthi + tanha/ dan sangat liarnya sensasi kemauan yang bisa menjerumuskan ke Lokantarika paska pralaya 2 ?) , factor dukkha pada level tertentu juga masih bisa disadari dan dicapai anenja dhamma ( unio mystica – pantheistics … awas /mana + avijja/ plus masih naifnya fantasi keakuan dimensi Abhassara untuk menyeret kembali dalam perangkap samsara paska pralaya 4 ? ) namun annata adalah factor penentu yang memungkinkan lokuttara dhamma ini mampu mengaktualisasi kemurnian penempuhan (> defisiensi kepamrihan & pencitraan) secara konsisten meniscayakan ‘peniscayaan/ keniscayaan’ dalam kelayakan realisasi pencerahan transeden (keterjagaan dari keterlelapan mimpi/ delusi samsara ini – keterbebasan ‘esensi murni’ ke-Buddha-an dari cangkang delusi ‘pancupadana khanda’ tanpa kebodohan identifikasi dan eksploitasi pembodohan dari keterpedayaan/ ketersesatan/ keterperangkapan intra-drama pengembaraan semu samsara ini kembali (singgah/pulang) ke ‘rumah sejati’ Nibbana ).EPILOGDalam mandala advaita kasunyatan abadi ini sebagaimana samma-panna nibbana yang perlu disadari dan ditembus daya sentrifugal kebijaksanaanNya demikian pula tanha-avijja samsara tampaknya juga perlu difahami dan dilampaui daya sentripetal kecenderungannya. So, sebagaimana harmoni musik peregangan senar kecapi walau viriya memang diperlukan untuk mensegerakan dan konsisten dalam penempuhan namun tampaknya perlu juga panna kebijaksanaan untuk menjaga keberimbangannya dalam kewajaran harmonisasi eksistensial maupun kesadaran transendensi spiritualnya.Semoga refleksi epilog ini tidak menjadi anti klimaks yang dianggap mementahkan samvega kegairahan yang tengah dibangun para Neyya Buddhist (karena ini juga akan berdampak merugikan bagi para truth seeker dalam menyerap referensi yang diperlukan bagi wawasan pengetahuan dan tataran penempuhannya juga).Salam Namo Buddhaya dari padaparama di 'luar' sasana.2
https://www.youtube.com/watch?v=2UxXn_4I5wE&t=1186sAnumodana Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas tayangan public Dhamma Desana Bahiya Sutta hingga akhir ini. Banyak referensi informative yang berguna bagi para truth seeker untuk mengembangkan wawasan pengetahuannya dan semoga hendaknya menjadi refleksi inspirative bagi para Dhamma Vihari untuk meningkatkan tataran penempuhannya.2Teguh Kiyatno, terima kasih sudah mengikuti seri ceramah ini. Sādhu...sādhu...sādhu1"9:43" kematangan indriya spiritual 5 /saddhā & panna, viriya & samādhi , sati /+sampajjana ?/= reseptivitas batin /perlu wadah yang layak bagi penembusan & pencerahan (boddhicitta ?)"12:20" Samvega ketergugahan /kemendesakkan faktisitas kehidupan atas ketidak-pastian ketika tibanya kematian (baik karena prilaku diri atau bukan)."15:53" alasan penundaan Dhamma Desana Buddha Gautama kepada Bahiya (kitab komentar) : demi kasih sayang , untuk respek Dhamma"18:07" Panduan direct-insight Buddha Gautama kepada Bahiya Daruciriya : Oleh karena itu, Bāhiya, kamu harus melatih demikian — “Di dalam apa yang terlihat akan ada yang terlihat semata; di dalam apa yang didengar akan ada yang didengar semata; di dalam apa yang dikenali akan ada yang dikenali semata; di dalam apa yang diketahui akan ada yang diketahui semata.” •“Bāhiya, kamu harus melatih demikian dengan sungguh-sungguh. Bāhiya, ketika—untukmu—di dalam apa yang terlihat hanya ada yang terlihat semata… di dalam apa yang diketahui hanya ada yang diketahui semata… •… oleh sebab itu kamu, Bāhiya, bukan karena itu. Ketika kamu, Bāhiya, bukan karena itu maka kamu, Bāhiya, tidak di sana. Ketika kamu, Bāhiya, tidak di sana maka kamu, Bāhiya, tidak di sini tidak juga di sana; tidak di antara keduanya. Hanya inilah akhir dari dukkha"19:29": transedensi penempuhan via latihan simultan adhi sila, adhi citta & adhi panna . JMB 8 maksimal demi 10 kualitas arahata = Samma "saddha" 2 : Pandangan Benar (sammā ditthi), Pikiran Benar (sammā samkappa) – Samma Sila 3 : Ucapan Benar (sammā vācā), Perbuatan Benar (sammā kammanta), Mata Pencaharian Benar (sammā ājiva) – Samma Samadhi 3 : Upaya Benar (sammā vāyāma), Perhatian Benar (sammā sati), dan Konsentrasi Benar (sammā samādhi) /Dhammacakkhapavatana sutta / + Samma Panna 2 : Pengetahuan Benar (samma nana) & Pembebasan Benar (samma vimutti) / Mahacattarisaka Sutta/) ? "21:26" Panna Phasa (kontak bijak ) dalam meditasi insight ? merealisasi karakteristik anicca, dukkha, annata atas 6 obyek (indrawi 5 & batin 1) via proses kognitif dalam rangkaian kesadaran pada landasan semata sehingga tanpa persepsi reaktif lobha, dosa & moha demi parinna (pengetahuan akurat yang harus diketahui & diinvestigasi pada proses citta niyama tersebut) termasuk bhavanga."53:36" definisi anicca - dukkha - annata. Anicca ketidak kekalan fenomena : muncul - lenyap tak kembali lagi. dukkha penganiayaan muncul - lenyapnya fenomena. Anatta tanpa terkendali diri. "56:39" magga pembebasan meditatif : tiada lagi terserap mengidentifikasi karakteristik fenomena alamiah kesadaran dalam lobha, dosa dan moha tsb sebagai "diri" (aku - milikku)"1:06:33" fenomena melihat karena gabungan empat kondisi alamiah tanpa diri semata : sehatnya indra mata, adanya obyek bentuk yang masuk dalam jangkauan mata, ada cahaya dan ada perhatian. "1:09:07" persepsi identikatif "ini milikku, ini aku, ini rohku" karena adanya tanha (nafsu keinginan), mana (kesombongan) , ditthi (pandangan salah)."1:11:11" pandangan tegas Theravada tidak adanya alam antara paska kematian . misinterpretasi pandangan mencapai nibbana di interval (Theravada merujuk hanya bagi anagami di suddhavasa yang kemudian mampu mencapai nibbana )"1:17:09" nibbana : anupadisesa & saupadisesa :; parinibbana : kilesa parinibbana - khanda parinibbana"1:18:57" dampak karma buruk masa lalu untuk kewafatan masa kini Arahat Bahiya. Samana Dhamma Bhikkhu (pariyati - patipati). pencurian pata civara pacceka Buddha pada masa tiada Buddha. kerbau yakhini."1:32:53" jawaban pertanyaan : dukkha disebabkan anicca anatta juga? Walau tidak menolak adanya fenomena sukkha, namun secara hakiki sukkha bisa berubah (muncul -lenyap) dan terkondisi juga oleh karenanya bisa diartikan dukkha (logika pada anatta lakhana sutta). tiada fenomena muncul lenyap pada realitas Nibbana.@Dhammavihari Buddhist Studies terima kasih atas Dhamma desana tsb. Maaf semoga ini tidak dianggap tranyakan jika saya menanyakan "1:11:11" tentang antara bhava .... Grand Design Samsara memang delusif (seperti labirin fatamorgana yang tidak selalu mencerahkan namun bahkan sering terkadang menyesatkan) namun tidak chaotik (dalam artian konsistensi niyama dhamma penyangganya). Puluhan tahun yang lalu saya pernah membaca buku (mungkin Anand Khrisna ?) yang membahas Bardo Thodol Chen Mo /Vajrayana Tibetan/ bahwa Guru Padmasambhava ada mengatakan bahwa proses pencerahan masih memungkinkan menjelang kematian dengan cara melampaui bardo ?(walau mungkin akan sangat sulit bagi puthujana non-meditator untuk melampauinya dalam kondisi naza dimana kesadaran melemah untuk segera jatuh dalam arus bhavanga yang semakin menguat mengiringi gati nimitta yang semakin jelas ). Dan bagaimana pandangan Theravada dan kitab komentar tentang keberadaan Buddhasetra Amitayus/Amitabha - surga sukhavati Mahayana ( 48 Maha-Pranidhana ikrar suci Bhikshu Dharmakara di bawah bimbingan Buddha Lokesvararaja : Nanya Sutra) ? . Maaf kami memang tampak masih mencari "celah" karena kebersihan kilesha hanya bisa dilakukan magga phala nibbana bukan sekedar jhana samatha apalagi ritual upacara semata maka alam antara di samsara ini yang memang sangat kondusif dan bhava samsara yang jelas reseptif untuk pencerahan Nibbana memang benar yang tegas dinyatakan Theravada hanya 5 alam suddhavasa dari 31 alam kehidupan ( tinggal 5 dari 10 samyojana yang belum ? ) sebagaimana anagami Brahma Sahampati. ( komentar balasan tampaknya di’hide’ …. Sangat bijak untuk menghindari resiko dan dampak jika harus dibiarkan terpublikasi)Komentar berikut (?)Bahiya 2 :Bhante Kheminda : asava asal avijja ? … advaita mandala : mentari nibbana dalam biasan pelangi samsara ?Bhikkhu Boddhi : makhluk karena proses kimiawi (kosmik : rupa jivitindriya + nama cetasika … ahara Lokantarika & cittta abhasharra ?). It is just a play.. mentari dibalik pelangi. Tak ada yang perlu dilekati apalagi dibenci. Walau tetap perlu keterlibatan namun harus dengan kebijaksanaan. Orientasi keabadian adalah keberdayaan penempuhan … Melampaui bukan menjauhi. Senyum harmonis sabbanutta nana Buddha untuk yang tersirat dari apa yang tersurat.Mahacattarisaka sutta 1 :Mahacattarisaka sutta 2 :
https://www.youtube.com/watch?v=ZUylYtGfJmMAnumodana Bhante Ashin Kheminda & DBS atas tayangan 4 sessi Dhamma Desana Mahācattārīsakasutta yang cukup sarat dengan referensi informative / refleksi inspirative di dalamnya.Terima kasih telah memilih sutta yang sesungguhnya merupakan Desain Global Dhammadhipateyya Buddhisme dalam transedensi penempuhan simultan (adiduniawi > duniawi) JMB 8 maksimal demi 10 kualitas arahata = Samma "panna" 2 : Pandangan Benar (sammā ditthi), Pikiran Benar (sammā samkappa) – Samma Sila 3 : Ucapan Benar (sammā vācā), Perbuatan Benar (sammā kammanta), Mata Pencaharian Benar (sammā ājiva) – Samma Samadhi 3 : Upaya Benar (sammā vāyāma), Perhatian Benar (sammā sati), dan Konsentrasi Benar (sammā samādhi) /Dhammacakkhapavatana sutta/+ Samma Panna 2: Pengetahuan Benar (samma nana) & Pembebasan Benar (samma vimutti) / Mahacattarisaka Sutta/).Selamat Hari Raya Trisuci Waisak 2563 BE/2019 M. Namo Buddhaya bagi Beliau yang telah murni terjaga sebagai Samma Sambuddha , yang telah membabar Ariya Dhamma (lokuttara > lokiya) tiada noda dan yang telah mencapai parinibbana (kilesa + khanda) tanpa cela
https://www.youtube.com/watch?v=Z2cLyiZDPHEAnumodana Bhante Ashin Kheminda & DBS atas tayangan Dhamma Desana menarik Pengkajian Kitab Suci (PKS?) Alagadupamma Sutta paska Dhamma Dipateyya kualitas Arahat 10 Mahacatarisaka sutta dan Dhammacakhapavatana sutta Waisak lalu..Sesungguhnya banyak sekali referensi informative dan refleksi inspirative yang kami dapatkan dari 2 sessi awal ini. Namun dikarenakan keterbatasan faktisitas masih rendahnya keberdayaan intelgensi (intelek,& intuisi – insight x instink), masih ribetnya harmonisasi keberadaan eksistensial padaparama grihasta di luar sasana (muslim), masih belum bijak meluangkan prioritas kepadatan waktu yang tersedia serta masih-sulitnya mengungkapkan idea dalam rangkaian kata/kallimat yang tepat dan ringkas maka tidak mungkin tuntas kami ungkapkan segera dan seketika.Prolog :Orientasi mendasar dan mendalam (obsesi internal > ambisi eksternal) truth seeker hanyalah menemukan Parama Dharma (Dharma Sejati Azali yang Abadi ?) Realitas Kebenaran Tunggal tersirat yang mewujudkan keberagaman label & level fenomena keberadaan yang ada (tentu saja sesuai dengan batas jangkauan referensi dan realisasi intelgensi yang mampu dicapainya) sebatas immanent /lokiya/ atau transcendent /lokuttara/ , dalam level instinctif ,intelektual, intuisi hingga bahkan insight sebagaimana yang dalam pandanganBuddhisme kembali ditemukan manusia istimewa Siddharta mencapai Samma Sambudha yang kemudian dengan ketulusan VisuddhakarunaNana dari keluasan Sabbanuttanananya Beliau sampaikan sebagai panduan taktis penyadaran, penempuhan dan penembusan kepada para Ariya Savaka … Dhamma pembebasan yang relative sama juga yang akan dibabarkan Samma SamBuddha Maeteyya paska Tusita dan yang juga kelak ditempuh pacceka Buddha (Devadatta paska kebangkitannya dari neraka avicci, Mara papimma Namucci paska penyadaran Bhante Upagupta di zaman Ashoka padanya), dst.Setiap dari kita sebagaimana bhava samsara yang lainnya pada hakekatnya adalah para truth seeker yang masih heboh dengan pagelaran ‘dagelan nama-rupa’ samsara ini, permainan mentari yang terbiaskan (terpantulkan) dibalik biasan keberagaman aneka pelangi … terlelap bermimpi dan melantur belum terjaga bahkan bukan karena tidak mampu namun belum sadar untuk terjaga.So, tanpa menafikan tetap perlunya menjalankan harmonisasi tanggung jawab atas lakon eksistensial yang diperankan , perlu diperhatikan bahkan seharusnya diutamakan transendensi esensi spiritual kelanjutan nanti.Kebijaksanan antisipatif untuk oroentasi tanpa niatan intimidasiAwas ! walau memang ada effek kosmik dari apapun yang kita lakukan (tindakan/ ucapan/ fikiran/ perasaan) namun senantiasa ada dampak karmic untuk itu … terlalu melekat tanpa kebijaksanaan akan membawa penderitaan (stress duniawi – rebirth : apaya : tirachana karena kebodohan – niraya akibat kemarahan. Petta ? tanpa keharmonisan universal Brahma Vihara Upekha Mudita sulit layak sebagai paradatujivika biasanya cenderung pada 3 jenis peta lainnya (karena pamrih ketamakan, pelekatan kebencian, kedangkalan pandangan, etc).Ini adalah Dhamma yang dewasa dan perlu disikapi dan dijalani secara dewasa. Perlu kebijaksanaan antisipatif untuk waspada terjaga dari segala kemungkinan Keberdayaan tidak sekedar kepercayaan. Kelayakan bukan pelagakan …Perlu Adhi Sila kemurnian prilaku ( baiknya : aktualisasi murni tanpa eksploitasi tiada identifikasi demi kualitas kusala parami > punna (transaksi pahala) … Peniscayaan Keniscayaan – rintisan karir pengembangan keterarahan sikap batin ariya yang menyadari tilakhana dan menjalani hidup bijaksana berkesadaran Panna Phasa x tanha vedana – Uncommon wisdom ‘Kundalini’ Paticca Samupada)Lagi … Dana Sila bagus? belum pasti surga kamavacara dicapai (inoptative dampak karma kehidupan lampau bisa jaditidak instant pada kehidupan berikut karena tabungan karmic kehidupan lampau sebelumini – Mahakammavibhanga sutta). Bisa surga ? tidak langgeng tanpa keselarasan Brahma Vihara Metta Karuna, penghindaran issa machariya kebajikan jatah punna kusala habis apalagi jika hanyamengumbar nafsu kesenangan saja bisa jatuh ke asura lagipula surga masih akan terkena pralaya setelah dunia …perlu meditasi Adhi Citta kemurnian Samadhi !Terus .. Bisa meditasi ? Belum jaminan bisa ke alam Brahma perlu stabil untuk mengatasi naza , melampaui bhavaanga dan melintasi bardo. Bisa Brahma ? Perlu Jhana 4 untuk aman daripralaya … untuk memperkokoh ketenangan + arupa jhana keheningan memperluas jangkauan Awas kemelekatan abhinna & arupa jhana + penyimpangan asanasata jhana 4 (pembebasan adalah pencerahan bukan penyangkalan / keterlelapan) . Belum terbebaskan dari samsara? ….Perlu Adhi Panna kebijaksanaan Lanjut ? Tembus tilakhana (vipassana ~ mahavipasssana ? ) – pelayakan silsilah bagi keniscayaan kesucian magga phala Nibbana. (sotapanna – sakadagami – anagami – arahata). Selesai. Keniscayaan terniscayakan. tindakanpun Kiriya tanpa karma (senantiasa kusala x akusala). kualitas spiritual Tidak terlekati > mampu tidak melekati > tidak mau melekati. Terjaga > tersadar > terlelap.Parinibbana kilesa hingga parinibbana khanda tiba.So, melalui aktualisasi murni tanpa eksploitasi tiada identifikasi orientasikan pada tujuan Nibbana … maka jikapun belum sempurna masih ada kemungkinan yang lebih baik yang mungkin dicapai. (Brahma Jhana 4 Suddhavasa : lolos samsara > Brahma Jhana 4 Vehapala : lolos pralaya > Brahma Jhana 3 : tahapan moksha ? > Brahma Jhana 2 Abhassara: kembali samsara > surga hikmat Laduni 3 (antara lain Tusita) > surga nikmat indrawi 3 (antara lain surga sengketa Tavatimsa)…Kita seperti anak nakal dengan aneka peran bhava khanda pengembaraan ini (avisopama sutta mengibaratkan sebagai pencuri ?). Esensi murni yang tidak mengerti kesejatiannya atas kesunyataan ini . Buddha jatuh (Laten Deitas kemurnian yang terlelap dalam mimpi atta samsara) > Brahma jatuh (Laten Deitas fantasi keakuan Ilahiah yang terpancar dari sumbernya – Unio Mystics : Emanasi Tanazul – Taraqi /Kasih Universal ) > Dewa jatuh (Laten Deitas yang jatuh dari kenikmatan surgawi – Religi : Transaksi Tuan - Hamba) : Referensi & Refleksi1. Analisis : Rasionalitas Kebenaran Samana Dhamma atas rasionalisasi pembenaran Bhikkhu Aritha ?Semula , saya berharap.Vimutti Sangha ~ Ariya Sangha Buddha Sasana ~ Replika Suddhavasa ? (BrahmaSahampati > petapa Upaka, upasaka Tapussa & Bhallika , mistisi Alara Kalama Uddaka Rāmaputta, Pancavagya ) : reseptivitas anagami (jhana 4 murni vs rupa asanasati / nama vehapala : tak terjangkau pralaya , aman dari samsara tinggal nibbana : lampaui nivarana 5 tinggal perkuat pancindriya 5 atasi 5 samyojana 10, tak lagi terjerat sayap lobha dosa tinggal moha : transcendental > universal x eksistensial).Tebhumaka : Adhi Sila kamavacara + Adhi Citta Bhavana (rupavacara ketenangan + arupavacara keheningan) + Adhi Panna (nana visuddhi 16 vs nanakilesa 10 : Magga Phala Nibbana )Selibat ? peniscayaan keniscayaan (persiapan & kesiapan Ariya : Anagami & Arahata – Buddha Savaka). Pembebasan bukan hanya karena kearifan , keahlian namun kesucian (keniscayaan transcendental > universal > eksistensial).So, maksud tersirat kebijakan vinaya selibat (pindapatta, etc ?).effektif bagi samana dhamma yang lebih intensif (pariyati , patipati untuk pativedha). Bunga di taman yang tepat lebih mudah berkembang daripada teratai di rawa berlumpur (rentan terbenam) ?2. Pensikapan Dhamma sebagai media penempuhan hingga bukti pemastian kemurnian risalah bukan sebagai dogma pandangan.Semula . sanna vs panna (Bhante Punnaji : Sutta Nipata )Ternyata : Pariyati 3. Bahasan4. Papanca Dhamma : enam pelekatananalisis intuiitif mirroring : Tanha - Mana - Ditthi ~ lobha , dosa, mohaBahasan Lintas Dhamma : Tat Twam Asi (Kaidah Universal Hinduisme) - anda lah Dunia (Jiddu Khrisnamurti ? / Aliran Theosofi ? / Filsafat eksistensial Barat : JP Sartre?) -5. Sabbanutta Nana atas Realitas / keteledanan welas asih kepada Savaka atau pencela ?Segalanya anicca, dukkha dan annata .. tak perlu melekati apalagi membenci.Awas paradox intuitif x berfikir linear ? Janganlah marah jika mencelaku ? (: mencela yang tercela saja salah –mana (kesombongan perbandingan atta) apalagi yang tak sepantasnya dicela karena ketulusanNya (kezaliman - Kamikaze kebodohan) Tanya :1. Asava sumber avijja ? (Abhidhamma teaser – Sutta ?).Osho : Advaita paska Nibbana ? / Brahma Vidhya : Saguna – Niskala ?./Keungulan pragmatis level keberdayaan Ariya Buddha seandainya terjadi anomaly chaotic > empiric delusif.Saran1. Mukhtashor Fiqih (akidah syariat ) / Hikmat (kaidah Tarekat ) Buddhisme > obsesi ideal translasi Pali Ina 1000 tahun ?Perlu ikhtisar global pedoman taktis Buddhist ( termasuk/terutama umat awam).Tanpa niatan mementahkan samvega bagi process by product kusala parami yang dilakukan demi ketuntasan product referensi perlu diprioritaskan panduan ringkas praktis (effisiensi waktu, urgensi kemendesakan usia bagi patipati > pariyati, etc) Identik Tipitaka (Ringkasan Utama – Referensi – Ulasan dst)Deduktif > induktif , Inti – uraian , sketsa visual – rincian verbal.Sample seperti panduan negeri Buddhist Myanmar kepada warganya (pariyati-patipati-pativedha untuk umat awam /lay people, house holder/), dsbLink referensi (Google Drive , Blog khusus ?)DST Epilog ( komentar tampaknya didelete. Terima kasih untuk menghindari resiko dan dampak jika harus dibiarkan terpublikasi)
https://www.youtube.com/watch?v=w-QhMDG_vHY"12:59" pernyataan awal samsara tidak diketahui ? Tampaknya bukan hanya kejujuran autentik Buddha "30:00" namun kebijakan holistik Buddha untuk membatasi simsapa yang perlu diketahui Ariya Savaka atas kemendesakan positivis penempuhan pencerahan ketimbang terjebak dalam referensi spekulatif rimba pendapat yang walau mungkin tidak disalahkan untuk 'pemuasan akal' (semisal konsep intelektual advaita vedanta, saguna - nirguna Brahma Vidhya) namun tidak dibenarkan jika kepuasan pengetahuan intelektual itu justru akan menghalangi penempuhan spiritual yang seharusnya diutamakan. Beliau yang telah mampu melampaui roda samsara dan merealisasi Nibbana tampaknya memahami ini. Realisasi autentik kesadaran, kecakapan dan kelayakan Ariya secara pragmatis lebih effektif .... Keteladanan Samma Saddha Bhante Arahat Upagupta di zaman Asoka. "17:35" kemunculan avijja dari asava 4 (sammaditthi sutta ?). kilesa laten samsarik anusaya pariyuthana vitikama /derivat asava : anusaya - nivarana - kilesha ?/ "29:57" Bhava cakka "31:12" avijja padhana 3 vatta
https://www.youtube.com/watch?v=Vtlc9N-P9-UAnumodana sangat mengapresiasi & bermudita kembali atas aktualisasi kusala parami (Dasapunnakiriyavatthu : dhammadesana, etc) Bhante Kheminda + DBS & youtube. Banyak referensi dan refleksi atas kajian kitab suci Bhārasutta dan Susimasutta.
https://www.youtube.com/watch?v=PExHl6vuep8Anumodana Bhante Ashin Kheminda & Happy Anniversary DBS. Terima kasih sangat mengapresiasi & bermudita kembali atas aktualisasi kusala parami dhammadesana via media youtube ini. Banyak referensi dan refleksi atas kajian hingga saat ini. Semoga jika tidak memampukan kesegeraan realisasi (plan A) masih memungkinkan peningkatan kualifikasi (plan B) setidaknya pemantapan orientasi (plan C) bagi para penempuh Saddhamma ini untuk waktu selanjutnya."1:00:01" kalimat penutup ini sangat mengesankan dan cukup melegakan saya. Semula saya memperkirakan pembabaran Dhamma dengan gaya agama walau akan memperkuat kemantapan eksistensialnya namun cenderung akan memperlemah keterarahan transendentalnya. Papanca kecenderungan defisiensi pembenaran kepentingan via identifikasi untuk eksploitasi lokadhamma bisa menyimpangkan kemurnian pergerakannya. Tetap realistis tidak opurtunis (karena walau samsara ini delusif namun tidak terlalu chaotik ... Niyama Dhamma yang Impersonal Transenden cukup kokoh menyangga permainan "abadi" nama rupa di samsara ini ... perlu keselarasan, keberimbangan dan kebijaksanaan untuk tidak perlu melakukan penyimpangan, pelanggaran bahkan penyesatan yang akan menjadi bumerang kelak ... kemurnian diutamakan tidak sekedar "kelihaian" ). Buddhisme adalah Dhamma penempuhan yang mengutamakan keberdayaan autentik bukan agama penganutan yang mendoktrin kepercayaan fanatik. Saddha adalah awal keterbukaan untuk penempuhan bagi pembuktian kebenarannya (bukan hanya karena memang telah tercapainya Ariya magga namun dampak by product kedewasaan dan keberkahan yang didapatkannya dalam perjalanannya). Untuk penempuhan hingga pencerahan sangat diperlukan bukan hanya kebenaran idea pandangan, namun juga cara pensikapan , arah penempuhan dan mode pengarahan yang tepat dan layak hingga tujuannya. Semoga dengan ini kekhawatiran/keprihatinan alm YM Bhante Punnaji tidak (segera?) terjadi.
https://www.youtube.com/watch?v=urnAcmkFJm8Terima kasih untuk tayangan video ini, pak Hermanuhadi . Bukan hanya sangat informative namun sangat inspirative bagi kami para seeker. Hanya sedikit yang cukup peka dan jeli memahami tipis /halusnya scenario samsarik permainan kehidupan ini. Lao Tse ada menyatakan jika kita hanya pintar maka kita sesungguhnya masih bodoh. Pemberdayaan talenta intelgensi seharusnya tidak sekedar melampaui instinctive untuk mencapai intelektualitas (tanpa maksud merendahkan karena inipun cukup wajar dan sangat perlu untuk harmonisasi keduniawian). Adalah perlu mengembangkan intuisi dan insight bagi pelayakan realisasi transenden yang lebih murni/sejati , pengarahan aktualisasi yang lebih bijak/bajik dan pemantapan orientasi yang lebih handal/mantap baik dalam kehidupan ini maupun berikutnya dalam segala keterbatasan dan pembatasan yang harus diterima, dikasihi dan dilampaui sebagaimana kesedemikianannya keterjagaan yang seharusnya terniscayakan. Terus tertidur dalam mimpi samsarik walau terkadang mengasyikan namun itu adalah permainan kesemuan belaka. Segeralah bangun adalah suara keheningan Niyama Dhamma yang kemudian diungkapkan oleh beliau yang telah terjaga. Saya salut bukan hanya karena kefahaman dan kesadaran ini namun terlebih lagi karena kepolosan dan ketulusan bapak Hermanuhadi untuk berbagi yang belum bisa (tidak berani?) saya lakukan. Dipersimpangan jalan walau saya berusaha untuk empathy demi harmoni namun kurang holistic untuk autentik (munafik?) sehingga tidak cukup gentle untuk mengungkapkan pandangan kebenaran yang sesungguhnya sangat diperlukan bukan hanya untuk diri saya sendiri namun juga bagi semuanya. Kita memang hanya layak mendapatkan apa yang kita berikan (kebaikan atau keburukan termasuk pembabaran pandangan/ kebenaran ini). Dengan harapan bahwa jika saja saya tidak bisa segera menemukan kebenaran itu sendiri saat nanti maka kebenaran akan kembali menemukan saya dalam ketersesatan perjalanan untuk melanjutkan kembali penempuhan di saat nanti tampaknya saya merasa perlu berbagi pandangan dan referensi paradigma paramatha yang walau secara intuisi sesungguhnya sederhana dalam kemurnian namun secara intelektual rumit untuk difahami, secara instinktif sulit dijalani dan apalagi secara insight sulit direalisasi.A LETTER FROM A SEEKER (sepucuk surat dari seorang pencari)Terima kasih banyak atas komentar bpk yg baik, saya membacanya sampai 3 x utk bisa memahaminya. Terima kasih. Semoga semua mahkluk berbahagia.
https://www.youtube.com/watch?v=9b75jJJEpgISaddhu 3x, Bhante Ashin Kheminda atas bahasan kajian kebenaran Saddhama yang relative cukup ‘berani’ tentang Brahmajala Sutta. Cukup terperinci pembahasan mengenai 62 lokiya sankhata dhamma yang dikategorikan sebagai miccha ditthi (pandangan salah yang dangkal & tidak mendalam/mendasar) berdasarkan realisasi asankhata lokuttara Dhamma dari Buddha Gautama.Sayang sudah dicukupkan pembahasannya dalam 6 sessi ini…. Padahal kami masih menunggu bahasan krusial pada awal dan akhir sutta ini untuk juga dibahas , antara lain mengapa Beliau melarang Ariya SavakaNya untuk tidak marah jikaDiriNya dan AjaranNya dicela (Dalam pandangan kami ini bukan hanya karena ekspresi tulus Visuddha-KarunaNya demi focus aktualisasi spiritualitas mereka semata namun juga refleksi kearifan Sabbanuta-NanaNya akan dispersi keberagaman dimensional pandangan yang memang bisa memungkinkan adanya) dan juga larangan bagi para Bhikkhu untuk tidak perlu terlalu mengembangkan lokiya abhinna apalagi menggunakannya sebagai sarana penghidupan/ kekuasaan (ada korelasi kosmik on process/ by product antara kesadaran, kelayakan dan kecakapan dalam penempuhan/ penembusan spiritualitas untuk melepas demi tetap senantiasa berkembangnya transendensi kemajuan dan tidak begitu melekat pada tahap pencapaian personal tertentu yang justru berakibat bagi kemandegan, kemunduran bahkan kejatuhannya). Ini mungkin hal utama untuk menjaga etika sila disamping tentu saja samma ditthi atas saddha para neyya Buddhist dalam penempuhannya sebagaimana kami sesungguhnya juga mendapat referensi pengetahuan dari dhamma desana yang telah dipaparkan sampai sejauh ini.Well..tidak mengherankan jika Scientist sekaliber Albert Einstein (walau dalam kehidupannya tetap harmonis dalam tradisi yahudinya) sebagai Truth Researcher > Faith Believer sangat respek dan menaruh harapan akan Dhamma Kosmik ini bagi masa depan peradaban manusia dalam etika kebersamaan, progress keberdayaan dan wisdom kesemestaan ini yang mendasarkan pada orientasi autentik kemurnian bukan sekedar hipokrisi pencitraan dalam menggapai kualifikasi yang tentunya nyata dan realisasi yang pastinya sejati… ini memang bukan hanya kesadaran yang sekedar perlu difahami namun juga kewajaran untuk seharusnya juga dijalani.Namo Buddhaya… dan untuk kesekian kalinya anumodana bermudita citta atas tetap diadakannya pembabaran Dhamma dari Blog/Vlog Channel DBS dan juga lainnya di masa pandemic global Corona saat ini.2
https://www.youtube.com/watch?v=j0HB6UP22cM&t=2726sTerima kasih dan sangat mengapresiasi sharing tayangan gnosis wisdom ELA. (Filosofi Psikologi Barat/Timur : Mistik Yoga - Buddha Dhamma - Tasauf Islami , Kebatinan Nusantara dst). ki-ageng-soerjomentaram-ilmu-jiwa-kramadangsa https://drive.google.com/file/d/1dk2S7Mc5e5_-rQWT6XV8wOIUsAwQHgyM/view?usp=sharingBALASSenang kalau ada manfaatnya. Terima kasih sudah berbagi literatur.BALAS@Eling lan Awas Ya.. maafkan saya hanya mampu berbagi literature tsb. Seandainya anda mengizinkan, saya sarankan anda dan juga semuanya untuk memperdalam/ mempertajam kajian filosofi psikologis Kramadangsa KAS ini dengan wawasan psikologi filosofis Abhidhamma Buddhisme demi bukan hanya peningkatan wawasan referensi pada process pendewasaan kehidupan sekarang namun terutama pencapaian tataran realisasi demi progress pencerahan keabadian selanjutnya. Maaf saya hanya seeker dan bukan Buddhist apalagi misionaris … namun Saddhamma sesungguhnya melampaui Mystics, Agama apalagi Addhama ... kaidah kosmik yang berlaku tanpa keakuan/ pengakuan dan seharusnya secara mandiri direalisasi leveling universal transendensinya tanpa ter-eksploitasi labeling eksistensial immanensinya .Pandangan CG Jung yang bapak kagumi sesungguhnya secara tersirat mengarah ke sana (pengaruh referensi Psychological Buddhist Ethics -Rhys Davids di Eropa saat itu ?).Tampaknya memang ada desain permainan keabadian di kedalaman yang di permukaan kita sebut sebagai kehidupan ini. Desain kosmik ini tidak sekedar dalam tataran eksistensial namun juga universal dan bahkan transcendental. Diperlukan tidak sekedar individuasi immanen diri bagi aktualisasi personal namun realisasi transenden sebagai media impersonal. Singkatnya secara sederhana triade Sila – Samadhi – Panna Buddhisme secara simultan perlu dilayakan demi pemurnian kesejatian. Komprehensivitas berpandangan, moralitas berprilaku & integritas berpribadi sesungguhnya bukan hanya demi kepantasan pencitraan eksistensial belaka namun idealnya Sila tersebut dijalani secara cakap, sadar dan wajar (tanpa perlu supresi subconscious & represi unconscious tansadar personal) walau memang akan berdampak harmonis & holistic baik eksternal/ internal serta berpotensi melayakkan diri bukan hanya untuk terjaga dari sekapan apaya namun mampu membawa liburan surga (tanpa perlu alam antara sebelum pralaya?) namun akan berdampak memurnikan batin pada tihetuka kelayakan Samadhi penembusan tansadar kolektif bukan hanya dengan kecakapan meditative samatha namun dengan kemurnian Panna kebijaksanaan Vipassana sehingga bukan hanya mencapai Self jati diri keberadaan samsarik batin energy keilahian namun annata melampauinya (arketipe : persona/ shadow/ anima – mengatasi notion moha ‘keakuan’ sotapanna , lobha kelekatan sakadagami , dosa kekesalan anagami & mana avijja bagi keterjagaan samsarik asekha). Finally, media impersonal secara real telah menyadari secara factual dengan realisasi secara realistis dengan pengetahuan/ penempuhan/ penembusan tidak sekedar konseptual (anggapan/ kepercayaan/ keinginan) … membawa berkah bukan hanya pembebasan bagi dirinya sendiri (‘manusia tanpa cirri ?’) namun juga keberkahan bagi segalanya (memayu hayuning bhawono) dengan kesetaraan tanpa kesombongan perendahan lainnya, mengasihi tanpa tanha harapan pelekatan kekuasaan , menerima tanpa perlu dendam membenci karena semua ini hanyalah desain permainan keabadiaan (dagelan nama/rupa) penempaan keberdayaan dan bukan pengumbaran kemanjaan ….Sati Sampajjana ( Eling lan Awas ... Sadar & Waspada) Walau mungkin mudah dinyatakan namun sungguh sangat susah diwujudkan.BALAS
Terlepas dari effektivitas vaksin dalam memicu & memacu herd immunity diri atas virus corona, kami sangat mengapresiasi keteladanan, keperwiraaan & kesediaan bapak untuk menjadi relawan yang pertama di negeri ini ... dan kami bisa memastikan 'percobaan/pengorbanan' ini adalah karena kesadaran & kewajaran yang tulus apa adanya .... sama sekali bukan pencitraan, pembodohan apalagi kemunafikan. Congrats atas tindakan nyata di sini saat ini (& dampak di sana tentu saja kelak).
Saddhu 3x. Penjelasan yang sangat mencerahkan.Be realistics to realize the Real .... keperwiraan berkorban demi mementingkan kebenaran peniscayaan keberdayaan diri dengan tanpa pembenaran kepentingan untuk mengorbankan lainnya ( semakin memperdaya dalam semunya kejahilan, naifnya kerakusan & liarnya kekejaman). Konsistensi amoha, alobha & adosa demi transendensi diri secara eksistensial & universal untuk evolusi pribadi & harmoni dimensi. Anumodana turut bermudita citta.
Anumodana, Bhante Khemadaro ,Samanera Abhisarano & bapak Feby atas tayangan video yang walau temanya memang sangat menarik namun bisa jadi sensitif. KeIlahian memang sentra mendasar & menyasar dalam wawasan/ tataran spiritualitas (ranah agama eksistensial, mistik universal & Dhamma transendental). Pandangan KeIlahian dalam Buddhisme memang unik karena bersifat Impersonal Transenden Nirvanik tidak sekedar Personal Immanen samsarik. Bisakah dijelaskan/ditegaskan ‘konsep’ keIlahian Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam (Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak – dari Uddana 8.3 ) dan juga Sang Hyang Adi Buddha oleh mendiang Bhante Sukong Ashin Jinarakhita ?
32. [TEORI] MISTERI 1000 TAHUN YANG LALU + ENDING — BULGASAL EPS 11 & 12One of the best K‑Drama I've ever seen for all aspects (story, OST, acting, cinematography, etc) ... Not only entertaining but also inspiring. Congrats and thanks for the masterpiece.Inferensi yang sangat genius, mbak ... Terlepas dari tepat atau tidaknya dengan script scenario resminya, hipotesa transmigrasi jiwa Ok Eul Tae atas perjalanan kehidupan karmik sepasang Bulgasal Dan Hwal dan Min Sang Un menjadi cukup rasional untuk difahami. Thanks and salute.
PLUS =
33. Eps 446 | BATAS PENGETAHUAN MANUSIA MENURUT KITAB KEJADIAN?Walau senantiasa ada celah kebebasan dalam keterbatasan internal & pembatasan internal eksternal yang ada demi perolehan kebahagiaan ataupun bagi pencapaian keberdayaan.Bukan keabadian atau keilahian namun kemurnian yang selayaknya ditekankan dalam paradigma berpandangan manusia agar tetap berpondasi pada kebenaran transcendental , berorientasi pada kebijakan eksistensial dan berorientasi beraktualisasi untuk kebajikan universal..Buat apa mengharapkan keabadian diri karena sejak mumkimul wujud (diri) maujud dalam kehendak penciptaan, emanasi pencitraan ataupun katalisasi peniscayaan (etc) pada fase keazalian (ilahiah – alamiah – insaniah) itu bukankah sesungguhnya segalanya sudah berada dalam keabadian yang berproses dinamis dalam keseluruhan ini.Buat apa mendambakan keilahian diri karena klaim identifikasi justru akan meninggikan keakuan yang menjatuhkan diri & mengesalkan merendahkan lainnya apalagi upaya mendeifikasikan diri justru akan menyesatkan diri & menyusahkan lainnya dalam semesta kebersamaan ini. walau karena faktisitas kompleksitas dalam transendensi eksistensial & universal perlu juga true lies internal / eksternal ?Meminjam istilah fisika kuantum, diri kita hanyalah beragam partikel electron imanen yang beredar terpancar bak gradasi pelangi pada aneka layer dimensi dari sentra inti atom kosmik transenden yang sama … selaraskan saja eksistensialitas diri kitasetara bersama dengan lainnya secara transcendental murni dalam kaidah universalNya. Dengan cara demikian evolusi pribadi tetap bisa dilakukan, harmoni dimensi juga bisa terjaga dan sinergi valensi juga tetap dalam kedewasaan/ pencerahan tanpa perlu konflik internal/eksternal dengan ketepatan pemeranan dari label eksistensial yang perlu dilakukan (true – humble – responsible)Atau pandangan panentheistik Ibn Araby : Tauhid sufism Ibn Araby : tanzih -tasbih (transenden/imanen) Jika kau memandangnya tanzih semata kau membatasi Tuhan. Jika kau memandangnya tasbih belaka kau menetapkan Dia Namun jika kau menyatakanNya tanzih dan tasybih; kau berada di jalan Tauhid yang benarSufi Ibn Arabi memandang KeIlahian Tuhan secara Esa - utuh dalam keseluruhan. Tuhan dipandang sekaligus sebagai Dzat Mutlak yang kekudusanNya tak tercapai oleh apapun/siapapun juga (transenden/tanzih) namun keluhuranNya meliputi segala sesuatu (immanen/ tasybih) sehingga walaupun pada dasarnya Kekudusan dan kesempurnaan Tuhan secara intelektual tak terfahami (agnosis)dengan keberadaan yang mungkin terlalu agung untuk kemudian tak diPribadikan(impersonal) dan mandiri (independent) namun kemulian IlahiahNya sering disikapi sebagai figur yang berpribadi(personal) dan Dharma kehendakNya dapat difahami(gnosis) sehingga memungkinkan terjadinya hubungan antara makhluk dengan Tuhan sesuai dengan ketentuanNya (dependent).Tanpa Tuhan, tidak ada segalanya. Karena Tuhan, bisa ada segalanya. (wajibul & mumkimul Wujud )Tao adalah Tao – jika kau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao Laisa kamitsilihi syai'un Masihkah kita (diri yang hanya personal immanen) ingin (tepatnya: layak) bersaing untuk menyamai, menjadi bahkan melampaui Tuhan (Hyang juga Impersonal Transenden) ? hantu abadi atau tuhan abadi, Taoist ?
34. 10 KEKUATAN SUPRANATURAL YANG BIASA DIDAPAT SAAT KEBANGKITAN SPIRITUALWaspadalah para penempuh kemurnian karena by product kemuliaan (godaan atau cobaan?) bisa menjebak anda. Sesungguhnya bukan hanya dengan penempaan meditasi intensif ataupun transaksi perolehan eksternal bahkan kemurniaan sila tampaknya memungkinkan untuk itu. Well, godaan & cobaan Ego dalam pemurnian kesejatian sadhaka (penempuh kebenaran/ Mistik keilahian atau Dharma kemurnian ?) adalah dalam kemelekatan (apalagi keserakahan) dengan perolehan kesejahteraan (duniawi/surgawi) & keperkasaan (kesaktian / keilahian?) walau niatan yang tidak/ kurang benar, bijak & bajik dalam kemurnian itu memang memungkinkan untuk terjadi bagi para yogi meditator handal sekalipun (kelihaian memanfaatkan mekanisme kaidah sistem kosmik demi kepentingan pribadi) .Setiap level memiliki prasyarat & labirin jebakannya sendiri ... semakin dalam, semakin berat. Inilah seninya kembali murni dalam kesejatian yang anatta .... kawan & lawan setiap diri adalah dirinya sendiri (asava internal bukan dunia eksternal ... sebagaimana di kedalaman bukankah demikian juga di permukaan ?). Singkat kata, kemurnian haruslah ditempuh dengan, dalam & untuk kemurnian juga ... walaupun kesaktian & perolehan kecakapan/ kemapanan/ kekuasaan lainnya memang bisa didapatkan karena memang ada korelasi antara kemurnian sila, samadhi & panna dalam mandala kesunyataan ini. Dalam asivisopama sutta Buddha men-simile-kan kecenderungan kita ini sebagai pencuri (bagi pemegahan semu) bukanlah kebijaksanaan penempuh (demi kebenaran sejati) ?Disamping triade sadhaka evolusi pribadi yang tetap perlu dijalankan, harmoni dimensi juga harus dijaga demi sinergi valensi demi pemberlanjutan keberdayaan tanpa keterpedayaan demi meniscayakan kelayakan penempuhan (terutama untuk ‘uncommon wisdom’ pembebasan ?) sejumlah kode etik kosmik kemurnian yang tidak selalu ‘popular’ dengan kecenderungan pembenaran samsarik kepentingan ego mutlak memang perlu dijalankan pelayakannya, antara lain kedewasaan menerima, mensikapi dan melayakkan diri atas kaidah karma ( > pembenaran manipulatif kepercayaan harapan/anggapan akidah pengampunan/ pelimpahan), kemurnian aktualisasi holistik (> defisiensi kepamrihan/ pencitraan) , refleksi kasih murni tiada batas tanpa eksploitasi standar ganda, menjaga harmoni keseluruhan tanpa noda (identifikasi pembanggaan kesombongan diri), tiada cela (eksploitasi pembenaran kepentingan diri) tetap bermain ‘cantik’ (harmonisasi transenden pada wilayah immanent … walau memiliki keunggulan adiduniawi tetap bijak dan murni terjaga tidak memanipulasi tataran samsara duniawi dibawahNya …. karena walau samsara 'hanyalah' fenomena bayangan kenyataan semu dari Realitas kebenaran Nibbana namun adalah tetap tidak etis bagi yang telah terjaga melanggar ‘aturan main’ wilayah mimpinya . Samsara dalam advaita mandala ini tampaknya memang perlu ‘ada’ bukan hanya sekedar menampung aneka kehebohan pagelaran chaotik drama delusive bagi keterlayakan level episode berikutnya namun juga demi tetap berlangsungnya keberagaman pada kasunyatan abadi ini?)
KOMENTAR VLOG TQ
REHAT _ RELAX _ RESET : Dhamma Mantra
REHAT _ RELAX _ RESET : Dhamma Mantra ( Chant, Musics, etc ) https://kalamadharma.blogspot.com/2022/04/rehat-relax-reset-dhamma-mantra-chant.html Susah juga jadi padaparama puthujjana di mayapada ini ... Tanpa kelayakan magga phala (panna bhavana) , tiada kecakapan strata jhana (citta bhavana) sebagai perlindungan diri untuk senantiasa menjadikan diri hangat ke permukaan & sejuk di kedalaman. Well , gunakan saja Dhamma sebagai benteng internal surgawi di tengah kekacauan eksternal duniawi (atau cangkang nirvanik pada samsara ini ... hehehe).... sanna bhavana selain puja bhakti & etika kosmik.
kutipan : Corona 5 SEEKER PROJECT FOREVER (gnosis wisdom exodus) masih ribet & repot .... banyak beban tugas dari peran eksistensial diri yang perlu pemantasan & ketuntasan. Rehat .
CORONA 5 Tampaknya saat ini situasi kondisi sudah mulai cukup kondusif ... virus sudah adaptif & imun vaksinasi - iman resistensi sudah kembali effektif ? Dunia sudah tidak lagi galau dan mulai normal lagi berputar .... antara sakau mengumbar keakuan/kemauan dan mulai kacau menebar kebencian/ kerusakan seperti biasanya ? (konflik luar /dalam negeri sudah mulai lagi ... jika tidak pekok & heboh (kasar ? ganti saja : sakau dan kacau ... terserahlah) hidup memang tampak terasa tidak 'hidup',ya... ? Hehehe. Tetaplah waspada untuk tetap terjaga, ah ... agar bisa menjaga & berjaga .... intinya jangan lengah terpedaya senantiasa memberdaya ... bersamaan dengan proses berjalannya waktu tanpa dapat dicegah kita semakin tua melapuk (walau tidak berarti mencapai kedewasaan psikologis apalagi pencerahan spiritual) ... tanpa covid kita masih tetap bisa sakit. bahkan tanpa sakit kita bisa saja mati (konsekuensi dualitas kehidupan) plus kelanjutannya juga, lho ... karena sebagaimana kita saat ini yang secara akumulatif terniscayakan faktor karmik/kosmik lampau diri kita dulunya demikian juga nanti ... well, setiap diri pada hakekatnya sedang melayakkan dampak effek akumulatif dirinya secara karmik/kosmik demi saat nanti melalui tindakan batiniah/zahiriah dirinya sendiri sebelumnya. So, perhatikan sikap batin & tindakan (mental, verbal & aktual) kita di setiap kekinian dimanapun dalam sikon & peran apapun juga.
Jadi inget Sang Ariya Buddha Gautama & Bhante Moggalana yang walau telah mencapai Nibbana sekalipun tetap harus menanggung beban karmik dosa/ kesalahan dari kehidupan samsarik lampaunya (apalagi kita yang nota bene belum mencapai layer evolusi pribadi lokuttara masih di bawah level brahmanda bahkan tersekap dalam peran label kamavacara). Bagaikan bayang-bayang yang mengikuti keberadaan diri demikianlah dampak karmik/ effek kosmik kebodohan, kesalahan & keburukan berpandangan, berpribadi dan berprilaku akan menyertai perjalanan kehidupan keabadian kita ... cepat atau lambat (dalam peran dagelan nama rupa saat ini atau setelah ini ataupun pada saatnya nanti ) apa yang dituai niscaya akan kita petik juga buahnya. Well,demi keutamaan untuk menjaga keperwiraan, keterjagaan dan kewaspadaan yang lebih dewasa (utama, benar & nyata) tetaplah reseptif & antisipatif untuk menjadi autentik & holistik dalam kesedemikianan tertib kosmik keseluruhan ini ... nafikan sementara walaupun mungkin memang senantiasa tetap ada kemungkinan ahosi karma , fasilitasi pengampunan / pelimpahan lainnya yang bisa saja terjadi (aktualitatif > identifikatif > eksploitatif). Dengan demikian Evolusi pribadi , Harmoni dimensi & Sinergi Valensi tetap berjalan selaras dan terniscayakan kelayakannya secara murni sebagaimana harusnya secara eksistensial, universal & transendental. Keutamaan > Kebenaran > Kenyataan ... ada bonus nilai plus untuk meningkatkan/melampaui kualitas kelayakan yang lebih baik yang juga mencegah keterpedayaan yang menjatuhkan (optimis kepercayaan diri atau opurtunis pengharapan lainnya ?) dan faktisitas pembatasan (dinamika konfiguratif keberuntungan eksistensial atau kemalangan universal ) yang mungkin juga akan terjadi. DST LANJUT NANTI SAJA ... PC utama hang, tinggal NB tua untuk tugas lainnya. AKHIRNYA SUDAH BISA LAGI ... Kecapekan kali ... kirain sudah almarhum VGA atau memorynya.
I . BUDDHISM
APPAMADENA SAMPADETHA
1. KARANIYA METTA SUTTA
Karaniya Metta Sutta Link Data : Link Video :
Jadi inget Sang Ariya Buddha Gautama & Bhante Moggalana yang walau telah mencapai Nibbana sekalipun tetap harus menanggung beban karmik dosa/ kesalahan dari kehidupan samsarik lampaunya (apalagi kita yang nota bene belum mencapai layer evolusi pribadi lokuttara masih di bawah level brahmanda bahkan tersekap dalam peran label kamavacara). Bagaikan bayang-bayang yang mengikuti keberadaan diri demikianlah dampak karmik/ effek kosmik kebodohan, kesalahan & keburukan berpandangan, berpribadi dan berprilaku akan menyertai perjalanan kehidupan keabadian kita ... cepat atau lambat (dalam peran dagelan nama rupa saat ini atau setelah ini ataupun pada saatnya nanti ) apa yang dituai niscaya akan kita petik juga buahnya. Well,demi keutamaan untuk menjaga keperwiraan, keterjagaan dan kewaspadaan yang lebih dewasa (utama, benar & nyata) tetaplah reseptif & antisipatif untuk menjadi autentik & holistik dalam kesedemikianan tertib kosmik keseluruhan ini ... nafikan sementara walaupun mungkin memang senantiasa tetap ada kemungkinan ahosi karma , fasilitasi pengampunan / pelimpahan lainnya yang bisa saja terjadi (aktualitatif > identifikatif > eksploitatif). Dengan demikian Evolusi pribadi , Harmoni dimensi & Sinergi Valensi tetap berjalan selaras dan terniscayakan kelayakannya secara murni sebagaimana harusnya secara eksistensial, universal & transendental. Keutamaan > Kebenaran > Kenyataan ... ada bonus nilai plus untuk meningkatkan/melampaui kualitas kelayakan yang lebih baik yang juga mencegah keterpedayaan yang menjatuhkan (optimis kepercayaan diri atau opurtunis pengharapan lainnya ?) dan faktisitas pembatasan (dinamika konfiguratif keberuntungan eksistensial atau kemalangan universal ) yang mungkin juga akan terjadi.
Teks Karaniya Metta Sutta
KARANĪYA METTÃ SUTTA (Cinta Kasih Semesta)
1. KARANĪYA MATTHAKUSALENA YANTAM SANTAM PADAṀ ABHISAMECCA, SAKKO UJŪ CA SUHUJŪ CA SUVACO CASSA MUDU ANATIMĀNĪ Inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang tangkas dalam kebaikan, Untuk mendapat ketenangan, Ia harus mampu, jujur dan sungguh jujur, Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong.
2. SANTUSSAKO CA SUBHARO CA APPAKICCO CA SALLAHUKAVUTTI SANTINDRIYO CA NIPAKO CA APPAGABBHO KULESU ANANUGIDDHO. Merasa puas, mudah disokong/dilayani, Tiada sibuk, sederhana hidupnya. Tenang indranya, berhati-hati, Tahu malu, tak melekat pada keluarga.
3. NA CA KHUDDAṀ SAMĀCARE KIÑCI YENA VIÑÑŪ PARE UPAVADEYYUṀ. SUKHINO VĀ KHEMINO HONTU SABBE SATTĀ BHAVANTU SUKHITATTĀ. Tidak berbuat kesalahan, walaupun kecil, Yang dapat dicela oleh para bijaksana Hendaklah ia berpikir, Semoga semua makhluk berbahagia dan tenteram. Semoga semua makhluk berbahagia.
4. YE KECI PĀNABHŪT’ATTHI TASĀ VĀ THĀVARĀ VĀ ANAVASESĀ DĪGHĀ VĀ YE MAHANTĀ VĀ MAJJHIMĀ RASSAKĀ ANUKA – THŪLĀ Makhluk hidup apapun juga, Yang lemah dan kuat tanpa kecuali, Yang panjang atau besar, Yang sedang, pendek, kecil atau gemuk.
5. DITTHĀ VĀ YE CA ADITTHĀ YE CA DŪRE VASANTI AVIDŪRE BHŪTĀ VĀ SAMBHAVESI VĀ SABBE SATTĀ BHAVANTU SUKHITATTĀ Yang tampak atau tak tampak, Yang jauh ataupun yang dekat, Yang terlahir atau yang akan lahir, Semoga semua makhluk berbahagia
6. NA PARO PARAṀ NIKUBBETHA NĀTIMAÑÑETHA KATTHACI NAṀ KAÑCI BYĀROSANĀ PATIGHASAÑÑĀ NĀÑÑA MAÑÑASSA DUKKHA MICCHEYYA Jangan menipu orang lain Atau menghina siapa saja, Jangan karena marah dan benci Mengharap orang lain celaka.
7. MĀTĀ YATHĀ NIYAṀ PUTTAṀ ĀYUSĀ EKAPUTTA MANURAKKHE EVAMPI SABBA – BHŪTESU MĀNA – SAMBHĀVAYE APARIMĀNAṀ Bagaikan seorang ibu yang mempertaruhkan jiwanya Melindungi anaknya yang tunggal. Demikianlah terhadap semua makhluk hidup, Dipancarkannya pikiran (kasih sayang) tanpa batas
8. METTAÑCA SABBALOKASMIṀ MĀNA – SAMBHĀVAYE APARIMĀNAṀ UDDHAṀ ADHO CA TIRIYAÑCA ASAMBĀDHAṀ AVERAṀ ASAPATTAṀ Kasih sayangnya ke segenap alam semesta, Dipancarkannya pikirannya tanpa batas, Ke atas, ke bawah, dan ke sekeliling Tanpa rintangan, tanpa benci dan permusuhan.
9. TITTHAÑ CARAṀ NISINNO VĀ SAYĀNO VĀ YĀVATASSA VIGATAMIDDHO ETAṀ SATIṀ ADHITTHEYYA BRAHMA METAṀ VIHĀRAṀ IDHAMĀHU Selagi berdiri, berjalan atau duduk, Atau berbaring, selagi tiada lelap Ia tekun mengembangkan kesadaran ini. Yang dikatakan : Berdiam dalam Brahma
10. DITTHIÑCA ANUPAGAMMA SILAVĀ DASSANENA SAMPANNO KAMESU VINEYYA GEDHAṀ NA JI JĀTU GABBHASEYYAṀ PUNARETITI. Terhindar dari pandangan yang salah segala sila tindakannya Dikarenakan karunia kebijaksanaan pandangan terangnya Hingga bersih terbebas dari ikatan nafsu indrawi Ia tak akan lahir dalam rahim manapun juga
4. MAHÃ MANGALA SUTTA (38 Berkah Utama ) VERSES FOR BUDDHIST
(EVAṀ – ME SUTAṀ,)
EKAṀ SAMAYAṀ BHAGAVĀ, SĀVATTHIYAṀ VIHARATI, JETAVANE ANĀTHAPINDIKASSA, ĀRĀME. ATHA KO AÑÑATARĀ DEVATĀ, ABHIKANTĀYA RATTIYA ABHIKKAN-TAVAÑÑĀ KEVALAKAPPAṀ JETAVANAṀ OBHĀSETVĀ, YENA BHAGAVĀ TEN’UJPASAÑKAMI. UPASAÑKAMITVĀ BHAGAVANTAṀ ABHIVĀDETVĀ EKAMANTAṀ ATTHĀSI, EKAMANTAṀ THITĀ KHO SĀ DEVATĀ BHAGAVANTAṀ GĀTHĀYA AJJHABHĀSI. Demikianlah telah kudengar: Pada suatu waktu ketika Sang Bhagava bersemayam di Vihara Jetavana dekat Savatthi di taman milik Anathapindika. Mendekati pagi, datanglah berkunjung seorang devata berwajah gemilang menyinari sekitar Jetavana. Setelah menghadap Sang Bhagava lalu bersujud, maka berdirilah devata it di samping Sang Bhagava. Kemudian dengan masih tetap berdiri, beliau menyampaikan permohonannya dalam bentuk sanjak (gatha) kepada Sang Bhagava:
1. “BAHŪ DEVĀ MANUSSSĀ CA MAÑGALĀNI ACINTAYUṀ ĀKAÑKHAMĀNĀ SOTTHĀNAṀ BRŪHI MAÑGALAM-UTAMAṀ Banyak di antara para dewa dan manusia utama Masih kabur pengertiannya tentang Berkah Termulia Mohonlah kiranya Sang Bhagava, kami diberi petunjuk Bagaimanakah sebenarnya (untuk mendapatkan) Berkah Termulia itu?
2. ASEVANĀ CA BĀLĀNAṀ PANDITĀNAÑ CA SEVANĀ PŪJĀ CA PŪJANĪYĀNAṀ ETAM MAÑGALA MUTTAMAṀ. Tidak cenderung bergaul dengan yang bodoh Melainkan memilih para bijaksana Dan menghormati mereka yang patut dihormati Itulah Berkah Termulia
3. PATIRŪPADESA-VĀSO CA PUBBE CA KATA-PUÑÑATĀ ATTA-SAMMĀ-PAÑIDHI CA ETAM MAÑGALAM UTTAMAṀ. Bertempat tinggal di tempat yang cocok Melakukan kebajikan-kebajikan sebagai masa-masa yang silam Yaitu hanya memikirkan hal-hal yang benar Itulah Berkah Termulia
4. BĀHUSACCAÑCA SIPPAÑCA VINAYO CA SUSIKKHITO SUBHĀSITĀ CA YĀ VĀCĀ ETAM MAÑGALAM UTTAMAṀ. Pandangan luas, pengertian cukup Patuh dan tertib di dalam tata-susila Ucapannya selalu ramah-tamah Itulah Berkah Termulia
5. MĀTĀPITU-UPATTHĀNAṀ PUTTA-DĀRASSA SAÑGAHO ANĀKULĀ CA KAMMANTĀ ETAM MAÑGALAM UTTAMAṀ. Melindungi ibu dan bapak Membahagiakan anak dan istri Benar dan sentosa di dalam pencaharian Itulah Berkah Termulia
6. DĀNAÑCA DHAMMACARIYĀ CA ÑĀTAKĀNAÑCA SAÑGAHO ANAVAJJĀNI KAMMĀNI ETAM MAÑGALAM UTTAMAṀ. Murah hati, hidup dengan kebersihan bathin Suka menolong sanak keluarga Tindak-tanduknya tak tercela Itulah Berkah Termulia
7. ĀRATĪ VIRATĪ PĀPĀ MAJJA-PĀNĀ CA SAÑÑAMO APPAMĀDO CA DHAMMESU ETAM MAÑGALAM UTTAMAṀ. Menghentikan/menghindari setiap kejahatan Menjauhkan diri dari minuman keras Tekun di dalam menjalankan kebajikan Itulah Berkah Termulia
8. GĀRAVO CA NIVĀTO CA SANTUTTHĪ CA KATAÑÑUTĀ KĀLENA DHAMMASSAVANAṀ ETAM MAÑGALAM UTTAMAṀ. Hatinya lapang, sejuk, dan rendah hati Sesuatu yang diterima, selalu mersa bersyukur dan terimakasih Patuh di dalam mendengarkan Dhamma Itulah Berkah Termulia
9. KHANTĪ CA SOVACASSATĀ SAMAÑĀNAÑCA DASSANAṀ KĀLENA DHAMMASĀKACCHĀ ETAM MAÑGALAM UTTAMAṀ. Sabar, ucapannya menyenangkan Suka mengunjungi para sramana (pertapa) Suka membahas Dharma pada waktu-waktu tertentu Itulah Berkah Termulia
10. TAPO CA BRAHMACARIYAÑ CA ARIYA-SACCĀNA-DASSANAṀ NIBBĀNA-SACCHI-KIRIYĀ CA ETAM MAÑGALAM UTTAMAṀ. Rajin, mawas diri, mengutamakan kesucian Berusaha menembus Catur Ariya Saccani Menuju tercapainya Nirvana Itulah Berkah Termulia
11. PHUTTHASA LOKADHAMMEHI CITTAṀ YASSA NA KAMPATI ASOKAṀ VIRAJAṀ KHEMAṀ ETAM MAÑGALAM UTTAMAṀ. Tak mudah tergoyah batinnya Tak terpengaruh oleh Empat Kondisi Duniawi Bebas dari Dukkha, bebas dari noda Itulah Berkah Termulia
12. ETĀDISANI KATVĀNA SABBATTHAM-APARĀJITĀ SABBATTHA SOTTHIṀ GACCHANTI TAN TESAṀ MAÑGALA MUTTAMANTI.” Bagi mereka yang dapat memenuhi syarat-syarat demikian Takkan terkalahkan – takkan menemui lawan dimanapun Bergerak di segala bidang, akan merasa aman dan gembira\ Itulah Berkah Termulia
5. PRAJNA PARAMITTA HRDAYA SUTTA
SONGS FOR SPIRITUAL BUDDHIST
prajna paramitta avalokitesvara link data : DATA 01022021/PLUS/DATA/Prajna-Paramitha-Oke.pdf link video : https://www.youtube.com/watch?v=FVCbuXrDa40&list=PLZZa2J4-qv-bNyzzG-pLLbvxMZg2QVbyg&index=5
Prajñāpāramitākebijaksanaan agung prajna paramita
Oṁ! Namo Bhagavatyai Ārya-Prajñāpāramitāyai!Om | Aku memuliakan Sang Ariya Guru Suci yang telah mencapai kebijaksanaan agung prajna paramitaĀrya-Avalokiteśvaro Bodhisattvo, gambhīrāṁ prajñāpāramitā caryāṁ caramāṇo,Sang Ariya Bodhisatva Avalokiteśvara saat itu berdiam di dalam praktik kebijaksanaan agung prajna paramita,vyavalokayati sma panca-skandhāṁs tāṁś ca svabhāvaśūnyān paśyati sma.melihat ke dalam lima skhanda (agregat = pikiran dan tubuh / nama rupa ) dan ternyata mereka kosong dari sifat-diri
Iha, Śāriputra, rūpaṁ śūnyatā, śūnyataiva rūpaṁ;Di sini, Wahai Śāriputra, wujud adalah kekosongan, kekosongan adalah wujud;rūpān na pṛthak śūnyatā, śunyatāyā na pṛthag rūpaṁ;kekosongan tidak berbeda dengan wujud, wujud tidak berbeda dengan kekosongan;yad rūpaṁ, sā śūnyatā; ya śūnyatā, tad rūpaṁ;Segala apapun wujudnya, itu adalah kekosongan; Segala apapun kekosongan yang ada, itu adalah wujud.evam eva vedanā-saṁjñā-saṁskāra-vijñānaṁ.Begitu juga sama halnya untuk perasaan, persepsi, proses kemauan dan kesadaran.
Iha, Śāriputra, sarva-dharmāḥ śūnyatā-lakṣaṇā,Di sini, Wahai Śāriputra, segala dharma bersifat kosong , anutpannā, aniruddhā;Tanpa kemunculan, tiada pula kelenyapan ;amalā, avimalā;Tanpa ketiada-nodaan, tiada pula ketidakmurnian;anūnā, aparipūrṇāḥTanpa adanya kekurangan, tiada pula kelengkapan
Tasmāc Śāriputra, śūnyatāyāṁKarena itu, Wahai Śāriputra, dalam kekosongan ituna rūpaṁ, na vedanā, na saṁjñā, na saṁskārāḥ, na vijñānam;tidak ada bentuk, tidak ada perasaan, tidak ada persepsi, tidak ada proses kehendak, tidak ada kesadaran;na cakṣuḥ-śrotra-ghrāna-jihvā-kāya-manāṁsi;tidak ada mata, telinga, hidung, lidah, tubuh atau pikiran;na rūpa-śabda-gandha-rasa-spraṣṭavya-dharmāḥ;tidak ada bentuk, suara, bau, rasa, sentuhan, pikiran;na cakṣūr-dhātur yāvan na manovijñāna-dhātuḥ;tidak ada elemen mata (dan seterusnya) hingga tidak ada elemen kesadaran-pikiran;na avidyā, na avidyā-kṣayo yāvan na jarā-maraṇam, na jarā-maraṇa-kṣayo;tidak ada ketidaktahuan, tidak ada kehancuran ketidaktahuan (dan seterusnya) hingga tidak ada usia tua dan kematian,na duḥkha-samudaya-nirodha-mārgā;tidak ada kehancuran usia tua dan kematian; tidak ada penderitaan, kemunculan, lenyapnya, jalan;na jñānam, na prāptir na aprāptiḥ.tidak ada pengetahuan, tidak ada pencapaian, tidak ada non-pencapaian.
Tasmāc Śāriputra, aprāptitvād BodhisattvasyaOleh karena itu, Wahai Śāriputra, karena tiada yang ingin dicapai, Bodhisattva bebas dari segala gangguan pikiran,Prajñāpāramitām āśritya, viharaty acittāvaraṇaḥ,Beliau mengandalkan Kesempurnaan Kebijaksanaan, dan berdiam dengan pikirannya tidak terhalang,cittāvaraṇa-nāstitvād atrastro,memiliki pikiran yang tidak terhalang dia tidak gentar,viparyāsa-atikrānto, niṣṭhā-Nirvāṇa-prāptaḥ.mengatasi pertentangan, ia mencapai kondisi Nirvāṇa.
Tryadhva-vyavasthitāḥ sarva-BuddhāḥSemua Buddha berdiam di tiga masa Prajñāpāramitām āśrityadengan mengandalkan Kesempurnaan Kebijaksanaananuttarāṁ Samyaksambodhim abhisambuddhāḥ.sepenuhnya terbangun menuju Keterjagaan Lengkap Sempurna yang tak tertandingi
Tasmāj jñātavyam Prajñāpāramitā mahā-mantro,Oleh karena itu, Kebijaksanaan Sempurna prajna paramita adalah mantra yang agungmahā-vidyā mantro, 'nuttara-mantro, samasama-mantraḥ,mantra pengetahuan agung, mantra yang tertinggi, mantra yang tak tertandingi,sarva duḥkha praśamanaḥ, satyam, amithyatvāt.Secara tuntas mengatasi semua penderitaan, sebagai kebenaran sejati yang tak mungkin palsu.
Prajñāpāramitāyām ukto mantraḥDalam Kesempurnaan Kebijaksanaan mantra telah diucapkantad-yathā:dengan cara berikut ini
gate, gate, pāragate, pārasaṁgate, Bodhi, svāhā!pergi, pergi, pergi melampaui, pergi sepenuhnya ke luar, dalam Kebangkitan, dengan keberkahan!
Iti Prajñāpāramitā-Hṛdayam SamāptamDengan demikian Kesempurnaan Kebijaksanaan dari Hati
PLUS = JUST SONGS I. BUDDHISM : BARDO
gate, gate, pāragate, pārasaṁgate, Bodhi, svāhā!pergi, pergi, pergi melampaui, pergi sepenuhnya ke luar, dalam Kebangkitan, dengan keberkahan!
Teks ini adalah ajaran Padmasambhava, di mana dia mengingatkan kita bagaimana membebaskan diri kita di enam Bardo yang berbeda. Buddhisme Tibet mengacu pada enam Bardo sebagai keadaan transisi; 1. bardo kehidupan ini, 2. bardo dari mimpi, 3. bardo dari meditasi, 4. bardo dari kematian, 5. bardo dari dharmata, dan 6. bardo dari penjadian. Di setiap bardo ada petunjuk yang jelas tentang apa yang harus kita lakukan saat kita mengalami keadaan ini untuk mencapai pembebasan. Syair ayat di sini adalah instruksi singkat dari Pelatihan Dakini Rahasia Bunda Tantra Kesempurnaan Agung. Syairnya dimulai dengan Ema yang artinya, "whoa, this is for real! (Wah?, ini /untuk yang/ nyata!"). Google translate modified Bardo Song of Reminding Oneself translated by Erik Pema Kunsang, melody: Tara Trinley Wangmo, vocals: Sascha Alexandra Aurora Sellberg & Rodrigo Reijers. from the Secret Dakini Training Mother Tantra of the Great Perfection Lagu Bardo untuk Mengingatkan Diri Sendiri diterjemahkan oleh Erik Pema Kunsang, melodi: Tara Trinley Wangmo, vokal: Sascha Alexandra Aurora Sellberg & Rodrigo Reijers. dari Pelatihan Dakini Rahasia Bunda Tantra dari Kesempurnaan Agung
Ema! Now that while the bardo of this lifetime is unfolding, I will not be lazy since there is no time to waste. Enter nondistraction’s path of hearing, thinking, training, While it is just now I have the precious human form. Since this free and favored form ought to have real meaning, Emotion and samsara shall no longer hold the reign. Ema! Sekarang sementara bardo dari kehidupan ini sedang berlangsung, Saya tidak akan malas karena tidak ada waktu untuk disia-siakan. Memasuki jalur tanpa gangguan dari pendengaran, pemikiran, pelatihan, Sementara sekarang aku memiliki wujud manusia yang berharga. Karena bentuk yang bebas dan disukai ini hendaknya memiliki makna yang nyata, Emosi dan samsara tidak lagi memegang kekuasaan.
Ema! Now that while the bardo of the dreamstate is unfolding, I will not sleep like a corpse, so careless, ignorant. Knowing everything is self-display, with recognition, Capture dreams, conjure, transform, train lucid wakefulness. Instead of lying fast asleep like animals are sleeping, I will use the Dharma just as in the waking state Ema! Sekarang sementara bardo dari keadaan mimpi sedang berlangsung, Aku tidak akan tidur seperti mayat, begitu ceroboh & bodoh cuek (tanpa tahu) Mengetahui segalanya adalah tampilan diri, dengan pengakuan, menangkap impian, sulapan, pengubahan, pelatihan kesadaran yang jernih. Daripada tidur nyenyak seperti binatang yang sedang tertidur, Saya akan menggunakan Dharma seperti dalam kondisi terjaga.
Ema! Now that while the meditation bardo is unfolding, I will set aside every deluded wandering. Free of clinging, settled within boundless nondistraction, I’ll be stable in completion and development. As I’m yielding projects to the single-minded training, Delusion and unknowing shall no longer hold the reign. Ema! Sekarang sementara meditasi bardo sedang berlangsung, Aku akan mengesampingkan setiap pengembaraan yang memperdaya. Bebas dari kemelekatan, menetap dalam ketidak-teralihkan yang tanpa terbatas, Saya akan stabil dalam penyelesaian dan pengembangan. Saat saya menyerahkan rencana pada pelatihan pikiran terpusat, Delusi dan ketidaktahuan tidak akan lagi memegang kendali.
Ema! Now that while the bardo of the death-state is unfolding, I will cast away attachment, clinging to all things. Enter undistractedly the state of lucid teachings, Suspending as a vast expanse this nonarising mind. Leaving this material form, my mortal human body, I will see it as illusion and impermanent. Ema! Sekarang sementara bardo dari kondisi kematian sedang berlangsung, Saya akan membuang kemelekatan, yang melekat pada segala hal. Masuk dengan tanpa gangguan pada keadaan ajaran yang nyata /jernih, Menangguhkan sebagai suatu hamparan luas pikiran yang tidak lagi muncul ini. Meninggalkan bentuk materi ini, tubuh manusia fana saya, Saya akan melihatnya sebagai ilusi dan tidak kekal.
Ema! Now that while the bardo of dharmata is unfolding, I will hold no fear or dread or panic for it all. Recognizing everything to be the bardo’s nature, Now the time has come for mastering the vital point. Colors, sounds and rays shine forth, self-radiance of knowing, May I never fear the peaceful-wrathful self-display. Ema! Sekarang sementara bardo dari dharmata sedang berlangsung, Aku tidak akan takut , gentar atau panik untuk itu semua. Mengakui segalanya sebagai sifat bardo, Sekarang waktunya telah tiba untuk menguasai poin penting. Warna, suara, dan sinar bersinar, pancaran kesadaran sendiri, Semoga saya tidak pernah takut pada tampilan diri yang penuh amarah dan damai.
Ema! Now that while the bardo of becoming is unfolding, I will keep the lasting goal one-pointedly in mind. Reconnecting firmly with the flow of noble action, I will shut the womb-doors and remember to turn back. Since this is the time for fortitude and pure perception, I will shun wrong views and train the guru’s union-form. Ema! Sekarang sementara bardo penjelmaan sedang berlangsung, Saya akan mengingat tujuan abadi dengan satu tujuan. Berhubungan kembali dengan kuat dengan aliran tindakan mulia, Aku akan menutup pintu rahim dan ingat untuk kembali. Karena inilah waktunya untuk ketabahan dan persepsi murni, Saya akan menghindari pandangan yang salah dan melatih bentuk persatuan (dengan) guru.
If I keep this senseless mind that never thinks of dying, And continue striving for the pointless aims of life, Won’t I be deluded when I leave here empty handed? Since I know the sacred Dharma is just what I need, Shouldn’t I be living by the Dharma right this moment, Giving up activities that are just for this life? Jika saya menyimpan pikiran tidak masuk akal yang tidak pernah berpikir tentang kematian, Dan terus berjuang untuk tujuan hidup yang tidak berarti, Apakah saya tidak akan tertipu ketika saya pergi dari sini dengan tangan kosong? Karena saya tahu Dharma suci adalah yang saya butuhkan, Bukankah seharusnya saya hidup berdasarkan Dharma saat ini, Memasrahkan kegiatan yang hanya untuk hidup ini?
These are the instructions which the gracious guru told me. If I do not keep the guru’s teachings in my heart, How can this be other than myself fooling myself? Ini adalah instruksi yang dikatakan oleh guru mulia itu kepada saya. Jika saya tidak menyimpan ajaran guru di hati saya, Bagaimana dapat ini bisa terjadi lainnya selain diriku yang membodohi diriku sendiri
II . HINDUISM : NIRVANA SHAKATAM , GAYATRI MANTRA, MADALA UPADESHA
MYSTICS PANTHEISTIC ? Pelayakan kemurnian (Impersonal Transendence ) > pelagakan (Personal Immanence)
Video Chant : Gaiea Sanskrit _ Madalasa Upadesha
Lullaby Song of Madalasa Upadesha from The Mārkaṇḍeya Purāṇa … Kidung Nina Bobo Ratu Madalasa kepada puteranya (Rshi Markandeya) Link Data : https://www.thestorygenie.com/blog/the-lullaby/or : https://unboundintelligence.com/madalasa-upadesha/
Verse 1śuddhosi buddhosi niraɱjano’si //saɱsāramāyā parivarjito’si// saɱsārasvapnaɱ tyaja mohanidrāɱ// maɱdālasollapamuvāca putram|Madalasa says to her crying son:// “You are pure, Enlightened, and spotless. //Leave the illusion of the world // and wake up from this deep slumber of delusion”Madalasa berkata kepada putranya yang menangis: //“Anda murni, Tercerahkan, dan tidak bernoda.// Tinggalkan ilusi dunia dan //bangun dari tidur nyenyak delusi ini "Verse 2śuddho’si re tāta na te’sti nāma // kṛtaɱ hi tatkalpanayādhunaiva|//paccātmakaɱ dehaɱ idaɱ na te’sti //naivāsya tvaɱ rodiṣi kasya heto||“My Child, you are Ever Pure! You do not have a name. //A name is only an imaginary superimposition on you.//This body made of five elements is not you nor do you belong to it.//This being so, what can be a reason for your crying ?”“Anakku, kamu Selalu Murni! Anda tidak punya nama.// Nama hanyalah lekatan khayal yang dikenakan pada Anda. // Tubuh yang terbuat dari lima elemen ini bukanlah Anda dan bukan pula milik Anda. // Karena itu, apa yang menjadi alasan Anda menangis? "Verse 3na vai bhavān roditi vikṣvajanmā //śabdoyamāyādhya mahīśa sūnūm|//vikalpayamāno vividhairguṇaiste //guṇāśca bhautāḥ sakalendiyeṣu||“The essence of the universe does not cry in reality. // All is a Maya of words, oh Prince! Please understand this. //The various qualities you seem to have are are just your imaginations, //They belong to the elements that make the senses (and have nothing to do with you).”“Esensi alam semesta tidak menangis dalam Realitas kenyataan. // Semuanya adalah kata-kata Maya, oh Pangeran! Mohon mengerti ini. // Berbagai kualitas yang tampaknya Anda miliki hanyalah imajinasi Anda, // Mereka termasuk dalam elemen yang membuat indra (dan tidak ada hubungannya dengan Anda). ”Verse 4bhūtani bhūtaiḥ paridurbalāni // vṛddhiɱ samāyāti yatheha puɱsaḥ| // annāmbupānādibhireva tasmāt //na testi vṛddhir na ca testi hāniḥ||“The Elements [that make this body] grow with accumulation of more elements, or//Reduce in size if some elements are taken away //This is what is seen in a body’s growing in size or becoming lean depending upon the consumption of food, water etc. //YOU do not have growth or decay.”“Unsur-unsur [yang membuat tubuh ini] tumbuh dengan akumulasi lebih banyak unsur,// atau Kurangi ukurannya jika beberapa elemen diambil // Inilah yang terlihat pada tubuh yang membesar atau menjadi kurus bergantung pada konsumsi makanan, air, dll.// KAMU tidak memiliki pertumbuhan atau kerusakan. "Verse 5tvam kamchuke shiryamane nijosmin // tasmin dehe mudhatam ma vrajethah| //shubhashubhauh karmabhirdehametat //mridadibhih kamchukaste pinaddhah||“You are in the body which is like a jacket that gets worn out day by day. // Do not have the wrong notion that you are the body. //This body is like a jacket that you are tied to, // For the fructification of the good and bad Karmas.”“Anda berada di dalam tubuh yang seperti jaket yang semakin hari semakin aus. // Jangan salah paham bahwa Anda adalah tubuh. // Tubuh ini seperti jaket yang diikat, // Untuk fruktifikasi dari karma baik dan buruk. "Verse 6tāteti kiɱcit tanayeti kiɱcit // aɱbeti kiɱciddhayiteti kiɱcit| // mameti kiɱcit na mameti kiɱcit //tvam bhūtasaɱghaɱ bahu ma nayethāḥ||“Some may refer to you are Father and some others may refer to you a Son or //Some may refer to you as Mother and some one else may refer to you as Wife. // Some say “You are Mine” and some others say “You are Not Mine” // These are all references to this “Combination of Physical Elements”, Do not identify with them.”“Beberapa mungkin menyebut Anda adalah Ayah dan beberapa lainnya mungkin merujuk Anda sebagai Putra atau // Beberapa orang mungkin menyebut Anda sebagai Ibu dan beberapa orang lain mungkin menyebut Anda sebagai Istri.// Beberapa orang mengatakan "Kamu adalah milikku" dan beberapa lainnya mengatakan "Kamu bukan milikku"// Ini semua adalah referensi ke "Kombinasi Elemen Fisik", Jangan identifikasi dengannya. "Verse 7sukhani duhkhopashamaya bhogan //sukhaya janati vimudhachetah| // tanyeva duhkhani punah sukhani //janati viddhanavimudhachetah||“The ‘deluded’ look at objects of enjoyment, // As giving happiness, by removing the unhappiness. // The ‘wise’ clearly see that the same object // Which gives happiness now will become a source of unhappiness.”“Pandangan yang 'tertipu' pada objek kenikmatan, // Seperti memberi kebahagiaan, dengan menghilangkan ketidakbahagiaan. // Orang 'bijak' dengan jelas melihat objek yang sama // Yang memberi kebahagiaan sekarang akan menjadi sumber ketidakbahagiaan. "Verse 8yānaɱ cittau tatra gataśca deho // dehopi cānyaḥ puruṣo niviṣṭhaḥ| // mamatvamuroyā na yatha tathāsmin // deheti mātraɱ bata mūḍharauṣa|“The vehicle that moves on the ground is different from the person in it // Similarly this body is also different from the person who is inside! // The owner of the body is different from the body. // Ah how foolish it is to think I am the body!”“Kendaraan yang bergerak di tanah berbeda dengan orang di dalamnya // Demikian pula tubuh ini juga berbeda dengan orang yang ada di dalam! // Pemilik tubuh berbeda dengan tubuh. // Ah betapa bodohnya menganggap aku adalah tubuh! "just imageSanskrit : śuddhosi buddhosi niraɱjano’si //saɱsāramāyā parivarjito’si// saɱsārasvapnaɱ tyaja mohanidrāɱ// English : “You are pure, Enlightened, and spotless. //Leave the illusion of the world // and wake up from this deep slumber of delusion”//Indonesian :“Anda murni, Tercerahkan, dan tidak bernoda.// Tinggalkan ilusi dunia dan //bangun dari tidur nyenyak delusi ini "S (Sk) : Maɱdālasollapamuvāca putram|E (Eng) : Madalasa says to her crying son://I (Ina) : Madalasa berkata kepada putranya yang menangis:
Nirvana Shatakam (Atma Shatkam) = 6 sloka filsafat advaita vedanta (Adi Shankara) 1. Manobuddhyahaṃkāra chittāni nāhaṃna cha śrotrajihve na cha ghrāṇanetrena cha vyoma bhūmir na tejo na vāyuḥchidānandarūpaḥ śivo’ham śivo’ham. I am not the mind, the intellect, the ego or the memory, I am not the ears, the skin, the nose or the eyes, I am not space, not earth, not fire, water or wind, I am the form of consciousness and bliss, I am the eternal Shiva... Bukan pikiran, bukan pula intelek; Bukan ego, bukan pula yang menyebabkan ego; Bukan panca indra; Bukan langit dan bukan bumi; Bukan cahaya dan bukan angin – Aku adalah Kesadaran Murni, Kebahagiaan Yang Kekal Abadi – Itulah Aku… 2. Na ca praṇasajño na vai paṃcavāyuḥ na vā saptadhātur na vā paṃcakośaḥ na vākpāṇipādaṃ na copasthapāyucidānandarūpaḥ śivo’ham śivo’ham. I am not the breath, nor the five elements, I am not matter, nor the 5 sheaths of consciousness Nor am I the speech, the hands, or the feet, I am the form of consciousness and bliss, I am the eternal Shiva... Apa yang disebut prana, energy, bukanlah Aku; Bukan elemen-elemen alami, bukan pula lapisan-lapisan kesadaran dalam diri manusia; Bukan badan kasat ini – Aku Adalah Kesadaran Murni, Kebahagiaan Yang Kekal Abadi – Itulah Aku… 3. Na me dveşarāgau na me lobhamohau mado naiva me naiva mātsaryabhāvaḥ na dharmo na cārtho na kāmo na mokşaḥ cidānandarūpaḥ śivo’ham śivo’ham. There is no like or dislike in me, no greed or delusion, I know not pride or jealousy, I have no duty, no desire for wealth, lust or liberation, I am the form of consciousness Tidak ada yang Kusukai, dan tidak ada yang tidak Kusukai; Tidak serakah, tidak pula bimbang; Tidak angkuh, tidak iri; Tidak ada keinginan apapun dalam diriKu – sekalipun untuk kebebasan itu sendiri – karena Aku Adalah Kesadaran Murni, Kebahagiaan Yang Kekal Abadi – Itulah Aku… 4. Na puṇyaṃ na pāpaṃ na saukhyaṃ na dukhyaṃ na mantro na tīrthaṃ na vedā na yajñaahaṃ bhojanaṃ naiva bhojyaṃ na bhoktā cidānandarūpaḥ śivo’ham śivo’ham. No virtue or vice, no pleasure or pain, I need no mantras, no pilgrimage, no scriptures or rituals, I am not the experienced, nor the experience itself, I am the form of consciousness and bliss, I am the eternal Shiva... Amal saleh dan dosa – dua-duanya telah Kulampaui; Suka dan duka tidak lagi mempengaruhi Aku; Ritual dan perjalanan suci, kenikmatan dan rasa nikmat itu sendiri – semuanya sudah Kulampaui – Aku Adalah Kesadaran Murni, Kebahagiaan Yang Kekal Abadi – Itulah Aku… 5. Na me mṛtyuśaṃkā na me jātibhedaḥ pitā naiva me naiva mātā na janmaḥna bandhur na mitraṃ gurunaiva śişyaḥ cidānandarūpaḥ śivo’ham śivo’ham. I have no fear of death, no caste or creed, I have no father, no mother, for I was never born, I am not a relative, nor a friend, nor a teacher nor a student, I am the form of consciousness and bliss, I am the eternal Shiva... Tidak ada lagi rasa takut akan kematian; Tidak Kukenali lagi perbedaan antara kelompok; Ayah, ibu, sahabat, saudara, guru, murid – tak sesuatu pun yang Kumiliki; Kelahiran dan kematian tidak Kukenali lagi – Aku adalah Kesadaran Murni, Kebahagiaan Yang Kekal Abadi – Itulah Aku… 6. Ahaṃ nirvikalpo nirākāra rūpo vibhutvāca sarvatra sarveṃdriyāṇaṃ na cāsangata naiva muktir na meyaḥcidānandarūpaḥ śivo’ham śivo’ham. I am devoid of duality, my form is formlessness, I exist everywhere, pervading all senses, I am neither attached, neither free nor captive, I am the form of consciousness and bliss, I am the eternal Shiva… Pikiran telah Kulampaui; Tak berwujud, namun berada di mana-mana; Tidak terikat, tidak mengenal kebebasan dan tidak bisa diukur – Aku adalah Kesadaran Murni, Kebahagiaan Yang Kekal Abadi – Itulah Aku…
MYSTICS PANTHEISTIC ? Pelayakan kemurnian (Impersonal Transendence ) > pelagakan (Personal Immanence) ?
RELIGI PANDEISTICS ?
II . HINDUISM :
Gayatri Mantra : Keilahian = Ekam sat viprah bahudah vadanti" (Truth, or God, is one, but wise men call Him/It by different names). Kedirian = "Vasudhaiva Kutumbakam" – "The whole world is one big family".
AUM BHUR BHUVAH SWAH Aum (O The Supreme God) ~ Bhur (Who is Eternally Exist) , Bhuvah (Who is absolutely Conscious), Svaha (Who is Blisfully Presence) Wahai Tuhan ~ Hyang Maha Abadi dalam KeberadaanNya, Maha Mutlak dalam kesadaranNya, Maha Mulia dalam KesempurnaanNya
TAT SAVITUR VARENYAM Tat (One Which) – Savitur ( Be the Source ), Vareniyam ( Who is worthy accepted) Hanya Dialah ~ Sumber Sejati Segalanya , Hyang Layak diutamakan
BHARGO DEVASYA DHIMAHI Bhargo (The Purifying Power),, Devasya (The Only God), Dhimahi ( The Only Focused). Hyang Maha Suci yang memurnikan, Maha Esa dalam segala pandangan, Maha Satu untuk tujuan segala puja kebaktian dan meditasi
DHIYO YO NAH PRACHODAYAT Dhiyo ( Our Intelect/Soul) – Yo (Just Who) – Nah (Ours) – Prachodayat (Guidance) Mantapkanlah Batin kami yang senantiasa tertuju kepadaMu Saja bagi kesemestaan ini dengan kecerahan bimbinganMu.
Jadi inget do'a tekad munajat thariqat dulu : berusaha selaras meng-esa tanpa ke'aku'an/ (walau susah, bro ... maklum MLD memang masih begitu kuat). I AM x i am - Ilahi Anta Maqshudi (Tuhanku Kaulah Maksud tujuanku ) wa ridhoka mathlubi (dan hanyalah keridhoanMu yang kuharapkan ) Inni atini mahabataka wa ma'rifataka = Sesungguhnya aku hanyalah mengharapkan kasih sayang dan hikmah pengetahuanMu
I. BUDDHISM : KASIHI DIRIMU
Tubuh Manusia Bagai Bunga
Seharusnya egkau t'lah tahu Jalan hidup yang kau tempuh itu salah Dan kau juga tau dimana jalan kebenaran itu Lalu mengapa kawan kau masih di sana
Seharusnya kau tlah menyadari hidup di dunia bukan sekedar menjalankan nasib Disini kita memiliki kesempatan tuk perbaiki semua sebelum terlambat dan jangan mudah terlena dan terhanyut kesenangan duniawi
Tanpa mau menyadari semua akan berakhir Ingat kawan semua akan berakhir Hidup manusia sementara, tubuh manusia bagai bunga yang pasti akan layu dan menuju kelapukan (2x) Hidup manusia sementara, tubuh manusia bagai bunga yang pasti akan layu dan menuju kelapukan (4x)
KASIHI SESAMA Bila Cinta Kasih Ada
Bila cinta ada dihati kita Maka tiada lagi benci pada sesama Bila kasih ada dihati kita Maka terhapuslah kesombongan dijiwa
REFF: Sungguh indah hidup ini Bila saling menyayangi Tiada iri tiada benci Hidup lebih berarti
Sesungguhnya kita sama Tiada berbeda Punya hati punya rasa Ingin hidup tenteram bahagia
2. METTA CHANT
Aham avero homi - Abyapajjho homi - Anigho homi - Sukhi-attanam pariharami May I be free from enmity and danger May I be free from mental suffering May I be free from physical suffering May I take care of myself happily Semoga saya bebas dari permusuhan dan bahaya Semoga saya bebas dari penderitaan mental Semoga saya bebas dari penderitaan fisik Semoga saya menjaga diri saya sendiri dengan berbahagia
Mama matapitu - Acariya ca natimitta ca - Sabrahma-carino ca May my parents - Teachers, relatives and friends - Fellow Dhammafarers Semoga orang tua saya - Guru, saudara-saudara dan teman-teman - Rekan-rekan se-Dhamma Avera hontu - Abyapajjha hontu - Anigha hontu - Sukhi-attanam pariharantu Be free from enmity and danger Be free from mental suffering Be free from physical suffering May they take care of themselves happily Bebas dari permusuhan dan bahaya Bebas dari penderitaan mental Bebas dari penderitaan fisik Semoga mereka menjaga diri mereka sendiri dengan berbahagia
Imasmim arame sabbe yogino – May all yogis in this compound – Semoga semua pertapa di dunia ini Avera hontu - Abyapajjha hontu - Anigha hontu - Sukhi-attanam pariharantu Be free from enmity and danger Be free from mental suffering Be free from physical suffering May they take care of themselves happily Bebas dari permusuhan dan bahaya Bebas dari penderitaan mental Bebas dari penderitaan fisik Semoga mereka menjaga diri mereka sendiri dengan berbahagia
Imasmim arame sabbe bhikkhu - Samanera ca - Upasaka-upasikayo ca May all monks in this compound - Novice monks - Laymen and laywomen disciples Semoga semua biarawan biarawati di dunia ini Calon biarawan biarawati Para umat Avera hontu - Abyapajjha hontu - Anigha hontu - Sukhi-attanam pariharantu Be free from enmity and danger Be free from mental suffering Be free from physical suffering May they take care of themselves happily Bebas dari permusuhan dan bahaya Bebas dari penderitaan mental Bebas dari penderitaan fisik Semoga mereka menjaga diri mereka sendiri dengan berbahagia
Amhakam catupaccaya-dayaka May our donors of the four supports : clothings, food, medicine and lodging Semoga semua dermawan Avera hontu - Abyapajjha hontu - Anigha hontu - Sukhi-attanam pariharantu Be free from enmity and danger Be free from mental suffering Be free from physical suffering May they take care of themselves happily Bebas dari permusuhan dan bahaya Bebas dari penderitaan mental Bebas dari penderitaan fisik Semoga mereka menjaga diri mereka sendiri dengan berbahagia
Amhakam arakkha devata - Imasmim vihare - Imasmim avase - Imasmim arame - Arakkha devata May our guardian devas - In this monastery - In this dwelling - In this compound - May the guardian devas Semoga dewa penolong kita Di biara ini Di tempat ini Di dunia ini Semoga dewa penolong tersebut Avera hontu - Abyapajjha hontu - Anigha hontu - Sukhi-attanam pariharantu Be free from enmity and danger Be free from mental suffering Be free from physical suffering May they take care of themselves happily Bebas dari permusuhan dan bahaya Bebas dari penderitaan mental Bebas dari penderitaan fisik Semoga mereka menjaga diri mereka sendiri dengan berbahagia
Sabbe satta- Sabbe pana - Sabbe bhuta - Sabbe puggala - Sabbe attabhava-pariyapanna - Sabba ithhiyo - Sabbe purisa - Sabbe ariya - Sabbe anariya - Sabbe deva - Sabbe manussa - Sabbe vinipatika May all beings , All breathing things, All creatures, All individuals (it means all beings, too), All personalities (it means all beings with mind and body), May all females, All males, All noble one (saints), All worldlings (i.e. those who have not attained sainthood), All deities, All humans, All those in the four woeful planes Semoga semua mahluk , Semua yang bernafas, Semua yang tercipta, Semua individu, Semua pribadi , Semua wanita , Semua laki-laki, Semua mahluk suci, Semua mahluk yang belum mencapai kesucian, Semua dewata, Semua manusia, Semua yang berada di empat jenis alam menderita Avera hontu - Abyapajjha hontu - Anigha hontu - Sukhi-attanam pariharantu Be free from enmity and danger Be free from mental suffering Be free from physical suffering May they take care of themselves happily Bebas dari permusuhan dan bahaya Bebas dari penderitaan mental Bebas dari penderitaan fisik Semoga mereka menjaga diri mereka sendiri dengan berbahagia
Karuna : Dukkha muccantu - Mudita : Yatha-laddha-sampattito mavigacchantu - Upekkha : Kammassaka Compassion : May all beings be free from suffering, Appreciative joy : May whatever they have gained not be lost, Equanimity : All beings are owners of their kamma Belas kasih : Semoga semua mahluk bebas dari penderitaan - Turut berbahagia : Semoga mereka tidak kehilangan apa yang telah mereka peroleh - Keseimbangan : Semua mahluk adalah pemilik kammanya sendiri
Puratthimaya disaya - Pacchimaya disaya - Uttara disaya - Dakkinaya disaya- Puratthimaya anudisaya - Pacchimaya anudisaya- Uttara anudisaya - Dakkhinaya anudisaya - Hetthimaya disaya - Uparimaya disaya In the eastern direction, In the western direction, In the northern direction, In the southern direction, In the southeast direction, In the northwest direction, In the northeast direction, In the southwest direction,In the direction below, In the direction above Baik di arah timur, Di arah barat, Di arah utara, Di arah selatan, Di arah tenggara, Di arah barat laut , Di arah timur laut , Di arah barat daya, Di arah bawah , Di arah atas
Sabbe satta- Sabbe pana - Sabbe bhuta - Sabbe puggala - Sabbe attabhava-pariyapanna - Sabba ithhiyo - Sabbe purisa - Sabbe ariya - Sabbe anariya - Sabbe deva - Sabbe manussa - Sabbe vinipatika May all beings , All breathing things, All creatures, All individuals (it means all beings, too), All personalities (it means all beings with mind and body), May all females, All males, All noble one (saints), All worldlings (i.e. those who have not attained sainthood), All deities, All humans, All those in the four woeful planes Semoga semua mahluk , Semua yang bernafas, Semua yang tercipta, Semua individu, Semua pribadi , Semua wanita , Semua laki-laki, Semua mahluk suci, Semua mahluk yang belum mencapai kesucian, Semua dewata, Semua manusia, Semua yang berada di empat jenis alam menderita Avera hontu - Abyapajjha hontu - Anigha hontu - Sukhi-attanam pariharantu Be free from enmity and danger Be free from mental suffering Be free from physical suffering May they take care of themselves happily Bebas dari permusuhan dan bahaya Bebas dari penderitaan mental Bebas dari penderitaan fisik Semoga mereka menjaga diri mereka sendiri dengan berbahagia
Karuna : Dukkha muccantu - Mudita : Yatha-laddha-sampattito mavigacchantu - Upekkha : Kammassaka Compassion : May all beings be free from suffering, Appreciative joy : May whatever they have gained not be lost, Equanimity : All beings are owners of their kamma Belas kasih : Semoga semua mahluk bebas dari penderitaan - Turut berbahagia : Semoga mereka tidak kehilangan apa yang telah mereka peroleh - Keseimbangan : Semua mahluk adalah pemilik kammanya sendiri
Uddham yava bhavagga ca - Adho yava aviccito : Samanta cakkavalesu - Ye satta pathavicara As far as the highest plane of existence , To as far down as the lowest plane - In the entire universe - Whatever beings that move on earth Sejauh alam yang paling tinggi, Sampai pada alam yang paling rendah - Di alam semesta ini - Mahluk apapun yang bergerak di bumi Abyapajjha nivera ca - Nidukkha ca nupaddava - May they be free from mental suffering and enmity And from physical suffering and danger Semoga mereka bebas dari penderitaan mental dan permusuhan - Dan dari penderitaan fisik dan bahaya
Uddham yava bhavagga ca - Adho yava aviccito : Samanta cakkavalesu - Ye satta udakecara As far as the highest plane of existence , To as far down as the lowest plane - In the entire universe - Whatever beings that move on water Sejauh alam yang paling tinggi, Sampai pada alam yang paling rendah - Di alam semesta ini - Mahluk apapun yang bergerak di air Abyapajjha nivera ca - Nidukkha ca nupaddava - May they be free from mental suffering and enmity And from physical suffering and danger Semoga mereka bebas dari penderitaan mental dan permusuhan - Dan dari penderitaan fisik dan bahaya
Uddham yava bhavagga ca - Adho yava aviccito : Samanta cakkavalesu - Ye satta akasecara As far as the highest plane of existence , To as far down as the lowest plane - In the entire universe - Whatever beings that move in air Sejauh alam yang paling tinggi, Sampai pada alam yang paling rendah - Di alam semesta ini - Mahluk apapun yang bergerak di udara Abyapajjha nivera ca - Nidukkha ca nupaddava - May they be free from mental suffering and enmity And from physical suffering and danger Semoga mereka bebas dari penderitaan mental dan permusuhan - Dan dari penderitaan fisik dan bahaya
3. VISUDHI GATHA
SONGS FOR RELIGIOUS BUDDHIST Singer : Lodiana Lo Pencipta lagu : Maechee Ajita Vepulla
Accayaṃ me kataṃ Buddha Yaṃ taṃ āvikaromi te Anāvaţaṃ asallìnaṃ Suddhaṃ bhavatu me manaṃ Dengan menyadari kesalahan-kesalahanku Secara tulus dan terbuka Di depan Sang Buddha yang amat Bijaksana Semoga batinku senantiasa murni dan tentram
Kāyena vācā cittena Yaṃ parena kataṃ aghaṃ Khamām'idāni taṃ sabbaṃ Sammāsambuddhā sammukhā Jika dengan perbuatan, ucapan, dan kehendak pikiran Orang lain telah berbuat salah pada saya Saya dengan tulus memaafkan kesemua itu Didepan Sang Buddha yang penuh kasih sayang
So'haṃ khamāmi nidukkhā Khemino viharantu te Pūrentu mamasańkappā Mettāya karuņāya ca Berkat kesiapanku untuk memaafkan kesemua itu Semoga mereka selamat dan bebas dari penyesalan Semoga pikiranku tenteram dan damai Terpenuhi dengan cinta kasih dan kasih sayang
Kāyena vācā cittena Yaṃ kataṃ sukataṃ mayā Anumodayāmi aññesaṃ Sammāsambuddhā sammukhā Jika dengan perbuatan, ucapan, dan kehendak pikiran Saya telah berbuat baik kepada orang lain Saya dengan bahagia berbagi jasa kepada semuanya Di depan Sang Buddha yang telah mencapai penerangan sempurna
Modāmi nata citto'haṃ Puññena sukatena me Tath'eva pāņino sabbe Adigacchantu taṃ sukhaṃ Dengan batin yang bersih dari keangkuhan Saya bergembira di dalam semua kebajikanku Berharap semua makhluk di mana pun berada Dapat menikmati kebahagiaanku ini
III . CHRISTIANITY : AMAZING GRACE
Kutipan : 3 PRIBADI INSPIRATIF 2013ku
NB: Lagu Amazing Grace mengisahkan kesungguhan pertobatan seseorang untuk kembali ke Jalan Tuhan setelah ketersesatannya. Walau singkat, Jeff menyanyikannya sangat impresif. (Untuk menjaga universalitas posting kami ini.... lyric terjemahan lagu gospel himne Kristiani Amazing Grace - John Newton ini dipotong di akhir sedikit, ya ?)
Amazing Grace - John Newton(Karunia yang Menakjubkan - John Newton)
VERSE 1 Amazing Grace, how sweet the sound, Karunia menakjubkan, betapa indahnya suara itu terdengarThat saved a wretch like me....Yang menyelamatkan orang celaka (malang/buruk) sepertikuI once was lost but now am found,Aku dahulu pernah tersesat (hilang arah) tetapi sekarang aku ditemukan kembaliI was blind, but now, I see.Aku dulu buta tetapi sekarang aku (dapat) melihat
VERSE 2T'was Grace that taught my heart to fear.Ini adalah Karunia yang mengajarkan hatiku untuk takut And Grace, my fears relieved.dan Karunia (yang mana) ketakutanku menjadi terbebaskanHow precious did that Grace appear...betapa berharganya Karunia itu tampaknyathe hour I first believed.saat ini (jam ini?) seketika aku langsung (pertama kali) segera mempercayaiNya
IV . ISLAM : SYIIRAN TANPO WATON , WAHYU KOLOSEBO,
Syiir Tanpa Waton" H Moh Nozam As-Sofa (Gus Nizam)
Astaghfirulloh Robbal baroyaah - Astaghfirulloh Minal Khothoyah Aku mohon ampun kepada Tuhannya segala makhluk - Aku mohon ampun kepada Allah dari segala kesalahan Robbi zidni 'ilman nafii'aan - Wa waffiqni 'Amalaan sholihan Aku mohon tambahkan ilmu bermanfaat - dan bimbinglah aku dalam tindakan kesalehan
Ya rosulallooh salamun 'alaik - Ya rofi'asyaani wad daarojii Wahai utusan Allooh semoga keselamatan tetap padamu - Wahai yang berbudi luhur dan berderajat tinggi 'Athfatai yaa jii rotal 'alaami - Ya Uuhailal judi wal karomi 2x Rasa kasihmu wahai para pemimpin tetangga - Wahai ahli dermawan dan pemurah hati 2x
Ngawiti ingsun nglaras syi'iran - Kelawan muji maring pengeran - Kang paring rohmat lan kenikmatan Rino wengine tanpo pitungan 2x Aku memulai menembangkan syi’ir - Dengan memuji kepada Tuhan - Yang memberi rohmat dan kenikmatan Siang dan malamnya tanpa terhitung 2x
Duh bolo konco prio wanito - Ojo mung ngaji syare'at bloko - Gur pinter dongeng nulis lan moco Tembe mburine bakal sangsoro 2x Wahai para teman pria dan wanita - Jangan hanya belajar syari’at saja - Hanya pandai bicara, menulis dan membaca Saat mendatang akan sengsara 2x
Akeh kang apal Qur'an Hadist e - Seneng Ngafirkeh marang liyane - Kafir e dewe gak di gatekke Yen isih kotor ati akale 2x Banyak yang hapal Qur’an dan Haditsnya - Senang mengkafirkan orang lain - Kafirnya sendiri tak dihiraukan Jika masih kotor hati dan akalnya 2x
Gampang kabujuk Nafsu angkoro - Ing pepaese Gebyare ndunyo - Iri lan meri sugi e tonggo Mulo atine peteng lan Nisto 2x Mudah terbujuk nafsu angkara - Dalam hiasan gemerlapnya dunia - Iri dan dengki kekayaan tetangga Maka hatinya gelap dan nista 2x
Ayo sedulur Jo nglale ake - Wajib e ngaji sak pranatane - Nggo ngandelake iman Tauhid e Baguse sangu mulyo matine 2x Ayo saudara jangan melupakan - Wajibnya mengkaji lengkap dengan aturannya - Untuk mempertebal iman tauhidnya Bagusnya bekal mulia matinya2x
Kang aran sholeh bagus atine - Kerono mapan sari ilmune -Laku torekot lan ma'rifate Ugo hakekot manjing rasane 2x Yang disebut sholeh adalah bagus hatinya- Karena mapan sari ilmunya - Menjalankan tarekat dan ma’rifatnya Juga hakikat meresap rasanya 2x
Alqur'an kodhim wahyu minulyo - Tanpo tinulis iso diwoco - Iku wejangan guru waskito Den tancep ake ing njero dodo 2x Al Qur’an qodim wahyu yang mulia - Tanpa ditulis bisa dibaca - Itulah nasihat guru yang cerdas Ditancapkan di dalam dada 2x
Kumantil ati lan pikiran - Mrasuk ing badan kabeh jeroan - Mukjizat rosul dadi pedoman Minongko dalan manjing e iman 2x Menempel di hati dan pikiran - Merasuk dalam badan dan seluruh hati - Mukjizat Rosul (Al-Qur’an) jadi pedoman Sebagai sarana jalan masuknya iman 2x
Kelawan Alloh Kang maha Suci - Kudhu rangkulan rino lan wengi - Di tirakati di riadhoi Dzikir lan suluk jo nganti lali 2x Kepada Alloh Yang Maha Suci- Harus mendekatkan diri siang dan malam -Diusahakan dengan sungguh-sungguh secara ihlas Dzikir dan suluk jangan sampai lupa 2x
Urip e ayem rumongso aman - Dununge roso tondo yen iman - Sabar nerimo senajan paspasan Kabeh tinakdir saking pengeran 2x Hidupnya tentram merasa aman - Mantapnya rasa pertanda iman - Sabar menerima walau hidup seadanya Semua adalah takdir dari Tuhan 2x
Kelawan konco dulur lan tonggo - Kang podo rukun ojo daksio - Iku sunnah e rosul kang mulyo Nabi muhammad panutan kito 2x Terhadap teman, saudara dan tetangga - selalulah rukun jangan bertengkar - Itu sunnahnya Rosul yang mulia Nabi Muhammad tauladan kita 2x
Ayo nglakoni sekabeane - Alloh kang bakal ngangkat drajate - Senajan ashor toto dhohire Ananging mulyo makom drajat e 2x Ayo dijalani kesemuanya - Allah yang akan mengangkat derajatnya - Walaupun rendah tampilan dhohirnya Namun mulia maqam derajatnya di sisi Allah 2x
Lamun palastro ing pungkasane - Ora kesasar roh lan sukmane - Den gadang Alloh syuargo manggone Utuh mayite ugo ules 2x Ketika ajal telah datang di akhir hayatnya - Tidak tersesat ruh dan sukmanya - Dirindukan Allah surga tempatnya Utuh jasadnya juga kafannya 2x
Ya rosulallooh salamun 'alaik - Ya rofi'asyaani wad daarojii Wahai utusan Allooh semoga keselamatan tetap padamu - Wahai yang berbudi luhur dan berderajat tinggi 'Athfatai yaa jii rotal 'alaami - Ya Uuhailal judi wal karomi 2x Rasa kasihmu wahai para pemimpin tetangga - Wahai ahli dermawan dan pemurah hati 2x
WAHYU KOLOSEBO,“Tembang Petunjuk Saat MenghadapNya - Sri Narendra Kalaseba
rumekso ingsun laku nisto ngoyo woroku jaga diriku dari berbuat nista sekehendak hatiKelawan mekak howo, howo kang dur angkoromelawan / mengendalikan hawa, hawa (nafsu) yang diliputi angkaraSenadyan setan gentayangan, tansah gawe rubedameskipun setan gentayangan masih saja / selalu membuat gangguanHinggo pupusing jamanhingga akhir jaman Hameteg ingsun nyirep geni wiso murkosekuat tenaga diriku memadamkan api, bisa (racun), murkaMaper hardening ponco, saben ulesing netroMengendalikan panca indera (dalam) setiap kedipan mataLinambaran sih kawelasan, ingkang paring kamulyandilandasi belas kasih Sang Pemberi KemulyaanSang Hyang Jati PengeranSang Maha Penguasa Sejati Jiwanggo kalbu, samudro pepuntoning lakuBertahta di kalbu, samudera pemandu lakuTumuju dateng Gusti, Dzat Kang Amurbo Dumadimenuju Tuhan, Dzat pemelihara mahklukManunggaling kawulo Gusti, kreteg ati bakal dumadibersatu (khusyuk) dengan Tuhan, kehendak hati akan terlaksanaMukti ingsun tanpo pirantikejayaanku tanpa syarat Sumebyar ing sukmo madu sarining perwitomenyebar di sukma madu sari perwitaManeko warno prodo, mbangun projo sampurnoberaneka warna prada, membangun diri yang sempurnaSengkolo tido mukso, kolobendu nyoto sirnosengkala pasti musnah, malapetaka nyata hilangTyasing roso mardikomenimbulkan rasa merdeka Mugiyo den sedyo pusoko Kalimosodosemoga karena ucapan pusaka kalimat syahadatYekti dadi mustiko, sajeroning jiwo rogobenar benar jadi mustika di dalam jiwa ragaBejo mulyo waskito, digdoyo bowo leksonokeberuntungan, kemulyaan, kewaskitaan, kesaktian serta kewibawaanByar manjing sigro-sigrobyar terwujud dengan segera Ampuh sepuh wutuh, tan keno iso paneluhampuh, sepuh, utuh, tidak mempan diteluhGagah bungah sumringah, ndadar ing wayah-wayahgagah riang gembira merekah di setiap waktuSatriyo toto sembodo, Wirotomo katon sewu kartikosatria tata sembada, wiratama bagaikan seribu bintangKataman wahyu KoloseboDitimpakan wahyu kolosebo Memuji ingsun kanthi suwito linuhungaku memuji dengan menghadap Maha TinggiSegoro gando arum, suh rep dupo kumelunlautan bau harum bagai asap dupa berarakGinulah niat ingsun, hangidung sabdo kang luhurMengolah niatku yang mengkidung kata-kata luhurTitahing Sang Hyang Agungperintahnya Sang Maha Agung Rembesing tresno, tondho luhing netro rosorembesan kasih sayang tanda air mata rasaRoso rasaning ati, kadyo tirto kang sucirasa perasaan di hati ibarat air yang suciKawistoro jopo montro, kondang dadi pepadangdiwujutkan japa mantra, terkenal jadi penerangPalilahing Sang Hyang WenangDengan kuasa Sang Maha Kuasa Nowo dewo jawoto, tali santiko bawonosembilan perwujudan dewa, tali kekuatan semestaPrasido sidhikoro, ing sasono asmoroloyoabadi memuji di surgaSri Narendro Kolosebo, winisudo ing gegonoSang Raja Kolosebo, diwisuda di angkasaDatan gingsir sewu warsoTidak akan lengser seribu tahun
Astaghfirullah Rabbal Barroya
Astaghfirullah Rabbal Barroya (Ampunilah Hamba Ya Allah Maha Penerima Taubat) Astaghfirullah Minal khotoya. (Ampunilah Hamba Ya Allah Daripada Segala Dosa)
Rabbi zidni 'ilman naa fi'a (Tambahkan kepadaku ilmu yang berguna) Wa wa fiqni 'amalam maqbula (Dan berikanlah aku amalan yang dimakbulkan) Wa Wa habli rizqan waasi'a (Dan kurniakan kepadaku rezeki yang meluas) Wa tub 'alaia taubatan nasuha (Dan perkenankan taubatku dengan taubat nasuha)
Astaghfirullah Rabbal Barroya (Ampunilah Hamba Ya Allah Maha Penerima Taubat) Astaghfirullah Minal khotoya. (Ampunilah Hamba Ya Allah Daripada Segala Dosa)
falihaadzaassirri ad’uu (Maka oleh karen rahasia itu aku berdoa) fi yasaari wa ‘asaari (Pada saat senang dan susahku ) ana ‘abduu shoro fakhri (Aku adalah hamba, menjadi kebanggaanku ) dhimna faqri wadhthiroori (Dalam kefakiran dan keperluanku )
Astaghfirullah Rabbal Barroya (Ampunilah Hamba Ya Allah Maha Penerima Taubat) Astaghfirullah Minal khotoya. (Ampunilah Hamba Ya Allah Daripada Segala Dosa)
qod kafani i’lmu robbi (telah cukup bagiku ilmu tuhanku) min su-aali wakhtiyaari (tentang permintaan dan usahaku ) yaa ilaahi wa maliiki (Wahai tuhanku, wahai yang memilikiku ) Anta ta’lamu kaifa haali (Engkau mengetahui akan keadaanku)
V. SECULAR :
Just Humanistics > agnostics > atheistics ?
Imagine | John Lennon
Imagine there's no heaven Bayangkanlah tak ada surga It's easy if you try Mudah jika kau mau berusaha No hell below us Tak ada neraka di bawah kita Above us only sky Di atas kita hanya ada langit Imagine all the people Bayangkanlah semua orang Living for today... Hidup hanya hari ini...
Imagine there's no countries Bayangkanlah tak ada negara It isnt hard to do Tidak sulit melakukannya Nothing to kill or die for Tak ada alasan untuk membunuh dan terbunuh No religion too Juga tak ada agama Imagine all the people Bayangkan semua orang Living life in peace... Menjalani hidup dalam damai...
Imagine no possesions Bayangkan tak ada harta benda I wonder if you can Aku ragu apakah kau mampu No need for greed or hunger Tak perlu rakus atau lapar A brotherhood of man Persaudaraan manusia Imagine all the people Bayangkan semua orang Sharing all the world... Berbagi dunia ini
You may say Im a dreamer Mungkin kau kan berkata aku seorang pemimpi But Im not the only one Namun aku bukanlah satu-satunya I hope some day you'll join us Kuharap suatu saat kau kan bergabung dengan kami And the world will live as one Dan dunia akan bersatu
V. SECULAR :
Just Humanistics > agnostics > atheistics ?
HALAL BI HALAL 05052022 (BAHAS) KONSEP & REVISED
HALAL BI HALAL 05052022 (BAHAS) KONSEP
HALAL BI HALAL 05052022 (BAHAS) KONSEP
HALAL BI HALAL 05052022 by ISLAMIlisting of HALAL BI HALAL 05052022.zipHALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/ARSIP BLOG/
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/ARSIP BLOG/SEBELUMNYA/
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/ARSIP BLOG/SEBELUMNYA/ISLAM ARCHIVE.ORG OKE 123.docx
149683
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/ARSIP BLOG/SEBELUMNYA/ISLAM ARCHIVE.ORG OKE 123.pdf
1564551
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/ARSIP BLOG/TERBARU/
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/ARSIP BLOG/TERBARU/QURAN LANJUT by QURAN 16042022.docx
47188
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/ARSIP BLOG/TERBARU/QURAN LANJUT by QURAN 16042022.pdf
654035
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/ARSIP BLOG/TERBARU/REKAP QURAN OKEY.docx
27957
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/ARSIP BLOG/TERBARU/REKAP QURAN OKEY.pdf
284102
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/ARSIP BLOG/ | |
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/ARSIP BLOG/SEBELUMNYA/ | |
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/ARSIP BLOG/SEBELUMNYA/ISLAM ARCHIVE.ORG OKE 123.docx | 149683 |
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/ARSIP BLOG/SEBELUMNYA/ISLAM ARCHIVE.ORG OKE 123.pdf | 1564551 |
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/ARSIP BLOG/TERBARU/ | |
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/ARSIP BLOG/TERBARU/QURAN LANJUT by QURAN 16042022.docx | 47188 |
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/ARSIP BLOG/TERBARU/QURAN LANJUT by QURAN 16042022.pdf | 654035 |
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/ARSIP BLOG/TERBARU/REKAP QURAN OKEY.docx | 27957 |
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/ARSIP BLOG/TERBARU/REKAP QURAN OKEY.pdf | 284102 |
130712
636722
130712 | |
636722 |
NASH = QS Ali Imron : 133 - 136 & Hadits Arbain 1818199
182173
QS Ali Imron : 133 - 136HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/NASH/QUR'AN/REKAP TOTAL QURAN.docx
4762601
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/NASH/QUR'AN/REKAP TOTAL QURAN.pdf
12953926
Wa saari’u ilaa maghfirotim mir robbikum wa jannatin ‘ardhuhas samaawatu wal ardhu u’iddat lil muttaqiin .[3.133] Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,Alladziina yunfiquuna fis saroo-i wadh dhoroo-i, wa kaazhimiinal ghoizho, wal ‘aafina ‘anin naas(i). Walloohu yuhibbul muhsiniin.[3.134] (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.Wal ladziina idzaa fa’aluu faahisyatan au zholamuu anfusahum ~ dzakarullooha, fastaghfaruu li dzuunubihim. Wa may yaghfirudz dzuunuba illallooh(u) ? Wa lam yushiruu ‘alaa maa fa’aluu wa hum ya’lamuun.[3.135] Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.Ulaa-ika jazaa-uhum maghfirotum mir robbihim wa jannaatun tajrii min tahtihal anhaaru, khoolidiina fiihaa wa ni’mal ajrul ‘aamiliin.[3.136] Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/NASH/QUR'AN/PLUS/BOOK/
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/NASH/QUR'AN/PLUS/BOOK/Holy_Quran_Full.pdf
4278960
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/NASH/QUR'AN/PLUS/BOOK/Terjamah Al-Qur'an Perkata.pdf
94002586
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/NASH/QUR'AN/PLUS/BOOK/quran jawa.pdf
30865293
Hadits Arbain 18HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/NASH/HADITS/REKAP HADITS ARBAIN ARAB LATIN ARTI.docx
107629
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/NASH/HADITS/REKAP HADITS ARBAIN ARAB LATIN ARTI.pdf
1032615
‘an -abii dzarro jundub ibn junaadata wa abdir rohmani mu‟aadz ibn jabalin rodhiyalloohu „anhumaDari Abu Zar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman, Mu‟az bin Jabal radhiallahuanhuma‘an rosuulillaahi shollalloohu „alaihi wa sallama qoola :dari Rasulullah Shallallahu‟alaihi wasallam beliau bersabda :Ittaqillaaha haitsu maa kuntaBertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada,Wa atbi‟is sayyi-atil hasanata tamhuhaairingilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnyaWa khooliqin naasa bikhuluqin hasanindan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik “(Riwayat Turmuzi, dia berkata haditsnya hasan, pada sebagian cetakan dikatakan hasan shahih
18199 | |
182173 |
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/NASH/QUR'AN/REKAP TOTAL QURAN.docx | 4762601 |
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/NASH/QUR'AN/REKAP TOTAL QURAN.pdf | 12953926 |
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/NASH/QUR'AN/PLUS/BOOK/ | |
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/NASH/QUR'AN/PLUS/BOOK/Holy_Quran_Full.pdf | 4278960 |
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/NASH/QUR'AN/PLUS/BOOK/Terjamah Al-Qur'an Perkata.pdf | 94002586 |
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/NASH/QUR'AN/PLUS/BOOK/quran jawa.pdf | 30865293 |
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/NASH/HADITS/REKAP HADITS ARBAIN ARAB LATIN ARTI.docx | 107629 |
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/NASH/HADITS/REKAP HADITS ARBAIN ARAB LATIN ARTI.pdf | 1032615 |
PROLOG
Bismillaahir rohmaanir rohiim .Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha PenyayangAssalamu 'alaikum wa rohmatulloohi wa barokatuh(u).Semoga Allah melimpahkan kepada kamu/kalian keselamatan, rahmat, serta keberkahanNyajawab: Wa' alaikum salam w arahmatullahi wa barakatuh Dan semoga kepada kalian keselamatan dan rahmat Allah serta keberkahannya terlimpah juga
Alhamdulillaah –Alhamdulillaahi robbil 'aalamiina Segala puji bagi Allooh - Segala puji bagi Allooh Tuhan semesta alam ~wa bihi na'budu mukhlishiina lahud diin(a), wa bihi nasta'iinu umurid dunyaa wad diin(i).Dan hanya kepadaNya kita beribadah secara ikhlash sesuai dengan ketentuanNya (agama) ; Dan hanya kepadaNya kita memohon pertolongan dalam segala masalah duniawi & ukhrowi (agama) Innalhamdalillaahi nahmaduhu, wa nasta’iinuhu, wanastaghfiruhu; wa na’uudzu billaaahi ming syuruuri angfusinaa wa min sayyi-ati a’maalinaa. sesungguhnya pujian itu milik Allah kita memuji-Nya dan kita minta pertolongan-Nya, dan kita memohon ampunan kepada-Nya,: dan kita mohon lindungan kepada-Nya dari keburukan diri kita, dan dari kejahatan amal-amal kitaMay yahdihillaahu fa laa mudhillalahu ; wa may yudhlilhu fa laa haadiyiyallahu. siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk
Asyhadu al-laa ilaaha illalloohu wahdahu laa syaariikalah(u) ; wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rosuuluh(u).aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan AllahAlloohumma sholli wa saliim wa baarik ‘alaa rosuulika nabiyyil ummiyi Muhammadin (sholaalloohu 'alaihi was salaam) wa 'alaa aalihi wa shohbihi,wa ummatihi minal jami'il muslimiina wal muslimat,wal mu’miniina wal mu’minaat~ al ahyaai minhum wal amwaat man ihtada bi hadyi-hi ilaa yaumid diin.Ya Allah limpahkanlah rahmat dan keselamatan serta berkah kepada rosul utusanMu nabi yang ummi Muhammad SAW dan kepada keluarganya, sahabatnya dan umatnya dari jamaah muslimin & muslimat , mukminin & mukminat ~ yang masih hidup maupun yang telah wafat ~ yang senantiasa menikuti petunjuknya hingga hari kiamat/ pembalasan
Qoolallohu ta'alaa fiil qur-aanil kariim : Berfirman alloh SWT dalam Al Qur'an mulia A'uudzu billaahi minasy syaithoonir rojiim. Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk Bismillaahir rohmaanir rohiim . Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Wa saari’u ilaa maghfirotim mir robbikum wa jannatin ‘ardhuhas samaawatu wal ardhu u’iddat lil muttaqiin .[3.133] Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,Alladziina yunfiquuna fis saroo-i wadh dhoroo-i, wa kaazhimiinal ghoizho, wal ‘aafina ‘anin naas(i). Walloohu yuhibbul muhsiniin.[3.134] (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.Wal ladziina idzaa fa’aluu faahisyatan au zholamuu anfusahum ~ dzakarullooha, fastaghfaruu li dzuunubihim. Wa may yaghfirudz dzuunuba illallooh(u) ? Wa lam yushiruu ‘alaa maa fa’aluu wa hum ya’lamuun.[3.135] Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.Ulaa-ika jazaa-uhum maghfirotum mir robbihim wa jannaatun tajrii min tahtihal anhaaru, khoolidiina fiihaa wa ni’mal ajrul ‘aamiliin.[3.136] Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.Shodaqolloohu azhiim.Maha benarlah Allah yang Maha Agung
Wa qoola rosuulullooh Muhammadin (sholaaloohu 'alaihi was salaam) : Dan bersabda rosuululloh Muhammad SAW Ittaqillaaha haitsu maa kunta ~ Wa atbi’is sayyi-atil hasanata tamhuhaa, Wa khooliqin naasa bikhuluqin hasanin Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik “(Riwayat Turmuzi, dia berkata haditsnya hasan, pada sebagian cetakan dikatakan hasan shahih)Shodaqta yaa Rosuulullooh Engkau benar wahai rosuulullooh
Robbisy roh lii shodrii, wa yassir lii amrii , wah lul ‘uqdatam min lisaani – yafqohuu qoulii."Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku. (Do'a Nabi Musa a.s QS Thoha : 25- 28)
PEMBUKA Kepada yang terhormat para sesepuh, orang tua dan kerabat keluarga besar..... yang selalu mendapat rahmat Allooh subhanahu wa ta'alaa.Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allooh subhanahu wa ta'alaa yang telah melimpahkan berkah kebaikan kepada kita semua dengan mengucapkan hamdalah bersama-sama saya Alhamdulillahi Robbil ‘aalamii. Sungguh nikmat kebaikan yang dianugerahkan kepada kita semua oleh Allooh SWT dikarenakan sangat banyakn melimpahya tidak dapat kita hitung lagi. Kita tidak kufur mengingkari nikmat tersebut dan selalu mensyukuri semua yang diberikan kepada kita, termasuk diantaranya nikmat kehidupan dan kesehatan, hidayah keimanan dan keislaman serta bantuan waktu luang dan keselamatan sehingga kita dapat berkumpul bersama di rumah bapak ... disini tanpa ada kendala apapun juga. Allahumma (AAMIIN)Sholawatullooh dan salamullooh semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Akhir Zaman Nabi Muhammad (sholaallohu 'alaihi was salaam) yang telah membimbing umatnya termasuk kita semua dari zaman jahiliyah hingga zaman Islamiyah, dan yang kita nantikan syafaatnya kelak pada hari kiamat. Allahumma (AAMIIN)Keluarga besar terah keturunan ...... yang selalu mendapat Rahmat Allah SWT.Setelah kita memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT dan juga sholawat kepada Nabi SAW, ijinkan saya berbicara mewakili pemilik hajat (-------- sekeluarga) agar berbicara kepada anda semua 1. Yang pertama melalui saya (------sekeluarga) menghaturkan selamat datang dan diharapkan nyaman adanya.2. yang kedua mengucapkan terima kasih atas kesediaannya meluangkan waktu, dengan tulus memenuhi permintaannya (--------- sekeluarga).3. Yang ketiga, mohon maaf atas segala kekurangan dalam layanan penyambutan menyediakan tempat duduk dan seterusnya dari awal hingga akhir acara ini dengan sebagaimana mestinya.Berikutnya adalah pada saat ini; Saya diminta untuk berceramah kepada Anda semua tentang makna Halal Bi Halal. Semoga ada manfaatnya khususnya bagi saya pribadi dan umumnya para hadirin semua. (SHARING INFORMASI X ADVISE INSTRUKSI
Katur ingkang kinurmatan poro sesepuh, bapak ibu ugi poro kadang sedherek keluarga ageng trah .....ingkang tansah pikantuk rohmatipun Allooh subhanahu wa ta'alaa.Ingkang sepindah sumonggo kito langkung rumiyin ngunjukaken raos pujo lan puji syukur wonten ngarsanipun Allooh subhanahu wa ta'alaa ingkang sampun paring nikmat kesaenan dumateng kito sedoyo antawisipun kanthi ngucapaken hamdalah sesarengan kulo derekaken : Alhamdulillahi Robbil ‘aalamiin . Estu Nikmat kesaenan ingkang kito tampi saking Allooh SWT saking kathahipun mboten saget kito etang malih. kito mboten kufur nikmat lan tansah mensyukuri sedoyo mawon ingkang dipun paringaken dumateng kito nggih antawisipun nikmat gesang lan kesarasan, hidayah iman lan keislaman ugi inayah senggang lan kawilujengan Katitik wonten ing wekdal puniko, kito sedoyo saget makempal manunggal wonten ing dhalemipun bapak ..... ing... mriki kanthi sae wilujeng mbonten wonten alangan setunggal punopo kemawon. Allahumma (AAMIIN)Sholawatullooh soho salamullooh mugi tansah kalimpahaken dumateng junjungan kito nabi akhirul zaman rosuululloh Muhammad (sholaalloohu 'alaihi was salaam) ingkang sampun nuntun umatipun kalebet kito sedoyo saking zaman jahiliyah dumateng zaman islamiyah, lan ingkang kito tenggo syafa'atipun benjang wonten ing dinten kiamat. Allahumma (AAMIIN)Para kadang keluarga ageng trah...... ingkang tansah pikantuk rohmatipun Allooh SWT.Saksampunipun kito ngunjukaken raos pujo lan puji syukur dumateng ngarsanipun Allooh SWT lan ugi sholawat dumateng kanjeng Nabi SAW, Keparengo kulo sumelo atur minangko sulih sariro saking shohibul hajat (--------- sak keluargo) supados matur dumateng panjenengan sedoyo.1. ingkang sepindah lumantar kulo (--------- sak keluargo) ngaturaken wilujeng rawuh mugi dipun sekecakaken anggenipun lelenggahan.2.ingkang kaping kalihipun ngaturaken agengipun panuwun menggah saking kerso rawuh angelonggaraken wekdal, ngikhlasaken manah anetepi pamundutipun (--------- sak keluargo).3. Kaping tiganipun nyuwun agunging samodro pangaksami sedoyo kekirangan anggenipun nampi kerawuhan panjenengan caos palenggahan lan sanesipun wiwit saking purwo – madyo – wasono acoro meniko.Saklajengipun wonten ing wekdal meniko; kulo dipun dawuhi matur dumaateng panjenengan sedoyo perkawis/ babagan Makna Halal Bi Halal. Mugi wonten manfaatipun khususipun dateng kulo pribadi piyambak lan umumipun kagem poro kadang sedoyo. (NGANDAKE X NGANDANI )
MATERI HALAL BI HALAL =1. WHAT = APA HALAL BIHALAL ?2. WHY = MENGAPA DILAKSANAKAN ?3. HOW = BAGAIMANA KELANJUTANNYA ?
1. WHAT = APA HALAL BIHALAL ?HALAL BI HALAL 05052022/PILAH IDEA/OKE/002 MAKNA HALAL BI HALAL.docx
50140
HALAL BI HALAL 05052022/PILAH IDEA/OKE/002 MAKNA HALAL BI HALAL.pdf
614775
Biasanya pasca idul fitri sebagian umat Islam di Indonesia mengadakam acara halal bi halal,yaitu acara silaturrahmi dan ajang saling maaf memaafkan. Hal itu dipandang perlu demi mencapai kesempurnaan ketaqwaan kepada Allah swt. Yang mana ketaqwaan kepada Allah tersebut akan sempurna dengan menjalankan hubungan vertikal (hablum minallah) dan hubungan horizontal (hablum minannas). MUKHLISH X MUFLIS1. Hubungan vertikal adalah dengan melaksanakan puasa Ramadhan sebagaimana firmannya ; Yaa ayyuhalladziina aamanuu : kutiba ‘alaikumush shiyaamu ~ kamaa kutiba : ‘alal-ladziina min qoblikum ~ la’allakum tattaquun; Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (al-baqarah; 184)Dan hadits menyebutkan ; Man shouma romadhooma imanan wahtisaban ghufirolloohu man taqodama min dzambih“Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan iman dan sesuai aturan, maka Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu”. (HR. Bukhari dan Muslim).2. Hubungan horizontal adalah dengan saling memaafkan sebagaimana firman-Nya;237. jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur dengan mereka, Padahal Sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, Maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika isteri-isterimu itu mema'afkan atau dima'afkan oleh orang yang memegang ikatan nikah[151], dan pema'afan kamu itu lebih dekat kepada takwa. dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha melihat segala apa yang kamu kerjakan. wa-an ta'fuu aqrabu littaqwaa dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa (al-baqarah;237)QS Arof 199 : Khudzil ‘afwa, wa-muru bil ma’rufi, wa a’rid ‘anil jaahiliina. (jadilah kamu pemaaf. Hendaklah kau menyuruh kebaikan dan berpalinglah dari orang bodoh)
Halal Bi halal : tsaqofah islamiyah ; ibadah ghoiro mahdoh.Dalam bahasa Arab kata tsaqufa berarti menjadi, cerdas, cekatan, cepat mengerti dan mengetahui. Seorang yang tsaqif berarti seorang yang cepat dalam memahamiTsaqif : cerdas / tanggap menjadikan segala hal sebagai momen tarbiyah (pengembangan diri/umat) ?
Istilah = wa ahallalloohu`alaikSecara historis, istilah “halal bihalal” kemungkinan berasal dari ungkapan wa ahallalloohu`alaika (semoga Allah rela kepada anda) yang biasa diucapkan para sahabat Rasulullah ketika saling berpapasan usai melaksanakan shalat Idul Fitri, selain mereka juga mengatakan: taqobbalallahu minna wa minka/minkum (semoga Allah menerima jerih payah saya dan jerih payah anda). HR : Kaana rosuululloohi SAW idzal taqou yaumal ‘iidi yaquulu baghdhuhum li baghdhin : taqobbalalloohu minnaa wa minkum. (Keadaan Rosulullooh SAW bila berjumpa dengan para sahabatnya pada hari Id adalah mereka mengatakan : taqobbalalloohu minnaa wa minkum./mudah-mudahan Allooh SWT menerima amal ibadah kami dan kalian /)+ Ja’alanalloohu minal ‘aa-idiina wal faa-iziina, wal maqbuuliina. (semoga Allooh menjadikan termasuk orang yang kembali dalam kesucian, memperoleh kemenangan/ kesuksesan dan diterima amalnya).= Ja’alanalloohu/ taqobbalalloohu minnaa wa minkum minal ‘aa-idiina wal faa-iziina, wal maqbuuliinaNB : FAA-IZIIN = kemenangan ? (See Link : Idul Fitri Bukanlah Hari Kemenangan | M. Quraish ShihabPodcast)Jika istilah “halal bihalal” berasal dari ungkapan “wa ahallallaahu`alaik” berarti memohon kerelaan Allah sebab kita telah berjuang sekuat tenaga agar tidak mengecewakan-Nya dengan penyia-nyiaan kesempatan.).Dengan demikian, maksud istilah “halal bihalal” adalah “saling mendoakan semoga Allah rela atas ibadah puasa kita”. Namun yang menonjol dalam tradisi masyarakat kita, “halal bihalal” kemudian dimaknai dengan “saling bermaafan”. Maksud “saling bermaafan” di sini ialah masing-masing saling mengharap kerelaan saudara, sanak kerabat, sahabat atau siapa saja atas kesalahan yang pernah diperbuat, bukan mengharap kerelaan Allah secara langsung.
HALAL BI HALAL 05052022/PILAH IDEA/OKE/002 MAKNA HALAL BI HALAL.docx | 50140 |
HALAL BI HALAL 05052022/PILAH IDEA/OKE/002 MAKNA HALAL BI HALAL.pdf | 614775 |
Istilah = falyatahallalhu Man kaanat lahu mazhlumatun li ahadin min ‘irdhihi au syai-in falyatahallalhu minhu alyauma qabla an laa yakuuna diinarun wa laa dirhamun; in kaana lahu ‘amalun shaalihun ukhidza minhu biqadri mazhlumatihi, wa in lam takun lahu hasanaatun ukhidza min sayyiaati shaahibihi fahumila ‘alaihi.” (“Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang mempunyai kesalahan berupa harga diri atau sesuatu kepada saudaranya, maka hendaknya ia meminta kehalalannya kepada orang tersebut sekarang ini, sebelum terjadi suatu hari di mana dinar dan dirham tidak berlaku (hari kiamat). Apabila ia mempunyai amal shaleh, maka akan dibayarkan kepada saudaranya itu sesuai dengan kesalahannya. Apabila ia tidak memiliki kebaikan, maka ia akan dibebankan kesalahan-kesalahan saudaranya itu.” (HR. Bukhari).
Tentang Kezhaliman =Kezhaliman yang dalam bahasa Arab zhulm ظُ atau mazhlimah memiliki beberapa makna yaitu Menyimpang dan melewati batas; Meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya; merampas atau mengurangi hak orang lain
HR Imam Bukhori Muslim dari Ibnu Umar: azh zhulmu zhulumaatun yaumul qiyaamati. (penganiayaan merupakan kegelapan pada hari kiamat).HR Imam AthThoyaalisy dari Annas ra: Azh zhulmu tsalaatsatun : fazh zhulmun laa yaghfiruhulloohu, wa zhulmun yaghfiruhulloohu, wa zhulmun laa yatrukuhu. Fa ammazh zhulmul ladzii laa yaghfiruhu fa asy syirku. Qoolalloohu ta’aalaa: innasy syirka zhulmun ‘azhiim /luqman 13/; wa ammazh zhulmul ladzii yaghfiruhulloohu fa zhulmul ‘ibaadi anfusihim fiima bainahum wa baina robbihim; wa ammazh zhulmul ladzii laa yatrukuhu fa zhulmul ‘ibaadi ba’dhuhum ba’dhon hatta yudiina li ba’dhihim mim ba’dhon. (Kezaliman ada 3 : kezaliman yang tidak diampuni, yang dapat diampuni, yang belum diampuni. Kezaliman yang tidak dapat diampuni adalah menyekutukan Allooh. Berfirman Allooh SWT : sesungguhnya syirik adalah perbuatan aniaya yang besar;sedangkan perbuatan aniaya yang dapat diampuni oleh Allooh SWT adalah perbuatan aniaya yang dilakukan hamba Allooh terhadap dirinya sendiri yang berkaitan antara mereka dengan Tuhan mereka ; Adapun perbuatan aniaya yang tidak dibiarkan begitu saja olehNya adalah perbuatan yang dilakukan hamba Allooh diantara sesamanya sampai sebagian diantara mereka membalaskan perbuatan aniaya terhadap sebagian yang lain)BERSEGERA ISHLAH PERBAIKAN ATAS KEZHALIMANOleh karena itu, seorang hamba yang telah terlanjur melakukan kezhaliman kepada orang lain hendaknya menyelesaikan urusannya secepat mungkin, dengan meminta maaf, meminta halal, atau mengembalikan hak-haknya dan menyelesaikan urusannya. Jika tidak, maka hal itu tetap akan diadili pada hari kiamat.Pemaafan itu dapat diimplementasikan dalam bentuk meminta kehalalan.
SEJARAH TRADISI HALAL BI HALAL DI INDONESIA Penggagas istilah “halal bi halal” ini adalah KH. Wahab Chasbullah. Ceritanya begini: Setelah Indonesia merdeka 1945, pada tahun 1948, Indonesia dilanda gejala disintegrasi bangsa. Para elit politik saling bertengkar, tidak mau duduk dalam satu forum. Sementara pemberontakan terjadi dimana-mana, diantaranya DI/TII dan PKI Madiun. Pada tahun 1948, yaitu dipertengahan bulan Ramadhan, Bung Karno memanggil KH. Wahab Chasbullah ke Istana Negara, untuk dimintai pendapat dan sarannya untuk mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat. Kemudian Kyai Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan Silaturrahmi, sebab sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri, dimana seluruh umat Islam disunahkan bersilaturrahmi. Lalu Bung Karno menjawab, “Silaturrahmi kan biasa, saya ingin istilah yang lain”. “Itu gampang”, kata Kyai Wahab. “Begini, para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturrahmi nanti kita pakai istilah “halal bi halal”, jelas Kyai Wahab.Dari saran kyai Wahab itulah, kemudian Bung Karno pada Hari Raya Idul Fitri saat itu, mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturrahmi yang diberi judul ‘Halal bi Halal’ dan akhirnya mereka bisa duduk dalam satu meja, sebagai babak baru untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa. Sejak saat itulah, instansi-instansi pemerintah yang merupakan orang-orang Bung Karno menyelenggarakan Halal bi Halal yang kemudian diikuti juga oleh warga masyarakat secara luas, terutama masyarakat muslim di Jawa sebagai pengikut para ulama. Jadi, Bung Karno bergerak lewat instansi pemerintah, sementara Kyai Wahab menggerakkan warga dari bawah. Jadilah Halal bi Halal sebagai kegiatan rutin dan budaya Indonesia saat Hari Raya Idul Fitri seperti sekarang.Etimologi Itsmar : Halalun bi Halalin ?Jika ditinjau secara etimologis Bahasa Arab, hemat penulis, istilah Halal bi Halal tidaklah patut disalahkan. Meskipun istilah ini asli made in Indonesia dan tidak di kenal di dunia Arab, apalagi di dunia Islam lainnya, namun tidaklah meniscayakan istilah ini tidak benar secara Arabic.Dalam ilmu Bahasa Arab sering dijumpai teori izhmâr (sisipan spekulatif pada kalimat).Setidaknya ada dua cara agar istilah Halal bi Halal ini benar secara bahasa dengan pendekatan teori tersebut.1. thalabu halâl bi tharîqin halâl; mencari kehalalan dengan cara yang halal.makna filosofis Halal bi Halal : mencari penyelesaian masalah atau mencari keharmonisan hubungan dengan cara mengampuni kesalahan.2. halâl “yujza’u” bi halâl; kehalalan dibalas dengan kehalalan.Atau dengan analisis kedua (halâl “yujza’u” bi halâl) adalah: pembebasan kesalahan dibalas pula dengan pembebasan kesalahan dengan cara saling memaafkan. Untuk yang kedua ini hampir sepadan dengan redaksi ayat al-Qur’an saat berbicara hukum qishâs “anna al-nafsa bi al-nafsi, wa al-‘aina bi al-‘aini; sesungguhnya jiwa dibalas dengan jiwa dan mata dibalas dengan mata” (QS. Al-Maidah: 45). Dalam redaksi ayat tersebut, mufasir biasanya memahaminya dengan teori izhmâr, menjadi: anna al-nafsa “tuqtalu” bi al-nafsi, wa al-‘aina “tufqa’u” bi al-‘aini. Hanya bedanya kalau Halal bi Halal berbicara dalam konteks positif, sedangkan redaksi ayat tersebut dalam konteks negatif.
Tradisi Indonesia (Jawa) :Sebenarnya kegiatan seperti halal bi halal itu sendiri sudah ada sejak zaman Kasultanan Mataram Islam Jogja, yaitu dimulai sejak KGPAA Mangkunegara I atau yang dikenal dengan Pangeran Sambernyawa. Setelah Idul Fitri, beliau menyelenggarakan pertemuan antara Raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana. Semua punggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri. Kemudian budaya seperti ini ditiru oleh masyarakat luas termasuk organisasi keagamaan dan instansi pemerintah. Akan tetapi, itu baru kegiatannya bukan nama dari kegiatannya. kegiatan seperti dilakukan Pangeran Sambernyawa belum menyebutkan istilah “Halal bi Halal”, meskipun esensinya sudah ada.KGPAA Mangkunegara I (RM Said ) atau yang dikenal dengan Pangeran Sambernyawa (masa perang/ sbg raja)SUNGKEMAN = birul walidain / shilaturohim ; nyuwun pangapunten, nyuwun pangestu
Pasca Idul Fithri (QS Ali Imron 133 – 136 ) : Halal Bi HalalJuga : mudik - budaya kupat (laku papat : syariat – thariqat – hakekat - ma’rifat ; lebaran – luberan – leburan – laburan; ngaku lepat).
Arti Kata Ketupat. kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan.Laku papat artinya empat tindakan.Syariat : pelaksanaan ketentuanThariqat : penempuhan keutamaanHaqeqat : penembusan kesejatianMa’rifat : penghayatan ketauhidan
Arti Lebaran, Luberan, Leburan dan Laburan.Lebaran. Lebaran bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.Luberan. Bermakna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin.Pengeluaran zakat fitrah menjelang lebaran pun selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.Leburan. Maknanya adalah habis dan melebur. Maksudnya pada momen lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur habis karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.Laburan. Berasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun poemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.
Shiyam Ramadhan (QS Al Baqoroh :183 – 187)Yaa ayyuhalladziina aamanuu : kutiba ‘alaikumush shiyaamu ~ kamaa kutiba : ‘alal-ladziina min qoblikum ~ la’allakum tattaquun;[2.183] Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,Ayyaamaam ma’duudah ~ Fa man kaana minkum maridhoon au ‘alaa safarin : fa’iddatum min ayyaamin ukhoro; Wa ‘alalladziina yuthiiquunahu : fidyayun tho’aamu miskiin; faman tathowwa‘a khoiron : fa huwa khoirulahu.;Wa antashuumuu khoirul lakum in kuntum ta’lamun ;[2.184] (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.Syahru romadhoonal ladzii unzila fiihil qur’aanu : hudaal lin naasi wa bayyinaatim minal hudaa wal furqoon; Fa man syahida minkumusy syahro : falyashumhu ; Wa man kaana mariidhoon au ‘alaa safarin: fa’idatum min ayyaamin ukhor(o).; Yuriidulloohu bikumul yusro wa laa yuriidu bikumul ‘usro; wa litukmilul ‘iddata wa litukab-biruullooha ‘alaa maa hadaakum,wa la ’allakum tasykuruun. [2.185] (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.Wa idza saaalaka ‘ibadii ‘annii faa innii qoriib.; Ujiibu da’wa tadda’i idzaa da’aani – falyastajiibuu lii wal yu’minuu bi la’allahum yarsyuduun.[2.186] Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.Uhilla lakum lailatash shiyaamir rofatsu ilaa nisaa-ikum ; hunna libaasul lakum~ wa antum libaasul lahunna; ‘alimalloohu annakum kuntum takhtaanuuna anfusakum ~ fa taaba ‘alaikum wa ‘afaa ‘ankum; fal aana baasyiruu hunna wab taghuu maa kataballoohu lakum,wa kuluu wasyrobuu hattaa yatabayyana lakumul khoithul abyadhi minal khoithil aswadi minal fajri ~ tsumma atimmush shiyaama ilal laili;wa laa tubaasyiruu hunna wa antum ‘aakifuuna fil masaajidi; tilka huduudulloohi fa laa taqrobuhaa ; ka dzaalika yubayyinulloohu aayaatihii lin naasi la’allahum yattaquun. [2.187] Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan Puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri`tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwaHadits :
Level orang berpuasa 3 = LINK
21745
110387
Umum : zhalim – kewajiban berpuasa tidak dijalankan dengan sempurna ; muqtashid – - lalai mengerjakan ibadah-ibadah sunnah ; sabiqun bil khoirot - meninggalkan perkara haram , makruh & mubah demi kesempurnaan ibadah puasa yang mereka jalankanGhazali : biasa – sebatas menahan haus dan lapar serta hal-hal lain yang membatalkan puasa secara syariat ; khusus – menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan segala anggota badannya dari perbuatan dosa dan maksiat ; super khusus - tidak saja menahan diri dari maksiat, tapi juga menahan hatinya dari keraguan akan hal-hal keakhiratan. Menahan pikirannya dari masalah duniawiyah, serta menjaga diri dari berpikir kepada selain Allah
+ Kultum Puasa ?
21745 | |
110387 |
antara lain hikmah zakat fitrah ?:HR Ibnu Dawud,Ibnu Majah, Ibnu Daroquthni, Hakim dari Ibnu Abbas : Farodho rosuululloohi sholalloohu ‘alaihi was sallam zakaatal fithri ~ thuhrotan lish shoo-imi minal laghwi, war rofatsi ; wa thu’matan lil masaakiini. Fa man idzaaha qoblash sholaati fahiya zakaatun maqbuulatun ; wa man iddahaa ba’dash sholaati fahiya shodaqotun minash shodaqooti. (Ditetapkan Rosulullooh saw zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan pembicaraan yang keji ; dan kemudian digunakan sebagai makanan bagi orang miskin. Maka barang siapa menunaikan zakat tersebut sebelum sholat /Idul fithri/ maka itulah zakat yang sebenarnya diterima. Sedangkan barang siapa menunaikan zakat tersebut sesudah sholat /Idul fithri/ maka itu dianggap hanya sebagai sedekah biasa)HR Abu Hafsh b Syahaim : Shoumu syahri romadhoona mu-‘allaqun bainas samaa-i wal ardhi ; wa laa yurfa-‘u illaa bi zakaatil fithri.(Puasa bulan romadhon itu digantungkan antara langit dan bumi;dan tidaklah diangkat pahala puasa itu kecuali dengan zakat fitrah
3 Versi Hadits aamiin 3 x : sebelum ramadhan/ syawal ? Nabi Muhammad SAW ke mimbar meng-amini doa malaikat Jibril - durhaka ( anak ke ortu, istri ke suami, muslim ke saudaranya )LINK KH Zainuddin MZ - maaf ( anak ke ortu, istri ke suami, orang sekitar )- laknat (ramadhan tanpa pengampunan, bhakti ke orang tua, shalawat nabi)
Hubungan social 3 : See Sample Khutbah Jum’at JawiHALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/AGENDA/0 UMUM/JUMATAN/SAMPLE/SAMPLE KHUTBAH JUMAT JAWA.pdf
19114338
1. Ojo nyalahke kahanan – Ojo nyalahi liyan (Jangan menyalahkan keadaaan – Jangan menyalahi orang lain)QS Al Anbiya 35 : Kullu nafsin dzaaiqotul maut; wa nabluuku bisy-syarri wa khoiri fitnataw~ wa ilainaa turja’uun.” Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati ; Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang sebenar-benarnya–dan hanya kepada kamilah kamu sekalian akan dikembalikan).laa dhororo wa laa dhiroro “Tidak boleh melakukan perbuatan (mudharat) yang mencelakakan diri sendiri dan orang lain“ (arbain 32)Man kaana yu’minu billaahi wal yaumil aakhiri fa laa yu-‘dzi jaarohu. Barang siapa beriman kepada Allooh dan hari kiamat janganlah menyakiti hati tetangganya.
2. Ngapiki > ngapike awake & liyane (membawa kebaikan diri sendiri & lainnya )SHOLIHUN LI NAFSIHI WA MUSLIHUN LI GHOIRIHI = menjaga kebaikan diri pribadi & membawa kebaikan bagi lainnya See Kultum Ashr
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/AGENDA/0 UMUM/JUMATAN/SAMPLE/SAMPLE KHUTBAH JUMAT JAWA.pdf | 19114338 |
1) WAL 'ASHR : Demi Masamemahami waktu 3 (linear-irreversible-terbatas maut 3/kodrati, tdk bisa dihindari tetapi misteri/ - mensikapi waktu (bijaksana, seimbang dan selaras) 2) INNAL INSAANA LAFII KHUSRIN : sesungguhnya (sebagian besar) manusia merugi
merugi 3 : ketidak-mengertian, ketidak perdulian, ketidak berdayaan3) ILLAL LADZINA : AAMANU,WA 'AMILUSH SHOOLIHATI ; WA TAWAASHOU BIL HAQQI, WA TAWAASHOU BISH SHOBR(I) :kecuali orang-orang yang beriman,yang beramal sholih; yang saling menasehatkan dalam kebenaran dan yang saling menasehatkan dalam kebenaran & kesabaran.SHOLIHUN LI NAFSIHI : menjaga kebaikan diri pribadi- AAMANU : Arkanuddin 3 = iman - islam - ihsan '- 'AMILUSH SHOOLIHATI : Arkanul Amal 3 = ittiba - ikhlash - mahabahMUSLIHUN LI GHOIRIHI : membawa kebaikan bagi lainnya- TAWAASHOU BIL HAQQI : Arkanul Ilmu 3 = mencari ilmu - mengamalkan ilmu - mengajarkan ilmu- TAWAASHOU BISH SHOBR(I) : Arkanush Shobr 3 = menerima mushibah , menjalani ketaatan, menghindari kemaksatan
Al kholqu ‘iyaalulloohi kulluhum wa ahabbahum ilalloohi anfa’uhum li ‘iyaalihi. Semua makhluk adalah keluarga Allooh, dan yang paling dicintai Allooh diantara makhluk tersebut adalah yang paling bermanfaat bagi keluargaNya.Irhamuu man fil ardhi yarhamkum man fis samaa-i Sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu.” HR. Abu Dawud dan Timidzi.QS Al Maidah 2 :Yaa ayyuhaalladziina aamanuu laa tuhilluu sya'aa-irallaahi walaa sysyahra lharaama walaalhadya walaa lqalaa-ida walaa aammiina lbayta lharaama yabtaghuuna fadhlan min rabbihim waridhwaanan wa-idzaa halaltum fastaaduu walaa yajrimannakum syanaaanu qawmin an shadduukum 'ani lmasjidi lharaami an ta'taduu wata'aawanuu 'alaa lbirri wattaqwaa walaanta'aawanuu 'alaa l-itsmi wal'udwaani wattaquullaaha innallaaha syadiidu l'iqaab[5:2] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
3. Kearifan demi kesucian (kesadaran dengan kewajaran , ketulusan dalam kekudusan)HR = In arodta antabiqosh shiddiqiina : fashil man qotho’aka, wa’thi man haromaka, wa’fu ‘amman zholamaka Jika kamu ingin melebihi tingkatan orang shidiqin (benar) sebaiknya sambunglah tali shilaturahim kepada yang memutuskan hubungannya, memberi kepada orang yang tidak mau memberi dan memaafkan orang yang menzalimimu. (pesan Nabi SAW kepada Ali ra atau Uqbah bin ‘Amir ?)juga : Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., beliau berkata: Rasulullah Saw. bersabda: tiga perkara yang ketika ada dalam diri seseorang maka Allah SWT. akan menghisabnya dengan hisab yang mudah dan memasukkannya ke dalam Surga dengan rahmatNya. Sahabat bertanya: bagaimana itu wahai Rasulullah? Rasul menjawab: kamu memberi kepada orang yang menghalangimu, memaafkan orang yang berbuat zalim kepadamu, menyambung tali silaturahmi kepada orang yang memutusnya. (HR. Al-Hakim). wa’thi man haromaka, wa’fu ‘amman zholamaka, fa shil man qotho’akaDalam kitab Mizan al-Amal Hujjatul Islam Imam Abu Hamid al-Ghazali berkata:"Memaafkan orang yang dzalim kepadamu adalah puncak kesantunan dan keberanian, memberi sesuatu kepada orang yang tak pernah memberi kepadamu adalah puncak kedermawanan, menyambung tali hubungan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu adalah puncak kebaikan."shil man qotho’aka, wa -ahsin ilaa man –asaa-a ilaika wa qulil haqqo wa lau ‘alaa nafsika : Sambungkan silaturrahim yang terputus, dan bersikaplah ihsan (baik) kepada orang yang membeci kamu, dan katakanlah kebenaran (secara jujur) walaupun kepada dirimu sendiri ( Hadits shahih riwayat Ali dari Ibnu Najar, kitab Jami’ush Shaghier jilid II hal. 44 )
QS Hujurot 11 : yaa ayyuhaalladziina aamanuu laa yaskhor qawmun min qawmin 'asaa an yakuunuu khayran minhum walaa nisaaun min nisaa-in 'asaa an yakunna khayran minhunna walaa talmizuu anfusakum walaa tanaabazuu bil-alqaabi bi/sa l-ismu lfusuuqu ba'da l-iimaani waman lam yatub faulaa-ika humu zhzhaalimuun Hai orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan)n dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokan) wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita (yang diolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.QS Hujurot 12 : yaa ayyuhaalladziina aamanuu ijtanibuu katsiiran mina zhzhanni inna ba'dha zhzhanni itsmun walaa tajassasuu walaa yaghtab ba'dhukum ba'dhan ayuhibbu ahadukum an ya/kula lahma akhiihi maytan fakarihtumuuhu wattaquullaaha innallaaha tawwaabun rahiim Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.QS Al Hujuroot 13: Yaa ayyuhan naasu, inna kholaqnaakum min dzakarin wa untsa ; wa ja’alnaakum syu’uuban wa qobaila~li ta’aarofuu. Inna akromakum ‘indalloohil atqookum. Innallooha ‘aliimun khobiirun. (Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.)
2. WHY = MENGAPA DILAKSANAKAN ?
QS. Ibrahim: 42 = wa lā taḥsabannallāha gāfilan 'ammā ya'maluẓ-ẓālimụn, innamā yu`akhkhiruhum liyaumin tasykhaṣu fīhil-abṣār [14.42] Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang lalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. Kedzaliman tidak akan pernah dilupakan Allah, meskipun manusia begitu mudah melupakannya. Ketika di hari kiamat, akan dilakukan hisab, dimana pahala orang yang mendzalimi akan diserahkan kepada orang yang didzalimi, hingga kedzaliman itu habis.
Hadits nawawi no. 24`An Abi dzarril-ghifaari rodhiyalloohu ‘anhu Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahuanhu‘Anin nabiyyi shollaloohu ‘alaihi wa sallam, fiimaa yarwihi ‘an robbihi ‘azza wa jalla annahu Qoola : dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam sebagaimana beliau riwayatkan dari Rabbnya Azza Wajalla bahwa Dia berfirman::"Yaa ‘ibaadii inni harromtuzh zhulma ‘alaa nafsii wa ja’altuhu bainakum muharroman fa laa tazhoolamu.Wahai hambaku, sesungguhya aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya (kezaliman itu) diantara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku zalim.Yaa ‘ibaadii kullukum dhollun illaa man hadaituhu fastahduunii ahdikum. Wahai hambaku semua kalian adalah sesat kecuali siapa yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan kalian hidayah.Yaa ‘ibaadii kullukum ja-i'un illaa man ath’amtuhu fastath’imuni uth’imkum.Wahai hambaku, kalian semuanya kelaparan kecuali siapa yang aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian makanan.Yaa ‘ibaadii kullukum ‘aarin illaa man kasautuhu, fastaksuuni aksukum.Wahai hamba-Ku, kalian semuanya telanjang kecuali siapa yang aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian pakaian.Yaa ‘ibaadii innakum tukhti-una bil-layli wan-nahaari wa ana aghfirudz-dzunuba jami’an fastaghfiruni, aghfir lakum.Wahai hamba-Ku kalian semuanya melakukan kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni.Yaa ‘ibaadii innakum lan tablughu dhurri fatadhurruni wa lan tablughu naf`i fatanfa`uni.Wahai hamba-Ku sesungguhnya tidak ada kemudharatan yang dapat kalian lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak ada kemanfaatan yang kalian berikan kepada-Ku.Yaa ‘ibaadii law anna awwalakum wa akhirokum wa insakum wa jinnakum kaanu ‘alaatqo qolbi rojulin wahidin minkum maa zaada dzalika min mulki syai-aan.Wahai hambaku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya berada dalam keadaan paling bertakwa di antara kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun. Yaa ‘ibaadii law anna awwalakum wa akhirokum wa insakum wa jinnakum kaanuu ‘alaa afjari qolbi rajulin wahidin minkum, maa naqsho dzalika min mulki syai-aan.Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin di antara kalian, semuanya seperti orang yang paling durhaka di antara kalian, niscaya hal itu mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga.Yaa ‘ibaadii law anna awwalakum wa akhirokum wa insakum wa jinnakum qoomuu fii sho’idin wahidin fasa-aluuni faa’thoitu kulla wahidin mas-alatahu, maa naqosho dzalika mimma ‘indi illaa kamaa yanqushu l-makhiitho idza udkhilal-bahro Wahai hamba-Ku, seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir semuanya berdiri di sebuah bukit lalu kalian meminta kepada-Ku, lalu setiap orang yang meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku kecuali bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan di tengah lautan.Yaa ‘ibaadii innama hiya a’maalukum uh-shihaa lakum, tsumma -auufiikum iyyaahaa, fa man wajada khoiron fal-yahmadillaaha , wa man wajada ghoiro dzalika falaa yalau manna illaa nafsahu Wahai hamba-Ku, sesungguhnya semua perbuatan kalian akan diperhitungkan untuk kalian kemudian diberikan balasannya, siapa yang banyak mendapatkan kebaikaan maka hendaklah dia bersyukur kepada Allah dan siapa yang menemukan selain (kebaikan) itu janganlah ada yang dicela kecuali dirinya.(HR. Muslim)
BAB MUSTARIH (BERISTIRAHAT DAN MENGISTIRAHATKAN) Sebelum Kematian =
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/TAUSIAH/MUFLIS/Tentang Mustarih dan Mustaroh.docx
13089
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/TAUSIAH/MUFLIS/Tentang Mustarih dan Mustaroh.pdf
169436
Abu Qotadah bin Rib'i Al-Anshari r.a. berkata: ‘alaihi bi janaazati(n) ~ fa qoola: mustarihun wa mustarohun minhu. Ketika ada janazah lalu tiba-tiba Nabi saw. bersabda: Mustarih wa mustarah minhu (Beristirahat dan mengistirahatkan). Qooluu: yaa rosuulallooh(i), maal mustarihun wa mustarohun minhu ? Sahabat bertanya: Ya Rasulullah, apakah maksud beristirahat dan mengistirahatkan? Al ‘abdul mu-minu yastariihu min nashobid dunyaa wa ‘adzahaa ilaa rohmatillaah(i). Jawab Nabi saw.: Seorang hamba mu'min istirahat dari kesibukan dan lelahnya dunia dan gangguannya kembali ke rahmat Allah Wal ‘abdul fajru yastariihu minhul ‘ibaadu wal labilaadu wa syajaru wad Sedang hamba yang fajir(lacur/jahat) orang-orang merasa istirahat, juga negara dan pohon pohon dan binatang yang melata merasa istirahat dari gangguannya. (Bukhari, Muslim).
plus :hadits: ‘an ‘aa-isyatu rodhiyallooha ‘anha qoola, qoola rosuulalloohi sholallohu ‘alaihi was salaam, " yaa ‘aa-isyatu inna syarron naasi manzilatan indalloohi yaumal qiiyamati man wada’ahu au tarokahun naasut taqoo-a fuh-syihi ." Dari Aisyah RA berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Hai Aisyah, sesungguhnya manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang dihindari oleh manusia karena takut kejelekannya.” (HR Muslim, hadits no 4693) hadits : khoirukum man yurja khoiruhu wa yu- manu syarrohu wa syarrokum man laa yurja khoiruhu wa laa yu- manu syarrohu “Yang terbaik diantara kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan dirasa aman dari keburukannya. Sedangkan orang terburuk di antara kalian adalah orang yang tidak bisa diharapkan kebaikannya, justru tidak bisa dirasa aman dari keburukannya,” (HR Tirmidzi).
intinya ... ber-etika-lah : akhlaqul karimah & amilush sholihan ( sholihun li nafsihi + musllihun lil ghoirihi )
BAB : MUFLIS Al Muflisun (Orang yang Bangkrut / Pailit)
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/TAUSIAH/MUFLIS/Tentang Mustarih dan Mustaroh.docx | 13089 |
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/TAUSIAH/MUFLIS/Tentang Mustarih dan Mustaroh.pdf | 169436 |
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/TAUSIAH/MUFLIS/Muflis.docx
38668
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/TAUSIAH/MUFLIS/Muflis.pdf
335292
‘An Abii hurairata ra. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhuAnna rosuulalloohi SAW. qoola: “Atadruuna mal muflisu?bahwa Rasulullah SAW bertanya : tahukah kalian ( para sahabat) siapakah orang yang bangkrut ( pailit ) itu ?Qoolul muflisuu fiinaa man laa dirhama lahu walaa mataa ‘u."Maka mereka menjawab : orang yang pailit di antara kita adalah orang yang tidak mempunyai uang dan harta.Faqoola: Innal muflisa min ummatii ya’tii yaumalqiyaamati bishsholaati washshiyaami wa zakaati wa ya’tii qod syatama haadzaa, wa qodafa hadzaa,/ wa akala maala hadzaa/, wa safaka dama hadzaa, wa dhoroba hadzaa Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menerangkan : orang yang pailit dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa dan zakatnya, namun dia datang dan (dahulu di dunianya) dia telah mencela si ini, menuduh (berzina) si itu, /memakan harta si ini, /menumpahkan darah si itu dan telah memukul orang lain (dengan tidak hak),fa yu’thoo hadzaa min hasanaatihi wa hazdaa min hasanaatihi, fain faniyat hasanaatuhu qobla an yuqdhoo maa ‘alaihi ukhiza min khothooyaahum, fathurihat ‘alaihi tsumma turiha finnari maka si ini diberikan kepadanya kebaikan orang yang membawa banyak pahala ini, dan si itu diberikan sedemikian juga, maka apabila kebaikannya sudah habis sebelum dia melunasi segala dosanya ( kepada orang lain ), maka kesalahan orang yang didzalimi di dunia itu dibebankan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke api neraka. (( HR. Muslim 2581))
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/TAUSIAH/MUFLIS/Muflis.docx | 38668 |
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/TAUSIAH/MUFLIS/Muflis.pdf | 335292 |
Tiga model orang yang bangkrut sehingga amal baiknya tidak cukup untuk menutupi keburukannya:1. Mencela (Mencaci dan memfitnah) syatama haadzaa, wa qodafa hadzaa : mencela si ini, menuduh (berzina) si itu2. Memakan harta orang lain akala maala hadzaa : /memakan harta si ini,3. Menganiaya dan membunuh wa safaka dama hadzaa, wa dhoroba hadzaa : menumpahkan darah si itu dan telah memukul orang lain (dengan tidak hak),
1. Mencela (Mencaci dan memfitnah)
“ ‘An abii khurairata qoolaa: ‘Dari Abi Hurairah ia berkata:qoola rojulun, yaa rosuulalloohi in fulaanata yadzkuru min kats roti sholaatiha wa shiyaamiha annahaa tu’dzii jiiroonahaa bilisaanihaa. Seorang laki-laaki pernah bertanya :”Waahai rosuululloh,ada seorang perempuaan –lalu dia menceritakan banyak shalat dan shaumnya—tetapi dia menyakiti tetangganya dengan lisannya”. Qoolaa hia finnari. Beliau menjawab:”Dia masuk neraka”Qoola yaa rosuulalloohi fain fulaanata yudzkaru min qillati shiyamiha, wa shodaqootihaa, wa sholaatihaa wa innahaa tashoddaqu bil atswaari min al-qiti walaa tu’zdii jiroonahaa bi lisaanihaa, Ia bertanya lagi:”Wahai rosuululloh, ada seorang wanita yang sedikit shaum sedekah dan sholatnya, dia hanya bersedekah dengan sepotong keju, tetapi dia tidak menyakiti tetangganya dengan lisannya”.qoolaa hia fil jannati ” . Maka Rosululloh menjawab”Dia di syurga”(Musnad Ahmad, Hadist hasan)
LINK 7 Larangan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam (AA Gym)
PLUS Hadits : Hadatsana yahyaabnu yahyaa qoola Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dia berkata;Qoro-tu ‘alaa maaliki ‘an abiiz ziyaadi ‘an –a’roji Aku membaca kitab Malik dari Abu Az Ziyad dari Al A'raj ‘an -abii hurairota rodhiyalloohu ‘anhu qoola : Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata :qoola rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :Iyyaakum wazh-zhonna fa-innazh-zhonna akdzabul hadiitsiHindarilah oleh kamu sekalian berburuk sangka karena buruk sangka adalah ucapan yang paling dusta. (1) Jangan Buruk SangkaWa laa tahassasuu, Wa laa tajassasuu , Wa laa tanaafasuu ,Janganlah mencari-cari isu; janganlah mencari-cari kesalahan; janganlah saling bersaing(2) jangan saling memata-matai, (3) jangan saling mencari aib.(4), jangan saling bersaing (kemegahan dunia),wa laa tahaasaduu, wa laa tabaghodhu , wa laa tadaabaru ,janganlah saling mendengki; janganlah saling memarahi; dan janganlah saling membelakangi (memusuhi)!(5) jangan saling mendengki, (6) jangan saling membenci, (7) jangan saling bermusuhanWa kuunuu ‘ibaadalloohi -ikhwanaa tetapi jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.(Shahih Muslim No.4646)
Kutipan artikel bagus : 7 Larangan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam (AA Gym)38308
362018
(1) jangan buruk sangka, (2) jangan saling memata-matai, (3) jangan saling mencari aib.(4), jangan saling bersaing (kemegahan dunia), (5) jangan saling mendengki, (6) jangan saling membenci, (7) jangan saling bermusuhan
1.Larangan Pertama =Jangan Buruk SangkaImam Al- Qurthubi menerangkan kepada kita bahwasanya buruk sangka itu adalah melemparkan tuduhan kepada orang lain tanpa dasar yang benar. Yaitu seperti seorang menuduh orang lain melakukan perbuatan jahat, akan tetapi tanpa disertai bukti-bukti yang membenarkan tuduhan tersebut.Allah Swt berfirman, “Hai orang- orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba- sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba sangka itu dosa. Dan janganlah mencari- cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adkah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al- Hujurat[49]: 12) Ayat ini diperkuat dengan hadits Rasulullah Saw yang berbunyi, “Iyyakum wa dzana, fainna dzonna akdzabul hadits” yang artinya, “Jauhilah oleh kalian prasangka, karena sesungguhnya prasangka adalah perkataan paling dusta.” (Muttafaq alaih—Shahih) Saudaraku, dalam kehidupan sehari- hari kita seringkali menemukan peristiwa seperti ini. Bahkan, boleh jadi diri kita pun tidak luput melakukannya. Baik disadari ataupun tanpa disadari. Hanya karena omongan teman mengenai diri orang lain, kita bisa dengan mudah terpancing untuk turut berprasangka buruk tentangnya.Jika sudah demikian, maka hidup kita tidak akan tenang. Mengapa? Karena kita jadi mudah menilai bahwa orang lain adalah jahat. Kepada orang tertentu yang kita buruk sangkai, kita akan bersikap dingin atau menghindar, karena kita menduga bahwa dirinya jahat dan kita ingin selamat. Padahal sebenarnya, belum tentu seperti itu. Bahkan, sangat mungkin sangkaannya itu keliru.Dalam situasi seperti itu, maka yang rugi siapa? Tiada lain dan tiada bukan yang rugi adalah diri kita sendiri. Kita rugi karena terganggu ketenangan kita. Dan kita bertambah rugi lagi karena buruk sangka mendatangkan dosa pada diri kita sendiri. Na’udzubillahi mindzalik!Dalam Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali menjelaskan bahwa buruk sangka (suuzhan) adalah haram sebagaimana ucapan yang buruk. Keharaman suuzhan itu seperti haramnya membicarakan keburukan seseorang kepada orang lain. Oleh karena itu tidak diperbolehkan juga membicarakan keburukannya kepada diri sendiri atau di dalam hati, sehingga kita berprasangka buruk tentangnya. Apa yang Al- Ghazali maksudkan adalah keyakinan hati bahwa suatu keburukan tertentu terdapat dalam diri orang lain. Bisikan hati yang hanya terlintas sedikit saja, maka itu di maafkan. Sedangkan yang dilarang adalah menyangka buruk, di mana persangkaan adalah sesuatu yang di yakini di dalam hati.Jikalau berprasangka buruk terhadap sesama saja sudah mendatangkan dosa. Maka, apalagi jika buruk sangka itu di tujukan terhadap Allah Swt. Seperti apa berburuk sangka kepada Allah itu? Bentuk- bentuk contoh suuzhan kepada Allah Swt adalah sikap putus asa dari rahmat- Nya, merasa diri tidak disayangi oleh- Nya. Juga sikap tidak menerima takdir, menganggap Allah tidak adil, menganggap doanya tidak akan dikabulkan dan menganggap kaum Muslimin akan tetap dalam keadaan kalah dan kemenangan akan selama- lamanya berada ditangan orang- orang kafir. Serta masih banyak contoh lainnya.Sedangkan Allah Swt dengan sangat tegas memperingatkan kita untuk tidak berburuk sangka pada- Nya. Dalam salah satu hadits qudsi disebutkan, “Aku senantiasa berada pada prasangka baik hamba-Ku dan aku akan bersama dia ketika ia mengingat-Ku (berdzikir kepada-Ku) kalau ia mengingat-Ku dalam hatinya, maka Aku akan mengingat dia dalam Diri-Ku. Bila ia ingat Diri-Ku di tempat ramai, Aku akan mengingatinya di tempat keramaian yang lebih baik dari padanya. Kalau ia (hamba-Ku) mendekat kepada-Ku sejengkal, akan Ku dekati ia sehasta. Kalau ia mendekat kepada- Ku sehasta, maka Aku dekati dia sedepa dan bila dia datang kepada- Ku berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari.” (HR. Bukhari Muslim. – shahih)Mungkin kita bertanya- Tanya di dalam hati “Lalu bagaimana cara kita membedakan antara sikap waspada dengan buruk sangka?” pertanyaan seperti ini sangat wajar muncul di dalam benak kita. Karena, memang sangat halus perbedaanya dan juga sangat mudah sekali prasangka terbetik di dalam hati kita.Sebagaimana sudah disinggung di atas, bahwa Allah akan memaafkan prasangka buruk yang muncul hanya selintas saja di dalam hati yang kemudian dilupakan. Karena manusia adalah makhluk yang lemah yang tidak mampu menghalang- halangi munculnya kilatan prasangka yang muncul secara tiba- tiba begitu saja di dalam hatinya. Namun, apabila kilatan prasangka tersebut dipelihara terus, dilanjutkan atau ditumbuhkan dengan kecurigaan- kecurigaan berikutnya apalagi hingga dibicarakan kepada orang lain, maka inilah yang mendatangkan dosa.Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Nawawi RA, bahwa buruk sangka yang hukumnya haram adalah prasangka buruk yang menetap di dalam hati seseorang. Sedangkan prasangka buruk yang muncul secara sekilat saja lalu hilang, itu tidaklah mendatangkan dosa karena memang di lur kemampuan manusia.Pendapat Imam Nawawi tersebut didasarkan kepada sebuah hadits yang menjelaskan bahwasanya Allah Swt akan memaafkan seorang hamba yang di dalam hatinya muncul suatu hal terlarang secara selintas saja secara tidak sengaja, dan ia tidak melanjutkannya dengan cara menceritakannya atau melakukannya. Hadits tersebut adalah sabda Rasulullah Saw, “Sesungguhnya Allah memaafkan bagi umatku apa yang terlintas di hati mereka selama mereka tidak membicarakan atau melakukannya.” (HR. Bukhari, Muslim.—shahih) “Sebagaimana pengertiannya bahwa buruk sangka adalah menuduh orang lain berbuat keburukan tanpa didasari dengan bukti atau petunjuk yang kuat. Menurut penjelasan Imam Nawawi, maka jika persangkaan muncul karena didorong oleh petunjuk- petunjuk yang kuat dan bisa dipertanggungjawabkan, persangkaan ini tidaklah haram dan tidaklah termasuk kepada buruk sangka. Karena demikianlah tabiat manusia, jika ia mendapatkan petunjuk- petunjuk yang kuat, maka muncullah persangkaan di dalam dirinya. Persangkaan buruk yang sama sekali tidak didasari petunjuk- petunjuk yang kuat dan tidak bisa dipertanggungjawabkan. Dalam hal buruk sangka kepda Allah Swt, hal ini biasanya terjadi manakala seseorang ditimpa kesulitan hidup. Ketika doanya tidak juga terkabul, keinginannya tidak juga terwujud, maka ia kecewa. Ia putus asa dan beranggapan bahwa Allah Swt tidak mau endengarkan doanya, tidak menyayanginya. Dalam situasi itu biasanya seseorang menjadi gelap mata dan buta hati. Ia lupa padasekian banyak pemberian Allahyang terlimpah kepada dirinya selama ini. Ia lupa pada penjaganya, pemberian, dan kasih sayng Allah yang tiada pernah bisa terhitung disepanjang hidupnya, sejak ia di dalam rahim ibuya, hingga ia lahir tumbuh dan berkembag.Padahal, ketika doanya tidak terkabul saat itu, maka itu sesungguhnya bukanlah tidak dikabulkan oleh Allah Swt. Melainkan Allah menundanya dan mengabulkannya berupa kebaikan di akhirat kelak. Atau Allah akan mengabulkannya dengan cara menyelaatkan dirinya dari keburukan.Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah seorang muslim memanjatkan doa pada Allah selama tida mengandung dosa dan memutuskan silaturahim, melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan doanya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “kalau begitu kami akan memperbanyak berdoa.” Nabi Saw lantas berkata, “ Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan doa- doa kalian.” (HR Ahmad.—shahih)Selain itu, sifat manusia yang selalu tak pernah puas mengakibatkan selalu bermunculan keinginan demi keinginan. Manusia mengira bahwa segala hal yang ia inginkan itu memang baik baginya. Setelah punya motor, ia ingin punya mobil. Setelah punya mobil, ia ingin punya mobil yang mewah. Setelah punya kontrakan, ia ingin punya rumah. Setelah punya rumah, ia ingin punya rumah yang lebih luas dan lebih indah. Begitulah seterusnya. Setelah punya pekerjaan, ia ingin punya jabatan atau kedudukan yang lebih tinggi lagi. Ingin punya penghasilan yang lebih tinggi lagi. Ingin punya penghasilan yang lebih besar lagiDemikianlah manusia. Memang tidak salah manakalamanusia punya keinginan. Karena dengan adanya keinginan, manusiaakan hidup secara aktif dan kreatif. Namun yang keliru adalah ketika manusia memikirkan bahwa apa yang diinginkannya harus ia dapatkan sehingga ia berusaha mendapatkannya dengan menghalalkan berbagai macam cara. Dan ketika ia gagal mendapatkannya, lantas ia putus asa dan menghujat siapa saja, tak terkecuali Allah Swt. Inilah sikap yang salah. Artinya: “..Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216)Sebagai contoh, ada yang ingin menjadi pegawai negeri. Ujian-ujian seleksi ia ikuti. Berbagai persyaratan ia penuhi. Ia menghindari praktik kotor melakukan sogokan untuk meloloskan keinginannya. Akan tetapi, ia tidak lulus ujian tersebut. Pada kesempatan berikutnya ia mencoba kembali, namun tidak juga lulus.Orang yang mengalami hal demikian bisa jadi terjerumus pada sikap putus asa dan berburuk sangka kepada Allah Swt. Namun, bisa jadi juga dia tetap berprasangka baik kepada-Nya dengan meyakini bahwa kewajiban dirinya hanyalahberusaha seserius dan sebaik mungkin. Karena apapun hasilnya, itu adalah kekuasaan Allah Swt. Siapa yang tahu jika ternyata ketidaklulusannya yang berkali- kali itu mengantarkan dirinya menjadi seorang wirausaha sukses. Berprasangka baik terhadap Allah Swt akan membuat kita senantiasa siap menerima ketetapan-Nya yang akan terjadi kepada kita. Baik itu kenyataan yang sesuai dengan keinginan, maupun yang tidak. Baik itu kenyataan berupa keberuntungan, maupun kenyataan berupa musibah. Prasangka baik terhadap Allah Swt membuat kita senantiasa yakin bahwasanya setiap ketetapan Allah Swt terhadap diri kita itu pada hakikatnya adalah kebaikan.Sebagaiman firman Allah Swt.,“Dan dikatakan kepada orang- orang yang bertakwa, “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab, “ (Allah telah menurunkan) kebaikan!”Orang- orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampong akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik- baik tempat bagi orang yang bertakwa.” (QS. An Nahl [16]: 30)Tidaklah semata- mata Rasulullah Saw melarang umatnya dari suatu perbuatan tertentu, kecuali karena perbuatan tersebut bisa berdampak buruk. Baik bagi dirinya maupun orang lain. Tak terkecuali buruk sangka.Selain mendatangkan dosa, buruk sangka juga mengganggu kesehatan mental dan jiwa. Karena setiap kali seseorang berburuk sangka terhadap orang lain, maka selama itu pula dirinya akan dipenuhi dengan pikiran- pikiran negative, kesehariannya tidak tenang, gundah gulana dan gelisah disebabkan prasangkanya sendiri .Buruk sangka tanpa terasa membuat seseorang menjadi berjiwa pengecut. Karena ia terbiasa sibuk dengan prasangkanya tanpa ada keberanian untuk mencari kebenaran atau tabayyun langsung kepada orang bersangkutan.Akibatnya kemudian, seseorang yang selalu berburuk sangka, tentunya sulit untuk bahagia. Bahagia adalah keadaan di mana hati tenang tentram. Sedangkan dengan buruk sangka, ketenangan hati akan sangat sulit di dapat. Mengapa? Karena rasa curiga dan pikiran negative lebih mendominasi diri kita. Jika sudah demikian, bagaimana mungkin bisa tenang?!Semoga kita terhindar dari sifat buruk sangka. Sehingga tenanglah hati kita dan bahagialah hidup kita.
2. Larangan Kedua = Jangan Saling Memata- mataiSaudaraku, dalam buku Hayatush Shahabah, ada sebuah riwayat mengenai khalifah Umar bin Khatab ra. Suatu malam, Umar berjalan bersama Abdullah bin Mas’ud memeriksa keadaan kota Madinah. Tiba- tiba, mata beliau melihat sebuah rumah yang diterangi cahaya dari bagian dalamnya. Kemudian, Umar menghampiri sumber cahaya itu sehingga ia melihat ke dalam rumah tersebut.Ternyata di rumah itu, ada seorang lelaki tua sedang minum arak dan menari- nari bersama budak perempuan yang menyanyi untuknya. Kemudian, Umar masuk sendirian dan menghardik lelaki tua itu, “Wahai fulan, tidak pernah aku saksikan pemandangan yang lebih buruk dari ini, orang tua yang sudah tua meminum arak dan menari- nari!”Lelaki tua itu menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, apa yang engkau sampaikan adalah lebih buruk dari apa yang kau saksikan. Engkau telah memata- matai pribadi orang, padahal Allah telah melarangnya dan engkau telah masuk rumahku tanpa seizinku!”Umar membenarkan ucapannya kemudian ia keluar dari rumah itu dengan menyesali perbuatannya. Umar berucap “Sungguh telah celakalah Umar apabila Allah tidak mengampuninya.” Umar menyadari kesalahannya yang telah mengendap- endap melihat aib orang lain dan memasuki rumah orang lain tanpa seizing penghuninya. Kedua perbuatan ini adalah hal yag dilarang oleh Allah Swt melalui firman-Nya dalam surat Al- Hujurat ayat 12 dan surat An Nur ayat 27.Lelaki tua itu merasa sangat malu kepada Umar karena kepergok melakukan maksiat. Dia khawatir akan dihukum atau setidaknya akan diumumkan dihadapan banyak orang oleh Umar. Sehingga ia tidak dating ke majelis Umar dalam waktu yang cukup lama.Sampai pada suatu hari lelaki itu diam- diam dating ke majelis Umar secara diam- diam. Dia duduk di paling belakang sambil menundukan kepala agar tidak terlihat oleh Umar. Tiba- tiba Umar memanggilnya dengan usara yang agak keras, “Wahai Fulan mari duduk di dekatku!”Lelaki tua itu merasa gentar. Tubuhnya gemetar. Dia mengira akan dipermalukan di depan umum. Dengan wajah pucat pasi, dia pasrah menghampiri Umar. Kepalanya menunduk, tegang membayangkan apa yang akan terjadi kemudian.Setelah lelaki itu duduk di dekatnya, Umar berbisik, “Wahai fulan, demi Allah yang telah mengutus Muhammad sebagai seorang Rasul, tidak akan aku beritahuseorangpun tentang apa yang aku lihat di dalam rumahmu, meskipun kepada Abdullah bin Mas’ud yang saat itu ikut bersamaku.”Lelaki itu takjub sekaligus heran. kemudian ia menjawab dengan berbisik, “Wahai Amirul Mukminin, demi Allah yang telah mengutus Muhammad sebagai seorang Rasul, sejak malam itu sampai saat ini aku telah meninggalkan perbuatan maksiatku.”Salah satu pelajaran berharga dari kisah diatas adalah tentang larangan memata- matai sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al Hujurat ayat 12 seperti disampaikan pada bagian awal buku ini.Krgiatan memata- matai dalam ayat ini disebut dengan istilah Tajassus. Yaitu kegiatan atau aktifitas mengorak- ngorek suatu berita dengan tujuan meneliti lebih dalam. Sedangkan jika suatu berita didapatkan secara alami, atau sekedar dikumpulkan lalu diinformasikan kembali, maka itu tidak termasuk aktifitas memata- mataiMemang ada kegiatan memata- matai yang diperbolehkan. Yaitu kegiatan mematai- matai pihak yang memusuhi dan memerangi Islam. Sedangkan Di luar itu, maka tidak diperbolehkan. Baik terhadap non muslim yang hidup di tengah- tengah umat Islam dan tidak memerangi umat Islam.Jika demikian, apalagi perbuatan memata-matai kehidupan saudara kita sendiri, sesame muslim, atau tetangga kita. Setiap orang tentu tidaklah sempurna. Selalu ada kekurangan dan kesalahan. Terlebih lagi di dalam tempatnya yang privat semisal di dalam rumahnya, di tengah keluarganya.Memata- matai kehidupan orang lain adalah hal yang diharamkan dan sangat dikecam oleh Rasulullah Saw. Apalagi jika setelah memata- matai itu, informasi yang didapatkan kemudian dibicarakan disebarkan kepada orang lain. Tentu ini lebih besar lagi dosanya.Saking besarnya kecaman Rasulullah Saw terhadap perbuatan memata- matai ini, sampai- sampai dalam sebuah keterangan yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, beiau bersabda, “Jika seseorang melihatmu dalam keadaan tanpa pakaian, tanpa seizinmu, lalau engkau membutakan kedua matanyadengan lemparan batu, maka tidak ada celaan atas perbuatanmu itu.” (HR. Muslim, — shahih).Apa yang dimaksud dengan keadaan tanpa pakaian dalam hadits diatas adala aurat. Aurat ini tidak hanya bermakna aurat fisik, melainkan kiasan juga yang maksudnya adalah aib atau kekurangan pada diri seseorang.Dalam Raudhah Al ‘Uqala, Abu Hatim bin Hibban Al Busti menerangkan bahwa orang yang berakal wajib mencari keselamatan untuk dirinya dengan meninggalkan perbuatan memata- matai saudaranya, dan senantiasa sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiriKarena sesungguhnya orang yang sibuk memikirkan kejelekan diri sendiri dan melupakan kejelekan orang lain, hatinya akan tentram dan tidak akan lelah. Setiap kali dia melihat kejelekan yang ada pada dirinya, maka dia akan merasa hina tatkala melihat kejelekan serupa ada pada saudaranya.Sementara orang yang selalu sibuk mencari kejelekan orang lain dan lupa pada kejelekannya sendiri, maka hatinya akan buta. Ia akan merasa letih dan sulit meninggalkan kejelekan dirinya sendiri.Demikianlah betapa buruknya perbuatan memata- matai, mengorek- ngorek informasi tentang diri orang lain tanpa kita berhak melakukannya. Apalagi perbuatan itu dilakukan sekedar untuk mengetahui aib orang lain kemudian memperbincangkan dan menyebarluaskannya. Sungguh betapa busuknya perilaku yang demikian itu. Tak hanya bertentangan dengan keteladanan suri tauladan kita, Rasulullah Saw. Namun juga bertentangan dengan kehendak Allah Swt. Smoga kita terhindar dari perbuatan demikian.
3. Larangan Ketiga = Jangan Saling Mencari AibDalam Al Bidayah wan Nihayah karya Imam Ibnu Katsir disebutkan sebuah kisah. Satu ketika Sufyan bin Husain berkata, “Aku pernah menyebutkan kejjelekan seseorang di hadapan Iyas bin Mu’awiyyah. Lalu ia memandangi wajahku seraya berkata, “Apakah engkau pernah ikut memerangi bangsa romawi?” Aku menjawab, “Tidak”. Ia bertanya lagi, “Kalau memerangi bangsa Sind, Hind (India) atau Turki?” Aku juga menjawab, “Tidak”Kemudia ia berkata, “Apakah layak, bangsa Romawi, Sind, Hind dan Turki selamat dari kejelekanmu sementara saudaramu yang muslim tidak selamat dari kejelekanmu?!”. Setelah kejadian itu, aku tidak pernah mengulangi lagi berbuat seperti itu.”Saudaraku, setelah kita dilarang untuk saling memata- matai, selanjutnya kita dilarang untuk saling mengumbar aib. Kedua hal ini sangat berkaitan erat. Karena biasanya jikalau kita sudah terjangkit perbuatan buruk gemar memata- matai kehidupan saudara kita maka kita akan terpancing untuk mencari- cari aib keburukannya. Padahal sudah jelas manusia bukanlah makhluk yang bersih dari kesalahan. Begitu banyak nasihat Rasulullah Saw yang mengingatkan kita bahwasanya sesama muslim itu terdapat ikatan persaudaraan. Ikatan persaudaraan yang nilai atau derajatnya lebih tinggi dibandingkan persaudaraan yang diikat karena pertalian darah, suku bangsa atau Negara. Karena persaudaraan sesame muslim itu diikat dengan iman.Oleh karena itulah sesama muslim dilarang untuk saling menyakiti dengan cara apapun. Baik dengan cara bisikan hati, ucapan lisan, atau perbuatan. Sebaliknya, sesame muslim justru diperintahkan untuk saling mencintai, saling melindungi, saling membela. Seorang muslim berhak untuk ditabayunkan atas kesalahpahamannya. Seorang muslim berhak untuk dibaiksangkai atas perbuatannya yang dalam pandangan kita adalah keliru. Seorang muslim berhak untuk mendapatkan rasa aman dari perkataan dan perbuatan sesamanya. Bukankan Rasulullah Saw pernah ditanya tentang siapakah muslim yang paling utama. Kemudian, beliau menjawab, “Yaitu orang yang bisa menjaga lisan dan tangannya dari perbuatan buruk terhadap saudaranya.” (HR. Bukhari. – shahih) Dalam hadits yang lain, Rasulullah Saw menegaskan bahwa perbuatan mencari- cari aib orang lain apalagi membukanya dan menyebarkannya adalah perbuatan orang yang tidak memiliki iman di dalam hatinnya. Bahkan tergolong kepada golongan orang munafik, karena cirri kemunafikan adalah hanya menyatakan iman dengan ucapan, tanpa menghadirkan iman di dalam hatinya. Rasulullah Saw bersabda, “Wahai sekalian manusia yang beriman dengan lidahnya, (namun) belum masuk iman ke dalam hatinya, janganlah kalian mengumpat orang- orang islam dan janganlah membuka aib mereka. Sesungguhnya orang yang membuka aib saudaranya yang muslim, maka Allah akan membuka aibnya. Dan siapa yang aibnya dibuka oleh Allah, maka Allah akan membukanya sekalipun di dalam rumahnya.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi.– Hasan Gharib menurut Imam Tirmidzi). Jikalau Allah membuka aib-aib kita, maka sungguh tiada seorang pun atau sesuatu apapun yang bisa menutupinya. Tak ada yang bisa menyelamatkan kita. Sedikitpun kita tak akan bisa mengelak. Namun sebaliknya, jikalau Allah menyelamatkan kita sebagai balasan atas sikap kita yang membela, menolong dan menutupi aib sesame muslim, maka sungguh tak ada yang bisa menghalanginya. Mencari-cari dan membuka aib orang lain adalah perbuatan tercela. Bahkan jangankan aib orang lain, membuka aib diri sendiri saja adalah perbuatan yang dilarang oleh Rasulullah Saw. Beliau bersabda, “Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari , kemudian di pagi harinya ia berkata: “Wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu- padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya.” (HR. Bukhari Muslim, — Shahih). Namun, penting untuk dipahami bahwa maksud menutupi aib sesama muslim itu bukan berarti menutup-nutupi perbuatan muslim yang berbuat kezhaliman. Apalagi jika itu adalah perbuatan jahat yang sudah seharusnya diadili dan mendapatkan hukuman. Tolong- menolong hendaknya dilakukan dalam kebaikan, tidak dalam kejahatan. Khususnya apabila seseorang dimintai kesaksian didepan hukum mengenai perbuatan salah atau jahat saudaranya yang merugikan orang lain bahkan orang banyak, maka wajib baginya untuk memberiksn kesaksian sejujur mungkin, bukan menutup-nutupi kebenaran yang ia ketahui dengan alasan solidaritas, kesetiakawanan atau persaudaraan. Justru, memberikan kesaksian yang sejujurna demi tegaknya keadilan, itu adalah sikap solidaritas dan persaudaraan yang hakiki. Lantas, bagaimana wujud menutupi aib saudara itu? Misalnya adalah ketika ada beberapa orang membicarakan aib orang lain, maka kita mencegah hal itu dengan cara menegur mereka atau membelikkan pembicaraan secara halus agar mereka tidak kebablasan membicarakan aib orang yang sedang dibicarakan itu. Demikian juga jika kita mengetahui salah seorang saudara kita memiliki aib berupa perbuatan maksiat yang tidak merugikan orang lain, seperti meminum khamar. Maka, wujud menutupi aibnya itu adalah dengan tidak menceritakannya kepada orang lain. Akan tetapi, tetap menasehati dan mengingatkannya agar bertaubat kepada Allah Swt dan meninggalkan perbuatan maksiatnya itu. Ada keteladanan yang amat mulia dicontohan oleh Rasulullah Saw. Ketika itu, usai menunaikan shalat Ashar di Masjid Q uba, salah seorang sahabat mengundang Rasulullah dan jamaah singgah ke rumahnya untuk menikmati sajian daging unta. Ketika sedang makan- makan, tiba-tiba tercium aroma kurang sedap. Rupanya ada salah seorang dari yang hadir yang buang angin. Para sahabatpun saling menoleh. Rasulullah Nampak kurang berkenan dengan keadaan itu. Maka, ketika waktu shalat Maghrib hampir tiba, sebelum bubar, Rasulullah Saw berkata, “Barangsiapa yang makan daging unta, hendaklah ia berwudhu.” Mendengar perintah Rasulullah itu, maka semua yang hadirpun mengambil air wudhu. Sehingga terhindarlah aib orang yang buang angin. Karena jika Rasulullah tidak memberikan perintah tersebut, amat mudahlah hadirin mengetahui siapa yang buang angin tadi. Tentang aib yang dirahasiakan, ada satu kisah terkenal yang ditulis oleh Syaikh DR. Muhammad Al’ Ariifi dalam bukunya yang berjudul, Fi Bathni al Hut. Berikut ini kisahnya. Ketika itu Bani Israil ditimpa musim kemarau yang berkepanjangan. Mereka pun berkumpul mendatangi Nabi mereka. Mereka berkata, “Wahai Kalimallah, berdoalah kepada Rabbmu agar Dia menurunkan hujan kepada kami.” Maka berangkatlah Nabi Musa bersama kaumnya menuju padang pasir yang luas bersama lebih dari 70 ribu orang. Mulailah mereka berdoa dengan kondisi yang lusuh penuh debu, haus dan lapar. Musa berdoa, “Wahai Tuhan kami, turunkanlah hujan kepada kami, tebarkanlah rahmat-Mu, kasihilah anak- anak dan orang- orang yanmg mengandung, hewan-hewan dan orang-orang tua yang rukuk dan sujud.” Setelah itu langit tetap saja terang benderang. Mataharipun bersinar makin terik. Kemudian, musa berdoa lagi, “Wahai Tuhanku berilah kami hujan.” Allah pun berfirman kepada Musa, “Bagaimana Aku akan menurunkan hujan kepada kalian sedangkan di antara kalian ada seorang hamba yang bermaksiat sejak 40 tahun yang lalu. Keluarkanlah ia di depan manusia agar dia berdiri di depan kalian semua. Karena dialah, Aku tidak menurunkan hujan untuk kalian.” Maka, musa pun berteriak di tengah- tengah kaumnya, “Wahai hamba yang bermaksiat kepada Allah sejak 40 tahun, eluarlah dihadapan kami, karena engkaulah hujan tak kunjung turun.” Seorang laki- laki melirik ke kanan dan kiri. Tak seorangpun yang keluar di depan manusia, saat itu pula ia sadar kalau dirinyalah yang dimaksud. Ia berkata dalam hatinya, “kalau aku keluar ke depan manusia, maka akan terbuka rahaiaku. Kalau aku tidak berterus terang, maka hujanpun tak akan turun.” Maka, kepalanya tertunduk malu dan menyesal. Air matanya pun menetes, sambil berdoa didalam hati kepada Allah, “Ya Allah, aku telah bermaksiat kepadamu selama 40 tahun, selama itu pula Engkau menutupi aibku. Sungguh sekarang aku bertobat kepada- Mu, maka terimalah taubatku.” Belum sempat ia mengakhiri doanya maka awan- awan tebalpun bergumpal. Semakin tebal menghitam lalu turunlah hujan. Nabi Musa pun keheranan dan berkata, “Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan kepada kami, padahal tak seorang pun yang keluar di hadapan manusia.” Allah berfirman, “Aku menurunkan hujan karena seorang hamba yang karenanya hujan tak kunjung turun.”Musa brkata. “Ya Allah, tunjukka padaku hamba yang taat itu.” Lalu Allah berfirman, “Wahai Musa, Aku tidak mebuka aibnya padahal ia bermaksiat kepada- Ku, maka apakah Aku akan membuka aibnya sedangkan ia taat (taubat) kepada- Ku?!” Saudaraku, jelas sudah bahwa mencari-cari dan membuka aib orang lain adalah perbuatan yang amat tercela. Semoga kita tergolong orang- orang yang lebih sibuk mencari aib diri sendiri untuk kemudian memperbaikinya. Daripada mencari-cari aib orang lain apalagi tanpa memperbaikinya.Rasulullah Saw bersabda, “Seseorang muslim dengan muslim yang lain adalah bersaudara, dia tidak boleh berbuat dzalim dan aniaya kepada saudaranya. Barangsiapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barangsiapa yang membebaskan seorang muslim dari suatu kesulitan, maka Allah akan membebaskannya dari kesulitan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat kelak.” (Muttafaq alaih. –Shahih).
4. Larangan Keempat = Jangan Saling Bersaing (Kemegahan Dunia) Dalam sejarah kita banyak menemukan kisah-kisah manusia yang hidupnya sibuk dalam kemegahan dunia. Perjalanannya adalah perjalanan mengumpulkan harta. Seolah harta yang dimiliki tidak pernah cukup. Namun ironisnya, kebanyakan dari kisah-kisah seperti itu berakhir dengan kehancuran. Salah satu kisah yang paling termahsyur adalah kisah Qarun. Di dalam surat Al- Qashash [28] ayat 76-82 kisah Qarun dijelaskan secara terang-benderang. Bahwa Qarun adalah sepupu dari Nabi Musa AS, yang diberikan karunia oleh Allah Swt berupa harta yang berlimpah ruah banyaknya. Akan tetapi dengan harta itu ia bersikap takabur dan memamerkan kekayaannya. Sikapnya itu bahkan hampir-hampir saja mencelakakkan umat Bani Israil lainnya ikarenakan mereka merasa iri terhadapnya. Sebelum akhirnya, ia binasa disebabkan sikapnya yang mengkufuri nikmat Allah Swt. Sungguh, Allah tiada pernah melarang hamba-hamba-Nya untuk bekerja guna mendapatkan harta. Malah, justru giat bekerja adalah bagian dari bentuk kepatuhan terhadap-Nya. Bekerja dengan giat juga salah satu bentuk menghidupkan sunnah Rasul-Nya. Bukankah Rasulullah Saw juga bekerja bahkan sejak usianya sangat belia. Allah Swt menciptakan alam raya dengan segala kekayaannya ini adalah untuk digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Allah Swt berfirman, Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi segala hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 22) Jelas sudah, bahwa kekayaan ala mini memang diperuntukkan bagi manusia. Allah tidaklah melarang hamba-Nya untuk memiliki bagian dari kekayaan yang berlimpah itu. Akan tetapi yang dilarang oleh-Nya adalah persaingan tidak sehat dalam mendapatan kekayaan dunia. Yang dilarang oleh-Nya adalah bersikap sombong dan kufur atas kekayaannya. Saat ini bukan hal asing ketika manusia berlomba- lomba mengumpulkan harta kekayaan, kemudian memamerkannya dengan harapan mendapat sanjungan, pujian dan pengakuan bahwa dirinya adalah orang yang kaya raya. Bukan ha lasing pula ketika manusia menghalalkan berbagai macam cara hanya demi memiliki harta. Ada yang korupsi, ada yang mencuri, memalsukan uang hingga mencoba- coba ilmu hitam Jika memang yang diharapkan dari limpahan kekayaan itu adalah pujian orang. Setelah orang lain memuji kita, maka itusama sekali tak member pengaruh apa- apa. Jika memang yang diharapkan dari limpahan kekayaan itu adalah rasa puas dan bahagia, maka camkanlah bahwa justru semakin berlimpah kekayaan, semakin bertambah pula kegelisahan. Gelisah harta itu dicuri orang, gelisah harta itu berurang dan lain sebagainya. Saudaraku, marilah kita renungkan pesan Allah Swt yang terkandung dalam surat At Takatsur ini, Artinya: “Bermegah-megah telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. Niscaya kamu benar-benarakan melihat neraka jahiim. Dan sesungguhnya kamu enar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yakin. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS. At Takatsur [102]: 1-8). Penting untuk selalu kita sadari, bahwa Allah-lah pemilik segala karunia. Dia-lah Yang Maha Memberi kepada seluruh makhluk-Nya. Sedangkan manusia, tidak lebih dari sekedar makhluk yang dititipi oleh-Nya. Sungguh tidak ada artin ya apa yang kita miliki dibandingkan kekayaan-Nya. Menyikapi kekayaan yang kita miliki, alangkah baiknya jika kita memakai teori tukang parker. Seorang tukang pasrkir tidak pernah merasa jumawa, sombong dan ujub atas berbagai kendaraan yang berada di dalam kekuasaannya . karena ia menyadari betul bahwa semua kendaraan itu hanyalah titipan semata yang dating dititipkan kepadanya untuk nanti diambil kembali oleh pemiliknya. Demikian pula dengan harta kekayaan kita. Tiada lain hanyalah titipan Allah semata. Dia yang Maha Kaya telah menitipkannya kepada kita sebagai ujian apakah kita amanah ataukah tidak. Apakah kita menggunakan titipan- titipan-Nya itu sesuai dengan kehendak-Nya ataukah malah sebaliknya. Tak perlu sibuk berlomba-lomba dalam kemegahan dan kekayaan. Sibuklah berlomba- lomba dalam berbagi, bersedekah, berwakaf dan amal kebaikan lainnya. Berlomba dalam kemegahan akan berujung di garis finish penyesalan. Sedangkan berlomba dalam kebaikan akan berujung di garis finish kebahagiaan.
5. Larangan Kelima = Jangan Saling MendengkiDengki atau hasad adalah sikap yang sangat tercela. Yaitu sikap seseorang yang tidak senang apabila melihat saudaranya mendapatkan kenikmatan, keuntungan atau karunia. Ia mengharapkan semua kebaikan itu sirna dari saudaranya, dan kalau bisa berpindah kepada dirinya.Sebagaimana firman Allah Swt, “Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya.” (QS. Ali Imran [3]: 120)Dengki sangatlah tercela karena penyakit ini bisa menyebabkan berbagai penyakit lain yang tidak kalah busuk nya. Yaitu dengki bisa mendatangkan rasa dendam, permusuhan, fitnah hingga kemunafikan yang merupakan dosa besar.Betapa berbahayanya dengki itu, sampai- sampai Allah memperingatkan kita dari karakter dengki. Allah Swt berfirman, “Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subug. Dari kejahatan makhluk-Nya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita- wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul- buhul. Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” (QS Al Falaq [113]: 1-5)Seperti seorang pedagang yang kios nya bertetanggaan dengan pedagang lain. Mereka berjualan barang- barang yang kurang lebih sama. Namun, kios pedagang X lebih ramai dikunjungi pembeli dibanding kios pedagang Y. lantas, pedagang Y tidak suka atas apa yang terjadi pada pedagang X. ia berharap dirinya lah yang mendapat keuntungan, bukan X. timbul kegelisahan dalam hati Y, sehingga ia berfikir negatif, mengharap apa yang dialami X, terjadi pada dirinya. Bahkan ia mengharapkan karunia yang dirasakan X itu berakhir.Pendengki adalah orang yang paling rugi. Dia berbuat dzhalim yang di rugikan dan yang menderita adalah dirinya sendiri. Padahal kedengkiannya pada orang lain tak akan mengubah apa yang telah Allah berikan kepada hamba-Nya. Takdir Allah terhadap seseorang tak pernah bisa dihalang-halangi oleh seorangpun atau sesuatu apapun.Malangnya seorang pendengki adalah ia akan semakin bertambah nelangsa dan menderita jika pemberian Allah kepada orang yang di dengki itu semakin bertambah. Kedengkian adalah bukti kurang iman. Dengki itu bukti tidak ridha pada perbuatan Allah terhadap hamba-Nya. Dengki itu sikap ingin mengatur Allah sesuai hawa nafsunya. Tentulah dengki itu sikap yang tak punya adab. Yaitu adab terhadap Allah, Tuhan semesta alam. Padahal sesungguhnya Allah berbuat sesuai kehendak-Nya pasti dengan ke Maha adilan-Nya. Harus kita bersyukur atas apa yang telah Allah karuniakan kepada kita, dan juga turut bersyukur atas apa yang Allah berikan kepada hamba- Nya yang beriman lainnya.Setiap orang mendapatkan kapling ketentuannya masing- masing. Jangankan satu kampong, bahkan kakak-adik saja atau kembar sekalipun tetap saja berbeda. Rezeki, kemampuan, postur tubuh, jodoh dan hal lainnyatidak akan sama. Allah Swt memerintahkan sesama muslim untuk saling mendukng, membantu, mendoakan dan turut merasa gembira atas kegembiraan yang sedang dirasakan oleh sesama muslim. Inilah yang disebut dengan sikap Ghibthah, sikap yang bertolak belakang dengan dengki. Para ulama menerangkan bahwa Ghibthan adalah rasa ingin mendapatkan kenikmatan atau keberuntungan yang didapatkan oleh orang lain, tanpa diiringi hawa nafsu yang menginginkan kenikmatan atau keberuntungan itu hilang dari orang yang mendapatkannya. Orang yang Ghibthah juga tidak merasa benci manakala melihat orang lain mendapatkan nikmat atau keberuntungan. Inilah yang dimaksud dengan dengki atau hasad pada hadits berikut ini. Rasulullah Saw bersabda, “Tidak ada hasad yang dianjurkan kecuali pada dua perkara, (yaitu) (1) orang yang diberi pemahaman Al- Quran lalu dia mengamalkannya di waktu- waktu malam dan siang; dan (2) orang yang Allah karuniai harta lalu dia menginfakkannya di waktu-waktu malam dan siang.” (HR. Muslim. –Shahih). Ghibthah terhadap dua orang yang dijelaskan dalam hadits di atas merupakan sikap yang baik. Bolehkah kita ghibthah pada urusan dunia? Hal ini memiliki hokum asal yaitu boleh. Seperti kita ingin memiliki kendaraan seperti yang dimiliki oleh saudara kita, maka itu diperbolehkan. Namun, perlu kita waspadai bahwa sesuatu yang hukumnya boleh akan menjadi tercela jika berlebih- lebihan. Demikian juga Ghibthah dalam urusan dunia. Ini seperti yang terjadi pada kaum Qarun. Ketika mereka melihat kemewahan dan kekayaan Qarun, maka mereka berangan- angan memiliki kemewahan seperti Qarun. Hal ini diterangkan oleh Allah Swt dalam surat Al Qashash ayat 79-80. Adapun Ghibthah yang dianjurkan adalah Ghibthah dalam urusan akhirat. Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Ghibthah dalam urusan akhirat dalah terhadap dua orang yang melakukan dua perbuatan sebagaimana disebutkan dalam hadits diatas. Atau perbuatan yang semisal dengannya. Ghibthah dalam urusan akhirat akan mendorong kita menjadi semakin semangat dalam beramal shaleh. Melihat seorang yang hafidz Al-Quran, maka kita menjadi semangat menghafal Al- Quran. Melihat orang yang gemar bersedekah, maka kita menjadi semangat bekerja agar bisa leluasa sedekah. Emikianlah contoh Ghibthah dalam urusan akhirat Sahabatku, dengki adalah perkara yang buruk. Lawanlah dengki dengan Ghibthah. Semoga kita tidak tergolong orang- orang yang merugi karena sesungguhnya dengki hanya mendatangkan dosa dan menyengsarakan diri sendiri.
6. Larangan Keenam = Jangan Saling MembenciFirman Allah “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surge yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang- orang yang bertakwa. (yaitu) orang- orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang- orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang- orang yang berbuat kebajikan.” (QS Ali Imran [3]: 133-134)Mengapa harus ada rasa saling benci jika kita ditakdirkan sebagai umat yang bersaudara satu sama lain. Persaudaraan yang jauh lebih mulia daripada persaudaraan karena ikatan darah, bahasa atau suku bangsa. Mengapa harus ada rasa saling benci hanya karena kita berbeda daerah, berbeda suku, berbeda organisasi, berbeda partai, jika kita masih meyakini Allah sebagai satu- satunya Dzat Yang Maha Kuasa yang patut disembah. Mengapa kita saling membenci jika tuhan kita adalah sama yaitu Allah Swt dan Allah menegaskan bahwa kita bersaudara. Sahabatku, sungguh tak ada alasan bagi kita untuk membenci saudara kita sendiri. Karena jangankan untuk membenci, kita malah tidak berhak berprasangka buruk sedikitpun kepada sesama dan muslim. Jikapun ada prasangka itu muncul, maka kita diharuskan untuk menepisnya dan sebisa mungkin mencarikan alasan agar kita tetap bisa berprasangka baik terhadapnya. Dengan diiringi itikad untuk tabayyun dan memberikan nasehat demi kebaikannya. Tentu manusiawi jikalau kita mencintai seseorang atau membenci nya. Karena manusia diberikan karunia berupa perasaan. Akan tetapi islam diturunkan oleh Allah adalah sebagai pedoman untuk kita agar bisa mengendalikan setiap apapun karunia Allah kepada kita. Tak hanya rasa benci, bahkan rasa cinta pun perlu untuk dikendalikan. Imam Ali bin Abi Thalibn radiyallahu’anhu pernah berkata, “Cintailah orang yang engkau cintai sekedar nya saja, sebab boleh jadi bisa jadi kelak ia akan menjadi orang yang engkau benci. Dan, bencilah orang yang engkau benci sekedarnya saja, sebab bisa jadi kelak ia akan menjadi orang yang engkau cintai.” Membenci janganlah disebabkan karena benci terhadap fisik, melainkan bencilah dikarenakan adanya tingkah laku atau kebiasaan yang tidak di ridhai Allah Swt. Bencilah perilaku, sifat yang tidak di ridhai-Nya, janganlah membenci orangnya. Sehingga rasa benci yang demikian akan mendorong seseorang untuk mengoreksi, mengingatkan dan memperbaiki saudaranya. Benci yang demikian hakikatnya adalah cinta. Ketika sang ayah memukul anaknya karena tidak shalat sedangkan usia anaknya sudah melewati masa baligh, maka pukulan ayahnya bukanlah kebencian, melainkan rasa cinta. Jikapun pukulan sang ayah karena kebencian, maka kebencian itu kepada perbuatan tidak shalat, bukan kebencian kepada diri anaknya. Sang ayah memukul anaknya itu agar ia shalat, agar ia mendapat pelajaran dan keselam,atan. Bagaimana rasa mengelola rasa benci yang tidak jarang muncul di dalam hati kita terhadap seseorang. Saudaraku, kebencian kita biasanya dipicu karena ada hal pada dirinya yang tidak kita sukai. Padahal harus kita sadari, bahwa sangat sulit bahkan mustahil segala apa yang terjadi di dunia ini adalah hal- hal yang kita sukai. Apalagi setiap diri manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Trik yang bisa kita lakukan untuk menepis rasa benci pada seseorang adalah dengan melihat sisi lain dari diri orang itu. Karena seburuk- buruknya perilaku seseorang, ia pasti memiliki sisi baiknya. Bahkan bisa jadi kebencian kita padanya hanya disebabkan secuil perilaku kecilnya yang tidak sesuai dengan kita. Dibalik itu, boleh jadi justru amat banyak hal- hal baik yang akan kita sukai Rasulullah Saw pernah bersabda, “Tidak boleh seorang mu’min (suami) membenci seorang mu’minah (istrinya), bila dia tidak menyenangi satu dari perilakunya, dia tentu menyukai (perilakunya) yang lain.” (HR. Muslim, –Shahih) Apa pelajaran berharga dari hadits diatas. Hendaknya kita selalu siap menerima kenyataan bahwa orang yang memiliki hubungan dengan kita, baik itu pasangan, kerabat atau teman, tidaklah sempurna. Jika ada satu hal atau lebih yang tidak kita sukai dari dirinya, maka carilah sisi lain dari dirinya yang positif dan kita sukai. insyaAllah hal ini akan semakin mempererat persaudaraan kita dengannya Dengan demikian, kita bisa terhindar dari perasaan saling membenci. Bahkan, kita bisa memiliki kemampuan mengelola rasa benci di dalam hati kita dan mengubahnya menjadi rasa cinta yang memperkokoh tali persaudaraan.
7. Larangan Ketujuh =Jangan Saling BermusuhanSaudaraku, perbuatan terakhir yang dilarang oleh Rasulullah Saw untuk dilakukan kaum muslimin adalah saling bermusuhan. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Rasulullah Saw memperkuat hal ini,“pintu- pintu surga dibuka pada hari senin dan kamis. Maka akan diampuni semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali dua orang laki-laki yang terdapat permusuhan antara dia dengan saudaranya. Maka dikatakan, “Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai. Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai. Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai.” (HR. Bukhari, Muslim. –Shahih). Betapa Rasulullah Saw di dalam hadits di atas amat mengecam umatnya yang saling bermusuhan, apalagi hingga tidak mau berdamai dan saling memaafkan. Kecaman beliau sangatlah kuat sampai- sampai ancamannya adalah tidak akan diampuni dosa- dosanya, sehingga pintu surga tertutup bagi mereka.Marilah kitra ingat kembali bagaimana Rasulullah Saw mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar. Kerekatan tali persaudaraan di antara mereka melampaui kerekatan berdasarkan tanah air, suku bangsa dan bahasa. Bahkan melampaui persaudaraan yang berdasarkan pertalian darah atau nasab. Ada satu kisah yang terselip di tengah kisah agung tentang hijrahnya Rasulullah Saw bersama para sahabat dan persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar yaitu kisah Saad Ibn Ar Rabi’ dan Abdurrahman Ibn ‘Auf. Saad dari kaum Anshar, sedang Abdurrahman dari kaum Muhajirin. Keduanya adalah sama-sama sahib Rasulullah Saw. Yang kaya raya. Ketika hijrah ke Madinah, Abdurrahman tidak membawa harta kekayaannya yang ada di Mekkah. Mak, ia pun tiba di Madinah sebagai orang yang tidak berpunya. Kemudian, Rasulullah Saw mempersaudarakannya dengan Saad. Saad pun seketika itu menawarkan bagian dari kekayaan untuk dimiliki oleh Abdurrahman. Bahkan, Saad menawarkan salah satu istrinya untuk diceraikan dan kemudian diperistri oleh Abdurrahman. Namun, meskipun Saad menawarkan semua itu dengan penuh kesungguhan, Abdurrahman menolaknya secara halus dan memilih untuk berusaha sendiri melalui perniagaan.Membaca penggalan kisah kedua sahabat Rasulullah ini, maka kita bisa melihat betapa agungnya persaudaraan sesama muslim. Sungguh, tak ada keuntungan yang akan kita dapatkan dari permusuhan selain dari sesaknya hati dan rasa gelisah manakala berjumpa dengan saudara yang bermusuhan dengan kita. Oleh karena itu berbesar jiwalah, lapangkanlah hati kita untuk mau memohon maaf dan memberi maaf. Sebagai gambaran, jikalau kita berada di dalam sebuah kamar yang sempit, dan dikamar itu ada seekor tikus kecil, maka sungguh terasa sengsaranya kita. Betapa tikus itu akan menjadi masalah yang terasa amat besar buat kita. Namun, jikalau kita berada di dalam ruang yang sangat luas yang bahkan seolah tak berbatas, maka jika ada seekor gajah besar di dalam ruangan itu tak akan menjadi masalah besar untuk kita. Demikianlah jika kita memiliki kebesaran jiwa dan kelapangan hati. Rasa kesal, marah dan permusuhan dengansaudara kita, tidak akan menjadi masalah untuk kita. Karena kita akan memiliki kemudahan untuk mau meminta maaf dan member maaf. Allah Swt berfirman,“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang- orang yang bodoh.” (QS. Al A’raf [7]: 199)“..Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang- orang yang dzhalim.” (QS. Asy Syura [42]: 40) Dua ayat diatas lebih dari cukup bagi kita untuk menyadari bahwa Allah Swt sangat mencintai hamba-Nya yang ringan dalam member maaf. Rasulullah Saw menegaskankedua ayat di atas dengan haditsnya sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa pernah melakukan kedzhaliman terhadap saudaranya, baik menyangkut kehormatannya atau sesuatu yang lain, maka hendaklah ia minta dihalalkan darinya hari ini, sebelum dinar dan dirham tidak berguna lagi (hari kiamat). (kelak) jika dia memiliki amal shaleh, akan diambil darinya seukuran kedzhalimannya. Dan jika dia tidakmempunyai kebaikan (lagi), akan diambil dari keburukan saudara (yang dizhalimi) kemudian dibebankan kepadanya.” (HR. Bukhari. –Shahih). Masya Allah, betapa besarnya urusan maaf- memaafkan ini dalam agama kita. Saking besarnya, Rasulullah amat menekankan kepada kita untuk bersegera dalam meminta maaf dan memaafkan apabila memiliki kesalahan terhadap sesama. Karena jika hal itu tekat, yaitu ketika belum mendapatkan maaf dari orang yang kita dzhalimi, maka kita akan menjadi orang yang rugi di akhirat. Kenapa? Karena amal kebaikan kita akan diberikan pada orang yang kita dzhalimi seukuran dengan kedzhaliman yang kita lakukan terhadapnya. Sedangkan jika itu belum juga memenuhi, maka keburukan dirinya akan dialihkan kepada kita. Na’udzubillahimindzalik! Oleh karena itulah selain ampunan dari Allah Swt, terdapat juga dosa- dosa yang tidak terhapus kecuali mendapatkan maaf dari orang yang di dzhalimi atau disakiti. Memang bisa jadi orang yang didzhalimi itu memiliki keluasan hati sehingga ia memaafkan sebelum dimintai maaf, akan tetapi, mungkin juga sebaliknya, ia diam namun memendam marah tanpa mau memberikan maaf. Hal ini sebagaimana kisah Al Qomah dengan ibunya. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas RA, disebutkan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda, “Tidaklah shadaqah itu mengurangi harta; tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan sifat memberi maaf, kecuali kemuliaan; dan tidaklah seorang hamba merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim. –Shahih) Rasulullah Saw juga pernah bertanya kepada para sahabatnya, “Maukah kalian aku tunjukkan akhlak yang paling mulia di dunia dan di akhirat? Memberi maaf orang yang mendzhalimimu, memberi orang yang menghalangimu, dan menyambung silaturahim orang yang memutuskan (silaturahim dengan)mu.” (HR. Baihaqi. –Marfu’). Permusuhan hendaklah dilawan dengan semangat saling maaf- memaafkan. Karena semangat ini adalah bukti keimanan terhadap Allah dan Rasul- Nya, serta wujud nyata persaudaraan di dalam islam. Semoga kita menjadi bagian dari golongan orang- orang memiliki semangat tersebut dan termasuk golongan yang dijanjikan surge oleh Allah Swt. Aamiin!
Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.Hadatsana yahyaabnu yahyaa qoola Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dia berkata;
38308 | |
362018 |
(1) jangan buruk sangka, (2) jangan saling memata-matai, (3) jangan saling mencari aib.(4), jangan saling bersaing (kemegahan dunia), (5) jangan saling mendengki, (6) jangan saling membenci, (7) jangan saling bermusuhan |
plus : Ghibah dan Fitnah merusak ibadah (shalat dan shaum)Ghibah adalah menggunjing kejelekan yang benar-benar ada pada seseorang.Fitnah (tuhmah, buht, kidzb) adalah menggunjing kejelekan yang sebenarnya tidak ada pada seseorang.
Rosululloh bersabda:”Atadruuna mal ghiibatu. “Tahukah kalian apa gibah itu?”Qoolulloohu wa rosuuluhu a’lamu. Mereka menjawab:”Alloh dan Rosulnya lebih tahu”.Qoola dzikruka akhooka bimaa yakrohu” Beliau menjawab:”Kamu membicarakan kejelekan saudaramu”Afaro aita in kaana fii akhii ma aquulu. Seorang sahabat kemudian bertanya:““Bagaimana pendapat anda jika terbukti ada pada saudaraku itu apa yang aku gunjingkan?”Qoola in kaana fiihii maa taquulu faqodigh tabtahu, wa in lam yakun fiihii maa taquulu faqod bahattahu” Beliau menjawab:”Jika benar ada padanya apa yang kamu gunjingkan, maka kamu sesungguhnya kamu sudah ghibah, dan jika tidak ada maka kamu telah buht/dusta/fitnah” (HR. MUSLIM)
keterangan ulama mengenai konsekuensi ghibah:[1] Perkataan Ulama Tabi’in Hasan al-Bashri, “Demi Allah, ghibah lebih cepat menggerogoti agama seorang mukmin dibandingkan orang yang makan badannya.” (as-Shumt, Ibnu Abi Dunya, hlm. 129)[2] Keterangan Hasan al-Bashri,Ada orang yang datang menemui Hasan al-Bashri, lalu orang ini memberikan info, “Bahwa si A telah meng-ghibah anda.”Lalu Hasan al-Bashri mengirim satu kotak kurma basah ke orang itu, beliau mengatakan,Saya dapat info bahwa anda telah menghadiahkan pahalamu untukku. Maka saya ingin untuk membalasnya kepadamu. Mohon maaf, saya tidak mampu memberikan balasan yang setimpal. (Tanbih al-Ghafilin, 1/176)[3] Keterangan Fudhail bin Iyadh Ada orang yang mengatakan kepada Fudhail, ‘Si A telah meng-ghibahku.’ Lalu Fudhail bin Iyadh mengatakan, Berarti dia telah memberikan pahala untukmu. (Hilyah al-Auliya, 8/108)[4] Keterangan Abdurrahman bin Mahdi, beliau mengatakan, “Andaikan bukan karena benci maksiat kepada Allah, (maka aku akan lakukan maksiat), dan sungguh aku ber-angan-angan andaikan semua penduduk kota ini meng-ghibahku. Tidak ada sesuatu yang lebih membahagiakan melebihi orang yang melihat pahala yang tertulis di catatan amalnya, sementara dia tidak pernah mengamalkannya.” (HR. al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 5/305)[5] Keterangan Abdullah bin Mubarak, beliau mengatakan, Andai saya boleh meng-ghibah orang lain, tentu saya akan meng-ghibah kedua orang tuaku. Karena mereka yang paling berhak untuk mendapatkan pahala dariku.Abdullah bin Mubarak pernah berdiskusi dengan Sufyan at-Tsauri tentang Abu Hanifah, Sungguh Abu Hanifah sangat menghindari ghibah. Belum pernah aku mendengar beliau meng-ghibah seseorang sampaipun musuhnya. Lalu Sufyan mengatakan, Demi Allah, beliau sangat menyadari sehingga jangan sampai pahalanya hilang. (Manaqib Abu Hanifah, 1/190)[6] Keterangan Ibrahim bin Adham :Wahai manusia pembohong, kamu sangat bakhil terhadap dunia sehingga tidak kamu kasihkan ke sesama muslim, namun kalian begitu pemurah dalam memberikan pahala akhirat kalian kepada musuh kalian. (Tanbih al-Ghafilin, 1/177) Yang beliau maksud adalah meng-ghibah orang lain.Demikian, Allahu a’lam. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
2. Memakan harta orang lainMencari harta merupakan sesuatu yang diperintah oleh Allah SWT agar manusia bisa memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya, apalagi sampai bisa membantu orang lain. Keharusan mencari harta bahkan bila perlu dengan menjelajah berbagai penjuru bumi sebagaimana firman Allah SWT:QS 67 Al Mulk 15 : huwallażī ja'ala lakumul-arḍa żalụlan famsyụ fī manākibihā wa kulụ mir rizqih, wa ilaihin-nusyụr [67.15] Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan ().Meskipun mencari harta merupakan sesuatu yang diperintah Allah SWT sehingga memiliki keutamaan yang sangat tinggi dan mulia, namun mencarinya tetap tidak boleh sampai menghalalkan segala cara, baik dengan menipu apalagi dengan mengambil harta orang lain dan yang sangat tragis adalah bila ia berusaha mendapatkan legalitas hukum untuk “menghalalkan” apa yang bukan miliknya itu, baik melalui notaris maupun hakim yang bisa disogok, inilah yang oleh Rasul SAW dikelompokkan sebagai orang yang bangkrut,QS 2 Al Baqoroh 188 : Wa laa ta'kuluu amwalakum bainakum bil bathili wa tudlubiha ilal hukkami lita'kulu fariqom min amwaalin nasi bil-ismi wa antum ta'lamuun(a).[2.188] Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.
Hadits Arbain 31 = Zuhud (arbain 31)‘an abiil ‘abbaas sahlin ibni sa’adis sa’idi rodhiyalloohu ‘anhu qoola : Dari Abul Abbas Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:-atiin nabiyyi shollalloohu ‘alaihi wa sallama rojulun fa qoola: Seseorang telah datang kepada nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mengatakan:yaa rosuulalloohi, dulanii ‘alaa ‘amalin idzaa ‘amilatuhu –ahabbaniyalloohu wa –ahabbaniyaanaasu ? Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku sebuah amalan yang apabila aku mengamalkannya Allah subhanahu wa ta’ala dan manusia mencintaikuFa qoola rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama : izhad fiid dunyaa yuhibbakalloohu wa izhad fiimaa ‘indan naasi yuhibbakan naasu.maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ”Bersikaplah zuhud terhadap dunia, niscaya Allah subhanahu wa ta’ala akan mencintaimu dan bersikaplah zuhud engkau terhadap apa yang ada pada manusia niscaya mereka akan mencintaimu.”( Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan selainnya dengan sanad yang hasan )
3. Menganiaya dan membunuhQS 4 An Nisa 93: Waman yaqtul mu/minan muta'ammidan fajazaauhu jahannamu khaalidan fiihaa wa ghodhiballoohu 'alaihi wala'anahu wa-a'adda lahu 'adzaaban 'azhiimaan[4:93] Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya
Hadits arbain 35‘an -abii hurairota rodhiyalloohu ‘anhu qoola : Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata :qoola rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :Iyyakum wa’zh-zhann fa-inna azh-zhanna akdhab al-haditsHindarilah oleh kamu sekalian berburuk sangka karena buruk sangka adalah ucapan yang paling dusta.Laa tahaasaduu, wa laa tanaajasyuu, wa laa tabaaghoduu, wa laa tadaabaru Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan.Wa laa yabi’ ba’dhukum ‘alaa bai’ ba’dhiinDan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain.Wa kuunuu ‘ibaadalloohi -ikhwanaa Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.Al muslimu akhuul muslimi ~ laa yazhlimuhu, wa laa yakhdulahu, wa laa yakdzibuhu, wa laa yahkiruhu Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya.At taqwaa hahunaa – wa yusyiiru ilaa shodrihi tsalaatsa marrotinTaqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali).Bi hasabi –amriyiin minasy syarii –an yahqiro akhoohul muslima Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim.Kullul muslimi ‘alaal muslimi haroomun daamuhu wa maaluhu wa ‘irdhuhuSetiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya (HR. Muslim)
QS Ali Imron : 102 – 104 : UKHUWAH ISLAMIYAH§ Yaa ayyuhalladziina -aamanut taqullooha haqqo tuqootihii ~ wa laa tamuutunna illaa wa antum muslimuun.; § Wa’tashimuu bi hablillaahi jamii’aw, wa laa tafaroquu; wadzkuruu ni’matalloohi ‘alaikum idz kuntum adaa-an ~ fa’allafa baina quluubikum, fa ashbahtum bi ni’matihii ikhwaanaa ; wa kuntum ‘alaa syafaa hufrotim minan naari~ fa anqodzakum minhaa; Kadzalika yubay-yinulloohu lakum aayaatihi la’allakum tahtaduun.; § Wal takun minkumu ummatuy yad’uuna ilaal khoiri, wa ya-muruunaa bil ma’ruufi, wa yanhauna ‘anil munkar; Wa ulaa-ika humul muflihuun. 102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. 103. dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. 104. dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar,; merekalah orang-orang yang beruntung.
QS Ali Imron : 130 - 138Yaa ayyuhaalladziina aamanuu laa ta/kuluu rribaa adh'aafan mudaa'afatan wattaquullaaha la'allakum tuflihuun[3:130] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.Wattaquu nnaarallatii u'iddat lilkaafiriin[3:131] Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.Wa-athii'uullaaha warrasuula la'allakum turhamuun [3:132] Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.
Wasaari'uu ilaa maghfiratin min rabbikum wajannatin 'ardhuhaa ssamaawaatu wal-ardhu u'iddat lilmuttaqiin[3:133] Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,Alladziina yunfiquuna fii ssarraa-i wadhdharraa-i walkaatsimiina lghayzha wal'aafiina 'ani nnaasi walaahu yuhibbu lmuhsiniin [3:134] (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.Walladziina idzaa fa'aluu faahisyatan aw zhalamuu anfusahum dzakaruullaaha fastaghfaruu lidzunuubihim waman yaghfiru dzdzunuuba illaallaahu walam yushirruu 'alaa maa fa'aluu wahum ya'lamuun [3:135] Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.Ulaa-ika jazaauhum maghfiratun min rabbihim wajannaatun tajrii min tahtihaa l-anhaaru khaalidiina fiihaa wani'ma ajru l'aamiliin[3:136] Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.
Qad khalat min qablikum sunanun fasiiruu fii l-ardhi fanzhuruu kayfa kaana 'aaqibatu lmukadzdzibiin[3:137] Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).Haadzaa bayaanun linnaasi wahudan wamaw'izhatun lilmuttaqiin [3:138] (Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
Kaidah kosmik kesemestaan sunnatullooh dalam shibghotulloh ini seharusnya bersifat universal tidak ekslusif (tanpa klaim identifikasi/standar ganda hanya mementingkan kebenaran transendental > membenarkan kepentingan eksistensial ? ) ṣibgatallāh, wa man aḥsanu minallāhi ṣibgataw wa naḥnu lahụ 'ābidụn [2:138]Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.
3. HOW = BAGAIMANA KELANJUTANNYA ?3 M (MUHASABAH - MUATABAH - MUJAHADAH )
MUHASABAH = menghisab diri Umar b Khotob : Haasibu anfusakum qobla antuhaasabuu (Adakanlah perhitungan pada diri kalian sebelum kalian dihisab) Jika benar niat & caranya (kejujuran diri & kesungguhan hati) pastilah akan rendah hati (tawadhu) mengakui masih lemah batin & rusak amalnya x takabur meninggikan keakuan / naif menuntut pengakuan apalagi liar mengumbar kemauan .Thuubaa liman syagholahu ‘aibuhu ‘an ‘uyuubinnaasi”“Alangkah beruntungnya orang yang disibukkan dengan aib(kekurangan) dirinya daripada aib orang lain” (HR. Al-Hafidz Ibn Hajar)\Ini tidak hanya merikuhkan diri untuk mengghibah apalagi sampai memfitnah lainnya (justru memperburuk cahaya hati & membangkrutkan dirinya nanti)
QS Al Hasyr 18 – 20: Yaa ayyuhalladziina aamanut taqullooha wal tanzhur nafsum maa qoddamat lighod(in); wat taqullooha inallooha khobirun bimaa ta’maluun; wa laa takuunu kalladziina nasullooha fa ansahum anfusahum ~ ulaa-ika humul faasiquun; Laa yastawi ashabun naari wa ashabul jannati/h ~ Ashabul jannati humul faa-izuun.(Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allooh dan hendaknya setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akherat).; dan bertaqwalah kepada Allooh ,sesungguhnya Allooh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allooh ~ lalu Allooh menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni- penghuni surga ~ penghuni- penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung).
Hadits Arbain 21 = kepekaan hati dalam kemurnian , kejelian akal sesuai ketentuan ‘an –nawwasibni sam’aana rodhiyalloohu ‘anhu :Dari Nawwas bin Sam’an radhiallahuanhu,‘Anin nabiyyi shollaloohu ‘alaihi wa sallam qoola Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda :Al birru husnul khuluqi wal itsmu maa haaka fii nafsika wa karihta an yathli’a ‘alaihin naasu “Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang terasa mengaggu jiwamu dan engkau tidak suka jika diketahui manusia “(Riwayat Muslim)Wa ‘an –wabishotabni ma’bad rodhiyalloohu ‘anhu qoola : Dan dari Wabishah bin Ma’bad radhiallahuanhu dia berkata :-atiitu rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama fa qoola : Saya mendatangi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, lalu beliau bersabda :Ji-ta tas-alu ‘anil birri ? Na’am Engkau datang untuk menanyakan kebaikan ?, saya menjawab : Ya.Istafti qolbaka. Beliau bersabda : Mintalah pendapat dari hatimu,Al birru maa-thmaannat ilaihin nafsu wa athmaannaa ilaihil qolbu Wa ilaa itsmu maa haaka fiin nafsi wa tarodda da fish shodri ; wa in aftaakan naasu wa aftauka kebaikan adalah apa yang jiwa dan hati tenang karenanya, dan dosa adalah apa yang terasa mengganggu jiwa dan menimbulkan keragu-raguan dalam dada, meskipun orang-orang memberi fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya.(Hadits hasan kami riwayatkan dari dua musnad Imam Ahmad bin Hanbal dan Ad Darimi dengan sanad yang hasan)
MUATABAH = pertaubatan nasuhaPaska muhasabah permohonan ampunan dosa kepada Allooh SWT & permohonan maaf kesalahan kepada orang lain secara baik, adil & arif QS Ali Imron : 133 – 136 :Wa saari’u ilaa maghfirotim mir robbikum wa jannatin ‘ardhuhas samaawatu wal ardhu u’iddat lil muttaqiin .[3.133] Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,Alladziina yunfiquuna fis saroo-i wadh dhoroo-i, wa kaazhimiinal ghoizho, wal ‘aafina ‘anin naas(i). Walloohu yuhibbul muhsiniin.[3.134] (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.Wal ladziina idzaa fa’aluu faahisyatan au zholamuu anfusahum ~ dzakarullooha, fastaghfaruu li dzuunubihim. Wa may yaghfirudz dzuunuba illallooh(u) ? Wa lam yushiruu ‘alaa maa fa’aluu wa hum ya’lamuun.[3.135] Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.Ulaa-ika jazaa-uhum maghfirotum mir robbihim wa jannaatun tajrii min tahtihal anhaaru, khoolidiina fiihaa wa ni’mal ajrul ‘aamiliin.[3.136] Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal
Taubat Nasuha =QS At Tahrim : 8 = yā ayyuhallażīna āmanụ tụbū ilallāhi taubatan naṣụḥā, 'asā rabbukum ay yukaffira 'angkum sayyi`ātikum wa yudkhilakum jannātin tajrī min taḥtihal-an-hāru yauma lā yukhzillāhun-nabiyya wallażīna āmanụ ma'ah, nụruhum yas'ā baina aidīhim wa bi`aimānihim yaqụlụna rabbanā atmim lanā nụranā wagfir lanā, innaka 'alā kulli syai`ing qadīr [66.8] Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu".
MUJAHADAH = pelanjutan penempuhan (metamorfose kepompong ramadhan)Istiqomah melanjutkan process/ progress penempuhan spiritual metamorfose menjadi pribadi muttaqin sebelumnya (sejak shiyam ramadhan lalu ?+ Kultum Puasa ?HR Ibnu Majah dan Thobroni dari Abu Umamah : ‘an abii umaamata rodhiyyalloohu ‘anhu ‘anin nabiyyi SAW qoola : man qooma lailatal ‘iidaini muhtasiban lillaahi = man tamut qolbuhu yauma tamuutul quluubu. (dari Abu Umamah ra Nabi SAW bersabda : barang siapa qiyamul lail pada dua malam hari raya karena mengharap ridho Allooh Swt, maka hatinya tidak mati pada saat hati orang-orang mati).
QS 2 Al Baqoroh 183 : Yaa ayyuhalladziina aamanuu : kutiba ‘alaikumush shiyaamu ~ kamaa kutiba : ‘alal-ladziina min qoblikum ~ la’allakum tattaquun;[2.183] Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
QS 2 Ali Imron133 :Wa saari’u ilaa maghfirotim mir robbikum wa jannatin ‘ardhuhas samaawatu wal ardhu u’iddat lil muttaqiin .[3.133] Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
QS Al Hujuroot 13: Yaa ayyuhan naasu, inna kholaqnaakum min dzakarin wa untsa ; wa ja’alnaakum syu’uuban wa qobaila~li ta’aarofuu. Inna akromakum ‘indalloohil atqookum. Innallooha ‘aliimun khobiirun. (Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.)
HR ARBAIN 21 ‘an -abii ‘amr wa qiila –abii ‘amrota ‘a suufyaanubni ‘abdillaahits- tsaqofii rodhiyalloohu ‘anhu qoola :Dari Abu Amr, -ada juga yang mengatakan- Abu ‘Amrah, Suufyan bin Abdillah Ats Tsaqofi radhiallahuanhu dia berkata,Qultu : Yaa rosuulalloohi qul lii fiil islaami qoulaan laa as-alu ‘anhu ahadan ghoiroka.saya berkata : Wahai Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, katakan kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan kepada seorangpun selainmu.Qul aamantu billaahi tsummas taqim Beliau bersabda: Katakanlah: saya beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguhlah. (Riwayat Muslim).
EPILOG = 4 PESAN
Yaa -abaa dzarrin "Wahai Abu Dzar,Jaddidis safiinata fa innal bahro ‘amiquun perbaharuilah kapalmu karena laut itu dalam (IMAN ?)Wa khuddiz zada kaamilan fa innas safaro ba’iidun ambilah bekal yang cukup karena perjalanannya jauh (TAQWA?)Wa khoffifil himla fa inna ‘aqobatu ka-uduun ringankan beban bawaan karena lereng bukit sulit dilalui, (DOSA?)Wa-akhlishil ‘amala fa inna naaqoda bashiruun dan ikhlaslah beramal karena Allah Maha Teliti." (NIAT?)
Ya abaa dzarrin: Wahai Abu Dzarr: ® Setiap kita adalah Abu DzarNabi Muhammad SAW berkata: Alla Kullukum roo’in. ~ wa kullukum mas-ulun ‘an ro’iyyatihi. ; Fal amiirul ladzii ‘alan naasi ro’in ‘alaihim ~ wa huwa mas-ulu ‘anhum ; Wa rojulu ro’iin ‘alaa ahlil baitihii ~ wa huwa mas-ulu ‘anhum ; wal mar-atu ro’iyatun ‘alaa baitihi ~ wa hiya mas-ulu ‘anhum ; Wa ‘abdu roo-in ‘alaa maali sayyidihi ~ wa huwa mas-ulu ‘anhum ; Fa kullukum roo’in. ~ wa kullukum mas-ulun ‘an ro’iyyatihi ( “Ketahuilah…Setiap dari kalian adalah pemimpin yang akan di mintai pertanggung jawabannya, seorang imam adalah pemimpin bagi masyarakatnya dan akan di mintai pertanggung jawabanya tentang kepimpinannya, seorang suami adalah pemimpin bagi keluarga dan ia bertanggung jawab terhadap keluarganya, seorang istri adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya dan ia bertanggung jawab terhadap mereka,seorang pembantu adalah pemimpin bagi harta tuannya dan ia bertanggung jawab terhadapnya, setiap kalian adalah pemimpin dan tiap kalian mempunyai tanggung jawab terhadap yang di pimpinnya”. (HR. Abu Daud)
Inna li robbaka ‘alaika haqqo, wa li nafsika ‘alaika haqqo, wa li ahlika ‘alaika haqqo, fa- a’thi kulla dzii haqqon haqqohu“Sesungguhnya bagi Tuhanmu ada hak atasmu, bagi dirimu ada hak atasmu, dan bagi keluargamu ada hak juga atasmu maka berikanlah kepada setiap yang memiliki hak itu haknya.” (Bukhari no. 2968.)
QS At Tahrim 6 : yā ayyuhallażīna āmanụ qū anfusakum wa ahlīkum nāraw wa qụduhan-nāsu wal-ḥijāratu 'alaihā malā`ikatun gilāẓun syidādul lā ya'ṣụnallāha mā amarahum wa yaf'alụna mā yu`marụn (Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.[at-Tahrîm/66:6]
QS Al Anbiya 34 – 35 : wa maa ja'alnaa li basyarim min qolbikal khulda, faa in mitta fahumul kholiduuna(a) ; Kullu nafsin dzaaiqotul maut ; wa nabluuku bisy-syarri wa khoiri fitnataw ~ wa ilainaa turja’uun.”(Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati ~ apakah mereka akan kekal ? Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati ; Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang sebenar-benarnya – dan hanya kepada kamilah kamu sekalian akan dikembalikan).
Hadits Arbain 40: Hiduplah Laksana Musafir‘an ibni ‘umar rodhiyalloohu ‘anhumaa qoola :Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dia berkata:Akhodza rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama bimankibayya fa qoola :“Suatu hari Rasulullah SAW memegang kedua pundakku seraya bersabda: Kun fiid-dunyaa kaa-annaka ghoribun au ‘aabiru sabiilin Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara “,Wa kaanabnu ‘umaro rodhiyalloohu ‘anhumaa yaquulu :Ibnu Umar berkata: idzaa –amsaita fa laa tantazhirish shobaaha, wa idza asbahta fa laa tantazhiril masaa-a , wa khudz min shihatika li marodhika, wa min hayaatika li mautika Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu (HR. Al Bukhari). 6416)
1. Jaddidus safiinata fa innal bahro 'amiiqun. (1) Perbaruilah perahumu karena lautan sangat dalam. IMANPengertian Fiqih Iman : tashdiqun bil qolbi, wa iqroorun bil laasani,wa „amalun bil arkaani (suatu keyakinan yang dibenarkan dalam hati, dinyatakan secara lisan, dan diamalkan dengan perbuatan) < HR Ibnu Hibban: Al imaanu ma'rifatun bil qolbi;wa qoulun bil lisaani; wa 'amalun bil arkaani. (suatu keyakinan yang dihayati dalam hati, dinyatakan secara lisan, dan diamalkan dengan perbuatan)HR : jaddiduu -imaanakum. Qiila : yaa rosuulallooh wa kaifa nujaddiduu -imaananaa. Qoola : aktsiruu min qouli Laa ilaha illaallooh perbarui iman kalian. kami bertanya : ya rosululloh, bagaimana cara kami memperbarui iman kami. Beliau menjawab : perbanyaklah mengucapkan Laa ilaha illaallooh Fluktuasi iman (naik ketaatan vs turun maksiat ) perbaharui dengan dzikrullooh (Laa ilaha illaallooh - huwa maujud, ma'bud , maqshud )
Hadits Arbain 19 : ahfazhillaahi yahfizhka Jagalah Allah, niscaya dia akan menjagamu‘an –abiil ‘abbaasi ‘abdillaahibni ‘abbasi rodhiyalloohu ‘anhumaa qoola Dari Abu Al Abbas Abdullah bin Abbas radhiallahuanhuma, beliau berkata :Kuntu kholfan nabiyyi shollallohu ‘alaihi wa sallama yaumaan fa qoola Suatu saat saya berada dibelakang nabi SAW, maka beliau bersabda :Yaa ghulaamu –innii–u ’allimuka kalimaatin : ahfazhillaahi yahfizhkaWahai ananda, saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkara: Jagalah Allah, niscaya dia akan menjagamu, ahfazhillaahi tajid-hu tujaahaka. –idza sa-alta fas-alillaaha, wa idzas ta’anta faasta’in billaahi Jagalah Allah niscaya Dia akan selalu berada dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah.Waa’lam –annal -ummata laujtama’at ‘alaa -an yanfa’uuka bisy sya-iin lam yanfa’uuka bisy sya-iin illaa bisy sya-iin qod katabahulloohu lakaKetahuilah sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu,Wa –inijtama’uu ‘alaa –an yadhurruuka bisy sya-iin lam yadhurruuka bisy sya-iin illaa bisy sya-iin qod katabahulloohu ‘alaika dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu , niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Allah tetapkan bagimu.Rufi’atil –aqlamu wa jaffatish - shuhufi Pena telah diangkat dan lembaran telah kering.(HR. at Tirmidzi, dan dia berkata hadits ini hasan shahih) (2516)Dalam riwayat selain riwayat at Tirmidzi, dengan lafadz: ahfazhillaahi tajid-hu -amaamaka. Ta’arrof ilalloohi fiir rokhoo-i ya’rifka fiisy syiddati ”Jagalah Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu, ingatlah Allah dalam keadaan engkau lapang, niscaya Dia akan mengingatmu dalam keadaan engkau sulit.Waa’lam –anna maa –akh-tho-aka lam yakun li yushiibaka , wa maa -ashoobaka lam yakun li yukh-thiakaDan ketahuilah, bahwa segala sesuatu yang Allah tetapkan luput darimu, niscaya tidak akan pernah menimpamu. Dan segala sesuatu yang telah ditetapkan menimpamu, maka tidak akan luput darimu.Waa’lam –annan nashro ma’ash-shobri , wa –annal faroja ma’al karbi , wa –anna ma’al usri yusroo Ketahuilah, bahwa pertolongan itu bersama kesabaran dan kelapangan itu bersama kesulitan dan bersama kesukaran itu ada kemudahan.”(Diriwayatkan oleh Ahmad dalam al Musnad (1/307), Hannad dalam az Zuhdu (1/304), ‘Abd bin Humaid dalam Musnadnya (hal. 214), ath Thabarani dalam al Kabir (11243), al Hakim dalam al Mustadrak (3/623), al Lalika’i dalam I’tiqad Ahlis Sunnah (4/614) dan al Baihaqi dalam Syu’abul Iman (2/27)
2. Wa khudziz zaada kaamilan fa innas safara ba'iidun. (2) Ambillah bekal yang banyak karena perjalanan yang jauh. TAQWAPengertian Fiqih: taqwa : Imtisyaalul ma-muroti;wajtinabul manhiyyaati (Memenuhi segala perintahNya; Menjauhi semua laranganNya)Al-Baqarah ayat 197 : Al hajju asyhurum ma'luumaat(un), fa man faroda fihinnal hajja fa laa rofatsa wa laa fusuuqo wa laa jidaala fil hajj(i), wa maa taf'aluu min khoiriy ya'lamhullooh(u), wa tazawwaduu fa inna khoiroz zaadit taqwaa , wattaquuni yaa ulil albaab(i).[2.197] (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.
3. Wa khoffifil khimla fa innal 'aqobata ka'uudun. (3) Kurangilah bebanmu karena jalan yang sangat terjal DOSA (dosa, lupa, noda)Hadits Arbain 12 : ‘an -abii hurairota rodhiyalloohu ‘anhu qoola : Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:Qoola rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama :“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Min husni islaami mar-i tarkuhu maa laa ya’niihi ”Termasuk kebaikan Islam seseorang adalah dia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.” (Hadits Hasan, diriwayatkan oleh At Tirmidzi dan selainnya seperti ini) ....HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/NASH/HADITS/ARBAIN/BOOK/
314163
9656411
DOSA (dosa, lupa, noda) : dosa maksiat syariatNya , lupa orientasi kepadaNya, noda kelekatan selainNya ?
4. Wakhlisil 'amala fa innan naaqida basyiirun. (4) Dan ikhlaskanlah perbuatanmu karena pengawasmu sangatlah jeli. NIATIkhlaslah beramal karena yang menilai baik dan buruk adalah Dzat Yang Maha Melihat.Hadits Arbain 1 Niat ‘an amiiril mu-miniina abii hafshi ‘umaro bin khothobi rodhiyalloohu ‘anhu qoola : Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob ra berkata:Sami’tu rosuululloohu shollalloohu ‘alaihi wa sallam yaquulu Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :Innamaal amaalu bin niyyaati Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Wa innamaa likulli amriyii maanawaa Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.Fa man kaanat hijrotuhu ilaalloohu wa rosuulihi fa hijrotuhu ilalloohu wa rosuulihiSiapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya.Wa man kaanat hijrotuhu li dunyaa yushiibuhaa au amro-atin yankihuhaa fa hijrotuhu ilaa maa haajiro ilaihiDan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.(Diriwayatkan oleh al Bukhari (1) dan Muslim (1907).
HR: An naasu kulluhum halaka illal mu-minuun; Wal mu-minuun kulluhum halaka illal 'aamilun; Wal 'aamilun kulluhum halaka illal mukhlishun; (Seluruh manusia akan binasa/celaka kecuali yang beriman, Yang beriman akan celaka kecuali yang beramal, Yang beramal akan celaka kecuali ikhlash),
Riyadhul Shalihi di bab Taubat, Nabi saw bersabda:“Innallaha laa yandzuru ilaa shuwarikum walaa ajsaamikum, walaakin yandzuru ilaa quluubikum wa a’maalikum”[Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat rupa dan fisik kamu, tetapi yang Allah perhatikan adalah isi hati [niyat] dan amal kamu].
QS Zalzalah 7 – 8: Fa may ya’mal mitsqoola dzarrotin khoiroy yaroh; Wa may ya’mal mitsqoola dzarrotin syarroy yaroh. [99.7] Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. [99.8] Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.
QS Fushshilat 46 : Wa man ‘amila shoolihan ~ fa linafsihi ; Wa man asaa-a ~ fa ‘alaihaa ; Wa maa Robbuka bizhollaamil lil ‘abiidi. (Barang siapa melakukan kebaikan ~ maka akan memantul kepada dirinya sendiri. Dan barang siapa melakukan keburukan ~ maka juga akan menimpa dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sekali-kali tidaklah menganiaya hamba-hambanya)
HR : Hisab amal 7 langit dari Mu'adz b Jabbal (malaikat hafazhah x 1ghibbah, 2duniawi, 3 takabur, 4 ujub, 5 hasad, 6 x rahmah , 7 x sum’ah vs ikhlash)
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/NASH/HADITS/ARBAIN/BOOK/ | |
314163 | |
9656411 |
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/TAUSIAH/7 LANGIT/
39639
148034
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/TAUSIAH/7 LANGIT/Tujuh Langit.docx
25544
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/TAUSIAH/7 LANGIT/Tujuh Langit.pdf
133724
Kutipan Artikel : Tujuh Langit, Tujuh Malaikat Penjaga, dan Tujuh Amal HambaAllah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Di setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu.
Dari Ibnu Mubarak dan Khalid bin Ma’dan, mereka berkata kepada Mu’adz bin Jabal, “Mohon ceritakan kepada kami sebuah hadits yang telah Rasulullah ajarkan kepadamu, yang telah dihafal olehmu dan selalu diingat-ingatnya karena sangat kerasnya hadits tersebut dan sangat halus serta dalamnya makna ungkapannya. Hadits manakah yang engkau anggap sebagai hadits terpenting?”Mu’adz menjawab, “Baiklah, akan aku ceritakan…” Tiba-tiba Mu’adz menangis tersedu-sedu. Lama sekali tangisannya itu, hingga beberapa saat kemudian baru terdiam. Beliau kemudian berkata, “Emh, sungguh aku rindu sekali kepada Rasulullah. Ingin sekali aku bersua kembali dengan beliau…”.Kemudian Mu’adz melanjutkan: Suatu hari ketika aku menghadap Rasulullah Saw. yang suci, saat itu beliau tengah menunggangi untanya. Nabi kemudian menyuruhku untuk turut naik bersama beliau di belakangnya. Aku pun menaiki unta tersebut di belakang beliau. Kemudian aku melihat Rasulullah menengadah ke langit dan bersabda, “Segala kesyukuran hanyalah diperuntukkan bagi Allah yang telah menetapkan kepada setiap ciptaan-Nya apa-apa yang Dia kehendaki. Wahai Mu’adz….!Labbaik, wahai penghulu para rasul….!
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/TAUSIAH/7 LANGIT/ | |
39639 | |
148034 | |
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/TAUSIAH/7 LANGIT/Tujuh Langit.docx | 25544 |
HALAL BI HALAL 05052022/INPUT DATA/TAUSIAH/7 LANGIT/Tujuh Langit.pdf | 133724 |
Akan aku ceritakan kepadamu sebuah kisah, yang apabila engkau menjaganya baik-baik, maka hal itu akan memberikan manfaat bagimu. Namun sebaliknya, apabila engkau mengabaikannya, maka terputuslah hujjahmu di sisi Allah Azza wa Jalla….!Wahai Mu’adz…Sesungguhnya Allah Yang Maha Memberkati dan Mahatinggi telah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan petala langit dan bumi. Pada setiap langit terdapat satu malaikat penjaga pintunya, dan menjadikan penjaga dari tiap pintu tersebut satu malaikat yang kadarnya disesuaikan dengan keagungan dari tiap tingkatan langitnya.1. Suatu hari naiklah malaikat Hafadzah dengan amalan seorang hamba yang amalan tersebut memancarkan cahaya dan bersinar bagaikan matahari. Hingga sampailah amalan tersebut ke langit dunia (as-samaa’I d-dunya) yaitu sampai ke dalam jiwanya. Malaikat Hafadzah kemudian memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya.Namun tatkala sampai pada pintu langit pertama,tiba-tiba malaikat penjaga pintu tersebut berkata, “Tamparlah wajah pemilik amal ini dengan amalannya tersebut!! Aku adalah pemilik ghibah… Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk mencegah setiap hamba yang telah berbuat ghibah di antara manusia -membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan orang lain yang apabila orang itu mengetahuinya, dia tidak suka mendengarnya- untuk dapat melewati pintu langit pertama ini….!!”2. Kemudian keesokan harinya malaikat Hafadzah naik ke langit beserta amal shalih seorang hamba lainnya. Amal tersebut bercahaya yang cahayanya terus diperbanyak oleh Hafadzah dan disucikannya, hingga akhirnya dapat menembus ke langit kedua. Namun malaikat penjaga pintu langit kedua tiba-tiba berkata, “Berhenti kalian…! Tamparlah wajah pemilik amal tersebut dengan amalannya itu! Sesungguhnya dia beramal namun dibalik amalannya itu dia menginginkan penampilan duniawi belaka (’aradla d-dunya).Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalan si hamba yang berbuat itu melewati langit dua ini menuju langit berikutnya!” Mendengar itu semua, para malaikat pun melaknati si hamba tersebut hingga petang harinya.3. Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan sang hamba yang nampak indah, yang di dalamnya terdapat shadaqah, shaum-shaumnya serta perbuatan baiknya yang melimpah. Malaikat Hafadzah pun memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya hingga akhirnya dapat menembus langit pertama dan kedua. Namun ketika sampai di pintu langit ketiga, tiba-tiba malaikat penjaga pintu langit tersebut berkata,“Berhentilah kalian…! Tamparkanlah wajah pemilik amalan tersebut dengan amalan-amalannya itu! Aku adalah penjaga al-Kibr (sifat takabur). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku, karena selama ini dia selalu bertakabur di hadapan manusia ketika berkumpul dalam setiap majelis pertemuan mereka….”4. Malaikat Hafadzah lainnya naik ke langit demi langit dengan membawa amalan seorang hamba yang tampak berkilauan bagaikan kerlip bintang gemintang dan planet. Suaranya tampak bergema dan tasbihnya bergaung disebabkan oleh ibadah shaum, shalat, haji dan umrah, hingga tampak menembus tiga langitpertama dan sampai ke pintu langit keempat. Namun malaikat penjaga pintu tersebut berkata,“Berhentilah kalian…! Dan tamparkan dengan amalan-amalan tersebut ke wajah pemiliknya..! Aku adalah malaikat penjaga sifat ‘ujub (takjub akan keadaan jiwanya sendiri). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku agar ridak membiarkan amalannya melewatiku hingga menembus langit sesudahku. Dia selalu memasukkan unsur ‘ujub di dalam jiwanya ketika melakukan suatu perbuatan…!”5. Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan seorang hamba yang diiring bagaikan iringan pengantin wanita menuju suaminya. Hingga sampailah amalan tersebut menembus langit kelima dengan amalannya yang baik berupa jihad, haji dan umrah. Amalan tersebut memiliki cahaya bagaikan sinar matahari.Namun sesampainya di pintu langit kelima tersebut, berkatalah sang malaikat penjaga pintu,“Saya adalah pemilik sifat hasad (dengki). Dia telah berbuat dengki kepada manusia ketika mereka diberi karunia oleh Allah. Dia marah terhadap apa-apa yang telah Allah ridlai dalam ketetapan-Nya. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amal tersebut melewatiku menunju langit berikutnya…!”6. Malaikat Hafadzah lainnya naik dengan amalan seorang hamba berupa wudlu yang sempurna, shalat yang banyak, shaum-shaumnya, haji dan umrah, hingga sampailah ke langit yang keenam. Namun malaikat penjaga pintu langit keenam berkata,‘Saya adalah pemilik ar-rahmat (kasih sayang). Tamparkanlah amalansi hamba tersebut ke wajah pemilikinya. Dia tidak memilki sifat rahmaniah sama sekali di hadapan manusia. Dia malah merasa senang ketika melihat musibah menimpa hamba lainnya. Rabb Pemeliharaku memerintahkanku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku menuju langit berikutnya…!’7. Naiklah malaikat Hafadzah lainnya bersama amalan seorang hamba berupa nafkah yang berlimpah, shaum, shalat, jihad dan sifat wara’ (berhati-hati dalam bermal). Amalan tersebut bergemuruh bagaikan guntur dan bersinar bagaikan bagaikan kilatan petir. Namun ketika sampai pada langit yang ketujuh, berhentilah amalan tersebut di hadapan malaikat penjaga pintunya. Malaikat itu berkata :, ‘Saya adalah pemilik sebutan (adz-dzikru) atau sum’ah (mencintai kemasyhuran) di antara manusia. Sesungguhnya pemilik amal iniberbuat sesuatu karena menginginkan sebutan kebaikan amal perbuatannya di dalam setiap pertemuan. Ingin disanjung di antara kawan-kawannya dan mendapatkan kehormatan di antara para pembesar. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amalannya menembus melewati pintu langit ini menuju langit sesudahnya. Dan setiap amal yang tidak diperuntukkan bagi Allah ta’ala secara ikhlas, maka dia telah berbuat riya’, dan Allah Azza wa Jalla tidak menerima amalan seseorang yang diiringi dengan riya’ tersebut….!’Dan malaikat Hafadzah lainnya naik beserta amalan seorang hamba berupa shalat, zakat, shaum demi shaum, haji, umrah, akhlak yang berbuahkan hasanah, berdiam diri, berdzikir kepada Allah Ta’ala, maka seluruh malaikat di tujuh langit tersebut beriringan menyertainya hingga terputuslah seluruh hijab dalam menuju Allah Subhanahu. Mereka berhenti di hadapan ar-Rabb yang Keagungan-Nya (sifat Jalal-Nya) bertajalli. Dan para malaikat tersebut menyaksikan amal sang hamba itu merupakan amal shalih yang diikhlaskannya hanya bagi Allah Ta’ala. Namun tanpa disangka Allah berfirman, ‘Kalian adalah malaikat Hafadzah yang menjaga amal-amal hamba-Ku, dan Aku adalah Sang Pengawas, yang memiliki kemampuan dalam mengamati apa-apa yang ada di dalam jiwanya. Sesungguhnya dengan amalannya itu, sebenarnya dia tidak menginginkan Aku. Dia menginginkan selain Aku…! Dia tidak mengikhlaskan amalannya bagi-Ku. Dan Aku Maha Mengetahui terhadap apa yang dia inginkan dari amalannya tersebut. Laknatku bagi dia yang telah menipu makhluk lainnya dan kalian semua, namun Aku sama sekali tidak tertipu olehnya. Dan Aku adalah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib, Yang memunculkan apa-apa yang tersimpan di dalam kalbu-kalbu. Tidak ada satu pun di hadapan-Ku yang tersembunyi, dan tidak ada yang samar di hadapan-Ku terhadap segala yang tersamar….. Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang belum terjadi. Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah berlalu sama dengan pengetahuan-Ku terhadap yang akan datang. Dan pengetahuan-Ku terhadap segala sesuatu yang awal sebagaimana pengetahuan-Ku terhadap segala yang akhir. Aku lebih mengetahui sesuatu yang rahasia dan tersembunyi. Bagaimana mungkin hamba-Ku menipu-Ku dengan ilmunya. Sesungguhnya dia hanyalah menipu para makhluk yang tidak memiliki pengetahuan, dan Aku Maha Mengetahui segala yang ghaib. Baginya laknat-Ku….!! Mendengar itu semua maka berkatalah para malaikat penjaga tujuh langit beserta tiga ribu pengiringnya, ‘Wahai Rabb Pemelihara kami, baginya laknat-Mu dan laknat kami. Dan berkatalah seluruh petala langit, ‘Laknat Allah baginya dan laknat mereka yang melaknat buat sang hamba itu..!
Mendengar penuturan Rasulullah Saw. sedemikian rupa, tiba-tiba menangislah Mu’adz Rahimahullah, dengan isak tangisnya yang cukup keras…Lama baru terdiam kemudian dia berkata dengan lirihnya, “Wahai Rasulullah……Bagaimana bisa aku selamat dari apa-apa yang telah engkau ceritakan tadi…??”Rasulullah bersabda, “Oleh karena itu wahai Mu’adz…..Ikutilah Nabimu di dalam sebuah keyakinan…”.Dengan suara yang bergetar Mu’adz berkata, “Engkau adalah Rasul Allah, dan aku hanyalah seorang Mu’adz bin Jabal….Bagaimana aku bisa selamat dan lolos dari itu semua…??”Nabi yang suci bersabda, “Baiklah wahai Mu’adz, apabila engkau merasa kurang sempurna dalam melakukan semua amalanmu itu, maka cegahlah lidahmu dari ucapan ghibah dan fitnah terhadap sesama manusia, khususnya terhadap saudara-saudaramu yang sama-sama memegang Alquran. Apabila engkau hendak berbuat ghibah atau memfitnah orang lain, haruslah ingat kepada pertanggungjawaban jiwamu sendiri, sebagaimana engkau telah mengetahui bahwa dalam jiwamu pun penuh dengan aib-aib. Janganlah engkau mensucikan jiwamu dengan cara menjelek-jelekkan orang lain. Jangan angkat derajat jiwamu dengan cara menekan orang lain. Janganlah tenggelam di dalam memasuki urusan dunia sehingga hal itu dapat melupakan urusan akhiratmu. Dan janganlah engkau berbisik-bisik dengan seseorang, padahal di sebelahmu terdapat orang lain yang tidak diikutsertakan. Jangan merasa dirimu agung dan terhormat di hadapan manusia, karena hal itu akan membuat habis terputus nilai kebaikan-kebaikanmu di dunia dan akhirat. Janganlah berbuat keji di dalam majelis pertemuanmu sehingga akibatnya mereka akan menjauhimu karena buruknya akhlakmu. Janganlah engkau ungkit-ungkit kebaikanmu di hadapan orang lain. Janganlah engkau robek orang-orang dengan lidahmu yang akibatnya engkau pun akan dirobek-robek oleh anjing-anjing Jahannam, sebagaimana firman-Nya Ta’ala, “Demi yang merobek-robek dengan merobek yang sebenar-benarnya…”(QS An-Naaziyat [79]: 2) Di neraka itu, daging akan dirobek hingga mencapat tulang……..(?)Wan naazi’aati ghorqoo ; [79.1] Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, Wan naasyithooti nasy~thoo ; [79.2] dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut, wa saabihaati sabhaa ; [79.3] dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat, was saabiqooti sabqoo ;[79.4] dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang, Fal mudabbirooti amroo ;[79.5] dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia).Yauma tarjufur roojifah ; [79.6] (Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncangkan alam,Mendengar penuturan Nabi sedemikian itu, Mu’adz kembali bertanya dengan suaranya yang semakin lirih, “Wahai Rasulullah, Siapa sebenarnya yang akan mampu melakukan itu semua….??”“Wahai Mu’adz…! Sebenarnya apa-apa yang telah aku paparkan tadi dengan segala penjelasannya serta cara-cara menghindari bahayanya itu semua akan sangat mudah bagi dia yang dimudahkan oleh Allah Ta’ala…. Oleh karena itu cukuplah bagimu mencintai sesama manusia, sebagaimana engkau mencintai jiwamu sendiri, dan engkau membenci mereka sebagaimana jiwamu membencinya. Dengan itu semua niscaya engkau akan mampu dan selamat dalam menempuhnya…..!!”
Khalid bin Ma’dan kemudian berkata bahwa Mu’adz bin Jabal sangat sering membaca hadits tersebut sebagaimana seringnya beliau membaca Alquran, dan sering mempelajarinya serta menjaganya sebagaimana beliau mempelajari dan menjaga Alquran di dalam majelis pertemuannya.Al-Ghazali Rahimahullah kemudian berkata, “Setelah kalian mendengar hadits yang sedemikian luhur beritanya, sedemikian besar bahayanya, atsarnya yang sungguh menggetarkan, serasa akan terbang bila hati mendengarnya serta meresahkan akal dan menyempitkan dada yang kini penuh dengan huru-hara yang mencekam. Kalian harus berlindung kepada Rabb-mu, Pemelihara Seru Sekalian Alam. Berdiam diri di ujung sebuah pintu taubat, mudah-mudahan kalbumu akan dibuka oleh Allah dengan lemah lembut, merendahkan diri dan berdoa, menjerit dan menangis semalaman. Juga di siang hari bersama orang-orang yang merendahkan diri, yang menjerit dan selalu berdoa kepada Allah Ta’ala. Sebab itu semua adalah sebuah persoalan bersar dalam hidupmu yang kalian tidak akan selamat darinya melainkan disebabkan atas pertolongan dan rahmat Allah Ta’ala semata.Dan tidak akan bisa selamat dari tenggelamnya di lautan ini kecuali dengan hadirnya hidayah, taufiq serta inayah-Nya semata. Bangunlah kalian dari lengahnya orang-orang yang lengah. Urusan ini harus benar-benar diperhatikan oleh kalian. Lawanlah hawa nafsumu dalam tanjakan yang menakutkan ini. Mudah-mudahan kalian tidak akan celaka bersama orang-orang yang celaka. Dan mohonlah pertolongan hanya kepada Allah Ta’ala, kapan saja dan dalam kadaan bagaimanapun. Dialah yang Maha Menolong dengan sebaik-baiknya…Wa laa haula wa laa quwwata illa billaah…sumber referensi : http://masjidcutmeutia.com/tujuh-langit-tujuh-malaikat-penjaga-dan-tujuh-amal-hamba/
Al ‘amalu shuwarun qoimatun wa arwahuhaa wujuudu sirril ikhlashi fiiha Segala amal itu adalah bentuk-bentuk yang berdiri tegak (yakni seumpama kerangka-kerangka yang tidak bernyawa), sedangkan ruh-ruhnya ialah kewujudan rahsiah keikhlasan didalamnya (yakni tanpa rahsiah keikhlasan, segala amal itu adalah bagaikan tak bernyawa) Amal itu ibarat sebuah jasad sedangkan keikhlasan adalah ruhnya [Ibnu Atha’illah]Ikhlas berbeda-beda sesuai perbedaan tingkat spiritualitas orang,” (Syekh As-Syarqawi) Keikhlasan ibad (para hamba Allah) <. Keikhlasan muhibbin (para pecinta Allah)< Keikhlasan arifin (ahli makrifat) < (lillaah < billah < fillah ?)
Plus :QS 24 An Nuur 21 : yāa ayyuhalladżīna āmanụ lāa tattabi'ụ khuṭuwātisy-syaiṭhon, wa may yattabi' khuṭuwātisy-syaiṭhon fa innahụ ya`muru bil- faḥsyā`i wal- mungkar, walau lā faḍlullāhi 'alaikum wa raḥmatuhụ mā zakā mingkum min aḥadin abadaw wa lākinnallāha yuzakkī may yasyā`, wallāhu samī'un 'alīm[24.21] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
ingat mukadimah khutbah :Alhamdulillaah –Alhamdulillaahi robbil 'aalamiina Segala puji bagi Allooh - Segala puji bagi Allooh Tuhan semesta alam ~wa bihi na'budu mukhlishiina lahud diin(a), wa bihi nasta'iinu umurid dunyaa wad diin(i).Dan hanya kepadaNya kita beribadah secara ikhlash sesuai dengan ketentuanNya (agama) ; Dan hanya kepadaNya kita memohon pertolongan dalam segala masalah duniawi & ukhrowi (agama) Innalhamdalillaahi nahmaduhu, wa nasta’iinuhu, wanastaghfiruhu; wa na’uudzu billaaahi ming syuruuri angfusinaa wa min sayyi-ati a’maalinaa. sesungguhnya pujian itu milik Allah kita memuji-Nya dan kita minta pertolongan-Nya, dan kita memohon ampunan kepada-Nya,: dan kita mohon lindungan kepada-Nya dari keburukan diri kita, dan dari kejahatan amal-amal kitaMay yahdihillaahu fa laa mudhillalahu ; wa may yudhlilhu fa laa haadiyiyallahu. siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk
AKHLAQUL KARIMAH :Dikarenakan amalush sholeh tidak mungkin keluar kecuali dari hati yang bersih,maka perbaikilah kemurnian akhlak.LILLAAH, BILLAAH & FILLAAH = Untuk, Dengan & Dalam Tuhan (aktualisasi murni tanpa eksploitasi, identifikasi & alienasi ) (Laa ilaha illaallooh - huwa maujud, ma'bud , maqshud )I AM x i am - Ilahi Anta Maqshudi (Tuhanku Kaulah Maksud tujuanku ) wa ridhoka mathlubi (dan hanyalah keridhoanMu yang kuharapkan )Inni atini mahabataka wa ma'rifataka = Sesungguhnya aku hanyalah mengharapkan kasih sayang dan hikmah pengetahuanMu
PENUTUP DO'A
PENUTUP DOA Jama’ah ….. rohimakumulloohDemikianlah yang bisa kami sampaikan. Jika memang benar apa yang saya sampaikan di sini memang hanya dari Allooh Swt (ibarat selang air saya hanyalah media penyalur kebaikan ini) dan mohon di amalkan semampu kita di kehidupanyang akan datang; Akan tetapi jika ada kesalahan padanya ~ ini dikarenakan pemahaman saya sendiri (ibarat selang yang masih kotor) saya istighfar kepada Allooh SWT dan mohon kepada anda sekalian memberikan maaf untuk hal tersebut.Sebelum kita melanjutkan acara selanjutnya Marilah dengan ketulussan hati & keikhlasan batin untuk memenuhi permintaan keluarga , kita semua memohon dengan tulus ke hadirat Allooh SWT demi kebaikan seluruh keluarga besar....dari dunia ini sampai akhirat.
Mbok bilih cekap semanten anggen kawulo matur. Menawi leres ingkang kulo aturaken meniko estu namung saking ngarsanipun Allooh Swt (paribasan pralon kulo namung media caos kesaenan meniko) lan monggo sak-saget-saget kito amalaken wonten ing saklebeting pagesangan kito saklajengipun ; Ewo semanten menawi wonten klentunipun atur ~ meniko naming saking cubluking pangertosan kulo piyambak (paribasan pralon ingkang taksih reget & letek) kulo istighfar dumateng Allooh SWT lan nyuwun pangapunten dumateng panjenengan sedoyo .. kerso-o paring agenging samodro pangaksami. Sakderengipun kito lajengaken rantaman acara saklajengipun Sumonggo kanthi tulusing manah – ikhlasipun penggalih njangkepi pamundutipun keluargo kito tangkep asto nyuwun kanthi estu dumateng ngarsanipun Allooh SWT kagem kesaenanipun sedoyo keluarga ageng trah .... wiwit saking alam donyo sakmeniko dumugi alam akherat saklajengipun.
Bismillaahir rohmaanir rohiim . Ilaa hadhrotin : nabiyyil mush~thofaa rosuulillah = Muhammadin shollalloohu ‘alaihi wa sallama wa 'alaa aalihi wa shohbihi,wa ummatihi minal jami'il muslimiina wal muslimat,wal mu’miniina wal mu’minaat~ al ahyaai minhum wal amwaat , khushushon ilaa hajaati ahlal bait man ijtama’naa haahunaa bi sababihi (Keluarga Ageng trah ... fi hasanatihim fid dunyaa wa fid diin );wa nakhusu-khushushon ilaa : arwahi almarhum wa almarhumah ... bainahum rohimahumullooh wa ahlihim wa auladihim wa duriyatihim fii hasanitihim fi qobrihim wal fil aakhiroh.... Dengan nama allah yangmahapengasih lagi maha penyayang, kepada yang terhormat nabi muhammad SAW yang terpilih dan kepada keluarga, sahabat dan umat nya dari jamaah muslimin & muslimat , mukminin & mukminat ~ yang masih hidup maupun yang telah wafat ~ khususnya untuk hajat tuan rumah yang menyebabkan kami sekalian berkumpul disini ((Keluarga Ageng trah ... untuk kebaikan mereka di alam dunia dan agama );dan yang terkhusus kepada para arwahi almarhum dan almarhumah ... (semoga Alloh mengasihi/menyayangi mereka) dan juga keluarga kerabat, anak keturunannya (yang sudah wafat) untuk kebaikan mereka di alam kubur dan akhirat ....AL FAATIHAH
A’uudzubillaahi minasy~syaithooni rojiim. Bismillaahhir rohmaanir rohiim; Alhamdulillahi robbil ‘aalamin; Arrohmaanir rohiim; Maaliki yaumiddiin; Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin; Ihdinash shiroothol mustaqiim ; Shiroothol ladziina an’amta ‘alaihim - ghoiril: magh-dhuubi ‘alaihim,wa ladh-dhoolliin. ( Aamiin.) Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.Yang menguasai di Hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.Tunjukilah kami jalan yang lurus (yaitu)Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (aamiin ... kabulkanlah, Yaa Allooh )
DOA = A’uudzu billaahi minasy syaithoonir rojiim. Bismillaahir rohmaanir rohiim. Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin. Aku berlindung diri kepada Engkau dari setan yang dirajam. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagI Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam, Hamdasy syaakiriin,hamdan naa’imiim, hamdan yuwaffii ni’amahu, wa yukaafi (-u) maziidah. sebagaimana orang-orang yang bersyukur, dan orang yang memperoleh nikmat sama memuji, dengan pujian yang sesuai dengan nikmatnya dan memunakinkan ditambah nikmatnya. Yaa Robbanaa lakal hamdu kammaa yambaghii li jalaali wajhika, wa azhiimi,wa kariimi sulthoonik. Tuhan kami, hanya bagi Engkau segala puji, sebagaimana yang patut terhadap kemuliaan Engkau dan keagungan kekuasaan EngkauAlloohumma sholli wa saliim wa baarik ‘alaa rosuulika nabiyyil ummiyi Muhammadin (sholaaloohu 'alaihi was salaam)Ya Allah curahkanlah sholawat , kesejahteraan, dan keberkahan kepada Rosul kami Nabi yang Ummi Muhammad SAW.
Allaahummaghfir lil : muslimiina wal muslimat, wal mu’miniina wal mu’minaat, al ahyaai minhum wal amwaat – innaka samii’un qoriibun mujiibul da’wati wa ya qodhiyal haajaat..Ya Allah, ampunilah dosa muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup atau sudah wafat, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar; Maha dekat lagi mengabulkan permintaan wahai Dzat yang mencukupi kebutuhan.Robbanaaghfir lanaa wa liwaalidaina warhamhumma kamma robbayanaa shoghiro. Ya Allah! Ampunilah dosa - dosa ibu bapak kami dan berilah rahmat keduanya sebagaimana keduanya menyayangi kami semenjak kecil. Robbanaa hablanaa min azwaajinaa,wa dzurriyyatinaa qurrota a’yun,waj’alnaa lil muttaqiina imaamaa - birohmatika, yaa arhamar rohimiin.Ya Allah Ya Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami isteri, suami, anak-anak dan keturunan sebagai penyejuk mata dan penenang hati. Jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa. Do’a nabi Ibrahim a.s (QS. al Furqon : 74)Robbanaa zholamna anfusanaa,wa illam taghfirlana watarhamna lanakunanna minal khoosiriin Ya Tuhan, kami telah menganiaya diri kami, kalau tidak Engkau beri ampun, tidak Engkau beri rahmat kepada kami, niscaya kami menjadi orang yang merugi. Do’a nabi Adam (QS. Al A'raf 7 : 23)Robbanaftah bainanaa wa baina qouminaa bil haqqi – wa anta khoirul faatihiinaYa Tuhan, kami Berilah keputusan diantara kami dan kaum kami dengan adil, Engkaulah pemberi keputusan yang sebaik –baiknya. Doa Nabi Syuaib a.s (QS A araf; 89).
Alloohummaa ’innaa ‘alaa : dzikrika,wa syukrika, wa husni ‘ibadaatik.[Ya Allah, tolonglah kami agar selalu berdzikir/mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu)Yaa muqolibal quluub, tsabit qulubanaa ‘alaa diinik(a). (Wahai yang membolak-balikkan hati! Teguhkanlah hatiku senantiasa di atas agamamu
ANEKA DO'A khusus PLUS NIKAHANDoa Memberi Selamat kepada PengantinBaarokallaahu laka wa baaroka ‘alaika wa jama’a bainakumaa fii khoirin.“Semoga kamu hidup rukun dan damai,direstuiAllah dan dibahagiakan-Nya.” (HR. Ahmad dan al-Hakim)Allaahumma allif bainahumaa kamaa allafta baina aadama wa hawa-a, wa allif bainahumaa kamaa allafta baina yuusufa wa zulaikhaa; Allaahumma allif bainahumaa kamaa allafta baina sayyidinaa muhammadin shallalaahu ‘alaihi wasallama wa sayyidatinaa khadiijatal kubraa.“Ya Allah, jinakkanlah antara kedua mempelai itu sebagaimana Engkau telah menjinakkan antara NabiAdam dan Hawa, Yusufdan Zulaikha, junjungan kami Nabi Muhammad dan Khadijah al-Kubra.Allaahumma thawwil a’maaronaa shohih ajsaadanaa, wa nawwir quluubanaa, wa tsabbit iimaananaa, wa ahsin a’maalanaa,wa wassi’ arzaaqonaa, wa ilal khoiri qorrib-naahu , wa ’anisy-syarri ab’idnaa, waqdhi hawaa-ijanaa fiimaa laka bihi ridhooka wa lanaa fiihi sholaahun.Ya Allah panjangkanlah umurkami, sehatkan badan kami, terahgilah hati kami, tegakkanlah iman kami, baguskanlah amal perbuatan kami, lapangkanlah rezeki kami, dekatkanlah kami menuju kebaikan, jauhkanlah kami dari keburukan, kabulkanlah hajat kami yang mendapatkan ridhamu dan kebaikan.
PLUS TINGKEBANAllâhumma yâ mubârik, bârik lanâ fil ‘umri war rizqi wad dîni wad dunya wal waladi. “Ya Allah Sang Pemberi Berkah, berkahi kami dalam umur, rizqi, agama, dunia, dan anak.Allâhumma yâ hâfidzu, ihfadz waladî mâ dâma fî bathni ummihi wasyfihi ma’a ummihi anta asy-syâfî lâ syifâ`an illâ syifâuka wa lâ tuqaddirhu saqaman wa lâ mahrûman. Ya Allah Sang Penjaga, jaga anakku selama dia berada di perut ibunya, beri kesehatan pada dia dan ibunya. Engkau Sang Pemberi Kesehatan. Tiada kesehatan kecuali dari-Mu, tiada yang bisa mentakdirkan sakit dan bahaya Allâhumma shawwir mâ fî bathnihâ shûratan ḫasanatan jamîlatan kâmilatan wa tsabbit fî qalbihi îmânan bika wa bi rasûlika fiddun-yâ wal âkhirah. Ya Allah, bentuklah janin yang ada di perut ibunya dengan rupa yang baik, indah, dan sempurna. Tetapkan dalam hatinya keimanan pada-Mu dan rasul-Mu di dunia dan akhirat.Allâhumma thawwil ‘umurahu wa shaḫḫih jasadahu wa ḫassin khuluqahu wafshaḫ lisânahu wa aاsin shautahu li qirâ-atil qur’âni wal hadîtsi bi jâhi sayyidil mursalîn Ya Allah, panjangkan umurnya, sehatkan jasadnya, baguskan akhlaknya, fasihkan lisannya, merdukan suaranya untuk membaca Al-Qur’an yang mulia dan hadits, dengan berkah derajat sang penghulu para utusan.”
PLUS = Doa Memberi Nama Anak / BayiAlloohumaj’alnaa haadzal ismi mubarokal lahu fii man khofaka wat taqooka, waj’alhu bil waalidaini ihsaana Ya Allooh jadikanlah nama ini member berkah baginya, menjadi anak yang taqwa kepada Allooh dan dapat berbakti kepaa ibu bapaknya.Alloohumma thowwil ‘umurohu fii thoo’atika, shohih ajsaadahu. Ya Allooh panjangkanlah umurnya dalam menaati agamaMu, sehatkanlah tubuhnya.Alloohummaj’alhu za’iiman fi kabirihi, wa tsabbit imaanahu ‘alaa balaaik. Ya Allooh Jadikanlah dia sebagai pimpinan setelah dewasa, dan tetapkanlah imannya dalam menghadapi segala cobaan .
PLUS AQIQOH (walimatul aqiqoh )Allâhummahfadzhu min syarril jinni wal insi wa ummish shibyâni wa min jamî’is sayyiâti wal ‘ishyâni wahrishu bihadlânatika wa kafâlatika al-mahmûdati wa bidawâmi ‘inâyatika wa ri’âyatika an-nafîdzati nuqaddimu bihâ ‘alal qiyâmi bimâ kalaftanâ min huqûqi rububiyyâtika al-karîmati nadabtanâ ilaihi fîmâ bainanâ wa baina khalqika min makârimil akhlâqi wa athyabu mâ fadldlaltanâ minal arzâqi. Allâhummaj’alnâ wa iyyâhum min ahlil ‘ilmi wa ahlil khairi wa ahlil qur`âni wa lâ taj’alnâ wa iyyâhum min ahlisy syarri wadl dloiri wadz dzolami wath thughyâni.”“Ya Allah, jagalah dia (bayi) dari kejelekan jin, manusia ummi shibyan, serta segala kejelekan dan maksiat. Jagalah dia dengan penjagaan dan tanggungan-Mu yang terpuji, dengan perawatan dan perlindunganmu yang lestari. Dengan hal tersebut aku mampu melaksanakan apa yang Kau bebankan padaku, dari hak-hak ketuhanan yang mulia. Hiasi dia dengan apa yang ada diantara kami dan makhluk-Mu, yakni akhlak mulia dan anugerah yang paling indah. Ya Allah, jadikan kami dan mereka sebagai ahli ilmu, ahli kebaikan, dan ahli Al-Qur’an. Jangan kau jadikan kami dan mereka sebagai ahli kejelekan, keburukan, aniaya, dan tercela.”
PLUS KHITANAllaahumma haadzihii sunnatuka wa sunnatu nabiyyika, shalawaatuka ‘alayhi wa aalihii, wat tibaa‘un minnaa li nabiyyika, bi masyii’atika, wa iraadatika, wa qadhaa’ika li amrin aradtahuu, wa qadhaa’in hatamtahuu, wa amrin anfadztahuu, wa adzaqtahuu harral hadiidi fii khitaaniii wa hijaamihii bi amrin anta a’rafu bihii minnii. Artinya: Ya Allah, ini adalah sunnah-Mu dan sunnah nabi-Mu. Semoga rahmat tercurah padanya dan keluarganya. Dan kami mengikuti nabi-Mu dengan kehendak-Mu dan qadha-Mu. Karena suatu hal yang Engkau inginkan. Karena suatu hal ketentuan yang Engkau tetapkan. Karena suatu perkara yang Engkau laksanakan, dan Engkau merasakan padanya panasnya besi dalam khitan dan bekamnya karena suatu perkara yang Engkau lebih tahu dari aku.Allaahumma fa thahhirhu minadz dzunuub, wa zid fi umrihii, wadfa‘il aafaati ‘an badanihii wal awjaa‘i ‘an jismihii, wa zidhu minal ghinaa, wadfa‘ ‘anhul faqra, fa innaka ta‘lamu wa laa na‘lamu. Artinya: Ya Allah, maka sucikanlah dia dari dosa-dosa. Tambahlah umurnya. Jagalah tubuhnya dari penyakit. Dan tambahlah kekayaan padanya dan jauhkan dari kefakiran. Maka sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui sementara kami tidak mengetahui.
PLUS HAJJI (walimatus safar )Allaahummaghfir lil-haajji wa li man istaghfaro lahul haajju. "Ya Allah, ampunilah orang yang haji dan orang yang dimohonkan ampunan oleh orang yang haji”. (HR Baihaqi). Qabilakalloohu hajjaka wa taqobbalalloohu sa’yaka wa a’dzama ajroka, wa akhlafa nafaqotaka, wa ghofaro dzanbaka, wa zawwadakallooha taqwa wa yassaro lakal khoiro haytsuma kunta Semoga Alloh menerima ibadahmu, memberikan ganjaran yang besar kepadamu, dan mengganti biaya yang telah engkau keluarkan untuk ibadahmu , Semoga Allah membekalimu dengan takwa, mengampuni dosa-dosamu, dan memudahkanmu di mana saja engkau berada).Allahummaj’al hajjan mabruro wa sa’yan masykuro wa Dhanban Maghfuro wa ‘amalan sholihan maqbula wa tijarotan lan tabur birohmatika, yaa arhamar rohimiin.. (Ya Allah, jadikanlah haji ini haji yang mabrur, sai yang dihargai, dosa yang diampuni, amalan shalih yang diterima dan perniagaan yang tidak akan merugi dalam keberkahanMu, Wahai Yang maha pengasih - penyayang
PLUS SAKIT DOA MENJENGUK ORANG SAKIT A'uudzu bi 'izzatillahi wa qudrotihi min syarri maaajidu wa uhaadziru Artinya: “Aku berlindung dengan keperkasaan Allah dan kekuasaan-Nya, dari kejelekan yang aku rasakan dan yang aku khawatirkan” (HR. Muslim)As’alullooha ‘azhiim robbal ‘arsyil ‘azhiim an yu’aafiika wa yusyfiika Artinya: Aku memohon pada Allah yang menguasai arasy agar memberi kesehatan dan kesembuhan padamu.Alloohumma Robban naasi adzhibil ba-'sya. Wasyfihu - wa anta syaafii, laa syifaa-a illa syifaa-uka, syifaa-an laa yughoodiru saqomaa(n) Artinya: “Ya Allah, Rabb manusia, Hilangkanlah kesusahan dan berilah dia kesembuhan, Engkau Zat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain” (HR Bukhari dan Muslim).Apabila Anda menderita sakit yang menurut dokter sulit untuk sembuh lagi, baca doa berikut: Alloohumma ahyii maa kaanatil hayaatu khoiron li ; wa tawaffanii maa kaanatil wafaatu khoiron lii. Artinya: Ya Allah hidupkanlah aku apabila itu lebih baik bagiku. Dan matikanlah aku apabila kematian itu lebih baik bagiku. (H.R. Bukhori)
PLUS QUBUR untuk anak =Alloohumaj’alhu farothon li abawaihi,wa salafan,wa dzukhron,wa ‘izhatan,wa ’tibaron, wa syafii’an; wa tsaqqil bihi mawaaziina- humma , wafrighish shobr ‘alaa quluubihimaa, wa laa taftinhumaa ba’dahu,wa laa tahrimna ajrohu Ya Allah Jadikanlah kematian anak ini sebagai pahala bagi kedua orang tuanya, sebagai pendahulu, simpanan, pelajaran, contoh dan penolong.Dan dengan kematian anak ini beratkanlah timbangan kebaikan kedua orang tuanya, anugrahkanlah kesabaran pada hati kedua orang tuanya, dan jangan Engkau beri fitnah kedua orang tuanya sesudah meninggalnya anak ini dan jangan pula Engkau kosongkan kedua orang tuanya pahala anaknya
untuk UmumAlloohumma anzilir rohmatan wal maghfirotan ‘alaa jamii’l ahlil qubuuri minal muslimiina wal muslimaat - wal mu’miniina wal mu’minaat ; khusushon ilaa min ahli laa ilaaha illallooh Muhammadur rosuulullooh SAW wa nakhushu khusushon ilaa arwahi almarhum wa almarhumah .. bainahum rohimahumullooh wa ahlihim wa auladihim wa duriyatihim fii hasanitihim fi qobrihim wal aakhiroh Allaahummaj’alhu hijaaban lahum minannaari wa’itqan lahum minannaari wa sitran lahum minanaari. Wahai Allah! jadikanlah ia sebagai penghalang bagi mereka dari api neraka, pembebas bagi mereka dari api neraka, dan tabir bagi mereka dari api neraka.Allaahummagh fir lahum warhamhum wa’aafihim wa’fu ‘nhum waj’alil jannata matswaahum . Wahai Allah! ampunilah mereka, berilah rahmat kepada mereka, berilah kesejahteraan kepada mereka dan maafkanlah mereka, jadikanlah surga sebagai tempat tinggal mereka.Allaahumma anzilir rahmata wan ni’mata wasy syafaa’ata ‘alainaa wa’ala jamii’i ahlil qubuuri minal muslimiina wal muslimaati wal mu’miniina wal mu’minaati al ahyaa-i minhum wal amwaati. Irfa’ lahumud darajaati wa dha’if lahumul hasanaati wa kaffir ‘anhumus sayyi-aati wa adkhilhumul jannata ma’al aabaa-i wal ummahaati .Wahai Allah! turunkanlah rahmat, nikmat dan syafaat atas kami, dan atas semua ahli kubur, baik orang mukmin laki-laki maupun perempuan, baik yang hidup mupun yang mati, angkatlah derajat mereka, lipatgandakanlah kebaikan-kebaikan mereka, hapuskanlah kejahatan-kejahatan mereka, dan masukkanlah mereka ke dalam surga bersama bapak-bapak dan ibu-ibu merekaAllaahumma anzil fii qabrihimur rahmata wadh dhiyaa-a wannuura wal bahjaata war rauha war raihaana was suruura min yauminaa haadzaa ilaa yaumil ba’tsi wan nusyuuri innaka maalikun rabbun ghafuurun. Wahai Allah! turunkanlah ke dalam kubur mereka rahmat, sinar, cahaya kegembiraan, kebahagiaan, dan kesenangan, mulai hari ini sampai datangnya hari kebangkitan. Sesungguhnya Engkau adalah Raja, Pemelihara dan Pengampun.Allaahummaj’al qubuurahum raudhatan min riyaadhil jinaani walaa taj’alhaa hufratan min hufarin niiraani. Wahai Allah! jadikanlah kuburan mereka sebuah taman di antara taman-taman surga, dan janganlah Engkau jadikan kuburan mereka sebuah lubang di antara lubang-lubangneraka.”Alloohumaghfir lahum,warhamhum, wa ’aafihim, wa’fu’anhum ; wa akrim nuzuulahum,wa wasi’ madkholahum, waj’alil jannata matswaahum - birohmahtika yaa arhamar rohiimiin.Wahai Allah! ampunilah mereka, berilah rahmat kepada mereka, berilah kesejahteraan kepada mereka dan maafkanlah mereka, jadikanlah surga sebagai tempat tinggal mereka. Dengan rahmatmu Ya Allah yang maha pengasih dan yang pengasih.Alloohumma anzil fii qobriihim nuuron,wa rohmatan,wa maghfirotan daa-imatan ilaa yaumil qiyaamat, wa irfa’ lahumud darojaati;wa kaffir anhumus sayyiati, wa dho’iif lahumul hasanaati; waj’alil jannata matswaahum - birohmahtika yaa arhamar rohiimiin.Wahai Allah! turunkanlah ke dalam kubur mereka cahaya, rahmat, pengampunan hingga hari kebangkitan. angkatlah derajat mereka, hapuskanlah kejahatan-kejahatan mereka, lipatgandakanlah kebaikan-kebaikan mereka, dan jadikanlah surga sebagai tempat tinggal mereka. Dengan rahmatmu Ya Allah yang maha pengasih dari yang pengasih.kamma qolalloohu ta’aala fiil qur’aanil kariim : sebagaimana firman Allooh SWT dalam Alqur’an“ Yaa ayyatuhaan nafsul muth-mainah;Irji’ii ilaa robbiki roodhiyatam mardhiyyah;Fad khulii fii ‘ibaadii ;Wad khulli jannatii .” shodaqolloohu azhiim“Wahai jiwa yang tenang!" Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku," Dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS Al Fajr : 27 - 30) Maha benar Allooh yang Maha AgungRobbanaaghfir lanaa wa li ikhwaaninnaal ladziina sabaquunaa bil iimaan,wa laa taj’al fii quluubinna ghillaan lil-ladziina aamanu – robbana innaka : rouufur rohiim.Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dengan membawa iman. Dan jangan Engkau biarkan kekotoran mengisi hati kami. Sungguh Engkau Maha Pengasih dan Maha PenyayangAlloohumma laa tahrimnaa ajrohum,wa laa taftinnaa ba’dahum, – waghfirlanaa wa lahum birohmatika , yaa arhamar rohimiin.“Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah (cobaan) bagi kami sepeninggal mereka. Ampunilah kami dan ampunilah dia/mereka..
Alloohumma ashlih lanna diinannaal ladzii huwa ‘ishmatu amrinaa,wa ashlih lanna dun-yaanal ladzii fiihaa ma’aasyunaa ,wa ashlih lanaa aakhirotanal latii ilaihaa ma’aadunna,waj’alil hayaata ziyaadatan lanaa fii kulli khoirin,waj’alil mauta roohatan lanaa min kulli syarrin.Allahumma ashlih li dinilladzi huwa 'ishmatu amri, wa ashlih li dunyayal lati fiha ma'asyi, wa ashlih li akhiratil lati fiihaa ma'adi, waj'alil hayata ziyadatan li fi kulli khoirin, waj'alil mauta rahatan li min kulli syarrin. Artinya,"Ya Allah ya Tuhanku, perbaikilah bagiku agamaku sebagai benteng urusanku,perbaikilah bagiku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupan ini mempunyai nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematianku sebagai kebebasanku dari segala kejahatan."Allahumma rahmataka arjuu fala takilni ila nafsii tharfaka ainin ashlihli syani kullahu lailaha illa anta. Artinya: “Ya Allah ya Tuhanku, rahmat-Mu aku harapkan, karena itu janganlah Engkau serahkan (segala urusanku) kepada diriku sendiri (janganlah Engkau berpaling dariku) walau sekejap mata, perbaikilah segala urusanku, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.” (HR. Abu Daud dengan sanad yang shahih).Robbana adkhilnaa mudkhola shidqin,wa akhrijnaa mukhroja shidqin; waj’al lanaa min ladunka sulthoonan nashiroo. rabbi adkhilnii mudkhala shidqin wa akhrijnii mukhraja shidqin waj’al lii min ladunka sulthaanan nashiiraan. Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong'." (QS.Al-Isra': 80)Alloohummaakhtim ‘amalanaa bi husnil khotimah wa laa takhtim lanaa bi suu-il khotimah.Allhummakhtim Lanaa Bihusnil Khatimah Walaa Takhtim Alainaa Bisuuil Khatimah “Ya Allah akhirilah hidup kami dengan husnul khatimah dan janganlah engkau akhiri hidup kami dengan su’ul khatimah.” (Kitab An-Nashaihud Diniyyah karya Abdullah bin Alwi Al Haddad)
DOA SELAMAT Allaahumma innaa nas aluka salaamatan fiddiin wa 'aafiatan filjasadi wa ziyadatan fil 'ilmi wa barokatan fil rizqi wa taubatan qoblal maut wa rohmatan 'indal maut , wa maghfirotan ba'dalmaut Ya Allah, kami mohon kepadaMu keselamatan dalam beragama, kesehatan jasmani, bertambah ilmu dan berkah rezeki. Dapat bertobat sebelu mati, mendapat rahmat ketika mati dan memperoleh keampunan setelah mati. Allahumma hawwin 'alaina fii sakarootil maut wan najaati minan naar wal 'afwaa 'indal hisaab. Ya Allah, mudahkanlah kami dalam menghadapi sakratulmaut, dan hindarkanlah kami dari azab api neraka dan mendapatkan keampunan ketika dihisab.
Robbanaa, laa tuziq quluubanaa ba’da idz hadaitanaa,wa hab lanaa min ladunka rohmah –innaka antal wahhaab.Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kpd kesesatan, setelah Engkau beri petunjuk kpd kami & karuniakanlah kpd kami rahmat dari sisiMu, Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (QS 3 Imron : 8)
DO'A TOLAK BALA Allahummadfa’‘annal bala’ wal ghola’ wal wabaa- wal fakh-syaa- wal munkaro wasy syada’id wal mihan ma zhoharo minhaa wa maa bathon, fi bilaadinaa hadza khoosh-shoh, wa fi buldanil muslimina ‘ammah (…. Waj’al hadza baladan amin baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur (QS. Saba’: 15)) bi rohmatika ya arhamar rohimin.Ya Allah Tuhan kami. Jauhkanlah kami dari malapetaka, bala dan bencana, kekejian dan kemunkaran, kekejaman dan peperangan, yang tampak dan yang tersembunyi dalam negara kami khususnya, dan dalam negara kaum muslimin umumnya. ( … Dan jadikanlah negeri ini aman bersih dan layak ampunanMu Tuhan) Dengan rahmatmu Ya Allah yang maha pengasih dan yang pengasih.Alloohumma innaa na’udzubika min jahdil bala-i, wa darkisy-syaqoo-i, wa suu-il qodho, wasy syamaatatil -a’da-i.( “Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepadamu dari beratnya musibah, turunnya kesengsaraan yang terus menerus, buruknya qadha`, dan kesenangan musuh (dengan musibah yang menimpa kami).”Alloohummah diinii fii man hadait, wa ‘afinii fii man ‘afait, wa tawallanii fii man tawallait, wa baariklii fii maa a’thoit, wa qinii syarra maa qodhoit, fa innaka taqdhi wa laa yuqdho ‘alaik, wa innahu laa yadzillu man walait, wa laa ya’izzu man ‘adait, tabaarokta robbanaa wa ta’alait, fa lakal hamdu a’la maa qodhoit, wa astaghfiruka wa atuubu ilaik, wa shollallahu ‘ala sayyidina muhammadin nabiyyil -ummiyyi wa ‘alaa alihi wa shohbihi wa sallam”( “Ya Allah tunjukanlah aku sebagaimana mereka yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah kesehatan kepadaku sebagaimana mereka yang telah Engkau berikan kesehatan. Peliharalah aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau lindungi. Berikanlah keberkahan kepadaku pada apa yang telah Engkau berikan. Selamatkanlah aku dari bahaya kejahatan yang telah Engkau tentukan. Engkaulah yang menghukum dan bukan dihukum. Tidak hina orang yang Engkau jadikan pemimpin. Tidak mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi. Bagi-Mu segala pujian di atas apa yang Engkau tentukan. Aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-MU. Semoga Allah mencurahkan rahmat dan karunia atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.”
AKHIR DOA Alloohumma arinal haqqo(n) haqqon warzuqnat tiba’ah; wa arinal bathila bathila(n) warzuqnaj tinabah.Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami bahwa yang benar adalah benar dan berikan kepada kami kekuatan dn kemampuan untuk menjalankannya, serta tunjukkan bahwa yang salah adalah salah dan berikan kami kekuatan dan kemampuan untuk meninggalkannya Robbanaa aatinaa mil ladunka rohmataw; wa hayyii” lanaa min amrinaa rosyadaa. Ya Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini." (Q.S. Al-Kahfi: 10 – ashabul kahfi 6 – 29)
Robbanaa aatina fid~dunyaa hasanah, wa fil aakhiroti hasanah ; wa qinaa adzaaban naar. Ya Allah ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di akhirat dan hindarkan kami dari api neraka. (QS Al Baqarah: 201)
Subhaana robbika robbil ‘izzati ‘amma yashifuun, Wa salaamun ‘alal mursaliin, Wal hamdulillaahi robbil ‘aalamiin. Maha suci Tuhanmu yang mempunyai kemuliaan dari apa yang mereka sifatkan dan selamat sejahtera atas sekalian Rasul-rasul yang diutus Tuhan. Segala pujian adalah untuk Tuhan Pengatur semesta alam. (QS Ash Shoffat 180 – 182).
AL FAATIHAHA’uudzubillaahi minasy~syaithooni rojiim. Bismillaahhir rohmaanir rohiim; Alhamdulillahi robbil ‘aalamin; Arrohmaanir rohiim; Maaliki yaumiddiin; Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin; Ihdinash shiroothol mustaqiim ; Shiroothol ladziina an’amta ‘alaihim - ghoiril: magh-dhuubi ‘alaihim,wa ladh-dhoolliin. ( Aamiin.)
Ya.. Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allooh SWT. Walaupun sederhana bisa tuntas akhirnya. Jika ada kekurangan semoga Allooh SWT senantiasa melengkapinya, Jika ada kekeliruan semoga Allooh SWT selalu membenarkannya, Dan semoga amal kebajikan dan doa permohonan kita senantiasa diridhoi dan dikabulkannya.( Nggih Alhamdulillah sinaoso prasojo saget paripurno. Menawi wonten lepatipun mugi Allooh SWT tansah ngleresaken, lan mugi-mugi amalan kesaenan lan dongo panyuwunan kito tansah diridhoi lan diijabahi Allooh SWT. )Alloohumma … (AAMIIN)
Akhirul kalaami ; Subhaanakalloohumma wa bi hamdika. Asyhadu al-laa ilaaha illaa anta. Astaghfiruka wa atuubu ilaika. wa billaahit taufiiqi wal hidaayah, war ridhoo wal 'inaayah Was salamu 'alaikum wa rohmatulloohi wa barokatuh(u). Akhir perkataan : Maha Suci Engkau, ya Allah. Segala sanjungan untuk-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu Dan dengan Allah yang memberi taufik dan hidayah, serta ridho dan inayah Semoga Allah melimpahkan kepada kamu/kalian keselamatan, rahmat, serta keberkahanNya
jawab: Wa' alaikum salam w arahmatullahi wa barakatuh Dan semoga kepada kalian keselamatan dan rahmat Allah serta keberkahannya terlimpah juga
LINK MEDIA Link Media : RAMADHAN FITRI 1433 H Publik
661063
328751
REVISED ?REHAT DULU (22052022)/REKAP IDEA/REV/REVISI LINK MEDIA HALAL BI HALAL 1443 H (2022).docx
711125
REHAT DULU (22052022)/REKAP IDEA/REV/REVISI LINK MEDIA HALAL BI HALAL 1443 H (2022).pdf
366051
ADZAN I'TIROF Abu Nawas Dengan NafasMu UnguTAKBIRAN QIROAT HALAL BI HALAL
REFERENSI TAUSIAH HALAL BI HALAL MUFLIS AMALAN 7 LANGIT ( Hadits dari Mu'adz bin Jabbal r.a )4 WASIAT ROSULULLOOH SAW ( Hadits dari Abu Dzar Al Ghiffari r.a )plus =
PLUS = FOOTNOTE Hadits majlis https://muslim.or.id/46552-hadits-lemah-perkataan-yang-tidak-didahului-shalawat-maka-terputus-berkahnya.html MATAN VS SANAD
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: Tidaklah suatu kamu membuat majlis, yang di dalamnya tidak terdapat dzikir kepada Allah dan orang-orang di sana tidak bershalawat kepada Nabi mereka, kecuali akan menjadi penyesalan bagi mereka. Jika Allah ingin, mereka akan diadzab dan jika Allah ingin, mereka akan diampuni.” (HR. At Tirmidzi no.3380, ia berkata: “hasan shahih”).SEMENTARA Diriwayatkan oleh Al Khallal dalam kitab Al Irsyad (119), Ar Rafi’i dalam Tadwin fil Akhbar Qairawan (2/228), juga oleh As Subki dalam Thabaqat Asy Syafi’iyyah Kubra (6) dengan sanad sebagai berikut: Dari Ismail bin Abi Ziyad Asy Syami, dari Yunus bin Yazid, dari Az Zuhri, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Setiap perkataan yang tidak dimulai dengan hamdalah dan shalawat kepadaku, maka terputus dan terhalang dari semua keberkahan“.Hadits ini lemah karena terdapat Ismail bin Abi Ziyad Asy Syami.(Ad Daruquthni mengatakan, “ia perawi yang matruk, suka memalsukan hadits”, Al Mizzi mengatakan, “ia perawi yang lemah dan matruk”, Sibt bin Al ‘Ajami mengatakan, “ia matrukul hadits”). Maka hadits ini statusnya dhaif jiddan (lemah sekali).Hamdalah ?Nash : QS Al Baqoroh 152 : Fadz kuruunii ~ adzkurkum; wasykuruulii ~ fa laa takfuruun(i). ( Karena itu ingatlah kamu kepadaku ~ niscaya aku ingat pula kepadamu; Dan bersyukurlah kepadaku ~ dan janganlah kamu mengingkari nikmatku)Nash : QS Ibroohim 34 : Wa inta’udduu ni’matalloohi laa tuhshuuhaa. Innal insaana lazholuumun kuffaar(un) (Dan jika kamu menghitung nikmat Allooh,tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari nilmat Allooh )Nash : QS Ibroohim 7 : La-insyakartum ~ la-azidannaakum ; wa la-inkafartum ~ inna ‘azaabii lasyadiid(un) (Jika kau bersyukur ~ niscaya akan kami tambahkan (nikmat) kepadamu ; dan jika kau mengingkarinya ~ sungguh azab-Ku sangatlah keras) Shalawat ?Nash : QS Al Ahzab 56: Innallāha wa malā`ikatahụ yuṣallụna 'alan-nabiyy, yā ayyuhallażīna āmanụ ṣallụ 'alaihi wa sallimụ taslīmā Artinya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
Kafaratul Majlis : Subhaanakalloohumma wa bi hamdika. Asyhadu al-laa ilaaha illaa anta. Astaghfiruka wa atuubu ilaika.Dari Abu Barzah Al Aslami Radhiallahu ‘Anhu, katanya: Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengucapkan pada akhir jika dia hendak bangun dari majelis: “Maha Suci Engkau, Ya Allah dengan memujiMu, Aku bersaksi Tiada Ilah Kecuali Engkau, aku memohon ampunanMu, dan aku bertobat kepadaMu.” Ada seseorang yang bertanya: “Wahai Rasulullah, sesungguhna engkau mengatakan perkataan yang tidak engkau katakan pada waktu yang lalu.” Beliau menjawab: “Itu sebagai kaffaarah (penebus kesalahan) terhadap apa yang terjadi di majelis.” (HR. Abu Daud No. 4859, Syaikh Al Albani mengatakan hasan shahih. Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf, 7/49 )
MEMORY TARAWIH PANDEMI 2020 001 TARAWIHKOElisting of 001 TARAWIHKOE.rar
file
as jpg
timestamp
size
001 TARAWIHKOE
2020-05-18 17:03
2020-05-18 10:27
34656595
2020-05-18 12:28
8665214
001 TARAWIHKOE/TRANSKRIP SAMPLE TARAWIH PRINT 1-10 okey.docx
2020-05-18 17:01
120104
2020-05-18 17:01
782653
661063 | |
328751 |
REHAT DULU (22052022)/REKAP IDEA/REV/REVISI LINK MEDIA HALAL BI HALAL 1443 H (2022).docx | 711125 |
REHAT DULU (22052022)/REKAP IDEA/REV/REVISI LINK MEDIA HALAL BI HALAL 1443 H (2022).pdf | 366051 |
PLUS = FOOTNOTE
listing of 001 TARAWIHKOE.rar | |||
file | as jpg | timestamp | size |
001 TARAWIHKOE | 2020-05-18 17:03 | ||
2020-05-18 10:27 | 34656595 | ||
2020-05-18 12:28 | 8665214 | ||
001 TARAWIHKOE/TRANSKRIP SAMPLE TARAWIH PRINT 1-10 okey.docx | 2020-05-18 17:01 | 120104 | |
2020-05-18 17:01 | 782653 |
NEXT ....
BELUM FINALE : JUST FOR SEEKERS
REKAP IDEA UTAMA (SD 11052022)
COPAS REKAP IDEA SD 07042022
REKAP IDEA
COPAS REKAP IDEA SD 07042022
REKAP IDEA
KUTIP IDEA UTAMA SD 01042022
KUTIP IDEA EKSTRA SD 01042022
KUTIP IDEA UTAMA SD 01042022
PEMBUKA = REKAP IDEA OKE Susah juga buat style blog ... kacau format, style .... maklum gaptek juga, nih. SUCHNESS PHILOSOPHY ... Paradigma Kesedemikianan (Desain , Kaidah & Metode Kosmik ) Kutipan : http://teguhqi.blogspot.com/2020/03/dhamma-cloud-di-tengah-wabah-corona.html ( Kutipan : Galau Corona di bawah ) = 22 Maret 2020 sd ... ?) Sudah hampir lebih dari 2 tahun pandemi corona ... karya galau makalah (atau masalah ?) ini belum selesai juga. Tetapi sudah terlanjur janji .... nekat ? PUSING JUGA (Repot External & Ribet Internal .... ah, jalani saja semampunya & sepatutnya juga, lho ... tidak usah nggege mongso .... segala sesuatu ada waktunya, tempatnya , orangnya ... tidak harus saat ini, di sini dan diri ini ?... NGABUR LAGI ? No.. cari waktu luang susah. So, luangkan waktu libur yang tersedia untuk menuntaskan tanggungan (janji itu juga hutang, bro .... ingat waktu bayar hutang kalah main judi lampau selama 7 bulan penuh, lho). Lanjutkan semampu mungkin ... jika perlu limbah mental dahulu keluarkan lagi sebagai pijakan untuk ditata lagi .. revisi (demi kelengkapan & kepantasannya). GALAU CORONA dari : PRAKATA 2 (GALAU CORONA) https://justseekers.blogspot.com/2022/03/prakata-2.html KONSIDERAN PANDANGAN dari : PRAKATA 3 KONSIDERAN PANDANGAN https://justseekers.blogspot.com/2022/03/restan.html etc
GALAU CORONA dari : PRAKATA 2 (GALAU CORONA) https://justseekers.blogspot.com/2022/03/prakata-2.html CORONA 1
Antara Dhamma Dan CoronaA letter from A seeker ( Sepucuk Surat dari Seorang Seeker )dari : disket memory Updated Parama Dharma( 22 Maret 2020 – 29 Maret 2020 ? )Bekerja dan belajar di rumah diperpanjang 1 (satu) minggu lagi. Antisipasi social distancing untuk mengatasi virus corona global di seluruh dunia hingga pelosok daerah diberlakukan. Hal ini membatasi kontak social dalam drama kosmik kehidupan sebagai figur multi-peran sebagaimana biasanya. Kecemasan akan terinfeksi penularan, menjadi sakit dan kemudian berujung kematian merebak di segenap pelosok negeri. Kehebohan duniawi dalam aneka ragam skenario permainannya yang biasa dilakukan berubah secara authentik menjadi kepanikan. Memang naif dan liarnya kelaziman tranyakan (keterpedayaan yang bukan hanya mungkin memperdayakan sesama namun pastinya akan berdampak kepada diri sendiri sesuasi konsekuensi logis kaidah kosmik permainan keabadian yang disebut kehidupan ini) menjadi berkurang namun arif dan baiknya aktualisasi harmonis holistik kebersamaan dan kesemestaan (keberdayaan untuk senantiasa saling memberdayakan dalam kebenaran dengan kebijakan untuk kebajikan) juga akan menjadi terhalang. Corona bisa mengenai siapa saja (tidak perduli seberapa baik/buruk karakter kepribadiannya, kuat/lemah keimanannya, tulus/licik pengharapannya, dsb). Banyak korban berjatuhan (tewas terinfeksi, sakit tertular hingga yang disinyalir sebagai orang dalam pemantauan ODP karena kontak sosial fisik dengan pasien positif) dan lockdown karantina diberlakukan. Menjadi realistis terhadap fenomena alamiah tersebut adalah sikap dewasa dalam merespon dan mengantisipasi faktisitas yang ada secara autentik.Saling terjaga dalam keswadikaan dan saling menjaga demi kebersamaan adalah sikap bijak dalam mengamati, mengalami dan mengatasi segala problematika kehidupan dan dilematika keabadian apapun juga ... Semoga kita semua mampu bertahan dalam menghadapi permasalahan ini dan mampu melampauinya dengan segala kebijaksanaan dalam keberdayaan dan demi pemberdayaan berikutnya. Senantiasa ada hikmah kebenaran dari setiap kenyataan yang terjadi. Ini kami ungkapkan dengan tanpa niatan sedikitpun sebagai refleksi sikap apatis (tidak tanggap atas suasana actual dan nuansa mental yang ada) apalagi memperkeruh dan memanfaatkan keadaan demi kepentingan eksistensial diri. Seorang mistisi modern Vernon Howard ada menyatakan penderitaan adalah cara alam untuk menyadarkan kepada kita untuk kembali hidup sejati sebagaimana amanah keberadaan ini harusnya. Penderitaan yang dirasakan cukup ekstrem terkadang bisa menjadi shock theraphy yang lebih meningkatkan attensi perhatian kita yang cenderung kurang begitu responsive terlenakan keberadaan diri yang relative tampak biasa saja (kemampuan bertahan atas kesengsaraan yang wajar walaupun terkadang dengan keterpaksaan untuk ikhlash menerima).Ada yang kurang tepat dari diri kita dalam mensikapi dan bereaksi sebelumnya (mengumbar keinginan untuk memperoleh kebahagiaan dan meradang kekesalan kala belum merasa cukup/layak dalam mendapatkan) sehingga cara kita menjalani kehidupan ini menjadi tidak bijak dalam memandang secara obyektif Realitas kebenaran dibalik fenomena kenyataan yang ada. Corona yang hadir sebagai media pembelajaran kehidupan dipandang sebagai teror yang mencemaskan tampaknya cukup mampu merobek topeng semu dari kebodohan naif dan pembodohan liar kita selama ini atas keberadaan penderitaan yang kita tutupi dalm selimut kebahagiaan. Ada dukkha tersirat dalam drama kosmik samsara ini ... perlu panna kebijaksanaan bukan hanya untuk menghadapi namun melampauinya mungkin itu makna tersirat dibalik senyum holistik sita hasitupada rupang kebuddhaan atas kesedemikian homeostatis dari delusi living kosmos mandala advaita ini. Walau dalam label eksistensial saya sesungguhnya bukanlah Buddhist (atribut keberadaan lahir /hadir eksistensial yang digariskan kehidupan saat ini) namun saya harus mengakui sangat interest pada Buddhisme. Ada keunikan yang menarik dari arus Uncommon Wisdom pandanganNya sebagai Dhamma Kosmik yang tidak mudah menyatakannya sebagai agama biasa tidak juga bahkan mistik esoteris.Buddha menyatakan kehidupan ini tidak pasti namun kematian ini pasti namun sayangnya kita manusia sebagian besar tak tercerahkan dan menjadikan alam apaya seakan rumah baginya (semakin terjebak dalam keterlelapan mimpi chaotik samsara bukan nibbana keterjagaan sebagai ariya sebagaimana seharusnya) dikarenakan notion pandangan, frekuensi kecenderungan dan konsekuensi tindakannya. Keberadaan sebagai manusia di mayapada dunia ini memang tidaklah seindah surga Devata kamavacara atau semulia jhana moksha para Brahma, namun demikian walaupun tidaklah sekondusif wilayah antara suddhavasa tetapi keberadaan mediocre ini justru bisa menjadi effektif bagi pertumbuhan dan perkembangan spiritualitasnya jika cukup reseptif menghayati, menjalani dan melampauinya secara benar , sehat dan tepat … tidak hanyut dalam arus eksistensi namun tidak juga teralienasi.Well, mungkin inilah saatnya bagi kami untuk berbagi bukan lagi sebagai "persona" sebagaimana figur yang seharusnya diperankan (sebagai seorang manusia yang lahir dan hadir di dunia ini dengan segala atribut eksistensial yang ada) namun sebagai sesama zenka "seeker" yang terbang menjelajahi cakrawala pengetahuan keabadian dalam kehidupan ini dengan dua sayap paradoks keterbukaan dan keterjagaan atas dualisme kenyataan menjaga keberimbangan, menjalani keswadikaan dan menggapai kebijaksanaan sebagaimana harusnya ….Sayang sekali walau mungkin cukup sarat akan wawasan pengetahuan namun sangat minim dalam penempuhan sehingga tiada layak dalam tataran penembusan yang seharusnya bisa dicapai. Ini tidak hanya membuat kami risih namun juga riskan. Apalagi bahasan spiritulitas ini tentuna akan menyerempet (melanggar ?) masalah yang bukan hanya sangat krusial namun juga sangat sensitive bukan hanya bagi para Neyya Buddhist namun juga umat agama lain termasuk (terutama?) saudara muslim kami. Disamping kami harus menjaga logika, bahasa dan etika dalam penyampaiannya tampak sangat perlu moderasi keterbukaan pengertian untuk tidak salah faham akan orientasi niatan kami dan juga sikap kritis keterjagaan penalaran anda semua jika memang ada kesalahan pandangan yang kami ajukan. Ini hanyalah kontribusi pandangan untuk memperluas pandangan kita dengan tanpa maksud sama sekali untuk meng-konversi diri sendiri ataupun orang lainnya ke suatu ajaran tertentu namun sekedar masukan wawasan untuk kembali mentriangulasikan paradigma cara pandang kita bukan hanya dalam kehidupan duniawi ini dengan segala problematika figure eksistensial kita yang multi peran namun juga demi keberlanjutan kita mensiagakan diri dengan segala keberdayaan yang diperlukan untuk menghadapi segala dilematika kemungkinan yang ada (bahkan jika itupun ternyata berbeda sama sekali dengan yang telah kita yakini dan persiapkan selama ini). Pada intinya nanti walau dalam leveling pemilahan memang perlu adanya kebaikan untuk melayakkan taraqqi yang lebih baik namun dalam labeling tidak ada yang perlu merasa direndahkan/ ditinggikan karena memang demikianlah desain keberadaan kasunyatan ini memang harusnya/nyatanya tergelar. Segalanya terlingkup sebagai aneka dvaita pelangi kenyataan dari cahaya advaita mentari kebenaran dalam living kosmos kesemestaan homeostatis tunggal yang sama … amala, avimala (prajna paramita hrdaya sutra).Tanpa maksud mengeluh ... virus ternyata tidak menyerang dan menyusahkan kita manusia (seperti corona ini ). Kemarin malam komputer inipun terserang virus eksternal ransomware npsk dari internet (sejumlah data file terinfeksi dan terbungkus ekstensi tambahan npsk termasuk image ghost systemnya) ... seharian (tentu saja setelah presensi dan disela kegiatan lainnya) setelah tampaknya belum bisa mengatasinya, reinstalisasi standar terpaksa saya lakukan ... Syukurlah malam ini bisa fresh lagi. Sepanjang hari dalam kesempatan tersebut saya kembali memikirkan data tersebut. Mungkin ada baiknya tidak sekedar tersimpan di hard disk internal komputer atau flash disk dan hard disk eksternal yang tersisa (tinggal 2 flash disk dan 1 HDD eksternal kecil dari banyak yang rusak tidak detect terbaca data pekerjaan, selingan dan penjelajahan untuk diselamatkan). Cloud internet mungkin adalah alternatifnya. Google Drive dan Cloud lainnya bisa digunakan sebagai media penyimpanan , sementara Blog dan Vlog bisa menjadi media penyampaian. Well, jangan irrasional ... sesungguhnya baik buruknya kita tidak ditentukan sebagaimana baik buruknya dunia (peristiwa kehidupan atau orang lain) perlakukan kepada kita, tetapi sebagaimana baik buruknya kita memperlakukan dunia (peristiwa kehidupan atau orang lain). Atthika Kamma. Walaupun tetap prihatin dengan perlakuan/kelakuan dari kejadian tersebut namun terima kasih kepada Niyama Dhamma yang telah menjadikan ini sebagai media kesabaran dan kesadaran berikutnya. Kita hanya layak mendapatkan apa yang kita berikan. Berkah potensi tersebut memang haruslah dilayakkan tidak mungkin hanya sekedar diharapkan. Dan untuk itulah saya merasa perlu berbagi (kebajikan akan kebijakan,kebijakan untuk kebajikan). Bukan dengan mengharapkan untuk kepamrihan balasan (yang potentially sudah pasti) namun demi meniscayakan keniscayaan (yang selayaknya terjadi). Posting ini semula saya rencanakan untuk isi waktu luang dengan kegiatan bermanfaat hingga berakhirnya kebijaksanaan distansi sosial korona yang diberlakukan pemerintah, kedinasan dan lingkungan masyarakat. satu posting dalam satu minggu mungkin sudah cukup. Namun tampaknya dikarenakan ribet dan sulitnya mengkomunikasikan mungkin harus dimoderasi untuk durasi yang lebih lama. Plus data penjelajahan bisa kami reload bagi yang membutuhkan. Mungkin harus tiga posting ... untuk artikel ini, untuk upload karya diri dan reload karya sesama .... (cloud drive untuk penyimpanan dan link penyampaian harus dibuat dulu). Baiklah secara simultan 3 (tiga) hal ini harus dilakukan. MULAI
Sadhguru Yasudev Quotes : Whatever you have – your skills, your love, your joy, your ingenuity, your ability to do things – please show it now. Do not try to save it for another lifetime.Apa pun yang Anda miliki - keterampilan Anda, cinta Anda, kegembiraan Anda, kecerdikan Anda, kemampuan Anda untuk melakukan sesuatu - tolong tunjukkan sekarang. Jangan mencoba menyimpannya untuk kehidupan mendatang.OKAY ...Okey, Sadhguru Yasudev, tak akan kami simpan juga untuk diri kami sendiri wawasan kosmik Parama Dhamma dalam Mandala Advaita ini dengan Formula Swadika bagi keberlanjutan kehidupan saat ini dan juga bagi kesiagaan nanti … apapun yang terjadi terjadilah. Lagipula walau agak controversial bahkan mungkin akan jadi sensitive nantinya… toh niatan kami sesungguhnya hanyalah mengajukan kemungkinan saja tanpa memaksakan ini sebagai kepercayaan yang harus diterima sebagai keyakinan dogmatis / fanatic yang membuta. Ini hanyalah thesis pada antithesis pandangan anda semula untuk mengembangkan synthesis kebijaksanaan baru kita berikutnya. Sungguh tidak ada yang harus dilekati (bahkan jikapun pandangan ini ternyata tidak hanya sesuai dengan asumsi anda bahkan memang demikian realitas kebenarannya pada segala fenomena keberadaan) dan juga tidak ada yang perlu dibenci atau ditolak (bahkan termasuk pandangan lain yang mungkin tidak hanya Dhammadipatheyya namun juga sekedar lokadipatheyya ataupun bahkan hanyalah attadipatheyya … karena setiap paradigma memiliki kebenaran dan juga “pembenaran”nya masing-masing walau tidak harus diterima dengan persetujuan namun tetap harus juga dihargai keberadaannya). Dalam mandala ini hikmah kebenaran yang sesungguhnya tinggi bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau mungkin tidak harus sama) diberikan tidak hanya bagi pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma /termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa piti ?/ ; Wilayah kamavacara: Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?, Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal segalanya berada dan melengkapi posisi keseluruhan desain ini dengan indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya … ini mungkin makna tersirat nasehat Dhamma Desana Bhante Pannavaro untuk diperhatikan dalam penempuhan/penembusan spiritualitas yang berimbang bukan hanya holistic pada keseluruhan namun juga harmonis untuk keswadikaan diri.
CORONA 2 Sadhguru Yasudev quote : "I do not know" is not a negative state of mind . Every discovery has come from this realization 'Saya tidak tahu' bukanlah keadaan fikiran yang negatif . Setiap penemuan dimulai dari kesadaran ini.
Kebijakan New Normal walau dalam kehati-hatian akhirnya mulai diberlakukan juga. Well, hidup memang tidak hanya perlu sehat terhindar dari sakit/penyakit namun juga ‘hidup’ dalam artian yang lebih luas (walau mungkin saja sebagai puthujana makhluk biasa akan kembali mudah kacau, galau dan sakau). Perlu bekerja untuk menafkahi kebutuhan hidup, perlu berinteraksi normal sebagaimana kewajaran sebagai insan social, perlu memberdayakan & membermaknakan kehidupan dalam aktualisasi tindakan dsb. Namun sayang sekali sebagaimana maut yang senantiasa mengiringi hidup dan siap menjemput kapanpun dimanapun kepada siapapun, virus pandemic ini sebagaimana fenomena alamiah keberadaan material lainnya tampaknya tidak cukup ‘komunikatif’/’negosiatif’ untuk berkompromi secara etis(?) terhadap niatan dan harapan kita. Kami kemarin mendengar kabar via Group WA teman tayangan berita Surabaya seketika menjadi zona hitam (merah kelam?) oleh Pandemi ini, juga Pondok Pesantren Muslim Jahula Temboro (?),pemberangkatan ibadah haji dibatalkan juga, bukan hanya di ameriki (disini) setelah berawal di China semula dan menyebar ke seantero dunia (Italia, dsb) bahkan di Amerika-pun terjadi demonstrasi kekacauan akibat policy pengetatan kebijakan distansi social (lock-down?) dalam mengantisipasi pandemi yang semakin meluas, dsb. Semula kami mengira pandemic ini tidak akan berlangsung lama … manusia dengan kemajuan peradabannya pastilah akan segera mampu mengatasinya. Namun kenyataannya …. Ini bukanlah sekedar rehat selingan pengalihan rutinitas kehidupan saja (media hikmah dibalik hibrah) namun adalah masalah yang harus secara tepat dicari solusinya untuk secara cepat diatasi ,,,,,bukan hanya bagaimana cara mengatasinya demi kedaruratan saat ini namun juga mengapa ini bisa terjadi untuk tidak perlu terjadi lagi nanti. (maaf … sakit karena panah beracun memang harus segera disembuhkan, namun pemanah/yang terpanah juga harus difahamkan/ disadarkan atas konsekuensi logis/ethis tindakan/niatan yang telah dan akan dilakukannya.) Hoaks sebagai komoditas informasi banyak beredar di SosMed…. Tidak selalu positif namun banyak juga yang negatif ada yang menyiratkan kekesalan hingga menebarkan kebencian, menggiring opini hingga manipulasi kepentingan bahkan provokasi permusuhan dsb. (Mungkin ini sebabnya saya terkadang agak malas berinteraksi daripada harus sial ter'infeksi' walau tetap tidak menjauhi namun sesekali tetaplah perlu menanggapi demi kepantasan sosialisasi dan harmonisasi kebersamaan). Singkat saja prolog-nya (daripada berputar-putar) …. ada hoaks (berita atau cerita ?) tentang teori konspirasi dibalik pandemic ini. Semula saya tidak begitu interest dengan teori ini... seeker tidak hanya menggunakan sayap keterbukaan saja untuk menerima apapun juga sebagai kemungkinan demi peningkatan keberdayaannya namun juga sayap keterjagaan untuk tetap waspada tanpa perlu segera menjadikan itu sebagai kepercayaan positivist final untuk diyakini (Well, no fact - no truth - no faith ... bukan hanya atas input ekspresi eksternal dari luar namun juga bahkan dari output refleksi internal diri sendiri).Terma manusia konon berasal dari kata Sanskrit Manas & Ashya (Pali : Manussa?) ... suatu keberadaan yang dengan batin fikirannnya di wilayah mediocre duniawi ini memungkinkannya mencapai puncak evolusi individual tertinggi wilayah samsarik imanen (kebebasan pencerahan atau minimal nama abhasara ?) namun juga sekaligus bisa menjatuhkannya ke dalam jurang terdalam labirin permainan keabadian hidup ini (apaya niraya atau bahkan rupa lokantarika?). Kita sering mengamati terkadang juga menikmati bahkan menjalani juga drama internal universal yang tidak selalu wajar sebagai media impersonal dalam kearifan, kebaikan dan keaslian namun terkadang bahkan justru heboh sebagai figur personal dengan kenaifan, kesemuan bahkan keliaran ... hingga batas 'akhir' setiap episode permainan kehidupan singgahan duniawi yang disebut kematian. Suka atau tidak suka, takut atau tidak takut, siap atau tidak siap .... toh antithesis kematian sebagai konsekuensi logis dari thesis kehidupan harus rela diterima bersama juga dengan synthesis tidak hanya peninggalan hidup eksistensial (memory kenangan, property warisan, produk karya bagi insan dunia yang ditinggalkan ... baik mulia maupun nista? ) namun juga keberlanjutan arus kehidupan individual (level swadika, bakat talenta, hisab visekha ... untuk episode 'pribadi' berikutnya). So, mungkinkah ada yang begitu gila dan tega untuk bisa mengorbankan sesungguhnya bukan hanya jiwa orang lain namun justru terutama jiwa kemanusiaannya sendiri hanya demi kepentingan yang sudah liar melampaui batas atau sekedar pengakuan yang sesungguhnya hanya semu belaka ? Sungguh walaupun sejatinya kita mengakui masih 'buta' untuk benar-benar mengetahui (tidak sekedar menerima atau meyakini) Realitas Kebenaran dari fenomena kenyataan ini namun cobalah untuk tidak menyusahkan penempuhan perjalanan lainnya ..... Stop Playing as God. (Berhentilah bermain/ berlagak sebagai Tu(h)an atas sesama anda...). Kami tetap berharap ini hanyalah fenomena alamiah yang perlu kita terima, hadapi dan atasi bersama dan bukan komoditas rekayasa genetik untuk berbahagia dan sejahtera di atas bangkai penderitaan/kematian sesamanya.Well, memang walau ada kebebasan baik secara individual maupun kolektif dalam kehidupan ini namun senantiasa perlu ada batasan untuk tidak juga melanggar kebebasan individual/kolektif lainnya dalam keseluruhan. Setiap keberadaan berhak hidup dan hadir dalam keunikannya masing-masing. Kami juga tidak tahu apakah bijak, tepat dan benar jika kami juga mengungkapkan paradigma hipothesis pribadi yang pernah tersketsakan puluhan tahun lalu karena bisa jadi ini justru akan menjadi kontroversi yang kontraproduktif jika disampaikan ke publik dikarenakan ini mungkin akan menjadi imaginasi paling 'gila' tentang bentangan yang mungkin bisa dicapai (tepatnya dibayangkan) manusia berdasarkan update referensi yang ada. Meminjam istilah Mistisi Ibn Araby ('biar hati ini menjadi makam bagi rahasia-rahasia')., mungkin akan menjadi nyaman juga bagi diri sendiri dan keseluruhan jika kemudian kami senantiasa menundanya dan menguburnya kembali dan berkata dalam hati biarkan logika pemikiran ini tetap tersimpan aman di tempatnya karena memang tidak harus, perlu dan patut untuk diungkapkan ke permukaan. Sabbe satta bhavantu sukhitata adalah salam doa (tepatnya harapan impersonal) Buddhist yang artinya semoga semua makhluk berbahagia. Mungkinkah itu terjadi ... seakan hanya harapan semu belaka walaupun bereefek positif untuk mendidik fikiran bagi pemurnian kesadaran dan ketulusan batin ? Ini bisa memungkinkan dan sesungguhnya bukan hanya sekedar penerimaan kebahagiaan namun juga pencapaian keberdayaan bahkan pencerahan keterjagaan baik individual maupun universal, personal maupun impersonal dimanapun kapanpun dalam peran sebagai apapun ... karena sesungguhnya memang tidak perlu ada 'dukkha' asalkan tiada 'dusta' /tepatnya: avijja + tanha/ di antara kita semua (termasuk yang tersirat dalam senyum para Buddha dan ... maaf ... 'sense of humour' para Tuhan yang sudah mengidentifikasi diri atau yang sedang dieksploitasi demi pembenaran kepentingan .... inilah susahnya harus mem-filter diri dengan kata tepat untuk terma dogmatis yang akan menjadi masalah sensitif yang rentan memicu reaksi terutama bagi para pemerhati spiritualitas yang bukan hanya fanatis bahkan militan untuk pandangan yang mungkin berbeda).(Maybe?) you may say I am a dreamer, but I am not the only one.... (Mungkin) anda boleh mengatakan saya adalah pemimpi namun saya bukanlah satu-satunya orang tersebut ... ingat penggalan lyrik lagu Imagine John Lennon Beatles tahun 70-an ini (masih SD, bro?) ?. Kalau saya tidak lupa mengingat referensi lama mungkin Sri Aurobindo seorang mistisi/pemerhati spiritualitas modern India (?) pernah mengungkapkan pernyataan yang berbeda dari kebanyakan pandangan umum yang biasanya kelam/ negatif tentang keberadaan akhir zaman nanti. Ada fitnah besar dan perang hebat antara dualitas yang benar dan salah (yang benar pastinya menjadi pemenang atau yang menang akhirnya dianggap benar ... history atau his story ? ... entahlah ... peristiwa memang terjadi namun sejarah /bisa?/ dicipta) ada juga ini ... fase kappa turun dikarenakan sudah merosotnya etika manusia maka pada masa itu kezaliman menjadi kelaziman bahkan atas nama kebenaran, kebijakan dan kebajikan sekalipun kepalsuan, kebejatan dan kekejaman halal, legal bahkan normal dilakukan hingga jatah usia manusia menjadi susut hingga 10 (sepuluh) tahun ? Walau tidak menafikan mungkin akan terjadi demikian sebagaimana harusnya diterima dan diyakini (demi tetap perlu eksis dan lestarinya siklus permainan samsarik ?), namun demi sinkronisasi pengharapan yang positif ... alih-alih meng-'amin'-i nubuat negatif tersebut, Sri Aurobindo (tolong direcheck namanya ... kalau tidak salah saya baca buku Anand Khrisna antara tahun 1990-an sebelum rehat 'nge-lumrah' menikah th 2000 menjalani kehidupan awam orang kebanyakan) malah menyatakan (positif/ optimis) bahwa ada kemungkinan juga pada saat itu justru terjadi sebaliknya ... Terjadi Pencerahan Total (?). Dalam kebersamaan pemberdayaan kedamaian semesta tersebut tidak ada gunanya fitnah apalagi harus ada perang besar yang bukan hanya secara parah menghancurkan peradaban namun juga melenyapkan keberadaban manusia itu sendiri .... sehingga cukuplah jatah 10 tahun akselerasi taktis masa pencerahan sudah bisa dicapai (?). Manusia saat itu sudah begitu sadar, cakap dan layak untuk saling memberdaya diri sebagai/selayak Ariya puggala baik di level swadika, talenta maupun visekha (istilah pali mungkin Kammavipaka/ kammassakata ?). Tanpa pandangan/niatan/tindakan yang salah dan buruk hindari dari apaya, dengan kebaikan sikap/sifat/amal yang wajar dan murni layakkan surga, dengan perkembangan ke-tihetuka-an mantapkan samadhi layakkan jhana Rupa Brahma 4 sampai moksha anenja ? , dalam kekokohan samadhi tingkatkan panna bagi pencerahan hingga kebebasan ?Ditengah situasi kondisi New Normal yang masih kacau dan tidak bisa diatasi dengan sakau apalagi galau ....sekedar pengalihan stress (galau?) walaupun semu ... bayangkanlah begitu positifnya impian 'gila' ini... pada saat itu dikarenakan bukan hanya keberadaban manusia namun juga peradaban manusia berkembang dengan sangat baiknya (senantiasa ada korelasi kosmik antara perkembangan etika dan peningkatan logika dalam kehidupan ini) ... well, saat itu keberadaban introspektif intrapersonal & interaksi antar personal kondusif berkembang baik sehingga dengan level kesadaran yang tinggi tingkat kecakapan manusia juga meningkat disamping perkembangan level metafisik spiritual juga trick sains teknologi membentuk peradaban juga semakin maju sehingga level kesehatan holistik dan empirik juga terjaga walau ada atau tidak ada pandemi semacam ini. (dengan tatanan sosial yang lebih madani tidak totalitarian seperti New Order novel 1983 1984 George Orwell ... Big Brother ? mari kita tambahkan agar lebih indah dan megah lagi sesuai dengan keinginan kita atau anda ?). Saat itu bukan hanya interaksi kosmik antar galaksi yang jauh terjalin baik bagi manusia bumi (seperti film Star Trex, bro .. bisa bisnis liburan ) namun juga bahkan interaksi metafisik antar wilayah rohaniah samsarik para yogi (seperti Mystics & Buddhist, guys ... bisa amati/singgah ke alam Eteris /apaya - petta - asura - yakha Bhumadeva/, wilayah Astral /surga catumaharajika - tavatimsa - yama ?~ Alakh Niranjan?/ , Dimensi Mental /Tusita- Nimmanarati, Paranimmitavasavatti ? ~ Wisnu, Brahma, Shiva ? : Kal ?/, Monade Kosmik (Para Brahma etc:...yogi penjelajah harus lebih tinggi/murni levelnya ke anenja moksha, bro.) bahkan hingga anatta Nirvanik ? Lebih heboh lagi jika ada Liga Galaksi Semesta di alam fisik & Sangha Antar Dimensi (semacam PBB) untuk harmoni bersama saling memberdaya holistik diri plus duta diplomatiknya. By such mastery, no much mistery ? Wah....sudah terlalu melantur khayalannya,ya ?. Hehehe...Kembali membumi lagi sebelum gila beneran.Intinya begitu berharganya kehidupan sebagai manusia (tanpa menafikan sebagaimana juga lainnya), bro. Dengan tidak terlalu mengumbar kebebasan menurutkan kecenderungan nafsu (wille zur macht .. keinginan akan kekuasaan?) dan justru mengarahkan diri dengan kebijaksanaan maka akan ada kebajikan bagi semuanya (kedewasaan berpribadi dan dampak potensi kewasesaan yang akan mengikutinya). Segalanya akan dan seharusnya menjadi lebih baik dan semakin baik. Jadi tolonglah jika tidak mencerahkan janganlah menyusahkan apalagi menyesatkan dan menghancurkan. Sungguh anda (tepatnya: kita) tidak tahu dengan siapa sesungguhnya kita senantiasa berhadapan .... hidup ini tidak sekedar interaksi antar figur personal namun ini permainan kompleks media impersonal dimana segalanya jeli terawasi, akurat terkalkulasi dan potentially akan berdampak .... sebagaimana gema suara, apa yang kita lakukan akan kembali juga kepada arus kesadaran kita ... baik ataupun buruk, saat ini ataupun nanti , di sini ataupun di sana dalam peran/sikon apapun kemudian ... (dampak metafisis, sociologis & psikologis ?). Bagaikan sigma kuanta cahaya pelangi yang saling melengkapi dalam keberagamannya walau dalam label dan level berbeda namun tetap dipandang setara dalam Kasih Universal ... ada kesedemikianan Dhamma yang walau Impersonal tidak menuntut pengakuan namun secara Transenden kaidahnya berlaku di setiap wilayah immanenNya secara homeostatis, interconnected, equilibirium.
Be Truth Lover whoever & wherever we are ... (Jadilah pecinta kebenaran siapapun dan dimanapun kita) karena itu adalah keniscayaan nyata yang (memang?) harus kita terima
.
Sadhguru Yasudev quote : In pursuit of happiness , we have ripped the planet apart, but still we are not any happier. It is time to stop and look, because all human experience happens within you, not outside of you. Dalam mengejar kebahagiaan, kita telah menghancurkan planet ini, tetapi tetap saja kita tidak menjadi lebih bahagia. Ini saatnya untuk berhenti dan melihat, karena semua pengalaman manusia terjadi dalam diri anda, bukan di luar diri anda
Imagine | John Lennon Imagine there's no heaven Bayangkanlah tak ada surga It's easy if you try Mudah jika kau mau berusaha No hell below us Tak ada neraka di bawah kita Above us only sky Di atas kita hanya ada langit Imagine all the people Bayangkanlah semua orang Living for today... Hidup hanya hari ini...
Imagine there's no countries Bayangkanlah tak ada negara It isnt hard to do Tidak sulit melakukannya Nothing to kill or die for Tak ada alasan untuk membunuh dan terbunuh No religion too Juga tak ada agama Imagine all the people Bayangkan semua orang Living life in peace... Menjalani hidup dalam damai...
Imagine no possesions Bayangkan tak ada harta benda I wonder if you can Aku ragu apakah kau mampu No need for greed or hunger Tak perlu rakus atau lapar A brotherhood of man Persaudaraan manusia Imagine all the people Bayangkan semua orang Sharing all the world... Berbagi dunia ini
You may say Im a dreamer Mungkin kau kan berkata aku seorang pemimpi But Im not the only one Namun aku bukanlah satu-satunya I hope some day you'll join us Kuharap suatu saat kau kan bergabung dengan kami And the world will live as one Dan dunia akan bersatu
Sadhguru Yasudev quote :This year, may all of us have the courage, commitment, and the consciousness to make better humans of ourselves, and in turn, a better world. Much love & blessing Tahun ini, semoga kita memiliki keberanian, komitmen dan kesadaran untuk membuat diri kita menjadi manusia yang lebih baik, dan juga dunia yang lebih baik. Penuh cinta & berkah Link Video : Kompilasi audio Dhamma Desana 2021 Bhante Pannavaro Link video : Dhamma Desana Magha Puja Imlek 2022 Bhante Pannavaro
: Dari WA group alumni SMA =Di bawah langit ini kau tidak sendirian. Tuhan menciptakan perbedaan jauh sebelum engkau dilahirkan. Siapa yang menciptakan perbedaan ? Tuhan itu sendiri. Jika ia mau semua seragam, sudah dibuatnya dari dulu.kutipan :Segalanya (aneka keberadaan laten deitas dsb) tampaknya memang berawal dari Sentra KeIlahian Satu yang sama (Impersonal Transenden God?) dan berada dalam mandala DeitasNya kemudian secara ideal laten Deitas seharusnya akan kembali kepadaNya … namun dikarenakan orientasi berpandangan, berpribadi & berprilaku serta realisasi penempuhan, pencapaian & pencerahannya akan mencapai level yang berbeda walau dalam area mandala deitas keIlahian yang sama . Kami mengutarakan ini dengan tanpa maksud sama sekali untuk membela yang satu apalagi harus mencela lainnya namun ini agar kita memang harus tetap swadika untuk bijaksana menerima keniscayaan atas kesedemikian konsekuensi logis & ethis yang secara kosmik berlaku. Well, harmoni dimensi (juga sinergi valensi) memang perlu dilakukan dalam peran semesta ini demi kebersamaan namun evolusi pribadi tampaknya memang tetap harus dilakukan secara mandiri dalam kesendirian sebagaimana harusnya (aktualisasi impersonal > transaksi personal > defisiensi individual)
CORONA 3DARI : PSBB Covid-19 masih diberlakukan, etc aaa Well, sudah hampir 1 tahun Pandemi Global Corona berlangsung (pertengahan maret 2020 awal blog 7 & vlog 3 kami ) . Well, just joke ... Gusti mboten sare (Tuhan memang tidak tidur) namun haruskah kami juga menanggung beban karma kolektif selama ini , bang Ahok ( terpenjara 1 tahun 8 bulan 15 hari )? No, hanya bercanda walau memang tidak lucu (bahkan mengesalkan ?) .... ada hikmah yang lebih utama yang seharusnya kita fahami dan sadari dibalik musibah ini demi kebaikan berpribadi & perbaikan kebersamaan. Well, mungkin memang perlu sketsa paradigma baru jika kami (terpaksa atau sukarela jika tidak dengan sukacita sebagaimana hendaknya niatan harus murni demi peniscayaan kelayakannya atau pelayakan keniscayaannya ... istilah tepatnya?) perlu melanjutkan kembali kejujuran berpribadi & ketulusan berbagi demi kebaikan & perbaikan bersama sebagai bukan hanya sebagai sesama manusia di kehidupan duniawi saat ini namun sebagai zenka pengembara di keabadian mandala advaita keilahian ini. Intinya nanti kita perlu menyadari dan menghayati diri tidak lagi sekedar sebagai figur eksistensial dengan segala atribut peran & tanggung jawab keberadaan zahiriah yang disandang namun juga sebagai zarah universal batiniah & media impersonal yang kesemua itu perlu keselarasan / keterarahan dengan kaidah kesunyataan mandala ini. JUST SONG
Transkrip Song: Duaa (Jo Bheji Thi Duaa- Arijit Singh.) Covers : (Sanam Puri - Vocals) (Samar Puri - Guitars) (Venky S - Guitar) (Keshav Dhanraj - Cajon) Original Source : Duaa (Acoustic) | Sanam ft. Sanah Moidutty : https://www.youtube.com/watch?v=GGErfAmSK9I
Kise Poochun, Hai Aisa Kyun Pada siapa harus ku tanyakan, mengapa jadi beginiBezubaan Sa… Yeh Jahaan Hai… Seluruh dunia membisuKhushi Ke Pal, Kahaan DhoondoonKemana harus ku cari momen kebahagiaanBenishaan Sa… Waqt Bhi Yahaan Hai…Bahkan sang waktu pun tidak meninggalkan jejak disiniJaane Kitne, Labon Pe Gile Hain…Ada begitu banyak keluhan di bibirkuZindagi Se, Kayi Faasle Hain…ada jarak yg membentang jauh dari kehidupanPaseejte Hai Sapne Kyun Aankhon MeinMengapa impian-impian meleleh di dalam matakuLakeere Jab Chhoote Inn Haathon Se Yun Bewajah…mengapa garis takdir terhapus dari tanganku tanpa alasanJo Bheji Thi Dua, Woh Jaake AasmaanDoa yg telah kupanjatkan, mencapai langitSe Yun Takra Gayi, Ke Aa Gayi, Hai Laut Ke Sadaa…Kemudian bertabrakan dengannya (langit) dan memantul kembali tanpa jawaban(doa-doaku tak didengar dan suaraku kembali padaku)Jo Bheji Thi Dua, Woh Jaake AasmaanDoa yg telah kupanjatkan, mencapai langitSe Yun Takra Gayi, Ke Aa Gayi, Hai Laut Ke Sadaa…Kemudian bertabrakan dengannya (langit) dan memantul kembali tanpa jawaban(doa-doaku tak didengar dan suaraku kembali padaku)
Saanson Ne Kahaan Rukh Mod Liyanafasku berbelok menuju arah yg tak menentuKoi Raah Nazar Mein Na Aayeku tak dapat melihat satupun jalanDhadkan Ne Kaha Dil Chhod Diyadetak jantung telah meninggalkan jantungnyaKahaan Chhode In Jismon Ne SaayeNamun bayangan-bayangan itu tak pernah meninggalkan ragaYahi Baar Baar Sochta Hoon Tanha Main Yahaan…Sendiri, aku memikirkan hal ini lagi dan lagiMere Saath Saath Chal Raha Hai Yaadon Ka Dhuaan…kabut kenangan berjalan bersamakuJo Bheji Thi Dua, Woh Jaake AasmaanDoa yg telah kupanjatkan, mencapai langitSe Yun Takra Gayi, Ke Aa Gayi, Hai Laut Ke Sadaa…Kemudian bertabrakan dengannya (langit) dan memantul kembali tanpa jawaban(doa-doaku tak didengar dan suaraku kembali padaku)Jo Bheji Thi Dua, Woh Jaake AasmaanDoa yg telah kupanjatkan, mencapai langitSe Yun Takra Gayi, Ke Aa Gayi, Hai Laut Ke Sadaa…Kemudian bertabrakan dengannya (langit) dan memantul kembali tanpa jawaban(doa-doaku tak didengar dan suaraku kembali padaku)
Jo Bheji Thi Dua, Woh Jaake AasmaanDoa yg telah kupanjatkan, mencapai langitSe Yun Takra Gayi, Ke Aa Gayi, Hai Laut Ke Sadaa…Kemudian bertabrakan dengannya (langit) dan memantul kembali tanpa jawaban(doa-doaku tak didengar dan suaraku kembali padaku)Jo Bheji Thi Dua, Woh Jaake AasmaanDoa yg telah kupanjatkan, mencapai langitSe Yun Takra Gayi, Ke Aa Gayi, Hai Laut Ke Sadaa…Kemudian bertabrakan dengannya (langit) dan memantul kembali tanpa jawaban(doa-doaku tak didengar dan suaraku kembali padaku)
Jo Bheji Thi Dua, Woh Jaake AasmaanDoa yg telah kupanjatkan, mencapai langitSe Yun Takra Gayi, Ke Aa Gayi, Hai Laut Ke Sadaa…Kemudian bertabrakan dengannya (langit) dan memantul kembali tanpa jawaban(doa-doaku tak didengar dan suaraku kembali padaku)Jo Bheji Thi Dua, Woh Jaake AasmaanDoa yg telah kupanjatkan, mencapai langitSe Yun Takra Gayi, Ke Aa Gayi, Hai Laut Ke Sadaa…Kemudian bertabrakan dengannya (langit) dan memantul kembali tanpa jawaban(doa-doaku tak didengar dan suaraku kembali padaku)